• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi kesesuaian fisik dan fungsi ekologis ruang terbuka hijau lanskap Central Business District (CBD) Sentul City, Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi kesesuaian fisik dan fungsi ekologis ruang terbuka hijau lanskap Central Business District (CBD) Sentul City, Bogor"

Copied!
214
0
0

Teks penuh

(1)

CENTRAL BUSINESS DISTRICT (CBD) SENTUL CITY BOGOR

MUTTY EBTESSAM

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

(2)

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

Evaluasi Kesesuaian Fisik dan Fungsi Ekologis Ruang Terbuka Hijau Lanskap

Central Bussines District (CBD) Sentul City, Bogor

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada

“Daftar Pustaka” skripsi ini.

Bogor, Februari 2011

(3)

MUTTY EBTESSAM. Evaluasi Kesesuaian Fisik dan Fungsi Ekologis Ruang Terbuka Hijau pada Lanskap Central Business District (CBD) di Sentul City, Bogor. Dibimbing oleh ALINDA F. M. ZAIN.

Peningkatan populasi dalam kawasan perkotaan mengakibatkan tingginya permintaan akan area pemukiman. Maka kota-kota satelit dibangun dengan menawarkan berbagai tipe rumah tinggal, seperti BSD City, Kota Baru Parahyangan, dan Sentul City. Kota satelit menyediakan area perdagangan utama yang komersial dengan banyak bangunan-bangunan fasilitas umum seperti tempat beribadah, pertokoan, dan perkantoran. Selain itu, kota satelit mempunyai sarana rekreasi, pedestrian dan area parkir yang luas. Sekumpulan area itu sering disebut dengan nama Central Business District (CBD). Pada umumnya CBD memiliki kondisi fisik berupa aksesibilitas, sirkulasi, area parkir, dan bangunan. Selain itu, CBD memiliki sekumpulan vegetasi atau RTH yang berfungsi estetik. Namun kondisi RTH CBD secara fisik dan ekologis masih belum diketahui kesesuaiannya. Maka pada penelitian ini dilakukan evaluasi yang berhubungan dengan kondisi fisik dan fungsi ekologis RTH terhadap fungsinya sebagai pereduksi angin dan pengontrol radiasi matahari.

Penilitian dilaksanakan pada kawasan kota satelit Sentul City, karena memiliki RTH yang sudah dinilai sesuai secara estetik dan mendapatkan rekor MURI, namun belum diketahui kesesuaiannya secara fisik dan ekologis. Analisis yang digunakan dalam studi ini adalah deskriptif dan spasial. Analisis deskriptif digunakan untuk menentukan kesesuaian fisik dan fungsi ekologis RTH (pohon). Terdapat tujuh kriteria standar untuk kesesuaian fisik dan fungsi ekologis pohon sebagai pereduksi angin. Tujuh kriteria standar tersebut adalah kerapatan ideal 75% - 85%, pohon tinggi >15m, daerah bebas cabang yang cukup rendah, jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu, morfologi daun, ditanam beberapa baris, dan orientasi penanaman pohon. Serta enam kriteria standar untuk kesesuaian fisik dan fungsi ekologis pohon sebagai pengontrol radiasi matahari. Enam kriteria standar tersebut adalah berdaun tebal, rindang, dan evergreen, bentuk tajuk menyebar, bulat, kubah dan tidak beraturan, jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu, bermassa daun padat,sempit/tebal, morfologi daun, dan orientasi penanaman pohon. Analisis spasial digunakan untuk membedakan area pepohonan yang sesuai (4), cukup sesuai (3), kurang sesuai (2) atau tidak sesuai (1) dengan standar fungsi ekologis pohon. Evaluasi merupakan tahapan selanjutnya dengan menggunakan metode penilaian berdasarkan persentase

(4)

sebagai pengontrol radiasi matahari Marketing Office dinilai cukup sesuai (78%), Plaza Niaga 1 dinilai cukup sesuai (79%), Graha Utama dan Graha Madya dinilai cukup sesuai (80%), serta Taman Budaya dan Alam Fantasia dinilai cukup sesuai (78%).

(5)

® Hak Cipta Milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan yang wajar

IPB.

(6)

CENTRAL BUSINESS DISTRICT (CBD) SENTUL CITY BOGOR

MUTTY EBTESSAM

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

(7)

Nama : Mutty Ebtessam

NRP : A44060038

Departemen : Arsitektur Lanskap

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Alinda F.M. Zain, M.Si NIP: 19660126 199103 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP: 19480912 197412 2 001

(8)

Mutty Ebtessam, dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Juni 1988 sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Untung Suropati dan Munandiah. Penulis mengawali pendidikan formalnya dengan lulus pada tahun 1998 dari jenjang pendidikan dasar di SD Negeri 07 Jakarta Selatan dan SD negeri 03 Pulo Asem Jakarta Timur. Pada tahun 2003, penulis menamatkan pendidikan jenjang menengah pertamanya di SLTP Negeri 92 Perhubungan Jakarta Timur. Kemudian tahun 2006 penulis lulus dari jenjang pendidikan menengah atas di SMA Negeri 36 Perhubungan Jakarta Timur. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB), melalui jalur masuk Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Selanjutnya, pada tahun 2006 penulis diterima di Mayor Arsitektur Lanskap, Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian Bogor, Institut Pertanian Bogor.

(9)

Puji dan syukur penulis ucapkan atas karunia dan hidayah yang telah diberikan oleh Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “ Evaluasi Fungsi Ekologis RTH lanskap Central Business District (Studi Kasus: Sentul City, Bogor). Skripsi ini merupakan hasil dari suatu penelitian yang telah dilakukan oleh penulis guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat dukungan dan bantuan berupa pemikiran, tenaga, waktu, serta dana. Maka penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada

1. Kedua orang tua, Ibu (Munandiyah) dan Bapak (Untung Suropati) atas dukungan moral dan doa yang senantiasa diberikan kepada penulis;

2. Dr. Ir. Alinda F.M. Zain, M.Sc selaku dosen pembimbing penelitian, skripsi dan akademik yang senantiasa memberikan dukungan, dorongan, pemikiran dan perbaikan hingga terselesaikannya penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan baik;

3. Dr.Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr dan Dr.Ir. Andi Gunawan, M.Agr.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran hingga terbentuknya skripsi ini;

4. Bapak Adrian selaku direktur perencanaan dan desain Sentul City yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Sentul City;

5. Ibu Baby, Mas Rizki, dan Mas Anggi selaku pengelola lanskap Sentul City yang telah membantu dalam pencarian data primer dan data sekunder; 6. Adik penulis (Iqbal) dan para sanak saudara;

7. Sahabat seperjuangan bimbingan (Amindut, Chan-chan, dan Biji) yang telah bersama-sama turun lapang dan menyusun skripsi;

8. Sahabat seperjuangan Sentul Mania (Komti, Putri, Kempoy, Freshtea, dan Galih) yang telah membantu dalam pengambilan data primer;

(10)

Muakhor, Trista Prasidya Wegangsulangjani, Wemby Novitasari, Annisa Elok, Rina Dwica Desyana, Ziffy Hilya Aniqa, Nur Rahmaan Colorado, Priambudi Trie Putra, Tri Utomo Zaelan Noviandi, Putri Wulandari, Perthy Astria, Presti Ameliawati, Yudha Kartana, Benediktus Endy, Hanni Adriani, Agnes Kristandi, Mahmud Harris, Esti Budiarti, Lipur Listyarini, Tati Supartini, Maria Agustina Kaka, Dewa Ayu Sendy, Irvan Nugraha, Dedi Ruspendi, Dicky Hartanto, Moh Sanjiva Revi, Wiwiek Dwi Serlan, Rani Anggraeni, Vina Pratiwi, Cici Nurfatimah, Florenthius Agung, Sugiarto, Rido Monthazeri, Sakina Intan, Dian Khaerunnisa, Yogi Ismet, Purwanti Lukmaniah, Sistri Puwasti Hesa, Yumi Rahmi, Kukuh Widodo, Rosyidamayanti, Dessy Silitonga, Pratitou Arafat, dan Nurika Naulie Faizah);

10.Sahabat Yasminers (Mei, Imel, Mb Arrin, Puworjo, Tami, Fuji, Rekha, Tika, Anjar, Saidah, Bapo-ex dan sepupunya);

11.Sahabat perjuangan hidup dari SMP-SMA (Dwi, Ruth, Qonay, Tia, Fauzaiah, Aulia, Widya, Gita, Mia, Endah, Sapi).

Penulis senantiasa menerima kritik dan saran demi kelancaran dan kesempurnaan penelitian dan skripsi ini. Semoga bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Desember 2010

(11)

DAFTAR TABEL ... iii

5.1.1 Analisis RTH (Pohon) Sebagai Pereduksi Angin ... 27

5.1.2 Analisis RTH (Pohon) Sebagai Pengontrol Radiasi Matahari ... 36

5.1.3 Analisis Modifikasi Angin dan Radiasi Matahari ... 43

5.2 Evaluasi ... 48

(12)

5.3.1 Rekomendasi RTH (Pohon) Sebagai Pereduksi Angin ... 60

5.3.2 Rekomendasi RTH (Pohon) Sebagai Pengontrol Radiasi Matahari .. 64

5.3.3 Rekomendasi Modifikasi Angin dan Radiasi Matahari... 69

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ... 70

6.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(13)

1. Nilai Albedo untuk Vegetasi dan Perkerasan ... 5

2. Jenis, Interpretasi, dan Sumber Data yang Diperlukan ... 16

3. Kriteria Penilaian Fungsi Ekologis Pohon ... 18

4. Persentase Pembobotan Penilaian ... 19

5. Suhu dan Kelembaban Tahun 2009 ... 25

6. Status Kesuburan Tanah ... 25

7. Jenis dan Jumlah Pohon Pada 4 Area CBD ... 26

8. Penilaian Kriteria Standar Pohon Sebagai Pereduksi Angin ... 27

9. Penilaian Kesesuaian Fisik dan Fungsi Ekologis RTH Sebagai Pereduksi Angin ... 34

10. Penilaian Kriteria Standar Fungsi Ekologis RTH Sebagai Pengontrol Radiasi Matahari ... 36

11. Penilaian Kesesuaian Fisik dan Fungsi Ekologis RTH Sebagai Pengontrol Radiasi Matahari di Empat Area CBD Sentul City ... 42

12. Data Analisis Kecepatan Angin Berdasarkan Skala Beaufort ... 47

13. Data Analisis Pengukuran Suhu dengan Thermohygrometer ... 48

14. Evaluasi RTH (Pohon) Untuk Pereduksi Angin Pada Empat Lokasi CBD .. 51

(14)

1. Kerangka Pemikiran ... 3

2. Diagram Kecepatan Angin dengan Pohon ... 6

3. Diagram Kecepatan Angin dengan Dinding... 7

4. Radiasi Matahari Membentuk Garis Lurus ... 8

5. Neraca Radiasi Matahari ... 9

6. Radiasi Cahaya Tampak dan Inframerah ... 9

7. Vegetasi Mengontrol Radiasi Matahari dan Memberikan Manfaat Kepada Manusia ... 10

8. Peta Lokasi Penilitian ... 13

9. Bagan Tahapan Penilitian ... 14

10. Peta Lokasi Sentul City ... 21

11. Peta Letak dan Aksesibilitas Marketing Office ... 22

12. Peta Letak dan Aksesibilitas Plaza Niaga 1 ... 23

13. Peta Letak dan Aksesibilitas Graha Utama dan Graha Madya ... 23

14. Peta Letak dan Aksesibilitas Taman Budaya dan Alam Fantasia ... 24

15. Penanaman Pohon Pada Bagian Utara Marketing Office... 29

16. Penanaman Pohon Pada Bagian Selatan Plaza Niaga 1 ... 30

17. Penanaman Pohon Pada Graha Utama dan Graha Madya ... 32

18. Penanaman Pohon Pada Taman Budaya dan Alam Fantasia ... 34

19. Bentuk Tajuk Pohon ... 37

20. Pepohonan Mereduksi Kecepatan Angin ... 47

21. Suhu Lebih Rendah Pada Naungan Pohon ... 48

22. Pohon Sebagai Pelindung Manusia dan Bangunan dari Angin ... 57

23. Foto Area Parkir dan Sirkulasi Marketing Office ... 57

24. Foto Area Parkir, Sirkulasi, dan Bangunan Plaza Niaga I ... 58

25. Foto Area Parkir, Sirkulasi, dan Bangunan Graha Utama, Graha Madya ... 59

26. Foto Area Parkir dan Sirkulasi Taman Budaya dan Alam Fantasia ... 60

27. Pohon Tinggi dapat Mereduksi Angin dengan Baik ... 61

28. Pohon dengan Daerah Bebas Cabang yang Rendah ... 61

(15)

32. Pohon Berdaun Padat dapat Mengurangi Radiasi Matahari Lebih Baik ... 65

33. Orientasi Penanaman Pohon Terhadap Arah Datang Radiasi Matahari ... 66

34. Rekomendasi Perlindungan dari Angin ... 67

35. Rekomendasi Perlindungan dari Radiasi Matahari ... 68

(16)

1. Skala Beaufort ... 77

2. Luas RTH Pada Empat Kawasan CBD Sentul City ... 78

3. Peta Analisis Karakteristik Pohon Area Marketing Office ... 80

4. Peta Analisis Karakteristik Pohon Area Plaza Niaga I ... 81

5. Peta Analisis Karakteristik Pohon Area Graha Utama dan Graha Madya .... 82

6. Peta Analisis Karakteristik Pohon Area Taman Budaya dan Alam Fantasia 83 7. Peta Kesesuaian Pohon sebagai Pereduksi Angin Pada Marketing Office .... 84

8. Peta Kesesuaian Pohon sebagai Pereduksi Angin Pada Plaza Niaga I ... 85

9. Peta Kesesuaian Pohon sebagai Pereduksi Angin Pada Graha Utama dan Graha Madya ... 86

10. Peta Kesesuaian Pohon sebagai Pereduksi Angin Pada Area Taman Budaya dan Alam Fantasia ... 87

11. Peta Kesesuaian Pohon sebagai Pengontrol Radiasi Matahari Pada Marketing Office ... 88

12. Peta Kesesuaian Pohon sebagai Pengontrol Radiasi Pada Plaza Niaga I ... 89

13. Peta Kesesuaian Pohon sebagai Pengontrol Radiasi Pada Graha Utama dan Graha Madya... 90

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

(Simonds, 1983) menerangkan bahwa suatu kota idealnya memiliki suatu kompleks kota yang terdiri atas blok pemerintahan, distrik, wilayah kegiatan bisnis, blok gedung perkantoran, pusat kebudayaan, blok kegiatan hiburan dan tempat perdagangan utama. Berdasarkan hal itu, kota memiliki fasilitas yang beragam dan lengkap dalam memenuhi kebutuhan manusia seperti fasilitas pemukiman, pendidikan, perdagangan, perkantoran, pusat-pusat bisnis, pemerintahan dan rekreasi. Menurut Ekcbo (1964), dalam sebuah kota terjadi kegiatan utama yang bukan pertanian, dengan susunan fungsinya sebagai tempat pemukiman, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open space) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan tidak langsung, yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut, yang meliputi; keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan (Tim Departemen ARL Faperta IPB). Berdasarkan pernyataan diatas, RTH kota dapat berfungsi secara ekologis dan estetik dalam kawasan perkotaan dengan berbagai fasilitas yang dimilikinya. Salah satu fasilitas terpenting dalam suatu kota adalah area perdagangan atau lebih dikenal dengan sebutan Central Business District (CBD). Central Business District merupakan kawasan bisnis komersial pada pusat kota yang meliputi pertokoan, perkantoran dengan gedung-gedung tinggi, restoran, mal, bioskop serta sirkulasi jalan besar yang memudahkan keluar dan masuk kawasan tersebut.

(18)

fungsi utama yaitu fungsi ekologis, dan fungsi tambahan yaitu fungsi arsitektural, sosial, dan fungsi ekonomi.

Karena itu, diperlukan suatu evaluasi yang berkaitan dengan kesesuaian fisik dan fungsi ekologis RTH lanskap CBD. Indikator kesesuaian fisik dan fungsi ekologis berupa pereduksi angin dan pengontrol radiasi matahari. Agar terbentuk suatu lanskap CBD yang tidak hanya estetik tetapi juga ekologis, serta memberikan kenyaman dan keamanan pada penggunanya. Salah satu kawasan CBD yang sedang berkembang terletak pada kota satelit Sentul City, Bogor. Kawasan tersebut secara estetik sudah dinilai sesuai namun secara fisik dan ekologis belum diketahui kesesuaiannya maka dilakukan evaluasi yang berkaitan dengan kesesuaian fisik dan fungsi ekologis.

1.2Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan umum untuk mengevaluasi kesesuaian fisik dan fungsi ekologis RTH pada kawasan CBD, Sentul City. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik pohon pada kawasan CBD, Sentul City yang berkaitan dengan fungsi ekologisnya berupa pereduksi angin dan pengontrol radiasi matahari.

1.3Manfaat Penelitian

Studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa mengetahui tingkat kesesuaian fisik dan fungsi ekologis pohon pada lanskap CBD, Sentul City. Studi ini juga bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi pihak pengembang Sentul City dalam membuat perencanaan yang berkaitan dengan fisik dan fungsi ekologis RTH khususnya pohon.

1.4Kerangka Pikir

(19)

diketahui kesesuaiannya secara fisik dan ekologis. Kawasan Sentul City memiliki berbagai fasilitas yang dapat mendukung berbagai kegiatan seperti fasilitas perdagangan, perkantoran, dan rekreasi atau hiburan. Fasilitas tersebut sering disebut dengan nama Central Business District (CBD). Kawasan CBD mempunyai Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dapat mendukung kesesuaian fisik dan fungsi ekologis area tersebut. Kesesuaian fisik dan fungsi ekologis RTH yang dimaksud dalam studi ini adalah yang berkaitan dengan angin dan radiasi matahari. Dengan kata lain, RTH yang berfungsi sebagai pereduksi angin dan pengontrol radiasi matahari. Kedua aspek tersebut dianalisis dengan membandingkan kondisi aktual dengan kriteria standar berdasarkan literatur. Hal selanjutnya yang dilakukan adalah mengevalusi hasil analisis. Hasil yang dinyatakan tidak sesuai maupun sesuai dengan kriteria standar akan diberikan rekomendasinya, sebagai bahan pertimbangan penanaman pohon dimasa datang.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Urban Lanskap Kota Satelit

Sentul City

CBD

Ruang Terbuka Hijau

Fungsi Ekologis Kesesuaian Fisik

Pereduksi Angin Pengontrol Radiasi Matahari

Kriteria Standar

Evaluasi

Sesuai dengan Kriteria Standar Tidak Sesuai dengan

Kriteria Standar

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Central Business District (CBD)

Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial serta kegiatan ekonomi. Salah satu sarana di perkotaan adalah CBD yang terletak di pusat kota dengan berbagai fasilitas kota serta jalur sirkulasi utama yang memudahkan pengguna keluar dan masuk kawasan CBD. Kawasan CBD mempunyai karakteristik sebagai area perdagangan utama yang komersial dengan banyak bangunan-bangunan fasilitas umum seperti tempat beribadah, pertokoan, perkantoran, hotel atau penginapan. Selain itu, dalam kawasan CBD juga terdapat tempat rekreasi, alun-alun kota, pedestrian dan area parkir yang luas. Lanskap sebagai bagian dari kawasan CBD mempunyai keterikatan dan peranan yang besar untuk mendukung segala aktivitas yang berlangsung di dalam kawasan ini. Kehadiran lanskap pada suatu kawasan CBD disamping mendukung aktivitas juga dapat memenuhi kebutuhan rekreasi bagi masyarakat di sekitarnya. Menurut Simonds (1983), lanskap pada kawasan CBD biasanya terdiri dari tiga bagian yaitu: 1) Daerah untuk pejalan kaki, 2) Jalur sirkulasi, dan 3) Ruang terbuka, dimana ruang terbuka dibagi menjadi dua yakni: 1) Ruang terbangun dan 2) Ruang terbuka hijau.

2.2 Fungsi Ekologis Tanaman dalam Lanskap

(21)

udara tinggi. Tanaman sebagai salah satu ruang luar yang utama dapat difungsikan untuk merakayasa lingkungan sehingga dapat menyamankan gedung, mereduksi kebisingan di sekitar sumber bunyi, mengurangi pencemaran udara sekitarnya, mengarahkan sirkulasi dan melembutkan lingkungan luar (Nurisjah dan Pramukanto, 1995). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan tanaman memberikan kenyamanan dengan perbaikan iklim mikro.

Menurut Robinette (1993), vegetasi dapat mengontrol pengaruh sinar matahari dengan cara : (1) Menyaring radiasi langsung dari sinar matahari, (2) Permukaan tanah mengalami perbedaan suhu setiap saat tergantung radiasi panas yang diterimanya pada permukaan yang berbeda, (3) Melalui penahan radiasi matahari secara keseluruhan, (4) Melalui radiasi yang dipantulkan. Maka dengan pengaturan sinar matahari yang datang dapat memberikan rasa nyaman bagi pengguna tapak dan tidak memberikan efek silau jika sinar matahari terpantul oleh perkerasan pada area CBD, yang pada umumnya banyak perkerasan dan bangunan. Terdapat suatu perbandingan radiasi yang dipantulkan oleh suatu benda dengan radiasi yang datang pada benda tersebut dalam (%) disebut albedo.

Tabel 1 Nilai Albedo untuk Vegetasi dan Perkerasan

Vegetasi Albedo (%)

(22)

permukaan kasar atau bergelombang maka makin kecil nilai albedo, yang menandakan indikator radiasi banyak mengalami absorpsi atau penyerapan. Pada permukaan tanaman mempunyai nilai albedo yang rendah. Hal tersebut menandakan bahwa tanaman dapat menyerap radiasi dengan baik.

2.3 Modifikasi Angin dalam Lanskap

Angin adalah elemen mikroklimat yang dapat dimodifikasi secara signifikan oleh komponen lanskap dan juga berpengaruh kuat terhadap kenyamanan suhu manusia, pemakaian energi pada bangunan atau gedung serta banyak lagi lainnya dalam lanskap (Brown dan Gillespie, 1995). Angin mempunyai suatu karakteristik diantaranya adalah : (1) Bergerak dari area bertekanan tinggi ke area bertekanan rendah, (2) Hampir semua kandungan dari angin adalah gas, maka normalnya angin tidak dapat dilihat, (3) Jika kelembaban udara lebih kering dari kulit manusia maka sejumlah angin akan berevaporasi dari kulit dan angin akan masuk ke dalam kulit yang akan menimbulkan efek sejuk, (4) Jika suhu udara lebih dingin dari suhu kulit manusia maka panas akan dipindahkan ke udara dan kulit akan terasa lebih dingin.

Menurut Geiger dalam Brown dan Gillespie (1995), banyak objek lanskap yang dapat mempengaruhi angin, pengaruhnya berupa : (1) Mengurangi kecepatan angin, (2) mengalihkan arah angin, dan (3) meningkatkan kecepatan angin. Sedangkan menurut Brooks (1988), vegetasi dapat mengontrol atau memodifikasi angin dengan cara menghalangi, memecah, mengalihkan, dan mengarahkan.

Gambar 2 Diagram Kecepatan Angin dengan Pohon

(23)

Berdasarkan ilustrasi tersebut dapat dikatakan bahwa beberapa molekul angin naik ke atas melewati pohon, lewat diantara daun dan ranting, kemudian terhenti oleh pohon. Menurut Dahlan (1992), agar tanaman dapat berfungsi sebagai penahan angin yang baik diperlukan beberapa syarat, diantaranya: (1) Memiliki dahan yang kuat dan cukup lentur, (2) Daunnya tidak mudah gugur oleh terpaan angin, (3) Tajuk tidak terlalu rapat dan terlalu jarang, (4) Kerapatan ideal 75% - 85%, (5) Tinggi tanaman harus cukup, (6) Jalur tanaman yang cukup tebal agar dapat menahan angin dengan baik, (7) Mempunyai perakaran yang kuat, banyak serta masuk ke dalam tanah, (8) Mempunyai daerah cabang yang cukup rendah sehingga angin tidak dapat menerobos dari bawah. Menurut Grey dan Denekke (1978), vegetasi dapat mengontrol angin dengan kriteria sebagai berikut; morfologi daun (tebal, bentuk jarum) dan jarak tanam yang rapat. Karena itu pohon merupakan elemen lanskap yang paling efektif dalam memodifikasi kecepatan dan arah angin dibandingkan elemen lainnya. Elemen lain tersebut dapat diilustrasikan dengan tembok yang berketinggian 2m dari tanah yang disajikan dalam diagram pada Gambar 3.

Gambar 3 Diagram Kecepatan Angin dengan Dinding

(Sumber: Geiger dalam Brown dan Gillespie, 1995)

(24)

menjadi sangat tidak menyenangkan karena dekat dengan pintu masuk gedung dan mengakibatkan tingginya suhu dingin di pedestrian saat musim dingin. Salah satu solusi yang mungkin dalam masalah ini adalah dengan membelokkan angin sebelum sampai ke permukaan tanah (Geiger dalam Brown dan Gillespie, 1995).

2.4 Modifikasi Radiasi Matahari dalam Lanskap

Radiasi merupakan perpindahan energi berupa rambatan gelombang elektromagnetik tanpa membutuhkan medium perantara. Matahari adalah sumber energi utama bagi atmosfer, lautan, dan semua benda hidup yang ada di bumi (Turyanti dan Effendy, 2006). Menurut Brown dan Gillespie (1995), radiasi melintas dalam garis lurus, garis pararel dan tidak bergelombang sampai radiasi tersebut ditangkap atau dipantulkan oleh suatu benda. Radiasi matahari langsung yang melintas dalam garis pararel lurus dan dapat membentuk bayangan yang dapat diprediksi, terlihat dalam Gambar 4.

Gambar 4 Radiasi Matahari Membentuk Garis Lurus (Sumber: Brown dan Gillespie, 1995)

(25)

udara. (Turyanti dan Effendy, 2006). Neraca radiasi matahari disajikan dalam Gambar 5.

Gambar 5 Neraca Radiasi Matahari

(Sumber: Turyanti dan Effendy, 2006)

Gambar 6 menerangkan mengenai bayangan yang terbentuk dari pohon berdaun lebat yang mengandung sangat sedikit radiasi cahaya tampak dan banyak mengandung radiasi cahaya inframerah yang bermanfaat dalam input energy budget. Hal ini terjadi karena daun banyak menyerap dan menggunakan cahaya tampak untuk pertumbuhannya tetapi banyak memantulkan dan meneruskan cahaya inframerah yang tidak dibutuhkannya (Brown dan Gillespie, 1995).

(26)

Menurut Dahlan (1992), suhu udara pada area pepohonan lebih nyaman daripada daerah yang tidak ditumbuhi tanaman. Karena daun dapat memantulkan sinar infra merah sebesar 70% dan cahaya tampak sekitar 6% - 12%. Cahaya hijau adalah cahaya tampak yang paling banyak dipantulkan oleh daun yakni sebesar 10% - 20%, tergantung dari warna daun dan morfologi daun. Sedangkan cahaya jingga dan merah adalah cahaya yang paling sedikit dipantulkan oleh daun yaitu 3% - 10%. Terdapat 70% cahaya yang masuk ke dalam jaringan mesofil yang akan diserap oleh kloroplas. Sinar Ultra-Violet paling sedikit dipantulkan oleh daun yakni sebesar 3%. Sinar yang diserap dengan baik oleh daun adalah sinar infra merah yakni sebesar 97%. Terdapat empat strategi dasar untuk mengontrol radiasi matahari dengan menggunakan vegetasi yaitu dengan cara admission, menghalangi, menyerap, dan memantulkan. Vegetasi menghasilkan bayangan, menangkap dan menyerap 60% - 90% radiasi matahari yang datang. Karena itu suhu permukaan tanah yang ternaungi vegetasi dapat dikurangi dengan mudah oleh bayangan vegetasi tersebut (Brooks, 1988). Menurut Grey dan Denekke (1978), daun dapat menangkap, memantulkan, menyerap, dan meneruskan radiasi matahari yang dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Vegetasi Mengontrol Radiasi Matahari dan Memberikan Manfaat Kepada Manusia (Sumber: Grey dan Denekke,1978)

2.5 Ruang Terbuka Hijau (RTH)

(27)

kelangsungan kehidupan perkotaan tetapi juga dapat menjadi nilai kebanggaan dan identitas kota. Untuk mendapatkan RTH yang fungsional dan estetik dalam suatu sistem perkotaan maka luas minimal, pola, struktur, bentuk dan distribusinya harus menjadi pertimbangan dalam membangun dan mengembangkan RTH kota (Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum). Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan tidak langsung, yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan. Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu: (1) bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung), (2) bentuk RTH non alami atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga, pemakaman).

Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasifikasi menjadi dua yaitu: (1) bentuk RTH kawasan, (2) bentuk RTH jalur. Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi menjadi lima:(1) RTH kawasan perdagangan, (2) RTH kawasan perindustrian, (3) RTH kawasan permukiman, (4) RTH kawasan pertanian, dan (5) RTH kawasan-kawasan khusus (Direktorat Jendral Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum

2.6 Evaluasi

(28)

1. Desain data adalah pendefinisian dengan jelas mengenai tujuan evaluasi, pertanyaan apa yang harus dijawab, informasi apa yang dibutuhkan, bagaimana cara pengumpulannya, dan bagaimana menggunakan informasi tersebut.

2. Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi yagn benar dan akurat yang mendukung pencapaian hasil evaluasi harus dikumpulkan. Untuk itu, perlu diketahui apakah informasi tersebut memang tersedia dan bagaimana cara memperolehnya, siapa yang bertanggung jawab untuk melakukan wawancara dengan para karyawan kunci, meninjau kebijakan dan prosedur, dan memastikan bahwa data akan tersedia untuk diakses.

3. Informasi yang telah didapat dan dikumpulkan tidak memiliki arti apa-apa sepanjang belum dianalisis dan diinterpretasikan sehingga dapat menjadi bahan pendukung dalam membuat simpulan hasil evaluasi. Dengan analisis, evaluator akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkait.

(29)

BAB III METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Studi

Lokasi penelitian ini berada pada CBD Sentul City, yang terletak di Desa Babakan Maday, Kecamatan Citeuruep, Kabupaten DT II Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kawasan CBD yang diteliti yaitu Marketing Office, Plaza Niaga 1, Graha Utama dan Graha Madya serta Taman Budaya dan Alam Fantasia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Agustus 2010,serta penyusunan hasil studi sampai bulan Desember 2010.

Keterangan:

1 = Marketing Office

2 = Plaza Niaga 1 3 = Graha Utama, Graha Madya 4 = Taman Budaya Alam Fantasia

Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian

(30)

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta Sentul City (PT. Sentul City Tbk.), citra satelit (googlemaps.com), data titik pohon (Global Possitioning System, GPS), dan data iklim Sentul City (Stasiun BMKG Dramaga). Alat yang digunakan yaitu GPS e-Trex Summit HC, kamera digital, Thermohygrometer, dan Personal Computer (PC) Compaq S550 Pentium 4, dengan beberapa program pendukung, diantaranya AutoCAD 2006, ArcView GIS 3.2, Adobe Photoshop CS3, Microsoft Word 2007, dan Microsoft Excel 2007.

3.3 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian yang dilakukan tersaji dalam bagan tahapan penelitian pada Gambar 9.

CBD, Sentul City

Inventarisasi

Analisis & Evaluasi

Sintesis

Gambar 9 Bagan Tahapan Penelitian

Fungsi Ekologis Pohon

Pereduksi Angin Pengontrol Radiasi

Membandingkan Kondisi Aktual dengan Standar Literatur

Mengolah Data dengan Arc View

Sesuai dengan Kriteria Standar

Tidak Sesuai dengan Kriteria Standar

Rekomendasi Ruang Terbuka Hijau

Kesesuaian Fisik

(31)

3.3.1 Persiapan

Pada tahapan ini yang dilakukan adalah penetapan tujuan penelitian, penyusunan rencana kerja, pengumpulan dan pemilihan data sekunder dari berbagai studi pustaka atau penelitian sebelumnya mengenai evaluasi fungsi ekologis RTH, kriteria pohon sebagai pereduksi angin dan pengontrol radiasi matahari serta perkiraan biaya penelitian. Kemudian dilakukan persiapan administrasi dan keperluan penelitian seperti, surat perizinan pada lokasi penelitian, yaitu PT. Sentul City Tbk.

3.3.2 Inventarisasi

Tahapan inventarisasi kondisi tapak dilakukan dengan cara studi literatur dan survei lapang untuk mengetahui kondisi fisik dan fungsi ekologis RTH lanskap CBD yang eksisting. Tahapan ini ditujukan untuk mendapatkan data yang diperlukan, terdapat dua jenis data yang diambil yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh saat melakukan survei lapang yang meliputi pengamatan kecepatan angin dengan Skala Beaufort, pengambilan data suhu dengan Thermohygrometer, mengidentifikasikan karakteristik pohon, mengamati kondisi fisik, pengambilan gambar atau foto dan pemetaan pohon dengan GPS pada kawasan CBD Sentul City. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur, penelitian sebelumnya dan pihak pengembang Sentul City. Terdapat pula data spasial berupa peta yang diperoleh dari pihak pengembang CBD Sentul City dan pemetaan pohon kawasan CBD berdasarkan GPS.

(32)

radiasi matahari. Data spasial tersebut akan menghasilkan suatu peta yang dapat dianalisis secara spasial. Tahapan ini bertujuan untuk mengumpulkan data primer maupun sekunder dan berbagai informasi yang dapat mendukung penelitian. Secara rinci jenis data, interpretasi data dan sumber data inventarisasi disajikan pada Tabel 2.

Table 2 Jenis, Interpretasi, dan Sumber Data yang Diperlukan

Aspek No Jenis Data Interpretasi Data Sumber Data

Data Primer

1. Peta RTH CBD Jumlah, jenis, dan lokasi pohon

Lapang (pemetaan dengan GPS) 2. Foto/gambar pohon Kondisi fisik pohon Lapang (pengambilan

foto)

6. Iklim Kecepatan angin, radiasi matahari, suhu, dan RH

Data yang sudah diperoleh dari tahapan persiapan, pengamatan, dan penilaian dapat dianalisis dengan:

a. Analisis deskriptif

Analisis ini dilakukan dengan membandingkan kondisi fisik dan fungsi ekologis pohon yang eksisting dengan standar kondisi fisik dan ekologis pohon yang telah didapatkan dari studi literatur. Kondisi fisik dan fungsi ekologis pohon yang dianalisis meliputi pereduksi angin dan pengontrol radiasi matahari. Pereduksi angin dapat dianalisis dengan menggunakan Skala Beaufort dan data iklim dari Stasiun BMGK Dramaga. Radiasi matahari dapat dianalisis menggunakan data yang diperoleh dari Thermohygrometer dan Stasiun BMGK Dramaga.

b. Analisis spasial

(33)

data ini menggunakan software ArcView 3.2. Setelah data tersebut diolah, dapat dinilai fungsi ekologis pohon secara spasial. Penilaian tersebut dilakukan dengan memberikan warna-warna yang berbeda pada tiap area pepohonan yang membentuk RTH dalam kawasan CBD. Tujuannya untuk membedakan area pepohonan yang sesuai, cukup sesuai, kurang sesuai atau tidak sesuai dengan standar fungsi ekologis pohon. Analisis ini dilakukan untuk menilai secara spasial area pepohonan lanskap CBD berdasarkan analisis deskripsi yang telah dilakukan dan mengetahui kekurangan serta kelebihan dari masing-masing lokasi sehingga dapat ditentukan alternatif perbaikannya secara spasial.

Menurut Brown dan Gillespie, (1995) pada dasarnya semak mempunyai pengaruh terhadap angin yang sama dengan pohon, perbedaannya hanya terletak pada luas areanya. Semak dapat dengan efektif melindungi area yang kecil, dimana orang duduk serta mereduksi angin di sekitar area rumah. Maka pada penelitian ini yang dinilai fungsi ekologis RTH pada kawasan CBD hanya sebatas

(34)

Tabel 3 Kriteria Penilaian Fungsi Ekologis Pohon c. Daerah bebas cabang yang cukup rendah. 1-4 4 d. Jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan

kontinu. 1-4 4

e. Morfologi daun. 1-4 4 f. Ditanam beberapa baris. 1-4 4 g. Orientasi penanaman pohon. 1-4 4

Total 7-28 28

Pengontrol Radiasi Matahari

a. Berdaun tebal, rindang, dan evergreen. 1-4 4 b. Bentuk tajuk menyebar, bulat, kubah dan

tidak beraturan. 1-4 4 c. Jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan

kontinu. 1-4 4

d. Bermassa daun padat,sempit/tebal. 1-4 4 e. Morfologi daun. 1-4 4 f. Orientasi penanaman pohon. 1-4 4

Total 7-24 24

Sumber : Dahlan (1992); Brown dan Gillespie (1995); Grey dan Denekke (1978); Brooks (1988); Vitasari (2004); De Chiara dan Koppelman (1989); Carpenter et al. (1975).

(Irwan, 2008) menerangkan mengenai karakteristik untuk kesesuian fisik RTH yang dikelompokkan menjadi tiga bentuk dan dua struktur, antara lain:

1. Bergerombol atau menumpuk, yaitu RTH dengan komunitas vegetasi yang terkonsentrasi pada suatu area dengan jumlah pohon minimal 100 batang dengan jarak tanam rapat dan tidak beraturan.

2. Menyebar, yaitu RTH yang tidak mempunyai pola tertentu dengan komunitas vegetasi yang tumbuh menyebar dalam bentuk rumpun atau gerombol-gerombol kecil.

3. Berbentuk jalur, yaitu komunitas vegetasi yang tumbuh pada lahan yang berbentuk jalur lurus atau melengkung, mengikuti bentukan sungai, jalan, pantai, saluran, dan sebagainya.

4. Berstrata dua, yaitu komunitas vegetasi yang hanya terdiri dari pepohonan dan rumput atau penutup tanah lainnya.

(35)

3.3.4 Evaluasi

Pada tahapan ini diberikan suatu penilaian evaluasi secara deskriptif dalam bentuk tabel maupun uraian singkat mengenai kondisi fisik dan fungsi ekologis RTH CBD di Sentul City. Penilaian ini dilakukan dengan membuat suatu tabel kesesuaian kondisi fisik dan fungsi ekologis setiap pohon. Penilaian dilakukan dengan memberikan persentase pembobotan yang dikelompokan menjadi empat kategori kesesuaian, yaitu tidak sesuai, kurang sesuai, cukup sesuai, dan sesuai. Pengelompokan dilakukan dengan lima selang, yang membagi sempurna bobot dari 100% menjadi lima bagian sama besar, yaitu masing-masing 25%. Namun, untuk menaikkan standar penilaian, pada bobot terendah penilaian menjadi 40%.

Tabel 4 Persentase Pembobotan Penilaian

Kriteria Persentase Pembobotan

Sesuai ≥81%

Cukup Sesuai 61% - 80%

Kurang Sesuai 41% - 60%

Tidak Sesuai ≤40%

Untuk mendapatkan persentase pembobotan dilakukan perhitungan sederhana, sebagai berikut:

Persentase Pembobotan = Nilai Aktual x 100% Nilai Standar

Jika hasil penilaian memperlihatkan ketidaksesuain dengan standar kondisi fisik dan fungsi ekologis RTH maka dapat dilakukan perbaikan penanaman pohon yang membentuk suatu RTH. Perbaikan tersebut ditujukan untuk meningkatkan kemampuan mereduksi angin dan mengontrol radiasi matahari. Namun, jika hasil penilaian memperlihatkan kesesuain dengan standar kondisi fisik dan fungsi ekologis RTH maka diperlukan suatu pengelolaan yang berkelanjutan. Agar kondisi fisik dan RTH tersebut dapat berfungsi secara berkesinambungan.

3.3.5 Sintesis

(36)
(37)

BAB IV

KONDISI UMUM

4.1 Letak, Luas, dan Aksesibilitas

Kawasan Sentul City mempunyai akses langsung yang terdekat yaitu Tol Jagorawi dan Tol Ringroad Sentul City. Selain itu, terdapat akses menuju kawasan Sentul City melalui kompleks perumahan Bogor Baru menuju Desa Cihampar kemudian ke Desa Cijayanti dengan kondisi jalan beraspal. Lokasi Sentul City berbatasan dengan Desa Cipambuan, Desa Cijayanti dan Desa Kadungmangu di sebelah utara. Sedangkan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Nanggrak dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Cijayanti, Desa Cikeas, dan Desa Cadas Ngampar. Sebelah timur dibatasi oleh Desa Hambalang dan Desa Karang Tengah. Berdasarkan kondisi AMDAL Royal Sentul Highlands (1993), kawasan permukiman sentul mempunyai luas 2.465 Ha yang terletak pada batas kawasan seluas 3.001,4 Ha. Kawasan ini mencangkup delapan desa yang dikelilingi oleh beberapa gunung. Kawasan ini dilalui oleh aliran Sungai Citeureup, Sungai Cikeas, Sungai Citarunggul, dan Sungai Cijayanti.

se

Gambar 10 Peta Lokasi Sentul City

Lokasi studi meliputi empat area CBD di Sentul City yaitu Marketing Office, Plaza Niaga I, Graha Utama dan Graha Madya, serta Taman Budaya dan Alam Fantasia. Area Marketing Office dapat diakses melalui Jl. Thamrin yaitu jalan utama pada Sentul City, dengan pintu masuk dan pintu keluar yang berbeda.

(38)

Terdapat satu pintu masuk dengan lebar 7,8m dan dua pintu keluar dengan lebar masing-masing sebesar 6,8m dan 3,5m. Area ini memiliki luas sebesar 6278 m2. Plaza Niaga I merupakan area perniagaan dengan luas total 3,4 ha. Area tersebut dapat diakses melalui Jl. Thamrin dengan satu pintu masuk dan satu pintu keluar untuk kendaraan bermotor dan manusia atau pengguna. Pintu masuk terletak di bagian depan bangunan Plaza Niaga 1 yang mengarah ke Jl. Thamrin. Sedangkan, pintu keluar terletak di samping bangunan yang mengarah ke jalan kecil yang terhubung langsung ke Jl. Thamrin dengan lebar keduanya sebesar 3m.

Area Graha Utama dan Graha Madya memiliki luas total 1,2 ha. Akses masuk area ini hanya dapat melalui Jl. Thamrin. Pintu masuk dan pintu keluar menjadi satu yang dipisahkan dengan pos jaga atau loket parkir dengan lebar jalan 4,5m. Pintu tersebut terhubung langsung dengan Jl. Thamrin dan jalan yang menuju Cluster Mediterania. Area Taman Budaya dan Alam Fantasia memiliki luas masing-masing sebesar 4,8 ha dan 3,1 ha. Area ini hanya dapat diakses melalui Jl. Siliwangi dengan pintu masuk dan keluar kawasan ini menjadi satu namun masing-masing area mempunyai pintu masuk dan pintu keluar tersendiri. Berikut disajikan gambaran letak dan aksesibilitas empat area CBD Sentul City.

(39)

Gambar 12 Peta Letak dan Aksesibilitas Plaza Niaga I

(40)

Gambar 14 Peta Letak dan Aksesibilitas Taman Budaya dan Alam Fantasia

4.2 Topografi

Sentul City berada pada ketinggian 200-750 m dpl. Kawasan tersebut secara umum berbukit-bukit dengan kemiringan lereng berkisar antara 0% - 45%. Kondisi tersebut disiasati oleh perencana dengan lanskap jalan yang berkelok-kelok dan bangunan yang terletak di atas jalan dan di bawah jalan. Selain itu, dapat disiasati dengan penanaman RTH yang sesuai dengan tapak atau membiarkan tanaman tumbuh pada kavling-kavling kosong untuk mencegah terjadinya longsor pada tapak dengan kemiringan yang cukup tajam. Karena kondisi topografi Sentul City yang bervariasi maka diperlukan tanaman yang sesuai dengan kondisi tersebut. Sehingga tanaman tersebut dapat mendukung fungsi-fungsi ekologis pada tapak.

4.3 Iklim

(41)

65,9% dan intensitasnya sebesar 274,8 Joule/ cm2. Kecepatan angin yang melalui kawasan Sentul City berkisar antara 1 m/s – 1,2m/s dengan rata-rata 1m/s. Arah angin pun selalu ke arah barat. Data-data tersebut tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5Suhu dan Kelembaban Tahun 2009

No Bulan Suhu (ºC)

Kelembaban (%)

Penyinaran Matahari Angin LP Intensitas Kecepatan Arah 1. Januari 25 88 49 223 1.2 W Keterangan : LP : Lama Penyinaran %; Intensitas: Joule/cm2; Kec.Angin : m/s Sumber: BMKG Dramaga, Bogor

4.4 Tanah

(42)

jumlah pohon yang membentuk RTH sebanyak 111 dengan 7 jenis pohon yang berbeda.Pada area Graha Utama dan Graha Madya terdapat 110 pohondengan 19 jenis pohon yang berbeda. Sedangkan pada area Taman Budaya dan Alam Fantasia terdapat 921 pohon dengan 42 jenis pohon yang berbeda. Jadi jumlah pohon secara keseluruhan adalah 1191, dengan 48 jenis pohon yang berbeda.

Tabel 7 Jenis dan Jumlah Pohon Pada 4 Area CBD

No Marketing Office Plaza Niaga 1 Graha Utama dan

Graha Madya

Taman Budaya dan Alam Fantasia 1 Alstonia scholaris Acacia mangium Alstonia scholaris Acacia mangium

2 Phoenix roebeleni Bauhinia purpurea Averrhoa bilimbii Alstonia scholaris

3 Samanea saman Erythrina cristagali Bauhinia blakeana Araucaria cunninghamii

4 Terminalia mantaly Mangifera indica Bauhinia purpurea Araucaria heterophylla

5 Paraserianthes

falcataria Cerbera odollam Arthocarpus heterophylla

6 Rosytonea regia Elaeis guineensis Averrhoa bilimbii

7 Samanea saman Erythrina cristagali Bambusa sp.

8 Ficus elastica Bauhinia blakeana

9 Hevea brasiliensis Bauhinia purpurea

10 Lagerstomia indica Bixa orellana

11 Mangifera indica Callistemon citrinus

12 Manilkara kauki Ceiba petandra

13 Nephelium lapaceum Cerbera odullam

14 Paraserianthes falcataria Cinnamomum inners

15 Plumeria sp. Cocos capitata

16 Pterocarpus indicus Diallum indum

17 Samanea saman Elaeis guinensis

18 Spathodea campanulata Erythrina cristagali

19 Terminalis catappa Erythrina indica-picta

(43)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Analisis

5.1.1 Analisis RTH (Pohon) Sebagai Pereduksi Angin

Analisis ini dilakukan pada empat area CBD di Sentul City, yakni Marketing Office, Plaza Niaga I, Graha Utama dan Graha Madya, serta Taman Budaya dan Alam Fantasia. Analisis bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kondisi fisik dan fungsi ekologis RTH sebagai pereduksi angin area CBD Sentul City. Analisis dilakukan dengan membandingkan kondisi aktual dengan kriteria standar RTH sebagai pereduksi angin berdasarkan literatur. Berikut disajikan penilaian terhadap masing-masing kriteria pada Tabel 8.

Tabel 8 Penilaian Kriteria Standar Pohon Sebagai Pereduksi Angin

Kriteria Standar Poin Keterangan

1 Tidak rapat, tajuk tidak bersinggungan, tidak kontinu 2 Rapat, tajuk tidak bersinggungan, tidak kontinu 3 Rapat, tajuk bersinggungan, tidak kontinu 4 Rapat, tajuk bersinggungan, kontinu

Morfologi daun

1 Tidak ada barisan dan menyebar 2 Satu baris

3 Dua baris 4 Tiga baris

Orientasi penanaman pohon

1 Di balik arah angin

2 Di samping arah angin, tidak rapat 3 Di samping arah angin, rapat 4 Di depan arah angin

Keterangan: 1 : tidak sesuai, 2: kurang sesuai, 3: cukup sesuai, 4: sesuai

(44)

Marketing Office

Area ini memiliki empat jenis pohon yang berbeda dengan jumlah total 49 batang. Fisik RTHnya ialah berbentuk menyebar dengan struktur berstrata dua. Karena RTH area ini terdiri dari sekumpulan pohon yang ditanam secara tak teratur dan rumput. Analisis pohon yang sesuai atau tidak sesuai berdasarkan fungsi ekologisnya sebagai pereduksi angin dinilai dengan tujuh kriteria standar. Pertama adalah kriteria kerapatan ideal 75% - 85%, pohon yang dinilai sesuai adalah Terminalia mantaly. Adapun pohon yang dinilai sesuai untuk kriteria pohon tinggi > 15m adalah Alstonia scholaris (40m) dan Samanea saman (25m). Sedangkan yang dinilai tidak sesuai adalah Phoenix roebeleni karena memiliki tinggi 4m. Untuk karakteristik daerah bebas cabang yang cukup rendah tidak ada pohon yang dinilai sesuai, namun terdapat pohon yang dinilai tidak sesuai yakni Alstonia scholaris, karena memiliki tinggi bebas cabang > 2,5m. Kriteria selanjutnya adalah jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan dan kontinu. Pohon yang dinilai sesuai untuk kriteria tersebut yaitu Phoenix roebeleni dan Terminalia mantaly. Pohon yang dinilai tidak sesuai yaitu Alstonia scholaris.

(45)

Gambar 15 Penanaman Pohon Pada Bagian Utara Marketing Office

Plaza Niaga I

Area perniagaan ini memiliki tujuh jenis pohon dengan jumlah 111 batang yang tersebar di sekitar area tersebut. Fisik RTHnya ialah berbentuk bergerombol atau menumpuk dengan struktur RTH berstrata dua. Karena pepohonan pada Plaza Niaga terkonsentrasi pada suatu suatu area dengan jarak tanam yang rapat dan tak beraturan dengan jumlah pohon diatas 100 batang. Pohon-pohon itu membentuk suatu RTH yang dapat dinilai fungsi ekologisnya terhadap kecepatan angin. Maka dilakukan analisis terhadap tujuh kriteria standar fungsi ekologis pohon sebagai pereduksi angin. Kriteria pertama berupa kerapatan ideal 75% - 85%, adapun pohon yang dinilai sesuai yakni Acacia mangium, Paraserianthes falcataria, dan Samanea saman. Sedangkan pohon yang tidak sesuai adalah Mangifera indica, karena ditanam tidak rapat atau renggang dengan pohon lainnya. Selanjutnya kriteria pohon tinggi > 15m, pohon yang dinilai sesuai adalah Mangifera indica (25m), Paraserianthes falcataria (30m), dan Samanea saman (25m). Kriteria ketiga adalah daerah bebas cabang yang cukup rendah. Pohon yang dinilai sesuai adalah Erythrina cristagali dan yang tidak sesuai yakni Rosytonea regia. Kriteria selanjutnya berupa jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan dan kontinu. Pohon yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah Acacia mangium, Erythrina cristagali, dan Rosytonea regia. Adapun yang dinilai tidak sesuai adalah Mangifera indica. Karena pohon tersebut ditanam soliter, tidak bersinggungan, dan kontinu.

(46)

dan rapat sehingga dapat memecah angin dengan baik. Kriteria selanjutnya yaitu pohon yang ditanam beberapa baris sehingga ketahanan terhadap angin semakin kuat. Pada area ini tidak terdapat pohon yang dinilai sesuai karena pohon-pohonnya ditanam maksimal dalam dua baris, sehingga dinilai cukup sesuai. Pohon yang dimaksud adalah Acacia mangium, Paraserianthes falcataria, dan Samanea saman. Sedangkan, pohon yang dinilai tidak sesuai karena tidak dalam satu baris pun dan soliter yakni Mangifera indica. Kriteria terakhir adalah orientasi penanaman pohon. Pada area ini tidak terdapat pohon yang dinilai sesuai karena pohon yang ditanam kebanyakan diletakkan di balik arah angin. Pohon tersebut antara lain Acacia mangium, Bauhinia purpurea, Mangifera indica, Paraserianthes falcataria, dan Samanea saman, yang tersaji dalam Gambar 16 Kriteria-kriteria tersebut secara rinci disajikan pada Tabel 9.

Gambar 16 Penanaman Pohon Pada Bagian Selatan Plaza Niaga I

Graha Utama dan Graha Madya

(47)

kauki, Paraserianthes falcataria, Pterocarpus indicus, Samanea saman, dan Spathodea campanulata. Kriteria selanjutnya adalah pohon tinggi > 15m. Pohon yang dinilai sesuai adalah Alstonia scholaris (40m), Elaeis guineensis (20m), Ficus elastic (24m), Hevea brasiliensis (30m), Lagerstomia speciosa (15m), Manilkara kauki (15m), Paraserianthes falcataria (30m), Pterocarpus indicus (30m), Samanea saman (25m), Spathodea campanulata (25m), dan Terminalia catappa (27m). Kriteria ketiga adalah daerah bebas cabang yang cukup rendah. Pohon yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah Bauhinia blakeana, Bauhinia purpurea, Erythrina cristagali, dan Mangifera indica. Sedangkan pohon yang dinilai tidak sesuai yaitu Alstonia scholaris dan Spathodea campanulata, karena memiliki daerah bebas cabang yang tinggi > 2,5m.

(48)

Gambar 17 Penanaman Pohon Pada Graha Utama dan Graha Madya

Taman Budaya dan Alam Fantasia

Taman Budaya dan Alam Fantasia memiliki 42 jenis pohon yang berbeda dengan jumlah 921 pohon. Fisik RTHnya ialah berbentuk jalur dan menyebar dengan struktur berstrata banyak. Karena RTH area ini terdiri dari sekumpulan pohon yang ditanam secara teratur mengelilingi area ini. Serta beberapa pohon yang ditanam melengkung dan mengikuti bentukan area. Selain pohon yang membentuk RTH, terdapat juga rumput, penutup tanah, dan semak. Pohon-pohon itu akan dianalisis untuk mengetahui kesesuaiannya sebagai pereduksi angin. analisis dilakukan dengan membandingkan kondisi aktual di lapang dengan kondisi standar dari literatur. Kriteria yang diperoleh dari kondisi standar ada tujuh buah.

(49)

dan Pterocarpus indicus (30m). Pohon yang tidak sesuai dengan kriteria ini adalah Phoenix roebelini (4m) dan Pisonia alba (3m).

Kriteria berikutnya berupa daerah bebas cabang yang cukup rendah. Pohon yang dinilai sesuai untuk kriteria ini yaitu Araucaria cunninghamii, Araucaria heterophylla, Bambusa sp., Bixa orellana, Callistemon citrinus, Erythrina cristagali, Erythrina indica-picta, Mangifera indica, Phoenix roebelini, Psidium guajava, dan Pterocarpus indicus. Sedangkan pohon yang dinilai tidak sesuai yakni Cocos capitata, Livistonia australis, dan Spathodea campanulata. Selanjutnya kriteria berupa jarak tanam yang rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu. Pohon yang sesuai dengan kriteria itu yaitu Acacia mangium, Bixa orellana, Callistemon citrinus, Ceiba petandra, Cerbera odullam, Cinnamomum inners, Cocos capitata, Diallum indum, Elaeis guinensis, Erythrina cristagali, Erythrina indica-picta, Eucalyptus deglupta, Ficus benjamina, Ficus elastic, Gmelina arborea, Hibiscus tiliaceus, Nichelia campaka, Paraserianthes falcataria, Phoenix roebelini, Pinus merkusii, Pisonia alba, dan Samanea saman. Kriteria kelima adalah morfologi daun, karena daun yang kecil dan rapat dapat mereduksi angin dengan baik. Sedangkan, daun yang besar dan lebar mudah gugur dan sobek jika diterpa angin sepoi lemah berdasarkan Skala Beaufort. Pohon yang sesuai adalah Acacia mangium, Araucaria cunninghamii, Araucaria heterophylla, Bambusa sp., Callistemon citrinus, Pinus merkusii, Swietenia mahogany, dan Tamarindus indica. Kemudian pohon yang dinilai tidak sesuai adalah Gmelina arborea.

(50)

inners, Eucalyptus deglupta, Ficus elastica, Gmelina arborea , dan Pinus merkusii. Pohon yang ditanam di balik arah angin merupakan pohon yang dinilai tidak sesuai yaitu Theretia peruvisma. Berikut penanaman pohon pada Taman Budaya dan Alam Fantasia yang tersaji dalam Gambar 18 dan rincian penilaian kriteria-kriteria tersebut pada Tabel 9.

Gambar 18 Penanaman Pohon Pada Taman Budaya dan Alam Fantasia

(51)
(52)

39. Syzygium c: Daerah bebas cabang yang cukup rendah. g: Orientasi penanaman pohon. d: Jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu.

≤ 40% = tidak sesuai, 41% - 60% = kurang sesuai, 61% - 80% = cukup sesuai, ≥ 81% : sesuai

Sumber: Dahlan (1992); Brown dan Gillespie (1995); Grey dan Denekke (1978); Brooks (1988); Vitasari (2004); De Chiara dan Koppelman (1989); Irwan (2008); Frick dan Suskiyanto (2007).

5.1.2 Analisis RTH (Pohon) Sebagai Pengontrol Radiasi Matahari

Analisis dilakukan pada empat area CBD di Sentul City, yakni Marketing Office, Plaza Niaga I, Graha Utama dan Graha Madya, serta Taman Budaya dan Alam Fantasia. Analisis bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kondisi fisik dan fungsi ekologis RTH sebagai pengontrol radiasi matahari area CBD Sentul City. Analisis dilakukan dengan membandingkan kondisi aktual dengan kriteria standar RTH sebagai pereduksi angin berdasarkan literatur. Kriteria tersebut antara lain berdaun tebal, rindang, dan evergreen, bentuk tajuk menyebar, bulat, kubah dan tidak beraturan, jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu, bermassa daun padat, ditanam secara kontinu/ teratur, dan morfologi daun. Analisis dilakukan dengan membandingkan kondisi aktual dengan kriteria standar RTH sebagai pereduksi angin berdasarkan literatur. Berikut disajikan penilaian terhadap masing-masing kriteria pada Tabel 10.

Tabel 10 Penilaian Kriteria Standar Fungsi Ekologis RTH Sebagai Pengontrol Radiasi Matahari

Kriteria Standar Poin Keterangan Berdaun tebal, rindang, dan

evergreen

1 Tidak tebal, tidak rindang, dan evergreen

2 Cukup tebal, tidak rindang, dan evergreen

3 Tebal, tidak rindang, and evergreen

4 Tebal, rindang, dan evergreen

4 Tajuk menyebar, bulat, kubah, dan tak beraturan Jarak tanam rapat, tajuk

bersinggungan, dan kontinu

1 Tidak rapat, tidak bersinggungan, dan tidak kontinu 2 Rapat, tidak bersinggungan, dan tidak kontinu 3 Rapat, bersinggungan, dan tidak kontinu 4 Rapat, bersinggungan, dan kontinu Bermassa daun padat,

sempit atau tebal

(53)

3 Bermassa daun padat tidak tebal dengan tajuk sesuai 4 Bermassa daun padat, sempit atau tebal

Morfologi daun

1 Berdaun kecil dan jarang 2 Berdaun menengah dan jarang 3 Berdaun menengah dan rapat 4 Berdaun lebar, besar, dan rapat

Orientasi penanaman

1 Ditanam pada bagian Utara-Selatan dan tidak menaungi 2 Ditanam pada bagian Timur-Barat dan tidak menaungi. 3 Ditanam pada bagian Utara-Selatan dan menaungi 4 Ditanam pada bagian Timur-Barat dan menaungi. Keterangan: 1 : tidak sesuai, 2: kurang sesuai, 3: cukup sesuai, 4: sesuai

Sumber: Dahlan (1992); Brown dan Gillespie (1995); Grey dan Denekke (1978); Brooks (1988); Vitasari (2004); De Chiara dan Koppelman (1989); Irwan (2008); Frick dan Suskiyanto (2007).

Gambar 19 Bentuk Tajuk Pohon

(Sumber: Carpenter et al., 1975)

Marketing Office

(54)

Kriteria berikutnya yaitu morfologi daun. Daun yang baik sebagai penaung adalah yang besar dan lebar atau kecil dan rapat. Pohon yang mempunyai daun seperti itu adalah Alstonia scholaris. Karena pohon tersebut memiliki daun yang kecil dan rapat. Kriteria terakhir yaitu orientasi penanaman pohon. Pohon yang sesuai ditanam pada bagian Timur – Barat dan menaungi objek yang ingin dilindungi. Pohon yang diberi poin 4 (sesuai) adalah Phoenix roebeleni, Samanea saman, dan Terminalia mantaly. Secara rinci penilaian kriteria-kriteria tersebut disajikan pada Tabel 11.

Plaza Niaga I

Pohon pada area ini dianalisis berdasarkan enam kriteria pohon yang sesuai sebagai pengontrol radiasi matahari. Kriteria pertama yaitu pohon berdaun tebal, rindang, dan evergreen. Pohon yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah Acacia mangium, Mangifera indica, Paraserianthes falcataria, dan Samanea saman. Sedangkan, pohon yang dinilai tidak sesuai adalah Rosytonea regia. Kriteria selanjutnya adalah pohon bertajuk menyebar, bulat, kubah, dan tak beraturan. Pohon yang memiliki tajuk seperti itu adalah Acacia mangium, Bauhinia purpurea, Erythrina cristagali, Mangifera indica, Paraserianthes falcataria, dan Samanea saman. Pohon yang dinilai tidak sesuai adalah Rosytonea regia, karena memiliki tajuk palmae. Kriteria ketiga yaitu jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu. Pohon yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah Acacia mangium, Paraserianthes falcataria, Rosytonea regia, dan Samanea saman. Adapun pohon yang dinilai tidak sesuai yaitu Mangifera indica. Karena ditanam berjauhan dan soliter. Selanjutnya, kriteria berupa pohon bermassa daun padat, sempit atau tebal. Pohon yang dinilai 4 (sesuai) adalah Acacia mangium, Paraserianthes falcataria, dan Samanea saman. Kemudian, pohon yang dinilai 1 (tidak sesuai) adalah Rosytonea regia.

(55)

Kriteria terakhir adalah orientasi penanaman pohon. Pohon yang sesuai untuk pengontrol radiasi matahari ditanam pada bagian Timur – Barat dari objek yang ingin dinaungi. Pada area ini tidak terdapat pohon yang sesuai dengan kriteria tersebut. Karena pohon-pohon pada area ini ditanam pada bagian Utara – Selatan dari objek yang ingin dinaungi. Adapun pohon yang dinilai tidak sesuai karena tidak menaungi dan ditanam pada bagian Utara – Selatan objek yang ingin dinaungi. Pohon tersebut adalah Mangifera indica. Secara rinci penilaian kriteria-kriteria tersebut disajikan pada Tabel 11.

Graha Utama dan Graha Madya

(56)

Kriteria selanjutnya yaitu pohon bermassa daun padat, sempit atau tebal. Pohon yang masuk kriteria tersebut ialah Alstonia scholaris, Ficus elastic, Hevea brasiliensis, Mangifera indica, Manilkara kauki, Pterocarpus indicus, dan Terminalia catappa. Kriteria berikutnya adalah morfologi daun. Pohon yang dinilai sesuai adalah pohon yang memiliki daun lebar atau besar. Namun pohon berdaun kecil pun dapat dinilai sesuai dengan syarat bermassa daun padat atau rapat. Pohon yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah Alstonia scholaris, Ficus elastica, Hevea brasiliensis, Mangifera indica, Manilkara kauki, Nephelium lapaceum, Pterocarpus indicus, Spathodea campanulata, dan Terminalia catappa. Kriteria terakhir yaitu orientasi penanaman pohon. Pohon yang ditanam dengan orientasi yang sesuai adalah Ficus elastica dan Hevea brasiliensis. Sedangkan pohon yang ditanam dengan tidak memperhatikan orientasi adalah Averrhoa bilimbii. Secara rinci penilaian kriteria-kriteria tersebut disajikan pada Tabel 11.

Taman Budaya dan Alam Fantasia

(57)

Pohon yang dinilai 1 (tidak sesuai) adalah Cocos capitata, Elaeis guinensis, Livistonia australis, dan Phoenix roebelini.

(58)

adalah Araucaria cunninghamii, Araucaria heterophylla, dan Livistonia australis. Secara rinci penilaian kriteria-kriteria tersebut disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Penilaian Kesesuaian Fisik dan Fungsi Ekologis RTH sebagai Pengontrol Radiasi Matahari di Empat Area CBD Sentul City

(59)

Taman

b : Tajuk spreading, bulat, dome, irregular e : Morfologi daun

c : jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan,kontinu f : Orientasi penanaman pohon

≤ 40% = tidak sesuai, 41% - 60% = kurang sesuai, 61% - 80% = cukup sesuai, ≥ 81% : sesuai

Sumber: Dahlan (1992); Brown dan Gillespie (1995); Grey dan Denekke (1978); Brooks (1988); Vitasari (2004); De Chiara dan Koppelman (1989); Irwan (2008); Frick dan Suskiyanto (2007).

5.1.2 Analisis Modifikasi Angin dan Radiasi Matahari Marketing Office

(60)

Karena angin bergerak dari atas bangunan ke bawah bangunan dengan membawa angin yang dingin. Sehingga pengguna yang melalui area tersebut merasa kurang nyaman dengan angin tersebut (Brown dan Gillespie,1995). Untuk menyiasati hal tersebut dapat dilakukan penambahan pohon yang dapat berfungsi sebagai pereduksi angin. Pohon tersebut dapat diletakkan pada area yang rawan terkena terpaan angin dan belum terlindungi dengan baik. Pohon yang baik sebagai pereduksi angin adalah mempunyai karakteristik fisik yang sesuai seperti perakaran yang kuat, tahan angin atau tidak mudah tumbang, dan daun tidak mudah gugur oleh angin yang lemah (Dahlan, 1992). Data pengukuran angin dengan Skala Beaufort pada area ini tersaji dalam Tabel 12.

Selanjutnya analisis mengenai radiasi matahari pada area ini menggunakan pengukur suhu Thermohygrometer. Untuk mengetahui perbedaan suhu pada area yang terkena radiasi matahari langsung dengan area yang ternaungi dari radiasi matahari. Pada studi ini diambil sampel dari empat area yang berbeda dalam satu kawasan. Tujuannya adalah untuk memperoleh kevalidan data survei. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa suhu pada area terbuka atau yang terkena radiasi matahari langsung yakni area parkir dan sirkulasi lebih tinggi. Sedangkan suhu pada area yang ternaungi yakni area di bawah pohon lebih rendah. Jadi pohon dapat mengurangi efek dari radiasi matahari. Karena tajuk pohon dapat memantulkan, meneruskan, dan menyerap radiasi matahari yang datang (Grey dan Denekke, 1978). Maka diperlukan penambahan pohon yang dapat menaungi area yang masih terbuka agar dapat memberikan kenyamanan kepada manusia yang sering melalui area tersebut. Pohon yang sesuai untuk ditanam pada area tersebut memiliki kriteria seperti rindang, jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan bermassa daun padat. Data pengukuran suhu dengan Thermohygrometer area ini disajikan pada Tabel 13.

Plaza Niaga 1

(61)

Kurangnya RTH pada kawasan ini menyebabkan angin yang bertiup kencang tidak dapat terpecah dengan baik. Sehingga mengakibatkan angin yang melintas pada area ini cenderung cepat dan kurang melindungi pengguna yang melintas. Keberadaan dari sekumpulan pohon yang membentuk ruang terbuka hijau, bangunan, dan perkerasan, mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap kenyamanan manusia terhadap kecepatan angin yang terjadi. Misalnya, pohon dengan tajuknya yang rapat dapat melindungi suatu area yang sering dilalui oleh manusia dengan menahan, memecah, dan mengurangi kecepatan angin. Sehingga angin yang terbentuk ketika mencapai area tersebut merupakan angin yang nyaman bagi manusia atau sejuk. Sedangkan bangunan merupakan penahan angin yang sifatnya keras atau impermeable. Sehingga angin yang terbentuk setelah melewati bangunan tersebut dapat menjadi angin yang tidak menyenangkan (Brown dan Gillespie, 1995). Karena tidak terpecah dengan baik dan menimbulkan angin kencang atau angin yang kurang sejuk. Jadi pohon merupakan pereduksi angin yang baik dibandingkan dengan bangunan atau perkerasan lainnya. Data pengukuran angin dengan Skala Beaufort pada area ini tersaji dalam Tabel 12.

(62)

datang. Agar pengguna dapat merasakan kenyamanan ketika berkunjung ke Plaza Niaga I. Data pengukuran suhu dengan Thermohygrometer area ini disajikan pada Tabel 13.

Graha Utama dan Graha Madya

Pada kawasan ini dilakukan analisis untuk mengetahui perbedaan kecepatan angin. Analisis dilakukan saat pagi, siang dan sore hari, dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan atau penurunan kecepatan angin. Selain itu, juga untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perubahan kecepatan angin dalam kawasan ini. Analisis dilakukan dengan menggunakan Skala Beaufort seperti yang dilakukan pada dua kawasan sebelumnya. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pada area ini pun, angin bertambah kuat ketika sore hari. Karena cuaca pada sore hari yang semakin mendung dan hujan yang disertai oleh angin. Selain itu, terdapat faktor lain yang mempengaruhi kecepatan angin yang bertiup pada area ini. Faktor tersebut antara lain pepohonan yang membentuk ruang terbuka hijau. Sehingga dapat mengurangi kecepatan angin yang bertiup. Karena pohon dapat memecah angin dengan baik. Maka ketika angin melewati area ini, kecepatannya telah berkurang karena sudah direduksi atau dipecah oleh pepohonan. Data pengukuran angin dengan Skala Beaufort pada area ini tersaji dalam Tabel 12.

Gambar

Gambar 9 Bagan Tahapan Penelitian
Table 2 Jenis, Interpretasi, dan Sumber Data yang Diperlukan
Tabel 3 Kriteria Penilaian Fungsi Ekologis Pohon
Tabel 4 Persentase Pembobotan Penilaian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tanaman yang sesuai dengan fungsi jalur jalan adalah fungsi ekologis (tanaman peneduh) dan fungsi estetika (tanaman hias). c) Tahap 3: Membuat matriks berdasarkan tata