PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA
MATERI BUMI DAN ALAM SEMESTA
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH
PADA SISWA KELAS V MI TARBIYATUL ULUM
KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2017/ 2018
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Laili Maulida Ali
115-14-003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
PERSETUJUAN PEMBIMBING Dr. Budiyono Saputro, M.Pd.
Dosen IAIN Salatiga
Persetujuan Pembimbing
Lamp : 4 eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Saudara : Laili Maulida Ali
Kepada:
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamua’alaikum. Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini,
kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : Laili Maulida Ali
NIM : 115-14-003
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Judul : PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BUMI DAN
ALAM SEMESTA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V MI TARBIYATUL ULUM KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018
dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera di
munaqosahkan. Semikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Salatiga, 14 Mei 2018 Dosen Pembimbing
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGAFAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jalan Lingkar Salatiga KM.2 Telepon (0298) 6031364 Kode Pos 50716 Salatiga
Website:http://tarbiyah.iainsalatiga.ac.id e-mail: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id
SKRIPSI
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BUMI DAN ALAM SEMESTA
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V MI TARBIYATUL ULUM KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2017/ 2018
Disusun oleh:
LAILI MAULIDA ALI NIM: 115-14-003
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 4 Juli 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.).
Susunan Panitia Penguji:
Ketua Penguji : Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. _________________
Sekretaris Penguji : Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. _________________
Penguji 1 : Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. _________________
Penguji 2 : Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si. _________________
Salatiga, 4 Juli 2018
Dekan
Suwardi, M.Pd.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Laili Maulida Ali
NIM : 115-14-003
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan koede
etik ilmiah.
Salatiga, 14 Mei 2018
Yang menyatakan,
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
رَمَث َلاِب ِرَجَّشلاَك ٍلَمَع َلاِب ُمْلِعلا
Ilmu tiada amalan bagaikan pohon tidak berbuah.
Persembahan
1. Bapakku Mukhammad Ali Anwar dan ibukku Suci Puji Insiani yang selalu
mencurahkan kasih sayang, tenaga, waktu dan do’anya.
2. Saudara-saudaraku Ahmad Ajudat Efendi, Sujud Sandiko, Muhammad
Malik Maulana yang selalu memberi dukungan dan semangat.
3. Dosen pembimbing skripsiku, Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. yang telah
bersedia untuk waktunya dalam membimbing saya sampai skripsi selesai.
4. Sahabat-sahabatku tercinta Eva Eliftyana Dewi, Himmatul Hasanah, Astri
wahyuningsih, Umi Maftukah, Dyah Ayu Dwijayanti, Siti Suhani, Khofifah
Nurul Anisa
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
melimpahkan rahmad, taufik, serta hidayahnya sehinggaa skripsi dengan judul
peninghakatan hasil belajar IPA materi bumi dan alam semesta dengan model
pembelajaran make a match pada siswa kelas V MI Tarbiyatul Ulum Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018 dapat diselesaiakan.
Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepangkuan baginda Nabi
Muhammad SAW semoga beliau senantiasa dirahmati Allah. Shalawat serta
salam senantiasa terlimpahkan kepangkuan baginda Nabi Muhammad SAW
semoga beliau senantiasa dirahmati Allah.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa dukungan, motivasi, dan
bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis
sampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Peni Susapti, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah
4. Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. selaku pembimbing yang telah
membimbing memberikan motivasi dan meluangkan waktunya dalam
penulisan skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik
6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian
akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta
bantuan kepada penulis.
7. Kepala sekolah, guru dan siswa kelas V MI Tarbiyatul Ulum Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang yang telah memberikan ijin dan menjadi
subjek dalam penelitian.
8. Kedua orang tuaku dan saudara-saudaraku yang sangat kusayangi.
9. Sahabat dan teman-teman PGMI angkatan 2014 yang senantiasa
menginspirasi, saling memberikan dukungan dan telah berjuang
bersama-sama.
Atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan
terimakasih. Semoga amal yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah
SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak
kekurangan baik dalam hal isi maupun metodologi. Kritik serta saran yang
membangun penulis harapkan bagi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan
datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca yang budiman. Amin.
ABSTRAK
Ali, Laili Maulida 2018. Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Bumi dan Alam Semesta dengan Model Pembelajaran Make A Match pada Siswa Kelas V MI Tarbiyatul Ulum Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dr. Budiyono Saputro, M.Pd.
Kata Kunci: Hasil Belajar dan Model Pembelajaran Make a Match.
Penelitian ini dilatarbelakangi adanya kenyataan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V MI Tarbiyatul Ulum Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang masih tergolong rendah. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peneliti memiliki ide model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan penggunaan model pembelajaran yang inovatif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang dipilih oleh peneliti yaitu model pmbelajaran Make a Match. Model pembelajaran Make a Match yaitu model pembelajaran dimana siswa belajar dengan mencocokan kartu bersama temannya dan bisa memupuk kerjasama.
Tujuan dari penilitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi bumi dan alam semesta dengan model pembelajaran Make a Match pada siswa kelas V MI Tarbiyatul Ulum Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018. Untuk mencapai tujuan tersebut maka peneliti ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 3 bulan yaitu dimulai pada bulan Maret sampai Mei 2018.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Definisi Operasional ... 8
G. Metode Penelitian ... 9
H. Sistematika Penulisan ... 17
BAB II LANDASAN TEORI ... 19
1. Hasil Belajar ... 19
2. Ilmu Pengetahuan Alam dan Materi Bumi dan Alam Semesta ... 27
3. Model Pembelajaran Make a-Match ... 42
B. Kajian Pustaka ... 45
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ... 48
A. Gambaran Umum Sekolah ... 48
B. Pelaksanaan Tindakan ... 52
1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 52
2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64
A. Hasil Penelitian ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 83
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Siklus Penelitian Tindakan ... 10
Gambar 2.1 Batu Apung ... 33
Gambar 2.2 Batu Granit ... 33
Gambar 2.3 Batu Konglomerat ... 34
Gambar 2.4 Batu Pasir ... 34
Gambar 2.5 Batu Marmer ... 35
Gambar 2.6 Batu Sabak... 35
Gambar 2.7 Tanah Berpasir ... 39
Gambar 2.8 Tanah Humus ... 40
Gambar 2.9 Tanah Berkapur ... 40
Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Prasiklus ... 75
Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Siklus I... 75
Gambar 4.3 Diagram Pengamatan Siswa Siklus I ... 76
Gambar 4.4 Diagram Ketuntasan Siklus II ... 77
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Guru dan Jabatannya di MI Tarbiyatul Ulum ... 49
Tabel 3.2 Daftar Siswa MI Tarbiyatul Ulum Kelas 1-6 ... 50
Tabel 3.3 Daftar Nama Siswa Kelas V MI Tarbiyatul Ulum ... 51
Tabel 4.1 Nilai Ulangan Harian (Prasiklus) ... 64
Tabel 4.2 Hasil Nilai Siklus I ... 66
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Guru Siklus I ... 67
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I ... 69
Tabel 4.5 Hasil Nilai Siklus II... 70
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Guru Siklus II ... 71
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II ... 73
Tabel 4.8 Sebaran Nilai Siswa ... 78
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Pelaksanaan Penelitian Siklus 1 ... 2
Lampiran 2. Foto Pelaksanaan Penelitian Siklus II ... 3
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 4
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 11
Lampiran 5. Soal dan Jawaban Kartu Make a Match Siklus I ... 13
Lampiran 6. Lembar Pengamatan Guru Siklus I ... 15
Lampiran 7. Lembar Pengamatan Siswa Siklus I ... 17
Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 19
Lampiran 9. Soal Evaluasi Siklus II ... 27
Lampiran 10. Soal dan Jawaban Kartu Make a Match Siklus II ... 29
Lampiran 11. Lembar Pengamatan Guru Siklus I ... 30
Lampiran 12. Lembar Pengamatan Siswa Siklus II ... 32
Lampiran 13. Contoh Pekerjaan Siswa Siklus I ... 34
Lampiran 14. Contoh Pekerjaan Siswa Siklus II ... 37
Lampiran 15. SK Dosen Pembimbing ... 39
Lampiran 16. Surat Izin Penelitian... 40
Lampiran 17. Surat Keterangan Penelitian ... 41
Lampiran 18. Daftar Riwayat Hidup ... 42
Lampiran 19. Lembar Konsultasi Skripsi ... 43
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan perubahan manusia yang diperoleh dari suatu
pengalaman untuk mencapai tujuan yang baik. Definisi tersebut diambil
dari buku karangan Baharuddin dan Wahyuni (2008: 13-14) yaitu dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti
“berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki
pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai
kepandaian atau ilmu. Sedangkan secara terminologis, definisi belajar
dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya menurut Cronbach,
“Learning is shown by change in behavior as result of experience”.
Belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman. Menurut Morgan dan
kawan-kawan (1986) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah
laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.
Sehubungan dengan belajar merupakan perubahan manusia yang
diperoleh dari suatu pengalaman untuk mencapai tujuan yang baik, tujuan
yang baik tersebut dapat dikatakan sebagai hasil belajar. Hasil belajar itu
sendiri merupakan perubahan perilaku baik peningkatan pengetahan,
perbaikan sikap, maupun peningkatan ketrampilan yang dialami siswa
setelah menyelelesaikan kegiatan pembelajaran. Adapun beberapa bentuk
penilaan hasil belajar yang dapat digunakan oleh guru, yaitu dalam bentuk
portofolio, dan sebagainya). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
bentuk penilaian tes tertulis untuk mengukur hasil belajar siswa.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata
pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada
jenjang sekolah dasar. Ilmu Pengetahuan Alam adalah usaha manusia
dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada
sasaran, serta menggunakan prosedur, dan menjelaskan dengan penalaran
sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.
IPA merupakan suatu ilmu yang mempelajari gejala dan
perubahan-perubahan alam. Perubahan-perubahan alam tersebut
merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Tanda-tanda kekuasaan
Allah tersebut dapat kita renungkan dan dapat dijadikan pelajaran yang
sangat berharga untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, sehingga kita
termasuk orang-orang bersyukur. Hal tersebut sesuai dengan firman
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda
(kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri,
hingga jelas bagi mereka bahwa al-Qur’an itu adalah benar. Tiadakah
cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”
Dalam belajar terdapat faktor-faktor yang bisa saja mendukung
atau mengganggu perolehan hasil belajar. Faktor secara umum yang
menyebabkan masih rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) adalah saat ini masih banyak guru yang
menggunakan pendekatan tradisional dalam pembelajaran IPA sehingga
siswa belum terarahkan untuk memahami sendiri konsep-konsep IPA yang
sedang dipelajari. Pendekatan tradisional tersebut belum mampu
mengembangkan kemampuan kognitif (penalaran), afektif (sikap), dan
psikomotorik (keterampilan). Dengan demikian siswa hanya cenderung
menghafalkan konsep-konsep IPA yang dipelajarinya tanpa memahami
dengan benar. Akibatnya penguasaan terhadap konsep-konsep IPA siswa
menjadi sangat kurang. Selain itu, dengan adanya perubahan kurikulum
baru, pembelajaran yang sebelumnya lebih banyak didominasi oleh
seorang guru (teacher centered), tetapi sekarang kurikulum menuntut
dengan sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered).
Di mana siswa harus berperan aktif dalam pembelajaran. Seorang guru
juga harus mampu menghadapkan siswa dengan dunia nyata sesuai dengan
yang dialaminya sehari-hari. Pembelajaran IPA kurang meresap pada diri
siswa. Mengingat siswa di usia SD/MI (7 sampai 12 tahun) memiliki
sifat-sifat yang khas yaitu berfikir atas dasar pengalaman yang konkret, mereka
belum dapat membayangkan pada hal-hal yang abstrak.
Berdasarkan hasil observasi peneliti di MI Tarbiyatul Ulum
masih menggunakan pembelajaran yang tradisional yakni pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Peneliti menemukan hasil belajar siswa kelas V
MI Tarbiyatul Ulum Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang bahwa ada
70% nilai Ulangan siswa mata pelajaran IPA tidak mencapai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal). Dimana nilai KKM pada semua mata
pelajaran adalah 65. Hal ini tentunya disebabkan karena salah satu
faktor-faktor dalam pembelajaran seperti penggunaan model dalam pembelajaran.
Solusi untuk mengatasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan
masalah dalam hasil belajar siswa yaitu dengan menerapkan model
pembelajaran yang lebih inovatif sebagai upaya untuk meningkatkan hasil
belajar siswa khusunya pada mata pelajaran IPA. Salah satu model
pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu model pembelajaran Make a
Match yaitu model pembelajaran dimana siswa dituntut aktif dalam
pembelajaran dengan mencari pasangan atau kooperatif learning. Untuk
itu, maka penulis mengangkat penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil
Belajar IPA Materi Bumi dan Alam Semesta dengan Model Pembelajaran
Make A Match pada Siswa Kelas V MI Tarbiyatul Ulum Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018.”
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang masalah, didapatkan rumusan
masalah berikut: “Apakah penerapan model pembelajaran Make a Match
siswa kelas V MI Tarbiyatul Ulum Kecamatan Pabelan Kabupaten
Semarang Tahun Pelajaran 2017/ 2018?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar IPA materi bumi dan alam semesta dengan model
pembelajaran Make a Match pada siswa kelas V MI Tarbiyatul Ulum
Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/ 2018.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Melalui penerapan model pembelajaran Make a Match,
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi bumi dan
alam semesta pada siswa kelas V MI Tarbiyatul Ulum Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/ 2018.
2. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah meningkatkan hasil
belajar IPA pada materi Bumi dan Alam Semesta yang ditandai
dengan:
a. Secara individu
Nilai yang diperoleh setiap siswa dapat melebihi KKM yang telah
ditentukan di sekolah tersebut, yaitu 65 untuk mata pelajaran
b. Secara Klasikal
Siklus akan berhenti apabila ≥ 85% dari total siswa dalam satu
kelas mendapat nilai ≥ 65.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilaksanakan diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada banyak pihak. Adapun manfaat yang ingin dicapai yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
untuk dijadikan sebagai sumber informasi dalam menjawab
permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran
terutama dalam hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi
bumi dan alam semesta. Selain itu, penelitian ini dapat bermanfaat
sebagai bahan referensi dalam merancang pembelajaran dengan model
pembelajaran Make a Match. Peneliti juga berharap rancangan dalam
penelitian ini yaitu penggunaan model pembelajaran Make a Match
dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Manfaat penelitian ini bagi siswa yaitu dapat meningkatkan
semangat dan kreativitas dalam mengikuti pembelajaran karena
pembelajaran dikemas secara menarik dengan menggunakan
pembelajaran yang baik dan tepat diharapkan memberikan
pengalaman belajar yang bermakna dan tidak membuat siswa
jenuh. Selain itu kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa
dalam memahami materi khususnya materi-materi yang terdapat
pada mata pelajaran IPA yaitu bumi dan alam semesta.
b. Bagi guru
Manfaat penelitian ini bagi guru yaitu dapat
mengembangkan kualitas pembelajaran menjadi lebih menarik,
dapat menjalankan tugas sebagai pendidik dengan baik yaitu
dengan merancang pembelajaran secara matang, dapat
mengidentifikasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh
siswa pada pembelajaran dan dapat menciptakan kreativitas dan
inovasi-inovasi dalam pembelajaran salah satunya dengan
menggunakan model pembelajaran Make a Match.
c. Bagi peneliti
Manfaat penelitian ini bagi peneliti yaitu dapat memberikan
pengalaman dalam mengelola pembelajaran sesuai yang
ditetapkan oleh pemerintah, dapat meningkatkan kemampuan
mengajar dan memberikan pengetahuan tentang bagaimana
mengatasi masalah atau kesulitan yang dialami oleh siswa
terhadap materi pembelajaran. Selain itu penelitian ini juga dapat
rencana pembelajaran dengan model pembelajaran pada
mater-materi lain.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman anatara yang dimaksudkan
peneliti dengan persepsi yang ditangkap oleh pembaca, maka peneliti
memberikan definisi operasional sebagai berikut:
1. Hasil belajar
Gagne dan Briggs mendefinisikan hasil belajar sebagai
kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses
belajar. Ngalim Purwanto memberikan penjelasan bahwa: “hasil
belajar adalah prestasi yang dapat digunakan oleh guru untuk menilai
hasil pelajaran yang diberikan pada siswa dalam waktu tertentu”
(Ngalim Purwanto, 1982).
Jadi, hasil belajar adalah prestasi seorang siswa untuk menilai
hasil pelajaran yang diperoleh setelah mengikuti proses belajar.
2. Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata
pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk
pada jenjang sekolah dasar. Ilmu Pengetahuan Alam adalah usaha
manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang
tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan menjelaskan
3. Model pembelajaran Make a-Match
Model Make a Match (membuat pasangan) merupakan satu
jenis model dalam pembelajaran kooperatif. Salah satu keuntungan
teknik ini adala siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan
Kelas. Istilah dalam bahasa inggrisnya adalah Classrom Action
Research dan di indonesia dikenal dengan sebutan PTK. Penelitian
Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama-sama (Arikunto, 2007: 3)
Penelitian Tindakan Kelas adalah salah satu upaya guru atau
praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran kelas. Alasan
peneliti menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran yang dilakukan
oleh guru di dalam kelas dengan menggunakan model pembelajaran
Make a Match sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa
terutama dalam mata pelajaran IPA materi bumi dan alam semesta.
Arikunto, dkk (2014: 16) mengemukakan empat tahapan dalam
pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun gambaran tahapan tersebut
adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1 Siklus Penelitian Tindakan
(Arikunto, 2014: 137)
2. Subjek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V
Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatul Ulum Kecamatan Pabelan
Kabupaten Semarang yang berjumlah 21 siswa yang terdiri dari 9
siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan dengan fokus penelitian
pada peningkatan hasil belajar dalam mata pelajaran IPA.
b. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di
Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatul Ulum Kecamatan Pabelan
c. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret 2018 sampai
Mei 2018 dari tahap pra survei hingga dilaksanakannya tindakan.
3. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan dalam setiap
siklus adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses pengembangan rencana
yang akan dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan
masalah yang ada dikelas. Dalam tahap perencanaan perlu
diketahui kapan, dimana, oleh siapa, apa, mengapa, dan
bagaimana tindakan tersebut dilaksanakan. Penelitian Tindakan
Kelas dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan
tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan.
Cara ini dilakukan untuk mengurangi unsur subjektivitas
(Arikunto, 2007:17).
Tahapan dalam perencanaan ini terdiri dari:
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran Make a Match
2) Menyiapkan sarana pendukung yang diperlukan saat proses
pembelajaran berlangsung
3) Menyiapkan lembar observasi guru untuk mengetahui kondisi
4) Perencanaan tindakan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Make a Match
5) Menyiapkan soal evaluasi terhadap pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Make a Match
b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap implementasi atau
penerapan isi rancangan yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal
yang perlu diingat pada tahap ini adalah bahwa pelaksana guru
harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan
dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak
dibuat-buat (Arikunto, dkk, 2014: 18). Implementasi tindakan pada
prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah
direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi
apa yang akan diajarkan atau dibahas dan sebagainya (Kusumah,
2010: 39). Pelaksanaan tindakan pada penelitian ini akan
diterapkan model pembelajaran Make a Match untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Pengamatan
Tahap pengamatan sebenarnya berjalan bersamaan dengan
tahap pelaksanaan tindakan. Pengamat melakukan pengamatan
dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini
yang telah disusun. Data yang dikumpulkan dapat berupa data
kuantitatif (hasil tes, ulangan harian, presentasi, dll) dan data
kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, partisipasi siswa
dalam pembelajaran, dan lain-lain (Daryanto, 2011: 27).
d. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan mengemukakan kembali apa yang
telah dilakukan. Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi
untuk memperoleh masukan, saran-saran mengenai pelaksanaan
tindakan digunakan untuk perbaikan dan sebagai dasar untuk
menentukan langkah berikutnya. Dengan adanya refleksi, peneliti
dan guru dapat mengetahui kekurangan dari siklus pertama
sehingga dapat dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya
4. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian meliputi berbagai
hal, yaitu:
a. Lembar pengamatan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman
pengamatan untuk mengetahui permasalahan yang ada di MI
Tarbiyatul Ulum dan untuk mengamati guru dan siswa pada saat
proses pembelajaran berlangsung menggunakan model
pembelajaran Make a Match pada mata pelajaran IPA materi
bumi dan alam semesta. Lembar pengamatan yang dipersiapkan
1) Lembar pengamatan guru
Dalam hal ini, aspek yang diamati pada guru oleh
peneliti saat pelaksanaan penelitian yaitu persiapan guru
dalam mengajar, kemampuan guru dalam proses
pembelajaran, kemampuan guru dalam menggunakan model
pembelajarn, dan kemampuan guru dalam menutup
pembelajaran.
2) Lembar pengamatan siswa
Dalam hal ini, aspek yang diamati pada siswa oleh
peneliti saat pelaksanaan penelitian yaitu keaktifan, dan
kerjasama.
b. Soal tes
Soal tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa
setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
Make a Match materi bumi dan alam semesta. Soal tes berisi
pertanyaan tertulis yang berhubungan dengan materi Bumi dan
alam Semesta.
c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP merupakan
instrumen yang digunakan peneliti dalam merencanakan
pembelajaran di kelas dan digunakan oleh kolaborator atau guru
yang untuk melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang akan dijadikan acuan dalam
penelitian, peneliti menggunakan berbagai teknik, yaitu:
a. Observasi
Observasi adalah proses pengambilan data dalam
penelitian, dimana peneliti atau pengamat melihat situasi
penelitian (Kusumah, 2010: 66). Observasi dilakukan oleh
peneliti sebelum melakukan penelitian, yaitu dengan melakukan
pengamatan di MI Tarbiyatul Ulum dengan mengambil nilai dari
buku laporan hasil belajar siswa kelas V MI Tarbiyatul Ulum
yang sudah berlangsung. Observasi juga dilakukan pada saat
peneliti mengamati kolaborator atau guru yang mengajar
menggunakan model pembelajaran Make a Match materi bumi
dan alam semesta dan juga untuk mengamati siswa pada saat
pelaksanaan penelitian.
b. Tes
Tes yang digunakan oleh peneliti adalah tes tertulis yang
digunakan untuk mengukur pemahaman siswa setelah melakukan
pembelajaran dengan model pembelajaran Make a Match materi
bumi dan alam semesta.
c. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan sebagai bukti hasil penelitian yang
kamera. Foto yang diabadikan melalui dokumentasi ini berisi
peristiwa yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan siswa
bersama guru selama proses pembelajaran berlangsung. Foto yang
diambil pada saat proses pembelajaran berlangsung merupakan
sumber data yang dapat memperjelas data yang lain. Aspek-aspek
yang didokumentasikan adalah aktivitas guru dan siswa dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Make a Match.
6. Analisis Data
Analisis data adalah analisis data yang telah terkumpul guna
mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian
untuk perbaikan belajar siswa (Suyadi, 2010: 85). Analisis data
dilakukan dalam setiap siklusnya dengan cara memberikan soal tes
formatif pada setiap akhir pelaksanaan pembelajaran. Data yang
terkumpul dianalisis per siklus untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar yang dicapai siswa. Hal ini untuk membuktikan hipotesis
tindakan maka hasil penelitian dianalisis menggunakan statistik untuk
menghitung ketuntasan klasikal. Apabila hasil belajar siswa secara
klasikal mencapai ≥ 85% maka siklus dihentikan. Rumus untuk
menghitung persentase ketuntasan klasikal adalah sebagai berikut:
H. Sistematika Penulisan
Secara garis besar, sistematika penulisan skripsi dalam penelitian
tindakan kelas adalah sebagai berikut:
1. Bagian awal yang terdiri dari: halaman sampul, lembar logo, halaman
judul, lembar persetuuan pembimbing, pengesahan kelulusan,
penyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar,
abstrak, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel dan daftar lampiran.
2. Bagian inti:
BAB I Pendahuluan. Bab ini membahas tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis
penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian,
dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori. Bab ini berisi tentang kajian teori
dan kajian pustaka. Kajian teori yaitu teori-teori yang digunakan
sebagai landasan dalam PTK ini. Sedangkan kajian pustaka memuat
tentang hasil penelitian terdahulu yang relevan.
BAB III Pelaksanaan Penelitian. Bab ini menyajikan
pelaksanaan penelitian yang meliputi deskripsi pra siklus dan
deskripsi pelaksanaan siklus I dan siklus II.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini
mendiskripsikan tentang hasil pelaksanaan penelitian secara
keseluruhan dari awal sampai akhir penelitian tindakan kelas beserta
BAB V Penutup. Bab ini memuat tentang kesimpulan dan
saran-saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis
belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah
sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu.
Sedangkan secara terminologis, definisi belajar dikemukakan oleh
beberapa ahli diantaranya menurut Cronbach, “Learning is shown
by change in behavior as result of experience”. Belajar yang
terbaik adalah melalui pengalaman. Menurut Morgan dan
kawan-kawan (1986) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan
atau pengalaman (Baharuddin dan Wahyuni, 2008: 13-14).
Belajar adalah suatu aktivitas yang yang dilakukan
oleh seseorang dengan sengaja dan dalam keadaan sadar untuk
memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan
baru sehingga memungkinkan seseorang tersebut berubah
perilakunya, dan perubahan tersebut relatif tetap baik dalam
Dalam buku Educational psychology, H.C
Witherington, mengemukakan bahwa belajar adalah suatu
perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai
suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kebiasaan, kepribadian. Belajar merupakan
interaksi individu dengan lingkunganya. Lingkungan dalam
hal ini dapat berupa manusia atau obyek-obyek lain yang
memungkinkan individu memperoleh pengalaman atau
pengetahuan.( Aunurrahman, 2016: 36).
Berdasarkan berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa belajar adalahaktivitas manusia yang dilakukan dengan
sengaja dalam keadaan sadar dengan adanya perubahan yang
diperoleh dari suatu pengalaman untuk mencapai tujuan yang
baik.
b. Ciri-ciri Belajar
Dalam Baharuddin dan Wahyuni (2008: 15-16), disebutkan
ciri-ciri belajar sebagai berikut:
1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku
(change behavior).
2) Perubahan perilaku relative permanent.
3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada
saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku
4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau
pengalaman.
5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan
Jadi, seseorang dapat dikatakan belajar apabila ada perubahan
pada tingkah laku yang bersifat relative permanen yang
merupakan hasil dari pengalaman.
c. Prinsip-prinsip Belajar
Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar,
seorang guru peru memperhatikan beberapa prinsip belajar
berikut (Soekanto dan Winata Putra, 1997):
1) Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar,
bukan orang lain. Untuk itu, siswalah yang harus bertindak
aktif.
2) Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
3) Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat
penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan
selam proses belajar.
4) Penguatan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan
siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.
5) Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi
tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.
Jadi prinsip belajar pada dasarnya semua tefokus pada
dengan kemampuannya, dan siswa juga membutuhkan penguatan
dan motvasi agar belajar menjadi lebih berarti.
d. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Nawawi, hasil belajar dapat diartikan sebagai
tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di
sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes
mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu (Susanto, 2013: 5).
Secara sederhana, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan
belajar. Dalam pembelajaran, biasanya guru menetapkan tujuan
belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah anak yang
berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Sudjana juga
menegaskan bahwa “hasil belajar adalah sebagai kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar, yang
berupa penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar yang
disebut kemampuan“ (Sudjana, 1992).
Berdasarkan penegertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajar yang dinyatakan dalam skor yang
diperoleh dari hasil tes.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi dua faktor
yakni faktor lingkungan dan faktor dari dalam diri siswa sendiri,
besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai,
seperti dikemukakan oleh Clark (Hosnan, 2014: 159) bahwa hasil
belajar disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan
30% oleh lingkungan.
Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah
sesuai dengan tujuan yang dikehendaki apat diketahui melalui
evaluasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sunal (1993: 94),
bahwa evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk
membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah
memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu, dengan dilakukannya
evaluasi atau penilaian ini dapat dijadikan feedback atau tindak
lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan
siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari
tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap, dan
ketrampilan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar siswa
mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu
menyangkut pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang berkaitan
dengan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa.
e. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar
Dalam Baharuddin dan Wahyuni (2008: 19-28) secara
umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan
faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu
sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari
dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar
individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis
dan psikologis.
a) Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor
ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan
tonus jasmani yang pada umumnya sangat memengaruhi
aktivitas belajar seseorang. Kedua, keadaan fungsi
jasmani/fisiologis yang sangat memengaruhi hasil
belajar, terutama panca indera.
b) Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis
seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar.
Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi
proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat,
2) Faktor eksternal
Faktor-faktor eksternal yang memengaruhi belajar
dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:
a) Lingkungan sosial terdiri dari:
(1) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru,
administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
memengaruhi proses belajar seorang siswa.
Hubungan yang harmonis anatara ketiganya dapat
menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih
baik di sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat
menjadi teladan seorang guru atau administrasi
dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
(2) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan
masyarakat tempat tinggal siswa akan
memengaruhi balajar siswa. Lingkungan siswa
yang kumuh, banyak pengangguran dan anak
terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar
siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika
memerlukan teman belajar, diskusi, atau
meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum
dimilikinya.
(3) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat
keluarga, sifat-sifat orang tua atau saudara,
demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan
keluarga, semuanya dapat memberi dampak
terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara
anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik
yang harmonis akan membantu siswa melakukan
aktivitas belajar dengan baik.
b) Lingkungan nonsosial terdiri dari:
(1) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang
segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang
tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu
lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.
Lingkungan alamiah tersebut merupakan
faktor-faktor yang dapat memengaruhia aktivitas belajar
siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam
tidak mendukung, proses belajar siswa akan
terhambat.
(2) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang
dapat digolongkan dua . pertama, hardware,
seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas
belajar, dan lain sebagainya. Kedua, software,
seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan
(3) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa).
Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia
perkembangan siswa, begitu juga dengan metode
mengajar guru disesuaikan dengan kondisi
perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat
memberikan kontribusi yang positif terhadap
aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai
materi pelajaran dan berbagai metode mengajar
yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi belajar. Faktor tersebut yaitu adalah faktor yang
berasal dari dlam atau internal dan faktor yang berasal dari luar
atau eksternal. Faktor internal itu sendiri meliputi faktor fisiologis
dan psikologi. Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor sosial
dan non sosial.
2. Ilmu Pengetahuan Alam dan Materi Bumi dan Alam Semesta
a. Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata
pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia,
termasuk pada jenjang sekolah dasar. Ilmu Pengetahuan Alam
adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui
prosedur, dan menjelaskan dengan penalaran sehingga
mendapatkan suatu kesimpulan (Susanto, 2013: 167).
Menurut Ahmadi & Supatmo (2000: 2) IPA merupakan
suatu ilmu teoritis, tetapi teori tersebut didasarkan atas
pengamatan percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam.
Betapapun indahnya suatu teori dirumuskan, tidaklah dapat
dipertahankan kalau tidak sesuai dengan hasil-hasil pengamatan
(observasi). Fakta-fakta tentang gejala kebendaan (alam)
diselidiki, dan diuji berulang-ulang melalui percobaan-percobaan
(eksperimen), kemudian berdasarkan hasil experimen itulah
dirumuskan keterangan ilmiahnya (teorinya). Teoripun tidak
dapat berdiri sendiri. Teori selalu didasari oleh suatu hasil
pengamatan.
IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif). Ada dua hal
berkaitan yang tidak terpisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai
produk, pengetahuan IPA yang berrupa pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metagonitif, dan IPA sebagai proses,
yatu kerja ilmiah. Saat ini objek kajian kajian IPA menjadi
semakin luas, meliputi konsep IPA, proses, nilai, dan sikap
ilmiah, aplikasi IPA dalam kehidupan sehari-hari, dan kreativitas
(Kemendiknas, 2011). Belajar IPA berarti belajar kelima objek
Carin dan Sund 1993 (dalam Wisudawati, 2014: 24)
mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan
tersusun secara teratur, berlaku umum (universal) dan berupa
kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”. Merujuk pada
definisi Carin dan Sund tersebut maka IPA memiliki empat unsur
utama yaitu:
1) Sikap: IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda,
fenomena alam, makhluk hidup, serta hubunga sebab akibat.
Persoalan IPA dapat dipecahkan dengan menggunakan
prosedur yang bersifat open ended.
2) Proses: proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan
adanya prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode
ilmiah. Metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis,
perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi,
pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
3) Produk: IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip,
teori, dan hukum.
4) Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu
diharapkan dapat muncul sehingga peserta didik dapat
mengalami proses pembelajaran secara utuh dan menggunakan
kegiatan pemecahan masalah yang menerapkan langkah-langkah
metode ilmiah. Oleh karena itu, IPA sering kali disamakan
dengan the way of thingking (Wisudawati, 2014: 24).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu
ilmu teoritis yang didasarkan atas pengamatan
percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam melalui pengamatan yang
tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan
menjelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu
kesimpulan dengan unsur utama yang diharapkan dapat muncul
pada siswa saat proses pembelajaran yaitu sikap, proses, produk,
dan aplikasi.
Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam
Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP, 2006), yang
dimaksudkan adalah:
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan
keteraturan dalam ciptaan-Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
Ilmu Pengetahuan Alam, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki
alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam
memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke SMP.
Adapun ruang lingkup bahan kajian Ilmu Pengetahuan
Alam untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia,
hewan, tumbuhan dan interaksinya.
2) Materi, sifat-sifat, dan kegunaannya meliputi: udara, air,
tanah dan batuan.
3) Listrik dan magnet, energi dan panas, gaya dan pesawat
sederhana, cahaya dan bunyi, tata surya, bumi dan
benda-benda langit lainnya.
4) Sumber daya alam, kegunaan, pemeliharaan dan
b. Materi Bumi dan Alam Semesta
1) Standar Kompetensi
7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan
hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.
2) Materi Batuan
Pendinginan magma dan lava menyebabkan magma dan
lava membeku menjadi batuan beku (Haryanto, 2012:
196). Batuan beku dibagi menjadi dua yaitu batuan beku
luar adalah batuan yang terjadi karena pembekuan
magma si luar atau permukaan bumi dan batuan beku
dalam adalah batuan yang terbentuk akibat pembekuan
magma dalam lapisan kulit bumi (Priyono dan Titik,
2010: 154). Adapun contoh keguanaan batuan beku
yaitu batu apung adalah untuk mengampelas atau
memperhalus kayu. Batu granit dimanfaatkan sebagai
bahan bangunan. Batu obsidian sering dipakai untuk
membuat alat potong, misalnya pisau bedah, dan dapat
Berikut ini adalah beberapa contoh batuan beku:
Gambar 2.1 Batu Apung (Sumber: petrologi.com (online))
Gambar 2.2 Batu Granit (Sumber: sukageogafi.com (online))
b) Batuan sedimen atau batuan endapan
Batuan sedimen terbentuk oleh proses
pengendapan yang bervariasi. Pengendapan yang terjadi
memakan waktu lama dan perlahan-lahan. Proses
pengendapan yang terjadi yaitu pengendapan dari batuan
yang terkikis dan pengendapan dari sisa-sisa binatang atau
tumbuhan (Priyono dan Titik, 2010: 155-156).
Batuan endapan memiliki ciri-ciri yang
berlapis-lapis. Setiap lapisan itu memeiliki kekuatan yang
berbeda-beda. Jika butiran itu bundar dan besar disebut
disebut breksi. Adapun kegunaan dari batuan sedimen
yaitu batu konglomerat, breksi, dan pasir yaitu untuk
bahan bangunan. Batu kapur atau gamping digunakan
sebagai bahan baku semen (Haryanto, 2012: 198).
Berikut ini adalah contoh batuan sedimen:
Gambar 2.3 Batu Konglomerat (Sumber: suka-suka.web.id (online))
Gambar 2.4 Batu Pasir
(Sumber: tambangunp.blogspot.com (online))
c) Batuan malihan atau batuan metamorf
Batuan metamorf berasal dari batuan beku atau
batuan sedimen yang mendapatkan tekanan dan suhu yang
sangat tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya
perubahan dari keadaan sebelumnya. Beberapa batuan
endapan yang berubah menjadi batuan malihan ialah batu
marmer atau batu pualam yang berasal dari batu gamping
serpih. Adapun keguanaan batuan metamorf yaitu batu
marmer atau batu pualam adalah sebagai perabotan rumah,
keramik, papan nama, piala, dan sebagainya. Kegunaan
batu sabak adalah sebagai papan tulis, paving, interior
lantai, dan sebagainya (Haryanto, 2012: 198-199).
Berikut ini adalah contoh batuan malihan:
Gambar 2.5 Batu Marmer
(Sumber: motivasidaninspirasi.blogspot.com (online))
Gambar 2.6 Batu Sabak (Sumber: geology.com (online))
3) Materi Proses Pembentukan tanah
Berdasarkan cara terjadinya, pelapukan dibedakan
menjadi tiga, yaitu pelapukan fisika, pelapukan kimia, dan
a) Pelapukan Fisika
Pelapukan fisika adalah pelapukan yang
disebabkan oleh perubahan suhu. Pelapukan fisika
banyak terjadi di padang pasir. Mengapa demikian?
Karena saat siang hari suhu di padang pasir sangat panas,
sedangkan pada malam hari suhunya sangat dingin.
Perbedaan suhu yang sangat mencolok tersebut
menyebabkan batuan mudah mengalami pelapukan.
Pelapukan fisika juga terjadi pada pakaian yang kita
kenakan. Pakaian menjadi lapuk dan koyak karena sering
dicuci dan dijemur (Priyono dan Titik, 2010: 159).
Angin juga dapat mengakibatkan pelapukan
bebatuan. Batu yang sering kena angin kencang
mengakibatkan pengikisan. Pengikisan pada batu
mengakibatkan erosi. Erosi yang berkepanjangan
membuat batu menjadi padang pasir. Sehingga terjadilah
padang pasir yang terbentang luas. Selain itu, air juga
berpengaruh terhadap pelapukan. Air hujan yang terus
menerus mengakibatkan pengikisan pada bebatuan.
Contoh lain, ombak di laut membentur batu di pantai.
Bebatuan di pantai akan terkikis karena benturan ombak.
Bebatuan sekian lama akan semakin habis karena terkikis
b) Pelapukan Kimia
Pelapukan kimia adalah pelapukan yang terjadi
karena batuan bereaksi dengan zat lain secara kimia
(Priyono, 2010: 160). Zat kimia misalnya adalah
okisigen, karbon dioksida, uap air, dan sebagainya. Salah
satu contoh hasil pelapukan kimia adalah besi berkarat.
Besi berkarat disebabkan oleh reaksi antara besi dengan
oksigen dan air. Batuan dapat terkikis dan lapuk karena
air hujan. Air hujan secara alami mengandung asam dari
karbondioksida. Keasaman air hujan dapat meningkat
oleh gas-gas buangan industri. Gas buangan industri
tersebut misalnya belerang dioksida. Belerang dioksida
dapat bereaksi dengan uap air dan gas-gas lain di udara.
Hal ini mengakibatkan terjadinya hujan asam. Hujan
asam semakin mempercepat pelapukan batuan (Wiwik,
2009: 94-95).
c) Pelapukan Biologi
Pelapukan biologi adalah pelapukan yang
disebabkan oleh makhluk hidup. Misalnya tumbuhan
atau lumut dan bakteri. Contoh pelapukan biologi adalah
pecahnya pot karena ditembus oleh akar tumbuhan dan
lunaknya batu karena ditumbuhi oleh lumut.
ditumbuhi lumut serta perubahan suhu yang berlangsung
relatif lama. Lumut merupakan tumbuhan kecil yang
sering hidup pada batuan. Tumbuhan inilah yang
memulai peristiwa pelapukan batuan menjadi tanah.
Tentu saja perubahan tersebut terjadi selama beribu-ribu
atau bahkan berjuta-juta tahun. Adanya peristiwa di atas
membuat lumut sering disebut sebagai tumbuhan
perintis.
Setelah terbentuk tanah melalui pelapukan
biologi oleh lumut, barulah tumbuhan lain dapat hidup
dan tumbuh di tempat itu. Setelah tumbuhan hidup di
tanah, beribu-ribu tahun kemudian baru terbentuk hutan.
Di hutan, daun banyak yang berjatuhan ke tanah setiap
hari. Selain itu, sisa-sisa tumbuhan serta hewan yang
telah mati akan membusuk dan bercampur dengan tanah.
Akibatnya, terbentuklah lapisan tanah yang banyak
mengandung sisa-sisa makhluk hidup. Lapisan-lapisan
tersebut merupakan bagian tanah yang sangat subur.
Lapisan itulah yang sering disebut humus atau bunga
tanah (Priyono dan Titik, 2010: 160).
Jenis-jenis tanah di Indonesia berbeda-beda. Jenis
tanah akan berpengaruh pada kesuburan tanah. Beberapa
a) Tanah pasir
Tanah pasir mimiliki kandungan pasir kurang
lebih 70%. Contohnya tanah didaerah pantai dan gurun.
Sifat-sifat tanah pasir adalah:
(1) pori-pori lebih besar,
(2) mudah menyerap air dan udara,
(3) ringan sehingga mudah diolah,
(4) kandungan unsur hara sedikit, dan
(5) tidak subur.
Gambar 2.7 Tanah Berpasir (Sumber: pixebay.com (online))
b) Tanah liat
Tanah liat benyak mengandung liat. Tanah ini
berwarna abu-abu dan sangat lengket. Tanah liat sulit
ditembus air. Tanah liat banyak digunakan sebagai bahan
pembuatan keramik dan gerabah. Tanah liat banyak
terdapat di sawah-sawah. Sifat-sifat tanah liat adalah
sebagai berikut:
(1) Butir-butir tanah lebih halus,
(3) Saat hujan air akan menggenang,
(4) Sulit untuk diolah, dan
(5) Peredaran udara dan air kurang baik (Priyono dan
Titik, 2010: 161-162).
c) Tanah subur/berhumus yaitu tanah yang banyak
mengandung humus oleh karena itu berwarna gelap.
Terdiri dari pasir, debu, dan tanah liat dengan
perbandingan sama banyak.
Gambar 2.8 Tanah Humus (Sumber: mediatani.com (online))
d) Tanah berkapur, banyak mengandung bebatuan. Tanah
berkapur sangatlah mudah dilewati air. Kandungan
humusnya tidak begitu banyak. Tanah berkapur kurang
subur bila ditanami (Wiwik, 2009: 96).
Sedangkan lapisan-lapisan penyusun tanah (dalam
Sulistyowati, 2009: 114) yaitu:
a) Tanah lapisan atas
Lapisan atas adalah lapisan yang paling giat
melakukan proses pelapukan. Lapisan tanah ini
warnanya gelap kehitam-hitaman. Sifatnya sangat
gembur dan subur. Lapisan tanah ini banyak
mengandung humus dan berbagai jasad hidup. Tanah
lapisan atas banyak dimanfaatkan untuk lahan pertanian
dan perkebunan.
b) Tanah lapisan bawah
Lapisan tanah ini warnanya lebih muda daripada
warna tanah lapisan atas. Sifatnya kurang subur karena
kadar humus dan jasad hidup di dalamnya sedikit.
Susunan tanahnya sangat padat.
c) Lapisan bahan induk
Lapisan ini warnanya kemerahan. Tanah lapisan
atas dan tanah lapisan bawah berasal dari bahan induk
tanah.
d) Lapisan batuan bawah/ dasar
Lapisan ini bersifat pejal dan merupakan lapisan
yang paling bawah. Lapisan ini struktur tanahnya sangat
Lapisan ini disebut juga lapisan anorganik karena tidak
subur. Pada lapisan batuan bawah terdapat berbagai
bahan tambang (Wiwik, 2009: 96).
Hewan dan tumbuhan sangat bermanfaat bagi
kesuburan tanah. Cacing, mikroba, dan hewan lainnya
mampu mengubah sisa-sisa sampah menjadi humus. Humus
terbentuk dari tumbuhan dan hewan yang membusuk. Jika
lapisan humus rusak, dapat dilakukan pemupukan untuk
memperbaiki kesuburan tanah (Sulistyowati, 2009: 116).
3. Model Pembelajaran Make a-Match
a. Pengertian Make a-Match
Model pembelajaran Make a Match atau mencari pasangan
dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Dimana model
pembelajaran ini siswa diajak mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang
menyenangkan.
Banyak temuan dalam penerapan model pembelajaran
Make a Match, dimana bisa memupuk kerjasama siswa dalam
menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada
ditangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak
sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses
pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa
suatu ciri dari pembelajaran kooperatif dimana “Pembelajaran
kooperatif ialah pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong
royong dan kerja sama kelompok” (Kurniasih dan Sani, 2017:
55-56). Tekhnik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan
untuk semua tingkatan usia anak didik. (Lie, 2010: 55). Dalam
kata lain bahwa model pembelajaran Make a Match dapat
diterapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi
bumi dan alam semesta untuk kelas V Madrasah Ibtidaiyah.
b. Kelebihan Model Pembelajaran Make a Match
1) Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan
menyenangkan.
2) Materi pembelajaran yang disampaikan kepada siswa lebih
menarik perhatian.
3) Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf
ketuntasan belajar secara klasikal.
4) Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.
c. Kekurangan Model Pembelajaran Make a Match
1) Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan.
2) Waktu yang tersedia perlu dibatasi, agar kelas tetap
kondisional.
4) Pada kelas yang gemuk (jumlah siswa lebih dari 30) perlu
adanya pengkondisian yang baik karena bisa jadi kelas
menjadi tidak kondisional dan mengganggu kelas yang lain.
d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Make a Match
Miftahul Huda, (2014: 252-253) menyebutkan ada
beberapa langkah pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Make a Match, yaitu sebagai berikut:
1) Guru membuat potongan-potongan kertas sejumlah peserta
yang ada di kelas.
2) Kemudian kertas-kertas tersebut dibagi menjadi dua bagian
yang sama.
3) Guru menuliskan pertanyan tentang materi yang telah
diberikan sebelumnya pada setengah bagian kertas yang telah
disiapkan dan menuliskan jawaban dari pertanyaan pada
bagian kertas yang lain.
4) Setelah itu kocok semua kertas, sehingga akan tercampur
antara pertanyaan dan jawaban.
5) Setiap siswa mendapat satu kertas. Guru menjelaskan bahwa
ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Setengah
dari siswa akan mendapatkan pertanyaan dan siswa yang lain
6) Setiap siswa mencari pasangan kartunya dengan waktu yang
telah ditentukan. Jika sudah menemukan pasangannya maka
mereka duduk berdekatan.
7) Setelah semua siswa menemukan pasangannya
masing-masing, maka setiap pasangan membacakan pertanyaan dan
jawaban secara bergantian di depan teman-teman yang lain.
Pasangan yang lain mengoreksi apakah pertanyaan dan
jawaban yang dibacakan benar atau tidak.
B. Kajian Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuningsih (2016) dengan
hasil penelitian yaitu, bahwa model pembelajaran Make a Match dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD N 2 Kalinanas Kecamatan
Wonosegoro, Kabupaten Boyolali tahun 2016 pada mata pelajaran IPA
materi ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup. Hal ini dibuktikan
padahasil pra siklus yang mencapai KKM hanya 29,42 (5 siswa yang
tuntas) sedangkan 70,58 tidak tuntas. Kemudian pada siklus I yang telah
mencapai kriteria ketuntasan minimal 53% (9 siswa yang tuntas) dengan
nilai rata-rata 62,35 sedangkan pada siklus II yang telah mencapai
kriteria ketuntasan minimal sebesar 88% (15 siswa yang tuntas) dengan
nilai rata-rata 72, 94.
Penelitian yang dilakukan oleh Arif Hadi Purnomo (2017) dengan
hasil penelitian bahwa metode make a match dapat meningkatkan hasil
sumber energi kelas II MI Al Ma’arif Rowoboni Dusun Rowoganjar,
Desa Rowoboni, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang tahun
2017. Pada siklus I ke siklus II sebesar 8,4%, dan siklus II ke siklus III
sebesar 25%. Hal ini dapat dijelaskan pada peningkatan hasil belajar pada
Siklus I diperoleh data 7 siswa (58,3%) tuntas belajar dan yang belum
tuntas ada 5 siswa (41,7%) dengan rata-rata kelas 70,75. Siklus II
terdapat 8 siswa (66,7%) tuntas belajar dan 4 siswa (33,3%) belum tuntas
belajar dengan nilai rata-rata 79,67. Kemudian siklus III hanya 1 siswa
(8,3%) yang tidak tuntas dari 12 jumlah siswa dan 11 siswa (91,7%)
tuntas KKM dengan nilai rata-rata kelas 88,67. Berdasarkan data
tersebut, hasil belajar siswa dengan menggunakan metode make a match
memperoleh peningkatan, siklus I ke siklus II (8,4%) dengan peningkatan
rata 8,92, dan siklus siklus II ke III (25%) dengan peningkatan
rata-rata 9.
Penelitian yang dilakukan oleh Inayatul Mas’amah (2017) bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe make a match terhadap hasil belajar kognitif PKn siswa
kelas V SD Negeri 1 Sidokerto Kecamatan Bumiratu Nuban tahun
pelajaran 2016/2017. Pengaruhnya dapat dilihat dari perbedaan hasil
belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata posttest
kelas eksperimen adalah 77,83 sedangkan kelas kontrol adalah 66,61.
Begitu pula dapat dilihat dari perbandingan nilai rata-rata N-Gain kelas
kontrol sebesar 0,25, masuk kedalam kriteria rendah. Selisih nilai
rata-rata N-Gain kedua kelas tersebut sebesar 0, 23.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Komsiatin (2014)
bahwa pembelajaran dengan menggunakan model make a macth dapat
meningkatkan hasil belajar bahasa Arab. Tingkat keberhasilan belajar
meningkat dengan baik. Hal ini dapat diketahui dari indikator
keberhasilan yang berupa nilai hasil belajar peserta didik dan proses
pembelajaran. Proses pembelajaran akan menentukan pemahaman dari
hasil belajar. Nilai hasil belajar siswa pada tes awal mencapai nilai
41,17% kemudian meningkat menjadi 73,52% pada siklus I, dan pada
siklus II meningkat menjadi 97%. Nilai hasil belajar ini keberhasilannya
berada pada kriteria baik.
Penelitian-penelitian yang relevan tersebut memiliki perbedaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Perbedaan penelitian
terdapat pada subjek penelitian, materi penelitian, waktu dan lokasi
penelitian. Selain itu, berdasarkan penelitian yang terdahulu tersebut,
model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar