• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN STANDAR KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI KEPALA SMK NEGERI DI KABUPATEN ACEH SELATAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN STANDAR KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI KEPALA SMK NEGERI DI KABUPATEN ACEH SELATAN."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

DI KABUPATEN ACEH SELATAN

T E S I S

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

HABIBULLAH HASIBUAN

NIM. 8146132040

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

KONSENTRASI KEPENGAWASAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

i ABSTRACT

HABIBULLAH HASIBUAN. The Policy Implementation of Qualification and Competency Standards of SMK Headmasters in Regency of South Aceh. A Thesis: Post Graduate Program, State University of Medan, 2016.

This research aims to determine the policy implementation of qualification and competency standards of SMK headmasters in regency of South Aceh. By (1) describing communication factor in the policy implementation of qualification and competency standards of SMK headmaster in regency of South Aceh. (2) describing resources factor in the policy implementation of qualification and competency standards of SMK headmaster in regency of South Aceh. (3) describing disposition factor in the policy implementation of qualification and competency standards of SMK headmasters in regency of South Aceh. (4) describing bureaucracy structure factor in the policy implementation of qualification and competency standard of SMK headmasters in regency of South Aceh. This research used the descriptive method with the qualitative approach. Subject Research consisted of Head On Duty of Education (Kadis) of Regency of South Aceh, Head of secondary and high education (Kabid Dikmen), school supervisor coordinator (Korwas), school supervisors of SMK and headmaster of SMK Regency of South Aceh. In collecting data, the researcher used the interview, observation technique and documentation studies. For the technique of analyses, the researcher used qualitative analysis which based on the Miles and Huberman’s theory. The result of research indicates that the factors related to communication, resource, disposition, and bureaucracy structure influence the policy implementation of qualification and competency standards of SMK headmaster in regency of South Aceh. At the communications factor, execution of policy of qualification and competency standards of SMK headmaster in regency of south Aceh are not yet executed the socialization peculiarly about policy of implementation and competency Standards of SMK headmaster in regency of south Aceh. For the resources,disposition, and bureaucracy structure factor in execution of policy of qualification and competency standards of SMK headmaster in regency of south Aceh have been executed. Research recommend the followings: (1) On duty Education earn more improving of intensity activity, training, workshop, and socialization seminar which focus at policy of qualification and competency standards of SMK headmaster continously, and also give the reward and punishment, (2) On duty Education as policy executor can improve the competency and the staff own the commitment to running regulation remain. and also conduct the mapping program of qualification and competency standards of SMK headmaster, (3) School supervisor coordinator doing the construction for all supervisor SMK to run observation function in tight evaluation and monitoring to policy target so that professional headmaster obtainable, (4) Headmaster claimed to work professionally in running duty and it’s responsibility as headmaster.

(5)

ii

ABSTRAK

HABIBULLAH HASIBUAN. Implementasi Kebijakan Standar Kualifikasi dan Kompetensi Kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan. Tesis: Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan, melalui (1) mendeskripsikan faktor komunikasi dalam implementasi kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan, (2) mendeskripsikan faktor sumberdaya dalam implementasi kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan, (3) mendeskripsikan faktor disposisi dalam implementasi kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan, (4) mendeskripsikan faktor struktur birokrasi dalam implementasi kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian terdiri dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan, Kabid Dikmen, Korwas, Pengawas SMK, dan Kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan. Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Untuk teknik analisa data menggunakan analisa kualitatif yang mengacu kepada pendapat Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi mempengaruhi implementasi kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan. Pada faktor komunikasi, pelaksanaan kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan belum melaksanakan sosialisasi secara khusus tentang kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan. Untuk faktor sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi dalam pelaksanaan kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan sudah terlaksana. Penelitian merekomendasikan hal-hal sebagai berikut: (1) Dinas Pendidikan dapat lebih meningkatkan intensitas kegiatan, pelatihan, workshop, dan seminar sosialisasi yang fokus pada kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK secara berkesinambungan, serta memberikan reward dan punishment, (2) Dinas Pendidikan sebagai pelaksana kebijakan dapat meningkatkan kompetensi dan menjaga komitmen dijajarannya dalam menjalankan kebijakan regulasi yang sudah ditetapkan, serta melakukan program pemetaan kualifikasi dan kompetensi kepala SMK, (3) Korwas agar melakukan pembinaan bagi seluruh pengawas SMK untuk menjalankan fungsi kepengawasan dalam melakukan monitoring dan evaluasi yang ketat terhadap sasaran kebijakan sehingga dapat diperoleh sosok kepala sekolah yang profesional, (4) Kepala sekolah dituntut untuk bekerja secara profesional dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala sekolah.

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat

dan ridho-Nya sehingga penulisan tesis dengan judul “Implementasi Kebijakan

Standar Kualifikasi dan Kompetensi Kepala SMK Negeri Di Kabupaten Aceh

Selatan” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis juga mengucapkan

shalawat dan salam keharibaan junjungan Nabi Muhammad SAW beserta para

keluarga, sahabat, dan kaum muslimin.

Penulis menyadari dalam penulisan tesis ini tidak dapat terwujud tanpa

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih

kepada :

1. Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Menengah,

Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan yang telah memberikan bantuan berupa Beasiswa S2

Kepengawasan bagi penulis sehingga dapat menimba ilmu di Universitas

Negeri Medan (UNIMED).

2. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Medan dan semua

staf pengajar yang telah memberikan fasilitas belajar selama penulis

mengikuti perkuliahan di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

(UNIMED).

3. Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd. Selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan (UNIMED).

4. Dr. Darwin, M.Pd. Selaku Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan PPs

Universitas Negeri Medan (UNIMED) sekaligus sebagai narasumber yang

telah banyak memberikan ilmu dan masukan untuk dapat menyempurnakan

tesis ini, serta Dr. Sukarman Purba, M.Pd. Selaku Sekretaris Program Studi

Administrasi Pendidikan PPs Universitas Negeri Medan (UNIMED).

5. Prof. Dr. Yusnadi, MS. selaku Pembimbing I dan Dr. Saut Purba, M.Pd.

selaku Pembimbing II yang telah banyak mencurahkan ilmu dan memberikan

(7)

iv

6. Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd selaku narasumber dan Prof. Dr. Paningkat

Siburian, M.Pd selaku narasumber, serta Dr. Irsan Rangkuti, M.Pd., M.Si yang

telah memberikan banyak ilmu dan masukan untuk kesempurnaan tesis ini.

7. Para Dosen yang telah memberikan ilmu dan nasehat selama penulis

mengikuti perkuliahan di Program Studi AP-Kepengawasan PPs UNIMED.

8. Ibunda Hj. Rasimah Sinuhaji dan Ayahanda Drs. Maddis Hasibuan serta

seluruh keluarga besarku yang tak bosan-bosannya memberikan dukungan dan do’a dengan segala sikap penuh pengertian dan kasih sayang.

9. Istri tercinta Lilyana Stephani, Amd yang telah banyak memberikan dukungan

doa, dukungan moril dengan penuh kasih sayang dan kesabaran, serta

anak-anak kami tercinta Jasmine Az-zahra Hasibuan dan Raiyan Habib Hasibuan.

10.Teman-teman Program Studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi

Kepengawasan Angkatan 2013, Angkatan 2014, dan Angkatan 2015.

11.Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian tesis ini yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua

pihak yang turut membantu penulis dalam menyusun tesis ini. akhir kata, penulis

berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya kemajuan dunia

pendidikan di Kabupaten Aceh Selatan.

Medan, Juni 2016 Penulis

(8)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT... i

ABSTRAK ... . ii

KATA PENGANTAR ... . iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 10

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN TEORI ... 14

A. Standar Kualifikasi Dan Kompetensi Kepala SMK ... 14

1. Pengertian Kepala Sekolah Menengah Kejuruan ... 14

2. Standar Kualifikasi Kepala SMK ... 15

3. Standar Kompetensi Kepala SMK ... 17

(9)

vi

5. Peran, Fungsi Dan Tugas Kepala SMK ... 29

6. Peningkatan Kompetensi Kepala SMK ... 31

7. Kepala SMK Profesional ... 33

B. Konsep Implementasi Kebijakan Publik ... 36

1. Tahapan Dalam Implementasi Kebijakan Publik ... 41

2. Model Implementasi Kebijakan Publik ... 42

a. Model Implementasi Kebijakan Van Meter Dan VH .. 44

b. Model Kebijakan Publik Grindle ... 47

c. Model Implementasi George C.Edward III ... 52

3. Kebijakan Pendidikan ... 61

4. Implementasi Kebijakan Standar Kualifikasi dan Kompetensi Kepala SMK ... 63

C. Penelitian yang Relevan ... 73

D. Kerangka Berpikir ... 75

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 80

A. Jenis dan PendekatanPenelitian ... 80

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 82

C. Subjek Penelitian ... 83

D. Sumber Data... 84

E. Teknik Pengumpulan Data ... 85

F. Instrumen Penelitian ... 87

G. Teknik Analisis Data... 87

(10)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 94

A. Hasil Penelitian ... 94

1. Paparan Data ... 94

2. Hasil Penelitian ... 100

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 122

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 129

A. Kesimpulan ... 129

B. Implikasi ... 132

C. Rekomendasi ... 133

DAFTAR PUSTAKA ... 135

(11)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Kompetensi Kepala Sekolah ... 19

Tabel 2.2. Perbandingan Pendekatan Top-down dan Bottom-up ... 44

Tabel 2.3. Kerangka Teori ... 72

Tabel 3.1. Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian ... 83

Tabel 4.1. Rekapitulasi Kepala SMK Negeri Menurut Golongan Umur, dan Ijazah Tertinggi di Kab. Asel Tahun 2016 ... 95

Tabel 4.2. Rekapitulasi Kepala SMK Negeri Menurut Status Sertifikasi di Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2016 ... 96

Tabel 4.3. Rekapitulasi Kepala SMK Negeri Menurut Status Sertifikat Kepala SMK Negeri di Kab. Asel Tahun 2016 ... 97

Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Uji Kompetensi Kepala Sekolah (UKKS) Perdimensi Kompetensi Kepala SMK di Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015 ... 98

Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Nilai Rata-rata Uji Kompetensi Kepala Sekolah (UKKS) Perjenjang Kepala Sekolah di Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015 ... 99

(12)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Sekuensi Implementasi Kebijakan ... 42

Gambar 2.2. Model Implementasi Kebijakan Van Meter & Van Horn 46

Gambar 2.3. Implementasi Kebijakan Berdasarkan Isi

Dan Konteks Implementasinya ... 49

Gambar 2.4. Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III ... 53

Gambar 2.5. Kerangka Pikir Implementasi Kebijakan

Standar Kualifikasi dan Kompetensi Kepala SMK ... 79

(13)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 140

Lampiran 2. Sistem Pengkodean Analisa Data... 141

Lampiran 3. Transkrip Wawancara ... 142

Lampiran 4. Lembar Studi Dokumentasi... 222

Lampiran 5. Panduan Observasi ... 224

Lampiran 6. Lembar Observasi ... 225

Lampiran 7. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ... 228

(14)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Kompetensi Kepala Sekolah ... 19

Tabel 2.2. Perbandingan Pendekatan Top-down dan Bottom-up ... 44

Tabel 2.3. Kerangka Teori ... 72

Tabel 3.1. Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian ... 83

Tabel 4.1. Rekapitulasi Kepala SMK Negeri Menurut Golongan Umur, dan Ijazah Tertinggi di Kab. Asel Tahun 2016 ... 95

Tabel 4.2. Rekapitulasi Kepala SMK Negeri Menurut Status Sertifikasi di Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2016 ... 96

Tabel 4.3. Rekapitulasi Kepala SMK Negeri Menurut Status Sertifikat Kepala SMK Negeri di Kab. Asel Tahun 2016 ... 97

Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Uji Kompetensi Kepala Sekolah (UKKS) Perdimensi Kompetensi Kepala SMK di Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015 ... 98

Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Nilai Rata-rata Uji Kompetensi Kepala Sekolah (UKKS) Perjenjang Kepala Sekolah di Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015 ... 99

(15)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Sekuensi Implementasi Kebijakan ... 42

Gambar 2.2. Model Implementasi Kebijakan Van Meter & Van Horn 46

Gambar 2.3. Implementasi Kebijakan Berdasarkan Isi

Dan Konteks Implementasinya ... 49

Gambar 2.4. Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III ... 53

Gambar 2.5. Kerangka Pikir Implementasi Kebijakan

Standar Kualifikasi dan Kompetensi Kepala SMK ... 79

(16)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 140

Lampiran 2. Sistem Pengkodean Analisa Data... 141

Lampiran 3. Transkrip Wawancara ... 142

Lampiran 4. Lembar Studi Dokumentasi... 222

Lampiran 5. Panduan Observasi ... 224

Lampiran 6. Lembar Observasi ... 225

Lampiran 7. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ... 228

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan institusi paling depan dalam menjalankan proses

pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal harus mampu

mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik meliputi aspek

kognitif, afektif, dan psikomotor sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang

tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun

2003. Sekolah harus mampu menyelenggarakan proses pendidikan dan

pembelajaran yang bermutu. Karwati (2013:47) “ada tiga pilar fungsi sekolah

yang dapat diwujudkan dalam proses pendidikan adalah fungsi penyadaran,

fungsi progresif, dan fungsi mediasi”.

Sekolah dipimpin seorang kepala sekolah. Iskandar (2013:1022)

mendefenisikan kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan pada tingkat sekolah

sehingga ia juga harus menghindarkan diri dari wacana retorika dan perlu

membuktikan bahwa ia memiliki kemampuan kerja secara profesional”. Kepala

sekolah sangat berperan dalam menggerakkan berbagai komponen di sekolah.

Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,

administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan

pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa, 2004:25).

Kepala sekolah bertugas mengkoordinasi, mengawasi, memberikan pengarahan

(18)

Kepala sekolah harus memiliki visi, misi dan tujuan yang jelas tentang

sekolah/madrasah yang dipimpinnya (Suhardiman, 2012:4). Kepala sekolah

dituntut memiliki pengetahuan yang luas terhadap masalah-masalah pendidikan,

dengan menguasai pengetahuan yang luas tentang pendidikan kepala sekolah

mampu mencapai visi dan misi yang telah di tetapkan. Selanjutnya kepala sekolah

harus “memiliki sejumlah kompetensi, juga harus berprilaku yang mengarah pada

upaya peningkatan kemajuan sekolah yang ditandai pada kemajuan prestasi

siswa” (Cotton, 2003:ix).

Mutu pendidikan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

63 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 1 adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang

dapat diraih dari penerapan Sistem pendidikan Nasional. Mutu pendidikan sebagai

salah satu komponen penting dalam pelaksanaan pendidikan perlu lebih

diperhatikan. Danim (2007) dalam Priansah (2014:21) menyarankan untuk

meningkatkan mutu sekolah dapat dilakukan dengan melibatkan lima faktor yang

dominan, yaitu: Kepemimpinan Kepala Sekolah, Guru, Peserta Didik, Kurikulum,

dan Jaringan Kerjasama. Pedoman mutu pendidikan Indonesia telah ditetapkan

oleh pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005, Pasal 3 menyebutkan Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai

dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka

mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Selanjutnya dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Pasal 4 menyebutkan Standar Nasional

(19)

mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat.

Lingkup Standar Nasional Pendidikan sebagaimana ada dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Pasal 2 meliputi; (a) standar isi; (b) standar

proses; (c) standar kompetensi lulusan; (d) standar pendidik dan tenaga

kependidikan; (e) standar sarana dan prasarana; (f) standar pengelolaan; (g)

standar pembiayaan; dan (h) standar penilaian pendidikan. Delapan standar

nasional pendidikan yang telah disebutkan di atas beberapa diantaranya telah

ditetapkan aturan pelaksanaannya melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional.

Khusus tentang standar pendidik dan tenaga pendidikan, Menteri

Pendidikan Nasional telah membuat beberapa peraturan dalam hal ini dapat dilihat

pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang

Standar Kepala Sekolah/Madrasah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 28 Tahun 2010 tentang tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala

Sekolah/Madrasah yang tercantum pada Pasal 1 ayat (1) yaitu: Kepala

sekolah/madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin

sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK).

Kualifikasi dan kompetensi merupakan prasyarat menciptakan Kepala

SMK profesional. Profesional menjadi jaminan penyelenggaraan pendidikan yang

bermutu. Kepala SMK profesional harus memenuhi kriteria dari segi kualifikasi

dan kompetensi yang dibuktikan dengan sertifikat profesional Kepala SMK.

Artinya Kepala SMK pada tiap satuan pendidikan harus memenuhi standar

kualifikasi dan kompetensi yang telah ditetapkan sesuai dengan Permendiknas

(20)

Tahun 2005 Pasal 28 ayat 2 menyebutkan, kualifikasi akademik diartikan sebagai

tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang

dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai

ketentuan perundang-undanangan yang berlaku. Kompetensi adalah seperangkat

kemampuan dan keahlian yang didasarkan pengetahuan, keterampilan,

sikap-sikap dan nilai-nilai positif untuk melaksanakan pekerjaan secara profesional.

Kompetensi kepala sekolah merupakan kemampuan/kecakapan yang harus

dimiliki seorang kepala sekolah.

Menurut Suhardiman (2012:81). Kompetensi kepala sekolah bisa

ditingkatkan melalui berbagai upaya, yaitu: (1) melalui program penguatan

kompetensi kepala sekolah, (2) pemberian penghargaan kepada kepala sekolah

yang berprestasi, (3) melalui program magang di sekolah-sekolah yang sudah

maju, (4) melalui pemberian beasiswa untuk mengikuti jenjang pendidikan yang

lebih tinggi terutama dalam bidang administrasi pendidikan, dan (5) melalui

pendidikan dan pelatihan, terutama berkaitan dengan manajerial sekolah.

Kemampuan tersebut dapat dilihat setelah diaktualisasikan dalam perilaku

kepala sekolah sebagai seorang pemimpin.

Selanjutnya kepala sekolah harus memiliki standar kualifikasi tertentu

yaitu kualifikasi umum dan kualifikasi khusus, serta harus memiliki

kompetensi-kompetensi tertentu. Berdasarkan hal tersebut pemerintah mengeluarkan peraturan

menteri pendidikan nasional tentang standar kepala sekolah/madrasah nomor 13

tahun 2007. Kualifikasi umum Kepala Sekolah/Madrasah adalah; (a) Memiliki

kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan atau

(21)

diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun; (c) Memiliki

pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang

sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanak-kanak /Raudhatul Athfal

(TK/RA) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di

TK/RA; dan (d) Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri

sipil (PNS) dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan

oleh yayasan atau lembaga yang berwenang. Kualifikasi khusus kepala sekolah

Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) adalah; (1)

Berstatus sebagai guru SMK/MAK; (2) Memiliki serifikat pendidik sebagi guru

SMK/MAK; dan (3) Memiliki sertifikat kepala SMK/MAK yang diterbitkan oleh

lembaga yang ditetapakan pemerintah. Selanjutnya Permendiknas No. 13 Tahun

2007 menyebutkan ada 5 (lima) kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang

kepala sekolah yaitu; (1) kompetensi kepribadian; (2) kompetensi manajerial; (3)

kompetensi kewirausahaan; (4) kompetensi supervisi; dan (5) kompetensi sosial.

Upaya fundamental untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan

adalah dengan meningkatkan profesionalisme dan kinerja kepala sekolah. Untuk

mencapai peningkatan profesionalisme kepala sekolah, Pemerintah dalam hal ini

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2007 telah merumuskan

kebijakan berupa Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007

tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah yang telah di jelaskan di atas. Lahirnya

Permendiknas ini merupakan pelaksanaan dari amanat peraturan perundang-

undangan nasional yang mengarah pada upaya meningkatkan mutu dan kualitas

Pendidik dan Tenaga Kependidikan, yaitu: (1) Undang- undang Nomor 20 Tahun

(22)

2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan. Dengan diterbitkannya Permendiknas

Nomor 13 Tahun 2007 dengan sendirinya telah resmi diberlakukan sebagai

peraturan yang mengatur standar Kepala Sekolah/Madrasah dan menjadi dasar

bagi Kepala Sekolah untuk menerapkannya. Sebuah kebijakan yang telah

diputuskan tidak terlepas dari problematika, termasuk pada kebijakan tentang

standar kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah.

Selanjutnya untuk menjadi kepala sekolah yang profesional, tidak

semudah membalikkan telapak tangan. Hal ini hendaknya mampu dimengerti oleh

semua pihak, tidak hanya orang tua dan masyarakat, tetapi juga pemerintah

sebagai pemangku kebijakan.

Berdasarkan realita yang ada, menunjukkan masih adanya kesenjangan

antara aturan yang tertuang dalam Permendiknas No 13 Tahun 2007 tentang

standar kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah dengan kondisi nyata yang ada

di berbagai daerah. Hal ini terlihat dari sisi standar kualifikasi kepala sekolah,

masih banyak kepala sekolah menengah kejuruan (SMK) yang belum memiliki

sertifikat pendidik sebagai guru SMK dan tidak memiliki sertifikat kepala SMK

yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah. Peneliti menemui

fakta didunia pendidikan, temasuk pendidikan SMK, sebagaimana diungkapkan

oleh Siswandari, Kepala Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala

Sekolah (LPPKS) Solo, sayangnya belum ada sanksi untuk pemerintah daerah

bupati atau walikota yang mengangkat kepala sekolah tidak sesuai standar

nasional (Kompas,

(23)

Selanjutnya dari sisi kompetensi kepala sekolah. Departemen Pendidikan

Nasional memperkirakan 70 persen dari 250 ribu kepala sekolah di Indonesia

tidak kompeten. Berdasarkan ketentuan Departemen, setiap kepala sekolah harus

memenuhi lima aspek kompetensi, yaitu kepribadian, sosial, manajerial, supervisi,

dan kewirausahaan. Di sisi lain, hampir semua kepala sekolah lemah di bidang

kompetensi manajerial dan supervisi. Seharusnya dua kompetensi tersebut

merupakan kekuatan kepala sekolah untuk mengelola sekolah dengan baik

(Tarsono, 2012:40).

Data Uji Kompetensi Kepala Sekolah (UKKS) dari Kemendikbud tahun

2015, dimana hasil sementara UKKS dilakukan terhadap 166.333 orang kepala

sekolah dari jenjang SD-SMK/SMA diseluruh propinsi dengan dimensi yang

dinilai yaitu, kepemimpinan dalam pembelajaran, kewirahusahan, pengembangan

sekolah, manajerial, dan supervisi didapatkan nilai pada jenjang SMA (51,75)

disusul SMK (50,67), SMP (50,26) dan SD (44,43) dan dari hasil uji kompetensi

ini terlihat semakin lama masa kerja dari kepala sekolah, nilai rata-rata yang

didapatkan semakin menurun (Berita Pendidikan, 2015:

http://www.pendidikanguru.com/index.php/ini-dia-hasil-uji-kompetensi-kepala-sekolah-dari-kemendikbud-tahun-2015).

Pada acara pertemuan silaturrahim seluruh kepala sekolah di lingkungan

Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan, Bupati Aceh Selatan Bapak HT. Sama

Indra menyebutkan ” Menurut data yang dimilikinya, tingkat SMA ada 8 dari 22

Sekolah dan dari 10 SMK 3 diantaranya juga kurang bermutu. Hal tersebut

berdasarkan pantauan selama ini terhadap kepala sekolah, dengan indikator

(24)

sekolah, managerial sumberdaya, kewirausahaan dan supervisi pembelajaran”

(Kluet Media, 2013:

http://kluetmedia.blogspot.com/mutu-pendidikan-di-aceh-selatan-masih.html).

Selanjutnya data empiris yang ditunjukkan dari hasil uji kompetensi

terhadap 11 (sebelas) Kepala SMK (baik negeri maupun swasta) di Kabupaten

Aceh Selatan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, Kabupaten Aceh Selatan

bekerja sama dengan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Aceh pada

bulan November tahun 2015 dengan dimensi yang dinilai yaitu, kepemimpinan

pembelajaran, kewirahusahan, manajerial, supervisi dan pengembangan sekolah,

menunjukkan rata-rata nilai Uji Kompetensi Kepala Sekolah (UKKS) pada

jenjang SMK (50.27) disusul SMA (46.26), SMP (45.15) dan SD (37.91). Nilai

rata-rata yang telah dicapai kepala sekolah di Kabupaten Aceh Selatan lebih

rendah dari nilai rata-rata Nasional, dan juga lebih rendah dari batas minimum

nilai kompetensi yang telah ditentukan oleh Kemendikbud Indonesia yakni 55.

Untuk penelitian pada SMK yang ada di Kabupaten Aceh Selatan didapat hasil

UKKS Menengah Kejuruan dengan nilai rata-rata kepemimpinan pembelajaran

(51.52), kewirausahaan (50.91), manajerial (56.67), supervisi (38.79) dan usaha

pengembangan sekolah (53.45) (LPMP Aceh, 2015:

http://lpmp-aceh.com/?content=news_detail&idb=224). Dari hasil ini menunjukkan bahwa

kepala sekolah menengah kejuruan masih berkategori kurang berkompeten dalam

hal penguasaan kompetensi kepala sekolah khususnya kompetensi supervisi yang

sangat rendah serta kompetensi kepala sekolah lainnya yang dibawah nilai standar

minimum yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu dengan nilai standar

(25)

Secara Nasional maupun tingkat daerah Kabupaten, dari hasil ini

menunjukkan bahwa Kepala Sekolah masih berkategori kurang berkompeten

dalam hal penguasaan kompetensi Kepala Sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa

masalah kompetensi kepala sekolah menengah kejuruan (SMK) perlu mendapat

perhatian khusus. Fenomena tersebut merupakan sesuatu yang memprihatinkan,

bagaimana proses pendidikan di sekolah yang telah berjalan selama ini diserahkan

pengelolaannya kepada seseorang yang tidak kompeten. Secara empirik dapat

diamati bahwa kepala sekolah menengah kejuruan (SMK) yang kompeten akan

terlihat pada peningkatan kualitas sekolahnya dan ketika kepala sekolah diganti

dengan orang yang kurang kompeten maka akan terlihat dampaknya pada

penurunan kualitas sekolahnya (Direktorat PSMK, 2005:7).

Permasalahan kepala sekolah menengah kejuruan (SMK) masih ada

sebagian kepala sekolah menengah kejuruan (SMK) yang tidak memiliki standar

kualifikasi dan kompetensi kepala SMK sesuai dengan regulasi yang mengatur

kepala sekolah. Fenomena ini merupakan permasalahan mendasar yang masih

perlu diperhatikan, dikaji dan dicari jalan pemecahan permasalahannya.

Kebijakan pendidikan memiliki konsekuensi logis terhadap

lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia termasuk di Sekolah Menengah Kejuruan

Negeri di Kabupaten Aceh Selatan. Untuk itu, pihak sekolah, maupun Dinas

Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan harus merespon baik dan segera mengambil

langkah-langkah antisipatif terutama berkaitan dengan standar kualifikasi dan

kompetensi kepala SMK untuk meningkatkan dan menjaga mutu akademiknya.

Pengakuan masyarakat terhadap suatu lembaga pendidikan juga tergantung dari

(26)

pemberdayaan, dan upaya pengembangan untuk meningkatkan kualifikasi

dan kompetensi kepala sekolah perlu dilakukan secara terus menerus dan

berkelanjutan.

Fenomena dan gambaran seperti yang telah diuraikan di atas merupakan

gambaran awal dari penelitian tentang implementasi kebijakan standar kualifikasi

dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan. Penelitian ini

diharapkan dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang penerapan standar

kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan.

Selanjutnya dapat memberikan rekomendasi mengenai pemecahan masalah dalam

implementasi kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK di

Kabuapetn Aceh Selatan. Penelitian ini akan difokuskan pada “Implementasi

Kebijakan Standar Kualifikasi dan Kompetensi Kepala SMK Negeri di Kabupaten

Aceh Selatan”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang peneliti uraikan dalam latar belakang

masalah penelitian, maka penelitian ini memfokuskan pada masalah

“Implementasi Kebijakan Standar Kualifikasi dan Kompetensi Kepala SMK

Negeri di Kabupaten Aceh Selatan”.

Fokus penelitian ini akan mendasarkan pada kerangka teori implementasi

(George C. Edward III). Dengan mendasarkan pada kerangka teoretik tersebut,

maka penelitian ini akan memfokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi

implementasi kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di

Kabupaten Aceh Selatan, yaitu:

(27)

2. Sumberdaya

3. Disposisi

4. Struktur birokrasi

C. Rumusan Masalah

Permasalahan penelitian ini secara umum adalah: bagaimana implementasi

kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi Kepala Sekolah Menengah Kejuruan

Negeri di Kabupaten Aceh Selatan?. Permasalahan umum tersebut dapat

dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana faktor komunikasi dalam implementasi kebijakan standar

kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan?

2. Bagaimana faktor sumberdaya dalam implementasi kebijakan standar

kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan?

3. Bagaimana faktor disposisi dalam implementasi kebijakan standar kualifikasi

dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan?

4. Bagaimana faktor struktur birokrasi dalam implementasi kebijakan standar

kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan?

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian bertujuan untuk menganalisis implementasi

kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah. Secara khusus

tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui faktor komunikasi dalam implementasi kebijakan standar

(28)

2. Untuk mengetahui faktor sumberdaya dalam implementasi kebijakan standar

kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan.

3. Untuk mengetahui faktor disposisi dalam implementasi kebijakan standar

kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan.

4. Untuk mengetahui faktor struktur birokrasi dalam implementasi kebijakan

standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh

Selatan.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik

manfaat teoretis maupun manfaat praktis.

1. Manfaat teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian lebih

lanjut dalam implementasi kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan

pendidikan, sehingga pada akhirnya dapat memberi sumbangan pemikiran

baru untuk penelitian lanjutan serta dapat digunakan sebagai bahan

perbandingan dalam penelitian sejenis.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah untuk meningkatkan

kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah sebagai wujud dari

profesionalisme kepala SMK.

b. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah untuk memberikan arahan

dan bimbingan kepada kepala sekolah dalam meningkatkan mutu

pendidikan melalui implementasi standar kualifikasi dan kompetensi

(29)

c. Sebagai bahan masukan bagi pengawas sekolah dalam memberikan

pembinaan dan pembimbingan yang proporsional kepada kepala SMK

yang dibina.

d. Sebagai bahan masukan bagi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh

Selatan untuk melakukan pengkajian dan evaluasi terhadap kebijakan yang

(30)

129

A. KESIMPULAN

Implementasi kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK

Negeri di Kabupaten Aceh Selatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (1)

Komunikasi, (2) Sumberdaya, (3) Disposisi, dan (4) Struktur birokrasi. Keempat

faktor ini merupakan tolak ukur keberhasilan implementasi kebijakan standar

kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan. Dari

keempat faktor ini kita bisa menilai apakah implementasi kebijakan standar

kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan sudah

berjalan sesuai dengan arah kebijakan atau tidak. Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan, peneliti mendapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Komunikasi

Implementasi kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK

Negeri di Kabupaten Aceh Selatan dilaksanakan melalui kegiatan sosialisasi.

Sosialisasi hanya dilaksanakan pada saat pelatihan-pelatihan itupun hanya berupa

sisipan materi pada saat pelaksanaan pelatihan, dan selebihnya melalui

pertemuan-pertemuan informal saja. Selanjutnya kejelasan informasi tentang

standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK yang harus disampaikan oleh

pelaksana kebijakan dalam hal ini Dinas Pendidikan masih belum dipahami secara

utuh oleh sasaran kebijakan dan bahan bacaan Permendiknas tersebut jarang

dibaca oleh kepala sekolah, sehingga masih ada kepala sekolah yang kurang

(31)

Pelaksanaan kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di

Kabupaten Aceh Selatan belum melaksanakan sosialisasi secara khusus tentang

kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten

Aceh Selatan. Pada tahun 2015 Pemda Aceh Selatan mulai serius mengadakan

sosialisasi tentang standarisasi kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah dengan

mengadakan diklat bagi calon kepala sekolah.

2. Sumberdaya

Dalam implementasi kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala

SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan, jumlah pelaksana kebijakan sudah

mencukupi. Selain itu mereka juga memiliki keahlian dibidang tugas

masing-masing, dan mengenai ketersediaan informasi di lingkungan pelaksana kebijakan

masih kurang memadai. Untuk itu keaktifan dari kepala sekolah sangat

dibutuhkan untuk mengakses informasi secara mandiri. Hal lain yang juga harus

diperhatikan dalam sumberdaya adalah wewenang untuk menjamin atau

meyakinkan bahwa kebijakan yang diimplementasikan sudah sesuai dengan

aturan yang ada. Dalam pelaksanaan standar kualifikasi dan kompetensi kepala

SMK Dinas Pendidikan Aceh Selatan mampu menjalankan wewenangnya secara

efektif. Selanjutnya dari segi sarana dan prasarana sudah memadai dan dari segi

keuangan juga sudah dianggarkan dalam APBK dan APBA. Pelaksanaan

kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten

Aceh Selatan sudah melaksanakan sumberdaya khususnya dalam pelaksanaan

(32)

3. Disposisi

Disposisi merupakan faktor ketiga yang mempunyai konsekuensi penting

bagi keberhasilam implementasi kebijakan kualifikasi dan kompetensi kepala

SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan. Sikap pelaksana kebijakan dalam

menjalankan regulasi yang ada menunjukkan komitmen yang kuat dalam

peningkatan mutu kepala sekolah menjadi kepala sekolah yang profesional.

Selanjutnya para pelaksana kebijakan juga diberikan insentif dalam pelaksanaan

kebijakan tersebut yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja dan dedikasi.

Pelaksanaan kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di

Kabupaten Aceh Selatan sudah melaksanakan disposisi khususnya dalam

pelaksanaan kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di

Kabupaten Aceh Selatan.

4. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi dalam pelaksanaan kebijakan standar kualifikasi dan

kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan termasuk baik. Para

pelaksana kebijakan menggunakan Permendiknas No.13 Tahun 2007 sebagai

acuan dalam melaksanakan kebijakan, walaupun ada Peraturan Daerah berupa

Qanun Aceh tentang penyelenggaraan pendidikan juga terkait dengan standar

kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah, namun tidak dijadikan acuan.

Selanjutnya pembagian tanggung jawab diantara pelaksana kebijakan sudah

berjalan dengan baik yang menyebabkan struktrur birokrasi menjadi efektif.

Pelaksanaan kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di

(33)

pelaksanaan kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di

Kabupaten Aceh Selatan.

B. IMPLIKASI

Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah disimpulkan di atas yang berkenaan dengan implementasi kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi

kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan yang berimplikasi pada:

1. Komunikasi

Kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten

Aceh Selatan mengenai kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK

Negeri di Kabupaten Aceh Selatan. Sosialisasi hanya dilaksanakan pada saat

pelatihan-pelatihan itupun hanya berupa sisipan materi pada saat pelaksanaan

pelatihan, dan selebihnya melalui pertemuan-pertemuan informal saja. Hal

tersebut berimplikasi pada masih adanya kepala sekolah yang belum memahami

secara utuh tentang kualifikasi dan kompetensi yang harus dimilikinya, ini dapat

diketahui dari hasil uji kompetensi kepala sekolah (UKKS) SMK yang cukup

rendah.

2. Sumberdaya

Sumberdaya yang dimiliki oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan

baik dari segi staf, informasi, wewenang, dan fasilitas sudah cukup memadai hal

ini berimplikasi pada terlaksananya sumberdaya khususnya dalam pelaksanaan

kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten

(34)

Aceh Selatan 6 kepala SMK Negeri telah memenuhi kualifikasi khusus kepala

SMK dengan memiliki sertifikat kepala sekolah (cakep).

3. Disposisi

Pengangkatan birokrasi dan pemberian insentif bagi pelaksana kebijakan

standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh

Selatan yang telah ditetapkan ataupun telah di SK-kan oleh Dinas Pendidikan

Kabupaten Aceh Selatan hal ini berimplikasi pada terbentuknya komitmen yang

kuat antara pelaksana kebijakan dan sasaran kebijakan dalam meningkatkan mutu

kepala sekolah.

4. Struktur birokrasi

SOP yang jelas dan pembagian tanggung jawab dalam pelaksanaan

kebijakan kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh

Selatan sudah dilaksanakan, hal ini berimplikasi pada kejelasan pembagian

wewenang dan tanggung jawab masing-masing pelaksana kebijakan standar

kualifikasi dan kompetensi kepala SMK yang sudah ditetapkan oleh Dinas

Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan

mutu dari sasaran kebijakan.

C. REKOMENDASI

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah peneliti paparkan,

berikut dikemukakan beberapa rekomendasi untuk berbagai pihak, diantaranya

adalah:

(35)

kualifikasi dan kompetensi kepala SMK secara berkesinambungan. Dinas

Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan agar dapat menciptakan personil kerja

yang berkualitas dan kompeten, serta melengkapi fasilitas dan meningkatkan

anggaran yang dibutuhkan, menggunakan wewenang secara profesional dan

memberikan reward-punishment bagi pelaksana kebijakan maupun sasaran

dari kebijakan agar tercapai tujuan yang diinginkan yaitu peningkatan mutu

kepala sekolah.

2. Dinas Pendidikan sebagai pelaksana kebijakan dapat meningkatkan kompetensi dan menjaga komitmen dijajarannya dalam menjalankan kebijakan regulasi

yang sudah ditetapkan. Dinas Pendidikan seharusnya melakukan program

pemetaan kualifikasi dan kompetensi kepala SMK untuk mengetahui tingkat

kualifikasi dan kompetensi kepala SMK yang sesuai dengan standar kepala

SMK.

3. Koordinator pengawas sekolah agar melakukan pembinaan bagi seluruh pengawas SMK untuk menjalankan fungsi kepengawasan dalam melakukan

monitoring dan evaluasi yang ketat terhadap sasaran kebijakan sehingga dapat

diperoleh sosok kepala sekolah yang profesional.

4. Kepala sekolah dituntut untuk bekerja secara profesional dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala sekolah. Untuk itu kepala sekolah

harus meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya secara berkelanjutan, serta

proaktif dan kreatif dalam menggali informasi yang dibutuhkan dari berbagai

sumber agar mampu membawa sekolah yang dipimpinnya menjadi lebih baik

(36)

135

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Iskandar. 2013. Pengembangan Pola Kerja Harmonis Dan Sinergis Antara Guru, Kepala Sekola, Dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Bestari Buana Murni.

Agustino, Leo. 2014. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Amtu, Onisimus. 2013. Manajemen Pendidikan Di Era Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta.

Anggara, Sahya. 2014. Kebijakan Publik. Bandung: Pustaka Setia.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2012. Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Jogjakarta: Diva Press.

Bakry, Aminuddin. 2010. Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik.

Jurnal MEDTEK, (Online), Vol. 2, No 1,

(http://elektro.unm.ac.id/jurnal/Jurnal_Medtek_Vol.2_No.1_April_2010/Am inuddin%20Bakry.pdf, diakses 11 Desember 2015).

Berita Pendidikan, 2015. Hasil Uji Kompetensi Dari Kemendikbud Tahun 2015, (Online), (http://www.pendidikanguru.com/index.php/2015/06/05/ini-dia-hasil-uji-kompetensi-kepala-sekolah-dari-kemendikbud-tahun-2015/, di akses 16 November 2015).

Bogdan & Taylor. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif; suatu pendekatan fenomenologis terhadap Ilmu-ilmu sosial. Diterjemahkan oleh Arief Furcha. Surabaya: Usaha Nasional.

Cotton, K. 2003. Principals and Student Achievement: What the Research Say. Alexandria Virginia USA.

Creswell, J.W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design. California: Sage Publications,Inc.

Danim, Sudarwan. 2000. Pengantar Studi Penelitian Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara.

Darmadi, Hamid. 2013. Dimensi-dimensi Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial: Konsep Dasar dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Peranan Kepala Sekolah sebagai Kunci Keberhasilan SMK. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMK.

(37)

Dharma, Surya. 2007. Pendidikan dan Pelatihan : Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia Di Sekolah Dasar. Jakarta, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

Dunn, W. N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogjakarta: Gadjah Mada University Press.

Echols, Jhon M dan Shadily Hassan. 2010. Kamus Inggris Indoesia: An English-Indonesian Dictionary. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gultom, Syawal. 2011. Buku Kerja Kepala Sekolah. Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan PSDMP Dan PMP Kementrian Pendidikan Nasional.

Helmawati. 2014. Meningkatkan Kinerja Kepala Sekolah/Madrasah Melalui Manajerial Skills. Jakarta. Rineka Cipta.

Hendarman. 2015. Revolusi Kinerja Kepala Sekolah. Jakarta: PT. Indeks.

Iskandar. 2013. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru. Jurnal Visi Pendidikan,Volume 10, Nomor 1: 1018-1027.

Karwati, E dan Priansa, DJ. 2013. Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah Membangun Sekolah Yang Bermutu. Bandung: Alfabeta.

Kluet Media. 2013. Mutu Pendidikan di Aceh Selatan Masih Rendah, (Online). http://kluetmedia.blogspot.com/2013/09/mutu-pendidikan-di-aceh-selatan-masih.html, diakses 17 Desember 2015).

Kodirin. 2015. Studi Implementasi Kebijakan Fungsionalisasi Pengawas SMA di Kab. Natuna. Tesisi Program Pascasarjana. Universitas Negeri Medan.

Kompas. 2015. Peningkatan Mutu Kepala Sekolah Jadi Tantangan, (Online),

(http://print.kompas.com/baca/2015/04/04/Peningkatan-Mutu-Kepala-Sekolah-Masih-Jadi-Tantangan, diakses 16 November 2015).

Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: Raja Grafindo

(38)

Miles, MB, dan Huberman A,M.1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. 2009. Jakarta: Universitas Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyadi, Deddy. 2015. Studi Kebijakan Publik Dan Pelayanan Publik. Bandung: Alfabeta.

Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS Dan KBK. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution. 1998. Metode Research. Bandung: Jemmars.

Nugroho, Riant. 2014. Public Policy: Teori, Manajemenan,Dinamika, Analisis, Konvergensi, dan Kimia Kebijakan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Panda, Srutirupa. 2012. Mapping Pedagogical Competency of Secondary School Science Teachers: An Attempt and Analysis. International Educational E-Journal, {Quarterly}, (Online), Vol. 1, Issue. IV, (http://www.oiirj.org/ejournal/july-aug-sept2012/05.pdf, diakses 20 Desember 2015).

Parson, Wayne. 2006. Public Polcy “Pengantar Teori Dan Praktik Analisis

Kebijakan”. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Pasaribu, Bonar. 2006. Kebijakan Publik Perspektif Ekonomi. Bahan Kuliah Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah. Medan, USU.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007, Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010, Tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010, Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru Dan Angka Kreditnya. Jakarta.

(39)

Purwanto, Erwan Agus dan Sulistyastuti, Dyah Ratih. 2012. Implementasi Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media.

Rohman, Arif. 2009. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Laksbang Mediatama.

Romadaniati, Nia. 2013. Regulasi Keuangan Publik, (Online), (http://niia.blogspot.co.id/regulasi-keuangan-publik.html, diakses 16 Januari 2016).

Sagala, Syaiful. 2012. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung : Alfabeta

Sagala, Syaiful. 2010. Supervisi Pembelajaran dalam profesi pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2014. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan prosedur. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Seriani. 2015. Implementasi Kebijakan Standar Kompetensi Guru SMA Negeri Di Kota Medan. Tesisi Program Pascasarjana. Universitas Negeri Medan.

Siahaan, Mian. 2013. Kinerja Kepala SMK Ditinjau Dari Faktor Iklim Sekolah, Kompetensi Manajerial, Kompetensi Supervisi Dan Kompetensi Kewirausahaan Di Provinsi Sumatera Utara. Disertasi Program Pascasarjana. Universitas Negeri Padang.

Subarsono. AG. 2015. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suhardiman. 2012. Studi Pengembangan Kepala Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Sunyoto, Danang. 2015. Manajemen Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Buku Seru.

Suparno. 2014. Implementasi Kebbijakan Ketahanan Pangan di Kabupaten Rembang. Semarang: Desertasi Universitas Diponegoro

Suryabrata, Sumadi. 2014. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tachjan. 2006. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: AIPI.

(40)

(journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jeec/article/download/348/400, diakses 24 November 2015)

Tilaar, H.A.R. 2009. Kekuasaan Dan Pendidikan Manajmen Pendidikan Nasional Dalam Pusaran Kekuasaan. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim Redaksi KKBI. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahas, Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen. Jakarta.

Unikom. 2015. Pengertian sosialisasi kebijakan, (Online), (http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/679/jbptunikompp-gdl-yunipujira-33939-7-unikom_y-i.pdf, diakses 16 Januari 2016).

Wahab, Solichin Abdul. 1997. Evaluasi Kebijakan Publik. Malang: Penerbit FIA. Universitas Brawijaya dan IKIP. Malang.

Wahjosumidjo. 2003. Kepemimpinan Kepala Sekolah:Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Winardi. 1993. Manajemen Perilaku Organisasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Gambar

Tabel  2.1. Kompetensi Kepala Sekolah .................................................
Gambar 2.1.  Sekuensi Implementasi Kebijakan  ...................................    42
Tabel  2.1. Kompetensi Kepala Sekolah .................................................
Gambar 2.1.  Sekuensi Implementasi Kebijakan  ...................................    42

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja dapat diterima, yaitu “terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kemampuan siswa kelas X-3

Pada bulan ramadhan seperti ini merupakan kesempatan yang baik untuk meningkatkan iman dan takwa bagi umat muslim

Dengan melakukan penelitian terhadap struktur ekonomi potensi wilayah di Kota Tegal, maka akan diketahui pergeseran-pergeseran pada sektor-sektor ekonomi di Kota Tegal tersebut,

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan IPA.

Adalah mahasiswa sarjana S1 Ekonomi Pembangunan yang sedang mengadakan penelitian mengenai Analisis SWOT dan analisis tingkat kesiapan kota medan menghadapi

[r]

Pengumpulan data penguasaan konsep digunakan tes penguasaan konsep tema Hujan Asam sedangkan keterampilan metakognitif menggunakan Metacognitive Activities Inventory

Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa dengan perancangan sistem yang memanfaatkan komputer sebagai alat bantu dalam dunia pendidikan, maka dapat