ANALISIS PEMBIAYAAN KREDIT DENGAN PRINSIP
MUDHARABAH DAN RISIKO-RISIKONYA PADA
PT. BANK SYARIAH MANDIRI BANDUNG
PERIODE 2008-2011
“Analysis Of Credit Financing and Risk With Mudharabah Principles in PT Bank Syariah Mandiri Bandung Period 2008-2011”.
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Program Studi Keuangan dan Perbankan
Oleh :
ZAKY ALJOSHA
21508023
PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR
Judul : Analisis Pembiayaan Kredit dengan prinsip Mudharabah dan risiko- risikonya pada PT. Bank Mandiri Syariah Bandung Periode 2008-2011.
Nama : Zaky Aljosha
NIM : 21508023
Jenjang : Diploma III (DIII)
Program Studi : Keuangan dan Perbankan Fakultas : Ekonomi
Bandung, Agustus 2012
Menyetujui
,
Dosen Pembimbing
Oman Sukirman SE.,M.M NIP. 4127.02.01.001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Program Studi Keuangan dan Perbankan
(Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra.,SE.,M. Linna Ismawati, S.E M.Si
NIP. NIP.4127.34.02.008
Dekan Fakultas Ekonomi
ABSTRAK
Zaky Aljosha judul “Analisis Pembiayaan Kredit Dengan Prinsip Mudharabah dan risiko- risikonya pada PT. Bank Mandiri Syariah Bandung Periode 2008-2011“. Dibawah bimbingan Bapak Oman Sukirman S.E,. M.M
Penelitian ini dilakukan pada PT.Bank Syariah Mandiri Bandung. Fenomena yang terjadi adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang perbankan syariah khususnya pembiayaan kredit mudharabah dan risiko-risiko pembiayaan kredit dengan prinsip mudharabah , perbankan syariah di Indonesia dalam satu dekade terakhir ini terus menunjukkan perkembangan yang cepat. Hal ini terlihat dari semakin tumbuh dan berkembangnya industri perbankan syariah di tanah air. Perkembangan kegiatan usaha bank syariah ditandai dengan pertumbuhan yang cukup signifikan pada sejumlah indikator seperti jumlah bank, jaringan kantor, dana pihak ketiga dan pembiayaan yang diberikan diantaranya pembiayaan bagi hasil yang terdiri dari pembiayaan mudharabah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan deskriptif yang bersifat kuantitatif dimana penulis menerangkan bagaimana cara pembagian nisbah bagi hasil bagi masyarakat yang tertarik untuk menggunakan pembiayaan kredit dengan prinsip mudharabah.
Perhitungan nisbah bagi hasil dengan prinsip Mudharabah di Bank Syariah Mandiri bergantung pada Target Pendapatan Bank berbanding dengan target pendapatan nasabah.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Perhitungan bagi hasil yang diterapkan BSM pada pembiayaan mudharabah adalah mengacu pada profit sharing. Dalam penetapan pembagian nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan antara pihak BSM dengan nasabah yang bersangkutan. Pada prinsip Mudharabah ini semua dana ditanggung oleh pihak BSM sehingga banyak sekali nasabah yang tertarik untuk melakukan pendanaan kredit dengan prinsip mudharabah.
ABSTRACT
Zaky Aljosha title “Analysis Of Credit Financing and Risk With Mudharabah Principles in PT Bank Syariah Mandiri Bandung Period 2008-2011 “. Under the guidance of Faculty Oman Sukirman S.E,. M.M
This research was conducted at PT Bank Syariah Mandiri Bandung. Phenomenon that occurs is a lack of public knowledge about financing, especially Islamic banking and credit risks mudharabah credit financing with the principle of mudharabah, Islamic banking in Indonesia in the last decade continue to show rapid growth. This is evident from the growth and development of Islamic banking industry in the country. Development of business activities of Islamic banks is characterized by significant growth in the number of indicators such as number of bank, office networks, third-party funding and financing provided for the financing of which is composed of mudharabah.
The method used in this study using quantitative descriptive where the author explains how to share the profit sharing ratio for people who are interested in using credit financing with the principle of mudaraba. The calculation of the profit sharing ratio with the principle of Mudaraba at Bank Syariah Mandiri Bank relies on Revenue Target revenue compared with the target customer.
Based on survey results revealed that the calculation for the BSM applied on mudharabah is referring to the profit sharing. In determining the distribution of profit sharing ratio in accordance with the agreement between the BSM with the customer concerned. On the principle of Mudaraba fund is all borne by the BSM so many customers who are interested to do the principle of mudaraba credit financing.
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan tugas akhir ini, Shalawat dan Salam semoga tercurah atas Rasulullah
SAW, keluarga, sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Amin.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan tugas akhir ini masih jauh
dari sempurna. Akan tetapi selama penyusunan laporan tugas akhir ini penulis
mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak, baik dorongan moril maupun
materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan tulus penulis menyampaikan
rasa terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, Selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra.,SE.,M.Si. Selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
3. Ibu Linna Ismawati, SE.,M.Si. Selaku Ketua Program Studi Keuangan dan
Perbankan di Universitas Komputer Indonesia.
4. Ibu Windi Novianti, SE.,MM selaku dosen wali Kp-1 Program Studi
Keuangan Dan Perbankan Universitas Komputer Indonesia.
5. Bapak Oman Sukirman SE.,MM Selaku Dosen Pembimbing yang berbaik
hati membimbing dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir di Universitas
Komputer Indonesia.
7. Bapak Aden Ruhimat, mba echa khususnya pada PT. Bank Syariah Mandiri
cabang dago yang telah mengizinkan penulis melaksanakan penelitian
sekaligus pembimbing penulis diperusahaan.
8. Kepada Kedua Orang Tua Penulis, terimakasih atas kasih sayang dan do’a
yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan tugas akhir ini.
9. Kakakku, terima kasih juga atas kasih sayang dan dukungannya.
10. Semua teman-teman Penulis khususnya Kp-1 semuanya yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan dukungannya, kompak
selalu ya.
Sekali lagi penulis banyak mengucapkan terima kasih pada semua, atas
segala bantuan dan dukungannya selama ini kepada penulis.
Bandung, Agustus 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Di dalam sejarah ekonomi kaum muslim, pembiayaan yang dilakukan
dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam
sejak jaman Rasulullah SAW. Contohnya seperti praktek-praktek menerima
titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan
bisnis, serta melakukan pengiriman uang. Dengan demikian, fungsi-fungsi utama
perbankan modern yaitu menerima deposito, menyalurkan dana, dan melakukan
transfer menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam, bahkan
sejak jaman Rasulullah.
Perbankan adalah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama
yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan mengirimkan jasa
pengiriman uang.
Perbankan Syariah merupakan lembaga investasi dan jasa perbankan, di
mana sumber dana dan sistem operasionalnya berdasarkan dengan nilai-nilai
Islam, sehingga tujuannya tidak semata-mata mencari keuntungan materi,
melainkan mengikuti syariat ajaran Islam.
Perbankan syariah pertama kali dilakukan di Negara Malaysia pada
Selanjutnya usaha pendirian bank syariah dilakukan di Negara Mesir pada tahun
1963 dengan nama Mit Ghamr Local Saving Bank.
Di Indonesia sendiri bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992
adalah Bank Muamalat. Perlu diketahui bahwa produk-produk perbankan syariah
tidak hanya ditujukan bagi orang Islam saja tetapi pada hakekatnya semua orang
dan golongan. Jadi, siapapun bisa menjadi nasabah bank syariah sepanjang ia
dapat memenuhi persyaratan yang ada dan yang telah ditentukan oleh pihak bank
itu sendiri.
Sistem perbankan syariah merupakan suatu sistem yang bisa menjadi
solusi dalam permasalahan ekonomi. Saat ini penerapan ekonomi syariah sudah
semakin luas. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lembaga keuangan yang
berbasis syariah.
Perkembangan Bank Syariah saat ini sangat pesat dipicu oleh UU No. 10
tahun 1998 yang memungkinkan perbankan menjalankan dual banking system.
Bank-bank konvensional yang menguasai pasar mulai melirik dan membuka Unit
Usaha Syariah. Dalam meyediakan produk penghimpun dana, Bank Syariah tidak
melakukan pendekatan tunggal bagi para nasabahnya. Misalnya, pada tabungan
beberapa bank memperlakukannya seperti deposito, bahkan ada yang tidak
menyediakan produk tabungan sama sekali. Pada dasarnya, dilihat dari segi
sumbernya, dana Bank Syariah terdiri atas modal, titipan , investasi. Menurut
Keynes, orang membutuhkan uang untuk 3 kegunaan yaitu; transaksi, jaga-jaga,
dan investasi. Oleh karena itu produk penghimpun dana pun disesuaikan
Menurut (Muhammad Syafi'i Antonio, 2001 p. 95) Mudharabah adalah
kerjasama usaha dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahibul maal)
mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian pembagian keuntungan”. Bentuk ini menegaskan kerjasama dalam
panduan kontribusi 100% modal kas dari shahibul maal dan keahlian dari
mudharib.(Kasmir, 2002)
PT. Bank Syariah mandiri dalam pembagian nisbah Mudharabah
tergantung dari bank dan nasabahnya, apabila akad yang disepakati oleh nasabah
menginginkan porsi dari bank 100% maka nisbah untuk bank dan nasabah yaitu
60%:40%. Apabila akad yang disepakati 60%:40% maka 60% untuk bank dan
40% untuk nasabah. Penerapan pembiayaan mudharabah ini resikonya relatif
tinggi karena bila mengalami kerugian atas kelalaian pihak nasabah maka nasabah
lah yang menanggung resikonya.
Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah sedikitnya pengetahuan
para nasabah terhadap perbankan syariah khususnya pembiayaan kredit dengan
prinsip mudharabah dan risikonya yang tinggi membuat masyarakat kurang
meminati kredit dengan prinsip syariah .
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk
mengetahui dan meneliti masalah tersebut ke dalam bentuk tugas akhir dengan
judul : " Analisis Pembiayaan Kredit dengan prinsip Mudharabah dan
risiko- risikonya pada PT. Bank Syariah Mandiri Bandung Periode
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas dapat diidentifikasikan
permasalahan sebagai berikut :
1. Sedang Trendnya Perbankan syariah saat ini membuat para
nasabah tertarik untuk memakai pembiayaan dengan prinsip
mudharabah namun kurang mengetahui bagaimana penerapanya
dalam pembiayaan kredit sehingga peminatnya masih kurang
banyak.
2. Sedikitnya pengetahuan para nasabah mengenai resiko pembiayaan
syariah.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Identifikasi diatas maka penulis dapat menarik rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Sistem Pembiayaan kredit dengan prinsip Mudharabah
di Bank Syariah Mandiri Bandung.
2. Bagaimana Resiko Pembiayaan Dengan Prinsip Mudharabah di
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sistem
pembiayaan kredit dengan prinsip mudharabah dan risikonya pada PT. Bank
Syariah Mandiri Kota Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui bagaimana sistem pembiayaan kredit dengan prinsip
mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri Bandung.
2. Untuk mengetahui risiko-risiko pembiayaan dengan prinsip Mudharabah
pada PT. Bank Syariah Mandiri Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Praktis
Sebagai tambahan informasi mengenai sistem pembiayaan dengan prinsip
1.4.2 Kegunaan Akademis
Penelitian yang dilakukan penulis ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi banyak pihak yang terkait. Adapun kegunaan dari penelitian ini
adalah :
1. Bagi Penulis
Penulis dapat lebih memahami dan memperdalam ilmu mengenai
keuangan dan perbankan dan manajemen dana bank secara khusus serta dapat
mengetahui realisasi antara teori yang diperoleh selama proses belajar dengan
praktek yang terjadi dilapangan.
2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan serta
masukan bagi kemajuan PT. Bank Mandiri Syariah. Serta sebagai sumbangan
nilai bagi perusahaan yang berupa saran dan usulan-usulan sebagai bahan
pertimbangan untuk kemajuan perusahaan tersebut. Khususnya dalam pembiayaan
mudharabah.
3. Bagi Pihak lain
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi
yang bermanfaat serta dapat dijadikan sebagai referensi dalam penyusunan TA
dengan tema yang sama dan dapat dijadikan sebagai perbandingan didalam
1.5 Lokasi dan Waktu penelitian
1.5.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada PT. Bank Syariah
Mandiri kantor cabang Bandung JL. Ir. H. Juanda N0.74 Bandung .
1.5.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2012 sampai Juli 2012 pada PT.
Bank Syariah Mandiri kantor cabang Bandung JL. Ir. H. Juanda N0.74 Bandung
adapun jadwal penelitian penulis sebagai berikut :
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Bank
Secara umum bank disebut sebagai lembaga keuangan yang kegiatan
utamanya menerima simpanan, tabungan dan giro. Selain itu, bank juga dikenal
sebagai lembaga yang memberikan pinjaman uang (kredit) bagi masyarakat yang
membutuhkan. Disamping itu, bank juga sebagai tempat untuk menukar uang dan
menyediakan jasa pembayaran seperti pembayaran listrik, telefon, uang kuliah
dan pembayaran lainnya.
Pengertian bank secara umum menurut Undang - Undang NO. 10 tahun
1998 yang dikutip oleh (Kasmir, 2002 p. 23) adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup orang banyak.
2.1.2 Bank Konvensional
Bank Konvensional menurut (Kasmir, 2002 p. 33) adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip
Fungsi dasar bank adalah : (1) menyediakan tempat untuk menitipkan
uang dengan aman (safe keeping function), dan (2) menyediakan alat pembayaran
untuk membeli barang dan jasa (transaction function).
Sebagai lembaga intermediasi, bank konvensional menerima simpanan
dari nasabah dan meminjamkannya kepada nasabah (unit ekonomi) lain yang
membutuhkan dana. Atas simpanan para nasabah itu bank memberi imbalan
berupa bunga. Demikian pula, atas pemberian pinjaman itu bank mengenakan
bunga kepada para peminjam. Diakui bahwa peran bank konvensional itu telah
mampu memenuhi kebutuhan manusia, dan aktivitas perbankan dapat dipandang
sebagai wahana bagi masyarakat modern untuk membawa mereka kepada
pelaksanaan kegiatan tolong-menolong dan menghindari adanya dana-dana yang
menganggur.
2.1.3 Pengertian Bank Syariah
Dalam perbankan konvensional terdapat kegiatan-kegiatan yang dilarang
Syariah Islam, seperti menerima dan membayar bunga (riba), membiayai kegiatan
produksi dan perdagangan barang-barang yang dilarang Syaraiah.
Bank Syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam. Syariah dan tradisinya ke
dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terklait. Prinsip
utama yang di ikuti oleh bank Islami itu adalah :
(b) Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan
keuntungan yang sah.
(c) Memberikan zakat.
jika yang dimaksud dengan ”bank” adalah istilah bagi suatu lembaga
keuangan, maka istilah ”bank” tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al Qur’an.
Tetapi jika yang dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti
struktur, manajemen, fungsi, hak dan kewajiban maka semua itu disebutkan
dengan jelas, seperti zakat, shadaqah, bai’ (jual beli), maal(harta), yang memiliki
konotasi fungsi yang dilaksanakan oleh peran tertentu dalam kegiatan ekonomi.
Lembaga-lembaga itu pada akhirnya bertindak sebagai individu yang dalam
konteks fiqih.
Jadi, Perbedaan pokok antara bank syariah dengan bank konvensional
terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank Islam tidak melaksanakan
sistem bunga dalam seluruh aktifitasnya, sedangkan bank konvensional
menerapkan sistem bunga dalam seluruh aktifitasnnya bahkan menjadi salah satu
sumber pendapatan bank.
Dari sisi operasionalnya, dana yang diamanahkan oleh nasabah kepada
Bank Islam dapat berupa titipan maupun investasi, hal ini berbeda dengan
deposito pada bank konvensional dimana dengan jelas deposito pada bank
konvensional adalah upaya membungakan uang. Konsep dana titipan pada bank
memenuhinya. Adapun investasi berbeda dengan membungakan uang. Setiap
kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari usaha yang dilaksanakan,
didalamnya pula terdapat resiko untuk menerima kerugian. Konsep inilah yang
menjadi ciri khas bank Islam dimana bank dengan nasabah sama-sama salaing
berbagi baik keuntungan maupun resiko.
Dari aspek tanggung jawab sosial, bank Islam berkewajiban untuk
membayar zakat serta mengelolanya.
Dari sisi organisasi, dalam bank Islam diharuskan adanya suatu lembaga
yang mengawasi baik operasional maupun produk yang dikembangkan agar sesuai
dengan ketentuan syariah. Lembaga pengawasan tersebut disebut dengan Dewan
Pengawas Syariah (DPS).
2.1.4 Pembiayaan Bank Syariah
Dalam kegiatannya bank syariah melakukan Pembiayaan/Penyaluran dana
seperti Murabahah, ijarah, istishna, musyarakah, mudharabah.
a. Murabahah
Merupakan akad jual beli antara nasabah dengan bank syariah. Bank
syariah akan membeli barang kebutuhan nasabah untuk kemudian menjual barang
tersebut kepada nasabah dengan marjin yang telah disepakati. Harga jual (pokok
pembiayaan + marjin) tersebut akan dicicil setiap bulan selama jangka waktu yang
disepakati di muka, maka angsuran nasabah bersifat tetap selama jangka waktu
pembiayaan.
b. Ijarah
Merupakan akad sewa antara nasabah dengan bank syariah. Bank syariah
membiayai kebutuhan jasa atau manfaat suatu barang untuk kemudian disewakan
kepada nasabah. Umumnya, nasabah membayar sewa ke bank syariah setiap bulan
dengan besaran yang telah disepakati di muka.
c. Istishna
Merupakan akad jual beli antara nasabah dengan bank syariah, namun
barang yang hendak dibeli sedang dalam proses pembuatan. Bank syariah
membiayai pembuatan barang tersebut dan mendapatkan pembayaran dari
nasabah sebesar pembiayaan barang ditambah dengan marjin keuntungan.
Pembayaran angsuran pokok dan marjin kepada bank syariah tidak sekaligus pada
akhir periode, melainkan dicicil sesuai dengan kesepakatan. Umumnya bank
syariah memanfaatkan skema ini untuk pembiayaan konstruksi.
d. Musyarakah
Merupakan akad berbasis bagi hasil, dimana bank syariah tidak menanggung
e. Mudharabah
Mudharabah adalah kerjasama usaha dua atau lebih pihak dimana pemilik
modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
(mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan”. Bentuk ini
menegaskan kerjasama dalam panduan kontribusi 100% modal kas dari shahibul
maaldan keahlian dari mudharib. Sistem Mudharabah dibagi 2, yaitu:
1. Mudharabah Mutlagoh
Mudharabah Muthlagah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal
dengan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi
jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus
saleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan if’ al ma syi’ta (lakukanlah
sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar.
2. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted
mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari Mudharabah Muthlagoh.
Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, dan tempat usaha.
Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si
shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.
Secara eksplisit dalam al-Qur’an tidak dijelaskan langsung mengenai
mudharabah diambil sebanyak lima puluh delapan kali, namun ayat-ayat Qur’an
tersebut memiliki kaitan dengan mudharabah, meski diakui sebagai kaitan yang
jauh, menunjukkan arti “perjalanan” atau “perjalanan untuk tujuan dagang”
Dalam Islam akad mudharabah dibolehkan, karena bertujuan untuk saling
membantu antara rab al-mal (investor) dengan pengelola dagang (mudharib).
Demikian dikatakan oleh Ibn Rusyd dari madzhab Maliki bahwa kebolehan akad
mudharabah merupakan suatu kelonggaran yang khusus. Dasar hukum yang biasa
digunakan oleh para Fuqaha tentang kebolehan bentuk kerjasama ini adalah
firman Allah dalam Surah al-Muzzammil ayat 20 :
Artinya : “ .dan sebagian mereka berjalan di bumi mencari karunia Allah .”.
(Al-muzammil : 20)
Artinya : “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil
perdagangan) dari Tuhanmu .”. (al-Baqarah : 198).
Kedua ayat tersebut di atas, secara umum mengandung kebolehan akad
mudharabah, yang secara bekerjasama mencari rezeki yang ditebarkan Allah SWT
di muka bumi. Kemudian dalam Sabda Rasulullah SAW. dijumpai sebuah riwayat
dalam kasus mudharabah yang dilakukan oleh ‘Abbas Ibn al-Muthalib yang
(kepada seorang yang pakar dalam perdagangan) melalui akad mudharabah, dia
mengemukakan syarat bahwa harta itu jangan diperdagangkan melalui lautan,
juga jangan menempuh lembah-lembah, dan tidak boleh dibelikan hewan ternak
yang sakit tidak dapat bergerak atau berjalan. Jika (ketiga) hal itu dilakukan, maka
pengelola modal dikenai ganti rugi. Kemudian syarat yang dikemukakan ‘Abbas
Ibn Abd al-Muthalib ini sampai kepada Rasulullah SAW, dan Rasul
membolehkannya”. (HR. Ath-Tabrani).
Dalam hal rukun akad mudharabah terdapat beberapa perbedaan pendapat
antara Ulama Hanafiyah dengan Jumhur Ulama. Ulama Hanafiyah berpendapat
bahwa yang menjadi rukun akad mudharabah adalah Ijab dan Qabul. Sedangkan
Jumhur Ulama menyatakan bahwa rukun akad mudharabah adalah terdiri atas
orang yang berakad, modal, keuntungan, kerja dan kad; tidak hanya terbatas pada
rukun sebagaimana yang dikemukakan Ulama Hanafiyah, akan tetapi, Ulama
Hanafiyah memasukkan rukun-rukun yang disebutkan Jumhur Ulama itu, selain
Ijab dan Qabul sebagai syarat akad mudharabah.
Adapun syarat-syarat mudharabah, sesuai dengan rukun yang
dikemukakan Jumhur Ulama di atas adalah :
1. Orang yang berakal harus cakap bertindak hukum dan cakap diangkat
sebagai wakil.
2. Mengenai modal disyaratkan : a) berbentuk uang, b) jelas jumlahnya, c)
karenanya jika modal itu berbentuk barang, menurut Ulama Fiqh tidak
dibolehkan, karena sulit untuk menentukan keuntungannya.
3. Yang terkait dengan keuntungan disyaratkan bahwa pembagian
keuntungan harus jelas dan bagian masing-masing diambil dari
keuntungan dagang itu.
Pembahasan mudharabah dalam Perbankan Islam lebih cenderung bersifat
aplikatif dan praktis, jika dibandingkan dengan literatur fiqh yang bersifat teoritis.
Kontrak mudharabah bank-bank Islam saat ini sudah menjamur diseluruh dunia,
terutama di Timur Tengah.
Perbankan Islam telah menjadi istilah yang sudah tidak asing baik di dunia
Muslim maupun di dunia Barat. Istilah tersebut mewakili suatu bentuk perbankan
dan pembiayaan yang berusaha menyediakan layanan-layanan bebas ‘bunga’
kepada para nasabah. Umumnya, kontrak mudharabah digunakan dalam
perbankan Islam untuk tujuan dagang jangka pendek dan untuk suatu kongsi
khusus.
Kontrak-kontrak tersebut yang ada seringkali berarti jual-beli barang, yang
menunjukkan sifat dagang dari kontrak ini. Para nasabah bank Islam mengikuti
kontrak-kontrak mudharabah dengan bank Islam. Mudharib (nasabah) setelah
menerima dukungan pendanaan dari bank, membeli sejumlah atau senilai tertentu
dari barang yang sangat spesifik dari seorang penjual dan menjualnya kepada
pihak ketiga dengan suatu laba. Sebelum disetujuinya pendanaan, mudharib
sumber dimana barang dapat dibeli serta semua biaya yang terkait dengan
pembelian barang tersebut. Kepada bank mudharib menyajikan
pernyataan-pernyataan finansial yang disyaratkan menyangkut harga jual yang diharapkan,
arus kas (cash flow) dan batas laba (profit margin), yang akan dikaji oleh bank
sebelum diambil keputusan apapun tentang pendanaan. Biasanya bank akan
memberi dana yang diperlukan jika ia telah cukup puas dengan batas laba yang
diharapkan atas dana yang diberikan.
Jika mudharabah tidak menghasilkan suatu keuntungan, si mudharib tidak
akan mendapatkan sedikitpun upah atas kerjanya. Dalam hal ini mengalami
kerugian sepanjang tidak ditemukan bukti salah guna dan salah urus mudharib
atas dana mudharabah atau sepanjang tidak ditentukan pelanggaran atas
syarat-syarat yang ditetapkan oleh bank. Jika terbukti demikian, maka mudharib sendiri
yang akan menanggung kerugian, dalam kasus mana jaminan yang terkait dengan
tanggung jawab nasabah harus diberikan kepada bank.
2.2 Kerangka Pemikiran
Menabung dan berinvestasi bagi seorang muslim sangat dianjurkan.
Dengan menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan
perencanaan masa yang akan datang sekaligus untuk berjaga-jaga menghadapi
hal-hal yang tidak diinginkan. Tindakan bersiap-siap dan mengantisipasi masa
depan keturunan baik secara rohani (iman/taqwa) maupun secara ekonomi harus
Secara umum bank merupakan lembaga perantara (intermediatery) yaitu
lembaga yang mempunyai tugas pokok untuk menghimpun dana masyarakat dan
menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.
Pengertian Bank menurut undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998
tanggal 10 November 1998 yang dikutip oleh (Kasmir, 2008 p. 25) adalah sebagai
berikut :
“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Perbankan syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan
yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam. Usaha pembentukan
sistem ini didasari oleh larangan dalam agama islam untuk memungut maupun
meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi
untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (misal: usaha yang berkaitan dengan
produksi makanan/minuman haram, usaha media yang tidak islami dll), dimana
hal ini tidak dapat dijamin oleh system perbankan konvensional.
Bank syariah dalam menjalankan operasinya tidak menggunakan sistem
bunga, akan tetapi menggunakan sistem bagi hasil yang sesuai dengan prinsip
syariah sebagai dasar penentukan imbalan yang diterima atas jasa pembiayaan
yang diberikan dan atau pemberian atas dana masyarakat yang disimpan pada
bank syariah.
Dari nisbah atau bagi hasil pembiayaan yang telah disepakati oleh pihak
yang diperoleh merupakan pendapatan bagi bank dan menjadi tolak ukur
keberhasilan pengelolaan perusahaan. Oleh karena itu, semakin besar tingkat
pembiayaan yang disalurkan maka tingkat pendapatan operasional yang akan
diperoleh pihak bank juga semakin besar, dan akan mempengaruhi laba
operasional bank.
Salah satu pembiayaan syariah adalah pembiayaan dengan prinsip bagi
hasil, yaitu pembiayaan Mudharabah dan pembiayaan Musyarakah.
Adapun pengertian mudharabah yaitu ”Mudharabah adalah kerjasama
usaha dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahibul maal)
mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian pembagian keuntungan”. Bentuk ini menegaskan kerjasama dalam
panduan kontribusi 100% modal kas dari shahibul maaldan keahlian dari
mudharib.
(Sumber : (Bank Mandiri Syariah))
Sistem Mudharabah dibagi 2, yaitu:
1. Mudharabah Mutlagoh
Yang dimaksud Mudharabah Muthlagah adalah bentuk kerjasama antara
shahibul maal dengan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi
oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih
ulama salafus saleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan if’ al ma syi’ta
(lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberi kekuasaan
sangat besar.
Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted
mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari Mudharabah Muthlagoh.
Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, dan tempat usaha.
Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si
shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.
Pihak bank untuk mengambil alih dalam risiko dari setiap kerugian tidak
begitu saja terjadi. Ia melewati bermacam-macam cara untuk menghilangkan
ketidakpastian yang mungkin terjadi dalam kongsi mudharabah murni. Risiko
aktuarial dalam kongsi mudharabah seperti yang digunakan dalam perbankan
Islam dapat diukur dan dapat dipastikan. Untuk alasan inilah, dapat dikatakan
bahwa mudharabah bank Islam sedikit berbeda dengan penyelenggaraan investasi
berisiko rendah maupun investasi bebas risiko manapun.
Untuk lebih jelasnya proses analisis dengan sistem mudharabah dan risiko
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran BANK
BANK SYARIAH BANK
KONVENSIONAL
A.MURABAHAH PEMBIAYAAN
B.IJARAH
C.ISTHISNA
D.MUSYARAKAH
RISIKO
PEMBIAYAAN
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Bank Syariah Mandiri
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah
sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana
diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis
multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan
beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan
masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri
perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami
krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan
merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki
oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT
Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi
tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger)
empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo)
menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli
1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT
Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah
di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU
No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi
syariah (dual banking system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan
UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT
Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya,
Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan
infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional
menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank
Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23
tanggal 8 September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan
oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999,
Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi
PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut,
PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25
Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang
mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi
kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani
inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam
kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun
Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.
Visi PT. Bank Syariah Mandiri
Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha.
Misi PT. Bank Syariah Mandiri
1. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan
2. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM
3. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan
kerja yang sehat
4. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal
4.1.2 Struktur Organisasi Pada Bank Syariah Mandiri
Struktur organisasi yang baik adalah struktur organisasi yang didalamnya
menggambarkan tugas dan wewenang yang harus dijalankan sesuai dengan
posisinya dalam suatu organisasi tersebut. Dengan kata lain, dalam struktur
organisasi yang baik tidak akan terjadi penyerobotan wewenang dan
pelemparan tanggung jawab oleh dan kepada orang atau bagian lain. Berikut
ini adalah struktur organisasi Bank Mandiri Syariah Bandung :
Sumber laporan keuangan PT Bank Syariah Mandiri
4.1.3 Deskripsi Jabatan Pada Bank Syariah Mandiri
1.General meeting of shareholder ( Rapat Umum Pemegang Saham )
wewenang khusus dan tertinggi yang memberikan kewenangan bagi para
pemegang sahamnya untuk memutuskan hal-hal penting yang tidak termasuk
dalam hal-hal yang bersifat operasional sehari-hari.
2. Dewan Komisaris
Tugas Dewan Komisaris :
a. Memastikan terselenggaranya pelaksanaan GCG dalam setiap kegiatan
usaha bank pada seluruh tingkatan atau organisasi.
b. Melakukan pengawasan, pengarahan serta evaluasi kepengurusan Bank
serta memberikan persetujuan atas rencana korporasi dan recana bisnis
perseroan.
c. Mengkaji dan menyetujui yang diusulkan oleh direksi, kebijakan
penyertaan modal dan penyertaan modal sementara.
d. Mengevaluasi laporan tahunan yang dipersiapkan direksi sebelum RUPS,
mengusulkan penujukkan akuntan publik, atas rekomendasi Komite Audit,
untuk melakukan audit atas laporan keuangan Bank.
3. Dewan Pengawas Syariah
Menurut Surat Keputusan DSN MUI No.Kep-98/MUI/III/2001 tentang
Susunan Pengurus DSN MUI Masa Bhakti Th. 2000-2005 bahwa DSN
1. Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah,
2. Mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan syariah kepada
pimpinan lembaga yang bersangkutan dan kepada DSN.
3. Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan
syariah yang diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya dua kali dalam
satu tahun anggaran.
4. Merumuskan permasalahan yang memerlukan pembahasan dengan DSN.
4.Komite eksekutif
Komite Eksekutif terdiri dari :
a. Komite Manajemen Resiko
Komite Manajemen Kredit adalah memberikan masukan dalam hal
kebijakan dan prosedur penerapan manajemen Risiko, penilaian potensi risiko
dalam portofolio perseroan dan mengevaluasi efektivitas pelaksanaan Manajemen
Resiko di Perseroan.
b. Komite Kebijakan Kredit
Komite Kebijakan Kredit bertanggung jawab memberikan masukan
kepada direksi sehubungan dengan penyusunan ketentuan perkreditan bank (KPB)
serta mengawasi pelaksanaan KPB dan memberikan saran kepada direksi untuk
perubahan atau penambahan KPB.
Tugas Steering Teknologi Sistem Informasi:
1. Merencanakan kebijakan umum penggunaan teknologi sistem informasi.
2. Menyusun dan merencanakan strategi pengembangan Teknologi Sistem
Informasi jangka pendek maupun jangka panjang untuk mendukung
strategi bisnis bank.
3. Menyusun anggaran untuk keperluan penggunaan teknologi sistem
informasi.
4. Menentukan kebijakan penting Teknologi Sistem Informasi seperti
kebijakan keamanan teknologi sistem informasi dan manajemen risiko
teknologi.
5. Merencanakan kebutuhan dan pengembangan SDM Teknologi Sistem
Informasi.
6. Mengawasi tingkat efisiensi dan efektifitas pemanfaatan Teknologi Sistem
Informasi Oleh Bank.
7. Menjadi penghubung antara divisi Teknologi Informasi dengan pengguna
sistem Informasi.
5.Audit commities remuneration & nomination comite risk monitoring
- Audit Commities ( Komite Audit )
Komite Audit bertugas melakukan pemantauan dan evaluasi perencanaan
audit serta pemantauan atas tindak lanjut hasil audit dalam rangka menilai
Komite Remunerasi bertugas mengevaluasi kebijakan remunerisasi yang
berlaku pada bank, Pemantauan sistem remunerasi pihak lain, mempelajari
ketentuan dan perundangan yang berlaku dan merekomendasikan kepada dewan
komisaris atas kebijakan SDM mengenai syara kepegawaian, remunerasi, dan
tunjangan pensiun yang memadai
Komite Nominasi bertugas menyusun, memberikan rekomendasi
mengenai sistem dan prosedur pilihan dan atau penggantian anggota dewan
komisaris, direksi, dewan pengawas syariah kepada dewan komisaris untuk
diputuskan oleh RUPS.
6.Director of Commercial Banking
Kepala Bank Komersial, membawahi :
a. Division of Commercial Banking
b. Division of small scale micro banking and cooperatives
c. Division of Treasury
d. Division of International Banking
e. Division of Subsidary Companies Management
7.Director of Consumer Banking
Kepala divisi consumer banking yang menangani informasi tentang
1. Division of consumer Banking
2. Division of card center and electronic banking
3. Division of network and service development.
8.Director of operations
Kepala operasional bank yang membawahi :
a.Divisi IT
Berkoordinasi dalam aspek teknologi pemrosesan/ pengelolaan
data transaksi, administrasi kredit, treasury settlement dan
pengembangan suatu database informasi nasabah.
b.Divisi Finance & Accounting
Berkoordinasi untuk menyusun Anggaran Program dan Divisi.
c.Division of corporate secretary
Tugas Corporate Secretary adalah:
1. Merencanakan dan mengembangkan pembentukan citra perusahaan serta
citra produk jasa perseroan.
2. Mengikuti perkembangan pasar modal, khususnya peraturan-peraturan
yang berlaku di pasar modal.
3. Merencanakan serta mengembangkan aktivitas hubungan masyarakat.
5. Mengkoordinasi penyelesaian RUPS.
d.Division of operation services
1. Bertanggungjawab atas kelancaran operasi dan pelaksanaan lingkungan
operasional yang nyaman, dukungan back office yang memadai, serta sistem
kerja di Bank ini.
2. Memastikan bahwa sistem kerja yang digunakan selalu terbaru dan ikut
berkembang selaras dengan berubahnya produk dan teknologi dalam industri
perbankan.
3. Memastikan bahwa sistem kerja cash center untuk kebutuhan likuiditas kantor
cabang dapat terpenuhi dengan baik sesuai ketentuan.
4. Bertanggungjawab atas semua aktivitas terkait administrasi Credit.
5. Memastikan operasional bisnis dapat berjalan sesuai kajian hukum yang
berlaku.
9.Director of compliance risk and human capital
Kepala divisi yang bertugas membawahi:
a. Divisi Legal & Compliance
b. Divisi Risk Management
c. Divisi of Human Capital
10.Divisi Internal Audit
Melakukan koordinasi dalam rangka mendapatkan hasil pemeriksaan baik
hasil pemeriksaan umum maupun hasil pemeriksaan khusus dari setiap unit kerja
untuk bahan perencanaan, pengembangan serta pengelolaan Divisi.
11.Divisi Strategy Planning
Berkoordinasi untuk menyusun Strategi dan Business Plan Divisi ini.
12.ALCO
Melakukan koordinasi dalam rangka menyampaikan data dan kajian untuk
bahan pembahasan Rapat ALCO serta mendapatkan hasil keputusan rapat yang
berkaitan dengan operation services.
4.1.4 Aspek Kegiatan PT. Bank Syariah Mandiri
Dalam operasionalnya, bank syariah Mandiri menggunakan beberapa
skema yang bersesuaian dengan syariah sebagaimana dijelaskan sbb.:
Pendanaan/Penghimpunan dana: Wadiah dan mudharabah.
a. Wadiah (titipan)
Dengan skema wadiah, nasabah menitipkan dananya kepada bank syariah.
Nasabah memperkenankan dananya dimanfaatkan oleh bank syariah untuk
beragam keperluan (yang sesuai syariah). Namun bila nasabah hendak menarik
dana, bank syariah berkewajiban untuk menyediakan dana tersebut. Umumnya
BSM menggunakan skema ini untuk BSM Giro, BSM TabunganKu dan
BSM Tabungan Simpatik.
b. Mudharabah (investasi)
Dengan skema mudharabah, nasabah menginvestasikan dananya kepada
bank syariah untuk dikelola. Dalam skema ini, BSM berfungsi sebagai manajer
investasi bagi nasabah dana. Nasabah mempercayakan pengelolaan dana tersebut
untuk keperluan bisnis yang menguntungkan (dan sesuai syariah). Hasil
keuntungan dari bisnis tersebut akan dibagi hasilkan antara nasabah dana dengan
BSM sesuai nisbah yang telah disepakai di muka.
BSM menggunakan skema ini untuk BSM Deposito, Tabungan BSM, BSM
Tabungan Berencana, BSM Tabungan Mabrur, BSM Tabungan Investa Cendekia
dan BSM Tabungan Kurban.
Pembiayaan/Penyaluran dana: Murabahah, ijarah, istishna, mudharabah,
musyarakah dsb.
A. Murabahah
Merupakan akad jual beli antara nasabah dengan bank syariah. Bank syariah
akan membeli barang kebutuhan nasabah untuk kemudian menjual barang tersebut
kepada nasabah dengan marjin yang telah disepakati. Harga jual (pokok
pembiayaan + marjin) tersebut akan dicicil setiap bulan selama jangka waktu yang
disepakati di muka, maka angsuran nasabah bersifat tetap selama jangka waktu
pembiayaan.
Hampir seluruh pembiayaan konsumtif BSM (BSM Griya, BSM Oto)
menggunakan skema ini. Skema ini juga banyak dipergunakan BSM dalam
pembiayaan modal kerja atau investasi yang berbentuk barang. Sekitar 70%
pembiayaan bank syariah menggunakan skema murabahah.
B. Ijarah
Merupakan akad sewa antara nasabah dengan bank syariah. Bank syariah
membiayai kebutuhan jasa atau manfaat suatu barang untuk kemudian disewakan
kepada nasabah. Umumnya, nasabah membayar sewa ke bank syariah setiap bulan
dengan besaran yang telah disepakati di muka.
BSM mengaplikasikan skema ini pada BSM Pembiayaan Eduka
(pembiayaan untuk kuliah) dan BSM Pembiayaan Umrah. Beberapa pembiayaan
investasi juga menggunakan skema ijarah, khususnya skema ijarah muntahiya bit
tamlik (IMBT).
C. Istishna
Merupakan akad jual beli antara nasabah dengan bank syariah, namun barang
yang hendak dibeli sedang dalam proses pembuatan. Bank syariah membiayai
pembuatan barang tersebut dan mendapatkan pembayaran dari nasabah sebesar
pembiayaan barang ditambah dengan marjin keuntungan. Pembayaran angsuran
melainkan dicicil sesuai dengan kesepakatan. Umumnya bank syariah
memanfaatkan skema ini untuk pembiayaan konstruksi.
D. Mudharabah
Merupakan akad berbasis bagi hasil, dimana bank syariah menanggung
sepenuhnya kebutuhan modal usaha/investasi.
E. Musyarakah
Merupakan akad berbasis bagi hasil, dimana bank syariah tidak menanggung
sepenuhnya kebutuhan modal usaha/investasi (biasanya sekitar 70 s.d. 80%).
Jasa: Wakalah, rahn, kafalah, dsb.
1. Wakalah
Wakalah berarti perwalian/perwakilan. Artinya BSM bekerja untuk mewakili
nasabah dalam melakukan suatu hal. BSM mengaplikasikan skema ini pada
beragam layanannya semisal transfer uang, L/C, SKBDN dsb.
2. Rahn
Rahn bermakna gadai. Artinya bank syariah meminjamkan uang (qardh)
kepada nasabah dengan jaminan yang dititipkan nasabah ke bank syariah. Bank
syariah memungut biaya penitipan jaminan tersebut untuk menutup biaya dan
keuntungan bank syariah.
BSM mengaplikasikan skema ini pada BSM Gadai Emas iB.
Dengan skema kafalah, bank syariah menjamin nasabahnya. Bila terjadi
sesuatu dengan nasabah, bank syariah akan bertanggung jawab kepada pihak ke-3
sesuai kesepakatan awal.
BSM mengaplikasikan skema ini pada produk BSM Bank Garansi.
4.2 Pembahasan Penelitian
4.2.1 Sistem Bagi Hasil Dengan Prinsip Mudharabah
Menurut (Muhammad Syafi'i Antonio, 2001 p. 95) ”Mudharabah adalah
kerjasama usaha dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahibul maal)
mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian pembagian keuntungan”. Bentuk ini menegaskan kerjasama dalam
panduan kontribusi 100% modal kas dari shahibul maaldan keahlian dari
mudharib.
Sistem Mudharabah dibagi 2, yaitu:
1. Mudharabah Mutlagoh
Yang dimaksud Mudharabah Muthlagah adalah bentuk kerjasama
antara shahibul maal dengan mudharib yang cakupannya sangat luas
dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah
bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus saleh seringkali
dicontohkan dengan ungkapan if’ al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu)
dari shahibul maal ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar.
Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah
restricted mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari
Mudharabah Muthlagoh. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha,
waktu, dan tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali
mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki
jenis dunia usaha.
Perhitungan bagi hasil di BSM pada pembiayaan Mudharabah
sebagaimana diketahui dalam pembagian keuntungan dibagi sesuai dengan
kesepakatan (tidak harus dibagi rata). Sedangkan kerugiannya harus dibagi
menurut porsi dana masing-masing.
Berikut ini akan diberikan contoh sederhana untuk perhitungan bagi hasil
dari pembiayaan mudharabah pada BSM.
A. Plafond Pembiayaan Nasabah = Rp. 100.000.000
B. Jangka waktu = 12 Bulan
C. Expectade Rate = 20%
D. Pendapatan omset/bulan = Rp.20.000.000/bulan
Perhitungan nisbah bagi hasil dengan prinsip Mudharabah :
Target Pendapatan Bank = Limit Plafon pembiayaan X Expected Rate
Rp. 100.000.000 X 20% = Rp.20.000.000/tahun = Rp. 1.666.667 / bulan
Rp. 20.000.000 X 12 = Rp. Rp. 240.000.000
Nisbah Bagi Hasil = Target pendapatan Bank X 100%
Target Pendapatan Nasabah Setahun
= Rp. 20.000.000 X 100%
Rp.240.000.000
= 8,33% Nisbah bagi hasil bank
=91,67 % Nisbah bagi hasil nasabah
Dari perhitungan bagi hasil diatas maka nasabah pada akhir proyek harus
mengembalikan dana sebesar Rp.100.000.000 ( dana dari pinjaman bank), dana
tersebut harus tiap bulan membayarnya, bisa saja dalam jangka waktu 12 bulan itu
dibayar sebanyak 5x angsuran atau lebih asalkan sesuai dengan kesepakatan
waktu akad antara nasabah dan pihak bank. Serta keuntungan tiap bulannya
Rp.20.000.000 harus dibagi hasilnya antara nasabah dan pihak bank, nisbah bagi
hasilnya yaitu bagi hasil bank sebesar Rp.1.666.000 dan untuk nasabah sebesar
Rp. 18.334.000.
Dilihat dari perhitungan diatas nasabah memang mendapatkan keuntungan
yang cukup besar karena nisbah bagi hasil nasabah lebih besar dari nisbah bagi
hasil bagi Bank namun dilihat dari laporan keuangan terdapat penurunan nisbah
Tabel 4.1
Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri
( Dalam Ribuan Rupiah )
Tahun Pembiayaan Mudharabah Fluktuasi
Rp %
Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri tahun 2008-2011
itu dikarenakan resiko pembiayaan kredit mudharabah jika terjadi kerugian karena
kelalaian nasabah maka nasabah yang harus menanggungnya maka dari itu
banyak nasabah yang tidak menggunakan pembiayaan kredit dengan mudharabah
lagi karena kebanyakan masyarakat Indonesia tidak mau mengalami resiko
kegagalan.
4.2.2 Resiko Pembiayaan Dengan Prinsip Mudharabah.
Bank Syariah Mandiri sebagai pemberi dana dalam melakukan penilaian
permohonan pembiayaan kepada nasabah akan memperhatikan beberapa prinsip
ada nasabah yang menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam
kontrak yang telah disepakati sebelumnya, dan penyembunyian keuntungan oleh
nasabah, bila nasabahnya tidak jujur ataupun kesalahan disengaja oleh nasabah
yang bersangkutan, oleh karena itu prinsip yang biasa dilakukan BSM dikenal
dengan prinsip 5c :
1. Prinsip Watak ( Character )
Bank Syariah Mandiri melakukan penilaian terhadap calon peminjam dari
segi kepribadian atau karakternya, diantaranya bersikpa tenang dan terbuka dalam
mendiskusikan permohonan pembiayaan, keadaan rumah tangganya yang rukun
dan tentram (keluarga sakinah). Mempunyai nama baik di lingkungan kerja/
tempat tinggalnya, menunjukkan perkembangan dalam kehidupan social ekonomi,
jujur, disiplin selalu berusaha menepati janji, ramah pada orang lain, santun dalam
berbahasa.
2. Prinsip Kemampuan ( Capacity )
Bank Syariah Mandiri melakukan penilaian tentang kemampuan peminjam
untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan catatan prestasi
peminjam di masa lalu, cara usahanya dan lain sebagainya, diantaranya jumlah
hasil usaha lebih besar dari nilai pembayaran barang, tingkat keuntungan usaha
layak dibandingkan kewajiban membayar pembiayaan kewajiban angsuran
maksimal 50% dari penghasilan perbulan bersih, membayar kembali pinjaman
Bank Syariah Mandiri melakukan penilaian terhadap calon peminjam dari
segi kemampuan modal yang dimiliki atau perusahaan secara keseluruhan dan
kelayakan usahanya, diantaranya jumlag modal sendiri tidak kurang 30% terhadap
nilai pembiayaan, modal sendiri ditempatkan secara aman dan produktif, tidak
memiliki hutang dari sumber lain dalam jumlah yang akan menganggu
kemampuan bayar, usahanya merupakan sumber mata pencarian pokok, telah
memiliki pengalaman berwirausaha, sumber dagang/bahan baku dan bahan
penolong mudah diperoleh, prospek pemasaran bagus dan masih dapat diperluas,
telah memiliki langganan yang tetap, jumlah usaha yang sejenis belum terlalu
banyak, manajemen usaha secara tekun dan sunggh-sungguh, jumlah omzet
penjualan per periode stabil atau meningkat, administrasi usaha dilakukan dengan
tertib.
4. Prinsip Jaminan ( Colateral )
Tidak memiliki hutang dari sumber lain dalam jumlah yang akan
menganggu kemampuan bayar, usahanya merupakan sumber mata pencarian
pokok, telah memiliki pengalaman berwirausaha, sumber dagang/bahan baku dan
bahan penolong mudah diperoleh, prospek pemasaran bagus dan masih dapat
diperluas, telah memiliki langganan yang tetap, jumlah usaha yang sejenis belum
terlalu banyak, manajemen usaha secara tekun dan sunggh-sungguh, jumlah omzet
penjualan per periode stabil atau meningkat, administrasi usaha dilakukan dengan
tertib, memiliki upaya pencegahan dan penanggulangan resiko yang
membahayakan usaha, ada pihak yang menjamin keamanan pembiayaan, nilai
memiliki jumlah tabungan yang cukup sebagai pelengkap jaminan (min.1x
angsur) , bersedia memberikan harta milik pribadi sebagai jaminan pembiayaan
tambahan (bila perlu), suami istri bersedia ikut menandatangani dokumen
perjanjian pembiayaan yang sah secara hukum.
5. Prinsip Lingkungan usaha / Kondisi Ekonomi ( Conditions of economic)
Pihak BSM harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi dimasyarakat dan
secara spesifik melihat adanya ketertarikan dengan jenis usaha yang dilakukan
oleh calon peminjam. Hal tersebut dilakukan karena kondisi eksternal memiliki
pengaruh yang cukup besar dalam proses berjalanya usaha calon peminjam dalam
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, sebagaimana telah diuraikan diatas dengan
mengacu pada rumusan masalah penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional terletak pada
landasan falsafah yang dianutnya. Bank Islam tidak melaksanakan
sistem bunga dalam seluruh aktifitasnya, sedangkan bank konvensional
menerapkan sistem bunga dalam seluruh aktifitasnnya bahkan menjadi
salah satu sumber pendapatan bank.
2. Perhitungan bagi hasil yang diterapkan BSM pada pembiayaan
mudharabah adalah mengacu pada profit sharing. Dalam penetapan
pembagian nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan antara pihak
BSM dengan nasabah yang bersangkutan. Pada prinsip Mudharabah
ini semua dana ditanggung oleh pihak BSM sehingga banyak sekali
nasabah yang tertarik untuk melakukan pendanaan kredit dengan
3. Resiko dalam pembiayaan kredit dengan prinsip mudharabah ini ada
nasabah yang menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam
kontrak yang telah disepakati sebelumnya, dan penyembunyian
keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur ataupun
kesalahan disengaja oleh nasabah yang bersangkutan, oleh karena itu
prinsip yang biasa dilakukan BSM dikenal dengan prinsip 5c yaitu
character (watak nasabah), capacity (kemampuan nasabah), capital
(modal nasabah), collateral (jaminan dari nasabah), Conditions of
economic ( Kondisi ekonomi di masyarakat).
5.2 Saran
Dari hasil analisa dan kesimpulan yang ada dapat dianjurkan saran-saran
yang dapat berguna dan bermanfaat untuk BSM sebagai berikut :
1. BSM harus lebih mensosialisasikan tentang pembiayaan kredit dengan
prinsip mudharabah pada masyarakat agar lebih banyak lagi masyarakat
yang tertarik untuk melakukan pembiayaan kredit usaha nya dengan
prinsip mudharabah. Dan sebelum memberikan pembiayaan BSM harus
memberikan arahan terlebih dahulu mengenai pembiayaan kredit dengan
sistem mudharabah ini agar tidak terjadi penyimpangan.
2. BSM harus meningkatkan pengawasan terhadap nasabah yang melakukan
3. Pihak BSM agar lebih meningkatkan kegiatan perbankan syariah sehingga
masyarakat dapat melakukan kegiatan perbankan dengan aman baik secara
duniawi maupun akhirat sesuai syariat islam.
Saran bagi peneliti berikutnya
1. Karena penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan data
sebanyak 4 tahun. Maka disarankan untuk penelitian
berikutnya,menggunakan data lebih dari 4 tahun dan mencoba analisis
Daftar Pustaka
Moh Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003.
Bank Mandiri Syariah. www.syariahmandiri.co.id. [Online]
Husein Umar. 2006. Metode Riset Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Jonathan Sarwono. 2005. Teori dan Praktek,Riset dan Pemasaran dengan SPSS. Yogyakarta : Andi, 2005.
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008.
—. 2002. Manajemen Perbankan. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002.
Muhammad Syafi'i Antonio. 2001. Bank Syariah dari teori ke praktik. Jakarta : Gema Insani, 2001.
Sugiyono. 2007. Metoda Penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Jakarta : alfabeta, 2007.
—. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta, 2010.
Suharsimi Arikunto. 2001. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Salemba Empat, 2001.
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Zaky Aljosha
NIM : 21508023
Tempat Tgl Lahir : Dumai , 12 Mei 1989
Agama : Islam
Alamat : Jl. Anyelir Blok A/BB 70 Bukit Datuk Dumai
Telp/Hp : 081221635077
DATA PENDIDIKAN
SD 005 Karang Anyer , Dumai tahun 1996-2002
SMP Ykpp, Dumai tahun 2002-2005
SMA Ykp, Dumai tahun 2005-2008
Universitas Komputer Indonesia( Keuangan dan Perbankan/D3 ) tahun 2008 –