• Tidak ada hasil yang ditemukan

Morfologi Kelenjar Lingualis Walet Linchi (Collocalia linchi) pada Masa Berbiak dan Bersarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Morfologi Kelenjar Lingualis Walet Linchi (Collocalia linchi) pada Masa Berbiak dan Bersarang"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

MORFOLOGI KELENJAR LINGUALIS WALET LINCHI

(

Collocalia linchi

) PADA MASA BERBIAK DAN BERSARANG

RANY PUSPA PIJAYANTI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Morfologi Kelenjar Lingualis Walet Linchi (Collocalia linchi) pada Masa Berbiak dan Bersarang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

(4)

ABSTRAK

RANY PUSPA PIJAYANTI. Morfologi Kelenjar Lingualis Walet Linchi (Collocalia linchi) pada Masa Berbiak dan Bersarang. Dibimbing oleh SAVITRI NOVELINA dan HERU SETIJANTO.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari morfologi kelenjar lingualis walet linchi (C. linchi) pada masa berbiak dan bersarang. Tiga puluh enam ekor walet linchi digunakan dalam penelitian. Hasil menunjukkan bahwa kelenjar lingualis terdiri atas bagian anterior dan bagian posterior. Secara histologis, kelenjar lingualis anterior merupakan kelenjar mukus tubular sederhana dan kelenjar lingualis posterior merupakan kelenjar mukus tubular kompleks. Lumen kelenjar lingualis pada masa berbiak lebih kecil dibandingkan dengan lumen kelenjar lingualis pada masa bersarang. Melalui pewarnaan Alcian Blue (AB) pH 2.5 dan Periodic Acid Schiff (PAS), kelenjar lingualis anterior dan posterior terdeteksi mengandung karbohidrat asam dan karbohidrat netral pada bagian asinarnya. Intensitas warna pada masa berbiak lebih lemah dibandingkan dengan intensitas warna pada masa bersarang.

Kata kunci: C. linchi, kelenjar lingualis, masa berbiak dan bersarang

ABSTRACT

RANY PUSPA PIJAYANTI. Morphology of the Lingual Gland of the Cave Swiftlets (Collocalia linchi) during Reproduction and Nesting Period. Supervised by SAVITRI NOVELINA and HERU SETIJANTO.

This research was aimed to describe the lingual gland morphology of the cave swiftlets (C. linchi) during reproduction and nesting period. Thirty six cave swiftlets were used in this research. The result showed that the lingual gland consist of anterior and posterior glands. Histologically, the anterior lingual gland was a simple mucous tubular gland and the posterior lingual gland was a complex (branched) mucous tubular gland. The lumen during reproduction period was smaller than the lumen during nesting period. Using AB pH 2.5 and PAS staining method, the lingual gland was detected containing of acid and neutral carbohydrate in the acinar of the anterior and posterior lingual glands. The intensity of the stain during the reproduction period was weaker than the nesting period.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

MORFOLOGI KELENJAR LINGUALIS WALET LINCHI

(Collocalia linchi) PADA MASA BERBIAK DAN BERSARANG

RANY PUSPA PIJAYANTI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Morfologi Kelenjar Lingualis Walet Linchi (Collocalia linchi) pada Masa Berbiak dan Bersarang

Nama : Rany Puspa Pijayanti NIM : B04090072

Disetujui oleh

Dr. Drh. Savitri Novelina, MSi., PAVet Pembimbing I

Dr. Drh. Heru Setijanto, PAVet (K) Pembimbing II

Diketahui oleh

Drh. Agus Setiyono, MS., PhD., APVet Wakil Dekan

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2012 sampai Desember 2012 ini ialah anatomi, dengan judul Morfologi Kelenjar Lingualis Walet Linchi (Collocalia linchi) pada Masa Berbiak dan Bersarang.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Drh. Savitri Novelina, MSi., PAVet dan Bapak Dr. Drh. Heru Setijanto, PAVet (K) selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Drh. Nurhidayat, MS., PAVet, Ibu Dr. Drh. Chairun Nisa’, MSi., PAVet, Bapak Dr. Drh. Srihadi Agungpriyono, PAVet (K), Bapak Drh. Supratikno, MSi., PAVet beserta staf Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Walet Linchi 2

Kelenjar Saliva 3

MATERI DAN METODE 3

Bahan 3

Alat 3

Lokasi dan Waktu Penelitian 4

Metode Penelitian 4

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Hasil 5

Pembahasan 9

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 13

(11)

DAFTAR TABEL

1 Morfometri lidah walet linchi pada masa berbiak (ukuran ± SD). 5 2 Morfometri lidah walet linchi pada masa bersarang (ukuran ± SD). 5 3 Intensitas pewarnaan AB pH 2.5 dan PAS kelenjar lingualis walet

linchi pada masa berbiak. 9

4 Intensitas pewarnaan AB pH 2.5 dan PAS kelenjar lingualis walet

linchi pada masa bersarang. 9

DAFTAR GAMBAR

1 Peta distribusi walet linchi di Indonesia. 2

2 Gambaran makroskopis rahang bawah (A) dan lidah (B) walet linchi

tampak dorsal. 5

3 Gambaran mikroskopis lidah walet linchi. 6

4 Gambaran mikroskopis kelenjar lingualis anterior (A, B) dan kelenjar

lingualis posterior (C, D). 7

5 Gambaran mikroskopis kelenjar lingualis anterior (A, B) dan kelenjar lingualis posterior (C, D) dengan pewarnaan AB pH 2.5. 8 6 Gambaran mikroskopis kelenjar lingualis anterior (A, B) dan kelenjar

lingualis posterior (C, D) dengan pewarnaan PAS. 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Prosedur Pewarnaan HE 13

2 Prosedur Pewarnaan AB 14

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara megabiodiversitas karena mempunyai kekayaan flora dan fauna yang sangat beragam dan berlimpah. Burung putih menghasilkan sarang yang seluruhnya terbuat dari saliva sedangkan untuk walet linchi menghasilkan sarang yang merupakan campuran saliva dengan bahan lain seperti daun, ranting, dan ijuk.

Burung walet linchi awalnya banyak dimanfaatkan sebagai pemancing dan induk angkat bagi anakan burung walet putih. Namun, akhir-akhir ini burung walet linchi mulai dikenal karena sarangnya juga dapat dikonsumsi dan mempunyai nilai ekonomi (Nugroho et al. 1996; Iswanto 2002). Sarang walet dikonsumsi masyarakat karena dipercaya berkhasiat bagi kesehatan antara lain sebagai obat sakit pernapasan, obat awet muda, meningkatkan vitalitas dan kecantikan serta menghambat pertumbuhan sel-sel kanker (Kang et al. 1991).

Sarang burung walet dihasilkan dari kelenjar saliva. Walet jantan dan betina berperan dalam membuat dan menjaga sarang. Penelitian mengenai kelenjar saliva pada unggas lain yang telah dilaporkan adalah kelenjar lingualis pada ayam dan burung puyuh (Adnyane et al. 2007), merpati (Taib dan Jarrar 2001), bulbul (Almansour dan Jarrar 2004), bangau (Almansour dan Jarrar 2007), dan penguin (Samar et al. 1995). Penelitian mengenai kelenjar saliva pada walet yang telah dilaporkan adalah kelenjar mandibularis (Novelina dan Adnyane 2005; Novelina et al. 2007; 2010) sedangkan penelitian mengenai kelenjar lingualis walet linchi belum dilaporkan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari morfologi kelenjar lingualis walet linchi pada masa berbiak dan bersarang.

Manfaat Penelitian

(13)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Walet Linchi (C. linchi) Klasifikasi

Taksonomi burung walet linchi menurut Chantler dan Driessens (1995) adalah sebagai berikut.

Kelas : Aves

Subkelas : Neornithes Superordo : Apodimorphae Ordo : Apodiformes Famili : Apodidae Subfamili : Apodinae Genus : Collocalia Spesies : C. linchi Distribusi

Genus Collocalia ini banyak tersebar di seluruh dunia dan setiap daerah memiliki spesies yang berbeda-beda. Burung walet linchi adalah spesies endemik untuk dataran sunda, juga tersebar di Pulau Jawa dan pulau-pulau kecil di sekitarnya seperti Madura, Bawean, Kangean, Bali dan Lombok, serta di beberapa daerah di Sumatera bagian utara dan selatan. Di daerah Sumatera bagian tengah dan Malaysia penyebaran burung walet linchi belum dilaporkan (Fatmawati 2002).

Gambar 1 Peta distribusi walet linchi di Indonesia (Google Map 2013). Gambaran Umum, Habitat, dan Perilaku Bersarang

(14)

3 Habitat walet adalah di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang sampai gelap dan menggunakan langit-langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan berbiak (Menegristek 2000). Sarang burung walet dihasilkan dari kelenjar saliva. Kelenjar saliva walet linchi berkembang dengan baik terutama pada masa bersarang. Walet jantan dan betina berperan dalam membuat dan menjaga sarang.

Sarang terbuat dari rajutan rumput-rumputan, daun pinus atau cemara menggunakan saliva sebagai perekat. Berbagai tumbuhan yang dijadikan bahan pembuat sarang oleh burung walet linchi menurut Soehartono dan Mardiastuti (2003) antara lain jenis rumput-rumputan, daun-daunan dan tulang daun dari pohon flamboyan Delonix regia, daun pohon cemara laut Casuarina equisetifolia, dan daun pinus.

Perilaku Makan

Perilaku makan burung walet linchi adalah dengan menyambar serangga yang terbang (aerial insectivora). Sepanjang hari burung ini terbang untuk mencari makan. Menurut Soehartono dan Mardiastuti (2003), makanan utama burung walet linchi adalah serangga dari ordo Hymenoptera (73.8%), beberapa jenis Coleoptera (12.0%), Diptera (9.4%), Homoptera (3.7%), dan Hemiptera (0.4%).

Kelenjar Saliva

Pada unggas ada beberapa kelenjar saliva yaitu kelenjar-kelenjar mayor antara lain kelenjar angularis oris dan mandibularis serta kelenjar minor antara lain kelenjar lingualis, sublingualis, palatina, cricoarytenoid dan sphenopterygoid (Almansour dan Jarrar 2007).

MATERI DAN METODE

Bahan

Bahan yang digunakan sebanyak 36 buah lidah yang berasal dari 36 ekor walet linchi yang merupakan sampel dari penelitian Novelina et al. (2010). Sampel lidah sudah terfiksasi dalam alkohol 70%. Bahan yang digunakan adalah alkohol 70%, 80%, 90%, 95%, absolut, xylol, parafin, aquades, air keran, Entellan®, pewarna Hematoksilin Eosin (HE), pewarna AB pH 2.5, dan pewarna PAS.

Alat

(15)

4

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset Anatomi, Bagian Anatomi, Histologi dan Embriologi, Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor pada bulan Januari sampai Desember 2012.

Metode Penelitian

Tiga sampel kelenjar lingualis walet linchi diambil setiap bulan selama 12 bulan yaitu bulan Januari–Juni yang merupakan masa berbiak dan bulan Juli– Agustus yang merupakan masa bersarang (Novelina et al. 2010). Selanjutnya dilakukan pengamatan makroskopis dan mikroskopis untuk mempelajari morfologi kelenjar lingualis.

Pengamatan secara makroskopis merupakan pengamatan terhadap topografis kelenjar lingualis. Pengamatan secara mikroskopis meliputi pengamatan morfologi dan kandungan karbohidrat kelenjar lingualis. Proses ini dimulai dengan dehidrasi yaitu sampel direndam di dalam alkohol dengan konsentrasi bertingkat, mulai dari alkohol 70%, 80%, 90%, sampai 100%, dilanjutkan dengan larutan xylol, dan kemudian ditanam dalam parafin (embedding) menjadi blok parafin. Blok parafin dipotong dengan ketebalan 3 µm dan 5 µm dengan mikrotom, kemudian jaringan diletakkan pada gelas objek. Selanjutnya preparat disimpan dalam inkubator dengan suhu 37 °C selama 24 jam untuk penyempurnaan penempelan jaringan pada gelas objek dan siap untuk diwarnai. Proses pewarnaan didahului dengan proses deparafinisasi diikuti proses rehidrasi. Proses rehidrasi dimulai dari larutan xylol, dilanjutkan dengan larutan alkohol 100%, 90%, 80%, dan 70%. Selanjutnya dilakukan pewarnaan HE untuk pengamatan morfologi umum dari kelenjar lingualis, pewarnaan AB pH 2.5 untuk mendeteksi kandungan karbohidrat asam, dan pewarnaan PAS untuk mendeteksi kandungan karbohidrat netral. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop.

Analisis Data

(16)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kelenjar lingualis terletak di bawah lapisan epitel lidah. Kelenjar ini terdiri atas bagian anterior dan bagian posterior. Bagian anterior terletak pada bagian kranial lidah dan bagian posterior terletak pada bagian kaudal lidah (Gambar 2).

Gambar 2 Gambaran makroskopis rahang bawah (A) dan lidah (B) walet linchi tampak dorsal. Lidah (l), epiglotis (e), dan faring (f). Lokasi kelenjar lingualis anterior (a) dan lokasi kelenjar lingualis posterior (p). Skala A = 0.7 cm dan skala B = 0.1 cm.

Melalui pengukuran makroanatomi didapatkan ukuran rataan lidah meliputi panjang, lebar, dan bobot (morfometri). Morfometri lidah walet linchi selama 1 tahun masa berbiak dan bersarang secara rinci diperlihatkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Morfometri lidah walet linchi pada masa berbiak (ukuran ± SD).

Bulan Panjang (cm) Lebar (cm) Bobot (gram)

Tabel 2 Morfometri lidah walet linchi pada masa bersarang (ukuran ± SD).

(17)

6

Secara histologis, lidah terdiri dari lapisan keratin, epitel pipih banyak lapis, kelenjar lingualis, otot rangka, dan tulang rawan hialin (Gambar 3). Kelenjar lingualis diselubungi oleh kapsula jaringan ikat. Jaringan ikat interlobular membagi kelenjar menjadi lobulus-lobulus. Kelenjar terdiri atas bagian asinar dan unit penyalur. Sel-sel asinar kelenjar lingualis walet linchi bertipe mukus ditandai dengan inti yang berbentuk pipih dan berada di tepi. Tiap lobulus memiliki unit penyalur kelenjar yang berbentuk tubular berupa lumen pada bagian tengah lobulus. Sekreta sel pada kelenjar lingualis dikeluarkan dari apikal sel-sel mukus ke lumen kelenjar untuk kemudian disalurkan ke rongga mulut.

Berdasarkan bentuk tubularnya, kelenjar lingualis anterior merupakan kelenjar mukus tubular sederhana dan kelenjar lingualis posterior merupakan kelenjar mukus tubular kompleks. Kelenjar mukus tubular sederhana tidak memiliki percabangan pada tubularnya, sedangkan kelenjar mukus tubular kompleks memiliki percabangan pada tubularnya (tubular majemuk).

Gambar 3 Gambaran mikroskopis lidah walet linchi. Keratin (a), epitel pipih banyak lapis (b), kelenjar lingualis anterior (c) dan posterior (d), kelenjar lingualis diselubungi oleh jaringan ikat (e), jaringan ikat interlobular ( ) membagi kelenjar menjadi lobulus-lobulus. Sel-sel asinar kelenjar lingualis bertipe mukus (m), otot rangka (f), dan tulang rawan hialin (g). Pewarnaan HE. Skala = 50 µm.

Pada pewarnaan HE, bagian sel yang mengambil warna basofilik adalah inti, sedangkan bagian sel yang mengambil warna eosinofilik adalah sitoplasma. Pengamatan kelenjar lingualis anterior dan posterior pada bulan Januari sampai dengan Juni, tampak lumen kelenjar mengecil, sel-sel mukus tampak bulat dengan inti berbentuk pipih yang terletak di basal sel dan lobulus kelenjar kecil. Sedangkan pada bulan Juli sampai Desember kelenjar tersebut mengalami pembesaran lumen dan bentuk sel menjadi silindris dengan inti berbentuk pipih yang terletak di basal sel dan lobulus kelenjar membesar (Gambar 4).

(18)

7

Gambar 4 Gambaran mikroskopis kelenjar lingualis anterior (A, B) dan kelenjar lingualis posterior (C, D). Pada bulan Maret (masa berbiak) (A, C), lumen kelenjar mengecil ( ). Pada bulan September (masa bersarang) (B, D) sel tersebut mengalami pembesaran lumen ( ). Pewarnaan HE. Skala A–D = 30 µm.

Melalui metode histokimia AB pH 2.5 dan PAS, pada kelenjar lingualis terdeteksi adanya kandungan karbohidrat yang bersifat asam dan netral. Sitoplasma, sekreta, dan lumen sel-sel mukus pada kelenjar lingualis anterior dan posterior bereaksi positif (biru) dengan intensitas lemah (+) sampai kuat (+++) terhadap pewarnaan AB pH 2.5 (Gambar 5). Sitoplasma, sekreta, dan lumen sel-sel mukus pada kelenjar lingualis anterior dan posterior bereaksi positif (magenta) dengan intensitas lemah (+) sampai kuat (+++) terhadap pewarnaan PAS (Gambar 6).

A B

(19)

8

Gambar 5 Gambaran mikroskopis kelenjar lingualis anterior (A, B) dan kelenjar lingualis posterior (C, D) dengan pewarnaan AB pH 2.5. Intensitas lemah (++) pada bulan Maret (masa berbiak) (A, C) dan sedang (+++) pada bulan September (masa bersarang) (B, D). Skala A–D = 30 µm.

Gambar 6 Gambaran mikroskopis kelenjar lingualis anterior (A, B) dan kelenjar lingualis posterior (C, D) dengan pewarnaan PAS. Intensitas lemah (+) pada bulan Maret (masa berbiak) (A, C) dan kuat (+++) pada bulan September (masa bersarang) (B, D). Skala A–D = 30 µm.

D C

A B

D C

(20)

9 Pewarnaan AB pH 2.5 dan PAS bereaksi positif pada sitoplasma, sekreta pada lumen, dan lumen kelenjar lingualis anterior dan posterior dengan intensitas warna lemah sampai kuat. Pada sampel bulan Januari sampai bulan Juni, kelenjar lingualis anterior dan posterior terlihat intensitas warna AB pH 2.5 dan PAS lebih lemah dibandingkan dengan sampel bulan Juli sampai bulan Desember. Perbedaan intensitas tersebut diperlihatkan secara rinci pada Tabel 2 dan 3.

Tabel 3 Intensitas pewarnaan AB pH 2.5 dan PAS kelenjar lingualis walet linchi pada masa berbiak. (masa berbiak), Ant = Anterior, Post = Posterior, Sito = Sitoplasma, Sekret = sekreta, (-) negatif, (+) lemah, (++) sedang, (+++) kuat (Novelina et al. 2010).

Tabel 4 Intensitas pewarnaan AB pH 2.5 dan PAS kelenjar lingualis walet linchi pada masa bersarang.

Keterangan: Jul = Juli, Agu = Agustus, Sep = September, Okt = Oktober, Nov = November, Des = Desember, Juli-Desember (masa bersarang), Ant = Anterior, Post = Posterior, Sito = Sitoplasma, Sekret = sekreta, (-) negatif, (+) lemah, (++) sedang, (+++) kuat (Novelina et al. 2010).

Pembahasan

(21)

10

yang kering dan sebagai media untuk memecah dan mengencerkan bahan makanan. Pada spesies walet, saliva juga berfungsi sebagai bahan pembuat sarang (King dan Mc Lelland 1984). Sarang pada burung merupakan tempat untuk meletakkan telur dan membesarkan anak, tetapi pada walet sarang juga dikonsumsi manusia karena dipercaya berkhasiat untuk kesehatan tubuh (Kang et al. 1991). Saliva mengandung glikoprotein yang disebut musin yang berkontribusi terhadap kekentalan saliva dan aktivitas fisiologis kelenjar saliva serta berperan dalam metabolisme sel antara lain dalam proses adhesi sel, mengontrol pertumbuhan dan pengaturan reseptor sel (Wu et al. 1994).

Burung walet linchi mengalami masa berbiak pada bulan Januari–Juni dan masa bersarang pada bulan Juli–Desember (Novelina et al. 2010). Masa berbiak ditandai dengan perilaku bertelur, mengerami serta merawat hingga anak dapat terbang. Masa bersarang ditandai dengan perilaku membuat sarang.

Hasil pada penelitian ini memperlihatkan terjadinya peningkatan morfometri lidah yang meliputi penambahan panjang, lebar, dan bobot serta peningkatan ukuran dan aktivitas kelenjar lingualis walet linchi pada masa bersarang dibandingkan dengan masa berbiak. Hal ini berkaitan dengan produksi saliva pada masa berbiak dan bersarang. Pada masa bersarang, kelenjar lingualis walet linchi berukuran besar karena aktivitas kelenjar lingualis untuk memproduksi saliva dalam jumlah banyak. Aktivitas kelenjar saliva dipengaruhi oleh saraf simpatis dan parasimpatis. Saraf parasimpatis dari nervus cranialis (VII, IX dan X) merupakan serabut motorik kelenjar saliva. Stimulus saraf parasimpatis akan meningkatkan aktivitas kelenjar, sedangkan stimulus saraf simpatis menghambat aliran darah kelenjar saliva sehingga menghambat produksi saliva (Banks et al. 1986). Pada masa bersarang, pembesaran lumen kelenjar dan bentuk sel mukus menjadi silindris yang sebelumnya berbentuk bulat terjadi karena peningkatan aktivitas kelenjar untuk memproduksi saliva.

Kelenjar lingualis walet linchi mengandung karbohidrat asam dan karbohidrat netral. Hasil ini serupa dengan penelitian pada ayam dan burung puyuh (Adnyane et al. 2007), merpati (Taib dan Jarrar 2001), bulbul (Almansour dan Jarrar 2004), bangau (Almansour dan Jarrar 2007), dan penguin (Samar et al. 1995). Pada burung puyuh yang belum dewasa, tidak memiliki kandungan karbohidrat asam dan netral pada kelenjar lingualisnya (Liman et al. 2001). Nurhidayanti (2002) menyatakan bahwa kandungan karbohidrat pada kelenjar saliva dapat berbeda, tergantung pada perbedaan jenis dan pola makan.

(22)

11

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Seiring dengan masa berbiak dan bersarang, kelenjar lingualis walet linchi mengalami perubahan morfologi dan konsentrasi kandungan karbohidrat pada asinar sel mukus. Pada masa berbiak lumen kelenjar kecil, bentuk sel bulat, dan lobulus kelenjar kecil serta konsentrasi kandungan karbohidrat lemah. Pada masa bersarang lumen kelenjar besar, bentuk sel silindris, dan lobulus besar serta konsentrasi kandungan karbohidrat kuat.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kelenjar saliva yang lainnya pada walet linchi.

DAFTAR PUSTAKA

Adnyane IKM, Agungpriyono S, Ermansyah L. 2007. Morfologi kelenjar mandibularis dan lingualis ayam (Gallus sp.) dan burung puyuh (Coturnix coturnix): dengan tinjauan khusus pada distribusi dan kandungan karbohidrat. Media Kedokteran Hewan 23(3):184–191.

Almansour MI, Jarrar BM. 2004. Structure and secretions of the lingual salivary glands of the white-cheeked bulbul, Pycnonotus leucogenys (Pycnontidae). Saudi J Biosci 11(2).

Almansour MI, Jarrar BM. 2007. Morphological, histological and chemical study of the lingual salivary glands of the little egret, Egretta garzetta. Saudi J Biosci 14(1):75–81.

Arthitvong S, Makmee N, Suprasert A. 1999. Histochemical detection of glycoconjugates in the anterior lingual salivary glands of the domestic fowl. Nat Sci 33:243–250.

Banks FCL, Knight GE, Calvert RC. 1986. Smooth muscles and purinergic contraction of the human, rabbit, rat and mouse testicular capsule. Bio Reprod 74:473–480.

Budiman A. 2002. Menetaskan Telur Walet. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Chantler P, Driessens G. 1995. Swifts: A Guide to Swifts and Treeswifts of The

World. Ed ke-2. London (GB): Yale Univ Pr.

Fatmawati. 2002. Studi morfologi kelenjar saliva burung striti (Collocalia linchi) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(23)

12

Kang N, Hails CJ, Sigurdsson JB. 1991. Nest construction and egg laying in edible-nest swiflets Aerodramus spp. Nat Malaysia.

King AS, Mc Lelland J. 1984. Birds: Their Structure and Function. London (UK): Bailliere Tyndall.

Liman N, Bayram G, Kocak M. 2001. Histological and histochemical studies on the lingual, preglottal and laryngeal salivary glands of the japanese quail (Coturnix coturnix japonica) at the post-hatching period [Internet]. [diunduh 2013 Mei 20]. Tersedia pada: http://www.blackwell-synergy.com/links/doi/. Mardiastuti et al. 1998. Teknik pengusahaan walet rumah, pemanenan sarang

dan penanganan pasca panen. Laporan RUT IV. Bidang Teknologi Perlindungan Lingkungan. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi. Dewan Riset Nasional: Jakarta.

[Menegristek] Kementerian Negara Riset dan Teknologi. 2000. Budidaya Burung Walet. Jakarta (ID): Menegristek.

Novelina S, Adnyane IKM. 2005. Deteksi enzim lisozim pada kelenjar saliva burung walet putih (Collocalia fuciphaga). Laporan Penelitian Dosen Muda IPB. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Novelina S, Nisa C, Adnyane IKM, Sigit K, Setijanto H, Agungpriyono S. 2007. Morphological study of the salivary gland of the edible nest linchi swiflet (Collocalia linchi). Proceeding of the International Symposium Animal Science Meeting for Graduate Students; 2007 Jan 11; Utsunomiya, Japan. Utsunomiya (JP): Utsunomiya Univ.

Novelina S, Satyaningtijas AS, Agungpriyono S, Setijanto H, Sigit K. 2010. Morfologi dan histokimia kelenjar mandibularis walet linchi (Collocalia linchi) selama satu musim berbiak dan bersarang. J Kedokteran Hewan 2(4):1–6. Nugroho E, Wendrato MIM, Ako KN. 1996. Buku Petunjuk Budidaya Walet

Secara Modern. [tempat tidak diketahui]: [penerbit tidak diketahui].

Nurhidayanti W. 2002. Morfologi oesophagus dan lambung burung layang-layang Asia (Hirundo rustia) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Price JJ, Johnson KP, Clayton DH. 2004. The Evolution of echolocation in

swiftlets. J Avian Bio 35:135–143.

Samar ME, Avila RE, Fabro SPD, Centurion C. 1995. Structural and cytochemical study of salivary glands in the magellanic penguin Spheniscus magellanicus and the kelp gull Larus Dominicanus. Marine Ornithology 153– 157.

Soehartono T, Mardiastuti A. 2003. Pelaksanaan Konvensi Cites di Indonesia. Jakarta (ID): Japan International Cooperation Agency (JICA).

Taib NT, Jarrar BM. 2001. Histochemical characterization of the lingual salivary glands of the eurasian collared dove, Streptopelia decaocta. Pakistan J Biosci 4(11):1425–1428.

Thomassen HA, Tex RJ, Bakker MAG, Povel GDE. 2005. Phylogenetic relationships amongst swifts and swiflets: A multi locus approach. Molecular Phylogenetics and Evolution 37(1): 264–277.

(24)

13 Lampiran 1 Prosedur Pewarnaan HE

Pewarnaan HE digunakan untuk melihat morfologi umum dari kelenjar lingualis. Prinsip dari pewarnaan HE adalah inti yang bersifat asam akan menarik zat atau larutan yang bersifat basa, sehingga akan berwarna biru. Sitoplasma bersifat basa akan menarik zat atau larutan yang bersifat asam, sehingga berwarna merah. Proses pewarnaan diawali dengan deparafinisasi dan rehidrasi menggunakan xylol I (5 menit), xylol II (1 menit), xylol III (1 menit), alkohol 100% I (4 menit), alkohol 100% II (2 menit), alkohol 100% III (2 menit), alkohol 95% (1 menit), alkohol 90% (1 menit), alkohol 80% (1 menit), alkohol 70% (1 menit), dan direndam dengan air keran dan aquades masing-masing selama 5 menit.

Proses pewarnaan HE dimulai dengan mencelupkan preparat ke dalam larutan Hematoksilin selama beberapa detik kemudian dibilas dengan aquades. Setelah itu dilanjutkan dengan direndam di dalam Eosin selama 5 menit dan dibilas kembali dengan aquades. Setelah tahap pewarnaan, dilakukan proses dehidrasi kembali dengan menggunakan alkohol bertingkat, mulai dari 70%, 80%, 90%, 100% I, 100% II, 100% III kemudian dimasukkan kembali ke dalam xylol I, II, dan III selama 5 menit.

(25)

14

Lampiran 2 Prosedur Pewarnaan AB pH 2.5

(26)

15 Lampiran 3 Prosedur Pewarnaan PAS

(27)

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purwakarta pada tanggal 8 Maret 1993 dari ayah Ahmad Ridwan dan ibu Yuyun Kunaenah. Penulis adalah putri kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Purwakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Divisi Vokal Gentra Kaheman IPB, penulis juga aktif sebagai anggota Divisi Infokus dari Himpunan Minat dan Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik. Penulis pernah menjabat sebagai Ketua Introvet FKH IPB, mengikuti kegiatan dan mendapatkan dana hibah penelitian PKM. Penulis merupakan delegasi FKH IPB pada kegiatan internasional IVSA Indonesia – IVSA South Korea Group Exchange Winter 2013 dan penulis adalah salah satu bakal calon mahasiswa berprestasi FKH IPB. Bulan Juli 2012 penulis melaksanakan Pengabdian Masyarakat di Desa Bulung Cangkring, Kudus, Jawa Tengah. Magang di beberapa tempat yang berkaitan dengan dunia kedokteran hewan pernah penulis lakukan untuk menambah pengalaman.

Gambar

Gambar 1  Peta distribusi walet linchi di Indonesia (Google Map 2013).
Gambar 2  Gambaran makroskopis rahang bawah (A) dan lidah (B) walet linchi
Gambar 4  Gambaran mikroskopis kelenjar lingualis anterior (A, B) dan kelenjar
Gambar 6  Gambaran mikroskopis kelenjar lingualis anterior (A, B) dan kelenjar lingualis posterior (C, D) dengan pewarnaan PAS

Referensi

Dokumen terkait

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September sampai Desember 2012 ini ialah degradasi hutan, dengan judul Pemetaan Perubahan

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 ini ialah DNA BARCODING dengan judul Variasi Genetik Rotan Berdasarkan Penanda DNA

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) kelenjar ludah burung walet lebih berkembang dibanding kelenjar ludah burung gereja, 2) Semakin kearah anterior atau ujung lidah

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2012 hingga Maret 2013 ini ialah enzim, dengan judul Isolasi dan Pencirian Xilanase

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2021 sampai bulan Juni 2021 ini ialah manfaat ekonomi pengelolaan wisata dengan judul “Manfaat

Tema yang dipilih dalam tugas akhir yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 ini adalah klasifikasi, dengan judul Klasifikasi Jenis Shorea Berdasarkan Morfologi

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2012 sampai bulan April 2013 ini ialah Pertumbuhan Protocorm Like Bodies (Plb) Dua

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2012 ini ialah ekowisata, dengan judul Penyusunan paket wisata alam berbasis pendidikan