PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS
IV SD SWASTA CHANDRA KUSUMA DELISERDANG
TESIS
Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh:
ROSIANNA AGUSTINA SIMARMATA NIM.8146122037
PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRACT
ROSIANNA AGUSTINA SIMARMATA NIM. 8146122037. The Effect of Instructional Model and Creative Thingking Ability on Mathematic Learning Outcomes of Grade 4 Chandra Kusuma Primary School Deli Serdang, Thesis Medan : Educational Technology Programme State University of Medan.
The porpose of this research was to determine : (1) the Mathematic learning outcomes of primary students taught by Problem Posing and Direct Instruction; (2)the differences between the learning outcomes of students who have high creative thinking ability and students with low creative thinking ability; (3) the interaction between instructional model and creative thinking ability on students’ Mathematic learning outcomes.
The population of this research was all grade 4 of Chandra Kusuma Primary School Deli Serdang. There are 3 classes of grade 4 with the total number of students is 72. Cluster Random Sampling was used to find the total sample, and this research sample consisted of 48 students.The Measurement of Mathematics learning outcomes instrument was objective test with four possible answers, consisted of 26 items that had been tested the validity and reliability. To obtain data on students' creative thinking ability was done by using a questionnaire that had been tested the validity and reliability. Point Biserial Correlation Formula was used to analyze the Mathematic learning outcome and Product Moment Formula was used to analyze the creative thinking ability. The research method was Quasi experiment with 2 x 2 factorial design. The technique of data analysis using ANOVA two ways at the significance level α = 0,05. Before the data analized by using ANOVA, the distribution of data should be normal and homogen. The Normality of data is measured by Lilifors Provision and the homogenity of data was measured based on Fisher and Barlett Test
Based on the results, researcher obtained that : ( 1 ) the Mathematics learning outcomes of students taught by Problem Posing were higher than the mathematics learning outcomes of students taught by Direct instruction; (2) the Mathematics learning outcomes of students with high creative thinking ability were higher than students with low creative thinking ability; (3) there is an interaction between instructional model and creative thinking ability on students’ Mathematic learning outcomes.
ABSTRAK
ROSIANNA AGUSTINA SIMARMATA NIM. 8146122037. Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Swasta Chandra Kusuma Deli Serdang Tesis Medan : Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Pasca Sarjana, Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) perbedaan hasil belajar Matematika antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Posing dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Langsung, (2) perbedaan hasil belajar Matematika siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah, (3) interaksi model pembelajaran dengan kemampuan berpikir kreatif terhadap hasil belajar Matematika,.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Swasta Chandra Kusuma Deli Serdang sebanyak 3 kelas dengan jumlah 72 siswa. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan Cluster Random Sampling. Sampel penelitian terdiri dari 48 siswa. Instrumen pengukuran untuk mengukur hasil belajar Matematika digunakan tes objektif berbentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban terdiri dari 26 butir soal yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Untuk memperoleh data kemampuan berpikir kreatif siswa dilakukan dengan menggunakan angket yang telah diuji kevalidan dan reliabilitasnya. Bentuk soal adalah tes uraian terbatas sebanyak 25 butir soal. Untuk menganalisis tes hasil belajar Matematika digunakan rumus Korelasi Point Biserial, sedangkan analisis angket kemampuan berpikir kreatif menggunakan rumus Product Moment. Metode penelitian menggunakan Quasi eksperimen, dengan desain penelitian 2 x 2, sedangkan teknik analisis data menggunakan ANAVA dua jalur pada taraf signifikansi ∝ = 0.05. Syarat ANAVA adalah data harus berdistribusi normal berdasarkan ketentuan tabel Lilifors dan data harus memiliki varians populasi homogeny berdasarkan uji Fisher dan uji Barlett.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh: (1) hasil belajar Matematika siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Posing lebih tinggi dari hasil belajar Matematika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Langsung, (2) hasil belajar Matematika siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi lebih tinggi dari hari hasil belajar Matematika siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah, (3) terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan kemampuan berpikir kreatif dalam mempengaruhi hasil belajar Matematika.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas anugerahNya yang besar maka peneliti dapat menyusun tesis ini dengan baik.
Melalui Penelitian ini penulis mengajukan sebuah penelitian pendidikan yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Swasta Chandra Kusuma Deli Serdang”. Penelitian ini diajukan dibawah bimbingan dua dosen pembimbing yaitu : Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd dan Prof.Dr. Julaga Situmorang, M.Pd. Penulis menyampaikan terima kasih yang besar kepada beliau yang telah memberikan bimbingan dan dukungan selama penyusunan tesis ini, dosen-dosen penguji yaitu Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd, Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd dan Prof. Dr. Abdul Murad, M.Pd yang sudah memberikan banyak masukan untuk perbaikan tesis ini, serta rekan-rekan mahasiswa yang sudah memberikan kontribusi yang besar dalam perbaikan penelitian ini.
Ada banyak tahapan proses yang peneliti alami sehingga tesis ini bisa diselesaikan dengan baik. Dalam proses intelektual peneliti sebagai pribadi sekaligus pendidik yang harus terus belajar, dan dari beberapa refleksi peneliti tentang pendidikan maka lahirlah tesis sederhana ini, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi guru, sekolah dan dunia pendidikan.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak sempurna, oleh sebab itu peneliti dengan segala kerendahan hati menerima saran, ide-ide baru dan kritikan yang membangun untuk perbaikan penelitian ke depan. Selamat menelusuri karya sederhana ini. Terima kasih.
Medan, Agustus 2016
UCAPAN TERIMA KASIH
Pujian Syukur hanya bagi Allah Bapa yang telah memelihara hati dan pikiran penulis selama ini, secara khusus sepanjang perkuliahan di UNIMED sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Judul tesis ini adalah “ Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Swasta Chandra Kusuma Deli Serdang”.
Penulis bersyukur karena mendapatkan banyak bantuan, dukungan dan motivasi dari banyak pihak dan kepada mereka penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas kerelaan hatinya mendukung dan memberikan kontribusi yang besar selama kuliah, secara khusus selama penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd sebagai dosen pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Julaga Situmorang, M.Pd sebagai dosen pembimbing II, atas pembelajaran yang penulis dapatkan selama penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih kepada dosen-dosen penguji sekaligus nara sumber yaitu Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian, Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Abdul Murad, M.Pd yang sudah memberikan banyak masukan untuk perbaikan tesis ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur Program Pasca Sarjana UNIMED dan juga Bapak Dr. R. Mursid, M.Pd selaku Ketua Jurusan Teknologi Pendidikan PPs UNIMED.
Ucapan terima kasih dan penghargaan juga penulis sampaikan kepada :
1. Ibu Malahayati Holland selaku pemimpin Yayasan Sekolah Chandra Kusuma yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melanjutkan pendidikan pada Program Pasca Sarjana UNIMED
Swasta Chandra Kusuma dan Bapak Adhiwan Siahaan yang telah membantu penulis dalam administrasi penelitian.
3. Seluruh rekan guru SD Swasta Chandra Kusuma, secara khusus Ibu Bintang Simaremare, S.Pd dan Ibu Meher, SS yang telah memberikan kesediaannya sebagai guru yang menerapkan pembelajaran Problem Posing dan Direct Instruction, di kelas penelitian. Dan Ibu Fausiah Ariyanti, SE yang telah bersedia
meminjamkan sepeda motornya demi kelancaran penyusunan tesis.
4. Keluarga besarku, Kak Bertha Febrida Simarmata, SS dan keluarga, Bang Wesly Bisono Simarmata dan keluarga, Vivi Meriaty Simarmata, SE dan keluarga, Renata Oktaviani, S.Sn dan keluarga, yang telah memberikan doa, semangat dan mendengarkan suka duka penulis selama mengikuti perkuliahan
5. Orang tuaku, Tulang Elsa B.Silalahi dan Nantulang H.br.Siallagan serta Inanguda terkasih P.br.Silalahi, S.Pd yang telah menjadi orang tua bagiku selama ini. Terima kasih buat Tulang Nowfa A. Silalahi dan Nantulang M.br. Sinaga yang sudah memberikan dukungan, doa dan semangat dari jauh
6. Teman-teman Kelompok Tumbuh Bersama (KTB), Friska Sihombing yang telah memberikan hidangan mi gomak spesial, Rusmawati Nainggolan yang telah menemani ke rumah dosen , Evaluasi Hulu yang telah membantu mencari buku Evaluasi Pendidikan karangan Karno To, Mey Manalu yang telah membantu memperbaiki abstract , Dorismawati Sihombing, Meilasrina, Rohani Hutabarat dan Daniely Aroz Daely untuk doa dan semangat yang diberikan.
7. Rekan-rekan mahasiswa PPs UNIMED angkatan XXIV kelas B-2 untuk kebersamaan selama hampir dua tahun, berdiskusi , belajar dan bercanda bersama. Kiranya ilmu yang kita peroleh semakin mendukung kinerja dan integritas kita sebagai guru dan pendidik karakter bangsa
Tesis ini bukanlah akhir dari perjalanan intelektual penulis, namun ini merupakan salah satu karya sederhana yang bisa penulis persembahkan bagi guru, mahasiswa, sekolah dan bagi siapapun yang mencintai dunia pendidikan. Berharap penulis juga semakin termotivasi untuk melakukan penelitian-penelitian sederhana di kelas yang diharapkan memberikan solusi terhadap masalah-masalah belajar dan pengembangan pembelajaran di kelas. Terima kasih, Tuhan memberkati senantiasa.
Medan, Agustus 2016 Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRACT ………. i
ABSTRAK……… ii
KATA PENGANTAR………. iii
UCAPAN TERIMA KASIH……… iv
DAFTAR ISI……… vii
DAFTAR TABEL……… x
DAFTAR GAMBAR……….. xii
DAFTAR LAMPIRAN..……… xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……… 1
B. Identifikasi Masalah………... 12
C. Batasan Masalah………. 12
D. Rumusan Masalah……….. 13
E. Tujuan Penelitian………. 13
D. Manfaat Penelitian……….. 14
BAB II KAJIAN TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretik……… 15
1. Hakikat Hasil Belajar Matematika……… 15
a. Defenisi Belajar……….. 15
b. Defenisi Hasil Belajar Matematika………. 18
2. Hakikat Model Pembelajaran……… 20
a. Model Pembelajaran……… 20
b. Model Pembelajaran Problem Posing………. 21
1. Pengertian Pembelajaran Problem Posing……… 21
2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Problem Posing…………. 23
3. Sintakmatik Pembelajaran Problem Posing……….. 26
c. Model Pembelajaran Langsung………... 29
2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Langsung……… 30
3. Sintakmatik Pembelajaran Langsung……… 31
3. Hakikat Kemampuan Berpikir Kreatif……… 32
a. Defenisi Berpikir ……… 32
b. Defenisi Berpikir Kreatif……… 33
c. Kemampuan Berpikir Kreatif………. 35
B. Penelitian Yang Relevan………. 38
C. Kerangka Berpikir Penelitian……….. 39
D. Pengajuan Hipotesis ………... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan waktu Penelitian……….. 49
B. Populasi dan sampel Penelitian……….. 49
1. Populasi Penelitian……… 49
2. Sampel Penelitian………. 50
C. Variabel Dan Defenisi Operasional……… 51
D. Metode dan Desain Rancangan Penelitian………. 52
E. Prosedur dan Pelaksanaa Penelitian……… 53
F. Pengontrolan Perilaku………. 57
1. Validitas Internal……….. 57
2. Validitas Eksternal……… 58
G. Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian……… 59
1. Teknik Pengumpulan data………. 59
2. Instrumen Penelitian……….. 59
H. Uji Coba Instrumen………. 64
1. Uji Coba Instrumen Tes Hasil belajar………... 64
a. Indeks Kesukaran……….. 64
b. Daya Pembeda……… 66
c. Uji Reliabilitas……… 67
d. Uji Validitas………... 69
2. Uji Coba Non Tes Kemampuan Berpikir Kreatif………. 74
a. Uji Validitas……… 74
b. Uji Reliabilitas……… 78
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data………. 82
B. Uji Normalitas………. 94
C. Uji Homogenitas………. 98
D. Pengujian Hipotesis………. 101
1. Hipotesis pertama ………... 102
2. Hipotesis kedua……… 103
3. Hipotesis ketiga……….. 104
E. Pembahasan Hasil Penelitian……….. 109
F. Keterbatasan Penelitian……….. 119
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan………. 120
B. Implikasi………. 120
C. Saran……….. 124
DAFTAR TABEL
Halaman
1.Tabel 2.1 Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing……… 28
2. Tabel 2.2 Fase Model Pembelajaran Langsung………. 31
3. Tabel 2.3 Perbedaan Model Pembelajaran Problem Posing dengan Model Pembelajaran Langsung……….. 44
4. Tabel 3.1 Distribusi siswa kelas IV SD Swasta Chandra Kusuma………… 50
5. Tabel 3.2 Desain factorial 2 x 2 ………. 53
6. Tabel 3.3 Kisi-kisi angket kemampuan berpikir kreatif ……… 60
7. Tabel 3.4 Kisi-kisi tes hasil belajar Matematika ……….. 63
8. Tabel 3.5 Interpretasi Tingkat Kesukaran ………. 65
9. Tabel 3.6 Kisi-kisi instrumen tes hasil belajar Matematika……….. 71
10.Tabel 3.7 Rangkuman hasil uji coba tes hasil belajar Matematika ………. 72
11.Tabel 3.8 Kisi-kisi instrumen angket kemampuan berpikir kreatif……….. 76
12.Tabel 3.9 Validitas angket kemampuan berpikir kreatif……….. 78
13.Tabel 4.1 Deskripsi data hasil belajar Matematika yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Posing ……….. 82
14. Tabel 4.2 Deskripsi data hasil belajar Matematika yang dibelajarkan dengan Model pembelajaran Langsung ……… 84
15. Tabel 4.3 Deskripsi data hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan Berpikir kreatif tinggi ……… 85
16. Tabel 4.4 Deskripsi data hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan Berpikir kreatif rendah ……….. 87
18. Tabel 4.6 Deskripsi data hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan Berpikir kreatif rendah yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
Problem Posing ………. 90
19. Tabel 4.7 Deskripsi data hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan Berpikir kreatif tinggi yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Langsung ……….. 91
20. Tabel 4.8 Deskripsi data hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan berpikir kreatif rendah yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Langsung ………. 93
21. Tabel 4.9 Analisis uji normalitas hasil belajar Matematika ………. 94
22. Tabel 4.10 Rangkuman analisis uji homogenitas kelompok sampel siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Posing dan model pembelajaran Langsung ……… 99
23. Tabel 4.11 Rangkuman analisis uji homogenitas kelompok sampel siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi dan kemampuan berpikir kreatif rendah ………. 99
24. Tabel 4.12 Rangkuman analisis uji homogenitas interaksi model pembelajaran dan kemampuan berpikir kreatif ………... 100
25. Tabel 4.13 Ringkasan hasil perhitungan analisis deskriptif ……….. 101
26.Tabel 4.14 Rangkuman analisis factorial 2 x 2 ……….. 102
DAFTAR GAMBAR
Hal 1. Gambar 2.1 Keunggulan model pembelajaran Problem Posing ……… 42 2. Gambar 4.1 Histogram hasil belajar Matematika siswa yang dibelajarkan dengan
Model Pembelajaran Problem Posing ... 82 3. Gambar 4.2 Histogram hasil belajar Matematika siswa yang dibelajarkan dengan
Model Pembelajaran Langsung……. ... 84 4. Gambar 4.3 Histogram hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan
berpikir Kreatif Tinggi………. 86 5. Gambar 4.4 Histogram hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan
berpikir Kreatif Rendah……… 87
6. Gambar 4.5 Histogram hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan berpikir Kreatif tinggi yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
Problem Posing……… 89
7. Gambar 4.6 Histogram hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan berpikir Kreatif rendah yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Posing……….. 90 8. Gambar 4.7 Histogram hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan
berpikir Kreatif tinggi yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Langsung………. 92 9. Gambar 4.8 Histogram hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan
berpikir Kreatif rendah yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Langsung………. 93 10.Gambar 4.9 Interaksi model pembelajaran dan kemampuan berpikir kreatif
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lampiran 1 :Silabus……… 129-130 2. Lampiran 2 :RPP Model Pembelajaran Problem Posing……… 131-147 3. Lampiran 3 : RPP Model Pembelajaran Langsung……… 148-169 4. Lampiran 4 : Instrumen Tes Hasil Belajar dan Angket………. 170-183 5. Lampiran 5 : Uji coba Instrumen Tes dan Non Tes………….. 184-200 6. Lampiran 6 : Tabel Validitas dan Reliabilitas ……….. 201-205 7. Lampiran 7 : Perhitungan Distribusi Frekuensi………. 206-229 8. Lampiran 8 : Tabel Uji Normalitas……… 230-238 9.Lampiran 9 : Tabel Uji Homogenitas……… 239-241 10. Lampiran10: Perhitungan Uji Hipotesis……… 242-245 11. Lampiran 11: Perhitungan Uji Scheffe……….. 246-249 12. Lampiran 12 :SPSS……… 250-251 13. Lampiran 13:Dokumentasi……… 252-260 14. Lampiran Surat pengantar melakukan penelitian dari PPs Unimed 15. Lampiran Surat izin penelitian di Sekolah SD Swasta Chandra Kusuma
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi pendidikan memandang proses belajar sebagai suatu peristiwa
internal. Dikatakan sebagai peristiwa internal karena proses belajar terjadi di
dalam diri siswa. Itu sebabnya jika seorang guru atau pendidik hanya
memberitahukan pengetahuan dan bukan mengajarkan maka peserta didik hanya
seperti sebuah botol kosong yang bersikap pasif dan bukannya aktif. Belajar
bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada
seorang peserta didik. Peserta didik tidak akan pernah belajar jika ia tidak
melewati sebuah proses yang melibatkan dirinya sendiri. Karena belajar
membutuhkan keterlibatan mental dan juga tindakan peserta didik tersebut.
Sebuah ungkapan bijak mengatakan “Teachers can tell students what they need to
know very fast. But they will forget what you tell them even faster.“ Artinya adalah
“ Guru dapat memberi tahu peserta didik tentang apa yang perlu mereka ketahui
dengan sangat cepat. Tetapi bahkan mereka akan lebih cepat melupakan apa yang
guru beritahukan kepada mereka.”
Pernyataan di atas tepat sekali, penjelasan dan peragaan yang diberikan
guru yang demikian tidak akan menuju ke arah belajar yang sebenarnya dan tahan
lama. Hanya cara belajar aktif saja yang mampu mengubah hal tersebut.
Keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran adalah hal yang sangat penting.
Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran sesungguhnya tidak
2
kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas pendidiknya (guru ). Anis Baswedan
selaku Menteri Pendidikan dan kebudayaan menyatakan bahwa "Peningkatan
kualitas pendidikan tidak tergantung pada kurikulum, melainkan tergantung pada
kualitas guru. Karena itu peningkatan kualitas guru perlu terus dilakukan.
Guru-guru sebagai pendidik harus terus dididik menjadi Guru-guru yang bisa memberikan
inspirasi bagi siwa. Dengan demikian siswa bisa menyelesaikan pendidikan
dengan kualitas mumpuni disertai dengan karakter yang baik," (dikutip dari
Harian Suara Pembaharuan, 23 Maret 2015 ).
Guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Jika
pembelajaran tidak dipersiapkan sama sekali maka dapat dipastikan hasil belajar
tidak akan berkualitas. Masalah pembelajaran ini sesungguhnya sangat kompleks,
karena meliputi semua unsur atau komponen yang terkait pada semua lapisan
kegiatan. Kegiatan pembelajaran meliputi tujuan pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran, dan tentunya penilaian terhadap pembelajaran
tersebut. Pembelajaran tentunya adalah sebuah proses aktif peserta didik dan
bukan didominasi oleh peran guru. Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran
merupakan indikator bahwa peserta didik benar-benar mengalami pembelajaran
tersebut.
Ada beragam model pembelajaran yang dapat dipakai guru di dalam kelas.
Guru hanya perlu menyesuaikan dengan materi pelajaran yang akan dipelajari
serta mempertimbangkan kesesuaian model tersebut terhadap tingkat pemahaman
peserta didik. Terutama jika pembelajaran tersebut dilakukan pada peserta didik
3
Mengenal karakteristik peserta didik merupakan hal yang esensial bagi
seorang guru. Guru tidak bisa menyamaratakan kondisi siswa, tanpa melihat dan
mengenali karakteristik yang mereka miliki. Karakteristik ini merupakan kekuatan
mereka, dan gurulah yang diharapkan berperan sebagai fasilitator untuk
membantu peserta didik untuk melihat hal tersebut. Salah satu karakteristik siswa
adalah kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan berpikir kreatif bagi setiap siswa
berbeda-beda. Kemampuan ini pun dapat dikembangkan atau ditingkatkan
kualitasnya.
Sangat penting untuk memahami kebutuhan peserta didik sekolah dasar.
Secara psikologis, anak usia sekolah dasar (6 – 12 tahun) cenderung menyukai
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan yang melibatkan audio, visual dan
kinestetik. Itu artinya mereka tidak hanya cukup mendengar tetapi mereka harus
melihat dan bahkan melakukan kegiatan. Seorang psikolog pembelajaran
berkebangsaan Amerika Serikat yang lahir tahun 1915 bernama Jerome Bruner
mengungkapkan dalam bukunya “Toward the theory of Instruction” bahwa
ada tiga tahapan supaya anak dapat belajar dengan baik. Ketiga tahapan itu
adalah: (1) konkrit/enactive, (2) semi konkrit/econic, dan (3)
abstrak/symbolic. Jika pembelajaran pada peserta didik sekolah dasar
berlangsung seperti itu Bruner menjamin bahwa peserta didik akan mampu
mengembangkan pengetahuannya jauh melebihi apa yang pernah mereka terima
dari gurunya (Raharjo :2008:5)
Sekolah dasar sebagai salah satu jenjang pendidikan dasar, dalam
proses pembelajarannya harus lebih diarahkan pada pengembangan
4
sebagai dasar untuk jenjang pendidikan selanjutnya dan bekal untuk hidup di
era global. Pada dasarnya sejak kanak-kanak manusia sudah memiliki
kecenderungan dan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Sebagai makhluk
rasional dan pemberi makna, manusia selalu terdorong untuk memikirkan
hal-hal yang ada di sekelilingnya. Kecenderungan manusia memberi arti pada
berbagai hal dan kejadian di sekitarnya merupakan indikasi dari kemampuan
berpikirnya. Kecenderungan ini dapat ditemukan pada seorang anak kecil
yang memandang berbagai benda di sekitarnya dengan penuh rasa ingin tahu
dan menguji coba segala sesuatu yang memancing rasa ingin tahunya lalu
menarik kesimpulan dari hal-hal yang ditemuinya. Kurangnya memberikan
keterampilan berpikir kreatif dalam proses pembelajaran dapat mengarahkan
siswa pada kebiasaan melakukan berbagai kegiatan tanpa mengetahui tujuan
dan mengapa mereka melakukannya. Sementara yang terjadi dibanyak sekolah
selama ini lebih menekankan kepada belajar informasi dan isi/materi dari
pada kemampuan berpikir dan pemahaman konsepnya. Padahal di dalam
kehidupan di era global yang penuh dengan tantangan dan perubahan yang
serba cepat terjadi sekarang ini, peserta didik membutuhkan kemampuan
mengembangkan konsep berpikir kreatif. Hal inilah yang seharusnya
dimasukkan ke dalam kurikulum karena pada dasarnya kebutuhan terhadap
pengembangan kemampuan berpikir ditandai oleh pertumbuhan yang
mengacu pada berpikir kreatif dan inovatif.
Pernyataan di atas sejalan dengan Permen 22 Tahun 2006 (Standar Isi)
yang menyatakan bahwa mata pelajaran matematika diberikan kepada semua
5
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Oleh karena
itu sangat diperlukan peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang
merupakan salah satu prioritas dalam pembelajaran matematika di sekolah.
Proses pembelajaran yang masih banyak menganut cara konvensional,
yang menuntut atau mengharuskan peserta didik hanya “menelan” apa yang
disampaikan guru. Memang sulit mengharapkan peserta didik mampu
mengajukan pikirannya sendiri. Apalagi yang unik. Mereka cenderung tampil
sebagai individu yang melakukan hal-hal yang biasa dilakukan. Itulah yang
terjadi pada proses pembelajaran kita saat ini.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tidak mudah bagi guru
matematika mengubah paradigma tersebut dan melakukannya dalam
pembelajaran. Masih banyak ditemukan pembelajaran Matematika dilakukan
secara konvensional berupa penyampaian konsep, memberi contoh, dan
memberi latihan yang semuanya mengacu pada buku teks tertentu yang tetap
menjadikan peserta didik pasif dalam pembelajaran. Guru mengalami kesulitan
untuk menggali potensi siswa disebabkan peserta didik sudah terbiasa dengan
pembelajaran yang bersifat menerima dari guru dan pasif. Permasalahan tersebut
merupakan salah satu masalah belajar yang dihadapi oleh peserta didik di SD
Chandra Kusuma, Deli Serdang. Dari beberapa kali observasi yang peneliti
lakukan terhadap siswa dan guru di sekolah dasar swasta Chandra Kusuma Deli
Serdang, siswa telah terbiasa dengan metode pembelajaran ceramah, memberi
contoh dan mengerjakan latihan demi latihan. Dan guru pun terbiasa dengan
metode tersebut dan menganggap bahwa pembelajaran Matematika akan berhasil
6
teknik yang tentunya tidak salah untuk diterapkan dalam pembelajaran. Namun
kondisi siswa dan karakteristik siswa sangat perlu dipelajari untuk mengetahui
permasalahan dan kesulitan mereka dalam menerima pembelajaran. Terutama
untuk memecahkan soal cerita Matematika yang membutuhkan pemahaman dan
penalaran.
Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan (pada bulan
November-Desember 2015) terhadap beberapa guru kelas (secara khusus guru
kelas IV) diperoleh bahwa kecenderungan siswa kurang bergairah, tidak serius,
dan merasa tidak mampu mengerjakan tugas atau latihan Matematika yang
diberikan oleh guru. Selain itu, dalam mengukur pencapaian tujuan pembelajaran
, setiap akhir program pembelajaran tentunya dilakukan evaluasi. Indikator
keberhasilan tujuan pembelajaran itu adalah kemampuan belajar siswa yang
diwujudkan dalam bentuk Ujian Akhir Semester. Dari 2 tahun terakhir, nilai
rata-rata mata pelajaran Matematika khususnya kelas IV masih di bawah KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan yaitu 70. Permasalahan ini telah
diupayakan untuk diatasi, namun hasilnya masih belum signifikan. Mengingat
pembelajaran Matematika pada tingkat sekolah dasar merupakan salah satu
modal dasar bagi peserta didik untuk memahami materi pada level atau kelas
yang lebih tinggi. Dan karena Matematika merupakan pembelajaran yang erat
kaitannya dengan permasalahan kehidupan sehari-hari. Permasalahan belajar ini
menjadi kian penting untuk diselesaikan.
Rendahnya hasil belajar Matematika ini disebabkan oleh beberapa faktor,
salah satunya yang bisa peneliti temukan di lapangan, terletak pada pengemasan
7
didik diajak untuk secara aktif berproses membangun pengetahuan di dalam
dirinya. Keaktifan peserta didik lebih terlihat hanya dalam mengerjakan soal-soal
latihan. Untuk beberapa peserta didik strategi practice and drill bisa jadi
merupakan cara yang tepat. Namun, bagaimana dengan peserta didik lainnya?
Sebagai seorang pendidik, idealnya guru harus memikirkan model pembelajaran
apa atau strategi pembelajaran apa yang mampu membangun kegairahan peserta
didik dalam belajar sehingga tidak membuat mereka merasa tertekan.
Pembelajaran Matematika harus mampu menjadikan siswa aktif, baik
secara fisik maupun mental. Hal tersebut akan memperkuat rekaman memori
(Long Term Memory) di otak siswa, mempermudah dan mempercepat siswa
memahami sesuatu, meningkatkan keterampilan siswa, serta meningkatkan
sikap positif siswa terhadap mata pelajaran Matematika.
Munculnya berbagai permasalahan dalam setiap proses pembelajaran,
telah mendorong beberapa praktisi pendidikan untuk menciptakan beberapa model
pembelajaran. Dan salah satu model pembelajaran tersebut adalah model
pembelajaran Problem Posing. Pada awalnya model pembelajaran Problem
Posing ini hanya diterapkan pada pelajaran Matematika. Kemudian oleh karena
perkembangan ilmu pengetahuan diterapkan juga pada mata pelajaran lainnya.
Pada prinsipnya, model pembelajaran Problem Posing adalah suatu model
pembelajaran yang mewajibkan para peserta didik untuk mengajukan soal sendiri
untuk belajar soal atau berlatih soal secara mandiri maupun berkelompok. Model
pembelajaran Problem Posing ini memberi kesempatan seluas-luasnya kepada
peserta didik untuk berpikir, bertanya dengan menyampaikan atau mengajukan
8
dibentuk untuk aktif. Orang yang memiliki kemampuan mencipta (berkreasi)
dikatakan memiliki sikap kreatif. Dengan memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk mengajukan soal, itu artinya mereka belajar secara mental, fisik, dan
sosial serta memberikan kesempatan kepada mereka untuk menyelidiki dan juga
membuat jawaban.(Thobroni:2015:282).
Model pembelajaran pengajuan soal ini dapat meningkatkan kemampuan
belajar peserta didik karena pengajuan soal merupakan sarana untuk merangsang
kemampuan tersebut. Dengan membuat soal, peserta didik perlu membaca
informasi yang diberikan dan mengkomunikasikan pertanyaan secara verbal
maupun tertulis. Menulis pertanyaan dari informasi yang ada dapat menyebabkan
ingatan siswa menjadi jauh lebih baik. Kemudian dalam pengajuan soal siswa
diberikan kesempatan menyelidiki dan menganalisis informasi untuk dijadikan
soal. Kegiatan penyelidikan tersebut membuat peserta didik benar-benar belajar,
karena ia diajak untuk memantapkan materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Dalam pembelajaran Matematika, Problem Posing (pengajuan soal)
menempati posisi yang strategis. Karena model pembelajaran Problem Posing ini
akan melatih peserta didik untuk memahami, memperkuat dan memperkaya
konsep-konsep dasar Matematika. (Thobroni :2015:289)
Dalam tulisannya, Edward Silver (1994:19-26) mencatat beberapa hal
penting tentang pembelajaran Problem Posing dalam pembelajaran Matematika (
On Mathematical Problem Posing) yaitu : (1) Problem posing as a feature of
creative activity or exceptional mathematical ability (Problem Posing adalah
ciri dari kegiatan yang kreatif), (2) Problem posing as a feature of inquiry
9
berorientasi pada pembelajaran inkuiri), (3) Problem posing as a prominent
feature of mathematical activity (Problem Posing merupakan ciri dari
pembelajaran Maematika yang efektif),(4) Problem posing as a means to
improving students' problem solving (Problem Posing sebagai sarana untuk
memperbaiki kemampuan siswa menyelesaikan masalah), (5) Problem posing as a
window into students' mathematical understanding (Problem Posing merupakan
jendela bagi siswa terhadap pemahaman yang lebih baik terhadap Matematika),
(6) Problem posing as a means of improving student disposition toward
mathematics (Problem Posing sebagai sarana untuk mengubah paradigma siswa
terhadap Matematika).
Model pembelajaran Problem Posing ini merupakan model yang dibangun
berdasarkan teori belajar Konstruktivisme. Belajar merupakan proses
menemukan, pembentukan pengetahuan. Siswa aktif melakukan kegiatan, aktif
berpikir, menyusun konsep, menyesuaikan, dan memberi makna tentang hal-hal
yang dipelajari. Siswa dipandang sebagai pribadi yang sudah memiliki
kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan
menjadi dasar mengonstruksi pengetahuan yang baru. Peranan guru adalah
membantu agar proses pengonstruksian belajar oleh siswa berjalan dengan lancar.
Guru membantu siswa membentuk pengetahuannya (Thobroni :2015 : 65).
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, model pembelajaran Problem
Posing ini menjadi menarik untuk dijadikan alternatif pembelajaran di kelas.
Model Pembelajaran Problem Posing dapat membangun suasana yang aktif,
lingkungan belajar yang mendukung, pengembangan kreatifitas siswa sesuai
10
kebermaknaan dalam belajar, merupakan strategi pembelajaran yang layak
dibangun di dalam kelas. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan
seluas-luasnya bagi siswa untuk menciptakan, membuat dan mengajukan soal atau
masalah yang berakar dari pengetahuan dan minat mereka (Silver : 1994:24)
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan dalam penerapan model
pembelajaran Problem Posing dalam pembelajaran Matematika, terdapat beberapa
pengaruh positif yang sangat signifikan bagi peserta didik. Salah satunya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Selim Guvercin dan Viktor Verbovskiy (2014)
terhadap 54 siswa sekolah dasar. Dari penelitian yang mereka lakukan, mereka
menyimpulkan bahwa:
“Problem posing improves not only students but also teachers’ attitudes;
alleviate misunderstanding about the nature of mathematics. Problem posing
activities gives more responsibility to the students who are motivated for the
problems during the mathematics class. Problem posing methods of learning
bring up the students for the future as social an individual that meets the
expectation of modern society”.
Dari pernyataan di atas, sebagai pendidik kita didorong untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, dengan melakukan strategi-strategi
pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa dan yang membantu mereka
untuk menghubungkan pengetahuan dan keterampilan dalam kehidupan nyata
mereka. Pembelajaran Matematika merupakan sarana bagi siswa untuk menjawab
11
Matematika akan melatih mereka memecahkan persoalan, membandingkan,
menganalisa, dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis dan kreatif.
Penelitian yang menggunakan pembelajaran Problem Posing juga
dilakukan oleh Singer (2015:51) bersama dengan rekannya Moscovici, mereka
menyimpulkan bahwa “ The role of problem posing in a constructivist approach
to instruction as that of consolidating and extending what they have learned”.
(peran Problem Posing dalam pembelajaran adalah mengkonsolidasi atau
meneguhkan dan memperluas pemahaman peserta didik tentang materi yang telah
mereka pelajari).
Ketika guru atau pendidik melatih siswanya untuk lebih terampil dalam
menemukan dan menyelesaikan masalah, itu artinya guru/pendidik telah berperan
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Dan siswa yang mau belajar dan
melatih kemampuan berpikir kreatifnya berarti mempersiapkan mereka untuk
menganalisa kemampuan mereka dalam berpikir kreatif. (Meador: 2007:38-39).
Berdasarkan masalah belajar yang telah diuraikan di atas, untuk
meningkatkan mutu pembelajaran Matematika secara khusus siswa Sekolah
Dasar, maka perlu dilakukan suatu penelitian penerapan model pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif berpikir, berdiskusi dan berinovasi. Terutama untuk
menjawab persoalan siswa yang mengalami kendala atau kesulitan dalam
mengikuti pembelajaran Matematika. Peneliti memilih dan tertarik dengan model
pembelajaran Problem Posing. Karena model ini merupakan model pembelajaran
yang berbasis pada siswa sebagai peserta didik. Pada pembelajaran Problem
12
dan menemukan solusinya. Peneliti juga akan menyertakan karakteristik siswa
yaitu kemampuan berpikir kreatif sebagai variabel moderator. Untuk itu adapun
judul penelitian ini adalah “Pengaruh model pembelajaran dan kemampuan
berpikir kreatif terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD Swasta
Chandra Kusuma, Deli Serdang.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka diperoleh identifikasi
masalah sebagai berikut : (1) rendahnya hasil belajar Matematika siswa, (2)
rendahnya kreatifitas guru dalam menerapkan model pembelajaran yang sesuai
dengan perkembangan dan kebutuhan siswa, (3) rendahnya minat siswa dalam
memecahkan soal-soal Matematika, (4) penggunaan media pembelajaran yang
masih terbatas, (5) pembelajaran yang masih cenderung menggunakan latihan
demi latihan saja.
C. Batasan Masalah
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada : (1) model
pembelajaran yang terdiri dari model pembelajaran Problem Posing dan model
pembelajaran Langsung, (2) kemampuan berpikir kreatif siswa, (3) hasil belajar
13
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah serta pembatasan
masalah yang telah dikemukan, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai
berikut :
1. Apakah hasil belajar Matematika siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran Problem Posing lebih tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran Langsung?
2. Apakah hasil belajar Matematika siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kreatif tinggi lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kreatif rendah?
3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan
berpikir kreatif siswa tehadap hasil belajar Matematika?
E. Tujuan Penelitian
Berikut adalah tujuan penelitian ini :
1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Matematika siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran Problem Posing dan model
pembelajaran Langsung
2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Matematika siswa dengan
kemampuan berpikir kreatif tinggi dan kemampuan berpikir kreatif
rendah
3. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dengan
kemampuan berpikir kreatif siswa tehadap hasil belajar Matematika
14
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis dan praktis .
Manfaat secara teoritis adalah :
1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah khasanah
pengetahuan yang berkaitan dengan model pembelajaran dan
hubungannya dengan kemampuan berpikir kreatif peserta didik dan
pengaruhnya terhadap hasil belajar Matematika siswa Sekolah Dasar.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menemukan prinsip-prinsip atau
bahkan menemukan dalil-dalil mengenai penerapan model
pembelajaran bagi peningkatan hasil belajar siswa.
Manfaat secara praktis adalah :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan
dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan hasil belajar siswa
secara khusus siswa Sekolah Dasar dan mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif mereka.
2. Penelitian ini diharapkan dapat mendorong kepedulian dan perhatian
guru terhadap hasil belajar serta menambah wawasan dan keterampilan
guru tentang apa, mengapa, dan bagaimana meningkatkan hasil belajar
120 BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data, uji persyaratan, uji hipotesis dan pembahasan
hasil penelitian, maka peneliti menyimpulkan bahwa:
1. Hasil belajar Matematika siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran
Problem Posing lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar Matematika
siswa yang belajarkan dengan model Pembelajaran Langsung.
2. Hasil belajar Matematika siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif
tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar Matematika siswa yang
memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah.
3. Terdapat interaksi antara model Pembelajaran dengan kemampuan berpikir
kreatif dalam mempengaruhi hasil belajar Matematika siswa. Bagi siswa
dengan kemampuan berpikir kreatif tinggi lebih efektif jika dibelajarkan
dengan model Pembelajaran Problem Posing.
B. Implikasi
Sesuai dengan kesimpulan pertama dari hasil ppenelitian ini yang
menyatakan bahwa hasil belajar Matematika siswa yang dibelajarkan dengan
model Pembelajaran Problem Posing lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang
dibelajarkan dengan model Pembelajaran Langsung. Maka implikasi yang
121
praktis ,hasil temuan ini dapat dijadikan pertimbangan bagi guru-guru mata
pelajaran Matematika khususnya untuk menggunakan model Pembelajaran
Problem Posing dalam pembelajaran Matematika tingkat Sekolah Dasar. Oleh
karena itu hasil penelitian ini dapat disosialisasikan pihak sekolah kepada
guru-guru yang mengajar Matematika khususnya, walaupun tidak tertutup
kemungkinan model ini juga dapat diterapkan pada pembelajaran lainnya.
Dalam kegiatan pembelajaran, Problem Posing dipandang sebagai sebuah
pembelajaran yang memotivasi peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif
serta mampu memperkaya pengalaman-pengalaman belajar mereka.
Pembelajaran ini akan merangsang peserta didik untuk mengajukan soal
sendiri dari materi –materi pelajaran yang telah dipelajari dan juga dari
pengalaman-pengalaman belajar mereka sebelumnya. Ada interaksi sosial
antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Lingkungan belajar seperti
inilah yang sesungguhnya dibutuhkan peserta didik saat ini. Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan peserta didik untuk mengajukan soal sendiri, yang
pertama bisa mengajukan soal sendiri berdasarkan materi yang telah
dipelajari, yang kedua dapat dilakukan dengan mengajukan soal berdasarkan
wacana, gambar, grafik atau situasi yang diberikan oleh guru. Pengajuan soal
juga dapat dilakukan secara individu maupun berkelompok. Secara
berkelompok akan efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial peserta
didik. Masing-masing kelompok mengajukan soal dan meminta kelompok lain
menyelesaikan soal tersebut. Pengajuan soal secara individu dapat dilakukan
dengan meminta peserta didik membuat soal sendiri atau mengajukan soal
122
hanya diminta untuk mengajukan soal tetapi sekaligus menyelesaikan soal
tersebut secara mandiri. Pembelajaran ini akan efektif dan menyenangkan jika
guru menyediakan media seperti gambar, grafik, diagram, cerita dan media
lainnya yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
Model Pembelajaran Problem Posing ini akan sangat efektif jika
diterapkan pada pembelajaran Matematika. Peserta didik yang mengajukan
soal dan menyelesaikan sendiri soal tersebut akan merasa puas dan bangga
dengan hasil karyanya. Merumuskan soal merupakan salah satu pola berpikir
matematis untuk menemukan pengetahuan yang bukan diakibatkan dari
ketidaksengajaan melainkan melalui upaya-upaya mereka menemukan
hubungan-hubungan dari informasi yang mereka pelajari. Semakin luas
informasi yang dimiliki maka semakin mudah pula menemukan
hubungan-hubungan tersebut.
Melalui pembelajaran Problem Posing guru juga dapat melihat sejauhmana
kemampuan berpikir peserta didiknya, dan sejauh mana mereka
mengkonstruksi pengetahuan yang telah diberikan kepada mereka. Kualitas
soal yang semakin baik mengindikasikan pemahaman yang baik terhadap
materi yang telah diberikan oleh guru. (2) Secara teoretis, model
pembelajaran Problem Posing akan menambah atau memperkaya pengetahuan
pendidik (guru pada pendidikan formal maupun non formal) sebagai
pengelolah pembelajaran yang efektif di kelas. Pembelajaran Problem Posing
memberikan beberapa keunggulan dibandingkan dengan model pembelajaran
lain, seperti mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik,
123
sosial dan mengembangkan struktur kognitif peserta didik. Pembelajaran
Problem Posing juga memberikan langkah-langkah pembelajaran yang
praktis, menarik karena melibatkan peserta didik secara aktif dan
memudahkan guru untuk mengaplikasikan model ini pada pembelajaran.
Berdasarkan kesimpulan yang kedua menunjukkan bahwa ada perbedaan
hasil belajar antara siswa dengan kemampuan berpikir kreatif tinggi dengan
siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah. Dengan hasil uji
lanjut Scheeffe ditemukan bahwa perbedaannya sangat signifikan yaitu hasil
belajar dengan kemampuan berpikir kreatif tinggi lebih tinggi dari hasil
belajar siswa dengan kemampuan berpikir kreatif rendah. Dalam hal ini,
implikasi yang dapat diterapkan bagi guru dalam pembelajaran di kelas adalah
agar guru mengupayakan pengamatan terhadap karakteristik peserta didik.
Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu karakteristik tersebut di
antara beberapa karkateristik lainnya.
Berdasarkan kesimpulan yang ketiga yaitu terdapat interaksi antara model
pembelajaran dengan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mempengaruhi
hasil belajar Matematika. Untuk memperoleh hasil belajar yang berkualitas
maka penggunaan model pembelajaran dan mempertimbangkan kemampuan
berpikir kreatif siswa maka guru diharapkan mampu memilih, merancang,
menyusun, dan mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan
124
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka
peneliti memberikan beberapa saran untuk perbaikan dan keefektifan
pembelajaran di kelas, yaitu :
1. Guru sebagai pendidik dan pengelolah pembelajaran di kelas, secara khusus
guru kelas (Sekolah Dasar) dan guru mata pelajaran Matematika, disarankan
agar menggunakan model Pembelajaran Problem Posing sebagai salah satu
model pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar dan juga
keterampilan menyelesaikan soal. Guru sebagai pendidik dan pengelolah
pembelajaran di kelas, disarankan untuk memperhatikan karakteristik siswa
dan mengelompokkan mereka sesuai dengan karakteristik tersebut. Salah
satunya adalah kemampuan berpikir kreatif siswa.
2. Untuk mengatasi keterbatasan dalam penelitian, maka peneliti menyarankan
agar pihak sekolah membuka kesempatan bagi guru-guru untuk belajar dan
mengembangkan potensinya dalam mengajar melalui pendidikan dan pelatihan
yang berkaitan dengan model pembelajaran Problem Posing ini, mengingat
model ini adalah model pembelajaran yang belum pernah diterapkan di kelas
dengan demikian guru dapat meningkatkan kreatifitas dalam mengajar sesuai
dengan tujuan pembelajaran, kondisi dan kepribadian siswa.
3. Peneliti menyarankan agar penelitian ini dapat ditindaklanjuti untuk setiap
jenjang pendidikan tidak terbatas hanya sekolah dasar namun dapat dilakukan
pada sampel yang lebih luas dengan mempertimbangkan
125
penelitian pengaruh model pembelajaran Problem Posing bukan terhadap hasil
belajar siswa namun terhadap peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa.
126
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R, I (2012), Learning to Teach 9th .Ed.Mc Graw Hill Companies, Inc Arikunto, S. (2012) Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta Asrori. (2009) Psikologi Pembelajaran. Bandung : Wacana Prima
Brown, Stephen, I., Walter, Marion, I. (2005) The Art of Problem Posing, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates , Inc. , Publishers
Buzan, Tony. (2002), The Power Of Creative Intelligence, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Cremin, Teresa., Craft,Anna., Clack Jim, CREATIVE LITTLE SCIENTISTS:
Enabling Creativity through Science and Mathematics in Preschool and First Years of Primary Education, Copyright © 2012 by CreativeLittleScientists Consortium
De Bono, Edward. (1990), Mengajar Berpikir, Jakarta : Penerbit Erlangga
De Porter, Bobbi., Hernacki, Mike. (2013), Quantum Learning, Bandung: Penerbit Kaifa
Desmita, (2009), Psikologi Perkembangan Peserta didik, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Djiwandono, Sri, Esti. (2002), Psikologi Perkembangan, Jakarta : PT gramedia widiasarana Indonesia
Driscoll, Marcy, P. (1988), Psychology Of Learning For Instruction, Florida State University
Fisher and William, (2004) Unlocking Creativity Teaching Across Curriculum. David Fulton Publisher
Harahap, Nezlia, Sari. (2015), Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa kelas X SMA Swasta Darussalam Medan, Tesis , PPS Universitas Negeri Medan
127
Karno To. 1996. Mengenal Analisis Tes - Pengantar Program Komputer Anates. Bandung :Fakultas UKIP - UPI
Joyce, B., Weil,M., Calhoun, E. (2009) Models of Teaching. New Jersey : Pearson Gagne, Robert, M. (2005) Principle Of Instructional Design, 5th Edition, United
State Of America : Thomson Wadsworth
Given, K, Barbara.,Bobbi De Porter. (2015) Excellence In Teaching and Learning - The Quantum Learning System. United States Of America : Learning Forum Publication
Munandar, S.C. Utami (1992) Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak
Sekolah. Jakarta : Gramedia Widiasuara Indonesia
Meador, Karen, S. (2007), Creative Thinking and Problem Solving For Young Learners. United State: Teacher Ideas Press
Prawiradilaga, Dewi, Salma. (2012), Wawasan Teknologi Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Raharjo, Marsudi. (2008), Pembelajaran Soal Cerita Berkaitan dengan Penjumlahan dan Pengurangan di SD- Paket Fasilitas Pemberdayaan KKG/MGMP Matematika, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika , Yogyakarta
Rivai, V dan Murni, S. (2012), Education management – Analisis Teori dan Praktek, Jakarta : Raja Grafindo Persada
Rosli, Roslinda dan Carpraro, Mary, Margareth. (2014), The Effect of Problem Posing On Mathematical Learning, International Education Studi es; Vol. 7, No. 13; 2014 ISSN 1913-9020 E-ISSN 1913-9039 Published by Canadian Center of Science and Education
Rusman. (2014), Model-Model Pembelajaran – Mengembangkan Profesionalisme
Guru, edisi kedua, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Silbermen, Mel. (2009), Active Learning-101 Strategi Pembelajaran aktif, Yogyakarta: Yappendis
Silver, Edward, A. (1994), On Mathematical Problem Posing, Canada : FLM Publishing Association
128
Siregar, Henni, Mahera. (2011), Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Quantum Learning dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa kelas X SMA Negeri 1 Madat kabupaten Aceh Timur, Tesis, PPS Universitas Negeri Medan
Schunk, Dale, H. (2012), Learning Theories, edisi keenam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Guvercin, Selim., Verbovskiy, Viktor. (2014), The Effect of Problem Posing Task Used in Mathematics Instructions to Mathematics Academic Achievement and Attitudes toward Mathematics. International Online Journal of Primary
Education, Volume 2, Issue 2, 56-65 (diambil dari
www.iojpe.org/ojs/index.php/IOJPE/article/download/322/398)
Sudjana, Nana. (2014), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Sudjana, (2009), Metoda Statistika, Bandung : Penerbit Tarsito
Sugiyono. (2010), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Penerbit Alfa Beta Thobroni, M. (2015), Belajar dan Pembelajaran-Teori dan Praktek, Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Trianto. (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Uno, Hamzah. (2004), Model Pembelajaran, Gorontalo : Nurul Jannah
Uno, Hamzah. (2014), Variabel Penelitian dalam Pendidikan dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Ina Publikata