• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN GAYA BERPIKIR TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN GAYA BERPIKIR TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

DAN GAYA BERPIKIR TERHADAP HASIL BELAJAR

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA

SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Pada Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana Unimed

OLEH:

Roni Antonius Sitanggang

NIM. 8146121034

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

iii ABSTRAK

Sitanggang, Roni Antonius. NIM : 8146121034. PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN GAYA BERPIKIR TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN. Tesis. Program Studi Teknologi

Pendidikan. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Pendidikan Agama Katolik antara : (1) siswa yang diajar menggunakan model Problem Based Learning (PBL) tipe Floating Facilitator (FF) dan Tipe Peer Tutor (PT), (2) siswa yang memiliki gaya berpikir Sekuensiel Abstrak (SA) dan Sekuensiel Konkrit (SK), dan (3) interaksi antara penggunaan model PBL dan Gaya Berpikir. Populasi dalam penelitian ini terdiri atas siswa kelas XI sebanyak empat kelas SMA Santo Thomas 1 Medan sebanyak 546 orang. Sampel yang digunakan sebanyak empat kelas yang terdiri atas 181 orang.

(6)

iv ABSTRACT

Sitanggang, Roni Antonius. NIM. : 8146121034. THE EFFECT OF PROBLEM BASED LEARNING MODEL (PBL) AND THE WAY OF THINKING TOWARD STUDENT’S LEARNING OUTCOME IN LEARNING CATHOLIC RELIGION EDUCATION AT SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN. Thesis. Educational Technology Study Programme. Post Graduate Programme. The state University of Medan. 2016

This study aims to determine the differences in learning outcome to study Catholic religion education such as : (1) students taught and using a model of Problem Based Learning (PBL) floating Facilitator (FF) style and Peer Tutor (PT) style , (2) students who have abstract sequential (SA) thinking and concrete sequential (SK), (3) the interaction between the use of the model PBL and way of thinking. The population in this study consists of 546 Senior High School students from 11 classes in SMA Santo Thomas 1 Medan. Samples were taken four classes consisting of 181 students.

(7)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Bapa di Surga, atas segala karunia dan rahmat-NYA, sehingga tesis dengan judul “Pengaruh Model Problem Based Learning dan Gaya Berpikir Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan” ini dapat diselesaikan. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada program studi Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Medan.

Saya juga mengucapkan rasa terima kasih kepada tokoh-tokoh yang dengan caranya masing-masing mendukung saya secara moril maupun materil dalam penyelesaian penelitian saya ini. Mereka yang saya maksudkan antara lain:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom M. Pd sebagai Rektor Universitas Negeri Medan (Unimed) yang secara tidak langsung memberi kesempatan kepada saya untuk melakukan penelitian ini.

2. Prof. Dr. Julaga Situmorang M. Pd sebagai pembimbing pertama saya dan Prof. Dr. Sahat Siagian M. Pd sebagai pembimbing kedua saya yang telah dengan sabar dan tekun serta memberi waktu dan bimbingan selama proses penyelesaian penelitian ini kepada saya. 3. Prof. Dr. Muhammad Badiran M. Pd, Prof. Dr. Abdul Hasan Saragih

M. Pd dan Dr. Edward Purba MA sebagai narasumber dan penguji tesis saya yang telah dengan rendah hati mengoreksi dan memberi masukan pada penelitian saya ini.

(8)

vi

Teknologi Pendidikan dan Bang Isnaini M. Pd sebagai pegawai Prodi Teknologi Pendidikan yang telah melancarkan segala urusan keadministrasian penelitian saya.

5. Prof. Dr. Bornok Sinaga M. Pd sebagai Direktur Pascasarjana Unimed yang telah memberi izin untuk melaksanakan penelitian ini.

6. Kedua orang tua saya, M. Sitanggang dan T.br. Limbong beserta mertua saya G. Situmorang dan O. br. Simarmata. Terima kasih atas bimbingan dan bantuan selama ini.

7. Istri saya, Maristella Situmorang dan kedua anak saya yang masih imut-imut (Bonita dan Rafael). Senyum dan kehadiran kalian di samping saya semakin memotivasi saya dalam menyelesaikan penelitian ini.

8. Saudara-saudara saya : Kel. S. Sitanggang / E. Br. Hotang (Bapak Maria), Kel. K. Sitanggang / Br. Betawi (Bapak Ryan), Kel T. Sipahutar/ S. Br.Tanggang S.Si (Bapak Martha), Kel A. Sitanggang ST / N. Br. Hotang SH. MH dan adik bungsu kami Anggriani Sitanggang, SE

9. Fr. Antonius B. Ditubun CMM, S. Pd, MM, Kepala SMA Santo Thomas 1 Medan yang telah member izin kepada saya untuk melakukan penelitian di SMA Santo Thomas 1 Medan.

(9)

vii

11.Rekan-rekan sekelas angkatan XXIV kelas A-2 Teknologi Pendidikan: Bang Emri, Bang Febri, Bang Sehat, Kak Ratna, Kak Saudur, kak Juni, Lae Retno, Lae Christian, Lae Nikolas, Adek Geby, Adek Dwi Yunanda, dan adek Nesti. Terima kasih atas kebersamaan selama kuliah dan mohon maaf saya duluan menyelesaikan penelitian saya ini. 12.Keluarga besar Opung Jahoras Sitanggang Upar sekota Medan dan semua orang yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang dengan caranya masing-masing telah membantu saya dalam menyelesaikan penelitian ini.

Dengan keterbatasan pengalaman, ilmu maupun pustaka yang ditinjau, penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan pengembangan lanjut agar benar benar bermanfaat. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar tesis ini lebih sempurna serta sebagai masukan bagi penulis untuk penelitian dan penulisan karya ilmiah di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis berharap tesis ini memberikan manfaat bagi kita semua terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang ramah lingkungan.

Medan, Agustus 2016

(10)

viii DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ... i

Lembar Persetujuan Dewan Penguji ... ii

Abstrak ... iii

Abstract ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi... viii

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Pembatasan Masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 15

A. Kajian Teoritis ... 15

1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik ... 15

a. Hakikat Belajar ... 15

b. Hakikat Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik... 17

2. Hakikat Model Problem Based Learning (PBL) ... 19

(11)

ix

b. Model Problem Based Learning (PBL)... 23

i. Pengertian Model PBL ... 23

3. Hakikat Gaya Berpikir ... 41

i. Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak (SA) ... 45

ii. Gaya Berpikir Sekuensial Konkrit (SK) ... 46

4. Penelitian Yang Relevan ... 48

B. Kerangka Berpikir ... 50

1. Perbedaan Pengaruh Model PBL Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan ... 50

2. Perbedaan Pengaruh Gaya Berpikir Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan ... 53

3. Interaksi Antara Model Pembelajaran PBL dan Gaya Berpikir Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan ... 55

C. Pengajuan Hipotesis ... 57

BAB III METODE PENELITIAN... 58

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 58

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 58

C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian... 59

1. Variabel Penelitian ... 59

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 60

D. Metode dan Rancangan Penelitian ... 62

E. Prosedur dan Pelaksanaan Pelakuan ... 63

(12)

x

2. Pelaksanaan Perlakuan ... 64

3. Validitas Internal dan Validitas Eksternal... 67

F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 70

1. Teknik Pengumpulan data ... 70

2. Instrumen Penelitian... 70

a. Instrumen Gaya Berpikir ... 70

b. Instrumen Hasil Belajar... 71

G. Uji Coba Instrumen ... 72

H. Teknik Analisis Data ... 74

a. Uji Normalitas ... 75

b. Uji Homogenitas ... 75

I. Hipotesis Statistik ... 77

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 78

A. Deskripsi Penelitian ... 78

1. Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik (PAK) siswa Yang Diajar Dengan Menggunakan Model PBL Tipe Floating Facilitator (FF) ... 78

2. Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik (PAK) siswa yang diajarkan dengan Menggunakan model PBL Tipe Peer Tutor (PT) ... 80

3. Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik (PAK) siswa yang memiliki Gaya Berpikir Sekuensiel Abstrak (SA)... 81

4. Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik (PAK) Siswa yang Memiliki Gaya Berpikir Sekuensiel Konkrit (SK) ... 83

5. Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik (PAK) siswa yang diajar dengan Menggunakan model PBL Tipe Floating Facilitator (FF) Berdasarkan Gaya Berpikir Sekuensiel Abstrak (SA)... 85

6. Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik (PAK) siswa yang diajarkan dengan Menggunakan model PBL Tipe Floating Facilitator (FF) Yang Memiliki Gaya Berpikir Sekuensiel Konkrit (SK) ... 87

7. Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik (PAK) siswa yang diajar dengan Menggunakan model PBL Tipe Peer Tutor (PT) Berdasarkan Gaya Berpikir Sekuensiel Abstrak (SA) ... 89

8. Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik (PAK) siswa yang diajarkan dengan Menggunakan model PBL Tipe Peer Tutor (PT) Berdasarkan Gaya Berpikir Sekuensiel Konkrit (SK) ... 91

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 93

1. Uji Normalitas ... 93

(13)

xi

C. Pengujian Hipotesis ... 99

1. Hipotesis Pertama ... 100

2. Hipotesis Kedua ... 101

3. Hipotesis Ketiga ... 102

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 105

1. Perbedaan Hasil Belajar PAK Antara Siswa Yang Diajar Dengan Menggunakan Model PBL Tipe Floating Facilitator (FF) dan Siswa Yang Diajar Dengan Menggunakan Model PBL Tipe Peer Tutor (PT) ... 105

2. Perbedaan Hasil Belajar PAK Antara Siswa Yang Memiliki Gaya Berpikir Sekuensiel Abstrak (SA) dan Siswa Yang Memiliki Gaya Berpikir Sekuensiel Konkrit (SK) ... 106

3. Interaksi Antara Model Problem Based Learning (PBL) dan Gaya Berpikir Terhadap Hasil Belajar PAK ... 109

4. Analisis Uji Scheffe ... 111

E. Keterbatasan Penelitian ... 115

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 118

A. Simpulan ... 118

B. Implikasi ... 119

C. Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 124

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Belajar PAK Siswa kelas XI SMA Santo Thomas 1 Medan ... 4

Tabel 2.1 Sintaks Model PBL ... 30

Tabel 2.2 Langkah-langkah Model PBL Tipe Floating Facilitator (FF) ... 35

Tabel 2.3 Langkah-langkah model PBL tipe Peer Tutor ... 40

Tabel 2.4 Perbedaan Karakteristik Individu yang Memiliki Gaya Berpikir Sekuensial Konkret dan Sekuensial Abstrak... 47

Tabel 3.1. Jumlah siswa yang diajar oleh peneliti tahun pelajaran 2015 / 2016 ... 58

Tabel 3.2 Sampel Penelitian ... 59

Tabel 3.3 Rancangan Penelitian Desain Factorial 2 x 2... 62

Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes hasil belajar ... 71

Tabel 4.1 Deskripsi Data Hasil Belajar PAK Yang Diajarkan Dengan Menggunakan Model PBL Tipe FF Secara Keseluruhan ... 78

Tabel 4.2 Deskripsi Data Hasil Belajar PAK Yang Diajarkan Dengan Menggunakan Model PBL Tipe PT Secara Keseluruhan ... 80

Tabel 4.3 Deskripsi Data Hasil Belajar PAK Siswa yang Memiliki Gaya Berpikir Sekuensiel Abstrak (SA) ... 82

Tabel 4.4 Deskripsi Data Hasil Belajar PAK Siswa Yang MemilikiGaya Berpikir Sekuensiel Konkrit (SK) ... 83

Tabel 4.5 Deskripsi Data Hasil Belajar PAK Siswa dengan gaya berpikir SA diajar dengan Menggunakan Model PBL Tipe FF ... 85

Tabel 4.6 Deskripsi Data Hasil Belajar Pak Siswa Dengan Gaya Berpikir SK Yang Diajar Dengan Menggunakan Model Pbl Tipe FF ... 87

Tabel 4.7 Deskripsi Data Hasil Belajar PAK Siswa Dengan Gaya Berpikir SA Yang Diajar Dengan Menggunakan Model PBL Tipe PT ... 89

Tabel 4.8 Deskripsi Data Hasil Belajar Pak Siswa Dengan Gaya Berpikir SK Yang Diajar Dengan Menggunakan Model PBL Tipe PT ... 91

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gbr 4.1 Histogram Hasil Belajar PAK Siswa Yang Diajar Dengan Menggunakan Model PBL Tipe Floating Facilitator (FF) ... 79 Gbr 4.2 Histogram Hasil Belajar PAK Siswa Yang Diajar Dengan Menggunakan Model PBL Tipe Peer Tutor (PT) ... 81 Gbr 4.3 Histogram Hasil Belajar PAK Siswa Yang Memiliki Gaya Berpikir Sekuensiel Abstrak (SA) ... 82 Gbr 4.4 Histogram Hasil Belajar PAK Siswa Yang Memiliki Gaya Berpikir Sekuensiel Konkrit (SK) ... 84 Gbr 4.5 Histogram Hasil Belajar PAK Siswa dengan Gaya Berpikir SA yang diajar dengan Menggunakan model PBL Tipe Floating Facilitator (FF) ... 86 Gbr 4.6 Histogram Hasil Belajar PAK siswa Dengan Gaya Berpikir SK yang diajar dengan Menggunakan model PBL Tipe Floating Facilitator (FF) ... 88

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus dan RPP ... 127

Lampiran 2 Instrumen Angket Gaya Berpikir ... 143

Lampiran 3 Rekapitulasi Tes Gaya Berpikir ... 146

Lampiran 4 Perhitungan Analisis Uji Coba Instrumen ... 154

Lampiran 5 Perhitungan Analisis Uji Coba Instrumen menggunakan Excel ... 160

Lampiran 6 Soal Tes Hasil Belajar ... 177

Lampiran 7 Rekapitulasi Tes Hasil Belajar ... 187

Lampiran 8 Data Induk Penelitian ... 195

Lampiran 9 Perhitungan Distribusi Frekwensi Data Penelitian ... 198

Lampiran 10 Perhitungan Uji Normalitas Data Dengan Uji Liliefors ... 210

Lampiran 11 Perhitungan Uji Homogenitas Varians Sampel ... 219

Lampiran 12 Perhitungan Analisis Varians 2 x 2 ... 220

Lampiran 13 Perhitungan Uji Lanjut Dengan Uji Scheffe ... 224

Lampiran 14 Masalah-masalah Tidak Menghargai Hidup ... 229

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana yang paling utama untuk memberikan respons konstruktif terhadap permasalahan kehidupan sehari-hari, agar kualitas kehidupan manusia semakin meningkat. Menyadari akan pentingnya posisi strategis pendidikan sebagai sarana memajukan peradaban bangsa, Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan kepada pemerintah agar menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pemerintah telah menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional.

Menurut Undang-undang tersebut tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis, serta bertanggung jawab.

(18)

2

pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Pendidikan Agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa dan berakhlak mulia serta peningkatan potensi spiritual. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman skor-skor keagamaan dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

(19)

3

Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan di berbagai jenjang sekolah. Pendidikan agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Yesus dan iman Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

Mata pelajaran pendidikan agama Katolik merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di jenjang SMA yang memberikan sumbangan terhadap peningkatan mutu pendidikan dalam hal pengetahuan yang dapat mendukung iman. Hal ini sejalan dengan pandangan Paus Benediktus XVI dalam Surat Apostoliknya ‘Porta Fidei’ (Pintu Menuju Iman) yang mengungkapkan bahwa :

Pengetahuan akan isi iman adalah hakiki bagi seseorang untuk dapat memberikan persetujuannya, yaitu untuk mengikatkan diri sepenuhnya, dengan segenap akal-budi dan kehendaknya, kepada apa yang disampaikan oleh Gereja. Pengetahuan akan iman membuka pintu masuk ke dalam kepenuhan misteri keselamatan yang diwahyukan Allah. Persetujuan yang kita berikan itu berarti bahwa ketika kita percaya, kita menerima dengan bebas seluruh misteri iman, sebab penjamin dari kebenarannya adalah Allah, yang mewahyukan diri-Nya sendiri dan mengizinkan kita mengetahui misteri cinta-kasih-Nya.

Pandangan Paus Benediktus ini sejalan ungkapan Intellectus Quaerens Fidem (akal menyelidiki iman). Ungkapan ini memiliki arti bahwa kita tidak

(20)

4

Secara umum, pendidikan agama di sekolah bukan sekedar menjadikan siswa untuk beriman saja tetapi menjadikan siswa sebagai orang yang dapat mempertanggung jawabkan imannya dengan pengetahuan yang dimilikinya. Berdasarkan pengamatan peneliti di SMA Santo Thomas 1 Medan, peneliti menemukan skor pengetahuan Pendidikan Agama Katolik Kelas XI semester II masih belum memenuhi standar pemerintah yang tertuang dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Peneliti juga menemukan bahwa proses belajar mengajar Pendidikan Agama Katolik yang dilakukan sangat terfokus pada model pembelajaran konvensional yaitu mengajar dengan metode ceramah tentang suatu bahan yang ditetapkan (teacher centered).

Hal ini mengakibatkan siswa kurang terdorong untuk belajar dengan giat karena kurangnya kesempatan yang diberikan kepadanya. Maka hal ini berdampak pada perolehan nilai dimana nilai mata pelajaran pendidikan agama Katolik di SMA Santo Thomas 1 Medan masih belum optimal selama empat tahun terakhir ini. Berikut ini adalah ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik selama empat tahun terakhir :

Tabel 1.1 Hasil Belajar PAK Siswa kelas XI SMA Santo Thomas 1 Medan

(21)

5

Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bagian Ketiga Pasal 65 diungkapkan bahwa para peserta didik harus mendapatkan skor yang sama atau lebih besar dari skor ambang kompetensi yang dirumuskan oleh BNSP, pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, serta kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.

Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 di atas, maka seharusnya persentase ketuntasan pada mata pelajaran Agama Katolik adalah seratus persen. Namun berdasarkan data di atas, persentase ketuntasan hasil belajar mata pelajaran agama belum mencapai seratus persen ketuntasan seperti yang diharapkan pemerintah. Bahkan pada tiga tahun terakhir persentase ketuntasan hasil belajar mata pelajaran Agama Katolik tidak mencapai 75 % ketuntasan.

(22)

6

Pada kenyataannya, dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik, peneliti mengamati kurangnya kreatifitas guru agama dalam menggunakan model-model pembelajaran, khususnya model-model pembelajaran Student Centered. Guru lebih cenderung menggunakan model Konvesional (ceramah) sehingga membosankan. Kebosanan ini semakin parah karena karakteristik peserta didik dan karakteristik materi tidak sesuai dengan karakteristik model pembelajaran yang digunakan.

Karakteristik peserta didik pada tingkat SMA (umur 15 – 18 tahun) dikategorikan pada tingkat Operasional formal (11 tahun ke atas). Piaget dalam Dahar (1989 : 155) mengungkapkan pada tingkat ini anak mempunyai kemampuan abstrak dan dapat memecahkan masalah verbal. Karakter ini sesuai dengan karakter materi PAK tentang Menghargai hidup. Dalam materi ini akan dipaparkan masalah-masalah tidak menghargai hidup mis: aborsi, bunuh diri, euthanasia, penyalahgunaan narkoba dan HIV/AIDS. Berdasarkan karakter peserta didik dan materi menghargai hidup pada PAK, maka salah satu model pembelajaran yang cocok digunakan dalam penelitian ini adalah Model Problem Based Learning (PBL).

(23)

7

yang digunakan dalam banyak sekolah kedokteran untuk memfasilitasi pembelajaran konsep ilmiah dasar dalam konteks kasus-kasus klinis.

Barrows dan Kelson dalam Amir (2009 : 21) mengungkapkan bahwa Model Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut mahasiswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari-hari.

Gulo (2002 : 111) mengungkapkan bahwa model belajar-mengajar berbasis masalah adalah bagian dari model belajar-mengajar inkuiri. Model belajar-mengajar berbasis masalah memberi tekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Pentingnya strategi belajar-mengajar ini oleh karena belajar pada prinsipnya adalah suatu proses interaksi antara manusia dan lingkungannya. Proses ini dapat juga disebut sebagai proses internalisasi oleh karena di dalam interaksi tersebut manusia aktif memahami dan menghayati makna dari lingkungannya. Proses ini berlangsung secara bertahap mulai dari menerima stimulus dari lingkungan sampai pada memberi respons yang tepat terhadapnya.

(24)

8

pengkomunikasian dan pengintegrasian informasi. Sementara itu Arends (2008 : 41) mengungkapkan bahwa esensi PBL menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk menginvestigasi dan penyelidikan.

Duch dalam Duch, et al (2001 : 40 - 44) membagi PBL ke dalam empat tipe yakni tipe sekolah kedokteran, tipe Floating Fasilitator (FF), tipe Peer Tutor (PT) dan tipe kelas besar. Model PBL tipe FF merupakan satu jenis pembelajaran yang bisa digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran pada kelompok siswa yang banyak jumlahnya dalam kelas yang berukuran besar. Dalam model ini, fasilitator memainkan peranan penting untuk memfasilitasi kelompok-kelompok siswa dalam pemecahan masalah.

Sementara itu, Model PBL tipe PT hampir memiliki kedekatan dengan model PBL tipe sekolah kedokteran. Hanya saja dalam model ini tutor sebaya memiliki peranan penting dalam melancarkan kegiatan pemecahan masalah dalam kelompok. Hal ini berbeda dengan model PBL tipe sekolah kedokteran yang mana ahli (professor) didatangkan untuk mendampingi dalam pemecahan masalah.

(25)

9

adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi atau yang biasa kita sebut dengan berpikir kritis.

Hal ini dibenarkan Amir (2009 : 28) bahwa salah satu manfaat model PBL adalah mendorong untuk berpikir :“Dengan proses yang mendorong pemelajar untuk mempertanyakan, kritis, reflektif, maka manfaat ini bisa berpeluang terjadi. Pemelajar dianjurkan untuk tidak buru-buru menyimpulkan, mencoba menemukan landasan atas argumennya, dan fakta-fakta yang mendukung alasan. Nalar pemelajar dilatih, dan kemampuan berpikir ditingkatkan. Tidak sekadar tahu, tapi juga dipikirkan”

Ada beberapa alasan peneliti menggunakan model PBL dalam penelitian ini. Pertama, karakteristik Model PBL sangat cocok untuk karakteristik materi Menghargai hidup dalam Pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Materi menghargai hidup adalah salah satu materi yang diajarkan pada kelas XI semester dua. Kompetensi dasar materi ini adalah “Memahami dan menghargai hidup sebagai anugerah Allah, sehingga bersedia untuk menghargai dan memelihara hidup pribadi dan sesamanya”. Dalam materi ini terdapat permasalahan-permasalahan tidak menghargai hidup seperti: aborsi, bunuh diri, euthanasia, penyalahgunaan narkoba dan HIV / AIDS yang akan dibahas dalam proses pembelajaran. Permasalahan inilah yang akan dibahas dengan menggunakan model PBL sehingga model PBL yang memiliki karakteristik pemecahan masalah sesuai dengan karakteristik materi menghargai hidup. Inilah yang menjadi salah satu alasan peneliti menggunakan model PBL dalam materi menghargai hidup.

(26)

10

membagi gaya berpikir ke dalam empat gaya yakni: Sekuensial Konkrit (SK), Acak Konkrit (AK), Sekuensial Abstrak (SA) dan Acak Abstrak (AA). Orang yang termasuk dalam kategori “sekuensial” cenderung memiliki dominasi otak kiri, sedang orang-orang yang berpikir secara “acak” biasanya termasuk dalam dominasi otak kanan.

Penelitian ini mengambil gaya berpikir sekuensiel Abstrak (SA) dan sekuensiel konkrit (SK). Alasan pemilihan kedua gaya berpikir ini karena kedua gaya berpikir ini lebih dominan pada kemampuan otak kiri yang lebih menekankan hal teoretis. Maka kedua gaya berpikir inisesuai dengan karakteristik materi yang akan diteliti yakni mengenai masalah-masalah tidak menghargai hidup. Selain itu alasan lainnya adalah adanya kemudahan dalam menggunakan dan menafsirkan hasil pengukuran gaya berpikir sekuensiel abstrak dan sekuensiel konkret.

Berdasarkan uraian di atas penulis hendak meneliti Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) dan Gaya Berpikir terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Katolik di SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan. Model PBL sebagai variable independen. Gaya berpikir sebagai variable moderator dan Hasil belajar sebagai variable dependen.

B. Identifikasi Masalah

(27)

11

pembelajaran PBL tipe apa yang efektif? Apakah manfaat kekuatan dan kelemahan model PBL ? Apakah model pembelajaran PBL tipe FF berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Katolik siswa kelas XI SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan ? Apakah model pembelajaran PBL tipe PT berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Katolik siswa kelas XI SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan? Bila kedua model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Katolik siswa kelas XI SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan, model PBL tipe apa yang memiliki pengaruh yang paling signifikan? Apakah gaya berpikir berpengaruh terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Katolik siswa kelas XI SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan? Model pembelajaran PBL manakah yang sesuai untuk siswa dengan gaya berpikir Sekuensial konkret? Model pembelajaran PBL manakah yang sesuai untuk siswa dengan gaya berpikir sekuensial abstrak?

C. Pembatasan Masalah

(28)

12

menggunakan peskoran tertulis. Gaya berpikir yang digunakan pada penelitian ini dibatasi pada gaya berpikir Sekuensiel abstrak dan sekuensiel konkrit.

D. Rumusan Masalah

Masalah-masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah hasil belajar Pendidikan Agama Katolik siswa pada kelas model pembelajaran PBL tipe FF lebih tinggi daripada kelas model pembelajaran PBL tipe PT pada siswa kelas XI SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan ? 2. Apakah hasil belajar Pendidikan Agama Katolik siswa yang memiliki gaya

berpikir Sekuensial Abstrak (SA) lebih tinggi daripada siswa yang memiliki gaya berpikir Sekuensial Konkrit (SK) pada siswa kelas XI SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran PBL dengan gaya berpikir terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Katolik siswa kelas XI SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan?

E. Tujuan Penelitian

Beberapa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Hasil belajar Pendidikan Agama Katolik siswa kelas model pembelajaran PBL tipe FF lebih tinggi dibanding kelas model pembelajaran PBL tipe TT pada siswa kelas XI SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan.

(29)

13

Sekuensial Konkrit (SK) pada siswa kelas XI SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan.

3. Interaksi antara model pembelajaran PBL dengan gaya berpikir terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Katolik pada siswa kelas XI SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, khususnya pada pembelajaran Pendidikan Agama Katolik yang berkaitan dengan model pembelajaran, gaya berpikir, dan hasil belajar. Selain itu, penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah sumber kepustakaan dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan penunjang penelitian lebih lanjut pada masa mendatang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Penerapan model pembelajaran PBL diharapkan dapat melibatkan siswa dalam belajar Pendidikan Agama Katolik dan dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Katolik.

b. Bagi Guru

(30)

14

masukan dalam menentukan model pembelajaran yang tepat dan efektif serta sesuai dengan gaya berpikir.

c. Bagi Kepala Sekolah

Penerapan model pembelajaran PBL diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk melengkapi model pembelajaran guna mendukung setiap proses pembelajaran di SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan. Dan juga sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kemampuan guru Pendidikan Agama Katolik dalam menggunakan model pembelajaran sesuai dengan gaya berpikir.

d. Bagi Dinas Pendidikan

Penerapan model pembelajaran PBL diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan model-model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengajar di kelas. Dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam peningkatan kemampuan mengajar guru khususnya dalam penggunaan model pembelajaran PBL.

e. Bagi Peneliti

(31)
(32)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil belajar PAK siswa yang diajar dengan menggunakan model PBL tipe FF lebih tinggi dari hasil belajar PAK siswa yang diajar dengan menggunakan model PBL tipe PT.

2. Hasil belajar PAK siswa yang memiliki gaya berpikir Sekuensiel Abstrak (SA) lebih tinggi dari hasil belajar PAK siswa yang memiliki gaya berpikir Sekuensiel Konkrit (SK).

(33)

B. Implikasi

Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, khususnya pada pembelajaran Pendidikan Agama Katolik yang berkaitan dengan model pembelajaran, gaya berpikir, dan hasil belajar. Selain itu, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah sumber kepustakaan dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan penunjang penelitian lebih lanjut pada masa mendatang.

Bagi siswa, penerapan model pembelajaran PBL diharapkan dapat melibatkan siswa dalam belajar Pendidikan Agama Katolik dan dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Katolik di tingkat menengah. Bagi para pendidik, penerapan model pembelajaran PBL diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi keefektifan penggunaan model pembelajaran dalam materi menghargai hidup. Dan juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam menentukan model pembelajaran yang tepat dan efektif serta sesuai dengan gaya berpikir.

Bagi kepala sekolah, penerapan model pembelajaran PBL diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk melengkapi model pembelajaran guna mendukung setiap proses pembelajaran di SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan. Dan juga sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kemampuan guru-guru khusunya guru Pendidikan Agama Katolik dalam menggunakan model pembelajaran sesuai dengan gaya berpikir.

(34)

sekolah-sekolah yang ada di naungan dinas pendidikan kota Medan. Dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam peningkatan kemampuan mengajar guru khususnya dalam penggunaan model pembelajaran PBL.

Bagi peneliti lainnya, penerapan model pembelajaran PBL dapat diharapkan menjadi pembelajaran dalam penulisan penelitian ilmiah untuk mengembangkan kemampuan mengajar peneliti sebagai pendidik di masa mendatang.

Oleh karena itu, perlu ada upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam kaitan dengan penerapan kesimpulan yang telah dipaparkan pada bagian kesimpulan sebelumnya. Ada pun upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain:

1. Model PBL ini perlu disosialisasikan kepada para guru. Hal ini dimaksudkan agar para guru semakin bertambah dalam khazanah model-model pembelajaran sehingga ada variasi dalam model-model pembelajaran. Selain itu, melalui sosialisasi, para guru semakin memahami teori, prinsip dan hal praktis model PBL ini. Maka apabila para guru menguasai model PBL ini, siswa-siswa akan merasa tertarik dan aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi tindakan yang tidak membosankan.

2. Mendorong para kepala sekolah dan dinas pendidikan agar mendorong para guru menggunakan model PBL sebagai salah satu model pembelajaran yang cocok digunakan dalam pembelajaran. Tetapi tetap bahwa membuat variasi dalam model pembelajaran sehingga pembelajaran tidak membosankan.

(35)

misalnya penelitian tentang dua gaya berpikir lainnya antara lain: Acak Abstrak dan Acak Konkrit. Oleh karena itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam penelitian selanjutnya.

C. Saran

Berdasarkan temuan yang diperoleh dari penelitian ini, maka ada beberapa saran yang hendak peneliti sampaikan antara lain:

1. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar PAK, maka guru mata pelajaran PAK disarankan agar menggunakan model pembelajaran yang berbasis

active learning yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar sehingga

pembelajaran menjadi hal yang tidak membosankan.

2. Dalam peningkatan hasil belajar PAK, gaya berpikir siswa sangat berpengaruh dalam penentuan model pembelajaran yang cocok yang digunakan. Oleh karena itu, disarankan kepada para guru dan pimpinan SMA Santo Thomas 1 Medan agar menyebarkan angket gaya berpikir kepada siswa sehingga guru / sekolah mengetahui gaya berpikir yang dimiliki siswa sehingga guru dapat menentukan model pembelajaran yang cocok untuk digunakan.

3. Selain itu disarankan kepada para guru agar memperhatikan gaya berpikir yang dimiliki siswa dan mengelompokkan mereka berdasarkan gaya berpikir mereka masing-masing: Sekuensiel Abstrak (SA), Sekuensiel Konkrit (SK), Acak Abstrak (AA) dan Acak Konkrit (AK).

(36)

gaya berpikir siswa bagi para guru agar para guru tersebut memiliki keterampilan mengelompokkan gaya berpikir siswa.

5. Disarankan juga kepada pihak pengambil kebijakan di SMA Santo Thomas 1 Medan agar mensosialisasikan model PBL ini kepada para guru, khususnya guru mata pelajaran eksakta, karena model PBL juga cocok digunakan pada mata pelajaran eksakta (IPA).

6. Saya menyarankan untuk peneliti lain yang meneliti tentang model PBL agar juga meneliti tentang tipe dalam model PBL lainnya seperti: tipe sekolah kedokteran dan tipe kelas besar dengan gaya berpikir yang sama sehingga hasil penelitian ini kelak dapat dibandingkan dengan hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Selain itu variabel gaya berpikir lainnya juga perlu diteliti antara lain : Acak Abstrak dan Acak Konkrit. Selain itu, saya juga menyarankan agar peneliti lain meneliti aspek afektif dari penelitian ini karena peneliti hanya meneliti aspek kognitif.

Penelitian ini tidaklah sempurna. Ada banyak keterbatasan dalam penelitian ini seperti yang sudah disampaikan sebelumnya pada bab IV. Untuk mengatasi keterbatasan ini ada beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain:

1. Melakukan tes hasil belajar dan gaya berpikir secara lebih tertib dan spontan sehingga hasil belajar dan gaya berpikir dapat diperoleh hasil yang murni.

(37)

3. Seharusnya menentukan dua orang guru yang berasal dari dua sekolah tempat diadakan penelitian yang memiliki kesamaan situasi / kondisi ataupun karakter peserta didik karena sitausi dan karakter peserta didik berpengaruh terhadap gaya guru ketika melaksanakan pembelajaran.

Gambar

Tabel 1.1 Hasil Belajar PAK Siswa kelas XI SMA Santo Thomas 1 Medan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) efektif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan mengenai kemampuan berpikir kritis siswa terlihat bahwa N Gain Skor siswa yang mendapatkan pembelajaran model PBL pada

Hasil ini menunjukkan pemahaman konsep kedua kelas mempunyai perbedaan, terlihat bahwa kelas X MIA1 yang memakai model PBL siswa cenderung lebih aktif dalam proses

Penelitian ini bertujuan menerapkan model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Rantau Kabupaten

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (1) Hasil belajar matematika siswa lebih baik dengan menerapkan model pembelajaran PBL, dibandingkan tanpa menggunakan pembelajaran PBL

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan mengenai kemampuan berpikir kritis siswa terlihat bahwa N Gain Skor siswa yang mendapatkan pembelajaran model PBL pada

Perangkat pembelajaran PBL yang dikembangkan dikategorikan praktis tergambar dari hasil uji coba lapangan, dimana semua siswa dapat menggunakan perangkat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 Kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada model PBL berbasis pemodelan matematika berbantuan classwiz emulator mencapai ketuntasan berdasarkan