• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI KELUARGA BURUH PEMBUAT EMPING DI KELURAHAN NEGERI OLOK GADING KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI KELUARGA BURUH PEMBUAT EMPING DI KELURAHAN NEGERI OLOK GADING KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ii ABSTRAK

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI

KELUARGA BURUH PEMBUAT EMPING DI KELURAHAN NEGERI OLOK GADING KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT

KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011

Oleh

RANGGA SETIA NIAGA

Pendapatan kepala keluarga yang rendah mendorong para istri sebagai ibu rumah tangga untuk ikut bekerja membantu perekonomian keluarga. Para ibu rumah tangga berusaha untuk membantu perekonomian keluarga mereka dengan cara bekerja sebagai buruh pembuat emping. Hal ini dapat kita temukan di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung dimana seluruh buruhnya adalah para ibu rumah tangga.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Buruh Pembuat Emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011. Kajian penelitian ini adalah umur buruh, tingkat pendidikan buruh, pendapatan keluarga, jumlah jiwa dalam kelurga, peenuhan kebutuhan pokok keluarga dan status kepemilikan rumah dalam keluarga. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, sedangkan teknik pengumpulan data dengan observasi, dokumentasi dan wawancara terstruktur serta, Teknik analisis data dengan tabel persentase. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 22 keluarga buruh pebuat emping dan penelitian ini merupakan penelitian populasi.

Hasil penelitian ini menunjukan: 1). Umur buruh pembuat emping rata-rata adalah 34 tahun dan 100% tergolong dalam usia produktif. 2). Tingkat pendidikan buruh

pembuat emping adalah (68,18%) tergolong ke dalam pendidikan dasar. 3). Pendapatan keluarga responden 59,09% di bawah rata-rata Rp 814 100. 4). Jumlah jiwa dalm keluarga buruh pembuat emping (81,82%) memiliki jumlah jiwa dalam keluarga yang kecil. 5). Pemenuhan kebutuhan pokok keluarga buruh pembuat emping (63,63,%) terpenuhi. 6). Status kepemilikan rumah dalam keluarga buruh pembuat emping (90,91%) berstatus milik sendiri.

(2)

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI KELUARGA BURUH

PEMBUAT EMPING DI KELURAHAN NEGERI OLOK

GADING KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT

KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011

(Skripsi)

Oleh

RANGGA SETIA NIAGA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(3)

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI KELUARGA BURUH

PEMBUAT EMPING DI KELURAHAN NEGERI OLOK GADING

KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT KOTA

BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011

Oleh

RANGGA SETIA NIAGA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Kerangka pikir ... 28

2. Peta Administratif Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk

Betung Barat Kota Bandar lampung Tahun 2011 ... 40

3. Peta Asal Buruh Pembuat Emping Di Kelurahan Negeri Olok Gading

Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar lampung Tahun 2011 .... 41

4. Piramida Penduduk Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan

(5)

xii

II TINJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka ... 11

1. Pengertian Geografi ... 11

2. Pengertian Karakteristik Sosial Ekonomi ... 11

2.1.Umur ... 13

2.2.Tingkat Pendidikan ... 14

2.3.Jumlah Jiwa Dalam Keluarga... 16

2.4.Pendapatan Keluarga ... 17

2.5.Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum ... 19

2.6.Kepemilikan Rumah Atau Tempat Tinggal ... 21

4. Buruh ... 22

5. Ibu Rumah Tangga ... 24

6. Emping ... 24

B. Hasil Penelitian Yang Relevan………. 26

(6)

xiii III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 29

B. Populasi ... 29

C. Variabel Penelitian dan Operasional Variabel ... 30

1. Variabel Penelitian ... 30

2. Definisi Operasional Variabel ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

1. Teknik Observasi ... 35

2. Teknik Dokumentasi ... 35

3. Teknik Wawancara Terstruktur ... 35

E. Teknik Analisa Data ... 36

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis Daerah Penelitian ... 37

1. Letak Astronomis ... 37

2. Letak dan Batas Administratif ... 38

3. Luas Wilayah ... 38

4. Letak Sosial Ekonomi ... 39

B. Keadaan Penduduk ... 42

1. Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk ... 42

2. Kepadatan Penduduk ... 44

3. Komposisi Penduduk ... 46

3.1. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin .. 47

3.2. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 52

D. Deskripsi Hasil Penelitian ... 54

1. Umur Responden ... 54

2. Pendidikan Responden ... 55

3. Jumlah Jiwa dalam Keluarga Responden ... 56

4. Pendapatan Keluarga Responden ... 57

5. Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum Keluarga Responden 60

6. Status Kepemilikan Keluarga Responden ... 61

(7)

xiv

6. Status Kepemilikan Rumah ... 71 IV. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 73 B. Saran ... 74

(8)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi Mata Pencaharian Kelurahan Negeri Olok Gading ... 4

2. Data Umur, Pendidikan, Pendapatan Kepala Keluarga Perbulan Buruh pembuat emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011 .. 4

3. Rincian Kebutuhan Pokok Minimum Perkapita Per Tahun di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011 ... 20

4. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecaatan Teluk Betung Barat ... 42

5. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011. ... 48

6. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011 ... 53

7. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan. ... 56

8. Jumlah Jiwa Dalam Keluarga Responden ... 57

9. Jumlah Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga... 59

(9)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Edy Haryono, M.Si ………

Sekretaris :.Sugeng Widodo, S.Pd, M.Pd. ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Zulkarnain, M.Si. ………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(10)

Judul Sripsi : KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI KELUARGA BURUH PEMBUAT EMPING DI KELURAHAN NEGERI OLOK GADING KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011

Nama Mahasiswa : RANGGA SETIA NIAGA No. Pokok Mahasiswa : 0713034037

Jurusan : Pendidikan IPS Program Studi : Pendidikan Geografi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama, Pembimbing Pembantu,

Drs. Edy Haryono, M.Si. Sugeng Widodo, S.Pd, M.Pd. NIP 19571218 198603 1 002 NIP 19750517 200501 1 002

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Ketua Program Sudi Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Geografi

Drs. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Zulkarnain, M.Si.

(11)
(12)

viii

MOTTO

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi

bangkit kembali setiap kali kita jatuh.

(Confusius )

Mereka yang takut melakukan kesalahan adalah mereka yang hanya

berdiri di tempat.

(penulis)

(13)

vi

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Nama : Rangga Setia Niaga 2. NPM : 0713034037

3. Program Studi : Pendidikan Geografi 4. Jurusan/Fakultas : Pendidikan IPS/FKIP

5. Alamat : Jl. Bumimanti 2 No. 26 Kel. Kampung Baru, Kec. Kedaton Bandar Lampung.

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Februari 2012

(14)

ix

PERSEMBAHAN

Seiring dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT dengan kerendahan hati

kupersembahkan karya kecilku ini untuk :

1.Bapak dan Ibuku tercinta untuk perjuangan, kelembutan kasih sayang dan

cintanya yang telah membesarkanku dengan penuh kesabaran dan memberikan

doanya untuk keberhasilanku

(15)

vii

RIWAYAT HIDUP

Rangga Setia Niaga dilahirkan pada tanggal 14 Januari Tahun 1989 di

Kelurahan Kuripan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar

Lampung dari pasangan Bapak Mulyadi dan Ibu Hafsah, dan

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 1 Talang diselesaikan Tahun 2001, Sekolah

Menengah Pertama di SMPN 3 Bandar Lampung diselesaikan Tahun 2004, dan

Sekolah Menengah Atas di SMAN 3 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Geografi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung melalui jalur Reguler.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasi kampus yaitu menjadi

Ketua Umum UKMU Pencak Silat Merpati Putih periode 2009-2010. Menjadi Tim

Pemantau Ujian Nasional tahun 2010. Melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)

fisik dan manusia, dan melaksanakan KKL terpadu di daerah Jawa Timur, Bali dan

Yogyakarta, serta pernah melaksanakan Program Pengalaman Lapangan di SMAN 8

(16)

x

SANWACANA

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul “Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Buruh Pembuat

Emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota

Bandar Lampung Tahun 2011”. Sholawat seiring salam selalu tercurah kepada

tauladan terbaik Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan Insya

Allah kita sebagai umatnya.

Penulis menyadari bahwa isi yang tersaji dalam skripsi ini masih jauh dari

sempurna, hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang

penulis miliki. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan, arahan,

pemikiran, saran, nasehat serta kesabaran dari Bapak Drs. Edy Haryono, M.Si.

selaku Pembimbing Utama sekaligus sebagai Pembimbing Akademik (PA) dan

Bapak Sugeng Widodo, S.Pd, M.Pd. selaku Pembimbing Pembantu serta Bapak

Drs. Zulkarnain, M.Si. selaku Dosen Penguji

Dalam kesempatan ini pula, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terimakasih atas izin yang telah

(17)

xi

2. Bapak Pembantu Dekan I, II dan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung terimakasih atas izin dan pelayanan administrasi yang

telah diberikan.

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung. Terimakasih atas izin pelayanan administrasi yang telah diberikan.

4. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terimakasih atas saran

maupun kritik yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung terimakasih atas segala ilmu pengetahuan yang telah

diberikan

6. Bapak M.Badri selaku Lurah Negeri Olok Gading terima kasih atas izinnya

untuk melakukan penelitian di Kelurahan Negeri Olok Gading

Penulis berharap semoga kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan

terbaik dari Allah SWT. Akhir kata dengan penuh harapan semoga skripsi ini

dapat memberikan manfaat dan Allah SWT akan selalu memberikan kekuatan

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah kemiskinan di Indonesia merupakan hal yang tidak mudah untuk diatasi,

dan permasalahan ini bukan hanya tugas pemerintah untuk menanggulanginya dan

membenahinya, namun warga masyarakatpun harus turut berjuang untuk

mengatasinya. Perkembangan zaman yang semakin maju dan kebutuhan akan

hidup semakin mahal sedangkan pendapatan tidak dapat mencukupi, maka

kesulitan ekonomi semakin terasa.

Kemajuan teknologi saat ini semakin menunjukkan peningkatan yang cukup

pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penggunaan peralatan teknologi

modern yang digunakan dalam berbagai bidang. Dimana penggunaan

peralatan-peralatan teknologi tersebut dapat membantu meningkatkan jumlah produksi serta

kualitas dari barang-barang yang diproduksi.

Terkait dengan kemajuan teknologi, dapat memunculkan beberapa permasalahan.

Salah satu contoh yaitu kurangnya kemampuan sumber daya manusia dalam

menggunakan dan memanfaatkan teknologi. Dimana kebanyakan dari mereka

(19)

2

menggunakannya. Salah satu penyebabnya yaitu karena rendahnya pendidikan

serta pengetahuan yang mereka dapatkan.

Tingkat pendidikan yang rendah dan keterbatasan skill atau kemampuan

menyebabkan mereka tidak mampu mendapatkan pekerjaan yang lebih layak.

Biasanya mereka hanya dapat bekerja dengan pekerjaan yang tidak membutuhkan

keterampilan atau unskill, yaitu pekerja kasar seperti buruh, kuli bangunan dan

pekerjaan unskill lainya. Sehingga dengan jenis pekerjaan tersebut akan

berpengaruh terhadap pendapatan yang mereka dapatkan rendah, sehingga tidak

dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka. Adanya fenomena tersebut

menyebabkan kemiskinan saat ini masih berlangsung dan pendapatan yang

mereka peroleh tidak sesuai dengan kebutuhan hidup mereka.

Jumlah tanggungan keluarga akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan

pokok minimum keluarga. Semakin banyak anggota keluarga maka semakin besar

pula beban yang harus ditanggung oleh kepala keluarga dalam memenuhi

kebutuhan pokok keluarganya.

Pendapatan kepala keluarga yang rendah akan menyebabkan tidak terpenuhinya

pemenuhan kebutuhan pokok minimum. Hal ini dapat dilihat pada upaya

pemenuhan kebutuhan pokok yang diperlukan guna kelangsungan hidup manusia,

seperti dalam peryataan berikut : kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar (basic

human needs) merupakan kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan

hidup manusia, baik yang terdiri dari kebutuhan atau konsumsi individu (makan,

pakaian, perumahan) maupun keperluan pelayanan sosial (air minum, sanitasi,

(20)

3

Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa untuk memperoleh kebutuhan hidup yang

layak, berarti semua kebutuhan pokok minimum yang diperlukan hendaknya

dapat terpenuhi walaupun dalam tingkat pemenuhan kebutuhan hidup yang

minimum. Pada kenyataannya masih banyak penduduk Indonesia, contoh di

daerah Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat dimana

keadaan perekonomiannya masih tergolong berpendapatan rendah yaitu kurang

dari Rp 865.000,00 dibawah nilai UMR (Upah Minimum Regional) pada Kota

Bandar Lampung Tahun 2011.

Berdasarkan Profil Kelurahan Tahun 2011, Jumlah penduduk Kelurahan Negeri

Olok Gading pada tahun 2011, yaitu 3223 jiwa dengan 797 kepala keluarga, yang

terdiri dari 1647 jiwa penduduk laki-laki dan sebanyak 1576 jiwa penduduk

perempuan (Profil Kelurahan Negeri Olok Gading). Kelurahan Negeri Olok

Gading merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan Teluk Betung Barat yang

memiliki luas wilayah 109 Ha yang terdiri dari lahan pemukiman umum, lahan

Pertanian dan ladang, lahan perkantoran, lahan perkarangan, jalan dan fasilitas

umum. Berdasarkan luas wilayah dan jumlah penduduk maka kepadatan

penduduk di Kelurahan Negeri Olok Gading yaitu 30 jiwa per Ha, dan setiap

kepala keluarga mempunyai anggota keluarga sebanyak 4 jiwa per KK. (Profil

Kelurahan Negeri Olok Gading, Tahun 2011).

Penduduk di Kelurahan Negeri Olok Gading memiliki mata pencaharian yang

(21)

4

Tabel 1. Komposisi Mata Pencaharian Kelurahan Negeri Olok Gading.

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)

1 Karyawan/PNS 168

Sumber : Profil Kelurahan Negeri Olok Gading Tahun 2011

Dari Tabel l dilihat bahwa komposisi mata pencaharian penduduk di Negeri Olok

Gading beraneka ragam namun yang dominan adalah buruh yang bekerja di

berbagai bidang. Salah satunya yaitu pekerjaan sebagai buruh pembuat emping

dimana tenaga kerjanya adalah para wanita.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang buruh pembuat emping

didapat gambaran sementara mengenai pendidikan buruh pembuat emping serta

pendapatan kepala keluarga mereka perbulan, dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2. Umur, Pendidikan, Pendapatan Kepala Keluarga Perbulan Buruh Pembuat Emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Tahun Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung 2011.

No Nama

Responden Umur Pendidikan Jumlah Anak kepala keluarga Pendapatan (Rp)

Sumber: Hasil wawancara dengan buruh pembuat emping pada 11 Januari 2011

Berdasarkan Tabel 2, dapat dijelaskan bahwa para buruh pembuat emping berada

(22)

5

rendah hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah

Menengah Pertama. Para buruh pembuat emping umumnya sudah menikah

sehingga mereka memiliki suami sebagai kepala keluarga.

Pendapatan rata-rata yang diperoleh oleh suami buruh pembuat emping setiap

bulannya ialah sebesar Rp 570.000,00. Rendahnya pendapatan yang mereka

peroleh hal ini terkait dengan jenis pekerjaan yang mereka dapatkan. Jenis

pekerjaan tersebut bisa berupa pekerjaan formal maupun non formal. Semakin

baik tingkat pekerjaan yang mereka dapatkan semakin tinggi pula pendapatanya.

Jenis pekerjaan yang mereka peroleh tersebut berkaitan dengan pendidikan formal

yang mereka tempuh. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin

baik pula tingkat pekerjaan yang akan mereka dapatkan, serta pendapatannya pun

akan semakin tinggi.

Jika pendapatan seseorang tinggi maka pada akhirnya selain kebutuhan pokok

keluarga mereka terpenuhi, mereka pun akan mampu untuk memenuhi kebutuhan

keluarga lainya. Salah satunya yaitu rumah atau tempat tinggal. Rata-rata

pendapatan yang diterima oleh suami dari para buruh pembuat emping tergolong

rendah yaitu sekitar Rp 500.000,00/bulan dan masih dibawah upah Minimum

Regional Kota Bandar Lampung Rp 865.000,00/bulan tahun 2011

(http://radarlampung.co.id/read/berita-utama diakses pada tanggal 20 juni 2011

pukul 19.00 WIB). Permasalahan seperti ini yang mendorong istri untuk

membantu perekonomian keluarga mereka dengan cara bekerja menjadi buruh

(23)

6

Pekerjaan buruh pembuat emping dimulai pada pagi hari yaitu pada pukul 07.30

setelah mereka selesai membereskan pekerjaan rumah mereka seperti sarapan,

bersih bersih dan sebagainya. Pekerjaan ini umumnya mereka lakukan di rumah

mereka sendiri setelah mereka mengambil tangkil dari agen. Pekerjaan mengolah

bahan baku tangkil menjadi emping yang siap dipasarkan berakhir pada pukul

11.00 namun terkadang lebih cepat tergantung berapa banyaknya tangkil yang

mereka olah. Setelah tangkil yang mereka olah menjadi emping selesai mereka

menjemurnya hingga kering. Emping yang sudah jadi mereka serahkan ke agen

dan mereka mendapatkan enam ribu rupiah per kilogram dari setiap emping yang

sudah jadi.(Hasil wawancara dengan agen dan buruh pembuat emping pada

Tanggal 11 Januari 2011).

Setelah selesai bekerja buruh disibukkan kembali dengan pekerjaan seperti

mencuci, membersihkan rumah dan lain lain karena mereka juga memilki

keluarga yang harus diurusi. Bekerjanya istri mencari pendapatan tambahan

untuk keluarga bukanlah sebuah hal yang mudah karena ibu-ibu yang bekerja

untuk mendapatkan pendapatan tambahan harus bekerja berlipat ganda selain

mengurus pekerjaan mereka juga harus bekerja membuat emping mendapatkan

penghasilan tambahan untuk keluarga. Sehingga apabila dihitung rata-rata jam

kerja ibu yang bekerja di luar akan lebih banyak dibandingkan kepala keluarga

yang hanya bekerja diluar.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti

(24)

7

Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung

Tahun 2011.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis

mengidentifikasikan karakteristik sosial ekonomi buruh pembuat emping di

Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar

Lampung antara lain sebagai berikut :

1. Umur Buruh Pembuat Emping

2. Pendidikan Formal Keluarga Buruh Pembuat Emping

3. Jumlah Jiwa dalam Keluarga Buruh Pembuat Emping

4. Pendapatan Keluarga Buruh Pembuat Emping

5. Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum Keluarga

6. Status Kepemilikan Rumah

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Berapakah umur buruh pembuat emping di Kelurahan Negeri Olok Gading

Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011?

2. Bagaimanakah tingkat pendidikan formal keluarga buruh pembuat emping di

Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar

(25)

8

3. Berapakah jumlah jiwa dalam keluarga buruh pembuat emping di Kelurahan

Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung

Tahun 2011?

4. Berapakah tingkat pendapatan keluarga perbulan buruh pembuat emping di

Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar

Lampung Tahun 2011?

5. Bagaimanakah pemenuhan kebutuhan pokok minimum buruh pembuat

emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat

Kota Bandar Lampung Tahun 2011 ?

6. Bagaimanakah status kepemilikan rumah buruh pembuat emping di Kelurahan

Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung

Tahun 2011 ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari pada penelitian ini ialah untuk mendapatkan informasi tentang

Karakteristik Sosial Ekonomi yang meliputi :

1. Untuk mendapatkan informasi mengenai umur buruh pembuat emping di

Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota

Bandar Lampung Tahun 2011.

2. Untuk mendapatkan informasi mengenai pendidikan formal buruh

pembuat emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk

(26)

9

3. Untuk mendapatkan informasi mengenai jumlah jiwa dalam keluarga

buruh pembuat emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan

Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011.

4. Untuk mendapatkan informasi mengenai pendapatan keluarga buruh

pembuat emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk

Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011.

5. Untuk mendapatkan informasi mengenai pemenuhan kebutuhan pokok

minimum keluarga buruh pembuat emping di Kelurahan Negeri Olok

Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun

2011.

6. Untuk mendapatkan informasi mengenai status kepemilikan rumah buruh

pembuat emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk

Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011.

E. Kegunaan Penelitian

1. Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana

kependidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

2. Sebagai salah satu aplikasi pengetahuan yang telah didapat selama

pendidikan di bangku kuliah dalam memecahkan masalah yang terdapat di

lapangan.

3. Sebagai suplemen bahan ajar Geografi SMA Kelas X semester II pokok

(27)

10

G. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Subyek penelitian adalah ibu rumah tangga yang bekerja

sebagai buruh pembuat emping

2. Ruang lingkup objek penelitian yaitu karakteristik sosial ekonomi buruh

pembuat emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk

Betung Barat Kota Bandar Lampung.

3. Ruang lingkup tempat penelitian yaitu di Kelurahan Negeri Olok Gading

Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung

4. Ruang lingkup waktu penelitian adalah tahun 2011.

5. Ruang lingkup ilmu penelitian adalah Geografi sosial

Geografi sosial adalah cabang dari geografi manusia yang bidang studinya

aspek keruangan karakteristik dari penduduk, organisasi sosial, unsur

kebudayaan, dan kemasyarakatan (Nursid Sumaatmadja, 1988: 56). Alasan

digunakanya Geografi Sosial sebagai ruang lingkup dalam penelitian ini

karena topik kajian dalam penelitian ini yang menjadi objek pokoknya

karakteristik penduduk dan berhubungan dengan aktivitas manusianya

yaitu umur, pendidikan buruh, jumlah jiwa dalam keluarga, pendapatan

keluarga, pemenuhan kebutuhan pokok dan kepemilikan rumah atau

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Geografi

Menurut Ikatan Geografi Indonesia (1988) dalam Nursid Sumaadmadja (2001:11),

geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan geosfer dengan

sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.

Fenomena geosfer yang dimaksud adalah gejala gejala yang ada di permukaan

bumi baik lingkungan alamnya maupun makhluk hidupnya termasuk manusia.

Geografi sosial adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal

balik antara penduduk dengan keadaan alam serta aktivitas dan usaha manusia

dalam menyesuaikan dan menguasai keadaan alam demi kemakmuran dan

kesejahteraan hidupnya (Bintarto, 1977:17). Unsur pokok yang dipelajari dalam

geografi sosial adalah manusia, lingkungan alam, hubungan dan pengaruh timbal

balik antara manusia dengan manusia dan antara manusia dengan lingkungan

alam.

2. Pengertian Karakteristik Sosial Ekonomi

(29)

12

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:308), Karakteristik berasal dari

kata ”karakter” yang berarti mempunyai sifat khusus. Karakteristik dapat artikan

sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh suatu benda.

Selanjutnya menurut Aris Ananta (1993:21), karakteristik sosial dapat mencakup

status keluarga, tempat lahir, tingkat pendidikan. Sedangkan karakteristik

ekonomi meliputi antra lain aktivitas ekonomi, jenis pekerjaan, status pekerjaan,

lapangan pekerjaan dan pendapatan

Keadaan sosial ekonomi setiap daerah berbeda tergantung sumber daya alam dan

sumber daya manusianya. Dalam hal ini Irwan Efendi (2005:77) merinci keadaan

sosial ekonomi sebagai berikut.

Keadaan sosial:

1. Jumlah dan besarnya keluarga 2. Agama dan adat istiadat 3. Sejarah dari daerah tersebut

4. Kepemimpinan

5. Tingkat pendidikan penduduk

6. Lembaga-lembaga sosial yang ada serta peranannya.

Keadaan ekonomi:

1. Tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat 2. Kesehatan masyarakat

3. Koperasi dan fasilitas pemasaran 4. Fasilitas pemberitaan

5. Masalahan perburuhan dan kesempatan kerja

6. Usaha atau kegiatan yang berkaitan dengan usahatani 7. Sistem managemen dari usahatani

8. Bentuk-bentuk kerja dan sistemnya 9. Sistem upah buruh

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas bahwasanya karakteristik ialah gambaran

mengenai sifat-sifat khusus berdasarkan aspek sosial dan aspek ekonomi. Adapun

(30)

13

2.1. Umur

Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan) (kamus bahasa

indonesia, 2005: 1244). Sedangkan menurut Kartono (1995: 56), umur adalah usia

seseorang pada saat ulang tahun yang terakhir. Dengan demikian umur merupakan

salah satu identitas seseorang yang mampu mencerminkan kondisi seseorang

dalam aktivitas kehidupanya sehari-hari, kaitanya dalam produktivitas kerja.

Pekerjaan sebagai buruh pembuat emping merupakan salah satu pekerjaan

informal. Dalam pengerjaanya di dalam sektor ini sangat dianjurkan orang yang

berusia produktif. Hal ini sejalan dengan pendapatan Payaman J. Simanjuntak

(2001: 46), menyatakan bahwa:

”umur mempengaruhi tingkat partisipasi kerja. Penduduk berumur muda umunya mempunyai tanggung jawab yang tidak begitu besar sebagai pencari nafkah untuk keluarga.bahkan umumnya mereka bersekolah. Penduduk dalam kelompok umur 25-55 tahun , terutama laki-laki, umumnya dituntut untuk ikut serta mencari nafkah dan oleh sebab itu TPK relatip besar. Lebih lanjut lagi penduduk di atas 55 tahun sudah mulai menurun kemampuanya untuk bekerja , dan TPK umumnya rendah”.

Berdasarkan uraian di atas, bahwasanya umur dapat mempengaruhi kemampuan

kerja seseorang. Selanjutnya dalam penelitian ini penggolongan umur produktif

buruh berdasarkan Daldjoeni (1977: 74), bahwa:

a. Umur 0-14 tahun (belum produktif)

b. Umur 15-19 tahun (belum produktif penuh)

c. Umur 20-54 tahun (produktif penuh)

d. Umur 55-64 tahun (tidak produktif penuh lagi)

(31)

14

Berdasarkan penjelasan di atas, umur dapat berpengaruh terhadap produktivitas

kerja seseorang. Kaitanya dengan pekerjaan sebagai buruh atau buruh yang

merupakan jenis pekerjaan kasar dan berat, dibutuhkan pekerja kuat yang

biasanya masih dalam usia prodiktif. Hal ini akan berpengaruh terhadap upah

yang mereka dapatkan. Semakin lanjut umur seseorang maka semakin berkurang

juga kemampuanya dalam bekerja sehingga hasil yang dicapai tidak maksimal,

sehingga pendapatanya pun juga rendah.

2.2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan proses berkesinambungan yang dilaksanakan manusia

dalam rangka meningkatkan harkat kehidupannya, baik secara formal maupun

informal. Pendidikan juga diartikan sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan

kualitas sumber daya manusia, yang tujuannya untuk menentukan kualitas

kehidupan manusia itu sendiri.

Dalam UU. RI. tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.

Menurut Faud Ihsan (2005:1-2), Pendidikan sebagai usaha manusia untuk

menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani

(32)

15

kebudayaan. Pendidikan memegang peranan penting bagi manusia, oleh sebab itu

tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap jenis pekerjaanya, serta

pendidikan juga mempunyai kaitan dengan tinggi rendahnya pendapatan

seseorang.

Pernyataan di atas sejalan dengan pendapat Loekman Soetrisno (1997:25), yang

menyatakan bahwa ”pendidikan merupakan wahana yang ampuh untuk

mengangkat manusia dari berbagai ketertinggalan, termasuk dalam lembah

kemiskinan, melalui pendidikan selain memperoleh kepandaian berupa

ketrampilan berolah pikir manusia juga memperoleh wawasan baru yang akan

membantu upaya meningkatkan harkat hidup mereka. Pendidikan yang rendah

menyebabkan keluarga miskin dan harus mau menerima pekerjaan yang rendah

baik dari segi upah maupun jenis pekerjaanya”.

Lebih lanjut lagi Payaman J. Simanjuntak (2001:46), menyatakan, semakin tinggi

tingkat pendidikan semakin banyak waktu yang disediakan untuk bekerja. Dengan

semakin tinggi pendidikan, kecenderungan untuk bekerja semakin besar.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dapat dikatakan bahwa pendidikan sangat

penting bagi perkembangan kehidupan manusia dalam mendapatkan lapangan

pekerjaan dan kehidupan dengan penghasilan yang lebih baik. Dengan pendapatan

yang rendah maka seseorang harus merelakan dirinya untuk mau bekerja pada

sektor informal saja, salah satunya yaitu bekerja sebagai buruh pembuat emping.

Dimana pada pekerjaan tersebut upah yang didapatpun rendah dan bahkan

(33)

16

Dalam Undang-undang Republik Indonesia tentang sistem pendidikan, jalur

pendidikan terdiri dari pendidikan formal, nonformal dan informal. Pembagian

mengenai Jenjang pendidikan formal di sekolah terdiri dari pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, Selainjenjang pendidikan itu dapat

diadakan pendidikan prasekolah, yang tidak merupakan prasyarat untuk memasuki

pendidikan dasar (Faud Ihsan, 2005:22). Pendidikan yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah lama pendidikan formal yang ditempuh oleh buruh pembuat

emping. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 pasal 17,

18, dan 19 tentang Sistem pendidikan bahwa pendidikan dibagi menjadi 3 jenjang

pendidikan, yaitu sebagai berikut:

a. Pendidikan dasar = Tamat SD dan tamat SMP

b. Pendidikan menengah = Tamat SMA/SMK

c. Pendidikan tinggi = Tamat Diploma/Sarjana

2.3. Jumlah Jiwa Dalam Keluarga

Jumlah jiwa dalam keluarga dapat diartikan banyaknya individu yang terdapat

dalam suatu keluarga dan menjadi beban dalam mencukupi berbagai kebutuhan

pokok untuk hidup yang harus dapat dipenuhi demi kelangsungan hidupnya.

Selanjutnya Daldjeoni (1977:76) mengemukakan bahwa tanggungan keluarga

adalah anggota keluarga yang belum bekerja atau tidak bekerja, yaitu mereka

yang dibawah umur atau lanjut usia.

(34)

17

akan menjadi beban tersendiri bagi kepala keluarga yang berpendapatan rendah. Dengan pendapatan yang minim pada keluarga miskin, kepala keluarga harus

menanggung kebutuhan hidup keluarganya. Keadaan demikian dapat menimbulkan beberapa permasalahan pada keluaraga miskin. Permasalahan tersebut diantaranya adalah anak putus sekolah dan bekerja di bawah umur yang disebabkan kepala keluarga tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan pokok

keluarganya.

Menurut pendapat Abu Ahmadi (2002:250), menyatakan bahwa:

1. Besar, bila jumlah tanggungan 5 orang atau lebih dari 5 orang. 2. Kecil, bila jumlah tanggungan kurang dari 5 orang.

2.4. Pendapatan Keluarga

Pendapatan adalah gambaran yang jelas tentang posisi ekonomi keluarga dalam

masyarakat yang merupakan jumlah seluruh pendapatan dan kekayaan keluarga

yang digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu pendapatan tinggi, sedang dan

rendah. Menurut Masri Singarimbun (1976:63) pendapatan adalah arus

kesempatan untuk membuat pilihan-pilihan diantara berbagai alternatif

penggunaan sumber-sumber yang langka. Pendapatan juga merupakan suatu

gambaran yang lebih tepat tentang posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat

yang merupakan jumlah seluruh pendapatan dan kekayaan keluarga (termasuk

barang-barang dan hewan piaraan yang dipakai untuk membagi ekonomi keluarga

dalam tiga kelompok yaitu pendapatan rendah, pendapatan sedang dan pendapatan

(35)

18

Besar kecilnya pendapatan itu sendiri akan membawa pengaruh pada pemenuhan

kebutuhan pokok penduduk yang bersangkutan. Sesuai dengan pendapat Emil

Salim (1994:44) bahwa rendahnya pendapatan akan menyebabkan sulit

terpenuhinya berbagai kebutuhan pokok, seperti pangan, sandang, perumahan,

kesehatan dan pendidikan.

Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) terdapat perincian pendapatan sebagai

berikut: pendapatan sektor formal merupakan yaitu segala penghasilan baik

berupa uang atau barang yang sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai

balas jasa atau kontra prestasi dari sektor formal, pendapatan sektor informal

merupakan segala penghasilan baik itu berupa uang atau barang yang diterima

biasanya sebagai balas jasa atau kontras dari sektor informal dan pendapatan

sektor subsistem terjadi apabila produksi dengan konsumsi terletak disatu tangan

atau masyarakat kecil (Mulyanto Sumardi, 1985:94). Sedangkan menurut

pendapat Loekman Soetrisno (1997:25), menyatakan, pendidikan yang rendah

menyebabkan keluarga miskin dan harus mau menerima pekerjaan yang rendah

baik dari segi upah maupun jenis pekerjaanya.

Pendapatan keluarga dalam penelitian ini adalah pendapatan total yaitu

pendapatan yang diterima buruh ditambah dengan pendapatan yang diterima istri

buruh dan ditambah dengan pendapatan anggota keluarga lainya yang diberikan

kepada kepala keluarga untuk keperluan keluarga.

Selanjutnya tingkat pendapatan keluarga buruh dapat dikelompokan menjadi 2

kriteria, berdasarkan rata-rata pendapatan seluruh keluarga buruh yaitu:

(36)

19

2. Pendapatan keluarga di atas rata-rata

Kriteria tingkat pendapatan tersebut diperoleh berdasarkan interval dengan

rumus sebagai berikut :

Jumlah seluruh pendapatan keluarga respoden

Banyaknya jumlah responden

Semakin tinggi penghasilan seseorang maka akan tercukupi kebutuhan hidupnya

sedangkan semakin rendah penghasilan seseorang maka akan semakin sulit untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada umumnya tingkat pendidikan buruh yang

rendah akan memperoleh pekerjaan yang kasar dan biasanya pendapatan yang

diperoleh juga rendah.

Pendapatan keluarga buruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan

total keluarga buruh yang diperoleh dari upah buruh yang diperoleh dari

membuat enmping dalam waktu satu bulan dan ditambah dengan pendapatan yang

diperoleh anggota keluarga lainya dan dihitung dengan nilai rupiah.

2.5. Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum

Kebutuhan pokok adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi untuk

dapat hidup wajar. Menurut Daan Dimara dalam Mulyanto Sumardi dan Hans

Dieter Evers (1985:300) kebutuhan pokok adalah kebutuhan akan bahan makanan,

perumahan, sandang serta barang-barang dan jasa serta pendidikan, kesehatan dan

partisipasi. Lebih lanjut dikatakan bahwa kebutuhan pokok manusia ini dibedakan

menjadi dua kebutuhan yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder, selain itu

(37)

20

pokok bagi kehidupan manusia yang harus dicukupi meliputi : sandang, pangan,

papan, perumahan, kesehatan, pendidikan dasar dan keamanan”.

Ukuran pemenuhan kebutuhan pokok dapat diketahui dari pemenuhan kebutuhan

minimum atas sembilan bahan pokok per kepala per tahun. Menurut Arie Kusuma

Dewa dalam Totok Mardikanto (1990:23) pemenuhan kebutuhan pokok

berdasarkan sembilan bahan pokok sebagai berikut: kebutuhan pokok minimum

per kapita per tahun mencakup sembilan bahan pokok yang meliputi; beras 140

kg, ikan asin 15 kg, gula pasir 3,5 kg, tekstil kasar 4 meter, minyak tanah 60 liter,

minyak goreng 6 kg, garam 9 kg, sabun cuci 20 kg dan kain batik 2 potong.

Karena standar yang dikemukakan oleh Arie Kusuma Dewa menggunakan standar

bahan pokok (barang) sehingga perlu dirupiahkan dengan harga yang berlaku

pada saat survey di daerah penelitian yaitu di Kelurahan Negeri Olok Gading

Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. Agar lebih jelasnya,

rincian kebutuhan pokok minimum perkapita per tahun di Kelurahan Negeri Olok

Gading Kecamatan Teluk betung Barat dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Rincian Kebutuhan Pokok Minimum Perkapita Per Tahun di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011

No Jenis Kebutuhan Pokok Kebutuhan Jumlah Harga Satuan (Rupiah) (Rupiah) Total

(38)

21

Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa kebutuhan pokok minimum

perkapita per tahun berdasarkan harga jual 9 bahan pokok sebesar Rp 2.474.500

dan bila dihitung per bulan maka kebutuhan pokok minimumnya adalah

Rp 2.474.500 dibagi 12 bulan = Rp 206.208 kemudian untuk mencari kebutuhan

pokok per keluarga per bulan maka Rp 206.208 dikalikan dengan jumlah anggota

keluarga, sehingga akan didapat total kebutuhan pokok minimum keluarga

per bulan.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka didapatkan ketentuan apabila jumlah

pemenuhan kebutuhan pokok minimum per kepala keluarga per bulan kurang dari

atau sama dengan pendapatan bersih yang diperoleh kepala keluarga per bulan

maka pemenuhan kebutuhan pokok minimum kepala keluarga per bulan

terpenuhi, tetapi apabila jumlah pemenuhan kebutuhan pokok minimum per

kepala keluarga per bulan lebih dari pendapatan bersih yang diperoleh kepala

keluarga per bulan maka pemenuhan kebutuhan pokok minimum kepala keluarga

per bulan tidak terpenuhi.

2.6. Kepemilikan Rumah atau Tempat Tinggal

Kondisi kesejahteraan suatu keluarga dapat dilihat dari banyaknya barang

berharga yamg dimilikinya. Semakin banyak jumlah kepemilikan barang berharga

maka akan dapat dikatakan semakin sejahtera Keluarga tersebut.

Kepemilikan adalah proses pembuatan dan cara memiliki (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2001:583). Sedangkan berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum

(39)

22

diakses Kamis, 13 Oktober 2011 pukul 21.00 pm barang berharga adalah tiap

barang yang menjadi objek dari hak milik yang tinggi nilainya dan mahal. Barang

dibedakan atas barang bergerak dan tidak bergerak. Barang bergerak adalah

barang yang dapat berpindah sendiri atau dipindahkan, sedangkan barang tidak

bergerak adalah barang yang tidak dapat berpindah sendiri atau berpindah ke

tempat lain tanpa dipindahkan dengan cara merusak sebagian atau keseluruhan

dari barang tersebut terlebih dahulu. Rumah atau tempat tinggal termasuk dalam

kategori barang tidak bergerak

Berdasarkan dua pengertian di atas, rumah atau tempat tinggal termasuk dalam

kategori barang tidak bergerak. Kepemilikan barang berharga adalah kepemilikan

tiap barang yang menjadi objek dari hak milik yang tinggi nilainya dan mahal

harganya bagi pemiliknya. Barang berharga yang dimaksud bukan hanya barang

yang mahal harganya, tetapi juga merupakan peralatan kebutuhan pokok serta

barang untuk kemegahan, kebanggaan, kecantikan dan kesenangan.

Kepemilikan rumah atau tempat tinggal yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah kepemilikan rumah yang diantaranya sebagai beikut :

a. Kepemilikan rumah yang diantaranya terbagi atas milik sendiri,

b. Kepemilikan rumah dengan menyewa (kontrak)

c. Kepemilikan rumah atau tempat tinggal dengan cara menumpang

3. Buruh

Menurut UU No.13 tahun 2003, buruh adalah orang yang bekerja dengan

(40)

23

bekerja di (baik diperusahaan/luar perusahaan) dan menerima upah atau imbalan

adalah buruh.

Menurut Siswanto Sastrohadi Wiryo (2003:27) buruh adalah mereka yang bekerja

pada usaha perorangan dan diberikan imbalan kerja secara harian maupun

borongan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, baik lisan maupun tulisan

yanmg biasanya imbalan kerja itu diberikan secara harian.

Menururt undang-undang No.3 th.1947 pasal 6 ayat 1(tentang kecelakaan)

menegaskan bahwa buruh adalah setiap orang yang bekerja pada majikanya

diperusahaan yang diwajibkan memberi tunjangan dengan mendapat upah.

Sedangkan pasal 1 ayat 1 huruf (a) undang-undang nomor 22 tahun 1957 juga

menegaskan tentang pengertian buruh yaitu barang siapa yang bekerja pada

majikan dengan mendapat upah (Abdul Rachmad Budiono, 1999:2). Meskipun

beberapa rumusan dan kedua pasal tersebut agak berlainan tetapi dikatakan bahwa

rumusan dan kedua pasal tersebut menunjukan pada pengertian yang sama, yaitu

kedua unsur yang sama : (1) orang yang bekerja pada orang lain (majikan) dan (2)

adanya upah sebagai imbalan yang telah dilakukan.

Dalam perkembangan perburuhan indonesia, istilah buruh didiupayakan diganti

dengan pekerja, hal ini karena istilah buruh yang kurang sesuai dengan

kepribadian bangsa, buruh lebih cenderung menunjuk pada golongan yang selalu

(41)

24

pemerintah (depnaker) pada waktu Kongres FBSI II tahun 1985 yang mengajukan

pengupayaan penggantian istilah ”buruh” menjadi ”pekerja”.

Menurut Lulu Husni, (2007:34) istilah buruh kurang sesuai dengan perkembangan

sekarang, buruh sekarang ini tidak sama dengan buruh masa lalu yang hanya

bekerja pada sektor formal seperti bank, hotel dan lain-lain. Karena itu lebih tepat

jika menyebutnya dengan istilah pekerja

4. Ibu Rumah Tangga

Ibu Rumah tangga dapat didefinisikan secara terpisah yaitu pengertian ibu dan pengertian keluarga secara sendiri-sendiri. Ada beberapa pengertian mengenai ibu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitui (1) Wanita yang telah melahirkan

seorang anak, (2) Sebutan wanita yang sudah bersuami, (3) Panggilan yang lazim kepada wanita baik yang sudah maupun yang belum menikah.

Untuk pengertian rumah tangga,dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti (1) Suatu hal yang berkenaan dengan urusan kehidupan di dalam rumah (seperti hal

belanja rumah), (2) Suatu hal yang berkenaan dengan keluarga kemudian Richard G. Lipsey dkk, (1998:103) mengartikan keluarga sebagai semua orang hidup dibawah sebuah atap dan yang membuat keputusan keuangan bersama.

Dari pendapat diatas dimaksud dengan Ibu Rumah tangga adalah seorang wanita

(42)

25

tangga yang dimaksud adalah ibu-ibu yang bekerja sebagai buruh pembuat emping.

5. Emping

Menurut wikipedia diakses pada tanggal 15 januari 2011 pukul 20.00 WIB,

emping adalah sejenis makanan ringan yang dibuat dengan menghancurkan bahan

baku (biasanya biji melinjo) hingga halus kemudian dikeringkan di bawah sinar

matahari.

Proses pembuatan emping tidak sulit dan dapat dilakukan dengan menggunakan

alat-alat sederhana. Emping melinjo dapat dibagi menjadi beberapa jenis

tergantung kualitas emping. Emping yang bermutu tinggi adalah emping yang

sesuai dengan standar (SNI 01-3712-1995) yaitu emping yang tipis sehingga

kelihatan agak bening dengan diameter seragam kering sehingga dapat digoreng

langsung. Emping dengan mutu yang lebih rendah mempunyai ciri lebih tebal,

diameter kurang seragam, dan kadang-kadang masih harus dijemur sebelum

digoreng. Sampai sekarang, pembuatan emping yang bermutu tinggi masih belum

dapat dilakukan dengan bantuan alat mekanis pemipih. Emping ini masih harus

dipipihkan secara manual oleh pengrajin emping yang telah berpengalaman.

Emping yang dimaksud dalam penelitian ini adalah emping yang terbuat dari biji

malinjo atau tangkil yang didapatkan dari agen kemudian di diolah dengan cara

dipipihkan kemudian dijemur sampai kering. Emping yang telah kering kemudian

diserahkan kembali kepada agen dan kemudian mendapatkan upah

(43)

26

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan hasil penelitian Sutarto (2010) yang berjudul "Karakteristik Sosial

Ekonomi Rumah Tangga Buruh Pabrik Penggilingan Padi Wakiyo Berkah di Desa

Sumber Rejo Kecamatan Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2010" ,

Dapat diketahui :

"1). umur responden 100% tergolong dalam usia produktif. 2). Sebagian besar (68,18%) tingkat pendidikan responden tergolong ke dalam pendidikan dasar. 3). Sebagian besar (81,82%) jumlah anggota rumah tangga responden mempunyai anggota rumah tangga kecil. 4). Pendapatan rumah tangga responden 59,09% di bawah rata-rata. 5). kriteria kemiskinan rumah tangga responden 59,09% tergolong miskin. 6). Kepemilikan barang berharga rumah tangga responden sebagian besar (90,91%) tergolong sedang, yaitu dengan skor antara 14-24."

Sedangkan hasil penelitian Restia Nilandari (2010) yang berjudul "Kondisi

Sosial Ekonomi Buruh Pada Pengusaha Ternak Ayam Petelur Di Desa Tanjung

Kesuma Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur Tahun 2011" ,

Dapat diktahui dari 36 responden dan hasilnya sebagai berikut :

(1) tingkat pendidikan responden sebanyak 77,8% pendidikan dasar dan 22,2% pendidikan menengah, (2) jumlah tanggungan keluarga responden sebanyak 66,7% memiliki jumlah tanggungan yang banyak dan 33,3% memiliki jumlah tanggungan keluarga sedikit, (3) tingkat pendapatan responden seluruhnya (100%) memiliki pendapatan yang rendah yaitu kurang dari atau sama dengan Rp 767.500, (4) Pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga responden menunjukkan sebanyak 5,6% responden dapat memenuhi kebutuhan pokok minimum keluarga yaitu sebesar Rp 206.208 per kapita per bulan dan 94,4% responden kebutuhan pokok minimum keluarganya tidak terpenuhi, (5) strategi untuk memenuhi kebutuhan pokok responden sebanyak 33,3% memilih strategi berhemat dalam mengatur pola makan, 30,6% memilih menghutang ke teman/tetangga, 16,7% memilih menghutang ke warung, 11,1% memilih menghutang ke rentenir, 5,5% memanfaatkan pinjaman pemberi kredit dan 2,8% memanfaatkan pinjaman koperasi.

Berdasarkan penelitian yang relevan tersebut, Dapat kita lihat memiliki kesamaan

dengan penelitian penulis yang berjudul " Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga

(44)

27

Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011", Kesamaan itu terdapat pada

kajian yang di Teliti tentang Sosial Ekonomii yang meliputi Umur, Pendapatan,

Jumlah Jiwa dalam Keluarga dan Pemenuhan Kebutuhan Pokok.

C. Kerangka Pikir

Setiap manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup akan dipenuhi dari hasil kerja

dalam kehidupan sehari-hari. Pekerjaan manusia yang cukup banyak jenisnya

akan berpengaruh terhadap karakteristik sosial ekonomi para penduduk terhadap

manusia yang bekerja. Jenis pekerjaan tersebut pada umumnya akan

mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan seseorang dalam pemenuhan

kebutuhan keluarga serta jumlah anggota yang dimiliki.

Hal ini tercermin dari jenis pekerjaan mereka yaitu sebagai pekerja unskill atau

pekerja kasar dimana untuk mengerjakan pekerjaan jenis ini dibutuhkan

orang-orang yang masih dalam usia produktif, dimana masih memiliki fisik dan tenaga

yang kuat. Pekerjaan yang mereka dapatkan diakibatkan oleh rendahnya tingkat

pendidikan yang mereka miliki sehingga akan berpengaruh terhadap besar

kecilnya pendapatan mereka. Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh juga

tergantung dari banyak sedikitnya hasil yang mereka dapat produksi. Selanjutnya

pendapatan tersebut akan berpengaruh kepada tingkat kemiskinan keluarga serta

kepemilikan rumah atau tempat tinggal keluarga. Untuk lebih jelasnya mengenai

(45)

28

(46)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1.Rata-rata umur buruh pembuat emping adalah 34 tahun. Usia termuda buruh

adalah 24 tahun, sedangkan usia tertua adalah 52 tahun. Seluruh buruh pembuat

emping tergolong pada usia produktif penuh

2.Tingkat pendidikan dari buruh pembuat emping adalah 68,18% tamat SD dan

tamat SMP (berpendidikan dasar), dan 31,82% tamat SMA sederajat

(berpendidikan menengah).

3.Jumlah rata-rata jiwa dalam keluarga buruh pembuat emping adalah 4 orang.

Jumlah Jiwa dari keluarga buruh pembuat emping yaitu 82% (> 5 orang), dan

18,18% ( ≤5 orang)

4. Rata-rata pendapatan dari keluarga buruh pembuat emping adalah sebesar

Rp 814.000,00. Tingkat pendapatan keluarga buruh pembuat emping 59,09%

dibawah rata rata dan 40,91% d iatas rata-rata.

5.Tingkat pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga buruh pembuat

emping adalah 63,64% terpenuhi (Rp 206.208 per kapita per bulan) dan 36,36%

tidak terpenuhi.

6.Tingkat kepemilikan rumah keluarga buruh pembuat emping berstatus 90,91%

(47)

74

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi para buruh yang berpendidikan dasar diharapkan mau menambah

wawasan yang baru baik melalui media (cetak dan elektronik) maupun

penyuluhan yang ada di kelurahan, sehingga pengetahuan yang dimiliki

semakin bertambah.

2. Bagi keluarga buruh yang memiliki jumlah jiwa dalam keluarga yang banyak,

diharapkan mulai saat ini menyadari bahwa keluarga besar tidak menjamin

pendapatan yang dihasilkan juga besar, bahkan semakin banyak jumlah

tanggungan keluarga maka akan semakin berat pula beban yang harus

ditanggung oleh kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan pokok.

3. Mengingat tingkat pendapatan keluarga tergolong rendah karena pendapatan

yang diperoleh kepala keluarga rendah, diharapkan ibu rumah tangga untuk

menambah produktivitas dan jam kerja mereka sehingga pendapatan tambahan

yang diperoleh akan semakin besar untuk membantu memenuhi kebutuhan

pokok keluarga.

4. Hendaknya pihak agen emping menaikkan sedikit upah bagi para buruhnya

terutama upah harian dari hasil produksi emping yang mereka buat, karena

Gambar

Tabel 2. Umur, Pendidikan, Pendapatan Kepala Keluarga Perbulan Buruh Pembuat Emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Tahun Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung 2011
Tabel 3. Rincian Kebutuhan Pokok Minimum Perkapita Per Tahun di Kelurahan

Referensi

Dokumen terkait

siswa yang lain. Kegiatan tersebut diulang terus sampai diperoleh jawaban yang benar. Selanjutnya guru meminta siswa untuk membuat gambar yang menunjukkan bilangan. Dengan

badan ayam pedaging, namun berdasarkan hasil uji Duncan pertambahan berat badan ayam antara perlakuan R1(pakan basal + probiotik strain Enterococcus faecalis), R2

Konsumsi protein dan energi ayam Merawang dengan perbaikan kualitas pakan pada pagi hari lebih tinggi dibandingkan perbaikan kualitas pakan sore hari, tetapi pertambahan berat

Pada gambar 75 dapat dilihat bahwa, jika pembuat kebijakan memperlakukan pajak karbon terhadap sumber energi dengan skenario optimal dengan pengurangan emisi sebesar 5%, 10% dan

Jika hasil tersebut diterapkan pada mesin pindai, maka apabila didapatkan objek yang memiliki pola seperti yang terdapat dalam database benda-benda berbahaya diatas akan

Pada saat melaksanakan rencana pemecahan ma- salah, subjek impulsif dan subjek reflektif melakukan aktivitas evaluasi, yaitu keduanya memeriksa kesesuai- an pelaksanaan

Berdasarkan sistem pembobotan dan baku mutu kondisi lingkungan ekosistem lamun di Pulau Lembeh yang menghadap daratan Bitung dalam kondisi rusak dan kurang sehat, sedangkan

yang telah memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan serta karunia, taufik dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir atau skripsi ini yang berjudul