• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan pengembangan peternakan sapi potong di Distrik Kebar Papua Barat menggunakan peta arahan penggunaan lahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan pengembangan peternakan sapi potong di Distrik Kebar Papua Barat menggunakan peta arahan penggunaan lahan"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN SAPI

POTONG DI DISTRIK KEBAR PAPUA BARAT

MENGGUNAKAN PETA ARAHAN

PENGGUNAAN LAHAN

SKRIPSI

NURUS SA’ADAH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

ii RINGKASAN

NURUS SA’ADAH. D24080386. 2013. Perencanaan Pengembangan Peternakan Sapi Potong di Distrik Kebar Papua Barat Menggunakan Peta Arahan Penggunaan Lahan. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Panca Dewi M. H. K. S., M. Si. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Sumiati, M.Sc

Distrik Kebar merupakan sebuah daerah yang terletak di Papua Barat. Distrik Kebar memiliki Rencana Tata Ruang dan Wilayah untuk dijadikan sebuah kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu, dimana kawasan ini akan dijadikan suatu daerah yang berbasis pertanian terpadu. Peta arahan penggunaan lahan Distrik Kebar sudah memiliki peta arahan penggunaan lahan yang dibuat oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Pembuatan peta arahan penggunaan lahan ini menggunakan citra landsat yang merupakan salah satu teknologi penginderaan jauh yang memberikan informasi mengenai tutupan lahan dan memberikan kemudahan dalam melakukan analisis perencanaan dan pengembangan suatu wilayah. Konsep agropolitan pertanian terpadu pada Kawasan Kebar memanfaatkan program ini untuk mengetahui gambaran potensi yang ada pada kawasan ini. Gambaran potensi ini memudahkan untuk mengetahui komoditi-komoditi apa yang terdapat di setiap daerah tersebut yang akan dioptimalkan penggunaannya untuk dijadikan bahan baku pakan, yang akan meningkatkan populasi ternak pada kawasan tersebut.

Perencanaan pengembangan peternakan sapi potong dilakukan dengan menggunakan peta arahan penggunaan lahan. Distrik kebar memiliki luas wilayah sebesar 48.903 ha, yang terbagi menjadi empat cluster. Masing-masing cluster sudah ditetapkan arahan penggunaan lahannya yaitu untuk ditanami jagung, kedelai, padi, tanaman tahunan dan hutan konservasi.

Metode yang dipakai adalah dengan menghitung potensi produksi tanaman dan menghitung potensi produksi limbah tanaman, serta menghitung potensi ternak yang dapat dikembangkan di daerah Kebar. Penghitungna menggunakan program microsoft excel. Potensi produksi di daerah Kebar adalah: jagung pipil sebanyak 16.428 ton/tahun, kedelai sebanyak 21.027 ton/tahun, silase jagung sebanyak 78.227 ton/tahun, jerami kedelai sebanyak 23.740 ton/tahun, dedak halus sebanyak 4.838 ton/tahun, padi sebanyak 30.987 ton/tahun, padang rumput sebanyak 6.406 ton/tahun, dan jerami padi sebanyak 23.040 ton/tahun. Setelah dilakukan penghitungan, potensi produksi tanaman dan limbah tanaman ini dapat menampung ternak sebanyak 72.987 Satuan Ternak (ST). Jumlah Cow Calf Operation (CCO) yang dapat dikembangkan di daerah ini sebanyak 60.712 ST, Village Breeding Center (VBC) sebanyak 3.683 ST, dan Village Farming Center (VFC) sebanyak 8.593 ST.

(3)

iii ABSTRACT

Planning of Developing Livestock of Cattle in Districk Kebar West of Papua Used Landset Map

S. Nurus, P. D. Manu Hara Karti, Sumiati.

Districk Kebar is an area in Papua Barat. Districk Kebar has land use map that can used for made a plann to developed livestock. The land use map made by Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. The map used as reference. The results of calculation showed that Districk Kebar can carrying 72.987 Animal Unit (AU). Metode was used in this research was based on potential productions of plants and potential carrying capacity of calf. Material of research used were landset map and microsoft excel. In this place can be developed livestock. The result showed that potential production of plants in Kebar can provided forage for CCO are 60.712 AU, VBC are 3.683 AU, and VFC are 8.593 AU.

(4)

iv

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN SAPI

POTONG DI DISTRIK KEBAR PAPUA BARAT

MENGGUNAKAN PETA ARAHAN

PENGGUNAAN LAHAN

NURUS SA’ADAH

D24080386

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)
(6)

vi RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada 5 September1990 di Subang.

Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari

Bapak Samsul Hidayat dan Ibu Komariah.

Pendidikan formal Penulis dimulai sejak Taman

Kanak-Kanak (TK), diselesaikan di TK Musadaddyah pada

tahun 1996, dilanjutkan dengan pendidikan dasar pada SDN

Tarogong 2 yang diselesaikan pada tahun 2002, setelah lulus

Penulis melanjutkan ke SMPN 1 Garut dan lulus pada tahun

2005. Penulis kemudian melanjukan ke SMAN 2 Tarogong

yang diselesaikan pada tahun 2008.

Penulis diterima di IPB pada tahun 2008 melalui jalur Seleksi Nasional

Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Setelah melewati Tingkat Persiapan

Berasama selama satu tahun, Penulis masuk di Departemen Ilmu Nutrisi dan

Teknologi Pakan Fakultas Peternakan pada tahun 2009 sebagai angkatan 45. Selama

menjalankan studinya di IPB, Penulis mengikuti aktif dalam keanggotaan Himpunan

Profesi HIMASITER dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2010. Penulis menjadi

pengurus bidang fieldtrip dan magang di HIMASITER, selain itu penulis juga

mengikuti Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FAPET IPB sebagai

bendahara umum dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011, dan mengikuti

Ekstrakulikuler Teater Kandang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Penulis juga sering mengikuti acara-acara yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif

Mahasiswa Fakultas Peternakan sebagai panitia. Tahun 2011, Penulis pernah

mengikuti acara IPB Goes to Field dengan tema Pemulihan Lahan Pertanian Pasca

Erupsi Merapi.

Bogor, April 2013

(7)

vii KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim.

Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang

memberikan rahmat serta karunia-Nya hingga saat ini penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berjudul “Perencanaan Pengembangan Peternakan Sapi Potong di Distrik Kebar Menggunakan Peta Arahan Penggunaan Lahan” dibawah bimbingan Dr. Ir. Panca Dewi Manu Hara Karti, M. S., dan Dr. Ir. Sumiati, M.Sc. Skripsi ini

merupakan penelitian lanjut dari penelitian langsung yang dilaksanakan oleh tim

peneliti di Kawasan Bomberay, Papua Barat. Data-data pendukung didapatkan

melalui studi pustaka dari berbagai sumber.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

namun Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta untuk

kemajuan pembangunan peternakan di Kawasan Bomberay, Papua Barat dan

terutama untuk kemajuan pembangunan peternakan di Indonesia.

Bogor, April 2013

(8)

viii

Pengembangan Peternakan Sapi Potong ... 3

Kebutuhan Pakan Sapi ... 3

Peta Arahan Penggunaan Lahan ... 4

Hijauan Makanan Ternak ... 5

Padang Penggembalaan ... 6

Pengembangan Pertanian ... 6

(9)

ix Arahan Penggunaan Lahan dan Potensi Produksi di Cluster 1

Distrik Kebar………... ... 18

Potensi produksi hijauan dan kapasitas tampung ternak ... 19

Pengembangan Peternakan Sapi Potong di Cluster 1 Distrik Kebar 22 Arahan Penggunaan Lahan dan Potensi Produksi di Cluster 2 Distrik Kebar………... ... 24

Potensi produksi hijauan dan kapasitas tampung ternak ... 25

Pengembangan Peternakan Sapi Potong di Cluster 2 Distrik Kebar 28 Arahan Penggunaan Lahan dan Potensi Produksi di Cluster 3 Distrik Kebar………... ... 29

Potensi produksi hijauan dan kapasitas tampung ternak ... 31

Pengembangan Peternakan Sapi Potong di Cluster 3 Distrik Kebar 33 Arahan Penggunaan Lahan dan Potensi Produksi di Cluster 4 Distrik Kebar………... ... 35

Potensi produksi hijauan dan kapasitas tampung ternak ... 36

Pengembangan Peternakan Sapi Potong di Cluster 4 Distrik Kebar 38 Pembahasan Umum………. .... 40

Perencanaan Penyediaan Pakan ... 45

KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

Kesimpulan ... 46

Saran ... 46

UCAPAN TERIMA KASIH ... 47

(10)

x DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kebutuhan Pakan Sapi dalam Periode Berbeda ... 4

2. Kandungan Nutrien Bahan Pakan Asal Limbah ... 5

3. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Periode 1998-2007 .. 7

4. Luas Lahan, Produksi dan Produksi Total Jagung di Indonesia... 8

5. Kandungan Nutrien Limbah Kedelai ... 8

6. Komposisi Nutrien Kulit Coklat Dalam Bahan Kering ... 10

7. Persentasi Distribusi Buah Kopi Dalam Bahan Kering ... 10

8. Arahan Penggunaan Lahan Distrik Kebar Cluster 1 ... 19

9. Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung Ternak di Distrik Kebar Cluster 1 ... 21

10.Potensi Produksi Lahan Cluster 1 ... 22

11.Kapasitas Tampung Ternak CCO di Cluster 1 ... 23

12.Formulasi Ransum Penggemukan Sapi Potong ... 23

13.Kapasitas Tampung Ternak Berdasarkan Produksi Ransum di Cluster 1 ... 24

14.Arahan Penggunaan Lahan Distrik Kebar Cluster 2 ... 25

15.Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung Ternak di Distrik Kebar Cluster 2 ... 27

16.Potensi Produksi Lahan Cluster 2 ... 28

17.Kapasitas Tampung Ternak CCO di Cluster 2 ... 29

18.Kapasitas Tampung Ternak Berdasarkan Produksi Ransum di Cluster 2 ... 29

19.Arahan Penggunaan Lahan Distrik Kebar Cluster 3 ... 30

(11)

xi 21.Potensi Produksi Lahan Cluster 3 ... 33

22.Kapasitas Tampung Ternak CCO di Cluster 3 ... 34

23.Kapasitas Tampung Ternak Berdasarkan Produksi Ransum di

Cluster 3 ... 34

24.Arahan Penggunaan Lahan Distrik Kebar Cluster 4 ... 35

25.Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung Ternak di

Distrik Kebar Cluster 4 ... 37

26.Potensi Produksi Lahan Cluster 4 ... 38

27.Kapasitas Tampung Ternak CCO di Cluster 4 ... 39

28.Kapasitas Tampung Ternak Berdasarkan Produksi Ransum di

Cluster 4 ... 39

29.Potensi Produksi Lahan di Distrik Kebar Papua Barat ... 41

30.Potensi Produksi Pakan Sapi Pembibitan Setiap Cluster ... 43

31.Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung Ternak CCO di Daerah

Kebar ... 43

32.Total Kapasitas Tampung Ternak Berdasarkan Kapasitas

Produksi Ransum ... 44

(12)

xii DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Peta Arahan Penggunaan Lahan Daerah Distrik Kebar Papua Barat ... 12

2. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 1 ... 13

3. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 2 ... 13

4. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 3 ... 14

5. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 4 ... 14

6. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 1 ... 18

7. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 2 ... 25

8. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 3 ... 30

9. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 4 ... 35

10.Peta Arahan Penggunaan Lahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Kebar... 40

(13)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Distrik Kebar merupakan sebuah daerah yang terdapat di Kabupaten

Tambrauw, Papua Barat. Menurut rencana tata ruang wilayah Distrik Kebar ini akan

dijadikan sebagai kawasan agropolitan pertanian terpadu, dimana di daerah ini akan

dikembangkan pertanian yang dipadukan dengan peternakan dan kehutanan. Distrik

Kebar telah memiliki peta arahan penggunaan lahan (peta landsat) untuk

pengembangan daerah. Peta arahan penggunaan lahan ini dibuat oleh Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Peta arahan penggunaan lahan

ini akan dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan penyediaan pakan ternak sapi

potong yang akan dikembangkan bersamaan dengan pengembangan pertanian untuk

mewujudkan konsep agropolitan pertanian tepadu di Daerah Kebar ini sendiri.

Kawasan Agropolitan merupakan sebuah kawasan yang berbasis pertanian.

Seiring dengan program pemerintah tentang swasembada daging 2014, maka

dipilih ternak sapi potong untuk dikembangkan di Distrik Kebar. Diharapkan dengan

adanya pengembangan peternakan sapi potong di Distrik Kebar ini akan menambah

populasi ternak di Indonesia. Pengembangan peternakan sapi potong di Distrik Kebar

ini memerlukan sebuah perencanaan penyediaan pakan karena pakan merupakan

aspek penting dalam suatu peternakan. Keberhasilan suatu peternakan bukan hanya

didukung oleh manajeman teknis tetapi juga oleh manajemen pakan sehingga

perencanaan penyediaan pakan sangat dibutuhkan untuk memelihara ketersedian

pakan yang berlanjut di segala musim.

Penggunaan peta landsat dalam perencanaan penyediaan pakan akan

mempermudah dalam menghitung potensi produksi pertanian beserta limbah

pertaniannya, juga lebih efektif untuk menghitung kapasitas tampung ternak sapi

potong yang akan dikembangkan di Distrik Kebar.

Perumusan Masalah

Daerah Distrik Kebar akan dijadikan suatu wilayah agropolitan pertanian

(14)

2 terpadu. Pengembangan peternakan di Distrik Kebar ini belum mempunyai

perencanaan penyediaan pakan, sehingga dibuatlah perencanaan penyediaan pakan

dengan menghitung kapasitas tampung ternak di Distrik Kebar.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk membuat sebuah perencanaan penyediaan

hijauan pakan di daerah kawasan agropolitan yang akan dibuat di wilayah Distrik

Kebar dengan menggunakan peta arahan penggunaan lahan sebagai acuan.

Perencanaan penyediaan hijauan pakan ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan pakan

pembibitan sapi potong yang akan dikembangkan di Distrik Kebar. Secara khusus

penelitian ini bertujuan untuk membuat perencanaan pengembangan peternakan sapi

potong di Distrik Kebar Papua Barat dengan menghitung potensi produksi tanaman

dan limbah tanaman serta menghitung kapasitas tampung ternak berdasarkan peta

(15)

3 TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan Peternakan Sapi Potong

Menurut Parakkasi (1999), pengembangan peternakan sapi potong meliputi

beberapa program, diantaranya: program cow calf, program pembesaran anak atau

program stocker, program penggemukan, program khusus, program baby beef,

program pure breed, program pra-conditioning dan conditioning, dan gabungan

berbagai program yang ada. Program cow calf adalah program dasar yang bertujuan

untuk menghasilkan anak, dengan batasan saat anak sapi disapih. Program

penggemukan bertujuan untuk memperbaiki kualitas karkas dengan jalan mendeposit

lemak seperlunya.

Disamping pembagian program pemeliharaan, industri peternakan sapi

potong dapat dibagi berdasarkan sistem pemeliharaannya, yaitu: sistem ekstensif ,

sistem intensif dan sistem sedang. Dalam sistem ekstensif terlihat bahwa aktivitas

perkawinan, pembesaran, pertmbuhan dan penggemukan dilaksanaka di lapangan

penggembalaan. Pemeliharaan intensif biasanya diartikan sebagai pemeliharaan

dalam tempat yang terkurung dan makanan dibawa kepada hewan. Pemeliharaan

intensif sering disinonimkan dengan pemeliharaan ransum tinggi akan penguat.

Terakhir adalah sistem sedang atau sistem antara intensif dan ekstensif, yang sering

juga dikatakan sistem pertanian campuran. Program pemeliharaan sistem campuran

biasanya petani memelihara beberapa ekor ternak sapi atau kerbau dengan maksud

digemukan dengan bahan makanan yang ada di sekitar usaha pertaniannya

(Parakkasi, 1999). Ada tiga sistem pemberian pakan untuk ternak ruminansia besar,

diantaranya: sistem kelompok, sistem cut and carry, dan sistem digembalakan.

Kebutuhan Pakan Sapi

Kebutuhan nutrisi ternak sapi berbeda sesuai dengan tujuan pemeliharaannya.

Berikut disajikan kebutuhan nutrisi ternak sapi untuk periode pembibitan dan

(16)

4 Tabel 1. Kebutuhan Pakan Sapi Dalam Periode Berbeda

Uraian Bahan Periode

Dalam perencanaan dan pengembangan suatu wilayah, diperlukan data-data

penunjang antara lain peta tutupan lahan. Peta tutupan lahan adalah peta yang

memberikan informasi mengenai objek-objek yang tampak dipermukaan bumi

(Campbell, 1987). Citra digital merupakan representasi dua dimensi dari suatu objek

di dunia nyata. Foto udara atau peta foto (hardcopy) adalah salah satu bentuk dari

citra analog, sementara citra-citra satelit yang merupakan data digital hasil rekaman

sensor-sensor (radar, detector, radiometer, scanner). Peta merupakan catatan hasil

observasi dan pengukuran informasi keruangan keadaan muka bumi yang

digambarkan dalam peta dapat digunakan untuk berbagai keperluan, dan data dalam

peta hanya dapat diungkapkan kembali secara visual (Dulbahri, 1993).

Salah satu teknologi penginderaan jauh ialah dengan analisis citra satelit

Landsat. Citra landsat merupakan citra satelit untuk penginderaan sumberdaya bumi.

Thematik Mapper (TM) adalah suatu sensor optic penyiaman yang beroperasi pada

cahaya tampak dan inframerah bahkan spectral (Lo, 1995). Saripin (2003),

mengatakan bahwa citra landsat sangat membantu dalam identifikasi penggunaan

lahan di suatu daerah terutama untuk lahan perkebunan (perkebunan karet, tebu,

kakao). Demikian pula untuk penggunaan lahan lain yang mempunyai kenampakan

(17)

5 Hijauan Makanan Ternak

Makanan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman

dalam bentuk daun-daunan, termasuk kedalamnya bangsa rumput (graminae),

kacang-kacangan (leguminosa) dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain. Menurut

Sofyan (2003), hijauan makanan ternak yang diperlukan untuk ternak ruminansia

sebagian besar berupa rumput-rumputan, sehingga rumput memegang peranan

penting dalam penyediaan pakan dan telah umum digunakan oleh peternak dalam

jumlah besar.

Sering dilakukan integrasi hijauan dengan tanaman pangan, perkebunan,

kehutanan, pagar hidup, lahan tidur, padang rumput, dan lahan kritis untuk

memelihara kontinuitas hijauan pakan (Nitis, 1995). Sistem integrasi tanaman-ternak

adalah suatu sistem pertanian yang dicirikan oleh keterkaitan yang sinergis antara

komponen tanaman dengan ternak sehingga hijauan tanaman dan residu hasil

tanaman merupakan salah satu sumber pakan utama dan sebaliknya ternak

menyediakan pupuk organik yang penting bagi pertumbuhan tanaman (Pasandaran,

2006).

Kandungan nutrien bahan pakan asal limbah pertanian dan perkebunan, dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Nutrien Bahan Pakan Asal Limbah

Jenis bahan BK (%) PK (%) LK (%) SK (%) TDN (%)

Jerami padi 31,867 5,211 1,166 26,779 51,496

Jerami kacang kedelai 30,389 14,097 3,542 20,966 61,592

Jerami kulit kedelai 61,933 7,998 5,071 38,672 58,129

Keterangan: BK = Bahan Kering; PK = Protein Kasar; LK = Lemak Kasar; SK = Serat Kasar; TDN =

(18)

6 Hijauan pakan tidak hanya didapat dari rumput ataupun legum.

Pengembangan distrik Kebar sebagai kawasan agropolitan pertanian terpadu akan

memungkinkan adanya penggunaan limbah pertanian sebagai sumber hijauan pakan

ternak. Limbah perkebunan juga bisa dijadikan sumber hijauan pakan.

Padang Penggembalaan

Padang penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh

tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat merenggutnya

menurut kebutuhannya dalam waktu singkat. Beberapa macam padang

penggembalaan diantaranya: padang penggembalaan alam, padang penggembalaan

permanen yang sudah ditingkatkan, padang penggembalaan temporer dan padang

penggembalaan irigasi. Produksi rumput di padang penggembalaan sebanyak 12

ton/ha/tahun yang ditentukan oleh beberapa faktor seperti iklim, pengelolaan,

kesuburan tanah, pemeliharaan dan tekanan penggembalaan. Daya tampung padang

pengembalaan idealnya sebesar 2,5 UT/ha/tahun (Reksohadiprodjo, 1994).

Pengembangan Pertanian

Padi

Produksi padi di daerah yang beriklim dingin, seperti: Jepang, Korea,

Portugal, Spanyol, Perancis, Italia, dan lain-lainnya dapat menghasilkan beras

sebanyak 5-6 ton/ha. Dibandingkan dengan produksi tanaman padi negara-negara

yang tergolong beriklim panas termasuk Indonesia, di mana hasil pertanaman padi

secara menyeluruh dapat dikatakan jarang melebihi 3,5 ton/ha. Menurut Londong

(2009), produksi padi lokal sekitar 1,8-2,8 ton gabah kering per hektar dan 3,0-3,5

ton gabah kering per hektar untuk padi varietas unggul. Luasan panen, produktivitas

(19)

7 Tabel 3. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Periode 1998-2007

Tahun Luas Panen

1998 11.730.325 4.197 50.866.387 32.045.824

2000 11.793.475 4.401 51.898.852 32.696.277

2005 11.839.060 4.574 54.151.097 34.075.735

2006 11.786.430 4.620 54.454.937 34.306.610

2007 12.165.607 4.689 57.048.558 35.940.591

Sumber: BPS (2007 diolah) Keterangan: ARAM III

Konversi gabah ke beras adalah 63,2% (BPS, 2007).

Jagung

Ada beberapa hasil sampingan dari tanaman jagung selain jagung pipil, yaitu:

daun, tongkol, batang, dan kelobot yang dapat dijadikan untuk menggantikan hijauan

pakan ruminansia. Klobot dan tongkol jagung lebih disukai ternak ruminansia

daripada biji jagung (Parakkasi, 1995). Proporsi botani hasil samping tanaman

jagung berdasarkan berat kering terdiri dari 50% batang, 20% daun, 20% tongkol,

dan 10% klobot (McCutcheon dan Samples, 2002).

Daun jagung yang masih muda sudah banyak dimanfaatkan peternak sebagai

hijauan pakan ternak dan berpotensi sebagai pengganti sumber serat hijauan

khususnya pada saat ketersediaan rumput lapang berkurang (Putra, 2011).

Penggunaan tanaman jagung biasanya dijadikan bahan utama dalam pembuatan

silase. Silase jagung mengandung energi tingi dengan kandungan bahan kering yang

relatif sama dengan hijauan potongan (Bal et al., 2000). Menurut Darmawan (1993),

mengatakan bahwa potensi produksi jagung sebanyak 4,5 ton/ha. Produksi jagung

(20)

8 Tabel 4. Luas Lahan, Produksi, Produksi Total Jagung di Indonesia

Tahun Luas lahan (ha) Produksi (ton) Total produksi (ton)

1990 3.158.092 2.132 6.734.028

Pertumbuhan produksi kedelai di Indonesia masih relatif tinggi yaitu sebesar

6,03% per tahun. Pertumbuhan ini terutama disebabkan oleh adanya peningkatan

areal panen yang cukup besar yaitu 5,23% per tahun, sedangkan produktivitas

bertumbuhnya hanya 1,30% per tahun.

Tabel 5. Kandungan Nutrien Limbah Kedelai

(21)

9 Peluang untuk meningkatkan produktivitas nampaknya masih ada secara relative

produktivitas kedelai Indonesia baru mencapai 58,19% dari produktivitas kedelai

dunia, sedangkan pangsa produksi kedelai di Indonesia masih sangat kecil, yaitu

1,34%. Menurut Darman (2000), kedelai varietas berumur pendek atau genjah (70-80

hari) dapat memberikan hasil sebanyak 1,7-2,2 ton/ha, sedangkan varietas berumur

tengahan atau sedang (81-90 hari) dapat menghasilkan 2,2-2,9 ton/ha. Perkembangan

produksi kedelai di Indonesia dan kandungan nutrisinya dapat dilihat pada Tabel 5.

Wahlburg (2009) dalam penelitiannya mengatakan bahwa kandungan nutrisi

kulit ari kedelai dalam dry matter adalah: BK 91%, TDN 75%, PK 14%, Pati 14%.

Kedelai bisa dipanen 3-4 bulan setelah ditanam.

Tanaman Tahunan

Kakao

Tanaman kakao (Theobroma Cacao L.) merupakan tanaman perkebunan

berumur panjang, mulai berproduksi 3 – 4 tahun setelah tanam, tergantung dari bahan tanaman unggul yang digunakan dan agro-ekosistem pengembangannya.

Potensi produksi tanaman kakao unggul seperti ICCRI 01 dan 02, KW 30, 48 dan

162 dapat mencapai 2.160 – 3.200 kg/ha/th dengan berat per biji kering berkisar antara 1,10 – 1,36 g/biji. Kulit buah kakao merupakan limbah agroindustri yang berasal dari tanaman kakao yang umumnya dikenal dengan tanaman coklat.

Komposisi buah kakao terdiri dari 74% kulit, 24% biji kakao dan 2% plasenta.

Setelah dilakukan analisis proksimat, kakao mengandung 22% protein dan 3 – 9% lemak (Nasrullah dan Ela, 1993).

Banyak penelitian menggunakan kulit coklat untuk makanan ternak. Di

Brazil, ada penelitian yang menggunakan pod coklat segar untuk pakan sapi. Hasil

penelitian mengatakan bahwa pemberian pod soklat segar bisa mensubstitusi

penggunaan rumput gajah, hal ini tidak menimbulkan gangguan pencernaan dan

palatabel pada ternak. Pod coklat harus segera digunakan setelah panen karena ia

membusuk dalam waktu seminggu setelah panen. (Llamosas et al., 1985)

Komponen utama dari buah kakao adalah kulit buah, plasenta, dan biji. Kulit

(22)

10 berat buah masak. Persentase biji kakao di dalam buah hanya sekitar 27-29%,

sedangkan sisanya adalah plasenta yang merupakan pengikat dari 30 sampai 40 biji

(Widyotomo et al., 2007). Setiap penanaman kakao pada satu hektar lahan akan

menghasilkan limbah segar kulit buah sebesar 5,8 ton. Komposisi nutrien kulit coklat

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Komposisi Nutrisi Kulit Coklat Dalam Bahan Kering

Persentase Bahan Kering Rata-rata (%) Kisaran (%)

Protein Kasar 6,25 5,63 - 7,50

Kopi baru menghasilkan buah pada umur empat tahun. Awal panen produksi

kopi masih sedikit, dan akan terus meningkat dari panen ke-2 sampai panen ke-14.

Satu pohon kopi dapat menghasilkan 1,5-2,5kg kopi pertahun. Panen dilakukan

ketika buah kopi sudah berwarna merah hingga merah tua. Panen umumnya

dilakukan pada bulan Maret hingga Agustus setiap dua minggu sekali (Panggabean,

2011). Distribusi bagian buah kopi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Persentasi Distribusi Bagian Buah Kopi Dalam Bahan Kering

Jenis Arabic Bourbon Campuran

Kulit 26,5 29,6 28,7

Kulit ari 10,0 11,2 11,9

Lendir 13,7 7,5 4,9

Biji Kopi 50,0 51,7 55,4

(23)

11 Pengolahan kopi secara basah akan menghasilkan limbah padat berupa kulit

buah pada proses pengupasan buah (pulping) dan kulit tanduk pada saat pengrebusan

(hulling). Limbah pada buah kopi (pulp) belum dimanfaatkan secara optimal. 1 ha

areal penanaman kopi akan memproduksi limbah segar sekitar 1,8 ton (Widyotomo

(24)

12 MATERI DAN METODE

Materi

Bahan

Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah peta arahan penggunaan

lahan kawasan agropolitan pertanian terpadu daerah Kebar. Peta ini merupakan data

sekunder. Peta ini dibuat oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan

Agroklimat. Distrik Kebar dibagi menjadi empat cluster. Gambar peta yang dipakai

dalam peneletian ini dapat dilihat pada Gambar 1 (Peta Arahan Penggunaan Lahan

Distrik Kebar Secara Keselurhan), Gambar 2 (Peta Arahan Penggunaan Lahan

Cluster 1), Gambar 3 (Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 2), Gambar 4 (Peta

Arahan Penggunaan Lahan Cluster 3), dan Gambar 5 (Peta Arahan Penggunaan

Lahan Cluster 4).

Gambar 1. Peta Arahan Penggunaan Lahan Daerah Distrik Kebar Papua Barat

(25)

13 Gambar 2. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 1

Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (2012)

Gambar 3. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 2

(26)

14 Gambar 4. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 3

Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (2012)

Gambar 5. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 4

(27)

15 Alat

Alat yang digunakan adalah seperangkat komputer, dan aplikasi microsoft

excel dan microsoft word.

Prosedur

Di Distrik Kebar akan dijadikan suatu wilayah agropolitan pertanian terpadu.

Pengembangan wilayah Distrik Kebar meliputi pengembangan pertanian dan

peternakan secara terpadu. Ternak yang akan dikembangkan di Distrik Kebar adalah

sapi potong. Peternakan meliputi program pembibitan (CCO/cow calf operation) dan

penggemukan (VBC/village breeding center dan VFC/village farming center).

Pengembangan peternakan ini membutuhkan perencanaan dalam penyediaan

pakannya dan juga penghitungan kapasitas tampung ternak, sehingga kebutuhan

pakan ternak akan terpenuhi.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

deskriptif. Peubah yang diamati adalah:

1. Potensi produksi tanaman dan limbah tanaman di Distrik Kebar dengan

menggunakan rumus di bawah ini:

Potensi produksi tanaman = asumsi produksi/ha x luas lahan tanam 2. Kapasitas tampung ternak Cow Calf Operation (CCO) dihitung berdasarkan

metode Nell dan Rollinson (1974). Kapasitas tampung ternak CCO yang

dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini:

KT = potensi produksi x 1000 kg : (6,29 x 365) Keterangan: KT (Kapasitas Tampung)

6,29 (kebutuhan pakan sapi dalam bahan kering)

3. Kapasitas tampung ternak berdasarkan produksi ransum dihitung berdasarkan

kebutuhan pakan harian ternak yang telah disesuaikan dengan bobot badan

ternak (kebutuhan pakan harian sapi diasumsikan 3% bobot badan). Ransum

yang dibuat memenuhi kebutuhan PK sebesar 12,7% dan TDN sebesar 64,4%

(28)

16 Kapasitas tampung ternak berdasarkan produksi ransum yang dihitung

dengan menggunakan rumus di bawah ini:

KT produksi ransum = produksi ransum x 1000 kg : (kebutuhan pakan harian x 365)

4. Kapasitas tampung ternak Village Breeding Center (VBC) yang dihitung

dengan rumus di bawah ini:

KT VBC = 30% x KT produksi ransum Keterangan: 30% merupakan asumsi

5. Kapasitas tampung ternak Village Farming Center (VFC) yang dihitung

dengan menggunakan rumus di bawah ini:

(29)

17 HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Distrik Kebar

Distrik Kebar merupakan sebuah wilayah yang berada di Kabupaten

Tambrauw, Papua Barat. Luas wilayah Distrik Kebar sebesar 48.903 ha. Distrik

Kebar akan dikembangkan menjadi sebuah kawasan agropolitan, dimana akan

dipadukan pengembangan aspek-aspek pertanian dengan pengembangan aspek-aspek

industri yang biasanya dikembangkan hanya di kota-kota besar.

Distrik Kebar memiliki rata-rata ketinggian 500 meter dari permukaan laut

(DPL). Distrik Kebar juga memiliki luas 1.620,6 Km2. Kampung Akmuri dan Anjai

merupakan wilayah terluas yaitu 17,66% dari seluruh total Distrik atau sebesar 286

Km2. Kampung terkecil adalah Jundarau dan Inambuari yaitu sebesar 107,3 km2 atau

hanya 6,62% dari total luas distrik. Sebagian besar daerah di Distrik Kebar adalah

daerah dataran. Terdapat 3 kampung yang dialiri oleh sungai (DAS).

Batas Wilayah Distrik Kebar

Sebelah Utara : Distrik Amberbaken dan Mubrani

Sebelah Selatan : Kabupaten Teluk Bintuni

Sebelah Timur : Distrik Senopi

Sebelah Barat : Distrik Testrega dan Mubrani (Kebar Dalam Angka 2010)

Distrik Kebar terdiri dari delapan kampung. Masih belum terdapat daerah

yang berstatus kelurahan. Distrik ini beribukota di Kampung Kebar Tengah/Anjai

dan masih belum memiliki sistem pemerintahan terkecil yaitu Rukun Tetangga (RT).

Distrik Kebar memiliki 584 rumah tangga yang tersebar di kampung-kampung.

Daerah yang paling banyak rumah tangganya adalah kampung Kebar Tengah/Anjai

yaitu 153 rumah tangga. Terbanyak kedua adalah kampung Nekori dengan 113

rumah tangga. Distrik Kebar didiami oleh 1.175 laki-laki dan 1.248 perempuan.

Dengan begitu jumlah penduduk seluruhnya adalah 2.423 jiwa. Distrik Kebar

masing-masing keluarganya beranggota rata-rata empat jiwa.

Distrik Kebar merupakan salah satu penghasil pangan bagi Kabupaten

Manokwari. Hal ini ditandai dengan menghasilkan jagung sebesar 12 ton dan luas

(30)

18 Manokwari ternyata juga dihasilkan oleh Kebar. Dengan rata-rata setiap ha

menghasilkan 124,1 kwintal maka produksi ubi kayu pada tahun 2009 sebesar 211

ton dengan luas panen 17 ha.

Arahan Penggunaan Lahan dan Potensi Produksi di Cluster 1 Distrik Kebar

Peta arahan penggunaan lahan di Cluster 1 Distrik Kebar dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 1

Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (2012)

Arahan penggunaan lahan pada cluster 1 adalah: untuk menanam jagung

seluas 408 ha, untuk menanam jagung/kedelai seluas 597 ha, untuk menanam

jagung/kedelai/padi seluas 62 ha, untuk menanam tanaman tahunan seluas 270 ha,

untuk lahan konservasi seluas 6.152 ha, dan untuk lahan penggembalaan seluas 813

ha, sehingga total luas cluster 1 sebesar 8.301 ha. Lahan di cluster 1 sudah memiliki

fasilitas infrastruktur berupa jalan kolektor, jembatan kolektor, jalan lain, dan jalan

(31)

19 Tabel 8. Arahan Penggunaan Lahan Distrik Kebar Cluster 1

Simbol Arahan Pengembangan Lahan Luas

ha %

Potensi produksi hijauan dan kapasitas tampung ternak

Berdasarkan arahan penggunaan lahan di cluster 1, lahan akan ditanami

jagung, kedelai, padang penggembalaan, tanaman tahunan dan wilayah yang

merupakan kawasan konservasi. Potensi produksi tanaman dan potensi produksi

limbah dapat dihitung dengan adanya peta arahan penggunaan lahan ini. Penanaman

tanaman dilakukan dengan sebuah rancangan perencanaan. Perencanaan ini

dilakukan dengan menimbang kesuburan lahan, lama panen selama satu periode

panen, dan banyaknya produksi yang diharapkan.

Penghitungan potensi produksi dan kapasitas tampung ternak di cluster 1

dapat dilihat pada Tabel 9, yang menjelaskan tentang perencanaan penanaman

beberapa jenis tanaman dan jumlah kapasitas tampung ternak.

Lahan yang bertanda JG dengan luas lahan 408 ha akan ditanamai jagung

yang dilakukan dua kali pemanenan setiap tahun, masing-masing untuk produksi

jagung pipil dilakukan satu kali pemanenan setiap tahun dan untuk produksi silase

jagung satu kali pemanenan setiap tahun. Produksi jagung diasumsikan sebanyak 2,1

ton/ha dan menghasilkan limbah tanaman jagung sebanyak 10 ton/ha. Setiap tahun

lahan ini dapat memproduksi jagung sebanyak 857 ton dan menghasilkan limbah

sebanyak 4.081 ton/tahun. Sedangkan produksi tanaman jagung khusus untuk

dijadikan silase jagung sebanyak 4.081 ton/tahun. Dilihat dari jumlah limbah

(32)

20 Lahan dengan tanda JG/KD dengan luas 597 ha akan ditanami jagung seluas

358 ha dan ditanami kedelai seluas 239 ha. Penanaman kedelai dilakukan dua kali

pemanenan dalam setahun. Penanaman kedelai diasumsikan akan menghasilkan 2,2

ton/ha dan menghasilkan limbah pertanian sebesar 2,5 ton/ha, sehingga produksi

total kedelai sebanyak 1.050 ton/tahun dan produksi limbahnya sebanyak 1.193

ton/tahun. Penanaman jagung yang hanya satu kali pemanenan di lahan ini akan

menghasilkan jagung sebanyak 752 ton/tahun dan limbah pertanian jagung sebanyak

3.580 ton/tahun. Kemudian penanaman selanjutnya dilakukan khusus untuk

memproduksi silase jagung, sehingga produksi silase jagung sebanyak 3.580

ton/tahun. Produksi limbah jagung di lahan ini dapat untuk menampung ternak

sebanyak 1.559 ST dan produksi limbah kedelainya dapat untuk menampung ternak

sebanyak 520 ST.

Lahan dengan tanda JG/KD/RP dengan luas 62 ha, seluruhnya akan ditanami

kedelai sebanyak dua kali pemanenan dalam setahun. Produksi total kedelai

sebanyak 273 ton/tahun dan limbah tanaman kedelai sebanyak 155 ton/tahun.

Produksi limbah kedelai di lahan ini dapat menampung ternak sebanyak 68 ST.

Lahan dengan tanda LP dengan luas 813 ha merupakan padang

penggembalaan. Padang penggembalaan memiliki kapasitas tampung ternak

sebanyak 1,17 ST/ha, sehingga total kapasitas tampung ternak pada lahan

penggembalaan sebanyak 951 ST. Kemudian lahan dengan tanda TT akan ditanami

tanaman tahunan berupa kopi dan kakao. Tanaman tahunan dan hutan konservasi

diasumsikan menghasilkan 2% setara dengan 15 ton BK dikalikan dengan luas lahan

yang ditanami tanaman tahunan atau tanaman konservasi. Dapat dilihat jumlah

limbah (hijauan yang dapat dipakai untuk pakan ternak pembibitan sapi potong) pada

lahan yang ditanami tanaman tahunan sebanyak 81 ton/tahun, sedangkan untuk lahan

yang merupakan hutan konservasi dapat menghasilkan limbah sebanyak 1.845

ton/tahun. Kapasitas tampung dari lahan yang ditanami tanaman tahunan sebanyak

35 ST, dan lahan yang merupakan hutan konservasi sebanyak 804 ST. Lahan di

cluster 1 yang luasnya sebesar 8.301 ha, dapat menampung ternak sebanyak 5.714

(33)

Tabel 9. Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung Ternak di Distrik Kebar Cluster 1

Simbol Keterangan Simbol Luas (ha) Produksi/ha

(ton) Total (ton/tahun)

Produksi Limbah/ha (ton)

Produksi limbah Total (ton Bk/tahun)

KT/ha (ST) Total KT(ST)

JG Jagung(1kali) 408 2,1 857 10,0 4.081 1.777 silase jagung (1 kali) 10,0 4.081

JG/KD Jagung / Kedelai 597

Jagung (1 kali) 358 2,1 752 10,0 3.580 1.559 silase jagung (1 kali) 358 10,0 3.580

Kedele (2) 239 2,2 1.050 2,5 1.193 520 JG/KD/RP Jagung / Kedelai / Pakan 62

Jagung

Kedele(2 kali) 62 2,2 273 2,5 155 68

Pakan

LP Pengembalaan 813 1,17 951

TT Tanaman Tahunan 270 81 35

KK Konservasi 6.152 1.845 804

(34)

22 Potensi produksi lahan di cluster 1 dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Potensi Produksi Lahan Cluster 1

Komoditi Produksi (ton/tahun) Luas (ha)

Jagung pipil 1.609 766

sebanyak 1.323 ton/tahun, silase jagung sebanyak 7.660 ton/tahun, padang rumput

sebanyak 2.183 ton/tahun, jerami jagung sebanyak 7.660 ton/tahun, dan jerami

kedelai sebanyak 1.348 ton/tahun.

Pengembangan Peternakan Sapi Potong di Cluster 1 Distrik Kebar

Melihat potensi produksi lahan di cluster 1, disini akan dikembangkan

peternakan sapi potong. Pengembangan peternakan sapi potong ini mencakup

pembibitan dan penggemukan sapi potong. Penyediaan pakan dalam pengembangan

peternakan sapi potong ini didapat dari produksi tanaman, limbah tanaman pertanian,

padang penggembalaan dan silvopastura.

Pengembangan peternakan sapi potong ini dapat berupa Cow Calf Operation

(CCO), Village Breeding Center (VBC), dan Village Farming Center (VFC). CCO

atau pembibitan sapi potong ini bertujuan untuk menghasilkan pedet. VBC betujuan

untuk pengembangan pembibitan sapi potong dan untuk menghasilkan bibit ternak

unggul. VFC bertujuan untuk pengembangan penggemukan sapi potong di

peternakan rakyat.

Kebutuhan nutrien pakan komplit untuk keperluan penggemukan dan

pembibitan berbeda, terutama pada kandungan protein dan energi. Pakan pembibitan

(35)

23 Pakan yang digunakan untuk CCO berupa limbah pertanian, hasil ikutan

pertanian, rumput dari padang penggembalaan dan silvopastura. Limbah pertanian

yang dapat dipakai untuk pakan CCO berupa jerami jagung, jerami padi, dan jerami

kedelai, sedangkan hasil ikutan yang dapat dipakai untuk pakan CCO berupa dedak

padi.

Melihat potensi produksi tanaman di cluster 1, sumber pakan yang bisa

dipakai untuk pakan ternak CCO berasal dari padang rumput, jerami jagung, jerami

kedelai, dan hijauan yang berasal dari silvopastura (integrasi tanaman tahunan-ternak

dan integrasi kawasan konservasi-ternak). Total kapasitas tampung ternak CCO

sebanyak 5.714 ST. Kapasitas tampung ternak CCO di cluster 1 dapat dilihat pada

Tabel 11.

Tabel 11. Kapasitas Tampung Ternak CCO di Cluster 1

Sumber Pakan KT (ST) Hijauan padang penggembalaan 951

Jerami jagung 3.337

Jerami kedelai 587

Silvopastura 839

Total Kapasitas Tampung Ternak 5.714

Ransum komplit akan dibuat untuk pakan VBC dan VFC. Ransum

mengandung protein kasar sebesar 12,78% dan TDN sebesar 66,81%, hal ini dapat

dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Formulasi Ransum Penggemukan Sapi Potong

(36)

24 Pembuatan formulasi ransum ini bisa membantu dalam menghitung kapasitas

tampung ternak berdasarkan kapasitas produksi ransum. Hal ini dilakukan agar

jumlah ransum yang tersedia bisa memenuhi kebutuhan pakan ternak. Disamping itu

formulasi ransum ini dibuat agar pakan yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan

protein dan TDN ternak. Kapasitas tampung ternak berdasarkan potensi produksi

ransum disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Kapasitas Tampung Ternak Berdasarkan Produksi Ransum di Cluster 1

Formulasi Produksi (ton) Kapasitas Produksi Ransum (ton) KT (ST)

Jagung 1.609 298 1.360

Kedelai 1.323 655

Dedak halus 536 536

Silase jagung 7.660 4.467

Total Produksi Ransum 5.956

Setelah dihitung kapasitas tampung ternak berdasarkan kapasitas produksi

ransum di cluster 1 yaitu sebesar 1.360 ST. Ransum sebanyak 5.956 ton dapat

dipakai untuk memenuhi kebutuhan pakan harian 1.360 ST. Jumlah VBC yang dapat

dikembangkan di cluster 1 sebanyak 408 ST dan VFC sebanyak 952 ST.

Arahan Penggunaan Lahan dan Potensi Produksi di Cluster 2 Distrik Kebar

Peta arahan penggunaan lahan di cluster 2 Distrik Kebar dapat dilihat pada

Gambar 7. Arahan penggunaan lahan pada cluster 2 akan ditanami padi sawah seluas

1.021 ha, jagung/ kedelai seluas 1.738 ha, jagung/kedelai/pakan seluas 164 ha,

tanaman tahunan seluas 442 ha, dipakai untuk konservasi seluas 6.853 ha dan untuk

ladang penggembalaan seluas 420 ha. Total luas lahan sebesar 10.640 ha. Fasilitas

infrastruktur yang sudah ada berupa jalan kolektor, jembatan jalan kolektor, jalan

(37)

25 Gambar 7. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 2

Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (2012)

Arahan penggunaan lahan di Distrik Kebar cluster 2 dapat dilihat pada Tabel

14.

Tabel 14. Arahan Penggunaan Lahan Distrik Kebar Cluster 2

Simbol Arahan Pengembangan Lahan Luas ha %

PD Padi sawah 1.021 9,60

JG/KD Jagung / Kedelai 1.738 16,34

JG/KD/RP Jagung / Kedelai / Pakan 164 1,54

LP Pengembalaan 420 3,95

TT Tanaman Tahunan 442 4,15

KK Konservasi 6.853 64,41

J u m l a h 10.640 100,00

Potensi produksi hijauan dan kapasitas tampung ternak

Penghitungan potensi produksi dan kapasitas tampung ternak di cluster 2

(38)

26 beberapa jenis tanaman dan jumlah kapasitas tampung ternak. Dapat dilihat bahwa

lahan akan digunakan untuk menanam padi sawah, jagung, kedelai, dan tanaman

tahunan, kemudian ada lahan yang merupakan hutan konservasi, dan padang

penggembalaan.

Lahan yang bertanda PD akan ditanami padi sawah sebanyak dua kali selama

setahun. Luas lahan ini sebesar 1.021 ha dengan total produksi sebanyak 7.149

ton/tahun. Produksi total limbah padi sawah sebanyak 5.106 ton/tahun. Produk

sampingan dari pengolahan padi yang berupa dedak halus jumlahnya cukup banyak

yaitu sebanyak 1.072 ton/tahun, dengan asumsi produksi dedak halus per ha

sebanyak 0,525 ton.

Lahan yang bertanda JG/KD/RP dengan luas lahan sebesar 164 ha akan

ditanami kedelai sluruhnya sebanyak dua kali, sehingga total produksi kedelai

sebnyak 722 ton/tahun dan produksi limbahnya sebnyak 820 ton/tahun. Setelah

dihitung, kapasitas tampung pada lahan ini sebanyak 357 ST. Lahan yang bertanda

LP merupakan padang penggembalaan seluas 420 ha. Padang penggembalaan ini

dapat menampung ternak sebanyak 492 ST.

Lahan yang bertanda JG/KD akan ditanami dengan jagung seluas 1.043 ha

dan ditanami kedelai seluas 695 ha. Jagung ditanam satu kali untuk diproduksi

jagung pipil dan satu kali diproduksi untuk dijadikan silase jagung. Produksi total

jagung pipil sebanyak 2.190 ton/tahun dan produksi silase jagung sebanyak 10.430

ton/tahun, sedangkan produksi limbah jagungnya sendiri sebanyak 10.430 ton/tahun.

Penanaman kedelai dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun dengan produksi

total per tahun sebanyak 3.060 ton, dan produksi limbahnya sebanyak 3.477

ton/tahun. Kemampuan lahan ini dalam menyediakan hijauan pakan adalah sebanyak

6.057 ST (penambahan dari KT jagung dan kedelai di lahan dengan tanda JG/KD).

Lahan dengan tanda TT yang luasnya sebesar 442 ha akan ditanami tanaman

tahunan berupa kopi dan coklat, diasumsikan dapat menyediakan hijauan pakan

untuk 58 ST. Luas lahan untuk hutan konservasi seluas 6.853 ha dapat menyediakan

hijauan pakan sebanyak 896 ST. Total kapasitas tampung ternak di cluster 2

(39)

Tabel 15. Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung Ternak di Distrik Kebar Cluster 2

Simbol Keterangan Simbol Luas Produksi/ha

(ton) Total (ton/tahun)

Produksi Limbah/ha

(ton)

Produksi limbah Total (ton Bk/tahun)

KT/ha (ST)

Total KT (ST)

PD Padi sawah (2 kali) 1.021 3,5 7.149 2,5 5.106 2.224

Dedak padi 0,5 1.072

JG/KD Jagung / Kedelai 1.738

Jagung (1 kali) 1.043 2,1 2.190 10,0 10.430 4.543 silase jagung (1kali) 10,0 10.430

kedele (2 kali) 695 2,2 3.060 2,5 3.477 1.514 JG/KD/RP Jagung / Kedelai / Pakan 164

Jagung

kedele (2 kali) 164 2,2 722 2,5 820 357 Pakan

LP Pengembalaan 420 1,17 492

TT Tanaman Tahunan 442 133 58

KK Konservasi 6.853 2.056 896

(40)

28 Potensi produksi tanaman dan limbah tanaman di Cluster 2 Distrik Kebar

dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Potensi Produksi Lahan Cluster 2

Potensi produksi jagung pipil sebanyak 1.356 ton/tahun, kedelai sebanyak

6.119 ton/tahun, silase jagung sebanyak 10.430 ton/tahun, dedak halus sebanyak

1.501 ton/tahun, padi sebanyak 10.008 ton/tahun, padang rumput sebanyak 1.129

ton/tahun, jerami jagung sebanyak 10.430 ton/tahun, jerami kedelai sebanyak 4.297

ton/tahun, dan jerami padi sebanyak 5.106 ton/tahun.

Pengembangan Peternakan Sapi Potong Di Cluster 2 Distrik Kebar

Melihat potensi produksi tanaman di cluster 2, sumber hijauan yang bisa

dipakai untuk pakan ternak CCO berasal dari padang rumput, jerami jagung, jerami

kedelai, hijauan yang berasal dari silvopastura (integrasi tanaman tahunan-ternak dan

integrasi kawasan konservasi-ternak), dan jerami padi. Total kapasitas tampung

ternak CCO sebanyak 9.727 ST, yang dapat dilihat pada Tabel 17.

Komoditi Produksi (ton/tahun) Luas (ha)

Jagung pipil 1.356 1.043

Kedele 6.119 859

Silase jagung 10.430 1.043

Dedak halus 1.501 1.021

Padi 10.008 1.021

Padang rumput 1.129 420

Jerami jagung 10.430 1.043

Jerami kedelai 4.297 859

(41)

29 Tabel 17. Kapasitas Tampung Ternak CCO di Cluster 2

Sumber Pakan KT (ST)

Total Kapasitas Tampung Ternak 9.727

Pakan untuk sapi di VBC dan VFC menggunakan ransum yang telah dibuat

(sama dengan ransum di Cluster 1). Jumlah VBC dan VFC yang dapat

dikembangkan di Cluster 2 dapat dihitung dengan menggunakan kapasitas produksi

ransum. Jumlah VBC adalah 30% dari jumlah kapasitas tampung ternak berdasarkan

kapasitas produksi ransum. Jumlah VFC sebanyak 70% dari jumlah kapasitas

tampung ternak berdasarkan kapasitas produksi ransum.

Kapasitas produksi ransum di Cluster 2 sebanyak dapat dilihat di Tabel 18

yaitu sebanyak 11.915 ton . Ransum sebanyak 11.915 ton dapat memenuhi

kebutuhan pakan 2.720 ST. Jumlah VBC di cluster 2 sebanyak 816 ST dan jumlah

VFC sebanyak 1.904 ST.

Tabel 18. Kapasitas Tampung Ternak Berdasarkan Produksi Ransum di Cluster 2

Formulasi Produksi (ton) Kapasitas Produksi Ransum (ton) KT (ST)

Jagung 2.190 596 2.720

Kedele 3.781 1.311

Dedak halus 1.072 1.072

Silase Jagung 10.430 8.936

Total produksi ransum 11.915

Arahan Penggunaan Lahan dan Potensi Produksi di Cluster 3 Distrik Kebar

Peta arahan penggunaan lahan di cluster 3 Distrik Kebar dapat dilihat pada

(42)

30 Gambar 8. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 3

Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (2012)

Arahan penggunaan lahan pada Cluster 3 akan ditanami padi sawah seluas

431 ha, jagung seluas 588 ha, jagung/kedelai seluas 2.184 ha, jagung/kedelai/pakan

seluas 461 ha, tanaman tahunan seluas 31 ha, dipakai untuk konservasi seluas 4.961

ha dan untuk ladang penggembalaan seluas 1.014 ha.

Tabel 19. Arahan Penggunaan Lahan Distrik Kebar Cluster 3

Simbol Arahan Pengembangan Lahan

Luas

ha %

PD Pasi sawah 431 4,46

JG Jagung 588 6,08

JG/KD Jagung / Kedelai 2.184 22,58

JG/KD/RP Jagung / Kedelai / Pakan 461 4,76

LP Pengembalaan 1.014 10,49

TT Tanaman Tahunan 31 0,33

KK Konservasi 4.961 51,31

(43)

31 Total luas lahan sebesar 9.670 ha. Fasilitas infrastruktur yang sudah ada berupa jalan

kolektor, jembatan jalan kolektor, jalan lain dan jalan setapak. Arahan penggunaan

lahan di cluster 3 dapat dilihat pada Tabel 19.

Potensi produksi hijauan dan kapasitas tampung ternak

Penghitungan potensi produksi dan kapasitas tampung ternak di cluster 3

dapat dilihat pada Tabel 20, yang menjelaskan tentang perencanaan penanaman

beberapa jenis tanaman dan jumlah kapasitas tampung ternak. Lahan akan digunakan

untuk menanam padi sawah, jagung, kedelai, dan tanaman tahunan, kemudian ada

lahan yang merupakan hutan konservasi, dan padang penggembalaan.

Lahan yang akan ditanami padi sawah seluas 431 ha akan menghasilkan padi

sebanyak 3.017 ton/tahun dan produksi limbah sebanyak 2.155 ton/tahun. Disamping

itu, ada limbah pengolahan padi berupa dedak halus sebanyak 452 ton/tahun. Total

kapasitas tampung ternak di lahan ini sebanyak 939 ST.

Lahan seluas 588 ha dengan tanda JG akan ditanami jagung sebanyak dua

kali musim panen. Satu kali untuk memproduksi jagung pipil satu kali untuk

memproduksi silase jagung. Produksi jagung di lahan ini sebanyak 1.234 ton/tahun,

sedangkan produksi limbahnya sebanyak 5.877 ton/tahun. Produksi silase jagung di

lahan ini sebanyak 5.877 ton/tahun. Total kapasitas tampung lahan ini sebanyak

2.560 ST.

Lahan dengan tanda JG/KD/RP seluas 461 ha di cluster 3 ini akan ditanami

kedelai seluruhnya sebanyak dua kali dalam setahun, sehingga produksi kedelai

sebanyak 2.027 ton/tahun dan limbahnya sebanyak 2.303 ton/tahun. Kapasitas

tampung lahan ini sebesar 1.003 ST.

Lahan dengan tanda JG/KD di cluster 3 memiliki luas sebesar 2.184 ha.

Penggunaan lahan ini dibagi menjadi dua, untuk menanam jagung seluas 1.310 ha

dan untuk menanam kedelai seluas 874 ha. Satu kali panen jagung untuk diambil

jagung pipilnya dan satu kali lagi untuk dijadikan silase jagung. Produksi jagung

pipil sebanyak 2.752 ton/tahun dengan limbah jagung sebanyak 13.104 ton/tahun.

Produksi silase jagung sebanyak 13.104 ton/tahun. Produksi kedelai di lahan ini

sebanyak 3.844 ton/tahun dan limbahnya sebanyak 4.368 ton/tahun. Total

(44)

Tabel 20. Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung Ternak di Distrik Kebar Cluster 3

Simbol Keterangan Simbol Luas Produksi/ha

(45)

33 Lahan yang dijadikan padang penggembalaan seluas 1.014 ha dapat

menampung ternak sebanyak 1.186 ST. Lahan seluas 31 ha dengan tanda TT akan

ditanami tanaman tahunan berupa coklat. Lahan ini diasumsikan dapat memproduksi

hijauan sebanyak 9,44 ton/tahun dan dapat menyediakan hijauan pakan sebanyak 4

ST. Lahan yang bertanda KK seluas 4.961 ha merupakan hutan konservasi yang

memiliki potensi produksi hijauan pakan sebanyak 1.488,39 ton/tahun, dan memiliki

kapasitas tampung ternak sebesar 648 ST. Lahan di cluster 3 memiliki total kapasitas

tampung ternak sebesar 13.950 ST.

Tabel 21 di bawah ini menjelaskan tentang potensi produksi lahan di cluster

3. Potensi produksi jagung pipil sebanyak 3.986 ton/tahun, kedelai sebanyak 5.871

ton/tahun, silase jagung 18.981 ton/tahun, dedak halus sebanyak 452 ton/tahun, padi

sebanyak 5.877 ton/tahun, padang rumput sebanyak 2.724 ton/tahun, jerami jagung

sebanyak 18.981 ton/tahun, jerami kedelai sebanyak 6.671 ton/tahun, dan jerami padi

sebanyak 2.155 ton/tahun.

Tabel 21. Potensi Produksi Lahan Cluster 3

Komoditi Produksi (ton/tahun) Luas (ha)

Jagung pipil 3.986 1.898

Kedelai 5.871 1.334

Silase jagung 18.981 1.898

Dedak halus 452 431

Padi 5.877 431

Padang rumput 2.724 1.014

Jerami jagung 18.981 1.898

Jerami kedelai 6.671 1.334

Jerami padi 2.155 431

Pengembangan Peternakan Sapi Potong di Cluster 3 Distrik Kebar

Melihat potensi produksi tanaman di cluster 3, sumber hijauan yang bisa

dipakai untuk pakan ternak CCO berasal dari padang rumput, jerami jagung, jerami

(46)

34 integrasi kawasan konservasi-ternak), dan jerami padi. Total kapasitas tampung

ternak CCO sebanyak 13.950 ST, yang dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Kapasitas Tampung Ternak CCO di Cluster 3

Sumber Pakan KT (ST)

Total Kapasitas Tampung Ternak 13.950

Pakan untuk sapi di VBC dan VFC menggunakan ransum yang telah dibuat

(sama dengan ransum di cluster 1). Jumlah VBC dan VFC yang dapat dikembangkan

di Cluster 3 dapat dihitung dengan menggunakan kapasitas produksi ransum. Jumlah

VBC adalah 30% dari jumlah kapasitas tampung ternak berdasarkan kapasitas

produksi ransum. Jumlah VFC sebanyak 70% dari jumlah kapasitas tampung ternak

berdasarkan kapasitas produksi ransum. Jumlah kapasitas tampung ternak

berdasarkan produksi ransum dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Kapasitas Tampung Ternak Berdasarkan Produksi Ransum di Cluster 3

Formulasi Produksi (ton) Kapasitas Produksi Ransum (ton) KT (ST)

Jagung 3.986 251 1.148

Kedelai 5.871 553

Dedak halus 452 452 Silase jagung 18.981 3.771 Total produksi ransum 5.028

Kapasitas tampung ternak di Cluster 3 berdasarkan kapasitas produksi

ransum adalah sebanyak 1.148 ST, hal ini dapat dilihat pada Tabel 23. Ransum

sebanyak 5.028 ton bisa memenuhi kebutuhan pakan untuk 1.148 ST. Jumlah VBC

(47)

35 Arahan Penggunaan Lahan dan Potensi Produksi

di Cluster 4 Distrik Kebar

Peta arahan penggunaan lahan di Cluster 4 Distrik Kebar dapat dilihat pada

Gambar 9.

Gambar 9. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 4

Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (2012)

Arahan penggunaan lahan pada cluster 4 akan ditanami padi sawah/jagung/kedelai seluas 3.156 ha, jagung seluas 1.796 ha, jagung/ kedelai seluas 3.866 ha, jagung/kedelai/pakan seluas 738 ha, tanaman tahunan seluas 442 ha, dipakai untuk konservasi seluas 10.599 ha dan untuk ladang penggembalaan seluas 138 ha.

Tabel 24. Arahan Penggunaan Lahan Distrik Kebar Cluster 4

Simbol Arahan Pengembangan Lahan

Luas

ha % PD/JG/KD Padi sawah/ Jagung/ Kedelai 3.156 15,55

JG Jagung 1.796 8,85

JG/KD Jagung / Kedelai 3.866 19,05 JG/KD/RP Jagung / Kedelai / Pakan 738 3,64

LP Penggembalaan 138 0,68

(48)

36 Total luas lahan cluster 4 sebesar 20.293 ha. Fasilitas infrastruktur yang sudah ada

berupa jalan kolektor, jembatan jalan kolektor, jalan lain dan jalan setapak. Arahan

penggunaan lahan di cluster 4 Distrik Kebar dapat dilihat pada Tabel 24.

Potensi produksi hijauan dan kapasitas tampung ternak

Penghitungan potensi produksi dan kapasitas tampung ternak di cluster 4

dapat dilihat pada Tabel 25, yang menjelaskan tentang perencanaan penanaman

beberapa jenis tanaman dan jumlah kapasitas tampung ternak. Lahan akan digunakan

untuk menanam padi sawah, jagung, kedelai, dan tanaman tahunan, kemudian ada

lahan yang merupakan hutan konservasi, dan padang penggembalaan.

Lahan dengan tanda PD/JG/KD dengan luas lahan sebesar 3.156 ha

seluruhnya akan ditanami padi sawah, sehingga produksi padi di daerah ini sebanyak

22.091 ton/tahun, limbah pertaniannya sebanyak 15.779 ton/tahun, dan produksi

dedak halus sebanyak 3.314 ton/tahun. Lahan ini mampu menyediakan hijauan pakan

untuk ternak sebanyak 6.873 ST.

Lahan yang bertanda JG seluas 1.796,1 ha ditanami jagung sebanyak dua

kali dalam satu tahun, masing-masing satu kali untuk memproduksi jagung pipil dan

satu kali lagi untuk memproduksi silase jagung. Produksi jagung pipil di lahan ini

sebanyak 3.772 ton/ha dan menghasilkan limbah tanaman jagung sebanyak 17.961

ton/tahun. Produksi silase jagung sebanyak 17.961 ton/tahun. Kapasitas tampung

ternak di lahan ini sebesar 7.823 ST.

Lahan dengan tanda JG/KD dengan luas 3.866 ha akan ditanami jagung

seluas 2.319,4 ha dan kedelai seluas 1.546 ha. Penanaman jagung dilakukan satu kali

pemanenan untuk memproduksi jagung pipil dan satu kali pemanenan untuk

memproduksi silase jagung. Produksi jagung pipil sebanyak 4.871 ton/ha dan

produksi limbah tanaman jagung sebanyak 23.194 ton/ha. Produksi silase jagung

sebanyak 23.194 ton/ha. Produksi kedelai sebanyak 6.804 ton/ha dan produksi

limbahnya sebanyak 7.731 ton/ha. Total kapasitas tampung ternak di lahan ini

sebesar 13.471 ST.

Lahan dengan tanda JG/KD/RP seluas 738 ha, seluruhnya akan ditanami

kedelai. Penanaman dilakukan dua kali pemanenan dalam setahun dengan produksi

(49)

Tabel 25. Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung Ternak di Distrik Kebar Cluster 4

Simbol Keterangan Simbol Luas Produksi/ha

(50)

38 ton/tahun. Tanaman kedelai ini dapat menyediakan pakan untuk ternak

sebanyak 1.608 ST.

Lahan yang merupakan padang penggembalaan seluas 138 ha, mampu

menampung ternak sebanyak 161 ST. Lahan yang merupakan hutan konservasi

dengan luas 10.599 ha diasumsikan mampu memproduksi hijauan pakan sebanyak

3.180 ton/ha, sehingga mampu menampung ternak sebanyak 1.385 ST. Total

kapasitas tampung ternak di cluster 4 sebesar 31.321 ST.

Total produksi jagung pipil di Cluster 4 sebanyak 8.643 ton/tahun, kedelai

sebanyak 10.053 ton/tahun, silase jagung sebanyak 41.155 ton/tahun, dedak halus

sebanyak 3.314 ton/tahun, padi sebanyak 17.961 ton/tahun, padang rumput sebanyak

371 ton/tahun, jerami jagung sebnyak 41.155 ton/tahun, jerami kedelai sebanyak

11.423 ton/tahun, dan jerami padi sebanyak 15.779 ton/tahun, yang disajikan pada

Tabel 26.

Tabel 26. Potensi Produksi Lahan Cluster 4

Komoditi Produksi (ton/tahun) Luas (ha)

Jagung pipil 8.643 4.116

Kedelai 10.053 2.285

Silase jagung 41.155 4.116

Dedak halus 3.314 3.156

Padi 17.961 3.156

Padang rumput 371 138

Jerami jagung 41.155 4.116 Jerami kedelai 11.423 2.285

Jerami padi 15.779 3.156

Pengembangan Peternakan Sapi Potong di Cluster 4 Distrik Kebar

Melihat potensi produksi tanaman di cluster 4, sumber hijauan yang bisa

dipakai untuk pakan ternak CCO berasal dari padang rumput, jerami jagung, jerami

kedelai, hijauan yang berasal dari silvopastura (integrasi tanaman kawasan

konservasi-ternak), dan jerami padi. Total kapasitas tampung ternak CCO sebanyak

31.321 ST. Jumlah kapasitas tampung ternak di CCO di cluster 4 dapat dilihat pada

(51)

39 Tabel 27. Kapasitas Tampung Ternak CCO di Cluster 4

Sumber Pakan KT (ST)

Hijauan padang penggembalaan 161

Jerami jagung 17.926

Jerami kedelai 4.976

Silvipastora 1.385

Jerami padi 6.873

Total kapasitas tampung ternak 31.321

Pakan untuk sapi di VBC dan VFC menggunakan ransum yang telah dibuat

(sama dengan ransum di cluster 1). Jumlah VBC dan VFC yang dapat dikembangkan

di cluster 2 dapat dihitung dengan menggunakan kapasitas produksi ransum. Jumlah

VBC adalah 30% dari jumlah kapasitas tampung ternak berdasarkan kapasitas

produksi ransum. Jumlah VFC sebanyak 70% dari jumlah kapasitas tampung ternak

berdasarkan kapasitas produksi ransum.

Kapasitas tampung ternak berdasarkan produksi ransum di cluster 4 dapat

dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Kapasitas Tampung Ternak Berdasarkan Produksi Ransum di Cluster 4

Formulasi Produksi (ton) Kapasitas Produksi Ransum (ton) KT (ST)

Jagung 8.643 1.543 7.047

Kedelai 10.053 3.395 Dedak halus 2.778 2.778 Silase jagung 41.155 23.150 Total produksi ransum 30.867

Kapasitas tampung ternak di cluster 4 berdasarkan kapasitas produksi ransum

adalah sebanyak 7.047 ST. Ransum sebanyak 30.867 ton dapat memenuhi

kebutuhan pakan untuk 7.047 ST. Jumlah VBC di cluster 4 sebanyak 2.114 ST dan

(52)

40 Pembahasan Umum

Penggunaan lahan di Distrik Kebar dibagi untuk penanaman padi sawah

seluas 1.452 ha, penanaman padi sawah/jagung/kedelai seluas 3.156 ha, penanaman

jagung seluas 2.792 ha, penanaman jagung/kedelai 8.385 ha, penanaman

jagung/kedelai/rumput seluas 1.425 ha, penanaman ladang penggembalaan seluas

2.385 ha, penanaman tanaman tahunan seluas 744 ha, dan penanaman tanaman

konservasi seluas 28.565 ha. Daerah Kebar sudah memiliki fasilitas infrastruktur

berupa jalan kolektor, jalan lain, dan jembatan jalan kolektor.

Pemetaan arahan penggunaan lahan Distrik Kebar Kabupaten Tambrauw

Papua Barat secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Peta Arahan Penggunaan Lahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Kebar

Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (2012)

Wilayah Kebar yang akan dijadikan sebagai kawasan agropolitan pertanian

terpadu, memiliki potensi dalam memproduksi berbagai tanaman pangan seperti

jagung, kedelai, padi dan beberapa jenis tanaman tahunan. Konsep kawasan

(53)

41 perkotaan yang dijadikan kawasan pertanian dipadukan dengan aspek lain berupa

peternakan dan kehutanan. Berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah, Distrik

Kebar telah memiliki peta arahan penggunaan lahan yang dibuat oleh Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

Potensi produksi Distrik Kebar dapat dihitung dengan adanya peta arahan

penggunaan lahan. Luas lahan tanam komoditi jagung, kedelai, dan padi sawah

termuat di dalam peta arahan penggunaan lahan ini, sehingga dapat diketahui potensi

produksi tanaman di Distri Kebar. Produksi tanaman pertanian dapat digunakan

untuk dijual ataupun dikonsumsi oleh para petani. Limbah pertanian ataupun limbah

pengolahan hasil pertanian akan dijadikan bahan pakan sapi potong. Limbah

pertanian yang dapat dipakai sebagai pakan ternak adalah jerami padi, jerami jagung,

dan jerami kedelai. Hal ini diharapkan dapat membantu dalam pengembangan

peternakan pembibitan sapi potong di tengah kawasan agropolitan pertanian terpadu

yang akan dikembangkan. Potensi produksi secara keseluruhan di Distrik Kebar

dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Potensi Produksi Lahan di Distrik Kebar Papua Barat

Komoditi Produksi (ton/tahun) Luas (ha)

Jagung pipil 16.428 7.823

Kedelai 21.027 4.779

Silase jagung 78.227 7.823

Dedak halus 4.838 4.608

Padi 30.987 4.608

Padang rumput 6.406 2.385

Jerami jagung 78.227 7.823

Jerami kedelai 23.740 4.779

Jerami padi 23.040 4.608

Di daerah Kebar lahan seluas 7823 ha akan ditanami jagung dengan potensi

produksi jagung pipil sebanyak 16.428 ton/tahun, silase jagung sebanyak 78.227

ton/tahun, dan jerami jagung sebanyak 78.227 ton/tahun. Lahan seluas 4.779 ha akan

Gambar

Tabel 1.  Kebutuhan Pakan Sapi Dalam Periode Berbeda
Tabel 2.  Kandungan Nutrien Bahan Pakan Asal Limbah
Tabel 3.  Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Periode 1998-2007
Tabel 4.  Luas Lahan, Produksi, Produksi Total Jagung di Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan penggunaan lahan tanpa konservasi mempengaruhi gerak aliran air menyebabkan penggerusan tebing sungai semakin intensif, sehingga diperlukan penelitian yang bertujuan untuk

Dari pelaksanaan kegiatan PPL di SD Negeri Sendangadi 1 maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan PPL dapat memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam pengembangan

Pengaruh Efisiensi Biaya Operasional dan Pengembalian Pinjaman Terhadap Laba Bersih Pada Unit Pengelolaan Kegiatan (UPK) Selangit Kecamatan Pameungpeuk Periode 2010-2016 |

Hal ini berarti, sebelum dana tersebut dapat dirilis untuk sistem terdesentralisasi, pemangku kepentingan sanitasi dan kesehatan dari masing-masing kota akan diminta untuk bertemu

Kawasan pantai yang ………..itu sesuai dijadikan kawasan perkelahan.. Orang ramai ……….dengan bunyi letupan di

UPTD Pembinaan Persekolahan Kecamatan Pontianak Utara dan Timur merupakan salah satu unit kerja Dinas Pendidikan Kota Pontianak, dan secara sistematis mengemban amanah

[r]

Pemanfaatan teknologi foto udara dengan menggunakan wahana pesawat tanpa awak untuk melaksanakan pemetaan situasi dan morfologi dari daerah kajian merupakan sebuah metode