PADI DI KELURAHAN PABEAN KECAMATAN
PURWAKARTA KOTA CILEGON.
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd)
Oleh:
Ajeng Prihantini
NIM. 1110015000021
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
i
Masa Awal Tanam Padi di Kelurahan Pabean Kecamatan Purwakarta Kota Cilegon. Skripsi. Jakarta Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Tujuan Penelitian ini adalah untuk Mengetahui Pengaruh Pemahaman Petani Padi tentang Perubahan Iklim Terhadap Persepsi Petani Padi dalam Menentukan Masa Awal Tanam Padi di Kelur`ahan Pabean Kecamatan Purwakarta Kota Cilegon.
Metode dalam penelitian ini adalah metode survei dari pendekatan kuantitatif. Variabel penelitian terdiri dari Pemahaman Petani Padi tentang Perubahan Iklim dan Persepsi Petani Padi dalam Menentukan Masa Awal Tanam Padi. Teknik pengumpulan data terdiri dari angket dan studi dokumen. Analisis data dalam penelitian ini diawali dengan pengukuran instrumen penilaian menggunakan skala Gutman, penilaian uji instrumen dilakukan dengan uji Validitas Konstruk yaitu menggunakan pendapat ahli, Pengolahan dan Penyajian data dilakukan dengan uji prasyarat, Koefisien Determinasi, Koefisien Korelasi, uji t, dan analisis regresi sederhana untuk menjelaskan keterkaitan Pengaruh Pemahaman Petani Padi tentang Perubahan Iklim Terhadap Persepsi Petani Padi dalam Menentukan Masa Awal Tanam Padi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa koefisien korelasinya sebesar 0,539, nilai R square sebesar 0.276, t hitung 4,433 > t tabel 2,011 , Persamaan garis regresi Pemahaman petani padi tentang perubahan iklim terhadap persepsi petani padi dalam menentukan masa awal tanam dapat dinyatakan dengan Y=
. Persamaan tersebut menunjukan bahwa nilai koefisien X sebesar 0,481
yang berarti Pemahaman petani padi tentang perubahan iklim (X) meningkat 1 poin maka persepsi petani padi dalam menentukan masa awal tanam (Y) akan meningkat 0,481 poin. Dari hasil uji hipotesis ini menunjukan bahwa dalam penelitian mengenai adanya hubungan yang positif antara Pemahaman petani padi
tentang perubahan iklim” terhadap “persepsi petani padi dalam menentukan masa
awal tanam sudah mendukung teori yang ada yaitu teori tentang Alam dan Akal
Budi Manusia yang dikemukakan oleh profesor Broek “setiap masyarakat manusia itu mengintrepetasikan lingkungan alamnya melalui prisma dari corak kehidupannya yakni budayanya hanya dalam kerangka konseptual inilah lingkungan alam mampu mempengaruhi manusia.
ii
Determining Early Days of Rice Planting at Pabean Sub-district, Purwakarta District, Cilegon. Undergraduate Thesis. Jakarta. Department of Social Science. Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences. Syarif Hidayatullah State Islamic University (UIN).
The aim of this study is to determine the influence of understanding of rice farmer on climate change to perception of rice farmer in determining early days of rice planting at Pabean sub-district, Purwakarta district, Cilegon.
The study method is survey method from quantitative approach. The study
variables are include from rice farmer’s understanding on climate change and the rice farmer’s perception in determining early days of rice planting. The data
collecting technique is includes from questionnaires and study documents. Data analysis in this study is began by the measurement of assessment instruments
using Gutman’s scale, the assessment test is conducted by the construct validity
test viz. using expert opinion, the data processing and presenting which is conducted with the pre-requisite test, coefficient of determination, coefficient of correlation, t test and simple regression analysis to explain the relevance of the
influence of the rice farmer’s understanding on climate change to rice farmer’s
perception in determining early days of rice planting.
This study is indicated that coefficient of correlation by 0,539 , R value square by 0,276, t counted 4,433 > t table 2,011, regression line equation, the rice
farmer’s understanding on climate change to perception of rice farmer in determining the early days of rice planting can be represented by Y- 4,642.X + 0,481. Those equations is indicated that the coefficient X value by 0,481 which
means rice farmer’s understanding about climate change (X) increased 1 point
then the rice farmer’s perception in determining the early days of rice planting (Y)
will increase 0,481 point. From the result of hypothesis test, it is indicated that in
this study about the positive relation betwixt the rice farmer’s understanding on
climate change to rice farmer’s perception in determining early days of rice
planting have supported the exists theory viz. theories of nature and human mind
which is stated by Professor Brock “Every human society is interpreted their
natural environment through their live style viz. their culture only in conceptual
frame, it is the nature environment that is able to influence human.”
iii
serta karunia-Nya yang tiada batas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemahaman Petani Padi tentang Perubahan Iklim Terhadap Persepsi Petani Padi dalam Menentukan Masa Awal Tanam Padi di Kelurahan Pabean Kecamatan Purwakarta Kota Cilegon” ini dengan baik. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan atas baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan cahaya dalam hidup penulis berupa cahaya Islam.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Walaupun waktu, tenaga dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Ucapan terimakasih yang tak terhingga atas bimbingan, penghargaan, dukungan dan cinta. Untuk itu penulis sangat berterimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya yang menjadikan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.
3. Ketua Jurusan Pendidikan IPS, Dr. Iwan Purwanto, M.Pd yang telah tulus ikhlas memberikan bimbingan, bantuan serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Sekertaris Jurusan Pendidikan IPS, Syarifullah, M.si yang telah tulus ikhlas memberikan bimbingan, bantuan serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Jakiatin Nisa, Sebagai Dosen Pembimbing telah tulus ikhlas memberikan bimbingan, bantuan serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
iv
telah banyak memberikan pengarahan dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
9. Seluruh staf karyawan perpustakaan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis ucapkan terimakasih atas pelayanan saat penulis mencari data-data.
10. Kelurahan Pabean, Kecamatan Purwakarta, kota Cilegon, yang telah memberikan penulia banyak informasi dan mejadi sumber penelitian.
11. Para petani padi di Kelurahan Pabean yang telah memberikan penulia banyak informasi dan mejadi sumber penelitian.
12. BMKG Cabang Ciputat, yang telah memberikan informasi tentang iklim. 13. Keluarga Lina Sobariyah dan Mahmud, yang telah memberikan fasilitas,
terimakasih atas kebaikan kalian.
14. Kedua orangtua yang sangat penulis cintai, Bapak Hendri Ediono dan Ibu Muji Prihatin yang senantiasa tidak henti-hentinya memberikan doa, motivasi dan dukungan baik moril dan materi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.
15. Kepada Keluarga tercinta. Adikku Qori Amrirullah. Terimakasih atas dukungan dan motivasi yang telah kalian berikan kepada penulis.
16. Sahabat-Sahabat SMA yang telah memberikan Dukungan Motivasi dan Semangat Anggi Eka Amalia. Terimakasih tetap menjadi sahabat yang bisa menerima apa adanya.
17. Sahabat-Sahabat Seperjuangan, teman sekelas Geografi dan teman kosan, Metri Apriyana, Tuti Alawiyah, Ruqoyah Fitriaanissa, Risalatul Muawanah. Terimakasih telah memberi arti persahabatan yang tulus.
v
19. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas doa dan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi semua pihak yang membacanya.
Jakarta, 04 Agustus 2015
vi LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH LEMBAR UJI VALIDASI KONSTRUK
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GRAFIK ... iv
DAFTAR TABEL ... v
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi Masalah ... 10
C.Pembatasan Masalah ... 10
D.Rumusan Masalah ... 10
E. Tujuan Penelitian ... 11
F. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Landasan Teori ... 13
1. Pengertian Cuaca ... 13
2. Pengertian Iklim ... 13
3. Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim ... 17
4. Keragaman Iklim di Indonesia ... 17
5. Perubahan Iklim ... 21
6. Hubungan Timbal Balik Bumi-Manusia ... 24
7. Pengertian Pemahaman ... 28
vii BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31
B.Metode dan Disain Penelitian ... 31
C.Penetapan Variabel Penelitian ... 32
D.Populasi dan Sampel ... 33
E. Teknik Pengumpulan Data ... 35
F. Pengukuran Instrumen Penelitian ... 36
G.Penilaian Uji Instrumen ... 37
H.Teknik Analisa Data ... 37
I. Pengolahan dan Penyajian Data ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Daerah Penelitian ... 43
B.Karakteristik Umum Responden ... 49
C.Pengaruh Pemahaman terhadap Persepsi ... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 60
B.Saran ... 61
viii
[image:13.595.119.494.195.572.2]DAFTAR GRAFIK
GRAFIK 4.1 Suhu Udara 50
GRAFIK 4.2 Curah Hujan 51
GRAFIK 4.3 Kelembaban 52
GRAFIK 4.4 Angin 53
ix
DAFTAR TABEL
TABEL 1. 1 Kerentanan Lahan Padi Sawah terhadap Kekeringan (ha)
6
TABEL 2. 1 Klasifikasi Nilai Q dan Tipe Iklim 17
TABEL 2.2 Tren Perubahan Temperatur Permukaan Bumi dari Beberapa Kajian Iklim di Indonesia
19
TABEL 3.1 Jumlah Responden 34
TABEL 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Kuisioner 35
TABEL 3.3 Pedoman Data Perubahan Iklim 36
TABEL 4.1 Luas Wilayah Kelurahan Pabean 44
TABEL 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin 45 TABEL 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian 45
TABEL 4.4 Pertanian Tanaman Pangan 46
TABEL 4.5 Pertanian Tanaman Obat 47
TABEL 4.6 Jenis Perkebunan Swasta 47
TABEL 4.7 Kehutanan Menurut Kepemilikan 47
TABEL 4.8 Jenis Peternakan 48
TABEL 4.9 Ketersediaan Hijauan Pakan Ternak 49
TABEL 4.10 Bahan Galian 49
TABEL 4.11 Sumber Daya Alam 49
1 A. Latar Belakang
Menurut Andri Noor, Saat ini dunia sedang digoncangkan terhadap isu perubahan iklim karena dampaknya yang luas terhadap sektor kehidupan dan mengancam kehidupan manusia. Perubahan iklim sebagai implikasi dari pemanasan global, yang disebabkan oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama karbondioksida (CO2) dan metana (Ch4). 1
Menurut Rani Moediarto dan Peter Stalker, Sebagian dari karbon
dioksida ini dapat diserap kembali, antara lain melalui proses fotosintesis,
namun kebanyakan negara memproduksi jauh lebih cepat ketimbang
kecepatan penyerapannya oleh tanaman atau pohon karena sekarang negara –
negara maju mengeluarkan banyak emisi lebih banyak perkapita, karena
mereka membakar lebih banyak bahan bakar fosil, namun negara-negara
berkembang pun mulai menyusul menyumbang emisi gas-gas ini. namun
kondisinya emisi tiap negara memperparah krisis dunia kita, Indonesia dan
banyak negara lain sudah menggunduli jutaan hektar hutan dan merusak lahan
rawa yang tidak hanya mengahasilkan karbon dioksida namun mengurangi
jumlah pohon, kerusakan hutan yaitu dari 600.000 hektar per tahun pada tahun
1980an menjadi sekitar 1.6 juta hektar per tahun di penghujung tahun 1990an.
Akibatnya, tutupan hutan menurun secara tajam – dari 129 juta hektar pada
tahun 1990 menjadi 82 juta di tahun 2000, dan diproyeksikan menjadi 68 juta
hektar di tahun 2008, sehingga kini setiap tahun Indonesia semakin mengalami
penurunan daya serap karbon dioksida.2
Kerusakan lingkungan yang terjadi tersebut pun telah dijelaskan di
dalam Alquran
1Andri Noor A, Klimatologi Umum, (Jakarta :Uin jakarta Press, 2014), h.108.
ظ
داسفلا
يف
بلا
حبلا
ا ب
تبسك
يديأ
سا لا
م قي يل
ضعب
ي لا
ا ل ع
م لعل
عج ي
لق
ا يس
يف
ض أا
ا ظ اف
فيك
اك
ةبقاع
ي لا
م
لبق
اك
مه ثكأ
يك شم
Artinya : “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang
benar). Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah
bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah
orang-orang yang mempersekutukan (Allah)”. (QS. Ar Rum [30] : 41-42 ).3 QS Ar Rum ayat 41-42 menjelaskan bahwa terjadinya berbagai jenis bencana karena ulah manusia yang mengeksploitasi alam tanpa di imbangi dengan upaya pelestarian.
Laporan terbaru yang dikeluarkan International Panel on Climate Change (IPCC), Assessment Report ke lima yang dirilis 2013, menyebutkan di akhir abad 21 peningkatan suhu permukaan global diproyeksikan melebihi 1.5-2°C relatif terhadap tahun 1850-1900 pada sebagian besar scenario (likely ; 60%-100%). Peningkatan suhu akan terus terjadi bahkan setelah tahun 2100. Peningkatan GRK juga menyebabkan kawasan belahan bumi utara pada periode 1983 – 2012 menjadi periode 30 tahunan terhangat dalam periode 1400 tahun terakhir. Laju peningkatan tinggi muka air laut terus meningkat sejak pertengahan abad ke-19. Tinggi muka air laut global telah meningkat 0.19 meter dalam rentang periode 1901-2010. Selama abad ke-21 mendatang laju peningkatan tinggi muka air laut akan terus meningkat melewati hasil observasi antara tahun 1971-2010 sebagai dampak pemanasan lautan dan mencairnya glasier serta lapisan es di permukaan bumi.4
3Masa-masa SMA, Kerusakan Lingkungan, 2015, (http://www.areskabet.blogspot.com).
Menurut Eko Shodiq, dampak perubahan iklim pada peningkatan temperatur sebenarnya sudah ditengarai sejak tahun 1990-an. Department for International Development (DFID), badan dari pemerintah Inggris yang mengurusi bantuan pembangunan untuk negara-negara lain) dan World Bank
(2007) melaporkan rata-rata kenaikan suhu per tahun sebesar 0,3 derajat celsius. Pada tahun 1998 terjadi kenaikan suhu yang luar biasa mencapai 1 derajat celsius.5
Menurut Laporan Global Humanitarian Forum (The Anatomy of Silent Crisis, 2009), bencana hidrometeorologi akan menjadi ancaman terbesar manusia pada tahun-tahun mendatang, karena saat pemanasan global yang berdampak pada mencairnya es di kutub, suhu di pegunungan salju menghangat, dan negara-negara di dunia khususnya Asia termasuk Indonesia semakin terancam oleh bencana hidrometeorologi yang terus meningkat.6
“Menurut Nina Sardjunani, sebagaimana terjadi di banyak kawasan di
seluruh dunia, dampak perubahan iklim yang teramati di Indonesia meliputi kekurangan air, meningkatnya frekuensi banjir, kekeringan, banjir pesisir, wabah penyakit, gagal panen di sektor pertanian, dan sebagainya”. 7
Kementrian Lingkungan Hidup telah menyatakan bahwa banjir, kekeringan, longsor, dan kebakaran hutan merupakan beberapa jenis bencana alam yang berhubungan dengan iklim yang lazim terjadi di Indonesia, Peningkatan Suhu Udara Permukaan (Surface Air Temperature/SAT) dipandang sebagai persoalan perubahan iklim utama yang disebabkan oleh kenaikan emisi CO2 dan gas-gas rumah kaca lainnya yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Berdasarkan pengamatan bulanan, SAT di Indonesia selama periode 100 tahun telah menunjukkan terjadinya perubahan iklim dalam tingkat tertentu di Indonesia. Data yang dikumpulkan dari stasiun-stasiun yang jumlahnya terbatas telah menunjukkan terjadinya kenaikan suhu sekitar 0,5°C sepanjang abad ke-20. Besaran kenaikan suhu ini selaras dengan laju kenaikan
5Eko Shodiq, “kajian dampak perubahan iklim terhadap produktivitas kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) di lahan kering,” Skripsi, h. 2, dipublikasikan.
6Sri Nurhayati, “ Bencana hidrometeorologi dan upaya adaptasi perubahan iklim” Jurnal Kesejahteraan Sosial, Vol. V, 2013, h. 10.
7
rata-rata suhu global sebagaimana yang diestimasi dalam AR-4IPCC, sekitar 0,7°C ± 0,2 per abad.8
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), selama tahun 2002–2012, sebanyak 92,1% bencana di Indonesia disebabkan faktor hidrometeorologi. Bahkan pada tahun 2013, persentase tersebut meningkat menjadi 97%. Kerusakan lingkungan dan perubahan iklim global diduga menjadi pemicu. Prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), bencana hidrometeorologi akan terus berlangsung hingga pertengahan Mei 2013, karena adanya anomali suhu muka air laut yang menghangat di perairan Indonesia yang menyebabkan pasokan uap air melimpah sehingga curah hujan berintegrasi tinggi terjadi di berbagai wilayah Indonesia.9
Menurut Nina Sardjuani, salah satu pengaruh utama iklim di Indonesia
adalah „El Niño-Southern Oscillation’ yang setiap beberapa tahun memicu
berbagai peristiwa cuaca ekstrem kita. El Niño berkaitan dengan berbagai perubahan arus laut di Samudera Pasifik yang menyebabkan air laut menjadi luar biasa hangat. Kejadian sebaliknya, arus menjadi amat dingin, yang
disebut La Niña. Yang terkait dengan peristiwa ini adalah „Osilasi Selatan‟
(Southern Oscillation) yaitu perubahan tekanan atmosfer di belahan dunia sebelah selatan. Perpaduan seluruh fenomena inilah yang dinamakan El Niño-Southern Oscillation atau disingkat ENSO. Pada saat terjadi El Niño, kita biasanya lebih sering mengalami kemarau. Ketika terjadi La Niña kita lebih sering dilanda banjir. Dalam kurun waktu 1844-2006, dari 43 kemarau panjang, sebanyak 37 kali berkaitan dengan El Niño. ENSO ini adalah juga salah satu faktor utama meningkatnya kekerapan kebakaran besar hutan dan terbentuknya kabut asap di atmosfer yang menyesakkan napas. Bahaya lain yang berkaitan dengan iklim di Indonesia adalah lokasi dan pergerakan siklon tropis di wilayah selatan timur Samudera India (Januari sampai April) dan sebelah timur samudera Pasifik (Mei sampai Desember). Di beberapa wilayah
8 Ibid., h. 2.
Indonesia hal ini dapat menyebabkan angin kencang dan curah hujan tinggi yang dapat berlangsung hingga berjam-jam atau berhari-hari. Angin kencang juga sering terjadi selama peralihan angin munson (angin musim hujan) dari arah timur laut ke barat daya.10
Menurut Ari Muhammad, Di Indonesia sektor pertanian memegang peranan penting dalam aspek ekonomi. Sektor pertanian menyumbang sekitar 11,49% dari produk nasional bruto (PDB) pada tahun 2009. Terkait dengan masalah demografi, sektor pertanian mempekerjakan sebanyak 365,61 % pekerja dari angkatan kerja (41.494.941 diantara 116.530.000). sektor pertanian saat ini tengah menghadapi beberapa persoalan serius terutama perubahan iklim global serta krisis pangan dan energi, sektor pertanian di Indonesia harus bertanggung-jawab untuk meningkatkan ketahanan pangan dan berkontribusi pada produksi bio-energi. Namun demikian, fenomena perubahan iklim global dapat mempengaruhi produksi pertanian.11
“Menurut Fitri Kurniawati Walaupun berkontribusi relatif kecil (sekitar 7%) terhadap emisi GRK nasional, namun sektor pertanian, terutama subsektor tanaman pangan, mengalami dampak perubahan iklim yang cukup besar. Sektor pertanian Menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 40% angkatan kerja Indonesia, menjaga ketahanan pangan”.12
Menurut Nina Sardjani, tiga faktor utama yang terkait dengan perubahan iklim global, yang berdampak terhadap sektor pertanian adalah: (1) perubahan pola hujan dan iklim ekstrim (banjir dan kekeringan), (2) peningkatan suhu udara, dan (3) peningkatan muka laut. Kejadian iklim ekstrim antara lain menyebabkan: (a) kegagalan pertumbuhan dan panen yang berujung pada penurunan produktivitas dan produksi; (b) kerusakan sumber daya lahan pertanian; (c) peningkatan frekuensi, luas, dan bobot/intensitas
10Rani Moediarto, & Peter Stalker, Sisi Lain Perubahan Iklim Jakarta :(Jakarta :UNDP 2007), h. 5.
11Nina sardjani,dkk, Strategi Pengarusutamaan Adaptasi Ke Dalam Perencanaan Pembangunan Nasional Per Sektor, (Jakarta: Bapennas 2012), h. 15.
kekeringan; (d) peningkatan kelembaban; dan (e) peningkatan intensitas gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT).13
Tanaman pangan dapat dipandang sebagai yang paling rentan diantara tanaman lainnya terhadap perubahan global. Konsekuensi kegagalan atau kerugian panen juga akan memberikan implikasi yang serius terhadap masalah ketahanan pangan. Diantara tanaman pangan tanaman padi harus mendapatkan perhatian lebih. Tabel 1.1 memperkirakan kerentanan lahan padi terhadap kekeringan.14
Tabel 1.115 Kerentanan Lahan Padi Sawah terhadap Kekeringan (ha) Provinsi Sangat
Rentan Rentan
Total Lahan Sawah Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Lampung Sumatera Selatan Sumatera Utara Total - - 2.322 - 1.580 - 38.546 29.378 - 2.055 30.863 26.588 142.575 3.652 70.802 14.758 105.687 168.887 184.993 342.159 1.090.964 971.474 192.904 1.053.882 69.063 1.313.726 85.525 214.576 278.135 439.668 524.649 5.143.602
Sampai saat ini pasokan pangan masih tetap mengandalkan sistem pertanian konvensional yang antara lain dicirikan oleh ketergantungannya yang tinggi terhadap iklim. Keputusan petani tentang apa yang akan diproduksi, berapa banyak, kapan, dimana, teknik budidaya apa yang akan
13FitriKurniawati. “Pengetahuan dan Adaptasi Petani Sayuran Terhadap Perubahan Iklim,” Tesis pada Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Padjajaran Bandung. 2012, h. 2.
14Nina sardjani,dkk, Strategi Pengarusutamaan Adaptasi Ke Dalam Perencanaan Pembangunan Nasional Per Sektor, (Jakarta: Bapennas 2012), h. 21.
15
diaplikasikan sangat dipengaruhi oleh iklim. Pada zaman dahulu para orang tua sudah bisa membaca alam, dan biasanya disebut dengan ilmu titen adalah ilmu mengamati sesuatu dari gejala alam, biasanya berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang (kejadian dalam kehidupan, peristiwa di alam). Salah satu ilmu titen adalah pranoto mangsa yang berisikan pembagian masa dalam satu tahun untuk melakukan suatu pekerjaan, terutama bertani. Ada masa untuk menanam, ada masa untuk menyiangi dan ada masa untuk panen. Hitungannya selalu tepat karena ekosistem pada masa itu masih berimbang. Sehingga datangnya musim hujan bisa diprediksi dan lamanya musim kemarau bisa diprediksi. Namun pranoto mangsa tersebut saat ini sudah tidak sesuai lagi, karena adanya perubahan iklim secara global. Karena itu sudah banyak ditinggalkan.16
Cara alternatif untuk mengetahui bagaimana iklim sedang berubah adalah dengan menanyakannya kepada petani. Namun demikian, pengetahuan petani mengenai perubahan iklim masih sangat terbatas. Agar pengambilan keputusan berkaitan dengan perubahan iklim dapat dibuat berdasarkan informasi yang lengkap, maka petani membutuhkan informasi tentang: 1. konsekuensi yang mungkin terjadi akibat perubahan iklim, 2. persepsi masyarakat tani tentang konsekuensi tsb,
3. opsi adaptasi perubahan iklim yang tersedia, serta 4. manfaat memperlambat akselerasi perubahan iklim17
Dengan demikian, pemahaman terhadap persepsi petani tentang perubahan iklim sangat penting karena persepsi tersebut membentuk kesiapan petani untuk melakukan adaptasi dan penyesuaian-penyesuaian teknik budidayanya Pendekatan yang mensejajarkan persepsi dengan pengamatan meterorologis sangat dibutuhkan pada saat menyatakan indikasi adanya variabilitas iklim atau perubahan iklim. Pendekatan yang mensejajarkan
16Sahat, M.Pasaribu, dkk, “Laporan Akhir Penelitian Peningkatan Kapasitas Adaptasi Petani didaerah Marjinal Terhadap Perubahan Iklim” (Departemen Pertanian :2008), h. 5.
17
persepsi dengan pengamatan meteorologis sangat dibutuhkan pada saat menyatakan indikasi adanya variabilitas iklim atau perubahan iklim 18
Berdasarkan tesis S2 program studi magister ilmu lingkungan Program pascasarjana universitas padjajaran bandung, yang berjudul “Pengetahuan
dan Adaptasi Petani Sayuran Terhadap Perubahan Iklim.” Diperoleh informasi
bahwa Seluruh petani sayuran di Desa Cibodas mengetahui adanya perubahan pada parameter iklim yang menjadi indikator perubahan iklim seperti: pergeseran musim, peningkatan curah hujan, perubahan kecepatan angin dan peningkatan suhu udara”.19
Berdasarkan wawancara dengan beberapa petani di Kelurahan Pabean pada tanggal 18 Februari 2015 menurut, Bapak Santawi, salah seorang petani di Kelurahan Pabean, bahwa pertanian di kelurahan pabean merupakan pertanian sawah tadah hujan, jadi mereka menanam padi hanya satu tahun sekali saat musim hujan,dan hasil padi mereka digunakan pribadi sebagai sumber makanan pokok mereka sehari-hari, dan hanya sebagian kecil saja yang dijual. Saat musim kemarau sawah mereka ditanami oleh tanaman palawija, maka para petani sangat bergantung dengan iklim, seperti curah hujan untuk bisa menanam padi. Menurut mereka musim hujan datangnya tidak bisa ditebak dan waktu hujan turun sudah bergeser, hal ini diperkuat oleh pernyataan yang dilontarkan oleh ibu Yayah bahwa pada tahun 2011 pada bulan Oktober mereka memulai menyebar benih di pembenihan, karena setelah turun hujan pertama menandakan berakhirnya musim kemarau, lalu setelah 25-30 hari mereka menyebar benih, lalu mereka mulai menanam padi disawah dan saat itu hujan turun, namun pada tahun 2012, saat mereka menyebar benih padi pada bulan Oktober tetapi hujan pertama tidak turun tetapi mereka tetap menyemai padi dan sudah 25 hari melewati masa penyemaian hujan besar juga tidak turun yang menyebabkan mereka
18Witono Adiyoga, dkk., “Persepsi Petani Dan Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim”studi kasus sayuran dataran tinggi dan rendah di Sulawesi Selatan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian) 2012, h. 6.
19
mengalami gagal panen. Lalu usaha yang mereka lakukan ditahun berikutnya yaitu hanya menunggu hujan besar datang baru mulai menyebar benih padi, jika hujan tidak turun mereka lebih baik tidak mulai menyebar benih padi.
Hal yang dilakukan oleh para petani yaitu mereka hanya pasrah terhadap kondisi iklim karena mereka tidak mengetahui pemahaman tentang perubahan iklim, karena pemahaman tentang perubahan iklim berpengaruh terhadap persepsi mereka dalam menentukan masa awal tanam padi. Pemahaman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya, perubahan Iklim adalah Perubahan pola dan intensitas unsur iklim pada waktu/periode tertentu. Jadi Pemahaman perubahan iklim adalah kemampuan petani dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan fenomena perubahan iklim dengan caranya sendiri tentang pengetahuan perubahan iklim yang pernah diterimanya. Sedangkan persepsi merupakan aktivitas mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Menentukan awal musim tanam berarti bagaimana petani mengintegrasikan melalui penginderaan mereka dan memberikan penilaian dalam menentukan masa awal tanam, karena untuk memberikan penilaian untuk menentukan masa awal tanam dibutuhkan pemahaman yang benar tentang iklim, sesuai dengan pernyataan Vidal De
Blache yaitu” bumi tidak mendiktekan perilaku manusia. Bumi hanya sekedar
menawarkan berbagai kemungkinan, sedangkan manusia yang menentukan
pilihannya”. 20
Maka dari itu mereka harus memahami fenomena perubahan iklim supaya mereka bisa melakukan penyesuaian atau adaptasi mereka dalam hal penentuan masa awal tanam padi.
Kelurahan Pabean merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Purwakarta Kota Cilegon dengan luas 350 Km2 dengan luas wilayah tanah sawah hujan 98,540 Ha, tanah kering 221,08, tanah perkebunan 0,93 Ha. Data
tahun 2015 jumlah penduduk di kelurahan Pabean 3256 jiwa dengan total 397 jumlah petani dengan 194 jiwa petani dan 203 jiwa buruh tani 203 jiwa.21
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka penelitian ini mencoba menggali informasi mengenai “Pengaruh Pemahaman Petani Padi tentang Perubahan Iklim Terhadap Persepsi Petani Padi dalam Menentukan Masa Awal Tanam Padi di Kelurahan Pabean Kecamatan Purwakarta Kota Cilegon”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di latar belakang, maka masalah yang dapat diidentifikasi antara lain :
1. Para petani sangat bergantung dengan iklim karena sawah yang mereka miliki merupakan sawah tadah hujan.
2. Kurangnya Pengetahuan Petani tentang Pengetahuan tentang perubahan Iklim.
3. Persepsi Petani Padi sudah mulai tidak tepat dalam menentukan masa awal tanam padi.
C. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang telah di jelaskan, maka batasan masalah pada penelitian ini tentang mengena Pengaruh Pemahaman Petani tentang Perubahan Iklim dengan Persepsi Petani untuk Menentukan Masa Awal Tanam Padi pada Masyarakat Petani di Kelurahan Pabean Kecamatan Purwakarta Kota Cilegon.
D. Rumusan Masalah
Agar dalam penelitian ini tidak menyimpang, maka perlu adanya perumusan masalah. Adapun perumusan masalah ini adalah :
Bagaimanakah Pengaruh Pemahaman Petani Padi tentang Perubahan Iklim Terhadap Persepsi Petani Padi dalam Menentukan Masa Awal Tanam Padi di Kelurahan Pabean Kecamatan Purwakarta Kota Cilegon?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemahaman petani padi tentang perubahan iklim terhadap persepsi petani padi dalam menentukan masa awal tanam padi di kelurahan pabean kecamatan purwakarta kota cilegon.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari Penelitian ini adalah : 1. Manfaat secara teoritis.
Diharapkan penelitian ini bisa menjadi acuan dan bermanfaat untuk perkembangan ilmu, khususnya dalam penelitian Geografi yang mengkaji tentang permasalahan Perubahan Iklim.
2. Manfaat secara praktis
a. Bagi Petani yaitu sebagai Pedoman dan pengetahuan untuk proses pengembangan pertanian
b. Bagi Mahasiswa Memperluas khasanah pengetahuan bagi pengembangan ilmu lingkungan hidup dan upaya melestarikan lingkungan.
d. Bagi Pemangku Kebijakan yaitu diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan dalam permasalahan lingkungan dan masyarakat menjadi sadar akan Pengetauan tentang Perubahan Iklim.
13 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Pengertian Cuaca
Setiap hari tentunya tidak selalu hujan, dan tidak selalu panas karena cuaca bisa berubah-ubah setiap saat.
menurut World Climate Conference,1979 “Cuaca adalah keadaan
atmosfer secara keseluruhan pada suatu saat, termasuk perubahan,
perkembangan, dan menghilangnya suatu fenomena”. 1
2. Pengertian Iklim
Keadaan cuaca di setiap Negara tentu berbeda karena dipengaruhi oleh faktor iklim.
Menurut World Climate Conference,1979 “Sintetis kejadian cuaca
selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan
pada setiap saatnya”.2
Klasifikasi iklim : a. Iklim Matahari
“Dasar perhitungan untuk mengadakan pembagian daerah iklim
matahari ialah banyaknya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Menurut teori makin jauh dari khatulistiwa makin besar sudut datang sinar matahari, sehingga makin sedikit jumlah sinar
matahari yang diterima oleh permukaan bumi”.
Pembagian daerah iklim matahari didasarkan pada letak lintang adalah sebagai berikut :
1) Daerah iklim tropis : - 0° LU – 23,5° LU - 0°LS – 23,5° LS 2) Daerah iklim sedang : - 23,5 ° LU – 66,5° LU
1Irsal las, dkk., Modul Perubahan Iklim Pelatihan Bagi Pelatih (TOT) Penyuluh Pertanian, (Jakarta:BMKG 2013), h. 1.
- 23,5°LS – 66,5° LS 3) Daerah iklim dingin : - 66,5° LU - 90° LU - 66,5°LS - 90° LS.3 b. Iklim Fisis
“Iklim fisis ialah iklim yang didasarkan pada pembagian daerah
menurut kenyataan sesungguhnya sebagai pengaruh dari faktor-faktor fisis berikut ini : (a) Pengauh daratan yang luas, (b) pengaruh lautan, (c) pengaruh angin, (d) pengaruh arus laut, (e) pengaruh vegetasi, (f)
pengaruh topografi”.4
c. Iklim Koppen
Tujuan dari klasifikasi iklim ini adalah untuk menentukan karakteristik iklim di suatu daerah dalam skala global untuk kepentingan kegiatan manusia, khususnya pertanian. Asumsi yang dibuat Koppen adalah dunia dibagi menjadi dua bagian yaitu Belahan Bumi Utara (BBU) dan Belahan Bumi Selatan (BBS).Dasar klasifikasi ini adalah suhu dan curah hujan rata-rata bulanan maupun tahunan yang dihubungkan dengan keadaan vegetasi alami berdasarkan peta vegetasi de Candolle (1874), iklim Koppen disusun berdasarkan lambang atau simbol tipe iklim yang dengan baik merumuskan sifat dan corak masing-masing tipe hanya dengan tanda sebagai berikut :
Huruf pertama (huruf besar) menyatakan tipe utama Huruf ke-2 (huruf kecil) menyatakan pengaruh hujan Huruf ke-3 (huruf kecil) menyatakan suhu udara Huruf ke-4 (huruf kecil) menyatakan sifat-sifat khusus Huruf ke 1 menyatakan tipe utama
Langkah pertama sebagai tipe utama Koppen membagi tipe utama menjadi lima kelas yaitu : Iklim A :iklim tropis (iklim panas) apabila suhu udara (SU)
rata-rata bulanan > 18 ° C
Iklim B :iklim gurun (iklim kering) apabila curah hujan tahunan { CH < 2 (t + 14) -> BS atau CH < ( t + 14 )
-> BW }
Iklim C :iklim sejuk (iklim maritim) apabila suhu udara (SU) bulan terdingin antara 0-18 ° C
Iklim D :iklim ekstrim (iklim kontinen) apabila : suhu udara (SU bulan terdingin < 0 ° C dan SU bulan terpanas > 10 ° C )
Iklim E :iklim dingin (iklim polar) apabila : Suhu Udara (SU) bulan terpanas antara 0 -- 10°C (ET) atau SU bulan terpanas < 0 ° C.
Huruf ke-2 (huruf kecil ) menyatakan pengaruh hujan
f = selalu basah, hujan setiap bulan > 60 mm s = bulan – bulan kering jatuh pada musim panas S = semi arid (steppa atau padang rumput)
w = bulan-bulan kering jatuh pada musim dingin (winter) w = arid (padang pasir)
m = khusus untuk tipe kelompok tipe A digunakan lambang m (monson ) yang berarti musim kemaraunya pendek, tentang curah hujan tahunan cukup tinggi sehingga tanah cukup lembab dengan vegetasi hutan hujan tropik
F = daerah tertutup es abadi
Berdasarkan dua kombinasi huruf pertama dan kedua, maka ada 12 tipe iklim menurut klasifikasi Koppen, yakni :
1) Daerah iklim hujan tropik : Af, Aw & Am
2) Daerah iklim kering : BS, BW 3) Daerah iklim sedang berhujan : CF, Cs & Cw 4) Daerah iklim hujan dingin : Df, Dw 5) Daerah iklim hujan kutub : Ew, EF
Huruf ke-3 (huruf kecil ) menyatakan suhu udara.
Selanjutnya pengaruh suhu dilambangkan sebagai huruf ke-3 yang terdiri atas:
a : suhu rata-rata dari bulan terpanas > 22,2° C b : suhu rata-rata dari bulan terpanas > 22,2°
C& paling sedikit 4 bulan suhu nya > 10° C
c : hanya 1- 4 bulan suhu nya > 10° C& suhu bulan terdingin > - 38° C
d : suhu bulan terdingin < 38° C e : suhu rata-rata tahunan < 18° C
l : perbedaan suhu antara bulan terpanas dan terdingin < 5° C
l : suhu semua bulan antara 10-22° C
huruf ke- 4 ( huruf kecil ) menyatakan sifat-sifat khusus
„ curah hujan cenderung bertambah ke musim gugur “ curah hujan cenderung merata
„‟‟ curah hujan cenderung bertambah ke musim
semi5 d. Klasifikasi Iklim Mohr
“Yang menjadi dasar adalah Bulan Basah dan Bulan Kering
apabila
Bulan basah -> bulan yang memiliki curah hjan > 100 mm Bulan kering -> bulan yang memiliki curah hujan < 60 mm Bulan lembab -> berada diantara bulan basah dan bulan kering”6 e. Klasifikasi Schmidt- Ferguson
“Sistem klasifikasi ini sangat terkenal di Indonesia dan banyak
digunakan Dalam bidang kehutanan dan perkebunan. Penentuan tipe iklim ini menurut klasifikasi ini hanya memperhatikan unsur iklim hujan dn memerlukan data hujan bulanan paling sedikit 10 tahun”.7
Kriteria yang digunakan adalah : penentuan Bulan Kering, Bulan Lembab dan Bulan Basah dengan pengertian sebagai berikut:
Bulan kering (BK ) = bulan dengan hujan < 60 mm
Bulan lembab (BL) = bulan dengan hujan antara 60 – 100 mm Bulan basah (BB) = bulan dengan salju > 100 MM
Schmidt dan Ferguson menentukan BB, BL, dan BK tahun demi tahun selama periode pengamatan yang kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya. Penentuan tipe iklimnya mempergunakan nilai Q.
Q =
x 100%
8
Tabel 2.1
Tabel klasifikasi nilai Q dan Tipe Iklim Nilai Q (%) Tipe Iklim
0<Q<14,3 Tipe Iklim A 14,3 <Q <33,3 Tipe Iklim B 33,3 < Q < 60 Tipe Iklim C 60<Q<100 Tipe Iklim D 100<Q<167 Tipe Iklim E 167<Q<300 Tipe Iklim F 300<Q<700 Tipe Iklim G 700 <Q Tipe Iklim H
3. Unsur Cuaca dan Iklim
Unsur-unsur cuaca dan iklim adalah : a. Suhu udara
Tingkat gerakan molekul benda, makin cepat gerakan molekul, maki tinggi suhunya.
b. Kelembapan udara
Campuran dari udara kering dan uap air. c. Curah hujan
Bentuk air cair dan padat (es) yang jatuh ke permukaan bumi. d. Angin
Ialah gerakan udara yang sejajar dengan dengan permukaan bumi. Udara bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah.9
4. Keragaman Iklim di Indonesia
“Iklim di Indonesia secara umum dipengaruhi oleh sirkulasi muson
yang mengendalikan pola tahunan curah hujan disebagian besar
wilayah”.10
9Bayong Tjasyono,Klimatologi,(Bandung: ITB 2004), h. 11-24.
Secara rata-rata, variasi harian dari aktivitas konveksi awan merupakan pola cuaca harian yang dominan mempengaruhi wilayah kepulauan Indonesia. Konveksi adalah salah satu proses pembentukan awan dan hujan akibat naiknya udara lembap dari lapisan bawah hingga mencapai lapisan yang cukup tinggi di atmosfer. Variasi umumnya menyebabkan hujan di wilayah Indonesia terjadi pada sore hingga malam hari diatas daratan dan malam hingga pagi hari diatas lautan.11
Keragaman iklim di Indonesia antara lain :
a. Variasi Intra Musim (Intra-Seasonal Variations) VIM
Secara umum fenomena terkait dengan gangguan meteorologis yang mempengaruhi aktivitas konvektif dan sifat hujan musiman dikenal sebagai variasi intra musim aktivitas dari berbagai fenomena atmosfer terkait VIM tersebut menyebabkan apa yang mungkin sering dipersepsisikan masyarakat sebagai ketidakteraturan musim (adanya hujan dimusim kemarau atau kekeringan di musim penghujan). Beberapa kajian juga mengarai VIM sebagai pemicu kejadian cuaca ekstrem di wilayah Indonesia. Kajian yang cukup komprehensif mengenai pengaruh VIM terhadap sirkulasi muson di wilayah Indonesia Australia disampaikan oleh wheler dan McBridge (2005).
Meski demikian, interaksi antara berbagai fenomena terkait VIM belum sepenuhny dipahami dan masih banyak lagi kajian harus dilakukan untuk itu. Sebagaian gambaran rangkuman informasi mengenai fenomena terkait VIM dapat dilihat dalam tabel 3.1 adanya VIM menjadikan pola iklim di wilayah Benua Maritim Indonesia (BMI) menjadi lebih kompleks.12
Tabel 2.2 Tren Perubahan Temperatur Permukaan Bumi Dari Beberapa Kajian Iklim di Indonesia13
No Literatur Sumber
Tren Linier Periode Data
Keterangan
1 Harger 1.35°-1.64° selama 100 tahun
1949-1992 Data observasi dari 33 stasiun di Indonesia
2 KLH 0,047°C/tahun (minimum) dan 0,017°C/Tahun (Maksimum)
1980-2002 Analisis tren dari temperatur maksimum dan minimum untuk 33 stasiun (jika dihitung secara rata-rata maka didapatkan nilai sekitar 3,2°C/100 TAHUN 3 Bappenas
(2010c)
0,5°C/100 tahun
Abad ke-20 Data Observasi di Jakarta dan Ampenan (Lombok) yang, dari segi panjang rekaman data, dianggap paling representatif
4 KLH 0,63°C / 100 tahun di Malang (KLH, 2012a),
0,20°C/100 tahun di Tarakan (KLH, 2012c), -0,14°C/100 tahun di Palembang (KLH,2012d)
Kajian di daerah Malang, Tarakan dan Palembang berdasarkan data University of Delaware dan pengamatan lokal selama abad ke-20 (1910-2010): nilai tren umumnya positif untuk 25 tahun terakhir
b. Variasi Antar-Tahunan (Inter-Annual Variations)
Pola curah hujan di Indonesia juga mempunyai ciri keragaman (variabilitas) antar-tahunan (interannual) yang sudah terdokumentasikan sejak lama membuktikan bahwa variasi curah hujan antar-tahunan di Indonesia di Indonesia dipengaruhi oleh fenomena iklim terkait dengan variasi anomali suhu permukaan laut (ASPL) di Pasifik Tengah dan Timur serta Anomali tekanan permukaan laut di Pasifik Barat (utara Australia) dan dikenal sebagai fenomena EL NINO Southern Oscilation (ENSO). Peningkatan (penurunan) ASPL di wilayah tersebut menandai kejadian EL NINO (LA NINA) yang dapat menyebabkan bertambah panjangnya periode musim kering (basah) dan berakibat kepada penurunan (peningkatan) jumlah curah hujan musiman dan tahunan di sebagian besar wilayah di Indonesia. Selain pengaruh ENSO dari S.Pasifik , variasi antar-tahunan curah hujan di wilayah muson juga disebabkan oleh fenomena serupa di S.Hindia, yang dikenal dengan fenomena Indian Ocean Dipole(IOD).14
c. Variasi Antar- Dasawarsa (Inter-Decadal Variations)
Fenomena atmosfer dengan periode osilasi 10-12 tahun telah lama diidentifikasi oleh para peneliti hasil analisis data curah di banyak tempat juga seringkali memperlihatkan sinyal dengan periode ulang serupa, yang juga berkolerasi dengan periode aktivitas bintik hitam matahari. Akan tetapi, mekanisme fisis yang menjelaskan hubungan antara aktivitas bintik matahari dengan curah hujan masih menjadi perdebatan.15
d. Iklim Maritim dan Variasi Tinggi Muka Air Laut
Seperti halnya diatas daratan, kondisi cuaca dan iklim diatas perairan laut wilayah Indonesia sangat dipengaruhi oleh sirkulasi muson Asia-Australia tetapi dengan karakteristik yang mungkin sangat berbeda. Berlainan dengan daratan, suhu permukaan laut (SPL) tidak
hanya ditentukan oleh radiasi matahari tetapi juga dipengaruhi arus laut gerak vertikal air laut baik gerak naik (upwelling) maupun turun (downwelling). Secara umum SPL di perairan Indonesia pada bulan Januari bernilai diatas 28°C dan pada bulan Agustus SPL lebih rendah dari 27°C.16
e. Tren Perubahan Temperatur Permukaan
“Pengaruh pemanasan global dalam kenaikan tempratur permukaan di Indonesia dapat diperkirakan tidak lebih besar dari 1,0°C selama abad ke-20”.17
f. Tren Perubahan Curah Hujan
Berdasarkan analisi curah hujan musiman di wilayah Indonesia dalam laporan Indonesia Second NaTIONAL Comunication (KLH, 2010), kenaikan curah hujan untuk Desember-Januari-Februari (DJF) terjadi hampir diseluruh P.Jawa dan Indonesia bagian timur, seperti Bali, NTB, dan NTT. Untuk curh hujan Juni-Juli-Agustus (JIA), tern penurunan yang signifikan dapat ditemui di hampir seluruh wilayah Indonesia, kecuali Pandeglang (Jawa Barat), Makassar (Sulawesi Selatan), Manokwari, Sorong (Papua), dan Maluku.18
5. Perubahan Iklim a. Peran Iklim
Perlu diketahui bahwa iklim merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Karena iklim mempunyai peranan yang besar terhadap kehidupan seperti dalam bidang pertanian, transportasi atau perhubungan, telekomunikasi, dan pariwisata. Peran iklim di bidang pertanian diantaranya:
1) Menentukan waktu tanam
2) Menentukan tanaman yang sesuai19 b. Pengertian Perubahan Iklim :
“Perubahan pola dan intensitas unsur iklim pada waktu/periode tertentu jika dibandingkan dengan rata-rata 10-30 tahun. Perubahan iklim dapat berupa : Perubahan unsur-unsur iklim ke arah tetentu (naik atau turun) menjauhi kondisi rata-ratanya, seperti peningkatan atau penurunan suhu udara rata-rata bumi”.
1) Peningkatan atau penurunan, intensitas kejadian cuaca atau iklim ekstrim, seperti EL-Nino, La Nina, badai, curah hujan sangat tinggi 2) Perubahan pola unsur-unsur cuaca atau iklim dibanding pola
rata-ratanya, seperti pola curah hujan, pergantian msim, dll.
Oleh sebab itu perubahan iklim yang banyak dibicarakan akhir- akhir ini yang dimaksudkan adalah :
1) Kecenderungan peningkatan suhu udara rata-rata bumi dibandingkan rata-ratanya yang diduga akan diikuti oleh
2) Pengingkatan permukaan air laut akibat pemuaian dan mencairnya gletser dan e di kututb utara
3) Perubahan pola curah hujan, dan peningkatan intensitas atau frekuensi kejadian cuaca iklim ekstrim, terutama El nino dan La Nina20
c. Teori Perubahan Iklim 1) Teori geologi
Teori hanyutan benua
Teori ini mengemukakan bahwa kerak bumi terdiri atas lempengan yang dapat saling bergeser. Karena pergeseran ini, bumi menjadi lempengan yang terpisah, seperti lempeng pasifik, lempeng Amerika, lempeng Nazca, Lempeng Antartika, dan Lempeng Cocos. Karena perubahan luas benua dan lautan maka
19Endah Hamidah,Iklim Klasifikasi dan Manfaatnya 2014 (http://Iklim%20(Klasifikasi%20dan% 20Manfaat%20nya)%20_%20 )
terjadi perubahan arus laut yang pada gilirannya terjadi perubahan energi dan kelembapan udara yang mengakibatkan perubahan iklim.21
2) Teori Astronomi
Perubahan Orbit bumi dan sudut sumbu bumi
Perubahan orbit bumi mengelilingi matahari dari bentuk lingkaran ke bentuk elips memerlukan waktu sekitar 105.000 tahun. Pada waktu orbit bumi berbentuk lingkaran, radiasi matahari 20-30 % lebih besar dibanding dengan yang diterima bumi pada saat kedudukan bumi terjauh dari orbit elips (uphelion)
Semula bumi mengelilingi matahari dengan sudut sumbu bumi 22,1°C terhadap bidang ekliptika, dan sekarang menjadi 23,5°. Hal ini menyebabkan bumi yang menghadap ke matahari menjadi berubah. Baik perubahan orbit maupun kedudukan sumbu bumi mengakibatkan perubahan radiasi matahari yng diterim permukaan bumi sehingga iklim juga berubah.22
3) Teori karbondioksida
Beberapa ahli menyelidiki hubungan perubahan iklim dengan ragam karbondioksida (CO2) di atmosfer. Karbondioksida adalah salah satu gas rumah kaca. Co2 menyerap radiasi gelombang panjang (radiasi bumi) pada panjang gelombang 4 sampai 5 mikron dan di atas 14 mikron terutama pada spektrum yang terletak antara 12 dan 18 mikron. Karena itu peningkatan konsentrasi karbondioksida akan meningkatkan suhu atmosfer permukaan bumi dan mengurangi jumlah radiasi bumi yang hilang ke angkasa.
Karbondioksida (CO) adalah bentuk karbon sebagai hasil pembakaran bahan bakar fosil yang tidak sempurna, sedangkan karbondioksida merupakan bentuk akhir karbon sebagai hasil bahan bakar fosil yang sempurna. Sebenarnya CO2 tidak beracun,
tidak berbau, dan tidak berwarna, tetapi mempunyai waktu tinggal diatmosfer sekitar 4 -6 tahun. alasan bahwa CO2 sebagai pencemar hanya karena efek rumah kaca saja. Karena itu karbondioksida merupakan salah satu faktor yang penting penyebab perubahan iklim dibumi.23
6. Hubungan Timbal Balik Bumi-Manusia a. Manusia dan Lingkungan
“Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara bumi dan manusia. Bumi dan manusia disitu dapat ditafsirkan sebagai alam dan manusia, atau lingkungan alam dan penduduk. Manusia di situ bukanlah manusia sebagai individu melainkan kelompok, karena adaptasinya terhadap lingkungan alamnya
dilaksanakan secara kolketif”.24
1) Determinisme Alam
Menurut Friedrich Ratzel” alam itu menentukan segalanya pada
manusia. Manusia merupakan objek yang plastis saja dari
kemutlakan alam”.25
2) Environmentalisme
Menurut Jean Bodin” adanya tiga jenis iklim di Eropa, dari utara ke Selatan : zona dingin, zona sejuk, zona hangat, masing-masing menciptakan ciri-ciri penduduk sebagai berikut :
Di Utara badan manusia kuat tetapi mentalnya kurang kuat dalam dunia politik ia ada kecendrungan menyukai demokrasi. Di Selatan, penduduknya malas bekerja, meskipun mereka cukup intelegen dalam dunia politik mereka bersikap pasif, sehinga cenderung puas dalam suasana despotisme. Di Eropa bagian tengah terdapat campuran antara ciri-ciri intelegen dan sifat rajin bekerja, mereka menyukai pemenrintahan kerajaan yang murni.26
23Ibid.,h. 267.
24Daldjoeni, “Pengantar Geografi”, (Bandung:Penerbit Alumni 1982), h.13. 25Ibid.,h. 14.
Menurut Paul Vidal De La Blache “alam itu tidak
menentukan budaya manusia. Alam itu hanya sekedar menawarkan berbagai kemungkinan dan batas-batasnya untuk lahirnya suatu budaya. Budaya disini adalah segala produk usaha manusia di dalam ia mengubah nature agar menjadi kultur sehinggga
bermanfaat bagi kehidupannya”.27
b. Alam dan Akal Budi Manusia
Menurut “George F Carter pengikut cultural geography di
Amerika menulis dalam bukunya yang berjudul Man and the Land, lingkungan alam hanya sekedar suatu tahap saja dari permainan manusia dengan alam, adanya dalam segala zaman lingkungan tersebut tak mampu mendorong semangat ataupun mengurangi semangat manusia. Lingkungan itu hanya sekadar ada”. Sebaliknya menurut
profesor Broek “setiap masyarakat manusia itu mengintrepetasikan
lingkungan alamnya melalui prisma dari corak kehidupannya yakni budayanya hanya dalam kerangka konseptual inilah lingkungan alam
mampu mempengaruhi manusia”.28
c. Masyarakat Budaya dan Peradaban di dalam Geografi
Menurut Vidal De La Blache “dalam berbagai tulisan ia
menggunakan genre de vie (syle of life) yang sebnarnya identik dengan
civitlization. Yang disebut peradaban disitu menurut ia tak lain dari pernyataan cara penghidupan manusia. Nampak jelas bahwa geografi sosial dengan pemikirannya diatas berpuncak pada geografi ekonomi dimana dibahas bagaimana manusia memenuhi berbagai kebutuhannya dengan memanfaatkan potensi alam diwilayahnya yang dihuni ini sebenarnya tak berlaku bagi masyarakat yang tarif ekonomi nya tinggi melainkan cocok untuk masyarakat bertani bagan dibawah ini memperlihatkan bagaimana cara penghidupan (genre de vie) dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu lingkungan alam, peradaban manusia dan manusia itu sendiri” .29
d. Masyarakat Pertanian
A.T Mosher mengartikan, pertanian adalah sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-kegiatan produksi didalam setiap usaha tani merupakan suatu bagian usaha, dimana biaya dan penerimaan adalah penting. Tumbuhan merupakan pabrik pertanian yang primer. Ia mengambil gas karbondioksida dari udara melalui daunnya. Diambilnya air dan hara kimia dari dalam tanah melalui akarnya. Dari bahan-bahan ini, dengan menggunakan sinar matahari, ia membuat biji, buah, serat dan minyak yang dapat digunakan oleh manusia.30
Kegiatan pertanian merupakan salah satu kegiatan yang paling awal dikenal peradaban manusia dan mengubah total bentuk kebudayaan. Istilah pertanian telah dikenal oleh masyarakat yang telah mencapai kebudayaan batu muda, perunggu dan megalitikum. Pertanian mengubah bentuk-bentuk kepercayaan dari pemujaan terhadap dewa perburuan menjadi pemujaan terhadap dewa-dewa perlambang kesuburan dan ketersediaan pangan. Pertanian telah membawa perubahan baru dalam kehidupan manusia dari zaman ke zaman. Tidak ada manusia yang hidup tanpa dasar dari pertanian. Pertanian merupakan kunci awal dari suatu kehidupan karena makanan yang dimakan manusia berasal dari kegiatan pertanian.31
e. Tahap-tahap menanam padi
Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh para petani sebelum memulain penanaman padi, hal yang paling penting adalah pemilihan jenis pada dan pembenihan.
1) Pemilihan Benih atau Bibit
Pemilihan benih atau bibit adalah hal yang utama dalam membudidayakan tanaman padi. Pilihlah benih yang sesuai dengan
30EricR.Wolf,
(http://www.infoorganik.com/index.php?option=com_content&view=arti cle&id=86:petani-penggarap-hambat-aplikasi-pertanian-organik-pola-tanamsri&catid=34:padi&Itemid=62)
areal lahan yang akan ditanami tanaman padi, dan jangan lupa juga untuk memperhatikan air dan sumber air yang terdapat pada lahan yang akan ditanami.
2) Persiapan Lahan
Dalam hal menanam padi, ada beberapa kriteria lahan yang harus dipilih, diantaranya yaitu lahan yang subur dan yang banyak mengandung hums, dekat dengan sumber air, tanahnya terbuka dan tidak tertutup oleh bangunan atau pohon-pohon yang besar.
3) Pembenihan dan Penaburan Benih
Pisahkan benih padi yang bernas dengan yang kosong dengan cara merendam benih padi tersebut selama satu malam, sedangkan dalam penaburan benih padi, pilihlah tanah yang gembur yang sudah dicampuri oleh pupuk kandang.
4) Penggarapan Lahan
Dalam hal penggarapan lahan, seharusnya mencapurkan jerami busuk dengan pupuk kandang dan dibiarkan teraduk dengan menggunakan tratror. Hal ini dilakukan bermaksudkan untuk membuat tanahnya semakin subur dan tidak mudah cepat kering. 5) Penanaman
Jika usia benih mencukupi, segera tananami lahan tersebut dengan benih padi yang sebelumnya telah disemai. Lakukan penanaman padi dengan jarak tanam antar padi diusahakan jangan terlalu dekat agar pertumbuhan padi bisa maksimal.32
f. Pranata Mangsa.
Pranata mangsa merupakan pengetahuan lokal etnis sunda yang dipegang petani yang diwariskan secara oral (dari mulut ke mulut ). Petani, umpamanya, menggunakan pedoman pranata mangsa untuk menentukan awal masa tanam. Pranata mangsa juga dikenal oleh etnis jawa (pranoto mangsa)
Secara bahasa, pranata mangsa berarti “ketentuan musim”
pranata mangsa merupakan semacam penanggalan yang dikaitkan dengan kegiatan usaha pertanian khususnya untuk kepentingan bercocok tanam atau penangkapan ikan. Pranata mangsa diperkenalkan oleh Pakubawana VII (Raja Surakarta) mulai dipakai sejak 22 Juni 1856. Beberapa hal yang terdapat di Pranata Mangsa adalah memuat berbagai aspek fenologi dan gejala alam lainnya yang dimanfaatkan sebagai pedoman dalam kegiatan usaha tani maupun persiapan diri menghadapi bencana. Musim dikaitkan dengan perilaku hewan, perkembangan tumbuhan, situasi alam sekitar, dan sangat berkaitan dengan kultur agraris.33
7. Pengertian Pemahaman
Pemahaman menurut Sadiman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya34
8. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu. Menurut Young “persepsi merupakan aktivitas mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya”. 35
B. Review Studi Terdahulu
1. Penelitian oleh Witono Adiyoga dkk berjudul Persepsi Petani dan Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim: Studi Kasus Sayuran Dataran Tinggi dan Rendah di Sulawesi Selatan periode 2001-2011. Metode penelitian yang digunakan adalah uji binomial dan uji chi-square untuk data kategorikal
33Irsal las,dkk, Modul Perubahan Iklim Pelatihan Bagi Pelatih (TOT) Penyuluh Pertanian, (Jakarta:BMKG,2013), h. 3-4.
34Definisi Pemahaman Menurut Para Ahli, (www.duniapelajar.com).
35Andrean Perdana, Pengertian Dan Proses Persepsi Manusia,
dan analisis regresi untuk data kontinyu, data diperoleh melalui survei dan diskusi kelompok fokus. Diperoleh informasi bahwa pengambilan keputusan berkaitan dengan perubahan iklim dapat dibuat berdasarkan informasi yang lengkap, diantaranya tentang: konsekuensi yang mungkin terjadi akibat perubahan iklim, persepsi masyarakat tani tentang konsekuensi tersebut, opsi adaptasi perubahan iklim yang tersedia serta manfaat memperlambat akselerasi perubahan iklim. Pendekatan yang mensejajarkan persepsi dengan pengamatan meteorologis sangat dibutuhkan pada saat menyatakan indikasi adanya variabilitas iklim atau perubahan iklim. Beberapa tujuan penelitian yang dilakukan oleh Witono dkk ini adalah melakukan verifikasi persepsi petani terhadap perubahan iklim atau perubahan-perubahan peubah iklim, membuat sintesis berkaitan dengan implikasi pemahaman petani tentang perubahan iklim, strategi adaptasi, serta proses pengambilan keputusan adaptasi terhadap upaya formulasi kebijakan advokasi perubahan iklim berbasis evidensi di ekosistem sayuran dataran tinggi dan rendah di Sulawesi Selatan.36
2. Tesis S2 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Padjajaran Bandung. 2012. Yang berjudul “Pengetahuan dan
Adaptasi Petani Sayuran Terhadap Perubahan Iklim.” Diperoleh informasi
bahwa Seluruh petani sayuran di Desa Cibodas mengetahui adanya perubahan pada parameter iklim yang menjadi indikator perubahan iklim seperti: pergeseran musim, peningkatan curah hujan, perubahan kecepatan angin dan peningkatan suhu udara. Namun, jumlah petani yang mengetahui mengenai fenomena perubahan iklim hanya sebesar 23%. Petani di Desa Cibodas sedang dalam tahap menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim yang sedang terjadi, pola adaptasi yang diadopsi petani adalah dengan menggeser masa tanam (13%), mengubah pola tanam (23%), mengubah teknik pengairan dan drainase (64%), mengubah teknik pengolahan tanah (93%) dan mengubah teknik pengendalian OPT (53%).37
36
Witono Adiyoga, dkk., Persepsi Petani dan Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim: Studi Kasus Sayuran Dataran Tinggi dan Rendah di Sulawesi Selatan (Jakarta: Balitbang Pertanian, 2012), h. 5-9.
C. Kerangka Pemikiran
Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)
Pengaruh
D. Hipotesis Penelitian
H0 : β = 0 , variable bebas Pemahaman Petani tentang Perubahan
Iklim, secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel terikat Persepsi Petani dalam Menentukan Masa Awal Tanam. Ha : β ≠ 0, variabel bebas Pemahaman Petani tentang Perubahan
Iklim, secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat Persepsi Petani dalam Menentukan Masa Awal Tanam.
Pemahaman Petani Padi tentang Perubahan Iklim
31 A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian di Kelurahan Pabean, Kecamatan Purwakarta Kota Cilegon
Waktu Penelitian dari bulan Desember 2014-Mei 2015.
B. Metode dan Disain Penelitian
Metode adalah cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian.
Penelitian hakikatnya merupakan kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah.1 Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode Survei dengan pendekatan kuantitatif.
Penelitian survei dapat digunakan untuk maksud penjajakan (eksploratif), deskriptif, penjelasan yakni untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis, evaluasi, prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang, penelitian operasional dan pengembangan indikator-indikator sosial.2
Penelitian kuantitatif adalah penelitian berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik.3
C. Penetapan Variabel Penelitian
Variable adalah konstrak yang diukur dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran lebih nyata mengenai fenomena-fenomena. Konstrak adalah abstraksi fenomena kehidupan nyata yang diamati. Variable dengan demikian merupakan representasi konstrak yang dapat diukur dengan berbagai macam nilai.4
Variabel penelitian ini terdiri dari 2 aspek, yaitu:
Menurut Sekaran (2006), variabel penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa pendekatan, salah satunya yaitu :
“Variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen
adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel independen”.5
Dalam penelitian ini variabel independen ditandai dengan variabel X yaitu pemahaman petani padi tentang perubahan iklim. Pemahaman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya, perubahan Iklim adalah Perubahan pola dan intensitas unsur iklim pada waktu/periode tertentu. Jadi Pemahaman
2Effendi, Sofian dan Tukiran, Metode Penelitian Survei, (Jakarta:LP3S,2014), h.4.
3Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2012), h.7.
4Etta Manang, Metodologi Penelitian (Yogyakarta:C.V.Andi, 2010), h. 133.
perubahan iklim adalah kemampuan petani dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan fenomena perubahan iklim dengan caranya sendiri tentang pengetahuan perubahan iklim yang pernah diterimanya. Sedangkan variabel dependen ditandai dengan Y yaitu persepsi petani padi dalam menentukan masa Awal tanam padi. Persepsi merupakan aktivitas mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Menentukan awal musim tanam berarti bagaimana petani mengintegrasikan melalui penginderaan mereka dan memberikan penilaian dalam menentukan masa awal tanam, karena untuk memberikan penilaian untuk menentukan masa awal tanam dibutuhkan pemahaman yang benar tentang iklim.
Varabel X : Pemahaman Petani Padi tentang Perubahan Iklim
Variabel Y: Persepsi Petani Padi dalam Menentukan Masa Awal Tanam Padi Variabel Independent(X) Variabel Dependent(Y)
D.
Populasi dan Sampel
1. Populasi PenelitianPopulasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
Pemahaman Petani Padi tentang Perubahan Iklim
Pengertian Perubahan iklim
Sumber informasi perubahan iklim
Bentuk perubahan iklim yang dirasakan
Dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian
Persepsi petani Padi dalam menentuan masa awal
tanam padi.
waktu tanam
pola tanaman
teknologi
pengairan / irigasi dan drainase
kesimpulan.6 populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani padi di Kelurahan Pabean yang berjumlah 397 orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakeristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.7
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian.8 Jenis rancangan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling, probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.9 Dalam penelitian ini meggunakan random sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi dilakukan secar acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.10
[image:48.595.145.514.206.638.2]Penarikan sampel dengan acak, yaitu 50 orang petani yang terdapat di Kelurahan Pabean.
Tabel 3.1 Jumlah responden No Nama Kampung Jumlah Petani 1 Karang Tengah 9 orang
2 Gempol Wetan 8 orang 3 Gempol Kulon 9 orang
4 Pabean 9 orang
5 Pecinan 8 orang
6 Kedurung 8 orang
Jumlah 50 Orang
6Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2012), h.80.
7Ibid., h. 81.
8Ibid.
9Ibid., h. 82
E.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.11 Cara penyebaran angket yang akan penulis lakukan adalah dengan membagikan angket kepada responden yang ditemui langsung di lapangan, yaitu kepada masyarakat Petani Padi di Kelurahan Pabean.
[image:49.595.133.516.195.740.2]Angket yang disebarkan, disusun berdasarkan indikator-indikator yang dapat dilihat pada tabel 3.2
Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Pedoman Kuesioner
No Variabel Sub-Variabel Nomor Soal
1 Pemahaman Perubahan Iklim
Pengertian Perubahan
iklim
Sumber informasi perubahan iklim
Bentuk perubahan
iklim yang dirasakan
Dampak perubahan
iklim terhadap sektor pertanian
1-10
16
11-15
17,18
2 Persepsi dalam menentukan masa awal tanam
waktu tanam
pola tanaman
teknologi pengairan /
irigasi dan drainase
Pembacaan masa awal tanam berdasarkan
1-3
4-11
12-13
14-18
pengetahuan lokal
Sumber: Fitri Kurniawati. “Pengetahuan dan Adaptasi Petani Sayuran
Terhadap Perubahan Iklim,” Tesis pada Program Studi Magister Ilmu