• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkawinan usia muda menurut hukum islam : studi kasus desa dangdang kec.cisauk tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perkawinan usia muda menurut hukum islam : studi kasus desa dangdang kec.cisauk tangerang"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

IMIARTI SAHARA

102043224951

PROGRAM STUD! PERBANDINGAN HUKUM JURUSAN PERB.-\.\'DINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARl'AH DAN HUKUM Ull'\ SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

· Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukwn Islam

Oleh:

L'\HAR'Il SAHARA NL'\I: 102043224951

Di Bawah Bimbingan :

Pembimbing II

Z----セセM

Kamarusdiana MH :\IP.150 285 972

PROGRAllil STUDI PERBANDINGAN HUKUllil

.JURUSAN PERBA.'.'\DINGAN

A|NQazhaセ@ daセ@

HlfKU.\f

FAKl'LTAS SYARI'AH DAN HUKU1VI

l'Il\' SYARIF HIDA YATl'LLAH

.!.\ K.-\ RT.\

(3)

munaqasyah Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 November 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh sarjana program Strata I (SI) pada jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum program studi Perbandingan Hukum.

Jakarta, 23 November 2006 l\lengesahkan

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM KIP. 150 210 422

Ketua_

Sekretaris

Panitin Ujian

: DR. H. Ahmad Mukri Aji, MA NIP. 150 220 544

: Muhammad Taufiqi, M.Ag NIP. 150 290 159

Pembimbing I : Yavan Sopvan, M.Ag NIP. 150 227 991 Pembimbing II Kamarusdiana, MH

NIP. 150 285 972

Penguji I : Dra. Hj. Halimah Ismail NIP. 150 075 192

Pcnguji II : Sri Hidavati, M.Ag NIP. 150 282 403

セMMMMMMᄋMᄋMMᄋMMᄋ@

---(

...

,

...

)

-(/,&.?:.. ... )

ML⦅セセL⦅jヲヲ[N@

-セセ@

(4)

menciptakan ilmu pengetahuan kepada manusia, sehingga manusia dapat mencari dan menemukan segala pengetahuan yang ingin ia cari. Tentunya semua itu tidak lepas dari izin dan karunia yang diberikan oleh-Nya, sehingga penulis diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sang pemberi syafa' at, semoga kelak kita semua pengikutnya dapat diberikan syafa'atnya padahari kebangkitan nanti, Amiin.

Dalam penulisan skripsi ini, banyak hal yang dapat kita jadikan pelajaran dan pengalaman yang amat berarti bagi kita. Selain untuk memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Hukum [slam pada Program Studi Perbandingan Hukum, Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, juga mernpakan informasi yang mungkin dibutuhkan baei petualang ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan tentang Perkawinan Usia Muda.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan begitu saja tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hat[ dan sebagai bentuk penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu, men.:iukung, dan mengarahkan dengan tulus dan ikhlas, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.

(5)

2. Ketua Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum UIN Syarif hidayatullah Jakarta, Bapak DR. H. Ahmad Mukri Adji, M.A., dan Sekretaris Jurusan, Bapak Kamarusdiana, S.Ag, M.H.

3. Bapak Yayan Sofyan M.Ag dan Bapak Kamarusdiana sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini.

4. Kepala Perpustakaan Fakultas Syari'ah dan Hukum, Kepala Perpustakaan Utarna UIN Syarif Hidayatttllah Jakarta dan Kepala Perpustakaan Umum Iman Jama beserta karyawan-karyawannya, serta ternan-ternan yang telah rnembantu melengkapi bahan kepustakaan penulis.

5. Kedua orang tua yang tercinta, Ayahanda, !mun Sahara dan lbrmda, Sanimah, yang telah berjasa mengasuh, rnendidik dan tak henti-hentinya mendo'akan anakrnu (penulis), memberikan dorongan baik moril maupun materiil, se'.lingga penulis dapat menyelesaikan sl..-iipsi ini.

6. Kepala KUA Cisauk, Bapak H. Lukman Hakim HS.BA., beserta staf-stafnya, serta segenap warga masyarakat Desa Dangdang yang telah membantu dan memberikan data-data dalam penulisan skripsi ini.

7. Lurah Desa Dangdang beserta staf-stafnya yang telah membantu dan rnr,mberikan data-data dalarn penulisan skripsi ini.

(6)

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

I 0. Teman - teman yang telah memberikan bantuan yang tak ternilai baik secara langsung maupun tidak langsung; Nurjannah, Marli, mas bejo, Ida, Bang Oji, Opi dan sebagainya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas amal baik mereka serta mendapat ridho di sisi-Nya. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amiin.

Jakarta ... 1427 H ... 2006M

(7)

KATA PENGANTAR ... ···-···--·-·-···-···--····-···---··· DAFfAR ISI ···-··· II

BABl PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 8

D. Metodelogi Penelitian dan Teknik Penulisan ···-···--··· 9

E. Sistematika Penulisan ····-···-···-···-··· [3

BAB ll TIN.JAUAN UMUM TENTANG PERI(A \VINAN USL\ MUDA A. Pengertian Perkawinan Usia Muda ---···-····---···--- ... ··---·--- !4

B. Sebab-sebab Terjadinya Perkmvinan Usia Muda ····-···--···---···· 17

C. Dampak Dari Perkawinan Usia Muda dan Upaya Penanggulangan Perkavvinan Usia Muda ... -·---···-····---···-····--·--···-····----···--· 27

D. Pandangan Hukum Islam Tentang Perkawinan Usia Muda -···-···- 36

BAB III セondisi@ OBYEI\."flF \VILA YAH DESA DANG DANG KECAMATAN CJSAUK TANGERANG A. Kondisi ObyektifWilayah Kecamatan Cisauk Tangerang I. Letak Geografis ... 2. Kondisi D<:mogratls .. a_ Ju:nlah Penduduk .. 46 ---- -- 46

(8)

d. Sarana Umum ... 48

B. Kondisi ObyektifWilayah Desa Dangdang l. Letak Geografis ... 49

2. Kondisi Demografis ... 50

a. Jumlah Pnduduk ... 50

b. Kondisi Ekonomi ... 51

c. Tingkat Pndidikan ... 5 l d. Sarana Um um ... 52

BAB N PERKA \VINAN USIA MUDA PADA MASYARAKAT DESA DANG DANG KECAl\lA TAl'J CI<;; AUK A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perkawinan di Usia Muda ... 55

B. Pemberian Izin Orang Tua Bagi Anaknya Dalam Perkawinan di Usia Muda ... 64

C. Analisa Tentang Perkawinan Usia Muda Pada Masyarakat Desa Dang Dang Kecamatan Cisauk Tangerang ... 71

BAB V PENUTlJP A. Kesimpulan. ··· 79

(9)
(10)

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan adalah akad yang sangat knat (mitsaqan ghalidzan) yang dilakukan secara sadar oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk membentuk keluarga yang pelaksanaannya didasarkan pada kerelaan dan kesempatan kedua belah pihak. Oleh karena itu, perkawinan bukanlah ibadah dalam arti kewajiban, melainkan hanya hubungan sosial kemanusiaan semata. Perkawinan akan bemilai ibadah, jika diniatkan untuk mencari keridhaan Allah SWT1• Perkmvinan

salah satu sunnatullah yang umum berlaku pada semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Perkawinan suatu eara vang dipilih Allah sebagai jalan bagi manusia untuk beranak, berkembang biak dan kelestarian hidupnya, setelah masing-masing pasangan siap melakukan perantaranya yang positif dalam mewujudkan tujuan perkawinan2. Hal ini sebagaimana terca!ltum di dalam

Al-Qur'an surat Al-Hujuraat ayat 13:

1

t..1uhammad Zain dan Mukhtar Al Shodiq. aヲ・QQQィオQエセGuャャ@ K.J/uarga flt1111a11is (('ounter Lcf!al

/)rc?fl aZッQQQェjゥO」コセMェ@ Huk11111 lrlan1 Yang Kontro1·ersial flu}, (Jakarta, Grahacipta. 2005), cet_ ke-l, ィセRS@

2

Say)'id Sabiq. Fikih S1mnah, ctlih Bahasa Ors. Moh Thalib. (Bandung, Al-Ma'arif !9%!

(11)

Artinya:

"Wahai manusia, bertaqwalah kamu sekalian kepada Tuhanmu yang re/ah

me1!iadikan kamu dari satu sisi, lafu fa jadikan dari padanya ェッ、ッャQQセカ。L@ kemudian

Dia kembang-biakkan menjadi Iaki-laki dan perempuan yang banyak sekali ". (Q.S.

Al-Hujuraat: 13)

Tujuau perkawinan menurut Islam untuk membentuk suatu keluarga yang bahagia dan ham1onis yaitu suatu keluarga yang hidup tenang, rukun dan damai, serta diliputi oleh rasa kasih sayang untuk mendapatkan keturunan yang sah, yang akan melanjutkan cita-cita orang tuanya. Hal ini sesuai dengan firman Allah surat ar-Rmn ayat 21:

} "' ,. J

0 :>...,;,., LNNMセM セM - セG@ , \ Mセj@I . 0 -

-("-'

--

'-'

.

../

-

-

-'

-

-01 ..;G'1 '.,..-.

-... .../

Artinya:

'Dan di antara tanda kebesaran Allah adalah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari dirimu supaya kamu hidup tenang dan Dia men/adikan

antara kamu kecintaan dan kesantunan ". (Q.S. ar-Rum: 21)

(12)

laki-laki ketika didampingi seorang istri yang mulia dalam naungan rumah tangga yang bahagia. Anugerah perkawinan yang ketiga ialah ikatan cinta kasih suami istri.3

Keluarga yang dibentuk melalui perkawinan adalah unit yang terkecil dan fundementalis bagi pembinaan masyarakat. Berhubungan dengan akibat yang sangat penting inilah dari kehidupan bersama, maka masyarakat membutuhkan suatu peraturan dari hidup bersama ini yaitu mengenai syarat-syarat untuk peresmian, pelaksanaan dan terhentinya hidup bersama itu. 4

Mengingat tujuan perkawinan yang sangat luliur itu, sebagaimana yang disyaratkan oleh Allah dalam ayat itu, dan mengingat pula hikmah dan tujuan lain perkawinan, antara lain ialah untuk memenuhi fitrah manusia dengan cara yang halal, sehat dan terhormat, untuk memenuhi seksual instingnya, yang tidak mungkin dibunuh atau dilenyapkan dengan cara apa pun, untuk mcnjaga kelangsungan dan kemurnian nasabnya, dan sekaligus untuk menghindari perbuatan zina yang dapat merusak kesehatan dan dapat mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat5.

Perkawinan merupakan suatu hal yang dilakukan 、セョァ。ョ@ serius yang mengakibatkan seseorang akan terikat seumur hidup dengan pasangannya. Oleh karena itu, perkawinan membutuhka:: persiapan yang rnatang, yaitu kematangan fisik .serta kedewasaan mental. Pada dasarnya kematangan jiwa sangat besar artinya untuk

·' Muham1nad Ali As Shabuni. f1er11ikaha11 I>tni y。ョセN[[@ lslan1i, Penerjemah: /\;1ashuri lkhwani,

(Jakarta, Pustaka Amani, 1996). cet ke-l, h.2

'1 Wirjono Prodjodikoro, Ff11k11111 f)erkm1·i11a11 di Indonesia, (Bandung. \ .. orkik Van lloeve,

1959), h.7

'MasjJi1k 7uhdi, S111di ls/am: Muama/a/J. (Jakarta, PT RajaGrnfindo. 1993). cet. ke-2. Jilid

(13)

memasuki gerbang rumah tangga. Perkawinan pada usia muda di mana seseorang belum siap mental maupun fisik., sering menimbulkan masalah di belakang hari, bahkan tidak sedikit berantakan di tengah jalan6 Para psikolog mengkhawatirkan perkawinan di usia muda akan menemui kegagalan karena sangat tergantung pada keadaan jiwa seseorang. Hal itu juga dikuatkan oleh pendapat para dokter, bahwa sebelum melangsungkan perkawinan hendaknya calon suami istri benar-benar berpikir secara matang terutama kesiapan jasmaninya. Dari sini dapat diketahui bahwa perkawinan di usia mi;da punya resiko tinggi, apalagi kalau sampai menemui kegagalan dan kehancuran dalam meniti kehidupan rumah tang,,oa7. Akan tetapi

sungguh sangat disayangkan kebanyakan orang tidak memperhatikan hal ini, bahkan ada sebagian orang yang dipaksakan menikah pada usia muda karena dorongan tradisi atau kebiasaan masyarakat yang telah mengakar dalam kehidupannya, dan ada pula karena terbentur faktor ekonomi.

Undang-undang No. J Tahun 1974 tentang perkawinan mengatur batas umur seorang laki-laki maupun wanita yang akan melangsungkan perkawinan. Di dalam pasal 7 ayat 1 menyatakan bahwa "Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun·'. Adanya batasan minimal usia perkawinan bagi calon suami tersebut adalah karena keluarga

J) A. Zuhdi J\fuhdlor, AfeJT1a11a111i Hukurn l'erkm1·111an (1\rika/J, JlJ/ak. C'erai dan J\u}11k.1.

(Bandung, Al-Bay•n. l 995 ), eel ke-2, h. l 8 7

Syaikh Abdul Aziz bin Abdurrahman Al Musnad Khalid bin Ali Al-Anbari. Perkawinan dan Masa/ahnya, Penerjemah DRS Musifin As'ad dkk, (Jakarta, Pustaka Al-Kautsar. 1995). cet.

(14)

menuntut adanya peran dan tanggtmg jawab yang besar antara lali-Jaki dan

perempuan, sehingga usia tersebut dipandang matang untuk menjalankan tugas dan

tanggung jawabnya sebagai seorang suami dalam keluarga, baik secara psikologis

maupun biologis untuk mengemban fungsi-fungsinya. Sedangkan adanya batasan

minimal usia perkawinan bagi calon isteri adalah karena kawin pada usia muda bagi

wanita rentan menimbulkan berbagai resiko, baik bersifat biologis seperti kerusakan

organ-organ reproduksi kehamilan dan resiko psikologis berupa ketida1'1mmpuan

mengemban tugas-tugas rumah tangga dengan baik.

Di samping itu perkawinan di usia muda juga mempunyai hubungan dengan

masalah kependudukan.Ternyata bahwa batas umur yang lebih muda bagi seorang

wanita untuk menikah, mengakibatkan laju kelahiran yang lebih tinggi jika

dibandingkan dengan batas umur yang Iebih dewasa. Berhubungan dengan itu maka

Undang-undang Perkawinan menentukan batas umur untuk menikah baik bai,>i

seorang laki-laki maupun wanita.

Berangkat dari kondisi masyarakat yang. d;!mikian, . banyak dijumpai

perkawinan yang tidak bahagia clikalangan pasanga.n muda tersebut dan tingginya

angka perceraian, khususnya di daerah pedesaan, Gadis-gadis desa yang sederhana

banyak yang kawin dalam usia muda dan kadang-kadang bagi mereka kawin cerai

berkali-kali tidak menjadi soal, hingga dalam usia 25 tahun banyak di antara mereka

yang sudah dua atau tiga kali menikah8. Selain itu sering dijumpai kelahiran

8

Dadang l":Ia•vari dkk, Qセ・イウゥ。OjエQQQ@ Ale111y11 J>er/an1·ina11 jャQョセHサ@ Lestari, (Jakarta, Pustaka Nセ|ョエ。イ。N@

(15)

abnormal, seperti bayi lahir cacat atau meninggal dan ibu sakit bahkan juga meninggal akibat kehamilan terjadi pada wanita yang masih remaja.

Kompleksitas masalah dalam perkawinan yang terjadi pada masa kini banyak menyentak perhatian dari berbagai kalangan. lmplikasi-implikasi dari persoalan dalam perkawinan bukan hanya tidak tercapainya tujuan perkawinan tetapi sudah mencapai pada kondisi yang sangat memprihatinkan seperti banyaknya kasus perceraian. Kenyataan ini seharusnya dapat dijadikan sebagai masukau berharga yang dapat menggugah kesadaran semua pihak. Oleh karenanya kematangan .fisik dan kedewasaan jiwa dipandang perlu, karena diharapkan buah dari perkawinan menghasilakan keturunan atau generasi yang sehat lahir dan batin untuk memperkokoh pertumbuhan bangsa di masa mendatang.

Islam tidak mengenal batas usia untuk menikah. Hal -ini dimaksudkan untuk menekan rasio nafsu sahwat serendah mungkin serta meninggikan nilai keperawanan dan kemurnian seksual. Akan tetapi akad perkawinan yang sebenamya haruslah ditunda sampai kedua belah pihak ( calon suami istri) betul-betul m.emasuki usia yang siap mengikat hubungan perkawinan. 9

Menurut Abdullah al-Maraghi, pengarang kitab al-Zawaj al-Tha/aq

Ji

Jami 'ii

.Adyan, pada umumnya seorang pria yang mencapai usia 18 tahun dan seorang wanita

yang mencapai umur 16 tahun baru mericapai kematangan fisik., psik1s, dan mental. Ali Akbar juga menegaskan bahwa umur yang baik untuk mulai menikah ialah 18

9

(16)

sampai dengan 20 tahun bagi \vanita dan 25 tahun ke atas bagi laki-laki. 10 Kematangan usia tersebut idealnya berupa hasil akumulasi kesiapan fisik, ekonomi, sosial, mental dan kejiwaan, agan1a dan budaya. Perkawinan membutuhkan kematangan yang bukan sekedar bersifat biologis, tetapi juga kematangan psikologis dan sosial 11•

Mengenai masalah perkawinan di usia muda, penulis mengambil cuplikan dari beberapa kasus yang terjadi di Desa Dangdang. Desa Da:igdang adalah salah satu desa yang berada di wilayah Kecan1atan Cisauk Tangerang yang mayoritas penduduk aslinya beragama Islam.

Dari berbagai informasi secara formal maupun informal, bahwa di daerah Kecamatan Cisauk, Khususnya Desa Dangdang banyak terjadi perkawinan di usia muda. Hal ini bisa terlaksana dengan berbagai alasan yang bersifat subyektif dan kondisional. Alasan yang bersifat subye1.1:if seperti karena si perempuan itu takut kalau nanti ia dibilang perawan tua. Sedangkan alasan yang bersifat kondisional ialah karena fak'tor pendidikan dan desakan ekonomi, selain itu karena _kawin di usir: muda memang sudah menjadi tradisi atau kebiasaan di Desa Dangdang kh;;susnya untuk anak perempuan. Oleh karena itu dalam kesempatan penulisan skripsi ini, penulis . mencoba meneliti lebih jauh untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya ー・イォュ|セョ。ョ@ di usia muda serta resiko yang mengancam eksisitensi dan keutuhim

10

Masjfuk Zuhdi, Studi Islam: Muamalah, Op.Cit., h. 31 11

セQオィ。ョQョQ。、@ Zain dan Muhl'1.ar A.I Shodiq, 1\.fe11rl1<.Tl1,'5U1l Keluarga Htunanis HHセッオョエ・イ@ Legal

(17)

rwnah tangga tersebut, sehingga dapat diketahui dengan jelas benang merah antara perkawian tersebut dan dampaknya terhadap keutuhan rumah tangga.

Lebih dari itu, penuJis juga mencoba untuk mengetahui upaya penanggulangan perkawinan di usia muda. Kemudian penulis juga mencoba untuk mengetahui berapa batasan usia yang baik untuk menikah.

Berangkat dari Iatar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penulisan skripsi dengan judul: Perkawinan lf.5ia Muda Menurut Hukum l5/am (Studi Kasus Desa Dangdang Kecamatm1 Cisauk Tangerang).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini terbatas hanya pada faktor-faktor utama yang menyebabkan terjadinya perkawinan di usia muda, khususnya yang dilakukan u1eh anak perempuan saja.

Adapun pokok masalah yang akan dibahas dalam skripsi 1m, dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa fak"tor-faktor penyebab terjadinya perkawfoan di usia セオ、。_@

2. Apa saja dampak perkawinan di usia rr.uda?

3. Bagaimana pandangan hukum Islam tentang perkawinan usia muda di Desa Dangdang?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

(18)

a. Untuk mengetahui faktor-fak-tor penyebab terjadinya perkawinan di usia muda

b. Untuk mengetahui dampak perkawinan di usia muda

c. Untuk mengetahui pandangan hukum Islan1 tentang perkawinan usia muda di Desa Dangdang

2. Adapun kegunaan dari hasil penelitian ini adalah diharapkan dapat berguna dalam memberikan sumbangan yang berharga bagi khaz.anah ilmu pengetahuan, yaitu sebagai berikut:

a. Bagi Penulis sendiri, dapat menambah pengetahuan yang berharga mengenai dampak-dampak yang ditimbuikan dari perkawinan usia muda dan upaya penanggulangannya

b. Sebagai bahan bacaan tambahan di kalangan akademis dan sumber referensi untuk mendalami pengetahuan mengenai masalah-masalah dalam perkawinan.

D. 1\/fetodologi Penelitian

I. Jenis Penelitian

(19)

yang nyata. Kemudian metode kualitatif digunakan untuk mengutamakan segi kualitas data.

2. Lokasi Penelitian dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Dangdang. Desa Dangdang adalah salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Cisauk. Di mana mayoritas penduduknya beragama Islam.

Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di desa Dangdang adalah karena desa tersebut merupakan salah satu desa diantara 11 (sebelas) desa lainnya yang ada di Kecamatan Cisauk yang tingkat perkawinan usia mudanya relatiftinggi. Selain itujuga karena desa Dangdang merupakan desa yang letaknya terpencil atau jauh dmi kota dibandingkan dengan desa yang lainnya.

Selain penentuan lokasi, peneliti juga menentukan subyek penelitian. Dalam hal menentukan subyek penelitian ini ditunjuk beberapa infom1an dan beberepa responden untuk mendapatkan data ·atau ォ・エ・イ。ョセ。ョ@ yang betul-betul re!evan dengan masalah yang diangkat dahm penelitian ini.

Adapun para informan tersebut adalah kepala KUA Cisauk dan ketua RT setempat maupun tokoh masyarakat yang ada di desa tersebut. Sedangkan yang menjadi responden adalah para istri yang melakukan perkawinan di usia muda.

(20)

infom1an yang seibarat bola salju, yang pada mulanya kecil kemudian semakin membesar ( Sanapiah l 990 ). Dalam konteks ini peneliti setelah mendapatkan informasi dari informan tersebut, kemudian menanyakan kepada informan yang bersangkutan untuk memberikan ganbaran kepada siapa Jagi informan yang dapat peneliti mintai data yang berkaitan dengan penelitian ini, demikian seterusnya ke infonnan Jainnya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalani penelitian ini teknik pengumpulan datanya adalah sebagai berikut:

a. Wawancara mendalam, yaitu metode pengumpulan data dengan jalan memberikan pertanyaan-per<anyaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Adapun jenis wawancara yang peneliti lakukan adalah wawancara terbuka, yaitu peneliti memberikan kebebasan diri kepada responden untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan mendorongnya untuk berbicara secara luas dan mendalam. Wawancara tersebut dilakukan kepada para informa11 maupun responden guna mendapatkan data atau keterangan yang diharapkan sebagai data primer. Selain itu, wawancara dilakukan dengan tidak berstruktur dan tidak terlalu fonnal karena untuk menghindari kekakuan antara peneliti dengan pihak

responden dengan wawancara bersifat pribadi.

(21)

itu, secara Jangsung ak:an dapat memperoleh data yang dikehendald pada . . I"

saat itu Juga.

-Untuk penyempumaan data dari hasil penelitian ini khususnya data lapangan dilakukan pula penelitian pustaka sebagai data sekunder, seperti buku-buku yang menyangkut tentang perkawinan, peraturan

perundang-undangan dalam ha! ini Undang-undang Perkawinan No. I Tahun 1974, serta bahan-bahan pustaka lainnya yang berkaitan erat dengan masalah yang sedang penulis teliti.

4. Analisa Data

Setelah data terkumpul kemudian penulis menganalisanya dengan menggunakan metode content analisys (analisis isi). Dalam penelitian kualitatif, penggunaan analisis isi lebih banyak ditekankan pada bagaimana simbol-simbol yang ada pada komunikasi itu terbaca dalam interaksi sosial, dan bagaimana simbol-simbol itu terbaca dan dianalisis oleh penelitiB

Sedangkan dalam penulisan, penulis ditlam menyl!Sun skripsi im menggunakan huku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan DiseHasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

12

Soerjono Soekanto .. l)enganu1r l)e11ehtia11 f/11k11n1, Hj。ォ。イエ。セ@ Penerbit Universitas Indonesia,

1986), h. o7

JJ Burhan bオョァゥョセ@ Afet{)(,fologi J>eueli1ia11 K11a/i1a1{f· A1auu/isasi Alet0tfo/of.iis ke Aarah

(22)

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, dan disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah., pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunan penelitian, metodologi penelitian dan teknik penulisaan, serta sistematika penulisan.

BAB II: Dalam bab ini dibahas mengenai pengertian perkawinan usia muda, sebab-sebab terjadinya perkawinan usia muda, dampak dan upaya penanggulangan perkawinan usia muda, pandangan hukum Islam tentang perkawinan usia muda

BAB III : Dalam bab ini diperkenalkan kondisi obyektif wilayah Kecamatan Cisauk yang meliputi letak geografis dan kondisi demografis, yang terd1ri darijumlah penduduk, kondisi ekonorni, tingkat pendidikan, dan sarana urnum. Dan juga tentang kondisi obyektif wilayah Desa Dangdang yang rneliputi letak geografis dan kondisi demoi,>rafis, yang terdiri dari jumlah penduduk, kondisi ekonomi, tingkat pendidikan, dan sarana umurn.

BAB IV : Dalam bab ini dibahas tentang perkawinan usia muda pada rnasyarakat Desa Dangdang Kecamatan Cisauk, yang meliputi faktor-faktor penyebab terjadinya perkawinan di usia muda, pemberian izin orang tua bagi anaknya dalam perka1vinan di usii: muda, dampak terjadinya perkawinan di usia muda dan analisa tentang perkawinan usia muda pada masyarakat Desa Dangdang Kecarnatan Cisauk.

(23)

A. Pengertian Perkawinan Usia Muda

Perkawinan usia muda terdiri dari dua kata yaitu perkawinan dan usia muda. Pernikahan berasal dari bahasa arab yaitu ti.s,u1 artinya menghimpun dan mengumpul. Dalam pengertian fiqh nikah adalah akad yang mengandung kebolehan melakukan hubungan suami isteri dengan lafal nikah atau kawin atau yang sesuai dengan itu. 1

Nikah adalah salah satu asa pokok hidup yang paling utama dalam pergaulan atau t!;_itG isセ@ masyarakat yang sempuma. Pernikahan itu bukan saja

merupakan suatu jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi juga dapat dipandang sebagai satu jalan menuju pintu perkenalan antara suatu kaum dengan !mum lain.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nil:a!i &dalafi suatu perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami isteri (secara resmi), dan jika perkawinan tidak dihadiri oleh saksi maka perkawinan (hidup sebagai suami isteri) itu tidak sah. 2

1

Ei1siklopec/i fs/a111../, (Jakarta: Ichtiar Banr Van Hove, 1994), Cet.ke-3, h. 32

2

(24)

Menurut Sulaiman Rasjid di dalam bukunya yang berjudul "fiqh Islam", mengartikan nikah adalah salah satu asas pokok hidup yang paling utama dalam pergaulan atau masyarakat 3

Sedangkan dalam kitab Al-Fiqh al-Jslami Wa 'adillatuh karangan Wahbah az-Zuhaily, menyebutkan bahwa definisi nikah menu rut bahasa adalah berkumpul, sedangkan menurut hukum syara' definisi nikah adalah suatu akad perkawinan, dan perkawinan menurut istilah yaitu suatu akad yang mengandung maJ..'Ila untuk diperbolehkannya bersenang-senang antara seorang Jaki-laki dengan seorang perempuan.4

Di dalam pasal I Undang-undang Perkawinan Tahun 1974, perkawinan adalah ikatan Jahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri.dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 5

Dengan perkataan ikatan lahir batin itu dimaksudkan bahwa baik suami isteri tidak boleh semata-mata !Janya berupa ikatan lahiria1! saja dalam makna 3eorang pria dan wanita l<idup bersama sebagai suami isteri dalam ikatan formal, tetapi juga kedua-duanya harus membina ikatan batin. Dari uraian tersebut bahwa perkawinan menurut Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 ini tidak

3

Sulaiman Rasjid, Fiqh hlam, (Jakarta: Attariyah. 1996), h. 355

'Wahbah Al-Zuhaily, Al-Fiqh Al-fslami Wa'ad1/la111/1t1h. (Beinit. Dar al-Fikr, 1989),

Cet.ke-3, Juz Vll, h.29

5

(25)

semata-mata hubungan hukum saja antara seorang pria dengan seorang \vanita, tetapi juga mengandung aspek-aspek lainya, yaitu agama, biologis, sosial, dan juga adat istiadat. 6

Sedangkan yang dimaksud perkawinan usia muda adalah perkawinan yang dilangsungkan oleh satu calon mempelai atau keduanya belum memenuhi syarat umur yang ditentukan dalam Undang-undang Perkawinan No.l Tahun 1974 terutama pasal 7 ayat (I): "Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun".

Apabila dihubungkan antara pasal l ayat ( l) Undang-undang Perkawinan No. l Tahun 1974 dengan pasal 7 ayat (I), maka pengertian tersebut mengandung beberapa unsur:

L. Perkawinan merupakan ikatan antara seorang pria dengan seorang wanita 2. Perkawinan merupakan ikatan lahir dan batin

3. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga (mmah tan&,oa) yang kekal dan bahagia

4. Perkawinan itu d;,pat dilangsungkan setelah berusia 16 tahun bagi calon mempelai wanita dan 19 tahun bagi calon mempelai pria.

5. Dispensasi kawin dari pengadilan

Dari unsur di atas dapat diambil pengertian bahwa perka\vinan di usia muda adalah perkawinan yang dilangsungkan oleh salah satu pihak atau kedua

(26)

calon mempelai yang belum mencapai wnur 16 tahun bagi calon mempelai wanita dan bagi calon mempelai pria belum mencapai umur 19 tahun.

Yang dimaksud dispensasi kawin di sini adalah suatu penetapan dari Pengadilan Agama bagi mereka yang beragama Islam dan Pengadilan Negeri selain yang beragama Islam.

B. Sebab-sebab Terjadinya Perkawinan Usia Muda

Perkawinan disyariatkan sebagai ibadah kepada Allah dan mengikuti sunnah rasul, untuk membangun rumah tangga atau keluarga bahagia dan kekal dengan jalinan mawaddah dan rahmah, menuju keluarga sakinah guna melahirkan generasi manusia yang baik dan berkualitas.

U ntuk mencapai tujuan lersebut diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu dan kesiapan yang cukup bagi kedua calon mempelai seperti kedewasaan fisik dan mental, kesamaan pandangan hidup dan agama serta berbagai aspek lain seperti kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya.

(27)

dan sehat. Untuk itu harus dicegah adanya perkawinan antara calon suami isteri yang masih di bawah umur. Di samping itu, perkawinan mempunyai hubungan masalah kependudukan. Ternyata bahwa batas umur yang lebih rendah bagi seorang wanita untuk kawin, mengakibatkan laju kelahiran yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan batas nmur yang lebih tinggi. Selain itn pembatasan umur ini penting pula artinya untuk mencegah prak1:ek kawin yang "terlampau muda", seperti banyak terjadi di desa-desa yang mempunyai berbagai akibat yang negatif Lebih dari itu, adanya pembatasan umur bertujuan demi untuk menjaga kesehatan, keturunan maupun kemantapan dalam mengarungi rumah tangga kelak di kemudian hari. Berhubungan dengan itu, maka Undang-undang Perkawinan menentnkan batas umur untuk kawin baik bagi pria maupun wanita

Pasal 7 ayat (I) Undang-undang Perkawinan menetapkan pria harus sudah mencapai umur 19 ( sembilan be las) talmn dan wanita harus sud ah mencapai umur 6 (enam belas) tahun, barn diizinkan untuk melangsungkan perkawinan. Apabila belnm mencapai umur tersebut, untuk melangsungkan ー・イォセキゥョ。ョ@ diperlukan suatu dispensasi dari Pengadilw atau Pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tna pihak pria maupun pihak wanita. 7 Dan jika salah satt: dari calon mempelai atau keduanya belum mencapai umur 21 tahun, maka harus mendapat izin dari kedua orang tua sabagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 2,3,4 dan 5

Undang-undang p・イォュ|セョ。ョ@ No.] Tahun J 974.

7

K. \Vantjik Saleh. fl11la1111 11erka11·n1a11 J1u/011esia, (Jakarta: Ghalia Indonesia. l

(28)

Pada intinya agama mengajarkan kepada manusia untuk segera menikah apabila telah sanggup melaksanakannya. Untuk masyarakat perkotaan, batasan menikah jadi lebih ketat karena harus didukung oleh beberapa faktor kesiapan mental dan material. Akan tetapi tidak berarti menutup kemungkinan bagi yang telah membutuhkan pernikahan, maka tidak dilarang untuk melangsungkan pernikahan tersebut walaupun kesiapannya belum memadai. Masyarakat pedesaan misalnya, langsung segera menikahkan putra-putrinya bila anak-anak mereka telah baligh atau dewasa sec.ara lahiriyah. Dapat pula dimaklumi bahwa anak-anak muda cenderung emosional karena secara psikologis, mental spritualnya belum stabil dan banyak mengalami perselisihan dalarn rumah tangga hanya 1'arena ha! "sepele".

(29)

Dalam Al Qur'an disebutkan bahwa manusia diciptakan berpasang-pasangan. Hal yang menjad.i pennasalahan adalah pada usia berapa dan bagaimana seseorang dipandang layak untuk menikah.

Dewasa ini perkawinan muda masih banyak terjadi. Malahan yang lebih tragis banyak terjadi pemalsuan umur, yaitu anak gadis yang barn bernsia 14 (empat belas) atau 15 (lima belas) tahun diakui sudah berumur 16 (enam belas) tahun, atau anak laki-laki yang berusia l7 (tujuh belas) atau 18 (delapan belas) tahun diakui sudah 19 (sembilan belas) tahun, ha! ini d.ilakukan supaya lolos sensor untuk kawin. 8

Perkawinan usia muda tidak hanya terjadi di desa-desa tetapi juga di kola-kota dengan sebab yang sama. Terlebih lagi di kota-kota besar dewasa ini sering terjadi perkawinan di bawah umur karena sebab kecelakaan atau si gad is dilarikan pacamya I sudah hamil. Jadi perkawinan hanya sebagai usaha untuk menutup rasa malu. Kehidupan di kota-kota yang penuh oleh tantangan dan aneka macam kemesuman karena ekses-ekses pergaulan.9 Menurut Ma'sum Jauhari bahwa jika seseorang belum mencapai minimal untuk menikah, sebaiknya pernikahan itu ditunda terlebih dahulu sampai unmr itu mencapai batas miaimal. 10

セ@ Aisyah Dahlan, /)ersiGj}(JJJ jヲ・QQQセェQQ@ Perkau'illGJI Jang IA!Slari, (Jakarta: PT. Pustaka r\n- tara, 1996). Cet.ke-4. h. 42

';J /hid.

10

(30)

Akan tetapi jika seandainya tidak dapat ditunda sampai mencapai wnur, maka melalui orang tua memohon dispensasi ke Pengadilan A1,>ama/Negeri l daerah di mana pemikahan itu dilaksanakan.

Tujuan mendirikan rumah tangga yang kekal dan harmonis yang diikat oleh tali pemikahan merupakan hal yang suci. Namun demikian, tidak jarang terjadi bahwa tujuan yang mulia tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan. Apabila suami isteri atau salah seorang dari mereka belum memiliki ォ・、・キ。ウ。。セ@

baik fisik maupun rohani, maka pembinaan rumah tangga itu akan menjadi sulit. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, orang muda yang akan menempuh kehidupan rumah tangga hanya dapat mengartikan cinta sebagai suatu keindahan dan romantisme belaka. Mereka barn memilild cinta emosi, karena belum diikat oleh

. b JJ

rasa tanggung Jawa yang sempuma.

Menurut agama Islam, suatu tindakan dan perilaku harus dapat dipertanggungjawabkan kepada AJlah dan masyarakat, termasuk dalam pembinaan kehidupan rumah tangga. Perilaku yang bertanggung jawab merupakan salah satu indikasi kedewasaatL Dimana orang yang sudah dewasa, fisik dan mental, belum tentu bisa membina dan mendirikan rumah tangga secara sempurna, apalagi orang muda yang belwn dewasa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masalah kedewasaan merupakan persoalan penting yang mempunyru pengaruh tidak kecii terhadap keberhasilan rumah tangga. 12

11

Helmi Karinl. "Kedeli·osa£1n lh1111k A.fenikah", Probien1atika Hukun1 lslan1 Kontemporer,

(Jakar<q: Pustaka Firdaus). Cetlce-l. h. 60

(31)

Di samping itu sahnya perkawinan adalah harus memenuhi ketentuan-ketentuan agama dan para pihak yang akan me.langsungkan perkawinan itu harus memenuhi syarat-syarat yang disebutkan dalam Undang-undang Perkawinan

b eserta peilJe asannya. · . I 13

Selanjutnya tiap-tiap perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pencatatan ini merupakan suatu keharusan dan diperlukan untuk mendapatkan kepastian hukum. Artinya pencatatan itu merupakan bukti tertulis bahwa pasangan itu tel ah menikah dengan sah.

Adapun syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan di usia muda adalah sama dengan perkawinan orang yang telah mencapai umur dewasa. Akan tetapi dalam hal ini ada penambahan berupa penetapan dispensasi kaw:i;i dari pengadilan.

Apabila dibandingkan dengan perkawinan-perkawinan di negara-negara lain, maka di Indonesia secara mnum dapat dikatakan rnempunyai pola perkawinan muda. Di mana umur perkawinan lebih muda banyak terdapat di daerah pedesaan dibandingkan dengan daerah perkotaan.14

Di mana gadis-gadis desa yang sederhana banyak yang kawin dalam usia muda, dan kadang-kadang bagi mereka kawin cerai berkali-kali tidak menjadi soal ;,ingga dalaT1J usia 25 tahun banyak diantara mereka yang sudah dua atau tiga kali menikah.

13 Bakti A. Rahn1at1 dan Alunad Sukarja, Hukunt

}'erkaH·'iJKn1 .A4enurut Huk1an .lskuu. (!ndang-u11Jang }'erkmvinan dc111 Huk11111 J>ercla/a (Bff'j, (Jakarta: PT. HJdya Karya Agung., 198 I), h. 31

(32)

Kenyataan dewasa ini menunjukkan begitu banyak pasangan usia muda yang menjalani pernikahan, tidak terkecuali pada penduduk kota apalagi masyarakat pedesaan. Pemikahan yang berlangsung pada usia muda banyak membawa dampak positifmaupun negatif.

Sebab-sebab terjadinya perkawinan usia muda itu antara lain masih kuatnya adat istiadat kawin muda, pendapat orang tua yang ingin anak perempuannya cepat kawin supaya terlepas dari tanggungannya. 15

Dalam kenyataa;mya mengenai adat kebiasaan kawin muda ini, menurut Sulasikin Murpratomo bahwa adanya kebiasaan kawin muda tersebut disebabkan karena sistem nilai dan adat yang masih dipegang penduduk daerah itu. Orang tua merasa malujika anak perempuannya menjadi "perawan tua".

Di samping itu perkawinan usia muda banyak dilakukan karena. kekhawatiran orang tua akan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kehamilan di luar nikah.16

Masyarakat yang menganut adat perkawinan usia _muda, mempunya1 prinsip lebih baik kawin hari ini walau hari esok cerai ketimbang disebut sebagai per::wan tua. Adat dan kebiasaan seperti ini masih dapat dijumpai di daerah pedesaan yang tingkat pendidikannya rendah. Dalam masyarakat ini biasanya keberadaan anak didikte oleh orang tuanya dalam memilih suami atau isterinya,

"Ibid

11

) Sulasikjn Nセャオイーイ。イッQQQPL@ -sebab-sebab Perkav,,inan Lfsia セQオ、。BL@ 1\'1i111har l.rlc11na X\1

, 156.

(33)

terutama anak perempuan. Hal ini didorong pula oleh kondisi masyarakat yang memegang prinsip tabu menentang kehendak orang tua, atau kerabat yang lebih tua adalah durhaka, dan sebagainya. 17

Dalam hal pendidikan, bagi masyarakat pedesaan ha! itu sangatlah sulit dijangkau. Kesulitan ini bisa terjadi karena alasan biaya, informasi dan transportasi yang sangat terbatas, atau karena memang fasilitas umum seperti sekolah sangat sedikit jumlahnya dan jaraknya yang jauh. Sehingga banyak anak-anak di pedesaan yang tidak dapat melanjutkan pendidikan atau hanya sempat menempuh pendidikan di bangku Sekolah Dasar, yaitu rata-rata l-3 talnm. Hal ini disebabkan karena fahor-faktor tersebut yang akhimya tidak sedikit yang putus sekolah, bahkan tidak sama sekali. Dengan kondisi yang demikian, maka tidak lain yang rncreka lak:Jkan kecuali menikah pada usia yang relatif rnuda, karena antara anak-anak perempuan maupun laki-laki tidak memiliki ketrampilan untuk melakukan sesuatu.

Selain karena faktor adat kebiasaan dan pendidika!1, perkawinan usia muda juga disebabkan oleh faktor ekonomi keluarga dan juga masih terbatasnya pengetahuan masyarakat pedesaan rnengenai rnakna dan isi Undang-undang No. l Tahun 1974 tentang Perkawinan. Di rnana arti dari sebuah perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suarni isteri untuk

17

J-Iihnan J-fadikusun1a, Huk11111 f\?rk(n1·ina11 Indonesia A1enurul }Jerundang-11ncianga11.

(34)

membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.18

Perkawinan usrn muda yang terjadi karena fal"1or ekonomi, lebih disebabkan karena ada sebagian orang tua yang lebih mengutamakan kepentingan sendiri ketimbang kesejahteraan anak-anaknya. Terkadang mereka merasa bahwa kekayaan danjabatan itulahjembatan untuk memperoleh kebahagiaan dan bukan karena faktor usia dan potensi yang dimilib seseorang. Selain it11 terkadang ada orang yang mengatakan, bahwa beberapa orang diantara para ayah biasanya memaksakan anak-anak gadisnya menikah pada usia yang masih muda karena mengharapkan kemanfaatan materi yang mereka senangi.

Kemudian disebabkan pula karena kurang adanya pengertian tentang ajaran-ajaran agama Islam yanf! menekankan bahwa perkawinan adalah sesuatu yang tinggi dan mulia, dan adanya anggapan bahwa perceraian bukan merupal<!n hal yang tercela, serta karena banyak orang tua tidak menyadari dampak negatif dari perkawinan usia muda terhadap kesehatall ibu dan a_nak, kesejal;teraa.11 keluarga dan sebagainya. 19

Faktor lainnya yang menyebabkan terjadinya perkawinan usrn muda adalah faktor mudahnya mendapatkan dispensasi. Dalam sebuah penelitian mengenai hokum keluarga dan fertilitas yang dilakukan oleh PKBI dan

18

SuJasikin }v1urpratorno. ··Sebab-sebab Perkavvinan Usia セヲオ、。BGL@ Loe.Cit 19

(35)

bekerjasama dengan fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Universitas Brawijaya di Malang tahun 1976, temyata dari beberapa kasus kawin muda yang diajukan kepada Pengadilan Agama dalam bnlan Mei 1976 tidak ada satu pun yang ditolak. Dengan demildan, maka timbullah kesan bahwa dispensasi terlalu mudah diberikart Hal ini tentunya akan mengurangi ketentuan batas umur minimal, yang justru menurut penjelasan Undang-undang Perkawinan haruslah seminimal mungkin diusahakan untuk dicegah.

Selain faktor-fal..'tor tersebut ada faktor pendorong kenapa orang tua merasa terdorong untuk mengawinkan anaknya, Adapun yang meajadi penyebabnya adalah sebagai berikut :

1. Keinginan orang tua yang ingin cepat-cepat mendapat manta 2. Karena ada larnaran dari orang yang disegani

3. Hara pan orang tua agar anaknya bahagia setelah menikah

4. Sedangkan bagi yang bersangkutan ada keinginan agar terbebas dari tanggungan orang tua, serta ada anggapan bahwa berk_eluargu merupakan satu kenikmatan, atau karena malu melihat teman se!Jayanya sudah

. '"'0

memkah:

. C. Dampak Dan Upaya Penanggulangan Dari Perkawinan Usia Muda

Perkawinan yang dilangsungkan pada wahu usia muda memiliki berbagai dampak, yaitu dampak positif dan negatif.

(36)

l . Dampak positif perkawinan usia muda

Dengan melakukan perkawinan di usia muda, di mana perkawinan tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan syari'at mengandung beberapa manfaat

@

positifterhadap individual dan sosial, diantaranya:21

a) Pemikahan di usia muda segera dapat meqjaga diri seseorang, laki-laki maupun wanita, menjaga kehormatan agar tidak melakukan hal-hal yang diharamkan. Dengan perkawinan di usia nmda, akan membantu pencegahan terhadap zina. Karena zina bisa menghancurkan keluarga, menelantarkan anak., dapat menimbulkan penyakit., dan yang pasti akan merendahkan martabat dan merusak nilai kemanusiaan

b) Meredam berbagai penyakit kejiwaan yang seringkali melanda para pemuda dan pemudi yang belum menik-ah. Dengan melakukan perkawinan yang sesuai dengan syari'at., makajiwa akan menjadi tenang

c) Perka\vinan di usia muda bisa menjauhkan diri dari berbagai tindak kejahatan, seperti tindak kejahatan zina, イョ・ョァォッョウオュセゥ@ minuman keras dan obat terlarang, mengurangi tindak pencurian dan pembunuhan

d) Melakukan perkawinan di usia muda merupakan salah satu sebab untuk memperbanyak keturunan

e) Dengan kawin di usia muda, lebih mempercepat pembiasaan individu untuk memikul tanggungjawab dan memikul beban

21

(37)

t) Dengan pemikahan usia muda, laki-laki dan \vanita bisa mewujudkan kebahagiaan yang hakili dalam kehidupan mereka, karena mereh'1l bisa menikmati indahnya pemikahan

2. Dampak negatif

Tidak dapat diabaikan pula bahwa dengan melakukan perkawinan di us1a muda memiliki dampak-dampak negatif terhadap ibu dan anak khususnya, dan tidak menutup kemungkinan akan dapat mengarah kepada perceraian. Dan diantara dampak-dampak negatif dari perkawinan usia muda adalah sebagai berikut :

a. Dampak perkawinan usia muda bagi kesehatan ibu dan anak

Menikah pada usia muda kurang baik bagi wanita, karena secara mental dan intelektual belum siap, sehingga akan mempengaruhi kualitas keturunannya. Selain itu, wanita yang menikah terlalu muda akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan sewaktn melahirkan.

Perkawinan yang dilangsungk<Ll pada wak'tu wanita rr,iasih sangat muda membawa berbagai akibat dari segi kesehatan dan pendidikanny:i serta kernampuannya untuk memelihara dan mendidik anak-anaknya. Kehamilan yang terjadi pada wanita yang masih muda dapat menyebabkan rendahnya derajat kesehatan ibu dan anak, serta resiko kematian yang tinggin Oleh karena itu, masalah kondisi k<:sehatan fisik wanita yang kawin pada usia muda sangat perlu diperhatikan. Karena

22 Su!asikin iv1urpraton10, "Sebab-sebab Perkawlnan lJsia !\1uda".

(38)

wanita yang berumur di bawah 17-18 tah1m belwn mencapa.1 perkembangan fisik yang mantap. Bila pada wnur 17-18 tahun atau lebih muda seorang wanita menikah dan menjadi hamil, maka pengaruh kurang mantapnya kondisi fisik ibu, mau tidak mau, berpengarub kurang baik terhadap perkembangan janin dalam rahim. Dan akibat-akibatnya di kemudian hari adalah kelahiran prematur, retardasi mental, dan nasib bayi yang lahir dari ibu yang masih muda mengalami berat badan yang kurang, dan angka kematian yang tinggi daripada bayi yang dilahirkan dari ibu yang lebih tua. Oleh karena itu, usia terbaik untuk hamil antara 20-30 tahun, sementara jarak kehamilan yang baik adalah 3 tahun, karena dengan jarak kehamilan 3 tahun akau memberi kesempatan bagi organ-organ reproduksi si ibu untuk mengembalikan fungsinya dengan baik dan memberi kesempatan bagi si anak yang lahir untuk tumbuh dan berkembang dengan perhatian yang penuh kasih sayang.

(39)

tentang Pennpuan (FWCW) <li Beijing tahun l 995, terdapat beberapa penjelasan mengenai hak reproduksi:

a) Hak untuk hidup, bebas dari rasa aman

b) Hak untuk bebas dari <liskriminasi berdasarkan gender (pembedaan peran dan posisi perempuan berdasarkan rekonstrnksi sosial)

c) Hak atas kesehatan, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana d) Hak untuk mengubah adat kebiasaan diskriminatif terhadap

perempuan

e) Hak untuk menikah dan memulai kehidupan berkeluarga

f) Hak untuk rnemutuskan jurnlah anak dan rentang waktu antar kelahiran

g) Hak untuk tidak menjadi korban penyiksaan atau perlakuan lainnya yang kejam, tidak rnanusiawi dan rnerendahkan

h) Hak untuk bebas dari kekerasan dan eksploitasi seksual

i) Hak untuk menikrnati perkembangan sams dan rnelakukan eksperirnantasi (Vicki J Semler, Hak-hak Asasi Permpuan: Sebuah Panduan Konvensi-konvensi Utama PBB Tentang Hak Asasi

,,

Perempuan_ Y ayasan Jumal Perempuan, 200 l ).

·-b. Dampak perkawinan usia mucia dalam kehidupan rumah tangga dan kesejahteraan sosial

(40)

Dilihat dari segi peran ibu di dalam keluarga dan rumah tangga, maka seringkali ibu yang masih sangat muda belum mempunyai persiapan yang cukup untuk melaksanakan perannya sebagai seorang ibu. Kurang adanya persiapan mental sering mengaJ...'ibatkan perceraian.24 Dan aJ...'ibat dari perceraian itu adalah berdampak pada anak-anaknya. Akibat-akibat negatif dari perkawinan usia muda terhadap kesehatan ibu dan anaknya cukup serius yang dapat mengganggu terbinanya kehidupan rumah tangga yang sejahtera lahir dan batin. Untuk mencapai kehidupan rumah tangga yang demikian itu, harus berpangkal pada orang tua, terutama ibu yang sehat yang siap menjalankan peranannya sebagai seorang ibu yang dan anak-anaknya yang sehat pula.

c. Dampak perkawinan usia muda pada ekonomi rumah tangga

Di samping secara psikologis, perkawinan pasangan usia rnuda belurn matang untuk mengemudikan rumah tangga. Sering pula perkawinan itu menambah beban orang tua atau anggota kduarga yang lain. Karena tidak

.

. mudah b11gi seorang ibu yang rnasih rnuda umurnya dan berpenghasilan rendah untuk mengurus dan mendidik anaknya dengan baik dan memvina keluarganya. Selain itu karena perkawinan di usia muda pada umurnnya belum mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang cukup, sehingga tidak mendapatkan panghasilan yang dapat memenul1i kebutuhan karena

24

(41)

penghasilannya rendah, maka menyebabkan kw-angnya fasilitas kebutuhan keluarga berupa sandang, pangan dan papan atau perumahan. Dan tidak jarang terjadi perceraian pada usia muda, dengan akibat bahwa para ibu muda hams bertanggungjawab atas anak-anaknya.

Dari penjelasan tentang dampak-dampak perkawinan di usia muda, baik itu yang berdampak positif maupun negatif, maka dapat disimpulkan bahwa melakukan perkawinan di usia muda lebih banyak dampak negatifnya bila dibandingkan dampak positifuya. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa dampak negatif dari perkawinan usia muda bukan hanya berdampak dari segi kesehatan saja akan tetapi lebih dari itu, yaitu dapat mengakibatkan perceraian karena belmn siapnya ;alah satu pihak yakni isteri atau suami, dalam menjalankan kehidupan rumah tangga, baik dari segi fisik maupun dari segi kematangan mental.

Upaya Penanggulangan Perkawinan Usia Muda

(42)

mungkin harus diantisipasi. Beberapa cara mengantisipasi terjadinya perkav.1nan usia muda tersebut antara lain : Pertama, menumbuh kembangkan akan pentingnya pendidikalL Dengan menempuh pendidikan, setidaknya mnur untuk melangsungkan perkav.1nan akan tertunda di masa pendidikan tersebut. Kedua.

Mengefektifkan peranan perangkat hukum., seperti pengawasan yang dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN), serta peranan pengadilan atau pejabat selaku pemberi dispensasi. Ketiga, memberikan penyuluhan-penynluhan mengenai umur ideal perkawinan serta penjelasan-penjelasan mengenai aspek positif dan negatifoya perkawinan di usia muda.. Keempat, meningkatkan frekuensi penasehatan (BP.4) kepada calon mempelai yang kelak nanti akan mempunyai anak dan berumah tangi,>a.

(43)

kawin ke Pengadilan ini pun tidak mudah yaitu harus membuat surat pennohonan tertulis yang berisi identitas para pihak, posita yaitu penjelasan tentang keadaan atau peristiwa dan penjelasan yang berhubungan dengan lmkum yang dijadikan dasar atau alasan pennohonan, dan juga di dalam surat permohonan itu harus memuat petitum yaitu tuntutan yang diminta oleh pemohon agar dikabulkan oleh hakim. Setelah itu surat permohonan tersehut diaj ukan ke kepaniteraan Pengadilan Agama yaitu pada Sub Kepaniteraan Pennohonan25. Dan dalam

jangka waJ..."tu tertentu pengadilan akan mernanggil pihak yang mengajukan pennohonan dispensasi tersebut untuk datang ke pengadilan, jika pennohonan tersebut dikabulkan oleh pengadilan maka yang bersangkutan ( caion suami isteri) bisa melangsungkan perkawinannrn dan terdaftar di KUA, akan tetapi jib pengadilan menolak pennoho1un .lispensasi tersebut maka mereka tidak bis:1 mendaftarkan perkawinannya di KUA.

Selain penentuan batasan umur bagi yang menikah dan berbagai prosedur yang harus dilewati sebagaimana yang tercantum dalai_n Undang-undang Perkawinan dengan maksud pencegahan terhadap terjadinya perkawinan usia muda, maka di dalam Peratciran Pemerintah Republik Indonesia No.9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang No. l Tahun Tentang Perkm\inan terutama pasal 6 ayat (1) menyatakan: "Pegawai pencatat yang menerima pemberitahuan kehendak melangsungkan perka\\·inan, meneliti apakah syarat-syarat perka\\inan

セウ@ .r\ Mukti Arto. fJcrkara JJerciata f1alla !1engadila11 AgaJJJt1. ( Yogyakana Pustaka Pela jar.

(44)

telah dipenuhi dan apakah tidak terdapat halangan perkawinan menurut Undang-undang Perkawinan". Dengan adanya pemberian mutlak pada Pengadilan I

Pejabat untuk mengeluarkan dispensasi nikah, rnaka seyogyanya pengadilan rnempertimbangkan secara matang alasan-alasan perrnohonan dispensasi tersebut. Selain itu, Kantor Umsan Agarna (KUA) juga mernberikan beberapa persyaratan-persyaratan dalam rnelangsungkan perkawinan hal ini tidak jauh berbeda dengan Peraturaa Pernerintah tersebut di atas yang bertnjuan agar pelaksanaan perkawinan sesuai dengan prosedur yang telah tercantum dalarn Undang-undang Perkawinan. Yaitu bagi yang hendak rnenikah harus sudah rnencapai urnur 19 tahun bagi calon mempelai pria dan bagi calon mernpelai wanita sudah rnencapai urnur 16 tahun, dan kedua ca Ion rnernpelai tersebut juga harus rnembawa beberapa persyaratan-persyaratan diantaranya:

I. Kutipan akte kelahiran

2. Surat keterangan tentang orang tua

3. Surat izin dari Pengadilan Agama basi ca:on wempelai yai;ig belum mencapai umur 2 l tahun

4. Surat dispensasi dari Pengadilan Agama bagi calon suami yang belum mencapai umur 19 tahun dan bagi calon isteri yang belum mencapai urnur 16

tahun

(45)

D. Pandangan Hukum Islam Tentang Perkawinan Usia Muda

Perkawinan disyari 'atkan oleh agama Islam, sebagai ibadah mengikuti Sunnah Rasul yang bertujuan membangun keluarga sakinah, yaitu keluarga bahagia dan sejahtera dijalin dengan mawaddah dan rahmah.

Islam membuka pintu pemikahan seluas-luasnya dan menutup pintu perzinahan serapat-rapatnya. Agar seseorang tidak mudah jatuh ke perzinahan, maka pemikahan dalam Islam dipermudah. Karena ha! tersebut sesuai dengan hikmat Ilayat untuk menunjang kelestarian perkembangbiakan manusia secara wajar dan terhormat.

Lebih dari itu, bahwa pernikahan di dalam Islam mempunyai tujuan yang sangat agung, tinggi dan mulia. Yaitu selain sebagai ibadah untuk mengikuti Sunnah Rasul dan membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah,

tetapi juga melahirkan generasi manusia yang baik dan berkualitas agar mampu memakmurkan kehidupan di dunia ini dengan berlandaskan pada tata aturan dan nilai-nilai yang diridhoi oleh Allah SWT.

(46)

Dalam soal usia nikah, Islam memberi ancar-ancar dengan kemampuan

(istatho 'ah), yakni kemampuan dalam segala ha!, baik kemampuan memberi

nafkah lahir batin kepada isteri dan anak-anaknya maupun kemampuan dalam mengendalikan gejolak emosi yang menguasai dirinya. Jika kemampuan telah ada, ajaran agama mempersilahkan seseorang untuk menikah, namun jika belum mampu dianjurkan untuk berpuasa terlebih dahultt

Syari'at Islam mengajarkan bahwa salah satu syarat utama keabsahan suatu perkawinan adalah apabila yang bersangkutan ( calon suami isteri) telah akil baliqh. Pada laki-laki, baliqh ditandai dengan keluamya sperma (air mani) baik dalam mimpi maupun dalam keadaan sadar. Sedangkan pada perempuan ketentuan baliqh ditandai dengan ュ・ョウエイオセウゥ@ atau haidh yang dalam fiqih Syafi'i minimal dapat terjadi pada usia 9 (sembilan tahun). Baliqh pada perempuan juga dikenakan karena sudah pemah mengandung (hamil).

Tidak adanya ketentuan agama tentang batas usia minimal dan maksimal untuk menikah dianggap dapat dianggap sebagai suatu rahmat. Maka kedewasaan untuk menikah エ・ョョ。ウオAセ@ masalah ijtihadiah, dalam arti kata diberi kesempatan untuk berijtihad pada usia berapa seseorang dianggap pantas untuk menikah. Menurut Abu Hanifah bahvm usia baliqh bagi laki-laki adalah J 8 ( delapan belas) tahun dan untuk perempuan adalah I 7 (tujuh belas) tahun. Sementara Abu Yusuf, Muhammad bin Hasan, dan al-Syaffi, menyebut 15 (lima belas) tahun baik untuk laki-laki maupun perempuan. '"

26

(47)

Selain umur yang telah dewasa yang harus ada pada pasangan cal on suami maupun isteri untuk menikah, maka menurut para ulama bahwa calon pasangan suami isteri itu harus pula cakap bertindak karena perkawinan merupakan perbuatan hukum yang meminta tanggung jawab dan dibebani kewajiban-kewajiban tertentu. Maka setiap orang yang akan berumah tangga diminta kemampuannya secara utuh. Para ulama mendefinisikan kemampuan itu dengan kepantasan seseorang untuk menerima hak-hak dan memenuhi kewajiban-kewajiban yang diberikan syari'at (sha/lahiyya tuhu liwujub huquq

al-masyru 'ah lahu wa 'alaih ).

Menurut kesepakatan para ulama, yang menjadi dasar kecakapan bertindak adalah akal. Apabila aka! seeorang masih l-arrang, maka ia belwn dibebani kewajiban. Sebaliknya, jika akalnya telah sempuma, ta wajib

menunaikan beban tugas yang dipikulkan kepadanya. Kalau hal itu dihubungkan dengan perkawinan, maka akan ada suatu pertanyaan yaitu: Pada usia berapakah seseorang dipandang cakap untuk membangun rumah tangga ?_

Dan tefdapat perbedaan pcndapat di antara para ahli, yaitu sebagai berikut:

(48)

2. Abu Hanifah berpendapat bahwa kedewasaan itu datangnya mulai usia 19 (sembilan belas) tahun bagi laki-laki dan 17 (tujuh belas) tahun untuk perempuan. Sedang Imam Malik menetapkan 18 (delapan belas) tahun, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Mereka beralasan dengan "kctentuan dewasa menurut syara' adalah mimpi", karenanya mereka menclasarkan hukum kepacla mimpi itu saja.

3. Yusuf Musa menyatakan bahwa usia clewasa itu setelah seseorang bcrumur 20 (dua puluh) tahun. Hal ini dikarenakan pada zaman modern orang memerlukan persiapan yang matang.

Kemudian di dalam bukunya Husein Muhammad yang berjuclul "Fiqih

Perempuan: Rejleksi Kiai at as Wacana Agama dan Gender", bahwa mayoritas

ulama fiqih mengesahkan perkawinan di usia muda. Menurut mercka untuk masalah perkawinan, kriteria baliqh dan berakal bukan merupakan pcrsyaratan bagi keabsahannya. Beberapa argumen yang dikemukakan antara lain sebagai berikut:

I. Al-Qur'an st:rat ath-Thalaq ayat 4:

I

j

セ|@

8f

セNゥゥ@

Ll

r

ZZ[セQ@

0!

セl@

セ@ セi@

::r

セ@

j1j

<· セ@ / / ,, / / / / / / " f

:0)1w1>

ᄋセ@

,

セ@

j1

,

Artinya:

"Dan mereka yang p11111s haidnya dari isleri-isterimu ka/1111 kamu

rngu, 111alw iddah 111ereka iru wla/ah liga bu/an, demikian juga mereka yang

(49)

Ayat ini berbicara mengenai masa iddah (masa menunggu) bagi perempuan-perempuan yang sudah monopouse dan bagi perempuan-perempuan yang belum haidh. Masa iddah bagi kedua kelompok perempuan ini adalah tiga bulan. Secara tidak langsung ayat ini juga mengandung pengertian bahwa perkawinan bisa dilaksanakan pada perempuan belia (usia muda), karena

iddah hanya bisa dikenakan kepada orang-orang yang sudah kawin dan

bercerai.

2. Al-Qur'an surat an-Nur ayat 32:

ᄋセ@

Artinya:

"Dan nikahkan/ah mereka yang be/um bersuami"

Kata a/-ayama dalam ayat ini meliputi perempuan dewasa dan perempuan belia atau usia muda. Ayat ini secara eksplisit memperkenankan kepada wali untuk mengawinkan mereka.

3. Hadits Aisyah r.a. yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim:.

27

l'vtuhan1n1ad 1\ashiruddin Al Abani, (fn1ron Rosadi; teij.), 1\Iukhtashar Shahih A/us/in1,

(50)

A11inya:

"Dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah SAW menikahkannya sedang ia masih berumur enam tahun, ia diserahkan kepada Rasul ketika berumur

sembilan tahun dan tinggal besama Rasul selama sembilan tahun ".

Hadits ini menunjukkan sahnya perkawinan usia muda. Umur 6 ( enam) tahun sebagaimana ditunjukkan hadits itu jelas mengutarakan terjadinya perkawinan usia muda (belum dewasa) yang dilakukan Rasulullah.

4. Di antara para sahabat Nabi Muhammad SAW, ada yang mengawinkan puteri-puterinya atau keponakarmya. Ali bin Abi Thalib mengawinkan anak perempuannya yang bernama Ummi Kultsum dengan Umar bin Khaththab. Ummi Kultsum ketika itu juga masih muda.

Selain dari mayoritas ulama fiqih yang membolehkan perkawinan usia muda, ada juga yang mengatakan bahwa perkawinan gad is di usia mucla itu tidak sah. Seperti Ibnu Syubrumah, beliau menyatakan beberapa alasannya, di antaranya sebagai berikut:

I. Hadits Ab Li Hurairah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan l\:fuslim:

.Ji1

jZ[Nセエ[@

[|セ@

NPセォ@

;

J;-

セアゥ@

セj@ [ャセZ@

..

f

J;-

セセ|@

セHェ@

セ@

, ,

} Q Q ,,

イ|セ@

3

<.>_;b:01

olJ_;).>

gッセセNIセ@

セェ@

Artinya:

"Tidak sah dinikahkanjanda sehingga diminla perintahnya dan tidak sah dinikahkan gadis sehingga diminta izinnya. Para sahabat bertanya:

"Bagaimana izinnya wahai Rasulu!lah セB@ beliau menjawab: "Izinnya adalah

dia11111ya ".

'8

(51)

Hadits ini mewajibkan wali tennasuk bapak tmtuk meminta izin dari anak gadisnya sebelum berlangsung akad nikahnya. Oleh karena sahnya akad nikah tergantung kepada izin sedangkan izin dari orang tua atau gadis yang belum dewasa tidak dianggap, maka wajiblah atas wali menunggu sampai anak gadisnya dewasa untuk mendapatkan izinnya.

2. Perkawinan Rasulullah dengan Siti Aisyah yang belum dewasa kekhususannya bagi Rasulullah. Adapun perkawinan gadis yang belum dewasa yang dilakukan oleh Qudamah bin Madh'un dengan puteri Zubair yang barn lahir dan pernikahan yang dilakukan oleh Umar bin Khaththab dengan puteri Ali bin Abi Thalib tidak dapat dijadikan dasar huktmi.29

Selain daripada pendapat ulama di atas yang tidak memperkenankan perkawinan usia muda, ada juga dalil-dalil syar'I lainnya yang danat menunjukkan diperbolehkaunya usaha pendewasaan usia kawin., yaitu sebagai berikut10

L Saddu al-d:::ari 'ah, artinya menutup jalan yang bisa ュ・セ「。キ。@ malapetaka. Karena kawin usia muda bisa membawa malapetaka bagi kel uarga dan akibat-akibat lain yang negatif, maka wajib menghindari dengan jalan menunda perkmvinannya.

2')1brahin1 Hosen, Perkawinan lisia Nnセオ、。@ Menurut Agan1a I slain, A1itnb<"ir (J/mna NL|QGセ@ (Januari. 1991 ), h.16

(52)

2. Kaidah-kaidah fiqhiyyah antara lain:

a. Artinya:

"Mudarat at au malapetaka itu harus dihilangkan ''.

Karena kawin usia muda itu banyak membawa mudarat baik kepada dirinya, keluarganya maupun kepada masyarakat, maka sudah seharusnya kawin usia muda itu dihindari.

b.

ᄋᄋセセwゥ@

セ@

セ@ Hセ@

LWi

セセセ@

Artinya:

"J\1enghindari mafaadah atau kerusakan harus didahulukan daripada

mencari maslahat atau kebaikan ".

Kawin usia muda mungkin ada pula manfaatnya atau mas!ahatnya, namun mudarat atau resikonya jauh lebih besar daripada manfaat atau maslahatnya. Oleh karena itu, suduh seharusnya kawin usia muda itu ditunda sampai orang itu cukup dewasa dan matang fisik, psikis dan mentalnya.

c.

Artinya:

"Pada prinsipnya segala sesualu dan semua perbuatan manusia itv

bolclz at au mubah, sehingga ada dalil yang memmjukkan larangannya ''.

'" Jaih Mubarok, Kaidah Fiqh: Sejarah dan Kaidah-kaidah Asasi, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2002), Cet.ke-1, h.105

30

Ibid,

(53)

Di dalam Al-Qur'an dan hadits tidak ada satu pun nash (ayat atau hadits) yang melarang ataupun memerintahkan upaya pendewasaan kawin. Oleh karena itu, hukum asalnya adalah boleh pendewasaan usia kawin itu.

Dengan memperhatikan argumen-argumen yang telab disampaikan oleh para ulama tersebut, baik yang memperbolehkan perkawinan seorang gadis yang belum dewasa (usia muda) dan yang tidak memperbolehkannya, maka penulis lebih condong kepada ulama yang tidak memperkenankan perkawinan bagi gadis yang berusia muda dengan alasan babwa perkawinan usia muda dapat mengarah kepada kegagalan dalam membina keluarga sejahtera. Di mana kegagalan tersebut bertentangan dengan tuj uan untuk mencapai kemaslabatan sebagaimana yang didambakan oleh keluarga dari kedua belah pihak (suami isteri) disebabkan persiapan mental kedua belah pihak belum matang.

(54)
(55)

WILAYAH DESA DANGDANG KECAMATAN CISAUK

A. Kondisi Obyektif \Vilayah Kecamatan Cisauk l. Letak Geografis

Kecamatan Cisauk secara administratif tennasuk ke dalam |セゥャ。ケ。ィ@

Kabupaten Tangerang, terletak di RT 01 RW 03, JI. Raya lapan cisauk No !. Jumlab penduduk di Kecamatan Cisauk berjumlah 90.413 jiwa dengan dibagi 12 desa dan 53 dusun, dan terdiri dari 53 Rukun Warga (RW) dan 296 Ruln:m Tetangga (RT)1•

Adapun Kecamatan Cisauk berbatasan dengan '.Vilayah lainnya sebagai berikut:

a. Sebelah Utara: Berbatasan dengan Kecamatan Pagedangan dan Serpong b. Sebelab Selatan: Berbatasan dengan Kecamatan Kabupaten Bogor c. Sebelah Barnt: Berbatasan dengan Kecamatan Pagedangan dan Legok d. Sebelah Timur: Berbatasan dengan Kecamatan Serpong dan Pamulang 2. Kondisi Demografis

Dalam pemerin'aham,_1·a Kecamatan Cisauk dipimpin oleh seorang camat dibantu oleh beberapa stafnya dan dibantu pula oleh 53 Rukun Warga dan 269

(56)

Rukun Tetangga. Sistem administrasi Kecamatan Cisauk cukup baik dan teratur, ha! ini dapat dilihat dari lengkapnya para stafKecamatan yang ada.

a. J umlah Penduduk

Menurut data statistik yang bersumber dari data Laporan Bulanan Umum Kecamatan Cisauk Bulan Juni 2006, saat ini jumlah penduduk di Kecamatan Cisauk sebanyak 90.413 jiwa, yang terdiri dari 44.566 jiwa laki-laki, dan

46.486 jiwa perempuan, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 19.930 jiwa. Jumlah ini merupakan jumlah akumulatif setelah adanya para pendatang yang tinggal di Kecamatan Cisauk 2

b. Kondisi Ekonomi

Perekonomian masyarakat Kecamatan Cisauk bermacam-macam. Untuk lebih jelasnya maka penulis akan melihat lintasan singkat dari kondisi ekonomi masyarakat Kecamatan Cisauk.

Data ten tang jenis pekerjaan yang dimilib penduduk adalah: l. Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 4.270 orang

2. Petani sebanyak 6.920 orang

a) Petani penggarap sebanyak 3.567 orang b) Buruh petani sebanyak 2.945 orang 3. Buruh industri sebanyak 2.459 orang -!. Pedagang sebanyak 3.27 l orang

(57)

5. Pertukangan sebanyak 2.674 orang3

Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk Kecamatan Cisauk bermata pencaharian sebagai petani.

c. Tingkat Pendidikan

Data tingkat pendidikan warga Kecamatan Cisauk adalah: I) Taman Kanak-kanak (TK), sebanyak 1.109 orang 2) Sekolah Dasar (SD), sebanyak 10.670 orang

3) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), sebanyak 3.675 orang 4) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), sebanyak 3.903 orang 5) SI, sebanyak 765 orang

6) Sarjana Muda, sebanyak 1.406 orang 7) Buta Hum( sebanyak 4 67 orang 8) Drop Out, sebanyak 396 orang'

Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk Kecamatan Cisauk tingkat pendidikannya adaiah tamatan S_ekolah Dasar (SD). d. Sarana Umum

Saa'. ini Kecamatan Cisauk memiliki sarana umum sebagai berikut: I. Sarana pendidikan

) !hid.

"'f/>Jd

(58)

c) Madrasah

Gambar

gambaran mengenai

Referensi

Dokumen terkait

Program bimbingan keterampilan sendiri adalah kemampuan mengerjakan sesuatu dengan baik dan dilakukan dengan cara memanfaatkan pengalaman dan pelatihan (Depdiknas,

6. Ibu mengerti dan sudah meminta persetujuan suami, ibu menggunakan kotrasepsi suntikan 3 bulan. Ibu mengerti anjuran bidan yang diberikan karena alat kontrasepsi

Pada sekolah SMA N 14 Semarang, siswa yang memiliki sikap negatif (cenderung kurang merespon atau tertarik dengan hal-hal berkaitan dengan kesehatan reproduksi)

Hal-hal pokok yang dilakukan dalam analisis data ini yaitu : cross plot antara Density vs Gamma ray dari data sumur, hal ini untuk mengetahui karakteristik data dan

Proses pembelajaran demikianlah yang diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif dan menciptakan peserta didik yang berakhlak mulia, sebab guru yang tentunya

Indikator secara kualitatif meliputi; proses pembelajaran dengan model Problem based learning dikatakan berhasil jika sebagian siswa menunjukkan keaktifan di kelas,

Tujuan penelitian adalah untuk: (1) menentukan teknologi pengolahan sampah di TPA regional yang sesuai dengan komposisi dan timbulan sampah daerah layanan (Kota Jakarta

Berdasarkan hasil simulasi dan pengukuran, diketahui bahwa antena yang dirancang dan direalisasikan telah memenuhi kriteria dan spesifikasi desain yang telah ditentukan