BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Perusahaan
PT.Subur Mitra Grafistama merupakan salah satu perusahaan percetakan yang berada di Jakarta yang telah ada sejak tahun 1977. Kemudian, mesin yang pertama kali digunakan lama memberi jalan untuk trek dan mimpi besar. Dengan drive dan dedikasi, sebagai pendiri Soeseno Boenarso menjalankan sebuah toko kecil bersama dengan istrinya, mereka yakin bahwa dua pasang tangan mereka, yang populer saat ini untuk memanggil "SUBUR", akan beroperasi lebih dari sekedar sebuah mesin fotokopi.
PT.Subur Mitra Grafistama terus mengembangkan jaringan bisnis. Pada Tahun 1984 untuk dedikasi kami untuk menyediakan tingkat tertinggi kualitas cetak offset, yang juga menjadi salah satu faktor kunci dalam kesuksesan. Pada periode berikutnya kita dikembangkan dengan menggunakan Black & White Digital Print pada tahun 1996.
Tiga dekade kemudian, sejak berdirinya, kami telah dinilai dan diakui sebagai perusahaan cetak, dengan 14 (empat belas) cabang berkomitmen untuk keunggulan melayani Anda. Kami menawarkan kualitas, ketepatan waktu dan daya saing kepada pelanggan kami untuk Anda. Dengan layanan kami, kami bangga untuk menjadi pusat untuk "one stop solution". Kami adalah "Jaringan Terpadu Print".
2. Sistem Produksi Percetakan PT.Subur Mtra Grafistama
Dalam melakukan percetakan PT. Subur membagi system produksi dalam dua hal, yaitu bahan baku produksi dan mesin, dan peralatan yang selanjutnya akan dijelaskan dibawah.
a. Bahan Baku Produksi
Untuk melakukan pencetakan, percetakan PT. Subur Mitra Grafistama menggunakan bahan baku produksi. Bahan baku produksitersebut antara lain:
1) Kertas
2) Toner merek fuji Xerox dengan 4 warna utama, yaitu cyan, magenta, yellow dan black
3) Tinta dengan 4 warna utama, yaitu cyan, magenta, yellow dan black b. Mesin dan Peralatan
Dalam melaksanakan tugas produksi, PT. Subur muitra grafistama menggunakan beberapa mesin dan peralatan, antara lain:
1) Mesin Igen 150 press dan indigo, merupakan mesin yang digunakan untuk mencetak file menjadi cetakan jadi.
2) Mesin potong, merupakan mesin untuk memotong cetakan sesuai hasil ukuran dari hasil yang diinginkan konsumen.
3) Mesin laminating, untuk memberikan lapisan ke kertas apabila konsumen mengiginkannya.
5) Mesin lem, untuk menyatukan lembaran kertas menjadi buku dll. 3. Sistem dan Waktu Kerja
PT. Subur Mitra Grafistama merupakan percetakan yang beroperasi setiap senin sampai sabtu. Perusahaah setiap harinya dilakukan 2 shift waktu kerja dengan waktu istirahat masing-masing 1jam pada setiap shift. Pembagian waktu shift, yaitu
1) 08.30 - 16.30 WIB 2) 10.00 – 18.00 WIB
4. Pemakaian Bahan Baku
Pemakaian bahan baku kertas untuk cetakan disesuaikan dengan rencana produksi yang didasarkan atas ramalan penjualan dari bagian marketing yang selanjutnya dikonfirmasi ke bagian produksi. Berdasarkan rencana produksi tersebut, perusahaan dapat memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku yang dipakai.
Pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan produksi terkadang tidak sesuai dengan perencanaan bahan baku. Ini dikarenakan adanya hal-hal yang bias saja luput dari pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya seperti kerusakan mesin yang tidak dapat diduga sebelumnya atau disebabkan oleh adannya beberapa produk cacat pada saat produksi berlangsung maupun peningkatan atau penurunan permintaan terhadap cetakan dari rencana semula. Apabila permintaan pasar akan cetakan meningkat, maka jumlah bahan baku semakin meningkat pula.
Tabel 4.1 Pemakaian aktual bahan baku kertas selama september 2014 sampai september 2015
Bulan Pemakaian Aktual
September 38.050 Oktober 44.100 November 34.450 Desember 37.600 Januari 22.100 Februari 35.300 Maret 41.750 April 46.700 Mei 31.850 Juni 43.950 Juli 21.550 Agustus 27.350 september 32.400 Total 457.150 Rata-rata /bulan 38.096 Rata-rata /hari 1.270 Standar deviasi 8.082
Sebagaimana ditunjukkan pada table 4.1, pemakaian kertas terbesar terjadi pada bulan april yaitu sebesar 46.700 lembar. Hal ini dikarenakan pada bulan tersebut permintaan pasar tinggi, sehingga perusahaan meningkatkan produksinya. Pemakaian terendah kertas terjadi pada bulan juli sebesar 21.550 lembar.
5. Waktu Tunggu (lead time) Penggadaan Bahan Baku
Waktu tunggu pengadaan bahan baku adalah waktu yang dibutuhkan sejak bahan baku dipesan sampai dengan bahan baku tersebut sampai diperusahaan. Berdasarkan keterangan dari perusahaan, waktu tunggu untuk bahan baku kertas adalah 2 hari. Pada penelitian ini, diasumsikan tidak terjadi hal-hal diluar dugaan sehingga waktu tunggu bahan baku kertas adalah konstan, yaitu 2 hari.
6. Biaya Persediaan Bahan Baku
Secara umum, total biaya pengendalian persediaan pada perusahaan terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
a. Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan adalah biaya yang timbul akibat dari pembelian bahan baku. Total biaya pemesanan setahun diperoleh dengan mengalikan biaya pemesanan per pesanan dengan banyaknya pemesanan selama setahun. Komponen biaya pemesanan bahan baku kertas meliputi biaya telepon dan biaya fax.
Biaya telepon diperoleh dari juumlah menit sekali pakai dengan tariff percakapan telepon per menit. Pemesanan lewat telepon rata rata memakan waktu 10 menit dan biaya fax diperoleh dari kertas fax dan isi printer. Perhitungan biaya
pemesanan bahan baku kertas per pesanan tahun 2014 secara rinci dikemukakan pada lampiran 1. Komponen biaya pemesanan bahan baku per pesanan disajikan pada table 4.2.
Table 4.2. komponen biaya pemesanan bahan baku kertas per pesanan tahun 2014 Komponen Biaya Bahan Baku Kertas (Rp/Pesanan)
Biaya telepon 6.000
Biaya fax 4.000
Total 10.000
Biaya telepon timbul pada saat pemesanan dan pada saat perusaan mengirim PO kepada pemasok. Total biaya pemesanan untuk bahan baku kertas adalah sebesar Rp. 10.000. pemasok tidak membatasi jumlah pembelian karena selama ini pemasok masih mampu memenuhi kebutuhan perusahaan. Dalam mengirimkannya sekaligus per pesanan yang telah dilakukan.
b. Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan merupakan biaya yang ditimbulkan sebagai akibat dari dilakukannya penyimpanan bahan baku. Biaya ini merupakan perkalian antara biaya simpan per lembar per tahun dengan tingkat persediaan rata-rata per tahun yang disimpan. Komponen dari biaya penyimpanan ini terdiri dari biaya gaji pengawas dan pelaksanan gudang, biaya listrik, dan biaya penyusutan gudang.
Biaya gaji pengawas pelaksana gudang dihitung berdasarkan gaji yang dibayarkan perusahaan untuk 4 orang selama 1 tahun. Perusahaan tidak terbebani oleh biaya asuransi dan pajak dalam melakukan penyimpanan. Fasilitas listrik berfungsi sebagai penerangan yang dinyalakan 9 jam sehari. Gudang menggunakan menggunakan penerangan sebesar 1152 watt. Biaya listrik per KWH adalah Rp 1.350. Biaya penyusutan gudang yang terjadi pada perusahaan merupakan biaya penyusutan untuk fasilitas gudang, harga bangunan gudang sebesar Rp 180.000.000 dengan umur ekonomis gudang selama 20 tahun.
Table 4.3 Komponen Biaya Penyimpanan Bahan Baku
Komponen Biaya Bahan Baku Kertas (Rp/Kg/Tahun)
Gaji pengawas dan pelaksana gudang 3.047
Biaya listrik 241
Biaya penyusutan gudang 212
Total 3.500
7. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Kondisi aktual Perusahaan
Perusahaan memiliki pabrik dengan proses produksi yang dilakukan secara terus menerus dalam mengerjakan produk produk. Perusahaan menentukan jumlah persediaan akhir dan keadaan bahan baku digudang setiap hari. Pencatatan terhadap semua barang yang masuk atau keluar dari gudang juga dilakukan setiap hari oleh operator dan dilaporkan kepada bagian administrasi gudang. Penentuan
kebutuhan bahan baku didasarkan pada pengalaman pada waktu lalu dan disesuaikan dengan rencanan produksi pada bulan yang bersangkutan. Pembelian bahan bahan baku kertas pada tahun 2014-2015 disajikan pada table 4.4
Tabel 4.4. Pembelian Bahan Baku Kertas Pada Tahun 2014 2015
Bulan Jumlah Pembelian
September 40.000 Oktober 35.000 November 35.000 Desember 39.000 Januari 19.500 Februari 34.000 Maret 36.500 April 34.500 Mei 40.000 Juni 31.500 Juli 30.000 Agustus 18.000 september 26.500 Total 419.500
Perusahaan melakukan pemesanan apabila persediaan sudah mulai berkurang dan apabila ada produksi yang memakai persedian banyak. pada tahun september 2014 - september 2015 perusahaan hanya melakukan pemesanan bahan baku kertas sebanyak 22 kali. Pada bulan juli sampai september perusahaan mengurangi jumlah pembelian dikarenakan pada bulan tersebut harga meningkat disebebkan harga dollar naik. Sehingga perusahaan menggurangi persediaan
sementara sampai harga dollar menurun. Dikarenakan pembelian kertas dipenggaruhi harga dollar.
Tabel 4.5 kuantitas Pemesanan dan Tingkat Persediaan Rata-rata Perusahaan. Bulan Persediaan Awal Pembelian Total Persediaan Awal Pemakaian Total Persediaan Akhir Persediaan Rata-rata September 40.000 40.000 80.000 38.050 41.900 60.950 Oktober 41.900 35.000 76.950 44.100 32.850 54.900 November 32.850 35.000 67.850 34.450 33.400 50.625 Desember 33.400 39.000 72.400 37.600 34.800 53.600 Januari 34.800 19.500 54.300 22.100 32.200 43.250 Februari 32.200 34.000 66.200 35.300 30.700 48.450 Maret 30.700 36.500 67.200 41.750 25.450 46.325 April 25.450 34.500 59.950 46.700 13.250 36.600 Mei 13.250 40.000 53.250 31.850 21.400 37.325 Juni 21.400 31.500 52.900 43.950 8.950 30.925 Juli 8.950 30.000 38.950 21.550 17.400 28.175 Agustus 17.400 18.000 35.400 27.350 8.050 43.450 september 8.050 26.500 34.550 32.400 2.150 18.350 Total 340.400 419.500 759.850 457.150 302.550 552.925 Rata rata 26.185 32.269 58.450 35.165 23.273 42.532
Total biaya persediaan bahan baku per tahun adalah total biaya pemesanan ditambahtotal biaya penyimpanan per tahunnya. Biaya pemesanan diperoleh dari banyaknya pesanan dikali biaya pemesanan setiap kali pesan. Biaya penyimpanan diperoleh dengan mengkalikan biaya penyimpanan per lembar per tahun dengan Dept. Gudang dan purchasing . PT. Subur 2014-2015
tingkat persediaan bahan baku rata-rata per tahun yang disimpan. Jumlah persediaan yang disimpan digudang merupakan jumlah persediaan rata-rata yang diperoleh dari penjumlahan persediaan awal dan persediaan akhir dibagi dua.
Perhitungan total biaya persediaan berdasarkan kondisi aktual perusahaan selama september 2014 sampai september 2015 diuraikan pada lampiran 3 dan jumlah total biaya persediaan berdasarkan kondisi actual perusahaan disajikan pada table 6. Total biaya persediaan bahan baku kertas sebesar Rp 149.082.000 per tahun dengan biaya pemesanan Rp 220.000 per tahun karena melakukan 22 kali pemesanan dan biaya penyimpanan per tahun sebesar Rp 148.862.000.
Semakin besar jumlah persediaan yang disimpan digudang, semakin besar pula biaya penyimpanannya. Begitu pula dengan biaya pemesanan, semakin besar frekuensi pemesanan yang dilakukan perusahaan semakin besar pula biaya pemesanannya.
Tabel 4.6 Total Biaya Bahan Baku Berdasarkan Kondisi Aktual Perusahaan Periode September 2014 Sampai September 2015.
Bahan
Baku Biaya Pesanan/tahun (Rp) e = a x c Biaya Simpan/tahun (Rp) f = b x d Total Biaya Persediaan (Rp) e + f Kertas 220.000 148.862.000 149.082.000
B. Pembelian Bahan Baku yang Optimal
Perhitungan analisis pengendalian persediaan bahan baku dapat digunakan dengan metode EOQ. Hal ini dapat dilakukan karena kondisi, karakteristik, serta kebutuhan perusahaan memenuhi semua asumsi dalam metode EOQ. Perusahaan memiliki data permintaan yang diketahui tetap dan bebas, selain itu lead time konstan, penerimaan persediaan bersifat seketika dan lengkap, tidak ada diskon karena kuantitas tidak memungkinkan, biaya variable yang ada hanyalah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, serta kosongnya persediaan dapat dihindari sepenuhnya jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.
Metode EOQ memungkinkan perusahaan untuk menentukan jumlah kuantitas pemesanan bahan baku yang paling ekonomis dengan jumlah permintaan dan leadtime yang konstan. Perhitungan kuantitas pemesanan optimal bahan baku kertas optimal September 2014 sampai September 2015 secara rinci disajikan pada table 4.7.
Tabel 4.7. Perhitungan Kuantitas Pemesanan Optimal Bahan Baku Kertas Periode September 2014 sampai September 2015.
Bahan Baku Permintaan
(D) Biaya Pemesanan (S) Simpan (H) Biaya √ EOQ =
Kertas 457.150 10.000 3.500 1.616
Berdasarkan hasil perhitungan EOQ pada tabel 4.7 tersebut, diketahui bahwa kuantitas pemesanan optimal bahan baku kertas pada tahun September Sumber : Data Peneliti Diolah
2014 sampai September 2015 adalah sebanyak 1616 lembar setiap kali pemesanan. Setelah mengetahui kuantitas pemesanan optimal bahan baku setiap kali pesan, frekuensi pemesanan baru dapat dihitung.
C. Frekuensi Pembelian Bahan baku Kertas
1. Frekuensi Pembelian Bahan Baku Kertas Dengan Metode EOQ
Tabel 4.8. Perhitungan Frekunsi Pemesanan Optimal Bahan Baku dengan Metode EOQ Kertas Periode September 2014 sampai September 2015.
Bahan Baku Permintaan (D) a EOQ (Q*) b Frekuensi (kali) a/b Kertas 457.150 1.616 282
Frekuensi pemesanan bahan baku kertas berdasarkan metode EOQ lebih banyak atau seringbila dibandingkan dengan frekuensi pemesanan yang telah dilakukan berdasarkan metode perusahaan. Frekuensi pemesanan bahan baku kertas dengan metode perusahaan dilakukan 22 kali dalam setahun, sedangkan pemesanan dengan metode EOQ dilakukan sebnyak 282 kali dalam setahun.
Semakin besar frekuensi pemesanan, semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk biaya pemesanan, namun biaya penyimpanan akan semakin kecil. Namun, biaya pemesanan saja tidak cukup untuk dapat membandingkan dua metode persediaan untuk mencari metode persediaan yang paling efisien. Hal ini disebabkan karena masih ada satu komponen biaya lagi yang memengaruhi total biaya persediaan secara keseluruhan, yaitu biaya penyimpanan yang mana dipengaruhi oleh jumlah rata-rata persediaan gudang. Sumber : Data Peneliti Diolah
2. Frekuensi Pembelian Bahan baku Kertas Dengan Metode POQ
Perhitungan analisis pengendalian persediaan bahan baku dapat digunakan dengan metode POQ. Hal ini dapat dilakukan karena kondisi, karakteristik, serta kebutuhan perusahaan memenuhi semua asumsi dalam metode POQ. Perusahaan memiliki data permintaan yang diketahui tetap dan bebas, selain itu waktu perencanaan, dan perputaran waktu produksi, tidak ada diskon karena kuantitas tidak memungkinkan, biaya variable yang ada hanyalah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, serta kosongnya persediaan dapat dihindari sepenuhnya jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.
Metode POQ memungkinkan perusahaan untuk menentukan jumlah kuantitas pemesanan bahan baku yang paling ekonomis dengan frekunsi ditentukan waktu perencanaan dan perputaran produksi. Perhitungan frekuensi pemesanan bahan baku September 2014 sampai September 2015 secara rinci disajikan pada table 4.9.
Tabel 4.9. Perhitungan Frekuensi Pemesanan Bahan Baku Dengan Metode POQ Periode September 2014 sampai September 2015.
Bahan Baku Permintaan rata-rata waktu perencanaan ( ̅ ) pemakaian rata-rata perputaran produksi (bulan) ̿̿̿̿̿ Biaya Pemesanan (P) Biaya Simpan (S) POQ ̿̅ √ ̅ Kertas 35.165 12 10.000 3.500 37
Berdasarkan hasil perhitungan POQ pada table 4.10 tersebut, diketahui bahwa frekuensi pemesanan bahan baku pada September 2014 sampai September 2015 adalah sebanyak 37 kali. Frekuensi pemesanan bahan baku kertas berdasarkan metode POQ lebih sedikit dibandingkan dengan metode EOQ. Frekuensi pemesanan bahan baku kertas dengan metode EOQdilakukan 282 kali. Sedangkan lebih banyak atau sering dibandingkan dengan frekuensi pemesanan yang telah dilakukan berdasarkan metode perusahaan. Frekuensi pemesanan bahan baku kertas dengan metode perusahaan dilakukan 22 kali.
D. Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Pada kenyataannya, jumlah pemakaian bahan baku setiap bulan tidaklah benar-benar konstan. Jumlah pemakaian bisa saja meningkat untuk memenuhi proses produksi, pada saat itulsh dibutuhksn persediaan pengaman (safety stock). Persediaan pengaman merupakan persediaan tambahan yang diadakan untuk menjaga kelangsungan produksi dari kemungkinan terjadinnya kekurangan bahan baku. Penentuan kuantitas persediaan pengaman perusahaan dapat dihasilkan dengan cara membagi antara standar deviasi yaitu 8.082 dibagi dengan jumlah waktu pemakaian selama 12 bulan, sehingga menghasilkan safety stock sebesar 674 lembar. Hal ini bisa terlihat pada Table 4.10, dapat kita lihat bahwa jumlah safety stock.
Tabel 4.10. perhitungan Persediaan Pengaman (safety Stock) Standar Deviasi a Jumlah Waktu Pemakaian (Bulan) b
Safety Stock (lembar) C = a/b
8.082 12 674
E. Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
Titik pemesanan kembali merupakan batas dari jumlah persediaan yang ada digudang saat pemesanan harus diadakan kembali. Hal ini bertujuan agar perusahaan dapat mengetahui kapan waktu yang tepat untuk melakukan pemesanan. Titik pemesanan kembali atau yang dikenal dengan reorder point dapat dilakukan dengan cara menghitung rata-rata pemakaian bahan baku per hari selama waktu tunggu.
Perhitungan titik pemesanan kembali disajikan pada Table 4.13. Rata-rata pemakaian per hari ditentukan dengan cara membagi total kebutuhan per tahun dengan jumlah hari dalam setahun atau jumlah hari kerja per tahun. Pada penelitian ini diasumsikan bahwa hari kerja dan jumlah hari dalam setahun adalah sama yaitu 360 hari. Dengan demikian rata-rata pemakaian per hari adalah jumlah pemakaian per tahun yaitu 457.150 lembar dibagi jumlah hari kerja dalam setahun (360 hari) sedangkan untuk menentukan titik pemesanan kembali yaitu waktu tunggu selama 2 hari dikali rata-rata pemakaian per hari sebesar 1.270 lembar. Sumber : Data Peneliti Diolah
Tabel 4.11. Perhitungan Titik Pemesanan Kembali (ROP) Bahan Baku Waktu Tunggu
(Hari) a Rata-Rata Pemakaian/hari b Titik Pemesanan Kembali (lembar) c = a x b Kertas 2 1.270 2.540
Sesuai dengan Tabel 4.11 perusahaan harus segera melakukan pemesanan pada saat persediaan digudang sudah mencapai tingkat 2.540 lembar. Hal ini berarti bahwa pada saat persediaan bahan baku benar-benar habis, pemesanan bahan baku yang telah dipesan selama 2 hari (lead time) sebelumnya sudah tiba digudang. Pada saat inilah persediaan yang tadinya sudah habis akan segera terisi lagi dengan bahan bakuyang sudah diterima sesuai dengan jumlah pemesanan hingga jumlah kuantitas persediaan optimal terpenuhi kembali. Ini berarti proses produksi tidak perlu terhenti karena kehabisan bahan baku namun dapat terus berjalan.
F. Perhitungan Biaya Persediaan Bahan Baku
1. Perhitungan Biaya Persediaan Bahan Baku Dengan Metode EOQ Total biaya persediaan merupakan jumlah dari total biaya pemesanan da total biaya penyimpanan. Perhitungan biaya persediaan bahan baku berdasarkan metode EOQ September 2014 sampai September 2015 secara terinci terdapat pada lampiran 4, sedangkan total biaya persediaan berdasarkan metode EOQ disajikan pada table 4.12.
Tabel 4.12. Total Biaya Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Metode EOQ Periode September 2014 sampai September 2015.
Bahan Baku Biaya
Pesanan/tahun (Rp) e = a x c Biaya Simpan/Tahun (Rp) F = b x d Total Biaya Persediaan (Rp) e + f Kertas 2.820.000 5.656.000 8.476.000
Pengendalian persediaan dengan menggunakan metode EOQ menghasilkan total biaya sebesar Rp. 8.476.000, dengan rincian biaya pemesanan sebesar Rp. 2.820.000, dan biaya penyimpanan sebesar Rp. 5.656.000.
2. Perhitungan Biaya Persediaan Bahan Baku Dengan Metode POQ Total biaya persediaan merupakan jumlah dari total biaya pemesanan dan total biaya penyimpanan. Perhitungan biaya persediaan bahan baku berdasarkan metode POQ periode September 2014 sampai September 2015 secara rinci terdapat pada lampiran 5, sedangkan total biaya persediaan berdasarkan metode POQ disajikan pada table 4.13.
Tabel 4.13. Total Biaya Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Metode POQ Periode September 2014 Sampai September 2015.
Bahan Baku Biaya
Pemesanan/Tahun (Rp) e = a x c Biaya simpan/Tahun (Rp) f = b x d Total Biaya Persediaan (Rp) e + f Kertas 370.000 5.656.000 6.026.000
Berdasarkan persediaan dengan menggunakan metode POQ menghasilkan total biaya sebesar Rp. 6.026.000, dengan rincian biaya pemesanan sebesar Rp. 370.000, dan biaya penyimpanan sebesar Rp. 5.656.000.
3. Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku Antara Kondisi Aktual Perusahaan Dengan Metode EOQ dan Metode POQ
Metode yang telah dilakukan oleh perusahaan secara aktual dapat dibandingkan dengan metode EOQ dan metode POQ. Dengan mengetahui hasil perbandingannya, perusahaan akan menghasilkan metode mana yang akan menghasilkan biaya paling minimum, yang berarti merupakan metode persediaan yang lebih efektif bagi perusahaan yang bila diterapkan akan menghasilkan keuntungan yang terbesar. Perbandingan tersebut disajikan pada table. 4.14. Tabel 4.14. Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku Antara Kondisi Aktual Perusahaan Dengan Metode EOQ dan POQ.
Uraian Bahan Baku Kertas
(Rp/Tahun) (Rp/Tahun) Total I. Aktual Perusahaan
1. Biaya Pemesanan 220.000
2. Biaya Penyimpanan 148.862.000 3. Biaya Persediaan (1+2) 149.082.000
Total Biaya Persediaan 149.082.000
II. Metode EOQ
5. Biaya penyimpanan 5.656.000 6. Biaya Persediaan (4+5) 8.476.000
Total Biaya Persediaan 8.476.000
II. Metode POQ
7. Biaya Pemesanan 370.000
8. Biaya penyimpanan 5.656.000
9. Biaya Persediaan (7+8) 6.026.000
Total Biaya Persediaan 6.026.000
III. Penghematan Dengan Metode EOQ
10. Biaya pemesanan (1-4) - 2.600.000 11. Biaya Penyimpanan (2-5) 143.206.000 12. Biaya Persediaan (10-11) 140.606.000
Total Penghematan 140.606.000
IV. Penghematan Dengan Metode POQ
13. Biaya pemesanan (1-7) - 150.000 14. Biaya Penyimpanan (2-8) 143.206.000 15. Biaya Persediaan (13-14) 143.056.000
Total Penghematan 143.056.000
Pada Table 4.14. ditunjukan bahwa dengan menggunakan metode EOQ perusahaan dapat menghemat biaya sebesar Rp. 140.606.000 per tahun. Sedangkan dengan mengunakan metode POQ perusahaan dapat menghemat biaya sebesar Rp. 143.056.000. biaya pemesanan dengan metode EOQ menghasilkan
biaya pemesanan yang lebih besar yaitu Rp. 2.820.000, hal ini disebabkan oleh karena frekuensi pemesanan yang dilakukan untuk memesan kertas dengan metode EOQ lebih sering dibandingkan dengan metode yang dilakukan oleh perusahaan dan metode POQ.
Perusahaan menetapkan frekuensi pemesanan yang relative sedikit, yaitu 22 kali selama satu tahun, sedangkan metode EOQ mengharuskan perusahaan melakukan pemesanan sebanyak 282 kali dan metode POQ mengharuskan perusahaan melakukan pemesanan 37 kali. Hal ini disebabkan oleh karena perusahaan tidak mau mengambil risiko kehabisan persediaan bahan baku dan ingin mempertahankan tingkat persediaan yang tinggi guna menjamin proses produksi dapat terus berlangsung. Dalam hal ini, risiko keusangan bahan baku tidak terlalu memengaruhi perusahaan oleh karena sifat bahan baku yang tidak mudah berubah warna dan relative tahan lama selama yaitu dengan umur simpan yang dapat mencapai satu tahun atau lebih bila bahan baku tetap terjaga dari gangguan seperti terkena ait atau hama serangga.
Dibandingkan dengan metode yang digunakan perusahaan, terlihat bahwa metode POQ memberikan biaya persediaan yang lebih rendah. Kombinasi frekuensi dan jumlah bahan baku yang dipesan yang optimal menimbulkan biaya yang lebih sedikit, dalam arti lebih efisien. Perusahaan mampu menghemat dana yang dikeluarkan untuk biaya persediaan, sehingga kelebihan dana dapat digunakan atau diinvestasikan ke bagian lain yang membutuhkan yang pada akhirnya akan meningkatkan laba atau keuntunggan bagi perusahaan