PERUBAHAN IMUNOGLOBULIN G (IgG) DAN
IMUNOGLOBULIN A (IgA) PADA QORI
PENGHAFAL AL-
QUR’AN DI YAYASAN BAITUL
QUR’AN INDONESIA –
DEPOK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
Oleh:
Laukha Mahfudloh
NIM: 106102003412
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN
Jakarta, Juli 2010
Laukha Mahfudloh
3
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : LAUKHA MAHFUDLOH
NIM : 106102003412
Judul : Perubahan Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin A (IgA) pada
Qori Penghafal Al-Qur’an di Yayasan Baitul Qur’an Indonesia – Depok
Dinyatakan bahwa skripsi dari mahasiswa ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta.
Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Zilhadia, M.Si, Apt Drs.H.Achmad Gholib, M.A
NIP.197308222008012007 NIP.195410151979021001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt NIP. 1956010619851010001
4
Skripsi dengan judul
PERUBAHAN IMUNOGLOBULIN G (IgG) DAN IMUNOGLOBULIN A
(IgA) PADA QORI PENGHAFAL AL-QUR’AN DI YAYASAN BAITUL
QUR’AN INDONESIA -DEPOK
Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh LAUKHA MAHFUDLOH
NIM. 106102003412
Pembimbing
Zilhadia, M.Si, Apt Drs.H.Achmad Gholib, M.A
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji
Ofa Suzanti Betha, M,Si, Apt Farida Sulistiawati, M.Si, Apt Alfiah, M.A
Penguji I Penguji II Penguji III
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5 ABSTRACT
Title: The Changing of Immunoglobulin G (IgG) and Immunoglobulin A (IgA) to The Qori Fluent in Memorizing The Holy Qur’an in Yayasan Baitul
Qur’an Indonesia- Depok
There was a research about the changing of imun system of the body of Qori
fluent in memorizing the Holy Quir’an in Yayasan Baitul Qur’an Indonesia-
Depok. The research aimed to prove that activities fluent in memorizing the Holy Quran in 60 minutes improved the imunologic body response, especially Immunoglobulin G (IgG) and Immunoglobulin A (IgA) which having role in doing activities as specific antibody. The test was done by measuring Imunoglobulin G (IgG) and Immunoglobulin A (IgA) to the serum of Qori fluent in memorizing the Holy Qur’an before and after memorizing the Holy Qur'an. The measurement was done by using RID (Radial Immuno Diffusion) method. It was about forming a complex antigen-antibody which was shown by the form of a ring. The result of the research shown us significant differences between before and after memorizing the Holy Qur'an (P <0.05), namely IgA (P = 0.006) and IgG (P
< 0.05). It concluded that by memorizing the Qur’an can change the
concentration of Immunoglobulin A (IgA) and Immunoglobulin G (IgG).
6 ABSTRAK
Judul : Perubahan Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin A (IgA) pada Qori Penghafal Al-Qur’an di Yayasan Baitul Qur’an Indonesia - Depok
Telah dilakukan penelitian tentang perubahan sistem imun dalam tubuh pada Qori penghafal Al-Qur’an di Yayasan Baitul Qur’an Indonesia – Depok. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan
bahwa aktivitas menghafal Al-Qur’an selama 60 menit dapat
meningkatkan respon tubuh imunologik terutama Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin A (IgA) yang dapat berperan dalam melakukan aktivitas sebagai antibodi yang spesifik. Pengujiannya dilakukan dengan mengukur kadar Imunoglobulin G (IgG) dan
Imunoglobulin A (IgA) pada serum Qori Penghafal Al-Qur’an
sebelum dan sesudah menghafal Al-Qur’an. Pengukuran
Imunoglobulin G IgG) dan Imunoglobulin A (IgA) dilakukan dengan metode RID ( Radial Immuno Diffusion). Prinsip metode ini adalah dengan terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang ditandai dengan terbentuknya cincin. Dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin A (IgA) sebelum dan sesudah menghafal Al-Qur’an (P<0,05) yaitu IgA ( P = 0,006) dan IgG (P<0,05). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dengan menghafal Al-Qur’an dapat merubah
konsentrasi Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin A (IgA).
7
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah wa syukurilah, puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT
Yang Maha Kuasa atas berkat, rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan skipsi ini dengan judul “Perubahan
Imunoglobulin G (IgG), Imunoglobulin A (IgA) pada Qori Penghafal Al-Qur’an
di Yayasan Baitul Qur’an Indonesia - Depok”.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program
pendidikan strata satu pada jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Prof.DR.(hc)dr.MK. Tadjudin,Sp.And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt, selaku Ketua Program Studi
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Zilhadia, M.Si, Apt selaku pembimbing I yang dengan penuh
perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan, arahan, nasehat,
serta petunjuk selama melaksanakan penelitian dan penulisan skipsi.
4. Bapak Drs. H. Achmad Gholib, MA Selaku pembimbing II yang telah
membantu dan memberikan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan
8
5. Bapak Yasin Hasan, δc dan εu’allimin εasyhud atas bantuan dan
bimbingan dalam pencarian sampel Qori di Yayasan Baitul Qur’an
Indonesia.
6. Dra. Neneng Gusniarti dan Ibu Abdiyah Wahyuni yang telah membantu
dalam pengambilan sampel darah dan dalam menganalisis sampel darah
dan fasilitas lain dari Laboratorium Makmal Terpadu FKUI.
7. Drs. Kusmardi, Ms dan Dra. Ria Kodariah, Ms yang telah membertikan
izin, fasilitas dan arahan dalam analisis IgG dan IgA di Laboratorium
Imunopatologi FKUI..
8. Bapak Suhendra, SE atas bimbingannya membantu penyelesaian analisis
SPSS 16.
9. Seluruh staff Dosen Jurusan Farmasi Universitas Islam Negeri Jakarta
yang telah menyumbangkan ilmunya dan membantu kelancaran penulis
dalam menyelesaikan pendidikan S1.
10.Ibunda tercinta Hj.Ulya Afifah (Alm) yang telah memberikan kasih
sayang yang tak terhingga dan semangat untuk meraih harapan.
11.Bapak H. Ulin Nuha yang telah memberikan dukungan baik secara
moral, materil dan spirituil untuk meraih kesuksesan di masa yang akan
datang.
12.Mbah H. Aminah terima kasih atas kasih sayang, dukungan dan doanya,
Mbak Titik, Mbak Anik, Mas Adam, Mas Aris dan Adikku Hilal yang
selalu memberikan semangat dan dukungannya. Om Jazim Hamidi S.sos
dan Tante Dindin yang telah dengan ikhlas memberikan fasilitas untuk
9
setia memberikan dukungan dan motivasi untuk tidak lelah dalam
menyelesaikan skripsi ini dan memberikan semangat dan kasih sayang
yang tak henti-hentinya dalam hangat pelukan hati..
13.Kepada Ulil, Lisna, Rika dan Ina yang selalu setia menemani dalam
langkah dengan semua canda, tawa, tangis serta bahagia yang menghiasi
hari-hari selama 4 tahun di farmasi. Via teman seperjuangan jatuh
bangun dalam penyelesaian skripsi ini, Lita, Sanny yang menemani
mondar-mandir yang tak henti-hentinya sampai semua bisa teratasi dan
teman-teman farmasi terutama angkatan 2006, serta semua pihak yang
membantu penulis selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
Semoga skipsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia ilmu pengetahuan
maupun syiar agama Islam. Amin.
Jakarta, Juli 2010
10
2.2.2. Volume Paru-paru dan Proses Bernapas ... 26
2.2.3. Uji Fungsí Paru-Paru ... 27
2.3.Penyakit Pernapasan ... 2.2.1 Obstruktif ... 30
2.7 Teknik Pengambilan Sampel ... 2.7.1 Faktor yang Perlu Dipertimbangkan ... 54
11
2.7.3 Penentuan Besar Sampel ... 58
BAB III KERANGKA KONSEP ... 60
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 61
4.2 Alat dan Bahan ... 61
4.3 Metode Penelitian . ... . 62
4.3.1 Pengisian Kuesioner... 62
4.3.2 Seleksi Relawan... 62
4.3.2 Pengukuran Volume Paru ... 62
4.3.3 Pengambilan Darah ... 62
4.3.4 Pemeriksaan IgG ... 63
4.3.5 Pemeriksaan IgA ... 64
4.3.6 Teknik Analisis Data ... 64
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5.1Data Hasil Pengisian Kuesioner dan Seleksi Relawan ... 66
5.2 Data Hasil Pengukuran Volume Paru ... 66
5.3 Data Hasil Pengukuran Tekanan Darah ... 67
5.4Data Hasil Pemeriksaan Darah Rutin ... 67
5.5Data Hasil Pemeriksaan IgG dan IgA ... 67
5.6Pembahasan ... 68
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 6.1 Kesimpulan ... 74
6.2 Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 75
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar I Pembagian Sistem Imun ... 27
Gambar II Skematis Sebuah Antibodi... 29
Gambar III Struktur Dasar Antibodi ... 29
Gambar IV Perangkat Analisa Sampel Darah ... 64
13
DAFTAR TABEL
Tabel I Kapasitas dan Volume Paru ... 14
Tabel II Cara Pemeriksaan Darah ... 24
Tabel III Nilai Sel Darah Normal... 24
Tabel IV Sifat Fisiko Kimia dari Subklas IgG ... 34
Tabel V Sifat Kelas Imunoglobulin Yang Berbeda-Beda ... 37
Tabel VI Ringkasan Golongan Antibodi... 37
Tabel VII Konsentrasi IgG dan IgA pada Manusia (mg/L) ... 66
14
DAFTAR LAMPIRAN
1. Penentuan Besar Sampel ... 68
2. Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Subyek Penelitian... 69
3. Kuesioner Relawan Penelitian ... 70
4. Surat Permohonan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 72
5. Surat Izin Penelitian di Laboratorium Imunopatologi FKUI ... 73
6. Surat Bantuan Kerjasama ... 74
7. Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 75
8. Hasil Pengisian Kuesioner ... 76
9. Hasil Pengukuran Spirometer ... 77
10.Hasil Pengukuran Tekanan Darah ... 78
11.Hasil Pengukuran Darah Rutin... 79
12.Hasil Pengukuran IgG dan IgA ... 80
13.Data Hasil Pemeriksaan Darah Rutin dengan SPSS ... 81
15 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Qori secara bahasa berasal dari kata qoroa yang berarti membaca. Qori
menurut istilah adalah orang yang membaca Al-Qur’an dengan suara yang
merdu dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Salah satu jenis qori yaitu
qori penghafal Al-Qur’an. Qori penghafal Al-Qur’an adalah seseorang yang
menghafal Al-Qur’an dengan cara membacanya berulang-ulang sambil
memahami maknanya. Dengan cara seperti itu, proses menghafal Al-Quran
akan menjadi lebih cepat. (Depag RI, 1995).
Menghafal Al-Qur’an sangat dianjurkan dalam islam karena sangat
bermanfaat baik secara lahir maupun batin. Manfaat itu antara lain adalah hati
akan senantiasa tentram dan bahagia, potensi diri yang fitrah akan terbangun,
sehingga pribadi sabar dan tabah akan terbentuk.(Sudirman Tebba 2005,
Alfandi & Amin 2008)
Sebuah penelitian membuktikan bahwa ketenangan dapat meningkatkan
ketahanan tubuh imunologik, mengurangi resiko penyakit jantung, dan
meningkatkan harapan usia. Sedangkan stress menyebabkan rentan terhadap
infeksi, dapat mempercepat perkembangan sel kanker, dan meningkatkan
metastasis. (Moh Sholeh, 2006). Ini merupakan masalah penelitian mengingat
dengan membaca Al-Qur’an dapat meningkatkan respon ketahanan tubuh
imunologik belum terungkap secara jelas.
Membaca Al-Qur’an pada qori penghafal Al-Qur’an mengandung aspek
16
secara konseptual, pengaruh membaca Al-Qur’an dan menghafalnya berkaitan
dengan ketahanan tubuh imunologik yang diperantarai oleh neurotransmiter,
neurohormonal dan hormon, antara lain adalah Imunoglobulin G (IgG) dan
Imunoglobulin A (IgA). (Moh.Sholeh, 2006)
Mekanisme pertahanan tubuh spesifik mempunyai 2 efektor yaitu efektor
selular dan efektor humoral. Efektor respon imun humoral disebut antibodi,
suatu protein yang dijumpai dalam jumlah relatif banyak dalam serum. Dalam
sistem efektor humoral ini, imunitas diberikan oleh antibodi yang terdapat
dalam cairan tubuh atau darah dan bertanggung jawab dalam pengenalan dan
penghancuran antigen. Antigen sendiri adalah bahan yang biasanya asing bagi
tubuh dan mencetuskan respon imun spesifik bila masuk tubuh. Pada efektor
humoral ini yang berperan adalah limfosit B / sel B. Sedangkan efektor seluler
yang berperan adalah limfosit T / sel T. Dimana sel B memberi respon
terhadap antigen asing yaitu dengan cara berkembang menjadi
antibody-producing cell yaitu sel plasma yang dapat membentuk antibodi. Sedangkan
sel T sebagai perantara pada imunitas seluler. Dewasa ini telah diketahui
bahwa antibodi terbagi menjadi 5 kelas yaitu IgA, IgG, IgE, IgM, IgD.
(Darmono, 2006)
Qori penghafal Al-Qur’an yang rutin membaca dan menghafal Al
-Qur’an dengan disuarakan (Tilawatil -Qur’an) adalah termasuk ke dalam
latihan pernapasan, sehingga diharapkan pada qori yang rutin membaca
Al-Qur’an dapat terhindar dari penyakit pernapasan seperti obstruktif yang
mempengaruhi kemampuan ekspirasi, dan restriktif yang mempengaruhi
17
Pada penelitian ini, relawan yang digunakan sebagai sampel penelitian
diambil dari Yayasan Baitul Qur’an Indonesia yang terletak di daerah Kelapa
Dua, Depok. Yayasan ini merupakan yayasan swasta yang didirikan pada
tanggal 20 April 2006 dengan akta pendiriannya C-65.HT.03.01-TH 2006 dan
diketui oleh Bapak Edy Kurniawan. Di Yayasan ini penerimaan santri baru
dimulai pada bulan Juli. Jumlah siswa baru yang mendaftar pada tahun ajaran
2009/2010 adalah sebanyak 30 orang. Program yayasan ini adalah beasiswa
yaitu santri yang masuk tidak dikenakan biaya, akan tetapi para santri wajib
menghafalkan Al-Qur’an. Setiap hari pada waktu pagi hari dan malam hari
dilakukan kegiatan rutin menghafal Al-Qur’an secara bersama-sama dan
kemudian dari tiap-tiap hafalannya dibaca di depan ustadznya. Dari 30 orang,
yang diambil sebagai relawan hanya 15 dari 20 relawan yang memenuhi
kriteria inklusi dengan cara pengisian kuesioner. Pengambilan sampelnya
dilakukan secara acak. Selain itu ada 4 orang sebagai pembanding yang
digunakan yaitu relawan yang memenuhi kriteria eksklusi.
1.2Perumusan Masalah
Apakah ada perubahan konsentrasi IgG, IgA sebelum dan sesudah melakukan
hafalan Al-Qur’an pada qori penghafal Al-Qur’an di Yayasan Baitul Qur’an
Indonesia?
1.3Hipotesa
Terdapat perubahan konsentrasi IgG, IgA sebelum dan sesudah melakukan
hafalan Al-Qur’an pada qori penghafal Al-Qur’an di Yayasan Baitul Qur’an
18 1.4Tujuan Penelitian.
Untuk mengetahui perubahan konsentrasi IgG, IgA sebelum dan sesudah
melakukan hafalan Al-Qur’an pada qori penghafal Al-Qur’an di Yayasan
Baitul Qur’an Indonesia.
1.5Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi penting kepada
masyarakat bahwa menghafal Al-Qur’an dapat merubah IgG, IgA sehingga
dapat mempengaruhi sistem imun dalam tubuh menjadi seimbang sehingga
19 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Al-Qur’an
Al-Qur’an berasal dari kata Qoro’a yang berarti bacaan. Kata Al-Qur’an
itu berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru’ yang berarti yang
dibaca. Al-qur’an adalah kalam Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan
(diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan yang ditulis di mushaf dan
diriwayatkan secara mutawatir dan yang membacanya bernilai ibadah. (Depag RI,
1995)
Al-Qur’an merupakan bacaan yang paling baik dan sempurna, sebab
membaca Al-Qur;an bukan hanya akan memberikan pencerahan dalam hati dan
pikiran tetapi membaca Al-Qur’an juga memiliki kebajikan yang besar dan dilipat
gandakan. Membaca Al-Qur’an dan mentadaburkannya hingga meresap dalam
hati, selain merupakan perintah Allah juga salah satu dzikrullah yang paling baik
dan sangat utama. Hal tersebut merupakan wujud nyata bahwa kita benar-benar
beriman dan bertaqwa kepada Allah. Sebab membaca Al-Qur’an adalah perintah
Allah. (Samsul Munir Amin dan Haryanto Al-Fandi, 2008)
Allah telah berfirman ( QS.Al-ankabut : 45) :
Artinya :”Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al
Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang
20
2.1.1 Seni Membaca Al-Qur’an
Dalam membaca Al-qur’an banyak sekali seni yang dapat memperindah
bacaan Al-Qur’an sehingga ketika dilafadzkan akan terdengar merdu. Seni- seni
bacaan dalam Al-Qu’an antara lain adalah : (εisbachul munir, 1999).
1. Qoror / low, adalah piano (suara lembut), maksudnya ialah suara yang
paling rendah ( lowest ).
2. Nawa / medium ; adalah mempunyai dua cabang ;
a. Mezzo Soprano ; yaitu antara suara tinggi dan rendah
b. Mezzo forte ; yaitu suara sedang
3. Jawab / high adalah crescendo yaitu suara yang menanjak kuat.
4. Jawabul jawab / highest fortissimme ; yaitu suara yang sangat kuat
Macam-macam variasi dalam membaca AslQur’an : (εisbachul munir,
1999).
1. Adiyah ( Tidak banyak turun naik suara dan lagunya )
2. Su’ud ( Menaikkan suara dan lagu secara bertangga )
3. nurul ( Menurunkan suara dan lagu secara bertangga )
4. Taqrir ( Mengulang-ulang lagu dan getaran suara )
5. Raml ( Membarengkan suara dan lagu )
6. Tahlid ( Mencampur variasi-variasi dalam satu cabang lagu )
Kegunaan lagu-lagu tilawatil Qur’an selain bisa diterapkan dengan bacaan
tahqiq (bacaan lambat/pelan, seperti dalam aturan εusabaqoh Tilawatil Qur’an),
juga bisa diterapkan pada bacaan tartil (yaitu bacaan sedang, tidak terlalu lambat
juga tidak terlalu cepat, seperti yang biasa dibaca dalam tadarus Al-Qur’an
21
yang lebih cepat lagi dari keduanya, seperti bacaan tadzwir atau hadr. Caranya
cukup dengan suara yang sedang saja, tidak perlu memakai nada tinggi, juga
mengurangi variasi-variasinya, lagu-lagu cabangnya maupun ukuran panjang
pendek bacaannya, tentunya harus sesuai dengan aturan ilmu tajwid. Jelasnya,
apabila lagu-lagu tersebut dipakai untuk keperluan bacaan-bacaan yang lebih
cepat maka gaya bahasanya harus disederhanakan. (Misbachul munir, 1999).
Hal yang diperintahkan seorang qori adalah hendaknya ikhlas dalam
bacaannya, mengharapkan pahala dari Allah SWT, tidak dimaksudkan sebagai
sarana untuk sesuatu yang lain, bersopan santun dengan Al-qur’an dan
mengkhusukkan hati bahwa sedang bermunajat kepada Allah. Untuk itu, ia
membaca sebagaimana melihat Allah karena sesungguhnya jika ia tidak
melihat-Nya, maka Allah SWT melihatnya. (Imam Nawawi, 1995)
2.1.2 Dzikir Al-Qur’an
Dzikir secara etimologi berasal dari kata bahasa arab Dzakara yang artinya
mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau
mengerti. Biasanya perilaku dzikir diperlihatkan orang dalam bentuk renungan
sambil duduk dengan membaca bacaan-bacaan tertentu. Sedangkan dalam
pengertian terminologi dzikir sering dimaknai sebagai suatu amal ucapan atau
amal qouliyah melalui bacaan-bacaan tertentu untuk mengingat Allah. Berdzikir
kepada Allah adalah suatu rangkain dari iman dan islam yang mendapat perhatian
khusus dan istimewa dalam Al-Qur’an dan hadis. (Samsul Munir Amin dan
22
Dzikir kepada Allah umumnya dapat diklasifikasikan menjadi empat
bentuk atau jenis, hal ini didasarkan pada aktivitas apa yang digunakan untuk
mengingat Allah, yaitu :
1. Dzikir fikir (tafakur)
Berfikir dan bertafakur tentang penciptaan langit dan bumi, bahtera yang
luas dan membawa berbagai hal yang bermanfaat bagi kehidupan,
memikirkan tentang diri sendiri sebagai sosok makhluk dan hamba Allah
yang diciptakan dengan teramat indah dan sempurna, merenungkan dan
memikirkan makna serta kandungan Al-Qur’an adalah bentuk dari dzikir
kepada Allah yaitu dzikir fikir. (Samsul Munir Amin dan Haryanto
Al-fandi, 2008)
2. Dzikir dengan lisan atau ucapan
Sebagaimana firman Allah (QS.Al Muzammil : 8) :
Artinya : ”Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan
penuh ketekunan”.
Dzikir lisan dapat dimaknai dengan dzikir yang diucapkan dengan lisan
dan dapat didengar oleh telinga baik bagi yang membacanya ataupun yang
mendengarnya. Dzikir lisan ini terbagi menjadi 2 bentuk yaitu dzikir yang
dilakukan dengan cara pelan (sirr) atau berbisik (hams) dan dzikir yang
dilaksanakan dengan suara yang keras (jahar). (Samsul Munir Amin dan
23
3. Dzikir dengan hati atau qolbu
Dzikir qolbu adalah aktivitas mengingat Allah yang dilakukan dengan hati
atau qolbu saja artinya sebutan itu dilakukan dengan ingatan hati saja.
Dzikir qolbu juga dapat dimaknai dengan melakukan dzikir dengan lisan
dan hati, maksudnya adalah lisan berucap dengan pelan dan hati
mengingat dan meresapi maknanya. (Muhammad Makhdlori, 2008)
4. Dzikir dengan amal perbuatan
Yang dimaksud dengan dzikir amal adalah setiap perbuatan atau aktivitas
seseorang yang baik dan dapat mengantarkannya untuk teringat kepada
Allah. Dzikir amal juga dapat diartikan sebagai tindakan yang didasarkan
pada aturan dan ketentuan Allah. Sehingga dapat dimaknai dzikir amal
terwujud dengan menempatkan Allah yang Maha Tunggal sebagai awal
dan akhir dari setiap perbuatan dan tindakan. (Abdul Rosul, 2007)
Sesungguhnya membaca Al-Qur’an memiliki keutamaan dan manfaat
yang besar bagi hidup dan kehidupan kita di dunia dan di akhirat. Tentunya tidak
hanya sekedar membaca, namun kita juga mesti mentadaburkannya dan meresapi
makna yang terkandung di dalamnya, karena hanya dengan begitu Al-Qur’an yang
kita baca akan memberikan kesan yang mendalam di jiwa serta memberikan
pengaruh positif bagi kita dalam menjalani kehidupan. (Samsul Munir Amin dan
Haryanto Al-Fandi, 2008)
Al-Qur’an adalah petunjuk bagi umat manusia, pembeda antara yang hak
dan yang batil, Al-Qur’an sumber dari segala sumber hukum dalam Islam,
membacanya bernilai ibadah bahkan merupakan ibadah yang sangat mulia dan
24
paling baik bagi segala penyakit, baik penyakit fisik maupun psikis. (Samsul
Munir Amin dan Haryanto Al-Fandi, 2008)
Allah berfirman (QS.Yunus :57) :
Artinya : ”Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman”.
Sungguh sangat besar dan banyak manfaat dan fadhilah membaca
Al-qur’an. Oleh karena itu agar seseorang dapat memetik manfaat dan keutamaan Al
-Qur’an tentunya dalam membaca Al-Qur’an harus dengan baik, selain dengan
meresapi makna yang terkandung di dalamnya, juga harus mengindahkan etika
atau adab membaca Al-Qur’an termasuk tatacara membaca dengan benar,
memperhatikan tajwid, qira’at yang benar dan ketentuan-ketentuan lain yang
disyari’atkan. (εa’mur Daud, 1997)
Hal lain yang penting adalah berhubungan dengan niat. Niat adalah
kemauan yang kuat. Niat adalah tujuan yang berasal dari dalam hati. Niat adalah
dorongan hati yang dilihatnya sesuai dengan tujuan, berupa mendatangkan
manfaat atau menghindarkan diri dari madarat, dari sisi keadaan maupun harta.
Hakikat niat adalah pengkaitan tujuan dengan hal yang dituju. Niat adalah tujuan
sesuatu yang disertai dengan pelaksanaanya. (Yusuf Qordhawi, 1998)
Dalam Al;-Qur’an niat itu diungkapakan dengan kata ikhlas dan mukhlis
25
hingga menjadi bersih. Ikhlas tujuan utamanya adalah ketaatan kepada Allah.
Ikhlas adalah membersihkan perbuatan dari segala ketidakmurnian umum,
termasuk apa yang timbul dari keinginan untuk menyenangkan diri sendiri dan
orang lain. Atau membebaskan tujuan dari selain Allah SWT yang berperan dalam
perbuatan itu. Yang penting dalam ibadah adalah niat dan kesucian niat itu. Sebab
hubungan niat dengan ibadah seperti hubungan jiwa dengan raga. Bentuk fisik
ibadah adalah berasal dari aspek diri dan raganya. Sedangkan niat adalah ruh
ibadah yang berasal dari aspek batin dan hati. (Yusuf Qotdhowi, 1998)
2.2 Pernapasan 2.2.1 Pengertian
Pernapasan secara harafiah berarti pergerakan oksigen (O2) dari atmosfer
menuju ke sel dan keluarnya karbon dioksida (CO2) dari sel ke udara bebas.
Pemakaian O2 dan pengeluaran CO2 diperlukan untuk menjalankan fungsi normal
sel dalam tubuh, tetapi sebagian besar tubuh kita tidak dapat melakukan
pertukaran gas-gas langsung dengan udara karena sel-sel tersebut letaknya sangat
jauh dari tempat pertukaran gas tersebut. Karena itu, sel-sel tersebut memerlukan
struktur tertentu untuk menukar maupun untuk mengangkut gas-gas tersebut.
(Sylvia dan Lorraine, 2006)
Pernapasan berarti pergerakan oksigen dari atmoser menuju ke sel-sel
dan keluarnya karbon dioksida dari sel-sel ke udara bebas. Proses pernapasan
terdiri dari beberapa langkah yaitu sistem pernapasan, sistem saraf pusat dan
sistem kardiovaskuler. Anatomi saluran pernapasan sehingga mencapai paru-paru
adalah hidung, laring, trakea, bronkus dan bronkiolus. Saluran pernapasan dari
26
udara masuk ke rongga hidung, udara tersebut disaring, dihangatkan dan
dilembabkan (Davidson Sue, Tony Smith.2006).
Secara garis besar pernapasan dibagi menjadi dua yaitu : (Irman Somantri,
2008)
1. Penapasan dalam (internal) : yaitu pertukaran gas antar organel sel
(mitokondria) dan medium cairnya. Hal tersebut menggambarkan
proses metabolisme intraseluler yang meliputi konsumsi O2 dan
pengeluaran CO2 sampai menghasilkan energi.
2. Pernapasan luar (eksternal) : Yaitu absorbsi O2 dan pembuangan
CO2 dari tubuh secara keseluruhan ke lingkungan luar.
2.2.2 Volume Paru-Paru dan Proses Bernapas
Secara konvensional, volume terdiri dari dua atau lebih volume yang
dikenal sebagai “kapasitas”, sedangkan yang tidak dapat dibagi dikenal sebagai
“volume”. Volume yang dihirup dan dikeluarkan dikenal sebagai volume tidal dan
memperlihatkan beberapa volume istirahat yang biasanya sekitar 500 ml. (Jeremy
PT.Ward, dkk, 2007 )
Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4500
cc. Udara ini dikenal sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia.
Walaupun demikian, kapasitas vital udara yang digunakan dalam proses bernapas
mencapai 3500 cc, yang 1000 cc merupakan sisa udara yang tidak dapat
digunakan tetapi senantiasa mengisi bagian paru-paru sebagai residu atau udara
sisa. Kapasitas vital adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan
seseorang setelah mengisi paru-parunya secara maksimum. Dalam keadaaan
27
udara dalam bernapas hanya menggunakan sekitar 500 cc volume udara
pernapasan (kapasitas tidal = ± 500 cc). Kapasitas tidal adalah jumlah udara yang
keluar masuk paru-paru pada pernapasan normal. Dalam keadaan luar biasa,
inspirasi maupun ekspirasi dalam menggunakan sekitar 1500 cc udara pernapasan
(expiratory reserve volume = inspiratory reserve volume = 1500 cc) ( Sylvia dan
Lorraine, 1995).
Dengan demikian, udara yang digunakan dalam proses pernapasan
memiliki volume antara 500 cc hingga sekitar 3500 cc. Dari 500 cc udara
inspirasi/ekspirasi biasa, hanya sekitar 350 cc udara yang mencapai alveolus,
sedangkan sisanya mengisi saluran pernapasan. Volume udara pernapasan dapat
diukur dengan suatu alat yang disebut Spirometer. Besarnya volume udara
pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ukuran
alat pernapasan, kemampuan dan kebiasaan bernapas, serta kondisi kesehatan
(Davidson Sue, Tony Smith, 2006).
2.2.3 Uji Fungsi Paru-Paru
Uji fungsi paru (PFT) ini dibagi dalam dua kategori yaitu uji yang
berhubungan dengan ventilasi paru dan dinding dada dan uji yang berhubungan
dengan pertukaran gas. Pada beberapa penyakit, mempunyai gambaran gangguan
fungsi yang khas dan dapat dibedakan antara kelainan ventilasi obstruktif dan
restriktif. Gangguan ventilasi obstruktif mempengaruhi kemampuan ekspirasi,
sedangkan restriktif mempengaruhi kemampuan inspirasi. (Sylvia dan Lorraine,
2006)
Volume dan kapasitas paru merupakan pengukuran anatomis yang
28
empat kapasitas paru. Kapasitas paru selalu terdiri dari dua volume paru atau
lebih. Kapasitas dan volume paru dapat diukur dengan spirometer. Spirometer
adalah suatu alat sederhana yang dilengkapi pompa atau bel yang akan bergeser
pada waktu pasien bernapas ke dalamnya melalui sebuah katup dan tabung
penghubung. Pada waktu menggunakan spirometer, grafik akan terekam pada
sebuah drum yang dapat berputar dengan sebuah pena pencatat. Spirometer
langsung dengan memakai komputer pada waktu pasien berada di tempat tidur
sering dilakukan. (Sylvia dan Lorraine, 2006)
Tabel I. Kapasitas dan Volume Paru(Sylvia dan Lorraine, 2006)
Pengukuran Simbol Nilai rata-rata laki-laki
dewasa (ml)
Definisi
Volume tidal VT 500 Jumlah udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap kali
bernapas (nilai ini adalah untuk keadaan istirahat)
Volume cadangan
inspirasi
IRV 3100 Jumlah udara yang dapat diinspirasi secara paksa sesudah inhalasi
volume tidal normal
Volume cadangan
ekspirasi
ERV 1200 Jumlah udara yang dapat diekspirasi secara paksa sesudah
ekspirasi volume tidal yang normal
Volume residu RV 1200 Jumlah udara yang tertinggal di dalam paru sesudah ekspirasi
paksa
Kapasitas paru total TLC 6000 Jumlah udara maksimal yang dapat dimasukkan ke dalam paru
sesudah inspirasi maksimal : TLC = VT +IRV +ERV+ RV ; TLC =
VC + RV
Kapasitas vital VC 4800 Jumlah udara maksimal yang dapat diekspirasi sesudah inspirasi
maksimal: VC = VT +IRV + ERV (seharusnya 80% dari TLC)
Kapasitas inspirasi IC 3600 Jumlah udara maksimal yang dapat diinspirasi sesudah ekspirasi
normal : IC = VT + IRV
Kapasitas residu
fungsional
FRC 2400 Volume udara yang tertinggal di dalam paru sesudah ekspirasi
volume tidal normal : FRC = ERV + RV
Volume-volume udara berikut yang dapat diukur dengan pertolongan spirometer :
a. Kapasitas vital paksa (FVC) adalah pengukuran kapasitas vital yang
29
penting. Volume udara ini dalam kondisi normal nilainya kurang lebih
sama dengan VC, tetapi mungkin sangat berkurang pada pasien obstruksi
saluran napas karena penutupan dini saluran napas yang kecil dan akibat
udara yang terperangkap.
b. Volume ekspirasi paksa (FEV) adalah volume udara yang dapat
diekspirasi dalam waktu standar selama tindakan FVC. Biasanya FEV
diukur selama detik pertama ekspirasi yang dipaksakan . Ini disebut
dengan FEV1, FEV merupakan petunjuk yang sangat berharga untuk
mengetahui adanya gangguan kapasitas ventilasi dan nilai yang kurang
dari 1L selama detik pertama menunjukkan adanya gangguan fungsi berat.
FEV sebaiknya selalu dihubungkan dengan FVC atau VC. Individu normal
dapat menghembuskan napas sekitar 80% dari kapasitas vitalnya dalam
sedetik, dinyatakan sebagai rasio FEV1/ FVC. Tidak banyak perbedaan apakah
FVC atau VC yang dipergunakan sebagai rasio. Rasio ini besar sekali
manfaatnya untuk membedakan antara penyakit-penyakit yang menyebabkan
obstruksi saluran napas dan penyakit-penyakit yang menyebabkan paru-paru
tidak dapat mengembang sepenuhnya. Pada penyakit obstruktif seperti
bronkhitis kronik atau emfisema terjadi pengurangan FEV1 yang lebih besar
dibandingkan dengan kapasitas vital (kapasitas vital mungkin normal) sehingga
rasio FEV1/FVC kurang dari 80%. Pada penyakit restriktif parenkim paru-paru
misalnya sarkoidosis maka baik FEV1 dan FVC atau VC mengalami penurunan
dengan perbandingan yang kurang lebih sama dan perbandingan FEV1/FVC
30 2.3 Penyakit Pernapasan
Penyakit pernapasan diklasifikasikan berdasrkan etiologi, letak anatomis,
sifat kronik penyakit, dan perubahan struktur dan fungsi.
2.3.1 Obstruktif
a. Bronkitis kronik merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh
pembentukan mukus yang berlebihan dalam bronkus dan bermanifestasi
sebagai batuk kronik dan pembentukan sputum selama sedikitnya 3
bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam dua tahun
berturut-turut.
b. Emfisema paru merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru
yang ditandai oleh pembesaran alveolus dan duktus alveolaris yang tidak
normal, serta destruksi dinding alveolar.
c. Asma merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh hipersekretivitas
cabang trakeobronkial terhadap berbagai jenis rangsangan dan keadaan
ini bermanifestasi sebagai penyempitan jalan napas secara periodik dan
reversibel akibat bronkospasma.
2.3.2 Restriktif
Gangguan ventilasi restriktif ditandai dengan peningkatan kekakuan paru,
toraks atau keduanya akibat penurunan ketegangan dan penurunan semua volume
paru termasuk kapasitas vital. Kerja pernapasan meningkat untuk mengatasi daya
elastisitas alat pernapasan, sehingga napas menjadi cepat dan dangkal. Akibat
fisiologis ventilasi yang terbatas ini adalah hipoventilasi alveolar dan
31
restriktif paru dibagi menjadi dua golongan : gangguan ekstrapulmonal termasuk
gangguan neurologik, neuromuskular dan gangguan pada rangka torak; dan
penyakit-penyakit yang menyerang pleura dan parenkim paru.
2.4 Darah 2.4.1 Pengertian
Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain,
berada dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang
dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai
bahan serta fungsi homeostasis.(Mohamad Sadikin,2002)
Dua sifat utama darah yaitu warna merah dan kental itulah yang
membedakan darah dari cairan tubuh lainnya. Kekentalan ini disebabkan oleh
banyaknya senyawa dengan berbagai macam berat molekul, dari yang kecil
sampai yang besar seperti protein, yang terlarut di dalam darah. Warna merah
yang memberi warna yang khas pada darah disebabkan oleh adanya senyawa
yang berwarna merah dalam sel-sel darah merah (SDM) yang tersuspensi dalam
darah. Dengan adanya senyawa dengan berbagai ukuran molekul yang terlarut
tersebut, ditambah dengan suspensi sel, baik sel darah merah atau sel darah lain,
darah pun menjadi cairan dengan massa jenis dan kekentalan (viskositas) yang
lebih besar daripada air. (Mohamad Sadikin,2002)
Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah
mengalir dalam pembuluh darah, dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa
oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon
dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa
32
seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke
seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah
kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan
vena cava inferior. Darah juga mengangkut bahanbahan sisa metabolisme, obat
-obatan dan bahan kimia asing dibawa ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk
dibuang sebagai air seni. Darah terdiri dari beberapa jenis korpuskula yang
membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan
kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah
(Ganong, 2002).
Darah ( kurang lebih berjumlah 5,5 L pada pria) terdiri atas sel dan cairan
yang mengalir satu arah secara teratur di dalam sistem sirkulasi tertutup. Darah
terutama didorong ke depan oleh kontraksi ritmik jantung dan terdiri atas dua
bagian : unsur berbentuk, atau sel-sel darah dan plasma (cairan tempat unsur
terbentuk berada. Unsur berbentuk meliputi eritrosit (sel darah merah), platelet
(trombosit), leukosit (sel darah putih). (Luiz Carlos Jonqueira dan Jose Carneiro,
2007)
Secara umum darah mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Alat transpor makanan yang diserap dari saluran cerna dan
diedarkan ke seluruh tubuh
b. Alat transpor O2 yang diambil dari paru-paru untuk dibawa ke
seluruh tubuh.
c. Alat transpor bahan buangan dari ke jaringan ke alat-alat ekskresi
seperti paru-paru (gas), ginjal dan kulit ( bahan terlarut dalam air),
33
tinja (suntuk bahan yang sukar larut dalam air).
d. Alat transpor antar jaringan dari bahan-bahan yang diperlukan oleh
suatu jaringan dibuat oleh jaringan lain. Hal ini tampak jelas
misalnya dalam transpor lipoprotein seperti lipoprotein densitas
tinggi atau high density lipoprotein (HDL), lipoprotein densitas
rendah atau low lipoprotein (LDL) dan hormon.
e. Mempertahankan keseimbangan dinamis (homeostasis) dalam
tubuh, termasuk didalamnya ialah mempertahankan suhu tubuh,
mengatur keseimbangan distribusi air dan mempertahankan
keseimbangan asam-basa sehingga pH darah dan cairan tubuh tetap
dalam keadaan yang seharusnya.
f. Mempertahankan tubuh dari agresi benda atau senyawa asing
umumnya selalu dianggap punya potensi menimbulkan ancaman.
Dengan demikian, secara garis besar dapat dikatakan bahwa fungsi
darah ialah sebagai sarana transpor, alat homeostasis dan alat
pertahanan. (Mohamad Sadikin,2002)
2.4.2 Macam - Macam Sel Darah
Apabila setetes darah diletakkan di atas kaca objek yang bersih dan kering
kemudian dibuat sediaan hapus dan diwarnai dengan pewarnaan May Greenwald
Giemsa (MGG), secara garis besar akan tampak sel-sel yang dapat dikelompokkan
menjadi 3 kelompok besar :
1. Sel darah merah atau eritrosit
Sel darah merah atau eritrosit adalah sel terbanyak di dalam darah. Sel ini
34
homogen. Karena sel ini mengandung senyawa yang berwarna merah, yaitu
hemoglobin, maka dengan sendirinya darah berwarna merah. Konsentrasi sel
darah merah perlu diketahui untuk mengetahui nilai fisiologi tubuh. Cara
yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi sel darah merah ada tiga.
Pertama menyatakan dalam kosentrasi hemoglobin, kedua sebagai jumlah sel
darah merah dalam suatu volume tertentu. Dan yang ketiga dalam hematokrit
(Mohamad Sadikin, 2002)
Jumlah sel darah merah kira-kira 5 juta /mm2 darah pada rata-rata orang
dewasa dan berumur 120 hari. Keseimbangan yang tetap dipertahankan antara
kehilangan dan pergantian sel darah setiap hari. Pembentukan sel darah merah
dirangsang oleh hormon glikoprotein, eritropoetin yang dianggap berasal dari
ginjal. Pembentukan eritropoetin dipengaruhi oleh hipoksia jaringan yang
dipengaruhi oleh faktor seperti perubahan O2 atmosfir, berkurangnya kadar O2
darah arteri dan berkurangnya konsentrasi hemoglobin. Perubahan massa sel
darah merah menimbulkan dua keadaan yang berbeda. Jika jumlah sel darah
merah berkurang maka timbul anemia. Sebaliknya, keadaan dimana sel darah
merah terlalu banyak disebut polisitemia yang menyebabkan peningkatan
viskositas dan volume darah. ( Sylvia dan Loraine, 1995).
2. Sel darah putih atau leukosit
Sel darah putih adalah sel lain yang terdapat dalam darah, Sel darah putih
umumnya berperan dalam mempertahankan tubuh terhadap penyusupan benda
asing yang selalu dipandanag mempunyai kemungkinan untuk mendatangkan
35
tidaklah sebanyak sel darah merah yaitu berkisar antar 0,1-0,2% dari jumlah
sel darah merah. (Mohamad Sadikin, 2001)
Jumlah normal leukosit mempunyai rentang cukup luas yaitu antara 5.103
-104 /ml. Keragaman jumlah yang sampai 100% dapat dimaklumi karena itu
jumlah leukosit tersebut berubah-ubah dari saat ke saat sesuai dengan jumlah
benda asing yang dihadapi dari saat ke saat. Bila keseluruhan leukosit lebih
dari 104 ini berarti individu berada dalam keadaan radang. (Mohamad
Sadikin, 2001)
Ada 5 jenis leukosit yang kemudian menurut bentuk inti masing-masing
kemudian dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
a. Leukosit dengan inti terpecah (sel PMN) atau granulosit
Leukosit ini terdiri dari 3 macam yaitu : (Mohamad Sadikin, 2001)
a) Netrofil : mempunyai kemampuan untuk melakukan fagositosis
yaitu menelan dan memakan benda atau sel asing dengan
menjulurkan sitoplasmanya yang mampu melakukan gerak
amuboid mengelilingi benda tersebut. Gangguan apapun terhadap
netrofil baik yang bersifat bawaan atau genetik maupun karena
pengaruh lingkungan akan menyebabkan individu yang
bersangkutan amat mudah mengalami infeksi.
b) Eosinofil : Juga mempunyai kemampuan untuk melakukan
fagositosis. Berbeda dengan sel-sel netrofil , sel eosinofil mampu
membunuh parasit termasuk parasit besar seperti cacing. Dapat
dikatakan bahwa sel eosinofil merupakan alat pertahanan terhadap
36
c) Basofil : Membawa heparin, faktor-faktor pengaktifan histamin
dan platelet pada granula-granulanya untuk menimbulkan
peradangan pada jaringan. Fungsi yang sebenarnya tidak diketahui
dengan pasti. Kadar basofil meningkat (basofilia) ditemukan pada
gangguan mieloproliferatif yaitu gangguan proliferatif dari sel-sel
pembentuk darah.
b. Leukosit dengan inti bulat (Leukosit Mononukleus)
Leukosit ini mempunyai inti yang utuh, tidak terpecah-pecah menjadi
beberapa segmen. Sebenarnya inti sel leukosit ini tidak selalu bulat sempurna
akan tetapi selalu utuh dan tidak terbagi-bagi. Leukosit ini terdiri dari 2
macam yaitu : (Mohamad Sadikin, 2001)
a) Limfosit : Leukosit mononukleus dengan sitoplasma dan inti kecil.
Sel limfosit mempunyai ukuran lebih kecil, hampir sama dengan
sel darah merah. Limfosit adalah leukosit terbanyak di dalam darah
setelah leukosit neutrofil. Berbeda dengan sel-sel granulosit,
limfosit tidak dapat melakukan fagositosis. Akan tetapi sel-sel
limfosit ini mempunyai peranan sangat penting dalam mekanisme
pertahanan atau imunitas spesifik terhadap benda asing. Bila
limfosit bertemu dengan benda asing, ia akan berkembang dan
mitosis menjadi sel plasma (plasmosit) yang berfungsi sebagai sel
penghasil antibodi.
b) Monosit : sel-sel mononukleus yang mempunyai sitoplasma yang
37
Kelainan-kelainan yang terjadi pada sel darah putih dapat mengenai setiap
lapisan sel atau semua lapisan sel dan umumnya berkaitan dengan
pembentukan atau penghancuran diri, antara lain : ( Sylvia dan Loraine, 1995).
a. Leukositosis menyatakan peningkatan leukosit yang umumnya
melebihi 10.000/mm2.
b. Netrofilia menyatakan peningkatan netrofil
c. Leukopenia menyatakan jumlah leukosit yang menurun
d. Agranulositosis menyatakan keadaan yang sangat serius ditandai
dengan jumlah leukosit yang sangat rendah dan tidak adanya netrofil.
3. Keping darah atau trombosit atau platelet
Trombosit merupakan pecahan-pecahan sel yang berasal dari sel-sel awal
yang besar di dalam sumsum tulang. Umur trombosit setelah terpecah dari sel
asalnya dan masuk darah ialah antara 8 sampai 14 hari. Konsentrasi trombosit
di dalam darah ialah antara 105 sampai 5 x 106 / ml darah. Perubahan dalam
jumlah trombosit umumnya ialah penurunan oleh karena sering terjadi pada
berbagai penyakit dan keadaan patologi tertentu. Penurunan jumlah trombosit
ini dihubungkan dengan fungsinya. (Ivan.M roitt, 2002)
Peranan trombosit yang banyak diketahui adalah homeostasis melalui
pembentukan agregasi pada dinding vaskuler yang rusak. Jumlah trombosit
yang turun akan ditandai dengan perdarahan. Selain homeostasis, trombosit
mempunyai peranan modulasi respon inflamasi, sitotoksik sel efektor dan
38
Tabel II. Cara Pemeriksaan Darah (Sylvia dan Loraine, 1995)
Pengukuran Penjelasan
Hitung sel darah merah Jumlah sel darah merah dalam 1mm3 darah
Konsentrasi hemoglobin Jumlah hemoglobin dalam volume darah tertentu
Hematokrit Persentase darah yang dibentuk oleh sel darah merah
Volume eritrosit rata-rata (MCV) Volume masing-masing sel darah merah
MCV = Hematokrit, vol % x 10
Jumlah eritrosit, juta/mm3
Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (MCHC) Perbandingan setiap eritrosit yang ditempati oleh hemoglobin
MCHC = Hemoglobin, g/100ml x 100
Hematokrit, vol %
Hemoglobin eritrosit rata-rata MCH) Jumlah persen hemoglobin dalam setiap eritrosit
MCH = Hemoglobin, g/100ml x 10
Jumlah eritrosit, juta/mm3
Hitung leukosit Jumlah leukosit dalam 1mm3 darah
Hitung jenis Persentase dari berbagai jenis leukosit yang tampak pada
pemeriksaan sediaan darah perifer
Hitung trombosit Jumlah trombosit dalam 1mm3 darah
Hitung retikulosit Presentase eritrosit tak berinti yang mengandung sisa DNA
Tabel III. Nilai Sel Darah Normal (Sylvia dan Loraine, 1995)
Pengukuran Pria Wanita
Hitung eritrosit juta sel/mm3 * 4,7-6,1 4,2-5,2
Hemoglobin, g/100ml 13,4-17,6 12,0-15,4
Hematokrit, % 42-53 38-46
MCV, µm3 /eritrosit 81-96
MCHC, g/100ml eritrosit 30-36
39
Jumlah leukosit total, sel/mm3 * 4000-10.000
-PMN, %
Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen,
misalnya bakteri, virus, fungus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan
infeksi pada manusia. Infeksi yang terjadi pada orang normal umumnya singkat
dan jarang meninggalkan kerusakan permanen. Hal ini disebabkan tubuh manusia
memiliki suatu sistem yang disebut sistem yang memberikan respon dan
melindungi tubuh dari unsur-unsur patogen. (Siti Boedina Kresno, 2001)
2.5.1 Pengertian
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi.
Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap
infeksi disebut sistem imun dan reaksi yang dikoordinasi sel-sel dan
molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya disebut respon imun. Sistem imun
diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang
dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. (Karnen Garna, 2004)
Pertahanan imun terdiri dari sistem imun alamiah atau nonspesifik
40
A. Sistem imun nonspesifik
Komponen-komponen utama sistem imun nospesifik adalah pertahanan
fisik dan kimiawi seperti epitel dan substansi antimikroba yang diproduksi
pada permukaan epitel. (Siti Boedina, 2001)
Sel-sel sistem imun tersebar di seluruh dan ditemukan di dalam sumsum
tulang, timus, darah, kelenjar getah bening, limfa, saluran napas, saluran
cerna, saluran kemih dan jaringan. Sel-sel tersebut berasal dari sel-sel
prekursor yang multi poten dalam sumsum tulang yang kemudian
berdiferensiasi menjadi potongan dua sel prognitor. Jumlahnya meningkat
oleh infeksi dan merupakan pertahanan terdepan dan respon langsung.
(Karnen Garna, 2004)
B. Sistem imun spesifik
Mengenali benda yang dianggap asing, bila benda asing muncul kembali
dan akan lebih cepat dikenal dan mudah dihancurkan. Efektifitasnya
meningkat setiap bertemu dengan antigen karena antigen dikenal oleh sel
memori. Individu yang belum mengenal antigen dan dipaparkan dengan
antigen maka akan melakukan respon primer. Sedangkan bila dipaparkan
kembali dengan antigen yang sama menghasilkan respon sekunder. (Ivan
41
Gambar I. Pembagian Sistem Imun (Karnen Garna, 2004)
-Kulit Bio kimia Fagosit Sel B Sel T
-Selaput Lendir -lisozim -Mono nuklier -IgD -Th 1
-Silia -Sekresi Sebaseus -Polimortonuklier -IgM -Th 2
-Batuk -Asam Lambung Sel NK -IgE -Th3
-Bersin -Laktoterin Sel Mast -IgG Tdth
-Asam neuraminik basofil -IgA CTL/Tc
Humoral
-Komplemen
-Interteron, CRP
2.5.2 Antigen dan Antibodi 1. Antigen
Antigen juga disebut imunogen adalah bahan yang dapat merangsang
respon imun atau bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi yang sudah ada
tanpa memperhatikan kemampuannya untuk merangsang produksi antibodi.
Secara fungsional antigen dibagi menjadi imunogen dan hapten. Bahan kimia
ukuran kecil seperti dinitrofenol dapat diikat antibodi, tetapi bahan itu sendiri
tidak dapat mengaktifkan sel B (tidak imunogenik). Untuk memacu respon
antibodi, bahan kecil tersebut perlu diikat oleh molekul besar. Kompleks yang
terdiri dari molekul kecil disebut hapten dan molekul besar disebut karier atau
pembawa dapat berperan sebagai imunogen. Contoh hapten adalah berbagai Sstem Imun
Non spesifik Spesifik
42
golongan antibiotik dan obat lainnya dengan berat molekul kecil. Hapten biasanya
dikenal oleh sel B, sedangkan molekul pembawa oleh sel T. Molekul pembawa
sering digabung dengan hapten dalam usaha memperbaiki imunisasi. Hapten
membentuk epitop pada molekul pembawa yang dikenal sistem imun dan
merangsang pembentukan antibodi. (Karnen Garna, 2004)
Epitop atau determinan antigen adalah bagian dari antigen yang dapat
membuat kontak fisik dengan reseptor antibodi, menginduksi pembentukan
antibodi, dapat diikat spesifik oleh bagian dari antibodi spesifik yang berbeda.
(Karnen Garna, 2004)
2. Antibodi
Bila darah dibiarkan membeku akan meninggalkan serum yang
mengandung berbagai bahan larut tanpa sel. Bahan larut tersebut mengandung
molekul antibodi yang digolongkan dalam protein yang disebut globulin dan
sekarang dikenal sebagai imunoglobulin. Dua cirinya yang penting ialah spesifitas
dan aktifitas biologi. (Karnen Garna, 2004)
Imunoglobulin (Ig) dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari proliferasi
sel B yang terjadi setelah kontak dengan antigen. Antibodi yang terbentuk secara
spesifik akan mengikat antigen baru lainnya yang sejenis. Bila serum protein
tersebut dipisahkan dengan cara elektroforesis, maka imunoglobulin terbanyak
ditemukan dalam fraksi globulin gamma, meskipun ada beberapa imunoglobulin
yang juga ditemukan dalam fraksi globulin alfa dan beta. (Karnen Garna, 2004)
Semua molekul imunoglobulin mempunyai 4 rantai polipeptida dasar yang
terdiri atas 2 rantai berat (heavy chain) dan 2 rantai ringan ( light chain) yang
43
imunoglobulin mempunyai rumus bangun yang heterogen meskipun hanya terdiri
dari 4 polipeptida dasar (Karnen Garna, 2004)
Gambar II. skematis sebuah antibodi
Bagian bervariasi dekat ujung NH2 yang dibentuk oleh molekul kecil dan bagian
molekul besar,mengikat antigen. Ujung karboksil dapat bereaksi dengan reseptor
permukaan sel. (Karnen Garna, 2004)
Gambar III struktur dasar antibodi
L
S
S
H
S
S
H
S
S
L
44 2.5.3 Rantai Ringan (L) dan Berat (H)
Hasil analisa menunjukkan bahwa terminal-N dari rantai L maupun
rantai-H selalu variabel sehingga urutan asam amino tidak konstan, dikenal sebagai
bagian variabel. Rantai sisa ternyata menunjukkan struktur yang relatif konstan,
dikenal sebagai bagian konstan. Bagian variabel rantai-L dan rantai-H yang
membentuk ujung dari Fab (fragmen yang masih bisa mengikat antigen)
menentukan sifat khas dari antibodi itu. Oleh karena itu, setiap molekul
imunoglobulin memiliki 2 Fab, maka struktur dasar imunoglobulin dapat
mengikat dua determinan antigen (Pantjita Hardjasasmita, 1991)
Rantai L
Pada setiap orang sehat dijumpai 2 macam rantai L, masing-masing
dinamakan sebagai rantai-k (rantai kappa) dan rantai-λ (rantai lambda) dengan
perbandingan rantai-k 65% dan rantai-λ (rantai lambda) 35% atau dengan rasio k:
λ adalah 2:1. Kedua rantai ini memilki BM sama yaitu 23000. (Pantjita
Hardjasasmita, 1991)
Rantai H
Rantai H ini menyebabkan perbedaan diantara kelima khas imunoglobulin,
walaupun sama-sama memilki rantai-k dan rantai-λ
Rantai H dari IgA dinamakan rantai-α (alpha)
Rantai H dari IgM dinamakan rantai-µ (MU)
Rantai H dari IgD dinamakan rantai- (delta)
Rantai H dari IgE dinamakan rantai- (etta)
45
Seperti telah diketahui bahwa bagian variabel dari molekul imunoglobulin
menentukan sifat spesifik terhadap antigen, tetapi bagian Fc (Fragmen
Crystalizable) dalam bagian konstan dari imunoglobulin menentukan aktifitas
biologis dari antibodi. Selain itu Fc dari bagian konstan ini juga meningkatkan
aktifitas tertentu setelah antibodi bergabung dengan antigen. (Pantjita
Hardjasasmita, 1991)
2.5.4 Sintesis dan Sekresi Imunoglobulin
Syarat sintesis imunoglobulin atau antibodi adalah sedemikian rupa
sehingga tidak ada satu organpun mempunyai kekuatan monopoli dalam
pembrntukan antibodi. Umumnya jika antigen dapat dipertemukan dengan
makrofag, limfosit B dan limfosit T, maka terjadilah pembentukan imunoglobulin.
Keadaan ini terjadi dalam kelenjar limfe, limpa dan jaringan nodulus limfoid
tertentu sepanjang permukaan mukosa. Dengan denikian maka jika antigen
memasuki jaringan subkutan, seperti yang terjadi sewaktu individu disuntik,
antigen tersebut akan mengalir melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe regional,
dimana selanjutnya terjadi pembentukan antibodi. Jika antigen secara langsung
memasuki aliran darah, maka limpa adalah tempat utama pembentukan antibodi.
(Sylvia dan Lorraine, 1995)
Bila antigen pertama kali masuk ke dalam tubuh, terjadilah respon imun
primer yang ditandai dengan munculnya IgM beberapa hari setelah pemaparan.
Saat antara pemaparan antigen dan munculnya IgM disebut lag phase. Kadar IgM
mencapai puncaknya setelah kira-kira 7 hari. Enam sampai tujuh hari setelah
46
berkurang sebelum kadar IgG mencapai puncaknya yaitu 10-14 hari setelah
pemaparan antigen. Kadar antibodi kemudian berkurang dan umumnya hanya
sedikit yang dapat dideteksi 4-5 minggu setelah pemaparan. Bila pemaparan
antigen terjadi kedua kali, terjadi respon imun sekunder ysng sering juga disebut
respon anamnestiik atau booster. Sifat pengikatan antigen-antibodi juga berubah
dengan waktu yaitu afinitas antibodi terhadap antigen makin lama makin besar
dan kompleks antigen-antibodi yang terjadi juga makin stabil. Akan tetapi
antibodi yang terbentuk juga maki lama makin poliklonal sehingga makin kurang
spesifik, yang berarti makin besar kemungkinan terjadi reaksi silang. (Siti
Boediana K, 2001)
2.5.5 Macam-Macam Imunoglobulin
Imunoglobulin mempunyai beberapa kelas yang masing-maing ditandai
oleh tetapan struktur tertentu (pada rantai H) yaitu :
A. Imunoglobulin G (IgG)
IgG merupakan komponen utama imunoglobulin serum yaitu 75% dari
seluruh imunoglobulin serum. Berat molekulnya 160.000 dalton dan kadarnya
dalam serum sekitar 13 mg/ml. IgG merupakan imunoglobulin yang paling
banyak ditemukan di dalam plasma dan cairan ekstraseluler.
a. IgG dapat menembus plasenta masuk ke janin dan berperan pada
imunitas bayi sampai umur 6-9 bulan.
b. IgG dan komplemen bekerja saling membantu sebagai opsonin
47
c. IgG juga berperan pada imunitas selular karena dapat merusak antigen
sel melalui interaksi dengan sistem komplemen atau melalui efek
sitolitik sel NK, eosinofil, netrofil. Kadar IgG meninggi pada infeksi
kronis dan penyakit autoimun.(Karnen Garna, 2004)
Dikenal 4 macam subklas yaitu IgG1, IgG2, IgG3 dan IgG4 dan perbedaan
dari keempatnya adalah terletak pada rantai H yang masing-masing dikenal 1,
2 ,3 ,4 dan perbedaan ini berkaitan dengan beberapa fungsi biologis. (Pandjita
H, 1991)
Struktur dan fungsi IgG dapat dipecah oleh enzim pepsin dan papain
menjadi beberapa fragmen yang mempunyai sifat biologi yang khas.
Perlakuan dengan pepsin dapat memisahkan Fab2 dari daerah persambungan
hinge (engsel). Karena Fab2 merupakan molekul bivalen, ia dapat
mempresipitasi antigen. Enzim papain dapat memutus daerah hinge diantara
CH1 dan CH2 untuk membentuk dua fragmen yang identik dan dapat bertahan
dengan reaksi antigen-antibodi dan juga non natigen-antibodi fragmen yaitu
daerah fragmen crystalizable (Fc). Bagian Fc ini adalah glikosilat yang
mempunyai banyak fungsiefektor (yaitu : binding komplemen, binding dengan
sel reseptor pada makrofag dan monositdan sebagainya) dan dapat
digunakanuntuk membedakan satu kel;as antibodi dengan antibodi lainnya.
48
Tabel IV. Sifat fisiko-kimia dari subklas IgG (Darmono, 2004)
Parameter IgG1 IgG2 IgG3 IgG4
Tipe rantai H Gamma 1 Gamma
2
Gamma
3
Gamma
4
Berat molekul(KD) X 1000 (D) 146 146 170 146
Asam amino pada hinge 15 12 62 12
Ikatan disulfida rantai inter H
pada hinge
2 4 11 2
Kepekaan terhadap enzim
proteolitik
++ +/- +++ +
Jumlah alotipe 4 1 13 0
B. Imunoglobulin A
IgA dengan berat molekul 165.000 dalton ditemukan dalam serum dengan
jumlah sedikit, tetapi kadarnya dalam cairan sekresi saluran napas, saluran
cerna, saluran kemih, air mata, keringat, ludah dan ASI lebih tinggi dalam
bentuk IgA sekretori. (Karnen Garna, 2004)
Waktu paruh IgA adalah 6 hari dan yang aktif adalah bentuk dimer (yy),
sedangkan yang monomer (y) tidak aktif. Jaringan-jaringan yang mensekresi
bentuk-bentuk dimer adalah sel epitel yang bertindak sebagai reseptor IgA,
yang kemudian sel tersebut bersama IgA masuk ke dalam lumen. (Darmono,
2006)
49
a. Struktur IgA dimerik yang ditemukan dalam sekresi menunjukkan
komponen sekretori yang berfungsi sebagai proteksi molekul
polimerik hasil proteolisis.
b. IgA dimerik diikat oleh reseptor Ig pada rantai J. Kompleks reseptor
Ig-IgA diangkut menuju permukaan sel epitel untuk selanjutnya
dilepas sebagai IgA sekretori. Defisiensi IgA disertai dengan adanya
antibodi-antigen makanan dan inhalan pada alergi. Kadar IgA yang
tinggi di dalam serum ditemukan pada infeksi kronik saluran napas dan
cerna, seperti TBC, alkoholik, dsb. Fungsi IgA dalam bentuk
monomerik belum banyak diketahui. IgA terdiri dari 2 sub-kelas yaitu
IgA1 (93%) dan IgA2 (7%) produksi IgA pada permukaan mukosa
diperhitungkan, maka merupakan Ig terbanyak.
c. Tidak efektif dalam mengikat komplemen, bersifat balterisida dengan
kondisinya sebagai lisozimyang ada dalam cairan sekrotori yang
mengandung IgA dan juga bersifat antiviran dan aglutinin yang efektif.
C. Imunoglobulin M
IgM ditemukan pada permukaan sel B yang matang dan mempunyai waktu
paruh biologi 10 hari. Imunoglobulin ini hanya dibentuk oleh fetus.
Peningkatan jumlah IgM mencerminkan adanya infeksi baru atau adanya
antigen (imunisasi/vaksinasi). IgM merupakan aglutinin yang efisien dan
merupakan isohemaglutinin alamiah. IgM sangat efisien dalam mengaktifkan
komplemen.(Darmono, 2006)
IgM mempunyai struktur pentamer dan merupakan imunoglobulin
50
Molekul IgM diikat oleh rantai J. Kebanyakan sel B mengandung IgM pada
permukaan sebagai reseptor antigen. IgM dibentuk terlebih dahulu pada
respon imun primer terhadap kebanyakan antigen. Kebanyakan antibodi
alamiah seperti isoaglutinin, golongan darah AB, antibodi heterofil adalah
IgM. IgM dapat mencegah gerakan mikroorganisme patogen, memudahkan
fagositosis dan merupakan aglutinator poten antigen. (Karnen Garna, 2004)
D. Imunoglobulin D
Dalam serum IgD ditemukan dalam kadar yang sangat rendah. Hal ini
mungkin disebabkan oleh karena IgD tidak dilepas plasma dan rentan terhadap
degradasi oleh proses proteolitik. IgD merupakan komponen permukaan
utama sel B dan petanda dari diferensiasi sel B yang matang. IgD merupakan
1% dari total imunoglobulin dan ditemukan banyak pada membran sel B
berasa IgD yang dapat berfungsi sebagai reseptor antigen pada aktifasi sel.
IgD tidak mengikat komplemen, mempunyai aktifitas antibodi terhadap
antigen berbagai makanan dan autoantigen seperti komponen nukleus. IgD
juga diduga dapat mencegah terjadinya toleransi imun bila sel dihadapkan
pada antigen, tetapi belum jelas mekanismenya. (Karnen Garna, 2004)
E. Imunoglobulin E
Dalam serum IgE ditemukan dalam kadar rendah yang meningkat pada
penyakit alergi seperti asma, rinitis alergi, dan dermatitis atopi.
IgEmempunyaI berat molekul 200.000 dalton. Sampai sekarang belum
ditemukan subkelas IgE. IgE disebut pula reagin dan merupakan Ig dengan
51
tinggi pada reaksi alergi, infeksi cacing, skistosomiasis, dan diduga berperan
pada imunitas parasit. (Karnen Garna, 2004)
Tabel V. Sifat kelas Imunoglobulin yang berbeda-beda
Kelas Ig Nilai Normal (mg/dl) Berat Molekul Tempat
pengikat
antigen
Aktivasi
komplemen
IgG Dewasa = 6.58 – 18.37 150.000 2 Ya
IgA Dewasa = 0,71 – 3.60 320.000 seperti keping logam
4 Melalui jalur alternatif IgM Dewasa = 0.40 – 2.63 900.000 sebagai
pentamer
10 Ya
IgE - 200.000 2 Tidak
IgD - 185.000 2 tidak
52 2.6 Radial Imunodiffusion (RID)
2.6.1 Pengenlan Dan Prinsip
Cara ini digunakan untuk penetapan kuantitatif IgG, IgA dan IgM. Sumur
dipotong pada lempeng agar yang jenuh dengan antiserum yang spesifik yang
ditujukan terhadap satu golongan immunoglobulin manusia. Cincin presipitin
sirkuler akan terbentuk setelah protein serum manusia yang diletakkan dalam
sumur berdifusi melalui agar. Diameter cincin presipitin adalah sebanding dengan
konsentrasi imunoglobulin serum. Kadar imunoglobulin yang tepat digunakan
ditentukan dengan cara membandingkan diameter serum yang tidak diketahui
dengan diameter standar yang mengandung kadar imunoglobulion yang telah
diketahui. (Hendra Utama, 1991)
2.6.2 Cara Penentuan Diameter
Untuk metode RID terdiri dari 3 cara untuk menentukan besarnya diameter
dari ring yang didapat :
a. Cara 1 : Referensi tabel RID
Pada cara 1, difusi sampel terjadi selama minimal 48 jam. Diameter ring
yang diperoleh selama proses difusi digunakan untuk menentukan
konsentrasi. Konsentrasi dari immunoglobulin diperoleh dari tabel
referensi. (The binding site, 2007)
b. Cara 2 : Kurva Linear
Pada cara ini adalah untuk mendapatkan kurva kalibrasi yang linear dari
kalibrator tinggi, medium dan rendah. Difusi ini terjadi selama 48 jam.
Kemudian hasilnya diplotkan antara konsentrasi (x) dan diameter ring (y).