PERBEDAAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN PROBLEM BASED LEARNING
(Studi Pada Kelas X1 IPS 2 SMAN 1 Muaro Bungo)
Bebbi Febri1 , Sri Rahayu2, Hefni2 1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2
Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat bebbi.f13@gmail.com
ABSTRACT
This study is based on the low learning outcomes of students in the subjects of Sociology caused by the application of learning methods are still using the method instead of Problem Based Leraning (PBL). So the purpose of this study is the Difference of Sociology Learning Results by Using Problem Based Learning Model (Study in class XI IPS SMAN 1 Muaro Bungo)The theory used in this research is constructivism theory and this type of research is experimental research, with Komparati research design. Based on the results of research and discussion it can be concluded that there is no difference in learning outcomes in the experimental class and control class.
Keywords: Learning outcomes, Model problem based learning (PBL).
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya sehingga ia mencapai kualitas diri yang lebih baik. Inti pendidikan adalah usaha pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan batin), baik oleh dirinya sendiri maupun orang lain,
dalam arti tuntutan agar anak didik memiliki kemerdekaan berpikir, merasa, berbicara, dan berindak serta percaya diri dengan penuh rasa tanggung jawab dalam setiap tindakan dan perilaku sehari-hari (Basri,2007:34).
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut dibutuhkan kerja sama antara komponen pendidikan satu dengan komponen pendidikan yang lainnya seperti dasar
pendidikan, tujuan pendidikan, pendidik/guru, anak didik/siswa, materi pendidikan, metode pendidikan, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan. Sedangkan dalam proses pembelajaran, kompenen pendidikan yang sangat berpengaruh adalah guru atau pendidik. Guru atau pendidik ialah orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing. Pendidik berbeda dengan pengajar sebab pengajar hanya berkewajiban untuk menyampaikan materi pelajaran kepada murid, sedangkan pendidik tidak hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pengajaran, tetapi juga membentuk kepribadian anak didik (Tatang, 2012:221).
Guru atau pendidik adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa adanya guru
bagaimana pun bagus dan idealnya suatu strategi jika tanpa adanya guru, strategi tersebut tidak dapat di aplikasi, karena guru merupakan suatu pekerjaan profesional, sehingga jabatan ini memerlukan suatu keahlian khusus yang menuntut seseorang guru menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran serta ilmu-ilmu lainnya, dengan harapan akan dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik secara otomatis akan mampu menghasilkan output yang baik pula (Ruseffendi,1988:234)
Salah satu model pembelajaran yang mampu mengatasi permasalahan ini adalah model pembelajaran Problem Based
Learning. Model pembelajaran
Problem Based Learning adalah
suatu pendekatan pembelajaran yang berfokus pada siswa dengan
menggunakan masalah dalam dunia nyata yang bertujuan untuk menyusun pengetahuan siswa, melatih kemandirian dan rasa percaya diri, dan mengembangkan kemampuan berfikir siswa. Pembelajaran ini dimulai dengan pemberian masalah yang memiliki konteks dalam dunia nyata, peserta didik aktif secara berkelompok merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah dan melaporkan solusi dari masalah yang mereka pecahkan (Supardan, 2015:135).
Model pembelajaran Problem
Based Learning ini diharapkan
mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari permasalahan dari proses pembelajaran yang ada. Model
pembelajaran ini menuntut peserta didik untuk berfikir aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran Pikiran peserta didik dirangsang untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang ada selain itu dapat meningkatkan kerjasama dan kekompakan peserta didik serta melatih kepemimpinan dalam sebuah kelompok (Supardan, 2015:136).
METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan dan Tipe Penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu menguji suatu teori dengan cara merincikan hipotesis-hipotesis yang spesifik, lalu mengumpulkan data-data untuk mendukung atau membantah hipotesis tersebut.Sesuai dengan masalah yang akan diteliti maka jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimen, karena
dua variabel atau lebih atau mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain. Strategi eksperimen diterapkan untuk menilai perilaku-perilaku, baik sebelum maupun
sesudah eksperimen
(Jhon,2010:27).
Penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat
akibat dari suatu
perlakuan(Arikunto 2010:9).
Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen merupakan kelas siswa yang diberi
perlakuan dengan model pembelajaran problem based learning (PBL)
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data tes hasil belajar, pada saat pelaksanaan ujian posttes berlangsung, siswa sudah terbiasa menyelesaikan persoalan, karena terbiasa dalam proses pembelajaran yang diajarkan menggunakan model problem based learning, hal ini terlihat jelas dari rata-rata hasil belajar posttes untuk kedua kelompok sampel lebih tinggi dibandingkan rata-rata hasil belajar ujian pretest, karena siswa menyelesaikan soal-soal pretes hanya dengan cara biasa.
Dari hasil posttest terlihat bahwa hasil belajar sosiologi siswa yang diajar dengan model problem based learning(PBL) berbeda secara
signifikan dengan siswa yang tidak diajar menggunakan model problem based learning(PBL) pada tingkat kepercayaan 95%, dimana rata-rata nilai pretest adalah 12,23 sedangkan nilai postest rata-rata adalah 12,80.
Dari uji kesamaan dua rata-rata (uji t) diketahui Sig (2-tailled) = 0,001 < 0,05 maka Ho ditolak, sehinggakedua kelompok tidak memiliki rata-rata hasil belajar yang sama Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar sosiologi siswa yang diajar dengan model pembelajaranproblem
based learning (PBL) berbeda
dengan hasil belajar sosiologi siswa yang tidak diajar dengan model PBL (model biasa) di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Muara Bungo.
Peningkatan hasil belajar sosiologi siswa pada kelompok eksperimen disebabkan karena menggunakan model problem based
learning(PBL). Hal ini sesuai dengan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan pada kajian pustaka, bahwa menggunakan model problem
based learning(PBL) dapat
memotivasi siswa untuk belajar, memicu keaktifan siswa dalam belajar dan bersikap kritissehingga siswa lebih mudah memahami materi serta dapat digunakan atau dikeluarkan kembali pada saat yang diperlukan dan nantinya bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa.
Sementara hasil belajar siswa pada kelompok kontrol yang tidak diajar menggunakan model problem based learning(PBL) cukup rendah dibandingkan kelompok eksperimen disebabkan karena dalam pengajaran tidak menggunakan model problem based learning(PBL), tidak adanya variasi dalam mengajar menyebabkan banyak siswa kurang
aktif dalam belajar dan hal ini dapat menyebabkan kesiapannya dalam belajar kurang sehingga siswa cenderung pasif. Dengan kesiapan yang lebih baik dalam belajar, siswa akan lebih aktif dan mudah memahami materi atau bahan ajar sehingga materi akan dapat diserap secara maksimal. Jadi, menggunakan model problem based learning(PBL) sangat bermanfaat sekali dalam proses belajar mengajar guna memotivasi siswa dalam belajar, sehingga siwa dapat lebih aktif dan kritis dalam belajar dan memberi pengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar.
Belajar menurut teori konstruktivisme bukanlah sekedar menghafal akan tetapi, proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman, dan dari hasil penelitian terbukti bahwa hasil belajar dengan
menggunakan model problem based learning (PBL) memperoleh rata-rata hasil belajar lebih tinggi dibandingkan dengan metode ceramah, dan seperti yang dijelaskan oleh piaget bahwa pengetahuan bukanlah hasil pemberian dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan oleh setiap individu dalam hal ini adalah siswa.
Menurut teori
konstruktivisme, prinsip yang mendasar guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri pengetahuan didalam memorinya. Dalam hal ini, guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukkan atau menerapkan
ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar, dan dalam hal ini metode pembelajaran problem based
learning (PBL) mampu membuat
siswa lebih aktif dikelas dan karenanya akan mempengaruhi kepada hasil belajar mereka kepada arah yang lebih baik.
Dengan menggunakan model pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning) ini, guru mampu merangsang siswa untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi dan mendengarkan perpektif yang berbeda diantara mereka. Pada penelitian ini, untuk mengendalikan lancarnya proses pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning), guru
memiliki kolom penilaian bagi siswa yang aktif dari segi menjawab pertanyaan, presentasi ke depan kelas
maupun dalam menghargai orang lain. Nilai siswa tersebut akan diakumulasikan dan dijadikan bahan tambahan dalam analisis data pada penelitian ini. Dengan demikian siswa menjadi lebih antusias dalam mempresentasikan hasil yang mereka dapat.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar sosiologi siswa dengan menerapkan model pembelajaran PBL lebih baik daripada hasil belajar sosiologi siswa dengan menerapkan model pembelajaran bukan PBL pada siswa kelas XI IPS SMAN 1 Muara Bungo Tahun pelajaran 2016/2017.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Basleman, Anisah. 2011. Teori
Belajar Orang Dewasa.
Bandung: PT.Remaja Rodakarya
Depdiknas. 2001. Penyusunan Butir
Soal dan Instrumen
Penelitian.Jakarta:Dirjen Dikmenum
Djamarah , Dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: PT. Rineka Cipta
Duwi Priyatno. (2013). Mandiri
Belajar Analisis Data
dengan SPSS. Yogyakarta: Mediakom.
Iskandar.2005. Penelitian Strategi Pengembangan Karyawan Administrasi IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Tesis: Program Studi Administrasi Pendidikan UNP.
John, Creswell. 2010. Research Design:Pendekatan
Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta :
Pustaka Remaja
Martono, Nanang. 2011. Statistika Sosial. Yogyakarta: Gava Media
Rohman, Muhammad dan Sofan, Amri. 2013. Strategi &
Desain Pengembangan
Sistem Pembelajaran.
Jakarta: Prestasi Pustakarya. Ruseffendi, 1988, Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
KompetensinyaDalam
Pengajaran Sosiologi Untuk
Meningkatkan
CBSA, Tarsito,Bandung Rusman 2013. Model- model
pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme Guru/rusmanJakarta: Rajawali Pers.
Slamento . 1990. Proses Belajar
Kredit (SKS). Jakarta: Penerbit Bumi Aksara Sudijono,Anas. 1996. Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Raya Grafindo Persada
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R& D. Bandung: Alfabeta. Supardan, Dadang.2015.
Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial:
perspektif Filosofi dan
Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Supranto. 2009. Statistik, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Wali. Tatang. 2012. Ilmu Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia.