PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS TEKS
EKSPOSISI BERBASIS TEKS KEARIFAN
LOKAL DI SMA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh
RIDWAN SYAHPUTRA NIM 8146191019
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
Ridwan Syahputra. Pengembangan Bahan Ajar Menulis Teks Eksposisi Berbasis Teks Kearifan Lokal di SMA. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan kelayakan bahan ajar menulis teks eksposisi berbasis teks kearifan lokal, (2) mendeskripsikan respon guru dan siswa terhadap bahan ajar menluis teks eksposiis yang dikembangkan pada siswa kelas X SMA Swasta YPK Medan, dan (3) mengetahui keefektifan bahan ajar menulis teks eksposisi berbasis teks kearifan lokal pada siswa kelas X SMA Swasta YPK Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan berdasarkan model pengembangan Borg and Gall. Subjek uji coba terdiri dari ahli materi, ahli desain, guru bahasa Indonesia, siswa SMA Swasta YPK Medan pada uji coba perorangan terdiri dari 3 siswa, 9 siswa pada uji coba kelompok kecil, dan 35 siswa untuk kelompok lapangan terbatas. Data tentang kualitas produk pengembangan ini dikumpulkan melalui angket.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) validasi ahli materi meliputi kelayakan isi dengan rata-rata 89,71 pada kriteria sangat baik, kelayakan penyajian dengan rata-rata 88,46% pada kriteria sangat baik, aspek bahasa dengan rata-rata 91,35% pada kriteria sangat baik, (2) validasi ahli desain dengan rata-rata 92,50% pada kriteria sangat baik, (3) respon guru dengan rata-rata 86,76% dengan kriteria sangat baik, (4) uji coba perorangan dengan rata-rata 79,17% dengan kriteria baik, (5) uji coba kelompok kecil dengan rata-rata 80,79% dengan kriteria sangat baik, dan (6) uji kelompok lapangan terbatas dengan rata-rata 84,29% dengan kriteria sangat baik.
Produk akhir dari pengembangan bahan ajar ini dilanjutkan dengan uji keefektifan produk. Penelitian dilakukan pada siswa kelas X SMA Swasta YPK Medan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Sampel penelitian sebanyak 70 orang siswa yang terdiri dari 35 orang siswa sebagai kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan bahan ajar menulis teks eksposisi berbasis teks kearifan lokal yang dikembangkan dan 35 siswa sebagai kelas kontrol yang menggunakan buku teks yang sebagaimana berlangsung selama ini dalam proses pembelajaran.
Hasil belajar kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan bahan ajar menulis teks eksposisi berbasis teks kearifan lokal yang dikembangkan sebesar 74,63% lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan buku teks sebesar 69,34%. Hal ini membuktikan bahwa bahan ajar menulis teks eksposisi yang dikembangkan lebih efektif daripada buku bahasa Indonesia pegangan siswa.
ii ABSTRACT
Ridwan Syahputra. Development of Teaching Material in Writing Exposition Text Based on Local Wisdom Text in Senior High School. Thesis. Master Program, State University of Medan. 2016.
The Aims of Study : (1) Describe the advisability of teaching material to writing exposition text based on local wisdom text, (2) Described response teachers and students of teaching materials to write exposition text based on local wisdom text in class X YPK Private Senior High School Medan,(3) Determine the effectiveness of teaching materials to write exposition text based on local wisdom text in class X YPK Private Senior High School Medan. This research is a research and development based on the model of development of Borg and Gall. Subject trials consist of subject matter experts, design experts, Indonesian teachers, Students of YPK Private Senior High School Medan on individual testing consisted of 3 students, 9 students in small group trial, and 35 students for limited field test group. Data on quality of product development is collected through questionnaires.
The results of study showed that: (1) validation of the advisability of the content matter experts covering an average of 85.29 in very good criteria, advisability of presentation with average of 88.46% in very good criteria, language aspects with average of 86.25 % in very good criteria, (2) validation of design experts with average of 92.50% in very good criteria, (3) response teachers with average of 86.76% in very good criteria, (4) individual testing with average of 79.17% in good criteria, (5) small group trial with average of 80.79% in very good criteria, and (6) a limited field test group with average of 84.29% in very good criteria.
The final product of the development of teaching material had continued to test the effectiveness of the product. The study was conducted in class X YPK Private Senoir High School Medan. The method used in this study is a quasi-experimental method. The research sample as many as 70 students consisted of 35 students as an experimental class taught by using development of teaching materials exposition writing text based on local wisdom and 35 students as control class used textbooks as long as in the learning process.
The study results of the students group that taught by using development of teaching materials writing exposition text based on local wisdom 74.63% higher than the students group that taugt by using textbooks at 69.34%. This proved that teaching materials write the text exposition developed more effective than book language Indonesia a handle students.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis
ini dengan baik. Tesis ini berjudul "Pengembangan Bahan Ajar Menulis Teks
Eksposisi Berbasis Teks Kearifan Lokal di SMA”. Tesis ini disusun dalam
rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
Ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada Dr.
Abdurrahman Adisyahputra, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I dan kepada
Prof. Dr. Sumarsih, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing
dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima kasih
juga kepada Prof. Dr. Rosmawaty Harahap, M.Pd., Prof. Tiur Asi Siburian, M.Pd.,
dan Dr. H. Muhizar Muchtar, M.S., selaku narasumber yang telah banyak
memberikan saran-saran demi penyempurnaan Tesis ini.
Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., selaku Rektor Universitas Negeri Medan
beserta para pejabat di jajaran civitas akademika Unimed.
2. Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan beserta para Asisten Direktur, beserta semua staf
iv
3. Prof. Dr. Rosmawaty Harahap, M.Pd., selaku Ketua Prodi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, Dr. Abdurrahman Adisahputra, M.Hum., selaku
Sekretaris Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan seluruh Bapak
Ibu dosen yang telah memberikan motivasi serta membekali penulis dengan
ilmu pengetahuan dan pengalaman.
4. Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D., Prof. Dr. Paningkat Siburian, M.Pd., Dr.
M. Oky Fardian Gafari, S.Sos., M.Hum., dan Suriyanto, M.Pd. selaku
validator yang telah mengoreksi, menilai, dan memberikan saran perbaikan
terhadap bahan ajar yang penulis susun.
5. Ricardo A. Sirait, S.T., M.Si. selaku kepala SMA Swasta YPK Medan,
guru-guru dan staf/ pegawai SMA Swasta YPK Medan yang telah memberikan
waktu dan kesempatan untuk mendukung aktivitas penulis selama masa
penelitian.
6. Teristimewa kepada orang tua tercinta Alm. Bachtiar dan Martini yang telah
mengasuh, membesarkan, mendidik, menyekolah, serta memberikan
semangat dan doa kepada penulis.
7. Abang Surya Darma, Firman Ardiansyah, dan adik Feri Gunawan yang telah
banyak memberikan dukungan, motivasi, dan doa dalam menyelesaikan tesis
ini.
8. Istriku tersayang, Risa Neliza, Am.Keb., S.K.M., serta ayah dan ibu mertua
yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi, dan doa dalam
menyelesaikan tesis ini.
9. Sahabat seperjuangan Viktor Risman Zega, M.Pd., Kesya N. Lumban
v
Nova Yoga, M.Pd., serta seluruh rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana
angkatan II reguler A Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah
memberikan bantuan baik materil maupun moril kepada penulis.
Kirannya seluruh perhatian, kebaikan, dan bantuan yang telah diberikan
kepada penulis menjadi amal kebaikan dan dibalas dengan sebaik-baiknya oleh
Allah SWT. Amin Ya Rabbal Alamin. Akhir kata, penulis menyampaikan semoga
tesis ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah berpikir bagi pembaca.
Medan, Desember 2016
Penulis,
ix
DAFTAR ISTILAH
Cimpa : makanan yang dibuat dari beras ketan merah
atau putih yang di dalamnya dimasukkan
gula merah atau gula aren yang telah
dicampur dengan kelapa parut
Enkulturasi : proses mempelajari nilai dan norma
kebudayaan yang dialami individu selama
hidupnya
Entitas : satuan yang berwujud; wujud
Inheren : behubugan erat; melekat
Instruksional : bersifat pengajaran; mengandung pelajaran
Integrasi : pembauran hingga menjadi kesatuan yang
utuh atau bulat
Inventarisasi : pencatatan atau pengumpulan data hasil yang
dicapai
Kearifan : kebijaksanaan
Pamali : pantang
Pembelajaran klasikal : pembelajaran yang secara bersama-sama
dilakukan di kelas
Rangrangan : larangan
Revitalisasi : proses, cara, perbuatan menghidupkan
kembali atau menggiatkan kembali
Teks eksposisi : bentuk tulisan yang berusaha menerangkan
pokok bahasan dengan menerangkan cara,
mengupas, maupun menguraikan sesuatu
sehingga menambah pengetahuan pembaca.
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Validasi dan Penilaian Ahli Materi
Pembelajaran ... 44 Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Validasi dan Penilaian Ahli Media
Pembelajaran ... 45 Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa ... 45 Tabel 3.4 Kriteria Jawaban Item Instrumen Validasi dengan Jenis Skala
Likert Beserta Skornya ... 46 Tabel 3.5 Persentase Kriteria Kesesuaian Indikator pada Bahan Ajar
Menulis Teks Eksposisi Berbasis Teks Kearifan Lokal yang
dikembangkan ... 46 Tabel 4.1 Data Analisis Kebutuhan ... 47 Tabel 4.2 Penilaian Ahli Materi Bahan Ajar Berbasis Teks Kearifan Lokal
untuk Kelayakan Isi ... 51 Tabel 4.3 Penilaian Ahli Materi Bahan Ajar Berbasis Teks Kearifan Lokal
untuk Kelayakan Penyajian ... 52 Tabel 4.4 Penilaian Ahli Materi Bahan Ajar Menulis Teks Eksposisi
Berbasis Teks Kearifan Lokal untuk Aspek Bahasa ... 52 Tabel 4.5 Saran dari Validator Ahli Materi ... 53 Tabel 4.6 Persentase Penilaian dari Ahli Materi terhadap Kelayakan Isi ... 54 Tabel 4.7 Persentase Penilaian dari Ahli Materi terhadap Kelayakan
Penyajian ... 55 Tabel 4.8 Persentase Penilaian dari Ahli Materi terhadap Penilaian Bahasa ... 55 Tabel 4.9 Skor Penilaian Ahli Media Pembelajaran Bahan Ajar Menulis
Teks Eksposisi Berbasis Teks Kearifan Lokal ... 57 Tabel 4.10 Saran dari Validator Ahli Desain ... 58 Tabel 4.11 Persentase Penilaian dari Ahli Desain ... 59 Tabel 4.12 Data Tanggapan Guru Bahasa Indonesia terhadap Bahan Ajar
Menulis Teks Eksposisi Berbasis Teks Kearifan Lokal ... 60 Tabel 4.13 Data Respon Siswa dari Uji Coba Perorangan (3 siswa)
terhadap Bahan Ajar Menulis Teks Eksposisi Berbasis Teks
Kearifan Lokal... 62 Tabel 4.14 Persentase Perolehan Skor Uji Coba Perorangan terhadap Bahan
Ajar Menulis Teks Eksposisi Berbasis Teks Kearifan Lokal ... 63 Tabel 4.15 Data Respon Siswa dari Uji Coba Kelompok Kecil (9 siswa)
terhadap Bahan Ajar Menulis Teks Eksposisi Berbasis Teks
xi
Bahan Ajar Menulis Teks Eksposisi Berbasis Teks
Kearifan Lokal... 65
Tabel 4.17 Data Respon Siswa dari Uji Coba Kelompok Lapangan Terbatas (32 siswa) terhadap Bahan Ajar Menulis Teks Eksposisi Berbasis Teks Kearifan Lokal ... 66
Tabel 4.18 Persentase Perolehan Skor Uji Coba Lapangan Terbatas terhadap Bahan Ajar Menulis Teks Eksposisi Berbasis Teks Kearifan Lokal... 67
Tabel 4.19 Data Pretest Siswa ... 69
Tabel 4.20 Data Posttest Siswa ... 70
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Bahan ajar merupakan komponen penting dalam pembelajaran. Bahan ajar
diperlukan sebagai pedoman beraktivitas dalam proses pembelajaran sekaligus
merupakan substansi komponen yang dibelajarkan kepada siswa. Dengan bahan
ajar, program pembelajaran dapat dilaksanakan secara lebih teratur karena guru
sebagai pelaksana pendidikan akan memperoleh pedoman materi yang jelas.
Terdapat sejumlah alasan mengapa guru perlu untuk mengembangkan
bahan ajar. Berdasarkan lampiran Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standard Kualifikasi Akademik dan Kompetensi, guru sebagai penddik
profesional diharapkan memliki kemampuan mengembangkan bahan ajar sesuai
dengan mekanisme yang ada dengan memerhatikan karakteristik dan lingkungan
sosial peserta didik. Sejalan dengan itu Thamrin (2014:91) mengungkapkan ada
tiga alasan yang menjadi pertimbangan pengembangan bahan ajar, yaitu: Pertama,
ketersediaan bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum. Kedua, ketersediaan
bahan ajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Ketiga, ketersediaan bahan
ajar sesuai dengan tuntutan pemecahan masalah belajar.
Pengembangan bahan ajar harus memerhatikan prinsip pengembangan
kurikulum. Hal ini sesuai dengan Dokumen Kurikulum 2013 yang menetapkan
bahwa Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
budaya, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran
2
Selanjutnya, Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Artinya,
kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari
permasalahan di lingkungan masyarakatnya sebagai konten kurikulum dan
kesempatan untuk mengaplikasikan yang dipelajari di kelas dalam kehidupan di
masyarakat.
Prinsip lain pengembangan kurikulum yaitu kurikulum dikembangkan
dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk
membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan
nasional dikembangkan melalui penentuan struktur kurikulum, Standar
Kemampuan/SK dan Kemampuan Dasar/KD serta silabus. Kepentingan daerah
dikembangkan untuk membangun manusia yang tidak tercabut dari akar
budayanya dan mampu berkontribusi langsung kepada masyarakat di sekitarnya.
Pada Standar Isi Kurikulum 2013 terdapat empat Kompetensi Inti, yaitu
sikap religius, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Setiap Kompetensi
Inti tersebut terdapat beberapa Kempotensi Dasar. Khusus pada Kompetensi
Dasar pengetahuan dan keterampilan, terdapat 7 jenis teks yaitu teks laporan, teks
laporan informatif, teks perintah/instruksi, teks panduan, teks eksposisi, teks
anekdot, dan teks negosiasi dengan total teks sebanyak 23 teks.Teks-teks tersebut
merupakan bahan ajar yang perlu dibelajarkan kepada peserta didik tingkat
menengah. Terdapat beberapa kegiatan dalam Kompetensi Dasar tersebut, yaitu
memahami, mengonversi, meringkas, menyunting, dan memproduksi. Kegiatan
itulah yang menjadi Kompetensi Dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik.
3
Salah satu teks pada kurikulum 2013, yaitu teks eksposisi. Suparno
(2008:5.4) mengartikan teks eksposisi sebagai karangan yang bertujuan utama
untuk memberitahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Selain
itu, Maryanto (2014:92) juga berpendapat bahwa Teks eksposisi berarti teks yang
digunakan untuk mengusulkan pendapat pribadi mengenai sesuatu. Teks
Eksposisi berisikan pendapat yang ingin disampaikan, penulisannya pun harus
menggunakan kalimat yang baik dan benar. Peserta didik dituntun mampu
memahami dan menulis teks eksposisi dengan kalimat yang tersusun baik, cermat,
dan santun sehingga mudah dipahami dan tidak menimbulkan salah tafsir.
Hasil observasi peneliti pada guru bahasa Indonesia kelas X SMA Swasta
YPK Medan mengungkapkan bahwa nilai rata-rata ulangan harian bahasa
Indonesia khususnya pada materi menulis teks eksposisi adalah 67 dengan
ketuntasan 66%. Kondisi ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa dalam proses
pembelajaran menulis teks eksposisi masih rendah sehingga menyebabkan hasil
belajar siswa cenderung rendah. Selain itu, hasil wawancara dengan siswa
diperoleh informasi bahwa siswa mengalami kesulitan mempelajari materi
menulis teks eksposisi karena minimnya bahan ajar menulis teks eksposisi yang
bisa digunakan sebagai acuan penulisan teks eksposisi.
Hasil observasi pada buku teks kelas X SMA berjudul Bahasa Indonesia
Ekspresi Diri dan Akademi, untuk Kelas X Edisi Revisi 2014 didasari pada hasil
penelitian Riangsari (2015) yang menunjukan bahwa Jenis teks eksposisi dalam
buku siswa ini berjumlah 4 teks, diantaranya berjudul “Manfaat Jamu
4
Perdagangan Bebas”, dan “Pemimpin Sosial dan Politik tidak harus Mempunyai
Pendidikan Formal yang Tinggi”. Penelitian ini juga menemukan 6 tema teks
dalam buku siswa Bahasa Indonesia kelas X yang dinyatakan relevan dengan KI
KD Kurikulum 2013 diantaranya, tema alam semesta, sikap warga negara yang
baik, seni berpendapat dalam forum ekonomi dan politik, kritik sosial melalui
humor, seni bernegosiasi dalam wirausaha, dan pemanfaatan teks dalam
kehidupan nyata. Secara keseluruhan, keenam tema teks tersebut relevan dengan
kompetensi ranah sikap sosial. Hasil kesimpulan penelitian tersebut peneliti
berkeinginan merancang sebuah bahan ajar menulis teks eksposisi yang
mengandung komponen dekat dengan lingkungan peserta didik, sehigga solusi
yang tepat adalah mengangkat tema kearifan lokal.
Penggunaan tema kearifan lokal dalam bahan ajar berarti mengangkat nilai
lokal dalam pemahaman peserta didik. Nilai lokal ini akan menunjukkan identitas
dan jati diri bangsa Indonesia. Pada saat informasi dengan sangat mudah diakses
oleh siapa pun, kekuatan lokal akan mempunyai daya jual dan daya tawar yang
tinggi. Nilai lokal yang unik inilah yang akan menjadi sebuah nilai jual dalam
komunitas global. Hampir semua nilai lokal yang masuk dalam nilai-nilai kearifan
lokal dapat dijadikan sumber dan inspirasi untuk memperkaya pengembangan
nilai-nilai kehidupan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kearifan lokal
banyak membantu masyarakat dalam mempertahankan hidup.
Salah satu kearifan lokal Medan yang perlu diangkat misalnya Cimpa.
Cimpa memiliki tiga jenis yaitu Cimpa Unung, Cimpa Tuang, dan Cimpa Matah.
5
adat di Medan. Namun sayang tradisi ini sudah mulai ditinggalkan. Pemahaman
masyarakat terhadap makanan baru sekedar makna sekunder dan simbolisme atau
sebatas mengenyangkan perut saja. Padahal kalau kita tinjau banyak nilai moral
yang dapat diambil. Misalnya, Cimpa dibungkus dari daun pisang atau lebih baik
menggunakan daun singkut yang berbentuk panjang bergaris seperti daun pandan.
Daun ini biasanya ada di sekitaran hutan ataupun sengaja ditanam oleh
masyarakat Karo di pekarangan rumahnya untuk keperluan membuat Cimpa. Hal
ini menandakan bahwa pembuatannya dengan memanfaatkan bahan yang ada di
sekitar masyarakat. Dengan kata lain, peduli lingkungan. Berbeda dengan
makanan lainnya yang menggunakan kertas untuk membungkus makanan. Selain
itu, penggunaan daun ini membuat masakan lebih harum dan khas. Nilai moral
yang ada dalam kearifan lokal ini adalah peduli lingkungan, kebersamaan, dan
gotong royong masyarakat. Dengan demikian, kearifan lokal ini dapat
mengajarkan siswa untuk bisa melestarikan tradisi nenek moyang dengan
memanfaatkan bahan kebutuhan dari alam yang ramah lingkungan, tidak
tergantung pada bahan kertas buatan pabrik yang secara tidak langsung
menghabiskan kayu pepohonan yang akhirnya merusak lingkungan.
Kearifan lokal merupakan milik manusia yang bersumber dari nilai
budayanya sendiri dengan menggunaan segenap akal budi, pikiran, hati, dan
pengetahuannya untuk bertindak dan bersikap terhadap lingkungan alam dan
lingkungan sosialnya. Manusia selalu memiliki dua ruang interaksi yakni
lingkungan alam dan lingkungan sosial. Menghadapi dua ruang interaksi itu pada
6
(1) dari nilai budaya yang kita sebut kearifan lokal, (2) dari aturan pemerintah
yang lebih modern, dan (3) dari agama. Dengan tiga sumber kearifan itu, manusia
menjalani kehidupannya dalam ruang interaksi lingkungan dan lingkungan sosial.
Oleh karena itu, sangat beralasan jika Geertz (1983) mengatakan bahwa kearifan
lokal merupakan entitas yang sangat menentukan harkat dan martabat manusia
dalam komunitasnya.
Menurut Quaritzch Wales (Rahyono 2015:8) kearifan lokal merupakan
kumpulan ciri budaya dari mayoritas masyarakat sebagai hasil dari pengalaman
hidup mereka. Pengertian itu menyangkut (1) ciri budaya, (2) sekelompok
manusia sebagai pemilik budaya, dan (3) pengalaman hidup yang menghasilkan
ciri-ciri budaya. Pendapat lain mengatakan bahwa kearifan lokal adalah sebuah
kebijaksanaan setempat yang dikonsepsikan oleh masyarakat dan konsep tersebut
mempunyai dampak daya tahan terhadap masalah yang timbul di masyarakat.
Sebuah komunitas di masyarakat akan mempunyai cara tersendiri yang
disesuaikan dengan kondisi masyarakat dalam memecahkan permasalahan yang
mereka hadapi. Dengan demikian aspek yang muncul dalam kearifan lokal akan
sangat menarik bagi peserta didik karena adanya aspek khusus mengenai ciri
budaya, pemilik budaya, kebijaksanaan memecahkan masalah.
Ada sejumlah tujuan penggunaan kearifan lokal dalam pembelajaran di
sekolah. Salah satunya adalah membantu pemangku kepentingan dalam
melakukan inventarisasi kearifan lokal. Semakin banyak dan beragam bahan ajar
yang berbasis kearifan lokal semakin tinggi sumbangsihnya dalam membantu
7
kearifan lokal memerlukan usaha yang serius dalam penggaliannya. Saat ini
anak-anak muda Indonesia mungkin sudah tidak mengenal lagi budaya leluhurnya.
Bukan tidak mungkin juga anak-anak muda tidak mengenal kearifan-kearifan
budaya yang dimilikinya.
Tujuan berikutnya adalah membantu dalam revitalisasi kearifan lokal,
dengan cara memberi pemaknaan ulang konsep kearifan tersebut. Kadang kala
sebuah kearifan lokal di suatu daerah dimaknai oleh komunitas tertentu sebagai
sebuah nilai dari leluhur yang tidak boleh didiskusikan kandungan nilai di
dalamnya. Generasi terdahulu mungkin dapat menerima konsep ini, tetapi
generasi saat ini memerlukan logika berpikir dalam menerima nilai-nilai yang
terkandung dalam kearifan lokal. Misalnya, generasi terdahulu masyarakat Jawa
Tengah mengenal adanya konsep tabu dengan ungkapan ora elok. Masyarakat
Sunda juga mengenal konsep itu dengan ungkapan pamali. Generasi terdahulu
masih mafhum dan mau mengerti jika orang tuanya mengatakan ora elok atau
pamali. Akan tetapi, generasi muda saat ini memerlukan logika berpikir untuk
menerima konsep-konsep tersebut. Konsep tabu dan pantangan ini dimiliki hampir
semua etnis di Indonesia.
Tujuan selanjutnya adalah untuk melestarikan budaya. Menurut Rahyono
(2015:9), pemelajaran kearifan lokal mempunyai posisi yang strategis. Posisi
strategis itu, antara lain (1) kearifan lokal salah satu pembentuk identitas yang
inheren sejak lahir, (2) kearifan lokal bukan sebuah keasingan bagi pemiliknya,
(3) keterlibatan emosional masyarakat dalam penghayatan kearifan lokal kuat, (4)
8
mampu menumbuhkan harga diri dan percaya diri, dan (6) kearifan lokal mampu
meningkatkan martabat bangsa dan negara. Jika hal ini dijadikan panduan dalam
menyusun bahan ajar, tentu posisi strategis itu tidak hanya berdampak pada
pemilik budayanya, tetapi dapat juga berdampak pada peserta didik.
Menanggapi masalah tersebut, peneliti terdorong untuk mengembangkan
materi pembelajaran tentang teks yang sejalan dengan konsep pengembangan
kurikulum 2013 yakni pembelajaran berbasis teks. Pembelajaran tentang teks
secara mendalam tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai budaya yang melatarinya
dan tujuan sosial yang mendasarinya. Nilai-nilai budaya tersebut harus diketahui
dan diamalkan oleh seluruh masyarakat agar terciptanya masyarakat yang damai
dan sejahtera. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk membahas dan
memasukkan kearifan budaya lokal ke dalam pembelajaran bahasa Indonesia
berbasis teks. Peneliti membatasi pada materi teks eksposisi.
Penelitian pengembangan bahan ajar menulis teks eksposisi berbasis teks
kearifan lokal ini dirancang agar bahan ajar yang dihasilkan valid digunakan oleh
guru dan siswa dalam proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik dan potensi
yang ada di sekolah sehingga dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar
siswa. Penelitian diawali dengan mengkaji lebih mendalam analisis kebutuhan
subjek penelitian yang kemudian akan digunakan sebagai landasan rumusan
pengembangan materi ajar teks eksposisi berbasis teks kearifan lokal dengan
memasukkan nilai-nilai budaya lokal atau lebih dikenal kearifan budaya lokal.
Pemilihan teks eksposisi semata-mata agar pembahasan lebih terfokus, tidak
9
untuk memasukkan nilai-nilai budaya lokal. Materi ajar pembelajaran menulis
teks eksposisi berbasis teks kearifan lokal diharapkan mampu menumbuhkan rasa
cinta terhadap daerah, bangsa, dan negara. Selain itu, dapat membantu siswa dan
menggugah semangat siswa dalam pembelajaran menulis teks eksposisi.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya
timbul beberapa permasalahan yang memerlukan alternatif solusi antara lain: (1)
pemahaman siswa dalam proses pembelajaran menulis teks eksposisi masih
rendah sehingga menyebabkan hasil belajar siswa cenderung rendah. (2) Siswa
mengalami kesulitan mempelajari materi menulis teks eksposisi karena minimnya
bahan ajar menulis teks eksposisi yang bisa digunakan sebagai acuan penulisan
teks eksposisi. Dan (3) perlunya pengembangan bahan ajar yang berbasis teks
kearifan lokal.
1.3Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti membatasi penelitian ini pada
pengembangan materi pembelajaran teks eksposisi berbasis teks kearifan lokal.
Hal ini disebabkan siswa cenderung tidak mengenal potensi daerahnya sendiri dan
siswa harus mengetahui kearifan lokal yang ada disekitarnya. Pengembangan
materi pembelajaran teks eksposisi ini fokus pada kearifan lokal yang ada di kota
Medan. Melalui materi teks eksposisi berbasis kearifan lokal ini diharapkan
10
menumbuhkembangkan kearifan lokal yang ada disekitarnya. Selain itu, siswa
dapat memperoleh kearifan lokal di sekitarnya, memahami nilai-nilai moral yang
terkandung di dalamnya, menginternalisasikan dalam kehidupan sehari-harinya,
serta melestarikan kearifan lokal tersebut sebagai sesuatu yang ada dan
berkembang di masyarakat.
1.4Rumusan Masalah
Permasalahan yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kelayakan bahan ajar menulis teks eksposisi berbasis
kearifan lokal yang dikembangkan pada siswa kelas X SMA Swasta YPK
Medan?
2. Bagaimanakah respon guru dan siswa terhadap bahan ajar menulis teks
eksposisi berbasis teks kearifan lokal yang dikembangkan pada siswa
kelas X SMA Swasta YPK Medan?
3. Manakah yang lebih efektif antara bahan ajar menulis teks eksposisi
berbasis teks kearifan lokal yang dikembangkan dengan buku bahasa
Indonesia pegangan siswa?
1.5Tujuan Penelitian
11
1. Mendeskripsikan kelayakan bahan ajar menulis teks eksposisi berbasis
kearifan lokal yang dikembangkan pada siswa kelas X SMA Swasta YPK
Medan.
2. Mendeskripsikan respon guru dan siswa terhadap bahan ajar menulis teks
eksposisi berbasis teks kearifan lokal yang dikembangkan pada siswa
kelas X SMA Swasta YPK Medan.
3. Mengetahui efektivitas penggunaan bahan ajar bahasa Indonesia mengenai
teks eksposisi untuk siswa kelas X SMA Swasta YPK Medan.
1.6Manfaat Penelitian
Penelitian ini dirancang untuk menghasilkan materi pembelajaran yang
diharapkan dapat mempermudah memahami materi teks eksposisi. Hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat memberi banyak manfaat teoretis maupun praktis.
Manfaat teoretis hasil penelitian ini adalah untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan penambah khazanah dalam penulisan teks eksposisi.
Manfaat praktis hasil penelitian ini bagi guru mata pelajaran bahasa
Indonesia adalah guru dapat lebih antusias dalam mengajarkan pembelajaran
menulis teks eksposisi sehingga prestasi belajar siswa akan meningkat. Bagi
siswa, siswa akan lebih senang dengan pembelajaran menulis teks eksposisi
karena adanya materi yang menarik berupa kearifan lokal yang ada di sekitarnya.
Manfaat praktis untuk sekolah adalah untuk memberi dorongan bagi sekolah
dalam menciptakan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswanya dan
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan rumusan, tujuan, hasil, dan pembahasan penelitian
pengembangan bahan ajar menulis teks eksposisi berbasis teks kearifan lokal
untuk siswa kelas X SMA Swasta YPK Medan yang dikemukakan sebelumnya,
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Produk bahan ajar menulis teks eksposisi berbasis teks kearifan lokal untuk
siswa kelas X SMA Swasta YPK Medan memenuhi syarat dan layak
digunakan berdasarkan validasi ahli materi meliputi kelayakan isi dengan
rata-rata 85,29 pada kriteria sangat baik, kelayakan penyajian dengan rata-rata-rata-rata
88,46% pada kriteria sangat baik, aspek bahasa dengan rata-rata 87,50% pada
kriteria sangat baik, dan validasi ahli desain pembelajarandengan rata-rata
86,25% pada kriteria sangat baik.
2. Respon guru terhadap bahan ajar menulis teks eksposisi yang dikembangkan
termasuk kategori sangat baik dengan persentase rata-rata 86,76%. Respon
siswa pada uji coba perorangan sebesar 79,17% dengan kriteria baik, uji coba
kelompok kecil sebesar 80,79%, dan uji coba kelompok lapangan terbatas
sebesar 84,29%.
3. Efektivitas hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan bahan
ajar menulis teks eksposisi berbasis teks kearifan lokal lebih tinggi dari hasil
belajar siswa yang dibelajarkan dengan buku teks dengan efektivitas
80
penggunaan bahan ajar menulis teks eksposisi berbasis teks kearifan lokal
sebesar 74,63 dan efektivitas buku teks sebesar 69,34.
5.2. Implikasi
Berdasarkan simpulan dan temuan pada penelitian pengembangan bahan
ajar menulis teks eksposisi berbasis teks kearifan lokal yang telah teruji memiliki
implikasi yang tinggi digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Adapun implikasi yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:
1. Bahan ajar yang dikembangkan akan memberikan sumbangan praktis bagi
guru dalam proses pelaksanaan pembelajaran karena bahan ajar ini sebagai
bahan ajar memberikan kemudahan dalam menyampaikan materi yang
diajarkan sehingga berdampak pada efektivitas pembelajaran dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian, bahan ajar yang
dikembangkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru dalam
menyampaikan materi tentang teks eksposisi.
2. Untuk memperkaya dan menambah khasanah ilmu pengetahuan guna
meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan
pengembangan bahan ajar menulis teks eksposisi.
3. Bahan ajar yang dikembangkan dapat digunakan sebagai sarana untuk
membantu atau memudahkan siswa untuk memahami materi teks eksposisi,
81
5.3. Saran
Berdsarkan hasil temuan yang telah diuraikan pada simpulan dari hasil
penelitian pengembangan bahan ajar ini, berikut diajukan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Bahan ajar menulis teks eksposisi berbasis teks kearifan lokal ini disusun
berdasarkan kebutuhan siswa dan juga melalui pengujian oleh para ahli.
Oleh karena itu, bahan ajar ini diharapkan dicetak dan dapat dipergunakan
sebagai bahan ajar tambahan bagi siswa untuk meningkatkan pemahaman
siswa menulis teks eksposisi
2. Mengingat hasil penelitian pengembangan bahan ajar ini masih
memungkinkan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang belum mampu
terkendali, maka perlu kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut pada
82
DAFTAR PUSTAKA
Balitbangsos Depsos RI. 2005. Tinjauan tentang Kearifan Lokal (Edisi Kedua). Jakarta: Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat.
Budi, E.N. 2009. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Penguasaan Struktur Kalimat dengan Kemampuan Menulis Eksposisi (Survei di SMP Negeri Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus 2008/2009). Surakarta: Tesis Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
Dirman dan Cicih Juarsih. 2014. Pengembangan Kurikulum: dalam Rangka Implementasi Standar Proses Pendidikan Siswa. Jakarta: Rineka Cipta.
Fajarini. 2014. Peranan Kearifan Lokal dalam Pendidikan Karakter. Jurnal Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 2 Desember 2014.
Hartono. 2011. Metodologi Penelitian. PekanBaru: Zanafa Publishing.
Hikmat, Ade dan Nani Solihati. 2013. Bahasa Indonesia (untuk Mahasiswa s1 & pascasarjana, Guru, Dosen, Praktisi, dan Umum). Jakarta: Grasindo.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi Edisi Revisi 2009. Jakarta: Rineka Cipta.
Kosasih, E. 2014. Jenis-Jenis Teks. Bandung: Yrama Widya.
Maryanto. 2014. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Mulyani, Yoyo. 2011. Keefektifan Model Pembelajaran Estetika Resepsi dalam Pembelajaran Kajian Puisi. Disertasi.
Pannen, Paulina dan Purwanto. 2004. Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik.
83
Priyatni, Endah Tri. 2014. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara. Indonesia Ekspresi Diri Dan Akademi Kelas X Serta Relevansinya Dengan Kompetensi Kurikulum 2013. Artikel Publikasi Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ridwan, Nurma Ali. 2007. Landasan Keilmuan Kearifan Lokal. Jurnal Ibda’ Vol. 5 No.1 Januari-Juni 2007.
Samsudin, Asep. 2012. Peningkatan Kemampuan Menulis Eksposisi Berita dan Menulis Eksposisi Ilustrasi Siswa Kelas V Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis. Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol.13 No.2.
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sembiring, Masta Marselina. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Cerpen Bermuatan Kearifan Lokal pada Siswa Kelas VII SMP Negeri Tanah Pinem. Tesis. Medan: Universitas Negeri Medan.
Sibarani, Robert. 2012. Kearifan Lokal. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan (ATL).
Smalley, Regina L. dan Mary K. Reutten. 1995. Refining Composision Skills. New York: Macmillan Publishing Company.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
……….. 2015. Metode Penelitian & Pengembangan Research and Development.
Bandung: Alfabeta.
84
Sutarno. 2008. Pendidikan Multikultural. Jakarta: Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Tinggi.
Thamrin, Moh.. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Penulisan Karya Ilmiah Bebasis Vokasi. Jurnal LITERA Volume 13, Nomor 1, April 2014.