• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. merupakan perusahaan tekstil yang bergerak dibidang pertenunan (weaving).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. merupakan perusahaan tekstil yang bergerak dibidang pertenunan (weaving)."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Tarumatex adalah salah satu perusahaan tekstil yang ada di Indonesia, berlokasi di Jalan Jendral Ahmad Yani No.806 Bandung. PT. Tarumatex merupakan perusahaan tekstil yang bergerak dibidang pertenunan (weaving).

Pada tahun 1957, perusahaan ini didirikan dengan nama PT. Laperisa, kemudian pada tanggal 28 Oktober 1968 PT. Salim Group membeli perusahaan tersebut berdasarkan akte jual beli perusahaan dan bangunan nomor 50 dan dengan notaris Komar Andasasmita. Tahun 1969 perusahaan ini diambil alih oleh Yayasan Dharma Putera Kostard dengan mengganti nama perusahaan menjadi PT. Tarumatex (Taruma Negara Tekstil). Induk perusahaannya masih tetap PT. Salim Group. Pengambil alihan ini meliputi bangunan pabrik dan kantor seluas 30.000 m2 berikut semua mesin dan peralatan yang ada. Mesin yang dimiliki ialah sebanyak 157 mesin tenun merk Suzuki dengan menempati area seluas ± 1,5 Ha. Perusahaan mulai melakukan peluasan tanah, bangunan serta penggantian dan penambahan mesin-mesin. Mesin-mesin yang dibeli meliputi : 560 buah mesin tenun ex RRC dan 250 buah mesin ex Jepang merk Howa. Kapasitas produksi kain grey (kain mentah) PT. Tarumatex diperkirakan menjadi 1,5 juta/bulan.

Tahun 1972 PT. Tarumatex membeli mesin-mesin pencelupan dan penyempurnaan merk Wakayama (ex Jepang), kapasitas produksi sebesar 1,4 juta

(2)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

meter perbulannya. Tahun 1973 sampai tahun 1974 kapasitas ditingkatkan menjadi 1,5 juta meter/bulan melalui pembelian mesin-mesin baru.

Pada tahun 1997 proses pencelupan dan penyempurnaan tidak dilakukan lagi, sehingga PT. Tarumatex fokus pada proses pertenunan saja hingga saat ini.

1.1.2 Bentuk Badan Hukum Perusahaan

PT. Tarumatex terdaftar sebagai perusahaan tekstil pada tanggal 16 Februari 1989 dengan akte Notaris Ny. Herken Sumampauw, SH. No. 48. Bentuk Badan Hukum PT. Tarumatex adalah Perseroan Terbatas.

1.1.3 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Perusahaan

PT. Tarumatex mempunyai struktur organisasi dengan pimpinan tertinggi adalah Direktur. Direktur berkuasa dan bertanggung jawab penuh untuk mengambil keputusan dan kebijakan dalam perusahaan. Direktur dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh para manager yang mengepalai masing-masing bagian, setiap bagian terdiri atas sub bagian yang dipimpin oleh kepala seksi.

PT. Tarumatex menggunakan struktur organisasi garis. Dilihat dari bagan, srtuktur organisasi garis mempunyai ciri-ciri, yaitu :

1. Pimpinan organisasi adalah seorang/tunggal.

2. Kekuasaan mengalir secara langsung dari atasan ke bawahan. 3. Tidak ada staf sebagai pembantu pimpinan.

(3)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Struktur organisasi PT. Tarumatex dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini :

Gambar 4.1

Struktur Organisasi PT. Tarumatex

Sumber : Bagian Kepegawaian PT. Tarumatex, 2011

Tugas dan kewajiban, tanggung jawab serta wewenang dari masing-masing bagian dari struktur organisasi PT. Tarumatex, yaitu :

1. Direktur

Tugas dan kewajiban :

1) Merumuskan arah dan tujuan perusahaan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. SUPERVISOR KEPALA REGU KEPALA REGU KEPALA REGU KEPALA REGU KEPALA REGU

PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA

SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR MANAJER ENGINEERING MANAJER PERTENUNAN MANAJER P.P.M.C MANAJER PERS & UMUM MANAJER KEU & ADM KA. SEKSI ENGINEERING KA. SEKSI PROD PERTENUNAN KA. SEKSI P.P.M.C KA. SEKSI PERS & UMUM KA. SEKSI KEU & ADM

SUPERVISOR

(4)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2) Mengawasi perkembangan perusahaan berdasarkan laporan-laporan para manager.

Tanggung jawab dan wewenang :

Direktur memiliki wewenang dan tanggung jawab serta hak untuk menentukan kebijaksanaan dalam mengelola perusahaan.

2. Manajer Pertenunan

Tugas dan kewajiban :

1) Mengendelikan seluruh kegiatan pada tiap bagian yang menjadi tanggung jawab dan wewenangnya.

2) Menyusun rencana proses produksi tiap bagian yang menjadi tanggung jawab dan wewenangnya.

3) Mengkoordinsi dan pengawasan kegiatan dan produksi agar tercapai sasaran sesuai dengan yang direncanakan.

Tanggung jawab dan wewenang :

Manajer pertenunan bertanggung jawab kepada Direktur atas segala tugas yang dikerjakannya dan bawahannya.

3. Kepala Seksi Produksi dan Kepala Seksi Mekanik

Tugas dan kewajiban :

1) Membantu manager dalam melaksanakan proses produksi. 2) Membuat rencana kerja harian untuk kelancaran proses produksi. 3) Mengawasi kegiatan proses produksi.

(5)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4) Membuat laporan produksi berdasarkan laporan dari bawahannya.

Tanggung jawab :

Kepala seksi bertanggung jawab kepada manajer atau tugas yang dikerjakannya bersama bawahannya.

4. Kepala Regu

Tugas dan kewajiban :

1) Membentuk pelaksanaan tugas operator.

2) Mengikuti apel yang dilaksanakan oleh supervisor. 3) Membuat laporan hasil produksi.

Tanggung jawab :

Kepala regu bertanggung jawab kepada supervisor atas tugas yang dikerjakannya dan bawahannya.

5. Pelaksana

Tugas dan kewajiban :

Menjalankan dan melayani mesin selama proses produksi berlangsung. Tanggung jawab :

Pelaksana atau operator bertanggung jawab kepada kepala regu atas tugas yang dilaksanakannya.

(6)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1.1.4 Kegiatan Produksi Perusahaan 1.1.4.1 Bidang Usaha dan Hasil Produksi

PT. Tarumatex bergerak dalam bidang industri pertenunan (weaving) dimana proses produksinya adalah penenunan benang menjadi kain grey (kain mentah). Dari produk kain mentah tersebut dilanjutkan ke proses pewarnaan dan penyempurnaan sehingga menghasilkan berbagai jenis kain yang siap dipasarkan.

Namun dalam penelitian ini, penulis hanya membahas mengenai persediaan bahan baku benang yang digunakan untuk memproduksi kain Polyester Rayon (PR).

Adapun jenis-jenis kain yang dihasilkan oleh PT. Tarumatex adalah sebagai berikut :

1. Kain Polyester Rayon (PR) 2. Kain Polyester Cotton (TC) 3. Kain TC Shirting

4. Kain TR Suiting 5. Kain Blacu

1.1.4.2 Proses Produksi Perusahaan

Proses produksi dimulai dari bahan baku yaitu benang sampai menjadi kain mentah (kain grey) yang siap diwarnai dan disempurnakan. Untuk mendukung proses produksi, saat ini perusahaan telah memperkerjakan sekitar 300 orang pekerja meskipun sebelumnya ada sekitar 500 orang pekerja, karena adanya krisis moneter sehingga perusahaan mengalami penurunan produksi oleh

(7)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sebab itu perusahaan melakukan pemberhentian kepada sekitar 200 orang pekerja, namun kini perusahaan mulai bangkit dengan berusaha meningkatkan kualitas produk serta efektivitas dan efisiensi dalam proses produksinya. Selain itu perusahaan juga menggunakan sejumlah mesin warping, mesin sizing, mesin drawing-in dan mesin inspecting yang didatangkan dari Jepang. Adapun proses

produksi yang dilalui oleh benang sampai kepada kain mentah (kain grey) dapat dilihat pada gambar 4.2.

Berikut ini uraian mengenai proses produksi yang dilakukan oleh PT. Tarumatex :

1. Pembelian bahan baku

Hal utama dari pelaksanaan suatu proses produksi adalah berawal dari pembelian bahan baku. Hal ini terjadi karena adanya pesanan dari konsumen akan suatu produk. Proses pembelian bahan baku ini berawal dari pemesanan kepada supplier yang sudah menjadi pelanggan tetap PT. Tarumatex yang berada diluar Kota Bandung, seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya kemudian disimpan digudang persediaan bahan baku.

2. Persiapan

Bahan baku yang akan diproses dimesin pertenunan harus dilakukan terlebih dahulu proses persiapan pertenunan. Proses pertenunan yang baik akan meningkatkan efiseinsi dan akan menghasilkan kain yang berkualitas tinggi. Proses persiapan pertenunan di unit pertenunan PT. Tarumatex meliputi proses pemisahan antara benang lusi dan benang pakan, kemudian dilakukan seleksi benang yang akan digunakan untuk proses selanjutnya. Benang dalam

(8)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kondisi rapuh, usang dan putus itu tidak digunakan dalam proses produksi selanjutnya.

3. Warping

Proses warping (penghanian) ini dimaksudkan untuk menggulung benang pada beam hani dengan jumlah benang yang panjangnya tertentu dengan arah lusi sejajar sesuai dengan yang telah direncanakan. Proses penghanian bertujuan untuk mempersiapkan proses sizing yaitu untuk membuat beberapa beam untuk memperoleh jumlah dan panjang lusi yang diinginkan persatuan

beam-nya, yang selanjutnya akan diproses dimesin tenun (weaving).

4. Sizing

Sizing (penganjian), pemberian kanji pada permukaan benang dengan tujuan

untuk meningkatkan daya tenun benang yang akan digunakan sebagai benang lusi, peningkatan daya tenun tersebut benang tersebut diperoleh karena : 1. Benang menjadi lebih kompak

2. Sifat licin benang menjadi bertambah dan kekuatan tarik benang bertambah

3. Daya tahan benang terhadap gesekan menjadi bertambah

Proses pada mesin sizing dapat dibagi empat bagian yang saling berhubungan satu sama lain dengan yang lainnya, yaitu :

1. Proses pengeluaran benang lusi 2. Proses pemasukan kanji

3. Proses pengeringan kanji

(9)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 5. Drawing-in

Proses drawing-in (pencucukan) yaitu proses memasukan benang-benang lusi pada droffer, kamran dan sisir tenun sesuai dengan rencana tenun agar memudahkan serta mempercepat proses pertenunan untuk anyaman yang berbeda. Anyaman yang sama biasanya tidak melalui proses pencucukan, melainkan langsung disambung diatas mesin tenun dengan bantuan mesin penyambung (tying). Proses drawing-in di PT.Tarumatex dilakukan dengan tangan, cara pencucukan ini merupakan cara terbaik untuk mempertahankan kualitas kain yang dihasilkan. Proses pencucukan dipengaruhi oleh anyaman kain yang dibuat dan alat pembentuk mulut lusi pada mesin tenun.

6. Weaving

Proses weaving (pertenunan) adalah proses pembuatan kain dengan adanya anyaman benang-benang lusi dengan benang pakan. Anyaman terjadi karena adanya lima gerakan pokok yang bekerja secara otomatis secara berkelanjutan. Lima gerakan pokok tersebut adalah :

1. Gerakan Pembukaan Mulut Lusi (Shedding Motion) 2. Gerakan Peluncuran Benang Pakan (Picking Motion) 3. Gerakan Pengertekan Benang Lusi (Beating Motion) 4. Gerakan Penguluran Benang Lusi (Let Off Motion) 5. Gerakan Penggulungan Kain (Take Up Motion)

Dari proses weaving ini dihasilkan kain grey atau kain mentah yang siap lanjut ke proses berikutnya.

(10)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 7. Inspecting

Proses inspecting adalah proses pemeriksaan kain grey atau kain mentah, dengan tujuan yaitu :

1. Memberi nilai pada kain (grade) berdasarkan jumlah poin cacat pada kain 2. Memberi informasi tentang hasil kain pada unit weaving.

3. Mengontrol proses-proses yang dilakukan, menghilangkan atau mengurangi cacat pada kain.

8. Packing

Kain grey atau kain mentah yang telah dikelompokkan berdasarkan grade-nya kemudian dipak dan disimpan dalam gudang barang jadi.

9. Konsumen

Kain grey atau kain mentah yang sudah jadi bisa masuk ke proses produksi lebih lanjut seperti proses coloring (pewarnaan) dan finishing (penyempurnaan).

(11)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Sumber : Bagian Produksi PT. Tarumatex, 2011

Gambar 4.2

Proses Produksi Pertenunan Kain (Weaving) PT. Tarumatex

Benang Lusi Warping Sizing Drawing-in Weaving Inspecting

Kain Grey / Kain Mentah

Benang Pakan Pembelian Bahan Baku Gudang Bahan Baku Persiapan Gudang Barang Setengah Jadi Coloring Finishing

(12)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1.2 Kebijakan Perencanaan Bahan Baku PT. Tarumatex

Persediaan bahan baku di dalam perusahaan merupakan hal yang penting untuk dikendalikan dengan baik. Setiap perusahaan yang menghasilkan produk akan memerlukan persediaan bahan baku. Oleh karena itu, baik sengaja maupun tidak sengaja, perusahaan yang bersangkutan akan menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk menunjang jalannya proses produksi dalam perusahaan tersebut.

Pada dasarnya setiap perusahaan yang bergerak pada bidang perindustrian pasti melakukan perencanaan persediaan. Akan tetap dalam pelaksanaannya setiap perusahaan memiliki kebijakan tersendiri untuk menggunakan upaya atau metode yang berbeda pula yang disesuaikan dengan kebutuhan, kapasitas produksinya, serta strategi perusahaan dalam upaya membantu tercapainya suatu efisiensi produksi. PT. Tarumatex tentunya memiliki strategi khusus dalam menangani kebutuhan akan persediaan bahan bakunya agar tidak menghambat berjalannya proses produksi serta biaya yang dikeluarkan untuk penyimpanan atau penggudangan bahan baku pun dapat diminimalisir.

Kegiatan pengendalian bahan baku pada PT. Tarumatex dilakukan oleh manajer gudang dan manajer pembelian bekerjasama dengan manajer produksi, dimana rincian pekerjaan sebagai berikut :

1. Merencanakan dan menyusun strategi pengendalian bahan baku yang tepat dan efektif, bekerjasama dengan manajer produksi.

(13)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Menentukan jumlah dan waktu pemesanan yang harus dilaksanakan untuk dapat menjaga kelancaran produksi.

4. Menerima dan memeriksa kualitas bahan baku yang baru diterima dari pemasok.

5. Mengawasi keadaan fisik gudang untuk mencegah kerusakan bahan baku yng disimpan.

PT. Tarumatex adalah perusahaan tekstil yang bergerak dalam bidang industri penenunan (weaving). Perusahaan ini berproduksi pada tipe job order, maksudnya perusahaan melakukan produksi jika menerima pesanan dari konsumen. Namun PT. Tarumatex mempunyai konsumen atau pelanggan tetap yang setiap tahunnya pasti melakukan pemesanan, sehingga PT. Tarumatex selalu melakukan pemesanan kebutuhan bahan baku secara berkelanjutan.

Pada saat ini PT. Tarumatex melakukan pengendalian persediaan secara manual. Adapun kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian persediaan tersebut adalah menghitung, mencatat dan mengendalikan persediaan pada tempat penyimpanan bahan baku benang. Kebijakan yang dilakukan perusahaan dalam pemesanan bahan baku adalah dengan pemesanan berdasarkan rata-rata total produksi kain pertahunnya yang disesuaikan dengan kapasitas gudang yang tersedia, sehingga bahan baku yang telah dipesan dapat disimpan didalam gudang. Bila permintaan produk kain meningkat maka pemesanan kebutuhan bahan baku diperbanyak atau sering dilakukan pemesanan bahan baku sehingga menyebabkan besarnya biaya pemesanan. Namun apabila permintaan kain tetap atau menurun

(14)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

maka pemesanan bahan baku tetap dilakukan sehingga terjadi penumpukan bahan baku digudang yang menjadi penyebab meningkatnya biaya penyimpanan.

PT. Tarumatex melakukan pemesanan kebutuhan bahan baku untuk membuat kain Polyester Rayon (PR) adalah setiap dua bulan sekali. Bahan baku yang dipesan yaitu benang P150 dan benang Ry30. Untuk benang P150 sebanyak 160.000 bale tiap kali pesan, sedangkan untuk benang Ry30 sebanyak 350.000 bale tiap kali melakukan pemesanan.

1.2.1 Proses Pemesanan

Dalam melakukan proses pemesanan, konsumen melakukan pemesanan kepada perusahaan pada bagian pemasaran, kemudian job order diberikan oleh bagian pemasaran ke bagian produksi. Bagian produksi kemudian menghubungi bagian gudang apabila bahan baku yang dibutuhkan telah tersedia maka proses prosuksi dapat langsung dilaksanakan. Namun apabila bahan baku tidak tersedia maka bagian gudang akan menghubungi bagian pembelian untuk melakukan pemesanan bahan baku kepada pemasok utama. Dengan lead time yang telah disepakati antara bagian produksi dan pemasok mengenai perencanaan hingga realisasi kedatangan, maka ketika bahan baku tersebut sampai dan diterima oleh bagian gudang maka bagian gudang akan menghubungi pemasok untuk memberitahukan bahwa bahan baku yang dipesan telah diterima dan telah sesuai atau tidak pada job order, untuk segera ditindaklanjuti oleh pemasok jika terjadi kekeliruan pengiriman bahan baku.

(15)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Sumber : Bagian Pemasaran PT. Tarumatex, 2011

Gambar 4.3

Alur Pemesanan Bahan Baku

1.2.2 Biaya yang Timbul Karena Persediaan

Dalam memenuhi kebutuhan akan persediaan bahan baku guna berlangsungnya proses produksi, selalu terdapat biaya-biaya yang akan dikeluarkan.

Untuk menganalisa sistem persediaan yang diterapkan perusahaan, maka dibutuhkan data-data berupa biaya-biaya maupun kapasitas serta kebutuhan akan bahan baku itu sendiri sebagai bahan penelitian.

Permintaan Konsumen

Pemesanan Bahan Baku

Master Production Schedule Product Design Bill of Material Pemasok Gudang Pemasok Lead Time

(16)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Biaya total persediaan atau Total Inventory Cost (TIC) adalah semua pengeluaran yang timbul sebagai akibat persediaan. Berikut adalah biaya total persediaan yang dikeluarkan oleh PT. Tarumatex, diantaranya :

1. Biaya Pemesanan

a. Pembicaraan melalui telepon dalam satu kali pesan sekitar 15 menit.

Tarif telepon ke luar kota permenit = Rp. 1.600,- Tarif telepon lokal permenit = Rp. 4.00,- +

Rp. 2.000,- Rata-rata pembicaraan 15 menit × Rp. 2000,- = Rp. 30.000,- b. Biaya fax = Rp. 5.000,-

c. Biaya Akomodasi dan Kurir = Rp. 200.000,-

Besarnya biaya pemesanan untuk tiap kali pesan adalah sebesar Rp. 235.000,-

PT. Tarumatex melakukan pemesanan sebanyak 2 bulan sekali, sehingga dalam satu tahun PT. Tarumatex melakukan 6 kali pemesanan , yaitu sebesar Rp. 235.000,- × 6 = Rp. 1.410.000,- pertahun

2. Biaya Penyimpanan

Gudang tempat penyimpanan bahan baku dan barang jadi merupakan milik PT. Tarumatex. Oleh karena itu tidak terdapat biaya sewa, hanya biaya listrik sebagai penerangan setiap hari. Gudang yang digunakan ada beberapa unit namun saat ini hanya satu gudang yang digunakan untuk memperkecil biaya penyimpanan. Kapasitas gudang yang tersedia adalah

(17)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.000.000 bale, ini artinya bahwa gudang dapat menampung bahan baku yang disimpan sebanyak 3.000.000 bale untuk semua jenis bahan baku.

Terdapat 20 buah lampu merkuri. 1 lampu merkuri besarnya = 250 watt

Kapasitas listrik digudang = 1000 kwh

Harga listrik per kwh = Rp. 800,-

Pemakaian lampu = 12 jam/hari

Pemakaian listrik per-bulan untuk gudang :

= 20 lampu × 250 watt × 12 jam × 30 hari 1000 kwh

= 1800 kwh

Biaya listrik per bulan untuk gudang :

1800 kwh × Rp. 800 = Rp.1.440.000,-

Biaya listrik dalam setahun yaitu :

Rp. 1.440.000,- × 12 bulan = Rp. 17.280.000,-

Karena gudang yang selama ini digunakan adalah milik PT. Tarumatex, sehingga biaya simpan yang dikeluarkan hanya berasal dari biaya pemakaian listrik yaitu sebesar Rp. 17.280.000,- pertahun.

(18)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Untuk menentukan besarnya biaya simpan perunit bahan baku, dapat dihitumg dari biaya pemakaian listrik dalam gudang dibagi dengan kapasitas gudang, seperti berikut :

Biaya Simpan Unit = Biaya Pemakaian Listrik ÷ Kapasitas Gudang

= 17.280.000 ÷ 3.000.000

= Rp. 5,7 / bale

1.2.3 Pengumpulan Data Bahan Baku

Dalam memproduksi kain Polyester Rayon (PR) diperlukan bahan baku berupa benang P150 (benang lusi) dan benang Ry30 (benang pakan).

1. Benang P150 (benang lusi) merupakan benang tenun yang disusun sejajar (biasanya memanjang) dan tidak bergerak (terikat di kedua ujungnya), yang padanya benang pakan diselipkan. Sebelum menenun dilakukan panghanian. Benang lusi biasanya adalah berkas serat atau benang hasil pemintalan serat. Dalam membuat kain Polyester Rayon (PR) digunakan benang P150 sebagai benang lusi yang seratnya buatan atau serat sintetis. 2. Benag Ry30 (benang pakan) merupakan benang yang dimasukkan

melintang pada benang lusi ketika proses menenun kain. Benang pakan digerakkan oleh tangan atau mesin dan diselipkan di sela-sela benang-benang lusi. Benang pakan biasanya digulung lalu gulungan ini digerakkan di antara pakan yang dapat dinaik-turunkan. Dalam proses pembuatan kain Polyester Rayon digunakan benang Ry30 sebagai benang pakan yang seratnya telah dipintal sebelumnya.

(19)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar dibawah ini menggambarkan tentang struktur produk atau komposisi kain Polyester Rayon (PR) :

Gambar 4.4

Struktur Produk atau Komposisi Benang dalam Kain Polester Rayon

Sumber : Bagian Produksi PT. Tarumatex, 2011

Kain Polyester Rayon yang terdiri dari campuran benang P150 dan Ry30 biasanya digunakan untuk pakaian yang bersifat tidak mudah susut maupun melar. Kain Polyester Rayon juga tidak memerlukan penyetrikaan panas. Karena terbuat dari serat sintetik, namun kain polyester kurang mampu menyerap panas dan keringat saat dikenakan.

Berikut merupakan data permintaan kain Polyester Rayon (PR) selama tahun 2011.

Kain Polyester Rayon (PR) Per-bale Benang P150 (Benang Lusi) 30% Benang Ry30 (Benang Pakan) 70%

(20)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.1 Permintaan Kain Polyester Rayon (PR) Tahun 2011 Bulan Kain Polyester

Rayon (PR) Benang P150 (30%) Benang Ry30 (70%) Januari 268.700 80.610 188.090 Februari 188.500 56.550 131.950 Maret 207.200 62.160 145.040 April 256.900 77.070 179.830 Mei 307.500 92.250 215.250 Juni 229.000 68.700 160.300 Juli 239.900 71.970 167.930 Agustus 145.000 43.500 101.500 September 147.200 44.160 103.040 Oktober 168.500 50.550 117.950 November 151.600 45.480 106.120 Desember 162.700 48.810 113.890 Jumlah 2.472.700 741.810 1.730.890

Sumber : Data Penjualan PT. Tarumatex, 2011

Kemudian data waktu tunggu (lead time) bahan baku untuk kain Polyester Rayon (PR) selama satu tahun.

Tabel 4.2 Lead Time Bahan Baku Kain Polyester Rayon (PR)

Bahan Baku Lead Time (minggu)

Benang P150 1

Benang Ry30 1

Sumber : Data Pembelian PT.Tarumatex, 2011

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa waktu yang diperlukan untuk memperoleh bahan baku berupa benang P150 dan benang Ry30 dibutuhkan waktu 1 minggu.

Selanjutnya diketahui data persediaan akhir bahan baku untuk kain Polyester Rayon (PR) pada tahun 2010.

(21)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.3 Persediaan Akhir Bahan Baku Tahun 2010

Bahan Baku Persediaan Akhir (bale)

Benang P150 95.000

Benang Ry30 280.000

Sumber : Data Gudang Persediaan PT. Tarumatex, 2010

Setelah diketahui data primer dan data permintaan ril perusahaan tahun 2011, selanjutnya dapat dilakukan perhitungan perencanaan kebutuhan bahan baku menggunakan kebijakan perusahaan sebagai berikut :

(22)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.4

Perencanaan Kebutuhan Benang P150 Tahun 2011 Menggunakan Kebijakan PT. Tarumatex

Jenis KETERANGAN Desember 2010 Januari Februari Maret

1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 Benang P150 Lead Time: 1 Minggu Gross Requirement 80.610 56.550 62.160 Projected On Hand 95.000 14.390 117.840 55.680 Net Requirement

Planned Order Receipt 160.000 Planned Order Release 160.000 160.000

KETERANGAN April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5

Gross Requirement 77.070 92.250 68.700 71.970 Projected On Hand 138.610 46.360 137.660 65.690

Net Requirement

Planned Order Receipt 160.000 160.000

Planned Order Release 160.000 160.000

KETERANGAN Agustus September Oktober November

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

Gross Requirement 43.500 44.160 50.550 45.480 Projected On Hand 182.190 138.030 247.480 202.000

Net Requirement

Planned Order Receipt 160.000 160.000 Planned Order Release 160.000 160.000

KETERANGAN Desember 2011 Total (Des 2010 - Des 2011) 1 2 3 4 Gross Requirement 48.810 741.810 Projected On Hand 313.190 1.754.120 Net Requirement

Planned Order Receipt 160.000 960.000

(23)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.5

Perencanaan Kebutuhan Benang Ry30 Tahun 2011 Menggunakan Kebijakan PT. Tarumatex

Jenis KETERANGAN Desember 2010 Januari Februari Maret

1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 Benang P150 Lead Time: 1 Minggu Gross Requirement 188.090 131.950 145.040 Projected On Hand 280.000 91.910 309.960 164.920 Net Requirement

Planned Order Receipt 350.000 Planned Order Release 350.000 350.000

KETERANGAN April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5

Gross Requirement 179.830 215.250 160.300 167.930 Projected On Hand 335.090 119.840 309.540 141.610

Net Requirement

Planned Order Receipt 350.000 350.000

Planned Order Release 350.000 350.000

KETERANGAN Agustus September Oktober November

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

Gross Requirement 101.500 103.040 117.950 106.120 Projected On Hand 390.110 287.070 519.120 413.000

Net Requirement

Planned Order Receipt 350.000 350.000 Planned Order Release 350.000 350.000

KETERANGAN Desember 2011 Total (Des 2010 - Des 2011) 1 2 3 4 Gross Requirement 113.890 1.730.890 Projected On Hand 649.110 4.011.280 Net Requirement

Planned Order Receipt 350.000 960.000

(24)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pada akhir tahun 2010 masih terdapat persediaan benang P150 sebanyak 95.000 bale. Persediaan ini cukup untuk memenuhi kebutuhan kotor benang P150 pada bulan Januari sebesar 80.610 bale. Selanjutnya pada bulan Februari perusahaan melakukan pemesanan bahan baku benang P150 sebanyak 160.000 bale. Dalam melakukan pemesanan, perusahaan menggunakan teknik pemesanan jumlah tetap dan interval tetap untuk setiap bahan bakunya sesuai dengan kapasitas gudang bahan baku yang tersedia. Sehingga pada bulan Februari terdapat persediaan dalam gudang sebesar 117.840 bale yang didapat dari pesanan tetap perusahaan dikurangi kebutuhan kotor kemudian ditambah dengan persediaan akhir pada bulan Januari {(160.000 – 80.610) + 14.390)}.

Demikian untuk tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pada akhir tahun 2010 masih terdapat persediaan benang Ry30 sebanyak 280.000 bale. Persediaan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan kotor benang Ry30 pada bulan Januari sebesar 188.090 bale. Selanjutnya pada bulan Februari perusahaan melakukan pemesanan bahan baku benang Ry30 sebanyak 350.000 bale. Perusahaan melakukan pemesanan benang Ry30 setiap dua bulan sekali dengan jumlah dan interval yang tetap. Sehingga pada bulan Februari terdapat persediaan dalam gudang sebesar 309.960 bale yang didapat dari pesanan tetap perusahaan dikurangi kebutuhan kotor bulan Februari kemudian ditambah dengan persediaan akhir pada bulan Januari {(350.000 – 131.950) + 91.910)}. Begitupun untuk bulan-bulan selanjutnya.

(25)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dari kedua tabel tersebut dapat diketahui total biaya persediaan menggunakan kebijakan perusahaan sebagai berikut :

Tabel 4.6

Biaya Total Persediaan Menggunakan Kebijakan Perusahaan

Bahan Baku Biaya Persediaan Jumlah

Benang P150 Biaya Pesan (Banyaknya dilakukan pemesanan × Biaya pemesanan untuk tiap kali pesan) 6 × Rp 235.000 Rp 1.410.000 Rp 11.408.484 Biaya Simpan (Jumlah Persediaan Ditangan × Biaya simpan unit bahan baku) 1.754.120 x Rp. 5,7 Rp 9.998.484 Benang Ry30 Biaya Pesan (Banyaknya dilakukan pemesanan × Biaya pemesanan untuk tiap kali pesan) 6 × Rp 235.000 Rp 1.410.000 Rp 24.274.296 Biaya Simpan (Jumlah Persediaan Ditangan × Biaya simpan unit bahan baku)

4.011.280 × Rp. 5,7 Rp 22.864.296

Jumlah Rp 35.682.780

(26)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1.3 Analisis MRP dengan Teknik Lot For Lot, Fixed Order Quantity dan

Fixed Period Quantity

Salah satu cara yang dapat dijadikan pedoman dalam menyusun suatu perencanaan persediaan kebutuhan bahan baku yaitu dengan menerapkan sistem lot sizing atau pengukuran lot dalam Material Requirement Planning (MRP),

karena dengan menggunakan salah satu dari ketiga teknik dalam MRP ini yaitu : Lot For Lot (LFL), Fixed Order Quantity (FOQ), dan Fixed Period Quantity

(FPQ), maka biaya yang timbul akibat persediaan kebutuhan bahan baku dapat diminimalisir.

Masukan yang dibutuhkan dalam MRP adalah Jadwal Induk Produksi atau Master Production Schedule (MPS) dan Data Struktur Produk atau Bill of

Material (BOM).

1.3.1 Peramalan Tingkat Permintaan dengan Metode Exponential

Smoothing

Untuk memulai pengolahan data dengan menggunakan teknik-teknik yang ada dalam MRP, sebelumnya harus diketahui MPS (Master Production Schedule) atau jadwal induk produksinya sebagai masukan (input) awal dalam melakukan perhitungan perencanaan kebutuhan bahan baku dengan teknik yang ada dalam MRP. Untuk mengetahui MPS atau jadwal induk produksi tahun 2011, dilakukan peramalan (forecasting) permintaan kain Polyester Rayon tahun 2011. Peramalan

(27)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dilakukan dengan metode Exponential Smoothing dengan

α

= 0,1 karena memiliki nilai simpangan baku yang paling kecil.

Tabel 4.7

Peramalan Tingkat Permintaan Kain Polyester Rayon (PR) Tahun 2011 (dalam bale)

Periode Permintaan Peramalan (

α

= 0,1)

Desember (2010) 314.300 - Januari 268.700 314.300 Februari 188.500 309.740 Maret 207.200 297.616 April 256.900 288.574 Mei 307.500 285.407 Juni 229.000 287.616 July 239.900 281.754 Agustus 145.000 277.569 September 147.200 264.312 Oktober 168.500 252.601 November 151.600 244.191 Desember 162.700 234.932 Jumlah 2.472.700 3.338.612

Sumber : Data Hasil Penelitian Diolah, 2011

Dari tabel 4.7 dapat dilihat jumlah peramalan permintaan kain Polyester Rayon (PR) untuk tahun 2011 adalah sebesar 3.338.612 bale.

Maka selanjutnya dapat dihitung peramalan kebutuhan bahan baku kain Polyester Rayon (PR) untuk tahun 2011 sebagai berikut :

(28)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.8

Peramalan Kebutuhan Bahan Baku Kain Polyester Rayon (PR) Tahun 2011 (dalam bale)

Bulan Peramalan Tingkat Permintaan Kain Polyester Rayon

Peramalan Kebutuhan P150 (30%) Ry30 (70%) Jan 314.300 94.290 220.010 Feb 309.740 92.922 216.818 Mar 297.616 89.285 208.331 Apr 288.574 86.572 202.002 Mei 285.407 85.622 199.785 Jun 287.616 86.285 201.331 Jul 281.754 84.526 197.228 Aug 277.569 83.271 194.298 Sept 264.312 79.294 185.018 Okt 252.601 75.780 176.821 Nov 244.191 73.257 170.934 Des 234.932 70.480 164.452 Jumlah 3.338.612 1.001.584 2.337.028

Sumber: Data Hasil Penelitian Diolah, 2012

1.3.2 Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule)

MPS adalah rencana produksi jangka pendek perusahaan dalam menghasilkan produk jadi atau produk akhir. Jadwal induk produksi ini

(29)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

merupakan penjabaran dari perencanaan aggregate yang merupakan perencanaan jangka menengah untuk menghasilkan sekelompok atau family produk tertentu, menjadi perencanaan produk-produk individual dan dalam periode waktu yang lebih pendek, yaitu per-bulan. Berikut adalah Master Production Schedule untuk tahun 2011 yang diperoleh dari hasil peramalan tingkat permintaan.

Tabel 4.9

Master Production Schedule (MPS) Kebutuhan Kain Tahun 2011 (dalam bale)

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Gross Requirement 314. 300 309. 740 297. 616 288. 574 285. 407 287. 616 281. 754 277. 569 264. 312 252. 601 244. 191 234. 932 Sumber : Hasil Penelitian Diolah, 2012

1.3.3 File Daftar Bahan Baku / Struktur Produk (Bill of Material)

File daftar bahan baku (Bill of Material file) atau disebut sebagai file struktur produk adalah daftar keseluruhan produk akhir, jumlah dari setiap bahan baku dalam setiap produk dan struktur (assembling, subassembling, suku cadang dan bahan baku serta pola hubungannya) dari suatu produk. Pada penelitian kali ini penulis hanya meneliti satu produk yaitu Kain Polyester Rayon (PR), stuktur produknya adalah :

Gambar 4.5

Kain Polyester Rayon (PR) Per-bale Benang P150 (Benang Lusi) 30% Benang Ry30 (Benang Pakan) 70%

(30)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

File Daftar Bahan Baku / Struktur Produk Kain Polyester Rayon (PR)

Sumber : Data dari Bagian Produksi PT. Tarumatex, 2011

Dari struktur produk diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam membuat kain Polyester Rayon (PR) dengan satuan meter dibutuhkan sekitar 30% benang P150 sebagai benang lusi dan 70% benang Ry30 sebagai benang pakannya.

1.3.4 Teknik Lot For Lot (LFL)

Teknik pendekatan dengan menggunakan konsep atas dasar pesanan diskrit dengan pertimbangan minimalisasi dari ongkos simpan, jumlah yang dipesan sama dengan jumlah yang dibutuhkan. Teknik ini selalu melakukan perhitungan kembali (bersifat dinamis) terutama apabila terjadi perubahan pada kebutuhan bersih. Teknik Lot For Lot pun sangat cocok untuk permintaan dan kebutuhan yang bersifat fluktuatif.

Berikut merupakan perhitungan perencanan kebutuhan bahan baku Kain Polyester Rayon (PR) dengan menggunakan teknik Lot For Lot (LFL) :

(31)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.10

Perencanaan Kebutuhan Benang P150 Tahun 2011 Menggunakan Teknik Lot For Lot (LFL)

Jenis KETERANGAN Januari Februari Maret

1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 Benang P150 Lead Time: 1 Minggu Gross Requirement 94.290 92.922 89.285 Projected On Hand 95.000 710 0 0 Net Requirement 94.290 92.212 89.285 Planned Order Receipt 92.212 89.285 Planned Order Release 92.212 89.285 86.572

KETERANGAN April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5

Gross Requirement 86.572 85.622 86.285 84.526

Projected On Hand 0 0 0 0

Net Requirement 86.572 85.622 86.285 84.526 Planned Order Receipt 86.572 85.622 86.285 84.526 Planned Order Release 85.622 86.285 84.526 83.271

KETERANGAN Agustus September Oktober November

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

Gross Requirement 83.271 79.294 75.780 73.257

Projected On Hand 0 0 0 0

Net Requirement 83.271 79.294 75.780 73.257 Planned Order Receipt 83.271 79.294 75.780 73.257 Planned Order Release 79.294 75.780 73.257 70.480

KETERANGAN Desember Total (Jan-Des) 1 2 3 4 Gross Requirement 70.480 1.001.584 Projected On Hand 0 95.710 Net Requirement 70.480 1.000.874

Planned Order Receipt 70.480 906.584

(32)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.11

Perencanaan Kebutuhan Benang Ry30 Tahun 2011 Menggunakan Teknik Lot For Lot (LFL)

Jenis KETERANGAN Januari Februari Maret

1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 Benang Ry30 Lead Time: 1 Minggu Gross Requirement 220.010 216.818 208.331 Projected On Hand 280.000 59.990 0 0 Net Requirement 220.010 156.828 208.331 Planned Order Receipt 156.828 208.331 Planned Order Release 156.828 208.331 202.002

KETERANGAN April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5

Gross Requirement 202.002 199.785 201.331 197.228

Projected On Hand 0 0 0 0

Net Requirement 202.002 199.785 201.331 197.228 Planned Order Receipt 202.002 199.785 201.331 197.228 Planned Order Release 199.785 201.331 197.228 194.298

KETERANGAN Agustus September Oktober November

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

Gross Requirement 194.298 185.018 176.821 170.934

Projected On Hand 0 0 0 0

Net Requirement 194.298 185.018 176.821 170.934 Planned Order Receipt 194.298 185.018 176.821 170.934 Planned Order Release 185.018 176.821 170.934 164.452

KETERANGAN Desember Total (Jan-Des) 1 2 3 4 Gross Requirement 164.452 2.337.028 Projected On Hand 0 339.990 Net Requirement 164.452 2.277.038

Planned Order Receipt 164.452 2.057.028

(33)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa pada akhir tahun 2010 masih terdapat persediaan benang P150 sebanyak 95.000 bale. Persediaan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan kotor benang P150 pada bulan Januari sebesar 94.290bale.

Selanjutnya kebutuhan bersih pada bulan Februari sebesar 92.922 bale, sementara masih terdapat persediaan benang pada akhir bulan Januari sebanyak 710 bale, maka untuk bulan Februari perusahaan harus melakukan pemesanan sebanyak 92.212 bale (92.922 bale – 710 bale). Untuk memenuhi kebutuhan bersih pada bulan-bulan berikutnya, maka perusahaan harus melakukan pemesanan benang P150 yang diharapkan dapat diterima perusahaan pada hari yang sama dan dengan jumlah yang sama dengan kebutuhan kotor. Oleh karena itu perusahaan harus melakukan pemesanan seminggu sebelumnya karena waktu yang dibutuhkan untuk benang P150 agar dapat tiba di perusahaan tepat pada waktunya adalah selama satu minggu.

Selanjutnya pada tabel 4.11 dapat dilihat bahwa persediaan benang Ry30 yang ada digudang yaitu 280.000 bale. Jumlah tersebut mampu mencukupi kebutuhan pada bulan Januari sebesar 220.010bale. Karena pemakaian persediaan pada bulan Januari, jumlah persediaan menjadi 59.990 bale. Untuk mencukupi kebutuhan kotor pada bulan Februari sebesar 216.818bale perusahaan melakukan pesanan sebanyak 156.828 bale. Lead time pemesanan benang Ry30 adalah satu minggu, sehingga pemesanan harus mulai dilakukan satu minggu sebelumnya. Karena teknik Lot For Lot, maka jumlah bahan baku yang dipesan jumlahnya sama dengan jumlah bersih kebutuhan bahan baku tersebut.

(34)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dari kedua tabel tersebut dapat diketahui biaya persediaan menggunakan teknik Lot For Lot (LFL) sebagai berikut :

Tabel 4.12

Biaya Total Persediaan Menggunakan Teknik Lot For Lot (LFL)

Bahan Baku Biaya Persediaan Jumlah

Benang P150 Biaya Pesan (Banyaknya dilakukan pemesanan × Biaya pemesanan untuk tiap kali pesan) 11 × Rp 235.000 Rp 2.585.000 Rp 3.130.547 Biaya Simpan (Jumlah Persediaan Ditangan × Biaya simpan unit bahan baku) 95.710 × Rp 5,7 Rp 545.547 Benang Ry30 Biaya Pesan (Banyaknya dilakukan pemesanan × Biaya pemesanan untuk tiap kali pesan) 11 × Rp 235.000 Rp 2.585.000 Rp 4.522.943 Biaya Simpan (Jumlah Persediaan Ditangan × Biaya simpan unit bahan baku)

339.990× Rp 5,7 Rp 1.937.943

Jumlah Rp 7.653.490

(35)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1.3.5 Teknik Fixed Order Quantity

Untuk menentukan jumlah pesanan tetap yang akan dipesan, maka dihitung berdasarkan rata-rata permintaan tiap bulan dalam satu tahun yang diambil dari jumlah peramalan kain Polyester Rayon tahun 2011.

Rata-rata permintaan kain Polyester Rayon (PR) per bulan = 3.338.612

12 = 278.218

bale

Tabel 4.13

Rata-rata Kebutuhan Bahan Baku Per Bulan

Bahan Baku Rata-rata kebutuhan Per bulan (bale)

Benang P150 (30%) 30% × 278.218 = 83.465 Benang Ry30 (70%) 70% × 278.218 = 194.753

Rata-rata kebutuhan bahan baku per bulan pada tabel diatas akan dijadikan jumlah tetap dalam tiap kali pemesanan bahan baku oleh perusahaan. Maka selanjutnya dapat dibuat perhitungan perencanaan kebutuhan bahan baku sebagai berikut :

(36)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.14

Perencanaan Kebutuhan Benang P150 Tahun 2011 Menggunakan Teknik Fixed Order Quantity (FOQ)

Jenis KETERANGAN Januari Februari Maret

1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 Benang P150 Lead Time: 1 Minggu Gross Requirement 94.290 92.922 89.285 Projected On Hand 95.000 84.175 74.718 68.898 Net Requirement 94.290 8.747 14.567 Planned Order Receipt 83.465 83.465 83.465 Planned Order Release 83.465 83.465 83.465 83.465

KETERANGAN April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5

Gross Requirement 86.572 85.622 86.285 84.526 Projected On Hand 65.791 63.634 60.814 59.753 Net Requirement 17.674 19.831 22.651 23.712 Planned Order Receipt 83.465 83.465 83.465 83.465 Planned Order Release 83.465 83.465 83.465 83.465

KETERANGAN Agustus September Oktober November

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

Gross Requirement 83.271 79.294 75.780 73.257 Projected On Hand 59.947 64.118 71.803 82.001 Net Requirement 23.518 19.347 11.662 1.454 Planned Order Receipt 83.465 83.465 83.465 83.465 Planned Order Release 83.465 83.465 83.465 83.465

KETERANGAN Desember Total (Jan-Des) 1 2 3 4 Gross Requirement 70.480 1.001.584 Projected On Hand 94.986 850.638 Net Requirement 70.480 327.933

Planned Order Receipt 83.465 1.001.580

(37)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.15

Perencanaan Kebutuhan Benang Ry30 Tahun 2011 Menggunakan Teknik Fixed Order Quantity (FOQ)

(38)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Jenis KETERANGAN Januari Februari Maret

1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 Benang Ry30 Lead Time: 1 Minggu Gross Requirement 220.010 216.818 208.331 Projected On Hand 280.000 59.990 37.925 24.347 Net Requirement 220.010 156.828 170.406 Planned Order Receipt 194.753 194.753 Planned Order Release 194.753 194.753 194.753

KETERANGAN April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5

Gross Requirement 202.002 199.785 201.331 197.228 Projected On Hand 17.098 12.066 5.488 3.013 Net Requirement 177.655 182.687 189.265 191.740 Planned Order Receipt 194.753 194.753 194.753 194.753 Planned Order Release 194.753 194.753 194.753 194.753

KETERANGAN Agustus September Oktober November

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

Gross Requirement 194.298 185.018 176.821 170.934 Projected On Hand 3.468 13.203 31.135 54.954 Net Requirement 191.285 181.550 163.618 139.799 Planned Order Receipt 194.753 194.753 194.753 194.753 Planned Order Release 194.753 194.753 194.753 194.753

KETERANGAN Desember Total (Jan-Des) 1 2 3 4 Gross Requirement 164.452 2.337.028 Projected On Hand 85.255 347.942 Net Requirement 109.498 2.074.341

Planned Order Receipt 194.753 2.142.283

(39)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pada tabel 4.14 dapat dilihat bahwa perencanaan bahan baku kebutuhan benang P150 dengan menggunakan metode Fixed Order Quantity (FOQ) bahwa jumlah tiap kali pemesanan adalah sama besarnya yaitu 83.465 bale berdasarkan rata-rata kebutuhan bahan baku benang P150 perbulannya. Pada bulan Januari dilakukan pemesana agar dapat memenuhi kebutuhan pada bulan Februari. Jumlah pemesanan ini besarnya akan tetap untuk tiap kali pemesanan pada bulan-bulan selanjutnya dan harus dilakukakn satu minggu sebelum dibutuhkan karena waktu pemesanan benang P150 hingga dapat tiba di perusahaan lamanya adalah satu minggu (lead time = 1 minggu).

Sama halnya seperti tabel 4.14, pada tabel 4.15 perusahaan melakukan pemesanan kebutuhan bahan baku benang Ry30 pada bulan Februari untuk memenuhi kebutuhan pada bulan Maret yaitu sebesar 194.753 bale yang juga diperoleh berdasarkan rata-rata kebutuhan bahan baku benang Ry30 perbulannya. Untuk memenuhi kebutuhan bersih pada bulan-bulan selanjutnya, jumlah pesanan akan selalu tetap besarnya walaupun jumlahnya berbeda dengan kebutuhan bersih yang diperlukan. Sama seperti benang P150, lead time benang Ry30 adalah satu minggu juga, maka pemesanan harus dilakukan satu minggu sebelum benang Ry30 tersebut dibutuhkan.

Dari kedua tabel tersebut dapat diketahui biaya persediaan menggunakan teknik Fixed Order Quantity (FOQ) adalah sebagai berikut :

(40)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.16

Biaya Total Persediaan Menggunakan Teknik Fixed Order Quantity (FOQ)

Bahan Baku Biaya Persediaan Jumlah

Benang P150 Biaya Pesan (Banyaknya dilakukan pemesanan × Biaya pemesanan untuk tiap kali pesan) 12 × Rp 235.000 Rp 2.820.000 Rp 7.668.637 Biaya Simpan (Jumlah Persediaan Ditangan × Biaya simpan unit bahan baku) 850.638× Rp 5,7 Rp 4.848.637 Benang Ry30 Biaya Pesan (Banyaknya dilakukan pemesanan × Biaya pemesanan untuk tiap kali pesan) 11 × Rp 235.000 Rp 2.585.000 Rp 4.568.269 Biaya Simpan (Jumlah Persediaan Ditangan × Biaya simpan unit bahan baku)

347.942 × Rp 5,7 Rp 1.983.269

Jumlah Rp 12.236.906

(41)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1.3.6 Teknik Fixed Period Quantity (FOQ)

Teknik ini menggunakan konsep pemesanan dengan interval tetap. Untuk benang P150 dan benang Ry30 akan digunakan asumsi periode tetap masing-masing selama tiga bulan. Hal ini atas pertimbangan ketahanan bahan baku untuk menghindari penumpukan bahan baku dan kerusakan bahan baku. Jumlah yang dipesan merupakan penjumlahan kebutuhan pada periode yang tercakup. Contoh perhitungannya adalah sebagai berikut :

Untuk benang P150 :

Pemesanan bulan ke-2 = Kebutuhan Kotor Bulan Ke-2 + Kebutuhan Kotor Bulan Ke-3

+ Kebutuhan Kotor Bulan Ke-4

268.779 = 92.922 + 89.285 + 86.572

(42)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.17

Perencanaan Kebutuhan Benang P150 Tahun 2011 Menggunakan Teknik Fixed Period Quantity (FPQ)

Jenis KETERANGAN Januari Februari Maret

1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 Benang P150 Lead Time: 1 Minggu Gross Requirement 94.290 92.922 89.285 Projected On Hand 95.000 710 176.567 87.282 Net Requirement 94.290 92.212 89.285

Planned Order Receipt 268.779

Planned Order Release 268.779

KETERANGAN April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5

Gross Requirement 86.572 85.622 86.285 84.526 Projected On Hand 710 171.521 85.236 710 Net Requirement 86.572 84.912 86.285 84.526

Planned Order Receipt 256.433

Planned Order Release 256.433 238.345

KETERANGAN Agustus September Oktober November

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

Gross Requirement 83.271 79.294 75.780 73.257 Projected On Hand 155.784 76.490 710 71.190 Net Requirement 82.561 79.294 75.780 72.547 Planned Order Receipt 238.345 143.737

Planned Order Release 143.737

KETERANGAN Desember Total (Jan-Des) 1 2 3 4 Gross Requirement 70.480 1.001.584 Projected On Hand 710 827.620 Net Requirement 70.480 998.774

Planned Order Receipt 907.294

(43)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.18

Perencanaan Kebutuhan Benang Ry30 Tahun 2011 Menggunakan Teknik Fixed Period Quantity (FPQ)

(44)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Jenis KETERANGAN Januari Februari Maret

1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 Benang Ry30 Lead Time: 1 Minggu Gross Requirement 220.010 216.818 208.331 Projected On Hand 280.000 59.990 470.323 261.992 Net Requirement 220.010 156.828 208.331

Planned Order Receipt 627.151

Planned Order Release 627.151

KETERANGAN April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5

Gross Requirement 202.002 199.785 201.331 197.228 Projected On Hand 59.990 458.549 257.218 59.990 Net Requirement 202.002 139.795 201.331 197.228

Planned Order Receipt 598.344

Planned Order Release 598.344 556.137

KETERANGAN Agustus September Oktober November

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

Gross Requirement 194.298 185.018 176.821 170.934 Projected On Hand 421.829 236.811 59.990 224.442 Net Requirement 134.308 185.018 176.821 110.944 Planned Order Receipt 556.137 335.386

Planned Order Release 335.386

KETERANGAN Desember Total (Jan-Des) 1 2 3 4 Gross Requirement 164.452 2.337.028 Projected On Hand 59.990 2.631.114 Net Requirement 164.452 2.097.068

Planned Order Receipt 2.117.018

(45)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pada tabel 4.17 menunjukkan perencanaan kebutuhan benang P150 untuk tahun 2011 menggunakan teknik Fixed Period Quantity. Pada awal tahun masih terdapat persediaan 95.000 bale yang dapat mencukupi kebutuhan bulan Januari sebesar 94.290bale. Pada bulan Februari dilakukan pemesanan untuk memenuhi kebutuhan bulan Maret hingga bulan April. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa interval tetap pada tiap pemesanan yaitu pemesanan dilakukan setiap tiga bulan sekali. Pada bulan Februari dilakukan pemesanan benang P150 sebesar 268.779 bale (92.922 + 89.285 + 86.572). Jumlah tersebut untuk memenuhi kebutuhan hingga pada bulan April.

Pada tabel 4.18 dapat dilihat juga perencanaan kebutuhan benang Ry30 untuk tahun 2011 dengan menggunakan teknik Fixed Period Quantity, persediaan diawal tahun sebesar 280.000 bale mampu mencukupi kebutuhan pada bulan Januari sebesar 220.010 bale, lalu dilakukan pemesanan pada bulan Februari untuk memenuhi kebutuhan pada bulan Maret hingga bulan April. Sama seperti pada tabel 4.17 dilakukan pemesanan dengan interval tetap yaitu dilakukan setiap tiga bulan sekali. Seperti pada bulan Februari dilakukan pemesanan benang Ry30 sebesar 627.151bale (216.818 + 208.331 + 202.002). Jumlah tersebut juga untuk memenuhi kebutuhan hingga pada bulan April. Dan seterusnya dilakukan pemesanan dengan interval tetap, yaitu setiap tiga bulan namun pemesanan dihentikan pada bulan Desember untuk menutup jumlah kebutuhan kotor selama satu tahun.

Biaya persediaan menggunakan teknik Fixed Period Quantity adalah sebagai berikut :

(46)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.19

Biaya Total Persediaan Menggunakan Teknik Fixed Period Quantity (FPQ)

Bahan Baku Biaya Persediaan Jumlah

Benang P150 Biaya Pesan (Banyaknya dilakukan pemesanan × Biaya pemesanan untuk tiap kali pesan) 4 × Rp 235.000 Rp 940.000 Rp 5.657.434 Biaya Simpan (Jumlah Persediaan Ditangan × Biaya simpan unit bahan baku per-hari) 827.620× Rp 5,7 Rp 4.717.434 Benang Ry30 Biaya Pesan (Banyaknya dilakukan pemesanan × Biaya pemesanan untuk tiap kali pesan) 4 × Rp 235.000 Rp 940.000 Rp 15.937.350 Biaya Simpan (Jumlah Persediaan Ditangan × Biaya simpan unit bahan baku per-hari)

2.631.114× Rp 5,7 Rp 14.997.350

Jumlah Rp 21.594.784

Sumber : Data Hasil Penelitian Diolah, 2012

1.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah didapat hasil perhitungan biaya persediaan dengan metode MRP, selanjutnya akan dibandingkan biaya total persediaan dari ketiga teknik perencanaan kebutuhan bahan baku yang telah diteliti. Berikut adalah hasilnya :

(47)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.20

Perbandingan Biaya Total Persediaan Bahan Baku Menggunakan Teknik Lot For Lot, Fixed Order Quantity dan Fixed Period Quantity

Teknik Lot Sizing Biaya Persediaan Bahan Baku Total Benang P150 Benang Ry30

Lot For Lot

Biaya Pesan Rp 2.585.000 Rp 2.585.000 Rp 7.653.490 Biaya Simpan Rp 545.547 Rp 1.937.943 Jumlah Rp 3.130.547 Rp 4.522.943 Fixed Order Quantity Biaya Pesan Rp 2.820.000 Rp 2.585.000 Rp 12.236.906 Biaya Simpan Rp 4.848.637 Rp 1.983.269 Jumlah Rp 7.668.637 Rp 4.568.269 Fixed Period Quantity Biaya Pesan Rp 940.000 Rp 940.000 Rp 21.594.784 Biaya Simpan Rp 4.717.434 Rp 14.997.350 Jumlah Rp 5.657.434 Rp 15.937.350 Sumber : Tabel 4.12, Tabel 4.16, Tabel 4.19

Dari tabel perbandingan diatas, diketahui jumlah total biaya persediaan menggunakan teknik Lot For Lot (LFL) adalah Rp 7.653.490,- lalu menggunakan teknik Fixed Order Quantity (FOQ) yaitu Rp 12.236.906,- dan menggunakan teknik Fixed Period Quantity (FPQ) yaitu Rp 21.594.784,-. Dari jumlah tersebut dapat diketahui teknik Lot For Lot (LFL) memiliki total biaya persediaan yang paling rendah diantara ketiga teknik lainnya. Untuk setiap bahan baku, teknik Lot For Lot (LFL) juga menghasilkan biaya persediaan yang paling rendah untuk

(48)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Lot For Lot (LFL) merupakan ternik yang paling efektif dan efisien untuk

digunakan perusahaan dalam merencanakan kebutuhan bahan bakunya.

Selanjutnya hasil perhitungan biaya total persediaan dengan teknik Lot For Lot (LFL) akan dibandingkan pula dengan hasil perhitungan biaya persediaan

menggunakan kebijakan perusahaan.

Tabel 4.21

Perbandingan Biaya Total Persediaan Bahan Baku

Menggunakan Teknik Lot For Lot (LFL) dan Kebijakan Perusahaan Teknik Lot Sizing Biaya Persediaan Bahan Baku Total

Benang P150 Benang Ry30

Lot For Lot

(LFL) Biaya Pesan Rp 2.585.000 Rp 2.585.000 Rp 7.653.490 Biaya Simpan Rp 545.547 Rp 1.937.943 Jumlah Rp 3.130.547 Rp 4.522.943 Kebijakan Perusahaan Biaya Pesan Rp 1.410.000 Rp 1.410.000 Rp 35.682.780 Biaya Simpan Rp 9.998.484 Rp 22.864.296 Jumlah Rp 11.408.484 Rp 24.274.296 Sumber : Tabel 4.12 dan Tabel 4.6

Dari tabel diatas dapat diketahui total biaya persediaan menggunakan teknik Lot For Lot (LFL) adalah sebesar Rp 7.653.490,- dan menggunakan kebijakan

perusahaan yang selama ini diterapkan adalah sebesar Rp 35.682.780,-. Dari perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa teknik yang sangat efektif guna mencapai efisiensi biaya total persediaan bahan baku dalam merencanakan kebutuhan benang P150 dan Ry30 untuk kain Polyester Rayon (PR) adalah teknik Lot For Lot (LFL).

(49)

Verra Nurmalasari, 2012

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan analisis diatas, terbukti hasil dari perhitungan diatas sesuai dengan pengertian MRP yang dikemukakan oleh Vincent Gaspers (2004:177) bahwa perencanaan kebutuhan material atau bahan baku (Material Requirement Planning) adalah metode penjadwalan untuk perencanaan pembelian pesanan

(purchased planned orders) dan perencanaan pesanan manufaktur (manufactured planned orders), sehingga mampu meningkatan efisiensi biaya persediaan

maupun efektivitas proses produksi karena jumlah persediaan, waktu produksi, dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik sesuai dengan jadwal induk produksi. Eddy Herjanto (2008)

Gambar

Gambar dibawah ini menggambarkan tentang struktur produk atau komposisi  kain Polyester Rayon (PR) :
Tabel 4.1 Permintaan Kain Polyester Rayon (PR) Tahun 2011  Bulan  Kain Polyester
Tabel 4.3 Persediaan Akhir Bahan Baku Tahun 2010  Bahan Baku  Persediaan Akhir (bale)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian untuk pengujian hipotesis dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut. 1) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara efikasi diri

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Tanggung Jawab Hukum Para Pihak Dalam Tahap Prakontratual Pada

Hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat ini yaitu team Pengabdian Kepada Masyarakat mewujudkan melaksanakan workshop pelatihan dengan beberapa contoh kasus

Dalam kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, support, dan bimbingannya sehingga penulis

(1) Bidang Keluarga Sejahtera mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan dibidang pemberdayaan ekonomi keluarga,

Hasil yang relatif sama juga dikemukakan oleh Murtiningrum & Silamba (2010), bahwa semakin meningkat konsentrasi tepung beras ketan, maka warna dodol buah merah

Transpor sedimen yang bergerak menuju barat mengangkut sedimen pantai dari wilayah yang dilaluinya dan akan terendapkan ketika energi pengangkutnya berkurang sehingga

Sedangkan wilayah dengan kasus DBD terendah pada tahun 2016 -2019 Kecamatan Tugu dan Semarang Tengah yang memiliki keting- gian wilayah dengan kategori rendah, Mijen