• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR AL-QURAN DI TPQ AL-MAUN LIMBANGAN MUDAL MOJOTENGAH WONOSOBO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR AL-QURAN DI TPQ AL-MAUN LIMBANGAN MUDAL MOJOTENGAH WONOSOBO"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR AL-QURAN DI TPQ AL-MAUN LIMBANGAN

MUDAL MOJOTENGAH WONOSOBO

SKRIPSI

Oleh:

Andri Okta Kurniawan

NPM: 20120720132

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

ii

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR AL-QURAN DI TPQ AL-MAUN LIMBANGAN

MUDAL MOJOTENGAH WONOSOBO

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) strata Satu

pada Prodi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

Andri Okta Kurniawan

NPM: 20120720132

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(4)

iii

NOTA DINAS

Lamp. : 4 eks. Skripsi Yogyakarta, 30 Agustus 2016

Hal : Persetujuan

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Assalamu’alaikum wr.wb

Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat

bahwa skripsi Saudara:

Nama : Andri Okta Kurniawan

NPM : 20120720132

Judul : Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Al-Quran Di TPQ Al Maun Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo.

Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat Sarjana pada

Fakultas Agama Islam Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut, dengan harapan dapat

diterima dan segera dimunaqasyahkan.

Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Pembimbing

(5)

iv

PENGESAHAN

Skripsi berjudul

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR AL-QURAN DI TPQ AL-MAUN LIMBANGAN

MUDAL MOJOTENGAH WONOSOBO

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Nama : Andri Okta Kurniawan

NPM : 20120720132

Telah dimunaqasyahkan didepan Sidang Munaqasyah Prodi Pendidikan Agama

Islam pada tanggal dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

Sidang Dewan Munaqasyah

Ketua Sidang : Aisah Anita, M.Psi (……….)

Pembimbing : Dr. Akif Khilmiyah, M.Ag (……….)

Penguji : Dr. H. Abd. Madjid, M.Ag (………)

Yogyakarta, 30 Agustus 2016

Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dekan

(6)

v

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah:

Nama Mahasiswa : Andri Okta Kurniawan

Nomor Mahasiswa : 20120720132

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan belum

pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 30 Agustus 2016

Yang membuat pernyataan

(7)

vi

MOTTO

ساّن ل ايب ا ه

نيقّت ْ ل عْ مو دهو

“Inilah (Al-Quran) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”

(8)

vii

PERSEMBAHAN

Saya persembahkan karya tulis ini kepada:

1. Kedua orang tua, Bapak Suroto dan Ibu Mursih yang saya taati, sayangi

dan banggakan. Terimakasih atas do’a dan semangat yang selalu diberikan

kepada ananda.

2. Kedua saudara saya, Nur Ivana dan Dwi Fembrianto yang saya sayangi

dan selalu memberi motivasi yang tiada henti.

3. Keluarga dan saudara-saudara yang senantiasa memberikan dukungan dan

motivasi kepada saya.

4. Teman-teman seperjuangan khususnya PAI 2012 yang senantiasa berbagi

kebersamaan hingga terselesaikannya tulisan ini.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

هتاك ربو َ ا ْح و ْمكْي ع اّسلا

.

اْسإ ْاو ا ْيإا ْعنب ان عْنأ ْي ّلا َ دْ ْلا

.

انأْا رْيخ ي ع مّ سنو ْيّ صنو

انديس

دْعب اّمأ نْيع ْجأ هبْ صو هلا ي عو دّ م

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Allah Swt, karena berkat

rahmatNya saya dapat menyelesaikan penelitian tugas akhir ini yang berjudul

“Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Membaca Al-Quran

di TPQ Al Maun Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo”

Tanpa bantuan dari berbagai pihak dalam proses penyelesaian karya tulis

ini, niscaya peneliti tidak dapat menyelesaikan dengan baik. Untuk itu peneliti

tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Mahli Zainudin Tago, M.Si. selaku Dekan Fakultas Agama Islam.

2. Dr. Abd. Madjid, M.Ag. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama

Islam.

3. Naufal Ahmad R.A, M.A. selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan

Agama Islam.

4. Dr. Akif Khilmiyah, M.Ag. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang

dengan ikhlas telah memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga

(10)

ix

5. Kedua orang tua, Bapak Suroto dan Ibu Mursih yang saya taati, sayangi dan

banggakan. Terimakasih atas do’a dan semangat yang selalu diberikan kepada ananda.

6. Kepala TPQ Al Maun Ust. Rohmadi dan asatiz, serta santri TPQ Al Maun

Liambang Mudal Mojotengah Wonosobo, yang telah bersedia menerima

dan membantu penulis mengadakan penelitian..

7. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Agama Islam, tetap semangat untuk

selalu menjadi yang terbaik.

8. Teman-teman dari Kontrakan Mudjiono Slamaet yaitu Hilmi, Danang, dan

Andita, yang telah memberikan banyak bantuan, dukungan serta Do’a. 9. Semua pihak yang telah mendoakan dan membantu dalam penyelesaian

karya tulis ini yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu dan

terimakasih atas dukungannya.

Peneliti berdoa semoga segala kebaikan dari semua pihak yang telah

disebutkan di atas menjadi amal baik dan mendapatkan pahala dari Allah Swt.

Peneliti menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan, kekeliruan

ataupun ada hal-hal yang belum peneliti cantumkan. Akhirukallam akhirnya

penulis berharap, semoga skripsi ini dapat dipergunakan dan bermanfaat bagi

siapa saja yang membutuhkan.

Yogyakarta, 30 Agustus 2016

(11)

x

a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua Tua ... 12

b. Macam-macam Pola Asuh Orang Tua Tua ... 14

c. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pola Asuh ... 18

2.Motivasi Belajar Al-Quran ... 20

a. Pengertian Motivasi ... 20

b. Jenis-Jenis Motivasi ... 21

c. Defenisi Belajar ... 22

d. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Belajar ... 23

e. Pengertian al-Quran ... 25

f. Peran, Fungsi, dan Manfaat Al-Quran ... 25

g. Adab Membaca Al-Quran ... 29

h. Materi Belajar Al-Quran ... 30

i. Indikator Motivasi Belajar Al-Quran ... 33

C. Kerangka Pikir ... 41

D. Hipotesis ... 44

BAB IIIP: METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 45

B. Variabel Penelitian ... 45

C. Populasi dan Sampel dan Lokasi Penelitian... 48

D. Teknik Pengumpulan Data ... 49

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 51

(12)

xi BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum TPQ ... 62

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 62

2. Latar Belakang Beridirinya TPQ ... 62

3. Visi, Misi, dan Tujuan TPQ... 64

B. Hasil Penelitian ... 69

1. Uji Normalitas Data ... 69

2. Variabel Pola Asuh Orang Tua Tua ... 73

3. Tipe Pola Asuh Orang Tua Tua ... 100

4. Variabel Motivasi Belajar Al-Quran ... 101

5. Klasifikasi Motivasi Belajar Al-Quran ... 105

6. Uji Hipotesis ... 116

C. Keterbatasan Penelitian ... 119

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 121

B. Saran ... 122

C. Kata Pentup ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 125

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Santri TPQ Al Maun ... 48

Tabel 3.2 Kriteria Jawaban Dari Pernyataan Atau Pertanyaan ... 50

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Peneitian Pola Asuh Orang Tua Tau ... 53

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Motivasi Belajar Al-Quran ... 54

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Variabel Pola Asuh Orang Tua Tua ... 55

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Al-Quran ... 56

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pola Asuh Orang Tua Tua ... 58

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Motivasi Belajar Al-Quran ... 59

Tabel 4.1 Biodata Pengajar TPQ Al Maun ... 66

Tabel 4.2 Data Santri TPQ Al Maun ... 67

Tavel 4.3 Jadwal Kegiatan Santri TPQ Al Maun ... 62

Tabel 4.4 Daftar Pola Asuh Orang Tua Tua ... 70

Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Pola Asuh Orang Tua Tua ... 71

Tabel 4.6 Data Motivasi Belajar Al-Quran ... 72

Tabel 4.7 Uji Normalitas Data Motivasi Belajar Al-Quran ... 73

Tabel 4.8Orang Tua Menyukai Kegiatan Yang Dilakukan Di TPQ ... 74

Tabel 4.9 Orang Tua Tidak Mau Menerima Pendapat ... 74

Tabel 4.10 Orang Tau Tidak Pernah Mendengar Keluh Kesah ... 75

Tabel 4.11 Orang Tua Selalu Menyeleksi Teman ... 76

Tabel 4.12 Orang Tua Selalu Memantau Kegiatan ... 76

Tabel 4.13 Orang Tua Tidak Membatasi Waktu Bermain ... 77

Tabel 4.14 Orang Tua Selalu Mengingatkan Untuk Belajar ... 78

Tabel 4.15 Orang Tua Bersikap Santai ... 78

Tabel 4.16 Orang Tua Hanya Memberi Materi Terkait Kebutuhan ... 79

(14)

xiii

Tabel 4.18 Orang Tua Mengajarkan Bersikap Sopan ... 81

Tabel 4.19 Orang Tua Tidak Peduli Ketika Saya Berbuat Salah ... 81

Tabel 4.20 Orang Tua Tidak Menerima Alasan Apapun ... 82

Tabel 4.21 Orang Tua Selalu Menentang Keputusan ... 83

Tabel 4.22 Orang Tua Selalu Menentang Kegiatan ... 83

Tabel 4.23 Orang Tua Selalu Berkomunikasi ... 84

Tabel 4.24 Orang Tua Membiarkan Saya Bergaul... 85

Tabel 4.25 Orang Tua Langsung Menghukum ... 85

Tabel 4.26 Orang Tua Membiarkan Dengan Pekerjaan Yang Tidak Beres ... 86

Tabel 4.27 Orang Tua Memuji Ketika Saya Berkelahi ... 87

Tabel 4.28 Orang Tua Mengharuskan Menambah Jam Belajar ... 87

Tabel 4.29 Orang Tua Membuat Jadwal Kegiatan Tanpa Menghirauakan ... 88

Tabel 4.30 Orang Tua Memaklumi Kegiatan Yang Saya Buat ... 89

Tabel 4.31 Orang Tua Tidak Peduli Dengan Pendapat Saya ... 90

Tabel 4.32 Orang Tau Selalu Marah Ketika Saya Berbuat Salah ... 91

Tabel 4.33 Orang Tua Mau Menjadi Tempat Keluh Kesah ... 92

Tabel 4.34 Orang Tua Bersikap Komunikatif ... 92

Tabel 4.35 Orang Tua Bersikap Tidak Mau Tahu Tentang Masalah Saya ... 93

Tabel 4.36 Orang Tua Hanya Diam Ketika Dimintai Pendapat... 93

Tabel 4.37 Orang Tua Membolehkan Saya Bermain Hingga Larut Malam ... 94

Tabel 4.38 Orang Tua Tidak Membolehkan Saya Untuk Berpendapat ... 95

Tabel 4.39 Orang Tua Mendengarkan Alasan Saya Ketika Berbuat Salah ... 96

Tabel 4.40 Orang Tua Langsung Menghukum ... 96

Tabel 4.41 Orang Tua Antusias Saling Tukar Pikir ... 97

Tabel 4.42 Tipe Pola Asuh Orang Tua... 98

Tabel 4.43 Bersungguh-Sungguh Dalam Belajar Al-Quran ... 99

Tabel 4.44 Menanyakan Yang Belum Jelas Kepada Guru ... 100

Tabel 4.45 Belajar Al-Quran Agar Dipuji... 100

(15)

xiv

Tabel 4.47 Menambah Waktu Untuk Belajar Al-Quran ... 102

Tabel 4.48 Belajar Al-Quran Hanya Ketika Disuruh Orang Tua... 102

Tabel 4.49 Kendala Dalam Belajar Al-Quran ... 103

Tabel 4.50 Belajar Al-Quran Sungguh-Sungguh ... 104

Tabel 4.51 Belajar Al-Quran Sungguh-Sungguh Akan Bermanfaat ... 104

Tabel 4.52 Belajar Al-Quran Supaya Mendapat Keuntungan Uang ... 105

Tabel 4.53 Belajar Al-Quran Dengan Malas Karena Tidak Ada Manfaat ... 106

Tabel 4.54 Belajar Al-Quran Merupakan Suatu Kewajiban ... 107

Tabel 4.55 Belajar Al-Quran Hanya Untuk Mendapat Ridho... 107

Tabel 4.56 Belajar Al-Quran Hanya Untuk Mendapat Pujian ... 108

Tabel 4.57 Belajar Al-Quran Hanya Untuk Mendapat Uang Jajan ... 109

Tabel 4.58 Model Pembelajaranal-Quran Yang Menarik ... 110

Tabel 4.59 Diskusi Salam Pembelajarn Al-Quran ... 110

Tabel 4.60 Pembelajaran Yang Membosankan ... 111

Tabel 4.61 Pembelajaran Yang Tidak Variatif ... 111

Tabel 4.62 Orang Tau Membimbing Belajar Al-Quran ... 112

Tabel 4.63 Tidak Malu Ketika Terlambat Ke TPQ... 113

Tabel 4.64 Klasifikasi Motivasi Belajar ... 114

Tabel 4.65 Hasil Uji Korelasi ... 117

(16)

xv ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola asuh orang tua, megkaji motivasi belajar Al-Quran, serta menganalisis bagaimana Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Al-Quran Di TPQ Al Maun Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif model kolerasional. Subyek penelitian ini adalah seluruh santri TPQ Al Maun Limbangan Mudal, subyek penelitian diambil dari seluruh santri sebanyak 68 orang. Pengumpulan data menggunakan angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas menggunakan product moment dan uji reliabilitas menggunakan alpha cronbach.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) Pola Asuh Orang Tua di TPQ Al Maun Limbangan Mudal berada pada tipe demokrasi 38% tipe otoriter 31% serta tipe permisif 31%. 2) Motivasi Belajar Al-Quran santri palaing besar dipengaruhi oleh harapan dan cita-cita sebesar 20% tertinggi dan terendah dipengaruhi oleh lingkungan kondusif 9%. (3) Ada pengaruh yang signifikan antara Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Al-Quran, besaran prosentase menunjukkan 20,5% dipengaruhi oleh pola asuh sedangkan 79,5% dipengaruhi oleh faktor lain.

(17)
(18)
(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan amanah yang diberikan oleh Allah SWT. Anak adalah anugerah

bagi orang tua dan sekaligus menjadi mata rantai kehidupan bagi orang tuanya. Seorang

anak bukanlah orang dewasa yang berwujud kecil, akan tetapi dari usia dini anak harus

dididik dan dibimbing dengan sebaik dan semaksimal mungkin agar terbentuk rasa dan

jiwa yang berkepribadian sholeh/sholehah dan memiliki akhlak yang mulia (akhlakul

karimah). Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,

dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, masyarakat, pemerintah dan Negara

(Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak).

Wujud dari rasa amanah tersebut salah satunya dengan cara mengasuhnya.

Apabila kita berdasar pada teori perkembangan “tabula rasa” yang mana sering diartikan bahwa anak layaknya kertas kosong, maka peran orang tua akan sangat sentral

dan penting. Implikasi dari teori tersebut dapat kita analogikan anak sebagai kanvas,

jika orang tua sebagai pelukis dapat menggores kanvas tersebut dengan hal yang indah,

maka kanvas tersebut dapat terjual dengan harga yang tinggi. Dan juga sebaliknya

apabila pelukis itu menggoreskan kanvas dengan hal-hal yang tidak bernilai jual tinggi

dan berkualitas maka akan terlihat jelek dan tidak memilki nilai seni yang indah.

Idealnya tugas orang tua mengasuh, mendidik, mengarahkan, sekaligus

memberikan contoh bagi anak. Bagaimana pun tugas mendidik anak adalah tugas mulia

yang amat dipercayakan oleh Allah SWT kepada para orang tua. Pola asuh orang tua

dalam medidik dan mengasuh anak sangatlah penting bagi perkembangan anak sejak

(20)

pendidikan. Orang tua di sini diposisikan sebagai guru dan pendidik bagi anak-anaknya

dalam hal pertumbuhan dan perkembangan. Gaya pengasuhan merupakan pola perilaku

orang tua yang menonjol atau yang paling dominan dalam menangani anaknya

sehari-hari. Namun tidak terlepas dari itu akan nihil apabila seorang anak memiliki

kemampuan yang baik, akan tetapi akhlaknya kurang. Maka perlu adanya aspek

spiritual yang dibangun.

Pengasuhan dan pendidikan yang proporsional cenderung melahirkan anak yang

cerdas intelektual dan spiritual. Sebagai rasa penghambaan kita terhadap Allah sang

Khaliq, tentunya kita akan memprioritaskan ilmu-ilmu tentang Allah beserta

dogma-Nya. Dengan mempelajari Al-Quran kita akan lebih dekat dengan Allah SWT.

Kewajiban orang tua bukanlah memaksa anak kecil untuk beribadah melainkan

menanamkan pengertian dan membelajarkan anak untuk ibadah serta yang paling

utama adalah memberikan tauladan perilaku ibadah di depan anaknya.

Mengaji atau membaca Al-Qu’ran merupakan langkah awal untuk membentuk kepribadian yang sholeh dan sholehah. Dengan mengaji berarti mengenal, membaca,

dan, memahami ayat-ayat Allah SWT yang akan menjadi bekal dalam melangkah ke

arah masa depan yang cerah (Geniofam 2009:7). Mengenalkan, mengajarkan dan

memahamkan anak pada Al-Qur’an termasuk tugas orang tua dalam mengsuh anaknya. Namun kenyataannya, saat ini di kehidupan sehari-hari banyak sekali orang tua

yang kurang memperhatikan pendidikan bagi anaknya. Hal ini dimungkinkan dengan

kurangnya pengasuhan dari orang tua. Dengan kurangnya pengasuhan maka ini akan

berakibat terhadap motivasi belajar dari anak, hal ini akan berakibat terhadap

(21)

Keberhasilan pendidikan agama Islam bukan hanya terletak pada pendidikan di

sekolah atau TPQ saja, namun yang lebih penting lagi juga terletak pada pendidikan

dalam keluarga. Diketahui seorang anak lebih sering berinteraksi pada lingkungan di

rumah tempat tinggalnya, lebih spesifik lagi bahwa lebih besar waktu anak berinteraksi

dengan keluarganya di rumah. Artinya pola asuh orang tua yang mempunyai pengaruh

besar terhadap motivasi belajar Al-Qur’an pada anak.

Hasil wawancara peneliti dengan Bapak Mustamar selaku guru di TPQ Al-Maun

Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo (25 Januari 2016)

Di kelas anaknya bercanda, saat di tegur menangis dan saat disuruh membaca ayat Al-Qur’an tidak bisa, pengucapan bibir yang sulit ketika mengucap huruf, panjang pendek bacaan dan tajwid yang anak sering lupa.

Senada dengan apa yang diutarakan oleh Bapak Mustamar, penelitian yang

dilakukan oleh Zulfa Naimatuzzahro (2015)

Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian adalah gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua kepada anak di lembaga TPQ Bumi Mentaok terdapat dua tipe pola asuh, yakni orang tua yang tergolong dalam pola asuh authoritative sebesar 86,7%, sedangkan jumlah orang tua yang tergolong dalam pola asuh authoritarian sebesar 13,3 %. Pada motivasi belajar membaca Al-Qur’an anak diperoleh dua kriteria, yaitu motivasi belajar yang tergolong dalam kriteria tinggi sebesar 76,7 %, dan motivasi belajar yang tergolong dalam kriteria sedang sebesar 23,3 %. Jika dilihat dari latar belakang pola asuh orang tua yang memiliki motivasi tinggi berasal dari pola asuh authoritative yaitu sebesar 70%.

Berdasarkan hasil wawancara serta penelitian diatas menunjukkan bawasanya

pola asuh orang tua memang sangat mempengaruhi motivasi anak dalam belajar. Bukan

hanya pola asuh dari orang tua melainkan juga peran guru juga ikut berperan dalam

memompa motivasi belajar anak.

Pengamatan dari peneliti pada dusun Limbangan Mudal kecamatan Mojotengah

Wonosobo menghasilkan bahwa setiap orang tua mempunyai metode tersendiri dalam

(22)

Pendidikan Al-Qur’an maupun di rumah juga tidak menunjukkan data yang positif. Anak cenderung lebih nyaman bermain dengan gadget daripada membuka lembaran

mushaf. Orang tua juga kurang bisa meluangkan waktu kepada anak. Anak cenderung belajar secara pribadi dan minim arahan. Keceriaan anak pun terbatasi karena hanya

bisa bersosial dengan gadgetnya masing-masing (Hasil observasi pada 25 Januari 2016).

Permasalahan lain yang muncul yaitu mengenai anak yang keluar masuk TPQ

tanpa keterangan. Peserta didik banyak yang tidak istiqomah dalam mengaji. Selain

terkait peserta didik yang keluar masuk TPQ, peserta didik juga sering terlambat dalam

kehadirannya. Pembelajaran di TPQ Al-Maun dimulai pukul 16.00 WIB akan tetapi

banyak santri yang hadir pukul 16.20 WIB.

Dampak dari hal ini menyebabkan turunnya intensitas belajar Al-Quran pada

santri di TPQ Al-Maun. Hal ini berimplikasi pada turunya akhlak anak, yang bisa

peneliti lihat dari penurunan akhlak ini yaitu anak kurang menghargai guru di kelas

pada saat kegiatan belajar mengajar, kurangnya sosialisasi, turunya kedisiplinan anak

terlihat dari anak yang sering terlambat berangkat mengaji, turunnya kesopanan anak

kepada orang tua, dan kecendauan terhadap gadget yang sudah berlebihan yang mengakibatkan kecaanduan sehingga turunya motivasi dalam belajar al-quran yang

jauh dari perilaku yang Islami.

Pentingnya masalah yang teruarai di atas, peneliti terfokus meneliti bagaimana

pola asuh orang tua yang mempengaruhi motivasi belajar Al-Qur’an anak di TPQ Al -Maun Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pola asuh orang tua santri di TPQ Al-Maun Limbangan Mudal

(23)

2. Bagaimana motivasi santri untuk belajar membaca Al-Qur’an di TPQ Al-Maun Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo?

3. Adakah pengaruh pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar membaca

Al-Qur’an di TPQ Al-Maun Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan dari Penelitian ini adalah :

a. Untuk mendeskripsikan pola asuh orang tua anak di Taman Pendidikan Al-Quran

Al-Maun Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo.

b. Untuk mengkaji motivasi belajar membaca Al-Quran anak di Taman Pendidikan

Al-Quran Al-Maun Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo.

c. Untuk menganalisis pengaruh pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar

membaca Al-Qur’an di TPQ Al-Maun Limbangan Mudal Mojotengah

Wonosobo.

2. Kegunaan Penelitian a. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengembangan keilmuan di bidang

pendidikan serta dapat dijadikan sumber informasi atau masukan bagi peneliti

b. Secara Praktis.

1) Bagi Anak

Sebagai bahan informasi bagi anak untuk mengetahui bagaimana cara pola

asuh orang tua yang berpengaruh terhadap motivasi belajar membaca

Al-Quran.

(24)

Sebagai bahan informasi dan pengetahuan tetang betapa pentingnnya

pemberian pola asuh yang sesuai dengan tumbuh kembang anak untuk

meningkatkan motivasi belajar membaca Al-Quran anak, sehingga diharapkan

kepada orang tua dapat bersikap tepat dalam memberikan pola asuh terhadap

anaknya.

3) Bagi Pendidik

Sebagai bahan informasi dan pengetahuan tentang motivasi belajar

membaca Al-Quran anak dan pola asuh orang tua, sehingga diharapkan dapat

bekerjasama dan memberikan bimbingan serta arahan kepada anak didiknya

agar keberhasilan dapat tercapai.

4) Bagi Lembaga Pendidikan

Sebagai bahan informasi dan pengetahuan tentang pola asuh orang tua dan

motivasi belajar membaca Al-Quran anak, sehingga dari pihak lembaga

pendidikan diharapkan dapat memberikan kebijakan yang tepat dalam

meningkatkan motivasi belajar membaca Al-Quran anak baik di lembaga

pendidikan maupun di rumah.

D. Sistematika Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini akan disistemstikan menjadi lima bab yang saling

berkaitan satu sama lain. Sebelum memasuki bab pertama akan didahului dengan:

halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman

pernyataan keaslian, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar,

halaman daftar isi, halaman daftar tabel, dan abstrak.

Pada bab pertama atau pendahuluan berisi sub bab: latar belakang masalah,

(25)

Pada bab kedua atau tinjauan pustaka dan kerangka teori memuat uraian tentang

tinjuan pustaka terdahulu dan kerangka toeri relevan dan terkait dengan tema.

Pada bab ketiga atau metode penelitian memuat secara rinci mengenai metode

penelitian yang digunakan: jenis penelitian, desain, lokasi, populasi dan sampel, metode

pengumpulan data, definisi konsep dan variabel, serta analisis data yang digunakan.

Selanjutnya bab empat atau hasil dan pembahasan berisi tentang hasil penelitian:

klasifikasi bahasan, sifat penelitian, dan rumusan masalah atau fokus penelitian serta

pembahsan. Kemudian bab lima atau penutup berisi tentang kesimpulan, dan saran serta

rekomendasi.

Dan bagian akhir berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran: instrument

pengumpulan data, penghitung statistik, dokumen, surat peijinan, surat keterangan telah

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang pengaruh pola asuh orang tua dan motivasi belajar membaca

Al-Qur’an sebagaimana sudah dilakukan penelitian sebelumnya diantaranya :

Penelitian Aniek Endarti (2014 : 25) yang berjudul “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X Di SMK Muhammadiyah 2 Playen Gunung

Kidul Yogyakarta Tahun 2014”. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan

menghasilkan kesimpulan bahwa pola asuh orang tua berpengaruh terhadap motivasi

belajar hal ini ditunjukkan dengan prenstase 16,6%.

Persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

persamaannya terletak pada metode dan jenis variabelnya. Namun perbedaannya

terletak pada subjek dan objek. Subjeknya pada penelitian yang sudah dilakukan adalah

di SMK Muhammadiyah 2 Playen Gunung Kidul sedangkan yang akan diteliti yaitu

TPQ Al-Maun Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo. Objeknya yaitu penelitian

yang sudah dilakukan adalah ke siswa sedangkan yang akan di teliti adalah santri.

Penelitian Puspita Arnasiwi (2013 : 40) yang berjudul “Pengaruh Perbedaan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar”.

Penelitian menggunakan metode kuantitatif dan menunjukkan terdapat perbedaan

kedisiplinan belajar siswa yang mengalami kecendrungan pola asuh authoritarian,

authiritative, dan presmissive. Hal tersebut membuktikkan bahwa pola asuh orang tua

berpengaruh terhadap kedisiplinan belajar sisiwa sekolah dasar.

Persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada

(27)

variabel independennya sama-sama mengakasi pola asuh orang tua, sedangakan

perbedaannya terletak pada variabel dependennya dan objek penelitian. Dalam

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti variabel dependennya yaitu motivasi

belajar dan objek penelitiannya yaitu TPQ sedankan dalam penelitian yang sudah

dilakukan oleh Puspita Arnasiwi variabel dependen dan objek penelitiannya yaitu

kedisiplinan belajar dan sekolah dasar.

Sedangkan penelitian Ike Marlina (2014 : 44) yang bejudul “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kecerdasan Emosi Siswa Kelas V SD Se-Gugus II Kecamatan

Umbulharjo Yogyakarta”. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan

menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan antara pola asuh otoritatif terhadap

kecerdasan emosi. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya sumbangan pola asuh otoritatif

terhadap kecerdasan emosi adalah 5,5%.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terletak pada

metode dan variabel independennya yaitu kuantitatif dan pola asuh orang tua.

Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel dependennya yaitu kecerdasan emosi

siswa serta objek penelitian yaitu SD se-gugus II Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta.

Ketiga penelitian di atas memiliki kesamaan pada aspek variabel dan metode

penelitian. Sedangkan, perbedaannya terletak pada subjek dan objek penelitian yaitu

peneiliti akan membahas tentang adakah pengaruh yang positif dan signifikan antara

pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar membaca Al-Quran di TPQ Al-Maun

Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo.

B. Kerangka Teoritik. 1. Pola Asuh Orang Tua

a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

(28)

kerja, bentuk (struktur) yang tetap” (Departemen Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, 2005 884:885). Sedangkan asuh “berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih dan

sebagainya), memimpin (mengepalai, menyelenggarakan) suatu badan

kelembagaan” (Departemen Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Ketiga, 2005:73). Lebih jelasnya kata asuh mencakup segala aspek yang

berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan dan bantuan sehingga

orang tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat (Djamarah, 2014:51).

Pola asuh merupakan bagian dari proses pemeliharaan anak dengan menggunakan

teknik dan metode yang menitikberatkan pada kasih sayang dan ketulusan cinta

yang mendalam dari orang tua (Ilahi, 2013:133).

Sedangkan menurut Ahmad Tafsir pola asuh berarti pendidikan. Dengan

demikian, pola asuh orang tua adalah upaya orang tua untuk membentuk pola

perilaku yang diterapkan kepada anak dalam menjaga dan membimbingnya dari

waktu ke waktu yaitu sejak dilahirkan hingga remaja (Djamarah, 2014:51). Anak

pada dasarnya merupakan amanat yang harus dipelihara dan keberadaan anak itu

merupakan hasil dari buah kasih sayang antara ibu dan bapak yang diikat oleh tali

perkawinan dalam rumah tangga yang sakinah sejalan dengan harapan Islam.

Sejak kecil anak sudah mendapat pendidikan dari kedua orang tuanya melalui

keteladanan dan kebiasaan hidup sehari-hari dalam keluarga. Baik tidaknya

keteladanan yang diberikan dan bagaimana kebiasaan hidup orang tua sehari-hari

dalam keluarga akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak.

Pola asuh yang dilakukan orang tua sama dengan bagaimana seseorang yang

memimpin dan memotivasi anak-anaknya dalam keluarga untuk mencapai tujuan

(29)

insan kamil karena setiap orang tua mengharapkan anak-anaknya menjadi anak

yang sholeh dan berperilaku yang baik (ihsan).

Dengan demikian berarti orang tua harus menciptakan suasana keluarga

kondusif untuk mewujudkan pola asuh yang baik, sehingga akan tercipta perilaku

yang baik, perilaku yang ihsan, baik dalam keluarga maupun di lingkungan

masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa pola asuh adalah cara untuk mendidik, merawat,

dan membimbing anak agar menjadi pribadi yang baik dalam berperilaku atau

bertindak. Oleh karena itu orang tua dalam menerapkan pola asuh pada

anak-anaknya harus berdasarkan nilainilai atau norma-norma, orang tua tidak hanya

menanamkan ketauhidan saja, tetapi yang lebih penting adalah mensosialisasikan

ketauhidan tersebut dalam perbuatan nyata.

b. Macam-Macam Pola Asuh Orang Tua

Mendidik anak dalam keluarga diharapkan agar anak mampu berkembang

kepribadiannya, menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap

agama, kepribadian kuat dan mandiri, berperilaku ihsan, potensi jasmani dan

rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal. Untuk mewujudkan hal

itu menurut Mansur ada 3 pola asuh yang dilakukan oleh orang tua, yaitu:

1) Pola Asuh Otoriter

Tipe pola asuh otoriter adalah tipe pola asuh orang tua yang memaksakan

kehendak. Dengan tipe pola asuh ini orang tua cenderung sebagai pengendali atau

pengawas (controller), selalu memaksakan kehendak pada anak, sangat sulit

menerima saran dan cenderung memaksakan kehendak dalam perbedaan, terlalu

(30)

mempengaruhi anak cenderung menggunakan pendekatan (approach) yang

mengandung unsur paksaan atau ancaman. Kata-kata yang diucapkan orang tua

adalah hukum atau peraturan yang tidak dapat diubah, memonopoli tindak

komunikasi dan seringkali meniadakan umpan balik dari anak. Hubungan

antarpribadi di antara orang tua dan anak cenderung renggang dan berpotensi

antagonistik (berlawanan).

Beberapa ciri dari tipe pola asuh otoriter adalah sebagai berikut:

1) Cenderung emosional dan bersikap menolak

2) Bersikap kaku (keras)

3) Bersikap mengomando (mengharuskan/memerintah anak untuk melakukan

sesuatu tanpa kompromi)

4) Suka menghukum

5) Kontrolnya tinggi

6) Sikap penerimaannya rendah.

2) Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis merupakan tipe pola asuh yang terbaik. Hal ini

disebabkan tipe pola asuh ini selalu mendahulukan kepentingan bersama di

atas kepentingan individu anak. Tipe ini termasuk tipe pola asuh orang tua

yang tidak banyak menggunakan kontrol terhadap anak.

Tipe pola asuh demokratis mengharapkan anak untuk berbagi tanggung

jawab dan mampu mengembangkan potensi kepemimpinan yang dimilikinya.

Memiliki kepedulian terhadap hubungan antar pribadi dalam keluarga.

Meskipun tampak kurang terorganisasi dengan baik, namun gaya ini dapat

(31)

menghasilkan produktivitas dan kreativitas, karena tipe pola asuh demokratis

ini mampu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki anak.

Beberapa ciri dari tipe pola asuh demokratis adalah sebagai berikut:

1) Sikap penerimaannya tinggi.

2) Kontrolnya tinggi.

3) Bersikap responsif terhadap kebutuhan anak.

4) Mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan.

5) Memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk.

3) Pola Asuh Laissez Faire (permisif)

Pola asuh ini adalah pola asuh dengan cara orang tua mendidik secara

bebas, anak dianggap orang dewasa atau muda, ia diberi kelonggaran

seluas-luasnya apa saja yang dikehendaki. Kontrol orang tua terhadap anak sangat

lemah, juga tidak memberikan bimbingan pada anaknya.

Tipe pola asuh orang tua ini tidak berdasarkan aturan-aturan. Kebebasan

memilih terbuka bagi anak dengan sedikit campur tangan orang tua agar

kebebasan yang diberikan terkendali. Orang tua yang menerapkan pola asuh

ini menginginkan seluruh anaknya berpartisipasi tanpa memaksakan atau

menuntut kewenangan yang dimilikinya. Tindak komunikasi dari orang tua

cenderung berlaku sebagai seorang penghubung yang menghubungkan

kontribusi atau sumbang pemikiran dari anggota keluarga.

Beberapa ciri dari tipe pola asuh permisif adalah sebagai berikut:

1) Sikap penerimaannya tinggi

(32)

3) Orang tua tidak menghukum

4) Kontrolnya rendah

5) Memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau

keinginan (Djamarah, 2014: 60:62).

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak,

antara lain:

a) Citra Diri dan Citra Orang Lain

Citra diri atau merasa diri maksudnya sama saja. Kerka seseorang

berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain, dia mempunyai citra diri,

dia merasa dirinya sebagai apa dan bagaimana. Ketika seorang ayah berbicara

kepada anaknya, ia mempunyai cira diri tertentu. Ayah yang satu misalnya ia

merasa dirinya sebagai bapak, yang menganggap dirinya serba tahu, lebih tahu

daripada anaknya, kepala keluarga yang harus ditaati, pencari nafkah yang

harus dihormati,. Sementara ayah yang lain mungkin merasa dirinya sebagai

bapak, walaupun mempunyai banyak pengalaman, tetapi ia menyadari

pengalamannya itu berbeda dengan anaknya, sebagai pencari nafkah ia

menyadari belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Boleh

jadi citra diri dari kedua ayah yang berlainan itu melahirkan sikap dan perilaku

yang otoriter atau demokratis dalam memperlakukan anak.

Tidak hanya citra diri, citra orang lain juga mempengaruhi cara dan

kemampuan orang berkomunikasi. Orang lain mempunyai gambaran yang

(33)

lemah, ingusan, tak tahu apa-apa, harus diatur, harus diawasi maka ia berbicara

kepada anaknya itu secara otoriter, yaitu lebih banyak mengatur, melarang,

dan memerintah. Tetapi jika seorang ayah mencitrakan anaknya sebagai

manusia yang cerdas, kreatif, dan berpikiran sehat maka ia

mengkomunikasikan sesuatu kepada anaknya dalam bentuk anjuran daripada

perintah, pertimbangan daripada larangan, kebebasan memimpin daripada

banyak mengatur.

b) Suasana Psikologis

Suasana psikologis diakui mempengaruhi komunikasi. Seseorang dalam

keadaan sedih kan sulit diajak bicara karena suasana hati sedang duka cita,

sehingga ia tidak mampu mengungkapkan kalimat dengan sempurna. Lain

halnya dengan orang dalam keadaan marah, karena lepas dari kendali akal

sehat, ucapan yang terucap dari mulutnya teramat menyakitkan untuk

didengar. Kemarahan juga mempersempit kesempatan bicara, orang kena

marah merasa takut dan cemas, bingung dan serba salah, apa dan bagaimana

seharusnya bersikap dan berperilaku ketika itu. Tetapi jika ada keberanian

orang yang kena marah tersebut dapat melakukan serangan balik, mengadakan

perlawanan dengan kata-kata yang juga kasar.

c) Lingkungan Fisik

Setiap etnik keluarga tertentu memliki tradisi tersendiri yang harus ditaati.

Kehidupan keluarga yang menjunjung tinggi norma agama memiliki tradisi

kehidupan yang berbeda dengan kehidupan keluarga yang meremehkan norma

(34)

kehidupan yang berbeda. Kehidupan keluarga terdidik tidak bisa disamakan

dengan kehidupan keluarga tidak terdidik.

d) Kepemimpinan

Setiap keluarga, seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat

penting dan strategis. Seorang pemimpin, tidak hanya dapat mempengaruhi

anggota keluarga lainnya yang dipimpinnya, tetapi juga dapat mempengaruhi

kondisi dan suasana kehidupan sosial dala keluarga. Dalam etnik keluarga

tertentu, yang bertindak sebagi pemimpin adalah ayah. Sedangkan ibu

bertindak sebagai pendamping. Baik ayah atau ibu bersama-sama, dan

diharapkan seiya sekata dalam mengambil kebijakan di segala hal (Djamarah,

137:147).

2. Motivasi Belajar Al-Quran a. Pengertian Motivasi

Motivasi didefinisikan dengan segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah

laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan.

Motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada

makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju

tujuan tertentu (Saleh, 2009:183).

Motivasi adalah potensi fitrah yang terpendam, yang mendorong manusia

untuk melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan pada dirinya atau

memuaskan kebutuhan primernya, atau menolak bahaya yang membawa

(35)

internal yang mengarahkan perilaku internal dan eksternal dalam diri individu

manusia (Taufiq, 2006:656).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan keseluruhan daya

penggerak dalam diri seseorang atau dorongan yang ada di dalam diri setiap

individu yang mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri karena adanya

kebutuhan atau keinginan yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas atau

kegiatankegiatan tertentu dan memberikan arah dalam mencapai tujuan, baik

yang didorong atau dirangsang dari luar maupun dari dalam dirinya. Tanpa

adanya motivasi, seseorang dalam melaksanakan sesuatu tidak akan mencapai

hasil yang baik.

b. Jenis-Jenis Motivasi

Terdapat dua jenis motivasi yaitu:

1) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri orang yang

bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan orang lain. Seseorang yang

secara intrinsik termotivasi akan melakukan pekerjaan karena mendapatkan

pekerjaan itu menyenangkan dan bisa memenuhi kebutuhannya, tidak

tergantung pada paksaan eksternal.

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena rangsangan atau

bantuan dari orang lain. Motivasi ekstrinsik disebabkan oleh keinginan untuk

menerima ganjaran atau menghindari hukuman, motivasi yang terbentuk oleh

(36)

Dari jenis-jenis motivasi tersebut, apabila orang tua dan guru dapat

memberikan motivasi yang baik pada anak-anaknya, maka timbullah

keinginan atau hasrat untuk belajar lebih baik.

c. Definisi Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang banyak dilakukan orang. Belajar dilakukan

hampir setiap waktu, kapan saja dan dimana saja. Belajar juga merupakan

aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya

melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Istilah belajar itu

mengacu pada terjadinya perubahan dalam diri seseorang, yaitu perubahan

tingkah laku melalui pengalaman (Baharuddin, 2010 161:162). Belajar adalah

suatu proses perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman

tertentu (Rohman, 2012:172).

Dari berbagai definisi belajar di atas, penulis mengambil simpulan bahwa

belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang sebagai

akibat latihan dan pengalaman yang dilaksanakan secara sadar sengaja sehingga

menimbulkan pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan serta tingkah laku baru

yang lebih baik. Dengan adanya perubahan dalam diri seseorang akan membantu

untuk memecahkan suatu masalah dalam hidupnya serta dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungannya dan diharapkan dengan belajar maka akan merubah

seseorang ke arah yang positif.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi belajar:

(37)

Mengajarkan sesuatu baru dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah

memungkinkannya dalam arti potensi-potensi jasmani dan rohaninya telah

matang untuk itu.

2) Kecerdasan dan Intelegensi

Selain kematangan, dapat setidaknya seseorang mempelajari sesuatu dengan

baik ditentukan juga oleh taraf kecerdasan.

3) Latihan dan Ulangan

Karena terlatih seringkali mengulangi sesuatu, maka kecakapan dan

pengetahuan yang dimilikinya dapat menjadi semakin dikuasai dan makin

mendalam.

4) Motivasi

Motivasi merupakan pendorong suatu organisme untuk melakukan sesuatu.

5) Keadaan Keluarga

Suasana dan keadaan keluarga yang bermacammacam itu mau tidak mau turut

menentukan bagaimana dan sampai di mana belajar dialami dan dicapai oleh

anak-anak.

6) Guru dan Cara Mengajar

Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang

dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan kepada

anak-anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat

dicapai anak.

(38)

Karena belajar itu adalah suatu proses yang timbul dari dalam, maka faktor

motivasi memegang peranan penting pula.

8) Lingkungan dan Kesempatan

Banyak anak-anak yang tidak dapat belajar dengan hasil baik dan tidak dapat

mempertinggi belajarnya akibat tidak adanya kesempatan yang disebabkan

oleh sibuknya pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk dan

negatif serta faktor-faktor lain terjadi diluar kemampuannya. Faktor

lingkungan dan kesempatan itu lebih-lebih lagi berlaku bagi cara belajar pada

orang-orang dewasa (Purwanto, 2013 104:105)

Dari beberapa faktor di atas menunjukkan bahwa pengaruh belajar pada

setiap orang itu berbedabeda dan apabila pengaruhnya baik terhadap anak

maka dapat menimbulkan pengaruh yang positif bagi anak dan sebaliknya.

e. Pengertian Al-Quran

Secara etimologis al-Quran berasal dari kata qara‟a, yang berarti membaca atau mengumpulkan (Yusuf, 2009:1). Sedangkan definisi al-Quran adalah firman

Allah yang diturunkan atau diwahyukan Allah secara berangsur-angsur melalui

perantaraan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan

atau diserukan kepada seluruh umat manusia untuk menjadi pedoman atau

petunjuk dalam kehidupan mereka, dan membacanya merupakan satu tindakan

ibadah yang mendapatkan pahala (Chaer, 2014:2).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa al-Quran

adalah perkataan allah yang mana lafadz dan makna berasalal dari Allah.

Diturunkan atau diwahyukan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad

SAW melalui perantara malaikat Jibril untuk disampaikan kepada umatnya.

(39)

f. Peran, Fungsi, dan Manfaat Al-Quran

1) Peran Al-Quran

Ada dua alasan pokok yang bisa disebutkan bahwa al-Quran berperan besar

melakukan proses pendidikan kepada umat manusia.

Pertama, al-Quran banyak menggunakan term-term yang mewakili dunia

pendidikan, misalnya term “ilmu” yang diungkapkan 94 kali.

Kedua, al-Quran mendorong umat manusia untuk berfikir dan melakukan

analisis pada fenomena yang ada di sekitar kehidupan mereka.

Semua ini memperlihatkan bahwa al-Quran telah melakukan upaya yang

sangat positif dalam melakukan proses pendidikan terkait wawasan eksistensi

manusia (Syafri, 2012 59:61). Tidak diragukan lagi bahwa al-Quran terdapat

berbagai kajian ilmu terutama dalam bidang pendidikan.

2) Fungsi Al-Quran

a) Al-Quran memberi petunjuk untuk sepanjang masa.

Allah SWT menurunkan al-Quran adalah untuk menjadi petunjuk kepada

segenap mereka yang suka berbakti, untuk menjadi penyuluh kepada segala

hamba yang tunduk dan menurut, untuk menjadi pedoman hidup di dunia

dan akhirat (Ash-Shiddieqy, 2011:113). Petunjuk atau hidayah bagi

manusia, terdapat dalam Surah Al-Baqarah ayat 185:

د ْلا نم انّيبو ساّن ل ده آْرقْلا هيف ْنأ ي ّلا ا م رْ ش

اقْر ْلاو

(40)

Al-Quran merupakan petunjuk bagi manusia menyangkut tuntunan yang

berkaitan dengan akidah, dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu

dalam hal perincian hukum-hukum syariat. Bisa juga dikatakan Al-Quran

bagi manusia dalam arti bahwa Al-Quran adalah kitab yang maha agung

sehingga, secara berdiri sendiri dan merupakan petunjuk (Shihab,

2010:487).

b) Menjadikan damai bagi umat-Nya

Surah Al-Baqarah ayat 256

ْنمْ يو غاّ لاب ْر ْكي ْن ف ّيغْلا نم دْشُرلا نّيبت ْدق نيّدلا يف ارْك ا

مي ع عي س َّو ا ل اص ْنا ا قْث ْلا وْرعْلاب كسْ تْسا دقف َّاب

ٌ

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barang siapa yang ingkar kepada Taghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui (Departemen Agama RI, 1999:256).

Tidak ada paksaan dalam menganut keyakinan agama, Allah

menghendaki agar setiap orang merasakan kedamaian. Kedamaian tidak

dapat diraih kalau jiwa tidak damai. Paksaan menyebabkan jiwa tidak

damai sehingga tidak ada paksaan dalam menganut keyakinan agama Islam

(Shihab, 2010:256).

3) Manfaat Al-Quran

a) Dapat mengambil pelajaran dari kisah-kisah

(41)

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al- Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman (Departemen Agama RI, 1999:198).

Sekali lagi Allah menegaskan tentang kisah Nabi Yusuf as ini dan

kisah-kisah para Rasul yang lain yang disampaikan-Nya bahwa demi Allah,

sungguh pada kisah-kisah mereka terdapat pengajaran bagi orang-orang

yang mempunyai akal (Shihab, 2010:193).

Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui (Departemen Agama RI, 1999:217)

Ayat ini dan ayat-ayat berikut kembali menguraikan kesesatan

pandangan mereka menyangkut kerasulan Rasul Muhammad SAW. Dalam

penolakan itu mereka selalu berkata bahwa manusia tidak wajar menjadi

utusan Allah atau paling tidak dia harus disertai oleh malaikat. Ayat ini

menegaskan bahwa, dan kami tidak mengutus sebelum kamu kepada umat

manusia kapan dan di mana pun, kecuali orangorang lelaki, yakni jenis

manusia pilihan bukan malaikat, yang kami beri wahyu kepada mereka

antara lain melalui malaikat Jibril, maka wahai orang-orang yang ragu atau

tidak tahu, bertanyalah kepada ahlaz zikir, yakni orang-orang yang

berpengetahuan, jika kamu tidak mengetahui (Shihab, 2010:589).

(42)

Segala perbuatan yang dilakukan manusia memerlukan etika dan adab untuk

melakukannya, apalagi membaca al-Quran yang memiliki nilai yang sangat sakral

dan beribadah agar mendapat ridha Allah SWT yang dituju dalam ibadah

tersebut. Membaca al-Quran adalah membaca firman-firman Tuhan dan

berkomunikasi dengan Tuhan. Oleh karena itu, diperlukan adab yang baik dan

sopan di hadapan Nya (Khon, 2011:35).

Beberapa adab membaca al-Quran adalah sebagai berikut:

1) Membaca isti’azah ketika mulai membaca al-Quran.

2) Membaca basmalah, kecuali pada surat At-Taubah.

3) Khusyuk dan memperhatikan dengan seksama pada setiap ayat yang dibaca.

4) Hendaklah memperindah suara dalam membacanya.

5) Membacanya sesuai dengan hukum tajwid.

6) Hendaklah membacanya dengan suara yang sedang, tidak terlalu pelan, dan

juga tidak terlalu keras (Nizhan, 2008 10:11).

Demikian diantara adab membaca al-Quran, sehingga al-Quran dapat dibaca

dengan baik dan sesuai kaidah serta dapat meningkatkan iman dan takwa kepada

Allah SWT juga dalam membentuk pribadi muslim yang sejati.

h. Materi Belajar Al-Quran.

Tajwid berasal dari kata jawwada yang dalam bahasa artinya sama dengan

ta sin, yaitu bagus (Al-Hafid, 2008:287). Sedangkan pengertian tajwid menurut

istilah adalah suatu ilmu yang digunakan untuk mengetahui bagaimana

sebenarnya membunyikan huruf-huruf dengan benar, baik huruf yang berdiri

sendiri maupun huruf dalam rangkaian. Adapun hukum memelajari ilmu tajwid

(43)

adalah farḍu ‘ayn. Tujuan ilmu tajwid ialah untuk memelihara ucapan (lisan) dari

kesalahan ketika membaca al-Quran (Asy’ari, 1987:7).

Ilmu Tajwid sebagai disiplin ilmu membahas beberapa hukum bacaan yaitu

sebagai berikut:

1) Makharijul uruf

Makharijul uruf adalah tempat atau letak dari mana huruf-huruf tersebut

dikeluarkan (Al-Hafid, 2008:171). Tempat keluarnya huruf ada 5 yaitu sebagai

berikut:

a) Al-Ja‘uf artinya rongga mulut dan rongga tenggorokan.

Al-Ja’uf yaitu tempat keluarnya huruf hijaiyyah yang terletak pada

rongga mulut dan rongga tenggorokan. Bunyi huruf yang keluar dari rongga

mulut dan rongga tenggorokan ada tiga yaitu sebagai berikut: و ا

b) Al- uluq artinya tenggorokan

Al- uluq yaitu tempat keluar bunyi huruf hijaiyyah yang terletak pada

kerongkongan atau tenggorokan. Huruf-hurufnya adalah sebagai berikut:

ء ح

c) Al-Lisan artinya lidah

Al-lisan yaitu bunyi huruf hijaiyah yang tempat keluarnya dari lidah.

Huruf-huruf hijaiyyah tersebut adalah sebagai berikut: ي ج

س ص د

d) As-Syafatayn artinya dua bibir

As-syafatayn yaitu tempat keluarnya huruf hijaiyyah yang terletak pada

(44)

e) Al-Khaysyum artinya pangkal hidung.

Al-Khaysyum yaitu tempat keluarnya huruf hijaiyyah yang terletak pada

jalur hidung. Dan jika kita menutup hidung ketika membunyikan huruf

tersebut, maka tidak dapat terdengar. Adapun huruf-hurufnya yaitu

huruf-huruf gunnah dan yang dibaca dengung (Asy’ari, 1987:46).

2) Hukum Nun Sukun dan Tanwin

Nun sukun dan tanwin apabila bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah

maka hukumnya ada 5 (lima) bacaan:

a) Iẓar alqy

Iẓhar memiliki arti menjelaskan sedangkan halqi artinya tenggorokan

atau kerongkongan . Disebut iẓar alqy karena tempat keluarnya

huruf-huruf alqy yang berjumlah 6 yaitu ع خ ح ء ada padakerongkongan atau

tenggorokan. Sedangkan menurut istilah dalam ilmu tajwid iẓar alqy

adalah pengucapan huruf atau bunyi nun sukun atau tanwin ketika bertemu

huruf hijaiyah yang berjumlah 6 dan cara membacanya yaitu jelas.

b) Idgam

Idgam artinya memasukkan. Bacaan idgam ini dibagi dua yaitu Idgam

bigunnah dan Idgam bilagunnah. Sedangkan gunnah berarti dengung.

Idgam bigunnah yaitu apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan

huruf hijaiyyah و ي maka cara membacanya adalah dengung. Sedangkan

idgam bilagunnah yaitu apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan

huruf hijaiyyah yaitu dan cara membacanya adalah dengan tidak dengung.

c) Iqlab

Iqlab artinya membalik atau menukar. Sedangkan menurut istilah tajwid

(45)

bacaan mim م yang disamarkan dan dengan mendengung. Apabila ada

tanwin atau nun sukun bertemu dengan huruf ba’ hukumnya wajib

dibaca iqlab.

d) Ikhfa’

Ikhfa’ artinya menyamarkan atau menyembunyikan. Hukum bacaan

disebut ikhfa’ yaitu apabila terdapat nun sukun atau tanwin bertemu dengan

salah satu huruf hijaiyah 15 yaitu: ف ص س د ج maka

wajib dibaca ikhfa’ (Zarkasyi, 1:4).

e) Gunnat

Hukum bacaan disebut gunnat yaitu wajib dibaca mendengung adalah

apabila ada nun bertasydid dan mim bertasydid (Asy’ari 1987:19).

f) Hukum Mim Sukun

Hukum mim sukun mempunyai 3 macam bacaan, yaitu:

(1) Ikhfa’ Syafawi

Apabila ada mim sukun bertemu dengan huruf ba’ maka hukum

bacaannya disebut ikhfa’ syafawiy, harus dibaca samarsamar dan

didengungkan.

(2) Idgam Mutamasilain

Idgam mutamasilain yaitu apabila ada mim sukun bertemu dengan

mim م , maka cara membacanya yaitu memasukkan huruf mim mati

ke huruf mim berharakat yang ada di hadapannya.

(46)

Apabila ada mim sukun bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah

selain mim مdan ba’ maka hukum bacaannya disebut Iẓar Syafawiy

(Zarkasyi, 5:6).

g) Hukum Iḍgam

Iḍgam yang terjadi sebagai akibat dari bertemunya dua huruf di

bedakan menjadi tiga yaitu:

(4) Iḍgam Mutama ilayn

Yang dinamakan iḍgam mutama ilayn adalah memasukkan huruf

yang disukun dari satu kalimat pada huruf yang serupa dan

benar-benar di lain kalimat kecuali huruf و ي. Cara membacanya harus

dimasukkan (ditasydidkan) huruf yang pertama kepada huruf yang

kedua sehingga menjadi satu huruf dalam pengucapan.

(5) Iḍgam Mutaqaribayn

Yang dinamakan iḍgam mutaqaribayn adalah memasukkan satu

huruf sukun dari satu huruf pada huruf lain yang hampir sama bunyi

dan makhrajnya.

(6) Iḍgam Mutajanisayn

Yang dinamakan iḍgam mutajanisayn adalah memasukkan satu

huruf mati kepada huruf lain yang tempat keluarnya huruf sama tetapi

hurufnya berbeda.

h) Lam Ta’rif

Yang disebut lam ta’rif yaitu alif ( ا ) yang lalu ada di awal kata

benda (م سا) sehingga perkataannya menjadi ma’rifat ( ةفر م). Berikut al (

ا) yang dibaca jelas dan al ( ا ) yang bunyinya dihilangkan atau tidak

(47)

(1) Al Qomariyat

Al Qomariyat adalah bila alif dan lam ( ا) bertemu dengan salah

satu huruf qomariyat ي ف و ج ح ء . Cara membacanya

harus dijelaskan.

(2) Al Syamsiyat

Al Syamsiyat adalah bila alif dan lam ( ا) bertemu dengan salah

satu huruf syamsiyat س د ص . Cara

membacanya dengan mentasydidkan pada huruf syamsiyat, sehingga

( ا) tidak dibaca lagi meskipun tulisannya tetap ada (Asy’ari, 22:23).

i) Huruf Qalqalah

(1) Qalqalah Sugra

Apabila ada salah satu huruf د ج yang sukun (mati) maka

disebut qalqalat sugra. Cara membacanya dengan menggerakkan dan

membunyikannya seperti membalik.

(2) Qalqalat Kubra

Apabila mati atau sukunnya huruf lima diatas itu dari sebab waqaf

atau titik koma, maka disebut qalqalah sugra. Cara membacanya lebih

jelas dan berkumandang (Zarkasyi, 27:28).

j) Huruf Tafhim dan Tarqiq

Huruf lam ( ) dan ra ( ) ada yang dibaca tebal (tafhim) dan ada yang

dibaca tipis (tarqiq).

(1) Huruf lam

(48)

yang cukup kuat, dibaca tafhim apabila perkataan Allah (ه) didahului

huruf berharakat fathah atau zammah.

Lam yang dibaca tipis tarqiq dalam perkataan Allah (ه) harus dibaca tipis jika didahului huruf yang berharakat kasrat.

k) Huruf ra

(1) Ra harus dibaca tebal apabila berharakat fathah atau fathahtain dan zammah atau zammataiyn, ra sukun yang sebelumnya terdapat huruf

yang berharakat fathah atau berharakat zammah, ra sukun yang

sebelumnya berharakat kasrat, dan ra sukun yang huruf sebelumnya

berharakat kasrat berupa huruf isti’la" yaitu ص ف

(2) Ra yang harus dibaca tipis apabila ada ra yang berharakat kasrat

dimanapunletaknya, ra yang sebelumnya terdapat ya sukun, ra sukun

yang huruf sebelumnya berharakat kasrat yang asli dan sesudahnya

tidak berupa isti’la‟.

(3) Ra yang boleh dibaca tafhim dan tarqiq apabila ra sukun yang huruf

sebelumnya berharakat kasrat dan huruf sesudahnya berupa huruf

isti’la‟ (Asy,ari, 25:28).

l) Hukum Mad

Yang dinamakan mad artinya memanjangkan suara karena ada huruf

mad. Adapun huruf mad itu ada 3 macam:

(1) Mad aby‘iy

Mad abi‘iy atau mad asli yaitu apabila ada huruf hijaiyyah yang

(49)

yang berharakat kasrah kemudian diikuti ya (ي), dan apabila ada

huruf hijaiyah yang berharakat zammah kemudian diikuti wawu ( ).

Jika dalam ayat al-Quran terdapat salah satu ciri-ciri mad aby‘iy,

maka membacanya 1 alif atau 2 harakat (Alam, 2009:32).

(2) Mad Far’iy

Far’iy artinya bagian atau cabang. Mad far’iy terdiri dari beberapa

cabang yaitu sebagai berikut:

(a) Mad Wajib Muttasil

Mad wajib muttasil yaitu jatuhnya hamzah setelah huruf mad

dalam satu kata. Panjang bacaannya yaitu 2½ alif atau 5 harakat.

(b) Mad Jaiz Munfaṣil

Mad jaiz munfaṣil ialah apabila hamzah setelah huruf mad

dalam dua kata atau tidak dalam satu kata. Panjang bacaannya

adalah 1 alif atau 2 harakat atau yang paling utama 2½ alif atau 5

harakat (Alam, 2009, 32:33).

(c) Mad Lazim Musaqqal Kilmiy

Apabila mad aby‘iy bertemu dengan tasydid dalam satu

kalimat.

(d) Mad Lazim Mukhaffaf Kilmiy

Apabila mad aby‘iy bertemu dengan huruf sukun (mati).

(e) Mad Layin

Apabila ada wa ( ) atau ya (ي) yang sebelumnya itu berharakat

fathah.

(50)

Apabila ada waqaf yang sebelumnya ada mad aby’iy atau mad

layin.

(g) Mad Silat Qasrat

Apabila ada ha ( ) damiyr yang sebelumnya ada huruf hidup.

Cara membacanya harus panjang dua harakat.

(h) Mad Silat Tawilat

Apabila Mad Silat Qasr a t bertemu dengan (ء) (Zarkasyi,

15:19).

(i) Mad Iwad

Apabila ada fathahtain yang jatuh pada waqaf pada akhir kalimat. Cara membacanya dipanjangkan seperti mad aby‘iy dan

tidak dibaca tanwin.

(j) Mad Badal

Apabila ada hamzah bertemu dengan mad. Cara membacanya

tetap seperti mad aby‘iy. Karena yang sebenarnya huruf mad

asalnya hamzah yang jatuh mati kemudian diganti dengan ya (ي)

alif (ا) atau ( ).

(k) Mad Lazim Harfiy Musyabba’

Apabila pada permulaan surat pada al-Quran terdapat salah satu

huruf 8 yaitu س ص . Cara membacanya harus panjang 6

harakat (Zarkasyi, 19:21)

(51)

Apabila pada permulaan surat pada al-Quran terdapat salah satu

huruf 5 yaitu ي ح. Cara membacanya seperti mad aby‘iy atau dua harakat.

(m) Mad Tamkin

Apabila ya sukun yang didahului dengan ya yang bertasydid

dan harakatnya kasrat. Cara membacanya ditempatkan dengan

tasydid dan mad aby‘iy.

(n) Mad Farq

Mad farq yaitu mad yang di dalam al-Quran hanya terdapat

empat tempat 2 tempat di surat Al An’am , 1 tempat di surat Yunus

dan 1 tempat lagi di surat An-Naml. Cara membacanya harus

dipanjangkan untuk membedakan antara pertanyaan atau bukan.

Jadi dipanjangkan itu, supaya jelas bahwa kalimat berbentuk

pertanyaan (Zarkasy, 21:22).

i. Indikator Motivasi Belajar Al-Quran

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

siswa-siswa yang sedang belajar mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya

dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai

peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.

Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.

c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.

d. Adanya penghargaan dalam belajar.

(52)

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seorang

siswa dapat belajar dengan baik (Hamzah 2013: 23).

Dari penjelasan di atas indikator Motivasi Belajar di TPQ Al-Maun

Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo yakni adanya hasrat dan keinginan

berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan

cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang

menarik dalam belajar, adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga

memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik. Indikator tersebut

merupakan tolok ukur yang digunakan untuk mengetahui pengaruh Motivasi

Belajar terhadap Pemahaman Belajar Al-Qur’an.

C. Kerangka Pikir

Pola asuh adalah bagaimana orang tua memperlakukan anak, membimbing dan

mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan, hingga

kepada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan masyarakat pada

umumnya (Casmini 2007:6). Jadi pola asuh merupakan berbagai metode atau cara

orang tua dalam mengasuh, mendidik dan mengajari anak sesuai tujuan orang tua

hingga mencapai tahap kedewasaan.

Motivasi belajar adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu

organisme yang mengarah tingkah laku terhadap suatu tujuan (Purwanto, 2007:

61). Jadi motivasi belajar adalah keseluruhan daya gerak dalam diri siswa yang

mendorong atau menggerakkan individu untuk melakukan kegiatan belajar,

sehingga siswa tidak hanya belajar namun juga menghargai dan menikmati

belajarnya.

Seorang anak yang mendapatkan pola asuh orang tua yang baik dan benar

(53)

penelitian yang akan dilakukan oleh penelitian terkait dengan pengaruh pola asuh

orang tua terhadap motivasi belajar Al-Quran sebagai berikut:

1. X = Pola Asuh

Indikator pola asuh orang tua sebagai berikut:

a. Tipe pola asuh otoriter adalah sebagai berikut:

1) Cenderung emosional dan bersikap menolak

2) Bersikap kaku (keras)

3) Bersikap mengomando (mengharuskan/memerintah anak untuk melakukan

sesuatu tanpa kompromi)

4) Suka menghukum

5) Kontrolnya tinggi

6) Sikap penerimaannya rendah.

b. Tipe pola asuh demokratis adalah sebagai berikut:

1) Sikap penerimaannya tinggi.

2) Kontrolnya tinggi.

3) Bersikap responsif terhadap kebutuhan anak.

4) Mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan.

5) Memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk.

c. Tipe pola asuh permisif adalah sebagai berikut:

1) Sikap penerimaannya tinggi

2) Kurangnya komunikasi

(54)

3) Orang tua tidak menghukum

4) Kontrolnya rendah

5) Memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau

keinginan.

2. Y = Motivasi Belajar

Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.

c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.

d. Adanya penghargaan dalam belajar.

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seorang siswa

dapat belajar dengan baik.

D. Hipotesis

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh beberapa penelitian dan melihat

kajian teori yang peneliti lakukan maka peneliti mengambil hipotesis sebagai berikut:

Ha: Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara pola asuh orang tua dengan

motivasi belajar membaca Al-Quran di TPQ Al-Maun Limbangan Mudal Mojotengah

Gambar

Tabel 3.1 Data Santri TPQ Al-Maun Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo
Tabel 3.4
Table 3.5
Tabel 3.6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan berbagai macam pola asuh dan usaha orang tua dalam mengembangkan prestasi belajar siswa kelas III SD Muhammadiyah

Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian adalah gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua kepada anak di lembaga TPQ Bumi Mentaok terdapat dua tipe pola asuh,

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kontribusi motivasi belajar dan pola asuh orang

a) Frekuensi jumlah pola asuh yang diterapkan oleh orang tua di PAUD Al-Hasanah Tebing Tinggi Okura, peneliti menyimpulkan bahwa tipe pola asuh permisif merupakan

terdapat pengaruh pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar mahasiswa semester IV Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, atau tidak terdapat

hubungan yang positif antara pola asuh orang tua dengan motivasi belajar di SMP IT Al-Hijrah-2. Kec.Percut Sei Tuan diterima, dengan besarnya hubungan pola asuh orang tua

Dari hasil pengisian kuesioner pola asuh orang tua di TK Insan Cemerlang Makassar diketahui bahwa pola asuh permisif sebanyak 2 orang dengan persentase 6,6% dan hasil uji korelasi pola

Hasil penelitian ini, diharapkan orang tua asuh memberikan pengawasan kepada anak buruh migran dengan menggunakan pola asuh demokratif untuk meningkatkan motivasi belajar anak agar