• Tidak ada hasil yang ditemukan

Performa Produksi Ayam Arab Petelur yang Diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Performa Produksi Ayam Arab Petelur yang Diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

ii RINGKASAN

YUGI YUNARDI. D14096020. 2012. Performa Produksi Ayam Arab Petelur yang Diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Rudi Afnan, S.Pt., M.Sc.Agr.

Pembimbing Anggota : Ir. Widya Hermana, M.Si.

Tanaman obat secara umum dikonsumsi oleh manusia untuk tujuan menjaga kesehatan atau sebagai pengobatan beberapa penyakit tertentu termasuk untuk ternak. Harga obat-obatan buatan pabrik (impor) sangat mahal sehingga tidak terjangkau oleh para peternak terutama peternak dalam skala menengah ke bawah dan semakin memburuk sejak krisis moneter yang terjadi di Indonesia. Peternak berupaya mencari alternatif lain dengan memanfaatkan beberapa tanaman obat sebagai bahan tradisional pengganti obat konvensional yang disebut jamu ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari performa ayam Arab periode bertelur yang diberi jamu ternak melalui air minum. Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2011. Penelitian dilakukan di kandang C Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bahan jamu yang digunakan yaitu kencur, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, temulawak, daun sirih hijau, dan kayu manis yang masih segar, juga ditambah molasses dan EM4. Ternak yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam Arab betina sebanyak 48 ekor yang berumur 19 minggu. Ayam dialokasikan ke dalam 3 perlakuan pemberian jamu ternak dalam air minum dengan dosis 5 ml/ekor/hari, 10 ml/ekor/hari dan kontrol. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Data diolah dan dianalisis ragam (ANOVA/Analysis of Variance) dan jika memberikan hasil yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak Duncan. Peubah yang diukur adalah performa ayam Arab yang terdiri atas konsumsi ransum, konversi ransum, produksi telur, mortalitas, bobot telur, pertambahan bobot badan, dan jumlah telur.

Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa pemberian jamu dalam air minum dengan dosis 10 ml/ekor/hari tidak mempengaruhi konsumsi pakan, bobot telur, dan pertambahan bobot badan, tetapi menurunkan konversi pakan, jumlah telur dan produksi telur (hen day production) dari 59,71% menjadi 43,86%. Jamu ternak tidak menyebabkan kematian pada ternak ayam Arab.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan jamu ternak ke dalam air minum ternak ayam Arab tidak meningkatkan performa ayam Arab dan pada taraf 10 ml/ekor/hari menurunkan produksi telur.

(2)

iii ABSTRACT

Laying Performance of Arab Hens Fed Herbs Mixture Trough Drinking Water Y. Yunardi, R. Afnan, and W. Hermana

This research was conducted on June until August 2011 in the Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University to evaluate the laying performance of Arab hens fed herbs mixture trough drinking water. Herbs mixture was composed from lesser galangal, garlic, ginger, galangal, turmeric, ginger, green betel leaves, cinnamon, molasses and effective microorganisms (EM4). All herb materials were incubated for 5 days. Readily use herbs mixture was given to the hens through dringking water for three consecutive days in a week during 6 weeks experiment. A total of 48 of Arab hens age 19 weeks were kept and subjected to 3 different treatments of herbal mixture addition in drinking water. The treatments were no herbal mixture (P0), 5 ml/day (P1) and 10 ml/day (P2). This research was designed completely randomized (CRD). Data were subjected to analysis of variance

(ANOVA) and the differences between treatments were tested by Duncan’s multiple

range test. Variables measured were feed consumption, feed conversion, hen day production and mortality. The feed consumption revealed no significant differences among treatments. However, the feed conversion increased and hen day production decreased significantly at the higher level addition of herbal mixture. Herbs mixture showed no harmful effect on hens health.

(3)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman obat secara umum dikonsumsi oleh manusia untuk menjaga kesehatan atau sebagai pengobatan beberapa penyakit tertentu termasuk penggunaan untuk ternak. Harga obat-obatan buatan pabrik (impor) sangat mahal sehingga tidak terjangkau oleh para peternak terutama peternak dalam skala menengah ke bawah dan semakin memburuk sejak krisis moneter yang terjadi di Indonesia. Peternak berupaya mencari alternatif lain dengan memanfaatkan beberapa tanaman obat sebagai bahan tradisional pengganti obat konvensional yang disebut jamu ternak. Jamu ternak dapat dibuat dari kencur, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, temulawak, daun sirih, dan kayu manis, serta ditambah molases dan Effective Microorganism (EM4) (Saenab et al., 2002). Tujuan pemberian molases yaitu sebagai sumber energi, mineral, dan pemberi rasa manis, sedangkan EM4 diberikan untuk mempercepat proses fermentasi dan menghambat bakteri patogen.

Peternak ayam Kampung di Jakarta telah menggunakan racikan tanaman obat, yaitu jahe, temulawak, kunyit, dan kencur yang dibuat sendiri. Peternak unggas lokal umumnya memberikan jamu melalui pakan atau air minum. Manfaat penggunaan tanaman obat bagi manusia dan ternak yaitu untuk meningkatkan daya tahan tubuh, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pemulihan kesehatan (Sulandari et al., 2007).

Jamu ternak diberikan pada ayam Arab periode produksi melalui air minum untuk mempelajari pengaruh jamu ternak terhadap performa produksi ayam Arab. Pemberian jamu melalui air minum agar jamu lebih cepat terserap, mudah dan lebih terukur jumlah pemberiannya.

Tujuan

(4)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Arab

Ayam Arab merupakan ayam lokal yang berasal dari wilayah Eropa. Ayam lokal petelur unggul di Eropa dikenal beberapa jenis antara lain bresse di Prancis,

hamburg di Jerman, mesian di Belanda, dan braekels di Belgia. Diantara jenis ayam lokal tersebut, ayam braekels adalah jenis ayam lokal petelur introduksi yang paling dikenal di Indonesia. Ayam braekels mempunyai nama lain yaitu Gallus turcicus. Ayam Arab merupakan keturunan dari ayam braekles bersifat gesit, aktif, dan daya tubuhnya kuat (Diwyanto dan Prijono, 2007).

Ayam Arab yang berada di Indonesia terdiri dari dua jenis yaitu ayam Arab

Silver dan ayam Arab Merah Golden Red. Menurut asal usulnya, ayam Arab Silver

diduga merupakan hasil persilangan antara ayam jantan Arab asli Silver braekels

dengan betina lokal petelur. Ciri-ciri ayam Arab berwarna putih mengkilap sepanjang leher, bulu punggung putih berbintik hitam, bulu sayap hitam bergaris putih dan bulu ekor dominan hitam bercampur putih, jengger kecil berwarna merah dan mata berwarna hitam dan dilingkari warna kuning. Nataamijaya et al. (2003) menyatakan bobot badan ayam Arab jantan dewasa mencapai 1,5-1,8 kg dengan tinggi tubuh 30 cm sedangkan ayam Arab betina mencapai 1,1-1,2 kg dengan tinggi tubuh 22-25 cm.

Ayam Arab memiliki keunggulan dibandingkan dengan ayam buras lain. Ayam Arab merupakan ayam yang jarang mengeram dan mempunyai produksi telur yang cukup tinggi yaitu mencapai 190-250 butir per tahun dengan berat telur 42,3 g (Rozi, 2003). Produktivitas ayam Arab yang dipelihara secara intensif dapat mencapai produksi telur sebesar 70% atau 250 butir per tahun.

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

11 Molases

Molases merupakan hasil sampingan industri pengolahan dan pemurnian gula (Cheeke, 1999) dan berbentuk cairan kental berwarna hitam (Hasan dan Ishida, 1992). Molases atau yang biasa dikenal dengan tetes dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak yang berenergi tinggi. Keunggulan penggunaan molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (48%-60% sebagai gula), kadar mineral cukup, dan rasanya disukai ternak. Kadar kalium molases yang tinggi dapat menyebabkan diare jika konsumsinya terlalu banyak (Rangkuti et al., 1995).

Kandungan karbohidrat, protein dan mineral cukup tinggi, sehingga sering digunakan untuk pakan ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pendukung. Kelebihan tetes tebu adalah terletak pada aroma dan rasanya serta harganya murah. Penambahan dalam ransum dapat memperbaiki aroma dan rasa (Hasan dan Ishida, 1992).

Effective Microorganism (EM4)

EM4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan yaitu mikroorganisme inkubasi dan sintetik yang terdiri dari asam laktat, bakteri fotosintetik, Actinomycetes sp., Streptomycertes sp., ragi dan jamur pengurai sellulosa. EM4 bermanfaat menyehatkan ternak, mengurangi stres pada ternak, menyeimbangkan mikroorganisme dalam saluran pencernaan ternak, meningkatkan nafsu makan serta mengurangi polusi atau bau kandang dan lingkungan. Dosis penggunaan EM4 pada ayam potong yaitu 1 ml EM4 : 1 liter air putih dan tidak diberikan bersama dengan pemberian vaksin, vitamin maupun antibiotik (Awan, 2004).

(14)

12 menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti E. coli, Salmonella, Proteus dan Campylobacteria (Lokapirnasari, 2007).

Ritonga (1992) bahwa penggunaan probiotik pada ternak unggas ternyata sangat menguntungkan karena dapat menghasilkan berbagai enzim yang dapat membantu pencernaan dan dapat menghasilkan zat antibakteri yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan. Surung (2008) menyatakan bahwa penambahan EM4 dalam air minum dapat mengefisienkan pemberian pakan dan dapat meningkatkan pertambahan berat badan ayam buras.

Penggunaan Jamu Ternak

Penggunaan jamu ternak melalui air minum sebanyak 10-30 ml/ekor/hari pada ayam Arab umur 48 minggu dapat mengakibatkan konsumsi ransum dan produksi telur menurun serta konversi ransum menjadi kurang baik (Romantis, 2010).

Wirapati (2008) menyatakan bahwa kencur bermanfaat untuk menambah nafsu makan dan dapat memperlancar aliran darah. Hasil penelitian Agustiana (1996), pemberian tepung kunyit sebanyak 0,6% dalam ransum dapat meningkatkan pertumbuhan bobot badan dan konsumsi ransum ayam pedaging umur 6 minggu, serta memiliki konversi ransum yang baik. Al-Sultan (2003) menyatakan pemberian 0,5%-1% tepung kunyit dalam ransum menghasilkan penampilan dan ketahanan tubuh yang baik pada ayam pedaging umur 5 minggu. Ini menandakan bahwa tepung kunyit dapat memperbaiki penampilan ayam pedaging.

(15)

13 sama dengan yang dilaporkan oleh Mehala dan Moorthy (2008) dengan pemberian tepung kunyit dalam ransum ayam broiler sebanyak 0,1%-0,2% tidak mempengaruhi performa (pertumbuhan dan efisien penggunaan pakan). Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa imbuhan kunyit dapat meningkatkan performa ayam broiler (Samarasinge et al., 2003). Imbuhan temulawak nyata meningkatkan performa ayam petelur (Sinurat et al., 2008) dan ekstraknya dapat meningkatkan titer antibodi ayam petelur terhadap Avian Influenza (Priosoeryanto et al., 2008). Septinova (2006) menyimpulkan hasil penelitiannya terhadap ayam broiler bahwa konsumsi air minum, bobot karkas, bobot jantung, dan bobot lemak abdominal semakin menurun dengan bertambahnya tingkat temulawak, tetapi tidak ditemukan tingkat optimal pemberian temulawak pada performan dan karkas broiler.

Tepung kunyit mengandung kurkumin (1%-5%) yang besifat anti bakteri dan minyak atsiri. Kurkumin dapat menghambat pertumbuhan bakteri terutama pada saluran pencernaan sehingga meningkatkan pertumbuhan. Minyak atsiri kunyit bersifat bakteriostatik terhadap E. coli (Susilowati et al., 1985).

Hasil penelitian Oetomo (1993) melaporkan bahwa temulawak dapat meningkatkan konsumsi ransum pada tikus. Hermanu (2008) juga melaporkan bahwa ekstrak temulawak meningkatkan nafsu makan pada tikus albino. Yasni et al. (1991) melaporkan bahwa ekstrak temulawak dapat menurunkan konsumsi ransum pada tikus yang dibuat menderita diabetes. Penelitian Samarasinghe et al. (2003) menunjukkan bahwa tepung kunyit tidak menyebabkan perubahan konsumsi ransum bila diberikan dalam ransum ayam broiler hingga 0,3%. Demikian juga hasil penelitian pada ayam petelur menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik dan tepung kunyit dengan dosis 125-500 mg kurkumin/kg pakan sebagai imbuhan pakan tidak nyata menyebabkan perubahan konsumsi ransum, tetapi pemberian antibiotik dan tepung temulawak dalam dosis 15 dan 30 mg kurkumin/kg pakan nyata menyebabkan penurunan konsumsi ransum (Sinurat et al., 2008).

(16)

14 yang diberi tepung kunyit dosis lebih dari 0,08%. Samarasinghe et al. (2003) juga melaporkan bahwa pemberian kunyit (Tumeric longa) sebanyak 1 g/kg dalam ransum broiler dapat meningkatkan pertumbuhan. Al-Sultan (2003) melaporkan bahwa pemberian kunyit (Curcuma longa) sebanyak 0,5% (5 g/kg ransum) dalam ransum adalah yang paling baik untuk meningkatkan pertambahan bobot hidup ayam broiler.

Mide (2007) melaporkan bahwa ayam broiler yang diberi tepung temulawak sebanyak 0,35%-1,05% dalam ransum tidak menyebabkan perubahan yang berarti terhadap efisiensi penggunaan pakan (FCR).

Herawati (2006) melaporkan bahwa ayam broiler yang diberi jahe merah dalam pakan hingga 2,0% dalam ransum memberikan pengaruh yang relatif baik pada pertambahan bobot badan, total konsumsi pakan yang lebih rendah, dan konversi pakan lebih baik.

(17)

15 MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di kandang C Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Penelitian dimulai dari bulan Juni 2011 sampai dengan Agustus 2011.

Materi Ternak

Penelitian ini menggunakan 48 ekor ayam Arab betina berumur 19 minggu. Bobot badan rata-rata 1330,08 g ± 77,76 g. Ayam dialokasikan ke dalam 3 perlakuan dan 4 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 4 ekor ayam.

Kandang

Kandang batere yang digunakan dalam penelitian ini berukuran panjang 110 cm x lebar 40 cm x tinggi 45 cm. Satu kandang batere terdiri dari dua ruang dan setiap ruang diisi dua ekor ayam. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum terbuat dari bambu dan diletakkan memanjang sesuai dengan panjang kandang batere. Kandang batere diletakkan di dalam kandang besar.

Pakan

(18)

16 Tabel 5. Kandungan Nutrien Pakan Penelitian (Berdasarkan As fed)

Nutrisi Kandungan

Sumber : Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB tahun 2011

Jamu Ternak

Bahan jamu yang digunakan merujuk pada bahan jamu yang digunakan oleh Saenab et al. (2002) yaitu kencur, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, temulawak, daun sirih hijau, dan kayu manis yang masih segar, ditambah molasses dan EM4. Jamu yang dibuat berjumlah 3 liter.

Bahan jamu dipotong-potong dan dihaluskan dengan blender kemudian disaring dan diambil cairan atau ekstraknya. Jamu ditempatkan dalam ember plastik. Jamu ditambahkan molases dan EM4 dan diencerkan dengan air bersih sampai campuran berjumlah 3 liter. Jamu dimasukkan ke dalam jirigen plastik berukuran 5 liter dan ditutup rapat. Jamu diinkubasi selama 5 hari. Jamu diaduk setiap hari. Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk membuat jamu ternak adalah blender, ember, jirigen plastik ukuran 5 liter yang digunakan untuk tempat inkubasi jamu ternak yang diproduksi, gelas ukur 50 ml dan saringan untuk menyaring jamu. Peralatan yang digunakan untuk pemeliharaan dan produksi adalah kandang batere, tempat pakan, tempat minum, egg tray, dan timbangan digital.

Prosedur Persiapan Kandang

(19)

17 Pemeliharaan

Ayam ditimbang untuk mengetahui bobot badan awal umur 19 minggu. Penimbangan selanjutnya dilakukan di akhir penelitian. Masa adaptasi dilakukan selama dua minggu untuk membiasakan ayam terhadap lingkungan dan konsumsi ransum perlakuan. Ayam ditimbang di awal dan akhir penelitian.

Pakan diberikan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Ransum diberikan sebanyak 100 g/ekor/hari dan minum disediakan ad libitum. Sisa pakan ditimbang setiap minggu. Pengambilan telur dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Telur diberi kode sesuai perlakuan dan ditimbang.

Pemberian Jamu

Pemberian jamu dilakukan pada siang hari saat cuaca cukup panas dan diharapkan ayam sering minum sehingga jamu cepat habis dikonsumsi. Sebelum diberikan kepada ayam, jamu dicampur dengan air bersih terlebih dahulu sesuai dengan jenis perlakuan. Jamu dan air dicampur pada ember sampai merata. Ayam diberikan jamu pukul 10.00 pagi. Ayam dipuasakan minum air selama dua jam sebelum jamu diberikan pada ayam.

Dosis jamu yang digunakan adalah 5 ml/ekor/hari ditambah 50 ml air pada perlakuan pertama dan 10 ml/ekor/hari ditambah 50 ml air pada perlakuan kedua. Setelah jamu habis, ayam diberi air minum ad libitum. Jamu diberikan selama tiga hari berturut-turut setiap minggu pada hari Sabtu, Minggu, dan Senin. Pemberian jamu selama 8 Minggu.

Rancangan dan Analisis Data Perlakuan

Perlakuan yang diberikan adalah : P0 : Kontrol (tidak diberi jamu)

P1 : Pemberian 5 ml jamu dicampur ke dalam air minum sebanyak 50 ml/ekor/hari P2 : Pemberian 10 ml jamu dicampur ke dalam air minum sebanyak 50 ml/ekor/hari Model

(20)

18 Yij = µ + Pi +

є

ij

Keterangan :

Yij : Nilai pengamatan performa produksi ayam dari pemberian jamu ke-i dan ulangan ke-j

µ : Nilai rataan umum

Pi : Pengaruh pemberian jamu ke-i (i = 0, 5 dan 10 ml/ekor/hari)

є

ij : Pengaruh galat percobaan (pemberian jamu) dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Analisis Data

Pengambilan data dilakukan selama delapan minggu. Data yang diperoleh dianalisis ragam (ANOVA). Perbedaan diantara perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan.

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati adalah : a. Konsumsi Ransum (gram/ekor)

Konsumsi ransum dihitung dari selisih ransum yang diberikan (g) dengan sisa ransum (g) yang ada setiap minggu selama pemeliharaan.

b. Konversi Ransum

Konversi ransum diperoleh dari jumlah ransum yang dikonsumsi (g) dibagi dengan total bobot telur (g) selama penelitian.

c. Produksi Telur (Hen Day) (%)

Produksi telur diperoleh dari persentase jumlah telur yang dihasilkan dari jumlah ayam yang ada.

d. Bobot Telur (g/butir)

Bobot telur (g) diperoleh dari penimbangan telur setiap hari. e. Jumlah Telur (butir)

Jumlah telur (butir) diperoleh dari produksi telur setiap hari. f. Mortalitas (%)

(21)

19 g. Pertambahan Bobot Badan (PBB)

(22)

20 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh penambahan jamu ternak dalam air minum terhadap performa ayam Arab dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pengaruh Perlakuan Penambahan Jamu Ternak dalam Air Minum terhadap Performa Ayam Arab

Peubah yang Diamati Kontrol 5 ml/ekor/hari 10 ml/ekor/hari Konsumsi Ransum (gram/ekor) 93,38±0,95 92,73±2,24 92,63±1,92 Produksi Telur (Hen Day Jumlah Telur (butir) 133,75±4,99a 120±13,54a 95,75±14,66b

Konversi Ransum 4,41±0,24a 4,87±0,51a 6,08±1,18b

Mortalitas (%) 0 0 0

Pertambahan Bobot Badan (PBB) (gram/ekor/8 minggu)

291,63±36,26 307,63±46,36 325,19±77,56

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata ` (p<0,05)

Konsumsi Ransum

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan jamu ternak pada air minum ayam Arab tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum. Konsumsi ransum tidak berbeda nyata antara perlakuan kontrol, perlakuan P1 (5 ml/ekor/hari), dan perlakuan P2 (10 ml/ekor/hari).

(23)

21 bersifat bakteriostatik terhadap E. coli (Susilowati et al., 1985). Herawati (2006) melaporkan bahwa ayam broiler yang diberi jahe merah dalam pakan hingga 2,0% dalam ransum memberikan pengaruh yang relatif baik pada pertambahan bobot badan, total konsumsi pakan yang lebih rendah, dan konversi pakan lebih baik.

Bentuk ransum yang dikonsumsi adalah crumbel. Tetapi ada yang halus. Ini mungkin karena proses pembuatan pellet kurang baik. Bentuk ransum crumble lebih cepat habis, sedangkan bentuk ransum mash agak lama. Ayam lebih suka makan bentuk ransum crumble dari pada bentuk ransum mash, karena ayam lebih suka bentuk pakan butiran dan sulit makan ransum berbentuk mash. Bentuk ransum mash

banyak tersisa di tempat pakan. Ayam memiliki sifat mengais-ngais tetapi ransum tidak banyak yang tercecer karena bentuk tempat pakan yang dalam dan cekung.

Produksi Telur

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan jamu ternak pada air minum ayam Arab memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi telur (Tabel 6). Menurut acuan produksi pembibitan dan peternakan ayam Arab Trias Farm (2011), puncak produksi ayam Arab yaitu 78%-80% (pada umur 27 minggu) dengan rataan produksi yaitu 54%-58%. Ayam Arab merupakan ayam yang jarang mengeram dan mempunyai produksi telur yang cukup tinggi yaitu mencapai 190-250 butir per tahun (Rozi, 2003). Rataan produksi telur pada perlakuan kontrol dan P1 sesuai dengan acuan produksi yaitu masing-masing 59,71% dan 53,94%, tetapi perlakuan P2 yaitu 43,86% tidak sesuai dengan acuan produksi.

Penambahan jamu ternak yang dicampur dalam air minum dengan dosis 10 ml/ekor/hari menurunkan produksi telur ayam Arab. Pertambahan bobot badan ayam Arab yang paling tinggi selama penelitian yaitu pada ayam Arab dengan penambahan jamu 10 ml/ekor/hari yaitu 325,19 gram/ekor. Hal ini merupakan salah satu penyebab produksi telur pada penambahan jamu 10 ml/ekor/hari menurun karena zat-zat nutrisi yang diperoleh dari ransum dikonversikan ke pertambahan bobot badan bukan ke produksi telur ayam Arab. Kurva produksi telur dapat dilihat pada Gambar 9.

Menurut Suprijatna et al. (2005), apabila ayam dara mencapai dewasa kelamin, ovarium dan ovidak mengalami perubahan-perubahan sekitar 11 hari sebelum ayam dara bertelur pertama, yaitu kelenjar pituitari anterior memproduksi

(24)

22 Ovarium yang aktif mulai menghasilkan hormon estrogen, progesteron, dan testosteron (sex steroid). Tingkat estrogen plasma darah yang tinggi memulai perkembangan tulang mendulair, merangsang protein yolk, dan pembentukan lemak oleh hati. Sementara ukuran oviduk bertambah besar sehingga memungkinkan memproduksi protein albumen, membran kerabang, kalsium karbonat kerabang, dan kutikula. Yolk pertama menjadi dewasa karena sebagian besar bahan yolk yang diproduksi di hati dialirkan oleh darah langsung ke yolk. Satu atau dua hari kemudian, yolk kedua mulai berkembang, dan seterusnya, sampai pada saat telur pertama dikeluarkan sekitar 5-10 yolk sedang dalam proses perkembangan. Yolk

tersusun atas lemak (lipida) dan protein yang bergabung membentuk lipoprotein. Sepertiga bagian gabungan tersebut adalah fraksi yang rendah densitasnya (low density fraction/LDF) dan diketahui disintesis oleh hati melalui kerja estrogen. Pada ayam betina yang sedang produksi, LDF tidak tampak pada plasma darah sebagai partikel utuh untuk penimbunan secara langsung pada folikel ovarium yang sedang Berkembang (Suprijatna et al., 2005).

(25)

23 Produksi telur perlakuan P2 menurun kemungkinan karena adanya interaksi zat aktif seperti tanin dalam jamu yang digunakan. Menurut Widodo (2002), dalam tubuh unggas khususnya ayam, pemberian pakan yang mengandung tanin sebesar 0,33% tidak membahayakan, akan tetapi apabila kadar tanin dalam pakan sebesar 0,5% ataupun lebih maka akan mulai memberikan pengaruhnya dengan menekan pertumbuhan dan produksi ayam karena tanin menekan retensi nitrogen dan penurunan daya cerna asam-asam amino yang seharusnya dapat diserap oleh villi-villi dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan serta perkembangan jaringan tubuh. Gejala yang ditimbulkan bila mengkonsumsi tanin berlebih adalah pertumbuhan yang lambat, nafsu makan yang berkurang karena rasa pahit pada tanin, kaki tidak normal (pengkor) dan kemampuan memproduksi telur berkurang. Cannas (2008) menyatakan bahwa kandungan tanin 0,5%-2% pada pakan unggas menyebabkan efek merugikan yaitu menekan pertumbuhan dan produksi telur, sedangkan pada level 3%-7% dapat menyebabkan kematian.

Wanti (2004) melaporkan bahwa penambahan air rebusan daun dan batang sambiloto (mengandung tanin, saponin, dan flavonoid) ke dalam air minum ayam petelur dengan dosis 22,5 ml menunjukkan hasil yang tidak mempengaruhi produktivitas hen day. Hal yang sama dinyatakan oleh Fru-Nji et al. (2007) bahwa pemberian field pea (jenis legume yang mempunyai kandungan tanin yang tinggi) dalam ransum ayam petelur tidak mempengaruhi produksi telur hen day. Sedangkan menurut Santoso et al. (2005), penambahan ekstrak daun katuk (mengandung tanin dan flavonoid) dalam pakan dapat meningkatkan produktivitas hen day.

(26)

24 kunyit (Curcuma longa) bersifat antiinflamasi dan antioksidan (Masuda dan Jitoe, 1994).

Gambar 9 menunjukkan bahwa produksi telur pada awal penelitian perlakuan kontrol (tidak diberi jamu) lebih tinggi dari perlakuan P1 dan P2. Tetapi pada akhir penelitian produksi telur perlakuan P1 menyamai perlakuan P0. Produksi telur P1 dan P2 setiap minggu mengalami peningkatan. Tetapi produksi telurnya tidak setinggi perlakuan P0.

Bobot Telur

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa penambahan jamu ternak pada air minum ayam Arab tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot telur. Bobot telur selama penelitian memiliki kisaran antara 35,53-36,44 gram. Menurut Susmiyanto (2005), bobot telur ayam Arab berkisar antara 35-45 gram/butir. Pemberian jamu yang diberikan dalam air minum ayam Arab tidak mempengaruhi bobot telur. Kandungan bawang putih dalam jamu tidak membawa efek buruk terhadap bobot telur seperti yang dikemukakan oleh Safaa (2007) bahwa pemberian bubuk bawang putih sebesar 2,0% tidak berpengaruh terhadap bobot telur.

Jumlah Telur

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan jamu ternak pada air minum ayam Arab memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap jumlah telur. Jumlah telur tertinggi selama penelitian dihasilkan pada perlakuan tanpa pemberian jamu yaitu 133,75 butir dan jumlah telur terendah pada perlakuan pemberian jamu 10 ml/ekor/hari yaitu 95,75 butir. Penambahan jamu ternak yang dicampur dalam air minum menurunkan produksi telur ayam Arab. Hal ini disebabkan karena zat-zat nutrisi yang diperoleh dari ransum dikonversikan ke pertambahan bobot badan ayam Arab. Tepung kunyit mengandung kurkumin (1%-5%) yang besifat anti bakteri dan minyak atsiri. Kurkumin dapat menghambat pertumbuhan bakteri terutama pada saluran pencernaan sehingga meningkatkan pertumbuhan (Susilowati et al., 1985).

Konversi Ransum

(27)

25 Konversi ransum menjadi tidak baik dengan penambahan jamu pada air minum ayam Arab dibandingkan pada perlakuan kontrol.

Konversi ransum tertinggi dihasilkan pada perlakuan dengan penambahan jamu 10 ml/ekor/hari dengan nilai 6,08. Penelitian Romantis (2010) menunjukkan konversi ransum pada pemberian jamu dengan taraf 20 ml/ekor yang dilarutkan ke dalam air minum sebanyak 154 ml/ekor/hari yaitu 4,02. Hal ini berarti ternak sangat tidak efisien dalam mengkonversi ransum menjadi telur. Konversi ransum sangat terkait dengan konsumsi ransum dan produksi telur selama penelitian, semakin rendah nilai konversi ransum maka semakin efisien ternak dalam menggunakan ransum. Hal ini berbeda dengan pernyataan Hanura dan Sumang (2008) yang menyatakan bahwa penggunaan jamu ternak sebagai campuran air minum pada ternak ayam buras berpengaruh nyata menurunkan konversi ransum.

Mortalitas

Mortalitas adalah angka yang menunjukkan jumlah ayam yang mati selama pemeliharaan. Nilai mortalitas diukur melalui rasio antara jumlah seluruh ayam yang mati dengan jumlah total ayam yang dipelihara. Persentase kematian merupakan salah satu parameter yang sering digunakan untuk bahan evaluasi pemeliharaan tiap minggu dan juga menjadi salah satu penentu keberhasilan dalam suatu usaha peternakan.

Kematian ayam tidak terjadi pada masing-masing perlakuan yaitu pelakuan kontrol, P1, dan P2. Jamu ternak yang diberikan pada ayam Arab tidak mengakibatkan kematian terhadap ayam Arab. Penelitian ini sejalan dengan Agustina (2006) yang menyatakan bahwa pemberian ramuan herbal yang terdiri dari kencur, temulawak, lengkuas, jahe, kunyit, bawang putih, bawang merah, lengkuas, daun sirih, belimbing wuluh, kemangi, temulawak, temu hitam serta molasses dapat meningkatkan daya tahan tubuh dengan mencegah pertumbuhan parasit.

(28)

26 Raharjo dan Rostiana (2003) melaporkan bahwa kandungan temulawak (Curcuma xanthorrhiza) yang terdapat pada jamu ternak mampu meningkatkan sistem immunitas tubuh. Ternak yang diberi jamu kebal terhadap penyakit dan kotorannya tidak berbau.

Rimpang temulawak terbukti berkhasiat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti gangguan liver (hati), hepatitis, perlemakan hati, diare, asma dan dapat mengatasi gangguan cacing pita (Sidik et al., 1995).

Pertambahan Bobot Badan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan jamu ternak pada air minum ayam Arab tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan pada penelitian ini yaitu antara 291,63-325,19 gram/ekor/hari. Pertambahan bobot badan pada perlakuan P2 lebih tinggi dari perlakuan P0 dan P1. Hal ini dikarenakan pada kencur terdapat beberapa senyawa aktif yaitu saponin, flavonoid, polifenoid dan alkaloida dalam jumlah sedikit yang mempunyai peranan pada proses metabolisme (Wirapati, 2008). Menurut Sidik et al. (1995) bahwa zat kurkumin yang terkandung di dalam kunyit mempunyai khasiat anti bakteri yang merangsang dinding kantong empedu untuk mengeluarkan cairan empedu supaya pencernaan lebih sempurna. Sinurat et al. (2008) melaporkan bahwa penggunaan antibiotik dan tepung kunyit dosis 125-500 mg kurkumin/kg pakan dan antibiotik dan tepung temulawak dosis 7,5-30 mg kurkumin/kg pakan tidak nyata mempengaruhi bobot hidup ayam umur 35 hari. Bintang dan Nataamijaya (2005) melaporkan bahwa penggunaan tepung kunyit dosis 0,04% menghasilkan bobot hidup lebih berat dibanding ayam yang diberi tepung kunyit dosis lebih dari 0,08%. Samarasinghe et al. (2003) juga melaporkan bahwa pemberian kunyit (Tumeric longa) sebanyak 1 g/kg dalam ransum broiler dapat meningkatkan pertumbuhan. Demikian juga Al-Sultan (2003) melaporkan bahwa pemberian kunyit (Curcuma longa) sebanyak 0,5% (5 g/kg ransum) dalam ransum adalah yang paling baik untuk meningkatkan pertambahan bobot hidup ayam broiler.

(29)

27 melaporkan bahwa ayam broiler yang diberi jahe merah dalam pakan hingga 2,0% dalam ransum memberikan pengaruh yang relatif baik pada pertambahan bobot badan, total konsumsi pakan yang lebih rendah, dan konversi pakan lebih baik.

(30)

Tabel 7. Kandungan Zat Aktif yang Terkandung Dalam Jamu

ZatAktif Kunyit Jahe Kencur Temulawak Lengkuas B. Putih KayuManis DaunSirih Molases EM4 Jumlah

(31)

29 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penggunaan jamu ternak ke dalam air minum ayam Arab periode bertelur sebanyak 10 ml/ekor/hari mengakibatkan produksi telur menurun dan konversi ransum tinggi.

Saran

Perlu dilakukan penelitian terhadap pemberian jamu ternak untuk menentukan taraf terbaik antara 0-5 ml/ekor/hari agar menghasilkan produksi telur yang tinggi. Pakan penelitian selanjutnya diharapkan dalam bentuk crumble

butirannya lebih banyak agar pakan habis dikonsumsi.

(32)

i

PERFORMA PRODUKSI AYAM ARAB PETELUR YANG

DIBERI JAMU TERNAK MELALUI AIR MINUM

SKRIPSI

YUGI YUNARDI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(33)

i

PERFORMA PRODUKSI AYAM ARAB PETELUR YANG

DIBERI JAMU TERNAK MELALUI AIR MINUM

SKRIPSI

YUGI YUNARDI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(34)

ii RINGKASAN

YUGI YUNARDI. D14096020. 2012. Performa Produksi Ayam Arab Petelur yang Diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Rudi Afnan, S.Pt., M.Sc.Agr.

Pembimbing Anggota : Ir. Widya Hermana, M.Si.

Tanaman obat secara umum dikonsumsi oleh manusia untuk tujuan menjaga kesehatan atau sebagai pengobatan beberapa penyakit tertentu termasuk untuk ternak. Harga obat-obatan buatan pabrik (impor) sangat mahal sehingga tidak terjangkau oleh para peternak terutama peternak dalam skala menengah ke bawah dan semakin memburuk sejak krisis moneter yang terjadi di Indonesia. Peternak berupaya mencari alternatif lain dengan memanfaatkan beberapa tanaman obat sebagai bahan tradisional pengganti obat konvensional yang disebut jamu ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari performa ayam Arab periode bertelur yang diberi jamu ternak melalui air minum. Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2011. Penelitian dilakukan di kandang C Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bahan jamu yang digunakan yaitu kencur, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, temulawak, daun sirih hijau, dan kayu manis yang masih segar, juga ditambah molasses dan EM4. Ternak yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam Arab betina sebanyak 48 ekor yang berumur 19 minggu. Ayam dialokasikan ke dalam 3 perlakuan pemberian jamu ternak dalam air minum dengan dosis 5 ml/ekor/hari, 10 ml/ekor/hari dan kontrol. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Data diolah dan dianalisis ragam (ANOVA/Analysis of Variance) dan jika memberikan hasil yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak Duncan. Peubah yang diukur adalah performa ayam Arab yang terdiri atas konsumsi ransum, konversi ransum, produksi telur, mortalitas, bobot telur, pertambahan bobot badan, dan jumlah telur.

Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa pemberian jamu dalam air minum dengan dosis 10 ml/ekor/hari tidak mempengaruhi konsumsi pakan, bobot telur, dan pertambahan bobot badan, tetapi menurunkan konversi pakan, jumlah telur dan produksi telur (hen day production) dari 59,71% menjadi 43,86%. Jamu ternak tidak menyebabkan kematian pada ternak ayam Arab.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan jamu ternak ke dalam air minum ternak ayam Arab tidak meningkatkan performa ayam Arab dan pada taraf 10 ml/ekor/hari menurunkan produksi telur.

(35)

iii ABSTRACT

Laying Performance of Arab Hens Fed Herbs Mixture Trough Drinking Water Y. Yunardi, R. Afnan, and W. Hermana

This research was conducted on June until August 2011 in the Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University to evaluate the laying performance of Arab hens fed herbs mixture trough drinking water. Herbs mixture was composed from lesser galangal, garlic, ginger, galangal, turmeric, ginger, green betel leaves, cinnamon, molasses and effective microorganisms (EM4). All herb materials were incubated for 5 days. Readily use herbs mixture was given to the hens through dringking water for three consecutive days in a week during 6 weeks experiment. A total of 48 of Arab hens age 19 weeks were kept and subjected to 3 different treatments of herbal mixture addition in drinking water. The treatments were no herbal mixture (P0), 5 ml/day (P1) and 10 ml/day (P2). This research was designed completely randomized (CRD). Data were subjected to analysis of variance

(ANOVA) and the differences between treatments were tested by Duncan’s multiple

range test. Variables measured were feed consumption, feed conversion, hen day production and mortality. The feed consumption revealed no significant differences among treatments. However, the feed conversion increased and hen day production decreased significantly at the higher level addition of herbal mixture. Herbs mixture showed no harmful effect on hens health.

(36)

iv

PERFORMA PRODUKSI AYAM ARAB PETELUR YANG

DIBERI JAMU TERNAK MELALUI AIR MINUM

YUGI YUNARDI D14096020

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(37)

v Judul : Performa Produksi Ayam Arab Petelur yang

Diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum

Nama : Yugi Yunardi

NIM : D14096020

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

(Dr. Rudi Afnan, S.Pt., M.Sc.Agr.) (Ir. Widya Hermana, M.Si.) NIP. 19680625 200801 1 010 NIP. 19680110 199203 2 001

Mengetahui : Ketua Departemen,

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc. NIP. 19591212 198603 1 001

(38)

vi RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 5 Juli 1988. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Beny Surya Atmaja dan Ibu Tenah.

Tahun 1994 penulis masuk Sekolah Dasar Negeri (SDN) Mekar Jaya XII Depok dan lulus pada tahun 2000. Penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Yayasan Eka Wijaya Cibinong Kabupaten Bogor dan lulus tahun 2003. Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 1 Cibinong Kabupaten Bogor dan lulus tahun 2006. Tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Keahlian Teknologi dan Manajemen Ternak, Direktorat Program Diploma III, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan lulus tahun 2009. Penulis diterima pada tahun yang sama sebagai mahasiswa Program Alih Jenis, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Petenakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

(39)

vii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tian, Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rakhmat, karunia, dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan.

Skripsi ini berjudul “Performa Produksi Ayam Arab Petelur Yang Diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum”. Penelitian dilakukan di kandang C Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor, dari bulan Juni sampai Agustus 2011.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari performa produksi ayam Arab petelur yang diberi jamu ternak melalui air minum. Jamu ternak yang dibuat berasal dari kencur, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, temulawak, daun sirih hijau, dan kayu manis yang masih segar, ditambah molases dan EM4. Pengamatan dilakukan terhadap performa produksi ayam Arab meliputi konsumsi ransum, konversi ransum, produksi telur, bobot telur, jumlah telur, mortalitas, dan pertambahan bobot badan.

Kesadaran akan kesehatan telah membawa perubahan tuntunan konsumen pada produk pangan hewani. Produk pangan diharapkan tidak hanya menyediakan kebutuhan gizi yang cukup, tetapi juga harus dapat memperhatikan pengaruh kesehatan konsumennya. Penggunaan tanaman obat mempunyai manfaat yang luas. Manfaat penggunaan tanaman obat bagi manusia dan ternak yaitu untuk meningkatkan daya tahan tubuh, pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kesempurnaan hanya milik Tuhan YME, kekhilafan berasal dari penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Amin.

Bogor, Juli 2012

(40)
(41)

ix Pemeliharaan ... 17 Pemberian Jamu ... 17 Rancangan dan Analisis Data ... 17 Perlakuan ... 17 Model ... 17 Analisis Data ... 18 Peubah yang Diamati ... 18 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

(42)

x DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Performa Produksi Telur Ayam Arab ... 3 2. Komposisi Nutrien Kunyit ... 5 3. Komposisi Kimia Bawang Putih Segar ... 9 4. Komposisi Pakan Penelitian ... 15 5. Kandungan Nutrien Pakan Penelitian ... 16 6. Pengaruh Perlakuan Penambahan Jamu Ternak dalam Air Minum

(43)

xi DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Ayam Arab ... 3 2. Kunyit ... 4 3. Jahe ... 5 4. Kencur ... 6 5. Temulawak ... 7 6. Lengkuas ... 8 7. Bawang Putih ... 9 8. Daun Sirih ... 10 9. Produksi Telur dari Minggu Awal Sampai Akhir Penelitian

(44)

xii DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Pakan ... 38 2. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Telur ... 38 3. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Telur ... 38 4. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Telur ... 38 5. ANOVA Pengaruh Perlakuan terhadap Konversi Pakan ... 38 6. Uji lanjut Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Telur

(45)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman obat secara umum dikonsumsi oleh manusia untuk menjaga kesehatan atau sebagai pengobatan beberapa penyakit tertentu termasuk penggunaan untuk ternak. Harga obat-obatan buatan pabrik (impor) sangat mahal sehingga tidak terjangkau oleh para peternak terutama peternak dalam skala menengah ke bawah dan semakin memburuk sejak krisis moneter yang terjadi di Indonesia. Peternak berupaya mencari alternatif lain dengan memanfaatkan beberapa tanaman obat sebagai bahan tradisional pengganti obat konvensional yang disebut jamu ternak. Jamu ternak dapat dibuat dari kencur, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, temulawak, daun sirih, dan kayu manis, serta ditambah molases dan Effective Microorganism (EM4) (Saenab et al., 2002). Tujuan pemberian molases yaitu sebagai sumber energi, mineral, dan pemberi rasa manis, sedangkan EM4 diberikan untuk mempercepat proses fermentasi dan menghambat bakteri patogen.

Peternak ayam Kampung di Jakarta telah menggunakan racikan tanaman obat, yaitu jahe, temulawak, kunyit, dan kencur yang dibuat sendiri. Peternak unggas lokal umumnya memberikan jamu melalui pakan atau air minum. Manfaat penggunaan tanaman obat bagi manusia dan ternak yaitu untuk meningkatkan daya tahan tubuh, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pemulihan kesehatan (Sulandari et al., 2007).

Jamu ternak diberikan pada ayam Arab periode produksi melalui air minum untuk mempelajari pengaruh jamu ternak terhadap performa produksi ayam Arab. Pemberian jamu melalui air minum agar jamu lebih cepat terserap, mudah dan lebih terukur jumlah pemberiannya.

Tujuan

(46)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Arab

Ayam Arab merupakan ayam lokal yang berasal dari wilayah Eropa. Ayam lokal petelur unggul di Eropa dikenal beberapa jenis antara lain bresse di Prancis,

hamburg di Jerman, mesian di Belanda, dan braekels di Belgia. Diantara jenis ayam lokal tersebut, ayam braekels adalah jenis ayam lokal petelur introduksi yang paling dikenal di Indonesia. Ayam braekels mempunyai nama lain yaitu Gallus turcicus. Ayam Arab merupakan keturunan dari ayam braekles bersifat gesit, aktif, dan daya tubuhnya kuat (Diwyanto dan Prijono, 2007).

Ayam Arab yang berada di Indonesia terdiri dari dua jenis yaitu ayam Arab

Silver dan ayam Arab Merah Golden Red. Menurut asal usulnya, ayam Arab Silver

diduga merupakan hasil persilangan antara ayam jantan Arab asli Silver braekels

dengan betina lokal petelur. Ciri-ciri ayam Arab berwarna putih mengkilap sepanjang leher, bulu punggung putih berbintik hitam, bulu sayap hitam bergaris putih dan bulu ekor dominan hitam bercampur putih, jengger kecil berwarna merah dan mata berwarna hitam dan dilingkari warna kuning. Nataamijaya et al. (2003) menyatakan bobot badan ayam Arab jantan dewasa mencapai 1,5-1,8 kg dengan tinggi tubuh 30 cm sedangkan ayam Arab betina mencapai 1,1-1,2 kg dengan tinggi tubuh 22-25 cm.

Ayam Arab memiliki keunggulan dibandingkan dengan ayam buras lain. Ayam Arab merupakan ayam yang jarang mengeram dan mempunyai produksi telur yang cukup tinggi yaitu mencapai 190-250 butir per tahun dengan berat telur 42,3 g (Rozi, 2003). Produktivitas ayam Arab yang dipelihara secara intensif dapat mencapai produksi telur sebesar 70% atau 250 butir per tahun.

(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)

11 Molases

Molases merupakan hasil sampingan industri pengolahan dan pemurnian gula (Cheeke, 1999) dan berbentuk cairan kental berwarna hitam (Hasan dan Ishida, 1992). Molases atau yang biasa dikenal dengan tetes dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak yang berenergi tinggi. Keunggulan penggunaan molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (48%-60% sebagai gula), kadar mineral cukup, dan rasanya disukai ternak. Kadar kalium molases yang tinggi dapat menyebabkan diare jika konsumsinya terlalu banyak (Rangkuti et al., 1995).

Kandungan karbohidrat, protein dan mineral cukup tinggi, sehingga sering digunakan untuk pakan ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pendukung. Kelebihan tetes tebu adalah terletak pada aroma dan rasanya serta harganya murah. Penambahan dalam ransum dapat memperbaiki aroma dan rasa (Hasan dan Ishida, 1992).

Effective Microorganism (EM4)

EM4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan yaitu mikroorganisme inkubasi dan sintetik yang terdiri dari asam laktat, bakteri fotosintetik, Actinomycetes sp., Streptomycertes sp., ragi dan jamur pengurai sellulosa. EM4 bermanfaat menyehatkan ternak, mengurangi stres pada ternak, menyeimbangkan mikroorganisme dalam saluran pencernaan ternak, meningkatkan nafsu makan serta mengurangi polusi atau bau kandang dan lingkungan. Dosis penggunaan EM4 pada ayam potong yaitu 1 ml EM4 : 1 liter air putih dan tidak diberikan bersama dengan pemberian vaksin, vitamin maupun antibiotik (Awan, 2004).

(56)

12 menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti E. coli, Salmonella, Proteus dan Campylobacteria (Lokapirnasari, 2007).

Ritonga (1992) bahwa penggunaan probiotik pada ternak unggas ternyata sangat menguntungkan karena dapat menghasilkan berbagai enzim yang dapat membantu pencernaan dan dapat menghasilkan zat antibakteri yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan. Surung (2008) menyatakan bahwa penambahan EM4 dalam air minum dapat mengefisienkan pemberian pakan dan dapat meningkatkan pertambahan berat badan ayam buras.

Penggunaan Jamu Ternak

Penggunaan jamu ternak melalui air minum sebanyak 10-30 ml/ekor/hari pada ayam Arab umur 48 minggu dapat mengakibatkan konsumsi ransum dan produksi telur menurun serta konversi ransum menjadi kurang baik (Romantis, 2010).

Wirapati (2008) menyatakan bahwa kencur bermanfaat untuk menambah nafsu makan dan dapat memperlancar aliran darah. Hasil penelitian Agustiana (1996), pemberian tepung kunyit sebanyak 0,6% dalam ransum dapat meningkatkan pertumbuhan bobot badan dan konsumsi ransum ayam pedaging umur 6 minggu, serta memiliki konversi ransum yang baik. Al-Sultan (2003) menyatakan pemberian 0,5%-1% tepung kunyit dalam ransum menghasilkan penampilan dan ketahanan tubuh yang baik pada ayam pedaging umur 5 minggu. Ini menandakan bahwa tepung kunyit dapat memperbaiki penampilan ayam pedaging.

(57)

13 sama dengan yang dilaporkan oleh Mehala dan Moorthy (2008) dengan pemberian tepung kunyit dalam ransum ayam broiler sebanyak 0,1%-0,2% tidak mempengaruhi performa (pertumbuhan dan efisien penggunaan pakan). Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa imbuhan kunyit dapat meningkatkan performa ayam broiler (Samarasinge et al., 2003). Imbuhan temulawak nyata meningkatkan performa ayam petelur (Sinurat et al., 2008) dan ekstraknya dapat meningkatkan titer antibodi ayam petelur terhadap Avian Influenza (Priosoeryanto et al., 2008). Septinova (2006) menyimpulkan hasil penelitiannya terhadap ayam broiler bahwa konsumsi air minum, bobot karkas, bobot jantung, dan bobot lemak abdominal semakin menurun dengan bertambahnya tingkat temulawak, tetapi tidak ditemukan tingkat optimal pemberian temulawak pada performan dan karkas broiler.

Tepung kunyit mengandung kurkumin (1%-5%) yang besifat anti bakteri dan minyak atsiri. Kurkumin dapat menghambat pertumbuhan bakteri terutama pada saluran pencernaan sehingga meningkatkan pertumbuhan. Minyak atsiri kunyit bersifat bakteriostatik terhadap E. coli (Susilowati et al., 1985).

Hasil penelitian Oetomo (1993) melaporkan bahwa temulawak dapat meningkatkan konsumsi ransum pada tikus. Hermanu (2008) juga melaporkan bahwa ekstrak temulawak meningkatkan nafsu makan pada tikus albino. Yasni et al. (1991) melaporkan bahwa ekstrak temulawak dapat menurunkan konsumsi ransum pada tikus yang dibuat menderita diabetes. Penelitian Samarasinghe et al. (2003) menunjukkan bahwa tepung kunyit tidak menyebabkan perubahan konsumsi ransum bila diberikan dalam ransum ayam broiler hingga 0,3%. Demikian juga hasil penelitian pada ayam petelur menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik dan tepung kunyit dengan dosis 125-500 mg kurkumin/kg pakan sebagai imbuhan pakan tidak nyata menyebabkan perubahan konsumsi ransum, tetapi pemberian antibiotik dan tepung temulawak dalam dosis 15 dan 30 mg kurkumin/kg pakan nyata menyebabkan penurunan konsumsi ransum (Sinurat et al., 2008).

(58)

14 yang diberi tepung kunyit dosis lebih dari 0,08%. Samarasinghe et al. (2003) juga melaporkan bahwa pemberian kunyit (Tumeric longa) sebanyak 1 g/kg dalam ransum broiler dapat meningkatkan pertumbuhan. Al-Sultan (2003) melaporkan bahwa pemberian kunyit (Curcuma longa) sebanyak 0,5% (5 g/kg ransum) dalam ransum adalah yang paling baik untuk meningkatkan pertambahan bobot hidup ayam broiler.

Mide (2007) melaporkan bahwa ayam broiler yang diberi tepung temulawak sebanyak 0,35%-1,05% dalam ransum tidak menyebabkan perubahan yang berarti terhadap efisiensi penggunaan pakan (FCR).

Herawati (2006) melaporkan bahwa ayam broiler yang diberi jahe merah dalam pakan hingga 2,0% dalam ransum memberikan pengaruh yang relatif baik pada pertambahan bobot badan, total konsumsi pakan yang lebih rendah, dan konversi pakan lebih baik.

(59)

15 MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di kandang C Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Penelitian dimulai dari bulan Juni 2011 sampai dengan Agustus 2011.

Materi Ternak

Penelitian ini menggunakan 48 ekor ayam Arab betina berumur 19 minggu. Bobot badan rata-rata 1330,08 g ± 77,76 g. Ayam dialokasikan ke dalam 3 perlakuan dan 4 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 4 ekor ayam.

Kandang

Kandang batere yang digunakan dalam penelitian ini berukuran panjang 110 cm x lebar 40 cm x tinggi 45 cm. Satu kandang batere terdiri dari dua ruang dan setiap ruang diisi dua ekor ayam. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum terbuat dari bambu dan diletakkan memanjang sesuai dengan panjang kandang batere. Kandang batere diletakkan di dalam kandang besar.

Pakan

(60)

16 Tabel 5. Kandungan Nutrien Pakan Penelitian (Berdasarkan As fed)

Nutrisi Kandungan

Sumber : Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB tahun 2011

Jamu Ternak

Bahan jamu yang digunakan merujuk pada bahan jamu yang digunakan oleh Saenab et al. (2002) yaitu kencur, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, temulawak, daun sirih hijau, dan kayu manis yang masih segar, ditambah molasses dan EM4. Jamu yang dibuat berjumlah 3 liter.

Bahan jamu dipotong-potong dan dihaluskan dengan blender kemudian disaring dan diambil cairan atau ekstraknya. Jamu ditempatkan dalam ember plastik. Jamu ditambahkan molases dan EM4 dan diencerkan dengan air bersih sampai campuran berjumlah 3 liter. Jamu dimasukkan ke dalam jirigen plastik berukuran 5 liter dan ditutup rapat. Jamu diinkubasi selama 5 hari. Jamu diaduk setiap hari. Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk membuat jamu ternak adalah blender, ember, jirigen plastik ukuran 5 liter yang digunakan untuk tempat inkubasi jamu ternak yang diproduksi, gelas ukur 50 ml dan saringan untuk menyaring jamu. Peralatan yang digunakan untuk pemeliharaan dan produksi adalah kandang batere, tempat pakan, tempat minum, egg tray, dan timbangan digital.

Prosedur Persiapan Kandang

(61)

17 Pemeliharaan

Ayam ditimbang untuk mengetahui bobot badan awal umur 19 minggu. Penimbangan selanjutnya dilakukan di akhir penelitian. Masa adaptasi dilakukan selama dua minggu untuk membiasakan ayam terhadap lingkungan dan konsumsi ransum perlakuan. Ayam ditimbang di awal dan akhir penelitian.

Pakan diberikan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Ransum diberikan sebanyak 100 g/ekor/hari dan minum disediakan ad libitum. Sisa pakan ditimbang setiap minggu. Pengambilan telur dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Telur diberi kode sesuai perlakuan dan ditimbang.

Pemberian Jamu

Pemberian jamu dilakukan pada siang hari saat cuaca cukup panas dan diharapkan ayam sering minum sehingga jamu cepat habis dikonsumsi. Sebelum diberikan kepada ayam, jamu dicampur dengan air bersih terlebih dahulu sesuai dengan jenis perlakuan. Jamu dan air dicampur pada ember sampai merata. Ayam diberikan jamu pukul 10.00 pagi. Ayam dipuasakan minum air selama dua jam sebelum jamu diberikan pada ayam.

Dosis jamu yang digunakan adalah 5 ml/ekor/hari ditambah 50 ml air pada perlakuan pertama dan 10 ml/ekor/hari ditambah 50 ml air pada perlakuan kedua. Setelah jamu habis, ayam diberi air minum ad libitum. Jamu diberikan selama tiga hari berturut-turut setiap minggu pada hari Sabtu, Minggu, dan Senin. Pemberian jamu selama 8 Minggu.

Rancangan dan Analisis Data Perlakuan

Perlakuan yang diberikan adalah : P0 : Kontrol (tidak diberi jamu)

P1 : Pemberian 5 ml jamu dicampur ke dalam air minum sebanyak 50 ml/ekor/hari P2 : Pemberian 10 ml jamu dicampur ke dalam air minum sebanyak 50 ml/ekor/hari Model

(62)

18 Yij = µ + Pi +

є

ij

Keterangan :

Yij : Nilai pengamatan performa produksi ayam dari pemberian jamu ke-i dan ulangan ke-j

µ : Nilai rataan umum

Pi : Pengaruh pemberian jamu ke-i (i = 0, 5 dan 10 ml/ekor/hari)

є

ij : Pengaruh galat percobaan (pemberian jamu) dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Analisis Data

Pengambilan data dilakukan selama delapan minggu. Data yang diperoleh dianalisis ragam (ANOVA). Perbedaan diantara perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan.

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati adalah : a. Konsumsi Ransum (gram/ekor)

Konsumsi ransum dihitung dari selisih ransum yang diberikan (g) dengan sisa ransum (g) yang ada setiap minggu selama pemeliharaan.

b. Konversi Ransum

Konversi ransum diperoleh dari jumlah ransum yang dikonsumsi (g) dibagi dengan total bobot telur (g) selama penelitian.

c. Produksi Telur (Hen Day) (%)

Produksi telur diperoleh dari persentase jumlah telur yang dihasilkan dari jumlah ayam yang ada.

d. Bobot Telur (g/butir)

Bobot telur (g) diperoleh dari penimbangan telur setiap hari. e. Jumlah Telur (butir)

Jumlah telur (butir) diperoleh dari produksi telur setiap hari. f. Mortalitas (%)

(63)

19 g. Pertambahan Bobot Badan (PBB)

(64)

20 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh penambahan jamu ternak dalam air minum terhadap performa ayam Arab dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pengaruh Perlakuan Penambahan Jamu Ternak dalam Air Minum terhadap Performa Ayam Arab

Peubah yang Diamati Kontrol 5 ml/ekor/hari 10 ml/ekor/hari Konsumsi Ransum (gram/ekor) 93,38±0,95 92,73±2,24 92,63±1,92 Produksi Telur (Hen Day Jumlah Telur (butir) 133,75±4,99a 120±13,54a 95,75±14,66b

Konversi Ransum 4,41±0,24a 4,87±0,51a 6,08±1,18b

Mortalitas (%) 0 0 0

Pertambahan Bobot Badan (PBB) (gram/ekor/8 minggu)

291,63±36,26 307,63±46,36 325,19±77,56

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata ` (p<0,05)

Konsumsi Ransum

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan jamu ternak pada air minum ayam Arab tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum. Konsumsi ransum tidak berbeda nyata antara perlakuan kontrol, perlakuan P1 (5 ml/ekor/hari), dan perlakuan P2 (10 ml/ekor/hari).

(65)

21 bersifat bakteriostatik terhadap E. coli (Susilowati et al., 1985). Herawati (2006) melaporkan bahwa ayam broiler yang diberi jahe merah dalam pakan hingga 2,0% dalam ransum memberikan pengaruh yang relatif baik pada pertambahan bobot badan, total konsumsi pakan yang lebih rendah, dan konversi pakan lebih baik.

Bentuk ransum yang dikonsumsi adalah crumbel. Tetapi ada yang halus. Ini mungkin karena proses pembuatan pellet kurang baik. Bentuk ransum crumble lebih cepat habis, sedangkan bentuk ransum mash agak lama. Ayam lebih suka makan bentuk ransum crumble dari pada bentuk ransum mash, karena ayam lebih suka bentuk pakan butiran dan sulit makan ransum berbentuk mash. Bentuk ransum mash

banyak tersisa di tempat pakan. Ayam memiliki sifat mengais-ngais tetapi ransum tidak banyak yang tercecer karena bentuk tempat pakan yang dalam dan cekung.

Produksi Telur

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan jamu ternak pada air minum ayam Arab memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi telur (Tabel 6). Menurut acuan produksi pembibitan dan peternakan ayam Arab Trias Farm (2011), puncak produksi ayam Arab yaitu 78%-80% (pada umur 27 minggu) dengan rataan produksi yaitu 54%-58%. Ayam Arab merupakan ayam yang jarang mengeram dan mempunyai produksi telur yang cukup tinggi yaitu mencapai 190-250 butir per tahun (Rozi, 2003). Rataan produksi telur pada perlakuan kontrol dan P1 sesuai dengan acuan produksi yaitu masing-masing 59,71% dan 53,94%, tetapi perlakuan P2 yaitu 43,86% tidak sesuai dengan acuan produksi.

Penambahan jamu ternak yang dicampur dalam air minum dengan dosis 10 ml/ekor/hari menurunkan produksi telur ayam Arab. Pertambahan bobot badan ayam Arab yang paling tinggi selama penelitian yaitu pada ayam Arab dengan penambahan jamu 10 ml/ekor/hari yaitu 325,19 gram/ekor. Hal ini merupakan salah satu penyebab produksi telur pada penambahan jamu 10 ml/ekor/hari menurun karena zat-zat nutrisi yang diperoleh dari ransum dikonversikan ke pertambahan bobot badan bukan ke produksi telur ayam Arab. Kurva produksi telur dapat dilihat pada Gambar 9.

Menurut Suprijatna et al. (2005), apabila ayam dara mencapai dewasa kelamin, ovarium dan ovidak mengalami perubahan-perubahan sekitar 11 hari sebelum ayam dara bertelur pertama, yaitu kelenjar pituitari anterior memproduksi

(66)

22 Ovarium yang aktif mulai menghasilkan hormon estrogen, progesteron, dan testosteron (sex steroid). Tingkat estrogen plasma darah yang tinggi memulai perkembangan tulang mendulair, merangsang protein yolk, dan pembentukan lemak oleh hati. Sementara ukuran oviduk bertambah besar sehingga memungkinkan memproduksi protein albumen, membran kerabang, kalsium karbonat kerabang, dan kutikula. Yolk pertama menjadi dewasa karena sebagian besar bahan yolk yang diproduksi di hati dialirkan oleh darah langsung ke yolk. Satu atau dua hari kemudian, yolk kedua mulai berkembang, dan seterusnya, sampai pada saat telur pertama dikeluarkan sekitar 5-10 yolk sedang dalam proses perkembangan. Yolk

tersusun atas lemak (lipida) dan protein yang bergabung membentuk lipoprotein. Sepertiga bagian gabungan tersebut adalah fraksi yang rendah densitasnya (low density fraction/LDF) dan diketahui disintesis oleh hati melalui kerja estrogen. Pada ayam betina yang sedang produksi, LDF tidak tampak pada plasma darah sebagai partikel utuh untuk penimbunan secara langsung pada folikel ovarium yang sedang Berkembang (Suprijatna et al., 2005).

(67)

23 Produksi telur perlakuan P2 menurun kemungkinan karena adanya interaksi zat aktif seperti tanin dalam jamu yang digunakan. Menurut Widodo (2002), dalam tubuh unggas khususnya ayam, pemberian pakan yang mengandung tanin sebesar 0,33% tidak membahayakan, akan tetapi apabila kadar tanin dalam pakan sebesar 0,5% ataupun lebih maka akan mulai memberikan pengaruhnya dengan menekan pertumbuhan dan produksi ayam karena tanin menekan retensi nitrogen dan penurunan daya cerna asam-asam amino yang seharusnya dapat diserap oleh villi-villi dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan serta perkembangan jaringan tubuh. Gejala yang ditimbulkan bila mengkonsumsi tanin berlebih adalah pertumbuhan yang lambat, nafsu makan yang berkurang karena rasa pahit pada tanin, kaki tidak normal (pengkor) dan kemampuan memproduksi telur berkurang. Cannas (2008) menyatakan bahwa kandungan tanin 0,5%-2% pada pakan unggas menyebabkan efek merugikan yaitu menekan pertumbuhan dan produksi telur, sedangkan pada level 3%-7% dapat menyebabkan kematian.

Wanti (2004) melaporkan bahwa penambahan air rebusan daun dan batang sambiloto (mengandung tanin, saponin, dan flavonoid) ke dalam air minum ayam petelur dengan dosis 22,5 ml menunjukkan hasil yang tidak mempengaruhi produktivitas hen day. Hal yang sama dinyatakan oleh Fru-Nji et al. (2007) bahwa pemberian field pea (jenis legume yang mempunyai kandungan tanin yang tinggi) dalam ransum ayam petelur tidak mempengaruhi produksi telur hen day. Sedangkan menurut Santoso et al. (2005), penambahan ekstrak daun katuk (mengandung tanin dan flavonoid) dalam pakan dapat meningkatkan produktivitas hen day.

(68)

24 kunyit (Curcuma longa) bersifat antiinflamasi dan antioksidan (Masuda dan Jitoe, 1994).

Gambar 9 menunjukkan bahwa produksi telur pada awal penelitian perlakuan kontrol (tidak diberi jamu) lebih tinggi dari perlakuan P1 dan P2. Tetapi pada akhir penelitian produksi telur perlakuan P1 menyamai perlakuan P0. Produksi telur P1 dan P2 setiap minggu mengalami peningkatan. Tetapi produksi telurnya tidak setinggi perlakuan P0.

Bobot Telur

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa penambahan jamu ternak pada air minum ayam Arab tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot telur. Bobot telur selama penelitian memiliki kisaran antara 35,53-36,44 gram. Menurut Susmiyanto (2005), bobot telur ayam Arab berkisar antara 35-45 gram/butir. Pemberian jamu yang diberikan dalam air minum ayam Arab tidak mempengaruhi bobot telur. Kandungan bawang putih dalam jamu tidak membawa efek buruk terhadap bobot telur seperti yang dikemukakan oleh Safaa (2007) bahwa pemberian bubuk bawang putih sebesar 2,0% tidak berpengaruh terhadap bobot telur.

Jumlah Telur

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan jamu ternak pada air minum ayam Arab memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap jumlah telur. Jumlah telur tertinggi selama penelitian dihasilkan pada perlakuan tanpa pemberian jamu yaitu 133,75 butir dan jumlah telur terendah pada perlakuan pemberian jamu 10 ml/ekor/hari yaitu 95,75 butir. Penambahan jamu ternak yang dicampur dalam air minum menurunkan produksi telur ayam Arab. Hal ini disebabkan karena zat-zat nutrisi yang diperoleh dari ransum dikonversikan ke pertambahan bobot badan ayam Arab. Tepung kunyit mengandung kurkumin (1%-5%) yang besifat anti bakteri dan minyak atsiri. Kurkumin dapat menghambat pertumbuhan bakteri terutama pada saluran pencernaan sehingga meningkatkan pertumbuhan (Susilowati et al., 1985).

Konversi Ransum

(69)

25 Konversi ransum menjadi tidak baik dengan penambahan jamu pada air minum ayam Arab dibandingkan pada perlakuan kontrol.

Konversi ransum tertinggi dihasilkan pada perlakuan dengan penambahan jamu 10 ml/ekor/hari dengan nilai 6,08. Penelitian Romantis (2010) menunjukkan konversi ransum pada pemberian jamu dengan taraf 20 ml/ekor yang dilarutkan ke dalam air minum sebanyak 154 ml/ekor/hari yaitu 4,02. Hal ini berarti ternak sangat tidak efisien dalam mengkonversi ransum menjadi telur. Konversi ransum sangat terkait dengan konsumsi ransum dan produksi telur selama penelitian, semakin rendah nilai konversi ransum maka semakin efisien ternak dalam menggunakan ransum. Hal ini berbeda dengan pernyataan Hanura dan Sumang (2008) yang menyatakan bahwa penggunaan jamu ternak sebagai campuran air minum pada ternak ayam buras berpengaruh nyata menurunkan konversi ransum.

Mortalitas

Mortalitas adalah angka yang menunjukkan jumlah ayam yang mati selama pemeliharaan. Nilai mortalitas diukur melalui rasio antara jumlah seluruh ayam yang mati dengan jumlah total ayam yang dipelihara. Persentase kematian merupakan salah satu parameter yang sering digunakan untuk bahan evaluasi pemeliharaan tiap minggu dan juga menjadi salah satu penentu keberhasilan dalam suatu usaha peternakan.

Kematian ayam tidak terjadi pada masing-masing perlakuan yaitu pelakuan kontrol, P1, dan P2. Jamu ternak yang diberikan pada ayam Arab tidak mengakibatkan kematian terhadap ayam Arab. Penelitian ini sejalan dengan Agustina (2006) yang menyatakan bahwa pemberian ramuan herbal yang terdiri dari kencur, temulawak, lengkuas, jahe, kunyit, bawang putih, bawang merah, lengkuas, daun sirih, belimbing wuluh, kemangi, temulawak, temu hitam serta molasses dapat meningkatkan daya tahan tubuh dengan mencegah pertumbuhan parasit.

Gambar

Tabel 4. Komposisi Pakan Penelitian
Tabel 5. Kandungan Nutrien Pakan Penelitian (Berdasarkan As fed)
Tabel 6. Pengaruh Perlakuan Penambahan Jamu Ternak dalam Air Minum terhadap                Performa Ayam Arab
Tabel 7.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan penderita DM2 mengenai penanganan penyakit diabetes

Tujuan: Menganalisis pengaruh penambahan kayu manis terhadap pH, tingkat kecerahan (L*), aktivitas antioksidan, gula total dan organoleptik yang meliputi warna,

ADONIA

Pada tahap kedua film “Toys Story 3” scene-scene yang sudah dipilah tersebut akan dianalisa secara mendalam dan dimaknai, yang menunjukkan adegan feminisme liberal dari perempuan,

Maria menjelaskan dalam jurnalnya yang berjudul Representasi Sensualitas Perempuan dalam Video Game, disadari atau tidak pandangan terhadap perempuan memang tengah

Berdasarkan kajian terhadap kebijakan fiskal pada masa awal Islam, terlihat bahwa zakat me- mainkan peranan yang sangat pen- ting untuk mencapai tujuan kebijak- an

Berdasarkan hasil wawancara, kepuasan yang diberikan kepada pelaku Usaha Kecil dan Menengah dalam program pengembangan Usaha Kecil dan Menengah dikatakan sudah

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Zuliarti (2012) mengenai pengaruh kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern