PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR AL-QURAN DI TPQ AL-MAUN LIMBANGAN
MUDAL MOJOTENGAH WONOSOBO
SKRIPSI
Oleh:
Andri Okta Kurniawan
NPM: 20120720132
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ii
PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR AL-QURAN DI TPQ AL-MAUN LIMBANGAN
MUDAL MOJOTENGAH WONOSOBO
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) strata Satu
pada Prodi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
Andri Okta Kurniawan
NPM: 20120720132
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
iii
NOTA DINAS
Lamp. : 4 eks. Skripsi Yogyakarta, 30 Agustus 2016
Hal : Persetujuan
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Assalamu’alaikum wr.wb
Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat
bahwa skripsi Saudara:
Nama : Andri Okta Kurniawan
NPM : 20120720132
Judul : Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Al-Quran Di TPQ Al Maun Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo.
Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat Sarjana pada
Fakultas Agama Islam Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut, dengan harapan dapat
diterima dan segera dimunaqasyahkan.
Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Pembimbing
iv
PENGESAHAN
Skripsi berjudul
PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR AL-QURAN DI TPQ AL-MAUN LIMBANGAN
MUDAL MOJOTENGAH WONOSOBO
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama : Andri Okta Kurniawan
NPM : 20120720132
Telah dimunaqasyahkan didepan Sidang Munaqasyah Prodi Pendidikan Agama
Islam pada tanggal dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
Sidang Dewan Munaqasyah
Ketua Sidang : Aisah Anita, M.Psi (……….)
Pembimbing : Dr. Akif Khilmiyah, M.Ag (……….)
Penguji : Dr. H. Abd. Madjid, M.Ag (………)
Yogyakarta, 30 Agustus 2016
Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Dekan
v
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah:
Nama Mahasiswa : Andri Okta Kurniawan
Nomor Mahasiswa : 20120720132
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan belum
pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 30 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan
vi
MOTTO
ساّن ل ايب ا ه
نيقّت ْ ل عْ مو دهو
“Inilah (Al-Quran) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”
vii
PERSEMBAHAN
Saya persembahkan karya tulis ini kepada:
1. Kedua orang tua, Bapak Suroto dan Ibu Mursih yang saya taati, sayangi
dan banggakan. Terimakasih atas do’a dan semangat yang selalu diberikan
kepada ananda.
2. Kedua saudara saya, Nur Ivana dan Dwi Fembrianto yang saya sayangi
dan selalu memberi motivasi yang tiada henti.
3. Keluarga dan saudara-saudara yang senantiasa memberikan dukungan dan
motivasi kepada saya.
4. Teman-teman seperjuangan khususnya PAI 2012 yang senantiasa berbagi
kebersamaan hingga terselesaikannya tulisan ini.
viii
KATA PENGANTAR
هتاك ربو َ ا ْح و ْمكْي ع اّسلا
.
اْسإ ْاو ا ْيإا ْعنب ان عْنأ ْي ّلا َ دْ ْلا
.
انأْا رْيخ ي ع مّ سنو ْيّ صنو
انديس
دْعب اّمأ نْيع ْجأ هبْ صو هلا ي عو دّ م
Syukur Alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Allah Swt, karena berkat
rahmatNya saya dapat menyelesaikan penelitian tugas akhir ini yang berjudul
“Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Membaca Al-Quran
di TPQ Al Maun Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo”
Tanpa bantuan dari berbagai pihak dalam proses penyelesaian karya tulis
ini, niscaya peneliti tidak dapat menyelesaikan dengan baik. Untuk itu peneliti
tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Mahli Zainudin Tago, M.Si. selaku Dekan Fakultas Agama Islam.
2. Dr. Abd. Madjid, M.Ag. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama
Islam.
3. Naufal Ahmad R.A, M.A. selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan
Agama Islam.
4. Dr. Akif Khilmiyah, M.Ag. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang
dengan ikhlas telah memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga
ix
5. Kedua orang tua, Bapak Suroto dan Ibu Mursih yang saya taati, sayangi dan
banggakan. Terimakasih atas do’a dan semangat yang selalu diberikan kepada ananda.
6. Kepala TPQ Al Maun Ust. Rohmadi dan asatiz, serta santri TPQ Al Maun
Liambang Mudal Mojotengah Wonosobo, yang telah bersedia menerima
dan membantu penulis mengadakan penelitian..
7. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Agama Islam, tetap semangat untuk
selalu menjadi yang terbaik.
8. Teman-teman dari Kontrakan Mudjiono Slamaet yaitu Hilmi, Danang, dan
Andita, yang telah memberikan banyak bantuan, dukungan serta Do’a. 9. Semua pihak yang telah mendoakan dan membantu dalam penyelesaian
karya tulis ini yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu dan
terimakasih atas dukungannya.
Peneliti berdoa semoga segala kebaikan dari semua pihak yang telah
disebutkan di atas menjadi amal baik dan mendapatkan pahala dari Allah Swt.
Peneliti menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan, kekeliruan
ataupun ada hal-hal yang belum peneliti cantumkan. Akhirukallam akhirnya
penulis berharap, semoga skripsi ini dapat dipergunakan dan bermanfaat bagi
siapa saja yang membutuhkan.
Yogyakarta, 30 Agustus 2016
x
a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua Tua ... 12
b. Macam-macam Pola Asuh Orang Tua Tua ... 14
c. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pola Asuh ... 18
2.Motivasi Belajar Al-Quran ... 20
a. Pengertian Motivasi ... 20
b. Jenis-Jenis Motivasi ... 21
c. Defenisi Belajar ... 22
d. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Belajar ... 23
e. Pengertian al-Quran ... 25
f. Peran, Fungsi, dan Manfaat Al-Quran ... 25
g. Adab Membaca Al-Quran ... 29
h. Materi Belajar Al-Quran ... 30
i. Indikator Motivasi Belajar Al-Quran ... 33
C. Kerangka Pikir ... 41
D. Hipotesis ... 44
BAB IIIP: METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 45
B. Variabel Penelitian ... 45
C. Populasi dan Sampel dan Lokasi Penelitian... 48
D. Teknik Pengumpulan Data ... 49
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 51
xi BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum TPQ ... 62
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 62
2. Latar Belakang Beridirinya TPQ ... 62
3. Visi, Misi, dan Tujuan TPQ... 64
B. Hasil Penelitian ... 69
1. Uji Normalitas Data ... 69
2. Variabel Pola Asuh Orang Tua Tua ... 73
3. Tipe Pola Asuh Orang Tua Tua ... 100
4. Variabel Motivasi Belajar Al-Quran ... 101
5. Klasifikasi Motivasi Belajar Al-Quran ... 105
6. Uji Hipotesis ... 116
C. Keterbatasan Penelitian ... 119
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 121
B. Saran ... 122
C. Kata Pentup ... 123
DAFTAR PUSTAKA ... 125
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Santri TPQ Al Maun ... 48
Tabel 3.2 Kriteria Jawaban Dari Pernyataan Atau Pertanyaan ... 50
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Peneitian Pola Asuh Orang Tua Tau ... 53
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Motivasi Belajar Al-Quran ... 54
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Variabel Pola Asuh Orang Tua Tua ... 55
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Al-Quran ... 56
Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pola Asuh Orang Tua Tua ... 58
Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Motivasi Belajar Al-Quran ... 59
Tabel 4.1 Biodata Pengajar TPQ Al Maun ... 66
Tabel 4.2 Data Santri TPQ Al Maun ... 67
Tavel 4.3 Jadwal Kegiatan Santri TPQ Al Maun ... 62
Tabel 4.4 Daftar Pola Asuh Orang Tua Tua ... 70
Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Pola Asuh Orang Tua Tua ... 71
Tabel 4.6 Data Motivasi Belajar Al-Quran ... 72
Tabel 4.7 Uji Normalitas Data Motivasi Belajar Al-Quran ... 73
Tabel 4.8Orang Tua Menyukai Kegiatan Yang Dilakukan Di TPQ ... 74
Tabel 4.9 Orang Tua Tidak Mau Menerima Pendapat ... 74
Tabel 4.10 Orang Tau Tidak Pernah Mendengar Keluh Kesah ... 75
Tabel 4.11 Orang Tua Selalu Menyeleksi Teman ... 76
Tabel 4.12 Orang Tua Selalu Memantau Kegiatan ... 76
Tabel 4.13 Orang Tua Tidak Membatasi Waktu Bermain ... 77
Tabel 4.14 Orang Tua Selalu Mengingatkan Untuk Belajar ... 78
Tabel 4.15 Orang Tua Bersikap Santai ... 78
Tabel 4.16 Orang Tua Hanya Memberi Materi Terkait Kebutuhan ... 79
xiii
Tabel 4.18 Orang Tua Mengajarkan Bersikap Sopan ... 81
Tabel 4.19 Orang Tua Tidak Peduli Ketika Saya Berbuat Salah ... 81
Tabel 4.20 Orang Tua Tidak Menerima Alasan Apapun ... 82
Tabel 4.21 Orang Tua Selalu Menentang Keputusan ... 83
Tabel 4.22 Orang Tua Selalu Menentang Kegiatan ... 83
Tabel 4.23 Orang Tua Selalu Berkomunikasi ... 84
Tabel 4.24 Orang Tua Membiarkan Saya Bergaul... 85
Tabel 4.25 Orang Tua Langsung Menghukum ... 85
Tabel 4.26 Orang Tua Membiarkan Dengan Pekerjaan Yang Tidak Beres ... 86
Tabel 4.27 Orang Tua Memuji Ketika Saya Berkelahi ... 87
Tabel 4.28 Orang Tua Mengharuskan Menambah Jam Belajar ... 87
Tabel 4.29 Orang Tua Membuat Jadwal Kegiatan Tanpa Menghirauakan ... 88
Tabel 4.30 Orang Tua Memaklumi Kegiatan Yang Saya Buat ... 89
Tabel 4.31 Orang Tua Tidak Peduli Dengan Pendapat Saya ... 90
Tabel 4.32 Orang Tau Selalu Marah Ketika Saya Berbuat Salah ... 91
Tabel 4.33 Orang Tua Mau Menjadi Tempat Keluh Kesah ... 92
Tabel 4.34 Orang Tua Bersikap Komunikatif ... 92
Tabel 4.35 Orang Tua Bersikap Tidak Mau Tahu Tentang Masalah Saya ... 93
Tabel 4.36 Orang Tua Hanya Diam Ketika Dimintai Pendapat... 93
Tabel 4.37 Orang Tua Membolehkan Saya Bermain Hingga Larut Malam ... 94
Tabel 4.38 Orang Tua Tidak Membolehkan Saya Untuk Berpendapat ... 95
Tabel 4.39 Orang Tua Mendengarkan Alasan Saya Ketika Berbuat Salah ... 96
Tabel 4.40 Orang Tua Langsung Menghukum ... 96
Tabel 4.41 Orang Tua Antusias Saling Tukar Pikir ... 97
Tabel 4.42 Tipe Pola Asuh Orang Tua... 98
Tabel 4.43 Bersungguh-Sungguh Dalam Belajar Al-Quran ... 99
Tabel 4.44 Menanyakan Yang Belum Jelas Kepada Guru ... 100
Tabel 4.45 Belajar Al-Quran Agar Dipuji... 100
xiv
Tabel 4.47 Menambah Waktu Untuk Belajar Al-Quran ... 102
Tabel 4.48 Belajar Al-Quran Hanya Ketika Disuruh Orang Tua... 102
Tabel 4.49 Kendala Dalam Belajar Al-Quran ... 103
Tabel 4.50 Belajar Al-Quran Sungguh-Sungguh ... 104
Tabel 4.51 Belajar Al-Quran Sungguh-Sungguh Akan Bermanfaat ... 104
Tabel 4.52 Belajar Al-Quran Supaya Mendapat Keuntungan Uang ... 105
Tabel 4.53 Belajar Al-Quran Dengan Malas Karena Tidak Ada Manfaat ... 106
Tabel 4.54 Belajar Al-Quran Merupakan Suatu Kewajiban ... 107
Tabel 4.55 Belajar Al-Quran Hanya Untuk Mendapat Ridho... 107
Tabel 4.56 Belajar Al-Quran Hanya Untuk Mendapat Pujian ... 108
Tabel 4.57 Belajar Al-Quran Hanya Untuk Mendapat Uang Jajan ... 109
Tabel 4.58 Model Pembelajaranal-Quran Yang Menarik ... 110
Tabel 4.59 Diskusi Salam Pembelajarn Al-Quran ... 110
Tabel 4.60 Pembelajaran Yang Membosankan ... 111
Tabel 4.61 Pembelajaran Yang Tidak Variatif ... 111
Tabel 4.62 Orang Tau Membimbing Belajar Al-Quran ... 112
Tabel 4.63 Tidak Malu Ketika Terlambat Ke TPQ... 113
Tabel 4.64 Klasifikasi Motivasi Belajar ... 114
Tabel 4.65 Hasil Uji Korelasi ... 117
xv ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola asuh orang tua, megkaji motivasi belajar Al-Quran, serta menganalisis bagaimana Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Al-Quran Di TPQ Al Maun Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif model kolerasional. Subyek penelitian ini adalah seluruh santri TPQ Al Maun Limbangan Mudal, subyek penelitian diambil dari seluruh santri sebanyak 68 orang. Pengumpulan data menggunakan angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Uji validitas menggunakan product moment dan uji reliabilitas menggunakan alpha cronbach.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier.
Hasil penelitian menunjukkan: 1) Pola Asuh Orang Tua di TPQ Al Maun Limbangan Mudal berada pada tipe demokrasi 38% tipe otoriter 31% serta tipe permisif 31%. 2) Motivasi Belajar Al-Quran santri palaing besar dipengaruhi oleh harapan dan cita-cita sebesar 20% tertinggi dan terendah dipengaruhi oleh lingkungan kondusif 9%. (3) Ada pengaruh yang signifikan antara Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Al-Quran, besaran prosentase menunjukkan 20,5% dipengaruhi oleh pola asuh sedangkan 79,5% dipengaruhi oleh faktor lain.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan amanah yang diberikan oleh Allah SWT. Anak adalah anugerah
bagi orang tua dan sekaligus menjadi mata rantai kehidupan bagi orang tuanya. Seorang
anak bukanlah orang dewasa yang berwujud kecil, akan tetapi dari usia dini anak harus
dididik dan dibimbing dengan sebaik dan semaksimal mungkin agar terbentuk rasa dan
jiwa yang berkepribadian sholeh/sholehah dan memiliki akhlak yang mulia (akhlakul
karimah). Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,
dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, masyarakat, pemerintah dan Negara
(Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak).
Wujud dari rasa amanah tersebut salah satunya dengan cara mengasuhnya.
Apabila kita berdasar pada teori perkembangan “tabula rasa” yang mana sering diartikan bahwa anak layaknya kertas kosong, maka peran orang tua akan sangat sentral
dan penting. Implikasi dari teori tersebut dapat kita analogikan anak sebagai kanvas,
jika orang tua sebagai pelukis dapat menggores kanvas tersebut dengan hal yang indah,
maka kanvas tersebut dapat terjual dengan harga yang tinggi. Dan juga sebaliknya
apabila pelukis itu menggoreskan kanvas dengan hal-hal yang tidak bernilai jual tinggi
dan berkualitas maka akan terlihat jelek dan tidak memilki nilai seni yang indah.
Idealnya tugas orang tua mengasuh, mendidik, mengarahkan, sekaligus
memberikan contoh bagi anak. Bagaimana pun tugas mendidik anak adalah tugas mulia
yang amat dipercayakan oleh Allah SWT kepada para orang tua. Pola asuh orang tua
dalam medidik dan mengasuh anak sangatlah penting bagi perkembangan anak sejak
pendidikan. Orang tua di sini diposisikan sebagai guru dan pendidik bagi anak-anaknya
dalam hal pertumbuhan dan perkembangan. Gaya pengasuhan merupakan pola perilaku
orang tua yang menonjol atau yang paling dominan dalam menangani anaknya
sehari-hari. Namun tidak terlepas dari itu akan nihil apabila seorang anak memiliki
kemampuan yang baik, akan tetapi akhlaknya kurang. Maka perlu adanya aspek
spiritual yang dibangun.
Pengasuhan dan pendidikan yang proporsional cenderung melahirkan anak yang
cerdas intelektual dan spiritual. Sebagai rasa penghambaan kita terhadap Allah sang
Khaliq, tentunya kita akan memprioritaskan ilmu-ilmu tentang Allah beserta
dogma-Nya. Dengan mempelajari Al-Quran kita akan lebih dekat dengan Allah SWT.
Kewajiban orang tua bukanlah memaksa anak kecil untuk beribadah melainkan
menanamkan pengertian dan membelajarkan anak untuk ibadah serta yang paling
utama adalah memberikan tauladan perilaku ibadah di depan anaknya.
Mengaji atau membaca Al-Qu’ran merupakan langkah awal untuk membentuk kepribadian yang sholeh dan sholehah. Dengan mengaji berarti mengenal, membaca,
dan, memahami ayat-ayat Allah SWT yang akan menjadi bekal dalam melangkah ke
arah masa depan yang cerah (Geniofam 2009:7). Mengenalkan, mengajarkan dan
memahamkan anak pada Al-Qur’an termasuk tugas orang tua dalam mengsuh anaknya. Namun kenyataannya, saat ini di kehidupan sehari-hari banyak sekali orang tua
yang kurang memperhatikan pendidikan bagi anaknya. Hal ini dimungkinkan dengan
kurangnya pengasuhan dari orang tua. Dengan kurangnya pengasuhan maka ini akan
berakibat terhadap motivasi belajar dari anak, hal ini akan berakibat terhadap
Keberhasilan pendidikan agama Islam bukan hanya terletak pada pendidikan di
sekolah atau TPQ saja, namun yang lebih penting lagi juga terletak pada pendidikan
dalam keluarga. Diketahui seorang anak lebih sering berinteraksi pada lingkungan di
rumah tempat tinggalnya, lebih spesifik lagi bahwa lebih besar waktu anak berinteraksi
dengan keluarganya di rumah. Artinya pola asuh orang tua yang mempunyai pengaruh
besar terhadap motivasi belajar Al-Qur’an pada anak.
Hasil wawancara peneliti dengan Bapak Mustamar selaku guru di TPQ Al-Maun
Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo (25 Januari 2016)
Di kelas anaknya bercanda, saat di tegur menangis dan saat disuruh membaca ayat Al-Qur’an tidak bisa, pengucapan bibir yang sulit ketika mengucap huruf, panjang pendek bacaan dan tajwid yang anak sering lupa.
Senada dengan apa yang diutarakan oleh Bapak Mustamar, penelitian yang
dilakukan oleh Zulfa Naimatuzzahro (2015)
Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian adalah gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua kepada anak di lembaga TPQ Bumi Mentaok terdapat dua tipe pola asuh, yakni orang tua yang tergolong dalam pola asuh authoritative sebesar 86,7%, sedangkan jumlah orang tua yang tergolong dalam pola asuh authoritarian sebesar 13,3 %. Pada motivasi belajar membaca Al-Qur’an anak diperoleh dua kriteria, yaitu motivasi belajar yang tergolong dalam kriteria tinggi sebesar 76,7 %, dan motivasi belajar yang tergolong dalam kriteria sedang sebesar 23,3 %. Jika dilihat dari latar belakang pola asuh orang tua yang memiliki motivasi tinggi berasal dari pola asuh authoritative yaitu sebesar 70%.
Berdasarkan hasil wawancara serta penelitian diatas menunjukkan bawasanya
pola asuh orang tua memang sangat mempengaruhi motivasi anak dalam belajar. Bukan
hanya pola asuh dari orang tua melainkan juga peran guru juga ikut berperan dalam
memompa motivasi belajar anak.
Pengamatan dari peneliti pada dusun Limbangan Mudal kecamatan Mojotengah
Wonosobo menghasilkan bahwa setiap orang tua mempunyai metode tersendiri dalam
Pendidikan Al-Qur’an maupun di rumah juga tidak menunjukkan data yang positif. Anak cenderung lebih nyaman bermain dengan gadget daripada membuka lembaran
mushaf. Orang tua juga kurang bisa meluangkan waktu kepada anak. Anak cenderung belajar secara pribadi dan minim arahan. Keceriaan anak pun terbatasi karena hanya
bisa bersosial dengan gadgetnya masing-masing (Hasil observasi pada 25 Januari 2016).
Permasalahan lain yang muncul yaitu mengenai anak yang keluar masuk TPQ
tanpa keterangan. Peserta didik banyak yang tidak istiqomah dalam mengaji. Selain
terkait peserta didik yang keluar masuk TPQ, peserta didik juga sering terlambat dalam
kehadirannya. Pembelajaran di TPQ Al-Maun dimulai pukul 16.00 WIB akan tetapi
banyak santri yang hadir pukul 16.20 WIB.
Dampak dari hal ini menyebabkan turunnya intensitas belajar Al-Quran pada
santri di TPQ Al-Maun. Hal ini berimplikasi pada turunya akhlak anak, yang bisa
peneliti lihat dari penurunan akhlak ini yaitu anak kurang menghargai guru di kelas
pada saat kegiatan belajar mengajar, kurangnya sosialisasi, turunya kedisiplinan anak
terlihat dari anak yang sering terlambat berangkat mengaji, turunnya kesopanan anak
kepada orang tua, dan kecendauan terhadap gadget yang sudah berlebihan yang mengakibatkan kecaanduan sehingga turunya motivasi dalam belajar al-quran yang
jauh dari perilaku yang Islami.
Pentingnya masalah yang teruarai di atas, peneliti terfokus meneliti bagaimana
pola asuh orang tua yang mempengaruhi motivasi belajar Al-Qur’an anak di TPQ Al -Maun Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pola asuh orang tua santri di TPQ Al-Maun Limbangan Mudal
2. Bagaimana motivasi santri untuk belajar membaca Al-Qur’an di TPQ Al-Maun Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo?
3. Adakah pengaruh pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar membaca
Al-Qur’an di TPQ Al-Maun Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan dari Penelitian ini adalah :
a. Untuk mendeskripsikan pola asuh orang tua anak di Taman Pendidikan Al-Quran
Al-Maun Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo.
b. Untuk mengkaji motivasi belajar membaca Al-Quran anak di Taman Pendidikan
Al-Quran Al-Maun Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo.
c. Untuk menganalisis pengaruh pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar
membaca Al-Qur’an di TPQ Al-Maun Limbangan Mudal Mojotengah
Wonosobo.
2. Kegunaan Penelitian a. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengembangan keilmuan di bidang
pendidikan serta dapat dijadikan sumber informasi atau masukan bagi peneliti
b. Secara Praktis.
1) Bagi Anak
Sebagai bahan informasi bagi anak untuk mengetahui bagaimana cara pola
asuh orang tua yang berpengaruh terhadap motivasi belajar membaca
Al-Quran.
Sebagai bahan informasi dan pengetahuan tetang betapa pentingnnya
pemberian pola asuh yang sesuai dengan tumbuh kembang anak untuk
meningkatkan motivasi belajar membaca Al-Quran anak, sehingga diharapkan
kepada orang tua dapat bersikap tepat dalam memberikan pola asuh terhadap
anaknya.
3) Bagi Pendidik
Sebagai bahan informasi dan pengetahuan tentang motivasi belajar
membaca Al-Quran anak dan pola asuh orang tua, sehingga diharapkan dapat
bekerjasama dan memberikan bimbingan serta arahan kepada anak didiknya
agar keberhasilan dapat tercapai.
4) Bagi Lembaga Pendidikan
Sebagai bahan informasi dan pengetahuan tentang pola asuh orang tua dan
motivasi belajar membaca Al-Quran anak, sehingga dari pihak lembaga
pendidikan diharapkan dapat memberikan kebijakan yang tepat dalam
meningkatkan motivasi belajar membaca Al-Quran anak baik di lembaga
pendidikan maupun di rumah.
D. Sistematika Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian ini akan disistemstikan menjadi lima bab yang saling
berkaitan satu sama lain. Sebelum memasuki bab pertama akan didahului dengan:
halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman
pernyataan keaslian, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar,
halaman daftar isi, halaman daftar tabel, dan abstrak.
Pada bab pertama atau pendahuluan berisi sub bab: latar belakang masalah,
Pada bab kedua atau tinjauan pustaka dan kerangka teori memuat uraian tentang
tinjuan pustaka terdahulu dan kerangka toeri relevan dan terkait dengan tema.
Pada bab ketiga atau metode penelitian memuat secara rinci mengenai metode
penelitian yang digunakan: jenis penelitian, desain, lokasi, populasi dan sampel, metode
pengumpulan data, definisi konsep dan variabel, serta analisis data yang digunakan.
Selanjutnya bab empat atau hasil dan pembahasan berisi tentang hasil penelitian:
klasifikasi bahasan, sifat penelitian, dan rumusan masalah atau fokus penelitian serta
pembahsan. Kemudian bab lima atau penutup berisi tentang kesimpulan, dan saran serta
rekomendasi.
Dan bagian akhir berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran: instrument
pengumpulan data, penghitung statistik, dokumen, surat peijinan, surat keterangan telah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang pengaruh pola asuh orang tua dan motivasi belajar membaca
Al-Qur’an sebagaimana sudah dilakukan penelitian sebelumnya diantaranya :
Penelitian Aniek Endarti (2014 : 25) yang berjudul “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X Di SMK Muhammadiyah 2 Playen Gunung
Kidul Yogyakarta Tahun 2014”. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan
menghasilkan kesimpulan bahwa pola asuh orang tua berpengaruh terhadap motivasi
belajar hal ini ditunjukkan dengan prenstase 16,6%.
Persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
persamaannya terletak pada metode dan jenis variabelnya. Namun perbedaannya
terletak pada subjek dan objek. Subjeknya pada penelitian yang sudah dilakukan adalah
di SMK Muhammadiyah 2 Playen Gunung Kidul sedangkan yang akan diteliti yaitu
TPQ Al-Maun Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo. Objeknya yaitu penelitian
yang sudah dilakukan adalah ke siswa sedangkan yang akan di teliti adalah santri.
Penelitian Puspita Arnasiwi (2013 : 40) yang berjudul “Pengaruh Perbedaan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar”.
Penelitian menggunakan metode kuantitatif dan menunjukkan terdapat perbedaan
kedisiplinan belajar siswa yang mengalami kecendrungan pola asuh authoritarian,
authiritative, dan presmissive. Hal tersebut membuktikkan bahwa pola asuh orang tua
berpengaruh terhadap kedisiplinan belajar sisiwa sekolah dasar.
Persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada
variabel independennya sama-sama mengakasi pola asuh orang tua, sedangakan
perbedaannya terletak pada variabel dependennya dan objek penelitian. Dalam
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti variabel dependennya yaitu motivasi
belajar dan objek penelitiannya yaitu TPQ sedankan dalam penelitian yang sudah
dilakukan oleh Puspita Arnasiwi variabel dependen dan objek penelitiannya yaitu
kedisiplinan belajar dan sekolah dasar.
Sedangkan penelitian Ike Marlina (2014 : 44) yang bejudul “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kecerdasan Emosi Siswa Kelas V SD Se-Gugus II Kecamatan
Umbulharjo Yogyakarta”. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan
menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan antara pola asuh otoritatif terhadap
kecerdasan emosi. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya sumbangan pola asuh otoritatif
terhadap kecerdasan emosi adalah 5,5%.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terletak pada
metode dan variabel independennya yaitu kuantitatif dan pola asuh orang tua.
Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel dependennya yaitu kecerdasan emosi
siswa serta objek penelitian yaitu SD se-gugus II Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta.
Ketiga penelitian di atas memiliki kesamaan pada aspek variabel dan metode
penelitian. Sedangkan, perbedaannya terletak pada subjek dan objek penelitian yaitu
peneiliti akan membahas tentang adakah pengaruh yang positif dan signifikan antara
pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar membaca Al-Quran di TPQ Al-Maun
Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo.
B. Kerangka Teoritik. 1. Pola Asuh Orang Tua
a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua
kerja, bentuk (struktur) yang tetap” (Departemen Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, 2005 884:885). Sedangkan asuh “berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih dan
sebagainya), memimpin (mengepalai, menyelenggarakan) suatu badan
kelembagaan” (Departemen Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga, 2005:73). Lebih jelasnya kata asuh mencakup segala aspek yang
berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan dan bantuan sehingga
orang tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat (Djamarah, 2014:51).
Pola asuh merupakan bagian dari proses pemeliharaan anak dengan menggunakan
teknik dan metode yang menitikberatkan pada kasih sayang dan ketulusan cinta
yang mendalam dari orang tua (Ilahi, 2013:133).
Sedangkan menurut Ahmad Tafsir pola asuh berarti pendidikan. Dengan
demikian, pola asuh orang tua adalah upaya orang tua untuk membentuk pola
perilaku yang diterapkan kepada anak dalam menjaga dan membimbingnya dari
waktu ke waktu yaitu sejak dilahirkan hingga remaja (Djamarah, 2014:51). Anak
pada dasarnya merupakan amanat yang harus dipelihara dan keberadaan anak itu
merupakan hasil dari buah kasih sayang antara ibu dan bapak yang diikat oleh tali
perkawinan dalam rumah tangga yang sakinah sejalan dengan harapan Islam.
Sejak kecil anak sudah mendapat pendidikan dari kedua orang tuanya melalui
keteladanan dan kebiasaan hidup sehari-hari dalam keluarga. Baik tidaknya
keteladanan yang diberikan dan bagaimana kebiasaan hidup orang tua sehari-hari
dalam keluarga akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
Pola asuh yang dilakukan orang tua sama dengan bagaimana seseorang yang
memimpin dan memotivasi anak-anaknya dalam keluarga untuk mencapai tujuan
insan kamil karena setiap orang tua mengharapkan anak-anaknya menjadi anak
yang sholeh dan berperilaku yang baik (ihsan).
Dengan demikian berarti orang tua harus menciptakan suasana keluarga
kondusif untuk mewujudkan pola asuh yang baik, sehingga akan tercipta perilaku
yang baik, perilaku yang ihsan, baik dalam keluarga maupun di lingkungan
masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa pola asuh adalah cara untuk mendidik, merawat,
dan membimbing anak agar menjadi pribadi yang baik dalam berperilaku atau
bertindak. Oleh karena itu orang tua dalam menerapkan pola asuh pada
anak-anaknya harus berdasarkan nilainilai atau norma-norma, orang tua tidak hanya
menanamkan ketauhidan saja, tetapi yang lebih penting adalah mensosialisasikan
ketauhidan tersebut dalam perbuatan nyata.
b. Macam-Macam Pola Asuh Orang Tua
Mendidik anak dalam keluarga diharapkan agar anak mampu berkembang
kepribadiannya, menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap
agama, kepribadian kuat dan mandiri, berperilaku ihsan, potensi jasmani dan
rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal. Untuk mewujudkan hal
itu menurut Mansur ada 3 pola asuh yang dilakukan oleh orang tua, yaitu:
1) Pola Asuh Otoriter
Tipe pola asuh otoriter adalah tipe pola asuh orang tua yang memaksakan
kehendak. Dengan tipe pola asuh ini orang tua cenderung sebagai pengendali atau
pengawas (controller), selalu memaksakan kehendak pada anak, sangat sulit
menerima saran dan cenderung memaksakan kehendak dalam perbedaan, terlalu
mempengaruhi anak cenderung menggunakan pendekatan (approach) yang
mengandung unsur paksaan atau ancaman. Kata-kata yang diucapkan orang tua
adalah hukum atau peraturan yang tidak dapat diubah, memonopoli tindak
komunikasi dan seringkali meniadakan umpan balik dari anak. Hubungan
antarpribadi di antara orang tua dan anak cenderung renggang dan berpotensi
antagonistik (berlawanan).
Beberapa ciri dari tipe pola asuh otoriter adalah sebagai berikut:
1) Cenderung emosional dan bersikap menolak
2) Bersikap kaku (keras)
3) Bersikap mengomando (mengharuskan/memerintah anak untuk melakukan
sesuatu tanpa kompromi)
4) Suka menghukum
5) Kontrolnya tinggi
6) Sikap penerimaannya rendah.
2) Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis merupakan tipe pola asuh yang terbaik. Hal ini
disebabkan tipe pola asuh ini selalu mendahulukan kepentingan bersama di
atas kepentingan individu anak. Tipe ini termasuk tipe pola asuh orang tua
yang tidak banyak menggunakan kontrol terhadap anak.
Tipe pola asuh demokratis mengharapkan anak untuk berbagi tanggung
jawab dan mampu mengembangkan potensi kepemimpinan yang dimilikinya.
Memiliki kepedulian terhadap hubungan antar pribadi dalam keluarga.
Meskipun tampak kurang terorganisasi dengan baik, namun gaya ini dapat
menghasilkan produktivitas dan kreativitas, karena tipe pola asuh demokratis
ini mampu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki anak.
Beberapa ciri dari tipe pola asuh demokratis adalah sebagai berikut:
1) Sikap penerimaannya tinggi.
2) Kontrolnya tinggi.
3) Bersikap responsif terhadap kebutuhan anak.
4) Mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan.
5) Memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk.
3) Pola Asuh Laissez Faire (permisif)
Pola asuh ini adalah pola asuh dengan cara orang tua mendidik secara
bebas, anak dianggap orang dewasa atau muda, ia diberi kelonggaran
seluas-luasnya apa saja yang dikehendaki. Kontrol orang tua terhadap anak sangat
lemah, juga tidak memberikan bimbingan pada anaknya.
Tipe pola asuh orang tua ini tidak berdasarkan aturan-aturan. Kebebasan
memilih terbuka bagi anak dengan sedikit campur tangan orang tua agar
kebebasan yang diberikan terkendali. Orang tua yang menerapkan pola asuh
ini menginginkan seluruh anaknya berpartisipasi tanpa memaksakan atau
menuntut kewenangan yang dimilikinya. Tindak komunikasi dari orang tua
cenderung berlaku sebagai seorang penghubung yang menghubungkan
kontribusi atau sumbang pemikiran dari anggota keluarga.
Beberapa ciri dari tipe pola asuh permisif adalah sebagai berikut:
1) Sikap penerimaannya tinggi
3) Orang tua tidak menghukum
4) Kontrolnya rendah
5) Memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau
keinginan (Djamarah, 2014: 60:62).
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak,
antara lain:
a) Citra Diri dan Citra Orang Lain
Citra diri atau merasa diri maksudnya sama saja. Kerka seseorang
berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain, dia mempunyai citra diri,
dia merasa dirinya sebagai apa dan bagaimana. Ketika seorang ayah berbicara
kepada anaknya, ia mempunyai cira diri tertentu. Ayah yang satu misalnya ia
merasa dirinya sebagai bapak, yang menganggap dirinya serba tahu, lebih tahu
daripada anaknya, kepala keluarga yang harus ditaati, pencari nafkah yang
harus dihormati,. Sementara ayah yang lain mungkin merasa dirinya sebagai
bapak, walaupun mempunyai banyak pengalaman, tetapi ia menyadari
pengalamannya itu berbeda dengan anaknya, sebagai pencari nafkah ia
menyadari belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Boleh
jadi citra diri dari kedua ayah yang berlainan itu melahirkan sikap dan perilaku
yang otoriter atau demokratis dalam memperlakukan anak.
Tidak hanya citra diri, citra orang lain juga mempengaruhi cara dan
kemampuan orang berkomunikasi. Orang lain mempunyai gambaran yang
lemah, ingusan, tak tahu apa-apa, harus diatur, harus diawasi maka ia berbicara
kepada anaknya itu secara otoriter, yaitu lebih banyak mengatur, melarang,
dan memerintah. Tetapi jika seorang ayah mencitrakan anaknya sebagai
manusia yang cerdas, kreatif, dan berpikiran sehat maka ia
mengkomunikasikan sesuatu kepada anaknya dalam bentuk anjuran daripada
perintah, pertimbangan daripada larangan, kebebasan memimpin daripada
banyak mengatur.
b) Suasana Psikologis
Suasana psikologis diakui mempengaruhi komunikasi. Seseorang dalam
keadaan sedih kan sulit diajak bicara karena suasana hati sedang duka cita,
sehingga ia tidak mampu mengungkapkan kalimat dengan sempurna. Lain
halnya dengan orang dalam keadaan marah, karena lepas dari kendali akal
sehat, ucapan yang terucap dari mulutnya teramat menyakitkan untuk
didengar. Kemarahan juga mempersempit kesempatan bicara, orang kena
marah merasa takut dan cemas, bingung dan serba salah, apa dan bagaimana
seharusnya bersikap dan berperilaku ketika itu. Tetapi jika ada keberanian
orang yang kena marah tersebut dapat melakukan serangan balik, mengadakan
perlawanan dengan kata-kata yang juga kasar.
c) Lingkungan Fisik
Setiap etnik keluarga tertentu memliki tradisi tersendiri yang harus ditaati.
Kehidupan keluarga yang menjunjung tinggi norma agama memiliki tradisi
kehidupan yang berbeda dengan kehidupan keluarga yang meremehkan norma
kehidupan yang berbeda. Kehidupan keluarga terdidik tidak bisa disamakan
dengan kehidupan keluarga tidak terdidik.
d) Kepemimpinan
Setiap keluarga, seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat
penting dan strategis. Seorang pemimpin, tidak hanya dapat mempengaruhi
anggota keluarga lainnya yang dipimpinnya, tetapi juga dapat mempengaruhi
kondisi dan suasana kehidupan sosial dala keluarga. Dalam etnik keluarga
tertentu, yang bertindak sebagi pemimpin adalah ayah. Sedangkan ibu
bertindak sebagai pendamping. Baik ayah atau ibu bersama-sama, dan
diharapkan seiya sekata dalam mengambil kebijakan di segala hal (Djamarah,
137:147).
2. Motivasi Belajar Al-Quran a. Pengertian Motivasi
Motivasi didefinisikan dengan segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah
laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan.
Motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada
makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju
tujuan tertentu (Saleh, 2009:183).
Motivasi adalah potensi fitrah yang terpendam, yang mendorong manusia
untuk melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan pada dirinya atau
memuaskan kebutuhan primernya, atau menolak bahaya yang membawa
internal yang mengarahkan perilaku internal dan eksternal dalam diri individu
manusia (Taufiq, 2006:656).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan keseluruhan daya
penggerak dalam diri seseorang atau dorongan yang ada di dalam diri setiap
individu yang mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri karena adanya
kebutuhan atau keinginan yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas atau
kegiatankegiatan tertentu dan memberikan arah dalam mencapai tujuan, baik
yang didorong atau dirangsang dari luar maupun dari dalam dirinya. Tanpa
adanya motivasi, seseorang dalam melaksanakan sesuatu tidak akan mencapai
hasil yang baik.
b. Jenis-Jenis Motivasi
Terdapat dua jenis motivasi yaitu:
1) Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri orang yang
bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan orang lain. Seseorang yang
secara intrinsik termotivasi akan melakukan pekerjaan karena mendapatkan
pekerjaan itu menyenangkan dan bisa memenuhi kebutuhannya, tidak
tergantung pada paksaan eksternal.
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena rangsangan atau
bantuan dari orang lain. Motivasi ekstrinsik disebabkan oleh keinginan untuk
menerima ganjaran atau menghindari hukuman, motivasi yang terbentuk oleh
Dari jenis-jenis motivasi tersebut, apabila orang tua dan guru dapat
memberikan motivasi yang baik pada anak-anaknya, maka timbullah
keinginan atau hasrat untuk belajar lebih baik.
c. Definisi Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang banyak dilakukan orang. Belajar dilakukan
hampir setiap waktu, kapan saja dan dimana saja. Belajar juga merupakan
aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya
melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Istilah belajar itu
mengacu pada terjadinya perubahan dalam diri seseorang, yaitu perubahan
tingkah laku melalui pengalaman (Baharuddin, 2010 161:162). Belajar adalah
suatu proses perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman
tertentu (Rohman, 2012:172).
Dari berbagai definisi belajar di atas, penulis mengambil simpulan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang sebagai
akibat latihan dan pengalaman yang dilaksanakan secara sadar sengaja sehingga
menimbulkan pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan serta tingkah laku baru
yang lebih baik. Dengan adanya perubahan dalam diri seseorang akan membantu
untuk memecahkan suatu masalah dalam hidupnya serta dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya dan diharapkan dengan belajar maka akan merubah
seseorang ke arah yang positif.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi belajar:
Mengajarkan sesuatu baru dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah
memungkinkannya dalam arti potensi-potensi jasmani dan rohaninya telah
matang untuk itu.
2) Kecerdasan dan Intelegensi
Selain kematangan, dapat setidaknya seseorang mempelajari sesuatu dengan
baik ditentukan juga oleh taraf kecerdasan.
3) Latihan dan Ulangan
Karena terlatih seringkali mengulangi sesuatu, maka kecakapan dan
pengetahuan yang dimilikinya dapat menjadi semakin dikuasai dan makin
mendalam.
4) Motivasi
Motivasi merupakan pendorong suatu organisme untuk melakukan sesuatu.
5) Keadaan Keluarga
Suasana dan keadaan keluarga yang bermacammacam itu mau tidak mau turut
menentukan bagaimana dan sampai di mana belajar dialami dan dicapai oleh
anak-anak.
6) Guru dan Cara Mengajar
Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang
dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan kepada
anak-anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat
dicapai anak.
Karena belajar itu adalah suatu proses yang timbul dari dalam, maka faktor
motivasi memegang peranan penting pula.
8) Lingkungan dan Kesempatan
Banyak anak-anak yang tidak dapat belajar dengan hasil baik dan tidak dapat
mempertinggi belajarnya akibat tidak adanya kesempatan yang disebabkan
oleh sibuknya pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk dan
negatif serta faktor-faktor lain terjadi diluar kemampuannya. Faktor
lingkungan dan kesempatan itu lebih-lebih lagi berlaku bagi cara belajar pada
orang-orang dewasa (Purwanto, 2013 104:105)
Dari beberapa faktor di atas menunjukkan bahwa pengaruh belajar pada
setiap orang itu berbedabeda dan apabila pengaruhnya baik terhadap anak
maka dapat menimbulkan pengaruh yang positif bagi anak dan sebaliknya.
e. Pengertian Al-Quran
Secara etimologis al-Quran berasal dari kata qara‟a, yang berarti membaca atau mengumpulkan (Yusuf, 2009:1). Sedangkan definisi al-Quran adalah firman
Allah yang diturunkan atau diwahyukan Allah secara berangsur-angsur melalui
perantaraan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan
atau diserukan kepada seluruh umat manusia untuk menjadi pedoman atau
petunjuk dalam kehidupan mereka, dan membacanya merupakan satu tindakan
ibadah yang mendapatkan pahala (Chaer, 2014:2).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa al-Quran
adalah perkataan allah yang mana lafadz dan makna berasalal dari Allah.
Diturunkan atau diwahyukan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad
SAW melalui perantara malaikat Jibril untuk disampaikan kepada umatnya.
f. Peran, Fungsi, dan Manfaat Al-Quran
1) Peran Al-Quran
Ada dua alasan pokok yang bisa disebutkan bahwa al-Quran berperan besar
melakukan proses pendidikan kepada umat manusia.
Pertama, al-Quran banyak menggunakan term-term yang mewakili dunia
pendidikan, misalnya term “ilmu” yang diungkapkan 94 kali.
Kedua, al-Quran mendorong umat manusia untuk berfikir dan melakukan
analisis pada fenomena yang ada di sekitar kehidupan mereka.
Semua ini memperlihatkan bahwa al-Quran telah melakukan upaya yang
sangat positif dalam melakukan proses pendidikan terkait wawasan eksistensi
manusia (Syafri, 2012 59:61). Tidak diragukan lagi bahwa al-Quran terdapat
berbagai kajian ilmu terutama dalam bidang pendidikan.
2) Fungsi Al-Quran
a) Al-Quran memberi petunjuk untuk sepanjang masa.
Allah SWT menurunkan al-Quran adalah untuk menjadi petunjuk kepada
segenap mereka yang suka berbakti, untuk menjadi penyuluh kepada segala
hamba yang tunduk dan menurut, untuk menjadi pedoman hidup di dunia
dan akhirat (Ash-Shiddieqy, 2011:113). Petunjuk atau hidayah bagi
manusia, terdapat dalam Surah Al-Baqarah ayat 185:
د ْلا نم انّيبو ساّن ل ده آْرقْلا هيف ْنأ ي ّلا ا م رْ ش
اقْر ْلاو
Al-Quran merupakan petunjuk bagi manusia menyangkut tuntunan yang
berkaitan dengan akidah, dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu
dalam hal perincian hukum-hukum syariat. Bisa juga dikatakan Al-Quran
bagi manusia dalam arti bahwa Al-Quran adalah kitab yang maha agung
sehingga, secara berdiri sendiri dan merupakan petunjuk (Shihab,
2010:487).
b) Menjadikan damai bagi umat-Nya
Surah Al-Baqarah ayat 256
ْنمْ يو غاّ لاب ْر ْكي ْن ف ّيغْلا نم دْشُرلا نّيبت ْدق نيّدلا يف ارْك ا
مي ع عي س َّو ا ل اص ْنا ا قْث ْلا وْرعْلاب كسْ تْسا دقف َّاب
ٌTidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barang siapa yang ingkar kepada Taghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui (Departemen Agama RI, 1999:256).
Tidak ada paksaan dalam menganut keyakinan agama, Allah
menghendaki agar setiap orang merasakan kedamaian. Kedamaian tidak
dapat diraih kalau jiwa tidak damai. Paksaan menyebabkan jiwa tidak
damai sehingga tidak ada paksaan dalam menganut keyakinan agama Islam
(Shihab, 2010:256).
3) Manfaat Al-Quran
a) Dapat mengambil pelajaran dari kisah-kisah
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al- Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman (Departemen Agama RI, 1999:198).
Sekali lagi Allah menegaskan tentang kisah Nabi Yusuf as ini dan
kisah-kisah para Rasul yang lain yang disampaikan-Nya bahwa demi Allah,
sungguh pada kisah-kisah mereka terdapat pengajaran bagi orang-orang
yang mempunyai akal (Shihab, 2010:193).
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui (Departemen Agama RI, 1999:217)
Ayat ini dan ayat-ayat berikut kembali menguraikan kesesatan
pandangan mereka menyangkut kerasulan Rasul Muhammad SAW. Dalam
penolakan itu mereka selalu berkata bahwa manusia tidak wajar menjadi
utusan Allah atau paling tidak dia harus disertai oleh malaikat. Ayat ini
menegaskan bahwa, dan kami tidak mengutus sebelum kamu kepada umat
manusia kapan dan di mana pun, kecuali orangorang lelaki, yakni jenis
manusia pilihan bukan malaikat, yang kami beri wahyu kepada mereka
antara lain melalui malaikat Jibril, maka wahai orang-orang yang ragu atau
tidak tahu, bertanyalah kepada ahlaz zikir, yakni orang-orang yang
berpengetahuan, jika kamu tidak mengetahui (Shihab, 2010:589).
Segala perbuatan yang dilakukan manusia memerlukan etika dan adab untuk
melakukannya, apalagi membaca al-Quran yang memiliki nilai yang sangat sakral
dan beribadah agar mendapat ridha Allah SWT yang dituju dalam ibadah
tersebut. Membaca al-Quran adalah membaca firman-firman Tuhan dan
berkomunikasi dengan Tuhan. Oleh karena itu, diperlukan adab yang baik dan
sopan di hadapan Nya (Khon, 2011:35).
Beberapa adab membaca al-Quran adalah sebagai berikut:
1) Membaca isti’azah ketika mulai membaca al-Quran.
2) Membaca basmalah, kecuali pada surat At-Taubah.
3) Khusyuk dan memperhatikan dengan seksama pada setiap ayat yang dibaca.
4) Hendaklah memperindah suara dalam membacanya.
5) Membacanya sesuai dengan hukum tajwid.
6) Hendaklah membacanya dengan suara yang sedang, tidak terlalu pelan, dan
juga tidak terlalu keras (Nizhan, 2008 10:11).
Demikian diantara adab membaca al-Quran, sehingga al-Quran dapat dibaca
dengan baik dan sesuai kaidah serta dapat meningkatkan iman dan takwa kepada
Allah SWT juga dalam membentuk pribadi muslim yang sejati.
h. Materi Belajar Al-Quran.
Tajwid berasal dari kata jawwada yang dalam bahasa artinya sama dengan
ta sin, yaitu bagus (Al-Hafid, 2008:287). Sedangkan pengertian tajwid menurut
istilah adalah suatu ilmu yang digunakan untuk mengetahui bagaimana
sebenarnya membunyikan huruf-huruf dengan benar, baik huruf yang berdiri
sendiri maupun huruf dalam rangkaian. Adapun hukum memelajari ilmu tajwid
adalah farḍu ‘ayn. Tujuan ilmu tajwid ialah untuk memelihara ucapan (lisan) dari
kesalahan ketika membaca al-Quran (Asy’ari, 1987:7).
Ilmu Tajwid sebagai disiplin ilmu membahas beberapa hukum bacaan yaitu
sebagai berikut:
1) Makharijul uruf
Makharijul uruf adalah tempat atau letak dari mana huruf-huruf tersebut
dikeluarkan (Al-Hafid, 2008:171). Tempat keluarnya huruf ada 5 yaitu sebagai
berikut:
a) Al-Ja‘uf artinya rongga mulut dan rongga tenggorokan.
Al-Ja’uf yaitu tempat keluarnya huruf hijaiyyah yang terletak pada
rongga mulut dan rongga tenggorokan. Bunyi huruf yang keluar dari rongga
mulut dan rongga tenggorokan ada tiga yaitu sebagai berikut: و ا
b) Al- uluq artinya tenggorokan
Al- uluq yaitu tempat keluar bunyi huruf hijaiyyah yang terletak pada
kerongkongan atau tenggorokan. Huruf-hurufnya adalah sebagai berikut:
ء ح
c) Al-Lisan artinya lidah
Al-lisan yaitu bunyi huruf hijaiyah yang tempat keluarnya dari lidah.
Huruf-huruf hijaiyyah tersebut adalah sebagai berikut: ي ج
س ص د
d) As-Syafatayn artinya dua bibir
As-syafatayn yaitu tempat keluarnya huruf hijaiyyah yang terletak pada
e) Al-Khaysyum artinya pangkal hidung.
Al-Khaysyum yaitu tempat keluarnya huruf hijaiyyah yang terletak pada
jalur hidung. Dan jika kita menutup hidung ketika membunyikan huruf
tersebut, maka tidak dapat terdengar. Adapun huruf-hurufnya yaitu
huruf-huruf gunnah dan yang dibaca dengung (Asy’ari, 1987:46).
2) Hukum Nun Sukun dan Tanwin
Nun sukun dan tanwin apabila bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah
maka hukumnya ada 5 (lima) bacaan:
a) Iẓar alqy
Iẓhar memiliki arti menjelaskan sedangkan halqi artinya tenggorokan
atau kerongkongan . Disebut iẓar alqy karena tempat keluarnya
huruf-huruf alqy yang berjumlah 6 yaitu ع خ ح ء ada padakerongkongan atau
tenggorokan. Sedangkan menurut istilah dalam ilmu tajwid iẓar alqy
adalah pengucapan huruf atau bunyi nun sukun atau tanwin ketika bertemu
huruf hijaiyah yang berjumlah 6 dan cara membacanya yaitu jelas.
b) Idgam
Idgam artinya memasukkan. Bacaan idgam ini dibagi dua yaitu Idgam
bigunnah dan Idgam bilagunnah. Sedangkan gunnah berarti dengung.
Idgam bigunnah yaitu apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan
huruf hijaiyyah و ي maka cara membacanya adalah dengung. Sedangkan
idgam bilagunnah yaitu apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan
huruf hijaiyyah yaitu dan cara membacanya adalah dengan tidak dengung.
c) Iqlab
Iqlab artinya membalik atau menukar. Sedangkan menurut istilah tajwid
bacaan mim م yang disamarkan dan dengan mendengung. Apabila ada
tanwin atau nun sukun bertemu dengan huruf ba’ hukumnya wajib
dibaca iqlab.
d) Ikhfa’
Ikhfa’ artinya menyamarkan atau menyembunyikan. Hukum bacaan
disebut ikhfa’ yaitu apabila terdapat nun sukun atau tanwin bertemu dengan
salah satu huruf hijaiyah 15 yaitu: ف ص س د ج maka
wajib dibaca ikhfa’ (Zarkasyi, 1:4).
e) Gunnat
Hukum bacaan disebut gunnat yaitu wajib dibaca mendengung adalah
apabila ada nun bertasydid dan mim bertasydid (Asy’ari 1987:19).
f) Hukum Mim Sukun
Hukum mim sukun mempunyai 3 macam bacaan, yaitu:
(1) Ikhfa’ Syafawi
Apabila ada mim sukun bertemu dengan huruf ba’ maka hukum
bacaannya disebut ikhfa’ syafawiy, harus dibaca samarsamar dan
didengungkan.
(2) Idgam Mutamasilain
Idgam mutamasilain yaitu apabila ada mim sukun bertemu dengan
mim م , maka cara membacanya yaitu memasukkan huruf mim mati
ke huruf mim berharakat yang ada di hadapannya.
Apabila ada mim sukun bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah
selain mim مdan ba’ maka hukum bacaannya disebut Iẓar Syafawiy
(Zarkasyi, 5:6).
g) Hukum Iḍgam
Iḍgam yang terjadi sebagai akibat dari bertemunya dua huruf di
bedakan menjadi tiga yaitu:
(4) Iḍgam Mutama ilayn
Yang dinamakan iḍgam mutama ilayn adalah memasukkan huruf
yang disukun dari satu kalimat pada huruf yang serupa dan
benar-benar di lain kalimat kecuali huruf و ي. Cara membacanya harus
dimasukkan (ditasydidkan) huruf yang pertama kepada huruf yang
kedua sehingga menjadi satu huruf dalam pengucapan.
(5) Iḍgam Mutaqaribayn
Yang dinamakan iḍgam mutaqaribayn adalah memasukkan satu
huruf sukun dari satu huruf pada huruf lain yang hampir sama bunyi
dan makhrajnya.
(6) Iḍgam Mutajanisayn
Yang dinamakan iḍgam mutajanisayn adalah memasukkan satu
huruf mati kepada huruf lain yang tempat keluarnya huruf sama tetapi
hurufnya berbeda.
h) Lam Ta’rif
Yang disebut lam ta’rif yaitu alif ( ا ) yang lalu ada di awal kata
benda (م سا) sehingga perkataannya menjadi ma’rifat ( ةفر م). Berikut al (
ا) yang dibaca jelas dan al ( ا ) yang bunyinya dihilangkan atau tidak
(1) Al Qomariyat
Al Qomariyat adalah bila alif dan lam ( ا) bertemu dengan salah
satu huruf qomariyat ي ف و ج ح ء . Cara membacanya
harus dijelaskan.
(2) Al Syamsiyat
Al Syamsiyat adalah bila alif dan lam ( ا) bertemu dengan salah
satu huruf syamsiyat س د ص . Cara
membacanya dengan mentasydidkan pada huruf syamsiyat, sehingga
( ا) tidak dibaca lagi meskipun tulisannya tetap ada (Asy’ari, 22:23).
i) Huruf Qalqalah
(1) Qalqalah Sugra
Apabila ada salah satu huruf د ج yang sukun (mati) maka
disebut qalqalat sugra. Cara membacanya dengan menggerakkan dan
membunyikannya seperti membalik.
(2) Qalqalat Kubra
Apabila mati atau sukunnya huruf lima diatas itu dari sebab waqaf
atau titik koma, maka disebut qalqalah sugra. Cara membacanya lebih
jelas dan berkumandang (Zarkasyi, 27:28).
j) Huruf Tafhim dan Tarqiq
Huruf lam ( ) dan ra ( ) ada yang dibaca tebal (tafhim) dan ada yang
dibaca tipis (tarqiq).
(1) Huruf lam
yang cukup kuat, dibaca tafhim apabila perkataan Allah (ه) didahului
huruf berharakat fathah atau zammah.
Lam yang dibaca tipis tarqiq dalam perkataan Allah (ه) harus dibaca tipis jika didahului huruf yang berharakat kasrat.
k) Huruf ra
(1) Ra harus dibaca tebal apabila berharakat fathah atau fathahtain dan zammah atau zammataiyn, ra sukun yang sebelumnya terdapat huruf
yang berharakat fathah atau berharakat zammah, ra sukun yang
sebelumnya berharakat kasrat, dan ra sukun yang huruf sebelumnya
berharakat kasrat berupa huruf isti’la" yaitu ص ف
(2) Ra yang harus dibaca tipis apabila ada ra yang berharakat kasrat
dimanapunletaknya, ra yang sebelumnya terdapat ya sukun, ra sukun
yang huruf sebelumnya berharakat kasrat yang asli dan sesudahnya
tidak berupa isti’la‟.
(3) Ra yang boleh dibaca tafhim dan tarqiq apabila ra sukun yang huruf
sebelumnya berharakat kasrat dan huruf sesudahnya berupa huruf
isti’la‟ (Asy,ari, 25:28).
l) Hukum Mad
Yang dinamakan mad artinya memanjangkan suara karena ada huruf
mad. Adapun huruf mad itu ada 3 macam:
(1) Mad aby‘iy
Mad abi‘iy atau mad asli yaitu apabila ada huruf hijaiyyah yang
yang berharakat kasrah kemudian diikuti ya (ي), dan apabila ada
huruf hijaiyah yang berharakat zammah kemudian diikuti wawu ( ).
Jika dalam ayat al-Quran terdapat salah satu ciri-ciri mad aby‘iy,
maka membacanya 1 alif atau 2 harakat (Alam, 2009:32).
(2) Mad Far’iy
Far’iy artinya bagian atau cabang. Mad far’iy terdiri dari beberapa
cabang yaitu sebagai berikut:
(a) Mad Wajib Muttasil
Mad wajib muttasil yaitu jatuhnya hamzah setelah huruf mad
dalam satu kata. Panjang bacaannya yaitu 2½ alif atau 5 harakat.
(b) Mad Jaiz Munfaṣil
Mad jaiz munfaṣil ialah apabila hamzah setelah huruf mad
dalam dua kata atau tidak dalam satu kata. Panjang bacaannya
adalah 1 alif atau 2 harakat atau yang paling utama 2½ alif atau 5
harakat (Alam, 2009, 32:33).
(c) Mad Lazim Musaqqal Kilmiy
Apabila mad aby‘iy bertemu dengan tasydid dalam satu
kalimat.
(d) Mad Lazim Mukhaffaf Kilmiy
Apabila mad aby‘iy bertemu dengan huruf sukun (mati).
(e) Mad Layin
Apabila ada wa ( ) atau ya (ي) yang sebelumnya itu berharakat
fathah.
Apabila ada waqaf yang sebelumnya ada mad aby’iy atau mad
layin.
(g) Mad Silat Qasrat
Apabila ada ha ( ) damiyr yang sebelumnya ada huruf hidup.
Cara membacanya harus panjang dua harakat.
(h) Mad Silat Tawilat
Apabila Mad Silat Qasr a t bertemu dengan (ء) (Zarkasyi,
15:19).
(i) Mad Iwad
Apabila ada fathahtain yang jatuh pada waqaf pada akhir kalimat. Cara membacanya dipanjangkan seperti mad aby‘iy dan
tidak dibaca tanwin.
(j) Mad Badal
Apabila ada hamzah bertemu dengan mad. Cara membacanya
tetap seperti mad aby‘iy. Karena yang sebenarnya huruf mad
asalnya hamzah yang jatuh mati kemudian diganti dengan ya (ي)
alif (ا) atau ( ).
(k) Mad Lazim Harfiy Musyabba’
Apabila pada permulaan surat pada al-Quran terdapat salah satu
huruf 8 yaitu س ص . Cara membacanya harus panjang 6
harakat (Zarkasyi, 19:21)
Apabila pada permulaan surat pada al-Quran terdapat salah satu
huruf 5 yaitu ي ح. Cara membacanya seperti mad aby‘iy atau dua harakat.
(m) Mad Tamkin
Apabila ya sukun yang didahului dengan ya yang bertasydid
dan harakatnya kasrat. Cara membacanya ditempatkan dengan
tasydid dan mad aby‘iy.
(n) Mad Farq
Mad farq yaitu mad yang di dalam al-Quran hanya terdapat
empat tempat 2 tempat di surat Al An’am , 1 tempat di surat Yunus
dan 1 tempat lagi di surat An-Naml. Cara membacanya harus
dipanjangkan untuk membedakan antara pertanyaan atau bukan.
Jadi dipanjangkan itu, supaya jelas bahwa kalimat berbentuk
pertanyaan (Zarkasy, 21:22).
i. Indikator Motivasi Belajar Al-Quran
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa-siswa yang sedang belajar mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya
dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai
peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.
Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
d. Adanya penghargaan dalam belajar.
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seorang
siswa dapat belajar dengan baik (Hamzah 2013: 23).
Dari penjelasan di atas indikator Motivasi Belajar di TPQ Al-Maun
Limbangan Mudal Mojotengah Wonosobo yakni adanya hasrat dan keinginan
berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan
cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang
menarik dalam belajar, adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga
memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik. Indikator tersebut
merupakan tolok ukur yang digunakan untuk mengetahui pengaruh Motivasi
Belajar terhadap Pemahaman Belajar Al-Qur’an.
C. Kerangka Pikir
Pola asuh adalah bagaimana orang tua memperlakukan anak, membimbing dan
mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan, hingga
kepada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan masyarakat pada
umumnya (Casmini 2007:6). Jadi pola asuh merupakan berbagai metode atau cara
orang tua dalam mengasuh, mendidik dan mengajari anak sesuai tujuan orang tua
hingga mencapai tahap kedewasaan.
Motivasi belajar adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu
organisme yang mengarah tingkah laku terhadap suatu tujuan (Purwanto, 2007:
61). Jadi motivasi belajar adalah keseluruhan daya gerak dalam diri siswa yang
mendorong atau menggerakkan individu untuk melakukan kegiatan belajar,
sehingga siswa tidak hanya belajar namun juga menghargai dan menikmati
belajarnya.
Seorang anak yang mendapatkan pola asuh orang tua yang baik dan benar
penelitian yang akan dilakukan oleh penelitian terkait dengan pengaruh pola asuh
orang tua terhadap motivasi belajar Al-Quran sebagai berikut:
1. X = Pola Asuh
Indikator pola asuh orang tua sebagai berikut:
a. Tipe pola asuh otoriter adalah sebagai berikut:
1) Cenderung emosional dan bersikap menolak
2) Bersikap kaku (keras)
3) Bersikap mengomando (mengharuskan/memerintah anak untuk melakukan
sesuatu tanpa kompromi)
4) Suka menghukum
5) Kontrolnya tinggi
6) Sikap penerimaannya rendah.
b. Tipe pola asuh demokratis adalah sebagai berikut:
1) Sikap penerimaannya tinggi.
2) Kontrolnya tinggi.
3) Bersikap responsif terhadap kebutuhan anak.
4) Mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan.
5) Memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk.
c. Tipe pola asuh permisif adalah sebagai berikut:
1) Sikap penerimaannya tinggi
2) Kurangnya komunikasi
3) Orang tua tidak menghukum
4) Kontrolnya rendah
5) Memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau
keinginan.
2. Y = Motivasi Belajar
Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
d. Adanya penghargaan dalam belajar.
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seorang siswa
dapat belajar dengan baik.
D. Hipotesis
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh beberapa penelitian dan melihat
kajian teori yang peneliti lakukan maka peneliti mengambil hipotesis sebagai berikut:
Ha: Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara pola asuh orang tua dengan
motivasi belajar membaca Al-Quran di TPQ Al-Maun Limbangan Mudal Mojotengah