• Tidak ada hasil yang ditemukan

METAFORA DALAM TEKS CERITA PENDEK DALAM BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X SMA : KAJIAN LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "METAFORA DALAM TEKS CERITA PENDEK DALAM BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X SMA : KAJIAN LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

METAFORA DALAM TEKS CERITA PENDEK DALAM BUKU

PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X SMA :

KAJIAN LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

EFRIWATY SARAGIH NIM 8139161002

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA

▸ Baca selengkapnya: cerita pendek bahasa sunda

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

Efriwaty Saragih, Metafora dalam Teks Cerita Pendek dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X SMA : Kajian Linguistik Fungsional Sistemik. Tesis: Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2016

Bahasa memegang peranan dan fungsi yang sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia. Hampir dalam setiap detik kehidupan dan dalam setiap aktivitasnya, manusia tidak terlepas dari penggunaan bahasa. Bahasa yang digunakan manusia selalu dipenuhi dengan berbagai metafora, terutama metafora leksikal, yaitu pemanfatan variasi kata dengan cara merujuk suatu makna dengan makna lain. Selain dalam berkomunikasi sehari-hari, metafora juga banyak digunakan dalam cerita pendek. Penelitian ini bertujuan untuk mengidetifikasi metafora leksikal, mendeskripsikan bagaimana realisasi metafora leksikal, dan mendeskripsikan alasan mengapa ada metafora leksikal yang dominan dalam teks cerita pendek. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data-data penelitian diambil dari teks cerita pendek yang terdapat dalam buku Bahasa Indonesia kelas X SMA karangan E. Kusnadi H., Andang Purwato, dan Siti Aisah. Data dianalisis dengan menggunakan teknik normatif, yaitu dengan cara mendeskripsikan metafora leksikal. Penelitian menyimpulkan bahwa dalam teks cerita-cerita pendek yang terdapat dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMA tersebut terdapat 107 metafora leksikal, terdiri atas empat jenis metafora leksikal yaitu konsep Nomina - Nomina, konsep Nomina - Verba (Verba – Nomina), konsep Nomina – Adjektiva, dan konsep Sosial/ Ideologi. Metafora leksikal yang dominan dalam cerita-cerita pendek tersebut adalah konsep Nomina - Verba (Verba – Nomina). Suatu karya sastra, dominan menggunakan metafora leksikal dengan konsep Nomina – Verba /Verba – Nomina karena suatu peristiwa diamati sebagai sesuatu yang bergerak atau hidup dan sesuatu yang dikenai tindakan atau proses tertentu.

(7)

ii ABSTRACT

Efriwaty Saragih, Metaphor in the Short Story Text of Indonesian Language Textbooks for Grade X : The study Linguistics Systemic Fungsional. Thesis: Indonesian language Education Program, Postgraduate School, State University of Medan. 2016.

Language plays a very important role and function in the human life. Almost in every second of life and activity, human is inseparable from the use of language. It is used by human always filled with a variety of metaphors, especially lexical metaphor, namely the use of a word variation by referring a meaning to another meaning. In addition to daily communication, metaphors are also widely used in short stories. This research aimed to identify lexical metaphor, describe how the realization of lexical metaphor, and describe why lexical metaphors are dominant in the short story texts. This research is a qualitative descriptive study. The data resource was taken from the short story text contained in the Indonesian language textbooks for grade X, written by E. H. Kusnadi, Andang Purwato, and Siti Aisah. The data were analyzed by using the normative techniques and describing the lexical metaphor. The research concluded that in the short story texts contained in the Indonesian language textbooks for grade X were found 107 lexical metaphors, four kinds of lexical metaphors concept; Noun - Noun, Noun- Verb (Verbs - Nouns), Noun - Adjective, and Social / Ideology. The Lexical metaphor which is dominant in the short stories is the Noun - Verb (Verbs - Nouns) concept. A literary work is dominant use the lexical metaphors of the Noun - Verb / Verb – Noun concept because an event observed as something alive or moved and as object of particular action in a certain process.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt., Tuhan seru sekalian alam, berkat petunjuk dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat bertangkai salam semoga senantiasa tercurah atas Rasulullah Muhammad Saw yang telah membawa ummat manusia menuju peradaban yang mulia.

Penulis menyadari bahwa banyak sekali pihak yang memberikan bantuan kepada penulis sehingga laporan penelitian ini dapat disajikan sedemikian rupa. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Wisman Hadi, M.Hum. dan Prof.Dr. Sumarsih, M.Pd. yang telah mencurahkan ilmu dan pengetahuan serta telah membimbing penulis dengan segenap hati sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. 2. Ibunda Prof. Dr. Rosmawaty Harahap, M.Pd. selaku ketua Prodi Bahasa

dan Sastra Indonesia, dan juga sebagai dosen penguji, yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sejak penulisan proposal sampai penulisan tesis ini selesai.

(9)

iv

Bapak-bapak dan Ibu-ibu, akan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SW.

4. Bapak Susianto, S.Pd., M.Si. selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Binjai, yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut, dan telah memberikan banyak kemudahan kepada penulis selama perkuliahan dan penelitian ini berlangsung.

5. Rekan-rekan seperjuangan, mahasiswa S2 Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan khususnya angkatan pertama, semoga kebersamaan yang terjalin selama merajut ilmu di UNIMED dapat menjadi bekal pengabdian bagi bangsa dan negara.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih membutuhkan perbaikan dan penyempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan tesis ini. Akhir kalam semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi siapa saja yang bersedia membacanya. Amin.

Medan, 23 Juni 2016 Penulis,

(10)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Fokus Penelitian ... 11

1.3 Rumusan Masalah ... 12

1.4 Tujuan Penelitian ... 13

1.5 Manfaat Penelitian ... 14

1.5.1 Manfaat Teoretis ... 14

1.5.2 Manfaat Praktis ... 15

Bab. II Tinjauan Pustaka 2.1 Kerangka Teori ... 16

2.1.1 Metafora dalam Pandangan Para Ahli ... 16

2.1.2 Metafora Menurut Teori LFS ... ... 19

2.1.2.1 Metafora Leksikal ... 23

2.1.2.2 Metafora Gramatikal ... 33

(11)

vi

2.1.3 Teori Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) ... ... 36

2.1.4 Cerita Pendek ... 41

2.1.5 Penelitian Terdahulu ... 44

2.2 Kerangka Konseptual ... 47

Bab. III Metodologi Penelitian ... 49

3.1 Sumber data ... 53

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 55

3.3 Teknik Analisis Data ... 55

Bab. IV Paparan Data, Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Paparan Data Metafora Leksikal ... 59

4.1.1 Metafora Leksikal dalam Cerpen Ketika Kadir Batuk- Batuk (KKBB) ... . 61

4.1.2 Metafora Leksikal dalam Cerpen Aheng (A) ... 62

4.1.3 Metafora Leksikal dalam Cerpen Meredam Matahari di Kala Kelam (MMKK) ... 63

4.1.4 Metafora Leksikal dalam Cerpen Sebutir Peluru Kasih Kasih Sayang (SPKS) ... .. 65

4.1.5 Metafora Leksikal dalam Cerpen Mbah Danu (MD) ... 66

4.2 Hasil Penelitian ... 66

(12)

vii

4.2.1.1 Jenis Metafora Leksikal dalam Cerpen Ketika Kadir

Batuk- Batuk (KKBB) ... 67 4.2.1.2 Jenis Metafora Leksikal dalam Cerpen Aheng (A) ... 69 4.2.1.3 Jenis Metafora Leksikal dalam Cerpen Meredam

Matahari Di Kala Kelam (MMKK) ... 73 4.2.1.4 Jenis Metafora Leksikal dalam Cerpen Sebutir Peluru

Kasih Sayang (SPKS) ... 78 4.2.1.5 Jenis Metafora Leksikal dalam Cerpen Mbah Danu

(MD) ... 80 4.2.2. Realisasi Metafora Leksikal dalam Cerita Pendek ... 84 4.2.2.1 Realisasi Metafora Leksikal dalam Cerpen Ketika

Kadir Batuk-Batuk ... ... 84 4.2.2.2 Realisasi Metafora Leksikal dalam Cerpen Aheng (A) ... 90 4.2.2.3 Realisasi Metafora Leksikal dalam Cerpen Meredam

Matahari di Kala Kelam (MMKK) ... 102 4.2.2.4 Realisasi Metafora Leksikal dalam Cerpen Sebutir

Peluru Kasih Sayang ... ... 122 4.2.2.5 Realisasi Metafora Leksikal dalam Cerpen

Mbah Danu ... 128

4.2.3 Faktor Penyebab Kedominanan Metafora Leksikal .. 132 4.3 Pembahasan ... 137

(13)

viii

4.3.3 Konsep Nomina – Adjektiva ... 141

4.3.4 Konsep Sosial / Ideologi ... 143

Bab. V Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan ... 144

5.2 Saran ... 145

Daftar Pustaka ... 146

Lampiran 1 Cerita-cerita Pendek dalam Buku Bahasa Indonesia ... 147

(14)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Perincian Jumlah Klausa pada Teks Cerita Pendek

dalam Buku Bahasa Indonesia Kelas X SMA ... .... . 60 Tabel 4.2 Perincian Klausa yang Berisi Metafora Leksikal ... . . 61 Tabel 4.3 Distribusi Metafora Leksikal dalam Cerpen Ketika Kadir

Batuk-batuk (KKBB) ... ... . 68 Tabel 4.4 Distribusi Metafora Leksikal dalam Cerpen Aheng (A) .... . . 70 Tabel 4.5 Distribusi Metafora Leksikal dalam Cerpen Meredam

Matahari di Kala Kelam (MMKK) ... .. . 74 Tabel 4.6 Distribusi Metafora Leksikal dalam Cerpen Sebutir Peluru

Kasih Sayang (SPKS) ... ... .. 78 Tabel 4.7 Distrubusi Metafora Leksikal dalam Cerpen Mbah Danu

(MD) ... .... ... 81 Tabel 4.8 Perbandingan Metafora Leksikal dalam Cerpen-cerpen

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa memegang peranan dan fungsi yang sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia. Tanpa bahasa, seseorang akan menghadapi kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain atau dengan lingkungannya. Fungsi bahasa yang paling utama adalah sebagai alat komunikasi. Tanpa bahasa, seseorang akan mengalami berbagai kendala dalam berkomunikasi. Dengan bahasa seseorang dapat menggambarkan berbagai pengalaman dan berbagai perilaku yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa pula seseorang dapat menggambarkan impian, harapan dan cita-cita yang diinginkannya.

Kemampuan berbahasa yang dimiliki seseorang, memungkinkan dirinya mampu mempresentasekan ilmu, pengetahuan dan keterampilannya. Sehingga dengan kemampuan tersebut dia mendapat respon dan tanggapan yang baik atau tanggapan yang sesuai dengan yang diharapkannya. Dengan kemahiran memilih dan menggukanan kata (bahasa) pada saat berkomunikasi, seseorang dapat mencapai apa yang diinginkannya. Oleh karena itu tidak berlebihan jika dikatakan bahwa bahasa menjadi tulang punggung keberhasilan seseorang dalam berkomunikasi.

(16)

2

sebagai alat penghubung yang praktis dalam berinteraksi antarsesama. Oleh karena itu bahasa dengan berbagai aspeknya perlu dipahami. Tanpa pemahaman, komunikasi akan mengalami kendala. Salah satu aspek bahasa yang perlu dipahami adalah aspek makna. Tanpa pemahaman terhadap makna kata atau makna bahasa, sulit bagi seseorang untuk melangsungkan komunikasi. Tidak jarang ditemukan perselisihan bahkan keributan diantara orang-orang yang sedang berkomunikasi hanya karena tidak paham dengan apa yang dimaksudkan oleh mitratuturnya. Dengan demikian memahami makna kata (bahasa) menjadi sangat penting dalam sebuah komuniasi.

Dalam ilmu bahasa, aspek makna dibicarakan dalam ilmu semantik. Dalam ilmu semantik ini akan dibicarakan mengenai bagaimana kata – kata digunakan, dan bagaimana hubungannya dengan sesuatu. Kata semantik dipahami sebagai suatu istilah dalam bidang ilmu bahasa yang membahas dan mempelajari tentang makna atau arti. Hal ini merupakan salah satu dari tataran analisis bahasa. Leech berpendapat bahwa semantik tidak bisa terlepas dari bahasa (Leech, 2003 : 12). Salah satu aspek semantik atau makna yang banyak dibicarakan adalah makna leksikal yaitu makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa dan lain-lain. Makna leksikal (lexical meaning) adalah makna kata ketika kata berdiri sendiri sebagaimana makna

(17)

3

kejelasan makna, bahasa yang digunakan oleh manuasia dapat menjalankan fungsinya.

Kejelasan makna dalam kalimat dipengaruhi oleh pemilihan kata yang baik dan tepat sehingga dengan pilihan kata tersebut, tidak ada kata yang tidak dipahami maknanya. Baik oleh penutur (pembicara atau penulis), maupun oleh mitra tutur (pendengar atau pembaca). Dalam pemilihan kata, untuk mengekspresikan dirinya, seseorang selalu menggunakan metafora. Dengan menggunakan metafora diharapkan makna yang ingin disampaikan penutur atau penulis sampai kepada mitra tutur persis seperti apa yang dimaknai oleh penutur atau penulis. Oleh karena itu metafora sebagai pilihan, dapat membantu proses penyampaian makna setepat mungkin.

(18)

4

Dalam persfektif LFS, hal seperti ini dikenal dengan metafungsi (metafunction) bahasa. Dalam hal ini, seorang pemakai bahasa merealisasikan pengalamannya menjadi pengalaman linguistik yakni arti, bentuk, dan ekspresi menjadi realisasi dari pengalaman tersebut.

Dalam mempertukarkan, merangkai, dan menggambarkan pengalaman, bahasa digunakan sebagai medium penyampaian konsep dan pengetahuan, (baik yang bersifat abstrak maupun yang bersifat nyata), termasuk mengenai perubahan-perubahan kemasyarakatan. Untuk menyampaikan konsep dan pengetahuan tersebut, pemakai bahasa selalu menggunakan metafora.

Metafora memandu pembentukan konsep-konsep abstrak dalam diri seseorang. Hal seperti ini mengindikasikan bahwa konseptualisasi dan kerangka kognitif seseorang mengenai akal pikiran (kognisi) dan pandangan terhadap perubahan dan pergeseran budaya, politik dan cita-cita seseorang dapat dilacak melalui penggunaan bahasanya. Dengan demikian, pemahaman mengenai metafora dapat dimanfaatkan sebagai fasilitator untuk memahami konsep-konsep abstrak dan sebagai refresentasi kerangka kognisi tersebut.

(19)

5

dalam tradisi Simalungun ada ungkapan “bagod manandangi sigei” artinya

pohon aren menghampiri tangga untuk diambil niranya. Ini merupakan ungkapan metaforis yang selalu diucapkan orang tua terutama ibu, untuk menasihati putrinya agar anak perempuan tersebut memiliki perasaan malu dan harga diri. Kata-kata itu diucapkan orang tua, biasanya ibu dengan maksud untuk melarang anak perempuannya menghampiri laki-laki (pemuda). Dan biasanya hal ini berhubungan dengan masalah percintaan. /Bagod/ memiliki dua arti, arti yang pertama adalah pohon aren; sedangkan arti yang kedia adalah nira aren. Dalam konteks ini “bagod” merupakan

lambang dari perempuan (masih gadis atau janda). /Manandangi/ artinya mendatangi atau menghampiri, sedangkan /sigei/ artinya adalah tangga, dalam konteks ini maksudnya adalah laki-laki (pria).

Dalam metafora ini terkadung nasihat bahwa perempuan harus memiliki rasa malu dan harga diri. Perempuan dilarang keras mendatangi atau menghampiri laki-laki dalam hal pergaulan muda-mudi (bercinta). Perbuatan menghampiri (mendatangi) pria, adalah perbuatan yang memalukan.

Dalam dunia politik juga selalu ditemukan metafora. Misalnya ungkapan “serangan fajar”. Ungkapan tersebut mengindikasikan adanya

(20)

6

juga ada kasus “cicak dan buaya” yang melanda institusi POLRI pada

penghujung tahun 2009. Makna cicak dan buaya dalam ungkapan tersebut bukan makna leksikal seperti makna yang dapat dibaca dalam kamus, akan tetapi Cicak dan buaya merupakan bahasa metaforis. Kata “cicak” dalam metafora ini digambarkan sebagai mahluk kecil dan lemah diperbandingkan dengan “buaya” sebagai mahluk yang besar, kuat bahkan ganas. Begitu

banyak metafora digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Penggunaan metafora saat berkomunikasi dianggap lebih efektif, lebih sugestif, dan lebih sopan atau lebih halus. Seseorang menggunakan metafora untuk menggambarkan dirinya sering bukan karena mereka telah kehabisan analogi struktural tetapi mereka merasa bahwa pikirannya harus digambarkan dengan cara itu (Barden, 1992). Metafora diperoleh dan dimengerti secara kognitif oleh manusia berdasarkan pengalaman hidup sehari-hari yang diungkapkan melalui bahasa mereka. Dengan kata lain cara seseorang berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari selalu bersifat metaforis. Merujuk pada pendapat ini maka penggunaan metafora dalam berinteraksi merupakan gaya atau cara seseorang dalam mengekspresikan diri, pikiran dan perasaanya.

(21)

7

karya sastra akan lebih indah dan terwakili dengan menggunakan metafora. Karya sastra merupakan wujud permainan kata-kata seorang pengarang yang berisi maksud tertentu, dan disampaikan kepada penikmat sastra. Dengan menggunakan metafora, tidak jarang karya sastra akan terasa lebih indah dan lebih hidup. Bukan hanya itu, metafora dapat menyampaikan maksud pengarang secara lebih sopan dan halus.

Karya sastra merupakan representasi dari kehidupan. Memahami karya sastra berarti berupaya memahami dan menghayati praktik hidup dan kehidupan. Aspirasi, perasaan, hawa nafsu, rasa cinta dan benci, keinginan-keinginan dan kebosanan, semua ada dalam karya sastra. Oleh karena itu tidak berlebihan jika dikatakan bahwa karya sastra itu kaya dengan berbagai nilai kehidupan. Meskipun demikian, karya sastra tidak identik dengan kehidupan sehari-hari. Sastra memiliki dunia tersendiri, yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan. Akan tetapi, meskipun memiliki dunia tersendiri, sastra dapat menolong manusia untuk lebih memahami kehidupan, karena karya sastra berbicara mengenai kenyataan dan rahasia yang ada di balik kenyataan tersebut.

(22)

8

atau sebagian bentuk imajinasi (Kennedy, 1983 :3). Sebagai cerita rekaan, cerita pendek merupakan bagian bentuk penyampaian konsepsi, kerangka kognitif, dan pengetahuan seorang sastrawan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Dengan demikian cerita pendek dapat dipahami sebagai teks.

Bahasa merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah karya sastra. Tanpa bahasa, seorang sastrawan akan menghadapi kesulitan dalam berkarya dan mengkomunikasikan hasil karya, ide, hasil renungan, atau imajinasinya. Demikian juga sebaliknya seseorang akan sulit untuk menikmati, memahami, bahkan menginterpretasi sebuah karya sastra tanpa memahami bahasa yang terdapat (yang digunakan) dalam karya sastra itu. Begitu pentingnya bahasa bagi sastrawan maupun bagi penikmat (pembaca) karya sastra. Sebagai hasil karya sastra, cerita pendek merupakan cermin dari budaya masyarakatnya. Dalam cerita pendek tercakup unsur ekspresi wujud bahasa. Dengan demikian, mengkaji cerita pendek berarti telah mengadakan kajian bahasa yang tidak terlepas dari konteks sosial.

(23)

9

penggunaan bentuk linguistik yang tidak lazim memungkinkan untuk dianalisis dengan teori LFS.

Teori LFS dikembangkan oleh M.A.K Halliday. Dalam pandangan Halliday, bahasa adalah semiotik sosial. Dengan demikian berarti bahasa mengodekan representasi dunia yang dikonstruksikan secara sosial. Sebagai semiotik sosial, menurut LFS bahasa bersifat fungsional. Dalam konteks sosial, bahasa dipaparkan bahwa pertama, bahasa memiliki sifat terstruktur sesuai dengan kebutuhan manusia terhadap bahasa itu. Kedua, dalam kehidupan manusia, fungsi bahasa mencakup tiga hal, yaitu memaparkan atau menggambarkan, mempertukarkan, dan merangkai pengalaman manusia. Ketiga fungsi bahasa ini disebut dengan metafungsi bahasa.

Realisasi pengalaman linguistik dengan penanda (marked) oleh rasa bahasa atau pengodean yang tidak lazim disebut pengalaman metafora (metaphoric refresentation atau gramatical metaphor). Dalam teori LFS metafora juga mencakupi leksis yang disebut metafora leksikal, yang menunjukkan bahwa makna leksikal dirujuk sebagian untuk menyatakan atau memahami makna lain. Adanya metafora leksikal ini dapat diaplikasikan pada cerita pendek. Dalam hal ini cerita pendek yang yang dimaksudkan adalah cerita pendek yang terdapat dalam buku teks Bahasa Indonesia SMA kelas X.

(24)

10

yang mereka temukan dalam cerita pendek, mereka dapat memperkaya rasa bahasa yang disampaikan dengan pengodean-pengodean tertentu. Contoh, dalam cerita pendek “Aheng” ada klausa “ Masak harus kalah oleh kaum coro?” (Kusnadi dkk., 2009 : 40). “Kaum coro” merupakan ungkapan metaforis. Coro atau lifas (sejenis serangga) atau makhluk kecil, diperbandingkan dengan kaum atau orang (manusia) yang memiliki derajat lebih tinggi dari makhluk apapun. Dengan memahami makna metafora “kaum

coro”, pemahaman peserta didik dapat bertambah dalam banyak hal.

Misalnya pemahaman mengenai makna leksikal dari kata “kaum” dan kata “coro”, pemahaman mengenai ungkapan metaforis dari “kaum coro”, dan

pemahaman dalam konteks apa, dan bagaimana, metafora tersebut digunakan. Dalam cerpen lain pada buku tersebut juga ditemukan klausa “kawin dengan orang kelas bawah” (Kusnadi dkk, 2009 : 57). Kata “kelas” lazimnya digunakan untuk menyatakan tingkatan di lingkungan sekolah atau pendidikan), tetapi dalam hal ini digunakan untuk menyatakan “orang susah atau orang miskin” di lingkungan masyarakat. Jadi jelaslah bahwa

pemahaman terhadap metafora, memberikan pelajaran yang sangat berarti bagi peserta didik dalam memahami konsep-konsep yang ada dalam cerita pendek.

(25)

11

kelas XII, hanya terdapat 1 Kompetensi Dasar (KD), kelas XI terdapat 2 KD, dan kelas X, terdapat 4 KD. Dengan demikian jumlah KD yang berhubungan dengan apresiasi cerita pendek di SMA, lebih banyak terdapat di kelas X. Hal ini menjadi alasan dan pertimbangan bagi peneliti dalam menentukan objek penelitian. Selain itu keterbatasan waktu, pengetahuan, dan kemampuan yang ada pada peneliti juga menjadi pertimbangan yang cukup serius, sehingga peneliti menentukan Metafora dalam Cerita Pendek pada Buku Bahasa Indonesia kelas X dipilih sebagai objek penelitian.

Buku teks Bahasa Indonesia kelas X ini memuat lima cerita pendek, yaitu: (1) Ketika Kadir Batuk-batuk (tanpa nama pengarang), (2) Aheng, karya Aminuddin, (3) Meredam Matahari di Kala Kelam karya Murparsaulian, (4) Sebutir Peluru Kasih Sayang karya S. Prasetyo Utomo, dan (5) Mbah Danu (tanpa nama pengarang). Dalam kelima cerita pendek tersebut diperkirakan terdapat metafora leksikal yang memungkinkan untuk dianalisis dengan linguistik fungsional sistemik (LFS). Dengan demikian penelitian ini bukan penelitian sastra tetapi merupakan penelitian linguistik.

1.2 Fokus Penelitian

(26)

12

daripada sebagai sistem tata bahasa. Dalam teori LFS bahasa dianalisis dengan menghubungkan bahasa itu dengan konteksnya.

Bahasa metafora lazim digunakan oleh orang dewasa, baik dalam bahasa tulisan maupun bahasa lisan. Dalam bahasa tulisan, metafora lazim digunakan dalam bidang akademik, kajian ilmiah atau diplomasi. Dalam karya fiksi (termasuk cerita pendek) selalu ditemukan bahasa metaforis sebagai realisasi pengalaman dan pikiran manusia, dalam hal ini sastrawan.

Pemilihan metafora leksikal sebagai bahan kajian dianggap menarik. Sebab penggunaan metafora leksikal dalam tradisi bersastra di Indonesia banyak dijumpai, baik dalam sastra lisan maupun bentuk sastra tulis. Oleh karena itu dalam penelitian diperlukan adanya batasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan fokus (Sugiono, 2008: 286). Permasalahan metafora sangatlah luas, sehingga batasan masalah atau fokus terhadap permasalahan penelitian perlu dibuat agar penelitian lebih terarah dan terperinci. Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah Metafora Leksikal dalam Teks Cerita Pendek dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X SMA : Kajian Linguistik Fungsional Sistemik.

1.3 Rumusan Masalah

(27)

13

dan bunga-bunga yang lain. Juga ada kata “mata” lalu muncul metafora mata -mata musuh, -mata rantai, -mata hati, -mata batin dan lain-lain. Itu semua menunjukkan bahwa hidup ini selalu dikelilingi bahasa metaforis. Terlebih dalam cerita pendek atau cerita rekaan lain. Pengarang, atau sastrawan biasanya banyak menggunakan bahasa metaforis dalam mengungkapkan pengalaman, pemikiran, atau keinginan yang disampaikannya melalui cerita-cerita yang ditulisnya. Biasanya hal itu dibuat untuk menimbulkan efek tersendiri bagi pembaca atau penikmatnya.

Salah satu metafora yang banyak ditemukan dalam kehidupan ini adalah metafora leksikal. Metafora leksikal dapat wujud dengan berbagai realisasi yang umumnya menyatakan satu fenomena dilihat dari dua persfektif (Saragih, 2006: 191). Untuk mempermudah pemahaman, masalah dalam penelitian ini, dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut ini:

(1) Jenis metafora leksikal apakah yang terdapat dalam teks cerita pendek dalam buku Bahasa Indonesia SMA kelas X?

(2) Bagaimana realisasi metafora leksikal dalam cerpen-cerpen yang terdapat dalam buku Bahasa Indonesia SMA kelas X ?

(3) Mengapa ada metafora leksikal yang dominan?

1.4Tujuan Penelitian

(28)

14

melihat keberadaan metafora leksikal dalam cerita pendek. Adapun tujuan secara khusus dapat dirinci sebagai berikut:

(1) Mengidetifikasi metafora leksikal dalam teks cerita pendek yang terdapat dalam buku Bahasa Indonesia SMA kelas X.

(2) Mendeskripsikan realisasi metafora leksikal yang terdapat dalam teks cerita pendek dalam buku Bahasa Indonesia SMA kelas X.

(3) Mendeskripsikan alasan mengapa ada metafora leksikal yang dominan dalam teks cerita pendek yang terdapat dalam buku Bahasa Indonesia SMA kelas X .

1.5 Manfaat Penelitian

Sebaik-baik penelitian adalah penelitian yang dapat memberikan manfaat. Secara garis besar manfaat sebuah penelitian digolongkan atas dua jenis, yaitu manfaat secara teoretis dan manfaat secara prktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1.5.1 Manfaat teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

(1) Dapat digunakan untuk memperkaya khazanah kajian metafora khususnya metafora leksikal dalam cerita pendek. (2) Menambah perspektif baru bahwa karya sastra tidak

(29)

15

bahasa atau linguistik khususnya LFS dengan konsep metafora leksikal.

1.5.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

(1) Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu prasyarat dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan.

(2) Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan dan sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran.

(30)

144 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, dapat diturunkan simpulan

sebagai berikut;

1. Dalam teks cerita pendek yang ada dalam buku Bahasa Indonesia kelas X SMA yang ditulis oleh E. Kusnadi H. dkk. terdapat 106 metafora leksikal.

2. Dalam kelima cerita pendek tersebut terdapat empat jenis metafora leksikal yaitu metafora leksikal dengan konsep Nomina - Nomina, metafora leksikal dengan konsep Nomina – Verba (Verba – Nomina), metafora leksikal dengan konsep Nomina – Adjektiva, metafora leksikal dengan konsep Sosial/ Ideolgi.

3. Jenis metafora leksikal yang dominan dalam kelima cerpen tersebut adalah metafora leksikal dengan konsep Nomina -Verba / Verba-Nomina.

(31)

145

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis menyarankan;

1. Kepada rekan - rekan untuk mengkaji / meneliti karya sastra dari sudut pandang linguistik, sebab penelitian linguistik terhadap terhadap karya sastra belum banyak ditemukan.

2. Kepada para peneliti berbagai bidang linguistik untuk mengadakan penelitian serupa secara lebih cermat, misalnya tentang penggunaan metafora leksikal dalam puisi, drama atau karya sasrta lainnya.

3. Kepada rekan-rekan yang melakukan kajian mengenai metafora leksikal terhadap teks-teks berbahasa Indonesia terutama karya sastra, hendaknya lebih intensif melihat kemungkinan penggunaan jenis konsep yang lain seperti Nomina - Verba – Nomina atau Adjektiva – Nomina – adjektiva, Nomina – Adjektiva – Nomina atau konsep lain yang muncul dalam sebuah teks.

(32)

DAFTAR PUSTAKA Pandangan Semiotik Sosial. diterjemahkan oleh Barori. 1992. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Keraf, Gorys. 1986. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Kusnadi H, E. dkk. 2009. Belajar Efektif Bahasa Indonesia Untuk Siswa SMA/MA Kelas X . Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Kutha Ratna, Nyoman. 2010. Sastra dan Cultural Studies. Denpasar: Pustaka Pelajar

Lakoff, George and Johnsen, Mark. 1980. Metaphor We Live By. Chicago : Chicago

Leech, Geoffrey. 2003. Sematik. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Mahayana, Maman S. 2005. 9 Jawaban Satra Indonesia. Jakarta: Bening Publishing.

(33)

Moleong, Lexy J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda

... 2010. Fungsi Tekstual dalam Wacana. Medan : Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan

... 2011. Semiotik Bahasa ; Pascasarjana Universitas negeri Medan / Universitas Sumatra Utara

Wahab, Abdul. 1990. Butir-Butir Linguistik. Surabaya: Airlangga University Press. Yajri, Faiz. 2012. Politik Metafora dalam Strategi Branding Komoditas Agribisnis (Analisis Semiotika Strukturalisme Terhadap Konstruksi Teks Majalah Trubus Mengenai Komuditas Jabon). Tesis FISIP UI

(34)

Gambar

Tabel  4.1   Perincian  Jumlah  Klausa  pada  Teks  Cerita  Pendek
gambar, efek suara, citra, dan sebagainya (Eriyanto, 2001 :9).  Cerita pendek

Referensi

Dokumen terkait

Disiplin Korektif adalah suatu upaya penggerakan pegawai dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkannya agar tetap.. mematuhi berbagai peraturan sesuai dengan pedoman

Although many types of energy sources are used, but the main source of electrical energy supply Indonesia still rely on fossil fuels are limited and we also have

Asesmen awal medis, yang dilakukan sebelum pasien di rawat inap, atau sebelum tindakan pada rawat jalan di rumah sakit, jika masih dalam jangka waktu 30 hari, riwayat medis dapat

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa prosedur penghapusan sanksi administrasi atas pembetulan surat pemberitahuan (SPT) pajak

Jadi, santri yang terjadwal untuk sekolah di pagi hari, maka untuk sore hari (setelah Sholat Dhuhur) mereka melakukan kegiatan madrasah diniyah. Dan sebaliknya,

Hasil temuan dalam penelitian ini juga sesuai dengan riset terdahulu yanng dilakuakn oleh Wan et.al (2002); Harel dan Tzafrir (1999), dimana praktek-praktek manajemen sumber

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kepala sekolah dalam implementasi nilai nasionalisme dan nilai moral, mengetahui hambatan dalam implementasi

Pada kesempatan ini penulis dengan segala hormat dan ketulusan hati, mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan