• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH VARIASI PENGGUNAAN 8 BUSI DAN CDI BRT HYPER BAND TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA SEPEDA MOTOR HONDA KARISMA X 125 CC BERBAHAN BAKAR PREMIUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH VARIASI PENGGUNAAN 8 BUSI DAN CDI BRT HYPER BAND TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA SEPEDA MOTOR HONDA KARISMA X 125 CC BERBAHAN BAKAR PREMIUM"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

KARISMA X 125 CC BERBAHAN BAKAR PREMIUM

TUGAS AKHIR

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Penyelesaian Studi Strata-1 Pada Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh: GHILMAN AWALUL .M

20120130148

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

dan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan.‟‟ (Al-Mujadillah:11)

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.”

(QS. Al-Insyirah,6-8)

(3)

mengerti diri ini walau tanpa ucapan. Terima kasih , meski tidak sekarang

semoga Allah memberiku waktu dan kesempatan untuk menunjukan baktiku.  Bapakku tercinta rahimahullahu, maafkan aku yang belum sempat

menunjukkan ijazah sarjanaku ketika engkau masih hidup. Aku hanya bisa

mendoakanmu agar engkau senantiasa mendapatkan rahmat dari Alloh

Subhanahu wa Ta’ala sembari aku terus memperbaiki diri agar menjadi anak yang sholeh yang bisa menjadi salah satu sebab engkau dimasukkan ke dalam

Jannah-Nya kelak.

 Mba Ika, Mba Dede, Mba Ira, Mas Fahmi, Mas Mian, Mas Rizki yang selalu sabar menghadapi dan tidak lelah menasihati serta mendoakan ku.

 Keponakan-keponakanku (Maisha, Khaulah, Abdulloh, Aisyah, Zia, Rara, Abid) yang selalu buat om semangat lewat tawa dan keributan kalian semua.

(4)

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

INTISARI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Batasan Masalah... 2

1.4. Tujuan Penelitian ... 3

1.5. Manfaat Penelitian ... 3

1.6. Sistimatika Penulisan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka ... 5

2.2. Dasar Teori ... 14

2.2.1. Pengertian Motor Bakar ... 14

2.2.2. Siklus Termodinamika (Otto) ... 15

2.2.3. Prinsip Kerja Motor Bensin (Otto)... 16

(5)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Diagram Alir Pengujian ... 33

3.2. Tempat Penelitian... 41

3.3. Bahan Dan Alat Penelitian ... 42

3.4. Persiapan Pengujian ... 52

3.5. Tahap Pengujian ... 52

3.6. Skema Alat Uji... 55

3.7. Prinsip Kerja Alat Uji. ……… 55

3.8. Metode Pengambilan Data………..……… 56

3.9. Metode Perhitungan Torsi, Daya, dan Konsumsi Bahan Bakar……….. 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Percikan Bunga Api Busi……….. 58

4.2. Hasil Pengujian Kinerja Mesin ... 62

4.3 Perhitungan ... 73

4.4 Perbandingan Hasil Pengujian Karakteristik Percikan Bunga Api dengan Hasil Pengujian Kinerja Mesin ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 78

5.2. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA

(6)

Gambar 2.3 Hasil Pengujian Konsumsi Bahan Bakar Variasi 3 Busi ... 8

Gambar 2.4 Hasil Pengujian Torsi Variasi Tingkat Panas Busi ... 10

Gambar 2.5 Hasil Pengujian Daya Variasi Tingkat Panas Busi ... 11

Gambar 2.6 Hasil Pengujian Torsi Variasi CDI Standar dan CDI Hyper Band 12 Gambar 2.7 Hasil Pengujian Daya Variasi CDI Standar dan CDI Hyper Band 13 Gambar 2.8 Diagram siklus Otto ... 15

Gambar 2.9 Skema Gerakan Torak 4 langkah ... 17

Gambar 2.10 Skema Gerakan Torak 2 Langkah ... 19

Gambar 2.11 Skema Sistem Pengapian ... 21

Gambar 2.12 Konstruksi baterai ... 22

Gambar 2.13 CDI (Capasitor Discharge Ignition) ... 23

Gambar 2.14 Koil Pengapian ... 23

Gambar 2.15 Konstruksi busi ... 25

Gambar 2.16 Busi Standar ... 26

Gambar 2.17 Busi Platinum ... 26

Gambar 2.18 Busi Resistor ... 27

Gambar 2.19 Busi Iridium... 27

Gambar 2.20 Busi TwinIridium ... 27

Gambar 2.21 Grafik Suhu Warna... 28

Gambar 3.1. Diagram alir pengujian percikan bunga api pada busi ... 33

(7)

Gambar 3.6. CDI ( Capacitor Discharge Ignition)………... 44

Gambar 3.7. Koil (Ignition Coil)………...……… 45

Gambar 3.8. Busi Denso Standar ...………..……… 46

Gambar 3.9. Busi Autolite ...………...……… 46

Gambar 3.10. Busi Resistor CPR6 …...……….……… 46

Gambar 3.11. Busi Resistor CPR9 ...……… 47

Gambar 3.12. Busi NGK Platinum ………...… 47

Gambar 3.13. Busi TDR 065 ... 47

Gambar 3.14. Busi Racing Bee ... 48

Gambar 3.15. Busi Denso Iridium ... 48

Gambar 3.16. Alat Percikan Bunga Api ... 49

Gambar 3.17 Tachometer ... 49

Gambar 3.18. Kamera casio exilim……… 50

Gambar 3.19. Dynamometer……… 50

Gambar 3.20. Personal Computer……… 50

Gambar 3.21. Gelas Ukur 50 ml………....……… 51

Gambar 3.22. Stopwatch……… 51

Gambar 3.23. Skema alat uji daya motor……….………. 55

Gambar 4.1. Hasil pengujian percikan bunga api kondisi standar (Busi Denso Standar-CDI Standar) ... 59

Gambar 4.2. Percikan Bunga Api 8 Busi-CDI BRT.………. 59

(8)
(9)

Lampiran 3. Kuisioner Penilaian Warna Karakteristik Percikan Bunga Api

Lampiran 4. Kuisioner Penilaian Ukuran Karakteristik Percikan Bunga Api

Lampiran 5. Kuisioner Penilaian Kestabilan Karakteristik Percikan Bunga Api

Lampiran 6. Hasil pengujian konsumsi bahan bakar variasi 8 busi-CDI BRT

(10)

"]VD

PERCIKAN BI]NGA API DAX

XIN'E.'A

SEPEDA MOTOTEOITDA XA{ISMII X I25 CC

R'PI4EAiIBAIQUI

Dh$

Ot.n:

Talr!

DtFrge

dr

lri'drjn

OLL :

Doe

PabiEbirg

n

z4yry

IlioE

dU

AIIE SriL& Sl-

i[T.

NIla r97r0221:mo!ro

rE

e

P6grji

.

lh.la

nlr. Errlnl

S&li

sT-

Mle

Nrrc ,959r22n d3ro u:r rE

Tuga.ldniniErrIdidr6iesfi

*-!.s.ii&tEl!p6tE

&'d&

(11)

xiv INTISARI

Setelah dilakukan penelitian ini dapat diketahui bahwa setiap jenis busi memiliki pengaruh terhadap karakteristik percikan bunga api, torsi, daya dan konsumsi bahan bakar yang berbeda-beda. Dalam dunia otomotif pengembangan terhadap komponen-komponen sistem pengapian terus dilakukan, salah satunya adalah pengembangan busi dan diciptakannya CDI digital hyper band. Busi dapat dibedakan dari dua sisi, sisi yang pertama dilihat dari tingkat panas busi (panas, sedang, dingin) dan sisi kedua dilihat dari material elektroda (nikel, platinum dan iridium).

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan variasi jenis busi terhadap karakteristik percikan bunga api dan kinerja motor Honda Karisma X 125 cc perlu dilakukan penelitian yang akurat. Pengujian dilakukan dengan menggunakan bahan bakar Premium. Pengujian ini untuk mencari unjuk kerja mesin 4 langkah meliputi torsi, daya, dan konsumsi bahan bakar.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa percikan bunga api yang paling baik dihasilkan oleh busi Denso Iridium IU27-CDI BRT. Nilai torsi tertinggi dihasilkan oleh busi Denso Iridium IU27-CDI BRT yaitu sebesar 10,54 N.m pada putaran mesin 4547 rpm. Nilai daya tertinggi dihasilkan oleh busi NGK CPR6EAGP-9-CDI BRT yaitu sebesar 9,0 HP pada putaran mesin 6758 rpm. Busi Denso Iridium IU27-CDI BRT memiliki konsumsi bahan bakar yang paling efisien dimana dengan 1 liter premium dapat menempuh jarak sejauh 70,42 km. Mengacu pada hasil pengujian tersebut maka busi Denso Iridium IU27 adalah busi yang paling tepat digunakan untuk sepeda motor Honda Karisma X 125 cc.

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia otomotif yang semakin pesat pada era ini yang juga

diikuti dengan pengembangan dan penyempurnaan berbagai komponen sepeda

motor. Salah satu komponen yang dikembangkan adalah sistem pengapian

sepeda motor. Sistem pengapian konvensional (platina) kini sudah banyak

ditinggalkan dan beralih ke sistem pengapian CDI (Capasitor Discharge

Ignition).

Sistem pengapian memiliki peranan penting dalam proses pembakaran

dalam ruang bakar. Sistem pengapian yang baik maka akan baik pula

pembakaran dalam ruang bakar karena kemungkinan adanya campuran bahan

bakar dan udara yang tidak terbakar akan semakin kecil.

Dalam sistem pengapian busi memiliki peranan penting. Busi berfungsi

untuk memercikkan bunga api sehingga dengan pemakaian desain busi dan

material elektroda busi yang lebih baik diharapkan percikan bunga api yang

dihasilkan busi akan semakin sempurna. Banyaknya jenis busi mulai dari jarak

kerenggangan elektroda yang bervariasi, berbagai macam material yang

digunakan untuk membuat elektroda busi mulai dari nikel,platinum dan

iridium hingga busi yang memiliki lebih dari 1 elektroda bahkan pada saat ini

ada pula busi yang ditanami resistor di dalamnya yang diperuntukkan untuk

motor bersistem injeksi.

Rohman (2016) telah meneliti pengaruh penggunaan 3 jenis busi terhadap

karakteristik percikan bunga api dan kinerja motor Honda Blade 110 CC

berbahan bakar premium. Penelitian terdahulu yang dilakukan Rohman (2016)

baru menggunakan variasi 3 jenis busi yang terdiri dari busi jenis standar

(berbahan nikel), busi jenis platinum dan busi jenis double iridium. Oleh

(13)

seperti busi resistor, busi tiga elekroda dan busi single iridium untuk

mengetahui pengaruh dari masing-masing jenis busi tersebut terhadap

karakteristik percikan bunga api dan kinerja mesin sepeda motor untuk

mengetahui pengaruhnya terhadap karakteristik percikan bunga api dan

kinerja mesin sepeda motor.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan diteliti pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh penggunaan variasi busi terhadap karakteristik

percikan bunga api pada sepeda motor Honda Karisma-X 125 cc dengan

menggunakan variasi 8 busi yang terdiri dari dua merk busi standar

(Denso standar dan Autolite), dua busi resistor (R CPR6 dan

NGK-R CPNGK-R9), dua merk busi platinum (NGK CPNGK-R6GP dan TDNGK-R 065), satu

merk busi tiga elektroda (Racing Bee) dan satu merk busi iridium (Denso

Iridium seri IU27)?

2. Bagaimana perbandingan torsi dan daya yang dihasilkan dari pemakaian 8

busi tersebut pada sepeda motor Honda Karisma X 125 CC?

3. Bagaimana perbandingan konsumsi bahan bakar dengan variasi 8 busi

pada sepeda motor Honda Karisma X 125 CC?

4. Bagaimana memilih busi yang paling tepat untuk digunakan pada sepeda

motor Honda Karisma X 125 CC?

1.3 Batasan Masalah

Pada tugas akhir ini masalah yang akan diteliti dibatasi dalam lingkup

sebagai berikut:

1. Motor bensin yang digunakan dalam penelitian ini adalah motor bensin 4

langkah dengan volume silinder 125 CC dengan merk Honda Karisma X

125 CC.

2. Pengujian mengguakan Dynamometer untuk mengukur torsi dan daya

mesin.

(14)

4. Jenis bahan bakar yang digunakan adalah Premium.

5. Motor yang digunakan dalam pnelitian ini adalah motor yang masih

standar pabrikan Honda Karisma X 125 CC.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh variasi penggunaan 8 busi terhadap

karakteristik percikan bunga api busi pada sepeda motor Honda Karisma

X 125 CC.

2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan 8 busi terhadap kinerja sepeda

motor Honda Karisma X 125 CC yang meliputi torsi dan daya.

3. Untuk mengetahui perbandingan konsumsi bahan bakar dari penggunaan

8 busi pada sepeda motor Honda Karisma X 125 CC.

4. Untuk mengetahui penggunaan busi yang tepat digunakan pada sepeda

motor Honda Karisma X 125 CC dengan mengacu pada hasil pengujian 8

busi tersebut yang meliputi torsi, daya dan konsumsi bahan bakar.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Memperoleh data karakteristik percikan bunga api pada masing-masing

busi yang digunakan pada sepeda motor Honda Karisma X 125 CC.

2. Memperoleh data perbandingan kinerja yang meliputi torsi dan daya pada

sepeda motor Honda Karisma X 125 CC yang menggunakan variasi 8

busi.

3. Memperoleh data perbandingan konsumsi bahan bakar pada sepeda motor

Honda Karisma X 125 CC yang menggunakan variasi 8 busi.

4. Sebagai masukan bagi pemilik sepeda motor Honda Karisma X 125 CC

(15)

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika laporan Tugas Akhir ini memuat tentang isi bab yang dapat

diuraikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan penelitian, batasan masalah

manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang hasil penelitian terdahulu yang dapat diambil dari

jurnal, disertasi, tesis dan skripsi yang aktual. Selain itu juga berisi tentang

landasan teori yang meliputi konsep-konsep yang relevandengan permasalahan

yang akan diteliti.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang diagram alurpenelitian, alat dan bahan yang

digunakan dalam penelitian. Menjelaskan juga kendala-kendala yang dihadapi

selama penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang data hasil penelitian, analisa serta pembahasan.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang bisa

berguna bagi pembaca maupun penliti selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

(16)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Rohman (2016) meniliti tentnag pengaruh penggunaan variasi 3 jenis busi

(Denso Standar, NGK Platinum, DURATION Double Iridium) terhadap

karakteristik percikan bunga api dan kinerja mesin sepeda motor Honda Blade

110 cc. Hasil Penelitian tersebut menunjukkan karakteristik percikan bunga api

yang bebeda-beda dimana busi NGK Platinum memiliki percikan bunga api yang

paling baik dibanding dua jenis busi lainnya. Selain itu perbedaan jenis busi dapat

menghasilkan torsi yang berbeda. Busi Denso standar memiliki nilai torsi

maksimal sebesar 9,99 N.m pada putaran mesin 5457 rpm, busi NGK Platinum

memiliki nilai torsi maksimal sebesar 10,18 N.m pada putaran mesin 5486 rpm

dan busi DURATION Double iridium memiliki nilai torsi maksimal sebesar 10,26

N.m pada putaran mesin 5747 rpm. Sedangkan daya maksimal yang dihasilkan

dari ketiga jenis busi ini sama besar yaitu 9,3 HP, tetapi pada putaran mesin yang

berbeda. Busi NGK Platinum mencapai daya maksimal pada putaran mesin 7029

rpm, busi Denso standar mencapai daya maksimal pada putaran mesin 7325 rpm

dan busi DURATION Double Iridium pada putaran mesin 7209 rpm. Sedangkan

dari hasil pengujian konsumsi bahan bakar diperoleh hasil busi NGK Platinum

adalah busi yang paling efisien dalam konsumsi bahan bakar dibanding dua busi

(17)

Tabel 2.1 Hasil Pengujian Torsi Variasi 3 Busi

(Rohman,2016)

RPM Torsi (N.m)

Denso Standar NGK Platinum Duration Double Iridium

5000 9,58 9,71 9,98

5457 9,99 10,07 10,15

5486 9,98 10,18 10,15

5747 9,81 10,01 10,26

6000 9,85 9,99 9,91

7000 9,32 9,41 9,25

8000 7,94 7,9 7,82

9000 6,37 6,4 6,41

Gambar 2.1 Hasil Pengujian Torsi Variasi 3 Busi

(Rohman,2016) 3 4 5 6 7 8 9 10 11

4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000

T ors i (N m )

Putaran Mesin (rpm)

Torsi ( N.m ) DENSO Standar

Torsi ( N.m ) NGK Platinum

(18)

Tabel 2.2 Hasil Pengujian Daya Variasi 3 Busi

(Rohman,2016)

RPM Torsi (N.m)

Denso Standar NGK Platinum Duration Double Iridium

5000 6,7 6,8 7,0

6000 8,3 8,5 8,4

7000 9,2 9,3 9,1

7029 9,2 9,3 9,2

7209 9,2 9,3 9,3

7325 9,3 9,2 9,2

8000 9,0 8,9 8,8

9000 8,1 8,2 8,2

Gambar 2.2 Hasil Pengujian Daya Variasi 3 Busi (Rohman,2016) 2 3 4 5 6 7 8 9 10

4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000

D

aya (

H

P

)

Putaran Mesin (rpm)

DENSO Standar

(19)

Tabel 2.3 Hasil Pengujian Konsumsi Bahan Bakar Variasi 3 Busi

(Rohman,2016)

Jenis Busi Volume BB ( l )

Jarak Tempuh (km)

Konsumsi BB (km/l)

DENSO Standar 0.0745 4 53.69

NGK Platinum 0.0735 4 54.42

DURATION

Duoble iridium 0.0765 4 52.28

Gambar 2.3 Hasil Pengujian Konsumsi Bahan Bakar Variasi 3 Busi

(Rohman,2016) 51 51,5 52 52,5 53 53,5 54 54,5 55

(20)

Selain dari jenis material elektroda yang berpengaruh terhadap torsi, daya

dan konsumsi BBM, tingkat panas busi juga berpengaruh terhadap kinerja mesin.

Nurdianto (2015) meneliti tentang pengaruh variasi panas busi terhadap performa

mesin motor 4 tak. Pada penelitian ini menggunakan busi merk Denso dan NGK.

Masing-masing merk busi diambil dua jenis busi yang memiliki tingkat panas

berbeda. Pada busi Denso diambil satu busi panas dengan kode U16FS-U dan satu

busi sedang dengan kode U22FS-U, sedangkan merk NGK diambil satu busi

panas dengan kode C6HSA dan satu busi sedang dengan kode C7HSA. Dari hasil

penelitian diperoleh hasil bahwa penggunaan busi sedang pada motor 4-langkah

dapat menaikkan performa mesin dan menurunkan emisi gas buang pada

kendaraan tersebut. Sebaliknya jika menggunakan busi panas pada motor secara

terus menerus akan menyebabkan performa mesin menurun dan emisi gas buang

meningkat. Hal ini disebabkan karena karakteristik dari busi panas tersebut.

Karakteristik dari busi panas adalah lambat untuk melepaskan kalor.

Tabel 2.4 Hasil Pengujian Torsi Variasi Tingkat Panas Busi

(Nurdianto,2015)

Putaran mesin

(RPM)

Torsi (Kgf.m)

Denso

(U22FS-U)

Denso

(U16FS-U) NGK C6HSA NGK C7HSA

4000 0,78 0,79 0,83 0,80

5000 0,79 0,80 0,81 0,82

6000 0,84 0,85 0,86 0,86

7000 0,78 0,78 0,80 0,82

8000 0,66 0,66 0,70 0,69

(21)

Gambar 2.4 Hasil Pengujian Torsi Variasi Tingkat Panas Busi

(Nurdianto,2015)

Tabel 2.5 Hasil Pengujian Daya Variasi Tingkat Panas Busi

(Nurdianto,2015)

Putaran mesin

(RPM)

Daya (PS)

Denso

(U22FS-U)

Denso

(U16FS-U) NGK C6HSA NGK C7HSA

4000 4,36 4,46 4,56 4,46

5000 5,48 5,58 5,68 5,78

6000 6,79 6,70 6,70 7,10

7000 7,71 7,81 7,81 8,01

8000 7,50 7,20 7,91 7,81

(22)

Gambar 2.5 Hasil Pengujian Daya Variasi Tingkat Panas Busi

(Nurdianto,2015)

Komponen kelistrikan lain yang berpengaruh terhadap kinerja motor salah

satunya adalah penggunaan variasi CDI. Purnomo,dkk (2012) meneliti tentang

penggunaan CDI standar dan CDI digital jenis hyper band terhadap torsi dan

daya sepeda motor Yamaha Jupiter MX tahun 2008. Kedua CDI ini sama-sama

menghasilkan torsi maksimal sebesar 10,18 Nm pada putaran 590 rpm. Sedangkan

daya maksimal yang dihasilkan CDI standar sebesar 10,07 HP pada putaran 9050

rpm dan daya maksimal yang dihasilkan CDI digital jenis hyper band sebesar

10,04 HP pada putaran 9100 rpm. Penggunaan CDI digital jenis hyper band tidak

memberikan peningkatan torsi dan daya maksimal dibanding penggunaan CDI

standar. Penggunaan CDI Hyper Band dapat meningkatkan putaran maksimal

mesin dikarenakan tidak menggunakan limiter. Putaran mesin maksimal yang

dapat dicapai ketika menggunakan CDI standar sebesar 9100 rpm. Sedangkan

putaran mesin yang dapat dicapai ketika menggunakan CDI Hyper Band sebesar

10600 rpm atau lebih tinggi 1500 rpm dari putaran mesin maksimal yang dapat

dicapai CDI Standar. Meningkatnya putaran mesin akan meningkatkan kecepatan

(23)

Tabel 2.6 Hasil Pengujian Torsi Variasi CDI Standar dan CDI Hyper Band

(Purnomo dkk,2012)

Putaran Mesin

(RPM)

Torsi (ft.lbs)

CDI Standar CDI Hyper Band

4000 7,2 7,2

5000 7,4 7,4

6000 7,5 7,5

7000 7,02 7,02

8000 6,2 6,4

9000 5,8 5,8

Gambar 2.6 Hasil Pengujian Torsi Variasi CDI Standar dan CDI Hyper Band

(24)

Tabel 2.7 Hasil Pengujian Daya Variasi CDI Standar dan CDI Hyper Band

(Purnomo dkk,2012)

Putaran Mesin

(RPM)

Torsi (ft.lbs)

CDI Standar CDI Hyper Band

4000 5,4 5,4

5000 7 7

6000 8,5 8,5

7000 9,2 9,2

8000 9,3 9,5

9000 10 9,5

9500 - 10

Gambar 2.7 Hasil Pengujian Daya Variasi CDI Standar dan CDI Hyper Band

(25)

2.2 Dasar Teori

2.2.1 Pengertian Motor Bakar

Motor bakar adalah mesin kalor atau mesin konversi energi yang

mengubah energi kimia bahan bakar menjadi energi mekanik berupa kerja.

Sebelum menjadi energi mekanik, energi kimia bahan bakar diubah terlebih

dahulu menjadi energi termal melalui pembakaran bahan bakar dengan udara.

Pada dasarnya pembakaran yang terjadi pada motor bakar dikategorikan menjadi

dua (2), yaitu:

a) Motor pembakaran luar atau External Combustion Engine (ECE) yaitu

suatu mesin yang mempunyai sistem pembakaran yang terjadi di luar

dari mesin itu sendiri sehingga untuk melakukan pembakaran

digunakan mesin tersendiri. Panas dari hasil pembakaran bahan bakar

tidak langsung diubah menjadi tenaga mekanis. Salah satu contohnya

adalah turbin uap.

b) Motor pembakaran dalam atau Internal Combustion Engine (ICE)

yaitu suatu mesin yang proses pembakaran bahan bakarnya terjadi di

dalam mesin itu sendiri sehingga panas yang dihasilkan pembakaran

bahan bakar dapat langsung diubah menjadi energi mekanik. Salah

satu contohnya adalah motor bakar pada torak.

Sedangkan jika ditinjau dari penggunaan bahan bakarnya, motor bakar

dibedakan menjadi dua macam yaitu motor bensin (otto) dan motor diesel. Bahan

bakar yang digunakan pada motor bensin diantaranya adalah Premium, Pertalite

dan Pertamax. Sedangkan pada motor diesel bahan bakar yang digunakan

diantaranya adalah Solar dan Pertamina Dex. Perbedaan lain dari motor bensin

dan motor diesel adalah sistem penyalaannya dimana pada motor bensin

menggunakan busi sebagai sistem penyalaannya dimana loncatan bunga api dari

busi berfungsi untuk membakar bahan bakar. Sedangkan pada motor diesel

(26)

2.2.2 Siklus Termodinamika

Siklus udara-konstan (Otto) dapat digambarkan pada gambar berikut :

Gambar 2.8 Diagram siklus Otto

(Arismunandar, 2002)

Keterangan gambar :

P = Tekanan fluida kerja (kg/cm2)

v = Volume spesifik (m2/kg)

qm = Jumlah kalor yang dimasukkan (kcal/kg)

qk = Jumlah kalor yang dikeluarkan (kcal/kg)

VL = Volume langkah torak (m3) atau (cm3)

(27)

Keterangan siklus :

1. Fluida kerja dianggap sebagai gas ideal dengan kalor spesifik yang

konstan.

2. Langkah isap (0-1) merupakan proses tekanan konstan.

3. Langkah kompresi (1-2) merupakan proses isentropik.

4. Pada proses (2-3) adalah proses pemasukan kalor pada volume

konstan.

5. Langkah kerja (3-4) ialah proses isentropik.

6. Pada proses (4-1) dianggap sebagai proses pembuangan atau proses

pengeluaran kalor pada volume konstan.

7. Langkah buang (1-0) adalah proses tekanan-konstan.

8. Siklus dianggap ‘tertutup’ yang artinya siklus ini belangsung dengan

fluida kerja yang sama; atau, gas yang berada di dalam silinder

padatitik 1 dapat dikeluarkan dari dalam silinder pad awaktu langkah

buang, tetapi pada langkah isap berikutnya akan masuk sejumlah fluida

kerja yang sama.

2.2.3 Prinsip Kerja Motor Bensin (Otto) A. Motor Bensin (Otto) Empat Langkah

Motor empat langkah adalah motor yang mnyelesaikan satu siklus

pembakaran dalam empat langkah torak atau dua kali putaran poros engkol. Yang

dimaksud adalah dalam satu siklus kerja motor bakar jenis ini mengadakan proses

pengisian (langkah hisap), langkah kompresi, langkah kerja atau ekspansi dan

langkah pembuangan. Pada motor empat langkah itik atas yang mampu dicapai

oleh gerakan torak disebut titik mati atas (TMA). Sedangkan titik terendah yang

mampu dicapai torak pada silinder disebut titik mati bawah (TMB). Siklus kerja

(28)

Gambar 2.9 Siklus kerja motor bakar empat langkah

(Arismunandar, 2002)

Keterangan :

a) Langkah Hisap:

1. Torak bergerak dari TMA ke TMB.

2. Katup masuk terbuka dan katup buang tertutup.

3. Campuran bahan bakardengan udara yang telah tercampur di dalam

karburator masuk ke dalam ruang silinder melalui katup inlet.

4. Saat torak berada di TMB katup masuk akan tertutup.

b) Langkah Kompresi:

1. Torak bergerak dari TMA ke TMB.

2. Katup masuk dan katup buang kdua-duanya tertutup sehingga gas

yang telah dihisap tidak keluar pada waktu ditekan oleh torak yang

mengakibatkan tekanan gas naik.

3. Beberapa saat sebelum torak mncapai TMB busi mengeluarkan

bunga api listrik.

4. Gas bahan bakar yang telah mencapai tekanan tinggi akan terbakar.

5. Akibat pembakaran bahan bakar, tekanan akan naik menjadi

(29)

c) Langkah Kerja/Ekspansi:

1. Kedua katup yaiu katup masuk dan katup buang sama-sama dalam

keadaan tertutup.

2. Gas terbakar dengan tekanan yang tinggi akan mengembang

kemudian menekan torak agar turun ke bawah dari TMA ke TMB.

3. Tenaga ini disalurkan melalui batang penggerak dan selanjutnya

diubah menjadi energi gerak berputar (rotasi) oleh poros engkol.

d) Langkah Buang:

1. Katup masuk dalam keadaan tertutup sedangkan katup buang

dalam keadaan terbuka.

2. Torak bergerak dari TMA ke TMB.

3. Torak mendorong gas sisa hasil pembakaran keluar ke lingkungan

melalui katup buang.

B. Motor Bensin Dua Langkah

Motor bensin dua langkah merupakan mesin yang memiliki proses

pembakaran dilakukan pada satu kali putaran poros engkol yang mengakibatkan

piston bergerak dua kali.

(30)
[image:30.595.144.482.110.368.2]

Gambar 2.10 Skema Gerakan Torak Dua Langkah

(Arismunandar, 1988)

Siklus kerja motor dua langkah dapat dipaparkan sebagai berikut:

a) Langkah Hisap:

1. Torak bergerak dari TMA ke TMB.

2. Pada saat saluran pembersih masih tertutup olh torak maka di

dalam bak mesin terjadi kompresi terhadap campuran bensin dan

udara.

3. Gas sisa pembakaran dari hasil pembakaran sebelumnya sudah

mulai terbuang melalui saluran buang. Proses ini terjadi di atas

torak.

4. Saat saluran pembersih sudah terbuka maka campuran antara

bensin dengan udara akan mengalir melalui saluran pembersih lalu

(31)

b) Langkah Kompresi:

1. Torak bergerak dari TMA ke TMB.

2. Rongga saluran pembersih dan rongga saluran buang dalam

keadaan tertutup, terjadi langkah kompresi dan setelah mencapai

tekanan tinggi busi memercikkan bunga api listrik untuk membakar

campuran antara bensin dengan udara.

3. Pada saat yang bersamaan di dalam bak mesin, bahan bakar dan

udara yang baru akan masuk ke dalam bak mesin melalui saluran

masuk.

c) Langkah Kerja/Ekspansi:

1. Torak kembali dari TMA ke TMB yang diakibatkan adanya

tekanan besar yang terjadi pada saat pembakaran bahan bakar.

2. Saat itu torak bergerak turun sekaligus mengkompresi bahan bakar

baru yang ada di dalam bak mesin.

d) Langkah Buang:

1. Menjelang torak mencapai TMB, saluran buang dalam kondisi

terbuka dan gas sisa pembakaran mengalir terbuang keluar.

2. Pada saat yang sama, bahan bakar dan udara baru akan masuk k

dalam ruang bakar mlalui rongga pembersih.

3. Setelah mencapai TMB kembali, torak mencapai TMB untuk

mengadakan langkah sebagai pengulangan dari yang dijelaskan

sebelumnya.

2.2.4 Sistem Pengapian

Sistem pengapian merupakan suatu sistem yang penting dalam setiap

motor bensin dimana fungsi dari sistem pengapian ini adalah untuk membakar

campuran bahan bakar dan udara yang ada didalam ruang bakar motor bensin.

(32)

penyediaan dan penyimpanan energi listrik di baterai, menghasilkan tegangan

tinggi kemudian menyalurkan tegangan tinggi tersebut ke busi, untuk selanjutnya

busi melepaskan bunga api pada elektrodanya. Tanpa adanya tahapan tersebut

maka pembakaran yang terdapat di dalam sebuah motor bensin tidak akan terjadi.

Gambar 2.11 Skema Sistem Pengapian (Jalius Jama, 2008)

Sistem pengapian memiliki komponen-komponen penting di dalamnya

yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Baterai

Baterai merupakan komponen yang menjadi sumber arus bagi lampu-lampu

pada kendaraan. Selain itu, baterai memiliki peranan dalam menyediakan arus

pada sistem pengapian. Prinsip kerja dari baterai adalah ketika kutub positif dan

kutub negatif bereaksi dengan larutan elektrolit yang berupa asam sulfat maka

akan terjadi pelepasan muatan elektron. Elektron yang bergerak dari kutub negatif

(33)

Gambar 2.12 Konstruksi baterai

(PT Toyota Astra Motor, 1995)

2. CDI (Capasitor Discharge Ignition)

CDI memiliki fungsi untuk mengatur waktu kapan munculnya percikan bunga

api di busi yang akan membakar bahan bakar yang telah dipadatkan oleh

piston pada ruang bakar. Kerja CDI didukung oleh pulser sebagai sensor

posisi piston dimana sinyal dari pulser akan memberikan arus pada SCR

(Silicon Controller Rectifier) yang akan membuka sehingga arus yang ada di

dalam kapasitor di dalam CDI dilepaskan. Selain didukung oleh pulser, kinerja

CDI juga didukung oleh baterai (pada CDI DC) atau spul (pada CDI AC)

dimana sebagian sumber arus diolah oleh CDI. Tentunya CDI didukung oleh

(34)

Gambar 2.13 CDI (Capasitor Discharge Ignition)

3. Koil Pengapian

Dalam sistem pengapian koil memiliki peranan untuk mengubah arus yang

diterima dari CDI menjadi tega-ngan tinggi agar dapat menghasilkan percikan

bunga api pada elektroda busi. Arus listrik yang datang dari baterai kemudian

masuk ke dalam koil. Arus yang masuk ke dalam koil memiliki tegangan

sekitar 12 volt yang kemudian tegangan ditingkatkan menjadi sekitar 10.000

volt oleh koil. Koil mempunyai dua kumparan yaitu kumparan primer dan

sekunder yang dililitkan pada plat besi tipis yang bertumpuk. Pada gulungan

primer terdapat lilitan kawat berdiameter 0,6 sampai 0,9 mm dengan jumlah

lilitan sebanyak 200 lilitan. Sedangkan pada kumparan sekunder terdapat

lilitan kawat berdiameter 0,5 sampai 0,8 mm dengan jumlah lilitan sebanyak

20.000 lilitan. Karena perbedaan pada jumlah lilitan kawat pada kumparan

primer dan sekunder maka pada kumparan sekunder akan timbul tegangan

kurang lebih sebesar 10.000 volt. Arus dengan tegangan tinggi ini timbul

diakibatkan tegangan induksi pada kumparan sekunder.

(35)

4. Busi

Busi (spark plug) merupakan salah satu komponen di dalam sistem pengapian

pada motor bensin. Busi memiliki dua elektroda yakni tengah dan elektroda

negatif (massa). Dalam sistem pengapian busi berfungsi untuk memercikkan

bunga api yang diperlukan untuk membakar campuran bahan bakar dan udara

yang telah dikompresi sehingga terjadi langkah usah.

Setelah arus listrik dibangkitkan oleh koil pengapian (ignition coil) menjadi

arus listrik tegangan tinggi yang kemudian arus tersebut mengalir menuju

distributor lalu menuju kabel tegangan tinggi dan akhirnya ke busi. Loncatan

bunga api yang terjadi di celah elektroda busi memiliki tegangan sekitar 10.000

volt. Karena busi mengalami tekanan, temperatur tinggi dan getaran yang sangat

keras maka material yang digunakan untuk pembuatan busi haruslah tahan

terhadap hal-hal tersebut. Pada setiap mesin biasanya sudah ditentukan oleh

pabrik busi yang disarankan untuk dipakai padamesin tersebut. Pada umumnya

perancangan busi diperuntukkan untuk keadaan panas (temperatur tinggi) dalam

ruang bakar motor bensin. Secara garis besar jenis busi ada 3 macam yaitu busi

panas, busi sedang (medium type) dan busi dingin.

Busi panas merupakan busi yang menyerap dan melepaskan panas dengan

lambat. Busi panas hanya diperuntukkan pada mesin yang memiliki temperatur

yang rendah di dalam ruang bakarnya. Busi dingin dapat diartikan sebagai busi

yang menyerap serta melepaskan panas dengan sangat cepat. Pemakaian jenis busi

ini pada mesin yang memiliki temperatur tingi di dalam ruang bakarnya.

(36)

Gambar 2.15 Konstruksi Busi Keterangan gambar:

1. Mur terminal busi;

2. Ulir terminal busi;

3. Barrier;

4. Insulator;

5. Seal Penghantar khusus;

6. Batang terminal;

7. Bodi;

8. Gasket;

9. Isolator;

10.Elektroda tengah;

11.Elektroda massa.

Walaupun konstruksi dari busi bisa dibilang sederhana tetapi kerja dari busi

tersebutsangatlah berat, temperatur pada elektroda busi pada saat langkah

pembakaran bisa mencapai suhu sekitar 2000ºC. Setelah temperatur tinggi

kemudian temperatur turun drastis pada saat langkah hisap (bahan bakar dan udara

(37)

seriap 1 siklus langkah kerja. Selain itu busi juga menerima tekanan yang tinggi

terutama pada saat langkah pembakaran yang bisa mencapai 45 atm.

Busi sendiri memiliki berbagai macam jenis, jenis-jenis busi dapat dilihat pada

pemaparan di bawah ini:

1. Busi Standar

Busi standar adalah jenis busi yang dianjurkan oleh pabrik untuk setiap

kendaraan. Kedua elektroda busi ini berbahan nikel dengan diameter

[image:37.595.228.418.278.406.2]

elektroda rata-rata 2,5 mm.

Gambar 2.16 Jenis busi standar 2. Busi Platinum

Busi jenis ini elektroda tengahnya terbuat dari platinum sedangkan ujung

elektrodanya terbuat dari nikel. Diameter elektroda tengah sekitar 0,5-0,8

mm. Ujung elektroda tengah busi ini berbentuk mengerucut yang dapat

membuat busi platinum ini mudah melepaskan elektron.

Gambar 2.17 Jenis busi Platinum 3. Busi Resistor

Busi ini biasa dipakai pada motor yang menggunakan sistem injeksi bahan

bakar. Cirinya adalah kode huruf R (Resistor) pada busi. Resistor 5 kilo

[image:37.595.249.414.536.640.2]
(38)

elektromagnetik yang ditimbulkan oleh loncatan bunga api di busi yang

[image:38.595.250.410.416.511.2]

dapat mempengaruhi ECU (Electronic Control Unit).

Gambar 2.18 Jenis busi Resistor 4. Busi Iridium

Busi ini memiliki ujung elektroda yang terbuat dari nikel sedangkan

elektroda tengahnya terbuat dari iridium alloy berwarna platinum buram.

Diameter elektroda tengahnya sekitar 0,4 mm dan berbentuk lebih kecil

dibanding busi standar dan busi platinum. Ukuran elektroda tengah pada

busi iridium mempengaruhi output tegangan yang dihasilkan dari koil

untuk melakukan proses pembakaran pada langkah akhir kompresi.

Gambar 2.19 Jenis busi Iridium 5. Busi Twin Iridium

Busi jenis ini merupakan pengembanmgan dari busi single iridium. Pada

busi twin iridium kedua elektrodanya terbuat dari bahan iridium sehingga

membuat busi menjadi lebih tahan lama dan pengapian lebih baik.

[image:38.595.254.406.622.698.2]
(39)

Hal-hal yang dipaparkan di atas merupakan berbagai jenis busi yang ada

pada saat ini dan busi yang sedang dikembangkan oleh para ilmuwan.

Pada tiap jenis busi mempunyai kemampuan tersendiri dalam

menghasilkan besar dan warna bunga api tergantung pada celah busi, jenis bahan

elektroda dan bentuk elektroda busi. Bunga api yang dihasilkan busi mempunyai

warna masing-masing dan mempunyai temperatur yang berbeda pada tiap warna

yang dihasilkan. Beberapa warna dan temperatur yang dihasilkan pada busi adalah

sebagai berikut :

Gambar 2.21 Grafik Suhu Warna

(Sumber : www.pinterest.com)

Pada penggunaan sebuah busi selain perlu mengetahui jenis-jenis busi

masih terdapat pula hal lain yang harus diperhatikan yakni bagaimana cara

merawat busi karena busi adalah salah satu komponen yang memiliki tugas

penting pada sistem pengapian motor bensin. Di bawah ini adalah

langkah-langkah untuk merawat busi:

1. Sediakan kunci busi, kemudian bukalah busi. Sediakan pula sikat

kawat dan bensin. Jangan membersihkan dengan menggunakan amplas

pada bagian elektroda busi karena akan memperpendek umur busi.

2. Bersihkan kotoran yang menumpuk pada kepala busi dengan

(40)

3. Setel jarak celah busi, namun hal ini tergantung dari jenis kendaraan

yang digunakan.

4. Tes pengapiannya. Caranya dengan meletakkan ujung kepala busi

kemudian start. Apabila bunga apinya sudah normal maka sudah cukup

baik saat dibersihkan.

5. Periksa juga kabel busi. Apabila kabel busi sudah berumur dapat

mengakibatkan hantaran listrik jadi berkurang.

6. Lakukan hal-hal di atas secara berkala.

2.2.5 Bahan Bakar A. Premium

Premium merupakan salah satu bahan bakar fosil yang sering digunakan

sebagai bahan bakar kendaraan motor bensin. Bahan bakar ini sering juga disebut

dengan gasoline atau petrol. Melihat dari sisi lingkungan, premium masih

memiliki banyak kandungan logam berat atau yang sering disebut timbal yang

berbahaya bagi kesehatan. Sedangkan bila dillihat dari sisi teknologi, penggunaan

premium didalam mesin yang berkompresi tinggi akan menyebabkan mesin

mengalami knoking, premium di dalam mesin kendaraan akan terbakar dan

meledak tidak sesuai dengan gerakan piston.

Tabel 2.8 Spesifikasi Premium

(Keputusan Dirjen Migas No. 3674K/24/DJM/2006)

No Sifat Batasan

Min Max

1 Angka oktan riset 88

2 Kandungan pb (gr/lt) 0,03

3 DESTILASI

-10% VOL.penguapan (˚C) 74

-50% VOL.penguapan (˚C) 88 125

(41)

Tabel 2.7 Spesifikasi Premium (lanjutan)

(Keputusan Dirjen Migas No. 3674K/24/DJM/2006)

No Sifat Batasan

Min Max

-Titik didih akhir (˚C) 205

-Residu (%vol) 2

4 Tekanan Uap Reid pada 37,8 ˚C (psi) 9,0

5 Getah purawa (mg/100ml) 4

6 Periode induksi (menit) 240

7 Kandungan Belerang (% massa) 0,02

8 Korosi bilah tembaga (3jam/50˚C) No.1

9 Uji doktor atau alternative belerang mercapatan (% masa) 0,00

10 Warna Kuning

B. Angka Oktan Bahan Bakar

Angka oktan pada bensin termasuk suatu bilangan yang menunjukan

sifat anti berdetonasi, yaitu makin tinggi angka oktan maka semakin berkurang

kemungkinanya untuk terjadi detonasi (knocing). Dengan kurangnya intensitas

untuk berdetonasi akan berakibat bahan bakar dengan udara yang dikompresikan

didalam ruang bakar yang menjadi tenaga motor akan semakin besar dan lebih irit

dalam konsumsi bahan bakar.

Besarnya angka oktan dalam bahan bakar itu tergantung oada

presentase iso-oktan (C8H18) dan normal hepta (C7H16) yang terkandung. Bahan

bakar yang cenderung ke sifat heptane normal itu bernilai oktan rendah, karena

lebih mudah berdetonasi, sebaiknya bahan bakar yang bagus yaitu cenderung ke

(42)

Tabel 2.9 Angka Oktan Bahan Bakar

2.2.6 Parameter Performa Mesin

Hal-hal yang dijadikan sebagai parameter performa mesin adalah analisa

terhadap Torsi, Daya dan Konsumsi Bahan Bakar. Ketiga parameter tersebut

dapat digambarkan seperti di bawah ini:

1. Torsi

Torsi dapat didefinisikan sebagai daya yang bekerja pada jarak momen

dan apabila dihubungkan dengan kerja dapat ditunjukkan dengan

persamaan:

T = F x b ...(2.1)

Keterangan:

T = Torsi (N.m)

F = Gaya yang terukur pada Dynamomter (kgf)

b = Panjang langkah pada Dynamometer (m)

1 kgf.m = 9,807 N.m = 7,233 lbf.ft

2. Daya

Daya merupakan besar usaha yang dihasilkan oleh mesin tiap satuan waktu, didefinisikan sebagai laju kerja mesin, ditunjukkan dengan persamaan:

Ne =

………...…(2.2)

Ne =

Jenis Bahan Bakar Angka Oktan

Bensin 88

Pertalite 90

Pertamax 92

(43)

Keterangan:

Ne = Daya poros (PS)

n = Putaran Mesin (rpm)

T = Torsi (N.m)

1 PS = 0.9863 HP

1 PS = 0,7355 kW

3. Konsumsi Bahan Bakar

Untuk mengetahui besarnya konsumsi bahan bakar dapat dicari dengan

cara uji jalan yaitu dengan mengganti tangki motor dengan buret ukuran

tertentu lalu buret diisi penuh dan digunakan untuk jalan hingga bahan

bakar yang ada di dalam buret habis. Lalu dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Kbb =

………..(2.3)

Keterangan:

Kbb = Konsumsi bahan bakar ( V = Volume bahan bakar (ml)

(44)
(45)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Pengujian

Proses pengambilan data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari 3

bagian yang dapat ditunjukkan pada gambar-gambar di bawah ini:

A. Diagram alir pengujian percikan bunga api pada busi

Proses yang pertama dilakukan adalah dengan meneliti percikan

bunga api pada busi untuk mengetahui karakteristik percikan bunga api

yang meliputi warna bunga api,kestabilan dan besarnya bunga api yang

dihasilkan dimana proses pengambilan datanya sebagai berikut:

Gambar 3.1 Diagram alir pengujian percikan bunga api pada busi Persiapan bahan pengujian:

1. Busi Denso Standar 6. Busi Platinum TDR 065 2. Busi Autolite 7. Busi Racing Bee

3. Busi NGK-R CPR6 8. Busi Denso Iridium IU27 4. Busi NGK-R CPR9 9. CDI BRT Hyper Band 5. Busi Platinum NGK CPR6GP

Persiapan alat pengujian:

1. Alat percikan bunga api 3. Kamera 2. Tachometer

(46)

Gambar 3.1 Diagram alir pengujian percikan bunga api pada busi (lanjutan)

A

Kondisi 1 sampai dengan 8:

1. Mesin standar, CDI BRT, Busi Denso standar;

2. Mesin standar, CDI BRT, Busi Autolite; 3. Mesin standar, CDI BRT, Busi NGK-R

CPR6;

4. Mesin standar, CDI BRT, Busi NGK-R CPR9;

5. Mesin standar, CDI BRT, Busi Platinum NGK CPR6GP;

6. Mesin standar, CDI BRT, Busi Platinum TDR 065;

7. Mesin standar, CDI BRT, Busi Racing Bee;

8. Mesin standar, CDI BRT, Busi Denso

Menghidupkan Mesin

Pengaturan putaran mesin percikan bunga api

N = 2800 rpm

Pengambilan hasil pengujian:

Gambar dan video

(47)

Tidak

Ya

Gambar 3.1 Diagram alir pengujian percikan bunga api pada busi (lanjutan)

A

Penggantian Busi

Semua kondisi sudah dilakukan pengujian

B

Analisa dan perbandingan hasil pengujian percikan bunga api

Kesimpulan

(48)

B. Diagram alir pengujian torsi dan daya

Langkah-langkah pengujian terhadap torsi dan daya menggunakan dynamometer dapat digambarkan melalui diagram alir berikut:

Gambar 3.2 Diagram alir pengujian torsi dan daya Persiapan bahan pengujian:

1. Busi Denso Standar 6. Busi Platinum TDR 065 2. Busi Autolite 7. Busi Racing Bee

3. Busi NGK-R CPR6 8. Busi Denso Iridium IU27 4. Busi NGK-R CPR9 9. CDI BRT Hyper Band 5. Busi Platinum NGK CPR6GP

Mulai

Persiapan alat pengujian:

1. Honda Karisma-X 125 cc 2. Bahan bakar (Premium) 3. Kunci busi

Kondisi 1 sampai dengan 8:

1. Mesin standar, CDI BRT, Busi Denso standar;

2. Mesin standar, CDI BRT, Busi Autolite;

3. Mesin standar, CDI BRT, Busi NGK-R CPR6;

4. Mesin standar, CDI BRT, Busi NGK-R CPR9;

5. Mesin standar, CDI BRT, Busi Platinum NGK CPR6GP;

6. Mesin standar, CDI BRT, Busi Platinum TDR 065;

7. Mesin standar, CDI BRT, Busi Racing Bee;

8. Mesin standar, CDI BRT, Busi Denso Iridium IU27.

(49)

Gambar 3.2 Diagram alir pengujian torsi dan daya (lanjutan) Menghidupkan Mesin

Posisi transmisi gigi 1-3

Pengambilan hasil pengujian:

Data output (daya dan torsi) didapat dari komputer pada

dynamometer

Mematikan mesin

Penggantian Busi

A

B

Semua kondisi sudah dilakukan pengujian

A

(50)

Gambar 3.2 Diagram alir pengujian torsi dan daya (lanjutan)

C. Diagram alir pengujian konsumsi bahan bakar

Pengujian konsumsi bahan bakar dari penggunaan 8 busi dilakukan

dengan penggunaan jarak pengujian sejauh 1,5 km dan menggunakan

gelas ukur ukuran 50 ml untuk mengetahui besarnya bahan bakar yang

digunakan. Proses pengujian tersebut dapat digambarkan pada diagram alir

di bawah ini:

Gambar 3.3 Diagram alir pengujian konsumsi bahan bakar Analisa hasil pengujian torsi dan

daya

Mulai

A

Persiapan bahan pengujian:

1. Busi Denso Standar 6. Busi Platinum TDR 065 2. Busi Autolite 7. Busi Racing Bee

3. Busi NGK-R CPR6 8. Busi Denso Iridium IU27 4. Busi NGK-R CPR9 9. CDI BRT Hyper Band 5. Busi Platinum NGK CPR6GP

A

Kesimpulan
(51)

Gambar 3.3 Diagram alir pengujian konsumsi bahan bakar (lanjutan)

A

Persiapan alat pengujian:

1. Honda Karisma-X 125 cc 2. Bahan bakar (Premium) 3. Kunci busi

4. Buret ukuran 50 ml 5. Stopwatch

Kondisi 1 sampai dengan 8:

1. Mesin standar, CDI BRT, Busi Denso standar;

2. Mesin standar, CDI BRT, Busi Autolite;

3. Mesin standar, CDI BRT, Busi NGK-R CPR6;

4. Mesin standar, CDI BRT, Busi NGK-R CPR9;

5. Mesin standar, CDI BRT, Busi Platinum NGK CPR6GP;

6. Mesin standar, CDI BRT, Busi Platinum TDR 065;

7. Mesin standar, CDI BRT, Busi Racing Bee;

8. Mesin standar, CDI BRT, Busi Denso Iridium IU27.

Menghidupkan Mesin

A

Posisi transmisi gigi 1-3

(52)

Gambar 3.3 Diagram alir pengujian konsumsi bahan bakar (lanjutan)

A

B

Pencatatan hasil pengujian:

Waktu dan konsumsi bahan bakar

Mematikan mesin

Penggantian Busi

Semua kondisi sudah

dilakukan pengujian

Analisa dan pengolahan hasil pengujian konsumsi bahan bakar

Kesimpulan

(53)

3.2 Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Laboratorium Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta;

b. Mototech Yogyakarta, Jalan Ringroad Selatan, Banguntapan, Yogyakarta;

c. Pengujian konsumsi bahan bakar di Jalan Ringroad Selatan, Tamantirto,

Yogyakarta.

3.3 Bahan dan Alat Penelitian A. Bahan Penelitian

1. Sepeda Motor

Sepeda motor yang digunakan sebagai bahan dalam penelitian ini

adalah Honda Karisma-X 125 cc tahun 2004. Kondisi mesin masih standar

pabrikan dan menggunakan bahan bakar premium dengan spesifikasi

sebagai berikut:

a. Spesifikasi mesin

Tipe mesin : 4 langkah, SOHC, 1 Silinder

Kapasitas mesin : 125 cc

Diameter x langkah : 52,4 x 57,9 mm

Rasio kompresi : 9,0:1

Daya maksimal : 9,3 PS @ 7500 rpm

Torsi maksimal : 10,1 N.m @ 4000 rpm

Pendingin : Udara

Pengapian : CDI-DC, Baterai

Baterai/accu : MF 12V-3,5 Ah

Busi : ND U20EPR9, NGK CPR6EA-9

Transmisi : 4 kecepatan (N-1-2-3-4-N) rotary

Kopling : Otomatis, basah, ganda.

(54)

b. Dimensi

Panjang x lebar x tinggi : 1901 x 708 x 1078 mm

Jarak sumbu roda : 1246 mm

Jarak ke tanah : 137 mm

Kapasitas oli mesin : 0,70 liter

Tangki BBM : 3,7 liter

Berat : 102,2 kg

c. Suspensi

Depan : Teleskopik

Belakang : Swing arm, double shockbreaker

d. Ban

Depan : 2,50 - 17 38L

Belakang : 2,75 – 17 41P

e. Rem

Depan : Cakram hidrolis

Belakang : Tromol

(55)

2. Baterai

Baterai yang digunakan pada sepeda motor Honda Karisma-X 125 cc

merupakan baterai yang sesuai dengan pabrikan berfungsi sebagai sumber arus

lampu-lampu dan sistem pengapian. Apabila mesin sudah hidup tugas dari

baterai digantikan oleh kumparan pengisian. Kondisi baterai haruslah selalu

dijaga karena memiliki peranan penting.

Spesifikasi Baterai :

- Merk : GS Astra

- Seri : GTZ5S

- Kapasitas : 3,5 Ah (Ampere Hour)

[image:55.595.181.452.364.583.2]

- Tegangan : 12 Volt

Gambar 3.5 Baterai

3. CDI (Capasitor Discharge Ignition)

CDI yang digunakan pada penelitian ini terhadap Honda Karisma-X 125

cc bukanlah CDI standar pabrik akan tetapi menggunakan CDI digital jenis

hyper band merk BRT yang tidak memiliki limiter dengan harapan dapat

(56)

Spesifikasi CDI BRT Hyper Band:

- Merk : Bintang Racing Team(BRT)

- Model : Power Max Hyper Band

- Type : Karisma/Supra X 125

- Tegangan : 8-18 Volt

[image:56.595.139.408.134.446.2]

- Putaran Mesin : 400-20.000 RPM

Gambar 3.6 CDI digital hyper band merk BRT

4. Koil pengapian (Ignition coil)

Koil yang digunakan dalam penelitian ini merupakan koil standar pabrik

untuk Honda Karisma X 125 CC yang memiliki performa terbatas untuk

operasional sehari-hari dengan harapan dapat menunjang kenyamanan

berkendara.

Spesifikasi Koil Standar Honda Karisma X 125 CC:

- Kode : 300500KPH900

- Input : 100 Volt

(57)
[image:57.595.245.392.112.270.2]

Gambar 3.7 Koil pengapian (Ignition coil)

5. Busi (Spark plug)

Busi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 8 busi yang

dipaparkan sebagai berikut:

a. Busi standar pabrikan (Denso U20EPR9)

Busi standar pabrikan merk Denso merupakan busi yang

direkomendasikan oleh pabrikan sepeda motor Honda. Elektroda

tengah dan elektroda ujung dari busi jenis ini berbahan nikel.

Gambar 3.8 Busi standar merk Denso

b. Busi standar merk Autolite

Busi merk Autolite seri 4303 merupakan busi standar dengan kedua

[image:57.595.259.419.524.629.2]
(58)

sepeda motor Honda karena pihak Honda sendiri bekerja sama dengan

[image:58.595.251.427.154.270.2]

Denso untuk penyediaan busi sepeda motor pabrikannya.

Gambar 3.9 Busi standar merk Autolite

c. Busi resistor NGK CPR6EA-9

Busi resistor ini kedua elektrodanya berbahan nikel akan tetapi di

dalam busi ini ditanami resistor yang berfungsi untuk meminimalisir

gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh mesin. Busi resistor

merk NGK seri CPR6EA-9 merupakan busi tipe panas.

Gambar 3.10 Busi resistor NGK CPR6EA-9

d. Busi resistor NGK CPR9EA-9

Busi resistor ini kedua elektrodanya berbahan nikel akan tetapi di

dalam busi ini ditanami resistor yang berfungsi untuk meminimalisir

gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh mesin. Busi resistor

[image:58.595.261.419.420.525.2]
(59)
[image:59.595.266.414.113.210.2]

Gambar 3.11 Busi resistor NGK CPR9EA-9

e. Busi platinum NGK CPR6EAGP-9

Busi platinum ini memiliki perbedaan dengan busi standar. Yaitu pada

bahan elektroda tengahnya yang menggunakan material platinum.

[image:59.595.259.421.340.449.2]

Akan tetapi, elektroda massanya tetap berbahan nikel.

Gambar 3.12 Busi platinum NGK CPR6EAGP-9

f. Busi platinum TDR 065

Busi platinum TDR 065 ini memiliki persamaan dengan busi platinum

NGK CPR6EAGP-9 pada bahan elektroda tengahnya yang

menggunakan material platinum dan elektroda massanya tetap

berbahan nikel.

[image:59.595.258.421.602.711.2]
(60)

g. Busi tiga elektroda (Racing Bee RR8EI3)

Busi Racing Bee RR8EI3 memiliki 3 elektroda massa. Ketiga

elektroda massa tersebut berbahan nikel dan elektroda tengahnya juga

[image:60.595.269.408.197.285.2]

berbahan nikel.

Gambar 3.14 Busi 3 elektroda Racing Bee RR8EI3

h. Busi Iridium Denso IU27

Busi Denso IU27 merupakan jenis busi Iridum power (single iridium).

Perbedaan busi ini dengan busi yang lain terletak pada elektroda

tengahnya yang berbahan material iridium sedangkan pada elektroda

massanya tetap menggunakan material nikel.

Gambar 3.15 Busi Iridium Denso IU27

B. Alat Pengujian

Alat yang digunakan sebagai pendukung dalam penelitian ini akan

dipaparkan sebagai berikut:

1. Alat pengujian percikan bunga api pada busi

Alat uji perikan bunga api pada busi merupakan alat yang digunakan untuk

[image:60.595.252.408.445.547.2]
(61)

Karakteristik dari percikan bunga api pada busi sendiri meliputi warna api,

kestabilan dan kefokusan percikan bunga api. Alat uji percikan bunga api

pada busi ini memiliki putaran rendah sekitar 900-1000 rpm dan memiliki

[image:61.595.245.416.198.332.2]

putaran maksimal 3400 rpm.

Gambar 3.16 Alat percikan bunga api pada busi 2. Tachometer

Pada penelitian ini tachometer berfungsi untuk mengukur putaran mesin

alat percikan bunga api pada busi. Putaran mesin yang digunakan yaitu

pada posisi putaran 2800 rpm pada saat pengujian percikan bunga api busi.

Gambar 3.17 Tachometer

3. Kamera Casio Exilim

Percikan bunga api yang dihasilkan busi memiliki gerakan yang cepat.

Oleh karena itu agar karakteristik percikan yang dicari dapat terbaca maka

harus menggunakan kamera yang memiliki kecepatan shutter yang tinggi.

Kamera Casio Exilim memiliki spesifikasi kamera sebesar 16,1 megapixel

[image:61.595.243.415.443.581.2]
(62)

shutter minimumnya adalah 15 detik. Kamera ini mampu mencatat 1280 x

[image:62.595.244.415.154.259.2]

720 video pada 30 frame per detik.

Gambar 3.18 Kamera Casio Exilim

4. Dynamometer

Fungsi Dynamometer adalah untuk mengukur torsi dan daya yang

dihasilkan oleh mesin.

Gambar 3.19 Dynamometer

5. Personal Computer (PC)

Fungsi dari PC adalah untuk mengakuisisi data dari Dynamometer

[image:62.595.249.410.612.727.2]
(63)

6. Gelas ukur 50 ml

Fungsi dari gelas ukur ini adalah untuk mnggantikan peranan dari tangki

sepeda motor. Penggunaan gelas ukur ini dimaksudkan agar pembacan

konsumsi bahan bakar yang digunakan oleh masing-masing penggunaan

[image:63.595.245.416.214.417.2]

busi dapat terbaca lebih akurat.

Gambar 3.21 Gelas ukur 50 ml

7. Stopwatch

Stopwatch digunakan untuk menghitung waktu yang digunakan dalam

pengujian konsumsi bahan bakar.

[image:63.595.246.415.528.651.2]
(64)

3.4 Persiapan Pengujian

Persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian ini adalah

memastikan setiap bahan dan alat penelitian dalam kondisi yang baik agar data

yang diperoleh dari peneletian ini akurat. Persiapan yang harus diperhatikan

meliputi:

1. Sepeda Motor

Sepeda motor yang dijadikan bahan pengujian harus dalam kondisi

yang baik. Pemeriksaan sepeda motor meliputi kondisi mesin, komponen

pengapian dan oli yang masih dalam keadaan baik. Dalam pengujian

mesin harus dalam keadaan steady.

2. Alat ukur

Alat ukur penunjang yang dipakai dalam penelitian ini adalah gelas

ukur, stopwatch dan tachometer haruslah berfungsi dengan baik.

3. Bahan bakar

Dalam penelitian ini bahan bakar yang digunakan adalah premium.

Premium diisi terlebih dahulu pada gelas ukur yang digunakan sebagai

pengganti tangki bahan bakar.

3.5 Tahapan Pengujian

A. Pengujian percikan bunga api pada busi

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian percikan bunga api busi

adalah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan peralatan pendukung dalam proses pengujian seperti

baterai dan tachometer;

2. Melakukan pemeriksaan terhadap alat pengujian percikan bunga api;

3. Menyiapkan bahan pengujian seperti 8 busi, CDI BRT dan koil

(65)

4. Menempatkan busi, CDI BRT dan koil standar pada rangkaian alat

pengujian;

5. Melakukan pengujian dan pengambilan data berupa gambar dan video

percikan bunga api dengan menggunakan kamera berkecepatan tinggi;

6. Melakukan pemeriksaan ulang terhadap alat pengujian untuk

memastikan alat pengujian tetap dalam kondisi baik;

7. Membersihkan dan merapikan tempat pengujian agar kondisinya

kembali seperti sebelum dilaksanakannya pengujian.

B. Pengujian Daya dan Torsi

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian rosi dan daya adalah

sebagai berikut:

1. Mempersiapkan sepeda motor Honda Karisma X 125 cc.

2. Melakukan service terhadap sepeda motor Honda Karisma X 125 cc

agar dalam kondisi baik ketika pengujian dan menjaga kondisi mesin

agar tidak overheat.

3. Memastikan sarana pendukung yaitu rangkaian alat Dynamometer

dalam keadaan siap untuk dilaksanakannya pengujian.

4. Mempersiapkan bahan yang berupa 8 busi yang akan diuji dan CDI

BRT.

5. Mempersiapkan bahan bakar Premium pada tangki kendaraan sebelum

melaksanakan pengujian.

6. Menempatkan sepeda motor pada unit Dynamometer.

7. Melakukan pengujian dan pengambilan data torsi dan daya sesuai

prosedur.

8. Membersihkan dan merapikan tempat setelah dilaksanakannya

(66)

C. Pengujian Bahan Bakar

Langkah-langkah dalam pengujian dan pengambilan data konsumsi bahan

bakar adalah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan sepeda motor Honda Karisma X 125 cc.

2. Memasang gelas ukur pada sepeda motor Honda Karisma X 125 cc

untuk menggantikan peranan tangki kendaraan.

3. Mempersiapkan bahan pengujian berupa 8 busi yang akan diuji dan

CDI BRT dan bahan bakar berupa Premium.

4. Mempersiapkan stopwatch untuk menghitung waktu yang digunakan

pada setiap pengujian.

5. Memasang CDI BRT pada sepeda motor.

6. Melakukan penggantian variasi 8 busi.

7. Mengisi premium pada gelas ukur sebelum dilaksanakannya

pengujian.

8. Melakukan pengujian dengan mengendarai sepeda motor di jalur yang

sudah ditentukan.

9. Melakukan pengambilan data konsumsi bahan bakar sesuai dengan

prosedur.

(67)

3.6 Skema Alat Uji Dynamometer

[image:67.595.173.493.167.370.2]

Skema alat uji Dynamometer dapat dilihat pada gambar 3.23 di bawah ini:

Gambar 3.23 Skema alat uji dynamometer

Keterangan gambar:

1. Personal Computer (PC) 5. Penahan motor

2. Torsimeter 6. Sepeda motor

3. Tachometer 7. Dynamometer

4. Monitor PC

3.7 Prinsip Kerja Alat Uji

A. Prinsip Kerja Alat Penguji Percikan Bunga Api pada Busi

Prinsip kerja dari alat ini mengambil prinsip kerja dari sistem pengapian

DC pada motor bensin. Hanya saja alat ini memiliki perbedaan dibanding sistem

pengapian DC padamotor bensin yang terleatk pada penggunaan motor listrik

sebagai flywheel magneto-nya. Magnet pada flywheel tersebut menyentuh pulser,

kemudian pulser akan mengirimkan sinyal ke CDI. Selanjutnya CDI mengalirkan

arus menuju koil, kemudian koil menaikkan tegangan listrik dan menaglirkannya

(68)

B. Prinsip Kerja Dynamometer

Dynamometer terdiri dari suaturotor yang digerakkan oleh motor yang

akan diukur dan berputar dalam medan magnet. Kekuatan medan magnetnya

dikontrol dengan mengubah arus sepanjang susunan kumparan yang ditempatkan

pada kedua sisi rotor. Rotor ini berfungsi sebagai konduktor yang memotong

medan magnet. Karena pemotongan medan magnet tersebut maka terjadi arus dan

arus diinduksikan dalam rotor sehingga rotor menjadi panas.

3.8 Metode Pengambilan Data

1. Metode pengambilan data torsi dan daya

Metode pengambilan data torsi dan daya dilakukan dengan pengujian

secara gas spontan. Yaitu sepeda motor Honda Karisma-X 125 cc dihidupkan

terlebih dahulu dan transmisi dimasukkan dari gigi 1 sampai gigi 3 sebelum

mencapai putaran mesin 4000 rpm. Ketika putaran mesin sudah mencapai 4000

rpm maka gas ditarik secara spontan dan gas ditarik sampai penuh. Putaran mesin

yang dipakai8 untuk mengambil data torsi dan daya mulai dari 4250 rpm sampai

9750 rpm. Pengujian ini dilakukan secara berulang-ulang sampai ada perintah

berhenti dari operator. Selain itu, perlunya menjaga kondisi sepeda motor agar

tidak mengalami overheating dengan cara memberikan jeda sekitar 5-10 menit

dari masing-masing pengujian busi.

2. Metode pengambilan data konsumsi bahan bakar

Metode pengambilan data konsumsi bahan bakar menggunakan

perbandingan antara waktu tempuh dan konsumsi bahan bakar. Sedangkan untuk

jarak tempuh sudah ditentukan yaitu sepanjang 1,5 km. Pada saat start bahan

bakar diisikan ke dalam gelas ukur ukuran 50 ml. Ketika sudah mencapai finish

dapat diketahui berapa banyak bahan bakar yang dihabiskan dan waktu tempuh

yang dibutuhkan. Dari masing-masing sampel busi diuji dua kali yang kemudian

(69)

3.9 Metode Perhitungan Torsi, Daya dan Konsumsi Bahan Bakar

Dari pengujian Dynamometer didapatkan besarnya torsi dan daya yang

dihasilkan oleh sepeda motor Honda Karisma-X 125 cc. Data tersebut diolah

menggunakan komputer dan hasilnya dikeluarkan dalam bentuk print out tabel

dan grafik. Sedangkan data konsumsi bahan bakar diperoleh dengan metode uji

jalan dan menggunakan gelas ukur sebagai pengganti tangki kendaraan agar

(70)

58

Pada bab ini akan dipaparkan data hasil dari percobaan yang dilakukan

dalam penelitian ini. Data yang diperoleh tersebut meliputi data spesifikasi obyek

penelitian dan hasil percobaan. Selanjutnya data tersebut diolah dengan

perhitungan untuk mendapatkan variabel yang diinginkan. Berikut ini adalah data

hasil percobaan yang dilakukan dalam penelitian dan data perhitungan yang

dilakukan untuk mengetahui kinerja mesin berdasarkan percobaan penggunaan 8

busi terhadap sepeda motor Honda Karisma X 125 cc dengan kondisi mesin yang

masih standar pabrikan:

4.1 Hasil pengujian percikan bunga api busi

Hasil pertama yang didapat dalam penelitian ini adalah hasil dari

pengujian karakteristik percikan bunga api yang dihasilkan oleh masing-masing

busi dari kombinasi 8 busi-CDI BRT yang diuji. 8 busi yang diuji terdiri dari 1

busi Denso Standar, 1 busi Autolite, 2 busi Resistor yaitu NGK CPR6 dan NGK

CPR9, 2 busi platinum yaitu NGK CPR6GP dan TDR 065, 1 busi dengan 3

elektroda massa yaitu Racing Bee serta 1 busi iridium merk Denso Iridium IU27.

Parameter yang dijadikan acuan pada pengujian karakteristik bunga api busi

adalah warna bunga api, kestabilan dan besarnya bunga api yang dihasilkan oleh

masing-masing busi. Untuk parameter warna percikan bunga api akan

dibandingkan dengan grafik suhu warna untuk mengetahui temperatur dari bunga

api tersebut. Dari 8 busi yang diuji terdapat perbedaan karakteristik pada warna,

kestabilan dan ukuran bunga api yang dihasilkan oleh masing-masing busi

tersebut. Berikut ini adalah perbedaan dari warna dan ukuran percikan bunga api

(71)
[image:71.595.227.398.141.260.2]

Gambar 4.1 Hasil pengujian percikan bunga api kondisi standar (Busi Denso Standar-CDI Standar)

Gambar 4.2 Hasil pengujian percikan bunga api 8 busi-CDI BRT

A

B

C

D

[image:71.595.114.475.334.722.2]
(72)

Gambar 4.2 Hasil pengujian percikan bunga api 8 busi-CDI BRT (lanjutan)

(A) Denso Standar (E) NGK CPR6GP (B) Autolite (F) TDR 065 (C) NGK-R CPR6 (G) Racing Bee

(D) NGK-R CPR9 (H) Denso Iridium IU27

Tabel 4.1 Hasil pengujian percikan bunga api variasi 8 busi-CDI BRT

No Busi Peringkat Karakteristik Bunga Api Warna Ukuran Kestabilan

1 Denso Standar 7 2 7

2 Autolite 8 6 6

3 NGK-R CPR6 4 3 5

4 NGK-R CPR9 5 5 4

5 NGK CPR6GP 2 4 3

Gambar

Gambar 2.10 Skema Gerakan Torak Dua Langkah
Gambar 2.16 Jenis busi standar
Gambar 2.18 Jenis busi Resistor
Gambar 3.5 Baterai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan Papan Partikel (Particle Board) dari Tandan Kosong Sawit (Elaeis guineensis Jacq) dengan Perekat Likuida Kulit Batang Jambu Biji (Loly Adinegara, Halaman, 19 Tabel,

Disajikan terjemahan salah satu ayat dalam surat al- Kafirun,siswa dapat menentukan lafal ayatnya Menentukan sikap seorang da'i terhadap orang yang menolak ajakannya. Disajikan

Produktivitas ine~upalcan kekuatau untuk menghasilkau lebih ballyak barang (inaupun jasa) deligan ineltgguiiakat~ su~nber daya yalig lebil~ efesien. Hal tersebut dapat

Kemampuan emosional pada anak TK Indriyasana 08 Kecamatan Kebonarum Klaten di kelompok B tahun ajaran 2013/2014, masih sangat kurang. Terbukti dari rentang waktu dari

Untuk pendaftaran online bukti pembayaran dan fotokopi kartu pelajar wajib di sertakan bersama surat rekomendasi sekolah pada saat registrasi... MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 JEMBER

Gambar 3.2: basis pengetahuan system pakar naïve bayes .... Gambar 5.10 Halaman Daftar

Penggunaan skenario dalam menguji sensitivitas model prediksi dapat menjadi masukan kepada masyarakat Gambar 4.8 Dinamika populasi penggerek batang padi kuning pada

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2016 I-1 Pembangunan daerah Provinsi Kalimantan Tengah telah memasuki periode awal dari.. pelaksanaan pembangunan daerah jangka