• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyarakat dalam Rehabilitasi Mangrove dan Dampaknya Terhadap Pengembangan Agribisnis Berbasis Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Partisipasi Masyarakat dalam Rehabilitasi Mangrove dan Dampaknya Terhadap Pengembangan Agribisnis Berbasis Masyarakat"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM REHABILITASI

MANGROVE DAN DAMPAKNYA TERHADAP

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERBASIS MASYARAKAT

( Studi Kasus Di Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

TESIS

Oleh

HARDI SILAEN

117039006/MAG

PROGRAM MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM REHABILITASI

MANGROVE DAN DAMPAKNYA TERHADAP

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERBASIS MASYARAKAT

( Studi Kasus Di Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh

HARDI SILAEN 117039006/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul : Partisipasi Masyarakat Dalam Rehabilitasi Mangrove dan Dampaknya terhadap Pengembangan Agribisnis Berbasis Masyarakat

Nama : Hardi Silaen

NIM : 117039006

Program Studi : Magister Agribisnis

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, M.S) (

Ketua Anggota

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, M.P)

Ketua Program Studi, Dekan,

(4)

Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Tim Penguji pada Sabtu, 27 Juli 2013

Tim Penguji :

Ketua : Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS

Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, M.P

2. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM REHABILITASI MANGROVE DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERBASIS MASYARAKAT (Studi Kasus di Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Juli 2013 yang membuat pernyataan,

Hardi Silaen

(6)
(7)

ABSTRAK

HARDI SILAEN. Partisipasi Masyarakat dalam Rehabilitasi Mangrove dan Dampaknya terhadap Pengembangan Agribisnis Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai). Program Magister Agrobisnis. Universitas Sumatera Utara, 2013.

Partisipasi masyarakat dalam rehabilitasi mangrove sangat penting karena dapat berdampak bagi kelestarian lingkungan dan pendapatan masyarakat.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, lama bermukim) terhadap partisipasi dan pendapatan masyarakat serta hubungan antara tingkat partisipasi dan pendapatan masyarakat. Faktor-faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan tingkat partisipasi dan pendapatan masyarakat, serta hubungan antara tingkat partisipasi terhadap pendapatan masyarakat dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan Uji Spearman.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa secara umum tingkat partisipasi responden dalam upaya pelestarian hutan mangrove di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 29,23% yang dikategorikan tinggi. Hasil analisis Uji Spearman tentang faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi dan pendapatan dalam agrobisnis mangrove menunjukkan bahwa variable tingkat pendidikan berhubungan secara signifikan dan positif sedangkan variabel umur dan lama bermukim berhubungan secara tidak signifikan dan hubungan antara tingkat partisipasi dan pendapatan menunjukkan hubungan yang signifikan dan positif.

Kata kunci : tingkat partisipasi, pendapatan dan faktor sosial ekonomi masyarakat

(8)

ABSTRACT

HARDI SILAEN, Public Participation in Rehabilitating Mangroves and Its Effect on the Development of Community Based Agribusiness (A Case Study at Sei Nagalawan Village, Perbaunngan Subdistrict, Serdang Bedagai District). Magistrate Program in Agribusiness, University of Sumatera Utara, in 2013.

Public participation in rehabilitating mangroves is very important because of its effect on environmental conservation and people’s income. The objective of the research was to know the correlation between socio-economic factors (age, level of education, and the length of settlement) on public participation and their income and the correlation between the level of participation and people’s income. The socio-economic factors which were correlated with the level of participation and people’s income and the correlation between the level of participation and people’s income would be analyzed descriptively, using Spearman correlation.

The result of the research showed that there was 29.23% of the level of respondents’ participation in mangrove conservation at Sei Nagalawan Village, Perbaungan Subdistrict, Serdang Bedagai District, which was categorized as high. The result of the analysis of Spearman correlation about the factors which were correlated with the level of participation and income in mangrove agribusiness showed that the variable of the level of education had significant correlation, the variables of age and the length of settlement did not have any significant correlation, and there was significant and positive correlation between the level of participation and income.

(9)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

HARD SILAEN, lahir di Desa Petuaran Hulu, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai pada tanggal 28 Pebruari 1970 dari Bapak Sahala Silaen dan Ibu Rasmi boru Manurung. Penulis merupakan anak ke satu dari enam bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1977 masuk Sekolah Dasar Negeri Desa Petuaran Hulu,Kecamatan

Pegajahan,Kabupaten Serdang Bedagai tamat tahun 1983.

2. Tahun1983 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Perbaungan, tamat tahun 1986.

3. Tahun 1986 masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) St. Thomas 2 Medan, tamat tahun 1989.

4. Tahun 1989 masuk kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) Fakultas Kehutanan, tamat tahun 1995.

5. Tahun 2011 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Riwayat pekerjaan yang pernah dialami penulis sebagai berikut :

1. Tahun 1995 – 1996 bekerja di HPH. PT. Gunung Meranti Kalimantan Selatan.

2. Tahun 1996 – 2000 bekerja di HTI. PT. Surya Dumai Agrindo, Surya Dumai Group, Riau.

(10)

4. Tahun 2002 diterima menjadi PNS di Dinas Kehutanan Pemda Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat.

5. Tahun 2007 – 2008 menjadi Kepala Seksi Pengelolaan Hutan di Dinas Kehutanan Kab. Kepulauan Mentawai.

6. Tahun 2008 – sekarang bertugas di Bidang Inventarisasi dan Penatagunaan Hutan dan Lahan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara.

7. Pada bulan Mei 2013 dilantik menjadi Kepala Seksi Penatagunaan Hasil Hutan di Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Tesis ini disusun berdasarkan hasil penelitian penulis dengan judul “Partisipasi Masyarakat Dalam Rehabilitasi Mangrove dan Dampaknya terhadap Pengembangan Agribisnis Berbasis Masyarakat” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pertanian pada Program Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Proses penulisan ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Kelin Tarigan, MS, Ketua Komisi Pembimbing Penulisan Tesis, yang banyak memberikan saran dan masukan dalam perbaikan dan penyempurnaan penulisan ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf M.P., Anggota Komisi Pembimbing Penulisan Tesis, yang banyak memberikan bimbingan dan saran dalam penulisan ini.

3. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM). Sp.A(K) Rektor Universitas Sumatera Utara

(12)

5. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS, Ketua Program Studi Magister Agribisnis sekaligus sebagai Dosen Penguji yang banyak memberikan saran dan masukan dalam perbaikan dan penyempurnaan penulisan ini.

6. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan perbaikan dalam penyempurnaan penulisan ini. 7. Kelompok Konservasi Mangrove “Muara Baimbai” Desa Sei Nagalawan,

Kecamatan Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai.

8. Istri, anak tercinta dan orang tua yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

9. Rekan – rekan Mahasiswa angkatan V serta para staf Program Magister Agribisnis yang telah berpartisipasi aktif dan sumbang saran terhadap penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi bahasa maupun isinya. Oleh karena itu, dengan senang hati akan menerima kritik sehat, saran dan masukan dari semua pihak. Akhir kata penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2013

(13)

DAFTAR ISI

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Partisipasi Masyarakat ... 8

1.1. Partisipasi Masyarakat dalam Melestarikan Lingkungan ... 9

1.2. Prinsip-Prinsip dalam Partisipasi Masyarakat ... 12

1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat ... 12

2. Hutan Mangrove ... 15

2.1. Ekosistem Pantai ... 15

2.2. Defenisi Hutan Mangrove ... 15

2.3. Habitat Mangrove ... 16

2.4. Manfaat Ekosistem Mangrove ... 17

2.5. Kerusakan Hutan Mangrove ... 19

3. Pendapatan Masyarakat ... 21

4. Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat ... 22

4.1. Tingkat Pendidikan ... 22

4.2. Umur ... 23

5. Penelitian Terdahulu ... 23

6. Kerangka Pemikiran ... 26

7. Hipotesis Penelitian ... 29

(14)

2. Metode Penentuan Sampel Penelitian ... 30

3. Metode Pengambilan Data ... 31

4. Model Analisis Data ... 32

5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 35

5.1. Defenisi Operasional ... 35

5.2. Batasan Operasional ... 37

BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1. Karakteristik Geografis Daerah Penelitian ... 38

2. Karakteristik Penduduk di Desa Sei Nagalawan ... 39

2.1. Data Penduduk dan Ketenagakerjaan ... 39

2.2. Data Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 40

2.3. Data Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 40

2.4. Data Penduduk Berdasarkan Umur ... 41

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Kegiatan yang Dilakukan dalam Rehabilitasi Mangrove ... 42

1.1. Intensitas Rehabilitasi Hutan Mangrove ... 42

1.2. Intensitas dalam Melakukan Penanaman Sendiri dari Hutan Mangrove ... 43

1.3. Intensitas Pengawasan dari Hutan Mangrove ... 43

1.4. Intensitas Pertemuan yang Pernah Dilakukan dalam Rehabilitasi Mangrove ... 44

1.5. Jumlah Bibit yang Pernah Ditanam... 45

1.6. Luas Lahan yang Pernah Ditanam ... 46

2. Jenis Kegiatan dalam Partisipasi Responden terhadap Rehabilitasi Mangrove ... 46

3. Jenis Tangkapan dan Agrobisnis dari Hutan Mangrove ... 48

4. Hasil Penelitian... 50

4.1 Umur... 50

4.2. Lama Bermukim ... 51

4.3. Tingkat Pendidikan ... 52

4.4. Tingkat Partisipasi Responden ... 52

4.5. Tingkat Pendapatan ... 55

4.6. Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Umur ... 56

4.7. Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Lama Bermukim ... 57

4.8. Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 58

4.9. Analisis Tingkat Pendapatan Masyarakat Berdasarkan Tingkat Partisipasi... 59

5. Hasil Analisis Uji Spearman ... 60

6. Pembahasan 6.1. Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Pendapatan ... 62

6.2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pendapatan ... 64

6.3. Hubungan Umur dengan Pendapatan ... 65

(15)

6.5. HubunganTingkat Pendidikandengan Tingkat Partisipasi

Masyarakat ... 66 6.6. Hubungan Umur dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat ... 68 6.7. Hubungan Lama Bermukim dengan Tingkat Partisipasi

Masyarakat ... 68

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan... 70 6.2. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(16)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Luas dan Penyebaran Hutan Mangrove di Sumatera Utara Tahun 2011

2 2. Model Tabel dalam Persentase Tingkat Partisipasi 33 3. Keeratan Hubungan pada Masing-Masing Interval Koefisien 34

4. Skala Partisipasi Responden 35

5. Jumlah Penduduk dan Ketenagakerjaan 39

6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan 40

7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan 40

8. Data Penduduk Berdasarkan Umur 41

9. Intensitas Penanaman (kali/tahun) Mangrove 42 10. Intensitas dalam Melakukan Penanaman Sendiri dari Hutan

Mangrove

43 11. Intensitas Pengawasan dari Hutan Mangrove 44 12. Intensitas Pertemuan yang Pernah Dilakukan dalam Rehabilitasi

Mangrove

45 13. Jumlah Bibit (Pohon) yang pernah Ditanam 45

14. Luas Lahan yang Pernah Ditanami 46

15. Jenis Kegiatan dan Jumlah Rata-Rata Partisipasi Responden dalam Rehabilitasi Mangrove

47 16. Hasil Tangkapan Dari Melaut Pada Bulan Maret 2013 49

17. Hasil Agribosnis dari Hutan Mangrove 49

18. Kategori Umur Responden di Desa Sei Nagalawan 50 19. Berdasarkan Lama Bermukim di Desa Sei Nagalawan 51

20. Tingkat Pendidikan di Desa Sei Nagalawan 52

21. Tingkat Partisipasi Responden di Desa Sei Nagalawan 53 22. Kisaran Pendapatan responden di Desa Sei Nagalawan 55 23. Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Umur 56 24. Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Lama

Bermukim

57 25. Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

58 26. Analisis Tingkat Pendapatan Masyarakat Berdasarkan Partisipasi

Masyarakat

59

27. Uji Spearman Antara Karakteritik Sosial Ekonomi dengan Tingkat Pendapatan

60

28. Uji Spearman Antara Karakteritik Sosial Ekonomi dengan Tingkat Partisipasi

61 29. Tingkat Partisipasi dari Tinggi sampai Sangat Tinggi berdasarkan

Tingkat Pendidikan

(17)

GAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1. Skema kerangka pemikiran 28

2. Grafik Rataan Pendapatan Masyarakat Berdasarkat Tingkat Partisipasi

62 3. Grafik Rataan Pendapatan Masyarakat Berdasarkat Tingkat

Pendidikan

64 2. Kegiatan wawancara dengan salah satu responden 72 3. Salah satu responden yang sedang menambatkan perahu 72 4. Hasil tangkapan laut salah satu responden 73 5. Anggota wanita kelompok nelayan sedang memetik daun bakau

untuk diolah menjadi keripik

74 5. Anggota wanita kelompok nelayan sedang mengolah daun bakau

menjadi keripik

74 6. Hasil agroindustri berbahan dasar mangrove/bakau 74 7. Kerusakan tepi pantai akibat abrasi karena belum dilakukan

rehabilitasi mangrove

75 8. Kegiatan konservasi mangrove oleh anggota pria dan wanita

kelompok nelayan “Maimbai”

75 9. Hutan mangrove hasil konservasi & rehabilitasi yang berpotensi

menjadi objek wisata

76

10. Bibit-bibit mangrove 77

11. Salah satu jenis/varietas Mangrove yang daunnya dapat diolah menjadi keripik

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal

1. Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat 78 2. Skoring Pada Butir Pertanyaan Tentang Partisipasi Masyarakat 80 3. Penentuan Tingkat pada Masing-Masing Variabel 83 4. Penentuan Nilai Rentang dan Peringkat pada Masing-Masing

Variabel

84 5. Crosstabb Analisis Antara Variabel Sosial Ekonomi dan Tingkat

Partisipasi dengan SPSS

85 6. Crosstabb Analisis Antara Variabel Partisipasi dan Pendapatan 86

7. Hasil Analisis Korelasi Sprearmann pada Masing-Masing Variabel

87

8. Peta Lokasi Penelitian 88

(19)

ABSTRAK

HARDI SILAEN. Partisipasi Masyarakat dalam Rehabilitasi Mangrove dan Dampaknya terhadap Pengembangan Agribisnis Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai). Program Magister Agrobisnis. Universitas Sumatera Utara, 2013.

Partisipasi masyarakat dalam rehabilitasi mangrove sangat penting karena dapat berdampak bagi kelestarian lingkungan dan pendapatan masyarakat.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, lama bermukim) terhadap partisipasi dan pendapatan masyarakat serta hubungan antara tingkat partisipasi dan pendapatan masyarakat. Faktor-faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan tingkat partisipasi dan pendapatan masyarakat, serta hubungan antara tingkat partisipasi terhadap pendapatan masyarakat dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan Uji Spearman.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa secara umum tingkat partisipasi responden dalam upaya pelestarian hutan mangrove di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 29,23% yang dikategorikan tinggi. Hasil analisis Uji Spearman tentang faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi dan pendapatan dalam agrobisnis mangrove menunjukkan bahwa variable tingkat pendidikan berhubungan secara signifikan dan positif sedangkan variabel umur dan lama bermukim berhubungan secara tidak signifikan dan hubungan antara tingkat partisipasi dan pendapatan menunjukkan hubungan yang signifikan dan positif.

Kata kunci : tingkat partisipasi, pendapatan dan faktor sosial ekonomi masyarakat

(20)

ABSTRACT

HARDI SILAEN, Public Participation in Rehabilitating Mangroves and Its Effect on the Development of Community Based Agribusiness (A Case Study at Sei Nagalawan Village, Perbaunngan Subdistrict, Serdang Bedagai District). Magistrate Program in Agribusiness, University of Sumatera Utara, in 2013.

Public participation in rehabilitating mangroves is very important because of its effect on environmental conservation and people’s income. The objective of the research was to know the correlation between socio-economic factors (age, level of education, and the length of settlement) on public participation and their income and the correlation between the level of participation and people’s income. The socio-economic factors which were correlated with the level of participation and people’s income and the correlation between the level of participation and people’s income would be analyzed descriptively, using Spearman correlation.

The result of the research showed that there was 29.23% of the level of respondents’ participation in mangrove conservation at Sei Nagalawan Village, Perbaungan Subdistrict, Serdang Bedagai District, which was categorized as high. The result of the analysis of Spearman correlation about the factors which were correlated with the level of participation and income in mangrove agribusiness showed that the variable of the level of education had significant correlation, the variables of age and the length of settlement did not have any significant correlation, and there was significant and positive correlation between the level of participation and income.

(21)

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Hutan mangrove disebut juga dengan coastal woodland atau hutan bakau atau rawa garaman. Hutan mangrove merupakan suatu tempat yang bergerak akibat adanya pembentukan tanah lumpur dan daratan secara terus menerus oleh tumbuhan sehingga secara perlahan-lahan berubah menjadi semidaratan. Selain itu, hutan mangrove disebut juga suatu kelompok jenis tumbuhan berkayu yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropika dan subtropika yang terlindungi dan memiliki semacam bentuk lahan pantai dengan tipe tanah aerob (Arief, 2003).

Keberadaan vegetasi dan fauna yang terdapat di hutan mangrove merupakan potensi yang dapat dikembangkan dalam pemenuhan kebutuhan sosial, ekonomi dan lingkungan. Potensi yang diperoleh dari ekosistem hutan tersebut berupa hasil hutan kayu, nonkayu, jasa dan lingkungan. Manfaat hutan mangrove dapat dibedakan menjadi manfaat langsung dan tidak langsung. Manfaat langsung dalam bentuk pemenuhan kebutuhan manusia akan suatu produksi dan layanan sedangkan tidak langsung adalah seperti sumber plasma nutfah, ilmu pengetahuan, pendidikan, hidrologis dan iklim (Kustanti, 2011).

(22)

masing-masing memiliki proporsi 6% dari luasan mangrove total global (Kustanti, 2011).

Menurut buku Review Potensi Mangrove Sumatera Utara Tahun 2011 oleh Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah II, Medanbahwa luas dan penyebaran hutan mangrove di Sumatera Utara sebesar 185.354.75 hektar yang terdiri atas kawasan hutan dengan kondisi rusak berat sebesar 59,584.90 hektar, kawasan hutan dengan kondisi rusak sebesar 96,797.79 hektar, dan kawasan hutan dengan kondisi tidak rusak sebesar 28,972.07 hektar. Penyebaran hutan mangrove di Serdang Bedagai sebesar 12.995.25 hektar yang terdiri atas kawasan hutan dengan kondisi rusak berat sebesar 7.962.99 hektar, kawasan hutan dengan kondisi rusak sebesar 4.524.05 hektar, dan kawasan hutan dengan kondisi tidak rusak sebesar 508.22 hektar. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel.1.

Tabel 1. Luas dan Penyebaran Hutan Mangrove di Sumatera Utara Tahun 2011

NO

Wilayah/ Propinsi/ Kabupaten/Kota

Kondisi Fisik Luas Kawasan

Mangrove (Ha)

1. Asahan 940.17 7.506.74 2.624.64 11.071.55 2. Batubara 6,553.64 12.561.10 517.29 19,632.04 3. Labuhan Batu 7.181.19 8.383.39 4.099.15 19.663.73 4. Labuhan Batu Utara 11.834.46 10.129.05 2.817.40 24.780.90

5. Nias Utara 0.00 92.63 284.37 377.00

6. Nias Selatan 512.53 16.383.11 372.76 17.268.42 7. Deli Serdang 6.300.91 8.170.84 3.326.83 17.798.58

8. Serdang Bedagai 7.962.99 4.524.05 508.22 12.995.25

9. Langkat 13.526.90 23.564.93 13.559.11 50.650.93 10. Mandailing Natal 620.84 2.261.94 455.49 3.338.28 11. Tapanuli Tengah 3.889.61 2.664.94 376.71 6.931.23 12. Tapanuli Selatan 186.97 479.39 29.64 696.00 13. Kota Medan 0.00 1.503.43 463.89 1.967.32

14. Tanjung Balai 74.69 2.22 0.00 76.91

15. Gunung Sitoli 0.00 73.48 0.46 73.94

Total 59,584.90 96,797.79 28,972.07 185,354.75

(23)

Berdasarkan data BP DAS (2006) dalam Anonim (2009) bahwa di Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan yang memiliki hutan mangrove sekitar 219.24 ha telah mengalami penurunan kualitas dengan kondisi 90,64 rusak berat, 128.6 ha rusak sedang sebagai akibat dari bertambah pesatnya jumlah penduduk pada wilayah tersebut dengan berbagai aktifitasnya. Keberadaan hutan mangrove di wilayah tersebut yang dulunya dimanfaatkan masyarakat sekitar sebagai tempat pencarian ikan, udang dan kepiting serta sebagai penghasil kayu bagi kebutuhan masyarakat yang ada disekitarnya. Pohon-pohon mangrove yang ada hanyalah sisa-sisa yang tidak dapat dimanfaatkan lagi, dan nelayan pun terpaksa harus pergi jauh ke laut untuk dapat menangkap ikan, udang dan kepiting serta mengambil kayu bakar ke tempat lain untuk memenuhi kebutuhan.

(24)

Penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan terdapat di dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan pasal 42 ayat (2) yaitu :

“Penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan diutamakan pelaksanaannya melalui pendekatan partisipatif dalam rangka mengembangkan potensi dan memberdayakan masyarakat”.

Dengan keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove, masyarakat akan merasa lebih memiliki dan bertanggungjawab dalam memelihara sumber daya hutan dan lahan.Kegiatan rehabilitasi hutan mangrove yang dilaksanakan adalah penanaman, pemeliharaan dan pengawasan dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan.

Strategi pelestarian yang melibatkan masyarakat lokal dipandang lebih efektif dibandingkan dengan pelestarian satu arah yang hanya melibatkan pemerintah. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya fungsi pelestarian dalam suatu kawasan, akan dapat memelihara fungsi keseimbangan ekosistem dan fungsi ekonomi kawasan tersebut bagi masyarakat setempat,sehingga dengan adanya keseimbangan ekosistem lingkungan tersebut diharapkan tercapai optimalisasi dan keberlanjutan pengelolaan wilayah tersebut (Erwiantoro, 2006).

(25)

Kegiatan penanaman mangrove telah dilaksanakan di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan sejak tahun 1994, tahun 2004 dan tahun 2009 dengan jumlah bibit keseluruhan 23.000 bibit bakau. Kegiatan penanaman yang dilanjutkan dengan pemeliharaan tanaman tersebut dilakukan karena di satu sisi dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan mangrove yang diperoleh dari hasil agrobisnis mangrove seperti produksi ikan, produksi makanan dan minuman berbahan mangrove sedangkandi sisi lain dapat mengembalikan fungsi serta produktifitas sumber daya hutan mangrove yang diharapkan dapat mengurangi laju perusakan kawasan hutan mangrove akibat konversi penggunaan lain.

Untuk melihat seberapa jauh hubungan partisipasi masyarakat terhadap keberhasilan rehabilitasi hutan mangrove dan dampaknya terhadap pengembangan agrobisnis mangrove di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan maka perlu dikaji mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi mangrove. Faktor-faktor tersebut dilihat berdasarkan, tingkat pendidikan, umur, dan lama bermukim.

Beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat, dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah Pendapatan dan pengalaman berkelompok, sedangkan faktor eksternal adalah hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran dapat mempengaruhi partisipasi (Pangestu, 1995).

(26)

kegiatan rehabilitasi mangrove dan mengetahui seberapa besar dampak agrobisnis mangrove dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan kenyataan, situasi dan kondisi habitat hutan mangrove di Desa Nagalawan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai tersebut maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat yang berada di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai dalam upaya pelestaraian hutan mangrove?

2. Bagaimana hubungan antara karakteristik masyarakat (umur, lama bermukim dan tingkat pendidikan) terhadap tingkat partisipasi masyarakat di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai ?

3. Bagaimana hubungan antara tingkat partisipasi masyarakat dengan pendapatan melalui pengelolaan mangrove dalam pengembangan agrobisnis berbasis masyarakat di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai ?

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :

(27)

2. Untuk menganalisis hubungan antara karakteristik masyarakat (umur, lama bermukim dan tingkat pendidikan) terhadap tingkat partisipasi masyarakat di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. 3. Untuk menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi dengan pendapatan

masyarakat melalui pengelolaan mangrove dalam pengembangan agrobisnis berbasis masyarakatdi Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.

4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diaharapkan mampu memberikan manfaat antara lain sebagai berikut :

1. Sebagai instrument untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan partispasi masyarakat dalam rehabilitasi mangrove.

2. Sebagai salah satu bahan masukan atau bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan khususnya pemerintah daerah dalam memecahkan masalah mengenai pengelolaan rehabilitasi mangrove.

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Partisipasi Masyarakat

Pengertian masyarakat seringkali didefenisikan berbeda-beda sesuai kepentingan dan sudut pandang yang berbeda-beda serta seringkali dihubungkan dengan profesi atau lingkup yang terbatas, misalnya lingkup masyarakat akademik, masyarakat nelayan, masyarakat ekonomi lemah dan sebagainya. Bahkan ada juga orang yang memberikan pengertian masyarakat berdasarkan usia (anak-anak, remaja dan orang tua), jenis kelamin (wanita dan pria), letak geografis (desa, kota, pantai, dan gunung), dan sebagainya.

Partisipasi menjadi salah satu karakteristik dari penyelenggaraan pemerintah yang baik. Secara etimologi, partisipasi berasal dari bahasa Inggris “participation” yangberarti mengambil bagian/keikutsertaan. Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia dijelaskan “partisipasi” diartikan sebagai hal turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan, peran serta.

(29)

Secara umum pengertian dari partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah keperansertaan semua anggota atau wakil-wakil masyarakat untuk ikut membuat keputusan dalam proses perencanaan dan pengelolaan pembangunan termasuk di dalamnya memutuskan tentang rencana-rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, manfaat yang akan diperoleh, serta bagaimana melaksanakan dan mengevaluasi hasil pelaksanaannya (Purnamasari, 2008).

1.1.Partisipasi Masyarakat dalam Melestarikan Lingkungan

Agar mampumelaksanakan program pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu dibutuhkan partisipasi masyarakat yang tinggi dan setepat mungkin. Masyarakat yang hidup di sepanjang pantai dan telah memanfaatkan sumberdaya secara tradisional dapat terpengaruh oleh peraturan dan prosedur baru. Oleh karena itu, masayarakat harus diikutsertakan dalam pembentukan kebijaksanaan dan aturan terhadap pemanfaatan sumberdaya, jika aturan tersebut dibuat untuk mendukung kemajuan bagi masyarakat (Erwiantoro, 2006).

Maksud dari partisipasi masyarakat dalam menunjang kelestarian lingkungan secara umum yaitu keterlibatan masyarakat dalam memberikan perhatian dan dukungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam menjaga habitat asli.Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang lingkungan hidup menyatakan sebagai berikut:

1. Bahwa lingkungan hidup Indonesia sebagai karunia dan rahmat Tuhan Yang maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan ruang bagi kehidupan dalam segala aspek sesuai dengan Wawasan Nusantara;

(30)

dan untuk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila, perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan; 3. Bahwa dipandang perlu melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup untuk

melestarikan dan mengembangkan kemampuan lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang guna menunjang terlaksananya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup;

4. Bahwa penyelenggaraan pengelolaan lingkungan hidup harus didasarkan pada norma hukum dengan memperhatikan tingkat kesadaran masyarakat dan perkembangan lingkungan global serta perangkat hukum internasional yang berkaitan dengan lingkungan hidup.

Pengembangan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup pada pasal 7 ayat (1) Undang-undang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) berbunyi Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Pasal 7 ayat (2) UUPLH menyatakan: pelaksanaan ketentuan pada ayat (1) di atas, dilakukan dengan cara:

1. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan; 2. Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat;

3. Menumbuhkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial;

4. Memberikan saran pendapat;

(31)

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Pengelolaan lingkungan hidup bertujuan :

1. Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup sebagai tujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya;

2. Terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana;

3. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai pembina lingkungan hidup;

4. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang;

5. Terlindungnya negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Pengelolaan Lingkungan Hidup dari masyarakat maupun pengelolaan yang dilakukan oleh pelaku usaha sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 pasal 5 dan juga saling berkaitan dengan apa yang ada dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 pasal 7. Menyadari hal tersebut maka pengelolaan bahan berbahaya dan beracun beserta limbahnya perlu pengelolaan yang baik.

(32)

1.2. Prinsip-Prinsip dalam Partisipasi Masyarakat

Beberapa prinsip yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan program peranserta masyarakat, antara lain sebagai berikut :

1. Upaya peningkatan peranserta masyarakat harus melibatkan dan mencakup seluruh komponen masyarakat, dan tidak hanya individu atau komponen masyarakat tertentu.

2. Masyarakat akan berpartisipasi manakala mereka merasa bagian dari masyarakat tersebut, dan mereka merasa bahwa keterlibatan mereka diperlukan, oleh karena itu prinsip kebersamaan dan saling menghargai perlu ditumbuh kembangkan.

3. Partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh keyakinan mereka bahwa manfaat yang diperoleh seimbang dengan biaya atau jerih payah yang dikeluarkan, oleh karena itu efektifitas dan efisiensi program perlu mendapat perhatian.

Untuk mendukung keberhasilan upaya pemberdayaan (partisipasi) masyarakat, program yang akan dilaksanakan harus disesuaikan dengan prioritas dan kemampuan masyarakat. Wujud peran serta atau partisipasi secara aktif dari masyarakat secara langsung maupun tidak langsung akan membawa keuntungan antara lain dapat mencerminkan pemahaman masyarakat akan program yang dijalankan, partipasi/peran serta dapat menumbuhkan saling pengertian antara golongan dalam pelapisan (stratifikasi sosial) dan dapat mengembangkan keterampilan (Supriyanto, 2004).

1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

(33)

individu dalam berprilaku sangat ditentukan oleh faktor fisiologis seperti keadaan dan kemampuan fisik serta mental seseorang, faktor psikologis seperti persepsi, sikap, kepribadian, intelegensi, motivasi, faktor lingkungan seperti keluarga, kebudayaan, label yang melekat pada diri seseorang seperti status sosial, harga diri, tingkat pendidikan, dan lain sebagainya (Prayitno, 2008).

Pengelolaan sumberdaya alam harus memperhatikan; (1) Keutuhan fungsi ekosistem, yaitu keterkaitan keanekaragaman, keselarasan, dan keberlanjutan dan ekosistem, (2) Memperhatikan dampak pembangunan terhadap lingkungan dengan menerapkan sistem analisis mengenai dampakIingkungan, sehingga dampak negatif dapat dikendalikan dan dampak positif dapat dikembangkan, (3) Kepentingan generasi masa depan bahkan diusahakan tercapainya transgenerational equity, sehingga kualitas dan kuantitas sumberdaya alam dijaga keutuhannya untuk generasi akan datang (4) Wawasanjangka panjang, karena perubahan lingkungan berlangsung penciutan sumberdaya alam tidak masuk pasar. Perhitungan penciutan ini dilakukan secara eksplisit. Komponen lingkungan yang tidak dapat dipasarkan seperti nilai sumberdaya hayati yang utuh di hutan, bebas polusi, bebas kebisingan, dan hal-hal lain yang meningkatkan kualitas lingkungan, sehingga proses ekonomi secara integral memperhitungkan kualitas lingkungan (Parawansa, 2007).

(34)

lebih tinggi sehingga masyarakat akan mampu mengeluarkan ide-ide yang kreatif (Soediamto, 2003).

Dalam suatu kehidupan masyarakat pasti ada yang mau bepartisipasi dan ada yang tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan rahabilitasi hutan mangrove. Menurut Supriyanto (2004) hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu :

1. Masyarakat tidak diikutsertakan sejak penyusunan perencanaan.

2. Masyarakat kurang diberi kesempatan, peluang dan pengahargaan terhadappartisipasi yang layak diberikan.

3. Peran atau pelaku partisipi dicurigai akan mengambil keuntungan pada kegiatan pembangunan.

4. Tingkat penghidupan dan kehidupan masyarakat yang terbatas, sehingga tidak mampu meberikan hasil yang diharapkan dalam pelaksanaan pemangunan. 5. Tata nilai dan adat budaya masyarakat yang masih perlu untuk dibenahi.

(35)

2. Hutan Mangrove

2.1. Ekosistem Pantai

Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut, seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin. Sedangkan kearah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh prosesalami yang terjadi di darat, seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan manusia di darat, seperti penggundulan hutan dan pencemaran.

Defenisi wilayah pesisir memberikan suatu pengertian bahwa ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat yang beragam, didarat maupun dilaut, serta saling berinteraksi antara habitat tersebut. Selain mempunyai potensi yang besar, wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia. Umumnya kegiatan pembangunan secara langsung maupun tidak langsung berdampak merugikan terhadap ekosistem pesisir.

2.2. Defenisi Hutan Mangrove

(36)

mangrove sebagai vegetasi yang tumbuh di lingkungan estuaria pantai yang dapat ditemui di garis pantai tropika dan subtropika yang bisa memiliki fungsi-fungsi sosial ekonomi dan lingkungan.

Menurut Nybakken (1992), hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakanuntuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi olehbeberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyaikemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Hutan mangrove meliputi pohon-pohondan semak yang tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhanberbunga : Avicennie, Sonneratia, Rhyzophora, Bruguiera, Ceriops,Xylocarpus,Lummitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis,

Snaeda, dan Conocarpus.

Batasan umum pengertian hutan mangrove adalah hutan terutamatumbuh pada tanah aluvial didaerah pantai dan sekitar muara sungai yangdipengaruhi pasang surut air laut, dan dicirikan oleh jenis-jenis pohon :Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Aegiceras,Scyphyphora dan Nypa. Maka ekosistem (hutan) mangrove, beserta faunadan habitat yang khas (Soerianegara, 1993).

2.3. Habitat Mangrove

(37)

Menurut Dahnuri (2003) ada 3 parameter lingkungan utama yang menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan mangrove, yaitu :

1. Suplai Air Tawar dan Salinitas

Ketersediaan air tawar dan konsentrasi kadar garam mengendalikan efisiensi metabolisme vegetasi hutan mangrove.

2. Pasokan Nutrien

Pasokan nutrient bagi ekosistem mangrove ditentukan oleh berbagai proses yang saling terkait, meliput i dari ion-ion mineral organic, bahan organic dan pendaur ulangan nutrient secara internal melalui jaringen makanan yang berbasis detritus.

3. Stabilitas Substrat

Kestabilan substrat, rasio antara erosi dan perubahan letak sedimen diatur oleh pergerakan angin, sirkulasi pasang surut, partikel tersuspensi, dan kecepatan aliran air tawar.

Menurut Bengen (1999), berdasarkan tempat tumbuhnya, kawasan mangrove di Indonesia dibedakan beberapa zonasi sebagai berikut : (1) daerah yang terluar/dekat laut dengan substrat agak berpasir ditumbuhi Avicennia spp, jenis ini berasosiasi dengan Soneratia spp. (2) lebih kearah darat didominasi oleh Rhizophora spp. (3) zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera spp. (4) zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah ditumbuhi oleh Nyfa fructicans dan beberapa species palem lainnya.

2.4. Manfaat Ekosistem Mangrove

(38)

langsung. Manfaat langsung dikategorikan sebagai manfaat yang secara langsung dapat dirasakan kegunaannya dan nilainya dapat dikuantifikasikan dalam pemenuhan kebutuhan manusia akan suatu produksi dan atau jasa pelayanan. Sedangkan manfaat tidak langsung seringkali sulit dirasakan dan dikuantifikasikan, walaupun manfaat itu sesungguhnya mempunyai nilai strategi yang sangat menentukan dalam menunjang kehidupan manusia, seperti dalam kaitannya sebagai sumber plasma nutfah, ilmu pengetahuan, pendidikan, hidrologis, iklim dan lain sebagainya. Manfaat yang dapat dirasakan manusia berupa berbagai produk dan jasa, yang pemanfaatan beraneka macam aneka produk dan jasa tersebut telah memberikan tambahan pendapatan, dan bahkan merupakan penghasilan utama dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

Peranan penting dan ekosistem mangrove dalam menunjang kehidupan biota laut sudah diyakini secara luas. Tetapi, sebenarnya habitat utama dan ekosistem mengrove yang penting dan langsung menunjang kehidupan biota laut adalah saluran-saluran air yang merupakan bagian integral dan ekosistem mangrove tersebut. Dalam hal ini nampaknya vegetasi mangrove lebih berperan sebagai penyedia nutrisi melalui serasahnya bagi produktivitas primer saluransaluran air tersebut (Parawansa, 2007).

(39)

menyediakan produk hasil hutan dan produksi perikanan mangrove. Hasil hutan yang langsung dimanfaatkan sebagai bahan untuk bangunan, bahan untuk pembuat arang, dan sebagai pembuatan obat tradisional (Wartaputra, 1990).

Sumberdaya hutan mangrove, selain dikenal memiliki potensi ekonomi sebagai penyedia sumberdaya kayu juga sebagai tempat pemijahan (spawning ground), daerah asuhan (nursery ground), dan juga sebagai daerah untuk mencari makan (feeding ground) bagi ikan dan biota laut bagi ikan dan biota laut lainnya (Suzana, dkk., 2011).

Hasil-hasil dari hutan mangrove dapat dijadikan sebagai bahan makanan

seperti wajik pedada, jus pedada, permen pedada, dodol pedada, sabun cair pedada, sirup pedada, kerupuk jeruju, sirup pedada dan lain-lain. Buah

mangrove jenis Lindur (B.Gymorhiza) menghandung energi dan karbohidrat yang

cukup tinggi bahkan melampaui berbagai jenis sumber karbohidrat yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat seperi beras, jagung, singlong dan sagu

(Aris, dkk, 2010).

2.5. Kerusakan Hutan Mangrove

(40)

Gangguan hutan mangrove yang terjadi pada umunya adalah perombakan hutan, penebangan liar dan pelanggaran pelaksanaan pengusahaan hutan dan sedimentasi. Penebangan liar mengakibatkan tegakan menjadi berkurang atau lahan menjadi terbuka dan akan membawa perubahan terhadap penyinara, suhu, kelembababn da perubahan terhadap lingkungan lainnya. Pelanggaran terhadap dalam pelaksanaan pengusahaan hutan terjadi terhadap ketentuan jalur hijau, pohon inti dan penanaman serta pemeliharaan tanaman yang belum dilaksanakan (Soeroyo, 1992).

Berbagai akibat karena kerusakan/hilangnya hutan mangrove ini telah disadari oleh pemerintah sehingga telah dilakukan usaha-usaha untuk melindungi keberadaan hutan mangrove melalui peraturan-peraturan, seperti Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya merupakan suatu kekuatan dalam pelaksanaan konservasi kawasan hutan mangrove ( Arief, 2003). Di dalam undang-undang tersebut terdapat tiga aspek yang sangat penting, yaitu :

1. Perlindungan terhadap sistem penyangga kehidupan dengan menjamin terpeliharanya proses ekologi bagi kelangsungan hidup biota dan keberadaan ekosistemnya.

2. Pengawetan sumber plasma nutfah, yaitu menjamin terpeliharanya sumber genetik dan ekosistemnya, yang sesuai bagi kepentingan kehidupan umat manusia.

(41)

3. Pendapatan Masyarakat

Menurut Hicks (1993) dalam Damarjati(2010), pendapatan adalah jumlah yang dapat dibelanjakan seseorang atau rumah tangga dalam jangka waktu tertentu, sementara nilai kekayaannya tetap utuh. Dalam melakukan pengukuran, nilai konsumsi ditambah perubahan nilai kekayaan harus sama dengan jumlah pendapatan, keuntungan dari penjualan aktiva, nilai tunjangan tambahan dan produksi untuk konsumsi keluarga dan sewa yang diperoleh. Namun, dalam praktek, hal ini sulit diterapkan, karenadalam pengukuran perubahan kekayaan terdapat penilaian kembali persediaan modal. Salah satu alternatif dalam mengukur Pendapatan adalah melalui pengeluaran konsumsi. Konsumsi merupakan faktor yang relevan dalam penilaian kesejahteraan. Damarjati(2010)

Raharja dan Manurung (2000) membagi sumber pendapatan rumah tangga sebagai pendapatan menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Pendapatan dari gaji dan upah yang merupakan balas jasa sebagai tenaga kerja. Besar gaji/upah dipengaruhi produktivitas, diantaranya tingkat keahlian (skill), kualitas modal manusia (human capital), dan kondisi kerja (working condition).

b. Pendapatan dari aset produktif, berupa pemasukan balas jasa penggunaan, diantaranya aset finansial (deposito, modal dan saham), dan aset bukanfinansial (rumah, tanah dan bangunan).

(42)

4. Faktor-Faktor Sosial-Ekonomi Masyarakat

4.1. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi petani dalam kecepatan dan ketepatan pengambilan keputusan yang menyangkut usaha taninya. Seseorang yang pendidikannya lebih tinggi biasanya lebih dinamis, cepat dan tepat dalam pengambilan keputusan dari setiap alternatif usahanya dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah (Saihani, 2011)

Pendidikan adalah meningkatkan pengetahuan dan kepribadian seseorang. Orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi juga bermanfaat karena baik dengan sengaja maupun tidak sengaja menyebarluaskan pengetahuannya sewaktu mereka bergaul dalam masyarakat. Orang yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi juga lebih mudah memahami sikap orang lain sehingga lebih menciptakan kerukunan di dalam kehidupan bermasyarakat.

Pendidikan ada yang bersifat formal dan tidak formal. Pendidikan formal dilakukan melalui proses yang teratur, sistematis dan dilakukan oleh lembaga yang khusus didirikan untuk itu. Pendidikan tidak formal diperoleh lewat pengalaman dan belajar sendiri. Semestinya tingkat pendidikan formal yang lebih tinggi memberi peluang bagi seseorang untuk memperoleh tingkat pendapatan yang lebih tinggi (Tarigan, 2006)

(43)

Pendapatan yang lebih tinggi. Pada kasus lain tidak terlihat perbedaan nyata antara tingkat pendidikan dengan tingkat pandapatan. Sedangkan hasil penelitian Saihani (2011) menyatakan bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang tidak berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan yang diperolehnya.

4.2. Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang besar pengaruhnya terhadap cara berfikir dan bertindak seseorang, khususnya dalam hal pengambilan keputusan. Umur juga berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam mengelola usahanya dan dalam hal penerapan pengembangan skala usaha dan subsistem menjadi komersil serta dalam hal penerapan teknologi baru. Seseorang yang berumur muda dengan keadaan fisik yang kuat biasanya lebih cepat dan lebih dinamis dalam menerima inovasi dan teknologi baru dibandingkan dengan seseorang yang sudah berusia lanjut (Saihani, 2011)

Hasil penelitian Saihani (2011) korelasi antara umur dengan pendapatan menunjukkan korelasi yang sangat lemah. Hal ini menunjukkan bahwa umur seseorang bukan faktor yang begitu dominan dalam perolehan pendapatan. Baik itu yang muda maupun yang tua dapat memperoleh pendapatan yang tinggi sesuai dengan seberapa besar usaha yang dilakukannya.

(44)

5. Penelitian Terdahulu

Faktor-faktor yang berhubungan nyata atau signifikan dari tingkat partisipasi warga Kampung Rawajati dalam pengelolaan lingkungannya dalam penelitian yang dilakukan oleh Aprianto (2008) yaitu pengalaman berkelompok, lama tinggal, metode kegiatan dan pelayanan kegiatan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi warga lebih ditentukan oleh bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungan mereka, baik sosial maupun alam di sekitar tempat tinggal. Sedangkan faktor-faktor yang berhubungan nyata atau signifikan dari tingkat partisipasi warga Kampung Rawajati dalam pengelolaan lingkungannya yaitu pengalaman berkelompok, lama tinggal, metode kegiatan dan pelayanan kegiatan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi warga lebih ditentukan oleh bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungan mereka, baik sosial maupu n alam di sekitar tempat tingga l.

(45)

masyarakat paling dominan pada kedua kelurahan adalah kepemimpinan, ketersediaan sumber daya manusia yang memadai, dan kapasitas organisasi kemasyarakatan.

Berdasarkan hasil penelitian Hutapea (2009) tentang partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove di daerah Paluh Sibaji, Kecamatan Pantai Labu yang menyimpulkan bahwa variabel umur tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan tingkat partisipasi seseorang.

Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Erwiantoro (2006) tentang kajian tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove di kawasan teluk Pangpang-Banyuwangi bahwa tingkat partisipasi masyarakat yang cukup tinggi pada pelaksanaan dan menikmati hasil dimungkinkan oleh sebagian kegiatan pemerintah yang sebagian besar menekankan pada kegiatan penanaman mangrove dan hanya sebagian kecil kegiatan yang memberdayakan masyarakat untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan.

Selanjutnya, pada penelitian yang dilakukan oleh Parawansa (2007) tentang pengembangan kebijakan pembangunan daerah Dalam Pengelolaan Hutan Mangrove di Teluk Jakarta secara Berkelanjutan Kesejahteraan bahwa kehidupan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi ditingkatkan melalui peningkatan pendapatan masyarakat, pendidikan dan kesehatan masyarakat, dan peningkatan investasi, sedangkan kelestarian ekosistem dilakukan melalui rehabilitasi kawasan secara partisipatif.

(46)

menyimpulkan bahwa menunjukkan partisipasi masyarakat dalam fenomena prakarsa berada pada tingkatan placation. Fenomena pembiayaan berada pada tingkatan consultation sedangkan pengambilan keputusan dan mobilisasi tenaga berada pada tingkatan delegated power. Untuk Fenomena penyelesaian masalah beradapada tingkatan partnership. Rekomendasi yang dirumuskan terkait dengan upayapeningkatan partisipasi dalam pengelolaan lingkungan pada fenomena prakarsa,pembiayaan, pengambilan keputusan, mobilisasi tenaga dan penyelesaianmasalah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Darto, dkk (2012) tentang partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan Kawasan Hutan Mangrove Tungerjo (KHMT) di Kota Semarang menyimpulkan bahwa dengan tingkat pendidikan yang cukup baik dan terbentuknya persepsi masyarakat yang positif terhadap Kawasan Hutan Mangrove Tungerjo (KHMT) telah memberikan pengaruh terhadap partisipasi masyarakat, yang ditunjukkan dengan tingginya keinginan masyarakat untuk menjaga, melestarikan, dan mengharapkan adanya upaya perlindungan dan perbaikan Kawasan Hutan Mangrove Tungerjo (KHMT). Bentuk partisipasi masyarakat adalah sukarela, yaitu dengan kegiatan rutin mereka, seperti melakukan perbaikan tambak.

6. Kerangka Pemikiran

(47)

pembangunan yang sedang dihadapi dan secara sukarela mau berkorban bagi kelancaran pelaksanaan pembangunan. Variabel peran serta masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti instruksi pemerintah, insentif, kepemimpinan yang kuat, kesepakatan warga tentang kebutuhan yang mendesak, kekuatiran untuk dikucilkan, manfaat yang langsung diperoleh, tokoh formal dan informal, sistem nilai masyarakat, tingkat pendidikan, faktor sosial ekonomi dan politik. Faktor-faktor yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah faktor umur,pendidikan, lama bermukim dan Pendapatan. Faktor-faktor ini di duga dapat berpengaruh dan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarkat dalam rehabilitasi mangrove.

Rehabilitasi hutan mangrove merupakan suatu upaya memperbaiki dan mengembalikan fungsi serta produktifitas hutan mangrove yang mengalami degradasi kepada kondisi yang dianggap baik dan mampu mengemban fungsi ekologis dan ekonomis melalui kegiatan penanaman, pemeliharaan dan pengawasan yang melibatkan peran serta baik masyarakat, LSM, swasta dan pemerintah.

Rehabilitasi hutan mangrove di Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan dilaksanakan di dalam kawasan hutan sejak tahun 1994 yang diwujudkan melalui kegiatan penanaman sendiri, pemeliharaan, pengawasan, pertemuan dan pembibitan.

(48)

mendiskripsikan partisipasi masyarakatpada rehabilitasi mangrove dilakukan berdasarkan pengumpulan informasi-informasi dari berbagai sumber seperti Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai, Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah II Medan,Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) dan hasil kuisoner tentang kegiatan rehabilitasi mangrove yang telah berlangsung di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai sehingga skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Kegiatan dalam Rehabilitasi Mangrove :

1.Penanaman

2.Pemeliharaan sendiri 3.Pengawasan

4.Pertemuan-pertemuan 5.Pembibitan

Karakteristik Masyarakat 1, Umur (tahun)

2. Lama bermukim (tahun) 3. Tingkat pendidikan

Rehabilitasi Hutan Mangrove

Partisipasi Masyarakat

Kegiatan Agribisnis

(49)

7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik masyarakat (umur, lama bermukim dan tingkat pendidikan) terhadap tingkat partisipasi masyarakat di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat partisipasi dengan pendapatan masyarakat di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.

(50)

III. METODE PENELITIAN

1. Metode Penetuan Daerah Penelitian

Lokasi penelitian yang telah dilakukan berada di desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), karena Desa Sei Nagalawan memiliki kawasan hutan mangrove, dan pernah terdapat kegiatan penanaman bibit mangrove secara swadaya oleh masyarakat dan pemerintah sertamudah dijangkau.

2. Metode Penentuan Sampel Penelitian

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive sampling (sampel bertujuan). Menurut Soekartawi (1995), Purposive sampling dapat diartikan pengambilan sampel berdasarkan kesengajaan. Dalam Purposive sampling, maka pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri atau sifat tertentu yang dipandang mempunyai hubungan yang erat dengan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Metode ini digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu penelitian.

(51)

3. Metode Pengambilan Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki indikasi ada atau tidaknya partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Data ini diperoleh dari hasil kuisioner dan wawancara langsung terhadap sampel penelitian serta data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai, Badan Pusat Statistik, dan instansi terkait lainnya. Adapun data-data yang diperlukan adalah:

• Aspek karakteristik individu sampel ; umur, lama bermukim, tingkat Pendapatan, dan tingkat pendidikan.

• Aspek partisipasi masyarakat yang meliputi; aktivitas mengikuti penyuluhan, penanaman, pengawasan, dan pemeliharaan baik atas kehendak sendiri maupun oleh pemerintah dalam pelestarian hutan mangrove.

• Luas dan penyebaran hutan mangrove di Sumatera Utara dan Kabupaten Serdang Bedagai.

• Jumlah penduduk Kecamatan Perbaungan, dan Desa Sei Nagalawan Tahun 2013.

a. Data Primer

(52)

daftar pertanyaan (kuisioner) yang sudah disiapkan kepada pihak-pihak yang dikualifikasi sebagai sampel (responden) untuk mengetahui berbagai informasi tentang hutan mangrove dan partisipasi masyarakat.

Kuesioner tersebut meliputi pemahaman akan partisipasi dalam upaya pelestarian hutan mangrove, yaitu kegiatan atau aktivitas dalam mengikuti kegiatan penanaman, pemeliharaan, penyuluhan dan manfaat yang akan diperoleh dari hutan mangrove.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dinas/instansi terkait maupun dari pustaka lainnya yang relevan dengan penelitian ini. Pengumpulan data sekunder diperoleh dengan cara mengutip dari buku, data dari dinas/instansi terkait yang berhubungan dengan hutan mangrove dan data-data lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder berupa luasan dan kondisi kawasan hutan mangrove, peta desa dan monografi (jumlah penduduk berdasarkan ketenagakerjaan, pekerjaan/profesi, pendidikan, etnis atau suku dan umur).

4. Motode Analisis Data

(53)

bahwa untuk membuat distribusi frekuensi dengan kelas yang sama dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Menentukan rentang (nilai maksimum-nilai minimum) 2. Menentukan banyak interval kelas

3. Menentukan panjang interval kelas dengan rumus :

�= �������

�����������

Adapun model Tabel dalam tingkat partisipasi adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Model Tabel Persentase Tingkat Partisipasi

Tingkat

Partisipasi Rentang (%) Jumlah Presentase (%)

Sangat Tinggi X1 n1 n1/N

Tinggi X2 n2 n2/N

Sedang X3 n3 n3/N

Rendah X4 n4 n4/N

Sangat Rendah X5 n5 n5/N

Jumlah Jumlah Sampel (N)

Untuk menganalisis faktor umur, lama bermukim, dan tingkat pendidikan berhubungan terhadap tingkat partisipasi dalam pengembangan agribisnis mangrove di lokasi penelitian yang diukur berdasarkan Pendapatan dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Menurut literatur Sulaiman (2002) dinyatakan bahwa korelasi Spearman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji hipotesis assosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data antar variabel tidak harus sama. Dasar dari penggunaan korelasi ini adalah rangking.

Ƥ� = 1−6∑ �

2

(54)

dimana :

Ƥ (�ℎ�) = Koefiisien korelasi Spearman

D = Perbedaan skor antar dua variabel n = Jumlah Kelompok

Untuk mengetahui ada hubungan atau tidak maka nilai Ƥdihitung dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut :

1. Menentukan Hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan antara variabel yang diuji H1 : Ada hubungan antara variabel yang diuji 2. Kriteria Pengujian

H0 : Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima H1 : Jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Tingkat hubungan antar variabel mulai dari interval koefisien dibagi menjadi empat yaitu tingkat hubungan sangat lemah, cukup, kuat dan sangat kuat, besarnya interval koefisien korelasi dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut :

Tabel 3. Keeratan Hubungan pada Masing-Masing Interval Koefisien

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,25 Sangat Lemah

>0,25-0,40 Cukup

>0,5-0,75 Kuat

>0,75 Sangat Kuat

Sumber : Sarwono (2006)

(55)

dengan menggunakan skala ordinal Suparanto (1997), dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini :

Tabel 4. Skala Partisipasi Responden

Tingkat Partisipasi Responden

Pilihan Jawaban Terhadap Pertanyaan Skor

A 5

B 4

C 3

D 2

E 1

5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

5.1. Defenisi Operasional

1. Penerimaan agribisnis adalah total nilai produksi yang berasal dari pengolahan mangrove dan hasil tangkapan laut dari kegiatan konservasi yang kemudian dijual di pasar dalam satuan rupiah. Pengolahan hutan mangrove tersebut merupakan bagian dari konservasi mangrove di daerah penelitian.

2. Pendapatan adalah jumlah uang dapat dihasilkan oleh seorang responden yang berasal dari hasil usaha dan atau hasil agrobisnis mangrove.

(56)

4. Umur adalah usia sampel yang melakukan kegiatan konservasi pada saat penelitian dilakukan dalam satuan tahun.

5. Lama bermukim yaitu masa yang telah dihabiskan oleh setiap sampel untuk menempati atau bermukim di daerah penelitian.

6. Tingkat pendidikan adalah masa pendidikan formal yang dilalui oleh setiap sampel, dalam skala ordinal yaitu:

4 : Tidak sekolah

3: Tamat Sekolah Dasar (SD)

2: Tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederajat 1: Tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat

7. Jenis kegiatan rehabilitasi mangrove yaitu kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk melakukan perbaikan pada ekosistem mangrove yaitu intensitas penanaman, pemeliharaan sendiri oleh masyarakat, pengawasan, pertemuan-pertemuan, jumlah bibit dan luas lahan yang pernah ditanam.

8. Jenis tangkapan adalah hasil melaut yang dapat diperoleh oleh warga yaitu udang, ikan, kepiting, dan sotong.

9. Hasil agribisnis hutan mangrove adalah hasil tangkapan masyarakat yang telah diolah menjadi keripik, antara lain keripik teri, ikan dan jeruju.

10. Intensitas penanaman adalah frekuensi penanaman mangrove yang pernah dilakukan oleh masyarakat di daerah penelitian.

(57)

12. Pelaksanaan pengawasan adalah upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk menjaga, memelihara, dan mencegah terjadinya kerusakan wilayah hutan mangrove di daerah penelitian.

13. Jumlah bibit yang ditanam adalah banyaknya bibit mangrove yang pernah ditanam oleh masyarakat di daerah penelitian.

14. Jumlah pendapatan perhari adalah besarnya jumlah rata-rata pendapatan setiap responden selama selama bulan maret.

5.2. Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.

2. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2013.

3. Sampel masyarakat adalah seluruh nelayan anggota “Kelompok Konservasi Hutan Mangrove Muara Maimbai” di daerah penelitian yang ikut berpartisipasi melakukan kegiatan konservasi mangrove di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.

(58)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. Karakteristik Geografis Daerah Penelitian

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan kabupaten yang baru terbentuk hasil pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang sebagai induknya. Daerah yang memiliki wilayah pesisir dengan panjang pantai kurang dari 1900.22 km2, Serdang Bedagai juga memiliki 5 Kecamatan pesisir yakni Kecamatan Pantai Cermin, Perbaungan, Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin dan Bandar Khalifah. Desa Sei Nagalawan yang terdapat di Kecamatan Perbaungan merupakan salah satu desa pesisir, yang berdasarkan sejarahnya sekitar dekade tahun 70-an kawasan desa pesisir ini dikenal dengan Sungai Nipah Pante.

Sei Nagalawan menyimpan sumber daya alam berbasisi pesisir dan laut , hal ini dapat dilihat dengan keberadaan pantainya yang tidak hanya mampu menghidupi masyarakat disekitar wilayah Sei Nagalawan saja, akan tetapi termasuk masyarakat di desa tetangga seperti Lubuk Bayas, Lubuk Rotan, Naga Kisar, dan lain sebagainya.

(59)

2. Karakteristik Penduduk di Desa Sei Nagalawan

Secara umum jumlah penduduk di Desa Sei Nagalawan adalah sebesar 3100 orang. Di desa ini penduduk mayoritas berada pada usia produktif yaitu pada usia 17-59 tahun, jumlah angkatan kerja di desa ini berjumlah 1.113 orang dengan jumlah pengangguran sebanyak 223 orang. Di tempat ini mayoritas penduduk mennggantungkan hidupnya pada usahatani dan nelayan. Dilihat dari segi pendidikan bahwa ada 991 orang yang sedang menjalani pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (SD). Untuk melihat lebih jauh mengenai karakteristik penduduk di Desa Sei Negalawan dapat dilihat pada Tabel berikut :

2.1. Data Penduduk dan Ketenagakerjaan

Karakteristik penduduk di Desa Sei Nagalawan berdasarkan ketenagakerjaan dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5. Jumlah Penduduk dan Ketenagakerjaan

Dusun

Jumlah Pengangguran Berdasarkan

Pendidikan

Sumber: Dinas Kependudukan Kabupaten Serdang Bedagai (2013)

(60)

2.2. Data Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Karakteristik penduduk di Desa Sei Nagalawan berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel. 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Dusun PNS Polri/TNI Karyawan Jasa Tani Nelayan Buruh Wiraswasta

1 5 - 53 4 189 10 53 114

II - - 37 3 228 12 50 47

III - - 35 2 176 215 5 51

Jumlah 5 - 125 9 593 237 108 212

Sumber: Dinas Kependudukan Kabupaten Serdang Bedagai (2013)

Berdasarkan Tabel 6,dapat diketahui jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan jenis pekerjaan yang terbanyak di Desa Sei Nagalawan adalah tani yaitu sebanyak 593, sedangkan terbanyak kedua adalah sebagai nelayan yaitu sebesar 237 orang.

2.3. Data Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Karakteristik penduduk di Desa Sei Nagalawan berdasarkan tingkat tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut :

Tabel 7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Dusun Tingkat Pendidikan

TK SD SMP SMA D3 S1

1 5 340 213 97 5 4

II 5 468 154 170 2 3

III 30 183 161 85 - 1

Jumlah 40 991 528 352 7 8

(61)

Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan yang tertinggi di Desa Sei Nagalawan adalah SD yaitu sebanyak 991, sedangkan terbanyak kedua adalah SMP yaitu sebesar 528 orang. Sedangkan yang sedang menjalani pendidikan S1 ada 8 orang yang merupakan jumlah penduduk dengan tingkat pendidikan tertinggi dan dengan jumlah penduduk yang terendah.

2.4. Data Penduduk Berdasarkan Umur

Karakteristik penduduk di Desa Sei Nagalawan berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel. 8. Data Penduduk Berdasarkan Umur

Dusun 0-5 (thn) 6-12 (thn) 13-16

(thn)

17-59

(thn) >60 (thn) Jumlah

1 91 143 207 497 36 36

II 175 281 277 374 98 98

III 67 135 311 330 78 78

Jumlah 333 559 795 1201 212 3100

Sumber: Dinas Kependudukan Kabupaten Serdang Bedagai (2013)

(62)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kegiatan yang Dilakukan dalam Rehabilitasi Mangrove

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh responden dalam rehabilitasi mangrove, antara lain kegiatan penanaman, pemeliharaan, pengawasan, pertemuan, penanaman bibit dan luas lahan yang pernah ditanami mangrove dengan penjelasan sebagai berikut :

1.1. Intensitas Penanaman Mangrove

Intensitas penanaman mangrove menggambarkan tingkat keseringan responden di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai dalam melakukan penanaman mangrove selama satu tahun yang diperoleh dari analisis data hasil penelitian. Intensitas penanaman mangrove dalam merehabilitasi mangrove disajikan pada Tabel 9 sebagai berikut :

Tabel 9. Intensitas Penanaman (Kali/Tahun) Mangrove

No. Intensitas Penanaman Jumlah Responden (org) Responden (%)

1. ≥ 10 Kali 33 50,76

2. 7-9 Kali - -

3. 4-6 Kali 9 13,85

4. 1-3 kali 23 35,85

5. Tidak Pernah - -

Total 65 100

Sumber : Lampiran 3 dan 8

(63)

1.2. Intensitas dalam Melakukan Penanaman Sendiri dari Hutan Mangrove

Intensitas pemeliharaan mangrove menggambarkan tingkat keseringan responden di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai dalam melakukan pemeliharaan mangrove selama satu tahun yang diperoleh dari analisis data hasil penelitian. Intensitas pemeliharaan mangrove dalam rehabilitasi mangrove disajikan pada Tabel 10 sebagai berikut :

Tabel 10. Intensitas dalam Melakukan Penanaman dari Hutan Mangrove

No. Penanaman Sendiri Jumlah Responden Responden (%)

1. ≥ 4 kali 6 9,23

2. 3 kali 10 15,38

3. 2 kali 46 58,97

4. 1 kali 3 6,82

5. Tidak pernah - -

Total 65 100

Sumber : Lampiran 3 dan 8

Berdasarkan pada Tabel 10, diketahui intensitas pemeliharaan tanaman mangrove yang dilakukan oleh masyarakat responden dalam rehabilitasi mangrove di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai yang paling sering adalah lebih dari 2 kali penanaman yaitu sebanyak 58,97% dan dari 65 sampel masyarakat yang diuji ternyata seluruhnya menyatakan pernah melakukan pemeliharaan tanaman mangrove.

1.3. Intensitas Pengawasan Hutan Mangrove

Gambar

Gambar  1.  Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 3. Keeratan Hubungan pada Masing-Masing Interval Koefisien
Tabel 7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel. 8. Data Penduduk Berdasarkan Umur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah perkembangan, fungsi, dan bentuk penyajian musik Tanjidor di Kecamatan Pemangkat yang dipaparkan oleh

Oleh karena itu, penelitian ini diarahkan pada penggalian miskonsepsi siswa SD tentang perubahan wujud benda menggunakan teknik wawancara dalam bahasa ibu dengan topik peristiwa

Budidaya polikultur mencakup beberapa tahapan persiapan tambak, perawatan dan pemeliharaan, ketiga hal ini sangat penting dilakukan untuk mendapatkan hasil yang baik pada

Sehingga, dari penjabaran Pasal 64 ayat (3) Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dapat diketahui bahwa tindakan penjualan organ tubuh bertentangan

Tujuan dari penilitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi bumi dan alam semesta dengan model pembelajaran Make a Match pada siswa kelas V

Dari tiga cadangan dalam memorandum Perikatan berkaitan agama Negara itu, hanya 2 perkara sahaja yang telah diterima dan dipersetujui untuk dimasukkan dalam Perlembagaan

Dari hasil penelitian dan wawancara terhadap responden didapatkan informasi bahwa jumlah ganti rugi yang diterima oleh petani termasuk dalam kategori rendah, hal

Uji toksisitas yang dilakukan dengan metoda Brine Shrimps Lethality Test (BSLT) menggunakan larva Artemia salina Leach terhadap ekstrak total n-heksana, metanol,