• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas antihiperglikemik minuman fungsional berbasis ekstrak daun kumis kucing pada mencit hiperglikemik yang diinduksi dengan Streptozotocin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas antihiperglikemik minuman fungsional berbasis ekstrak daun kumis kucing pada mencit hiperglikemik yang diinduksi dengan Streptozotocin"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

MINUMAN FUNGSIONAL BERBASIS EKSTRAK

DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon aristatus BI.Miq)

PADA MENCIT HIPERGLIKEMIK

YANG DIINDUKSI DENGAN STREPTOZOTOCIN

SUSI INDARIANI

PROGRAM STUDI ILMU PANGAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Aktivitas Antihiperglikemik Minuman Fungsional Berbasis Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus BI.Miq) pada Mencit Diabetes yang Diinduksi dengan Streptozotocin

adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir tesis ini.

Bogor, April 2011

Susi Indariani

(4)
(5)

SUSI INDARIANI. Antihyperglycemic Activities of Functional Drink Based on  Java Tea (Orthosiphon aristatus BI. Miq) in Streptozotocin Induced Diabetic Mice. Under directions of C.HANNY WIJAYA and MIN RAHMINIWATI.

Diabetes is a group of diseases marked by high levels of blood glucose resulting from defects in insulin production, insulin action, or both. Diabetes can lead to serious complications and premature death. Antioxidant compounds in functional drinks such as flavonoid may offer some protection against the early stage of diabetic mellitus and the development of complications.

The objective of this study was to investigate the antihyperglycemic effects of functional drinks based on java tea with different variety of java tea (white and purple flowers) and addition ginger extract in functional drink formulas on streptozotocin induced diabetic mice. These results indicated that the administration of functional drinks thats added java tea with white flowers and ginger extracts in diabetic mice can inhibit a more stable the increasing of blood glucose level and its can inhibited the rate of pancreatic beta cells damage. TLC profile and HPLC analysis show that the bioactive compounds in the extract ingredient are sinensetin, 6-gingerol, 8-gingerol, 10-gingerol, 6-shogaol, curcumin, desmethoxycurcumin, brazilin, hesperidin and naringin.

(6)
(7)

SUSI INDARIANI. Aktivitas Antihiperglikemik Minuman Fungsional Berbasis Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus BI. Miq) pada Mencit Hiperglikemik yang Diinduksi dengan Streptozotocin. Dibimbing oleh C. HANNY WIJAYA dan MIN RAHMINIWATI.

Diabetes melitus adalah sebuah penyakit sindrom metabolik yang dikarakterisasi dengan keadaan hiperglikemik akibat pankreas tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah cukup, atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang telah dihasilkan secara efektif. Penanganan yang terlambat terhadap penyakit tersebut, akan menimbulkan beberapa komplikasi bahkan dapat menyebabkan kematian dini. Kematian akibat diabetes di dunia pada tahun 2000 mencapai 2.9 juta jiwa, sedangkan jumlah penderita diabetes di dunia, diperkirakan meningkat dari 171 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi 366 juta jiwa pada tahun 2030.

Fenomena saat ini menunjukkan bahwa semakin banyak konsumen yang cenderung kembali ke alam, back to nature, termasuk dalam penggunaan obat-obat hipoglikemik. Terdapat banyak spesies tanaman obat-obat yang telah dimanfaatkan untuk menangani berbagai gejala diabetes dan sebagian dari tanaman tersebut telah dibuktikan secara ilmiah mempunyai kemampuan antihiperglikemik. Salah satu bentuk pemanfaatan tanaman-tanaman obat tersebut diantaranya adalah dengan memformulasikannya dalam bentuk minuman fungsional berbasis herbal.

Penelitian yang dilakukan oleh Diana (2010), menunjukkan bahwa formula minuman fungsional berbasis kumis kucing mampu meningkatkan penyerapan glukosa oleh sel-sel pada diafragma mencit secara ex vivo. Kemampuan minuman dalam meningkatkan penyerapan glukosa pada sel diafragma mencit diduga diperoleh dari jahe gajah dan jeruk purut, sehingga formula minuman ini berpotensi dalam menurunkan kadar glukosa darah yang tinggi.

(8)

kumis kucing secara in vivo pada mencit diabetes yang diinduksi dengan streptozotocin dengan dosis rendah secara berulang. Pada penelitian ini juga dipelajari karakteristik ekstrak sebagai ingredien dalam minuman dan karakteristik minumannya, kandungan senyawa bioaktif yang diduga berperan sebagai senyawa penciri, dan stabilitas minuman selama penyimpanan dalam refrigerator.

Pada tahap awal penelitian, dilakukan pengujian aktivitas antioksidan, analisis kadar total fenol dari masing-masing ekstrak serta formula minuman serta kandungan senyawa bioaktif pada masing-masing ekstrak. Analisis stabilitas minuman selama penyimpanan dilakuan dengan mempelajari perubahan aktivitas antioksidan dan perubahan derajat warna minuman. Pengujian penyerapan glukosa oleh sel diafragma mencit secara ex vivo dilakukan untuk menentukan formula minuman dengan jenis tanaman kumis kucing yang memiliki aktivitas paling baik. Pengujian antihiperglikemik dilakukan melalui 2 tahap pengujian, yaitu pengujian antihiperglikemik sesaat untuk menentukan konsentrasi total ingredien dalam formula minuman yang bersifat antihiperglikemik pada mencit normal. Konsentrasi total ingredien dalam formula minuman yang diuji adalah 1, 4 dan 16 kali. Konsentrasi minuman terbaik selanjutnya digunakan untuk pengujian antihiperglikemik secara in vivo pada mencit diabetes yang diinduksi dengan streptozotocin dosis rendah berulang. Pada pengujian tersebut digunakan 2 jenis formula minuman yaitu formula minuman dengan dan tanpa penambahan ekstrak jahe.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ekstrak daun kumis kucing berbunga putih memiliki aktivitas antioksidan dan kadar total fenol yang lebih tinggi dibandingkan dengan daun kumis kucing berbunga ungu. Profil kromatografi lapis tipis menunjukkan bahwa ekstrak daun kumis kucing mengandung senyawa sinensetin, ekstrak rimpang temulawak mengandung kurkumin dan demetoksikurkumin, ekstrak kayu secang mengandung brazilin, ekstrak rimpang jahe mengandung gingerol, ekstrak buah jeruk purut dan buah jeruk nipis mengandung hesperidin. Demikian juga dengan hasil kromatografi cairan kinerja tinggi menunjukkan kandungan senyawa bioaktif yang sama, akan tetapi pada ekstrak buah jeruk purut terdeteksi adanya senyawa naringin. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, senyawa-senyawa bioaktif tersebut telah terbukti memiliki aktivitas antihiperglikemik, sehingga pencampuran ekstrak-ekstrak tersebut menjadi suatu formula minuman diduga memiliki aktivitas antihiperglikemik.

(9)

semakin putih atau pudar warnanya selama penyimpanan. Untuk menjaga stabilitas minuman perlu dilakukan perbaikan teknik pengolahan, pengemasan dan penyimpanan yang lebih baik seperti menggunakan teknik UHT (Ultra High Temperature), HTST (High Temperature Short Time), serta pengemasan menggunakan Tetrapack atau pengemasan vakum. Minuman yang diformulasi dengan penambahan ekstrak daun kumis kucing berbunga putih memiliki potensi meningkatkan penyerapan glukosa oleh sel diafragma sebesar 54.81 % dan 58.07 %, aktivitas antioksidan sebesar 726.818 ppm AEAC/ml dan 733.292 ppm AEAC/ml serta kandungan total fenol sebesar 440.157 ppm GAE/ml dan 474.184 ppm GAE/ml, lebih tinggi dibandingkan dengan minuman yang diformulasi dengan penambahan ekstrak daun kumis kucing berbunga ungu.

Pada pengujian aktivitas antihiperglikemik sesaat menggunakan mencit normal yang diinduksi dengan pemberian glukosa, diperoleh bahwa minuman dengan konsentrasi total ingredien 16 kali dari formula awal dapat menurunkan kadar glukosa darah lebih baik dibandingkan dengan minuman pada konsentrasi 1 dan 4 kali formula. Perbedaan kemampuan aktivitas antihiperglikemik sesaat tersebut dipengaruhi oleh kemampuan aktivitas antioksidan dan kadar total fenol pada masing-masing konsentrasi total ingredien minuman.

Pengujian aktivitas antihiperglikemik pada mencit diabetes yang diinduksi dengan streptozotocin menggunakan formula minuman dengan konsentrasi 16 kali total ingredien dalam minuman, terdiri dari 2 jenis formula minuman yaitu minuman yang mengandung ekstrak jahe dan minuman yang tidak mengandung ekstrak jahe. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa minuman yang diformulasi dengan penambahan ekstrak jahe memiliki aktivitas antihiperglikemik yang lebih stabil daripada minuman yang diformulasi tanpa penambahan ekstrak jahe dengan kemampuan menghambat kenaikan kadar glukosa darah sebesar 65.83 %. Ekstrak jahe dapat meningkatkan sensitivitas insulin terhadap glukosa sehingga dapat menstabilkan penyerapan glukosa dari saluran darah ke sel tubuh.

Kerusakan sel β pankreas diamati berdasarkan reaksi positif terhadap pewarnaan dengan metode imunohistokimia anti insulin yang ditandai dengan terbentuknya warna coklat. Kemampuan antara minuman yang diformulasi dengan atau tanpa penambahan jahe dan kemampuan insulin dalam menekan kerusakan sel β pankreas tidak berbeda secara signifikan (p < 0.05). Minuman fungsional berbasis kumis kucing yang diformulasi dengan menggunakan ekstrak kumis kucing berbunga putih, jahe, secang, temulawak, jeruk purut dan jeruk nipis, memiliki aktivitas antihiperglikemik yang lebih baik daripada formula minuman lainnya dan mampu menekan kerusakan sel β lebih lanjut.

(10)
(11)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(12)
(13)

KUMIS KUCING (Orthosiphon aristatus BI.Miq)

PADA MENCIT HIPERGLIKEMIK YANG DIINDUKSI

DENGAN STREPTOZOTOCIN

SUSI INDARIANI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Pangan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Hj. Endang Prangdimurti, MSi.

(15)

pada Mencit Hiperglikemik yang Diinduksi dengan

Streptozotocin

Nama : Susi Indariani

NRP : F251080071

Disetujui

Komisi Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. C. Hanny Wijaya, M.Agr drh. Min Rahminiwati, M.S., Ph.D

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Pangan

Dr. Ir. Ratih Dewanti-Hariyadi Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

(16)
(17)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 ini ialah antihiperglikemik,

dengan judul Aktivitas Antihiperglikemik Minuman Fungsional Berbasis Ekstrak

Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus BI. Miq) pada Mencit Hiperglikemik yang Diinduksi dengan Streptozotocin.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof. Dr. Ir. C. Hanny Wijaya,

M.Agr. dan Ibu drh. Min Rahminiwati, M.S., Ph.D. selaku pembimbing serta Ibu

Dr. Ir. Endang Prangdimurti selaku dosen penguji. Penulis juga menyampaikan

terima kasih kepada drh. M. Wien Winarno (Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar

Kesehatan Badan Litbangkes Depkes RI) yang telah banyak memberikan saran.

Di samping itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Prof. Dr. Ir.

Latifah K. Darusman, M.S., PhD. beserta seluruh staf Pusat Studi Biofarmaka, Ibu

drh. Eko Handharyani beserta staf Laboratorium Histopatologi Departemen KRP

FKH, seluruh staf Laboratorium Fisiologi dan Laboratorium Farmakologi

Departemen AFF FKH atas bantuan yang telah diberikan, serta program BPPS

dan proyek penelitian HIKOM yang telah membantu penulis dalam melaksanakan

studi dan penelitian tesis.

Ungkapan terima kasih yang tak ternilai penulis sampaikan kepada suami,

kedua putri tercinta, Luthfia Nazkia Eka Putri dan Nabila Nuzhatul Fikrah, Bapak,

Mama, Apa, Umi, serta seluruh keluarga, atas segala doa, pengertian, motivasi

dan kasih sayangnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh

rekan-rekan IPN (Zaim, Siti, Herlin, Nindira, Elisa, Nunung, Nono, Muti, Titin,

Isak, dkk), Frendy, Diana, dan rekan-rekan lainnya yang tidak dapat disebutkan

satu per satu, yang telah memberikan bantuan, perhatian, kerja sama, semangat

dan saran kepada penulis selama kuliah dan penelitian.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2011

(18)
(19)

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 27 Mei 1976 dari ayah D.

Subandi, S.PdI. dan Ibu Sutidjah, Amd. Penulis merupakan putri pertama dari

delapan bersaudara.

Tahun 1994 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Bogor dan pada tahun yang

sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis

memilih program studi Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian.

Pada tahun 2008, penulis diterima di Program Studi Ilmu Pangan pada Sekolah

Pascasarjana IPB. Beasiswa Pendidikan Pascasarjana diperoleh dari Departemen

Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Penulis bekerja sebagai staf peneliti di

(20)
(21)

xii 

Minuman Fungsional Berbasis Ekstrak Daun Kumis Kucing ... 10

Ekstrak Tanaman Obat dalam Minuman Fungsional Berbasis Ekstrak Daun Kumis Kucing ... 13

Rancangan Percobaan dan Analisis Data ... 40

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

Karakteristik Ekstrak sebagai Ingredien dalam Minuman Fungsional Berbasis Ekstrak Daun Kumis Kucing ... 41

Kandungan Senyawa Bioaktif dalam Ekstrak ... 44

Stabilitas Minuman selama Penyimpanan pada Suhu Refrigerator ... 54

Pengaruh Perbedaan Jenis Formula Minuman terhadap Aktivitas Penyerapan Glukosa secara Ex Vivo dan Aktivitas Antioksidan ... 56

Aktivitas Antihiperglikemik Sesaat Minuman Fungsional Berbasis Ekstrak Daun Kumis Kucing ... 62

Aktivitas Antihiperglikemik Minuman pada Mencit Diabetes ... 65

(22)

xiii 

 

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(23)

xiv 

 

1 . Karakteristik ekstrak ... 41 2 Hasil analisis proksimat minuman ……… ... 43

3 Kandungan senyawa fitokimia dalam setiap ekstrak ……… ... 45

4 Rf beberapa senyawa bioaktif dalam ekstrak ... 46

5 Kandungan senyawa penciri yang diduga sebagai senyawa aktif

pada masing-masing ekstrak ……….. ... 48

6 Kemampuan penyerapan glukosa oleh sel diafragma secara ex vivo…… 59

7 Aktivitas antioksidan dan kadar total fenol minuman fungsional .. ... 60

8 Jumlah area berwarna coklat dengan scoring intensitas warna

pada setiap perlakuan ……….……… ... 73

(24)
(25)

xv 

 

1 Mekanisme kerja insulin dalam menjaga homeostasis glukosa darah .... 9

2 Struktur kimia streptozotocin ……….. 22

3 Diagram alir penelitian ... 24

4 Pengukuran aktivitas antioksidan metode DPPH ………. ... 28

5 Aktivitas antioksidan dan total fenol komponen ekstrak tunggal dalam

minuman ... 42

6 Ekstrak yang digunakan dalam formula minuman ... 42

7 Minuman fungsional berbasis ekstrak daun kumis kucing ... 43

8 Profil kromatografi lapis tipis ekstak ... 47

9 Kromatogram KCKT ekstrak daun kumis kucing ... 48

10 Struktur kimia sinensetin ... 49

11 Kromatogram KCKT ekstrak kayu secang ... 49

12 Struktur kimia brazilein dan brazilin ... 49

13 Kromatogram KCKT ekstrak rimpang temulawak ... 50

14 Struktur kimia kurkuminoid ... 51

15 Kromatogram KCKT ekstrak rimpang jahe ... 51

16 Struktur kimia gingerol dan shogaol ... 51

17 Kromatogram KCKT ekstrak buah jeruk purut ... 52

18 Kromatogram KCKT ekstrak buah jeruk nipis ... 53

19 Struktur kimia hesperidin dan naringin ... 53

20 Aktivitas antioksidan minuman selama penyimpanan pada

suhu refrigerator ... 55

21 Derajat perubahan warna (nilai L, a, b, dan °Hue) minuman selama

(26)

xvi 

 

23 Aktivitas antioksidan, total fenol dan aktivitas penyerapan glukosa oleh sel diafragma beberapa jenis minuman fungsional

berbasis ekstrak daun kumis kucing ... 60

24 Data respon kadar glukosa darah mencit normal serta mencit hiperglikemia yang mendapat minuman fungsional berbasis ekstrak daun kumis kucing pada beberapa konsentrasi total ingredien dalam minuman (1, 4 dan 16 kali formula minuman) serta insulin ... 63

25 Aktivitas antioksidan dan kadar total fenol minuman dalam beberapa

konsentrasi total ingredien dalam minuman ... 64

26 Perubahan kadar glukosa darah selama percobaan ... 65

27 Perubahan kadar glukosa darah mencit pada hari ke 0 dan hari ke 20

percobaan ... 66

28 Pola perubahan bobot badan mencit selama 20 hari

Percobaan ... 68

29 Morfologis pankreas dengan pewarnaan HE pada pembesaran 400 x ... 70

30 Sel β pada pulau Langerhans dengan pewarnaan imunohistokimia

antibodi anti insulin pada pembesaran 400 x ... 72

31 Proporsi jumlah area berwarna coklat pada setiap perlakuan ... 74

(27)

xvii 

 

1 Diagram Alir Pembuatan Ekstrak Daun Kumis Kucing ... 87

2 Diagram Alir Proses Pembuatan Ekstrak Rimpang Jahe ... 88

3 Diagram Alir Proses Pembuatan Ekstrak Kayu Secang ... 89

4 Diagram Alir Proses Pembuatan Ekstrak Rimpang Temulawak ... 90

5 Diagram Alir Proses Pembuatan Ekstrak Buah Jeruk Purut ... 91

6 Diagram Alir Proses Pembuatan Ekstrak Buah Jeruk Nipis ... 92

7 Diagram alir pembuatan larutan stok CMC 1% ... 93

8 Diagram alir pembuatan larutan stok Natrium Benzoat ... 94

9 Diagram alir pembuatan minuman fungsional ... 95

10 Hasil identifikasi tanaman kumis kucing di Herbarium Bogoriense

Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor ... 96

11 Kadar air dan rendemen bahan baku tanaman obat ... 96

12 Hasil analisis statistik aktivitas antioksidan ekstrak ... 97

13 Hasil analisis statistik aktivitas antioksidan minuman berbasis kumis kucing dengan perbedaan jenis ekstrak daun kumis kucing

dan perbedaan jenis formula minuman ... 98

14 Hasil analisis statistik aktivitas minuman pada beberapa konsentrasi

total ingredien dalam minuman ... 99

15 Hasil analisis statistik kadar total fenol ekstrak ... 100

16 Hasil analisis statistik kadar total fenol minuman dengan perbedaan

jenis ekstrak daun kumis kucing ... 101

17 Hasil analisis statistik kadar total fenol minuman dengan beberapa

konsentrasi total ingredien dalam minuman ... 102

18 Hasil analisis statistik aktivitas penyerapan glukosa minuman secara

ex vivo ... 103

(28)

xviii 

 

22 Hasil analisis statistik aktivitas antihiperglikemik sesaat menit ke-60 .. 107

23 Hasil analisis statistik aktivitas antihiperglikemik sesaat menit ke-120 108

24 Hasil analisis statistik aktivitas antihiperglikemik sesaat menit ke-180 109 

25 Kadar glukosa darah (mg/dL) selama 21 hari percobaan ... 110

26 Hasil analisis statistik kadar glukosa pada saat sebelum induksi ... 111

27 Hasil analisis statistik kadar glukosa pada hari ke -0 ... 112

28 Hasil analisis statistik kadar glukosa pada hari ke-5 ... 113

29 Hasil analisis statistik kadar glukosa pada hari ke-10 ... 114

30 Hasil analisis statistik kadar glukosa pada hari ke-15 ... 115

31 Hasil analisis statistik kadar glukosa pada hari ke-20 ... 116

32 Luas area berwarna coklat pada setiap sediaan histopat ... 117

33 Hasil analisis statistik luas area berwarna coklat (positif sel beta pada

pewarnaan imunohistokimia) ... 118

34 Hasil analisis statistik intensitas warna coklat sel beta

positif (imunohistokimia) menggunakan uji Kruskal Wallis dan

uji lanjut Dunn ... 119

35 Hasil analisis aktivitas antioksidan minuman selama penyimpanan ... 120

36 Hasil analisis statistik kecerahan (L) minuman selama penyimpanan ... 121

37 Hasil analisis statistik nilai a minuman selama penyimpanan ... 122

38 Hasil analisis statistik nilai b minuman selama penyimpanan ... 123

39 Hasil analisis statistik nilai ºHue minuman selama penyimpanan ... 124

40 Hasil analisis statistik korelasi antioksidan dengan warna ... 125

(29)

Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan sebuah penyakit serius yang jika tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan beberapa komplikasi serta terjadinya kematian dini. Berdasarkan hasil penelitian, kematian akibat DM pada tahun 2000 sebesar 2.9 juta jiwa atau sebanding dengan 5.2 % dari seluruh kematian di dunia. Angka kematian yang disebabkan oleh DM di negara-negara miskin mencapai 2-3 % dari kematian dan mencapai lebih dari 8 % kematian di Amerika Serikat, Kanada serta Timur Tengah. Pada orang dengan usia 35-64 tahun, kematian akibat DM mencapai 6-27 % dari seluruh kematian (Roglic et al. 2005).

Jumlah prevalensi DM meningkat akibat pertumbuhan populasi, penuaan, urbanisasi, dan meningkatnya prevalensi obesitas serta kurangnya aktifitas fisik. Prevalensi DM untuk semua kelompok umur di dunia mencapai 2.8 % pada tahun 2000 dan diperkirakan mencapai 4.4 % pada tahun 2030. Jumlah penderita DM pada tahun 2000 mencapai 171 juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 366 juta jiwa pada tahun 2030 (Wild et al. 2004).

Jumlah penderita DM di Indonesia menempati posisi ke-4 terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Pada tahun 2000, penderita DM di Indonesia sebesar 8.4 juta jiwa dan pada tahun 2030 diperkirakan penderita DM di Indonesia mencapai 21.3 juta jiwa (Wild et al. 2004). Menurut Depkes (2006), penderita DM di Indonesia telah mencapai 14 juta jiwa. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2007) menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14.7%, sedangkan di daerah pedesaan menduduki ranking ke-6 yaitu 5.8%. Hal ini menunjukkan betapa cepatnya pertambahan jumlah penderita DM di Indonesia. Jika tidak ditangani dengan baik, hal tersebut dapat mengurangi kualitas sumber daya manusia Indonesia sehingga akan menghambat pembangunan Indonesia dalam rangka menciptakan masyarakat yang sehat dan sejahtera.

(30)

efektif, sehingga penyakit ini dapat menyebabkan konsentrasi glukosa dalam darah menjadi tinggi atau hiperglikemia (WHO 2008). DM merupakan suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan sehingga penderita perlu penanganan diet khusus, pola hidup yang teratur serta sangat tergantung pada obat-obat hipoglikemik. Penggunaan obat-obat hipoglikemik dapat menyebabkan beberapa efek samping, diantaranya yaitu penggunaan obat acarbose dapat menyebabkan flatulensi dan diare karena acarbose dapat menghasilkan metabolit berupa gas dari karbohidrat yang tidak terabsorbsi di kolon (Buchanan 1988), penggunaan metformin dapat menimbulkan efek samping seperti pusing, sakit perut dan diare (Rayfield dan Valentine 2006) sedangkan penggunaan insulin yang tidak tepat jumlahnya juga dapat menyebabkan terlalu rendahnya kadar glukosa dalam darah (hipoglikemik).

Fenomena saat ini menunjukkan bahwa semakin banyak konsumen yang cenderung kembali ke alam, back to nature, termasuk dalam penggunaan obat-obat hipoglikemik. Terdapat banyak spesies tanaman obat-obat yang telah dimanfaatkan untuk menangani berbagai gejala diabetes dan sebagian dari tanaman tersebut telah dibuktikan secara ilmiah mempunyai kemampuan antihiperglikemik.

(31)

hesperidin dapat memperbaiki kondisi hiperlipidemia dan hiperglikemia pada hewan diabetes tipe-2 dengan mengatur sebagian metabolisme asam lemak dan kolesterol serta mempengaruhi ekspresi gen untuk enzim-enzim metabolisme glukosa (Jung et al. 2006).

Salah satu bentuk pemanfaatan tanaman-tanaman obat tersebut diantaranya adalah dengan memformulasikan dalam bentuk makanan atau minuman fungsional berbasis herbal. Pangan fungsional merupakan pangan yang karena kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, diluar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung didalamnya. Badan Pengawas Obat dan Makanan mendefinisikan pangan fungsional sebagai pangan yang secara alamiah maupun telah mengalami proses, mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan kajian-kajian ilmiah dianggap mempunyai fungsi secara fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi kesehatan (BPOM 2005).

Penggunaan tumbuhan obat sebagai bahan baku pembuatan pangan fungsional, di antaranya sebagai minuman cair fungsional, akan memberi nilai tambah baik dari segi ekonomi maupun kemanfaatannya. Pengkayaan jenis bahan baku dan formulasi akan membuka peluang untuk meningkatkan khasiat dan pangsa pasar yang lebih besar. Pemanfaatan tanaman obat menjadi minuman fungsional telah dilakukan, salah satunya dilakukan oleh Herold (2007) dengan memformulasi minuman fungsional berbasis ekstrak daun kumis kucing. Minuman fungsional berbasis ekstrak daun kumis kucing yang diformulasi dengan beberapa ekstrak tanaman obat lainnya seperti kayu secang, rimpang jahe gajah, rimpang temulawak dan buah jeruk lemon ini selain memiliki aktivitas sebagai antioksidan juga memiliki citarasa yang dapat diterima oleh konsumen. Kordial (2009), juga telah melakukan modifikasi proses pasteurisasi serta mengganti salah satu ingredien minuman tersebut yaitu ekstrak buah jeruk lemon dengan ekstrak buah jeruk purut, sehingga dapat meningkatkan umur simpan minuman fungsional berbasis kumis kucing tersebut.

(32)

minuman adalah ekstrak kayu secang dan buah jeruk purut, sedangkan ekstrak lainnya seperti ekstrak daun kumis kucing dan jahe gajah tidak memiliki kemampuan inhibisi α-glukosidase. Ekstrak tanaman herbal dalam minuman yang berperan dalam inhibisi α-amilase minuman diduga diperoleh dari ekstrak buah jeruk purut, sedangkan ekstrak lainnya seperti daun kumis kucing, kayu secang, dan jahe gajah tidak mempunyai kemampuan inhibisi α-amilase. Ekstrak jahe gajah justru memiliki potensi dalam mengaktivasi enzim α-amilase.

Minuman fungsional berbasis ekstrak daun kumis kucing ini mampu meningkatkan penyerapan glukosa oleh sel-sel pada diafragma mencit secara ex vivo. Kemampuan minuman dalam meningkatkan penyerapan glukosa diduga diperoleh dari jahe gajah dan buah jeruk purut. Peningkatan penyerapan glukosa oleh buah jeruk purut dan minuman fungsional tidak berbeda nyata terhadap kontrol positifnya yaitu insulin, sedangkan ekstrak lainnya dalam minuman, yaitu daun kumis kucing dan kayu secang, tidak dapat meningkatkan penyerapan glukosa pada sel diafragma mencit. Minuman fungsional berbasis ekstrak daun kumis kucing lebih berpotensi dalam stimulasi penyerapan glukosa dari saluran darah ke sel dibandingkan dengan inhibisi enzim α-glukosidase dan α-amilase, sehingga minuman ini lebih berpotensi dalam menurunkan kadar glukosa darah yang tinggi (Diana 2010).

(33)

Perumusan Masalah

Selama ini obat-obatan di Indonesia sebagian besar diimpor dari luar negeri, dan biasanya berharga mahal. Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati yang sangat perlu untuk dimanfaatkan secara optimal. Kecenderungan "back to nature" bagi industri pangan fungsional dan industri farmasi serta masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia, dan semakin meningkatnya penderita diabetes mendorong untuk menemukan suatu formula pangan fungsional komersial yang mempunyai nilai jual dan bermanfaat. Pangan fungsional berbasis tanaman obat asli Indonesia selain diharapkan dapat mengurangi efek samping juga dapat digunakan untuk mencari nilai tambah sumberdaya hayati.

Salah satu faktor terjadinya penyakit DM yaitu glukosa darah pada penderita DM tidak dapat masuk ke dalam sel karena kekurangan hormon insulin, sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa di dalam pembuluh darah (hiperglikemia). Minuman fungsional berbasis ekstrak daun kumis kucing telah terbukti secara ex vivo dapat menstimulasi penyerapan glukosa pada sel diafragma mencit (Diana 2010), sehingga minuman tersebut berpotensi dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan penyerapan glukosa oleh sel-sel tubuh.

Pengujian secara in vitro dan ex vivo merupakan pengujian yang hanya menggambarkan kondisi suatu bagian dalam sistem metabolisme tubuh. Pengujian inhibisi enzim secara in vitro hanya menggambarkan kondisi dalam usus halus dan pengujian stimulasi penyerapan glukosa secara ex vivo hanya mengambarkan kondisi dalam sel tubuh.

(34)

sinergisme ataupun antagonisme pada komponen penyusun formula tersebut. Perbedaan jenis ekstrak daun kumis kucing yang digunakan dalam formula minuman, yaitu daun kumis kucing berbunga putih dan daun kumis kucing berbunga ungu, akan mempengaruhi aktivitas penyerapan glukosa oleh sel-sel diafragma secara ex vivo karena adanya perbedaan komposisi senyawa fitokimia dalam ekstrak tersebut. Selain itu, perbedaan jenis formula minuman serta perbedaan komposisi ekstrak sebagai ingredien dalam minuman, yaitu dengan dan tanpa penambahan ekstrak jahe juga akan mempengaruhi kemampuan aktivitas antihiperglikemik minuman tersebut. Oleh karena itu, diperlukan studi lebih lanjut tentang aktivitas antihiperglikemik minuman fungsional tersebut secara in vivo.

Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kemampuan antihiperglikemik minuman fungsional berbasis ekstrak daun kumis kucing secara in vivo pada mencit diabetes yang diinduksi dengan streptozotocin dosis rendah secara berulang. Penelitian ini juga diharapkan dapat menentukan jenis ekstrak daun kumis kucing dalam minuman yang memiliki kemampuan meningkatkan penyerapan glukosa oleh sel diafragma dan pengaruh penambahan ekstrak jahe dalam formula minuman terhadap kemampuan aktivitas antihiperglikemik. Selain itu, juga mempelajari karakteristik fisikokimia ekstrak-ekstrak yang digunakan dalam formula minuman dan karakteristik minuman serta kandungan senyawa bioaktif dalam ekstrak tanaman herbal yang diduga berperan sebagai senyawa penciri.

Hipotesis

• Perbedaan jenis ekstrak daun kumis kucing dalam minuman fungsional akan menyebabkan perbedaan kemampuan aktivitas peningkatan penyerapan glukosa oleh sel diafragma mencit.

• Penambahan ekstrak jahe dalam formula minuman dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas antihiperglikemik.

(35)

Manfaat Penelitian

• Memperoleh informasi mengenai kemampuan antihiperglikemik dari minuman berbasis ekstrak daun kumis kucing pada mencit diabetes.

• Membantu penderita diabetes agar dapat mengendalikan kadar glukosa darahnya.

(36)
(37)

Diabetes Melitus

Diabetes melitus (DM) merupakan sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang, ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Dalimartha 2003). Seseorang dapat menderita penyakit DM karena berbagai faktor berikut ini (Utami et al. 2003):

(1) Faktor genetik atau keturunan (2) Virus dan bakteri

(3) Bahan toksik atau beracun (4) Nutrisi

Secara klinis DM dibedakan menjadi Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau DM tergantung insulin (DMTI) dan Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau DM tidak tergantung insulin (DMTTI). Penyebab DM adalah aktivitas insulin yang tak memadai baik karena sekresi insulin yang berkurang (DMTI) atau karena adanya resistensi insulin pada jaringan yang peka insulin (DMTTI).

Akhir-akhir ini pada sebagian penderita DMTTI yang disebut MODY (maturity onset diabetes of the young), selain terdapatnya resistensi insulin juga ditemukan pula cacat (defect) pada sekresi insulin. Namun pada MODY sekresi insulin masih dapat ditingkatkan dengan pemberian obat hipoglikemik oral (OHO), sedangkan pada DMTI kekurangan insulin hanya dapat diatasi dengan pemberian insulin eksogen atau dengan transplantasi.

Berikut ini adalah klasifikasi DM dan gangguan toleransi glukosa menurut WHO (2008):

A. Kelas klinis

I. Diabetes Melitus (DM)

1. DM tipe I atau DM Tergantung Insulin (DMTI)

2. DM tipe II atau DM Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) 3. DMTM (DM Terkait Malnutrisi)

(38)

II. Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)

Penderita gangguan toleransi glukosa (GTG) dinyatakan dengan adanya peningkatan kadar glukosa darah pada tes toleransi glukosa oral (TTGO) dimana nilainya ada di daerah perbatasan yaitu di atas normal, tetapi di bawah nilai diagnostik untuk DM (Dalimartha 2003).

III. DM pada kehamilan (gestational DM)

Pada waktu hamil, akan terjadi perubahan-perubahan biokimia akibat kehamilan seperti adanya hormon plasenta yang bersifat insulin antagonis dan meningkatnya pemecahan insulin oleh plasenta, merupakan faktor diabetogenik (Adam 1987).

B. Kelas resiko statistik

Semua orang dengan toleransi glukosa normal tetapi mempunyai resiko yang lebih besar untuk mengidap DM. Penderita yang termasuk dalam golongan ini adalah penderita yang kedua orang tuanya menderita DM, pernah menderita GTG kemudian normal lagi, pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4 kg (Dalimartha 2003).

Gambar 1 Mekanisme kerja insulin dalam menjaga homeostasis glukosa darah (www.google.com)

(39)

kesehatan, dan pemberian obat hipoglikemia oral atau pemberian insulin. Pada penderita DM tipe II, obat hanya perlu diberikan, bila setelah melakukan diet dan latihan jasmani secara maksimal tetapi tidak berhasil mengendalikan kadar glukosa darah. Ada dua macam obat hipoglikemik berdasarkan cara pemberiannya, yaitu berupa suntikan dan berupa tablet yang disebut obat hipoglikemik oral atau antidiabetes oral.

Menurut Rayfield dan Valentine (2006), obat hipoglikemik secara oral mempunyai beberapa cara kerja dalam menurunkan kadar glukosa darah. Mekanisme kerja obat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:

a. Menurunkan penyerapan glukosa dalam usus b.Meningkatkan penyerapan glukosa pada sel c.Menurunkan produksi glukosa oleh hati d.Meningkatkan sekresi insulin

Penggunaan obat-obat hipoglikemik dapat menyebabkan beberapa efek samping, diantaranya yaitu penggunaan obat acarbose dapat menyebabkan flatulensi dan diare karena acarbose dapat menghasilkan metabolit berupa gas dari karbohidrat yang tidak terabsorbsi di kolon (Buchanan 1988), penggunaan metformin dapat menimbulkan efek samping seperti pusing, sakit perut dan diare (Rayfield dan Valentine 2006) sedangkan penggunaan insulin yang tidak tepat jumlahnya juga dapat menyebabkan terlalu rendahnya kadar gula dalam tubuh (hipoglikemik). Fenomena saat ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih cenderung menggunakan tanaman obat dalam mengatasi berbagai gejala penyakit termasuk penyakit diabetes.

Minuman Fungsional Berbasis Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus B1. Miq)

(40)

dimiliki oleh suatu produk agar dapat dikatakan sebagai pangan fungsional adalah: (1) Harus merupakan produk pangan (bukan berbentuk kapsul, tablet, atau bubuk) yang berasal dari bahan alami; (2) Dapat dan layak dikonsumsi sebagai bagian dari diet atau menu sehari-hari; (3) Mempunyai fungsi tertentu pada saat dikonsumsi, serta dapat memberikan peran dalam proses tubuh tertentu, seperti memperkuat mekanisme pertahanan tubuh, mencegah penyakit tertentu, membantu mengembalikan kondisi tubuh setelah sakit, menjaga kondisi fisik dan mental, serta memperlambat proses penuaan.

Dari konsep yang telah dikembangkan, jelas bahwa pangan fungsional tidak sama dengan food supplement atau obat. Pangan fungsional dibedakan dari suplemen makanan atau obat berdasarkan penampakan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Pangan fungsional dapat dikonsumsi tanpa dosis tertentu dan bisa dinikmati sebagaimana makanan pada umumnya, serta lezat dan bergizi. Peran dari pangan fungsional bagi tubuh semata-mata bertumpu pada komponen gizi dan non-gizi yang terkandung di dalamnya yang merupakan komponen bioaktif. Bila fungsi obat terhadap penyakit bersifat kuratif, maka pangan fungsional lebih bersifat pencegahan terhadap penyakit, rehabilitatif dan promotif.

(41)

Formula minuman dengan kombinasi ekstrak daun kumis kucing a %, ekstrak jahe b %, ekstrak kayu secang c %, ekstrak buah jeruk lemon d %, dan ekstrak temulawak e % (dari total campuran ekstrak dalam minuman) dipilih sebagai minuman dengan formula optimal yang memiliki aktivitas antioksidan cukup baik (621.78 ppm Ascorbic acid Equivalent Antioxidant Capacity, disingkat AEAC) dan tidak berbeda nyata dibandingkan aktivitas antioksidan tertinggi yang mampu dicapai komponen tunggalnya. Minuman formula optimal tersebut terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang secara nyata lebih tinggi dibandingkan aktivitas antioksidan beberapa produk minuman fungsional berbasis rempah komersil, dengan skor kesukaan panelis yang cukup baik (Herold 2007).

Kordial (2009), telah melakukan modifikasi proses pasteurisasi serta mengganti salah satu ingredien minuman yaitu ekstrak buah jeruk lemon dengan ekstrak buah jeruk purut sehingga dapat meningkatkan umur simpan minuman fungsional berbasis ekstrak daun kumis kucing tersebut. Ekstrak buah jeruk purut dipilih dari buah jeruk lainnya untuk menggantikan buah jeruk lemon dari formulasi sebelumnya berdasarkan skor kesukaan aroma dan rasa. Setelah dilakukan penambahan ekstrak jeruk purut, pengemasan dengan botol gelas steril berwarna gelap, dan pasteurisasi pada suhu 80˚C selama 30 menit, maka dapat diperoleh minuman fungsional berbasis kumis kucing dengan umur simpan minimal 3 bulan pada suhu ruang.

(42)

memiliki potensi dalam mengaktivasi enzim α-amilase.

Minuman fungsional berbasis ekstrak daun kumis kucing ini mampu meningkatkan penyerapan glukosa oleh sel diafragma mencit sebesar 37.48 µg glukosa/g sel (ex vivo). Kemampuan minuman dalam meningkatkan penyerapan glukosa diduga diperoleh dari jahe gajah dan jeruk purut yang dapat meningkatkan penyerapan glukosa sebanyak 17.91 dan 35.16 µg glukosa/g sel. Peningkatan penyerapan glukosa oleh ekstrak buah jeruk purut dan minuman fungsional tidak berbeda nyata terhadap kontrol positifnya yaitu insulin (31.77 µg glukosa/g sel). Ekstrak lainnya dalam minuman yaitu daun kumis kucing dan kayu secang, tidak dapat meningkatkan penyerapan glukosa pada sel diafragma mencit. Minuman fungsional berbasis ekstrak daun kumis kucing lebih berpotensi dalam stimulasi penyerapan glukosa dari saluran darah ke dalam sel-sel tubuh dibandingkan dengan inhibisi enzim α-glukosidase dan α-amilase, sehingga minuman ini lebih berpotensi dalam menurunkan kadar glukosa darah yang tinggi (Diana 2010).

Ekstrak Tanaman Obat dalam Minuman Fungsional

Berbasis Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus B1. Miq)

Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)

Tanaman kumis kucing termasuk ke dalam divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, keluarga Lamiaceae, genus Orthosiphon, dan spesies Orthosiphon spp. Tanaman ini mempunyai sinonim nama latin yaitu Orthosiphon stamineus Bent. Tanaman ini disebut kumis kucing karena kumpulan sari bunganya yang panjang dan menjulur dari dua sisi yang berbeda sehingga mirip dengan kumis kucing. Terdapat dua jenis kumis kucing yaitu kumis kucing dengan bunga berwarna ungu dan kumis kucing dengan bunga berwarna putih.

(43)

(1989) yang menunjukkan bahwa daun muda tanaman kumis kucing memiliki khasiat diuretik yang lebih tinggi dibandingkan dengan daun tua.

Tanaman kumis kucing mempunyai khasiat untuk penyakit yang berkaitan dengan saluran urin, hipertensi, reumatik, diabetes melitus, peradangan, dan kelainan menstruasi (Awale et al. 2003). Kumis kucing juga mempunyai kemampuan sebagai antioksidan. Kapasitas antioksidan dari kumis kucing adalah 90.21% dengan DPPH dan 77.72% dengan sistem β-karoten (Khamsah et al. 2006). Menurut Khamsah et al. (2006), kemampuan kumis kucing dalam menangkap radikal bebas tidak hanya disebabkan oleh komponen fenol (9.71 mg/g bobot kering), tetapi juga oleh komponen terpenoid lainnya.

Penelitian lebih lanjut terhadap kemampuan kumis kucing sebagai antidiabetes telah banyak dilakukan. Berdasarkan penelitian Minggawati (1990), pemberian infus daun kumis kucing 0.129 g/kg bb tidak dapat menurunkan kadar glukosa darah kelinci, sedangkan pemberian infus daun sambiloto 0.3 g/kg bb dapat menurunkan kadar glukosa darah kelinci secara nyata. Namun, pemberian infus kombinasi (daun kumis kucing 0.129 g/kg bb dan daun sambiloto 0.3 g/kg bb) mempunyai efek penurunan yang lebih besar dibandingkan dengan infus daun sambiloto saja. Hal ini menunjukkan adanya efek sinergisme antara kumis kucing dan sambiloto sebanding dengan glibenklamid.

Penelitian Sriplang et al. (2007) menunjukkan bahwa ekstrak air dari kumis kucing, yang mengandung komponen fenol dan flavonoid masing-masing sebesar 13.24 mg/g dan 1.73 mg/g, memiliki pengaruh signifikan dalam menurunkan kadar glukosa plasma darah dan meningkatkan HDL plasma dengan pemberian ekstrak 0.5 g/kg selama 14 hari dan 1.0 g/kg berat badan tikus pada OGTT mendekati glibenklamid 5 mg/kg BB. Sriplang et al. (2007) juga menyatakan bahwa pemberian ekstrak sebanyak 100 µg/ml secara in situ pada pankreas berpotensi dalam menginduksi sekresi insulin.

(44)

komplikasinya (Jung et al. 2006).

Jahe (Zingiber officinale)

Jahe merupakan tanaman yang termasuk dalam famili Zingiberaceae dan genus Zingiber. Terdapat 3 varietas utama jahe di Indonesia berdasarkan bentuk, ukuran dan warna rimpangnya, yaitu jahe gajah, jahe emprit, dan jahe merah (Hamiudin 2007). Rimpang jahe telah dimanfaatkan secara luas sebagai bumbu masak dan tanaman obat untuk menanggulangi berbagai kondisi (Kimura et al. 2005).

Umur panen untuk rimpang jahe yang akan dimanfaatkan sebagai tanaman obat adalah 10-12 bulan karena mempunyai kandungan senyawa aktif yang tinggi (Hamiudin 2007). Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, jahe mempunyai kemampuan dalam memodifikasi kerja sistem pencernaan, sistem kardiovaskular dan sebagai antiemetik (mencegah muntah), antiradang, kemoprotektif, hipolipidemik, antimikroba, serta penghilang stress (Kimura et al. 2005).

Menurut Ali et al. (2007), komponen pemberi rasa pedas pada jahe segar adalah gingerol dengan komponen utama [6]-gingerol, sedangkan pemberi rasa pedas pada jahe kering adalah [6]-shogaol yang merupakan produk dehidrasi dari [6]-gingerol. Jahe kering mengandung 0.6-1.1 % b/b [6]-gingerol dan 0.05-0.1% b/b shogaol, sedangkan jahe segar mengandung 0.2-0.7% b/b [6]-gingerol dan 0.3-0.7% b/b shogaol. Hal ini disebabkan karena gingerol berubah menjadi shogaol pada suhu tinggi (Kano 1987 dalam Kimura et al. 2005).

(45)

Penelitian Kar et al. (2003) menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari jahe dapat menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan pada tikus diabetes dengan pemberian ekstrak sebanyak 500 mg/kg selama 2 minggu. Kadar glukosa serum darah pada tikus diabetes dapat menurun sebanyak 50% dengan pemberian ekstrak jahe dan kemampuan antioksidan dari jahe diduga berperan dalam mengurangi kerusakan oksidatif atau nitrosatif pada jaringan ginjal (Al-Qattan et al. 2008). Penelitian Akhani et al. (2004) menyatakan bahwa kemampuan antidiabetik jahe mungkin disebabkan oleh perannya pada reseptor serotonin (5-hidroksitriptamin (5-HT)) dalam pengendalian glikemik pada tikus. Ekstrak jahe diduga bekerja pada reseptor serotonin sehingga memiliki aktivitas antiserotonin yang menyebabkan penurunan serotonin dan mengakibatkan peningkatan sekresi insulin.

Kayu Secang (Caesalpinia sappan)

Kayu secang merupakan bagian lignin dari tanaman kelas Magnoliopsida dan genus Caesalpinia. Kayu secang banyak digunakan sebagai pewarna pada minuman. Kayu secang bewarna jingga (brazilin) saat awal setelah ditebang dan dengan cepat berubah warna menjadi merah (brazilein) karena terekspos dengan oksigen. Ekstrak kayu secang juga digunakan sebagai indikator asam basa karena pada suasana asam brazilin bewarna kuning (pH 2-5) dan pada suasana basa brazilein bewarna merah (pH 6-7) (Adawiyah dan Indriati 2003).

(46)

Ekstrak kayu secang secara tradisional digunakan sebagai obat diabetes oleh masyarakat di Kalimantan Barat. Ekstrak methanol dari kayu secang menunjukkan aktivitas antihiperglikemik dengan metode toleransi glukosa (Widiyanto 2006). Menurut penelitian Moon et al. (1990), brazilin secara signifikan dapat menurunkan kadar glukosa pada plasma darah tikus diabetes dengan meningkatkan sensitivitas insulin dan tidak terdapat kenaikan dalam kadar insulin. Selain itu, terdapat kenaikan pada sintesis glikogen, glikolisis, dan oksidasi glukosa pada otot pada hewan diabetes yang diberi brazilin 3 x 500 mg sehari selama 14 hari. Komponen kaesalpin P, sappankalkon, 3-deoksisappanon, brazilin, dan protosappanin A telah diidentifikasi sebagai inhibitor terhadap enzim aldosa reduktase yang dapat menyebabkan komplikasi pada diabetes, dimana pemberian sappankalkon dengan dosis sebesar 105 mol/l dapat menghambat aldosa reduktase sebesar 84% (Moon 1986 dan Morota et al. 1990 dalam Li et al. 2004) sehingga dapat menghambat terjadinya diabetes neuropati.

Jeruk Purut (Citrus histryx DC) dan Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia)

Jeruk purut dan jeruk nipis merupakan tanaman dari kingdom plantae, ordo Sapindales, famili Rustaceae, dan genus Citrus. Genus Citrus kemudian dibagi kembali menjadi dua sub genus yaitu Eucitrus dan Papeda. Papeda mempunyai rasa yang pahit, berbunga ungu, dan perkecambahan epigeous yang membuat jenis jeruk ini berbeda dengan subgenus Eucitrus. Subgenus Papeda kemudian dibagi lagi menjadi Papeda dan Papedocitrus. Jeruk yang termasuk dalam Papedocitrus adalah C. ichangensis, C. latipes, C. junos dan C. wilsonii, sedangkan jeruk yang termasuk dalam Papeda antara lain C. celebica, C. macrophylla, C. macroptera, C. combara, C. kerrii, C. excels, C. micrantha dan C. hystrix (Wiart 2001).

(47)

kekuningan, rasanya sangat masam dan kadang pahit.

Citrus aurantiifolia dikenal dengan nama jeruk nipis, memiliki sinonim yaitu lain yaitu Limonia aurantifolia Christm., Limon spinosum Mill., Citrus limonia Osbeck, Citrus lima Luman, Citrus spinosissima G.F.W. Meyer, Citrus acida Roxb., Citrus aurantium. Buahnya berbentuk bulat sebesar bola pingpong dengan diameter 3,5-5 cm berwarna (kulit luar) hijau atau kekuning-kuningan. Tanaman jeruk nipis mempunyai akar tunggang. Buah jeruk nipis yang sudah tua rasanya asam. Jeruk nipis Citrus aurantiifolia (Cristm.) Swingle mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang bemanfaat, seperti asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral, limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen, geranilasetat, linalilasetat, aktilaldehid, nonildehid), damar, glikosida, asam sitrat, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang vitamin B1 dan C. Selain itu, jeruk nipis juga mengandung senyawa saponin dan flavonoid yaitu hesperidin (hesperetin 7-rutinosida), tangeretin, naringin, eriositrin, eriositrosida. Jeruk nipis juga mengandung 7% minyak esensial yang mengandung sitral, limonen, terpineol, bisabolene, dan terpenoid lainnya (Budipratama et al. 2011).

Buah jeruk nipis berkhasiat sebagai obat batuk, obat penurun panas, dan obat pegal linu. Selain itu, buah jeruk nipis juga bermanfaat sebagai obat disentri, sembelit, ambeien, haid tidak teratur, difteri, jerawat, kepala pusing/vertigo, suara serak batuk, menambah nafsu makan, mencegah rambut rontok, ketombe, flu/demam, menghentikan kebiasaan merokok, amandel, penyakit anyang-anyangan, mimisan, radang hidung (getahnya), dan lain sebagainya (Budipratama et al. 2011).

Beberapa jenis jeruk seperti C. aurantium atau C.aurantifolia, C. sinensis dan C. grandis telah terbukti mempunyai kemampuan anti-diabetes (Abo et al. 2008 dan Kim et al. 2009). Serat tak larut dari ekstrak kulit buah jeruk C. sinensis dapat meningkatkan absorpsi glukosa dan menghambat aktivitas enzim α-amilase secara in vitro sehingga diduga dapat menurunkan kadar glukosa darah (Chau et al. 2003).

(48)

hiperglikemia pada hewan diabetes tipe-2 dengan mengatur sebagian metabolisme asam lemak dan kolesterol, serta mempengaruhi ekspresi gen untuk enzim-enzim metabolisme glukosa (Jung et al. 2006). Hesperidin juga memiliki aktivitas antihiperglikemik sehingga dapat menghambat terjadinya komplikasi pada otak mencit diabetes (Ibrahim 2008).Senyawa flavonoid jeruk lainnya yaitu naringenin dapat menekan produksi glukosa hepatik (Purushotham et al. 2008).

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Tanaman temulawak merupakan tanaman asli Indonesia yang termasuk salah satu jenis temu-temuan dari famili Zingiberales. Eksistensi temulawak sebagai tumbuhan obat telah lama diakui, terutama di kalangan masyarakat Jawa, rimpang temulawak merupakan bahan pembuatan obat tradisional yang paling utama, disamping sebagai upaya pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan, atau pengobatan penyakit. Dalam hal ini temulawak umumnya digunakan dalam bentuk ramuan jamu (Sidik et al. 2005).

Kandungan kimia rimpang temulawak dibedakan atas beberapa fraksi, yaitu fraksi pati, fraksi kurkuminoid, dan fraksi minyak atsiri. Kandungan fraksi pati merupakan kandungan terbesar dalam rimpang temulawak. Fraksi kurkuminoid merupakan komponen pemberi warna kuning pada rimpang dan diketahui memiliki aktivitas biologik dalam spektrum yang luas. Fraksi minyak atsiri temulawak terdiri dari senyawa turunan monoterpen dan seskuiterpen. Fraksi minyak atsiri ini juga diketahui memiliki aktivitas biologik dengan spektrum luas yang dalam beberapa hal bekerja sinergistik dengan fraksi kurkuminoid (Sidik et al. 2005).

(49)

mengisolasi analog kurkumin baru dari rimpang temulawak, yaitu: 1-(4-hidroksi-3,5-dimetoksifenil)-7-(4-hidroksi-3-metoksifenil)-(1E.6E)-1,6-heptadien-3,4-dion. Senyawa tersebut ternyata menunjukkan efek antioksidan melawan auto-oksidasi asam linoleat dalam sistem air-alkohol.

Penelitian yang dilakukan oleh Meghana (2007), menunjukkan bahwa kurkumin memiliki aktivitas melindungi sel β pankreas terhadap kerusakan oksidatif akibat induksi streptozotocin. Kurkumin juga dapat menghambat produksi glukosa hepatik (Fujiwara et al. 2008).

Streptozotocin

Hewan coba seperti mencit, tikus, kelinci maupun monyet telah digunakan secara luas sebagai hewan model dalam penelitian diabetes. Penggunaan hewan model tersebut dapat menggambarkan dengan baik berbagai keadaan diabetes pada manusia baik dari aspek fisiologi, morfologi maupun heterogenitas genetiknya. Hewan model juga merupakan sarana yang baik untuk memanipulasi beberapa keadaan yang tidak memungkinkan dilakukan pada manusia (Andayani 2003).

Hewan model untuk percobaan diabetes diantaranya dapat diperoleh dengan cara menggunakan bahan kimia diabetonik seperti aloksan dan streptozotocin dengan dosis yang dapat menyebabkan kerusakan selektif terhadap sel-sel β pankreas (Szkudelski 2001). Sifat diabetonik aloksan maupun streptozotocin dimediasi oleh senyawa oksigen reaktif yang terbentuk melalui cara yang berbeda. Aloksan secara selektif dapat merusak sel-sel β pankreas. Mekanisme toksisitas aloksan diawali dengan masuknya aloksan ke dalam sel-sel beta pankreas dan kecepatan pengambilan akan menentukan sifat diabetonik aloksan. Kerusakan pada sel-sel β terjadi melalui beberapa proses secara bersamaan, yaitu melalui oksidasi gugus sulfidril dan pembentukan radikal bebas (Szkudelski 2001).

(50)

membentuk ikatan disulfida sehingga menginaktifkan protein yang berakibat pada gangguan fungsi protein tersebut (Szkudelski 2001).

Mekanisme kerja aloksan lainnya adalah menginduksi pembentukan radikal bebas karena bersifat polar sehingga dapat memberikan satu elektronnya kepada oksigen. Melalui reaksi redoks, asam dialurat dibentuk sebagai hasil reduksi aloksan dengan menghasilkan metabolit intermediet radikal aloksan (HA*). Asam dialurat kemudian dioksidasi kembali membentuk aloksan sehingga menghasilkan radikal ion superoksida (O2*). Anion superoksida dapat mengalami reaksi dismutasi oleh enzim SOD menjadi hidrogen peroksida. Radikal bebas tersebut dapat menyerang komponen penyusun sel sehingga menyebabkan kerusakan sel. Aloksan sering digunakan untuk membuat keadaan diabetes pada hewan percobaan secara eksperimental dengan dosis yang dapat menyebabkan kerusakan selektif pada sel-sel β pankreas sehingga menghasilkan hiperglikemia permanen yang merupakan salah satu etiologi dari IDDM (diabetes tipe 1).

Streptozotocin (STZ,2-deoksi-2-(3-metil-3-(nitrosoureido)-D-glukopiranosa) disintesis oleh Streptomycetes achromogenes dan biasanya digunakan untuk menginduksi DM tipe 1 maupun DM tipe 2. Sifat diabetonik STZ diduga terjadi karena kerusakan DNA dalam sel-sel β pankreas. Elsner et al. (2002), melaporkan bahwa penyebab kematian sel-sel β pankreas hasil induksi STZ adalah proses alkilasi DNA. Disamping itu, kerusakan DNA pada sel-sel β pankreas juga akibat aktivitas senyawa oksigen reaktif yang dihasilkan dari nitrogen oksida (NO) bersumber dari STZ. Dalam mitokondria NO akan meningkatkan aktivitas xantin oksidase dan menurunkan konsumsi oksigen yang berdampak pada gangguan produksi ATP mengakibatkan kerusakan DNA (Szkudelski 2001).

(51)

stabil dan kerusakan pulau Langerhans yang permanen dibandingkan dengan aloksan (Andrade et al. 2000).

(52)
(53)

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan dari Mei 2010 sampai dengan Desember 2010 di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB, Laboratorium Fisiologi dan Laboratorium Histopatologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB, serta Laboratorium Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kumis kucing berbunga putih dan daun kumis kucing berbunga ungu berasal dari Kebun Balittro Cigombong, rimpang jahe dan kayu secang dari pasar setempat, rimpang temulawak dari UKBB Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB, buah jeruk purut dan buah jeruk nipis dari hypermart - Giant Bogor, CMC (Toko Kimia Setiaguna), sukralosa, Natrium benzoat (Toko Kimia Setiaguna), kertas saring Whatman 42, sukrosa, streptozotocin (Sigma), larutan buffer sitrat (0,05M Sodium sitrat pH=4,5), Insulin Actrapid®, KCl, MgCl2, NaHCO3, FeCl3, D-glukosa, glukosa oksidase (WAKO), peroksidase (WAKO), buffer asetat, PBS , buffer formalin, xylool, parafin, larutan tirode, oksigen 95 %, amil alkohol, air suling, Na2CO3, diklorometan, kloroform, etil asetat, metanol, dietil eter, heksana, asam sitrat, ammonium asetat, reagen folin ciocalteau, asam format, etanol, anisaldehid, vanillin, H2SO4, methanol, DPPH (Sigma), gingerol (Sigma), kurkuminod (Sigma), brazilin (Sigma), sinensetin (Sigma), hesperidin (Sigma), naringin (Sigma), asam trifloroasetat, H2O2, hematoksilin, eosin, serum normal (BSA), peroksidase (DAKO), anti insulin (I-2018), DAB, bahan-bahan uji kualitatif fitokimia dan mencit ddY.

(54)

UV-Vis, HPLC (LC 20 AD Shimadzu dan UV-Vis Detector L-2420 Hitachi), glukometer One Touch Ultra dan alat-alat gelas lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian terdiri dari empat tahap. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Diagram alir penelitian

Persiapan Sampel

• Aktivitas antioksidan

• Total polifenol

• Perhitungan rendemen

• Aktivitas antioksidan

• Total polifenol

• Profil kromatografi lapis tipis

• Analisis Senyawa Aktif

• Pengukuran kadar glukosa darah

• Pengukuran berat badan

• Histopatologik sel β pankreas

Uji Aktivitas Antihiperglikemik

Sesaat ( in vivo)

• Pengukuran kadar glukosa darah

• Uji penyerapan glukosa

• Aktivitas antioksidan

(55)

Pada tahap pertama dilakukan karakterisasi ekstrak yang digunakan sebagai ingredien dalam minuman dan sampel minumannya. Parameter pengujian ekstrak yang dianalisis yaitu kadar air bahan baku, rendemen, kadar total fenol, aktivitas antioksidan, uji fitokimia, profil kromatografi lapis tipis dan kadar senyawa bioaktif yang diduga sebagai senyawa penciri. Parameter pengujian pada semua formula minuman yang dianalisis yaitu aktivitas antioksidan dan kadar total fenol, sedangkan pengujian yang dilakukan pada sampel atau formula minuman terpilih yaitu MFKP, meliputi pengukuran nilai pH, analisis proksimat, total padatan terlarut, serta perubahan warna dan aktivitas antioksidannya selama penyimpanan pada suhu refrigerator sebagai indikator kerusakan sampel.

Tahap penelitian kedua dilakukan pengamatan untuk mempelajari perbedaan jenis ekstrak daun kumis kucing dalam formula minuman serta perbedaan jenis formula minuman terhadap aktivitas penyerapan glukosa oleh sel diafragma mencit secara ex vivo (Sabu dan Subburaju 2002 dengan modifikasi), kadar total fenol, aktivitas antioksidan serta identifikasi tanaman kumis kucing tersebut di Bogoriensis LIPI. Formula minuman dengan jenis ekstrak daun kumis kucing yang terpilih digunakan dalam penelitian tahap selanjutnya. Sampel minuman dikemas dalam botol gelap steril dan disimpan dalam refrigerator sampai digunakan untuk uji antihiperglikemik.

(56)

BB dengan konsentrasi 4 x formula minuman), Kelompok V (mencit dengan perlakuan pemberian larutan glukosa 1 g/kg dan sampel minuman sebanyak 0.52 ml/20 g BB dengan konsentrasi 16 x formula minuman) dan Kelompok VI (mencit dengan perlakuan pemberian larutan glukosa 1 g/kg dan insulin).

Pakan yang diberikan adalah ransum standar dan air minum ad libitum. Sebelum diberi perlakuan, mencit diadaptasikan selama 1 minggu. Pemberian sampel dan larutan glukosa dilakukan setelah mencit dipuasakan selama 16 jam. Pengukuran dilakukan pada menit ke 0, 30, 60, 120, dan 180 setelah perlakuan. Kadar glukosa darah mencit percobaan diukur menggunakan glukometer.

Pada tahap keempat dilakukan pengujian aktivitas antihiperglikemik formula minuman dengan atau tanpa penambahan ekstrak jahe, pada konsentrasi formula minuman terpilih, secara in vivo pada mencit diabetes yang diinduksi dengan streptozotocin dosis rendah secara berulang (Wu dan Huan 2008). Pada penelitian ini, mencit jantan yang digunakan sebanyak 36 ekor (berat 25 – 30 g, umur 8 – 12 minggu) yang dikelompokkan menjadi 6 kelompok (n=6). Kelompok I (kontrol positif diabetes, mencit diabetes dengan perlakuan pemberian air suling), Kelompok II (mencit diabetes dengan perlakuan pemberian sampel formula minuman sebanyak 0.52 ml/20 gBB pada konsentrasi terpilih), Kelompok III (mencit diabetes dengan perlakuan pemberian sampel formula minuman tanpa jahe sebanyak 0.52 ml/20 gBB pada konsentrasi terpilih), Kelompok IV (mencit diabetes dengan perlakuan pemberian insulin), Kelompok V (mencit normal dengan perlakuan pemberian sampel formula minuman sebanyak 0.52 ml/20 g BB pada konsentrasi terpilih) dan Kelompok VI (kontrol negatif, mencit normal dengan perlakuan pemberian air suling).

(57)

menggunakan syring 1ml dengan jarum berukuran 25-G. Setelah itu mencit dimasukkan kembali ke dalam kandang dan disediakan air minum yang mengandung 10 % sukrosa. Pada hari ke-6, air minum mencit yaitu 10 % sukrosa ganti dengan air minum biasa. Pada hari ke 14 (9 hari setelah penyuntikan streptozotocin terakhir), semua mencit dipuasakan selama 6 jam, kemudian diukur kadar glukosa darahnya. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui apakah induksi diabetes yang telah dilakukan dengan streptozotocin berjalan dengan baik (kadar glukosa darah > 150 mg/dl).

Mencit yang telah mengalami kondisi hiperglikemik dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok yang diberi asupan sampel minuman fungsional berbasis ekstrak daun kumis kucing dengan konsentrasi terpilih hasil penelitian pendahuluan, kelompok yang diberi asupan sampel minuman fungsional berbasis ekstrak daun kumis kucing tanpa penambahan ekstrak jahe, kelompok yang diberi asupan insulin dan kelompok yang diberi air suling (kontrol positif diabetes). Dua kelompok yang lain, yaitu kelompok kontrol negatif (mencit normal yang diberi asupan air suling) dan mencit normal yang diberi sampel minuman dengan konsentrasi dan volume yang sama. Perlakuan pada setiap kelompok mencit dilakukan selama 20 hari (sampai hari ke 34 percobaan).

Parameter yang digunakan dalam analisis antihiperglikemik yaitu pengukuran kadar glukosa darah mencit setiap 5 hari sekali, pengukuran berat badan setiap 5 hari sekali dan jumlah konsumsi ransum diukur setiap hari serta histopatologik sel β pankreas pada akhir masa percobaan.

Prosedur Analisis

Rendemen Ekstrak (b/b)

Penentuan rendemen ekstrak dilakukan dengan penimbangan sampel bahan baku dan ekstrak yang diperoleh. Perhitungan rendemen dilakukan dengan menggunakan rumus :

Rendemen (%) = W1/W2 x 100 %

(58)

Aktivitas Antioksidan, metode DPPH (Kubo et al. 2002; Molyneux 2004)

Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH▪ ( 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil radical-scavenging). Formula minuman yang terdiri dari campuran kelima ekstrak tanaman obat serta komponen tunggal ekstrak dalam minuman diukur aktivitas antioksidannya. Asam askorbat digunakan sebagai standar pembanding terhadap aktivitas antioksidan yang dimiliki formula minuman atau komponen tunggal minuman. Aktivitas antioksidan dihitung berdasarkan kesetaraannya dengan aktivitas antioksidan asam askorbat yang dinyatakan dalam ppm AEAC (Ascorbic acid Equivalent Antioxidant Capacity). Metode pengukuran aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Gambar 4.

Dicampur 2 ml larutan buffer asetat (pH 5.5),

3.75 ml metanol, dan 200 µl larutan DPPH 3 mM dalam metanol

Larutan campuran divorteks

Ditambah 50 µl larutan sampel atau larutan standar antioksidan

Diinkubasi pada suhu 37 °C selama 30 menit

Dibaca absorbansi sampel dengan spektrofotometer pada = 517 nm

Gambar 4 Pengukuran aktivitas antioksidan metode DPPH (Kubo et al. 2002; Molyneux 2004)

Total Fenol (Strycharz dan Shetty 2002)

(59)

selama 1 jam. Setelah inkubasi, larutan divorteks dan diukur absorbansinya pada 725 nm.

Analisis Fitokimia (Harborne 1987)

Uji alkaloid

Uji alkaloid dilakukan dengan melarutkan 1 gram sampel dalam beberapa tetes NH3, kemudian ditambah 5 ml kloroform dan disaring. Setelah disaring, filtrat ditambah dengan H2SO4 2 M sampai terbentuk lapisan asam. Beberapa tetes lapisan asam tersebut diambil dan direaksikan dengan pereaksi Dragendorf, Mayer dan Wagner. Jika terbentuk endapan jingga pada reagen Dragendorrf, endapan putih pada reagen Mayer, dan endapan coklat pada reagen Wagner berarti sampel mengandung komponen alkaloid.

Uji Triterpenoid dan steroid

Uji terpenoid ini disebut juga uji Liebermann-Bouchard. Uji dilakukan dengan melarutkan sampel dalam etanol panas kemudian disaring. Filtrat yang dihasilkan kemudian dipanaskan sampai etanol menguap semua. Setelah itu, ditambah 1 ml dietil eter dan dihomogenkan. Larutan kemudian ditambah 1 tetes H2SO4 pekat. Jika terbentuk warna hijau berarti ekstrak mengandung steroid. Setelah itu ditambah 1 tetes CH3COOH anhidrat. Jika terbentuk warna merah atau ungu berarti ekstrak mengandung triterpenoid.

Uji Saponin

Uji ini dilakukan dengan melarutkan 5 gram sampel dalam air suling yang dipanaskan 5 menit dan kemudian disaring. Filtrat yang telah dihasilkan kemudian dikocok dengan kuat sampai terbentuk buih. Jika buih yang terbentuk stabil dalam 5 menit maka ekstrak tersebut mengandung saponin.

Uji Tanin

(60)

Uji Hidrokuinon

Uji ini dilakukan dengan melarutkan 1 gram sampel dalam metanol panas kemudian disaring. Filtrat yang dihasilkan kemudian diberi NaOH 10% beberapa tetes. Jika terbentuk warna merah berarti sampel mengandung hidrokuinon.

Uji Flavonoid

Uji ini dilakukan dengan melarutkan 5 gram sampel dalam air suling yang dipanaskan 5 menit dan kemudian disaring. Filtrat kemudian ditambah serbuk Mg, HCl:etanol (1:1), dan amil alkohol sampai terbentuk lapisan amil alkohol. Jika lapisan tersebut berwarna jingga maka dalam sampel tersebut terdapat komponen flavonoid.

Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstrak daun kumis kucing (Arafat et al. 2008)

Ekstrak ditotolkan dengan linomat V pada plat silika gel 60 F254 (10 x 2 cm) yang telah diaktivasi dengan pemanasan di oven selama 5 menit. Plat yang telah disiapkan kemudian dimasukkan dalam chamber berisi eluen etil asetat : kloroform = 7 : 3 yang telah dijenuhkan terlebih dahulu. Hasil plat kemudian difoto dengan sinar UV 366 nm.

Ekstrak kayu secang (Kharbade dan Agrawal 1985)

Ekstrak ditotolkan dengan linomat V pada plat silika gel 60 F254 (10 x 2 cm) yang telah diaktivasi dengan pemanasan di oven selama 5 menit. Plat yang telah disiapkan kemudian dimasukkan dalam chamber berisi eluen etil asetat : metanol : air = 5 : 0.825 : 0.630 yang telah dijenuhkan terlebih dahulu. Hasil plat kemudian difoto dengan sinar UV 366 nm.

Ekstrak jahe gajah (Anonim 1999)

(61)

Ekstrak buah jeruk purut dan jeruk nipis (Wagner dan Bladt 1996 dengan

modifikasi)

Ekstrak ditotolkan pada plat silika gel 60 F254 (10 x 2 cm) yang telah diaktivasi dengan pemanasan di oven selama 5 menit. Plat yang telah disiapkan kemudian dimasukkan dalam chamber berisi etil asetat: asam format : asam asetat : air = 5 : 0.55 : 0.55 : 1.3 yang telah dijenuhkan terlebih dahulu. Hasil plat dibiarkan sampai kering, kemudian plat difoto dengan sinar UV 254 nm dan 366 nm.

Ekstrak temulawak (Miftahuddin 2009)

Ekstrak ditotolkan pada plat silika gel 60 F254 (10 x 2 cm) yang telah diaktivasi dengan pemanasan di oven selama 5 menit. Plat yang telah disiapkan kemudian dimasukkan dalam chamber berisi diklorometan : kloroform = 3.25: 6.75 yang telah dijenuhkan terlebih dahulu. Hasil plat disemprot dengan reagen vanilin (vanilin 1 gram dalam asam sulfat 5 ml dan etanol 95 ml) dan dioven 3 menit. Setelah kering, plat difoto dengan sinar UV 366 nm.

Analisis Senyawa Penciri yang Diduga sebagai Senyawa Aktif

Analisis senyawa penciri dari masing-masing ekstrak tanaman obat dilakukan menggunakan Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi. Pengukuran kadar curcumin ekstrak temulawak dilakukan sesuai dengan metode Almeida et al. (2005), pengukuran kadar gingerol dan shogaol pada ekstrak jahe dilakukan sesuai dengan metode Lee et al. (2007), pengukuran kadar sinensetin pada ekstrak kumis kucing dilakukan sesuai dengan metode Akowuah et al. (2004), pengukuran kadar brazilin pada ekstrak secang dilakukan sesuai dengan metode Batubara et al. (2010) dan pengukuran kadar hesperidin dan naringin ekstrak jeruk purut dan jeruk nipis dilakukan sesuai dengan metode Abeysinghe et al. (2007).

Analisis sinensetin

(62)

spektrum dibandingkan dengan standar. Penghitungan dilakukan berdasarkan metode standar eksternal.

Analisis gingerol dan shogaol

Analisis menggunakan KCKT Hitachi yang dilengkapi dengan detektor UV. Kolom yang digunakan adalah kolom C18 (150 x 4.6 mm), fase terbalik, elusi dilakukan dengan menggunakan fase gerak menggunakan elusi gradien mengandung asetonitril dan air, temperatur 40°C dan volume injeksi 20 µL. Peak dideteksi pada panjang gelombang 282 nm. Waktu retensi dan spektrum dibandingkan dengan standar. Penghitungan dilakukan menggunakan metode standar eksternal.

Analisis kurkumin

Analisis dilakukan dengan menggunakan KCKT Hitachi dilengkapi dengan detektor UV pada 425 nm, kolom ODS C18 (150 mm × 4.6 mm i.d.). Elusi menggunakan fase gerak asetonitril : asam asetat 25 % (45:55, v/v), kecepatan alir 1 mL/min pada 30 ºC. Waktu retensi dan spektrum dibandingkan dengan standar. Penghitungan dilakukan menggunakan metode standar eksternal.

Analisis naringin dan hesperidin

Analisis dilakukan dengan menggunakan KCKT LC 20 Shimadzu dengan fase terbalik dan detektor diode array, kolom C18 (250 mm x 4.6 mm i.d.) (Shimadzu, Japan). Fase gerak mengandung 75 mM asam sitrat and 25 mM ammonium asetat dalam air bebas ion (A) dan metanol (B) dengan rasio 60:40 (v/v) pada kecepatan alir 1 ml/min. Volume injeksi 10 µl dan deteksi pada panjang gelombang 282 nm. Waktu retensi dan spektrum dibandingkan dengan standar. Penghitungan dilakukan menggunakan metode standar eksternal.

Analisis brazilin

Gambar

Gambar 1 Mekanisme kerja insulin dalam menjaga homeostasis glukosa darah
Gambar 3.
Gambar 5 Aktivitas antioksidan dan total fenol komponen ekstrak tunggal dalam
Tabel 4 Rf beberapa senyawa bioaktif dalam ekstrak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kebisingan atau yang biasa disebut noise adalah suatu sinyal gangguan..

Posisi ini persis sama dengan posisi dalam hubungan kerjasama bidang ekonomi dan perdagangan karena baik Korea Selatan maupun Indonesia merupakan salah satu dari 10 mitra

[r]

[r]

Download Ribuan Bank Soal Matematika di :

Berdasarkan hasil observasi yang di lakukan pada guru pelajaran IPS kendala dalam memberikan motivasi kepada siswa yaitu kurangnya ketarampilan mengajar guru

Sideka dalam rangka membantu desa dalam sistem informasi Desa dan Kawasan dengan paket program web desa akan membantu dalam sisi administrasi (bang data desa), efesiensi

Kemandirian seorang mahasiswa sangat diperlukan dalam kerangka menghadapi era persaingan yang demikian ketat dalam mendapatkan lapangan pekerjaan. Salah satu upaya