• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Strategi Belajar Dan Gaya Belajar Dengan Hasil Evaluasi Belajar Pada Mahasiswi D-Iii Kebidanan Poltekkes Kemenkes Ri Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Strategi Belajar Dan Gaya Belajar Dengan Hasil Evaluasi Belajar Pada Mahasiswi D-Iii Kebidanan Poltekkes Kemenkes Ri Medan Tahun 2015"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

MAHASISWI D-III KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES

RI MEDAN

RIO RATU LENJI

NIM : 145102208

KARYA TULIS ILMIAH

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)
(5)

D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN TAHUN 2015

ABSTRAK Rio Ratu Lenji

Latar belakang: Strategi belajar dapat ditentukan oleh institusi pendidikan dalam bentuk struktur pembelajaran yang berkaitan dengan kurikulum dan tujuan belajar, dan dapat pula ditentukan oleh peserta didik itu sendiri berdasarkan kondisi psikologis dan tuntutan internal maupun eksternal selama peserta didik melakukan tugas-tugas pembelajaran. Di dalam mengikuti proses belajar mengajar, setiap mahasiswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda antara mahasiswa satu dengan yang lainnya. Dosen dalam mengajar harus memperhatikan gaya belajar (learning style) mahasiswa.

Tujuan penelitian: Untuk mengetahui hubungan strategi belajar dan gaya belajar dengan hasil evaluasi belajar pada mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan.

Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 149 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Proportional Stratified Random Sampling. Penelitian ini dilakukan di Poltekkes Kemenkes RI Medan. Jenis pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan data primer. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Analisa data digunakan dengan Pearson Chi-Square.

Hasil: Hasil uji statistik diperoleh tidak ada hubungan yang signifikan antara strategi belajar dengan hasil evaluasi belajar bahwa p = 0,306 (p > 0,05). Ada hubungan yang signifikan antara gaya belajar dengan hasil evaluasi belajar bahwa p = 0,0001 (p < 0,05).

Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa strategi belajar dan gaya belajar berpengaruh terhadap hasil belajar tetapi yang paling penting adalah cara kerja otak kita. Jadi diharapkan kepada mahasiswi lebih memperhatikan strategi belajar yang cocok dan disesuaikan dengan gaya belajarnya untuk lebih mempermudah mahasiswa dalam memahami setiap mata kuliah yang mereka terima, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar

(6)

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN 2015 ABSTRACT

Rio Ratu Lenji

Background: learning strategy can be determined by the educational institutions in the form of learning structures related to curriculum and learning objectives, and can also be determined by the learners themselves by psychological conditions and internal and external demands for learners perform learning tasks. In following the teaching and learning process, each student has a different learning styles vary among students from one another. Lecturer in teaching should pay attention to the style of learning (learning styles) students.

Objective: To determine the relationship learning strategy and learning styles with evaluation study on student midwifery at D-III Poltekkes Kemenkes RI Medan. Methodology: This study uses correlation design. The population in this study are all D-III midwifery at Poltekkes Kemenkes RI Medan. The number of samples in the study is 149 people. Sampling is done by using the Proportional Stratified Random Sampling. This research was conducted in Poltekkes Kemenkes RI Medan. The type of data collection used is primary data. The research instrument used was a questionnaire. Data analysis used pearson chi-square.

Results: Statistical test results obtained no significant relationship between learning strategies with the results of the evaluation of learning that p = 0.306 (p > 0.05). There is a significant relationship between learning style with the results of the evaluation of learning that p = 0.0001 (p < 0.05).

Conclusions: From these results it can be proved that the learning strategy and learning styles influence on learning outcomes but the most important is the way our brains work. So it is expected to pay more attention to student learning strategies suited and adapted to the learning styles to better facilitate students in understanding each course they receive, so as to improve learning achievement

(7)

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan kasih karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan proposal yang berjudul Hubungan Strategi Belajar dan Gaya Belajar dengan Hasil Evaluasi Belajar pada Mahasiswi D-III Kebidanan di Poltekkes Kemenkes RI Medan Tahun 2015. Proposal ini disusun sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk menyelesaikan program pendidikan D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Keberhasilan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang dengan tulus membantu dalam proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini dari awal hingga akhir. Atas dasar alasan tersebut, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardianta, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Sumatera Utara yang telah memberikan pengarahan dan petunjuk selama menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Nur Asnah Sitohang, S. Kep, Ns, M. Kep selaku Ketua Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara yang telah memberikan pengarahan dan petunjuk selama menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

3. dr. Rina Amelia, MARS selaku Pembimbing dan sekaligus sebagai Orang Tua angkat yang telah memberikan segenap arahan, bimbingan dan dan petunjuk serta waktu luang selama menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

(8)

memberikan masukan dan saran demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 6. Poltekkes Kemenkes RI Medan yang telah memberi izin penulis untuk

melakukan penelitian.

7. Seluruh Staf Dosen Karyawan/i Program Diploma IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberi pengetahuan dan dorongan serta motivasi kepada penulis.

8. Ayahanda Yul Hendrik dan Ibunda Bd. Hj. Rosma Ginting, Am. Keb yang

telah memberikan dukungan, semangat, motivasi serta do’a yang tiada

henti-hentinya kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 9. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih belum sempurna dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata, semoga Allah SWT, melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Medan, Juli 2015

(9)

HALAMAN JUDUL

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Belajar ... 6

1. Strategi Menorganisasi dan Memanajemen Waktu ... 10

(10)

1. Faktor Endogen ... 30

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48

B. Pembahasan ... 52

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA

(11)

Tabel 3.1 Defenisi Operasional ... 37 Tabel 4.1 Jumlah Sampel ... 42 Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 43 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Karakteristik

Respoden di Poltekkes Kemenkes RI Medan ... 48 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Strategi Belajar Responden

di Poltekkes Kemenkes RI Medan Tahun 2015 ... 49 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gaya Belajar Responden di

Poltekkes Kemenkes RI Medan Tahun 2015 ... 50 Tabel 5.4 Tabulasi Silang Hubungan Strategi Belajar dengan Hasil

Evaluasi Belajar Pada Mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes

Kemenkes RI Medan Tahun 2015 ... 51 Tabel 5.5 Tabulasi Silang Hubungan Gaya Belajar dengan Hasil

Evaluasi Belajar Pada Mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes

(12)

Skema 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Strategi Belajar dan Gaya Belajar pada Mahasiswi D-III Kebidanan di Poltekkes

(13)

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) (Informed Consent) Lampiran 3 Lembar Kuesioner

Lampiran 4 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

(14)

D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN TAHUN 2015

ABSTRAK Rio Ratu Lenji

Latar belakang: Strategi belajar dapat ditentukan oleh institusi pendidikan dalam bentuk struktur pembelajaran yang berkaitan dengan kurikulum dan tujuan belajar, dan dapat pula ditentukan oleh peserta didik itu sendiri berdasarkan kondisi psikologis dan tuntutan internal maupun eksternal selama peserta didik melakukan tugas-tugas pembelajaran. Di dalam mengikuti proses belajar mengajar, setiap mahasiswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda antara mahasiswa satu dengan yang lainnya. Dosen dalam mengajar harus memperhatikan gaya belajar (learning style) mahasiswa.

Tujuan penelitian: Untuk mengetahui hubungan strategi belajar dan gaya belajar dengan hasil evaluasi belajar pada mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan.

Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 149 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Proportional Stratified Random Sampling. Penelitian ini dilakukan di Poltekkes Kemenkes RI Medan. Jenis pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan data primer. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Analisa data digunakan dengan Pearson Chi-Square.

Hasil: Hasil uji statistik diperoleh tidak ada hubungan yang signifikan antara strategi belajar dengan hasil evaluasi belajar bahwa p = 0,306 (p > 0,05). Ada hubungan yang signifikan antara gaya belajar dengan hasil evaluasi belajar bahwa p = 0,0001 (p < 0,05).

Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa strategi belajar dan gaya belajar berpengaruh terhadap hasil belajar tetapi yang paling penting adalah cara kerja otak kita. Jadi diharapkan kepada mahasiswi lebih memperhatikan strategi belajar yang cocok dan disesuaikan dengan gaya belajarnya untuk lebih mempermudah mahasiswa dalam memahami setiap mata kuliah yang mereka terima, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar

(15)

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN 2015 ABSTRACT

Rio Ratu Lenji

Background: learning strategy can be determined by the educational institutions in the form of learning structures related to curriculum and learning objectives, and can also be determined by the learners themselves by psychological conditions and internal and external demands for learners perform learning tasks. In following the teaching and learning process, each student has a different learning styles vary among students from one another. Lecturer in teaching should pay attention to the style of learning (learning styles) students.

Objective: To determine the relationship learning strategy and learning styles with evaluation study on student midwifery at D-III Poltekkes Kemenkes RI Medan. Methodology: This study uses correlation design. The population in this study are all D-III midwifery at Poltekkes Kemenkes RI Medan. The number of samples in the study is 149 people. Sampling is done by using the Proportional Stratified Random Sampling. This research was conducted in Poltekkes Kemenkes RI Medan. The type of data collection used is primary data. The research instrument used was a questionnaire. Data analysis used pearson chi-square.

Results: Statistical test results obtained no significant relationship between learning strategies with the results of the evaluation of learning that p = 0.306 (p > 0.05). There is a significant relationship between learning style with the results of the evaluation of learning that p = 0.0001 (p < 0.05).

Conclusions: From these results it can be proved that the learning strategy and learning styles influence on learning outcomes but the most important is the way our brains work. So it is expected to pay more attention to student learning strategies suited and adapted to the learning styles to better facilitate students in understanding each course they receive, so as to improve learning achievement

(16)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal (Septiana, 2012).

Pergeseran paradigma pendidikan saat ini yang semula teacher centered learning menjadi student centered learning, semakin menuntut kuatnya kemandirian mahasiswa dalam belajar. Hal yang terpenting dalam proses belajar mandiri ialah ketika seseorang membuat inisiatif dengan mandiri atau dengan bantuan orang lain untuk menggali kebutuhan belajar mereka, menformulasikan tujuan belajar, mengidentifikasi bahan yang dibutuhkan untuk belajar, memilih dan mengimplementasikan strategi belajar, serta mengevaluasi hasil dari proses belajar. Mahasiswa yang telah mandiri akan memiliki inisiatif atau dorongan dan mampu mencari sumber belajar yang dibutuhkannya. Sikap kemandirian ini mutlak dimiliki dalam menyokong paradigma student centered learning (Syawal, 2012).

Strategi belajar bersifat individual, artinya strategi belajar yang efektif bagi diri seseorang belum tentu efektif bagi orang lain. Untuk memperoleh strategi belajar efektif, siswa perlu mengetahui serangkaian konsep yang akan membawanya menemukan strategi belajar yang paling efektif bagi dirinya (Eliasa, 2011).

(17)

tuntutan internal maupun eksternal selama peserta didik melakukan tugas-tugas pembelajaran. Di antara keduanya ada kombinasi yang merupakan kompromi untuk memperoleh hasil maksimal dari proses pembelajaran (Harsono, 2013).

Di dalam mengikuti proses belajar mengajar, setiap mahasiswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda antara mahasiswa satu dengan yang lainnya. Dosen dalam mengajar harus memperhatikan gaya belajar (learning style) mahasiswa. Karena dalam setiap mengajar efektifitasnya akan sangat bergantung pada cara atau gaya mahasiswa belajar, disamping sifat pribadi dan kesanggupan intelektualnya (Nurochim, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian Asri (2009) tentang prestasi belajar menunjukkan bahwa prestasi belajar sangat memuaskan memiliki kecenderungan pada gaya belajar visual (72,5%), auditori (65,7%), kinestetik (50%), sedangkan visual-auditori (60%).

Mengenali gaya belajar sendiri, belum tentu membuat seseorang menjadi lebih pandai tetapi dengan mengenal gaya belajar seseorang akan dapat menentukan cara belajar yang lebih efektif. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membuktikan bahwa ternyata kita memiliki cara belajar dan berpikir yang berbeda-beda. Kita akan merasa lebih efektif dan lebih baik dengan menggunakan lebih banyak mendengarkan, namun orang lain merasa lebih baik dengan membaca bahkan ada yang merasa bahwa hasilnya akan optimal jika kita belajar langsung mempraktikkan apa yang akan dipelajari. Bagaimana cara kita belajar akan mempengaruhi struktur otak (Tanta, 2010).

(18)

akan tercapai nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajar mereka.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh Septiana (2012) ditemukan 11 orang mahasiswa yang lulus dengan prestasi yang sangat memuaskan yaitu 6 orang perempuan dan 5 orang laki-laki dengan gaya belajar yang berbeda. Dengan adanya perbedaan gaya belajar tersebut sangat mempengaruhi prestasi pada mahasiswa itu sendiri.

Dari hasil penelitian Nugraheni (2012) bahwa Gaya belajar dominan adalah gaya belajar visual (58,8%), disusul dengan gaya belajar auditori (32,4%), dan kinestetik (10, 8%). Pengukuran tersebut konsisten dengan hasil penelitian terdahulu dengan sampel yang jauh lebih besar (kurang lebih 10 kali lipat). Sehingga dapat disimpulkan bahwa urutan dominansi gaya belajar secara umum adalah visual – auditori – kinestetik.

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas penulis tertarik untuk meneliti Hubungan Strategi Belajar dan Gaya Belajar dengan Hasil Evaluasi Belajar Pada Mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan Tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

(19)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Hubungan Strategi Belajar dan Gaya Belajar dengan Hasil Evaluasi Belajar Pada Mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui strategi belajar pada mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan Tahun 2015.

b. Untuk mengetahui gaya belajar pada mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan Tahun 2015.

c. Untuk mengetahui hasil evaluasi belajar pada mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan Tahun 2015.

d. Untuk mengetahui hubungan strategi belajar dengan hasil evaluasi belajar pada mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan Tahun 2015.

e. Untuk mengetahui hubungan gaya belajar dengan hasil evaluasi belajar pada mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan Tahun 2015.

D. Manfaat Penelitian

1. Mahasiswa

(20)

mahasiswa dalam memahami setiap mata kuliah yang mereka terima, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.

2. Institusi Pendidikan

Sebagai bahan referensi dan masukan bagi peneliti selanjutnya terkait dengan strategi belajar dan gaya belajar dalam mendesain program pembelajaran yang efektif untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

3. Peneliti

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Belajar

Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa disekolah dan lingkungan sekitar (Jihad dan Haris, 2013).

Belajar adalah Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar (Trianto, 2010).

Menurut Hilgard (dalam Sanjaya, 2011) : learning is the process by which an activity originates or changed through training procedures (wether

in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from

changes by factors not attributable to training (belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah).

B. Teori Belajar

1. Teori Gestalt

(22)

Teori psikologi gestalt sangat berpengaruh terhadap tafsiran tentang belajar. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Tingkah laku terjadi berkat interaksi antar individu dan lingkungannya.

b. Individu berada dalam keadaan keseimbangan yang dinamis, adanya ganguan terhadapkeseimbangan itu akan mendorong terjadinya tingkah laku.

c. Belajar mengutamakan aspek pemahaman (insight) terhadap situasi problematis.

d. Belajar menitikberatkan pada situasi sekarang, dalam situasi tersebut menemukan dirinya.

e. Belajar dimulai dari keseluruhan dan bagian-bagian hanya bermakna dalam keseluruhan itu.

2. Teori R. Gagne

Teori ini didasari oleh asumsi bahwa belajar adalah proses yang sangat penting dalam perkembangan. Sementara perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne, dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.

Terkait dengan belajar R. Gagne Mendefenisikan:

a. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.

b. Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.

(23)

3. Teori Behaviourisme

Teori belajar behaviourisme ini menekankan pada perunbahan tingkah laku. Menurut teori ini, belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat diamati, diukur, dan dinilai secara konkret, yang merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungan dan berdasarkan pengalamannya. Belajar merupakan akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Teori ini mengemukakan bahwa yang terpenting

dalam belajar adalah “input” yang berupa stimulus dan “output” yang berupa

respons.

4. Teori Kognitivisme

Teori belajar kognitivisme adalah teori yang menekankan pada proses pengolahan informasi. Menurut teori ini, belajar adalah proses interaksi antara individu dengan lingkungannya yang berlangsung secara terus menerus. Perspektif yang dimiliki teori kognitivisme adalah seseorang yang sedang belajar atau peserta didik memproses informasi atau bahan pelajaran dengan cara menerima, mengorganisasi, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuannya yang telah ada. Dengan demikian, teori belajar kognitivisme ini lebih menekankan pada bagaimana informasi di proses.

5. Teori Konstruktivisme

(24)

analisis, dan pendapatnya dalam teori kognitivisme. Piaget pun sejatinya melahirkan teori konstruktivisme.

Teori konstruktivisme didefenisikan sebagai pembelajaran yang bersikap generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Berbeda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respons, konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya.

C. Strategi Belajar

Pengajaran yang baik adalah pengajaran yang meliputi mengajar siswa tentang bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berfikir dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri. Pembelajaran strategi lebih menekankan pada kognitif, sehingga pembelajaran ini dapat disebut dengan strategi kognitif.

Kartono (1985) dan Rooijakkers (1997) mengemukakan bahwa strategi belajar yang dapat digunakan dalam belajar di perguruan tinggi, antara lain:

a. Mengikuti kuliah

(25)

b. Membaca buku

Belajar di perguruan tinggi selain mengikuti kuliah juga harus membaca banyak buku-buku. Mahasiswa dituntut untuk mencari literatur lain sehingga mereka tidak terpaku dengan materi yang diberikan oleh dosen. c. Cara belajar

Bahan kuliah yang diperoleh harus dipelajari kembali dengan baik. Mahasiswa harus mau meluangkan waktunya untuk mengulang pelajaran yang sudah didapatkan, selain itu catatan yang ada harus lengkap sehingga dapat betul-betul membantu mahasiswa dalam belajar.

d. Mempergunakan perpustakaan

Mahasiswa harus pandai mempergunakan fasilitas yang ada, khususnya perpustakaan. Mahasiswa dapat menambah wawasan pengetahuannya dengan banyak membaca buku-buku yang ada di perpustakaan.

e. Menghadapi tentamen (ujian)

Mahasiswa harus siap dalam menghadapi ujian. Dengan adanya ujian maka mahasiswa dapat mengukur sampai sejauh mana kemampuan atau materi yang diserap.

Macam-macam strategi belajar yang dapat diterapkan oleh mahasiswa meliputi (Frender, 2003):

a. Strategi Mengorganisasi dan Memanajemen Waktu

(26)

penting bagi mahasiswa. Kualitas waktu belajar yang digunakan lebih baik daripada kuantitas waktu belajar. Mahasiswa yang dapat menggunakan waktu dengan baik dapat memilah prioritas tugas untuk menghemat waktu. Keluhan yang selama ini sering didengar dalam kalangan mahasiswa adalah kurang tersedianya waktu untuk menyelesaikan semua tugas dan kurang cukupnya waktu untuk menyiapkan diri menghadapi ujian, sehingga hal tesebut berakibat pada rendahnya prestasi belajar mahasiswa dan akhirnya menjadi kendala utama terhambatnya proses masa studi mahasiswa.

Fenomena ini menunjukkan bahwa manajemen waktu merupakan salah satu hal yang besar nilainya dalam belajar maupun dalam seluruh kehidupan seorang mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa pasti memiliki tujuan belajar dan untuk mencapai tujuan tersebut maka setiap mahasiswa membutuhkan keterampilan pengaturan waktu, keahlian dalam memprioritaskan tugas, kedisiplinan dalam mematuhi setiap jadwal yang dibuat dan kesediaan menyiapkan waktu untuk belajar.

Menurut Macan (1990), manajemen waktu adalah pengaturan diri dalam menggunakan waktu seefektif dan seefisien mungkin dengan melakukan perencanaan, penjadwalan, sikap kontrol atas waktu dan keinginan untuk terorganisasi. Sedangkan Lakien (1997) menjelaskan manajemen waktu sebagai langkah-langkah kebutuhan dan keinginan individu dalam urutan tingkat dengan mempertimbangkan tingkat kepentingan atau prioritasnya, kemudian mengalokasikan waktu dan sarana yang diperlukan secara tepat.

(27)

1) Menetapkan tujuan dan prioritas

Tujuan atau sasaran berisi pernyataan tentang apa yang penting dan ingin dilakukan seseoang. Penetapan tujuan harus dilakukan sebelum membuat prioritas karena aktivitas akan dilakukan bila termasuk dalam prioritas mendukung tujuan atau sasaran. Prioritas adalah suatu aktivitas yang diberi perhatian utama atau dengan kata lain sesuatu yang dilakukan sebelum yang lain.

Prioritas dibuat berdasarkan skala kepentingan, dapat juga digunakan sebagai sistem prioritas ABC yang dikemukakan oleh Lakien (1997). Aktivitas dengan prioritas A adalah harus mendapatkan perhatian utama untuk dicapai terlebih dahulu. Smith (2002) menjelaskan, dalam menyusun prioritas, manusia harus menetukan kriteria urgent (mendesak) adalah tugas yang harus diselesaikan dalam batas waktu yang sudah pasti dan important (penting) adalah tugas yang dimiliki pengaruh luas atau jangka panjang terhadap sesuatu yang kita hargai. Hal yang harus diutamakan adalah kegiatan yang berkriteria penting dan meendesak sedangkan kegiatan mendesak tidak penting dapat didelegasikan untuk menghindari tumpukan kegiatan.

(28)

Tujuan jangka pendek dapat diwujudkan dalam tujuan harian, biasanya berisi tujuan yang lebih spesifik sehingga memudahkan dalam pencapaian tujuan jangka panjang. Penetapan tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek dapat digambarkan dengan bentuk pyramid yang harus berkaitan satu sama yang lain dimana tujuan jangka panjang sebagai dasarnya dan pendek sebagai puncaknya. Penetapan tujuan dan sasaran ini dapat berubah dan harus direvisi secara periodik karena manusia berubah, berkembang dan menyesuaikan diri dengan keadaan. 2) Merencanakan dan menjadwalkan

Setelah menentukan tujuan dan prioritas, langkah selanjutnya adalah melakukan perencanaan dan penjadwalan. Perencanaan dapat disebut juga sebagai daftar harian, yang berisi keterangan tentang aktivitas dan perkiraan waktu yang dibutuhkan. Penyusunan perencanaan dan penjadwalan harus memperhitungkan waktu yang digunakan untuk aktivitas rutin setiap hari karena aktivitas rutin tersebut biasanya banyak menyita waktu.

Hal ini penting yang harus diperhatikan dalam penyusun dan perencanaan adalah “waktu prima” yang terdiri dari “waktu prima

internal” dan “waktu prima external”. Aktivitas yang penting dan menjadi

(29)

Perencanaan dan penjadwalan biasanya berisi beberapa aktivitas yang berkaitan dengan pengaturan waktu, yaitu membuat daftar hal-hal yang harus dikerjakan, membuat jadwal mingguan, menggunakan buku agenda atau sarana reminder yang lain Setiap perencanaan dan penjadwalan harus bersifat flexibel agar tidak menimbulkan kesan yang kaku atau selalu tegang. Untuk menghindar hal-hal yang tidak terduga sebaiknya dalam perencanaan dan penjadwalan disediakan kira-kira 1 jam sebagai waktu cadangan sebagai ada waktu longgar.

3) Mempunyai sikap kontrol terhadap waktu

Mempunyai sikap kontrol terhadap waktu lebih mengarah kepada keyakinan pandangan individu tentang bagaimana kemampuannya dalam mengendalikan waktu atau bagaimana individu menggunakan waktu yang ada, misalnya dapat melaksanakan jadwal kegiatan karena selalu tidak menunda-nunda, tidak terbelenggu dalam tugas-tugas sehingga ada waktu untuk istirahat dan mampu bersikap asertif kepada orang lain,

misalnya berkata “tidak”.

(30)

Masalah yang terpenting dengan sikap kontrol terhadap waktu adalah kebiasaan penundaan, kadang penundaan ini mempengaruhi sebagian besar orang. Mereka tahu apa yang harus dilakukan tetapi tidak dapat mewujudkannya. Untuk sebagian orang ini adalah kebiasaan yang berakar dari dalam tetapi dapat diatasi. Biasanya penundaan terjadi bila dihadapkan pada sesuatu hal yang tidak menyenangkan, adanya keraguan, keinginan tampil sempurna, maupun adanya tugas yang sulit.

4) Pilihan untuk terorganisasi

Hal ini melihat bagaimana keiginan individu untuk terorganisir serta menekankan pada pendekatkan yang dilakukan individu dalam menyelesaikan tugas seperti merapikan ruang belajar sehingga individu dengan mudah menyimpan dan menentukan sesuatu yang dibutuhkan, membuat arsip dan cara cepat untuk menangani tugas dengan baik.

b. Strategi Mencatat

Mencatat adalah bagian yang penting dari aktivitas belajar. Madden (2000) menjelaskan bahwa catatan memberikan rekaman informasi tertulis yang dapat dipergunakan siswa untuk membaca kembali dan menganalisis. Membuat catatan yang efektif dan efisien akan lebih mendorong siswa untuk menjadi seorang pembelajar yang aktif. Tahap-tahap yang dilakukan dalam mencatat terdiri dari (Frender, 2003):

1) Persiapan

(31)

diperlukan untuk mencatat (seperti bolpen, kertas dan handout), menyempatkan diri untuk melakukan skim atau review pada catatan yang lalu, mempersiapkan pikiran untuk menjadi seorang pendengar dan pencatat yang aktif serta memilih tempat duduk yang strategis.

2) Strategi saat di dalam kelas

Berikut ini adalah beberapa strategi mencatat yang dapat diterapkan di dalam kelas untuk menghasilkan catatan yang efektif yaitu:

a) Metode Personal Short Hand

Metode ini bertujuan untuk mempermudah siswa dalam mencatat secara praktis dengan cara menggunakan simbol atau singkatan tertentu yang sering muncul.

b) Mempersiapkan format catatan yang tepat

Siswa dapat mulai mencatat dengan menggunakan lembar baru, pertama siswa menuliskan referensi singkat di bagian kanan atas seperti nama mata kuliah dan nama pengajar. Siswa dapat menggunakan sepertiga lembar kertas dari kiri (berbentuk kolom) untuk mencatat kata-kata yang bertujuan untuk mereview (kata-kata kunci, sejumlah pertanyaan, dan topik). Sementara itu dua pertiga bagian lainnya (dalam bentuk kolom) dapat dipergunakan untuk mencatat materi perkuliahan.

c) Membuat skema

(32)

3) Perbaikan catatan

Revisi atau perbaikan catatan dilakukan bersamaan dengan review atau meninjau ulang dengan tujuan memperjelas informasi yang dicatat, mengidentifikasi ide-ide utama serta pertanyaan yang muncul. Dengan melakukan revisi serta peninjauan ulang maka catatan akan menjadi utuh dan siap dipergunakan.

c. Strategi Membaca

Hal lain yang perlu dilakukan siswa setelah mencatat adalah membaca catatan. Membaca merupakan salah satu cara untuk belajar dan mendapatkan informasi. Strategi membaca menurut Abita (2002) adalah mengidentifikasikan kata-kata yang menuntun pembaca dalam menentukan struktur organisasi dan memfokuskan isi pada tulisan teks. Seseorang harus mampu mendapatkan beberapa urutan tersebut dalam proses membaca. Beberapa macam strategi belajar yang dapat diterapkan secara umum menurut Frender (2003), antara lain:

1) Membaca secara cepat, yang terdiri dari: a) Scanning

(33)

fakta khusus informasi tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran topik atau ide, organisasi bacaan keseluruhan, dan mencari detail secara spesifik (nama, kota, jawaban pertanyaan). Mahasiswa biasanya menggunakan teknik ini pada saat mencari kata pada kamus dan mencari pada indeks.

b) Skimming

Merupakan strategi membaca yang bertujuan untuk menemukan ide-ide utama dan sebab akibat, mensurvei ide-ide umum, mengenali serta memahami urutan-urutan dan hubungan antara judul dan sub judul, mengidentifikasi topik dan mencari kata-kata atau frase yang dicetak miring pada bacaan.

Subagja (2002) menjelaskan skimming yaitu suatu kondisi saat pembaca memahami bagian-bagian tentang informasi tersebut

dengan mencerna secara mendalam. Sedangkan Soedarso (2004) menjelaskan skimming sebagai tindakan untuk mengambil intisari atau saripati dari suatu hal. Skimming bacaan berarti mancapai hal-hal yang penting dari bacaan itu, yaitu ide pokok dan detail yang penting. c) Rapid Reading

(34)

2) Membaca secara perlahan, yang terdiri dari: a) Slow Reading

Strategi ini seringkali digunakan mahasiswa saat membaca textbooks atau untuk segala jenis buku yang bersifat teknis yang banyak detail yang perlu untuk dibaca. Tujuan slow reading adalah untuk menemukan semua informasi yang bisa diperoleh yang dilakukan dengan cara menuliskan catatan-catatan atau menggarisbawahi informasi. Informasi-informasi tersebut digunakan mahasiswa untuk lebih mendalami bidang yang sedang dipelajarinya. b) Careful Reading

Strategi ini bertujuan untuk menemukan prosedur, mengikuti instruksi selangkah demi selangkah, dan menganalisis serta mengevaluasi isi bacaan. Individu dapat membuat outline atau catatan rinci. Careful reading lebih mendalam daripada slow reading karena menuntut sikap yang kritis dari pembacanya. Mahasiswa menggunakan carefull reading untuk menemukan keseluruhan mekna bacaan, baik yang tersurat maupun tersirat. Materi bacaan antara lain berupa laporan penelitian, teks atau data ilmiah.

d. Strategi Mengingat

(35)

bermanfaat dalam proses belajar. Ada tiga proses yang terjadi dalam mengingat sesuatu:

1) Encoding (proses mempersiapakan informasi yang di dapat untuk disimpan).

2) Storage (proses menyimpan informasi untuk digunakan dalam mengingat ketika dibutuhkan kelak).

3) Retrieval (recall atau memanggil keluar informasi dari tempat penyimpanan).

Langkah-langkah untuk mengingat menurut Frender (2003) adalah sebagai berikut:

1) Memotivasi yaitu mempunyai niat untuk belajar, mengingat dan berkonsentrasi pada informasi yang baru, mengembangkan suatu tujuan realistis yang kuat, dan dengan jelas memilih untuk mengingat. 2) Mengelompokkan, yang terdiri dari:

a) Mengorganisir yaitu mengelompokan informasi sehingga detail dan gagasan utama berhubungan serta menghubungkan informasi baru untuk mengenal materi bacaan.

b) Mengkategorikan yaitu menggambarkan informasi untuk dipelajari dan tujuan yang diharapkan serta memilih umtuk mengingat antara memori jangka panjang atau memori jangka pendek.

(36)

3) Merencanakan yaitu memilih teknik atau strategi terbaik yang sesuai dengan materi bacaan dan kebutuhan mengingat materi tersebut. 4) Mengulang kembali yaitu mengulang informasi, mengkombinasikan

sebanyak mungkin dengan panca indera dan menjadikannya sebagai suatu kebiasaan.

e. Strategi Menghadapi Ujian

Strategi menghadapi ujian merupakan hal terakhir yang perlu dipersiapkan oleh setiap siswa. Beberapa strategi menghadapi ujian menurut Frender (2003) adalah sebagai berikut :

1) Strategi menghadapi kecemasan saat menghadapi ujian

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi siswa untuk mendapatkan hasil ujian yang kurang memuaskan adalah disebabkan oleh kecemasan yang muncul saat menghadapi ujian. Kecemasan yang berlebihan dapat menghambat ingatan dan mengurangi keberhasilan dalam menyelesaikan ujian. Yang terpenting di sini siswa tahu akan dirinya serta dapat memilih strategi apa yang efektif untuk menyadarkan dirinya bahwa siswa itu sendiri yang memegang kendali atas perasaan terhadap situasi yang sedang dihadapi.

2) Persiapan sebelum ujian

(37)

tersebut diharapkan siswa dapat lebih siap untuk menghadapi ujian. Persiapan ujian juga dapat dilakukan dengan membaca silabus untuk mengetahui kapan ujian akan berlangsung.

3) Strategi saat ujian berlangsung

Siswa dapat menggunakan langkah-langkah yaitu pertama-tama mengerjakan sesuai perintah, kemudian meninjau isi lembar ujian, membuat perencanaan dalam mengerjakan ujian, dan menerapkan strategi yang cocok. Siswa lebih baik mengerjakan soal yang paling mudah terlebih dahulu.

4) Strategi menerka dengan cerdik

Strategi ini dilakukan pada saat siswa tidak mengetahui jawaban yang tepat atas pertanyaan ujian, sehingga harus menebak jawaban apa yang kira-kira tepat dan tidak terjadi pengurangan nilai jika tebakan siswa ternyata salah. Strategi ini hanya untuk tipe-tipe ujian tertentu.

5) Strategi belajar kilat untuk ujian atau craming atau sistem kebut semalam

Strategi ini hanya boleh dilakukan dalam keadaan mendesak sebagai alternatif terakhir, karena siswa akan mendapatkan hasil yang lebih sedikit disebabkan waktu.

D. Gaya Belajar

(38)

mengatakan “gaya belajar sebagai kebiasaan yang dipilih oleh siswa dalam

belajar, baik dalam kelas atau dilingkungan terbuka.

Gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai bagaimana individu belajar atau cara yang ditempuh oleh masing-masing orang untuk berkosentrasi pada proses dan menguasai informasi yang sulit dan baru melalui presepsi yang berbeda (Ghufron & Risnawita, 2012).

Menurut Howard Gardner modalitas belajar tersebut dapat dikarakteristik sebagai berikut:

1. Visual (Visual Learners)

Tipe belajar visual adalah belajar melalui melihat, memandangi, mengamati, dan sejenisnya. Lebih tepatnya, tipe belajar visual adalah belajar dengan melihat sesuatu, baik berupa gambar atau diagram, pertunjukan, peragaan atau video. Orang-orang dengan tipe ini lebih menyukai belajar ataupun menerima informasi dengan melihat atau membaca. Setelah melihat atau membaca, orang-orang ini akan lebih mudah dan cepat dalam mencerna serta mengolah informasi baru yang diterima. Mereka bahkan lebih suka membaca dibanding mencerna informasi dengan mendengarnya langsung. Bagi orang-orang dengan tipe visual, membaca akan lebih mengasyikkan.

Kekuatan gaya belajar visual ini terletak pada indra penglihatan. Bagi orang-orang dengan gaya belajar ini, mata adalah alat yang paling peka untuk menangkap setiap gejala atau stimulus (rangsangan) belajar. Lebih dari itu, orang-orang dengan gaya belajar visual lebih cenderung senang mengikuti instruksi, mengamati gambar-gambar dan meninjau kejadian secara langsung.

(39)

a. Rapi dan teratur

b. Berbicara dengan cepat

c. Mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik d. Teliti dan rinci

e. Mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual

f. Memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik g. Merupakan pembaca yang cepat dan tekun

h. Lebih suka membaca daripada dibacakan

i. Lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar

j. Sulit menerima instruksi verbal karena itu sering kali ia meminta instruksi secara tertulis

k. Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain

l. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat “Ya” atau

“Tidak”

m. Lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik

n. Dapat membayangkan kata-kata

o. Sering kali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata-kata.

Media atau bahan yang cocok untuk mempermudah proses belajar anak visual adalah sebagai berikut:

(40)

b. Media gambar, video, poster dan sebagainya

c. Buku yang banyak mencantumkan diagram atau gambar d. Flow chart

e. Grafik

f. Menandai bagian-bagian yang penting dari bahan ajar dengan menggunakan warna yang berbeda

Strategi belajar untuk tipe visual:

a. Gunakan materi visual seperti gambar, diagram dan peta b. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting

c. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi d. Gunakan multimedia, contohnya: komputer dan video

e. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya kedalam gambar

2. Auditori (Auditory Learners)

(41)

Peserta didik atau individu yang memiliki kemampuan belajar auditori yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:

a. Lebih senang belajar dengan cara mendengarkan

b. Lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca c. Mudah terganggu oleh keributan atau suara berbisik

d. Jika membaca, lebih senang membaca dengan suara keras

e. Kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tapi sangat pandai dalam bercerita

f. Sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja atau beraktifitas g. Berbicara dengan irama yang terpola dengan baik

h. Berbicara dengan sangat fasih

i. Lebih menyukai seni musik dibanding seni lainnya

j. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang di diskusikan daripada apa yang dilihat

k. Senang berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar

l. Mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi

m. Lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menuliskannya

n. Lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik

(42)

a. Menghadiri kelas b. Diskusi

c. Membahas suatu topik bersama dengan teman dan guru d. Menjelaskan ide-ide baru kepada orang lain

e. Menggunakan perekam

f. Mengingat cerita, contoh atau lelucon yang menarik

g. Menjelaskan bahan yang didapat secara visual (gambar, power point, dan sebagainya)

Strategi belajar untuk tipe auditori:

a. Catatan yang dibuat mungkin sangat tidak memadai. Tambahkan informasi yang didapat dengan cara berbicara dengan orang lain dan mengumpulkan catatan dari buku.

b. Rekam ringkasan dari catatan yang dibuat dan dengarkan rekaman tersebut

c. Minta orang lain untuk mendengar pemahaman yang diterima mengenai suatu topik

d. Baca buku atau catatan dengan keras

3. Kinestetik (Kinesthetic Learners)

Tipe kinestetik adalah belajar melalui aktifitas fisik dan keterlibatan

langsung yang bisa berupa “menangani”, bergerak, menyentuh dan

(43)

mudah menangkap pelajaran apabila mereka bergerak, meraba atau mengambil tindakan. Misalnya, ia akan memahami makna halus jika indra perasanya telah merasakan benda yang halus.

Peserta didik atau seseorang yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku antara lain:

a. Banyak gerak fisik

b. Menanggapi perhatian fisik

c. Belajar melalui praktek langsung atau manipulasi d. Banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal) e. Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi f. Tidak bisa diam saat belajar

g. Menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca

h. Menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka i. Berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain

j. Menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung k. Tidak bisa duduk diam pada suatu tempat untuk waktu yang lama l. Menyukai kegiatan yang menyibukkan secara fisik

m. Berbicara dengan perlahan n. Menyukai bahasa isyarat o. Menyukai seni tari

(44)

a. Menggunakan seluruh panca indera: penglihatan, sentuhan, pengecap, penciuman dan pendengaran

b. Laboratorium

c. Kunjungan lapangan

d. Pembicara yang memberikan contoh kehidupan nyata e. Pengaplikasian

f. Pameran, sampel dan fotografi

g. Koleksi berbagai macam tumbuhan, serangga dan sebagainya

Stratetegi belajar untuk tipe kinestetik: a. Mengingat kejadian nyata yang terjadi

b. Masukan berbagai macam contoh untuk memudahkan dalam mengingat konsep

c. Gunakan benda-benda untuk mengilustrasikan ide

d. Kembali ke laboratorium atau tempat belajar dapat melakukan eksperimen

e. Mengingat kembali mengenai eksperimen, kunjungan lapangan dan sebagainya

(45)

yang dimilikinya, tentunya ia dapat mudah memilih dan menentukan bagaimana kemudian ia akan belajar.

Sama demikian halnya dengan dosen, orang tua, trainer, tutor, mentor atau pembimbing. Setelah mengetahui kecenderungan tipe belajar anak atau peserta didik, mereka akan lebih mudah memilih metode pembelajaran yang akan dipakai dengan menyesuaikan pada tipe/gaya belajar sang anak atau peserta didik. Hal ini tentu akan memengaruhi proses dan hasil belajar seseorang. Peserta didik yang belajar dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan gaya atau tipe belajarnya tentu akan lebih mudah menyerap bahan pelajaran tersebut.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar

a. Faktor Endogen

1. Faktor Fisik: Faktor fisik ini misalnya faktor kesehatan pada individu, bisa juga faktor cacat karena bawaan sejak lahir.

2. Faktor Psikis: Banyak faktor yang termasuk aspek psikis yanhg bisa mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran. Di antara begitu banyak faktor psikis, yang peling sering dibahas adalah:

(46)

Dengan demikian perbedaan dalam mempelajari sesuatu dapat disebabkan pada perbedaan taraf kemampuannya.

b. Faktor Perhatian dan Minat: Keinginan atau minat dan kemauan atau kehendak sangat mempengaruhi corak perbuatan yang akan diperlihatkan seseorang. Sekalipun seseorang itu mampu mempelajari sesuatu, tetapi jika tidak mampunyai minat, tidak mau, atau tidak ada kehendak untuk mempelajari maka ia tidak akan bisa mengikuti proses belajar. c. Faktor Bakat: Pada dasarnya bakat itu mirip dengan

intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang memiliki intelegemsi sangat cerdas disebut juga anak berbakat. Bakat pada setiap individu berbeda-beda, namun kadang orang tua tidak mempedulikan hal ini bahakan mereka sering memaksakan kehendak pada anak. Pemaksaan kehendak pada anak tentu saja kan berpengaruh buruk terhadap prestasi anak yang bersnagkutan.

(47)

e. Faktor Kematangan: Kematangan adalah tingkat perkembangan individu atau organ-organnya sehingga berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam proses belajar, kematangan atau kesiapan ini sangat menentukan. Oleh karena itu, setiap usaha belajar akan lebih berhasil jika dilakukan bersamaan dengan tingkat kematangan individu.

f. Faktor Kepribadian: Faktor kepribadian seseorang turut memegang peranan dalam belajar. Orang tua terkadang melupakan faktor ini, yaitu anak adalah makhluk kecil yang memiliki kepribadian sendiri. Fase perkembangan seorang anak tidak selalu sama.

b. Faktor Eksogen

1. Faktor Keluarga: Individu-individu yang baru berkembang, yang dilahirkan dalam suatu keluarga, harus mengalami proses belajar sehingga akan mengambil alih nilai-nilai yang umum berlaku pada kelompoknya. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan seseorang tempat ia belajar menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.

(48)

mengajarkan pengetahuan itu pada siswa bisa turut menentukan hasil belajar yang dapat dicapai sang anak. Selain itu faktor hubungan baik antara guru dan siswa juga ada pengaruhnya.

3. Faktor Lingkungan Lain: Faktor teman bergaul dan aktivitas dalam masyarakat dapat pula mempengeruhi kegiatan belajar anak. Aktivitas di luar sekolah memang baik untuk membantu perkembangan anak. Namun tidak semua aktivitas dapat membantu anak. Jika seorang anak terlalu banyak melakukan aktivitas di luar rumah dan di luar sekoah, sementara ia kurang mampu membagi waktu belajar, dengan sendirinya aktivitas tersebut akan sangat merugikan anak karena kegiatan belajarnya terganggu.

F. Hasil Evaluasi Belajar

(49)

a. Tujuan Evaluasi

Evaluasi pembelajaran bertujuan antara lain untuk:

1. Menilai keterlaksanaan dan hasil pembelajaran

2. Memotret kinerja peserta pendidikan dan pelatihan dan pengajarnya

3. Memotret perilaku kerja kegiatan pembelajaran

4. Mengukur tingkat keberhasilan pengelolaan pembelajaran

5. Menilai ketercapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran

6. Memperoleh masukan untuk melakukan pembinaan dan pengembangan pembelajaran

7. Memetakan kinerja peserta pendidikan dan pelatihan dan pengajarnya

b. Pengelolaan Evaluasi

Pendekatan evaluasi pembelajaran yang digunakan di universitas adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP). Pelaksanaan evaluasi harus dilakukan secara sistematik, terprogram, terpadu bertahap dan berkesinambungan. Sedangkan perangkat yang harus disiapkan dalam merencanakan evaluasi adalah:

1. Kisi-kisi 2. Soal

(50)

c. Jenis dan Teknik Evaluasi

Ada beberapa jenis evaluasi yang bisa dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:

1. Evaluasi Formatif 2. Evaluasi Sumatif 3. Uji Kompetensi 4. Uji Profesi

Bentuk evaluasi pada umumnya terdiri dari: 1. Tertulis

2. Lisan

3. Perbuatan/praktik

Teknik evaluasi yang bisa dilakukan dalam kegiatan pembelajaran antara lain:

1. Observasi/survey 2. Kuesioner

3. Wawancara 4. Eksperimen 5. Study kasus

d. Sistem Pelaporan

(51)
(52)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Strategi Belajar dan Gaya Belajar dengan Hasil Evaluasi Belajar Pada Mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan Tahun 2015. Untuk memperjelas arah penelitian ini maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut:

Skema 3.1 Kerangka Konsep

Hubungan Strategi Belajar dan Gaya Belajar dengan Hasil Evaluasi Belajar

Pada Mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan Tahun 2015

Variabel Independen Variabel Dependen

B. Defenisi Operasional

Tabel 3.1

No. Variabel Defenisi

(53)

Membaca jika

Hipotesis adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan dalam perencanaan penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka penelitian, maka hipotesis dapat di tetapkan (Ha):

a. Ada hubungan strategi belajar dengan hasil evaluasi belajar pada mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan. b. Ada hubungan gaya belajar dengan hasil evaluasi belajar pada

(54)

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasi dengan menggunakan desain pendekatan cross sectional yaitu data yang dikumpulkan sesaat atau diperoleh saat ini juga, yang dimana cara ini dilakukan dengan melakukan survei, wawancara atau dengan menyebarkan kuesioner pada responden penelitian (Suyanto dan Salamah, 2009).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011).

Berdasarkan hal tersebut populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan sebanyak 238 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011).

a. Penggunaan sampel dengan menggunakan rumus, sebagai berikut (Nursalam, 2009):

N

n =

(55)

Keterangan :

n : Besar Sampel N : Besar Populasi

d : Tingkat signfikansi (p)

b. Besar sampel N n =

1 + N (d) 2

238 n =

1 + 238 (0,05) 2

238 n =

1 + 238 (0,0025)

238 n =

1,595

(56)

c. Kriteria Sampel

1) Mahasiswi D-III Kebidanan

2) Mahasiswi bersedia menjadi responden d. Teknik pengambilan sampel (sampling)

Dalam menentukan jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Proportional Stratified Random Sampling yaitu suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan secara tepat mengenai sifat-sifat populasi yang heterogen, maka populasi harus dibagi-bagi dalam lapisan-lapisan (strata) yang seragam dan dari setiap lapisan dapat diambil secara acak. Dengan metode ini semua lapisan dapat terwakili (Sugiyono, 2010). Adapun besar atau jumlah pembagian sampel untuk masing-masing kelas/tingkat dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

n: Jumlah sampel yang diinginkan setiap strata

N: Jumlah seluruh populasi mahasiswi D-III Kebidanan di Poltekkes Kemenkes RI Medan

X : Jumlah populasi pada setiap strata N1: Sampel

Berdasarkan rumus, jumlah sampel dari masing-masing kelas/tingkat tersebut yaitu:

Tingkat I:

75 orang

Tingkat II:

orang

(57)

Tabel 4.1

Jumlah sampel masing-masing kelas/tingkat

No Kelas Jumlah Mahasiswi

D-III Kebidanan

Sampel

1 Tingkat I 120 75

2 Tingkat II 118 74

Setelah dilakukan perhitungan, jumlah sampel yang dibutuhkan sebesar 149 orang. Jumlah sampel masing-masing kelas/tingkat pada tingkat I sebanyak 75 orang, tingkat II sebanyak 74 orang.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poltekkes Kemenkes RI Medan dengan pertimbangan lokasi ini mudah terjangkau oleh peneliti dan populasi memenuhi sampel yang akan diteliti.

D. Waktu Penelitian

(58)

Tabel 4.2

Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat izin dari Ketua Pelaksanaan Program Studi Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Kemudian peneliti mengajukan permohonan izin peneliti ke Poltekkes Kemenkes RI Medan.

Setelah memperoleh persetujuan, peneliti melakukan pertimbangan etik yaitu: Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti serta memberitahukan bahwa tidak ada pengaruh negatif yang terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia maka responden harus menandatangani lembar persetujuan riset (informed consent). Bila responden menolak maka responden mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian karena responden tersebut sifatnya suka rela (voluntary).

(59)

informasi yang diperoleh tidak akan dipergunakan kecuali untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan tetap menjaga kerahasiaan identitas tidak akan dipublikasikan.

F. Alat Pengumpulan Data

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang yang ia ketahui (Arikunto, 2010).

G. Prosedur Pengumpulan Data

Data yang digunakan peneliti yaitu data primer. Data primer diperoleh langsung dari responden melalui lembar kuesioner yang disebarkan.

Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara sebagai berikut:

1. Peneliti menyerahkan lembar kuesioner kepada responden dengan terlebih dahulu meminta persetujuan (informed consent) apakah bersedia untuk dijadikan sebagai responden dengan menanda tangani surat persetujuan penelitian.

2. Selanjutnya peneliti menjelaskan cara pengisian lembar kuesioner tersebut. 3. Agar pengumpulan data berjalan dengan cermat dan teliti peneliti mengawasi

dan mendampingi responden saat mengisi lembar kuesioner.

(60)

H. Analisis Data

Dalam melakukan analisis data, setelah semua data terkumpul, diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi, maka peneliti melakukan analisa data dan melalui beberapa tahap (Sibagariang, dkk, 2010) :

1. Editing Data

Proses editing merupakan proses dimana peneliti melakukan klasifikasi, keterbacaan, konsistensi dan kelengkapan data yang sudah terkumpul. Proses klarifikasi menyangkut memberikan penjelasan mengenai apakah data yang sudah terkumpul akan menciptakan masalah konseptual atau teknis pada saat peneliti melakukan analisis data.

2. Pengkodean data (data coding)

Merupakan suatu pemberian kode yang biasanya dalam bentuk angka, proses penyusunan secara sistematis data mentah (yang ada dalam kuesioner) ke dalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin pengolah data seperti komputer. 3. Pemindahan data ke komputer (data entering)

Adalah memindahkan data yang telah diubah menjadi kode ke dalam mesin pengolah data (SPSS).

4. Pembersihan data (data cleaning)

(61)

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisis data dan melalui beberapa tahap :

1. Analisis Univarat

Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk menguji keeratan hubungan strategi belajar dan gaya belajar terhadap hasil evaluasi belajar.

Analisis data dilakukan setelah semua data dalam lembar kuesioner, dikumpulkan dan dibuat dalam suatu tabel. Setelah itu, data diolah secara komputerisasi dengan menggunakan SPSS, dimasukkan ke dalam program secara sistematis.

Kuesioner strategi belajar bertujuan untuk mengetahui strategi belajar apa yang digunakan mahasiswi dalam proses belajar untuk mencapai hasil evaluasi belajar yang baik. Skala yang digunakan adalah nominal. Hasil ukur strategi belajar yaitu:

1. Strategi Mengorganisasikan dan Memanajemen Waktu 2. Strategi Mencatat

3. Strategi Membaca 4. Strategi Mengingat

5. Strategi Menghadapi Ujian

(62)

1. Visual 2. Auditory 3. Kinestetik

Hipotesa akan menggunakan uji Chi-Square, dengan taraf signifikan 95%.

Taraf signifikan (α =0,05). Pedoman dalam menerima hipotesis: apabila nilai

(63)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai Hubungan Strategi Belajar dan Gaya Belajar dengan Hasil Evaluasi Belajar Pada Mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan dengan jumlah responden 149 orang.

A.Hasil Penelitian

Sesuai dengan hasil penelitian, maka di bab ini akan diuraikan analisis univariat dan analisis bivariat mengenai variabel yang diteliti, disajikan dalam bentuk tabel:

1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Data yang bersifat kategorik dicari frekuensi dan proporsi yaitu: umur, kelas, angkatan, jumlah SKS, IPK. Hasil akan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

a. Karakteristik Responden

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Karakteristik Responden di Poltekkes Kemenkes RI Medan Tahun 2015

Karakteristik Responden f (Orang) Persentase (%)

(64)

Berdasarkan Tabel 5.1 diperoleh karakteristik responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 18 tahun sebanyak 75 orang (50,3%), berdasarkan kelas sebagian besar responden berada dikelas 1 sebanyak 75 orang (50,3%), berdasarkan angkatan sebagian besar responden berada di angkatan 2014 sebanyak 75 orang (50,3%), berdasarkan jumlah SKS sebagian besar responden sebanyak 24 SKS sebanyak 75 orang (50,3%), berdasarkan IPK sebagian besar responden dengan IPK Baik (3,00-4,00) sebanyak 87 orang (58,4%).

b. Strategi Belajar

Strategi belajar pada mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan dapat di lihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Strategi Belajar Responden di Poltekkes Kemenkes RI Medan Tahun 2015

Strategi Belajar f (Orang) Persentase (%)

(65)

Berdasarkan Tabel 5.2 diatas, diketahui bahwa 149 responden yang paling banyak memilih strategi belajar mencatat sebanyak 52 orang (34,8%) dan yang paling sedikit memilih strategi belajar mengorganisasi dan memanajemen waktu sebanyak 20 orang (13,4%).

c. Gaya Belajar

Gaya belajar pada mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan dapat di lihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gaya Belajar Responden di Poltekkes Kemenkes RI Medan Tahun 2015

Gaya Belajar f (Orang) Persentase (%)

Visual 74 49,7

Auditori 33 22,1

Kinestetik 42 28,2

Total 149 100

Berdasarkan Tabel 5.3 diatas, diketahui bahwa 149 responden yang paling banyak memilih gaya belajar visual sebanyak 74 orang (49,7%) dan responden yang paling sedikit memilih gaya belajar auditori sebanyak 33 orang (22,1%).

2. Analisa Bivariat

(66)

1. Hubungan Strategi Belajar dengan Hasil Evaluasi Belajar Pada Mahasiswi

D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan Tahun 2015

Hubungan Strategi Belajar dengan Hasil Evaluasi Belajar Pada Mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.4

Tabulasi Silang Hubungan Strategi Belajar dengan Hasil Evaluasi Belajar Pada

Mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan Tahun 2015

Strategi Belajar

(67)

2. Hubungan Gaya Belajar dengan Hasil Evaluasi Belajar Pada Mahasiswi

D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan 2015

Hubungan Gaya Belajar dengan Hasil Evaluasi Belajar Pada Mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.5

Tabulasi Silang Hubungan Gaya Belajar dengan Hasil Evaluasi Belajar Pada

Mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan 2015

Gaya Belajar

Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa dari 74 responden yang memilih gaya belajar visual semuanya memilih gaya belajar visual, dari 33 responden yang memilih gaya belajar auditori sebanyak 26 orang (78,7%) dengan hasil evaluasi belajar cukup dan dari 42 responden yang memilih gaya belajar kinestetik sebanyak 36 orang (85,8%) dengan hasil evaluasi belajar cukup. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa p = 0,0001 (p < 0,05) artinya ada hubungan yang signifikan antara gaya belajar dengan hasil evaluasi belajar.

B.Pembahasan

(68)

1. Hubungan Strategi Belajar dengan Hasil Evaluasi Belajar Pada

Mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan Tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian dari 149 orang responden menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara strategi belajar dengan hasil evaluasi belajar hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Restuwardhani (2011) yang menyatakan strategi belajar tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar.

Strategi belajar adalah cara-cara atau rencana yang digunakan oleh para mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman terhadap materi-materi untuk mencapai hasil yang maksimal, terutama pada saat ujian. strategi belajar yang efektif bagi diri seseorang belum tentu efektif bagi orang lain. Untuk memperoleh strategi belajar efektif, siswa perlu mengetahui serangkaian konsep yang akan membawanya menemukan strategi belajar yang paling efektif bagi dirinya.

(69)

ujian. Jadi, strategi belajar apa saja yang digunakan mahasiswa sangat lah bagus apabila ada keinginan dari mahasiswa tersebut untuk belajar dan meraih prestasi yang baik dan disesuaikan dengan gaya belajarnya untuk lebih mempermudah mahasiswa dalam memahami setiap mata kuliah yang mereka terima, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.

2. Hubungan Gaya Belajar dengan Hasil Evaluasi Belajar Pada Mahasiswi

D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian dari 149 orang responden menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara gaya belajar dengan hasil evaluasi belajar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Tanta (2010) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya belajar mahasiswa terhadap hasil belajar mahasiswa program studi pendidikan biologi.

Grinder (1991) dalam Siberman, Melvin (2014:28) menyatakan bahwa setiap 30 siswa, 22 diantaranya rata-rata dapat belajar dengan efektif selama gurunya menghadirkan kegiatan belajar yang berkombinasi antara visual, auditori, dan kinestetik. Namun sisanya sedemikian menyukai salah satu bentuk pengajaran dibanding dua lainnya, sehingga siswa tersebut harus berupaya keras untuk memahami pelajaran bila tidak ada kecermatan dalam menyajikan pelajaran sesuai dengan cara yang mereka sukai.

(70)

keberhasilan yang tinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa karakteristik gaya belajar yang dimiliki peserta didik merupakan salah satu modalitas yang berpengaruh dalam pembelajaran, pemrosesan, dan komunikasinya. Hal yang serupa, bila mahasiswa tersebut mengetahui karakteristik gaya belajarnya sendiri maka mahasiswa akan lebih muda memotivasi dirinya dalam pembelajaran. Hal serupa juga diungkapkan (Chatib, 2014:171) bahwa Gaya belajar anak seperti pintu pembuka. Setiap butir informasi yang masuk lewat pintu terbuka lebar, akan memudahkan anak memahami informasi itu. Pada puncak pemahaman, informasi itu akan masuk ke memori jangka panjang dan tak terlupakan seumur hidup.

(71)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Strategi Belajar dan Gaya Belajar dengan Hasil Evaluasi Belajar Pada Mahasiswi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan Tahun 2015. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Karakteristik dari 149 orang responden sebagian besar responden berumur 18 tahun sebanyak 75 orang (50,3%), kelas 1 sebanyak 75 orang (50,3%), angkatan 2014 sebanyak 75 orang (50,3%), 24 SKS sebanyak 75 orang (50,3%), IPK Baik (3,00-4,00) sebanyak 87 orang (58,4%).

2. Strategi belajar yang di pakai responden terbanyak adalah strategi belajar mencatat sebanyak 52 orang (34,8%).

3. Gaya belajar yang di pakai responden terbanyak adalah gaya belajar visual sebanyak 74 orang (49,7%).

4. Tidak ada hubungan yang signifikan antara strategi belajar dengan hasil evaluasi belajar bahwa p = 0,306 (p > 0,05).

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Penelitian
Tabel 5.1
+3

Referensi

Dokumen terkait

4 Sedangkan tujuan dalam penelitian ini bukan untuk menguji, tetapi didasari oleh perasaan keinggin tahuan tentang manajemen pengelolaan dana zakat yang sedang dijalankan oleh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi sistem persamaan linear tiga

PERWAKILAN DIPLOMATIK BILATERAL YANG MERANGKAP MULTILATERAL. JUMLAH STAF

In Mongolia, livestock animals were killed seriously by effects of climate change and it is required to reduce its risk by early adaptation.. Selling livestock

tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Bengkulu Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pqjak Daerah Provinsi Bengkulu (Berita Daerah Provinsi Bengkulu Tahun 2012

Sesuai dengan hipotesis yang digunakan, bahwa terdapat hubungan yang positif antara kemampuan wirausaha (variabel bebas) dengan daya saing (variabel terikat) yang

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disintesiskan, bahwa relasi gender merupakan hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan yang mengacu pada peran

Pompa dinamik juga dikarakteristikkan oleh cara pompa tersebut beroperasi: impeler yang berputar mengubah energi kinetik menjadi tekanan atau kecepatan yang diperlukan untuk