• Tidak ada hasil yang ditemukan

An analysis of prime agricultural comodities and their development strategy In Ciamis Regency, West Java Province;

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "An analysis of prime agricultural comodities and their development strategy In Ciamis Regency, West Java Province;"

Copied!
268
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DAN

STRATEGI PENGEMBANGANNYA DI KABUPATEN CIAMIS

PROVINSI JAWA BARAT

DEDE ROSDIANA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Komoditas Unggulan Pertanian dan Strategi Pengembangannya di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2011

(3)

ABSTRACT

DEDE ROSDIANA. An Analysis of Prime Agricultural Comodities and Their Development Strategy In Ciamis Regency, West Java Province. Under Supervision of SANTUN R P SITORUS, SETIA HADI and DIDIT OKTA PRIBADI

Abstract

The regional development in the regional autonomy era requires development of regional potential inside the region itself (local development) which is prioritized to the commodities development. The aims of the study is to analyze the prime agriculture commodities and how to formulate their development strategy. The research was conducted in Ciamis Regency, west Java Province March to July 2011. The analysed data is input-output table of Ciamis regency year 2008. To determine prime agriculture commodities analyze with backward and forward linkage, backward and forward dispersion as well as output, income and employment multiplier. The development strategy was formulated using combination of two analyse; those are the AHP and SWOT analyse (A-WOT). The results show that the prime agriculture commodities in Ciamis regency are rice product with index composite value around 0.75, chicken meat product with index composite value around 0.68 and cow with index composite value 0.67. Development strategies for the three prime agriculture commodities are as follow: increasing quantity and quality rice production; capital assistance for local economic actors (poultry shop and breeding farm); increasing cow population through revolving fund and insemination program.

(4)

RINGKASAN

DEDE ROSDIANA. Analisis Komoditas Unggulan Pertanian dan Strategi Pengembangannya di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh SANTUN R P SITORUS, SETIA HADI dan DIDIT OKTA PRIBADI

Diberlakukannya Undang-Undang (UU) Nomor 22 tahun 1999 dan UU Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah menegaskan bahwa pemerintah daerah berkewajiban untuk mengembangkan semaksimal mungkin potensi wilayah yang dimilikinya. Pengembangan wilayah sebagai pembangunan daerah diharuskan memperhatikan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif daerah dengan tujuan untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan kersejahteraan masyarakat serta mampu mengatasi permasalahan kewilayahan lainnya. Memahami bahwa setiap wilayah memiliki karakteristik yang spesifik dan potensi serta keterbatasan yang berbeda maka perencanaan pembangunan wilayah dapat didekati dari pengembangan sektor/komoditas unggulan.

Kabupaten Ciamis dalam melaksanakan pembangunan di wilayahnya tidak terlepas dari permasalahan pembangunan wilayah baik yang bersifat umum maupun yang bersifat strategis kewilayahan. Permasalahan umum tersebut yaitu mewujudkan ketahanan pangan masyarakat, penanganan kemiskinan, pengangguran, ketenagakerjaan dan pemberdayaan masyarakat. Permasalahan strategis kewilayahan yaitu pengembangan daerah perbatasan (kabupaten/kota tetangga dan desa sekitar hutan dan perkebunan) dan pembangunan desa tertinggal.

Meskipun gambaran umum perekonomian Kabupaten Ciamis didominasi oleh sektor pertanian dalam arti luas, namun gambaran tersebut belum dapat menjelaskan dan mengarahkan secara lebih spesifik komoditas unggulan pertanian apa dan bagaimana strategi pengembangannya.

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat dari bulan Maret hingga Juli 2011.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui komoditas unggulan pertanian dan merumuskan strategi pengembangannya. Komoditas unggulan dianalisis dengan Tabel input-output dan indeks komposit, sedangkan strategi pengembangan dirumuskan dengan perpaduan dua analisis yaitu analisis AHP dan analisis SWOT (A-WOT).

Tabel Input-Output Kabupaten Ciamis tahun 2008 dianalisis untuk mengetahui tingkat keterkaitan langsung antar komoditas baik kedepan maupun ke belakang, tingkat keterkaitan langsung dan tidak langsung kedepan maupun ke belakang, derajat kepekaan, derajat penyebaran serta analisis dampak pengganda: Output multiplier, Income multiplier, dan Employment multiplier. Kemudian dihitung nilai indeks masing-masing analisis menjadi indeks komposit. Nilai indeks di atas rata-rata merupakan penentu komoditas unggulan. Analisis strategi pengembangan dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada pengembangan komoditas unggulan pertanian, selanjutnya diformulasikan menjadi strategi pengembangan komoditas unggulan terpilih.

(5)

sebagai komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Ciamis. Hasil menunjukkan enam komoditas unggulan pertanian secara berurutan yaitu: komoditas padi, ayam ras pedaging, sapi, peternakan lainnya, ikan darat termasuk hasil perairan darat lainnya dan kelapa. Enam komoditas unggulan pertanian yang diketahui dari tabel komposit, selanjutnya dipaduserasikan dengan kebijakan pembangunan daerah melalui diskusi dengan pemangku kepentingan pembangunan di Kabupaten Ciamis. Dari hasil paduserasi diperoleh tiga komoditas unggulan pertanian terpilih yaitu komoditas padi, ayam ras pedaging dan sapi. Tiga komoditas yang terpilih tersebut selanjutnya dijadikan sebagai arahan kebijakan pengembangan komoditas unggulan pertanian bagi Kabupaten Ciamis yaitu 1). arahan kebijakan pengembangan komoditas padi; 2) arahan kebijakan pengembangan komoditas ayam ras pedaging dan 3) arahan kebijakan pengembangan komoditas sapi.

Dari arahan kebijakan tersebut, dirumuskan strategi pengembangan untuk masing-masing komoditas unggulan pertanian terpilih sebagai berikut:

a. Strategi Pengembangan komoditas padi:

Mendorong peningkatan produksi dan kualitas beras, membangun usaha agribisnis padi berpola kemitraan, menerapkan pola pemupukan berimbang antara pupuk organik dan anorganik serta pengelolaan lahan dan penanganan hama terpadu ramah ramah lingkungan, menetapkan kawasan lumbung padi, penyuluhan dan pembianaan kepada masyarakat petani, peningkatan pengetahuan petugas pertanian, mendorong terciptanya inovasi pengolahan hasil guna memperoleh nilai tambah (added value), mendorong terciptanya kawasan/sentra komoditas unggulan tanaman pangan, dan meningkatkan akses petani terhadap permodalan, teknologi dan pasar.

b. Strategi Pengembangan komoditas ayam ras pedaging:

Memfasilitasi kemudahan mengakses modal bagi poultry shop maupun breeding farm untuk meningkatkan kapasitas produksinya, membuka peluang berkembangnya usaha-usaha peternakan dengan memudahkan perizinan, memperkuat permodalan perusahaan lokal (management dan pengendalian perizinan), memberikan pelayanan dan jaminan kepada masyarakat mengenai kesehatan hewan dan peternakan, memfasilitasi berkembangnya rumah potong hewan, secara bertahap mengembangkan sarana produksi secara mandiri berbasis sumberdaya lokal, dan membentuk lokasi sentra peternakan ayam ras pedaging.

c. Strategi Pengembangan komoditas sapi:

Menambah jumlah ternak sapi sampai batas maksimal daya tampung dengan pemberian bantuan bergulir bibit sapi dan inseminasi pada ternak yang sudah ada, kemudian peningkatan ilmu pengetahuan para peternak baik management maupun teknik pengelolaan ternak, memberikan bimbingan teknis dan pelayanan kesehatan bidang peternakan serta pembinaan dan penguatan kelembagaan peternak.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)
(8)

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DAN

STRATEGI PENGEMBANGANNYA DI KABUPATEN CIAMIS

PROVINSI JAWA BARAT

DEDE ROSDIANA

TESIS

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

MAGISTER SAINS

pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)
(10)

Judul Tesis : Analisis Komoditas Unggulan Pertanian dan Strategi

Pengembangannya di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat Nama : Dede Rosdiana

NIM : A. 156070051

Program Studi : Ilmu Perencanaan Wilayah

Disetujui: Komisi Pembimbing

Ketua

Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus

Dr. Ir. Setia Hadi, MS

Anggota Anggota Didit Okta Pribadi, SP, M.Si

Diketahui:

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Perencanaan Wilayah

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

(11)

Dengan sepenuh hati

Kupersembahkan karya kecil ini untuk

Istri Tersayang Maya Sophia, S.Hut

Dan buah hati kami

Anugerah terindah yang lahir dua hari setelah menyelesikan sidang akhir

Ibunda Almarhumah Maryamah dan AyahandaTarsono

Kakak Nadi Permana, Amd dan Adik Tercinta Nurdin

Ayahanda H. Rustam Kertapriyatin & Ibunda

Hj. Elis Komalasai,S.Pd

(12)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul Analisis Komoditas Unggulan Pertanian dan Strategi Pengembangannya di Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat dapat diselesaikan.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus selaku ketua komisi pembimbing, Dr. Ir. Setia Hadi, MS dan Didit Okta Pribadi, SP, M.Si masing-masing selaku anggota komisi pembimbing atas segala bentuk perhatian, motivasi dan bantuan terhadap penulis.

2. Ketua Program Studi, segenap dosen pengajar, asisten dan staf kependidikan program studi ilmu perencanaan wilayah SPs IPB.

3. Keluarga Besar Prof. Dr. Ir. H. Endang Suhendang, MS atas motivasi dan dukungannya hingga penulis terus melangkah untuk menyelesaikan studi. 4. Keluarga Besar Dr. Sofyan H Nur, Ir., MS atas motivasi dan dukungannya

hingga penulis memberanikan diri untuk melanjutkan studi ke Strata-2.

5. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Ciamis beserta staf atas izin yang diberikan untuk dapat melaksanakan penelitian di Ciamis.

6. Kepala BAPPEDA Kabupaten Ciamis beserta staf atas kesediaannya memberikan data-data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 7. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis beserta staf atas

kesediaannya memberikan data-data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

8. Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Ciamis beserta staf atas kesediaanya memberikan data-data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 9. Istri dan segenap keluarga besar H. Rustam Kertapriyatin dan Hj. Elis

Komalasari, S.Pd atas segala do’a, perhatian, kasih sayang, pengertian dan kesabarannya yang menjadi motivasi lebih bagi penulis untuk tetap terus melangkah.

10.Rekan-rekan Mahasiswa SPs PWL Angkatan 2007 yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas saran, kritik dan dorongan semangat untuk dapat menyelesaikan tesis ini.

Harapan yang ada dalam diri penulis semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya walau mungkin hanya kecil sekali bermakna. “Tidaklah sesuatu itu berguna tanpa ada usaha untuk menggapainya”. Mohon maaf bila diri telah alpa dalam ucap dan goresan tinta.

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 27 Januari 1983 dari ayah Tarsono dan ibu Maryamah (Alm). Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara.

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

1.6. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Pembangunan Wilayah Berbasis Sektor Unggulan ... 9

2.2. Tabel Input-Output ... 10

2.3. Sektor dan Komoditas Unggulan ... 13

2.4. Analisis AHP dan SWOT ... 16

2.4.1. Analytic Hierarchy Process (AHP) ... 16

2.4.2. Analisis SWOT ... 17

2.5. Kajian Penelitian Terdahulu ... 18

III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 24

3.3. Metode Analisis Data ... 24

3.3.1. Analisis Tabel Input-Output ... 25

3.3.2. Analisis Dampak Pengganda ... 27

3.3.3. Indeks Komposit ... 31

3.3.4. Analisis AHP dan SWOT ... 32

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN CIAMIS 4.1. Letak dan Luas Wilayah ... 37

4.2. Penduduk ... 38

4.3. Ketenagakerjaan ... 41

4.4. Tinjauan Perekonomian Kabupaten Ciamis ... 42

4.4.1. Pertumbuhan Ekonomi ... 42

4.4.2. Struktur Ekonomi... 44

4.5. Kebijakan Pembangunan Kabupaten Ciamis ... 45

4.5.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Ciamis ... 45

(15)

4.5.3. Strategi Pembangunan Daerah ... 52

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Tabel Input-Output ... 57

5.1.1. Gambaran Sektor Pertanian dalam Perekonomian Kabupaten Ciamis ... 59

5.1.2. Analisis Keterkaitan Sektor Perekonomian ... 68

5.1.3. Analisis Koefisien Pengganda (Multiplier) ... 74

5.2. Komoditas Unggulan Pertanian Kabupaten Ciamis ... 78

5.3. Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Pertanian Terpilih di Kabupaten Ciamis ... 81

5.3.1. Strategi Pengembangan Padi ... 81

5.3.2. Strategi Pengembangan Ayam Ras Pedaging ... 86

5.3.3. Strategi Pengembangan Sapi ... 91

VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1. Simpulan ... 97

6.2. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. PDRB Kabupaten Ciamis Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga

Konstan Dalam Persen ... 4

2. Tujuan Penelitian, Jenis data, sumber data, teknik analisis data dan output yang diharapkan ... 25

3. Kerangka ilustrasi Tabel Input-Output untuk 3 Sektor ... 26

4. Sistem Urutan (Ranking) Saaty ... 33

5. Contoh Nilai Tingkat Kepentingan Unsur-unsur SWOT berdasarkan Analisis AHP ... 34

6. Matriks Hasil Analisis SWOT ... 34

7. Ranking Strategi Alternatif ... 35

8. Persentase dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis Per Kecamatan ... 37

9. Jumlah, Persentase dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Ciamis Per Kecamantan ... 40

10.Jumlah Penduduk Kabupaten Ciamis Berdasarkan Kelompok Umur ... 41

11.Angkatan Kerja di Kabupaten Ciamis Berdasarkan Sektor ... 42

12.Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ciamis dan Sekitarnya serta Provinsi Jawa Barat Tahun 2007 - 2009 (Persen) ... 43

13.Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ciamis Berdasarkan Lapangan Usaha (Persen) ... 43

14.Kontribusi Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Ciamis Tahun 2009 (persen) ... 44

15.Klasifikasi I-O Kabupaten Ciamis Tahun 2008 ... 57

16.Klasifikasi I-O Sektor Pertanian dalam Arti Luas ... 59

17.Urutan Nilai Tambah Bruto Komoditas Pertanian ... 60

18.Urutan Total Output Komoditas Pertanian di Kabupaten Ciamis ... 61

19.Urutan Komponen Upah Gaji Komoditas Pertanian di Kabupaten Ciamis .... 62

20.Urutan Surplus Usaha dari Komoditas Pertanian terhadap Perekonomian Kabupaten Ciamis ... 63

21.Urutan Penyusutan pada Komoditas Pertanian ... 64

22.Urutan Pajak Tak Langsung Netto Komoditas Pertanian ... 66

23.Urutan Permintaan Akhir Komoditas Pertanian ... 67

(17)

Tabel Halaman 25.Kaitan ke Belakang Langsung dan Tidak Langsung serta Kaitan ke Depan

Langsung dan Tak Langsung komoditas Pertanian ... 70

26.Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Daya Kepekaan komoditas Pertanian ... 72

27.Urutan Angka Pengganda Output Komoditas Pertanian ... 74

28.Angka Pengganda Pendapatan (income multiplier) Komoditas Pertanian ... 76

29.Angka Pengganda Tenaga Kerja (employment multiplier) Komoditas Pertanian ... 77

30.Indeks Komposit Komoditas Unggulan Pertanian Kabupaten Ciamis ... 78

31.Bobot Faktor Internal dan Faktor Eksternal Pengembangan Padi ... 82

32.Matriks SWOT Pengembangan Padi ... 83

33.Ranking Strategi Pengembangan Padi ... 85

34.Bobot Faktor Internal dan Faktor Eksternal Pengembangan Ayam Ras Pedaging ... 86

35.Matriks SWOT Pengembangan Ayam Ras Pedaging ... 88

36.Ranking Strategi Pengembangan Ayam Ras Pedaging ... 90

37.Bobot Faktor Internal dan Faktor Eksternal Pengembangan Sapi ... 91

38.Matriks SWOT Pengembangan Sapi ... 92

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian ... 8

2. Kerangka umum Tabel Input-Output ... 13

3. Hirarki Keputusan ... 17

4. Peta Lokasi Penelitian ... 23

(19)
(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Peta Arahan Pengembangan Komoditas Padi ... 2. Peta Arahan Pengembangan Komoditas Ayam Ras Pedaging ... 3. Peta Arahan Pengembangan Komoditas Sapi ... 4. Klasifikasi 45 Sektor Tabel Input-Output Kabupaten Ciamis ... 5. Matriks Transaksi Domestik Tabel Input-Output Kabupaten Ciamis ... 6. Matriks Inverse Leontief (I-A)1 Transaksi Domestik Tabel Input-Output

(21)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diberlakukannya Undang-Undang (UU) Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Anonim, 1999) yang diperbaharui dengan UU Nomor 32 tahun 2004 (Anonim, 2004), menegaskan bahwa pemerintah pusat memberikan kebebasan kepada pemerintah daerah untuk mengembangkan semaksimal mungkin potensi wilayah yang dimilikinya. Undang-undang ini diperkuat dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2001 yang mengatur kewenangan setiap kabupaten/kota untuk menjalankan rumah tangganya sendiri.

Keberadaan undang-undang otonomi daerah ini diharapkan memberikan dampak positif kepada daerah, yaitu terciptanya daerah-daerah pertumbuhan baru di kabupaten/kota. Model pembangunan ini menggantikan model pembangunan terpusat yang selama ini dianggap oleh banyak kalangan sebagai penyebab lambatnya pembangunan di daerah, sehingga memperbesar ketimpangan pembangunan antar daerah. Dengan model pembangunan yang baru ini diharapkan dapat menciptakan percepatan pembangunan daerah, sehingga daerah yang selama ini lambat untuk berkembang akan mampu untuk memacu ketertinggalannya.

Kondisi lain yang muncul akibat undang-undang tersebut adalah timbulnya dampak persaingan antar wilayah dalam memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki oleh masing-masing daerah untuk menghasilkan output sebesar-besarnya, atau dengan arti lain bahwa setiap wilayah provinsi/kabupaten/kota di Indonesia harus dapat meningkatkan kemampuan produktivitasnya dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki. Persaingan antar daerah yang terjadi diharapkan menjadi pola persaingan yang sehat, sehingga mampu dijadikan pemicu dan penentu keberhasilan pembangunan di daerah. Salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam meningkatkan daya saing daerah adalah dengan pengembangan sektor-sektor unggulan di tiap wilayah (Bappenas, 2010).

(22)

berdasarkan konsep perencanaannya, yaitu perencanaan pembangunan daerah berbasis sumberdaya, berbasis komoditas unggulan, berbasis efisiensi, dan perencanaan pembangunan daerah menurut pelaku pembangunan. Konsep-konsep perencanaan pembangunan daerah tersebut memiliki strategi yang berbeda dalam pelaksanaannya, namun kesemuanya memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah yang bersangkutan.

Berdasarkan teori pertumbuhan tidak seimbang (unbalanced growth) yang dikemukakan oleh Hirschman (1958), dalam strategi pembangunan suatu wilayah sektor atau subsektor yang harus mendapat penilaian tinggi dalam program pembangunan adalah sektor yang memiliki linkage effect terbesar dengan tidak mengabaikan struktur perekonomian wilayah tersebut, sehingga mampu mendorong pembangunan ekonomi pada sektor-sektor ekonomi lainnya. Hal ini sejalan dengan teori growth poles yang dikemukakan Perroux (1970) dalam Arsyad (1999) yang menyatakan bahwa pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat dengan intensitas berbeda, sehingga dalam proses pembangunannya akan timbul industri atau sektor unggulan yang merupakan sektor penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah. Selanjutnya juga akan timbul pemusatan sektor pada satu daerah yang akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar daerah, sehingga perkembangan sektor unggulan di daerah tersebut dapat mempengaruhi wilayah-wilayah lainnya.

Tujuan utama dari usaha pembangunan ekonomi wilayah atau pembangunan daerah adalah selain berupaya menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya juga berupaya menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran atau menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk di suatu wilayah. Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan memungkinkan penduduk memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Todaro, 1997).

(23)

dapat dihitung linkage effect dan multiplier effect yang ditimbulkan oleh suatu sektor.

Kusdiana dan Wulan (2007) melakukan kajian mengenai analisis daya saing ekspor sektor unggulan di Jawa Barat, menyebutkan bahwa pada era otonomi, Provinsi Jawa Barat dituntut lebih mampu merencanakan, melaksanakan, dan membiayai pembangunan secara lebih mandiri. Dengan kondisi pembiayaan yang terbatas, maka perlu skala prioritas dalam menentukan sektor-sektor pembangunan. Sektor yang dipilih adalah sektor yang mampu menjadi lokomotif perkembangan sektor lainnya, baik ke sektor hulu (backward effect) maupun ke sektor hilir (forward effect), sehingga sektor yang dipilih memberikan multiplier effect yang besar terhadap perekonomian daerah (sektor unggulan).

Amir dan Nazara (2005) menganalisis perubahan struktur ekonomi (economic landscape) dan kebijakan strategi pembangunan Provinsi Jawa Timur tahun 1994 dan 2000 menggunakan analisis input-output. Salah satu pernyataannya menyebutkan bahwa penyusunan perencanaan pembangunan ekonomi wilayah perlu melihat seluruh sektor perekonomian secara terpadu sebagai dasar bagi pengambilan keputusan dan kebijakan pemerintah daerah mengenai arahan strategi pembangunan ekonomi suatu wilayah.

Saat ini sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan yang memberikan kontribusi terbesar bagi perekonomian nasional dan daerah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran secara langsung antara lain melalui kontribusi terhadap PDB, sumber devisa, dan penyedia lapangan kerja. Sementara itu, dampak tidak langsung diperoleh akibat efek pengganda aktifitas sektor pertanian melalui keterkaitan Input-Output antar industri, konsumsi dan investasi.

(24)

Kabupaten Ciamis merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan karakteristik perekonomian yang didominasi oleh sektor pertanian, mencakup pertanian tanaman pangan, peternakan, perkebunan, kehutanan dan perikanan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kedua sektor tersebut telah memberikan kontribusi yang tinggi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Ciamis. Data statistik memperlihatkan peran kedua sektor tersebut terhadap PDRB Kabupaten Ciamis seperti tampak pada Tabel 1.

Karakteristik ekonomi tersebut didukung oleh ketersediaan sumberdaya alam, prasarana dan sarana yang memadai, serta kondisi sosial budaya masyarakat yang agraris. Secara teoritis hal ini akan mendorong pengembangan sektor pertanian dan perdagangan, hotel dan restoran lebih cepat dan pembangunan ekonomi wilayah dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi dapat menjadi lebih terarah.

Tabel 1. PDRB Kabupaten Ciamis Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Dalam Persen

Sektor Pembangunan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

1. Pertanian 36.8 36.2 36.3 35.6 35.0 33.6 31.8 31.3 30.5 2. Pertambangan dan penggalian 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.3 3. Industri pengolahan 7.1 7.1 7.0 7.0 6.9 7.0 6.5 6.5 6.7 4. Listrik, gas dan air bersih 0.7 0.7 0.6 0.6 0.6 0.6 0.7 0.6 0.7 5. Bangunan 8.5 8.4 8.3 8.3 8.2 25.0 3.8 3.4 3.3 6. Perdagangan, hotel dan

restoran

24.1 23.4 23.6 24.1 24.4 18.4 24.5 25.6 26.2

7. Pengangkutan dan komunikasi 7.1 7.9 8.0 8.0 8.3 7.9 10.3 10.1 10.1 8. Keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan

5.0 5.6 5.6 5.7 5.6 1.5 5.6 5.5 5.5

9. Jasa-jasa 10.4 10.4 10.3 10.3 10.6 5.6 16.3 16.5 16.8

Sumber: BPS Kab. Ciamis (2010)

(25)

tersebut masih belum cukup untuk menjustifikasi bahwa kedua sektor tersebutlah yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten Ciamis.

Besarnya sumbangan kedua sektor perekonomian tersebut juga menggambarkan terjadinya interaksi antar sektor tersebut dengan sektor lainnya dalam perekonomian wilayah Kabupaten Ciamis. Interaksi antar sektor ini menggambarkan pemanfaatan output suatu sektor yang digunakan sebagai input bagi sektor lain untuk menghasilkan output sektor penggunanya. Dalam interaksi antar sektor ini melibatkan sumberdaya, modal, tenaga kerja serta teknologi yang digunakan. Dengan melihat interaksi ini juga dapat memberikan gambaran seberapa besar dampak suatu sektor terhadap pembentukan output suatu sektor penggunanya, tenaga kerja yang terlibat, pendapatan yang masuk baik pada pemerintah maupun rumah tangga. Dampak besar yang ditimbulkan dari adanya interaksi antar sektor perkonomian tersebut menunjukan bahwa sektor tersebut merupakan sektor unggulan di suatu wilayah yang secara teknis interaksi antar sektor perekonomian dalam satu wilayah serta dampaknya (multiplier effect) dapat dijelaskan dengan menggunakan analisis dari Tabel I-O walaupun dengan keterbatasan-keterbatasan tertentu.

Menurut Glasson (1977), semakin banyak sektor unggulan dalam suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke daerah tersebut, menambah permintaan terhadap barang dan jasa di dalamnya, dan menimbulkan kenaikan volume sektor lainnya. Dengan kata lain maka pembangunan ekonomi yang bertujuan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi seyogyanya diprioritaskan pada sektor yang menjadi unggulan pada perekonomian daerah tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

(26)

(kabupaten/kota tetangga dengan desa di sekitar hutan dan perkebunan) dan pembangunan desa tertinggal.

Dalam konteks era otonomi daerah, pembangunan wilayah dimaksudkan sebagai pembangunan daerah (local development) diharuskan memperhatikan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif daerah dengan memprioritaskan pembangunan wilayah pada pengembangan sektor unggulan. Prioritas pembangunan ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan pembangunan yang ada di Kabupaten Ciamis.

Meskipun gambaran umum perekonomian Kabupaten Ciamis yang didominasi oleh sektor pertanian dalam arti luas, namun gambaran tersebut belum dapat menjelaskan dan mengarahkan secara lebih spesifik komoditas unggulan pertanian apa dan bagaimana strategi pengembangannya yang dapat mencapai tujuan pembangunan.

Memahami prioritas perencanaan pengembangan wilayah yang diarahkan pada pengembangan komoditas unggulan di Kabupaten Ciamis, maka identifikasi terhadap komoditas unggulan pertanian merupakan hal penting untuk dilakukan. Identifikasi komoditas unggulan pertanian ini dilakukan dengan menggunakan analisis tabel input-output, melalui analisis ini dapat digambarkan keterkaitan antar sektor serta multiplier effect yang ditimbulkannya berupa pendapatan rumah tangga, serapan tenaga kerja dan penciptaan total output.

Berdasarkan uraian permasalahan, secara terfokus mengarah pada sektor pertanian, sehingga memunculkan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Komoditas pertanian apa yang merupakan komoditas pertanian unggulan di Kabupaten Ciamis?

2. Bagaimana strategi pengembangan komoditasunggulan pertanian tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Ciamis dengan Tabel Input-Output tahun 2008.

(27)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini secara ilmiah diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu ekonomi regional, dan dapat dijadikan referensi bagi keperluan penelitian-penelitian selanjutnya. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Ciamis sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam menyusun strategi alternatif bagi pengembangan komoditas unggulan pertanian.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah wilayah Kabupaten Ciamis keadaan tahun 2008-2009. Dalam penelitian ini digunakan analisis Tabel Input-Output untuk mengetahui komoditas unggulan pertanian, selanjutnya dilakukan diskusi dengan pihak terkait untuk menentukan prioritas komoditas unggulan pertanian apa yang akan dikembangkan, tahap selanjutnya adalah melakukan analisis A-WOT yang merupakan penggabungan analisis hierarki (AHP) dengan analisis SWOT untuk menentukan strategi pengembangan komoditas unggulan pertanian terpilih di Kabupaten Ciamis.

1.6. Kerangka Pemikiran Penelitian

(28)

pertanian terpilih hasil paduserasi tersebut kemudian disusun strategi pengembangannya dengan melakukan analisis A-WOT.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian Strategi Pengembangan

Komoditas Unggulan Pertanian Terpilih di Kabupaten Ciamis

Sektor/Sub-sektor Pertanian Unggulan

A-WOT Sektor/Sub-sektor

Pertanian Ciamis

Analisis

Tabel Input-Output (I-O)

Analisis I-O:

1. Direct backward linkage 2. Direct forward linkage 3. Indirect backward linkage 4. Indirect forward linkage 5. Backward of dispersion 6. Forward power of dispersion 7. Multiplier Effect;

a. Output multiplier b. Income multiplier c. Employment multiplier

(29)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perencanaan Pembangunan Wilayah Berbasis Sektor Unggulan

Pada perencanaan ekonomi regional, para pelaksana dan pengambil keputusan menghadapi tantangan bagaimana caranya agar perekonomian wilayah tersebut dapat mencapai keadaan yang lebih baik di masa mendatang dibandingkan dengan keadaan sekarang. Pada daerah yang belum berkembang, Hirschman dalam Todaro and Smith (1989), mengemukakan bahwa pembangunan tidak seimbang (unbalance growth) adalah model pembangunan yang lebih cocok untuk mempercepat proses pembangunan daerah. Alasan yang mendasari model ini adalah:

1. Secara historis pembangunan ekonomi yang terjadi coraknya tidak seimbang. 2. Untuk mempertinggi efisiensi penggunaan sumberdaya yang tersedia.

3. Pembangunan tidak seimbang akan menimbulkan kemacetan (bottleneck) atau gangguan-gangguan dalam proses pembangunan tetapi akan menjadi pendorong bagi pembangunan selanjutnya.

Lebih lanjut Hirschman mengatakan bahwa proses pembangunan yang terjadi antara dua periode tertentu akan tampak bahwa berbagai sektor kegiatan ekonomi mengalami perkembangan dengan laju berbeda, yang berarti pula pembangunan berjalan dengan tidak seimbang. Perkembangan sektor unggulan (leading sector) akan merangsang perkembangan sektor lainnya. Pembangunan tidak seimbang ini juga dianggap lebih sesuai untuk dilaksanakan di negara atau daerah berkembang karena daerah-daerah tersebut pada umumnya juga menghadapi masalah kekurangan sumberdaya.

(30)

Salah satu pendekatan sektoral yang sekaligus dapat melihat keterkaitan antara satu sektor perekonomian dengan sektor lainnya dan sebaliknya, dikenal dengan analisis input-output, atau analisis masukan-keluaran.

2.2. Tabel Input-Output

Tabel input-output (I-O) dan analisisnya pertama kali dikembangkan oleh Professor Wassily Leontief pada akhir dekade 1930-an (BPS 2008). Pengembangan model inilah yang membawa Leontief memenangkan hadiah nobel untuk ilmu ekonomi pada tahun 1973. Tabel I-O Indonesia yang disusun oleh BPS untuk pertama kalinya dilakukan untuk penyusunan Tabel I-O tahun 1971. Penyusunan tersebut dilakukan hasil kerjasama antara Bank Indonesia dengan Institute of Developing Economies (IDE) Jepang dengan menggunakan metode langsung (survey method). Sejak itulah, selanjutnya BPS menyusun Tabel I-O yang sama secara berkala setiap lima tahun sekali dan yang terakhir adalah Tabel I-O Indonesia tahun 2005. Sementara itu, BAPPEDA dan BPS Kabupaten Ciamis menyusun Tabel I-O yang pertama pada tahun 1998 dengan 9 x 9 sektor yang kemudian pada tahun 2008 kembali menyusun Tabel I-O yang telah berkembang menjadi 45 x 45 sektor.

Tabel I-O pada dasarnya merupakan uraian statistik berbentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta keterkaitan antar satuan kegiatan ekonomi (sektor) dalam suatu wilayah pada suatu periode tertentu. Isian sepanjang baris dalam matriks menunjukkan besarnya output suatu sektor ekonomi yang dialokasikan ke sektor-sektor lainnya dalam rangka memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir, sedangkan isian dalam kolom menunjukkan pemakaian input antara dan input primer oleh suatu sektor dalam proses produksinya.

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel I-O dapat memberikan gambaran menyeluruh mengenai:

1. Struktur perekonomian nasional/regional yang mencakup struktur output dan nilai tambah masing-masing sektor.

(31)

3. Struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi dalam negeri (Kabupaten Ciamis) maupun barang-barang yang berasal dari impor (negara/provinsi/kabupaten lain).

4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan antara oleh sektor-sektor produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi, investasi dan ekspor keluar dari Kabupaten Ciamis.

Dalam suatu model input-output yang bersifat terbuka dan statis, transaksi-transaksi yang digunakan dalam penyusunan Tabel I-O harus memenuhi tiga asumsi dasar. Menurut BPS (2008) asumsi-asumsi dasar yang diperlukan dalam menggunakan model input-output adalah sebagai berikut:

1. Prinsip Homogenitas: aktifitas-aktifitas ekonomi yang dikategorikan ke dalam suatu sektor tertentu diasumsikan memiliki karakteristik sistem produksi yang homogen yakni struktur input dan output yang homogen dan tidak ada substitusi input antar aktifitas yang satu dengan aktifitas lainnya.

2. Prinsip Linieritas/Proporsionalitas: proporsi input-input suatu sektor bersifat tetap, tidak bergantung pada skala produksi/output (constant return to scale). 3. Prinsip Aditivitas: kinerja sistem produksi suatu sektor ditentukan oleh kinerja

sistem produksi sektor-sektor lainnya, namun pengaruh dari masing-masing sektor tersebut bersifat sendiri-sendiri tidak bersifat interaktif.

4. Prinsip Instantenius (instanteneous): prediksi dalam Tabel I-O merupakan prediksi dalam skala sesaat sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan pada permintaan akhir. Bila skala permintaan akhir adalah 1 atau 5 tahun maka hasil simulasinya juga dalam pengertian 1 atau 5 tahun. Asumsi ini lebih teknis operasional, sedangkan tiga asumsi lainnya lebih bersifat teoritis.

Asumsi-asumsi tersebut mengakibatkan Tabel I-O memiliki keterbatasan, antara lain karena rasio input-output tetap konstan sepanjang periode analisis, produsen tidak dapat menyesuaikan perubahan-perubahan input-nya atau mengubah produksi.

(32)

mengandung keterbatasan, analisis Tabel I-O tetap merupakan alat analisis ekonomi yang lengkap dan komprehensif (BPS 2008).

Tabel transaksi yang biasa disajikan dalam Tabel I-O terdiri atas empat jenis, yaitu transaksi atas dasar harga pembeli, transaksi atas dasar harga produsen, transaksi total dan transaksi domestik. Tabel transaksi atas dasar harga pembeli adalah transaksi yang menggambarkan nilai transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang dinyatakan atas dasar harga pembeli, atau dengan arti lain bahwa dalam tabel ini unsur margin perdagangan dan biaya pengangkutan masih tergabung dalam nilai input bagi sektor yang membelinya. Tabel transaksi atas dasar harga produsen merupakan tabel transaksi yang menggambarkan nilai transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang dinyatakan atas dasar harga produsen, atau dengan arti lain bahwa dalam tabel ini unsur margin perdagangan dan biaya pengangkutan telah dipisahkan sebagai input yang dibeli dari sektor perdagangan dan pengangkutan. Tabel transaksi total adalah tabel transaksi yang menggambarkan besarnya nilai transaksi barang dan jasa, baik yang berasal dari produksi dalam negeri maupun impor antar sektor ekonomi. Tabel transaksi domestik adalah tabel transaksi yang menggambarkan besarnya nilai transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang hanya berasal dari produksi dalam negeri.

Menurut BPS (2008) penyajian Tabel I-O lazimnya dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok tabel-tabel dasar dan kelompok tabel-tabel analisis. Kelompok tabel-tabel dasar diperlukan dalam membuat analisis deskriptif seperti struktur perekonomian nasional/regional dan nilai tambah sektoral, sedangkan tabel-tabel analisis menyajikan informasi yang diturunkan dari tabel-tabel dasar tersebut, seperti koefisien input dan matriks kebalikan.

(33)

kedua ini biasanya terdiri atas konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor.

I (n x n)

Transaksi antar sektor/kegiatan

II (n x m) Permintaan akhir III

(p x n) Input Primer

IV (p x m)

Sumber: BPS (2008)

Gambar 2. Kerangka Umum Tabel Input-Output

Kuadran ketiga menunjukkan input primer sektor-sektor produksi. Input primer adalah semua balas jasa faktor-faktor produksi yang meliputi upah dan gaji, surplus usaha ditambah penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Kuadran keempat menunjukkan input primer yang langsung didistribusikan ke sektor-sektor permintaan akhir. Informasi dalam kuadran keempat ini dianggap bukan merupakan tujuan pokok, maka dalam penyusunan Tabel I-O kuadran keempat ini kadang-kadang diabaikan, sama seperti penyusunan Tabel I-O di Indonesia.

2.3. Sektor dan Komoditas Unggulan

Pengertian sektor menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah lingkungan suatu usaha, misalnya: pertanian, perindustrian dan lainnya. BPS menyebutkan bahwa sektor adalah satuan kegiatan ekonomi. Komoditas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bahan mentah yang dapat digolongkan menurut mutunya sesuai dengan standar perdagangan internasional, misalnya: gandum, karet, kopi dan lainnya.

(34)

a. Potensi menciptakan efek ganda (multiplier effect) dari produksi-produksi yang dihasilkan terhadap sektor-sektor lain yang mempunyai kemungkinan berkembang dengan pesat.

b. Teknik produksi yang lebih modern dan kapasitas dapat diperluas.

c. Terciptanya tabungan masyarakat dan pada pengusaha menanamkan kembali keuntungan untuk pengembangan sektor utama tersebut.

d. Perkembangan leading sector memacu perluasan kapasitas dan modernisasi sektor-sektor lain.

Sukatendel (2007) merumuskan kriteria-kriteria sektor unggulan untuk Kabupaten Bogor sebagai berikut:

a. Mampu memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian di suatu wilayah dan menumbuhkan daya beli.

b. Berbasis pada sumberdaya lokal.

c. Dari segi permintaan besar dan semakin kuat. d. Mampu menggerakan output sektor-sektor lainnya.

Daryanto dan Hafizrianda (2010) menerangkan bahwa komoditas unggulan mempunyai kriteria sebagai berikut:

1. Harus mampu menjadi penggerak utama (prime mover) pembangunan perekonomian. Dengan kata lain, komoditas unggulan tersebut dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan dan pengeluaran. Misalnya, cengkeh di Sulawesi Utara, kakao di Sulawesi Tenggara dan minyak bumi dan gas di Nangroe Aceh Darussalam dan pariwisata di Bali.

2. Mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang (forward and backward linkages) yang kuat, baik sesama komoditas unggulan maupun komoditas lainnya.

3. Mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain (competitiveness) di pasar nasional dan pasar internasional, baik dalam harga produk, biaya produksi dan kualitas pelayanan.

(35)

5. Memiliki status teknologi (state-of-the-art) yang terus meningkat, terutama melalui inovasi teknologi.

6. Mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai dengan skala produksinya.

7. Dapat bertahan dalam jangka panjang tertentu, mulai dari fase kelahiran, fase pertumbuhan hingga fase kejenuhan atau penurunan. Jika komoditas unggulan yang satu memasuki tahap kejenuhan atau penurunan maka komoditas unggulan lainnya harus mampu menggantikannya.

8. Tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal.

9. Pengembangannya harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan, misalnya keamanan, sosial, budaya, informasi dan peluang pasar, kelembagaan, fasilitas insentif /disinsentif dan lain-lain.

10. Pengembangannya berorientasi pada kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan.

Menurut Kustanto (1999) penentuan komoditas unggulan dapat didasarkan pada kriteria-kriteria berikut :

1. Ketersediaan pasokan bahan baku secara kontinyu 2. Nilai ekonomis bahan baku

3. Keterkaitan dengan pendapatan petani

4. Mempunyai kesempatan adanya diversifikasi produk 5. Penyebaran lokasi

6. Kemungkian intensifikasi dan ekstensifikasi 7. Kebijakan pemerintah.

Dalam penelitian ini komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Ciamis dirumuskan dengan mengacu pada pustaka yang telah banyak mengkaji mengenai sektor/komoditas unggulan. Selain itu juga memperhatikan permasalahan pembangunan yang ada di wilayah Kabupaten Ciamis seperti mewujudkan ketahanan pangan masyarakat, penanganan kemiskinan, pengangguran, ketenagakerjaan dan pemberdayaan masyarakat. Kriteria komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Ciamis dirumuskan sebagai berikut:

1. Berbasis pada sumberdaya lokal.

(36)

3. Mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang (forward and backward linkages) yang kuat, baik sesama komoditas unggulan maupun komoditas lainnya.

4. Potensi menciptakan efek ganda (multiplier effect) dari produksi-produksi yang dihasilkan terhadap sektor-sektor lain yang mempunyai kemungkinan berkembang dengan pesat.

5. Mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai dengan skala produksinya.

6. Pengembangannya berorientasi pada kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan.

2.4. Analisis AHP dan SWOT

2.4.1. Analytic Hierarchy Process (AHP)

Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu teori matematika untuk pengukuran dan pembuatan keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L Saaty pada tahun 1970-an ketika masih mengajar di Wharton School of Business University of Pennsylvania. Aplikasi AHP dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori utama yaitu (1) choice (pilihan), yang merupakan evaluasi atau penetapan prioritas dari berbagai alternatif tindakan yang ada, dan (2) forecasting (peramalan), yaitu evaluasi terhadap berbagai alternatif hasil di masa yang akan datang (Saaty dan Niemira, 2006). AHP juga merupakan suatu teori pengukuran relatif dengan skala mutlak dari suatu kriteria baik yang bersifat tangible maupun intangible yang didasarkan pada penilaian perbandingan berpasangan dari para ahli (Ozdemir dan Saaty, 2006).

(37)
[image:37.595.100.507.94.323.2]

Gambar 3. Hirarki Keputusan

Saaty (1980) mengembangkan beberapa langkah berikut ini dalam menggunakan AHP. Langkah pertama yaitu menentukan goal (tujuan) dan menentukan kriteria atau sub kriteria berdasarkan tujuan, menyusun kriteria ke dalam hirarki dari level teratas (tujuan dari sudut pandang pembuat keputusan) melalui level menengah hingga level terbawah, yang biasanya memuat beberapa alternatif. Setelah itu, menyusun matriks perbandingan berpasangan (ukuran n x n) untuk masing-masing level bawah dengan satu matrik untuk setiap unsur dalam level menengah di atasnya dengan menggunakan skala relatif. Selanjutnya yang terakhir adalah pengujian konsistensi dengan mengambil rasio konsistensi (CR) dari indeks konsistensi (CI) dengan nilai yang tepat. Nilai CR dapat diterima jika, tidak melebihi 0.10. Jika nilai CR > 0.10, berarti matriks tersebut tidak konsisten (Saaty, 1980).

2.4.2. Analisis SWOT

Menurut Rangkuti (2001) proses perencanaan strategis melalui tiga tahap analisis, yaitu (1) tahap pengumpulan data, (2) tahap analisis data dan (3) tahap pengambilan keputusan. Tahap pengumpulan data pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis.

Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal. Model yang dapat digunakan dalam tahap ini yaitu (1) matriks

Tujuan

Kriteria

Sub-Kriteria

(38)

faktor strategi eksternal, (2) matriks faktor strategi internal dan (3) matriks profil kompetitif. Tahap analisis setelah semua informasi yang berpengaruh dikumpulkan, ada beberapa model yang dapat digunakan yaitu (1) matriks SWOT atau TOWS, (2) matriks BCG, (3) matriks internal eksternal, (4) matriks SPACE, dan (5) matriks Grand Strategy.

Rangkuti (2001) menyatakan bahwa matriks SWOT dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dan disesuaikan dengan kelemahan yang dimilikinya.

Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan strategi, yaitu (1) strategi S-O, (2) strategi W-O, (3) strategi S-T dan (4) strategi W-T. Analisis SWOT mampu mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan suatu strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).

Baik analisis AHP maupun analisis SWOT lazim digunakan untuk marumuskan kebijakan. Bila dilihat dari subjektivitasnya maka analisis AHP lebih baik dari analisis SWOT, oleh karena itu dengan menggabungkan kedua teknik analisis AHP dan SWOT diharapkan dapat saling menyempurnakan dan meminimalkan tingkat subjektivitas dari suatu kebijakan yang dihasilkan.

2.5. Kajian Penelitian Terdahulu

(39)

menjadi unggulan di Kalimantan Barat adalah sektor kehutanan, tanaman bahan makanan, perkebunan lainnya, perkebunan kelapa sawit, industri lainnya, perkebunan karet dan industri minyak sawit.

Penelitian mengenai sektor unggulan juga dilakukan oleh Syarifudin (2003), yang bertujuan merekomendasikan subsektor jasa unggulan yang layak dikembangkan sebagai sektor leader di Kota Bandung. Penelitian dengan menggunakan analisis Tabel I-O Kota Bandung tahun 2000 (klasifikasi agregasi 28 sektor) ini memberikan kesimpulan bahwa subsektor jasa unggulan yang harus diprioritaskan dalam rangka mendorong Kota Bandung sebagai kota jasa adalah sektor perhotelan, komunikasi, pengangkutan darat, restoran/rumah makan, pengangkutan udara, serta sektor perdagangan besar dan eceran. Sektor-sektor tersebut merupakan sektor yang memiliki nilai indeks komposit di atas rata-rata terhadap 10 variabel yang dianggap relevan, yaitu rata-rata laju pertumbuhan sub sektor jasa, kontribusi terhadap PDRB Kota Bandung, nilai LQ, nilai proportional shift, nilai differential shift, nilai indeks daya penyebaran, nilai indeks derajat kapekaan, pengganda output, pengganda pendapatan tipe I dan tipe II.

Studi yang berikutnya dilakukan Amir dan Riphat (2005) dalam penelitiannya yang menganalisis berbagai sektor unggulan di Provinsi Jawa Timur pada tahun 1995-2000. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa selama periode penelitian telah terjadi pergeseran dalam sektor-sektor unggulan dan proses industrialisasi. Meskipun mengalami pergeseran atau penambahan, terdapat lima sektor yang sangat signifikan menjadi sektor unggulan sekaligus perlu mendapatkan prioritas pembangunan dan investasi. Kelima sektor tersebut adalah sektor industri lainnya, sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor restoran dan hotel, serta sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Berdasarkan analisis sektor unggulan menggunakan angka pengganda (output, pendapatan dan lapangan kerja) dan pure total linkage pada tabel I-O, direkomendasikan untuk menjadikan Jawa Timur sebagai pusat industri (industri lainnya dan indutri makanan, minuman dan tembakau), pusat perdagangan, dan pusat pertanian.

(40)

unggulan di Kota Batu yaitu sektor industri, pariwisata (hotel dan restoran), bangunan, listrik dan air bersih, perdagangan dan pertanian.

Suryawardana (2006) mengunakan metode input-output untuk mengidentifikasi sektor unggulan di provinsi Jawa Timur. Hasil analisis input-output teridentifikasi 5 (lima) sektor unggulan yaitu: sektor industri kertas dan barang cetakan, sektor industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, sektor makanan, kacang-kacangan, restoran dan bangunan kontruksi.

Sukatendel (2007) melakukan analisis pada Tabel input-output Kabupaten Bogor tahun 2004, mengidentifikasikan sektor unggulan di Kabupaten Bogor yaitu: sektor industri kayu (bambu, rotan dan furniture), sektor bangunan, industri barang jadi dan logam, industri makanan, minuman dan tembakau, serta tanaman bahanan makanan.

Asnawi (2008) meneliti tentang sektor unggulan perekonomian di Provinsi Riau. Penelitian ini menggunakan label I-O Riau tahun 2000 dalam analisisnya, dan dari hasil analisisnya diketahui bahwa terdapat sepuluh sektor dalam perekonomian Riau yang memiliki indeks kepekaan dan indeks penyebaran yang lebih dari satu, yaitu industri makanan minuman, industri bubur kertas, industri kimia, industri logam dan barang dari logam, industri mesin dan peralatan listrik, industri barang dari besi dan bahan dasar, industri tekstil kecuali pakaian jadi, industri elektronika dan komputer, industri kendaraan bermotor, dan sektor bangunan.

(41)
(42)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

[image:42.595.97.496.176.722.2]

Lokasi penelitian di wilayah administratif Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat dan waktu penelitian selama 5 (lima) bulan mulai dari bulan Maret sampai dengan Juli tahun 2011. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

(43)

3.2. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan studi kepustakaan, analisis data sekunder dan data pimer. Pendekatan studi kepustakaan dilakukan dengan mengacu pada teori-teori umum dari berbagai literatur maupun studi empiris untuk mendapatkan landasan teori yang mendukung penelitian. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder meliputi data transaksi ekonomi antar sektor perekonomian di wilayah Kabupaten Ciamis, data tenaga kerja sektoral, data PDRB tahun terbaru (2009), yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis (BPS) yang telah dipublikasikan dalam format buku berjudul Tabel Input-Output Kabupaten Ciamis tahun 2008, Ciamis dalam angka tahun 2010. Selanjutnya akan dilakukan penggalian informasi primer dari stakeholders terkait dengan tujuan penelitian yang diperoleh dengan cara wawancara terstruktur menggunakan kuesioner. Jenis data, sumber data, teknik analisis data dan output yang diharapkan untuk masing-masing tujuan penelitian tertera pada Tabel 2.

3.3. Metode Analisis Data

(44)
[image:44.595.105.513.119.456.2]

Tabel 2. Tujuan Penelitian, Jenis data, sumber data, teknik analisis data dan output yang diharapkan

No Tujuan

Penelitian Jenis Data Sumber data

Teknik Analisis data

Output yang diharapkan 1 Mengetahui

komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Ciamis dengan Tabel Input-Output. Sekunder: 1.Data transaksi

antar sektor ekonomi.

2.Data tenaga kerja sektoral.

3.Data monografi wilayah.

1. Tabel Input-output Kabupaten Ciamis tahun 2008 dari BPS 2. Data Satkernas

dari BPS Ciamis 3. Ciamis dalam

angka 2010.

1.Analisis Tabel Input output: •Dampak pengganda. •Multiplier effect. •Indeks komposit. 2.Analisis deskriptif Diketahui komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Ciamis.

2 Menyusun strategi pengembangan komoditas unggulan pertanian terpilih. Primer: 1.Kuesioner

A-WOT.

Sekunder: 1.Kebijakan

pembangunan daerah

2.Kebijakan dinas terkait 1. Pengambil kebijakan pembangunan daerah, Pakar pembangunan daerah, praktisi. 2. RPJMD. 3. Renstra Dinas

Pertanian. 4. Renstra Dinas

Peternakan. 1. Analisis A-WOT. 2. Analisis desktriptif. Tersusunnya rumusan strategi pengembangan komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Ciamis.

3.3.1. Analisis Tabel Input-Output

Analisis Tabel Input-Output (I-O) menurut Leontief (1986) merupakan suatu metode yang secara sistematis mengukur hubungan timbal balik antara beberapa sektor/komoditas dalam sistem ekonomi yang kompleks (Daryanto dan Hafizrindia 2010).

Analisis Tabel I-O dapat digunakan sebagai alat pengambilan keputusan dalam merencanakan pembangunan sektoral. Berdasarkan hasil analisis Tabel I-O ini bisa diputuskan sektor-sektor mana saja yang dijadikan sebagai leading sector dalam pembangunan ekonomi wilayah.

(45)
[image:45.595.96.501.63.770.2]

2, dan 3 masing-masing sebesar X1, X2, dan X3

Tabel 3. Kerangka Ilustrasi Tabel Input-Output untuk 3 Sektor

dan input primer yang diperlukan

adalah sebesar Vi. Dalam Tabel I-O terdapat satu patokan yang sangat penting yaitu bahwa jumlah output suatu sektor harus sama dengan jumlah input-nya.

Alokasi Output Struktur Input Permintaan Antara

Permintaan Akhir Jumlah Output Sektor Produksi Input Antara Sektor 1 Sektor 2 Sektor 3 Kuadran I X11 X12 X X

13

21 X22 X X

23

31 X32 X

Kuadran II 33 F F 1 F 2 3 X X 1 X 2 3 Input Primer Kuadran III

V1 V2 V3 Jumlah Input X1 X2 X3

Sumber: BPS (2008)

Secara umum persamaan yang dapat dirumuskan dari Tabel 3 adalah sebagai berikut:

X11 + X12 + X13 + F1= X X

1

21 + X22 + X23 + F2= X2

X

………(3.6)

31 + X32 + X33 + F2= X

atau dapat disederhanakan dalam bentuk notasi matriks sebagai berikut: 3

= 3 i J

xij + Fj = Xi

Berdasarkan persamaan yang dihasilkan oleh ilustrasi terhadap 3 sektor produksi tersebut, maka untuk n sektor, persamaan keseimbangan (balance equation) yang diperoleh adalah:

, untuk j = 1,2,3 ………(3.7)

X11 +X12 + X13+... + X1j + F1 = X

.... + .... + .... + .... ... = ..., ...(3.8) 1

Xil+Xi2 + Xi3 + ... + Xij + Fj = Xj atau:

(46)

=

3

i J

xij + Fj = Xi

x

, untuk i = 1,2,3,...,n ...(3.9)

ijadalah besarnya output sektor i yang digunakan sebagai input oleh sektor j, Fi adalah besarnya permintaan akhir terhadap sektor i, dan Xi adalah total output sektor i.

3.3.2. Analisis Dampak Pengganda

Dampak pengganda dapat diartikan sebagai suatu dampak yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap berbagai kegiatan ekonomi di dalam wilayah sebagai akibat adanya perubahan pada variabel-variabel eksogen perekonomian regional/nasional (BPS 2008). Analisis dampak dapat dilakukan dengan menggunakan matriks pengganda pada Tabel Input-Output (I-O). Untuk memperoleh matriks pengganda, umumnya dihasilkan dari Tabel I-O transaksi domestik atas dasar harga produsen. Demikian halnya pada penelitian ini, tabel transaksi yang digunakan untuk analisis dampak pengganda adalah tabel domestik atas dasar harga produsen. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menghitung matriks pengganda adalah sebagai berikut:

1. Menghitung koefisien input

Langkah ini merupakan tahap awal yang perlu dilakukan dalam menghitung matriks pengganda. Koefisien input merupakan hasil bagi dari masing-masing komponen input antara atau input primer dengan total input. Koefisien input ini sering juga disebut koefisien teknis.

Koefisien input dapat didefinisikan sebagai berikut: aij

Xj Xij

= ... (3.10) dan

vj Xj Vj

= ...(3.11) Keterangan:

aij v

(47)

xij X

= penggunaan input sektor i oleh sektor j i

Dalam suatu Tabel I-O transaksi domestik atas dasar harga produsen, matriks koefisien input yang merupakan kumpulan berbagai koefisien input dinotasikan sebagai matriks A.

= output sektor j

2. Menghitung matriks Leontief

Setelah mendapatkan matriks A, tahap selanjutnya untuk memperoleh matriks pengganda adalah dengan mengurangkan matriks I (matriks identitas) dengan matriks A. Matriks ini dikenal sebagai matriks Leontief [I-A].

3. Menghitung matriks pengganda

Matriks pengganda merupakan matriks kebalikan (inverse matrix) dari matriks Leontief, atau dapat di definisikan sebagai:

B = [I-A]-1 keterangan:

... (3.12)

B = matriks pengganda berupa kumpulan sel matriks kebalikan Leontief (bij I = matriks identitas

) A = matriks koefisien input

bij

Perhitungan nilai keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan menggunakan metode Chenery Watanabe (1958) dalam Daryanto dan Hafizrianda (2010) yaitu dengan menjumlahkan secara kolom matriks koefisien input (a

= dampak yang terjadi terhadap output sektor i akibat perubahan permintaan akhir sektor j.

ij

1. Kaitan langsung ke belakang (direct backward linkage) (

). c

j BL )

Menunjukkan efek suatu sektor terhadap tingkat produksi sektor-sektor menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung.

c j BL =

= n i a 1 ij Nilai ...(10.13) c j

BL menunjukkan keterkaitan ke belakang dari sektor j dengan metode Chenery-Watanabe, xij adalah banyaknya input yang berasal dari sektor i yang digunakan untuk memproduksi output sektor j, dan aij

2. Kaitan langsung ke depan (direct forward linkage) (F

adalah koefisien input dari sektor j ke sektor i.

(48)

Menunjukkan banyaknya output suatu sektor yang dipakai oleh sektor-sektor lain.

c j FL =

= n j xj xij 1 =

=1 j

bij ...(10.14) c

j

FL merupakan keterkaitan ke depan dari sektor i, sedangkan bij

Selanjutnya, dari hasil matriks pengganda lebih lanjut digunakan untuk menganalisis keterkaitan (indirect backward linkage dan indirect forward linkage), dampak pengganda (output, pendapatan rumah tangga, dan tenaga kerja) dengan mengikuti metode Rasmussen (1956).

menunjukkan koefisien output dari sektor i ke sektor j. Nilai yang diperoleh dengan metode ini sering disebut sebagai keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan secara langsung, yang mengabaikan dampak tidak langsung (inderect effect) antar sektor.

3. Kaitan ke belakang langsung dan tidak langsung (indirect backward linkage) ( R

j BL )

Menunjukkan pengaruh tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir satu unit sektor tertentu yang dapat meningkatkan total output seluruh sektor perekonomian. Parameter ini menunjukkan kekuatan suatu sektor dalam mendorong peningkatan seluruh sektor perekonomian, secara matematis diformulasikan sebagai berikut:

R j BL

= n i gij 1 = ... (3.15)

dimana gij adalah elemen-elemen matriks B atau (I-A)-1

4. Kaitan ke depan langsung dan tak langsung (indirect forward linkage), ( yang merupakan invers matriks Leontief.

R i FL ) Menunjukan peranan suatu sektor dapat memenuhi permintaan akhir dari seluruh sektor perekonomian.

R i FL

= n j gij 1
(49)

Bila permintaan akhir tiap sektor perekonomian meningkat satu unit (yang berarti peningkatan permintaan akhir seluruh sektor perekonomian adalah sebesar n unit). Dengan demikian maka sektor / menyumbang pemenuhannya sebesar R

i FL .

5. Daya sebar ke belakang atau indeks daya penyebaran (backward power of dispersion) (βi

β ) i

j i i bij n bij 1 = =

j i i bij bij n ... (3.17)

Menunjukan kekuatan relatif permintaan akhir suatu sektor dalam mendorong pertumbuhan produksi total seluruh perekonomian. Jika βi >1, maka secara relatif permintaan akhir sektor j dalam merangsang pertumbuhan produksi lebih besar dari rata-rata.

6. Kepekaan terhadap signal pasar permintaan akhir atau indeks daya kepekaan (forward power of dispersion) (αj)

αj =

j i j bij n bij

1 ………(3.18)

Indeks daya kepekaan menunjukkan sumbangan relatif suatu sektor dalam memenuhi permintaan akhir keseluruhan sektor perekonomian. Jika suatu sektor memiliki karakteristik dengan αj > 1, maka sektor tersebut merupakan salah satu sektor yang strategis, karena secara relatif dapat memenuhi permintaan akhir di atas kemampuan rata-rata sektor.

Selanjutnya, dilakukan perhitungan multiplier dari Tabel I-O: 1. Output Multiplier

Output multiplier merupakan dampak meningkatnya permintaan akhir suatu sektor terhadap total output seluruh sektor di wilayah penelitian.

Oi = (I-A)-1. Fd 2. Income Multiplier

(50)

Income multiplier adalah dampak meningkatnya permintaan akhir suatu sektor terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga di wilayah penelitian secara keseluruhan.

Income multiplier dapat dihitung dengan matriks: W = X ,.

j = Xi

Wj

……… (3.20) Keterangan:

W : Matriks income

w : matriks diagonal koefisien income X : matriks output, X= (I-A)-1

3. Employment Multiplier

. P

Menunjukan dampak meningkatnya permintaan akhir suatu sektor terhadap peningkatan kesempatan kerja.

Xi Li i=

 ……… (3.21) Keterangan:

i

 : koefisien tenaga kerja sektor i Li

Xi : Output sektor i

: jumah tenaga kerja sektor i

3.3.3. Indeks Komposit

(51)

Sementara itu, indeks komposit diperoleh dari hasil penjumlahan kesepuluh indeks tersebut dengan rumus sebagai berikut:

IK= Tli li TWi Wi Toi Oi Tai ai Tbi bi T

T cj

c j c j c j + + + + + + FL FL BL BL ...(3.22) Keterangan: c j

BL : Nilai direct backward linkage

c j

FL : Nilai direct forward linkage

bi a

: Nilai backward of dispersion

i

O

: Nilai forward power of dispersion

i

W

: Nilai Output multiplier

i

li : Nilai employment multiplier : Nilai income multiplier

TBLcj : Total Nilai Kaitan langsung ke belakang

TFLcj : Total Nilai Kaitan langsung ke depan Tbi : Total Nilai Indeks daya penyebaran Tai : Total Nilai Indeks daya kepekaan TOi : Total Nilai Output multiplier TWi : Total Nilai Income multiplier Tli : Total Nilai Employment multiplier

Penentuan klasifikasi peranan suatu komoditas terhadap perekonomian Kabupaten Ciamis mengikuti interpretasi yang digunakan oleh Syarifudin (2003). Suatu komoditas diklasifikasikan memiliki peranan yang tinggi dan ditentukan sebagai komoditas unggulan jika nilai total indeks kompositnya melebihi nilai rata-rata.

Tahap selanjutnya menentukan komoditi unggulan pertanian terpilih untuk di susun strategi pengembangannya dengan melakukan diskusi dengan pihak terkait yang dalam hal ini adalah BAPPEDA, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Dinas Peternakan Kabupaten Ciamis. Komoditi unggulan pertanian terpilih, selanjutnya disusun strategi pengembangannya dengan melalukan analisis gabungan antara AHP dan SWOT (A-WOT)

3.3.4. Analisis AHP dan SWOT

(52)
[image:52.595.98.511.87.721.2]

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam AHP adalah sebagai berikut: pertama terdapat jumlah sedikit (terbatas) kemungkinan tindakan, yakni 1,2,….n, dimana n adalah bilangan yang terbatas. Responden diharapkan akan memberikan nilai dalam angka yang terbatas untuk memberi tingkat urutan (skala) prioritas. Skala yang digunakan tergantung dari pandangan responden. Dalam menentukan skala (tingkat urutan) atas persepsi digunakan metode skala Saaty seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Sistem Urutan (Ranking) Saaty

Intensitas/

Pentingnya Definisi Penjelasan

1 3 5 7 9 2,4,6,8 Kebalikan angka bukan nol diatas

Rational

Sama pentingnya

Perbedaan penting yang lemah antara yang satu dengan yang lain

Sifat lebih pentingnya kuat

Menunjukan sifat sangat penting yang menonjol

Penting absolut

Nilai tengah di antara nilai di atas/bawahnya

Jika aktivitas i, dibandingkan dengan aktivitas j, mendapat nilai bukan nol seperti tertera di kolom 1, maka j bila dibandingkan dengan i- mempunyai nilai kebalikannya.

Rasio yang timbul dari skala

Dua aktivitas memberikan kontribusi yang sama kepada tujuan

Pengalaman dan selera sedikit menyebabkan yang satu sedikit lebih disukai daripada yang lainnya Pengalaman dan selera sangat menyebabkan penilaian yang satu sangat lebih disukai daripada yang lain

Aktivitas yang satu sangat disukai daripada yang lain; dominasinya tampak dalam kenyataannya. Bukti bahwa antara yang satu lebih disukai daripada yang lain

menunjukan kepastian tingkat tertinggi yang dapat dicapai. Diperlukan kesepakatan (kompromi)

Asumsi yang masuk akal

Jika konsistensi perlu dipaksakan dengan mendapatkan sebanyak n nilai angka untuk melengkapi matriks.

(53)

dengan melibatkan stakeholders yang terkait dengan kebijakan pembangunan komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Ciamis.

Selanjutnya dengan hasil yang diperoleh dari teknik analisis AHP, kemudian dihitung bobot dari masing-masing unsur SWOT. Setelah masing-masing unsur SWOT diketahui nilainya, maka unsur-unsur tersebut dihubungkan keterkaitannya untuk memperoleh beberapa strategi (SO, ST, WO, WT), dapat dilihat pada Tabel 5. Kemudian strategi tersebut dijumlahkan nilainya untuk menghasilkan ranking dari tiap-tiap strategi. Strategi dengan ranking tertinggi merupakan strategi yang diprioritaskan untuk dilakukan.

Tabel 5. Contoh Nilai Tingkat Kepentingan Unsur-unsur SWOT berdasarkan Analisis AHP

Unsur Bobot Bobot Hasil

Analisis AHP KEKUATAN (Strength)

S1 S2 . Sn

KELEMAHAN (Weaknesses) W1

W2 . Wn

PELUANG (Opportunities) O1

O2 . On

ANCAMAN (Threats) T1

T2 . Tn

Ranking Strategi Hasil Analisis SWOT

(54)

(WO) dan pengurangan kelemahan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang (WT).

Tabel 6. Matriks Hasil Analisis SWOT Peluang - - - Ancaman - - - Kekuatan - - -

(SO) - 1 (SO) - 2 .

(SO) – n

(ST) - 1 (ST) - 2 .

(ST) - n Tabel 6. (Lanjutan)

Kelemahan -

- - -

(WO) - 1 (WO) - 2 (WO) - 3 .

(WO) – n

(WT) - 1 (WT) - 2 (WT) - 3 .

(WT) - 4

Strategi yang dihasilkan terdiri dari rumusan strategi. Untuk menentukan urutan prioritas strategi yang harus dilakukan, maka dilakukan penjumlahan bobot yang berasal dari keterkaitan antara unsur-unsur SWOT yang terdapat dalam rumusan strategi. Jumlah bobot tadi kemudian akan menentukan ranking prioritas strategi pengembangan komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Ciamis (Tabel 7).

Tabel 7. Ranking Strategi

No Unsur SWOT Keterkaitan Jumlah

Bobot Ranking Strategi SO

. SO1 S1, S2, S., Sn , O1, O2, O., On . SO2 S1, S2, Sn, O1, O2, On

. SO3 S1, S2, S4, Sn, O1, O2, On Strategi ST

. ST1 S1, S2, Sn, T1, T2,Tn . ST2 S1, S2, Sn, T1, T2,Tn . ST3 S1, S2, Sn, T1, T2,Tn Strategi WO

(55)

. WO2 W1, W2, Wn, O1, O2, On . WO3 W1, W2, Wn, O1, O2, On Strategi WT

. WT1 W1, W2, Wn, T1, T2, Tn . WT2 W1, W2, Wn, T1, T2, Tn . WT3 W1, W2, Wn, T1, T2, Tn

IV.

GAMBARAN UMUM KABUPATEN CIAMIS

4.1. Letak dan Luas Wilayah

Secara geografis Kabupaten Ciamis berada pada koordinat 108° 20' sampai dengan 108° 40' Bujur Timur dan 7° 40' 20" sampai dengan 7° 41' 20" Lintang Selatan. Secara administratif Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kabupaten dari 33 kabupaten di Provinsi Jawa Barat, letak Kabupaten Ciamis berada di ujung Timur Provinsi Jawa Barat, yang jaraknya sekitar 121 km dari ibukota Provinsi dalam hal ini batas-batas wilayah Kabupaten Ciamis adalah sebagai berikut:

• Sebelah Utara

• Sebelah Barat

• Sebelah Timur

Gambar

Gambar 3.   Hirarki Keputusan
Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian
Tabel 2. Tujuan Penelitian, Jenis data, sumber data, teknik analisis data dan output yang diharapkan
Tabel 3. Kerangka Ilustrasi Tabel Input-Output untuk 3 Sektor
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR1. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

On January 19, a $1 per share cash dividend is declared on Dana, Inc.’s 10,000 common shares

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pada hakekatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kedudukan dan hak masing- masing ahli waris dalam pembagian warisan, mendeskripsikan pertimbangan hakim dalam

Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar Bahasa Indonesia siswa dengan penerapan model NHT pada materi pantun lebih baik daripada rata-rata hasil belajar Bahasa

(2) Kawasan rawan bencana banjir sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas kurang lebih 12.245 (dua belas ribu dua ratus empat puluh lima) hektar meliputi:..

Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 1 tentang Bangunan Gedung.. Profil Daerah Kabupaten

Dalam pembahasan masalah ini yang akan dibahas adalah mengenai cara pembuatan dari mulai menentukan struktur navigasi, membuat disain antarmuka, pembentukan elemen, penggabungan