• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BUMI DAN ALAM SEMESTA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V MI TARBIYATUL ULUM KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017 2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BUMI DAN ALAM SEMESTA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V MI TARBIYATUL ULUM KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017 2018 SKRIPSI"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA

MATERI BUMI DAN ALAM SEMESTA

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

PADA SISWA KELAS V MI TARBIYATUL ULUM

KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2017/ 2018

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Laili Maulida Ali

115-14-003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING Dr. Budiyono Saputro, M.Pd.

Dosen IAIN Salatiga

Persetujuan Pembimbing

Lamp : 4 eksemplar

Hal : Naskah Skripsi

Saudara : Laili Maulida Ali

Kepada:

Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamua’alaikum. Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini,

kami kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Laili Maulida Ali

NIM : 115-14-003

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Judul : PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BUMI DAN

ALAM SEMESTA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V MI TARBIYATUL ULUM KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018

dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera di

munaqosahkan. Semikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Salatiga, 14 Mei 2018 Dosen Pembimbing

(4)

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jalan Lingkar Salatiga KM.2 Telepon (0298) 6031364 Kode Pos 50716 Salatiga

Website:http://tarbiyah.iainsalatiga.ac.id e-mail: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BUMI DAN ALAM SEMESTA

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V MI TARBIYATUL ULUM KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2017/ 2018

Disusun oleh:

LAILI MAULIDA ALI NIM: 115-14-003

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 4 Juli 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.).

Susunan Panitia Penguji:

Ketua Penguji : Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. _________________

Sekretaris Penguji : Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. _________________

Penguji 1 : Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. _________________

Penguji 2 : Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si. _________________

Salatiga, 4 Juli 2018

Dekan

Suwardi, M.Pd.

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Laili Maulida Ali

NIM : 115-14-003

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan koede

etik ilmiah.

Salatiga, 14 Mei 2018

Yang menyatakan,

(6)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

رَمَث َلاِب ِرَجَّشلاَك ٍلَمَع َلاِب ُمْلِعلا

Ilmu tiada amalan bagaikan pohon tidak berbuah.

Persembahan

1. Bapakku Mukhammad Ali Anwar dan ibukku Suci Puji Insiani yang selalu

mencurahkan kasih sayang, tenaga, waktu dan do’anya.

2. Saudara-saudaraku Ahmad Ajudat Efendi, Sujud Sandiko, Muhammad

Malik Maulana yang selalu memberi dukungan dan semangat.

3. Dosen pembimbing skripsiku, Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. yang telah

bersedia untuk waktunya dalam membimbing saya sampai skripsi selesai.

4. Sahabat-sahabatku tercinta Eva Eliftyana Dewi, Himmatul Hasanah, Astri

wahyuningsih, Umi Maftukah, Dyah Ayu Dwijayanti, Siti Suhani, Khofifah

Nurul Anisa

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang

melimpahkan rahmad, taufik, serta hidayahnya sehinggaa skripsi dengan judul

peninghakatan hasil belajar IPA materi bumi dan alam semesta dengan model

pembelajaran make a match pada siswa kelas V MI Tarbiyatul Ulum Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018 dapat diselesaiakan.

Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepangkuan baginda Nabi

Muhammad SAW semoga beliau senantiasa dirahmati Allah. Shalawat serta

salam senantiasa terlimpahkan kepangkuan baginda Nabi Muhammad SAW

semoga beliau senantiasa dirahmati Allah.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa dukungan, motivasi, dan

bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis

sampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga.

3. Ibu Peni Susapti, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah

4. Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. selaku pembimbing yang telah

membimbing memberikan motivasi dan meluangkan waktunya dalam

penulisan skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik

(8)

6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian

akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta

bantuan kepada penulis.

7. Kepala sekolah, guru dan siswa kelas V MI Tarbiyatul Ulum Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang yang telah memberikan ijin dan menjadi

subjek dalam penelitian.

8. Kedua orang tuaku dan saudara-saudaraku yang sangat kusayangi.

9. Sahabat dan teman-teman PGMI angkatan 2014 yang senantiasa

menginspirasi, saling memberikan dukungan dan telah berjuang

bersama-sama.

Atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan

terimakasih. Semoga amal yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah

SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak

kekurangan baik dalam hal isi maupun metodologi. Kritik serta saran yang

membangun penulis harapkan bagi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan

datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para

pembaca yang budiman. Amin.

(9)

ABSTRAK

Ali, Laili Maulida 2018. Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Bumi dan Alam Semesta dengan Model Pembelajaran Make A Match pada Siswa Kelas V MI Tarbiyatul Ulum Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dr. Budiyono Saputro, M.Pd.

Kata Kunci: Hasil Belajar dan Model Pembelajaran Make a Match.

Penelitian ini dilatarbelakangi adanya kenyataan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V MI Tarbiyatul Ulum Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang masih tergolong rendah. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peneliti memiliki ide model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan penggunaan model pembelajaran yang inovatif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang dipilih oleh peneliti yaitu model pmbelajaran Make a Match. Model pembelajaran Make a Match yaitu model pembelajaran dimana siswa belajar dengan mencocokan kartu bersama temannya dan bisa memupuk kerjasama.

Tujuan dari penilitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi bumi dan alam semesta dengan model pembelajaran Make a Match pada siswa kelas V MI Tarbiyatul Ulum Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018. Untuk mencapai tujuan tersebut maka peneliti ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 3 bulan yaitu dimulai pada bulan Maret sampai Mei 2018.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Definisi Operasional ... 8

G. Metode Penelitian ... 9

H. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II LANDASAN TEORI ... 19

(11)

1. Hasil Belajar ... 19

2. Ilmu Pengetahuan Alam dan Materi Bumi dan Alam Semesta ... 27

3. Model Pembelajaran Make a-Match ... 42

B. Kajian Pustaka ... 45

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ... 48

A. Gambaran Umum Sekolah ... 48

B. Pelaksanaan Tindakan ... 52

1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 52

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Hasil Penelitian ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Siklus Penelitian Tindakan ... 10

Gambar 2.1 Batu Apung ... 33

Gambar 2.2 Batu Granit ... 33

Gambar 2.3 Batu Konglomerat ... 34

Gambar 2.4 Batu Pasir ... 34

Gambar 2.5 Batu Marmer ... 35

Gambar 2.6 Batu Sabak... 35

Gambar 2.7 Tanah Berpasir ... 39

Gambar 2.8 Tanah Humus ... 40

Gambar 2.9 Tanah Berkapur ... 40

Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Prasiklus ... 75

Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Siklus I... 75

Gambar 4.3 Diagram Pengamatan Siswa Siklus I ... 76

Gambar 4.4 Diagram Ketuntasan Siklus II ... 77

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Guru dan Jabatannya di MI Tarbiyatul Ulum ... 49

Tabel 3.2 Daftar Siswa MI Tarbiyatul Ulum Kelas 1-6 ... 50

Tabel 3.3 Daftar Nama Siswa Kelas V MI Tarbiyatul Ulum ... 51

Tabel 4.1 Nilai Ulangan Harian (Prasiklus) ... 64

Tabel 4.2 Hasil Nilai Siklus I ... 66

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Guru Siklus I ... 67

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I ... 69

Tabel 4.5 Hasil Nilai Siklus II... 70

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Guru Siklus II ... 71

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II ... 73

Tabel 4.8 Sebaran Nilai Siswa ... 78

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto Pelaksanaan Penelitian Siklus 1 ... 2

Lampiran 2. Foto Pelaksanaan Penelitian Siklus II ... 3

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 4

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 11

Lampiran 5. Soal dan Jawaban Kartu Make a Match Siklus I ... 13

Lampiran 6. Lembar Pengamatan Guru Siklus I ... 15

Lampiran 7. Lembar Pengamatan Siswa Siklus I ... 17

Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 19

Lampiran 9. Soal Evaluasi Siklus II ... 27

Lampiran 10. Soal dan Jawaban Kartu Make a Match Siklus II ... 29

Lampiran 11. Lembar Pengamatan Guru Siklus I ... 30

Lampiran 12. Lembar Pengamatan Siswa Siklus II ... 32

Lampiran 13. Contoh Pekerjaan Siswa Siklus I ... 34

Lampiran 14. Contoh Pekerjaan Siswa Siklus II ... 37

Lampiran 15. SK Dosen Pembimbing ... 39

Lampiran 16. Surat Izin Penelitian... 40

Lampiran 17. Surat Keterangan Penelitian ... 41

Lampiran 18. Daftar Riwayat Hidup ... 42

Lampiran 19. Lembar Konsultasi Skripsi ... 43

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan perubahan manusia yang diperoleh dari suatu

pengalaman untuk mencapai tujuan yang baik. Definisi tersebut diambil

dari buku karangan Baharuddin dan Wahyuni (2008: 13-14) yaitu dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti

“berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki

pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai

kepandaian atau ilmu. Sedangkan secara terminologis, definisi belajar

dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya menurut Cronbach,

Learning is shown by change in behavior as result of experience”.

Belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman. Menurut Morgan dan

kawan-kawan (1986) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah

laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.

Sehubungan dengan belajar merupakan perubahan manusia yang

diperoleh dari suatu pengalaman untuk mencapai tujuan yang baik, tujuan

yang baik tersebut dapat dikatakan sebagai hasil belajar. Hasil belajar itu

sendiri merupakan perubahan perilaku baik peningkatan pengetahan,

perbaikan sikap, maupun peningkatan ketrampilan yang dialami siswa

setelah menyelelesaikan kegiatan pembelajaran. Adapun beberapa bentuk

penilaan hasil belajar yang dapat digunakan oleh guru, yaitu dalam bentuk

(16)

portofolio, dan sebagainya). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan

bentuk penilaian tes tertulis untuk mengukur hasil belajar siswa.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata

pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada

jenjang sekolah dasar. Ilmu Pengetahuan Alam adalah usaha manusia

dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada

sasaran, serta menggunakan prosedur, dan menjelaskan dengan penalaran

sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.

IPA merupakan suatu ilmu yang mempelajari gejala dan

perubahan-perubahan alam. Perubahan-perubahan alam tersebut

merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Tanda-tanda kekuasaan

Allah tersebut dapat kita renungkan dan dapat dijadikan pelajaran yang

sangat berharga untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, sehingga kita

termasuk orang-orang bersyukur. Hal tersebut sesuai dengan firman

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda

(kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri,

hingga jelas bagi mereka bahwa al-Qur’an itu adalah benar. Tiadakah

cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”

(17)

Dalam belajar terdapat faktor-faktor yang bisa saja mendukung

atau mengganggu perolehan hasil belajar. Faktor secara umum yang

menyebabkan masih rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) adalah saat ini masih banyak guru yang

menggunakan pendekatan tradisional dalam pembelajaran IPA sehingga

siswa belum terarahkan untuk memahami sendiri konsep-konsep IPA yang

sedang dipelajari. Pendekatan tradisional tersebut belum mampu

mengembangkan kemampuan kognitif (penalaran), afektif (sikap), dan

psikomotorik (keterampilan). Dengan demikian siswa hanya cenderung

menghafalkan konsep-konsep IPA yang dipelajarinya tanpa memahami

dengan benar. Akibatnya penguasaan terhadap konsep-konsep IPA siswa

menjadi sangat kurang. Selain itu, dengan adanya perubahan kurikulum

baru, pembelajaran yang sebelumnya lebih banyak didominasi oleh

seorang guru (teacher centered), tetapi sekarang kurikulum menuntut

dengan sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered).

Di mana siswa harus berperan aktif dalam pembelajaran. Seorang guru

juga harus mampu menghadapkan siswa dengan dunia nyata sesuai dengan

yang dialaminya sehari-hari. Pembelajaran IPA kurang meresap pada diri

siswa. Mengingat siswa di usia SD/MI (7 sampai 12 tahun) memiliki

sifat-sifat yang khas yaitu berfikir atas dasar pengalaman yang konkret, mereka

belum dapat membayangkan pada hal-hal yang abstrak.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di MI Tarbiyatul Ulum

(18)

masih menggunakan pembelajaran yang tradisional yakni pembelajaran

yang berpusat pada siswa. Peneliti menemukan hasil belajar siswa kelas V

MI Tarbiyatul Ulum Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang bahwa ada

70% nilai Ulangan siswa mata pelajaran IPA tidak mencapai KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimal). Dimana nilai KKM pada semua mata

pelajaran adalah 65. Hal ini tentunya disebabkan karena salah satu

faktor-faktor dalam pembelajaran seperti penggunaan model dalam pembelajaran.

Solusi untuk mengatasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan

masalah dalam hasil belajar siswa yaitu dengan menerapkan model

pembelajaran yang lebih inovatif sebagai upaya untuk meningkatkan hasil

belajar siswa khusunya pada mata pelajaran IPA. Salah satu model

pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu model pembelajaran Make a

Match yaitu model pembelajaran dimana siswa dituntut aktif dalam

pembelajaran dengan mencari pasangan atau kooperatif learning. Untuk

itu, maka penulis mengangkat penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil

Belajar IPA Materi Bumi dan Alam Semesta dengan Model Pembelajaran

Make A Match pada Siswa Kelas V MI Tarbiyatul Ulum Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018.”

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang masalah, didapatkan rumusan

masalah berikut: “Apakah penerapan model pembelajaran Make a Match

(19)

siswa kelas V MI Tarbiyatul Ulum Kecamatan Pabelan Kabupaten

Semarang Tahun Pelajaran 2017/ 2018?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan

hasil belajar IPA materi bumi dan alam semesta dengan model

pembelajaran Make a Match pada siswa kelas V MI Tarbiyatul Ulum

Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/ 2018.

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

Melalui penerapan model pembelajaran Make a Match,

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi bumi dan

alam semesta pada siswa kelas V MI Tarbiyatul Ulum Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/ 2018.

2. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah meningkatkan hasil

belajar IPA pada materi Bumi dan Alam Semesta yang ditandai

dengan:

a. Secara individu

Nilai yang diperoleh setiap siswa dapat melebihi KKM yang telah

ditentukan di sekolah tersebut, yaitu 65 untuk mata pelajaran

(20)

b. Secara Klasikal

Siklus akan berhenti apabila ≥ 85% dari total siswa dalam satu

kelas mendapat nilai ≥ 65.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilaksanakan diharapkan dapat memberikan

manfaat kepada banyak pihak. Adapun manfaat yang ingin dicapai yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

untuk dijadikan sebagai sumber informasi dalam menjawab

permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran

terutama dalam hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi

bumi dan alam semesta. Selain itu, penelitian ini dapat bermanfaat

sebagai bahan referensi dalam merancang pembelajaran dengan model

pembelajaran Make a Match. Peneliti juga berharap rancangan dalam

penelitian ini yaitu penggunaan model pembelajaran Make a Match

dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

Manfaat penelitian ini bagi siswa yaitu dapat meningkatkan

semangat dan kreativitas dalam mengikuti pembelajaran karena

pembelajaran dikemas secara menarik dengan menggunakan

(21)

pembelajaran yang baik dan tepat diharapkan memberikan

pengalaman belajar yang bermakna dan tidak membuat siswa

jenuh. Selain itu kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa

dalam memahami materi khususnya materi-materi yang terdapat

pada mata pelajaran IPA yaitu bumi dan alam semesta.

b. Bagi guru

Manfaat penelitian ini bagi guru yaitu dapat

mengembangkan kualitas pembelajaran menjadi lebih menarik,

dapat menjalankan tugas sebagai pendidik dengan baik yaitu

dengan merancang pembelajaran secara matang, dapat

mengidentifikasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh

siswa pada pembelajaran dan dapat menciptakan kreativitas dan

inovasi-inovasi dalam pembelajaran salah satunya dengan

menggunakan model pembelajaran Make a Match.

c. Bagi peneliti

Manfaat penelitian ini bagi peneliti yaitu dapat memberikan

pengalaman dalam mengelola pembelajaran sesuai yang

ditetapkan oleh pemerintah, dapat meningkatkan kemampuan

mengajar dan memberikan pengetahuan tentang bagaimana

mengatasi masalah atau kesulitan yang dialami oleh siswa

terhadap materi pembelajaran. Selain itu penelitian ini juga dapat

(22)

rencana pembelajaran dengan model pembelajaran pada

mater-materi lain.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman anatara yang dimaksudkan

peneliti dengan persepsi yang ditangkap oleh pembaca, maka peneliti

memberikan definisi operasional sebagai berikut:

1. Hasil belajar

Gagne dan Briggs mendefinisikan hasil belajar sebagai

kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses

belajar. Ngalim Purwanto memberikan penjelasan bahwa: “hasil

belajar adalah prestasi yang dapat digunakan oleh guru untuk menilai

hasil pelajaran yang diberikan pada siswa dalam waktu tertentu”

(Ngalim Purwanto, 1982).

Jadi, hasil belajar adalah prestasi seorang siswa untuk menilai

hasil pelajaran yang diperoleh setelah mengikuti proses belajar.

2. Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata

pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk

pada jenjang sekolah dasar. Ilmu Pengetahuan Alam adalah usaha

manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang

tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan menjelaskan

(23)

3. Model pembelajaran Make a-Match

Model Make a Match (membuat pasangan) merupakan satu

jenis model dalam pembelajaran kooperatif. Salah satu keuntungan

teknik ini adala siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai

suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan

Kelas. Istilah dalam bahasa inggrisnya adalah Classrom Action

Research dan di indonesia dikenal dengan sebutan PTK. Penelitian

Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan

belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi

dalam sebuah kelas secara bersama-sama (Arikunto, 2007: 3)

Penelitian Tindakan Kelas adalah salah satu upaya guru atau

praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk

memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran kelas. Alasan

peneliti menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas untuk

memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran yang dilakukan

oleh guru di dalam kelas dengan menggunakan model pembelajaran

Make a Match sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa

terutama dalam mata pelajaran IPA materi bumi dan alam semesta.

Arikunto, dkk (2014: 16) mengemukakan empat tahapan dalam

(24)

pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun gambaran tahapan tersebut

adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1 Siklus Penelitian Tindakan

(Arikunto, 2014: 137)

2. Subjek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V

Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatul Ulum Kecamatan Pabelan

Kabupaten Semarang yang berjumlah 21 siswa yang terdiri dari 9

siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan dengan fokus penelitian

pada peningkatan hasil belajar dalam mata pelajaran IPA.

b. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di

Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatul Ulum Kecamatan Pabelan

(25)

c. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret 2018 sampai

Mei 2018 dari tahap pra survei hingga dilaksanakannya tindakan.

3. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan dalam setiap

siklus adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan proses pengembangan rencana

yang akan dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan

masalah yang ada dikelas. Dalam tahap perencanaan perlu

diketahui kapan, dimana, oleh siapa, apa, mengapa, dan

bagaimana tindakan tersebut dilaksanakan. Penelitian Tindakan

Kelas dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan

tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan.

Cara ini dilakukan untuk mengurangi unsur subjektivitas

(Arikunto, 2007:17).

Tahapan dalam perencanaan ini terdiri dari:

1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan

model pembelajaran Make a Match

2) Menyiapkan sarana pendukung yang diperlukan saat proses

pembelajaran berlangsung

3) Menyiapkan lembar observasi guru untuk mengetahui kondisi

(26)

4) Perencanaan tindakan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran Make a Match

5) Menyiapkan soal evaluasi terhadap pembelajaran

menggunakan model pembelajaran Make a Match

b. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap implementasi atau

penerapan isi rancangan yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal

yang perlu diingat pada tahap ini adalah bahwa pelaksana guru

harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan

dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak

dibuat-buat (Arikunto, dkk, 2014: 18). Implementasi tindakan pada

prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah

direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi

apa yang akan diajarkan atau dibahas dan sebagainya (Kusumah,

2010: 39). Pelaksanaan tindakan pada penelitian ini akan

diterapkan model pembelajaran Make a Match untuk

meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Pengamatan

Tahap pengamatan sebenarnya berjalan bersamaan dengan

tahap pelaksanaan tindakan. Pengamat melakukan pengamatan

dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama

pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini

(27)

yang telah disusun. Data yang dikumpulkan dapat berupa data

kuantitatif (hasil tes, ulangan harian, presentasi, dll) dan data

kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, partisipasi siswa

dalam pembelajaran, dan lain-lain (Daryanto, 2011: 27).

d. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan mengemukakan kembali apa yang

telah dilakukan. Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi

untuk memperoleh masukan, saran-saran mengenai pelaksanaan

tindakan digunakan untuk perbaikan dan sebagai dasar untuk

menentukan langkah berikutnya. Dengan adanya refleksi, peneliti

dan guru dapat mengetahui kekurangan dari siklus pertama

sehingga dapat dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya

4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian meliputi berbagai

hal, yaitu:

a. Lembar pengamatan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman

pengamatan untuk mengetahui permasalahan yang ada di MI

Tarbiyatul Ulum dan untuk mengamati guru dan siswa pada saat

proses pembelajaran berlangsung menggunakan model

pembelajaran Make a Match pada mata pelajaran IPA materi

bumi dan alam semesta. Lembar pengamatan yang dipersiapkan

(28)

1) Lembar pengamatan guru

Dalam hal ini, aspek yang diamati pada guru oleh

peneliti saat pelaksanaan penelitian yaitu persiapan guru

dalam mengajar, kemampuan guru dalam proses

pembelajaran, kemampuan guru dalam menggunakan model

pembelajarn, dan kemampuan guru dalam menutup

pembelajaran.

2) Lembar pengamatan siswa

Dalam hal ini, aspek yang diamati pada siswa oleh

peneliti saat pelaksanaan penelitian yaitu keaktifan, dan

kerjasama.

b. Soal tes

Soal tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa

setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran

Make a Match materi bumi dan alam semesta. Soal tes berisi

pertanyaan tertulis yang berhubungan dengan materi Bumi dan

alam Semesta.

c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP merupakan

instrumen yang digunakan peneliti dalam merencanakan

pembelajaran di kelas dan digunakan oleh kolaborator atau guru

yang untuk melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran

(29)

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akan dijadikan acuan dalam

penelitian, peneliti menggunakan berbagai teknik, yaitu:

a. Observasi

Observasi adalah proses pengambilan data dalam

penelitian, dimana peneliti atau pengamat melihat situasi

penelitian (Kusumah, 2010: 66). Observasi dilakukan oleh

peneliti sebelum melakukan penelitian, yaitu dengan melakukan

pengamatan di MI Tarbiyatul Ulum dengan mengambil nilai dari

buku laporan hasil belajar siswa kelas V MI Tarbiyatul Ulum

yang sudah berlangsung. Observasi juga dilakukan pada saat

peneliti mengamati kolaborator atau guru yang mengajar

menggunakan model pembelajaran Make a Match materi bumi

dan alam semesta dan juga untuk mengamati siswa pada saat

pelaksanaan penelitian.

b. Tes

Tes yang digunakan oleh peneliti adalah tes tertulis yang

digunakan untuk mengukur pemahaman siswa setelah melakukan

pembelajaran dengan model pembelajaran Make a Match materi

bumi dan alam semesta.

c. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan sebagai bukti hasil penelitian yang

(30)

kamera. Foto yang diabadikan melalui dokumentasi ini berisi

peristiwa yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan siswa

bersama guru selama proses pembelajaran berlangsung. Foto yang

diambil pada saat proses pembelajaran berlangsung merupakan

sumber data yang dapat memperjelas data yang lain. Aspek-aspek

yang didokumentasikan adalah aktivitas guru dan siswa dalam

proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Make a Match.

6. Analisis Data

Analisis data adalah analisis data yang telah terkumpul guna

mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian

untuk perbaikan belajar siswa (Suyadi, 2010: 85). Analisis data

dilakukan dalam setiap siklusnya dengan cara memberikan soal tes

formatif pada setiap akhir pelaksanaan pembelajaran. Data yang

terkumpul dianalisis per siklus untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar yang dicapai siswa. Hal ini untuk membuktikan hipotesis

tindakan maka hasil penelitian dianalisis menggunakan statistik untuk

menghitung ketuntasan klasikal. Apabila hasil belajar siswa secara

klasikal mencapai ≥ 85% maka siklus dihentikan. Rumus untuk

menghitung persentase ketuntasan klasikal adalah sebagai berikut:

(31)

H. Sistematika Penulisan

Secara garis besar, sistematika penulisan skripsi dalam penelitian

tindakan kelas adalah sebagai berikut:

1. Bagian awal yang terdiri dari: halaman sampul, lembar logo, halaman

judul, lembar persetuuan pembimbing, pengesahan kelulusan,

penyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar,

abstrak, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel dan daftar lampiran.

2. Bagian inti:

BAB I Pendahuluan. Bab ini membahas tentang latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis

penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian,

dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori. Bab ini berisi tentang kajian teori

dan kajian pustaka. Kajian teori yaitu teori-teori yang digunakan

sebagai landasan dalam PTK ini. Sedangkan kajian pustaka memuat

tentang hasil penelitian terdahulu yang relevan.

BAB III Pelaksanaan Penelitian. Bab ini menyajikan

pelaksanaan penelitian yang meliputi deskripsi pra siklus dan

deskripsi pelaksanaan siklus I dan siklus II.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini

mendiskripsikan tentang hasil pelaksanaan penelitian secara

keseluruhan dari awal sampai akhir penelitian tindakan kelas beserta

(32)

BAB V Penutup. Bab ini memuat tentang kesimpulan dan

saran-saran.

(33)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis

belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau

ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah

sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu.

Sedangkan secara terminologis, definisi belajar dikemukakan oleh

beberapa ahli diantaranya menurut Cronbach, “Learning is shown

by change in behavior as result of experience”. Belajar yang

terbaik adalah melalui pengalaman. Menurut Morgan dan

kawan-kawan (1986) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan

tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan

atau pengalaman (Baharuddin dan Wahyuni, 2008: 13-14).

Belajar adalah suatu aktivitas yang yang dilakukan

oleh seseorang dengan sengaja dan dalam keadaan sadar untuk

memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan

baru sehingga memungkinkan seseorang tersebut berubah

perilakunya, dan perubahan tersebut relatif tetap baik dalam

(34)

Dalam buku Educational psychology, H.C

Witherington, mengemukakan bahwa belajar adalah suatu

perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai

suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap,

kebiasaan, kebiasaan, kepribadian. Belajar merupakan

interaksi individu dengan lingkunganya. Lingkungan dalam

hal ini dapat berupa manusia atau obyek-obyek lain yang

memungkinkan individu memperoleh pengalaman atau

pengetahuan.( Aunurrahman, 2016: 36).

Berdasarkan berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan

bahwa belajar adalahaktivitas manusia yang dilakukan dengan

sengaja dalam keadaan sadar dengan adanya perubahan yang

diperoleh dari suatu pengalaman untuk mencapai tujuan yang

baik.

b. Ciri-ciri Belajar

Dalam Baharuddin dan Wahyuni (2008: 15-16), disebutkan

ciri-ciri belajar sebagai berikut:

1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku

(change behavior).

2) Perubahan perilaku relative permanent.

3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada

saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku

(35)

4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau

pengalaman.

5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan

Jadi, seseorang dapat dikatakan belajar apabila ada perubahan

pada tingkah laku yang bersifat relative permanen yang

merupakan hasil dari pengalaman.

c. Prinsip-prinsip Belajar

Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar,

seorang guru peru memperhatikan beberapa prinsip belajar

berikut (Soekanto dan Winata Putra, 1997):

1) Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar,

bukan orang lain. Untuk itu, siswalah yang harus bertindak

aktif.

2) Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.

3) Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat

penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan

selam proses belajar.

4) Penguatan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan

siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.

5) Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi

tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.

Jadi prinsip belajar pada dasarnya semua tefokus pada

(36)

dengan kemampuannya, dan siswa juga membutuhkan penguatan

dan motvasi agar belajar menjadi lebih berarti.

d. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Nawawi, hasil belajar dapat diartikan sebagai

tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di

sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes

mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu (Susanto, 2013: 5).

Secara sederhana, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah

kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan

belajar. Dalam pembelajaran, biasanya guru menetapkan tujuan

belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah anak yang

berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Sudjana juga

menegaskan bahwa “hasil belajar adalah sebagai kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar, yang

berupa penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar yang

disebut kemampuan“ (Sudjana, 1992).

Berdasarkan penegertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajar yang dinyatakan dalam skor yang

diperoleh dari hasil tes.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi dua faktor

yakni faktor lingkungan dan faktor dari dalam diri siswa sendiri,

(37)

besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai,

seperti dikemukakan oleh Clark (Hosnan, 2014: 159) bahwa hasil

belajar disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan

30% oleh lingkungan.

Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah

sesuai dengan tujuan yang dikehendaki apat diketahui melalui

evaluasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sunal (1993: 94),

bahwa evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk

membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah

memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu, dengan dilakukannya

evaluasi atau penilaian ini dapat dijadikan feedback atau tindak

lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan

siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari

tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap, dan

ketrampilan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar siswa

mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu

menyangkut pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang berkaitan

dengan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa.

e. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar

Dalam Baharuddin dan Wahyuni (2008: 19-28) secara

umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan

(38)

faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu

sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

1) Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari

dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar

individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis

dan psikologis.

a) Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang

berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor

ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan

tonus jasmani yang pada umumnya sangat memengaruhi

aktivitas belajar seseorang. Kedua, keadaan fungsi

jasmani/fisiologis yang sangat memengaruhi hasil

belajar, terutama panca indera.

b) Faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis

seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar.

Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi

proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat,

(39)

2) Faktor eksternal

Faktor-faktor eksternal yang memengaruhi belajar

dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:

a) Lingkungan sosial terdiri dari:

(1) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru,

administrasi, dan teman-teman sekelas dapat

memengaruhi proses belajar seorang siswa.

Hubungan yang harmonis anatara ketiganya dapat

menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih

baik di sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat

menjadi teladan seorang guru atau administrasi

dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

(2) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan

masyarakat tempat tinggal siswa akan

memengaruhi balajar siswa. Lingkungan siswa

yang kumuh, banyak pengangguran dan anak

terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar

siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika

memerlukan teman belajar, diskusi, atau

meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum

dimilikinya.

(3) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat

(40)

keluarga, sifat-sifat orang tua atau saudara,

demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan

keluarga, semuanya dapat memberi dampak

terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara

anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik

yang harmonis akan membantu siswa melakukan

aktivitas belajar dengan baik.

b) Lingkungan nonsosial terdiri dari:

(1) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang

segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang

tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu

lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.

Lingkungan alamiah tersebut merupakan

faktor-faktor yang dapat memengaruhia aktivitas belajar

siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam

tidak mendukung, proses belajar siswa akan

terhambat.

(2) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang

dapat digolongkan dua . pertama, hardware,

seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas

belajar, dan lain sebagainya. Kedua, software,

seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan

(41)

(3) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa).

Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia

perkembangan siswa, begitu juga dengan metode

mengajar guru disesuaikan dengan kondisi

perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat

memberikan kontribusi yang positif terhadap

aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai

materi pelajaran dan berbagai metode mengajar

yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi belajar. Faktor tersebut yaitu adalah faktor yang

berasal dari dlam atau internal dan faktor yang berasal dari luar

atau eksternal. Faktor internal itu sendiri meliputi faktor fisiologis

dan psikologi. Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor sosial

dan non sosial.

2. Ilmu Pengetahuan Alam dan Materi Bumi dan Alam Semesta

a. Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata

pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia,

termasuk pada jenjang sekolah dasar. Ilmu Pengetahuan Alam

adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui

(42)

prosedur, dan menjelaskan dengan penalaran sehingga

mendapatkan suatu kesimpulan (Susanto, 2013: 167).

Menurut Ahmadi & Supatmo (2000: 2) IPA merupakan

suatu ilmu teoritis, tetapi teori tersebut didasarkan atas

pengamatan percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam.

Betapapun indahnya suatu teori dirumuskan, tidaklah dapat

dipertahankan kalau tidak sesuai dengan hasil-hasil pengamatan

(observasi). Fakta-fakta tentang gejala kebendaan (alam)

diselidiki, dan diuji berulang-ulang melalui percobaan-percobaan

(eksperimen), kemudian berdasarkan hasil experimen itulah

dirumuskan keterangan ilmiahnya (teorinya). Teoripun tidak

dapat berdiri sendiri. Teori selalu didasari oleh suatu hasil

pengamatan.

IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan

dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif). Ada dua hal

berkaitan yang tidak terpisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai

produk, pengetahuan IPA yang berrupa pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan metagonitif, dan IPA sebagai proses,

yatu kerja ilmiah. Saat ini objek kajian kajian IPA menjadi

semakin luas, meliputi konsep IPA, proses, nilai, dan sikap

ilmiah, aplikasi IPA dalam kehidupan sehari-hari, dan kreativitas

(Kemendiknas, 2011). Belajar IPA berarti belajar kelima objek

(43)

Carin dan Sund 1993 (dalam Wisudawati, 2014: 24)

mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan

tersusun secara teratur, berlaku umum (universal) dan berupa

kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”. Merujuk pada

definisi Carin dan Sund tersebut maka IPA memiliki empat unsur

utama yaitu:

1) Sikap: IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda,

fenomena alam, makhluk hidup, serta hubunga sebab akibat.

Persoalan IPA dapat dipecahkan dengan menggunakan

prosedur yang bersifat open ended.

2) Proses: proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan

adanya prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode

ilmiah. Metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis,

perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi,

pengukuran, dan penarikan kesimpulan.

3) Produk: IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip,

teori, dan hukum.

4) Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam

kehidupan sehari-hari.

Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu

diharapkan dapat muncul sehingga peserta didik dapat

mengalami proses pembelajaran secara utuh dan menggunakan

(44)

kegiatan pemecahan masalah yang menerapkan langkah-langkah

metode ilmiah. Oleh karena itu, IPA sering kali disamakan

dengan the way of thingking (Wisudawati, 2014: 24).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu

ilmu teoritis yang didasarkan atas pengamatan

percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam melalui pengamatan yang

tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan

menjelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu

kesimpulan dengan unsur utama yang diharapkan dapat muncul

pada siswa saat proses pembelajaran yaitu sikap, proses, produk,

dan aplikasi.

Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam

Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP, 2006), yang

dimaksudkan adalah:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang

Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan

keteraturan dalam ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman

konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam yang bermanfaat dan dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran

(45)

Ilmu Pengetahuan Alam, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki

alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam

memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai dasar untuk melanjutkan

pendidikan ke SMP.

Adapun ruang lingkup bahan kajian Ilmu Pengetahuan

Alam untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia,

hewan, tumbuhan dan interaksinya.

2) Materi, sifat-sifat, dan kegunaannya meliputi: udara, air,

tanah dan batuan.

3) Listrik dan magnet, energi dan panas, gaya dan pesawat

sederhana, cahaya dan bunyi, tata surya, bumi dan

benda-benda langit lainnya.

4) Sumber daya alam, kegunaan, pemeliharaan dan

(46)

b. Materi Bumi dan Alam Semesta

1) Standar Kompetensi

7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan

hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.

2) Materi Batuan

Pendinginan magma dan lava menyebabkan magma dan

lava membeku menjadi batuan beku (Haryanto, 2012:

196). Batuan beku dibagi menjadi dua yaitu batuan beku

luar adalah batuan yang terjadi karena pembekuan

magma si luar atau permukaan bumi dan batuan beku

dalam adalah batuan yang terbentuk akibat pembekuan

magma dalam lapisan kulit bumi (Priyono dan Titik,

2010: 154). Adapun contoh keguanaan batuan beku

yaitu batu apung adalah untuk mengampelas atau

memperhalus kayu. Batu granit dimanfaatkan sebagai

bahan bangunan. Batu obsidian sering dipakai untuk

membuat alat potong, misalnya pisau bedah, dan dapat

(47)

Berikut ini adalah beberapa contoh batuan beku:

Gambar 2.1 Batu Apung (Sumber: petrologi.com (online))

Gambar 2.2 Batu Granit (Sumber: sukageogafi.com (online))

b) Batuan sedimen atau batuan endapan

Batuan sedimen terbentuk oleh proses

pengendapan yang bervariasi. Pengendapan yang terjadi

memakan waktu lama dan perlahan-lahan. Proses

pengendapan yang terjadi yaitu pengendapan dari batuan

yang terkikis dan pengendapan dari sisa-sisa binatang atau

tumbuhan (Priyono dan Titik, 2010: 155-156).

Batuan endapan memiliki ciri-ciri yang

berlapis-lapis. Setiap lapisan itu memeiliki kekuatan yang

berbeda-beda. Jika butiran itu bundar dan besar disebut

(48)

disebut breksi. Adapun kegunaan dari batuan sedimen

yaitu batu konglomerat, breksi, dan pasir yaitu untuk

bahan bangunan. Batu kapur atau gamping digunakan

sebagai bahan baku semen (Haryanto, 2012: 198).

Berikut ini adalah contoh batuan sedimen:

Gambar 2.3 Batu Konglomerat (Sumber: suka-suka.web.id (online))

Gambar 2.4 Batu Pasir

(Sumber: tambangunp.blogspot.com (online))

c) Batuan malihan atau batuan metamorf

Batuan metamorf berasal dari batuan beku atau

batuan sedimen yang mendapatkan tekanan dan suhu yang

sangat tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya

perubahan dari keadaan sebelumnya. Beberapa batuan

endapan yang berubah menjadi batuan malihan ialah batu

marmer atau batu pualam yang berasal dari batu gamping

(49)

serpih. Adapun keguanaan batuan metamorf yaitu batu

marmer atau batu pualam adalah sebagai perabotan rumah,

keramik, papan nama, piala, dan sebagainya. Kegunaan

batu sabak adalah sebagai papan tulis, paving, interior

lantai, dan sebagainya (Haryanto, 2012: 198-199).

Berikut ini adalah contoh batuan malihan:

Gambar 2.5 Batu Marmer

(Sumber: motivasidaninspirasi.blogspot.com (online))

Gambar 2.6 Batu Sabak (Sumber: geology.com (online))

3) Materi Proses Pembentukan tanah

Berdasarkan cara terjadinya, pelapukan dibedakan

menjadi tiga, yaitu pelapukan fisika, pelapukan kimia, dan

(50)

a) Pelapukan Fisika

Pelapukan fisika adalah pelapukan yang

disebabkan oleh perubahan suhu. Pelapukan fisika

banyak terjadi di padang pasir. Mengapa demikian?

Karena saat siang hari suhu di padang pasir sangat panas,

sedangkan pada malam hari suhunya sangat dingin.

Perbedaan suhu yang sangat mencolok tersebut

menyebabkan batuan mudah mengalami pelapukan.

Pelapukan fisika juga terjadi pada pakaian yang kita

kenakan. Pakaian menjadi lapuk dan koyak karena sering

dicuci dan dijemur (Priyono dan Titik, 2010: 159).

Angin juga dapat mengakibatkan pelapukan

bebatuan. Batu yang sering kena angin kencang

mengakibatkan pengikisan. Pengikisan pada batu

mengakibatkan erosi. Erosi yang berkepanjangan

membuat batu menjadi padang pasir. Sehingga terjadilah

padang pasir yang terbentang luas. Selain itu, air juga

berpengaruh terhadap pelapukan. Air hujan yang terus

menerus mengakibatkan pengikisan pada bebatuan.

Contoh lain, ombak di laut membentur batu di pantai.

Bebatuan di pantai akan terkikis karena benturan ombak.

Bebatuan sekian lama akan semakin habis karena terkikis

(51)

b) Pelapukan Kimia

Pelapukan kimia adalah pelapukan yang terjadi

karena batuan bereaksi dengan zat lain secara kimia

(Priyono, 2010: 160). Zat kimia misalnya adalah

okisigen, karbon dioksida, uap air, dan sebagainya. Salah

satu contoh hasil pelapukan kimia adalah besi berkarat.

Besi berkarat disebabkan oleh reaksi antara besi dengan

oksigen dan air. Batuan dapat terkikis dan lapuk karena

air hujan. Air hujan secara alami mengandung asam dari

karbondioksida. Keasaman air hujan dapat meningkat

oleh gas-gas buangan industri. Gas buangan industri

tersebut misalnya belerang dioksida. Belerang dioksida

dapat bereaksi dengan uap air dan gas-gas lain di udara.

Hal ini mengakibatkan terjadinya hujan asam. Hujan

asam semakin mempercepat pelapukan batuan (Wiwik,

2009: 94-95).

c) Pelapukan Biologi

Pelapukan biologi adalah pelapukan yang

disebabkan oleh makhluk hidup. Misalnya tumbuhan

atau lumut dan bakteri. Contoh pelapukan biologi adalah

pecahnya pot karena ditembus oleh akar tumbuhan dan

lunaknya batu karena ditumbuhi oleh lumut.

(52)

ditumbuhi lumut serta perubahan suhu yang berlangsung

relatif lama. Lumut merupakan tumbuhan kecil yang

sering hidup pada batuan. Tumbuhan inilah yang

memulai peristiwa pelapukan batuan menjadi tanah.

Tentu saja perubahan tersebut terjadi selama beribu-ribu

atau bahkan berjuta-juta tahun. Adanya peristiwa di atas

membuat lumut sering disebut sebagai tumbuhan

perintis.

Setelah terbentuk tanah melalui pelapukan

biologi oleh lumut, barulah tumbuhan lain dapat hidup

dan tumbuh di tempat itu. Setelah tumbuhan hidup di

tanah, beribu-ribu tahun kemudian baru terbentuk hutan.

Di hutan, daun banyak yang berjatuhan ke tanah setiap

hari. Selain itu, sisa-sisa tumbuhan serta hewan yang

telah mati akan membusuk dan bercampur dengan tanah.

Akibatnya, terbentuklah lapisan tanah yang banyak

mengandung sisa-sisa makhluk hidup. Lapisan-lapisan

tersebut merupakan bagian tanah yang sangat subur.

Lapisan itulah yang sering disebut humus atau bunga

tanah (Priyono dan Titik, 2010: 160).

Jenis-jenis tanah di Indonesia berbeda-beda. Jenis

tanah akan berpengaruh pada kesuburan tanah. Beberapa

(53)

a) Tanah pasir

Tanah pasir mimiliki kandungan pasir kurang

lebih 70%. Contohnya tanah didaerah pantai dan gurun.

Sifat-sifat tanah pasir adalah:

(1) pori-pori lebih besar,

(2) mudah menyerap air dan udara,

(3) ringan sehingga mudah diolah,

(4) kandungan unsur hara sedikit, dan

(5) tidak subur.

Gambar 2.7 Tanah Berpasir (Sumber: pixebay.com (online))

b) Tanah liat

Tanah liat benyak mengandung liat. Tanah ini

berwarna abu-abu dan sangat lengket. Tanah liat sulit

ditembus air. Tanah liat banyak digunakan sebagai bahan

pembuatan keramik dan gerabah. Tanah liat banyak

terdapat di sawah-sawah. Sifat-sifat tanah liat adalah

sebagai berikut:

(1) Butir-butir tanah lebih halus,

(54)

(3) Saat hujan air akan menggenang,

(4) Sulit untuk diolah, dan

(5) Peredaran udara dan air kurang baik (Priyono dan

Titik, 2010: 161-162).

c) Tanah subur/berhumus yaitu tanah yang banyak

mengandung humus oleh karena itu berwarna gelap.

Terdiri dari pasir, debu, dan tanah liat dengan

perbandingan sama banyak.

Gambar 2.8 Tanah Humus (Sumber: mediatani.com (online))

d) Tanah berkapur, banyak mengandung bebatuan. Tanah

berkapur sangatlah mudah dilewati air. Kandungan

humusnya tidak begitu banyak. Tanah berkapur kurang

subur bila ditanami (Wiwik, 2009: 96).

(55)

Sedangkan lapisan-lapisan penyusun tanah (dalam

Sulistyowati, 2009: 114) yaitu:

a) Tanah lapisan atas

Lapisan atas adalah lapisan yang paling giat

melakukan proses pelapukan. Lapisan tanah ini

warnanya gelap kehitam-hitaman. Sifatnya sangat

gembur dan subur. Lapisan tanah ini banyak

mengandung humus dan berbagai jasad hidup. Tanah

lapisan atas banyak dimanfaatkan untuk lahan pertanian

dan perkebunan.

b) Tanah lapisan bawah

Lapisan tanah ini warnanya lebih muda daripada

warna tanah lapisan atas. Sifatnya kurang subur karena

kadar humus dan jasad hidup di dalamnya sedikit.

Susunan tanahnya sangat padat.

c) Lapisan bahan induk

Lapisan ini warnanya kemerahan. Tanah lapisan

atas dan tanah lapisan bawah berasal dari bahan induk

tanah.

d) Lapisan batuan bawah/ dasar

Lapisan ini bersifat pejal dan merupakan lapisan

yang paling bawah. Lapisan ini struktur tanahnya sangat

(56)

Lapisan ini disebut juga lapisan anorganik karena tidak

subur. Pada lapisan batuan bawah terdapat berbagai

bahan tambang (Wiwik, 2009: 96).

Hewan dan tumbuhan sangat bermanfaat bagi

kesuburan tanah. Cacing, mikroba, dan hewan lainnya

mampu mengubah sisa-sisa sampah menjadi humus. Humus

terbentuk dari tumbuhan dan hewan yang membusuk. Jika

lapisan humus rusak, dapat dilakukan pemupukan untuk

memperbaiki kesuburan tanah (Sulistyowati, 2009: 116).

3. Model Pembelajaran Make a-Match

a. Pengertian Make a-Match

Model pembelajaran Make a Match atau mencari pasangan

dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Dimana model

pembelajaran ini siswa diajak mencari pasangan sambil belajar

mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang

menyenangkan.

Banyak temuan dalam penerapan model pembelajaran

Make a Match, dimana bisa memupuk kerjasama siswa dalam

menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada

ditangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak

sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses

pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa

(57)

suatu ciri dari pembelajaran kooperatif dimana “Pembelajaran

kooperatif ialah pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong

royong dan kerja sama kelompok” (Kurniasih dan Sani, 2017:

55-56). Tekhnik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan

untuk semua tingkatan usia anak didik. (Lie, 2010: 55). Dalam

kata lain bahwa model pembelajaran Make a Match dapat

diterapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi

bumi dan alam semesta untuk kelas V Madrasah Ibtidaiyah.

b. Kelebihan Model Pembelajaran Make a Match

1) Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan

menyenangkan.

2) Materi pembelajaran yang disampaikan kepada siswa lebih

menarik perhatian.

3) Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf

ketuntasan belajar secara klasikal.

4) Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.

c. Kekurangan Model Pembelajaran Make a Match

1) Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan.

2) Waktu yang tersedia perlu dibatasi, agar kelas tetap

kondisional.

(58)

4) Pada kelas yang gemuk (jumlah siswa lebih dari 30) perlu

adanya pengkondisian yang baik karena bisa jadi kelas

menjadi tidak kondisional dan mengganggu kelas yang lain.

d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Make a Match

Miftahul Huda, (2014: 252-253) menyebutkan ada

beberapa langkah pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Make a Match, yaitu sebagai berikut:

1) Guru membuat potongan-potongan kertas sejumlah peserta

yang ada di kelas.

2) Kemudian kertas-kertas tersebut dibagi menjadi dua bagian

yang sama.

3) Guru menuliskan pertanyan tentang materi yang telah

diberikan sebelumnya pada setengah bagian kertas yang telah

disiapkan dan menuliskan jawaban dari pertanyaan pada

bagian kertas yang lain.

4) Setelah itu kocok semua kertas, sehingga akan tercampur

antara pertanyaan dan jawaban.

5) Setiap siswa mendapat satu kertas. Guru menjelaskan bahwa

ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Setengah

dari siswa akan mendapatkan pertanyaan dan siswa yang lain

(59)

6) Setiap siswa mencari pasangan kartunya dengan waktu yang

telah ditentukan. Jika sudah menemukan pasangannya maka

mereka duduk berdekatan.

7) Setelah semua siswa menemukan pasangannya

masing-masing, maka setiap pasangan membacakan pertanyaan dan

jawaban secara bergantian di depan teman-teman yang lain.

Pasangan yang lain mengoreksi apakah pertanyaan dan

jawaban yang dibacakan benar atau tidak.

B. Kajian Pustaka

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuningsih (2016) dengan

hasil penelitian yaitu, bahwa model pembelajaran Make a Match dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD N 2 Kalinanas Kecamatan

Wonosegoro, Kabupaten Boyolali tahun 2016 pada mata pelajaran IPA

materi ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup. Hal ini dibuktikan

padahasil pra siklus yang mencapai KKM hanya 29,42 (5 siswa yang

tuntas) sedangkan 70,58 tidak tuntas. Kemudian pada siklus I yang telah

mencapai kriteria ketuntasan minimal 53% (9 siswa yang tuntas) dengan

nilai rata-rata 62,35 sedangkan pada siklus II yang telah mencapai

kriteria ketuntasan minimal sebesar 88% (15 siswa yang tuntas) dengan

nilai rata-rata 72, 94.

Penelitian yang dilakukan oleh Arif Hadi Purnomo (2017) dengan

hasil penelitian bahwa metode make a match dapat meningkatkan hasil

(60)

sumber energi kelas II MI Al Ma’arif Rowoboni Dusun Rowoganjar,

Desa Rowoboni, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang tahun

2017. Pada siklus I ke siklus II sebesar 8,4%, dan siklus II ke siklus III

sebesar 25%. Hal ini dapat dijelaskan pada peningkatan hasil belajar pada

Siklus I diperoleh data 7 siswa (58,3%) tuntas belajar dan yang belum

tuntas ada 5 siswa (41,7%) dengan rata-rata kelas 70,75. Siklus II

terdapat 8 siswa (66,7%) tuntas belajar dan 4 siswa (33,3%) belum tuntas

belajar dengan nilai rata-rata 79,67. Kemudian siklus III hanya 1 siswa

(8,3%) yang tidak tuntas dari 12 jumlah siswa dan 11 siswa (91,7%)

tuntas KKM dengan nilai rata-rata kelas 88,67. Berdasarkan data

tersebut, hasil belajar siswa dengan menggunakan metode make a match

memperoleh peningkatan, siklus I ke siklus II (8,4%) dengan peningkatan

rata 8,92, dan siklus siklus II ke III (25%) dengan peningkatan

rata-rata 9.

Penelitian yang dilakukan oleh Inayatul Mas’amah (2017) bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe make a match terhadap hasil belajar kognitif PKn siswa

kelas V SD Negeri 1 Sidokerto Kecamatan Bumiratu Nuban tahun

pelajaran 2016/2017. Pengaruhnya dapat dilihat dari perbedaan hasil

belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata posttest

kelas eksperimen adalah 77,83 sedangkan kelas kontrol adalah 66,61.

Begitu pula dapat dilihat dari perbandingan nilai rata-rata N-Gain kelas

(61)

kontrol sebesar 0,25, masuk kedalam kriteria rendah. Selisih nilai

rata-rata N-Gain kedua kelas tersebut sebesar 0, 23.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Komsiatin (2014)

bahwa pembelajaran dengan menggunakan model make a macth dapat

meningkatkan hasil belajar bahasa Arab. Tingkat keberhasilan belajar

meningkat dengan baik. Hal ini dapat diketahui dari indikator

keberhasilan yang berupa nilai hasil belajar peserta didik dan proses

pembelajaran. Proses pembelajaran akan menentukan pemahaman dari

hasil belajar. Nilai hasil belajar siswa pada tes awal mencapai nilai

41,17% kemudian meningkat menjadi 73,52% pada siklus I, dan pada

siklus II meningkat menjadi 97%. Nilai hasil belajar ini keberhasilannya

berada pada kriteria baik.

Penelitian-penelitian yang relevan tersebut memiliki perbedaan

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Perbedaan penelitian

terdapat pada subjek penelitian, materi penelitian, waktu dan lokasi

penelitian. Selain itu, berdasarkan penelitian yang terdahulu tersebut,

model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar

Gambar

Gambar 1.1 Siklus Penelitian Tindakan
Gambar 2.3 Batu Konglomerat (Sumber: suka-suka.web.id (online))
Gambar 2.5 Batu Marmer
Gambar 2.7 Tanah Berpasir (Sumber: pixebay.com (online))
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

a. Program pelatihan strategi/metode pembelajaran. Program ini menempati urutan nomor satu berdasarkan dari pemetaan kebutuhan peningkatan kompetensi guru PAI SD

Tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah untuk menentukan nilai intesitas hujan dari tinggi curah hujan pada jalan, melakukan pengujian perbandingan nilai

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan media video dapat meningkatkan

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh profil pemecahan masalah matematika siswa SMP kelas VIII ditinjau dari Spiritual Quotient (SQ) tinggi yang

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

Definisi menurut Tata Sutabri pada buku Analisis Sistem Informasi (2012:117) , Data Flow Diagram adalah sebagai berikut : “Data Flow Diagram ini adalah

Gaya Viskositas pada permukaan laut ditimbulkan karena adanya pergerakan angin pada permukaan laut sehingga menyebabkan pertukaran massa air yang berdekatan secara periodik,