• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PEMBINAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA (LANSIA) OLEH GERAKAN RANTING AISYIAH PERUMNAS CONDONG CATUR DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA ( PERIODE 2010-2015 )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA PEMBINAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA (LANSIA) OLEH GERAKAN RANTING AISYIAH PERUMNAS CONDONG CATUR DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA ( PERIODE 2010-2015 )"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

BUNGA NURIL ULUM NPM : 20110710015

KOMUNIKASI &PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

(2)

SKRIPSI

Oleh:

BUNGA NURIL ULUM NPM : 20110710015

KOMUNIKASI &PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

(3)

i SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) strata Satupada Prodi Komunikasi dan

Penyiaran Islam (Dakwah)Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh: BungaNurilUlum NPM : 20110710015

KOMUNIKASI &PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

(4)

ii Hal : Persetujuan

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Assalamualaikum, Wr, Wb.

Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, saya berpendapat bahwa skripsi saudari:

Nama: Bunga Nuril ulum NPM: 20110710015

Fakultas/ Jurusan: Agama Islam/ Komunikasi Penyiaran Islam

Judul Skripsi: UPAYA PEMBINAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

(LANSIA)OLEH GERAKAN RANTING AISYIAH PERUMNAS

CONDONGCATUR DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA (PERIODE 2010-2015)

Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat Sarjana pada Fakultas Agama Islam Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut, dengan harapan dapat diterima dan segera dimunaqasyahka. Atas perhatian saudara diucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum, Wr, Wb.

Dosen Pembimbing

(5)

iii

UPAYA PEMBINAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA (LANSIA) OLEH GERAKAN RANTING AISYIAH PERUMNAS CONDONG CATUR

DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA PERIODE 2010-2015

Yang dipersiapkan dan disusun oleh: Nama : Bunga Nuril Ulum NPM : 20110710015

Telah dimunaqasyahkan di depan Sidang Munaqasyah Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam pada tanggal 30 Desember 2016 dan telah dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

Sidang Dewan Munaqasyah

Ketua Sidang : Rhafidillah Vebryanda, M.I.Kom ( ...)

Pembimbing : Dra. Siti Bahiroh, M.Si (...)

Penguji : Imam Suprabowo, S.Sos.I, M.Pd.I (...)

Yogyakarta, 30 Desember 2016 Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan,

(6)

iv Nama: Bunga Nuril Ulum

NPM: 20110710015

Program Studi: Komunikasi dan Penyiaran Islam

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini, dengan judul Upaya Pembinaan Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) oleh Gerakan Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur Depok Sleman Yogyakarta Periode 2010-2015 merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi. Sepanjang pengetahuan saya, dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis oleh orang lain, kecuali pada bagian-bagian tertentu yang saya cantumkan sumbernya.

Yogyakarta, 28 Desember 2016 Yang membuat pernyataan

(7)

v

BERANI HIDUP TAK TAKUT MATI

TAKUT MATI JANGAN HIDUP

TAKUT HIDUP MATI SAJA

By: KH. HASAN ABDULLAH SAHAL (Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor)

Banyak orang berusia TUA tapi semangatnya masih MUDA

Banyak orang berusia MUDA tapi semangatnya sudah TUA

(8)

vi

1. Kedua orangtua terkasihku dan telah menjadi separuh dari jiwaku, Ayahanda Muhammad Khoiri beserta Ibunda Jamilah yang tak henti-hentinya mendoakan saya , memotivasi saya, serta kasih sayangnya sepanjang masa. 2. Kakak dan adikku tersayang, ABRI ( Aswi, Bunga, Risat, Irfah) maafkan

Pipip yang selalu buat kalian jengkelselalu.

3. Bapak dan ibu Dosen Fakultas Agama Islam, terutama ustad Faturrahman Kamal, bapak Imam Suprabowo, serta ibu Siti Bahiroh terimakasih telah membimbing serta mengarahkan langkah dengan penuh kesabaran untuk setiap tetes ilmu yang disampaikan semoga menjadi amal jariyah. Saya percaya tidak tersesat masuk KPI, terimakasih telah menjadikan saya bagian dari keluarga ini, jazaakumullah khoiron katsiron.

4. Terimakasih sangat atas bantuan, arahan, serta informasinya dengan penuh kesabaran oleh para jajaran pengurus Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur terutama ibu Mahsunah Syakir, tanpa mereka apalah arti skripsi saya ini, tidak akan mungkin bisa kelar.

5. Teman-teman KPI 2008-2013 makasihbuatkakak-kakakdanadik-adik yang telahmengispirasisayauntukberpedomanpadakhittoh KPI dalammengarungisamudrakehidupan.

(9)

vii

(10)

viii

kemampuan berfikir yang Allah amugerahkan. Tanpa kemudahan yang Allah berikan, maka langkah kaki ini tidak akan sampai disini. Sampai pada akhirnya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan pada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis hendak berterimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Mahli Zaenuddin Tago, M.Si. selaku Dekan Fakultas Agama

Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ustadz Faturrahman Kamal, Lc.,M.Si. selaku Kepala Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibunda Dra. Siti Bahiroh, M.Si. selaku dosen pembimbing.

4. Seluruh jajaran Dosen Fakultas Agama Islam atas setiap tetes ilmu yang diberikan.

5. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Agama Islam yang telah membantu kelancaran administrasi.

6. Pengurus Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur yang telah bersedia menjadi informan, sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan lancar. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan masukan dari para pembaca sangat diharapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi banyak pihak.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Yogyakarta, 28 Desember 2016

(11)

ix

Tidak semua masyarakat yang tinggal di kawasan perumahan selalu bersifatindividualis. Ada diantara mereka yang menyadari akan kondisinya dimana sebagian dari mereka adalah orang-orang yang sudah lanjut usia, telah pension dari pekerjaannya, dan membutuhkan pembinaan kesejahteraan sosial dan kegiatan yang produktif, sehingga mereka membentuk atau bergabung kedalam sebuah kelompok – kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat di kawasan perumahan. Salah satu kelompok sosial yang bernama Aisyiah dikawasan Perumahan Nasional aktif dalam menyelenggarakan kegiatan bagi lansia. Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur berupaya melakukan pembinaan kesejahteraan lansia berbasis Qoryah Toyyibah.

Metode penelitian yang digunakan dalam penenelitian adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui program- program, hambatan dan upaya pengatasinya apa saja yang diselenggarakan Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur dalam upaya pembinaan kesejahteraan lansia dikawasan perumahan.

Pembahasan mengenai program untuk lansia dikawasan Peruahan Nasional (Perumnas) adalah melalui aspek jasmani meliputi:senam dzikir, jantung, stroke, dan otak. Sedangkan aspek rohani meliputi:pesantren lansia dan pengajian-pengajian.

(12)

x

Not all people who live in the residential area is always individualistic. There are some among those who were aware of his condition in which some of them tends to be elderly people, has retired from his job, and their social welfare and productive activities need to be promoted, so that they can form or join a social groups that exist in the community in their residential area. One of the social groups is called Aisyiah in the Perumahan Nasional which is active in organizing event for the elderly. Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur tries to promote the welfare of the elderly with the basis of Qoryah Toyyibah.

The methodology used in this research is qualitative method with descriptive approach. The objective of this research is to investigate the programs, obstacles and efforts to overcome which are carried out by Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur in the effort of promoting the welfare of the elderly in the residential area.

The programs for the elderly in the residential area of Perumnas is through the physical aspects, including: gymnastic involving with dhikr, for heart, for stroke and for brain. While the spiritual aspects include Islamic borading schools and religious recitation for the elderly.

(13)

xi

BAB II METODE PENELITIAN... ... 25

1. JENIS PENELITIAN... ... 25

2.

Gambaran Ranting Aisyiah Perumnas Periode 2010-2015 .. 34

3. Susunan Pengurus Ranting Aisyiah Periode 2010-2015... ... 36

(14)

xii

2. Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur dalam upaya pembinaan kesejahteraan lansia ... 44 3. Hambatan dan Upaya Mengatasinya dalam melakukan program-

program yang diselenggarakan pada Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur77

BAB V PENUTUP... ... ...78 1. KESIMPULAN... ... 78 2. SARAN... ... 79

(15)
(16)
(17)
(18)

ix

Tidak semua masyarakat yang tinggal di kawasan perumahan selalu bersifatindividualis. Ada diantara mereka yang menyadari akan kondisinya dimana sebagian dari mereka adalah orang-orang yang sudah lanjut usia, telah pension dari pekerjaannya, dan membutuhkan pembinaan kesejahteraan sosial dan kegiatan yang produktif, sehingga mereka membentuk atau bergabung kedalam sebuah kelompok – kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat di kawasan perumahan. Salah satu kelompok sosial yang bernama Aisyiah dikawasan Perumahan Nasional aktif dalam menyelenggarakan kegiatan bagi lansia. Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur berupaya melakukan pembinaan kesejahteraan lansia berbasis Qoryah Toyyibah.

Metode penelitian yang digunakan dalam penenelitian adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui program- program, hambatan dan upaya pengatasinya apa saja yang diselenggarakan Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur dalam upaya pembinaan kesejahteraan lansia dikawasan perumahan.

Pembahasan mengenai program untuk lansia dikawasan Peruahan Nasional (Perumnas) adalah melalui aspek jasmani meliputi:senam dzikir, jantung, stroke, dan otak. Sedangkan aspek rohani meliputi:pesantren lansia dan pengajian-pengajian.

(19)

x

Not all people who live in the residential area is always individualistic. There are some among those who were aware of his condition in which some of them tends to be elderly people, has retired from his job, and their social welfare and productive activities need to be promoted, so that they can form or join a social groups that exist in the community in their residential area. One of the social groups is called Aisyiah in the Perumahan Nasional which is active in organizing event for the elderly. Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur tries to promote the welfare of the elderly with the basis of Qoryah Toyyibah.

The methodology used in this research is qualitative method with descriptive approach. The objective of this research is to investigate the programs, obstacles and efforts to overcome which are carried out by Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur in the effort of promoting the welfare of the elderly in the residential area.

The programs for the elderly in the residential area of Perumnas is through the physical aspects, including: gymnastic involving with dhikr, for heart, for stroke and for brain. While the spiritual aspects include Islamic borading schools and religious recitation for the elderly.

(20)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Menjadi lansia merupakan sunnatullah yang harus diterima sebagaimana adanya. Semua orang mendambakan menjadi lansia yang mandiri, sehat, bermakna, serta dapat menjalani hidup dengan lebih tenang dan bahagia. Menurut Dadang Hawari (Pakar Psikologi), lanjut usia sebenarnya merupakanmasa seseorang merasakan kepuasan dari hasil yang diperolehnya, menikmati hidup bersama anak cucu, merasa bahagia karena telah memberikan sesuatu bagi generasi berikutnya. Integritas pribadi dan rasa tanggung jawab telah menempatkan dirinya pada siklus hidup yang sejahtera. Akan tetapi tidak semua orang siap menghadapi kenyataan sehingga banyak yang mengalami gangguan mental emosional yang sangat mempengaruhi kodisi fisiknya. Sebagian lansia kehilangan rasa kedamaian, kepuasan, karena tidak memperoleh keakraban, kekariban, bahkan seolah hidup dalam ketidak pastian dan keputus asaan.1

Lansia memerlukan dukungan sosial dari orang-orang disekiarnya baik keluarga, kerabat, teman, maupun masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Gottlieb mendefinisikan dukungan social sebagai berikut: “Sebagai informasi verbal dan nonverbal, saran, bantuan yang nyata, atau

tingkah laku yang diberikan oleh orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat

1

(21)

memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya”. Dukungan sosial tersebut dapat berasal dari individu maupun kelompok. Secara emosional mereka merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Selain itu juga adanya dorongan untuk mengobarkan semangat hidupnya”.2

Kharakteristik masyarakat yang tinggal di perumahan pada umumnya mengarah ke individualisme. Adanya sikap individualisme dapat menimbulkan sikap ketidak pedulian terhadap sesama warga, dengan sikap tersebut orang tidak lagi peduli dengan kehidupan orang lain yang ada disekitarnya. Kondisi tersebut dapat kita lihat di perumahan-perumahan elit, terutama di kota-kota besar. Diantara mereka belum tentu saling mengenal antara satu dengan yang lainnya di wilayah yang sama3.

Namun tidak semua masyarakat yang tinggal di kawasan perumahan selalu bersifat individualis. Ada diantara mereka yang menyadari akan kondisinya dimana sebagian dari mereka adalah orang – orang yang sudah lanjut usia, telah pensiun dari pekerjaannya, dan membutuhkan pembinaan kesejahteraan sosial dan kegiatan yang produktif, sehingga mereka membentuk atau bergabung kedalam sebuah kelompok – kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat di kawasan perumahan4.

Kesejahteraan tidak selalu tentang masyarakat miskin, terlantar, tidak mendapatkan bantuan, tidak memiliki perumahan yang layak, dan lain-lain.

2

Azizah, L, M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hlm 97

3

Novita “ari Efektifitas pelayanan sosial berbasis komunitas di kawasan perumans condong catur jurusa “osiatri UGM . Hl

4

(22)

Bisa saja mereka yang tinggal di komplek perumahan yang segala sesuatu telah terpenuhi tetapi mereka merasa dirinya belum sejahtera, karena kebutuhan sosial dalam aspek spiritualnya belum terpenuhi5.

Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang “kesejahteraan lanjut usia.” Disebutkan bahwa pemerintah, masyarakat dan keluarga

bertanggung jawab atas terwujudnya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia. Undang-undang tersebut memberikan aspek hukum bagaimana pemerintah, ormas, masyarakat, dan keluarga menciptakan kesejahteraan dan mewujudkan suatu perlindungan terhadap lansia.

Jumlah warga usia lanjut di Kabupaten Sleman Yogyakarta saat ini mencapai 152.478 jiwa, atau sekitar 13,5 persen dari total penduduk. Tingginya angka lansia di wilayah ini, menurut Bupati Yogyakarta Sri Purnomo, dikarenakan kesadaran masyarakat di bidang kesehatan yang kian membaik. 6

Kondisi yang cukup baik ini tidak hanya merupakan hasil dari kinerja pemerintah saja, namun berkat peran serta masyarakat dan lingkungan yang mendukung. Tanpa peran serta masyarakat, termasuk dari kalangan lansia, akan sulit diwujudkan usia harapan hidup yang tinggi tersebut.

Mengingat beberapa hal diatas dan menelaah fenomena di Kabupaten Sleman tersebut salah satu gerakan organisasi perempuan Muhammadiyah bernama Aisyiah tingkat Ranting berupaya menyelenggarakan

(23)

program pembinaan kesejahteraan untuk lansia di kawasan Perumahan Nasional (Perumnas) Condong Catur Depok Sleman. Upaya pembinaan lansia yang dilakukan oleh Aisyiah ini adalah melalui peningkatan kualitas hidup baik dari aspek ekonomi, mental, agama, aktualisasi dan kualitas diri.dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat hidup lansia.

Pemahaman tentang kesejahteraan sosial yang diperjuangkan Aisyiyah adalah terciptanya suatu kondisi ideal dari tata kehidupan masyarakat yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghaffur, yaitu suatukehidupan bahagia sejahtera penuh limpahan rahmat dan nikmat Allah SWT di dunia dan akhirat. Dengan demikian tercipta suatu titik keseimbangan antara aspek jasmaniah dan rohaniah ataupun aspek material dan spiritual, khususnya pada tingkat Ranting yang paling mudah menyentuh denyut nadi masyarakat sekitarnya. Program peningktan kesejahteraan sosial tersebut bernama gerakan qoriyah toyyibah.

Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur yang notabene pengurusnya didominasi kaum lansia dapat memberikan kontribusinya dalam upaya pembinaan kesejahteraan bagi lansia di kawasan Perumnas. Hal tersebut sesuai dengan teori kejiwaan lansia yang bernama Activity Teory yang menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan mengikuti banyak kegiatan sosial.7

7

(24)

Image lansia harus dirubah bukan lagi harus peduli kepada lansia. Namun sebaliknya justru lansia peduli, yaitu lansia peduli balita, lansia peduli dewasa dan keluarga muda serta lansia peduli sesama lansia. 8

Untuk itu lansia perlu dipandang sebagai aset pembangunan yang tetap dapat memberikan kontribusi kepada keluarga, lingkungan, dan bangsa melalui pemikiran dan karya-karyanya serta menjadi pembimbing langkah generasi penerus bangsa.

Pada hasil tanfidz memutuskan Ranting Perumnas Condong Catur sebagai Ranting unggulan dalam pemberdayaan para lansia, acuan utamanya adalah pelaksanan program Qoryah Toyyibah pada pesantern lansia.9

Ranting perumnas yang dikelola secara kolektif dalam membantu pembinaan kesejahteraan lansianya dengan mengerahkan segala potensi yang ada, yakni dengan berpedoman pada haqqul yaqin secara optimal. Pembinaan tersebut bertujuan untuk mempertebal rasa kebahagiaan dalam bersilaturahmi antar para lansia dengan upaya berusaha meningkatkan kemampuan fisik, mental spiritual ,sosial.

Pembinaan kesejahteraan lansia sangat penting dan sangat relevan untuk diperjuangkan secara serius melalui upaya yang comprehensif sistematis dan berkesinambungan. Perempuan lansia juga memiliki kemampuan berkomunitas baik dan tetap aktif bermasyarakat.

8Majalah Ge ari Pe berdayaa wujudka ke a diria La sia

edisi 143 Desember 2012, hlm 64

9

(25)

Dalam pembinaan kesejahteraan oleh ranting Aisyiah Perumnas tersebut dilakukan secara terpadu dari sektor maupun lintas program. Peningkatan peran serta aktif masyarakat dan partisipasi lansia sendiri diarahkan dan dilakukan atas dasar kekeluargaan serta kegotong-royongan. Dengan keaktifan lansia dalam berorganisasi serta kegiatan produktif apapun yang menunjang kesejahteraan lansia, maka para lansia tersebut dapat menemukan dunia baru yang mampu memberi semangat hidup.

Oleh sebab itu gerakan Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur (yang selanjutnya disingkat menjadi RA PCC) menarik untuk diteliti yang notabene pengurusnya didominasi oleh kaum lansia dapat membantu meningkatkan kesejahteraan lansia di kawasan Perumnas. Pada program pembinaan kesejahteraan ini, para lansia tetap tinggal dirumahnya sendiri bersama keluarga dan masyarakat sehingga memberikan suatu perlindungan untuk para lansia dalam melakukan peran yang wajar sebagai masyarakat sosial.

B. RUMUSAN MASALAH

Untuk memudahkan penulis dalam pembahasan, maka perlu dirumuskan yang akan dikaji sesuai dengan judul tulisan tersebut, maka penulis membatasi penelitian dengan perumusannya adalah sebagai berikut:

1. Apa saja program-program yang diselenggarakan pada Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur ?

(26)

3. Apa saja hambatan-hambatan dan bagimana upaya mengatasinya dalam melaksanakan program-program yang diselenggarakan pada Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Setelah peneliti paparkan rumusan masalah di atas, maka langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui program-program yang diselenggarakan pada Ranting

Aisyiah Perumnas Condong Catur.

2. Untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur dalam upaya pembinaan kesejahteraan lansia.

3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dan upaya mengatasinya dalam melaksanakan pembinaan lansia.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapankan memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi Peneliti

(27)

2. Bagi pengurus Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi percontohan bagi pengurus Ranting yang lainnya.

3. Bagi Lansia

Penelitian ini diharapkan dapat membantu lansia dalam meningkatkan semangat bersosialisasi dilingkungan masyarakat.

4. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi pemerintah dalam melaksanakan program-program yang berkaitan dengan kesejahteraan lansia.

E. TINJAUAN PUSTAKA

Setelah dilakukan penelusuran terkait dengan judul penelitian ini, maka penulis menemukan beberapa penelitian skripsi yang ada kaitannya dengan judul penelitian, diantaranya yaitu:

(28)

kegiatan, pelayanan, dan interaksi dengan lingkungan sosialnya seperti keluarga, masyarakat, dam pemerintah.

Penelitian yang akan saya ambil lebih menfokuskan pada salah satu organisasi di Perumnas Condong Catur bernama Ranting Aisyiah yang sebagai promotor dalam upaya pembinaan kesejahteraan lansia di lingkungan Perumnas.

2. “Gerakan Organisasi Perempuan PKK dalam pemberdayaan lansia di Dusun Gemawang Sinduadi Mlati Sleman Yogyakarta” oleh Murniati jurusan ilmu sosial UIN. Dalam penelitian ini membahas mengenai gambaran gerakan perempuan PKK dalam pemberdayaan lansia yang diberdayakan secara non panti.

Penelitian yang dilakukan penulis hampir sama, karena sama-sama organisasi perempuan pemberdayaan bagi lansia. Penelitian saya menfokuskan pada bagaimana dakwah sosial yang dilakukan oleh organisasi Aisyiah dalam pemberdayaan atau upaya pembinaan kesejahteraan lansia.

3. “Efektivitas Pelayanan Sosial Lansia Berbasis Komunitas di Kawasan Perumahan Nasional Condong Catur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta” oleh Novita Sari jurusan

(29)

Sedangkan pada penelitian saya lebih menfokuskan pada satu komunitas yaitu organisasi perempuan Muhammdiyah bernama Aisyiah yang dengan sadar bergerak mendukung program-program pemerintah serta memberikan sumbangsihnya pada kesejahteraan lansia.

F. KERANGKA TEORI 1. Sosiologi Dakwah

Secara epistimologis, terdiri dari dua kata, sosiologi dan dakwah. Sosiologi berarti ilmu tentang kemasyarakatan dalam tindakan-tindakan hidupnya kehidupan bermasyarakat, sedangkan dakwah adalah upaya untuk berusaha mengajak orang kepada kebaikan.

Sosiologi dakwah, secara etimologis, adalah ilmu yang mengkaji tentang upaya pemecahan masalah-masalah dakwah dengan pendekatan sosiologis. Dan yang menjadi aspek sosiologi karena dalam kegiatan dakwah itu terdapat hubungan dan pergaulan sosial, yakni hubungan antara pelaku dakwah dan mitra dakwah.

Dalam hubungan ini perlu dikemukakan bahwa dalam lembaga-lembaga, kelompok sosial dan proses sosial terdapat hubungan-hubungan siosial atau secara teknis atau di sebut interaksi sosial, dari hasil interaksi sosial ini maka masyarakat harus mampu mengembangkan dan membentuk tingkah laku yang kemudian menumbuhkan dan mengembangkan sistem dakwah.

(30)

dalam proses dakwah dan proses sosial. Sosiologi Dakwah adalah ilmu pengetahuan yang berupaya untuk memecahkan masalah-masalah dakwah dengan pendekatan dan analisis sosiologis.

Tugas dakwah menurut soiologi adalah menjaga harmonisasi kehidupan masyarakat dan mendorong kemajauan masyarakat, hal ini sesuai dengan tujuan dakwah itu sendiri, kemaslahatan umat atau kemajuan masyarakat. Maka eksistensi sosiologi dakwah sangat dibutuhkan untuk menunjang kelancaran berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik antar sesama. Karena, sosiologi dakwah tujuan awalnya untuk menjaga stabilitas kehidupan bermasyarakat dan bersosial.

Model gerakan dakwah dapat dimaknai dengan cara memperbaiki tatanan sosial, organisasi sosial dan lembaga sosial secara terstruktur, sistematis, dan terintegrasi. Model tersebut berorientasi pada kesejahteraan masyarakat dan pengembangan potensi- potensi insaniah untuk memperkuat fondasi-fondasi itu.10

Asas-asas atau prinsip dasar yang perlu ada pada setiap manajemen dakwah dalam sebuah organisasi, antara lain:

a. Asas Konsolidasi

Asas ini mengandung makna bahwa setiap organisasi dakwah harus selalu dalam keadaan mantap dan stabil, jauh dari konflik, dan terhindar dari perpecahan, baik lahiriah maupun batiniah. (Q.S. Ali-Imran : 103)

10

(31)

b. Asas koordinasi

Asas ini berarti organisasi dakwah harus mampu memperlihatkan kesatuan gerak dan satu komando. (Q.S. Ash-Shaff : 14)

c. Asas Tajdid

Asas ini memberi pesan bahwa oeganisasi dakwah harus selalu tampil prima dan energik, penuh vitalitas dan inovatif. (Q.S. Al-Mujaadalah : 11)

d. Asas Ijtihad

Ijtihad merupakan aktivitas akademik dan intelektual yang hanya bisa dilakukan oleh para ulama dan cendikiawan muslim. (Q.S. Al-Ankabut : 60)

e. Asas Pendanaan dan Kaderisasi

Asas ini mengingatkan bahwa setiap organisasi dakwah harus berusaha mendapatkan dukungan dana yang realistic dan diusahakan secara mandiri dari sumber-sumber yang halal. (Q.S. Al-Maarij :24 dan Q.S Al-Fath : 29)

f. Asas Komunikasi

(32)

g. Asas Tabsyir dan Taisir

Kegiatan dakwah harus dilaksanakan dengan prinsip menggembirakan dan mudah.

h. Asas Integral dan Komprehensif

Asas ini mengingatkan kepada kita bahwa pelaksanaan kegiatan dakwah tidak hanya terpusat di masjid atau di lembaga-lembaga keagamaan semata, akan tetapi harus terintegrasi dalam kehidupan umat dan menyentuh kebutuhan yang menyeluruhn dari segenap strata sosial masyarakat, baik birokrat atau penguasa maupun lapisan elite ekonomi dan masyarakat marginal. (Q.S. Al-Anbiya : 107)

i. Asas penelitian dan pengembanngan

Kompleksitas permasalahan umat harus menjadi kajian dakwah yang mendalam, karena dakwah akan gagal bila saja sudut pandang hanya terpusat pada satu sisi saja, sementara komunitas masyarakat lainnya terabaikan. (Q.S. Al-Kahfi : 13).

j. Asas Sabar dan Istiqomah

Bersaing dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, sering membuat dakwah menemui jalan buntu bahkan melelahkan. Kelelahan tanpa disadari dapat menghilangkan kesabaran dan merusak nilai-nilai istiqomah. Di saat-saat seperti itulah prinsip sabar dan istiqomah perlu disegarkan untuk diaktualisasikan melalui berbagai kegiatan dakwah. (Q.S Fushshilat : 30)11

11

(33)

2. Gerakan Dakwah Muhammadiyah

Gerakan dakwah Muhammadiyah adalah gerakan persyarikatan Islam yang mampu melancarkan gerak dakwah yang bersifat antisipatif dengan berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat. Dalam hal tersebut, ada 4 unsur yang harus diperhatikan oleh para aktifis gerakan Muhammadiyah diantaranya:

a. Unsur Konsep

Muhammadiyah mempunyai tradisi yang memungkinkan berkembangnya “olah-konsep”. Ijtihad, sebagai metode pengambilan

keputusan memang telah melembaga dalam kehidupan Muhammadiyah. Konsep dakwah Muhammadiyah selazimnya harus mengembangkan serta memasyarakatkan pemahaman dan format dakwah yang proposional dan kontekstual pada berbagai dimensinya. Sehingga dakwah menjadi nyata dan dibutuhkan pada konteks budaya masyarakat yang ada.

b. Unsur Kelembagaan

Mempunyai sebuah wadah atau tempiatan at untuk melakukan kegiatan- ke yang bisa menunjang kemaslahatan umat,memungkinkan berpeluang menggapai visi yang diinginkan. Lembaga tersebut harus aktif dalam menjalankan kegiatannya secara berkesinambungan. c. Unsur Manusia

(34)

persyarikatan, diantaranya adalah pimpinan, mubaligh, profesi (pengemban amal usaha Muhammadiyah), dan warga persyarikatan. Berangkat dari pemikiran di atas, maka pembinaan unsur manusia Muhammadiyah paling tidak mengarah pada tiga kompetensi, yaitu: kompetensi agama, kompetensi dakwah, dan kompetensi profesi. d. Unsur Sistem

Melihat Muhammadiyah sebagai suatu sistem gerak dakwah atau gerak perjuangan, akan sampai pada penilaian bahwa sistem yang ada lebih bersifat “alami”, artinya memenejemen yang dimaksud disini adalah yang menyangkut menejemen organisasi. Dikatakan ”menejemen alami”, karena upaya pengembangan menenjemen (baik

organisatorik maupun fungsional) lebih tergantung pada unsur pimpinan di masing- masing daerah. Kenyataan ini dapat menjelaskan mengapa di suatu daerah Muhammadiyah dapat “berjaya”

semementara di daerah lain “hidup tidak matipun enggan”, yang

kesemuannya itu tergantung pada “stock” kepemimpinan setempat.

Dengan ungkapan lain, gerak atau kegiatan persyarikatan lebih ditopang oleh unsur manusia daripada sistem.

(35)

Lemahnya perencanaan dan pengelolaan juga tercermin pada kenyataan masih banyak kegiatan dakwah yang dilakukan dikalangan umat, termasuk Muhammadiyah, yang lebih bersifat “individual”

daripada suatu “gerakan” dakwah yang mestinya bersifat kolektif dan

terpadu.

3. Organisasi Aisyiah

Aisyiah sebagai komponen Persyarikatan Muahammadiyah terus berjuang dalam konteks saat ini dan berada dalam dinamika, masalah, dan tantangan kompleks. Gerakan aisyiah juga merupakan gerakan aktif,dinamis,responsive dan kreatif mampu untuk memahami keadaan masyarakat.Oleh karena itu semakin dituntut untuk meningkatkan peran gerakannya melalui program- program dan kegiatan- kegiatan aksi yang langsung dan menyentuh denyut kehidupan masyarakat luas. Peningkatan peran tersebut, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, selain idealisme gerakan yang menjadi bingkai perjuangan, juga dikembangkan atas respon atau antisipasi terhadap berbagai masalah yang berkembang dan dihadapi dalam kehidupan masyarakat.12

Dalam sejarah dan peta gerakan perempuan di Indonesia, Aisyiah menempati posisi yang sangat istimewa. Aisyiah adalah organisasi sosial keagamaan tertua yang sekarang masih aktif, bahkan telah berkembang

12

(36)

menjadi gerakan perempuan modern dengan karakter sosial religiusnya yang kuat.13

Sebagaimana yang disebutkan dalam Al Qur‟an:

Surat Ali Imron ayat 104

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung".14

Aisyiah merupakan gerakan dakwah sosial keagamaan perempuan Muhammadiyah yang lahir pada 19 Mei 1917 di Yogyakarta. Pemahaman tentang kesejahteraan sosial yang diperjuangkan Aisyiyah adalah terciptanya suatu kondisi ideal dari tata kehidupan masyarakat yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghaffur, yaitu suatu kehidupan bahagia sejahtera penuh limpahan rahmat dan nikmat Allah SWT di dunia dan akhirat.15

Sebagai organisasi sosial kemasyarakatan dan keagamaan, Aisyiah memiliki struktur keorganisasian dan kepemimpinan yang bersifat menyeluruh, mulai tingkat Nasional (Pimpinan Pusat), tingkat Provinsi (Pimpinan Wilayah), tingkat Kabupaten (Pimpinan Cabang), sampai pada tingkat Desa (Pimpinan Ranting).16

13 Darban Adaby A(editor) Aisyiah da sejarah perke ba ga pere pua I do esia .

Yogyakarta Eja publiser 2010. Hlm 17

14

Pimpinan Wilayah Aisyiah DIY. Tanfidz Keputusan Musyawarah Wilayah Aisyiah DIY Periode 2010-2015.hlm 13

15

Ibid, hlm 66 16

(37)

Program Aisyiah periode 2010-2015 dirumuskan berdasarkan nilai-nilai dasar yang dijadikan landasan keberadaan organisasi:

a. Mukaddimah Anggaran Dasar Aisyiah dan Muhammadiyah b. Kepribadian Muhammadiyah

c. Khittah perjuangan Muhammadiyah d. Matan dan cita-cita hidup Muhammadiyah

e. Pedoman hidup islami Muhammadiyah dan pedoman lainnya17

Adapun program- program yang akan dirumuskan dan dilaksanakan Aisyiah berpedoman atas prinsip- prinsip sebagai berikut:

a. Prinsip hikmah bahwa dalam melaksanakan program, pimpinan senantiasa mempertimbangkan situasi dan kondisi yang dihadapi secara proporsional dan bijaksana,serta pendekatan yang menyejukkan. b. Prinsip kemanfaatan, memprioritaskan program- program yang

benar-benar memberi nilai kemaslahatan. c. Prinsip kemajuan dan pemberdayaan.

d. Prinsip efektifitas dan efesiensi, sesuai dengan kemampuan dan pelaksanakan yang tepat dalm kesediaan dana dan personil.

e. Prinsip fleksibelitas, disesuaikan dengan kondisi dan kepentingan setempat.18

17

Mukta ar Aisyiah ke program Aisyiah pimpinan pusat Aisyiah periode 2005-yogyakarta, Surya Sarana Grafika 2010, hlm 87

18

(38)

4. Gerakan Ranting Aisyiah berbasis Qoriyah Toyyibah

Ranting adalah struktur organisasi yang ada pada posisi lebih dekat dengan komunitas masyarakat yang menjadi subjek dakwah dan merupakan struktur yang memiliki posisi strategis dalam menggerakkan organisasi untuk menjalankan dakwah amar ma‟ruf nahi mungkar dalam

segala bidang kehidupan.19

Pada level rantinglah program- program dakwah sosial secara implementatif dapat dilakukan dengan mudah. Sekaligus potensi dan kekuatan bagi gerakan Aisyiah. Kepemimpinan ranting merupakan faktor penting dalam menggerakkan struktur dan potensi keorganisasian. Komitmen, militansi serta kapabilitas kepemipinan menjadi salah satu prasyarat yang dibutuhkan dalam menggerakkan peran dan aksi- aksi nyata organisasi perempuan Muhammadiyah ini. Revitalisasi ranting Aisyiah merupakan strategi pengembangan Aisyiah di tingkat pimpinan terbawah (akar rumput) yang berbasis pada qoriyah toyyibah utamanya pemberdayaan lansia. 20

Gerakan Qoriyah Toyyibah merupakan gerakan pembinaan kesejahteraan sosial berbasis komunitas jamaah yang dikembangkan Aisyiah, sebagai basis terbentuknya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya di akar rumput. Masyarakat yang sesungguhnya hidup dalam lingkup komunitas jamaah di akar rumput, sehingga strategi penguatan Ranting salah satunya harus berbasis Qoriyah Toyyibah.

19

Ibid.hlm 67

20

(39)

Pengertian Qoriyah Toyyibah adalah suatu perkampungan atau desa dimana masyarakatnya menjalankan ajaran Islam secara kaffah baik dalam hablun minanllah maupun hablu minannas dalam segala aspek kehidupannya yang meliputi bidang akidah, ibadah, akhlak, dan muammalah duniawiyah.21

Qoriyah Toyyibah merupakan perkampungan yang ideal sebagaimana tergambar dalam Al-quran, yaitu masyarakatnya memiliki ciri-ciri antara lain:

a. Masyarakatnya beriman dan bertaqwakepada Allah {Al-A‟raf 96} b. Masyaraktnya tentram dan sejahtera {Saba‟ 15}

c. Masyarakatnya pandai mensyukuri nikmat {AL-Bahl 18} d. Menghidupkan semangat Al- Ma‟un {Al- Ma‟un 1-7} e. Senang bekerja sama dalam kebaikan {Ali Imron 103}

f. Bersikap toleransi dan menjaga kesatuan dan persatuan {Al-An‟am 159}

g. Berjamaah seperti barisan dalam sholat {Asshof 4}

h. Memiliki semangat amar makruf nahi mungkar {Ali Imron 110} i. Rumah tangga warganya sakinah, mawaddah wa rakhmah {Ar-Rum

21}

j. Warganya memiliki etos kerja yang tinggi {Ar-Ra‟d 11}

21

(40)

k. Menyadari pentingnya pendidikan dan berupaya mewujudkannya {Ar-Ra‟d 19}22

Adapun revitalisasi program kesejahteraan ranting Aisyiah berbasis Qoriyah Toyyibah adalah sebagai berikut:

a. Menjadikan program pembinaan Qoriyah Toyyibah sebagai titik masuk sekaligus fungsi nyata dalam penguatan Ranting agar benar-benar bisa menjawab persoalan- persoalan dan tantangan masyarakat setempat.

b. Menentukan model- model pembinaan / kegiatan Qoriyah Toyyibah yang bersifat prioritas dan dapat menjadi titik perubahan bagi kemajuan masyarakat yang menjadi sasaran gerakan Aisyiah.

c. Mengintegrasikan pembinaan Qoriyah Toyyibah antara Ranting Aisyiah dengan Ranting Muhammadiyah sehingga terjadi sinergitas. d. Mengembangkan Qoriyah Toyyibah sebagai wahana pembangunan

masyarakat ditengah kemajemukan nilai sosial- budaya dengan mengembangkan model dakwah kultural Muhammadiyah sehingga ajaran Islam mampu mencerahkan masyarakat setempat.23

Model- model pengembangan revitalisasi dan penguatan ranting berbasis Qoriyah Toyyibah adalah sebagi berikut:

(41)

d. Pengembangan advokasi dan pendampingan sosial 24 5. Lansia

Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang manusia. Seseorang tidak mungkin secara tiba - tiba menjadi tua, tetapi melalui proses tumbuh kembang yang bermula dari bayi, anak - anak, dewasa, hingga akhirnya menjadi tua. Kondisi tersebut merupakan hal normal yang biasanya terjadi kepada setiap orang. Seseorang akan mengalami perubahan secara fisik dan tingkah laku yang dapat terjadi kepada setiap orang ketika mencapai tahap perkembangan kronologis tertentu.

Lansia merupakan proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang bahkan mengalami masa tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit.25

24

Ibid, hlm 94

25

(42)

WHO (1999) menggolongkan lansia berdasarkan usia kronologis/ biologis menjadi empat golongan, yaitu diantaranya :

a. Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun b. Lanjut usia (elderly) 60-74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun d. Sangat tua (very old) diatas 90 tahun26

Adapun teori-teori psikologis lansia diantaranya: a. Aktivitas atau kegiatan (Activy Theory)

Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memeliharanya keaktifannya setelah menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.

b. Kepribadian berlanjut (Continuty Theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak laku tidak berubah pada lanjut usia. Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan masalah dimasyarakat, keluarga dan hubungan interpersonal. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya. (Kuntjoro 2002)

26

(43)

c. Teori pembebasan (Disengagement Theory)

Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya(Nugroho, 2000). Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan namun pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya menjadikan interaksi sosial menurun.27

27

(44)

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia yang dilakukan oleh gerakan Aisyiah di Perumnas Condong Catur Sleman. Maka jenis pendekatan yang dianggap cocok dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden, metode ini lebih peka dan dapat menyeseuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.28

Pendekatan yang dilakukan menggunakan metode diskriptif-analistik, yaitu dengan cara mengumpulkan data yang menggambarkan atau memaparkan apa adanya dari hasil penelitian kemudian disusun dan dituangkan dalam bentuk tulisan, kemudian ditafsirkan dan dianalisis. Dalam pendekatan deskriptif peneliti berusaha untuk mengangkat fakta, keadaan, dan fenomena-fenomena yang terjadi ketika penelitian berlangsung dilapangan dan menyajikannya dengan apa adanya sesuai dengan kejadian dilapangan.

28

Moleong Lexy J,2007Metode Penelitian Kualitatif (EdisiRevisi) Bandung rosda karya,

(45)

B. Lokasi Penelitian

Dipilihnya lokasi Perumnas ini dikarenakan beberapa pertimbangan yaitu Perumnas Condong Catur merupakan perumahan tertua atau yang pertama kali berdiri di Yogyakarta, yakni berdiri pada tahun 1978, maka penduduknya saat ini pun memiliki jumlah lansia yang tergolong banyak. Masyarakat Perumnas Condong Catur yang sebagian besar masyarakatnya menengah ke atas namun masih memiliki kepedulian lansia.

Adapun didalamnya terdapat organisasi Ranting Aisyiah yang merupakan Ranting unggulan se kabupaten Sleman bahkan se Wilayah Yogyakarta ditetapkan saat acara Musda 2010 dan Muswil 2015 dalam program qoriyah toyyibah utamanya pesantren kilat lansia. Hal-hal tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di wilayah tersebut.

C. Subjek Penelitian

Tehnik pengambilan informan kunci dalam penelitian kualitatif yang relevan dengan penenelitian ini berupa purposive sampling. Purposive sampling adalah tehnik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/ situasi sosial yang diteliti. 29

29

(46)

Informan kunci dalam penelitian ini adalah beberapa pengurus Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur Depok Sleman Yogyakarta. D. Obyek Penelitian

1. Program- program yang diselenggarakan pengurus atau biasa disebut pimpinan RA PCC (yang selanjutnya akan disingkat menjadi PRA PCC). 2. Upaya pembinaan kesejahteraan lansia oleh PRA PCC.

3. Hambatan dan upaya mengatasinya dalam melaksanakan program-program yang diselenggarakan pada Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur.

E.Teknik Pengumpulan Data

Teknik atau metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Metode Observasi (Pengamatan)

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematik. Observasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan data awal, keadaan geografis, fisik, dan keadaan masyarakat secara umum.

(47)

paling menarik untuk dijadikan penelitian. Pada tanggal 2 April ke Pimpinan Daerah Aisyiah Sleman untuk mendapatkan dokumen hasil Musyawarah Daerah yang memutuskan bahwa RA PCC unggul dalam program Qoriyah Toyyibah utamanya pesantren kilat lansia.

Tanggal 5 April 2015 mengikuti pertemuan rutin bersama PRA PCC dikantor PRA yang bernama Balai Kesejahteraan Sosial untuk mendapatkan gambaran kegiatan para lansia. Pada hari selanjutnya silaturrami kerumah ketua umum, ketua, dan sekretaris PRA PCC unrtuk menggali informasi secara umum tentang pesantren kilat lansia dan mendapat beberapa dokumen kegiatan pesantren kilat lansia.

Selanjutnya seminar proposal pada hari Senin tanggal 9 Mei 2016, banyaknya tulisan yang harus saya perbaiki dari mulai judul, latar belakang, hingga metode penelitian yang masih kurang kongkrit.

Dalam hal ini, peneliti menggunakan observasi terus terang atau tersamar, artinya peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas penelitian.30

2. Interview (Wawancara)

Menurut Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai berikut,“a meeting of two persons to exchange information and idea

through question and responses, resulting in communication and joint

30

(48)

construction of meaning about a particular topic”. Pertemuan dua orang

untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. 31

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam. Wawancara secara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dan bertatap muka antara pewawancara dengan informan dengan atau tanpa pedoman wawancara (interview guide).

Metode wawancara mendalam adalah sama seperti metode wawancara lainnya, hanya peran pewawancara, peran informan, dan cara melakukan wawancara yang berbeda dengan wawancara pada umumnya. Perbedaannya adalah wawancara mendalam dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang lama bersama informan di lokasi penelitian. Tujuannya agar peneliti mendapatkan informasi yang lebih rinci dan mendalam. Jenis wawancara ini dapat memberikan informasi yang tidak tampak dipermukaan.

Percakapan seseorang dalam wawancara mendalam dapat dilakukan untuk mengeksplorasi informasi dengan asumsi yang kuat diantaranya adalah bahwa peneliti melihat kepada informan sebagai subjek yang menguraikan isi hati tentang bagaimana mereka dapat berpendapat

31

(49)

tentang dunianya dan bagaimana mereka bertindak dalam peristiwa tersebut.32

3. Dokumentasi

Study dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, rekaman atau karya- karya monumental dari seseorang. 33 Dokomentasi yang didapat peneliti selama penelitian diantaranya: laporan pertanggung jawaban PRA PCC, dokumen program kerja, nomer telepon pengurus, beberapa foto kegiatan, rekaman hasil wawancara. 4. Kredibilitas Penelitian

Validitas data merupakan faktor yang penting dalam sebuah penelitian, karena sebelum data dianalisis terlebih dahulu harus mengalami pemeriksaan atau pengujian. Validitas membuktikan bahwa hasil yang diamati sudah sesuai dengan kenyataan dan memang sesuai dengan yang sebenarnya. Pada akhirnya data yang dihasilkan adalah data yang benar adanya tanpa rekayasa.

5. Tehnik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai dilapangan. Dalam hal ini Nasution (1988) menyatakan “Analisis telah mulai sejak

32

Sukardi 2006 hlm147

33

(50)

merumuskan dan menjelaskan masalah,sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang “grounded”.Aktifitas dalam analisis data, yaitu reduksi data, penyajian

data, dan verifikasi.

Tahapan penelitian kualitatif menurut Spradley adalah sebagai berikut

a. memilih situasi sosial (place, actor, activity). b. Melaksanakan observasi partisipan.

c. Mencatat hasil observasi dan wawancara. d. Melakukan observasi deskriptif.

e. Melakukan Analisis Domain (memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari objek penelitian/ situasi sosial. Ditemukan berbagai domain atau katagori. Peneliti menetapkan domain tertentu sebagai pijakan penelitian selanjutnya).

f. Melakukan observasi terfokus.

g. Melakukan Analisis Taksonomi (domain yang dipilih tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi lebih rinci dan terfokus.

h. Melakukan observasi terseleksi.

(51)

j. Melakukan analisis tema (mencari hubungan diantara domain, dan bagaimana hubungan keseluruhan, dan selanjutnya dinyatakan kedalam judul penelitian.

k. Temuan budaya.

l. Menulis laporan kualitatif.

(52)

BAB III

GAMBARAN UMUM A. Deskripsi wilayah

Kelurahan Condongcatur merupakan sebuah desa yang terletak di kecamatan Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.Kelurahan Condongcatur memiliki area yang cukup luas dan memiliki mobilitas sosial yang tinggi. Mobilitas yang tinggi di kawasan kelurahan Condong Catur merupakan hal yang wajar karena wilayahnya yang sangat strategis dan dekat dengan pusat pemerintahan kecamatan yaitu 0,5 kilometer sedangkan jarak kelurahan Condong Catur dengan pusat kota Yogyakarta yaitu kurang lebih 25 kilometer.

Perumahan Nasional Condong Catur merupakan perumahan nasional (perumnas) yang pertama kali di bangun di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 1978. Perumnas tersebut berada di dalam wilayah pemerintahan Condong Catur yang awalnya diperuntukkan untuk perumahan bagi para dosen-dosen UGM dan pegawai negeri sipil lainnya dengan tipe 36 dan 47 tipe flat sebanyak 900 unit.

(53)

umum seperti pasar, terminal, rumahsakit, kantor kelurahan, tempat beribadah, puskesmas, dan lainnya.

Sebagian besar masyarakat yang tinggal saat ini di dalamnya adalah penduduk dengan usia tua. Kondisi dimana penduduknya memiliki jumlah lansia yang tergolong banyak maka kebutuhan akan pelayanan sosial pun semakin meningkat. Masyarakat menyadari akan kondisi sosial yang ada di lingkungan mereka, sehingga dengan kesadaran tersebut mereka membentuk suatu kelompok tertentu di dalam masyarakatnya dan beberapa diantaranya adalah kelompok yang peduli terhadap lansia di Kawasan Perumahan Nasional (Perumnas) Condong Catur tersebut.34

B. Gambaran Ranting Aisyiah Perumnas Periode 2010-2015

Satu tahun setelah Perumnas berdiri tepatnya pada tahun 1979, PRA PCC mulai didirikan dengan dimotori oleh ibu Sukasmi dan ibu Rohmah. Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur yang telah mendapatkan predikat unggul se sleman pada program qoriyah toyyibah utamanya program pesantren lansia, bahkan juga se wilayah DIY yang baru- baru ini di adakan muswil dan seiring dengan hal tersebut berbagai prestasi telah banyak diperoleh.

Dengan keberhasilan yang sudah ada tentunya masih dapat ditingkatkan dan dikembangkan lagi. Kekurangan dana tidak menjadikan hambatan bagi gerakan Aisyiah tersebut. Ranting perumnas yang dikelola secara kolektif dalam membantu pembinaan kesejahteraan lansianya dengan mengerahkan

34Novita “ari

(54)

segala potensi yang ada, yakni dengan berpedoman pada haqqul yaqin secara optimal. Pembinaan tersebut bertujuan untuk mempertebal rasa kebahagiaan dalam bersilaturahmi antar para lansia dengan upaya berusaha meningkatkan kemampuan fisik, mental spiritual ,sosial. 35

Masa kepengurusan Ranting berlaku selama 5 tahun, yang sudah merupakan kebijakan dari tingkat Pusat, Cabang, serta Ranting disamara ratakan. Untuk tim formatur tingkat Ranting ditentukan oleh Cabang, sedangkan badan pembantu pimpinan ditentukan dari hasil musyawarah kesepakatan bersama dari para tim formatur.

Menurut tanggapan ibu Anang, berusia 68 tahun pengurus periode 2010-1015 yang terpilih sebagai tim formatur menjabat wakil ketua 2.

“...betul mb kepengurusan itu 5 tahun masanya... iya kalau untuk pergantian pengurus kan nunggu dulu dari pusat selesai lanjut cabang baru ranting. Dan pusat mulai januari selesainya ya sekitar satu setengah bulanan. Terus lanjut cabang juga sama demikan. Nah semua ranting juga sama menunggu dari atas dulu... kemaren ini kita musyran pergantian pengurusnya dibulan oktober november. Ya kalau waktu pastinya disesuaikan sama tiap rantingnya...”.36

Jadi untuk pengurus Pimpinan Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur periode 2010-2015 tersebut, masanya selesai pada bulan Oktober atau November. Sedangkan kepengurusan Pimpinan Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur periode 2016- 2020 dimulai pada bulan Desember 2016. C. Susunan Pengurus Ranting Aisyiah Periode 2010-2015

Pimpinan Cabang Aisyiah Depok Sleman membuat Tim Formatur Pimpinan Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur pada periode 2010-2015

35

Tanfidz Keputusan MUSPIMDA IISleman 2015 , hlm 8

36

(55)

yang telah disyahkan pada Surat Keputusan No: 008/SK/PCA/A/IX/2011 dengan susunan sebagai berikut:

Penasehat: Dra. Hj. Susilaningsih K., MA. Ketua: Hj. Noeryani M. Nadjib

Wakil Ketua 1: Hj. Titik Rochani Saiful Wakil Ketua 2: Hj. Maryatun Anang, S.Ag Sekretaris 1: Hj. Sri Wahyuningsih

Sekretaris 2: Dra. Susilawati Totok Bendahara 1: Tien Suhartini Mahbub, SS Bendahara 2: Syamsiati Ismudiyoto A. Mpd

Selain pengurus harian tersebut ada badan pembantu pimpinan sebagai berikut: Majelis Tabligh:

Ketua : Dra. Hj.Jauhariah Guntur Sekretaris : Elys

Bendahara: Dessy Elvandari Solahuddin, S.Pd

Anggota : Ani Mahiroh, Iswatin BA, Mularsih Haryanto, dan Istikhanah Sukidi Majelis Dikdasmen:

Ketua : Hj. Mahsunah Syakir

Sekretaris : Syamsiyati Ismudiyoto, A.mpd Bendahara: Dra. Hj. Mardhiyah Marjiyo, M.Si

(56)

Majelis Kesejahteraan Sosial:

Ketua : Musrifah Hariwarso, A.md Sekretaris : Muchayah Badjuri

Bendahara 1: Hj. Rahmani Widodo Bendahara 2: Hj. Sumardilah Damiri Anggota: Hj. Siti Qona‟ah dan Lasono

Majelis Ekonomi:

Ketua :Dra. Haryanto Sekretaris :Yuni Sunarsih, S.Pd Bendahara: Endang Sulastri, Sulaiman

Anggota : Dra. Asnah Haryanto dan Adibah Majelis Kader:

Ketua :Rosyidah Aziz S.Ag.,S.E,M.Kes Sekretaris : Dra. Niken Amri Amaniah Bendahara : Laina Ulya Rahma, SE

Anggota : Musrifah Hariwarso, Amd dan Nina Hadi Majelis Kesehatan:

Ketua : Faizah Alwi, A.md. Kebid Sekretaris: Sri Ratna Wijayati

Bendahara: Zuraida Nasief

Anggota : Dra. Hj. Inayati Gufron, Apt., MSc, Hj. Niek Bambang dan Hj.Tin Joko37

37

(57)

Kelompok sosial Ranting Aiyiah yang terdapat di lingkungan Perumnas Condong Catur sudah ada sejak lama dan masih aktif hingga saat ini. Keeksistensian Aisyiah tersebut salah satunya dipelopori oleh ibu Mahsunah Syakir.

Menurut pernyataan Ibu Mahsunah Syakir selaku ujung tombak kepengurusan periode ini (dinobatkan sebagai juara 1 keluarga sakinah se Nasional perwakilan dari propinsi DIY oleh Departemen Agama dan menjabat sebagai ketua majlis Dikdasmen

“Walaupun kami ditingkat ranting tapi kami membuat struktur pengurus seperti tingkat atas lengkap dengan majlis- majlis yang disetiap majlisnya ada ketua, sekretaris, dan bendahara. Mengapa demikian? Karena menghargai orang sudah jadi karakter manusia butuh sebuah penghargaan. Kalau namanya tercantum terlibat kegiatan punya tanggung jawab dan dapat dipercaya itu kanyak “Diuwongke”. 38 Didalam kepengurusan tersebut beberapa ada yang bergelar Sarjana , akan tetapi hal tersebut tidak menjadikan sesuatu yang krusial untuk terlibat dalam kepengurusan tersebut.

Menambahi tanggapan Ibu Mahsunah Syakir

“Karena latar belakang bermacam- macam , maka dalam segi bermasyarakat title tidak menjadi yang krusial. Alhamdulilah di Ranting sini untuk masalah

kesarjananan hal yg tidak menyebabkan pembedaan”.39

Menurut pengamatan peneliti dari rancangan struktur PRA PCC tersebut, bahwa pengurusnya didominasi dengan jenjang pendidikan yang tinggi.

38

Wawancara 3 Oktober 2016

39

(58)

Keintegritas antar sesama pengurus yang menjadikan organisasi berjalan sehat dan aktif.

D. Amal Usaha Pimpinan Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur

Amal usaha yang dimiliki PRA PCC dijalankan secara terpadu dengan materi keagamaan yang terintegrasi dalam semua kegiatan. Fungsi dan peran amal usaha Aisyiyah adalah sebagai lembaga pembibitan dan pembinaan kader. Adapun amal usaha yang dimilikinya ada 4 macam, diantaranya: 1. Memiliki 2 TK ABA di lingkungan Perumnas.

2. Memiliki Play Group dengan anak didiknya sekitar 40 an.

3. Memiliki Taman asuh anak yang merupakan tempat penitipan anak Play Group berjumlah sekitar 27 anak. Anak- anak tersebut dititipkan sampai sore hari, khusus bagi orang tuanya yang belum pulang kerja.

4. Memiliki Paud dengan kegiatannya berlangsung pada sore hari, diadakan 2 kali dalam seminggu. Hari Selasa bertempat di Majid Muhajirin dan hari Jum‟at bertempat di Play Group bernama Gempol.

5. Memiliki BKS (Balai Kesejahteraan Sosial) sebagai sarana tempat menyelenggarakan kegiatan-kegiatan oleh Ranting Aisyiah. Kegiatannya tersebut meliputi: pembinaan anak asuh, santunan dhuafa‟, pesantren

lansia, dan parenting day (pengajian wali murid TK ABA).40

40

(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Program Kerja yang Diselenggarakan Pimpinan Ranting Aisyiah Perumnas Condong Catur periode 2010-2015

Aisyiah sebagai bagian dari Persyarikatan Muahammadiyah yang terus berjuang dalam mencapai tujuannya kendati gerakan Aisyiah berada dalam dinamika, masalah, dan tantangan yang kompleks, namun gerakan Aisyiah pada tingkat Ranting khususnya di RA PCC ini merupakan gerakan aktif,dinamis,responsive dan kreatif mampu untuk memahami keadaan masyarakat.

Oleh karena itu semakin dituntut untuk meningkatkan peran gerakannya melalui program- program dan kegiatan- kegiatan aksi yang langsung dan menyentuh denyut kehidupan masyarakat luas.

Adapun program PRA PCC dalam dokumen program kerja secara umumnya meliputi:

1. Menguatkan fungsi dan peran „Aisyyah sebagai gerakan perempuan Muhammadiyah yang bergerak di bidang dakwah kemasyarakatan, keumatan, kebangsaan,dan kemanusiaan.

(60)

3. Meningkatkan upaya pengalihan sumber dana organisai dan optimalisasi pemanfaatanya melalui usaha-usaha yang sah dan tidak mengikat.

4. Optimalisasi fungsi dan peran amal usaha „Aisyiyah sebagai lembaga pembibitan dan pembinaan kader.

5. Meningkatkan komunikasi dan kerja sama organisasi perempuan.41 Sedangkan program PRA PCC secara khususnya meliputi:

1. Bidang Tabligh. Tujuan :

Terbangunnya kualitas aqidah, akhlak, ibadah, dan muammalah dikalangan umat/masyarakat luas yang berlandaskan nilai-nilai Qur‟an dan Sunnah melalui pesan-pesan yang bersifat pencerahan dan berkemajuan. Program:

a. Mengadakan Pengajian untuk umum (ibu-ibu) “Selikuran” sebulan sekali setiap tanggal 21 bertempat di masjid Muhajirin Perumnas. b. Mengadakan Pengajian untuk umum (ibu- ibu) di masjid terdekat

masing- masing pengurus PRA (ada 11 Kelompok pengajian)

c. Mengadakan Penyuluhan bahaya Narkoba untuk Remaja, anak asuh dan orang tua anak asuh di lingkungan Perumnas condong Catur dan sekitarnya (Kerjasama dengan Polda DIY).

41

(61)

2. Bidang Pengkaderan Tujuan:

Meningkatkan kuantitas dan kualitas kader yang memiliki integritas, kopetensi keagamaan dan keilmuan, militansi, ghiroh perjuangan, sikap dan tindakan yang berpegang pada nilai- nilai Islam berkemajuan.

Program:

a. Mengadakan Pengajian rutin untuk Pengurus PRM dan PRA setiap kamis minggu ke 3.

b. Mengoptimalkan pembinaan anak asuh bekerjasama dengan MKS setiap hari Sabtu terakhir setiap bulan.

c. Pelatihan Mubaligh muda bekerja sama dengan PRM.

d. Melibatkan keluarga dekat (anak, menantu, suami, keponakan,dll) dalam setiap kegiatan besar PRA PCC.

3. Bidang Pendidikan Tujuan:

Meningkatnya kualitas keunggulan pendidikan Aisyiah sebagai strategi pembentukan manusia yang utuh, berilmu dan berkarakter sesuai dengan tujuan pendidikan.

Program:

(62)

c. Pengasuhan di TAA setiap Senin-Jumat 15.30, Sabtu jam 08.00-12.00

d. Pembelajaran di SPSA Adiba setiap Selasa jam15.30-17.15 e. Pembelajaran di SPSA Muhajirin setiap Kamis jam 15.30-17.15

f. Pertemuan khusus guru dan karyawan TK, KB, TAA, SPS Pengurus Majlis Dikdasmen setiap bulan

g. Parenting Class untuk wali murid TK dan KB setiap ada Hari Besar Islam dan Nasional, bekerjasama dengan Komite Sekolah

h. Mengikuti berbagai lomba untuk TK dan KB baik tingkat Kecamatan, Kabupaten, Maupun Propinsi

i. Mengirim utusan ke berbagai pertemuan (lokakarya, seminar, work shop, pelatihan) untuk meningkatkan kualitas pendidik

j. Mengadakan Pelatihan Pengasuhan bagi Pamong PAUD se-Kecamatan Depok

k. Pelaksanaan Konsolidasi, dilaksanakan secara rutin kepada guru dan karyawan TK, KB, TAA, SPS, setiap pertemuan bulanan dengan majlis Dikdasmen.

4. Bidang Kesehatan Tujuam:

(63)

a. Melaksanakan senam dan jantung sehat untuk lansia setiap sabtu sore di BKS.

b. Mengadakan senam anti stroke dan senam otak.

c. Melaksanakan pemeriksaan tensi dan denyut nadi bagi peserta senam lansia.

d. Mengadakan senam dzikir lansia setiap hari kamis minggu ke 2 dan ke 4 dalam satu bulan sekali.

e. Mengikuti senam dzikir lansia di gedung PDM Sleman.

f. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan tensi, gula darah, kolestetol, dan asam urat) secara gratis pada setiap peringatan hari besar atau even-even tertentu bekerjasama dengan tim FKM UAD. g. Mengadakan ceramah kesehatan: Penyakit-penyakit berbahaya pada

lansia oleh dr. Probo Suseno, Sp. PD, K-Ger, dalam rangka menyambut Milad 1 abad Aisyiah bertempat di BKS.

5. Bidang Kesejahteraan sosial Tujuan:

Berkembangnya atau meningkatnya pemberdayaan, pelayanan dan penyantunan masyarakat dhuafa dan berbagai kelompok yang membutuhkan khususnya para lansia yang berbasis pada spirit al Maun, melalui berbagai model aksi nyata.

Program:

(64)

b. Memberikan santunan kepada anak asuh (yatin dan tidak mampu) setiap bulan untuk tingkat TK, SD, SMP, dan SMA.

c. Mengadakan pembinaan kepada anak asuh setiap Sabtu terakhir di Masjid Muhajirin.

d. Mengadakan pesta qurban pada setiap Hari Raya Idul Adha, untuk anak asuh dan pengajian anak-anak disekitar Perumnas Condong Catur.

e. Membagikan zakat kepada kaum dhuafa setiap tahun.

f. Mengadakan buka bersama untuk anak asuh dan kaum dhuafa 1 kali setiap bulan Ramadan.

g. Mengadakan peringatan Isro‟ Mi‟roj.

h. Memberi santunan kepada dhuafa setiap menjelang idul fitri. 6. Bidang Ekonomi dan Ketenagakerjaan

Tujuan:

Terbangunnya kesadaran dan perilaku ekonomi untuk meningkatnya taraf hidup dan kesejahteraan warga, umat dan masyarakat.

Program:

a. Membuka kedai Aisyiah saat pertemuan rutin pengurus PRA Perumnas dan saat Pesantren Lansia.

b. Mengadakan pelatihan pembuatan kriping pisang, abon ikan, dan nugget ayam, dan tahu bakso.

(65)

d. Mengadakan pasar murah pada saat peringatan Milad 1 abad Aisyiah. e. Mendistribusikan dana yang terkumpul setiap bulan (dana bergilir)

setiap tanggal 5, bersamaan dengan pertemuan rutin pengurus PRA PCC.42

Banyaknya program- program yang didominasi oleh kaum lansia tersebut dikarenakan jumlah lansia yang semakin meningkat. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh ibu Mahsunah Syakir

“Sudah Digariskan di muktamar diturunkan di muswil terus musda. Acuannya kan itu Sehingga dari pusat sudah ada masalah itu. Problem kebangsaan jumlah lansia meningkat karna usia harapan hidup meningkat. Jadi lasia tidak jadi beban negara tetapi jadi lansia justru yang produktif bisa ngopenidiri sendiri sesuai kapasitasnya sebagai lansia, walaupun pelaksanaannya diserahkan pada ranting menyesuaikan kondisi setepat”.43

Penjabaran dan pelaksanaan program Aisyiah oleh majlis berpedoman dan bersumber dari program nasional keputusan Muktamar, dan disesuaikan dengan peta permasalahan dan potensi pada masing-masing tingkatan.

Selain program- program tersebut, ada 2 program yang berjangka, yaitu:Program jangka pendek: Mendirikan Sekolah Wirausaha Aisyiah (SWA) dan program jangka panjang: Mendirikan Day Care (Penitipan Lansia Sehat dan tempat Kegiatan-kegiatan Penunjang Lansia).44

Dari program- program yang dicanangkan oleh PRA PCC periode 2010- 2015, ada 4 yang belum bisa terlaksana sebagai berikut:

(66)

1. Mendirikan Day Care/ Penitipan Lansia sehat dan tempat kegiatan-kegiatan penumpang lansia (Majlis Tabligh)

2. Medirikan Koperasi serba Usaha (Majlis Ekonomi)

3. Pengelolaan Sampah rumah tangga untuk meningktakan ekonomi masyarakat disekitar Perumnas Condong Catur dan meningkatkan kebersihan lingkungan (Majlis Kesehatan)

4. Pembinaan Kader Aisyiah (Majlis Kader)45

Meskipun ada 4 program yang belum bisa terlaksana, namun menurut ibu Mahsunah Syakir

“Pencapaian program selama keperiodean ini sudah baik, saya menyarankan membuat program yang realistis saja, program tersebut memang acuanya dari cabang tetapi tidak semua dapat dipakai yang realitis saja disesuaikan dengan kondisi setempat”.46

Pada periode 2010-2015 PRA PCC mempunyai program unggulan, diantaranya:

1. Pesantren kilat Lansia

Gambar

Gambaran  Ranting Aisyiah Perumnas Periode 2010-2015 .. 34

Referensi

Dokumen terkait

Belajar matematika dengan bermakna akan dicapai ketika siswa tidak hanya dituntut untuk latihan, menghafal, atau sekedar mengingat, melainkan siswa memperoleh

Mengingat angka kejadian infeksi cacing yang tinggi dan dampak yang ditimbulkan maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh “ Hubungan perilaku cuci

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) dengan judul: PERLINDUNGAN

Pembelajaran berbasis life skills sangat cocok diterapkan pada mata kuliah mikrobilogi dimana mata kuliah tersebut mempelajari berbagai konsep mengenai mikroorganisme dan

HR7 Kegiatan yang teridentifikasi mengandung risiko yang signifikan dapat menimbulkan kasus kerja paksa atau kerja wajib, dan langkah-langkah yang telah diambil

yang diedarkan. Skala likerl iribenmula dari I hingga 4 bagi mctnastikan pernilihan jawapan pengguna adalah tepat dan nrengenepikan kcmungkinan pemilihan jawapan

Perhitungan biaya persediaan bahan baku berdasarkan metode POQ periode September 2014 sampai September 2015 secara rinci terdapat pada lampiran 5, sedangkan total

Pada perkantoran, akan dianalisa bagaimana unit tenant yang baik dan cocok dan dapat diterapkan di perkantoran kelas menengah kebawah, analisa ekonomi sederhana