• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Tingkah Laku Harian Lutung Merah Jantan (Presbytis rubicunda) pada Siang Hari di Penangkaran.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas Tingkah Laku Harian Lutung Merah Jantan (Presbytis rubicunda) pada Siang Hari di Penangkaran."

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS TINGKAH LAKU HARIAN LUTUNG MERAH

JANTAN (

Presbytis rubicunda)

PADA SIANG HARI

DI PENANGKARAN

SKRIPSI ADHI IRAWAN

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

Adhi Irawan. D14052519. 2011. Aktivitas Tingkah Laku Harian Lutung Merah Jantan (Presbytis rubicunda) pada Siang Hari di Penangkaran. Skripsi. Mayor Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

PembimbingUtama : Ir. Hotnida. C.H. Siregar, M.Si PembimbingAnggota : Dr. Wartika Rosa Farida

Lutung merah (Presbytis rubicunda) merupakan satwa liar yang termasuk dalam kelompok Old World Monkey. Populasi lutung merah saat ini mengalami penurunan dan dikuatirkan akan menjadi langka dan akhirnya punah. Penangkaran merupakan salah satu upaya secara ex situ untuk mempertahankan populasinya tetap. Informasi mengenai perilaku lutung merah di penangkaran sangat terbatas. Penggalian informasi perilaku lutung merah penting untuk manajemen pemeliharaan di penangkaran. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mempelajari aktivitas tingkah laku harian dan pemilihan pakan pada lutung merah pada siang hari di penangkaran.

Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus - September 2010 di Penangkaran Mamalia, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong. Materi yang digunakan adalah satu ekor lutung merah jantan berumur tiga tahun lebih. Peubah yang diamati yaitu aktivitas harian lutung (makan, minum, defekasi, urinasi, lokomosi, grooming, vokalisasi dan istirahat) dan pemilihan jenis pakan. Jenis pakan yang diberikan terdiri atas delapan jenis, yaitu daun bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), daun beringin (Ficus benjamina), sawi putih (Brassica rapa ssp. pekinensis), kacang panjang (Vigna sinensis), pisang siam (Musa paradisiaca), apel malang (Malusdomestica), jambu biji (Psidium guajava) dan ubi jalar (Ipomoea batatas). Pengamatan dilakukan mulai pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00 WIB. Setiap periode pengamatan dibagi lagi dengan interval waktu selama 15 menit. Pengambilan data menggunakan metode one zero sampling. Nilai satu diberikan bila ada aktivitas yang dilakukan dan nol bila tidak ada aktivitas. Data dianalisis secara deskriptif.

Aktivitas pemilihan pakan lutung merah di penangkaran memperlihatkan sifat selektif terhadap pakan yang diberikan. Urutan pemilihan pakan berdasarkan jenis pakan berturut-turut adalah daun beringin, ubi jalar, pisang siam, apel malang, jambu biji, sawi putih, daun bunga kupu-kupu dan kacang panjang. Aktivitas istirahat (32,13%) mendominasi seluruh kegiatan lutung merah kemudian disusul aktivitas grooming (29,77%), lokomosi (13,36%), vokalisasi (12,66%), makan (8,36%), urinasi (2,17%), defekasi (1,11%) dan minum (0,43%).

(3)

ABSTRACT

Daily Behaviour Activity of Male Maroon Leaf Monkey (Presbytis rubicunda) During The Day in Captivity

A. Irawan, H. C. H. Siregar, and W. R. Farida

Maroon leaf monkey (Presbytis rubicunda) is one species of old world monkey group. This species will be entirely disappeared due to reduction in its population. Captive breeding program (ex situ) is one method to conserve the species. Information about maroon leaf monkey is still limited, however maroon leaf monkey behaviour could give a lot of information about feeding, drinking, grooming, locomotion, urination, defecation, vocalization and resting which is useful for keeping them in captivity. The study of daily behaviour of male maroon leaf monkey and feed preference in captivity was conducted at Research Centre for Biology LIPI, Cibinong. This study used one male maroon leaf monkey aged three years old. The observation was started from 06.00 a.m until 06.00 p.m with 15 minutes interval time. Type of diets were orchid-tree leaf (Bauhinia purpurea), weeping fig leaf (Ficus Benjamina), napa cabbage (Brassica rapa ssp. pekinensis), long bean (Vigna sinensis), bananas (Musa paradisiaca), rome beauty apple (Malus domestica), guava (Psidium guajava) and sweet potatoes (Ipomoea batatas). Variables measured were daily behaviour activity (feeding, drinking, urination, defecation, locomotion, grooming, vocalization and resting) and feed selection. The data were collected using one zero sampling method and analyzed using descriptive analysis. The most activity in captivity were resting (32.13%) followed by grooming (29.77%), locomotion (13.36%), vocalization (12.66%), feeding (8.36%), urination (2.17%), defecation (1.11%) and drinking (0.43%). Maroon leaf monkey preferred to eat weeping fig leaf, sweet potatoes, bananas, rome beauty apple, guava, napa cabbage, orchid-tree leaf and long bean respectively.

(4)

AKTIVITAS TINGKAH LAKU HARIAN LUTUNG MERAH

JANTAN (

Presbytis rubicunda)

PADA SIANG HARI

DI PENANGKARAN

ADHI IRAWAN D14052519

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

Judul Skripsi : Aktivitas Tingkah Laku Harian Lutung Merah Jantan (Presbytis rubicunda) pada Siang Hari di Penangkaran

Nama : Adhi Irawan NIM : D14052519

Menyetujui:

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Hotnida C. H. Siregar, M.Si Dr. Wartika Rosa Farida NIP. 19620617 199003 2 001 NIP. 19590131 198403 2 001

Mengetahui: Ketua Departemen

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan IPB

Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc NIP. 19591212 198603 1 004

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Alm. F.X. Gunarsa Irianta dan Ibu Susilowati. Penulis dilahirkan di Semarang, Jawa Tengah, pada tanggal 21 Januari 1988. Pendidikan Penulis diawali dari Taman Kanak-kanak Taman Putra Semarang pada tahun 1992, kemudian dilanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Perumnas Banyumanik IX Semarang pada tahun 1993. Tahun 1999, Penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 21 Semarang kemudian menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Semarang pada tahun 2002.

(7)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Aktivitas Tingkah Laku Harian Lutung Merah Jantan (Presbytis rubicunda) pada Siang Hari di Penangkaran” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis berdasarkan hasil penelitian di Penangkaran Mamalia, Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesian, Cibinong, Bogor yang dimulai dari bulan Agustus sampai dengan bulan September 2010.

Populasi lutung merah sebagai satwa liar keberadaannya di alam berstatus least concern, yang berarti populasi lutung merah mengalami penurunan dan

dikuatirkan akan punah apabila tidak dilakukan perlindungan dan pelestarian. Penangkaran merupakan salah satu cara dalam menyelamatkan populasi lutung merah sebagai satwa liar dari kepunahan. Informasi mengenai aktivitas tingkah laku harian dan pemilihan pakan lutung merah di penangkaran masih sangat terbatas. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dalam menentukan teknik dan manajemen penangkaran lutung merah. Aktivitas harian lutung merah merupakan upaya pemenuhan kebutuhan hidup pokok, produksi dan reproduksi, kesehatan dan kesejahteraan satwa. Pemilihan pakan juga menjadi faktor penentu dalam membuat teknik dan manajemen penangkaran yang baik untuk lutung merah karena hal ini menunjukkan preferensi lutung merah terhadap jenis pakan.

(8)

DAFTAR ISI

Sawi Putih (Brassica rapa ssp. pekinensis) ...13

Kacang Panjang (Vigna sinensis) ...14

Pisang Siam (Musa paradisiaca) ...14

Apel Malang (Malus domestica) ...14

Jambu Biji (Psidium guajava) ...15

(9)

ix

Pemilihan dan Konsumsi Pakan ... 15

MATERI DAN METODE

Aktivitas Tingkah Laku Lutung Merah Jantan ... 23

Aktivitas yang Berhubungan Langsung dengan Pola Makan Lutung ... 26

Aktivitas Makan ... 26

Aktivitas Minum ... 29

Aktivitas Urinasi ... 30

Aktivitas Defekasi ... 31

Aktivitas yang Mempengaruhi Pola Makan Lutung ... 32

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Lutung Merah (Presbytis rubicunda) ... 4

2. Lutung Merah Jantan dalam Kandang ... 17

3. Persentase Aktivitas Harian Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan ... 24

4. Aktivitas Lutung yang Berhubungan Langsung dengan Pola Makan Lutung Merah Jantan ... 26

5. Aktivitas Makan pada Lutung Merah ... 28

6. Aktivitas Minum pada Lutung Merah ... 30

7. Aktivitas Urinasi dan Defekasi pada Lutung Merah ... 31

8. Aktivitas Lutung yang Mempengaruhi Pola Makan Lutung Merah Jantan ... 32

9. Aktivitas Lokomosi pada Lutung Merah ... 34

10. Aktivitas Grooming pada Lutung Merah ... 35

11. Aktivitas Vokalisasi pada Lutung Merah ... 36

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada

Pukul 06.00-07.00 WIB ... 50

2. Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 07.00-08.00 WIB ... 51

3. Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 08.00-09.00 WIB ... 52

4. Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 09.00-10.00 WIB ... 53

5. Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 10.00-11.00 WIB ... 54

6. Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 11.00-12.00 WIB ... 55

7. Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 12.00-13.00 WIB ... 56

8. Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 13.00-14.00 WIB ... 57

9. Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 14.00-15.00 WIB ... 58

10. Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 15.00-16.00 WIB ... 59

11. Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 16.00-17.00 WIB ... 60

12. Data Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan pada Pukul 17.00-18.00 WIB ... 61

13. Rataan Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan ... 62

14. Persentase Rataan Aktivitas Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan ... 63

15. Urutan Pemilihan Jenis Pakan pada Lutung Merah Jantan ... 64

16. Ranking Pemilihan Jenis Pakan pada Lutung Merah Jantan ... 65

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati (bio-diversity) baik flora maupun fauna. Kekayaan ini merupakan asset bangsa yang

harus dijaga kelestariannya demi kepentingan masa depan Indonesia. Salah satu keanekaragaman fauna tersebut adalah lutung merah (Presbytis rubicunda) dari jenis primata, yang saat ini populasinya mengalami penurunan dan diperkirakan terancam punah. Sudah selayaknya bangsa Indonesia wajib mempertahankan dan menjaga populasi yang ada agar populasi lutung merah tidak punah. Kepunahan satwa liar ini pada umumnya disebabkan oleh tingkah laku manusia yang tidak bertanggung jawab. Perburuan liar dan penjualan satwa secara ilegal sangat banyak terjadi, sehingga populasi satwa tersebut semakin berkurang. Selain itu, hutan-hutan yang merupakan habitat asli dari satwa liar banyak dijadikan sebagai lahan perkebunan untuk mencukupi kebutuhan pangan manusia. Akibatnya satwa liar tersebut akan mati dan berkurang populasinya karena habitat aslinya sudah tidak ada lagi.

Lutung merah adalah salah satu satwa liar yang dilindungi berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 421/Kpts/Um/8/1970, SK Menteri Kehutanan tanggal 10 Juni 1991, No. 301/Kpts-II/1991, serta Undang-undang No. 5 Tahun 1990 yang makin memperkuat perlindungan akan satwa tersebut. IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resource) menyatakan status konservasi

lutung merah adalah least concern, artinya rentan terhadap gangguan dan dikuatirkan akan punah apabila tidak dilakukan perlindungan dan pelestarian habitatnya (Supriatna dan Wahyono, 2000).

(14)

2 Informasi mengenai perilaku lutung merah di penangkaran masih sangat terbatas, padahal perilaku tersebut dapat memberikan gambaran dan informasi tentang cara makan, minum, grooming, lokomosi, urinasi dan istirahat. Selain itu informasi mengenai pemilihan pakan diperlukan juga untuk mengetahui preferensi pakan lutung merah guna memenuhi kebutuhan hidup pokok, produksi dan reproduksi. Seluruh informasi ini dapat membantu atau memperbaiki manajemen pemeliharaan lutung merah di penangkaran menjadi lebih baik dan efisien, sehingga satwa tersebut dapat berkembang lebih baik untuk mempertahankan populasinya dari kepunahan.

Tujuan

(15)

TINJAUAN PUSTAKA Satwa Primata

Satwa primata merupakan satu ordo tersendiri yang disebut dengan nama ordo primata yang termasuk manusia di dalamnya. Ordo primata terdiri dari dua subordo, yaitu Prosimii dan Anthropoidea. Subordo Anthropoidea terbagi menjadi New World Monkey, Old World Monkey, Apes dan manusia. Lutung termasuk ke

dalam grup Old World Monkey. Ciri-ciri Old World Monkey adalah sebagai berikut : 1) mempunyai ischial pads, 2) mempunyai colon yang terbagi atas bagian ascending, transverse dan descending (adanya sigmoid flexure), dan 3) tidak mempunyai appendix (Sajuthi, 1984).

Sajuthi (1984) juga menyatakan bahwa pemeliharaan satwa primata meliputi cara pemberian pakan, jenis pakan yang diberikan, minuman, pembersihan kandang, dan pemeriksaan kesehatan atau kesejahteraan satwa. Golongan Old World Monkey yang sudah dewasa memerlukan pakan yang mengandung 15% protein untuk betina bunting, dan menyusui sebesar 25% protein.

Lutung merah (Presbytis rubicunda)

Klasifikasi

Taksonomi dari lutung merah (Presbytis rubicunda), adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mamalia Ordo : Primata

Familia : Cercopithecidae Genus : Presbytis

(16)

4 Lutung merah (Presbytis rubicunda) dibagi menjadi beberapa subspesies, yaitu P. r. rubicunda, P. r. rubida, P. r. ignita, P. r. carimatae dan P. r. chrysea (Napier dan Napier, 1967).

Morfologi

Lutung merah memiliki bulu berwarna merah sampai jingga kemerah-merahan dengan warna pada daerah perut lebih terang daripada warna pada daerah tangan dan ujung ekor. Bobot badan jantan dewasa lutung merah berkisar antara 6,29 kg dan untuk betina dewasa berkisar antara 6,17 kg (Fleagle, 1999).

Gambar 1. Lutung Merah (Presbytis rubicunda)

(Sumber : Farida, 2009)

(17)

5 Habitat

Habitat lutung untuk hidup terutama adalah di kawasan hutan hujan, namun lutung juga terkadang sering juga dijumpai di daerah perkebunan karet, hutan primer pegunungan, atau hutan sekunder daerah perbukitan hingga 600 m dari permukaan laut. Lutung termasuk hewan siang hari (diurnal) dan sangat aktif pada pagi dan sore hari (Supriatna et al., 1986). Satwa ini hidup di pepohonan secara bergerombol antara 9-30 ekor terdiri dari satu lutung jantan dewasa dan lutung-lutung betina yang secara komunal membesarkan anak lutung. Lutung jantan dewasa pada kelompok tersebut akan melindungi kelompok dan wilayahnya dari lutung-lutung yang lain (Nurwulan, 2002).

Spesies lutung merah (Presbytis rubicunda) hidup di hutan dengan ketinggian kurang dari 2.000 m di atas permukaan laut. Selain itu, lutung merah juga dapat hidup di hutan rawa (Chivers dan Burton, 1988). Lutung merah banyak ditemukan di pulau Kalimantan, propinsi Kalimantan Barat, negara Indonesia. Subspesies P. r. carimatae lebih memilih hidup di hutan rawa dan terkadang mengunjungi kebun penduduk setempat untuk mencari makan (Yanuar et al., 1993).

Penyebaran

Penyebaran lutung merah (Presbytis rubicunda) terdapat di Pulau Kalimantan, negara Indonesia (Kalimantan dan Pulau Karimata) dan Malaysia (Sabah dan Sarawak), dan kemungkinan juga terdapat di Brunei. Subspesies P. r. rubicunda dapat ditemukan di bagian Timur Sungai Barito dan bagian Selatan

Sungai Mahakam, sebelah Tenggara Kalimantan. Subspesies P. r. rubida, banyak ditemukan di bagian Selatan Sungai Kapuas dan bagian Barat Sungai Barito. Sepanjang Sungai Kapuas bagian Utara sampai Sarawak, Malaysia, subspesies P. r. ignita banyak ditemukan. Subspesies ini kemungkinan juga dapat ditemukan di

Sungai Baram, perbatasan Brunei. Subspesies P. r. chrysea tersebar dalam jumlah kecil di bagian Timur Sabah, Malaysia dekat Kinabatangan. Subspesies P. r. carimatae hanya terdapat di Pulau Karimata (Groves, 2001). Selain itu, lutung

(18)

6 Status Konservasi

Lutung merah adalah salah satu satwa liar yang dilindungi, hal ini sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 421/Kpts/Um/8/1970, SK Menteri Kehutanan tanggal 10 Juni 1991 No. 301/Kpts-II/1991. Status konservasi lutung merah ini terdaftar dalam Appendix II CITES (Nijman dan Meijaard, 2008). IUCN menyatakan status konservasi lutung merah adalah least concern, artinya rentan terhadap gangguan dan dikuatirkan akan punah apabila tidak dilakukan perlindungan dan pelestarian habitatnya (Supriatna dan Wahyono, 2000).

Perlindungan terhadap lutung merah makin dikuatkan dengan adanya UU Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Satwa langka tersebut tidak boleh diperjualbelikan. Menurut Antara News (2007), bagi pelaku perdagangan satwa dilindungi dapat dikenakan hukuman penjara maksimum lima tahun dan denda Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Tingkah Laku

Tingkah laku satwa adalah respon atau ekspresi satwa oleh adanya rangsangan atau stimulus atau agen yang mempengaruhinya. Terdapat dua macam rangsangan yaitu rangsangan dalam dan rangsangan luar. Rangsangan dalam antara lain adalah faktor fisiologis, sekresi hormon, faktor motivasi dan dorongan alat insentif sebagai akibat aktivitas. Rangsangan luar dapat berbentuk suara, pandangan, tenaga mekanis dan rangsangan kimia (Mukhtar, 1986). Sebagian besar satwa liar mempunyai berbagai aktivitas tingkah laku yang dapat dicobakan untuk suatu situasi, dengan demikian satwa belajar menerapkan salah satu aktivitas yang menghasilkan penyesuaian terbaik (Alikodra, 1990).

(19)

7 dan refraktoris. Tahap apetitif dapat sederhana atau kompleks, sering mencakup mencari dari tingkah laku yang diubah dan yang banyak dipelajari. Tahap konsumatoris relatif cenderung untuk konsisten, memperlihatkan sedikit perbedaan dari individu yang satu terhadap individu lain dan sebagian besar dapat instingtif. Tahap refraktoris mencakup hilangnya perhatian dan berhentinya aktivitas konsumatoris, meskipun kesempatan untuk memberi respon selalu ada (Tanudimadja dan Kusumamihardja, 1985).

Satwa liar mempunyai berbagai tingkah laku dan proses fisiologis untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya. Menurut Mukhtar (1986), aktivitas tingkah laku dapat dikelompokkan ke dalam sembilan sistem tingkah laku, yaitu : (1) tingkah laku ingestive atau tingkah laku makan dan minum; (2) tingkah laku shelter seeking atau mencari perlindungan adalah kecenderungan mencari kondisi lingkungan yang optimum dan menghindari bahaya; (3) tingkah laku agonistik atau tingkah laku persaingan antara dua satwa yang sejenis, umumnya terjadi pada saat musim kawin; (4) tingkah laku seksual yang merupakan tingkah laku peminangan (courtship), kopulasi dan hal-hal lain yang berkaitan dengan hubungan satwa jantan dan betina satu jenis; (5) care giving atau epimelitic adalah pemeliharaan terhadap anak (maternal behaviour); (6) care

soliciting atau et-epimelitic atau tingkah laku meminta dipelihara yang merupakan

tingkah laku individu muda untuk dipelihara oleh yang dewasa; (7) tingkah laku eliminative atau tingkah laku membuang kotoran; (8) tingkah laku allelomimetik

(20)

8 Tingkah Laku Makan

Secara umum hewan mempunyai tiga cara dalam memperoleh pakan, yaitu : (1) tetap berada di tempat dan pakan datang sendiri, (2) berjalan untuk mencari makan, dan (3) menjadi parasit bagi organisme lain. Tingkah laku makan dipengaruhi oleh faktor genetik, suhu lingkungan, jenis pakan yang tersedia dan habitat (Warsono, 2002). Tingkah laku makan disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar (pakan) dan rangsangan dari dalam (adanya kebutuhan atau rasa lapar). Tingkah laku ini berkembang sesuai dengan perkembangan dari proses belajar (Alikodra, 1990).

Menurut Tomaszewska et al. (1991), tingkah laku makan, minum dan kegiatan lain yang berhubungan dengan hal tersebut digolongkan ke dalam tingkah laku ingestif. Lutung merupakan satwa primata yang bersifat folivorus (pemakan dedaunan) dan gramnivorus (pemakan biji-bijian), maka umumnya pakannya adalah dedaunan dan biji-bijian, namun pencernaannya yang sangat panjang memungkinkannya untuk memakan buah-buahan, kuncup-kuncup daun muda dan pada kondisi tertentu memakan telur-telur burung. Tajuk hutan secara vertikal di daerah hutan hujan tropika sangat penting untuk penyediaan makanan primata (Rijksen, 1978). Dedaunan dan pucuk-pucuk daun ini terletak di ujung-ujung ranting pohon, posisi tubuh lutung akan berada di atas cabang yang besar dan meraih ranting tersebut atau lutung duduk di atas ranting lain yang masih mampu menopang tubuhnya, kemudian baru mengambil daun yang berada di cabang ranting lain (Fleagle, 1978). Daun yang dikonsumsi umumnya daun muda yaitu tiga lembar pucuk di bagian ranting, selanjutnya bunga dan buah. Daun, bunga, atau buah tersebut dapat diambil secara langsung dengan menggunakan mulut atau dengan cara memetiknya terlebih dahulu lalu dimasukkan ke dalam mulut. Daun dimakan satu persatu atau dengan cara menggabungkan dua atau lebih daun sekaligus untuk digigit, setiap gigitan dikunyah antara 10-30 kali (Prayogo, 2006).

Tingkah Laku Grooming

(21)

9 lutung, kegiatan ini terjadi antara induk dan anak, satu induk dengan induk lain, atau antara tiga individu, yaitu antara anak, induk dan individu dewasa lainnya (Eimerl dan de Vore, 1974). Kondisi ekologi juga mempengaruhi frekuensi interaksi sosial. Pada daerah yang subur, interaksi sosial akan lebih tinggi daripada di daerah yang kurang subur. Tingkah laku sosial pada primata umumnya berimbang antara persaingan dan kerjasama. Umumnya kegiatan memelihara, berkumpul dan tingkah laku kerjasama lainnya, pada semua jenis primata, dimulai pada saat masa anak-anak (Smuth et al., 1987).

Tingkah Laku Lokomosi

Menurut Fleagle (1978), pergerakan lutung dapat dibedakan menjadi empat berdasarkan penggunaan tungkainya, yaitu (1) quadrupedal : berjalan dan berlari, yaitu bergerak secara kontinyu, biasanya bergerak horizontal menggunakan keempat tungkainya; (2) leaping : melompat secara terputus-putus dan berlangsung sangat cepat, gerakan ini menggunakan dua tungkai belakang dan saat mendarat menggunakan tungkai depan atau tungkai belakang, gerakan ini bila dilakukan secara terus-menerus disebut hopping; (3) climbing : gerakan secara kontinyu, biasanya berupa gerakan vertikal menggunakan variasi antara keempat tungkainya, kedua tangannya digunakan untuk menarik tubuhnya ke atas sedangkan kedua kakinya digunakan untuk mendorong; dan (4) arm-swinging : gerak menggantung dan mengayun dari satu pohon ke pohon lainnya. Lutung merah (Presbytis rubicunda) bergerak secara quadrupedal.

Tingkah Laku Istirahat

(22)

10 lutung dan primata lainnya untuk mencerna dedaunan yang telah dikonsumsinya (Alikodra, 1990).

Tingkah Laku Reproduksi

Tingkah laku reproduksi lutung akan dimulai dengan lutung betina yang melakukan pergerakan secara berirama dari satu sisi ke sisi yang lain dan kemudian maju lalu menggerakkan kepalanya ke arah lutung jantan. Seekor lutung jantan tidak selalu mengawini seekor lutung betina yang menunjukkan tingkah laku ingin dikawini (birahi), namun ketika seekor lutung jantan mengawini lutung betina maka frekuensi perkawinan akan berlipat ganda. Jika dua lutung betina memohon untuk dikawini oleh seekor lutung jantan secara serempak, maka kedua betina tersebut akan dikawininya dan apabila seekor lutung jantan berpaling dari lutung betina yang ingin dikawini, maka lutung betina tersebut akan maju untuk melakukan pendekatan dengan lutung jantan (Bernstein, 1968).

Tingkah Laku Vokalisasi

(23)

11 Pakan Lutung

Pakan lutung umumnya adalah dedaunan, namun pencernaannya yang sangat panjang memungkinkannya untuk memakan buah-buahan, kuncup-kuncup daun muda, biji-bijian dan pada kondisi tertentu memakan telur-telur burung. Variasi pakan inilah yang mengakibatkan lutung disebut herbivora. Tajuk hutan secara vertikal di daerah hutan hujan tropika sangat penting untuk penyediaan pakan primata (Rijksen, 1978). Lutung memiliki gigi molar yang lebar dan besar, hal ini menunjukan adanya adaptasi anatomi terhadap berbagai jenis pakan (Suwelo, 1982). Lutung sebagai pemakan dedaunan memiliki saluran pencernaan yang rumit, namun keuntungannya ialah saluran tersebut dapat mencerna dedaunan yang tua. Hal ini terjadi karena di dalam perutnya terdapat banyak bakteri yang dapat mengubah selulosa dan melepaskan energi (MacDonald, 1984).

Menurut Smuth et al. (1987), semua primata memiliki kebutuhan yang sama dalam mendapatkan energi, asam amino, mineral, vitamin, air dan asam lemak tertentu. Namun, betina yang menyusui akan membutuhkan protein dan mineral yang lebih banyak dari yang tidak menyusui. Lutung makan dengan menggunakan kedua tangannya. Biasanya setelah mengambil pakan, lutung membawa pakannya ke atas atau batang pohon yang sengaja diletakkan di dalam kandang. Posisi yang sering dilakukan lutung ketika makan adalah posisi duduk di batang pohon dan makan di atas jeruji besi dengan posisi tangan kiri memegang besi dan tangan yang lainnya digunakan untuk memasukkan pakan ke dalam mulutnya (Nurwulan, 2002). Rataan konsumsi bahan kering di penangkaran yang dilaporkan Farida (2010), sejumlah 78,09 g/ekor/hari dan kebutuhan nutrisinya sebesar 6,31% abu, 12,06% protein kasar, 3,74% serat kasar dan 64,32% bahan ekstrak tanpa nitrogen.

Jenis Pakan

(24)

12 dapat digunakan oleh hewan (Tillman et al., 1991). Kandungan zat makanan pada pakan lutung merah dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Bahan Kering dan Nutrien Pakan Lutung Merah

Jenis Pakan

Laboratorium Pengujian Nutrisi Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong

3)

Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institiut Pertanian Bogor

Bahan pakan tersebut merupakan bahan pakan yang akan diberikan pada lutung merah di penangkaran.

Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea)

Bauhinia purpurea adalah spesies tanaman berbunga dari keluarga

(25)

13 Kegunaan dari tanaman bunga kupu-kupu adalah untuk mengobati demam, gangguan pencernaan, dan meredakan pertumbuhan kanker di perut (Janardhanan et al., 2003). Kandungan nutrisi daun bunga kupu-kupu dapat dilihat pada Tabel 1.

Beringin (Ficus benjamina)

Beringin banyak ditemukan di tepi jalan, pinggiran kota atau tumbuh di tepi jurang. Pohonnya besar dengan tinggi 20-25 m dan memiliki sistem perakaran tunggang. Batang pohon beringin berbentuk bulat tegak, dengan permukaan kasar dan berwarna cokelat kehitaman. Percabangan batangnya simpodial, pada batang keluar akar gantung (akar udara). Daunnya tunggal berwarna hijau, bertangkai pendek, dengan letak menyilang dan saling berhadapan. Panjang daunnya 3-6 cm, lebar 2-4 cm dan sistem pertulangan daunnya menyirip. Bunga beringin tunggal, keluar dari ketiak daun, dengan kelopak berbentuk corong, mahkota berbentuk bulat dan berwarna kuning kehijauan (Hutapea, 1994). Kandungan nutrisi daun beringin dapat dilihat pada Tabel 1.

Sawi Putih (Brassica rapa ssp. pekinensis)

(26)

14 Kacang Panjang (Vigna sinensis)

Kacang panjang berasal dari India dan Afrika Tengah. Kacang panjang merupakan tanaman perdu semusim. Daunnya majemuk tersusun atas tiga helai. Batangnya liat dan sedikit berbulu. Akarnya mempunyai bintil yang dapat mengikat nitrogen bebas dari udara. Bunga kacang panjang berbentuk kupu-kupu yang tangkai bunganya keluar dari ketiak daun. Setiap tangkai bunga mempunyai 3-5 bunga dengan warna bunga putih, biru, atau ungu. Buah kacang panjang berbentuk polong bulat panjang dan ramping. Panjang polong sekitar 10-80 cm. Warna polong hijau muda sampai hijau keputihan dan setelah tua warna polong putih kekuningan. Pada satu polong dapat terisi 8-20 biji kacang panjang (Haryanto et al., 2007). Komposisi nutrisi kacang panjang dapat diihat pada Tabel 1.

Pisang Siam (Musa paradisiaca)

Pisang siam merupakan salah satu kultivar dari tanaman pisang yang termasuk dalam kelompok ABB (triploid). Pisang siam berdasarkan cara konsumsi buahnya termasuk dalam kelompok pisang yang langsung dapat dikonsumsi dan pisang olahan (Valmayor et al., 2000). Pisang mempunyai kandungan gizi yang baik dan menyediakan energi cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain. Mineral yang terdapat dalam buah pisang antara lain kalium, magnesium, fosfor, besi dan kalsium. Buah pisang juga mengandung vitamin B kompleks, B6, C dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak (Simmond, 1986). Komposisi nutrisi pisang siam ditunjukkan pada Tabel 1.

Apel Malang (Malus domestica)

(27)

15 mempunyai lima sekat tidak nyata dengan pucuk buah yang berlekuk dangkal sampai agak dalam. Kulit buah apel malang berpori agak tebal dan kasar. Bagian kulit yang terkena sinar matahari biasanya berwarna merah, sedangkan yang tidak terkena sinar matahari berwarna hijau. Aroma buahnya tidak tajam dan rasanya segar karena mengandung cukup banyak air. Daging buahnya agak kasar dengan warna kekuningan (Yulianti et al., 2007). Komposisi nutrisi apel malang ditunjukkan pada Tabel 1.

Jambu Biji (Psidium guajava)

Jambu biji atau sering disebut juga dengan jambu batu, jambu siki dan jambu klutuk adalah tanaman tropis yang berasal dari Brazil. Tanaman ini disebarkan ke Indonesia melalui negara Thailand. Jambu biji memiliki kulit buah yang berwarna hijau. Daging buahnya berwarna putih atau merah dan berasa asam-manis. Buah jambu biji dikenal mengandung banyak vitamin C (Astawan dan Kasih, 2008). Komposisi nutrisi jambu biji ditunjukkan pada Tabel 1.

Ubi jalar (Ipomoea batatas)

Ubi jalar tergolong dalam tanaman umbi-umbian dari tumbuhan semak bercabang. Tanaman ini memiliki batang yang gundul, terkadang membelit dan bergetah. Daunnya berbentuk segitiga berlekuk dan menjadi 3-5 lekukan dengan tangkai yang panjang. Bunganya berbentuk payung dan terdapat di setiap ketiak tangkai daun. Ubi jalar dikenal mengandung banyak betakaroten dan vitamin A yang tinggi. Selain itu, ubi jalar juga mengandung banyak karbohidrat (75-90%) yang terdiri dari pati (60-80% berat kering), gula (4-30% berat kering), selulosa, hemiselulosa dan pektin (Harli, 2000). Komposisi nutrisi ubi jalar ditunjukkan pada Tabel 1.

Pemilihan dan Konsumsi Pakan

(28)

16 dalam tubuh (Sutardi, 1980). Aktivitas konsumsi meliputi proses mencari makan, mengenal dan mendekati pakan, proses bekerjanya indera hewan terhadap pakan, proses memilih pakan dan proses menghentikan pakan. Produktivitas hewan salah satunya dapat dilihat dari jumlah konsumsi. Konsumsi pakan akan bertambah jika diberikan pakan yang berdaya cerna lebih tinggi daripada pakan yang berdaya cerna rendah (Arora, 1989). Iklim yang sangat ekstrim berpengaruh terhadap konsumsi hewan, apabila iklim panas maka konsumsinya akan menurun, sebaliknya apabila iklim dingin maka jumlah konsumsi akan meningkat (Tomaszewska et al., 1991).

(29)

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian tentang tingkah laku harian lutung merah jantan ini dilakukan di Penangkaran Mamalia, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong. Pelaksanaannya dari bulan Agustus-September 2010.

Materi

Hewan

Hewan percobaan yang digunakan adalah satu ekor lutung merah jantan (Presbytis rubicunda), berumur kurang lebih tiga tahun. Lutung merah yang

digunakan berasal dari hewan tangkapan.

Kandang

Kandang yang digunakan adalah kandang individu berukuran panjang 225 cm, lebar 200 cm dan tinggi 249 cm. Kandang individu tersebut mencakup kandang aktivitas dan dilengkapi dengan kandang tidur, berupa kotak yang terbuat dari tripleks, tempat pakan dan minum.

Gambar 2. Lutung Merah Jantan dalam Kandang

(30)

18 Peralatan

Alat-alat yang digunakan adalah termohigrometer, kamera digital, jam tangan atau pencatat waktu, counter, peralatan kebersihan (sapu, sapu lidi, pengki, selang air), timbangan portable dan alat tulis.

Pakan

Pakan yang digunakan terdiri atas delapan jenis pakan, yaitu daun bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), daun beringin (Ficus benjamina), sawi putih (Brassica rapa ssp. pekinensis), kacang panjang (Vigna sinensis), pisang siam (Musa

paradisiaca), apel malang (Malus domestica), jambu biji (Psidium guajava) dan ubi

jalar (Ipomoea batatas). Pemberian pakan di kandang lutung dilakukan pada pukul 10.00 WIB.

Prosedur

Pada awal penelitian dilakukan penelitian preliminary yaitu penelitian pendahuluan yang dilakukan selama sepuluh hari untuk adaptasi dan penetapan selang waktu pengamatan. Pengamatan dilakukan mulai pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00 WIB. Waktu pengamatan dibagi menjadi tiga periode yaitu pagi hari (06.00-10.00 WIB), siang hari (10.00-14.00 WIB) dan sore hari (14.00-18.00 WIB). Setiap periode pengamatan dibagi lagi dengan interval waktu selama 15 menit. Aktivitas yang diamati, kemudian dicatat menggunakan metode one zero sampling (Martin dan Bateson, 1988), yaitu apabila ada aktivitas diberi nilai satu, sedangkan apabila tidak ada aktivitas diberi nilai nol.

(31)

19 Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati adalah sebagai berikut : 1. Aktivitas makan

a. Tingkah laku ingestive yang meliputi : aktivitas makan dan aktivitas minum. b. Tingkah laku eliminative, yaitu aktivitas membuang kotoran yang meliputi :

aktivitas defekasi (aktivitas membuang feses) dan aktivitas urinasi (aktivitas membuang urin).

2. Aktivitas selain aktivitas makan

a. Aktivitas bergerak (lokomosi), yaitu aktivitas menggerakkan tubuh dengan cara berpindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain.

b. Aktivitas grooming meliputi : aktivitas membersihkan diri dan aktivitas berinteraksi dengan hewan lainnya.

c. Aktivitas vokalisasi, adalah terjadi ketika hewan bersuara.

d. Aktivitas istirahat, adalah terjadi ketika hewan tidak melakukan aktivitas dan hanya melakukan metabolisme basal.

3. Ranking pemilihan pakan, yaitu urutan pengambilan pakan dari yang pertama hingga terakhir dipilih.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif yaitu dengan menghitung rata-rata dan simpangan baku.

Persentase Tingkah Laku

Persentase tingkah laku setiap aktivitas dihitung dengan menggunakan rumus: Persentase Aktivitas = x

y × 100%

x

= rata-rata nilai tingkah laku selama pengamatan

(32)

20 Ranking Pemilihan Pakan

Ranking pemilihan pakan adalah urutan pengambilan dan intake pakan oleh lutung merah jantan. Ranking pemilihan pakan diperoleh dari :

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum

Kondisi Penangkaran

Penangkaran Mamalia, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong, Bogor terletak di Jalan Raya Bogor-Jakarta KM 46, Desa Sampora, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Penangkaran Mamalia merupakan bagian dari Bidang Zoologi sebagai tempat konservasi fauna Indonesia, khususnya untuk jenis fauna mamalia. Penangkaran mamalia ini mempunyai visi untuk mewujudkan model konservasi ex situ menjadi referensi nasional dalam pengelolaan satwa liar.

Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan yang berada di sekitar kandang terdiri dari lokasi kandang, tingkat kebisingan, suhu dan kelembaban. Hal ini merupakan faktor yang sangat penting dan perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi aktivitas lutung yang diamati. Lokasi kandang lutung ditempatkan dekat dengan kandang satwa lainnya, seperti lutung jawa, kuskus dan oposum layang. Tingkat kebisingan yang terdapat di sekitar kandang ditimbulkan oleh suara-suara yang berasal dari lingkungan sekitar, seperti suara satwa lain dan suara manusia. Suara yang paling mengganggu adalah suara lalu-lalang kendaraan, intensitasnya cukup sering yaitu sekitar tiga puluh menit sekali. Hal ini sangat mengganggu aktivitas lutung dan sering membuat lutung ketakutan atau stres. Keadaan ketakutan atau stres yang dialami oleh lutung ditunjukkan dengan sikap atau gerakan yang tiba-tiba menjadi aktif, berupa lokomosi dan vokalisasi. Kehadiran orang asing di penangkaran juga merupakan hal yang mengganggu dari lingkungan sekitar yang mempengaruhi aktivitas lutung.

(34)

22 Rataan kelembaban untuk pagi, siang dan sore berturut-turut sebesar 89,43%, 85,50% dan 92,89%. Menurut Sukandar (2004), kondisi suhu lingkungan di habitat alami lutung berkisar antara 20-30 0C dan kelembaban sekitar 80%, sehingga dapat dikatakan bahwa suhu udara di penangkaran cukup optimum sedangkan kelembabannya kurang optimum. Suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada pagi hari menyebabkan udara sangat dingin. Kondisi seperti ini akan menyebabkan lutung banyak melakukan pergerakan untuk menjaga panas tubuhnya. Suhu pada siang hari yang cukup panas (26,93 oC) dan kelembaban yang rendah (85,50%) menyebabkan lutung tidak banyak melakukan aktivitas lokomosi dan banyak melakukan aktivitas istirahat. Pada sore hari, perubahan suhu dan kelembaban tidak berbeda jauh dengan suhu dan kelembaban pada siang hari, sehingga aktivitas lutung pada sore hari hampir sama dengan aktivitas lutung pada siang hari.

Kondisi Kandang

Kandang lutung merah jantan yang digunakan di Penangkaran Mamalia, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI terbuat dari dua lapis kawat besi kasa dengan ukuran lubang masing-masing 2,7 cm dan 0,7 cm dan tebal kawat 0,1 cm dan 0,01 cm. Atap kandang terbuat dari genteng yang menutupi semua bagian kandang tersebut, sehingga tipe kandang ini dinamakan sebagai kandang tertutup. Kandang yang digunakan adalah kandang individu, yaitu setiap kandang hanya dihuni oleh seekor lutung. Kandang individu tersebut berukuran panjang 225 cm, lebar 200 cm dan tinggi 249 cm. Perlengkapan yang terdapat dalam kandang adalah tempat pakan, tempat minum, kotak tidur dan batang-batang kayu yang digunakan lutung untuk bergelantungan atau beraktivitas.

(35)

23 dialirkan dalam selang. Sumber air pun tidak sulit untuk diperoleh dan selalu tersedia sepanjang musim.

Aktivitas Tingkah Laku Lutung Merah Jantan

Lutung merupakan satwa diurnal, yaitu satwa yang aktif pada pagi hingga sore hari. Pengamatan aktivitas lutung merah jantan dilakukan mulai dari pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00 WIB. Aktivitas lutung dimulai dengan bangun pagi hari kemudian melakukan aktivitas lokomosi. Hasil pengamatan lutung pada penelitian ini sama dengan hasil yang diperoleh dari penelitian Prayogo (2006) yang dilakukan di Taman Margasatwa Ragunan, yaitu bahwa lutung memulai aktivitas dengan bangun pagi, kemudian melakukan pergerakan untuk mencari pakan. Hal ini terjadi karena suhu udara yang sangat dingin pada pagi hari, sehingga lutung perlu penyesuaian diri dengan melakukan pergerakan untuk meningkatkan panas tubuhnya agar tidak kedinginan. Aktivitas lain yang dilakukan setelah lutung bangun pagi adalah aktivitas grooming, defekasi dan urinasi.

(36)

24 Gambar 3. Persentase Aktivitas Harian Lutung Merah Jantan Selama

Pengamatan

Data hasil pengamatan yang terdapat pada Gambar 3 menunjukkan aktivitas tertinggi pada lutung merah jantan adalah aktivitas istirahat, yaitu sebesar 32,13%. Hasil yang diperoleh dalam pengamatan ini sama dengan hasil yang diperoleh dari penelitian Ruhiyat (1983), yang menyatakan bahwa aktivitas istirahat mendominasi semua aktivitas yang dilakukan surili (Presbytis aygula), yaitu sebesar 80% dari total semua aktivitas. Persentase aktivitas istirahat yang tinggi tersebut diakibatkan oleh suhu udara lingkungan sekitar yang tinggi. Kondisi suhu udara yang cukup panas membuat lutung banyak melakukan aktivitas istirahat, seperti duduk dan tidur. Suhu udara waktu siang hari (26,93 oC) menyebabkan lutung malas untuk bergerak untuk mengurangi pengeluaran panas tubuh. Aktivitas istirahat satwa primata di alam sebesar 32%. Aktivitas tersebut bukan aktivitas tertinggi di alam. Aktivitas tertinggi di alam adalah aktivitas makan (Duma, 2007). Hal ini terjadi karena pemberian pakan di penangkaran sudah disediakan, sehingga lutung hanya tinggal memakan jenis pakan yang tersedia. Dengan demikian lutung tidak perlu mencari pakannya sendiri.

(37)

25 Aktivitas lokomosi adalah perpindahan atau pergerakan lutung dari suatu tempat ke tempat lain. Nilai persentase aktivitas lokomosi yang diperoleh adalah sebesar 13,36%. Aktivitas lokomosi satwa primata di alam dapat mencapai 27% (Chivers, 2001). Hal ini terjadi karena satwa primata di alam harus mencari pakan, sedangkan di penangkaran pakan telah tersedia. Selain itu, luasan kandang yang terbatas di penangkaran menyebabkan lutung lebih sedikit melakukan aktivitas lokomosi apabila dibandingkan dengan aktivitas lokomosi lutung di alam.

Aktivitas vokalisasi merupakan tingkah laku lutung yang diungkapkan atau diekspresikan melalui suara. Nilai persentase aktivitas vokalisasi sebesar 12,66%. Aktivitas vokalisasi pada lutung selama pengamatan terjadi pada saat lutung lapar, istirahat dan adanya gangguan atau ancaman dari luar, seperti kehadiran orang asing di penangkaran. Aktivitas vokalisasi sering dilakukan di alam karena lutung merupakan satwa yang hidup secara berkelompok. Aktivitas vokalisasi digunakan oleh lutung untuk berkomunikasi dengan lutung lain dalam satu kelompok tersebut (Supriatna et al., 1986).

Aktivitas makan mempunyai nilai persentase sebesar 8,36%. Aktivitas makan pada satwa primata di alam lebih tinggi apabila dibandingkan dengan aktivitas makan di penangkaran. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Putra (1993) yang dilakukan di Cagar Alam Situ Patengan, yang menyatakan bahwa persentase aktivitas makan pada surili (Presbytis comata comata) sebesar 29,98%. Ketersediaan pakan yang beraneka ragam di alam mengakibatkan satwa dapat dengan bebas mendapatkannya, sebaliknya pakan yang tersedia di penangkaran membuat satwa primata terbatas dalam pemilihan pakan.

Aktivitas eliminasi yang meliputi aktivitas defekasi dan urinasi memiliki nilai persentase sebesar 1,11% dan 2,17%. Aktivitas urinasi dan defekasi biasanya dilakukan dengan posisi duduk atau jongkok dan biasanya sudah terbiasa dilakukan di suatu tempat tertentu, misalnya berjongkok di pinggir kotak tidur, tempat pakan, ataupun di atas batang kayu, tempat lutung bergelantungan. Aktivitas defekasi rata-rata diawali dengan aktivitas urinasi.

(38)

26 telah mencukupi kebutuhan air pada lutung. Frekuensi minum lutung sangat jarang dan biasanya hanya dilakukan setelah aktivitas makan selesai (Putra, 1993).

Aktivitas yang Berhubungan Langsung dengan Pola Makan Lutung Aktivitas yang berhubungan langsung dengan pola makan, meliputi aktivitas makan (8,36%), minum (0,43%), urinasi (2,17%) dan defekasi (1,11%). Persentase dan alokasi waktu dari aktivitas makan, minum, urinasi dan defekasi dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Aktivitas Lutung yang Berhubungan Langsung dengan Pola Makan Lutung Merah Jantan

Aktivitas makan mendominasi seluruh kegiatan yang berhubungan langsung dengan pola makan lutung merah jantan kemudian diikuti aktivitas urinasi, defekasi dan minum.

Aktivitas Makan

Tingkah laku makan lutung diawali dengan pemilihan jenis pakan yang diberikan. Hasil penelitian Nurwulan (2002), menyatakan bahwa lutung biasanya

(39)

27 makan dengan posisi tubuh bergelantungan di atas pohon. Namun pada hasil pengamatan ini, lutung makan dengan posisi tubuh duduk di pinggir tempat pakan. Hasil pengamatan pada penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Pratiwi (2008) yang menyatakan bahwa aktivitas makan lutung di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog dilakukan dengan cara duduk di atas tempat pakan sampai pakan tersebut hampir semuanya habis. Menurut Alikodra (1990), pakan yang diberikan pada lutung biasanya langsung dimakan di tempat atau dekat tempat pakan diletakkan. Pakan yang diberikan jarang dibawa ke tempat lain untuk dimakan, kecuali saat makan dekat dengan individu yang dianggap akan membahayakan. Cara pengambilan pakan oleh lutung dilakukan dengan menggunakan kedua tangannya, kemudian memasukkannya ke dalam mulut.

Pemberian pakan lutung di penangkaran dilakukan dengan cara pakan disiapkan setengah jam sebelumnya setelah itu pakan diletakkan di luar kandang. Hal ini mengakibatkan lutung menjadi aktif bergerak dan bersuara karena adanya rangsangan dari luar berupa pakan. Pakan tersebut lalu dimasukkan ke dalam kandang individu yang kosong yang terletak berhadapan dengan kandang lutung. Kandang individu lutung yang berisi pakan dan kandang lutung dibuka pintunya agar lutung bergerak menghampiri kandang individu lutung yang berisi pakan, kemudian pintu kandang individu lutung yang berisi pakan ditutup kembali setelah lutung berada pada kandang tersebut. Beberapa saat dilakukan pemilihan pakan terlebih dahulu oleh lutung sebelum akhirnya pakan tersebut dimakan.

(40)

28 yang diberikan langsung dimakan dan hanya sedikit yang tersisa. Waktu yang diperlukan lutung untuk makan sekitar 45 sampai 60 menit. Biasanya aktivitas makan ini diakhiri dengan aktivitas minum, setelah itu lutung melakukan aktivitas lain seperti lokomosi, grooming dan istirahat.

Aktivitas makan lutung dimulai pada pukul 09.00 WIB, aktivitas makan tersebut cukup rendah karena lutung hanya memanfaatkan sisa-sisa pakan pada hari sebelumnya. Peningkatan aktivitas makan lutung terjadi pada pukul 10.00-11.00 WIB yaitu pada waktu pemberian pakan. Aktivitas makan tertinggi juga dicapai pada waktu tersebut sebesar 7,95% (Gambar 4). Tingginya aktivitas makan lutung disebabkan oleh rangsangan rasa lapar. Pemberian pakan lutung juga pernah dilakukan dua kali saat penelitian preliminary, yaitu pada pukul 10.00 WIB dan 14.00 WIB, akan tetapi pada saat pemberian pakan yang kedua didapatkan lutung tidak mau makan bahkan tidak mau menghampiri tempat pakan. Hal ini mengindikasikan bahwa lutung memiliki tingkah laku makan yang terkonsentrasi pada waktu tertentu. Pernyataan tersebut didukung oleh Alikodra (1990), yang menyatakan bahwa aktivitas makan lutung di alam dilakukan pada pagi hari, istirahat pada siang hari, sedangkan aktivitas bergerak mencari pohon untuk tidur dilakukan pada sore hari.

Gambar 5. Aktivitas Makan pada Lutung Merah

(Sumber : Irawan, 2010)

(41)

29 penelitian ini ditemukan tingkah laku lain yang bersamaan dengan tingkah laku makan dari lutung, yaitu tingkah laku lokomosi dan tingkah laku grooming. Tingkah laku lokomosi terjadi karena pakan yang dibuang akibat pemilihan pakan oleh lutung diambil kembali untuk dimakan. Tingkah laku grooming terjadi bersamaan saat lutung melakukan tingkah laku makan yaitu lutung mengusap-usap wajahnya saat makan.

Aktivitas Minum

Aktivitas minum merupakan aktivitas yang paling rendah dari seluruh aktivitas yang dilakukan oleh lutung. Nilai total persentase aktivitas minum sebesar 0,43% dari keseluruhan aktivitas harian lutung (Gambar 3). Aktivitas minum pada lutung berlangsung sekitar 0,5-2 menit. Tingkah laku minum pada lutung dilakukan dengan cara lutung bergerak menghampiri tempat minum kemudian lutung mendekatkan mulutnya pada tempat air. Posisi tubuh saat minum dilakukan dengan cara duduk atau jongkok dan posisi kedua tangan lutung memegang sisi dari tempat minum lalu air minum dihisap atau disedot dengan menggunakan mulut dan lidahnya.

(42)

30 Gambar 6. Aktivitas Minum pada Lutung Merah

(Sumber : Irawan, 2010)

Menurut Almatsier (2005), konsumsi air minum ada kaitannya dengan rasa haus dan rasa kenyang. Hal ini sesuai dengan data hasil pengamatan pada pukul 10.00-11.00 WIB dan 11.00-12.00 WIB. Pada pukul 10.00-11.00 WIB menunjukkan aktivitas makan yang tinggi sehingga menyebabkan aktivitas minum rendah. Rendahnya aktivitas minum ini diakibatkan karena kandungan air dalam pakan sudah cukup tinggi. Pada pukul 11.00-12.00 WIB menunjukkan aktivitas makan yang cukup rendah sehingga menyebabkan aktivitas minum yang tinggi.

Aktivitas Urinasi

(43)

31 Gambar 7. Aktivitas Urinasi dan Defekasi pada Lutung Merah

(Sumber : Irawan, 2010)

Aktivitas urinasi tertinggi dicapai pada pukul 09.00-10.00 WIB, yaitu sebesar 0,41% (Gambar 4). Hasil ini sama dengan hasil penelitian Prayogo (2006), yang menunjukan bahwa aktivitas urinasi lutung dengan nilai tertinggi adalah pada pukul 08.00-10.00 WIB. Tingginya aktivitas urinasi lutung pada pagi hari dipengaruhi oleh keadaan udara yang cukup dingin. Suhu udara 25,64 oC dan kelembaban 89,43% pada pagi hari menyebabkan lutung perlu penyesuaian diri terhadap kondisi suhu udara tersebut melalui urinasi agar panas tubuhnya tetap stabil. Aktivitas urinasi yang tinggi juga dipengaruhi dari konsumsi pakan yang dicerna dan tidak termetabolisme dalam tubuh sehingga dikeluarkan melalui urin.

Aktivitas Defekasi

Aktivitas defekasi merupakan aktivitas membuang kotoran yang berbentuk padat. Aktivitas defekasi mulai dilakukan semenjak lutung memulai aktivitasnya pada pagi hari, seperti aktivitas urinasi. Tingkah laku dan posisi tubuh lutung saat melakukan defekasi mirip seperti posisi ketika lutung melakukan urinasi, yaitu dilakukan dengan cara jongkok atau setengah duduk. Aktivitas defekasi pada lutung biasanya dilakukan di tempat tertentu, seperti aktivitas urinasi, yaitu di atas batang kayu tempat lutung bergelantungan, di pinggir kotak tidur dan di pinggir tempat pakan. Aktivitas defekasi lutung dapat dilihat pada Gambar 7.

(44)

32 pencernaan konsumsi pakan pada hari sebelumnya yang tidak dicerna dan tidak digunakan lagi oleh tubuh, sehingga harus dikeluarkan pada keesokan harinya. Bentuk feses yang normal pada lutung adalah berbentuk bulat panjang agak lonjong dan cukup padat. Feses yang dikeluarkan terkadang tidak normal, yaitu feses berbentuk cair dan agak lembek. Hal ini diduga dari bahan pakan atau sistem pencernaan lutung yang sedang terganggu.

Aktivitas yang Mempengaruhi Pola Makan Lutung

Aktivitas yang mempengaruhi pola makan lutung terdiri dari aktivitas lokomosi (13,36%), grooming (29,77%), vokalisasi (12,66%) dan istirahat (32,13%). Persentase dan alokasi waktu dari aktivitas lokomosi, grooming, vokalisasi dan istirahat dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Aktivitas Lutung yang Mempengaruhi Pola Makan Lutung Merah Jantan

(45)

33 Aktivitas Lokomosi

Aktivitas lokomosi pada lutung merupakan aktivitas pergerakan atau perpindahan yang dilakukan oleh lutung dari suatu titik ke titik yang lain. Aktivitas lokomosi ini dapat dilakukan dengan cara berjalan, berlari, melompat dan bergelantung. Pergerakan lutung yang paling sering dilakukan adalah quadrupedal, yaitu berjalan dengan menggunakan keempat tungkainya yang

dilakukan dengan arah horizontal maupun vertikal (Fleagle, 1978). Lutung melakukan gerakan berjalan dengan keempat tungkainya dari sudut kandang ke sudut kandang lainnya atau ketika mengelilingi bagian dalam kandang dan dilakukan secara berulang kali. Gerakan bergelantung sangat jarang dilakukan, namun sering dijumpai pergerakan lutung yang berjalan di atas dinding kandang dan dibagian dasar kandang.

(46)

34 Gambar 9. Aktivitas Lokomosi pada Lutung Merah

(Sumber : Irawan, 2010)

Aktivitas lokomosi dilakukan pertama kali setelah lutung terbangun dari tidurnya di pagi hari. Aktivitas tertinggi terjadi pada pukul 10.00-11.00 WIB, yaitu sebesar 3,03% (Gambar 8). Aktivitas lokomosi yang tinggi pada waktu tersebut terjadi karena lutung mendapatkan rangsangan dari luar berupa pakan. Lutung menjadi aktif bergerak karena lutung mempunyai rangsangan rasa lapar dan keinginan untuk mendapatkan pakan tersebut. Pemberian pakan membuat lutung harus bergerak karena pakan yang diberikan berada pada kandang individu lutung yang kosong, yang terletak berhadapan dengan kandang lutung. Selain itu, aktivitas lokomosi juga dipengaruhi oleh suhu udara yang rendah (25,64oC) dan kelembaban yang tinggi (89,43%) pada pagi hari. Kondisi lingkungan seperti ini akan menyebabkan udara yang dingin, sehingga lutung banyak melakukan aktivitas lokomosi untuk menjaga panas tubuhnya agar tetap stabil.

Aktivitas lokomosi paling rendah terjadi pada pukul 12.00-13.00 dan 13.00-14.00 WIB, yaitu sebesar 0,18% (Gambar 8). Cuaca yang panas pada siang hari dengan temperatur sebesar 26,93 oC dan kelembaban sebesar 85,50% menyebabkan lutung banyak kehilangan energi tubuh, sehingga untuk menghindari hal tersebut lutung mengurangi aktivitas lokomosi dan banyak melakukan aktivitas istirahat.

Aktivitas Grooming

(47)

35 lebih banyak dilakukan pada bagian tangan, kaki dan ekor. Selain itu terdapat juga kebiasaan lain, yaitu meraba dan mengusap-usap bagian anus dan alat kelaminnya ketika lutung selesai melakukan aktivitas urinasi dan defekasi. Aktivitas seperti ini dimasukkan ke aktivitas grooming. Aktivitas grooming lutung dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Aktivitas Grooming pada Lutung Merah

(Sumber : Irawan, 2010)

Menurut Prayogo (2006), aktivitas grooming dibedakan menjadi dua macam, yaitu autogrooming dan allogrooming. Autogrooming adalah merawat diri yang dilakukan sendiri, sedangkan allogrooming adalah merawat diri yang dilakukan bersama individu lain. Satwa primata pada umumnya hidup berkelompok, sehingga aktivitas grooming akan dilakukan bersama-sama individu lainnya. Aktivitas grooming yang dilakukan lutung di penangkaran adalah autogrooming karena lutung ditempatkan pada kandang individu sehingga

aktivitas grooming dilakukan sendiri.

Aktivitas grooming biasanya dilakukan pada pagi hari ketika lutung mulai bangun dari tidurnya, selain itu lutung melakukan grooming pada waktu selesai makan, minum, urinasi dan defekasi. Aktivitas grooming lutung di penangkaran sering dijumpai bersamaan dengan aktivitas makan, seperti mengusap-usap wajah saat lutung sedang makan. Aktivitas grooming tertinggi terjadi pada pukul 16.00-17.00 WIB, menjelang aktivitas istirahat total atau tidur, yaitu sebesar 6,11% (Gambar 8). Aktivitas grooming juga sering dilakukan disela-sela aktivitas istirahat, seperti saat duduk.

(48)

36 diakibatkan karena lutung biasanya sudah mulai tidur dalam kandang. Hal ini didukung oleh pernyataan Alikodra (1990), yang menyatakan bahwa aktivitas makan lutung di alam dilakukan pada pagi hari, istirahat pada siang hari, sedangkan aktivitas bergerak mencari pohon untuk tidur dilakukan pada sore hari.

Aktivitas Vokalisasi

Aktivitas vokalisasi merupakan ekspresi atau ungkapan tingkah laku satwa yang dinyatakan melalui suara terhadap lingkungan atau keadaan sekitar. Vokalisasi adalah salah satu karakteristik yang dimiliki oleh satwa arboreal pemakan daun karena merupakan sistem isyarat yang efektif bagi kelompok yang tidak dapat saling melihat (de Vore, 1979). Aktivitas vokalisasi lutung dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Aktivitas Vokalisasi pada Lutung Merah

(Sumber : Irawan, 2010)

Aktivitas vokalisasi lutung selama pengamatan dimulai pada pukul 06.00 sampai dengan pukul 13.00 WIB kemudian aktif lagi pada pukul 15.00 sampai dengan pukul 18.00 WIB (Gambar 8). Aktivitas vokalisasi pada pagi hari terjadi karena lutung merah merasa lapar sehingga lutung bersuara untuk mendapatkan pakan. Selain itu, disebabkan juga karena lutung merasa terganggu oleh aktivitas manusia yang bekerja atau lalu-lalang di sekitar lokasi kandang. Hal ini didukung dari hasil penelitian yang dilakukan Supriatna et al. (1986) pada lutung merah (Presbytis rubicunda) di Cagar Alam Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, yang

(49)

37 mencari pakan dan melakukan panggilan peringatan apabila mereka melihat adanya penyusup atau gangguan.

Aktivitas vokalisasi tertinggi terjadi pada pukul 16.00-17.00 WIB sebesar 4,04% (Gambar 8). Aktivitas vokalisasi pada sore hari dikarenakan lutung akan memulai melakukan aktivitas istirahat panjang atau tidur. Aktivitas vokalisasi lutung merah di alam pada sore hari dilakukan untuk memanggil kelompok-kelompok kecilnyaagar berkumpul kembali untuk beristirahat setelah mencari pakan karena lutung merupakan satwa diurnal. Aktivitas vokalisasi ini dilakukan oleh lutung merah jantan dewasa dalam kelompok tersebut (Supriatna et al., 1986).

Aktivitas Istirahat

Aktivitas istirahat terbagi kedalam dua jenis, yaitu istirahat total dan istirahat sementara. Istirahat total berarti lutung melakukan posisi badan seperti duduk, diam tak bergerak dan tidur. Sedangkan istirahat sementara adalah keadaan atau posisi badan yang tidak bergerak yang dilakukan diantara aktivitas hariannya, misalnya antara aktivitas lokomosi dan grooming. Aktivitas istirahat sementara dilakukan lutung dalam waktu yang singkat dibandingkan dengan aktivitas istirahat total.Waktu istirahat penting dilakukan oleh lutung dan primata lainnya untuk mencerna pakan yang telah dikonsumsinya (Alikodra, 1990). Aktivitas istirahat biasa dilakukan lutung setelah selesai melakukan aktivitas makan, ketika suhu udara tinggi dan pada waktu sore hari.

(50)

38 Gambar 12. Aktivitas Istirahat pada Lutung Merah

(Sumber : Irawan, 2010)

Aktivitas istirahat memiliki persentase yang paling tinggi dibandingkan dengan jumlah aktivitas lainnya, yaitu sebesar 32,13% (Gambar 3). Aktivitas istirahat tersebut terdiri dari aktivitas istirahat total sebesar 9,04% dan aktivitas istirahat sementara sebesar 23,09%. Hasil penelitian dari Pratiwi (2008) di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog juga menunjukkan hal yang serupa, yaitu aktivitas tertinggi dari lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) didominasi oleh aktivitas istirahat sebesar 28,19% dari seluruh aktivitas yang diamati. Hal ini didukung juga dari hasil penelititan yang dilakukan Prayogo (2006) di Taman Margasatwa Ragunan, yang menyatakan bahwa persentase aktivitas istirahat lutung perak (Trachypithecus cristatus) mempunyai nilai tertinggi dibandingkan dengan aktivitas-aktivitas lainnya, yaitu sebesar 25,94%.

Hasil pengamatan menunjukan bahwa aktivitas istirahat tertinggi terjadi pada pukul 16.00-17.00 WIB, yaitu sebesar 4,02% (Gambar 8). Tingginya aktivitas istirahat pada waktu tersebut akibat dari proses pencernaan pakan yang dikonsumsi lutung. Aktivitas istirahat terendah terjadi pada pukul 10.00-11.00 WIB, yaitu sebesar 0,51% (Gambar 8). Hal ini terjadi karena pada waktu tersebut pakan mulai diberikan sehingga lutung banyak melakukan aktivitas makan.

Pemilihan Pakan

(51)

39 cukup tinggi terhadap pakan yang tersedia, sehingga satwa akan lebih banyak memakan jenis pakan yang paling disukainya. Tingkat palatabilitas pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu aroma, tekstur, suhu, rasa dan kandungan nutrisi.

Jenis pakan yang diberikan pada penelitian ini terdiri atas delapan macam, yaitu daun beringin, daun bunga kupu-kupu, sawi putih, kacang panjang, pisang siam, apel malang, jambu biji dan ubi jalar. Kacang panjang yang diberikan dipotong dengan ukuran kurang lebih 10 cm untuk memudahkan lutung dalam memakan pakan tersebut. Pemberian ubi jalar sudah biasa dijadikan sebagai pakan lutung di penangkaran. Ubi jalar dan pisang siam yang diberikan, kulit buahnya dikupas terlebih dahulu. Bunga tanaman daun bunga kupu-kupu terkadang diikutsertakan saat pemberian daun bunga kupu-kupu.

Urutan pemilihan pakan digunakan sebagai pendekatan untuk mengetahui tingkat kesukaan pakan yang diberikan. Urutan ranking pakan atau ranking jenis pakan yang diberikan pada lutung merah jantan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Urutan Pemilihan Pakan pada Lutung Merah Jantan

Jenis Pakan Rata-rata Ranking

Daun beringin 1,68 1

Keterangan : angka 1 sampai dengan angka 8 menunjukkan nomor urutan pemilihan pakan dari pakan yang pertama kali dipilih sampai pakan yang terakhir dipilih untuk dikonsumsi.

(52)

40 dan kacang panjang. Pakan yang diberikan pada pagi hari biasanya sebagian besar langsung habis dimakan. Pakan yang kurang disukai, seperti sawi putih, daun bunga kupu-kupu dan kacang panjang masih tersisa dalam jumlah sedikit. Waktu makan lutung berkisar antara 45 sampai 60 menit dan selama jangka waktu tersebut jenis pakan yang diberikan hampir semuanya habis dimakan.

Daun beringin menjadi pilihan pakan yang paling disukai oleh lutung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rijksen (1978), yaitu lutung merupakan spesies folivorus, sehingga pakan yang dikonsumsinya berupa dedaunan. Daun beringin yang dimakan berupa daun yang muda atau pucuk daun karena lutung biasanya mengonsumsi dedaunan yang masih muda atau pucuk daun. Daun beringin yang dimakan dipisahkan dari batangnya.

Ubi jalar menduduki peringkat kedua dalam pemilihan pakan lutung. Menurut Matsuzawa (1950), pada umumnya satwa primata menyukai pakan dengan rasa manis. Tingginya kandungan karbohidrat ubi jalar, yaitu sekitar 75-90% yang menyebabkan rasa manis membuat lutung menyukainya (Harli, 2000).

Peringkat ketiga ditempati oleh pisang siam dalam pemilihan pakan lutung karena daging buahnya yang berwarna kuning memiliki kandungan energi dan lemak yang cukup tinggi, yaitu sebesar 136 kalori dan 12,6 g (Mailangkay, 2002) sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan energi untuk lutung. Apel malang menduduki peringkat keempat karena daging buahnya berwarna kekuningan, bertekstur agak kasar, aroma buahnya yang tidak tajam dan rasanya segar karena mengandung cukup banyak air (Yulianti et al., 2007).

Urutan kelima ditempati oleh jambu biji karena daging buahnya berwarna putih atau merah, serta berasa asam-manis (Astawan dan Kasih, 2008). Apel malang dan jambu biji yang diberikan sebagai pakan lutung, kulit buah dan bijinya ikut dimakan. Lutung merah selain sebagai spesies folivorus juga termasuk spesies gramnivorus, yaitu pemakan biji-bijian. Biji-bijian dapat dikonsumsi oleh lutung merah karena kemampuan kandungan mikroba yang terdapat dalam sistem pencernaannya mampu mengubah tingkat keasaman atau pH pakan (Davies, 1986).

(53)

41 lain (daun beringin dan daun bunga kupu-kupu) menjadikan lutung menyukai jenis pakan ini. Selain itu, sawi putih juga mengandung protein yang cukup tinggi, yaitu sebesar 6,99 g (Nurwulan, 2002). Lutung memakan sawi putih pada bagian daun terlebih dahulu kemudian batangnya.

Daun bunga kupu-kupu menempati urutan ketujuh karena daun bunga kupu-kupu memiliki kandungan protein kasar sebesar 21,13% (Hadiati, 2003), akan tetapi daun bunga kupu-kupu mengandung tanin yang dapat merupakan faktor pembatas pada bahan pakan satwa (Sadili, 2003) sehingga perlu diperhatikan dalam pemberiannya. Tanaman bunga kupu-kupu yang dimakan oleh lutung berupa daun dan bunganya. Batang tanaman bunga kupu-kupu tidak ikut dimakan oleh lutung.

Terakhir dalam urutan pemilihan pakan pada lutung adalah kacang panjang karena jenis pakan ini pada waktu dikonsumsi sulit dipegang oleh lutung. Hal ini terlihat dari banyaknya pakan kacang panjang yang jatuh saat lutung memakan kacang panjang. Tekstur kacang panjang yang lunak dan memiliki kadar bahan kering dan serat kasar rendah dibandingkan dengan jenis pakan lainnya, yaitu sebesar 9,21% dan 1,59% membuat lutung tidak menyukai jenis pakan tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian Nicole dan Anggraeni (2006) yang menyatakan bahwa pemberian kacang panjang sebagai bahan pakan satwa primata dan mamalia di Kebun Binatang Surabaya sebaiknya diganti karena satwa primata dan mamalia kurang menyukai pakan tersebut, khususnya untuk spesies lutung merah (Presbytis rubicunda).

(54)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Aktivitas tingkah laku harian lutung merah jantan (Presbytis rubicunda) pada siang hari di penangkaran didominasi oleh aktivitas istirahat (32,13%). Aktivitas lain yang mengikutinya adalah aktivitas grooming (29,77%), lokomosi (13,36%), vokalisasi (12,66%), makan (8,36%), urinasi (2,17%), defekasi (1,11%) dan minum (0,43%). Aktivitas minum menduduki peringkat paling rendah karena kandungan air pada pakan yang diberikan telah cukup memenuhi kebutuhan air minum lutung dan juga lutung jarang sekali minum, sehingga pemberian air minum pada lutung merah tidak perlu banyak. Informasi mengenai tingkah laku harian lutung merah jantan ini dapat membantu dalam manajemen pemeliharaan lutung merah.

Urutan pemilihan pakan berdasarkan jenis pakan dari yang pertama kali diambil hingga terakhir kali diambil adalah daun beringin, ubi jalar, pisang siam, apel malang, jambu biji, sawi putih, daun bunga kupu-kupu dan kacang panjang. Urutan pemilihan pakan ini diharapkan dapat berguna dalam manajemen pemberian pakan di penangkaran sehingga pakan dapat dimanfaatkan secara efisien.

Saran

1. Penelitian aktivitas tingkah laku lutung merah betina perlu dilakukan agar dapat menjadi perbandingan dari penelitian lutung merah jantan yang telah dilakukan.

Gambar

Tabel 1. Kandungan Bahan Kering dan Nutrien Pakan Lutung Merah
Gambar 2. Lutung Merah Jantan dalam Kandang (Sumber : Irawan, 2010)
Gambar 3. Persentase Aktivitas Harian Lutung Merah Jantan Selama
Gambar 4. Aktivitas Lutung yang Berhubungan Langsung dengan Pola
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari Gambar 5 dapat diketahui bahwa aktivitas makan bajing betina merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan kedua jantan yaitu sebesar 10,11% dari total seluruh

Dari Tabel 3 terlihat bahwa waktu aktivitas pengukuran pada pukul 07.00 dan 20.00 WIB menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata terhadap taraf intensitas bunyi