• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SELF DIABETES MANAGEMENT EDUCATION (SDME) TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP, KADAR GULA DARAH PREDIABETES DI PUSKESMAS PESANTREN I KOTA KEDIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH SELF DIABETES MANAGEMENT EDUCATION (SDME) TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP, KADAR GULA DARAH PREDIABETES DI PUSKESMAS PESANTREN I KOTA KEDIRI"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

PREDIABETES DI PUSKESMAS PESANTREN I KOTA KEDIRI

TESIS

Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

ERVA ELLI KRISTANTI 20141050023

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCA SARJANA

(2)
(3)

ii

PREDIABETES DI PUSKESMAS PESANTREN I KOTA KEDIRI

TESIS

Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

ERVA ELLI KRISTANTI 20141050023

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCA SARJANA

(4)

iii Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Erva Elli Kristanti

NIM :20141050023

Program studi : Magister Keperawatan

Judul Penelitian :Pengaruh Self Diabetes Management Education (SDME) Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Kadar Gula Prediabetes di Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri

Menyatakan bahwa tesis ini bukanlah hasil jiplakandari karya lain melainkan karya sendiri. Naskah tesis tidak terdapat karya-karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain kecuali secara jelas tertulis dikutip dan dicantumkan nama pengarang serta dicantumkan dalam daftar pustaka. Jika terbukti terdapat unsur plagiasimaka peneliti bersedia menerima sanksi yang sesuai serta di proses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, Agustus 2016

(5)

iv

Dengan hati penuh ucapan syukur atas Kasih Karunia dan Anugerah Tuhan, dan dengan segala kerendahan hati Tesis ini saya persembahkan kepada:

Orangtuaku (Titik Kuswati, Sukamto) dan Ibu Katinah, Suamiku tercinta Yoyok febrijanto serta Ananda Alfarel Suluh F dan

Valentino Adiluhung F, Adikku Maria Florentia Ardaniswari serta Almamater

(6)

v

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan Anugerah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “ Pengaruh Self Diabetes Management Education(SDME) terhadap Pengetahuan, Sikap dan Kadar Gula Darah pada Prediabetes di Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini mendapat arahan dan masukan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Ibu Fitri Arofiati, S.Kep., Ns., MAN., Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister Keperawatan Universitas Muhammadyah Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan serta fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister Keperawatan.

2. Ibu Dr. Titih Huriah, S.Kep., Ns., M.Kep.,Sp.Kom selaku Sekretaris Program Studi Magister Keperawatan Universitas Muhammadyah Yogyakarta dan pembimbing I yang telah membimbing dengan sabar, setia dan penuh perhatian sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. 3. Ibu Azizah Khoiriyati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing II yang telah

membimbing dengan sabar, setia dan penuh perhatian sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Ibu Dr. dr. Arlina Dewi, M.Kes. AAK selaku penguji yang telah memberikan arahan dan masukan demi perbaikan tesis ini.

6. dr. Gretta Hapsari Selaku Kepala Puskesmas Pesantren I Kota Kediri yang telah memberikan kesempatan dan ijin untuk melakukan penelitian

(7)

vi

7. Suami yang terkasih Yoyok Febrijanto serta ananda Alfarel Suluh F dan Valentino Adiluhung F yang setia menemani, mendukung dan memberi semangat dalam menyelesaikan laporan tesis

8. Semua teman-teman Program Magister Keperawatan Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadyah Yogyakarta terkhusus angkatan V yang selalu mendukung, memberi semangat dalam menyelesaikan laporan tesis ini.

Semoga Tuhan senantiasa membalas kebaikan serta senantiasa melimpahkan kasih karuniaNya kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu hingga terselesaikannya tesis ini. Penulis menyadari sepenuhnya selama penyusunan masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis terbuka untuk menerima kritis, saran serta masukan demi perbaikan dimasa mendatang.

Yogyakarta, Agustus 2016

(8)

vii

KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Muhammadyah Yogyakarta saya bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Erva Elli Kristanti

Nim : 20141050023

Program Studi : Magister Keperawatan Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadyah Yogyakarta

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Muhammadyah Yogyakarta Hak Bebas Royalti Nonekslusif atas karya ilmiah saya. Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Muhammadyah Yogyakarta berhak menyimpan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.

Yogyakarta, Agustus 2016 Yang menyatakan

(9)

viii

Halaman Judul i

Halaman Pengesahan ii

Pernyataan Originalitas iii

Halaman Persembahan iv

HalamanPersetujuanPublikasiAkademis v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi viii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar xi

Daftar Lampiran xii

Abstrak xiii

Abstract xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 6

D. Manfaat Penelitian 6

E. Penelitian Terkait 8

BAB II KONSEP TEORI 11

A. Landasan Teori 11

B. Kerangka Teori 36

C. Kerangka Konsep 37

D. Hipotesis 38

BAB III METODE PENELITIAN 39

A. Desain Penelitian 39

B. Populasi dan Sampel Penelitian 41

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 43

D. Variabel Penelitian 44

E. Definisi Operasional 45

F. Instrumen Penelitian 49

G. Uji Validitas dan Reliabilitas 54

H. Cara Pengumpulan Data 55

I. Pengolahan dan Metode Analisa Data 50

J. Etika Penelitian 62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 64

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 97

A. SIMPULAN 97

B. SARAN 97

DAFTAR PUSTAKA 100

(10)

ix

Halaman

Tabel 1 Penelitian Terkait 8

Tabel 2 Definisi Operasional 45

Tabel 3 Pembagian Materi Kuesioner Pengetahuan 51 Tabel 4 Karakteristik Prediabetes Berdasarkan Usia, Lingkar

Lengan AtasdanLingkar Pinggang

65

Tabel 5 Rangkuman uji normalitas gula darah responden 65 Tabel 6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (Aktivitas

Lebih Dari Satu Kali Seminggu, Pendidikan, Pekerjaan, Jenis Kelamin, Riwayat Orangtua Dengan Diabetes Melitus, Riwayat Diabetes Dalam Kehamilan, Tekanan Darahdan IMT

66

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Sebelum Edukasi SDME Pada Kelompok IntervensidanKelompokKontrol

67

Tabel 8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Sesudah Edukasi SDME Pada Kelompok IntervensidanKelompokKontrol

68

Tabel 9 Distribusi Frekuensi Sikap Sebelum Dan Sesudah Edukasi SDME Pada Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol

68

Tabel 10

Gula Darah Responden Sebelum Dan Sesudah Edukasi SDME Pada Kelompok Intervensi

69

Tabel 11

Gula Darah Sebelum Dan Sesudah Edukasi SDME Pada Kelompok Kontrol

69

Tabel 12

Hasil Uji Beda Gula Darah Sebelum Dan Seduah Edukasi SDME Pada Kelompok Intervensi Dan

(11)

x

Halaman Tabel 13 Pengaruh SDME Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan

Kadar Gula Arah Prediabetes

70

Tabel 14 Hasil Uji Regresi Linear Variabel SDME Dan Demografi (LingkarLenganAtas, LingkarPinggang, dan IMT) Terhadap Kadar GulaDarah

(12)

xi

Halaman Gambar 1 Classification Tree For Detecting Pre Diabetes

(PDM) Or Undiagnosed Diabetes (DM) Diadop dari jurnal Diabetes Risk Calculator A Simple Tool For Detecting Undiagnosed Dabates And Pre Diabetes (2008)

25

Gambar 2 Kerangka Teori 36

Gambar 3 Kerangka Konsep 37

Gambar 4 Rancangan Penelitian 40

Gambar 5 DesainAlurPenelitian 59

(13)

xii

Lampiran 1 Booklet Penelitian 108

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden 120

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian 126

Lampiran 4 Surat Studi Pendahuluan 130

Lampiran 5 Surat Uji Validitas Dan Reliabilitas 131 Lampiran 6 Surat Balasan Dari Kepala Kelurahan Bangsal

Kota Kediri Terkait Uji Validitas Dan Reliabilitas

132

Lampiran 7 Surat Lolos Etik 133

Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian 134

Lampiran 9 Surat Balasan Ijin Penelitian Dari Badan Penanaman Modal (BPM) Kota Kediri

135

Lampiran 10 Surat Balasan Ijin Penelitian Dari Dinas Kesehatan Kota Kediri

136

Lampiran 11 SuratPersetujuandariPuskesmasPesantren I Kota Kediri

137

Lampiran 12 SuratKeterangandariPuskesmasPesantren I Kota Kediri

138

Lampiran 13 Lembar Bimbingan Tesis 139

Lampiran 14 Tabel Rekap Data Demografi 142

Lampiran 15 HasilUjiValiditasdanReliabilitas 144

Lampiran 16 HasilUjiStatistik 153

Lampiran 17 Tabel Rekap Hasil Form Recall 177

Lampiran 18 Tabel Rekap Hasil Form Sport Recall 178

Lampiran 19 LembarKonsultasiModul 179

Lampiran 20 LembarUjian Proposal/Hasil Yang Pernah Diikuti 182

(14)

xiii

Erva Elli Kristanti

Program Pascasarjana Magister Keperawatan Universitas Muhammadyah Yogyakarta

ABSTRAK

Latar Belakang: Prediabetes merupakan gangguan toleransi glukosa yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah diatas normal tetapi belum masuk diagnosis Diabetes Melitus. Kondisi prediabetes dapat mengembangkan penyakit Diabetes tipe 2, penyakit jantung, penyakit ginjal dan kematian dini. Sangat penting meningkatkan upaya pencegahan melalui edukasi. Edukasi SDME memfasilitasi pengetahuan dan kemampuan pengeloaan penyakit secara mandiri dalam kontrol glikemik, mencegah komplikasi akut maupun kronik serta mengontimalkan kualitas hidup.

Tujuan: Secara umum tujuan penelitian untuk menganalisa pengaruh SDME terhadap pengetahuan, sikap dan kadar gula darah prediabetes

Metode: Penelitian ini menggunakan quasy experiment dengan pre post test group design. Jumlah sampel penelitian 26 untuk kelompok intervensi dan 26 kelompok kontrol. Kelompok intervensi mendapatkan SDME selama 3 minggu, sedangkan kelompok control diberi edukasi berupa booklet. Pre test pengetahuan, sikap dan pengukuran gula darah diberikan saat intervensi pertama dan diukur kembali pada intervensi terakhir pada kedua kelompok.

Hasil: Berdasarkan hasil analisis Chi-square terdapat peningkatan pengetahuan (p 0,03) namun SDME tidak meningkatkan sikap prediabetes (p 0,77). SDME mempengaruhi penurunan kadar gula darah (p 0,00) dan berdasarkan hasil uji regresi SDME merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap penurunan kadar gula darah dengan nilai signifikan 0,000.

Kesimpulan: Self Diabetes Management Education (SDME) meningkatkan pengetahuan dan paling mempengaruhi kadar gula darah pada prediabetes di Puskesmas Pesantren I Kota Kediri

(15)

xiv

Erva Elli Kristanti Postgraduate Nursing Program

Magister of Nursing Program University of Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT

Background: Pre-diabetes is a condition by elevated blood sugar level over normal range but not yet classified as diagnosis of Diabetes Mellitus. Pre-diabetes can develop into type 2 diabetes, heart disease, kidney disease and early death. It is very important to boost prevention efforts through education. SDME can facilitate knowledge and skills in disease management independently towards glycemic controlling, preventing complications and optimizing quality of life. Objectives: to analyze the influence of SDME towards knowledge, attitude and blood sugar levels of pre-diabetes.

Methods: This research used queasy-experiment with pre-post test group design. Research samples were 26 respondents of intervention group and 26 respondents of control group. Intervention group was given SDME for 3 weeks, while control group was given education through booklet. Pre-test of knowledge and attitude as well as blood sugar measurement was given at the beginning intervention and re-measured at the last intervention in both of groups.

Results: Based on Chi-square analysis, it was obtained increasing knowledge after SDME given (ρ=0.03), but SDME did not increase attitude of pre-diabetes (ρ=0.77). SDME influenced decreasing blood sugar level (ρ=0.00) and based on result of SDME regression test, it was the most influencing factor towards decreasing blood sugar level with significant value of ρ=0.00.

Conclusion: Self Diabetes Management Education (SDME) increases knowledge and the most influencing blood sugar level of pre-diabetes in Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri.

(16)
(17)

ii

Erva Elli Kristanti

Program Pascasarjana Magister Keperawatan Universitas Muhammadyah Yogyakarta ABSTRAK

Latar Belakang: Prediabetes merupakan gangguan toleransi glukosa yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah diatas normal tetapi belum masuk diagnosis Diabetes Melitus. Kondisi prediabetes dapat mengembangkan penyakit Diabetes tipe 2, penyakit jantung, penyakit ginjal dan kematian dini. Sangat penting meningkatkan upaya pencegahan melalui edukasi. Edukasi SDME memfasilitasi pengetahuan dan kemampuan pengeloaan penyakit secara mandiri dalam kontrol glikemik, mencegah komplikasi akut maupun kronik serta mengontimalkan kualitas hidup.

Tujuan: Secara umum tujuan penelitian untuk menganalisa pengaruh SDME terhadap pengetahuan, sikap dan kadar gula darah prediabetes

Metode: Penelitian ini menggunakan quasy experiment dengan pre post test group design. Jumlah sampel penelitian 26 untuk kelompok intervensi dan 26 kelompok kontrol. Kelompok intervensi mendapatkan SDME selama 3 minggu, sedangkan kelompok control diberi edukasi berupa booklet. Pre test pengetahuan, sikap dan pengukuran gula darah diberikan saat intervensi pertama dan diukur kembali pada intervensi terakhir pada kedua kelompok.

Hasil: Berdasarkan hasil analisis Chi-square terdapat peningkatan pengetahuan (p 0,03) namun SDME tidak meningkatkan sikap prediabetes (p 0,77). SDME mempengaruhi penurunan kadar gula darah (p 0,00) dan berdasarkan hasil uji regresi SDME merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap penurunan kadar gula darah dengan nilai signifikan 0,000.

Kesimpulan: Self Diabetes Management Education (SDME) meningkatkan pengetahuan dan paling mempengaruhi kadar gula darah pada prediabetes di Puskesmas Pesantren I Kota Kediri

(18)

iii

Erva Elli Kristanti Postgraduate Nursing Program

Magister of Nursing Program University of Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT

Background: Pre-diabetes is a condition by elevated blood sugar level over normal range but not yet classified as diagnosis of Diabetes Mellitus. Pre-diabetes can develop into type 2 diabetes, heart disease, kidney disease and early death. It is very important to boost prevention efforts through education. SDME can facilitate knowledge and skills in disease management independently towards glycemic controlling, preventing complications and optimizing quality of life.

Objectives: to analyze the influence of SDME towards knowledge, attitude and blood sugar levels of pre-diabetes.

Methods: This research used queasy-experiment with pre-post test group design. Research samples were 26 respondents of intervention group and 26 respondents of control group. Intervention group was given SDME for 3 weeks, while control group was given education through booklet. Pre-test of knowledge and attitude as well as blood sugar measurement was given at the beginning intervention and re-measured at the last intervention in both of groups.

Results: Based on Chi-square analysis, it was obtained increasing knowledge after SDME given (ρ=0.03), but SDME did not increase attitude of pre-diabetes (ρ=0.77). SDME influenced decreasing blood sugar level (ρ=0.00) and based on result of SDME regression test, it was the most influencing factor towards decreasing blood sugar level with significant value of ρ=0.00.

Conclusion: Self Diabetes Management Education (SDME) increases knowledge and the most influencing blood sugar level of pre-diabetes in Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri.

(19)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

(20)

dilakukan pemeriksaan gula darah maksimal 1 bulan sekali (Ellyza & Sofitri, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Laura, et al (2010) menyatakan bahwa prevalensi kejadian CKD meningkat pada diabetes yang telah terdiagnosa sebesar 39,6%, sekitar 41,7% pada diabetes belum terdiagnosa, sekitar 17,7% pada prediabetes dan sisanya sekitar 10,6% tanpa penyakit diabetes. Selain itu prediabetes dengan kondisi tinggi lemak dan insulin resisten dapat menjadi sebab timbulnya syndrom metabolik. Sindrom metabolik mengakibatkan meningkatnya resiko penyakit jantung dan kematian dini atau premature mortality (Mayans, 2015)

(21)

Surabaya, Bangkalan, Malang dan Lamongan. Kasus diabetes meningkat pada usia 15 tahun sebanyak 1,2% dan sekitar 20% penderita prediabetes pada usia produktif juga meningkat (Nn, 2011). Sedangkan data pasien Diabetes yang aktif mengikuti club DM di Puskesmas Pesantren I Kota Kediri tercatat sebanyak 40 orang. Hasil screening yang dilakukan peneliti pada tanggal 5 Februari 2016 dengan menggunakan alat Diabetes Risk Calculator (DRC) di Puskesmas Pesantren I kota Kediri didapatkan hasil dari 15 kunjungan terdapat 10 pengunjung Puskesmas Pesantren I diantaranya masuk kondisi prediabetes (66,7%), 3 diantaranya masuk kondisi DM atau prediabetes (13,3%) dan 2 diantaranya masuk resiko rendah prediabetes (13,3%).

(22)

Tidakadagejala yang khasuntuk prediabetes dan sebagian besar tidak menimbulkan gejala (Evans, P.H., Winder,R., Greaves C.J., & Campbell, 2007). Tindakan pencegahan terutama intervensi gaya hidup merupakan prioritas dari prediabetes berikut pengobatan (Flack, J.K., 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Yolanda (2014) terkait dengan faktor resiko prediabetes menyatakan bahwa diabetes dapat dicegah dengan modifikasi gaya hidup. Gaya hidup dapat diubah melalui upaya meningkatkan perilaku kesehatan melalui kegiatan promosi kesehatan dengan memberikan pendidikan kesehatan (Sovia, Etty Rekawati & Kuntarti, 2013).

(23)

Ketidaktahuan masyarakat dapat menghalangi tindakan preventif oleh karena itu perlu peningkatan pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dengan memberikan informasi yang dapat mengubah perilaku seseorang yang diperoleh dari menerima, menyetujui dan menerapkan (Supartondo, 1995, dalam Agustuina, 2009). Dalam hal ini diperlukan peran perawat sebagai educator (Bastabel, 2006) Peran perawat sebagai edukator terbukti dapat meningkatkan self care pasien diebetes dalam mengendalikan kadar gula darah (Kusniyah, Nursiswati & Rahayu, 2011).

(24)

B. Perumusan Masalah

“Adakah pengaruh SDME terhadap pengetahuan, sikap dan kadar gula darah

prediabetes di Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Penelitian

Menganalisa pengaruh SDME terhadap pengetahuan, sikap dan kadar gula darah prediabetes di Puskesmas Pesantren I Kota Kediri.

2. Tujuan Khusus Penelitian

a. Mengidentifikasiprediabetes di Puskesmas Pesantren I kota Kediri. b. Mengidentifikasi pengaruh SDME terhadap pengetahuan prediabetes di

Puskesmas Pesantren I Kota Kediri

c. Mengidentifikasi pengaruh SDME terhadap sikap prediabetes di Puskesmas Pesantren I Kota Kediri

d. Mengidentifikasi pengaruh SDME terhadap kadar gula darah prediabetes di puskesmas pesantren 1 kota kediri.

e. Mengidentifikasi pengaruh SDME terhadap pengetahuan, sikap dan kadar gula darah prediabetes di Puskesmas pesantren I Kota Kediri.

D. Manfaat Penelitian 1. Aspek teoritis

(25)

pengambilan keputusan, pemecahan masalah serta perawatan diri prediabetes sehingga dapat meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidup prediabetes.

2. Aspek Praktis a. Prediabetes

Meningkatkan pengetahuan dan peningkatan upaya perawatan diri sendiri untuk menghambat perkembangan penyakit.

b. Institusi Kesehatan.

Memberikan masukan kepada institusi pelayanan kesehatan untuk mengaplikasikan dan memfasilitasi program SDME pada prediabetes sehingga resiko DM dapat diminimalkan.

c. Institusi Pendidikan.

Menyebarluaskan hasil penelitian terkait SDME sebagai salah satu metode dalam pemilihan intervensi keperawatan berdasarkan hasil penelitian.

d. Penelitian Keperawatan.

1) Menjadi landasan dalam melakukan penelitian selanjutnya tentang prediabetes terkait analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan gaya hidup dan kejadian prediabetes.

(26)

D. Penelitian Terkait Tabel 2.1 Penelitian terkait

N o

Judul Variabel Metode

penelitian

Hasil 1. Effectiveness of

Self-ManagementTraini ng in Type 2 Diabetes oleh Susan, Michael and Venkat dalam jurnal Diabetes Care, Volume 24, Number 3, March (2001) Efektivitas latihan SDME dan diabetes tipe 2 Systematic review of randomized control trial

SDME efektif diberikan untuk pasien DM tipe 2 dengan peningkatan perilaku kontrol glikemik dan menurunkan faktor perilaku resiko penyakit kardiovaskuler serta meningkatkan kualitas hidup pasien DM type 2 2 The effect of

diabetes self management education on body weight, glycemic control, and other metabolic markers in patiens with type 2 diabetes mellitus oleh Chuang.Y, lawrence, meyrick, helen and michael (2011) SDME, Berat badan, kontrol gula darah, Gangguan metabolik pada pasien DM tipe 2

Systematic Review

Perbedaan hasil penelitian sekarang dengan terdahulu adalah SDME juga efektif dalam HbAc dan berat badan dan gangguan metabolik lainnya pada pasien DM tipe 2 sehingga tidak hanya perilaku dari pasien Diabates tipe 2

3 Developmental of an educational ‘toolkit’ for health professionals and their patients with prediabetes: The WAKEUP study (Ways of Addressing Knowledge Education and Understanding in Pre-diabetes) oleh Philip E, Greaves, Winder & Campbell, 2007 Penggunaan toolkit WAKEUP study dalam meningkatkan pengetahuan pendidikan dan pemahaman prediabetes Mixed Qualitative dengan action research

Terdapat acuan untuk meningkatkan

pengetahuan tentang kondisi prediabates melalui tiga kata kunci edukasi yang akan diberikan yaitu bahwa prediabates merupakan kondisi yang serius dengan resiko tinggi menjadi diabates mellitus tipe 2 dan penyakit jantung, Semua resiko dapat dicegah, dan untuk pencegahan

(27)

N o

Judul Variabel Metode

penelitian

Hasil pasien perlu merubah gaya hidup kepada perilaku sehat seperti sehat makan,

menurunkan berat badan serta

peningkatan aktivitas fisik

4 Effects of the First Line Diabetes Care (FiLDCare) self-management

education and support project on knowledge,

attitudes,

perceptions, self-management

practices and glycaemic control:

a

quasi-experimental study conducted in the Northern

Philippines dalam jurnal BMJ Open 2014;4:e005317.doi :10.1136/bmjopen-2014-005317oleh Marie & Kegels (2014) Pengaruh SDME terhadap pengetahuan, sikap, persepsi, manajemen diri dan kontrol gula darah Quasy experimental

SDME efektif dapat meningkatkan pengetahuan yang berhubungan dengan diabates berupa pengetahuan perawatan diri, pengetahuan tentang diet dan olahraga , beberapa sikap yang

meningkatkan perasaan positif (self efficacy) yang menyebabkan mereka melakukan dan mematuhi praktik managemen diri, persepsi dalam meningkatkan kemampuan mengontrol glukosa darah, mematuhi diit, rejimen latihan serta kepatuhan terhadap obat-obatan, dan praktik serta kontrol gula darah.

5 National standar for Diabetes self management

education and support dalam jurnal diabetes care, volume 35, November 2012

olehHaas, L,

Maryniuk M, Beck

SDME and DSMS Sistematic Review Pendidikan diabates manajemen diri

(28)

N o

Judul Variabel Metode

penelitian

Hasil

J,et al. (2012 mencegah atau

menunda komplikasi diabetes dan memiliki unsur terkait untuk perubahan gaya hidup yang juga penting untuk individu dengan

prediabetes sebagai bagian dari upaya untuk mencegah penyakit. Standar Nasional SDME dirancang untuk menentukan kualitas SDME dan dukungan dan untuk membantu pendidik diabetes dalam memberikan pendidikan berbasis bukti dan mendukung self management 6 Working Together

to Promote Diabetes Control: A Practical Guide for Diabetes Health Care

Providers in Establishing a Working Alliance to Achieve Self-Management Support (2015)

Pencegahan Diabetes dengan support manajemen diri Diabetes Review Article

SDME efektif meningkatkan secara signifikan kontrol glikemik dan berat badan untuk

(29)

11 BAB II KONSEP TEORI

A.LANDASAN TEORI

1. Konsep Self Diabetes Management Education a. Definisi

Self Diabetes Management Education (SDME) merupakan suatu proses berkelanjutan untuk memfasilitasi pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk perawatan diri pasien Diabetes Mellitus. SDME memberikan dukungan informasi pengambilan keputusan, perilaku perawatan diri, pemecahan masalah dan kerjasama aktif dengan tim kesehatan dan untuk meningkatkan hasil klinis, status kesehatan dan kualitas hidup (Funnel et al, 2009).

Self Diabetes Management Education adalah elemen penting dari perawatan untuk semua penderita diabetes dan mereka yang berisiko untuk mengembangkan penyakit. Hal ini diperlukan dalam untuk mencegah atau menunda komplikasi diabetes dan memiliki unsur terkait untuk perubahan gaya hidup yang juga penting untuk individu dengan prediabetes sebagai bagian dari upaya untuk mencegah penyakit (Haas, et al, 2012).

b. Tujuan SDME

(30)

meningkatkan hasil klinis, status kesehatan dan kualitas hidup. Selain itu SDME membantu orang dengan pradiabetes dalam melaksanakan dan mempertahankan perilaku yang diperlukan untuk mengelola kondisinya secara terus-menerus di luar pelatihan manajemen diri formal. Sedangkan menurut Funnel, et al (2009) jenis dukungan yang diberikan dapat berupa perilaku pendidikan, psikososial, atau klinis.

c. Cakupan kurikulum dalam SDME

Menurut Haas L, et al (2012) terdapat beberapa cakupan kurikulum selama pemberian SDME yaitu sebagai berikut :

1) Menggambarkan proses penyakit diabetes dan pilihan pengobatan 2) Memasukkan manajemen gizi ke dalam gaya hidup

3) Memasukkan aktivitas fisik dalam gaya hidup

4) Menggunakan obat dengan aman dan untuk efektivitas terapi maksimum

5) Pemantauan dan menafsirkan glukosa darah dan parameter lainnya serta dan menggunakan hasil keputusan penyusunan manajemen diri 6) Mencegah, mendeteksi, dan mengobati komplikasi akut

7) Mencegah, mendeteksi, dan mengobati komplikasi kronis

8) Mengembangkan strategi pribadi untuk mengatasi masalah psikososial dan kekhawatiran

(31)

Standar faktor penting dalam SDME menurut Martha, et al (2009) terdapat beberapa kriteria aktif fisik, sehat makan, minum obat, pemantauan glukosa darah, perawatan diabetes diri terkait pemecahan masalah, mengurangi resiko akut dan komplikasi kronik, serta psikososial aspek hidup dengan diabetes.

d. Standar SDME

Standar dalam pelaksanaan SDME mencakup 10 standar dan terbagi menjadi 3 domain (Haas et al, 2012) yaitu:

1) Struktur

a) Standar 1 (internal structure) : SDME terdiri dari struktur organisasi, pernyataan misi dan tujuan serta menjadi komponen integral dari peduli diabetes. Pentingnya tujuan, sasaran, definisi hubungan dan peran serta manajerial akan meningkatkan pendidikan yang berkualitas untuk diabetes dan mendukung self management yang efektif.

(32)

meningkatkan SDME yang akan membangun jembatan kepada stakeholder.

c) Standar 3 (Access)

SDME menentukan siapa yang dilayani dan cara terbaik untuk memberikan pendidikan diabetes untuk populasi, dan sumber daya yang dapat memberikan dukungan yang berkelanjutan bagi masyarakat. SDME efektif diberikan sesuai kebutuhan serta jenis dukungan tanpa terlepas dari karakteristik demografi penduduk, etnis/latar belakang budaya, jenis kelamin, dan usia, tingkat pendidikan formal, kemampuan membaca huruf dan berhitung. d) Standar 4 (Program coordination) : SDME memiliki koordinator

dalam melakukan pengawasan terhadap perencanaan, implementasi, dan evaluasi pendidikan jasa. Koordinasi ini penting untuk memastikan bahwa kualitas pendidikan pengelolaan diri diabetes dan dukungan disampaikan secara terorganisir dan diproses secara sistematis.

2) Proses

(33)

terakhir, peran pendidik diabetes telah diperluas untuk disiplin lain, terutama disiplin termasuk apoteker yang mungkin terlibat, namun tidak terbatas pada dokter, psikolog dan mental yang lain spesialis kesehatan, aktivitas fisik spesialis (termasuk terapis fisik, terapis okupasi, dan olahraga fisiologi), dokter mata, dan podiatris. Baru-baru ini pendidik kesehatan (misalnya, bersertifikat pendidikan kesehatan spesialis dan asisten medis bersertifikat), manajer kasus kesehatan dan pekerja komunitas, dan rekan konselor atau pendidik telah terbukti memberikan kontribusi secara efektif sebagai bagian dari tim SDME.

b) Standar 6 (Curriculum) : Standar kurikulum dalam SDME harus mencerminkan bukti saat ini dan penelitian baru-baru ini yang mendukung pendidikan seperti pendekatan problem solving, perawatan kolaboratif, masalah psikososial, perubahan perilaku, dan strategi mempertahankan manajemen diri.

c) Standar 7 (Individualization) : Standar ini memfasilitasi individu mengenali kebutuan mereka dalam pemilihan pendidikan dan intervensi perilaku untuk memberikan informasi mengenai sejarah, usia, pengaruh budaya, keyakinan dan sikap kesehatan, pengetahuan diabetes, ketampilan, perilaku dan manajemen diri. d) Standar 8 (Ongoing support) : Standar ini merupakan upaya tindak

(34)

3) Hasil

a) Standar 9 (Patient progress)

Keefektifan dari SDME dilihat dari bagaimana capaian pengelolaan diri pasien diabetes. Kriteria keberhasilan SDME dilihat dari tujuh faktor penting yaitu aktivitas fisik, sehat makan, minum obat, pemantauan glukosa darah, diabetes diri perawatan terkait pemecahan masalah, mengurangi risiko akut dan komplikasi kronis, dan psikososial aspek hidup dengan diabetes.

b) Standar 10 ( Quality improvement)

Pendidikan diabetes seharusnya responsif terhadap kemajuan dalam pengetahuan, strategi pengobatan, strategi pendidikan, dan intervensi psikososial, serta trend konsumen dan kesehatan.Pengukuran dan pemantauan proses dan hasil data secara berkelanjutan dari penyedia SDME dapat mengidentifikasi bidang perbaikan program yang sesuai untuk mendapatkan hasil yang dicapai.

e. Tingkat pembelajaran SDME

Menurut Jones et al (2008) tingkat pembelajaran pada SDME terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu :

1) Survival/basic level

(35)

melakukan mencegah, mengidentifikasi dan mengobati komplikasi jangka pendek.

2) Intermediate level

Edukasi yang diberikan kepada pasien pada tingkat ini meliputi pengetahuan, keterampilan dan motivasi untuk melakukan perawatan diri dalam upaya mencapai kontrol metabolik yang direkomendasikan, mengurangi resiko komplikasi jangka panjang dan memfasilitasi penyesuaian hidup pasien.

3) Advanced level

Edukasi yang diberikan kepada pasien pada tingkat ini meliputi pengetahuan, ketrampilan dan motivasi untuk melakukan perawatan diri dalam upaya mendukung manajemen DM serta intensif untuk kontrol metabolik yang optimal, dan integrasi penuh kedalam kegiatan perawatan kehidupan pasien.

f. Pelaksanaan SDME

(36)

untuk kontrol glikemik dan berat badan, edukasi SDME efektif diberikan selama 8 minggu (Allan Jones, Michael Vallis, Debbie Cooke and Franqols (2015).

2. Konsep Prediabetes. a. Definisi prediabetes

Menurut Heikes, et al (2008) prediabetes merupakan kondisi dimana kadar gula lebih tinggi dari normal tetapi belum cukup tinggi dikatakan diabetes. Prediabetes tidak selalu memiliki gejala tetapi dapat terdiagnosa dari pemeriksaan gula darah. Prediabetes ditandai dengan kadar glukosa darah puasa pagi antara 90-99 mg/dl, atau kadar glukosa darah 2 jam setelah makan antara 100-199 mg/dl, atau keduanya pada pemeriksaan darah perifer (Depkes, 2008; Soegondo, 2008). American Diabetes Association (ADA) mendefinisikan prediabetes sebagai keadaan dimana subek dengan toleransi glukosa darah terganggu (TGT) dan atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) (Nasrul & Sofitri, 2012).

b. Kriteria Prediabetes

(37)

c. Faktor Resiko Prediabetes

Berdasarkan data dari penyakit kardiovaskuler, kegemukan atau obesitas, gaya hidup, kulit putih, kelainan metabolik, hipertensi, peningkatan trigliserida, LDL atau Cholesterol atau keduanya, riwayat diabetes gestasional, kelahiran bayi lebih dari 4 kg, polikista ovari serta pengobatan antipshikotik untuk schizoprenia dan penyakit bipolar. Menurut Heikes, et al (2008) terdapat tiga hal utama yang berkontribusi terhadap pengembangan prediabetes diantaranya yaitu pola makan (kelebihan berat badan akan mempengaruhi kemampuan untuk memproses gula dalam darah), aktivitas (periode tidak beraktivitas aktif seperti menonton televisi sepanjang sore), serta gen yang diwarisi. Beberapa kondisi lain yang dapat berkaitan dengan apa yang dimakan serta aktivitas yaitu peningkatan tekanan darah dan penyakit jantung. Selain itu obat-abatan juga dapat mempengaruhi kondisi prediabetes seperti tablet steroid, dan pengobatan untuk schizofrenia serta AIDS. Prediabetes juga dipengaruhi oleh umur. Secara fisiologis pada usia lebih dari 25 tahun akan terjadi kenaikan glukosa darah sekitar 1-2 mg/dl per tahun dan glukosa darah setelah makan sekitar 5,6 – 13 mg per tahun (WHO dalam Wulandari, 2014). Sedangkan pada usia lanjut prediabetes dapat terjadi pada usia 60-79 tahun (Tamayo T, et al, 2014)

d. Progres Perkembangan Prediabetes

(38)

jantung seperti angina, serangan jantung dan stroke. Kondisi ini dipengaruhi juga oleh perilaku merokok, tekanan darah, aktivitas fisik serta umur. Prediabetes juga mengembangkan penyakit diabetes tipe 2 bila tanpa tindakan dalam kurun waktu 6 tahun (Heikes, et al, 2008). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Elliza & Sofitri (2012) prediabetes akan menjadi diabetes dalam waktu 5-6 tahun sebanyak 30%. Pendapat lain dikemukakan oleh Mayans (2015) bahwa prediabetes akan mengembangkan diabetes mellitus tipe 2 dalam kurun waktu 3 tahun tanpa adanya modifikasi gaya hidup.

e. Penatalaksanaan Prediabetes

1) Modifikasi gaya hidup (Lifestyle modification)

Mengindari obesitas, hipertensi, dislipidemia, dan hiperglikemia. Melakukan program latihan fisik tingkat intensitas sedang selama 30-60 menit per hari, selama 5 hari dalam seminggu. Melakukan diet rendah kalori, meningkatkan diet tinggi serat dan membatasi masukan karbohidrat (Garber et al, 2008). Menurut Heikes, et al (2008) perubahan gaya hidup dapat dilakukan dengan :

a) Peningkatkan aktivitas fisik.

(39)

dapat berupa jalan kaki selama 30 menit pada jam makan siang, mengikuti klub dansa atau yoga, berenang bersama anak-anak dan menambahkan hoby pada semua aktivitas yang dilakukan. Untuk mendukung jalan kaki dapat menggunakan alat untuk mengukur langkah kaki (pedometer). Selain itu mencoba untuk menemukan sesuatu yang menyenangkan dan berguna seperti berkebun, menari dan bermain dengan anak-anak.

b) Mengkonsumsi makanan sehat.

Makanan yang seharusnya dikonsumsi oleh prediabetes yaitu tinggi serat (seperti sayur, makanan dari gandum), rendah gula, rendah lemak jenuh (seperti yang ditemukan dalam daging, mentega, dan makanan olahan dari susu) serta rendah garam. Pembatasan jumlah makan diperlukan pada kondisi prediabetes. Beberapa makanan kemasan banyak mengandung lemak, garam atau gula halus sehingga perlu dihindari oleh prediabetes. Membaca label dari komposisi makanan kaleng sangat diajurkan. Makanan lain yang perlu dihindari adalah biskuit dan keripik karena mengandung tinggi kalori.

(40)

dikonsumsi dalam jumlah banyak dan ini dapat menyebabkan insulin meningkat diatas rata-rata. Selain gula sederhana terdapat gula komplek. Gula komplek dapat ditemukan dalam bahan makanan seperti; roti berwarna coklat, kentang, beras, pasta, cereal, dan kacang kedelai. Gula komplek ini secara lambat dapat meningkatkan kadar gula tetapi lebih baik bagi prediabetes. Begitupula dengan gula yang terkandung dalam buah merupakan gula alami yang sangat baik bagi kesehatan daripada gula sederhana. Gula dalam beras merah, pasta cokelat dan roti gandum cokelat akan dipecah lebih lambat dari gula dalam roti putih, nasi putih dan pasta putih. Bahan makanan lain yang perlu dihindari adalah alkohol karena alkohol mengandung gula (seperti beer dan wine) yang dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cepat.

c) Berhenti Merokok.

Merokok tidak hanya menjadi penyebab kanker paru tetapi juga meningkatkan resiko stroke dan penyakit jantung serta prediabetes. 2) Medical weinght loss strategies

(41)

3) Pengobatan pada Prediabetes a) Glikemia.

Tujuan utama dari pengobatan glikemia pada prediabetes yaitu normal gula darah dan mencegah komplikasi. Pilihan pengobatan yang aman bagi prediabetes adalah thiazolidinediones, yang memberikan keuntungan bagi β-cell dan efektif untuk pencegahan diabetes. Selain itu glucagonlike peptide 1 agonists and dipeptidyl peptidase IV inhibitor dalam jangka panjang dapat mencegah terjadinya diabetes. Sedangkan menurut ADA, 2016 terdapat pilihan pengobatan yang aman bagi penderita prediabetes yaitu dengan metformin. Metformin tidak hanya aman bagi prediabetes karena tidak mempengaruhi fungsi jantung dan tidak menyebabkan penurunan kadar gula darah secara cepat.

b) Lipid.

Menjaga profil lipid pada level 100 mg/dl atau dibawahnya sangat penting diinformasikan. Begitupula dengan cholesterol 130 mg dl atau kurang.

c) Tekanan Darah (Blood pressure).

(42)

f. Peran perawat dalam mendukung prediabetes

Peran perawat atau dokter dalam mendukung prediabetes sangat penting. Peran perawat dalam upaya pencegahan primer penyakit DM dengan sasaran prediabetes sangat diperlukan untuk menghambat progres penyakit DM (Fajribayanti & Ayubi, 2008). Selain itu perawat juga perlu memberikan dukungan untuk melakukan perubahan gaya hidup serta monitor kondisi prediabetes. Pemberian dukungan dapat dilakukan dengan memberikan informasi kesehatan berupa makanan sehat, cara menurunkan berat badan, aktivitas fisik serta bahaya merokok. Sedangkan monitor kondisi dapat dilakukan dengan memberikan informasi setidaknya melakukan general check up minimal 1-2x/ tahun termasuk cek kadar gula darah, berat badan, tekanan darah, kolesterol (Heikes, et al, 2008). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sovia, Rekawati & Kuntarti (2008) peran perawat diharapkan dapat meningkatkan program untuk pemeriksaan gula darah minimal 1 bulan sekali pada kondisi prediabetes.

g.Tool Screening untuk prediabetes

(43)
[image:43.595.117.510.172.482.2]

(gula darah puasa) dan atau IGT ( sesaat). Alat ini memiliki kepekaan sekitar 72-86%. Adapun kalkulasi resiko diabetes dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Classification Tree For Detecting Pre Diabetes (PDM) Or Undiagnosed Diabetes (DM) Diadop dari jurnal Diabetes Risk Calculator A Simple Tool For Detecting Undiagnosed Dabates And Pre Diabetes (2008)

(44)

3. Konsep Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu yang berdampak pemikiran setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek dimana kegiatan ini melibatkan pancaindera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoadmojo, 2011 dan Soekanto, 2003 dalam Wahit 2007).

a. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan diantaranya adalah pendidikan, informasi atau media massa, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman serta usia (Budiman, 2013).

b. Tahapan pengetahuan

(45)

c. Pengukuran pengetahuan

Terdapat beberapa kategori tingkat pengetahuan diantaranya adalah tingkat pengetahuan dengan kategori “baik” jika nilainya ≥ 75%, tingkat pengetahuan

kategori “cukup” jika nilainya 56 – 74 %, tingkat pengetahuan kategori “kurang” jika nilainya < 55% (Arikunto 2006 dalam Riyanto, 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Evans, P.H., et al (2013) prediabetes memerlukan suatu informasi berkaitan dengan kondisinya untuk mencapai manajemen prediabetes yang sukses. Kerangka yang digunakan dalam penyusunan informasi didasarkan pada konvergen pengetahuan dan perubahan motivasi, sistem praktik, serta peran profesional kesehatan dalam perawatan prediabetes. Sedangkan pengukuran pengetahuan didasarkan pada tiga kata kunci pesan yang harus disampaikan kepada prediabetes terdiri dari prediabetes itu sendiri, progres perkembangan prediabetes, pencegahan prediabetes.

d. Pengetahuan tentang DM

(46)

peningkatkan pengetahuan dan sikap positif terhadap gizi DM di puskesmas kota Makasar.

4. Konsep Sikap

Sikap merupakan keadaan mental dan saraf dari kesiapan, diselenggarakan melalui pengalaman, mengerahkan pengaruh langsung pada respon individu untuk semua objek dan situasi yang terkait (Stonea et al, 2005 dalam Abolghasemi & Sedaghat, 2014). Sikap memiliki arahan dan atau pengaruh dinamis terhadap perilaku (Alport 1935 dalam Abolghasemi & Sedaghat, 2014). Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang tertutup terhadap stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi dari tindakan atau perilaku (Soekidjo Notoatmojo, 2011)

(47)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Abolghasemi & Sedaghat (2014) sikap pasien diabetes terhadap kesehatannya ada dua dimensi yaitu sikap menuju kemajuan derajat kesehatan tertinggi dan sikap yang menghambat untuk berkembang. Sikap yang mempengaruhi terjadinya DM yaitu takut dalam manajemen DM, sikap kurang perhatian terhadap diet dan aktivitas. a. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan - pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo S, 2003).

(48)

memihak atau tidak mendukung sama sekali objek sikap (Saifuddin, A 2002 dalam Mubarak Iqbal, et al, 2007). Sikap memiliki arahan dan atau pengaruh dinamis terhadap perilaku (Alport 1935 dalam Abolghasemi & Sedaghat, 2014). Berdasarkan hal ini pengukuran sikap mengacu pada Diabetes Self Management Questionaire (DSMQ) yang dikembangkan oleh Schimitt, et al (2008) yang terdiri dari 4 komponen yaitu manajemen kadar gula darah (management glucose), kontrol diet (dietary control), aktivitas fisik (Physical activities), serta perawatan kesehatan yang dilakukan (health care use).

b. Komponen sikap

(49)

sikap terhadap aktivitas berupa; manajemen kadar gula darah, kontrol diet, aktivitas fisik dan perawatan diri yang digunakan (Schimtt, et al, 2013) Sikap terbentuk oleh karena terdapat faktor yang mempengaruhi. Selain itu sikap dapat berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku seseorang, pengatur pengalaman-pengalaman, dan pernyataan kepribadian seseorang (Ahmadi, 2007). Berbeda dengan pendapat yang dikemukan oleh Azwar dimana sikap berfungsi sebagai fungsi instrumental hal ini dimaksud bahwa sikap merupakan usaha yang dilakukan untuk meminimalkan hal-hal yang tidak diinginkan dan memaksimalkan hal-hal yang diinginkan. Sikap berfungsi sebagai pertahanan ego dimana dalam hal ini berarti sikap merefleksikan problem kepribadian yang tidak diselesaikan. Sikap juga berfungsi sebagai pernyataan nilai. Sikap dapat mengembangkan kepuasan terhadap nilai yang diyakininya dan konsep mengenai dirinya. Selain itu sikap juga berfungsi sebagai evaluasi terhadap fenomena yang terjadi baik didalam atau diluar dirinya (Azwar, 2005). c. Faktor yang mempengaruhi sikap

Sikap terbentuk hasil dari interaksi terhadap suatu objek selain itu dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu :

1) Pengalaman Pribadi

(50)

dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan maka seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek spikologis. Penghayatan dapat membentuk sikap postif ataupun negatif tergantung kepada beberapa faktor lain yang mempengaruhi. Midlebrok (1974) dalam Azwar (2011) menyatakan bahwa tanpa pengalaman maka suatu obyek psikologis cenderung membentuk sikap negatif terhadap obyek tersebut. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan suatu kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan banyak faktor emosional. Dalam situasi emosional, penghayatan akan semakin berkesan.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain disekitar merupakan salah satu di antara komponen sosial yang ikut membantu mempengaruhi sikap. Seseorang yang dianggap penting akan mempengaruhi setiap gerak tingkah laku yang diharapkan persetujuannya. Pada umumnya individu memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafilasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut

3) Pengaruh kebudayaan

(51)

budaya sosial yang tinggi maka sangat mungkin seseorang mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan perorangan.

4) Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain sebagainya mempunyai pengaruh terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

5) Lembaga Pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama mempengaruhi terbentuknya sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam individu.

6) Faktor emosional

Faktor emosi turut mendasari terbentuknya sikap. Karena sikap juga terbentuk oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap yang terbentuk karena emosi berlangsung lama dan akan menetap. Seperti misal prasangka atau sikap tidak toleran akan membentuk sikap negatif dari pada sikap positif.

5. Konsep Kadar Gula Darah

(52)

ketat dalam tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas yang sempit sepanjang hari (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan (Henrikson J, et al, 2009)

Terdapat beberapa tipe pengukuran kadar gula darah. Pengukuran kadar gula darah puasa digunakan untuk mengetahui kadar glukosa darah selepas tidak makan setidaknya 8 jam. Pemeriksaan gula darah postprandial digunakan untuk mengetahui kadar glukosa darah tepat selepas 2 jam makan. Pemeriksaan gula darah random mengukur kadar gula darah tanpa mengambil waktu makan terakhir (Henrikson J, et al, 2009). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elliza & Sofitri (2012) pemeriksaan kadar gula darah tepat dilakukan maksimal 1 bulan sekali pada penderita prediabetes. Hal ini ditujukan untuk mengetahui ambang gula darah dalam mencegah terjadinya retensi insulin yang dapat membawa dampak pada terjadinya hiperurisemia.

Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kadar gula darah seperti aktivitas fisik atau olahraga, asupan makanan,usia, indeks massa tubuh (IMT) dan Stres (Fox & Kilvert, 2010).

1) Olahraga atau aktivitas fisik

(53)

2) Asupan makanan

Asupan kaya karbihidrat dan rendah serat dapat menganggu sel-sel beta pankreas dalam memproduksi insulin. Begitupula dengan asupan lemak didalam tubu dapat menganggu kepekaan terhadap insulin.

3) Usia

Penurunan fungsi tubuh dapat mempengaruhi konsumsi dan penyerapan zat gizi sehingga dapat memicu penyakit degeneratif seperti Diabetes Mellitus. 4) Stres

Stres dapat mengakibatkan gangguan interaksi dari pituitary, adrenal gland, pancreas dan liver. Gangguan dari interaksi ini menyebabkan metabolisme Andreno Chorthicothiroid Hormone (ACTH), kortisol meningkat sehingga merangsang glukoneogenesis di dalam liver yang akhirnya meningkatkan kadar gula dalam darah (Mahendra, Krisnatuti, Tobing & Alting, 2008) 5) Indeks Massa Tubuh (IMT)

(54)
[image:54.842.114.757.96.443.2]

B. Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka Teori (Sumber : Prediabetes Consensus Statement (2008), Alligood (2010), Chuang Yuan, et al (2010), Notoadmojo (2007) dan Azwar (2011), Fox & Kilvert (2010), Purnawati (1998)

SDME a. Konsep Prediabetes dan DM b. Managemen nutrisi

c. Aktivitas fisik

d. Penggunaan obat yang aman dan efektif tetapi maksimum

e. Pemantauan gula darah f. Cegah komplikasi akut g. Cegah komplikasi kronik

h. Strategi mengatasi masalah spikososial dan kekawatiran

i. Strategi mengembangkan perubahan kesehatan dan perilaku

Faktor resiko Pre diabetes a. Riwayat keluarga

diabetes

b. Penyakit kardiovaskuler c. kegemukan atau obesitas d. Gaya hidup

e. Kulit putih

f. Kelaianan metabolik g. Hipertensi

h. Peningkatan trigliserida, LDL atau Cholesterol atau keduanya i. Riwayat diabetes

gestasional

j. Kelahiran bayi lebih dari 4 kg

k. Polikista ovari

l. Pengobatan antipshikotik untuk schizoprenia dan penyakit bipolar

Sensitivitas insulin terganggu dan gangguan sekresi insulin

Toleransi glukosa puasa terganggu dan Gula darah post

prandial terganggu

Perubahan pengetahuan dan sikap Prediabetes

36

Kadar gula darah Faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan

sikap :

a. Tingkat pendidikan b. Informasi

c. Budaya

d. Pengalaman berkaitan dengan usia e. Sosial ekonomi

f. Pengalaman pribadi

g. Pengaruh oranglain yang dianggap penting h. Media massa

i. Lembaga pendidikan dan lembaga agama j. Faktor emosional

Faktor yang mempengaruhi kadar gula darah : a. Olahraga/ Aktivitas fisik

b. Asupan makan c. Usia

(55)
[image:55.595.102.544.127.630.2]

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian Keterangan :

: Diteliti : Tidak diteliti : Diteliti : Tidak diteliti

Prediabetes Faktor resiko Prediabetes:

a. Riwayat keluarga diabetes

b. Penyakit kardiovaskuler c. kegemukan atau obesitas d. gaya hidup

e. kulit putih

f. Kelaianan metabolik g. Hipertensi

h. Peningkatan trigliserida, LDL atau Cholesterol atau keduanya i. Riwayat diabetes

gestasional

j. Kelahiran bayi lebih dari 4 kg

k. Polikista ovari

l. Pengobatan antipshikotik untuk schizoprenia dan penyakit bipolar

Pengetahuan dan sikap

Faktor resiko prediabetes :

1. Umur 40-59 tahun 2. Konsumsi lemak

melebihi batas 3. Kurang konsumsi

serat (Fajriniayanti & Ayubi, 2008) Screening Prediabetes SDME Kadar gula darah Faktor yang mempengaruhi

pengetahuan dan sikap : a. Tingkat pendidikan b. Informasi

c. Budaya d. Pengalaman

berkaitan dengan usia

e. Sosial ekonomi f. Pengalaman pribadi g. Pengaruh oranglain

yang dianggap penting h. Media massa

i. Lembaga pendidikan dan lembaga agama j. Faktor emosional Faktor yang mempengaruhi kadar gula darah :

a. Olahraga/ Aktivitas fisik b. Asupan makan

(56)

D. Hipotesis

a. SDME meningkatkan pengetahuan pada penderita prediabetes di Puskesmas Pesantren I Kota Kediri

b. SDME meningkatkan sikap padapenderita prediabetes di Puskesmas Pesantren I Kota Kediri

(57)

39

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

(58)
[image:58.595.111.519.139.265.2]

Adapun desain penelitian dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut :

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian (Nursalam, 2011)

01 : Pengukuran kategori pengetahuan, sikap dan kadar gula darah pada kelompok intervensi sebelum diberikan edukasi SDME

02 : Pengukuran kategori pengetahuan, sikap dan kadar gula darah pada kelompok kontrol sebelum diberikan edukasi SDME bentuk booklet

03 : Pengukuran kategori pengetahuan, sikap dan kadar gula darah pada kelompok intervensi setelah diberikan edukasi SDME

04 : Pengukuran kembali kategori pengetahuan, sikap dan kadar gula darah pada kelompok kontrol setelah diberikan intervensi edukasi SDME dengan media booklet

05 : Identifikasi kategori pengetahuan, sikap dan kadar gula darah pada kelompok kontrol dan intervensi sesudah dan sebelum diberikan SDME X : Intervensi edukasi SDME yang diberikan pada kelompok intervensi selama

3 minggu dengan jumlah pertemuan 3 kali (satu kali pertemuan 60-120 menit)

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

Pre tes post tes

01

02

X 03

04

(59)

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua prediabetes yang lolos dalam screening menggunakan Diabetic Risk Calculator (DRC) di wilayah kerja Puskemas Pesantren I kota Kediri pada tahun 2016. Sedangkan penderita DM pada tahun 2015 yang tercatat aktif yang mengikuti club DM di Puskesmas Pesantren I Kota Kediri adalah sebanyak 40 orang.

2. Sampel penelitian

Sampel penelitian diambil dari populasi terpilih berdasarkan hasil screening dengan menggunakan Diabetic Risk Calculator (DRC) dan untuk kemudian kemudian dipilih menggunakan teknik purposive sampling mengacu pada kriteria inklusi penelitian. Keseluruhan dari sampel penelitian berjumlah 52 responden.

a. Besar sampel

Estimasi besar sampel untuk penelitian yang bertujuan menguji hipotesis beda 2 mean kelompok independen

n =

n =

n = 24 orang

2σ²(Z₋α/ + Z₋ß)²

(µ - µ )²

2(14)(1,96+ 0,842)²

(60)

Pada penelitian ini jumlah minimal sampel yang diperlukan untuk setiap kelompok adalah sebesar 24 orang.

Keterangan : n

Z₋α/

Z₋ß

µ

µ

µ -µ

σ

σ²

:Perkiraan jumlah sampel

:Standar significant/kesalahan tipe 1 yang ditetapkan α=5% (sehingga standar deviasi α= 1,96)

:Standar normal deviasi untu ß (Power penelitian ditetapkan 80% sehingga nilai ß = (1-0,8) = 0,2)

:Mean dari kelompok kontrol yang didapat dari literatur atau berdasarkan pengalaman peneliti (ditetapkan Standar deviasi (SD)= 2)

:Nilai mean kelompok uji coba yang didapat dari pendapat (judgement) peneliti

:Beda mean yang dianggap bermakna secara klinik antara dua kelompok dari penelitian sebelumnya diadapatkan nilai 3,06 :Estimasi standar deviasi dari beda mean kedua kelompok

berdasarkan literatur

:Estimasi varian kedua kelompok berdasarkan penelitian sebelumnya didapatkan nilai 14

Untuk menghindari drop out maka dapat dikoreksi atau penambahan jumlah sampel berdasarkan prediksi sampel drop out dari penelitian. Adapun rumus estimasi droup out adalah sebagai berikut :

n* =

n* = = 26

n

(1-f) 24

1-0,1

Keterangan :

n* = besar sampel setelah dikoreksi n = jumlah sampel berdasarkan estimasi

sebelumnya

(61)

Berdasarkan hasil perhitungan sampel didapatkan keseluruhan jumlah sampel penelitian sebanyak 52 orang. Besar sampel yang diambil peneliti telah didasarkan pada pertimbangan kriteria inklusi dan ekslusi (Nursalam, 2011).Adapun kriteria inklusi dalam penelitian yaitu sebagai berikut :

1) Prediabetes dengan kadar gula darah 2 jam setelah makan 140-199 mg/dl 2) Prediabetes diwilayah kerja Puskesmas Pesantren 1 yang lolos screening

dengan menggunakan DRC dan bersedia mengikuti program SDME dan mengisi form persetujuan menjadi responden

3) Pendidikan minimal SD

4) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

(62)

dan Balita RW 1 Kelurahan Bangsal Kota Kediri. Kegiatan dimulai pada pukul 18.30 setelah aktivitas rutin pekerjaan responden dilakukan dan sesuai hasil kesepakatan bersama.Pelaksanaan edukasi dilakukan selama 3 minggu dengan jumlah pertemuan sebanyak 3 kali sedangkan untuk tiap kali pertemuan membutuhkan waktu 60-120 menit (1-2 jam).

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Varibel bebas dalam penelitian yaitu Self Diabetes Management Education 2. Variabel terikatnya adalah pengetahuan, sikap dan kadar gula darah

padaprediabetes.

(63)

4

5

E. Definisi Operasional

Tabel : 3.1 Definisi Operasional Pengaruh SDME terhadap Pengetahuan, Sikap dan Kadar Gula Darah Prediabetes di Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri

NO Variabel Definisi Indikator Skala ukur Cara pengukuran Satuan

Ukur 1 Independen

SDME

Pemberian edukasi dengan acuan modul pembelajaran yang telah dikonsultasikan

sebelumnya ke dokter konsultan endokrin, ahli gizi dan farmasi minimal 2 kali dan selanjutnya informasi akan disampaikan kepada penderita prediabetes yang dilakukan selama 3 minggu dengan total pertemuan sebanyak 3 kali dan jumlah waktu untuk setiap kali pertemuan adalah 1-2 jam (60-120 menit). Pelaksanaan pertemuan di RW I Kelurahan Bangsal Kota Kediri

Kurikulum SDME (2012) yang terdiri dari:

a. Menggambarkan proses penyakit dan pilihan pengobatan b. Memasukkan

manajemen gizi ke dalam gaya hidup c. Memasukkan

aktivitas fisik dalam gaya hidup

d. Menggunakan obat dengan aman dan untuk efektivitas terapi maksimum e. Pemantauan dan

menafsirkan glukosa darah dan parameter lainnya serta dan menggunakan hasil keputusan

[image:63.842.121.768.153.478.2]
(64)

NO Variabel Definisi Indikator Skala ukur Cara pengukuran Satuan Ukur penyusunan manajemen diri f. Mencegah, mendeteksi, dan mengobati komplikasi akut g. Mencegah, mendeteksi, dan mengobati komplikasi kronis h. Mengembangkan strategi pribadi untuk mengatasi masalah psikososial dan kekhawatiran i. Mengembangkan

strategi pribadi untuk mempromosikan perubahan kesehatan dan perilaku

2 Dependen Pengetahuan

Kemampuan pemahaman penderita prediabetes selama mengikuti edukasi SDME dengan evaluasi pengukuran pengetahuan yang

Ranah pemahaman responden terhadap edukasi yang diberikan mengacu pada tiga kata kunci edukasi dalam Wake up materials

Skala interval dari tingkat Pengetahuan

a.Baik 76%-100% b.KurangBaik

Kuesioner %

(65)

NO Variabel Definisi Indikator Skala ukur Cara pengukuran Satuan Ukur dilakukan pada awal

pertemuan edukasi dan pada akhir sesi

pertemuan edukasi pada dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnnya

(2007) yang terdiri dari : a. Konsep prediabetes

dan progres resiko DM tipe 2 dan penyakit kardiovaskuler b. Konsep seberapa

mungkin resiko dicegah

c. Konsep progres pencegahan yang dibutuhkan pasien dari perubahan gaya hidup, penurunan berat badan dan peningkatan aktivitas

<56% (Sugiono, 2010)

3 Sikap Kesiapan responden

dalam perilaku self care activities yang terdiri dari managemen gula darah, kontrol diet, aktivitas fisik serta perawatan diri yang dilakukan.

Pengukuran sikap dilakukan pada awal pertemuan edukasi dan

Komponen sikap yang terdiri dari:

komponen kognitif, komponen afektif, serta komponen konatif yang terangkum dalam 17 item pertanyaan dimana secara garis besar lingkup pertanyaan terdiri dari;

Skala Interval dengan

menggunakan skalaLikert yang terdiri dari jawaban “sangat

setuju”, ”setuju”, “kurang

Kuesioner %

(66)

NO Variabel Definisi Indikator Skala ukur Cara pengukuran Satuan Ukur pada akhir pertemuan

edukasi dengan

menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan mengacu pada Diabetes Self

Management

Questionnaire (DSMQ) tahun 2013

a. Managemen gula darah

b. Kontrol diet c. Aktivitas fisik d. Perawatan diri yang

digunakan (Schimitt, et al, 2013)

setuju” dan “tidak setuju” dengan

penilaian : a. Baik

76%-100% b.Kurang baik

<56%(Sugi ono, 2010)

4 Kadar Gula

darah

Pemeriksaan kadar gula darah yang dilakukan 2 jam setelah makan pada semua kelompok baik kelompok intervensi

maupun kelompok

kontrol dan dilakukan pada awal pertemuan edukasi dan pada akhir pertemuan edukasi.

Pengukuran terhadap kadar gula darah 2 jam setelah makan dengan nilai 140-199 mg/dl (prediabates consensus statement, 2008)

Skala yang diperoleh adalah rasio dari angka yang muncul dalam alat glucosemeter.

Pemeriksaan

dilakukan dengan menggunakan darah perifer melalui Alat glucosemeter yang dilengkapi dengan GD stik, jarum (blood lancet), kapas alkohol, handscoen bersih dan lembar chek pemantauan gula darah.

dinyatakan dalam mg/dl

(67)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian yang digunakan dalam pengambilan data penelitian terdiri dari alat skreening prediabetes, kuesioner tentang pengetahuan dan kuesioner tentang sikap serta alat glucosemeter untuk menilai kadar gula darah.

1. Instrumen skreening prediabetes

Menurut Heikes, et al (2008) terdapat alat ukur untuk melakukan skreening prediabetes yaitu dengan menggunakan Diabetes Risk Calculator (DRC). DRC merupakan suatu alat non invasif yang dirancang untuk mereka yang beresiko mendapatkan prediabetes atau diabetes tidak terdiagnosa. Terdapat tiga kategori desain dalam DRC untuk mereka yang memiliki resiko tinggi untuk diabetes atau prediabetes, prediabetes, dan resiko rendah prediabetes. Alat ini telah divalidasi menggunakan v-fold cross-validation dan data telah divalidasi ulang NHANES 1999-2004.

(68)

diabetes (parent)), saudara riwayat diabetes (history diabetes (sibling)), latihan dengan rekan-rekan (exercise compared with peers). Penilaian dari screening dengan menggunakan DRC terdiri dari kriteria sebagai berikut : 1) Diabetes Mellitus >8%

2) Prediabetes >29,5% 3) UndiagnosedDM ≤ 2,5% 4) Neither DM/Prediabetes ≤ 29% 5) Risk undiagnosed DM < 1%

Berdasarkan penilaian diatas maka dapat dikelompokkan resiko Prediabetes atau DM sebagai berikut; DM atau prediabetes, prediabetes dan atau resiko prediabetes rendah (Low). Pelaksanaan screening dengan menggunakan DRC dilakukan dengan wawancara terstruktur dimana terdapat kontrol dari pembicaraan yang sesuai atau diiinginkan peneliti serta telah disusun dan ditanyakan secara urut (Nursalam, 2013).

2. Instrumen pengukuran pengetahuan

(69)
[image:69.595.138.493.526.644.2]

mengenai prediabetes, progres penyakit dan upaya pencegahan penyakit. Kuesioner penelitian yang dikembangkan dariWakeup Toolit for Prediabetes tahun 2007 terdiri dari 25pertanyaan.Setelah melalui proses uji validitas dan reliabilitas pertanyaan dalam kuesioner menjadi 23 pertanyaan. Kuesioner pengetahuan menggunakan bentukClosed Ended Questions jenis Dichotomy Question dengan jawaban “Ya” (skor 1) dan “Tidak” (skor 0) (Nursalam, 2013). Hasil pengukuran pengetahuan akan dioleh secara manual dan jawaban dari responden akan dihitung dengan cara penghitungan : jawaban/jawaban skor tertinggi x 100%. Hasil yang diperoleh akan dikategorikan dalam tingkat pengetahuan : Baik (56%-100%)dan Kurang Baik (<56%). Kuesioner pengetahuan yang digunakan terbagi dalam pertanyaan favourable dan unfavourabel. Uraian mengenai pertanyaan dalam kuesioner pengetahuan dapat dapat diketahui dalam tabel seperti dibawah ini :

Tabel 3.2 Pembagian Materi Kuesioner Pengetahuan

No Materi Jenis Pertanyaan

Favourable Unfavourable

1 Prediabetes 1,3 2,4,5

2 Progres perkembangan prediabetes

6,7,9,10 8

3 Pencegahan prediabetes 11,13,14,15,17, 18,21

12,16,19,2022, 23

Total pertanyaan 13 10

3. Instrumen pengukuran sikap

(70)

Schimitt et al (2013) dan telah dimodifikasi sendiri oleh peneliti. Setiap pernyataan dalam kuesioner menggambarkan aktivitas perawatan diri berkaitan dengan kondisi diabetes dan yang dilakukan selama 8 minggu terakhir. Pertanyaan dalam kuesioner dikembangkan dari garis besar materi edukasi mengenai managemen gula darah, kontrol diet, aktivitas fisik serta perawatan diri yang digunakan pada kondisi prediabetes. Jawaban yang diperoleh dimodifikasi dari DSMQ yang semula jawaban terdiri dari jawaban “sangat berguna bagi saya” (skor 3), “berguna bagi saya” (skor 2),

“sebagian berguna bagi saya” (skor 1) dan “tidak berguna bagi saya” (skor

0) menjadi “ Sangat setuju” (skor 3), “Setuju” (skor 2), “Kurang setuju”

(skor 1) dan “Tidak setuju” (skor 0). Instrumen pengukuran sikap

meru

Gambar

Tabel Rekap Data Demografi
Tabel 2.1 Penelitian terkait
Gambar 2.1 Classification Tree For Detecting Pre Diabetes (PDM) Or
Gambar 2.2 Kerangka Teori (Sumber : Prediabetes Consensus Statement (2008), Alligood (2010), Chuang Yuan, et al (2010), Notoadmojo (2007) dan Azwar (2011), Fox & Kilvert (2010), Purnawati (1998)
+7

Referensi

Dokumen terkait

2011.Pengaruh Frekuensi Konseling Gizi dan Gaya Hidup terhadap Indeks Massa Tubuh, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, dan Glukosa Darah pada Penderita Diabetes

Tujuan dari penelitian ini adalah mencari hubungan antara Indeks Massa Tubuh dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul dengan tekanan darah pasien hipertensi yang

Penelitian mengenai hubungan indeks massa tubuh dan rasio lingkar pinggang panggul dengan tekanan darah pasien hipertensi di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya yang

Judul Skripsi : Hubungan Rasio Lingkar Pinggang Pinggul dan Indeks Massa Tubuh Terhadap Tekanan Darah pada Middle Age (45-59 Tahun) di desa Polaman Kota

Tujuan dari penelitian ini adalah mencari hubungan antara Indeks Massa Tubuh dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul dengan tekanan darah pasien hipertensi yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar gula darah penderita DM tipe 2 rawat jalan di RS Tugurejo Semarang..

Tidak ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus di Desa Barengkrajan Kecamatan Krian Kabupaten

Hal ini membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut hubungan Indeks Massa Tubuh IMT dan lingkar pinggang dengan kadar gula darah puasa, sehingga peneliti ingin melakukan