• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 15 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 15 MEDAN."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BERBASIS PENDEKATAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA

SMP NEGERI 15 MEDAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Megister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

ADE RAHMAN MATONDANG NIM. 8136171001

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

฀ATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Pendekatan Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Disposisi Matematis Siswa SMP Negeri 15 Medan”.

Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED). Sejak mulai persiapan sampai selesainya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan semangat, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga Allah Swt memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd., selaku Pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini 2. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd., Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd., dan

Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd., selaku Narasumber yang telah banyak memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyempurnaan tesis ini ฀. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd., dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin,

(7)

4

Pascasarjana UNIMED, serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika

4. Direktur, Asisten Direktur I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan tesis ini

5. Kepala SMP Negeri 15 Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan

6. Ayahanda H. Marwan Matondang, Ibunda Hj. Ernawati Lubis, abang Abdullah Maksum Matondang, S.H dan kakak Ade Syafitri S.E serta keponakan tercinta Almer Arkana Matondang dan Atallah Naufal Musyaffa Matondang yang telah memberikan rasa kasih sayang, perhatian doa, dan dukungan moril maupun materil sejak sebelum kuliah, dalam perkuliahan hingga menyelesaikan pendidikan ini

7. Sahabat-sahabat tercinta dikmat A-2.

8. Semua pihak serta rekan-rekan satu angkatan dari Program Studi Pendidikan Matematika yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian tesis ini.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga dapat memperkaya khasanah penelitian-penelitian sebelumnya, dan dapat memberi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.

Medan, Juni 2015 Penulis,

(8)

฀ 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 16

1.3 Batasan Masalah... 17

1.4 Rumusan Masalah ... 17

1.฀ Tujuan Penelitian... 18

1.6 Manfaat Penelitian... 18

1.7 Definisi Operasional ... 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran Matematika... 22

2.2 Pendekatan Penemuan Terbimbing ... 26

2.2.1 Langkah-langkah dalam Penemuan Terbimbing ... 27

2.2.2 Kekuatan dan Kelemahan Pendekatan Penemuan Terbimbing ... 30

2.2.3 Teori Terkait Pendekatan Penemuan Terbimbing ... 32

2.3 Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 38

2.4 Disposisi Matematis... 46

2.฀ Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran... 48

2.6 Perangkat Pembelajaran... 62

2.7 Materi Pembelajaran... 71

2.8 Penelitian Relevan ... 74

2.9 Kerangka Konseptual... 76

BAB III METO฀E PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 83

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 83

3.3 Subjek dan Objek Penelitian... 83

3.4 Prosedur dan Rancangan Penelitian ... 84

3.฀ Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 92

3.6 Analisis Data ... 101

BAB IV HASIL PENELITIAN ฀AN PEMBAHASAN ... 108

4.1 Hasil Penelitian ... 108

4.1.1 Deskripsi Pengembangan Perangkat Pembelajaran... 109

4.1.1.1. Deskripsi Hasil Tahap Pendefinisian ... 109

4.1.1.2. Deskripsi Hasil Tahapan Perancangan... 116

4.1.1.3 Deskripsi Hasil Tahap Pengembangan... 122

4.1.1.4 Deskripsi Hasil Tahap Penyebaran ... 172

(9)

6

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 202

BAB V KESIMPULAN ฀AN SARAN ... 207

฀.1 Kesimpulan ... 207

฀.2 Saran ... 211

(10)

7

฀AFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Hubungan Unsur-unsur Lingkaran... 72

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis... 97

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Disposisi Matematis... 99

Tabel 3.3 Skor Alternatif Jawaban Angket Disposisi Matematis... 99

Tabel 3.4 Nilai Ketuntasan Kompetensi Pengetahuan dan Keterampilan... 104

Tabel 3.฀ Kategorisasi Disposisi Matematis Siswa... 10฀

Tabel 3.6 Kriteria Pencapaian Waktu Ideal Aktivitas Siswa... 106

Tabel 4.1 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 123

Tabel 4.2 Revisi RPP Berdasarkan Hasil Validasi... 124

Tabel 4.3 Hasil Validasi Buku Petunjuk Guru ... 12฀

Tabel 4.4. Revisi Buku Petunjuk Guru Berdasarkan Hasil Validasi... 127

Tabel 4.฀ Hasil Validasi Buku Siswa ... 128

Tabel 4.6. Revisi Buku Siswa Berdasarkan Hasil Validasi... 129

Tabel 4.7 Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa ... 130

Tabel 4.8. Revisi LKS Berdasarkan Hasil Validasi... 131

Tabel 4.9. Hasil Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis... 132

Tabel 4.10 Hasil Revisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis... 133

Tabel 4.11 Revisi Angket Disposisi Matematis Dari Validator ... 134

Tabel 4.12 Rerata Prosentase Waktu Aktivitas Siswa Uji coba 1... 136

Tabel 4.13 Respon Siswa Terhadap Perangkat dan Kegiatan Pembelajaran pada Uji coba 1 ... 140

Tabel 4.14. Alasan Respon Negatif Siswa pada Uji Coba 1 ... 141

Tabel 4.1฀ Hasil Analisis Data Validitas Pretes Kemampuan Berpikir Kritis... 143

Tabel 4.16 Hasil Ketuntasan Siswa pada Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Uji coba 1 ... 14฀

Tabel 4.17 Hasil Analisis Validitas ฀osttes Kemampuan Berpikir Kritis... 14฀

Tabel 4.18 Hasil ฀osttest Kemampuan Berpikir Kritis Uji coba 1 ... 147

Tabel 4.19 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Uji Coba 1 Ditinjau Dari Indikator ... 147

Tabel 4.20 Nomor Pernyataan Angket Disposisi Matematis yang Memenuhi Kriteria Valid Sesuai Indikator ... 149

Tabel 4.21 Hasil Angket Disposisi Matematis Siswa Uji coba 1... 1฀0 Tabel 4.22. Rerata Disposisi Matematis Siswa Uji Coba 1... 1฀1 Tabel 4.23 Rerata Prosentase Waktu Aktivitas Siswa Uji Coba 2 ... 1฀8 Tabel 4.24 Respon Siswa Terhadap Perangkat dan Kegiatan Pembelajaran Uji coba 2... 161

Tabel 4.2฀ Hasil Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Uji Coba 2 ... 16฀

Tabel 4.26 Hasil ฀osttes Kemampuan Berpikir Kritis Uji Coba 2... 166

Tabel 4.27. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Uji Coba 2 Ditinjau Dari Indikator ... 167

Tabel 4.28. Hasil Angket Disposisi Matematis Siswa Uji Coba 2... 168

(11)

8

Tabel 4.30 Hasil Analisis Peningkatan Hasil Pretes dan ฀osttest

Kemampuan Berpikir Kritis Uji Coba 1... 174 Tabel 4.31 Hasil Analisis Peningkatan Hasil Pretes dan ฀osttest

Kemampuan Berpikir Kritis Uji Coba 2... 17฀ Tabel 4.32 Hasil Analisis Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis pada

Uji Coba 1 dan Uji Coba 2 ... 176 Tabel 4.33 Hasil Analisis Peningkatan Disposisi Matematis

Pada Uji Coba 1... 177 Tabel 4.34 Hasil Analisis Peningkatan Disposisi Matematis

Uji Coba 1 dan Uji Coba 2 ... 178 Tabel 4.3฀ Hasil Analisis Peningkatan Disposisi Matematis Uji Coba 1

dan Uji Coba 2... 179 Tabel 4.36 Hasil Analisis Skor Perolehan Siswa Untuk Soal Nomor 1

pada Indikator Identifikasi ... 187 Tabel 4.37 Hasil Analisis Skor Perolehan Siswa Untuk Soal Nomor 1

pada Indikator Generalisasi ... 188 Tabel 4.38 Hasil Analisis Skor Perolehan Siswa Untuk Soal Nomor 1

pada Indikator Algoritma ... 188 Tabel 4.39 Hasil Analisis Skor Perolehan Siswa Untuk Soal Nomor 1

pada Indikator Pemecahan Masalah ... 189 Tabel 4.40 Hasil Analisis Skor Perolehan Siswa Untuk Soal Nomor 2

pada Indikator Identifikasi... 190 Tabel 4.41 Hasil Analisis Skor Perolehan Siswa Untuk Soal Nomor 2

pada Indikator Generalisasi ... 191 Tabel 4.42 Hasil Analisis Skor Perolehan Siswa Untuk Soal Nomor 2

pada Indikator Algoritma ... 191 Tabel 4.43 Hasil Analisis Skor Perolehan Siswa Untuk Soal Nomor 2

pada Indikator Pemecahan Masalah ... 192 Tabel 4.44 Hasil Analisis Skor Perolehan Siswa Untuk Soal Nomor 3

pada Indikator Identifikasi... 194 Tabel 4.4฀. Hasil Analisis Skor Perolehan Siswa Untuk Soal Nomor 3

pada Indikator Generalisasi ... 194 Tabel 4.46 Hasil Analisis Skor Perolehan Siswa Untuk Soal Nomor 3

pada Indikator Algoritma ... 194 Tabel 4.47. Hasil Analisis Skor Perolehan Siswa Untuk Soal Nomor 3

pada Indikator Pemecahan Masalah ... 19฀ Tabel 4.48. Hasil Analisis Skor Perolehan Siswa Untuk Soal Nomor 4

pada Indikator Identifikasi... 197 Tabel 4.49. Hasil Analisis Skor Perolehan Siswa Untuk Soal Nomor 4

pada Indikator Generalisasi ... 197 Tabel 4.฀0. Hasil Analisis Skor Perolehan Siswa Untuk Soal Nomor 4

pada Indikator Algoritma ... 198 Tabel 4.฀1 Hasil Analisis Skor Perolehan Siswa Untuk Soal Nomor 4

pada Indikator Pemecahan Masalah ... 198

(12)

9

Halaman

Gambar 1.1 Proses jawaban tes berpikir kritis siswa ... 6

Gambar 1.2 Buku Siswa Pada Materi Lingkaran... 13

Gambar 2.1 Tahap Pendefinisian dalam Model 4D ... ฀4

Gambar 2.2 Tahap Perancangan dalam Model 4D... ฀6

Gambar 2.3 Tahap Pengembangan dalam Model 4D... ฀8

Gambar 2.4 Tahap Penyebaran dalam Model 4D ... ฀9

Gambar 2.฀ Hubungan Unsur-unsur Lingkaran... 71

Gambar 2.6 Penemuan Konsep Luas Lingkaran... 72

Gambar 2.7 Juring dan Sudut Pusat Lingkaran... 73

Gambar 3.1 Modifikasi Bagan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4D... 8฀

Gambar 4.1 Peta Konsep Materi Lingkaran... 114

Gambar 4.2 Diagram Prosentase Waktu Aktivitas Siswa Uji Coba 1... 137

Gambar 4.3. Klasifikasi Ketuntasan Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Uji coba 1 ... 144

Gambar 4.4. Klasifikasi Ketuntasan ฀osttest Kemampuan Berpikir Kritis Uji coba 1 ... 146

Gambar 4.฀. Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Uji Coba 1... 148

Gambar 4.6. Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Uji Coba 1... 1฀3 Gambar 4.7 Perbaikan Pada Buku Siswa ... 1฀6 Gambar 4.8. Perbaikan Pada LKS... 1฀7 Gambar 4.9 Diagram Prosentase Waktu Aktivitas Siswa Uji Coba 2... 1฀9 Gambar 4.10. Klasifikasi Ketuntasan Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Uji coba 2 ... 164

Gambar 4.11. Klasifikasi Ketuntasan ฀osttest Kemampuan Berpikir Kritis Uji coba 2 ... 166

Gambar 4.12 Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Uji Coba 2... 168

Gambar 4.13. Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Uji Coba 2... 170

Gambar 4.14 Diagram Prosentase Waktu Aktivitas Siswa pada Uji Coba 1 dan 2... 181

Gambar 4.1฀ Diagram Persentase Respon Positif Siswa pada Uji Coba 1 dan 2 ... 184

Gambar 4.16. Proses Jawaban Soal Nomor 1 ... 186

Gambar 4.17. Proses Jawaban Soal Nomor 2 ... 189

Gambar 4.18. Proses Jawaban Soal Nomor 3 ... 193

Gambar 4.19. Proses Jawaban Soal Nomor 4 ... 196

(13)

10

฀AFTAR LAMPIRAN

Lampiran A1. Lembar Validasi... 217

Lampiran A2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa... 230

Lampiran A3. Lembar Angket Respon Siswa... 231

Lampiran A4. Nama-nama validator... 232

Lampiran B1. Hasil Validasi Angket Disposisi Matematis Siswa dari Validator... 233

Lampiran B2. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Pretes Uji Coba 1 ... 234

Lampiran B3. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas ฀osttest Uji Coba 1 ... 236

Lampiran B4. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Angket Disposisi Matematis ... 238

Lampiran C1. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Oleh Dua Observer Untuk Empat kali Pertemuan Uji Coba 1... 2฀0 Lampiran C2. Hasil Perhitungan Penentuan Rerata Dari Prosentase Rerata Frekuensi Untuk Masing-Masing Kategori Aktivitas Uji Coba 1 ... 2฀1 Lampiran C3. Hasil Pretes Uji Coba 1... 2฀2 Lampiran C4. Hasil ฀osttest Uji Coba 1 ... 2฀฀

Lampiran C฀. Hasil Analisis Angket Disposisi Matematis Uji Coba 1.... 2฀8 Lampiran C6. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Oleh Dua Observer Untuk Empat kali Pertemuan Uji Coba 2... 262

Lampiran C7. Hasil Perhitungan Penentuan Rerata Dari Prosentase Rerata Frekuensi Untuk Masing-Masing Kategori Aktivitas Uji Coba 2 ... 263

Lampiran C8. Hasil Pretes Uji Coba 2... 264

Lampiran C9. Hasil ฀osttest Uji Coba 2... 267

Lampiran C10. Hasil Angket Disposisi Matematis Sebelum dan Sesudah Uji Coba 2... 270

Lampiran C11. Hasil Analisis Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis padaUji Coba 1 dan Uji Coba 2 ... 274

Lampiran C12. Hasil Analisis Rata-rata Disposisi Matematis pada Uji Coba 1 dan Uji Coba 2 ... 27฀

Lampiran Perangkat Final ... 276

Lampiran D1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1 dan 2... 277

Lampiran D2. Buku Petunjuk Guru (BPG) ... 300

Lampiran D3. Buku Siswa (BS)... 329

Lampiran D4. Lembar Kerja Siswa (LKS)... 348

Lampiran D฀. Tes Kemampuan Berpikir Kritis... 3฀8 Lampiran D6. Angket Disposisi Matematis ... 367

(14)

฀A฀ I

PENDAHULUAN

1.1 Latar ฀elakang Masalah

Pengembangan pendidikan di Indonesia sedang giat dilaksanakan. Hal ini

terlihat dari penerapan kurikulum 20฀3. Menurut Sariono (20฀3: 6) “Kurikulum

20฀3 cenderung menekankan pada keseimbangan tiga domain pendidikan.

Apabila pada kurikulum sebelumnya domain kognitif menempati urutan wahid,

maka pada kurikulum 20฀3 ini cenderung menyeimbangkannya dengan

penekanan lebih pada aspek skill dan karakter (psikomotor dan afektif)”.

Kurikulum 20฀3 berpusat pada penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola

kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan

penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara harapan dan

hasil yang diperoleh. Pengembangan kurikulum menjadi sangat penting sejalan

dengan keberlanjutan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya

serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di

masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan internal

dan eksternal yang di bidang pendidikan. Karena itu, implementasi kurikulum

20฀3 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan

masyarakat Indonesia masa depan.

Menurut Permendikbud nomor ฀03 tahun 20฀4 “pembelajaran pada

kurikulum 20฀3 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis

proses keilmuan”. Menurut Atsnan (20฀3: 420) tujuh kriteria dalam pendekatan

฀cientific sebagai berikut:

(15)

2

฀. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu ; bukan sebatas kira – kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru – siswa terbebas dari prasangka yang serta – merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa dalam memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, tetapi menarik sistem penyajiannya.

Dari kriteria di atas, tampak jelas bahwa kurikulum 20฀3 sangat

mementingkan persiapan guru sebelum mengajar, adanya interaksi edukatif dalam

pembelajaran, serta pemakaian metode mengajar yang mengispirasi siswa untuk

berpikir kritis dalam proses pengembangan pola pikir dan tentunya dengan

memperhatikan penyajian yang sederhana dan menarik. Untuk menjawab

kebutuhan ini tentunya diperlukan adanya upaya peningkatan kualitas dan mutu

pendidikan, baik dari segi pendidik, sarana pendidikan, perangkat pembelajaran

maupun kebijakan-kebijakan dari pemerintah yang menopang realisasi kebutuhan

pendidikan di lapangan.

Salah satu kecakapan hidup (life ฀kill) yang perlu dikembangkan melalui

proses pendidikan adalah keterampilan berpikir, khususnya berpikir kritis.

Menurut Lambertus (200M: ฀37) “materi matematika dan keterampilan berpikir

kritis merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena materi matematika

(16)

3

matematika”. Kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, dan produktif

dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika di sekolah karena

materi-materi matematika menitikberatkan pada sistem, struktur, konsep, prinsip, serta

kaitan yang ketat antara suatu unsur dan unsur lainnya.

Mengenai berpikir di usia remaja, Santrock (20฀2: 24) mengemukakan

bahwa “menurut Piaget, seorang remaja memiliki cara berpikir yang secara

kualitatif sama dengan orang dewasa. Sekitar usia ฀฀ hingga ฀5 tahun, para

remaja memasuki tahap formal operasional; tahap ini ditandai oleh cara berpikir

yang lebih logis, abstrak, dan idealistik”. Tahap ini lebih tinggi dibanding tahap

berpikir konkret operasional yang terjadi pada anak-anak berusia 7 hingga ฀฀

tahun sebab anak pada usia tahap konkret operasional masih harus melihat benda

secara konkrit untuk dapat mengoperasikannya. Sehingga dapat dikatakan anak

sekolah pada level SMP sudah mulai dapat menerapkan pola berpikir yang dapat

menggiringnya untuk memahami dan memecahkan permasalahan. Merujuk

pendapat Piaget inilah dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan berpikir

kritis bagi anak usia SMP telah dapat mulai dikenalkan dan dikembangkan.

Berpikir kritis ini merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi

(higher order thinking ฀kill). Syahbana (20฀2: 4M) menyebutkan dalam

penelitiannya bahwa “kemampuan berpikir kritis yang akan diukur berupa

kemampuan mengidentifikasi dan menjastifikasi konsep, mengeneralisasi/

menghubungkan, menganalisis algoritma, dan memecahkan masalah”. Sedangkan

Krulik dan Rudnick (dalam Fachrurazy, 20฀฀: 8฀) “mengemukakan bahwa

(17)

4

mempertanyakan, menghubungkan, mengevaluasi semua aspek yang ada dalam

situasi ataupun suatu masalah".

Selanjutnya Johnson (2007: ฀85) mengatakan “tujuan dari berpikir kritis

adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam”. Proses berpikir

mengharuskan keterbukaan pikiran, kerendahan, kesabaran, ulet, cermat, hati-hati,

ingin tahu, menghargai keberadaan orang lain dan mengakui kelebihan orang lain.

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat penting bagi

setiap orang yang digunakan untuk memecahkan masalah kehidupan dengan

berpikir serius, aktif, teliti dalam menganalisis semua informasi yang mereka

terima dengan menyertakan alasan yang rasional sehingga setiap tindakan yang

akan dilakukan adalah benar.

Dari pernyataan Hassoubah (2004: 44) disimpulkan kemampuan berpikir

kritis dirasakan penting karena kemampuan berpikir kritis dapat mendukung siswa

dalam pengambilan keputusan yang benar. Dengan kemampuan ini siswa dapat

mempelajari masalah secara sistematis, merumuskan pertanyaan inovatif dan

merancang solusi orisinal. Secara khusus, kemampuan berpikir kritis sangat

diperlukan dalam pelajaran matematika karena belajar matematika akan melatih

siswa untuk berpikir. Sejalan dengan hal ini, tujuan umum pembelajaran

matematika di sekolah adalah mempersiapkan siswa agar mampu menghadapi

perubahan dalam kehidupan dan dunia yang selalu berubah dan berkembang

melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, kritis, jujur, efektif

dan dapat menggunakan pola pikir matematis dalam kehidupan sehari-hari dan

dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Dengan alasaan ini kemampuan

(18)

5

Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan berpikir

kritis siswa masih rendah. Hal ini terlihat dari pemberian dua soal berpikir kritis

kepada 30 siswa kelas VIII SMP N ฀5 Medan pada tanggal ฀2 November 20฀4

dengan materi prasyarat untuk lingkaran yaitu garis dan sudut. Skor maksimum

yang dapat diperoleh setiap siswa adalah 8 namun hasilnya skor rata-rata yang

diperoleh siswa secara klasikal adalah 4,2 atau 52,5%. Hal ini menunjukkan

kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah.

Salah satu soal yang diberikan sebagai berikut:

฀. Diketahui segitiga ABC dengan sudut-sudutnya adalah 500, 600 dan 700

a. Berdasarkan besar ketiga sudutnya, jenis segitiga apakah segitiga ABC?

Jelaskan jawabanmu!

b. Berdasarkan panjang ketiga sisinya, jenis segitiga apakah segitiga ABC?

Jelaskan jawabanmu!

c. Dapatkah kamu menggambarkan segitiga dengan besar sudut 300, 400 dan

500? Jelaskan jawabanmu!

Adapun alternatif jawaban dari soal di atas yaitu:

฀. a. Jenis segitiga tersebut adalah segitiga lancip karena semua sudutnya

kurang dari M00.

b. Karena ketiga sudutnya berbeda maka panjang ketiga sisi segitiga juga

berbeda. Sehingga jenis segitiga ABC berdasarkan panjang sisi adalah

segitiga sembarang.

c. Tidak, karena jumlah ketiga sudut segitiga harus sama dengan ฀800.

(19)

6

Salah satu jawaban siswa ditunjukkan pada gambar ฀.฀. memperlihatkan

bahwa siswa belum mampu menyelesaikan soal yang menuntut siswa berpikir

secara kritis. Fakta lain yang menunjukkan lemahnya kemampuan berpikir kritis

siswa adalah dari hasil penelitian Mayadiana (dalam Fachrurazi, 20฀฀: 77) yaitu

kemampuan berpikir kritis mahasiswa calon guru SD masih rendah, yakni hanya

mencapai 36,26% untuk mahasiswa berlatar belakang IPA, 26,62% untuk

mahasiswa berlatar belakang Non-IPA, serta 34,06% untuk keseluruhan

mahasiswa. Hal serupa juga disimpulkan dari hasil penelitian Maulana (2008)

bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis mahasiswa program D2 PGSD

kurang dari 50% skor maksimal. Dari kondisi ini jika kemampuan berpikir kritis

calon guru Sekolah Dasar (SD) saja sudah rendah, tentunya akan berimbas pada

pendidikan di tingkat SD. Kalau kondisi ini terus dibiarkan, maka dikhawatirkan

siswa-siswa Indonesia akan terus-menerus terbelakang dalam kemampuan

berpikir kritis dan semakin sulit mengimbangi perkembangan global yang

semakin pesat.

Jawaban siswa salah dan alasan siswa juga masih salah. Dalam hal ini siswa belum dapat menerapkan konsep sudut dalam menentukan jenis segitiga

(20)

7

Gambar 1.1. Proses Jawaban Tes ฀erpikir Kritis Siswa

Rendahnya kemampuan berpikir ini disebabkan banyak hal. Salah satunya

adalah kondisi sekolah-sekolah di Indonesia yang belum membiasakan siswanya

untuk berpikir (khususnya berpikir kritis) melalui pembelajaran yang diterapkan.

Seperti kata Syahbana (20฀2: 46) bahwa “sedikit sekolah yang mengajarkan

siswanya berpikir kritis. Sekolah justru mendorong siswa memberi jawaban yang

benar dari pada mendorong mereka memunculkan ide-ide baru atau memikirkan

ulang kesimpulan-kesimpulan yang sudah ada”. Sehingga dapat dikatakan bahwa

salah satu penyebab rendahnya kemampuan berpikir kritis adalah proses

pembelajaran di sekolah.

Selain kemampuan berpikir kritis pada ranah kognitif diperlukan juga

aspek afektif sebagai ฀oft ฀kill dalam matematika. Afrilianto & Rosyana (20฀4:

47) menyebutkan ”soft ฀kill matematik sebagai komponen proses berpikir

matematik dalam ranah afektif ditandai dengan perilaku afektif yang ditampilkan

seseorang ketika melaksanakan hard ฀kill matematik. Perilaku afektif tersebut

berkaitan dengan istilah disposisi”. Disposisi matematis dapat dimaknai sebagai

kesukaan dan apresiasi terhadap matematika, kecenderungan untuk berfikir dan

bertindak dengan positif, termasuk kepercayaan terhadap diri sendiri, ketekunan

serta antusias dalam belajar, gigih dalam menghadapi permasalahan, fleksibel,

mau berbagi dengan orang lain, serta reflekstif dalam kegiatan matematik.

Disposisi sangat penting perannya dalam membuat pembelajaran

matematika berjalan baik. Bahkan lebih dari itu, disposisi matematis berperan

dalam membuat siswa menikmati pembelajaran matematika dan pada gilirannya

(21)

8

kehidupannya sehari-hari. Seperti kata Nurjaman (20฀4: 377) bahwa “disposisi

matematik akan memberi banyak manfaat diantaranya, tran฀fer of knowledge

terhadap siswa akan berjalan sesuai yang diharapkan, suasana pembelajaran

menjadi menyenangkan yang pada akhirnya akan menghasilkan hasil yang

maksimal serta guru akan lebih semangat dalam menjalankan tugasnya di kelas”.

Disposisi matematis memiliki peran yang esensial dalam pembelajaran

matematika di sekolah. Seperti pendapat Husen (20฀4: 482) bahwa “esensialitas

disposisi matematis siswa akan terwujud jika disposisi dipandang sebagai salah

satu faktor yang turut menentukan keberhasilan belajar siswa. Sejalan dengan hal

tersebut, dalam proses belajar siswa cenderung membutuhkan rasa percaya diri

dan kegigihan dalam menghadapi setiap masalah yang diberikan”. Dari

pernyataan ini disimpulkan bahwa kepercayaan diri, ketekunan, kegigihan,

keingintahuan dan sikap reflektif sangat diperlukan dalam pembelajaran

matematika.

Dari penjelasan di atas, tampak pentingnya disposisi matematis siswa

dalam belajar matematika. Namun kondisi di lapangan belum sesuai harapan. Dari

hasil pemberian angket disposisi matematis kepada 30 siswa SMP N ฀5 Medan

pada tanggal ฀2 November 20฀4. Hasil angket tersebut menunjukkan bahwa 30%

siswa belum percaya diri dalam menggunakan matematika, hanya 20% siswa yang

tekun dalam mengerjakan tugas-tugas matematika, 35% siswa memiliki rasa ingin

tahu dalam bermatematika, 32% siswa melakukan refleksi terhadap cara berpikir

dan kinerja pada diri sendiri dalam belajar matematika, dan 56% mengaplikasikan

matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dari angket ini dapat disimpulkan

(22)

M

Selanjutnya hasil wawancara penulis dengan guru matematika di SMP N

฀5 Medan yaitu Amalia Ramli, S. Pd. pada tanggal ฀5 November 20฀4 di lokasi

sekolah, terungkap fakta bahwa ada beberapa permasalahan yang dijumpai dalam

pembelajaran matematika, diantaranya: guru masih mendominasi pembelajaran

sehingga siswa cenderung pasif dan menerima saja, siswa kurang merespon

pertanyaan guru saat pembelajaran matematika, pembelajaran belum diarahkan

untuk membangun pengetahuan dalam diri siswa sehingga proses berpikir kritis

siswa cenderung tidak aktif, siswa cenderung mengindari matematika dan siswa

tidak tertarik menjawab soal-soal matematika.

Permasalahan di atas akhirnya mengerucut pada penilaian bahwa

matematika adalah pelajaran yang sulit dan tidak menarik untuk dikuasai. Siswa

kurang berminat belajar matematika. Apabila dihadapkan dengan soal-soal

matematika, siswa cenderung menghindarinya. Siswa cenderung takut kalau mulai

belajar matematika, dan siswa menjauhi guru-guru matematika. Fakta rendahnya

ketertarikan siswa terhadap matematika didukung oleh penelitian Kusumawati

(dalam Nuraina, 20฀2) yang menunjukkan persentase skor rerata disposisi

matematis pada siswa SMP sebanyak 2M7 orang di kota Palembang dengan

peringkat tinggi, sedang, dan rendah baru mencapai 58 persen dan diklasifikasikan

pada kategori rendah.

Jika kondisi ini terus dibiarkan, dikhawatirkan siswa semakin tidak

mengerti matematika mengingat matematika adalah ilmu yang berjenjang. Jika

pada materi pertama siswa tidak tuntas, maka pada materi selanjutnya siswa akan

(23)

฀0

lama semakin besar hingga terbentuk opini di benak siswa bahwa mata pelajaran

matematika itu susah, tidak menarik, dan menyulitkan.

Menurut Liberna (20฀2: ฀M฀) “alasan mendasar mengapa matematika

dianggap pelajaran yang menyulitkan adalah karena faktor dalam diri peserta

didik itu sendiri. Faktor ini sebagian besar berasal dari pikiran mereka”. Mereka

telah tersugesti dengan pikirannya sendiri atau bahkan mereka mensugesti

pikirannya sendiri kalau matematika itu menyulitkan. Akhirnya tidak ada

sedikitpun usaha untuk mengerjakan sendiri dan lebih memilih untuk mencontek

temannya.

Menyadari akan pentingnya kemampuan berpikir kritis dan disposisi

matematis dan pada waktu yang sama kedua variabel ini rendah, maka dapat

ditemukan adanya masalah pada kedua variabel ini. Oleh sebab itu guru harus

melakukan upaya-upaya untuk memperbaiki kondisi tersebut. Upaya yang dapat

dilakukan diantaranya merubah paradigma pembelajaran ke arah konstruktivis,

membahas masalah secara komprehensif pada forum MGMP, serta memperbaiki

kualitas pendidikan melalui proses pembelajaran.

Menurut Wahyudi (20฀0: ฀07) “kualitas pendidikan ditentukan oleh

berbagai faktor dominan antara lain; guru, kepemimpinan kepala sekolah, sarana

dan perasarana sekolah termasuk kelengkapan buku, media/alat pembelajaran,

perpustakaan sekolah, tanpa terkecuali kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan

peserta didik”. Dari pendapat Wahyudi salah satu komponen yang sangat penting

dalam kualitas pendidikan adalah perangkat pembelajaran. Kualitas perangkat

(24)

฀฀

Perangkat yang berkualitas adalah perangkat pembelajaran memenuhi

kriteria valid, praktis dan efektif. Dari pernyataan Akker (dalam Rochmad, 20฀2:

68) disimpulkan bahwa kriteria kualitas suatu perangkat yaitu kevalidan (validity),

kepraktisan (practically), dan keefektifan (effectivene฀฀). Sehingga dapat

dinyatakan bahwa perangkat yang berkualitas adalah yang memenuhi ketiga aspek

tersebut. Selanjutnya dari pernyataan Tati, dkk. (200M: 78) disimpulkan bahwa

validitas diperoleh dari validasi perangkat oleh pakar (expert) dan teman sejawat

berisikan validasi isi (content), konstruk dan bahasa. Selanjutnya kepraktisan

berarti bahwa perangkat pembelajaran dapat diterapkan oleh guru sesuai dengan

yang direncanakan dan mudah dipahami oleh siswa. Sedangkan keefektifan dilihat

dari hasil penilaian autentik yang meliputi penilaian terhadap proses pembelajaran

dan hasil belajar.

Selanjutnya mengenai perangkat pembelajaran, menurut Trianto (20฀฀:

20฀) “perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar

mengajar dapat berupa: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Instrumen Evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB),

media pembelajaran serta buku ajar siswa”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

perangkat pembelajaran meliputi sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan

pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Beberapa perangkat

pembelajaran yang lazim didengar adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar dan alat

evaluasi.

Berdasarkan analisis yang peneliti lakukan terhadap perangkat yang

digunakan di SMP N ฀5 Medan, terdapat beberapa kelemahan pada perangkat

(25)

฀2

indikator yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Selanjutnya

model pembelajaran yang tertulis di RPP tidak diterapkan secara benar di

lapangan atau dengan kata lain guru membuat model pembelajaran tidak

terlaksana sebagaimana mestinya. RPP yang dipakai sebagai rencana

pembelajaran tidak pernah divalidasi oleh pakar, sehingga kevalidan RPP tidak

diketahui oleh guru. RPP disusun secara umum saja tanpa memperhatikan

karakteristik siswa dan daya dukung pembelajaran lain.

Kelemahan selanjutnya terkait dengan buku siswa. Dari analisis yang

dilakukan peneliti pada materi lingkaran, buku yang digunakan siswa

memaparkan materi lingkaran secara langsung dan tidak mengarahkan siswa

membangun pengetahuannya sendiri. Buku tidak menyajikan masalah-masalah

yang dapat melatih kemampuan berpikir siswa. Buku tidak menyajikan peta

konsep sehingga materi belum dipetakan secara jelas dan guru tidak memiliki

buku pegangan guru sehingga aspek kepraktisan buku belum terpenuhi. Selain itu,

contoh soal pada buku siswa juga masih soal-soal rutin. Oleh sebab itu, buku guru

dan siswa perlu dikembangkan untuk memperbaiki kondisi di atas. Kondisi buku

siswa dapat dilihat pada gambar ฀.2.

Kelemahan selanjutnya adalah lembar kerja siswa (LKS) yang dipakai

siswa berisi soal-soal rutin yang dapat diselesaikan dengan hanya menggunakan

rumus, sedangkan kemampuan berpikir kritis dilatih dari pemberian soal-soal

nonrutin. LKS juga tanpa warna dan tidak menarik. Selanjutnya hasil belajar

siswa dari pemberian latihan soal dari LKS belum memuaskan, sehingga aspek

efektivitas dari LKS belum tercapai. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan LKS

(26)
(27)

฀4

Gambar 1.2 ฀uku Siswa Pada Materi Lingkaran

Kelemahan-kelemahan ini menunjukkan perangkat pembelajaran yang

digunakan guru dalam proses pembelajaran belum memenuhi kriteria valid,

praktis dan efektif. Oleh sebab itu wajarlah jika kemampuan berpikir kritis dan

disposisi siswa masih rendah. Dengan mengembangkan perangkat pembelajaran

yang memenuhi kriteria tersebut di atas diharapkan menjadi solusi untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan disposisi matematis siswa.

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pengembangkan

perangkat pembelajaran dapat menjadi solusi untuk meningkatkan suatu

kemampuan tertentu. Penelitian Yulianti dkk. (20฀0) telah berhasil

mengembangkan perangkat pembelajaran peluang berbasis reciprocal teaching

untuk melatih kemampuan berpikir kritis. Selanjutnya Suryanatha (20฀3) telah

mengembangkan perangkat pembelajaran “IKRAR” berorientasi kearifan lokal

yang berhasil meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika siswa.

Penelitian terdahulu ini menambah keyakinan bahwa dengan mengembangkan

perangkat pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Menurut Romadhoni (20฀฀: ฀) “salah satu cara meningkatkan kemampuan

siswa adalah dengan memilih dan menetapkan model pembelajaran yang sesuai

dengan kondisi pembelajaran dan tujuan yang ingin dicapai serta karakteristik dari

siswa”. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan disposisi matematis

maka dipilih pendekatan yang dapat membantu siswa untuk menciptakan iklim

berpikir dan membuat siswa tertarik dengan matematika. Pendekatan yang dipilih

hendaknya disesuaikan dengan metode, media dan sumber belajar lainnya yang

(28)

฀5

secara optimal, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman belajar dalam

rangka menumbuhkembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotornya.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang memfokuskan pembelajaran

pada siswa adalah pendekatan penemuan terbimbing. Dari pendapat Khulthau

(2007: 2) disimpulkan penemuan terbimbing adalah pendekatan pembelajaran

dimana siswa menemukan dan menggunakan berbagai sumber informasi dan

ide-ide untuk meningkatkan pemahaman mereka mengenai suatu permasalahan, topik

dan isu. Sedangkan dari pernyataan Mulyasa (dalam Hamzah & Muhlisrarini,

20฀4: 244) disimpulkan pendekatan penemuan terbimbing adalah pendekatan

yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah

didapatkan selama belajar. Penemuan terbimbing menempatkan peserta didik

sebagai subjek belajar yang aktif. Selanjutnya salah satu prinsip penemuan

terbimbing menurut Kuhlthau (2007: 25) adalah “children develop higher order

thinking through guidance at critical point฀ in the learning proce฀฀”. Makna

pernyataan ini adalah prinsip ini menjelaskan bahwa siswa dapat mengembangkan

kemampuan berpikir tingkat tinggi melalui bimbingan pada titik kritis dalam

proses pembelajaran.

Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pada pendekatan

penemuan terbimbing tampak adanya proses perubahan dari pembelajaran siswa

pasif menjadi aktif, kemudian adanya proses rangsangan siswa untuk bertanya,

mencari tahu, dan mencari jawaban dalam proses pembelajaran. Dalam

mengaplikasikan pendekatan penemuan terbimbing, guru berperan sebagai

(29)

฀6

aktif. Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa

sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Dengan penerapan pendekatan penemuan terbimbing kegiatan

pembelajaran merubah pembelajaran yang teacher oriented menjadi ฀tudent

oriented. Dalam pendekatan penemuan terbimbing, guru harus memberikan

kesempatan siswanya untuk menjadi seorang problem ฀olver, seorang saintis,

historin, dan ahli matematika. Kemudian dapat membangun kepercayaan diri,

minat dan ketertarikan siswa kepada matematika, sehingga dengan menerapkan

pendekatan penemuan terbimbing dalam pembelajaran diharapkan dapat membuat

siswa semakin menyukai matematika.

Berdasarkan paparan di atas, penulis melakukan penelitian dengan judul

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Pendekatan

Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan

Disposisi Matematis Siswa SMP Negeri ฀5 Medan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah,

dapat dilakukan identifikasi masalah:

฀. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa rendah.

2. Disposisi matematis siswa masih rendah

3. Pembelajaran yang terlaksana adalah pembelajaran yang berpusat pada guru,

guru mendominasi pembelajaran sehingga keterlibatan siswa dalam proses

(30)

฀7

4. Dalam proses pembelajaran, siswa belum membangun sendiri pengetahuan

dalam dirinya.

5. Perangkat pembelajaran yang digunakan guru belum memenuhi kriteria valid

dan efektif.

6. Respon siswa terhadap proses pembelajaran matematika belum positif

7. Siswa tidak mempunyai keinginan yang kuat untuk memahami matematika

dan cenderung mengindari matematika

8. Siswa kurang tertarik menyelesaikan soal-soal matematika sehingga siswa

cenderung mencontek hasil pekerjaan temannya yang telah selesai

1.3 ฀atasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

฀. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa masih rendah.

2. Disposisi matematis siswa masih rendah

3. Perangkat pembelajaran yang digunakan guru belum memenuhi kriteria valid

dan efektif.

4. Dalam proses pembelajaran, siswa belum membangun sendiri pengetahuan

dalam dirinya.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah yang diajukan

(31)

฀8

฀. Bagaimana produk perangkat pembelajaran yang valid dan efektif yang

dikembangkan berbasis pendekatan penemuan terbimbing untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan disposisi matematis?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis dan disposisi matematis

dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang sudah dikembangkan

berbasis pendekatan penemuan terbimbing?

Untuk menjawab masalah di atas, beberapa pertanyaan penelitian yang

yang perlu dijawab adalah sebagai berikut:

฀. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan perangkat

yang dikembangkan berbasis pendekatan penemuan terbimbing?

2. Bagaimana peningkatan disposisi matematis siswa dengan perangkat yang

dikembangkan berbasis pendekatan penemuan terbimbing?

3. Bagaimana aktivitas aktif siswa dengan pendekatan penemuan terbimbing?

4. Bagaimana respon siswa terhadap perangkat pembelajaran dengan

pendekatan penemuan terbimbing?

5. Bagaimana proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal berpikir kritis?

1.5 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan perangkat

pembelajaran matematika berbasis penemuan terbimbing untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dan disposisi matematis siswa. Tujuan umum ini dapat

dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan yang lebih khusus sebagai berikut:

฀. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan

(32)

฀M

2. Untuk mengetahui peningkatan disposisi matematis siswa dengan perangkat

yang dikembangkan berbasis pendekatan penemuan terbimbing.

3. Untuk mengetahui aktivitas siswa dengan pendekatan penemuan terbimbing.

4. Untuk mengetahui respon siswa terhadap perangkat pembelajaran dengan

pendekatan penemuan terbimbing.

5. Untuk mengetahui proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal berpikir

kritis.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah:

฀. Memberikan informasi tentang kemampuan berpikir kritis siswa pada materi

pokok lingkaran

2. Memberikan informasi tentang disposisi matematis siswa SMP sebagai bahan

pertimbangan bagi para pendidik untuk meningkatkan disposisi matematis

3. Tersedianya perangkat pembelajaran berbasis pendekatan penemuan

terbimbing untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

4. Menjadikan acuan bagi guru dalam mengimplementasikan pengembangan

perangkat pembelajaran berbasis pendekatan penemuan terbimbing untuk

materi lain yang relevan diajarkan dengan pendekatan penemuan terbimbing

5. Memberikan referensi dan masukan bagi pengayaan ide-ide penelitian

mengenai kemampuan berpikir kritis dan disposisi matematis di masa yang

akan datang.

(33)

20

Untuk mempermudah pemahaman terhadap istilah-istilah dalam penelitian

ini, maka diberikan penjelasan tentang istilah yang digunakan.

฀. Pengembangan perangkat pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan

perangkat pembelajaran yang baik, sesuai dengan langkah-langkah pada model

pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan.

2. Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan alat pendukung pembelajaran

(rencana pelaksanaan pembelajaran, buku ajar, lembar kegiatan siswa, dan alat

evaluasi) yang memungkinkan siswa dan guru melakukan kegiatan

pembelajaran.

3. Kemampuan berpikir kritis matematis adalah kecakapan berpikir dalam belajar

matematika yang masuk akal dan reflektif pada seseorang untuk mengambil

suatu kesimpulan yang masuk akal, memiliki kredibilitas, menyesuaikan

dengan kondisi secara menyeluruh, relevan dengan ide lama, menemukan ide

baru sebagai alternatif serta peka terhadap ilmu lain. Indikator berpikir kritis

meliputi identifikasi, generalisasi, algoritma dan pemecahan masalah.

4. Disposisi matematis adalah keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang kuat pada

diri siswa untuk belajar dan melaksanakan berbagai kegiatan matematika.

Indikator untuk mengukur disposisi matematis adalah (฀) percaya diri dalam

menggunakan matematika, (2) komunikasi dalam menyelesaikan tugas

matematika, (3) tekun dalam mengerjakan tugas-tugas matematika, (4)

memiliki rasa ingin tahu dalam bermatematika, (5) melakukan refleksi

terhadap cara berpikir dan kinerja pada diri sendiri dalam belajar matematika,

dan (6) mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

(34)

2฀

pemenuhan indikator kemampuan berpikir kritis dan disposisi matematis ke

arah kategori kemampuan lebih baik sesuai kriteria yang ditetapkan melalui

proses perbaikan pengembangan perangkat pembelajaran dan refleksi praktek

pembelajaran.

6. Pendekatan penemuan terbimbing adalah sebuah pendekatan pembelajaran

yang berorientasi ilmiah, menuntut siswa berpikir tentang fakta dan kondisi

yang mereka hadapi serta berfokus pada keterlibatan aktif siswa guna

meningkatkan motivasi serta mendapatkan pemahaman mendalam tentang

suatu masalah, topik atau isu. Pendekatan penemuan terbimbing mendorong

siswa menemukan dan menggunakan sumber informasi yang beragam dan

ide-ide untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang prinsip dan konsep.

7. Keefektifan pembelajaran dilihat dari indikator-indikator pencapaian tujuan

yang diharapkan, yang ditunjukkan dengan: (i) ketercapaian ketuntasan belajar

siswa yaitu apabila lebih dari atau sama dengan 85% siswa dinyatakan telah

memiliki kemampuan berpikir kritis dengan skor rerata paling kecil 2,67

(kategori tuntas); (ii) aktivitas siswa selama kegiatan belajar memenuhi

kriteria toleransi waktu ideal yang ditetapkan; (iii) lebih besar atau sama

dengan 80% respon siswa positif terhadap komponen-komponen perangkat

pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif jika

ketiga indikator tersebut dipenuhi.

8. Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang

ditunjukkan dengan aktivitas verbal dan nonverbal. Aktivitas siswa dapat

(35)

22

mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru/teman, membaca buku siswa

atau LKS, mencatat penjelasan guru, mencatat dari buku atau dari teman,

menyelesaikan masalah pada LKS, merangkum pekerjaan kelompok,

beriskusi/bertanya antara siswa dan temannya, dan antara siswa dan guru,

menarik kesimpulan suatu prosedur atau konsep, dan aktivitas yang tidak

relevan dengan pembelajaran seperti: percakapan di luar pelajaran,

berjalan-jalan di luar kelompok, dan mengerjakan sesuatu di luar topik pembelajaran.

M. Respon siswa adalah pendapat siswa terhadap komponen pembelajaran yang

diterapkan seperti senang atau tidak senang, baru atau tidak baru, minat siswa

mengikuti pembelajaran pada kegiatan pembelajaran berikutnya, dan komentar

(36)

207

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah diperoleh dapat diuraikan kesimpulan

sebagai berikut.

1. Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan meliputi

a. Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP) yang terdiri dari 2 RPP yang

masing-masing di-setting untuk dua pertemuan. Alokasi waktu untuk pada

RPP terdiri dari 3 atau 2 Jam Pelajaran. RPP yang dihasilkan telah melalui

proses validasi dari ahli. Kegiatan pembelajaran pada RPP didesaian

berbasis pendekatan penemuan terbimbing, sehingga langkah-langkah

pembelajaran disesuaikan dengan pendekatan penemuan terbimbing.

b. Isi Buku Petunjuk Guru (BPG) mengacu pada pendekatan penemuan

terbimbing. Dalam BPG diberikan sekilas tentang pendekatan penemuan

terbimbing. Selain itu dipaparkan mengenai petunjuk pelaksanaan

pembelajaran untuk empat kali pertemuan. Hal ini dilakukan agar guru

benar-benar memahami pelaksanan pendekatan pembelajaran ini di

lapangan. Pada BPG dipaparkan penyelesaian soal-soal untuk membantu

guru dalam proses pembelajaran. BPG pada penelitian ini telah melalui

proses validasi ahli dan revisi serta telah dilakukan pembelajaran

menggunakan BPG ini sebanyak dua kali uji coba.

c. Buku Siswa (BS) tidak jauh berbeda dengan BPG. BS berkaitan erat

dengan lembar kerja siswa (LKS). Masalah-masalah penemuan pada BS

diselesaikan siswa pada LKS. BS pada penelitian ini telah melalui proses

(37)

208

validasi ahli dan revisi serta telah dilakukan pembelajaran menggunakan

BS sebanyak dua kali uji coba.

d. LKS dalam penelitian ini adalah LKS yang berisi masalah-masalah yang

menuntun siswa menemukan konsep-konsep materi lingkaran. LKS

dirancang berkaitan dengan BS. LKS dirancang untuk setiap pertemuan,

sehingga LKS berjumlah 4 LKS. LKS pada penelitian ini telah melalui

proses validasi ahli dan revisi serta telah dilakukan pembelajaran

menggunakan LKS sebanyak dua kali uji coba.

e. Tes kemampuan berpikir kritis terdiri dari 4 soal pretes dan 4 soal

posttest. Tes dirancang sesuai indikator berpikir kritis yaitu identifikasi,

generalisasi, algoritma dan pemecahan masalah. Tes telah melalui proses

validasi oleh ahli dan validasi lapangan untuk melihat validitas statistik

tes. Tes yang dihasilkan telah memenuhi kriteria valid dan reliable.

Pemberian tes guna melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa

sebelum dan sesudah diterapkannya perangkat pembealajaran yang

dikembangkan.

f. Angket disposisi matematis yang telah berhasil dikembangkan terdiri dari

24 butir pernyatan yang disusun dari 6 indikator disposisi matematis.

Setiap indikator diwakili oleh 2 pernyatan positif dan 2 pernyataan

negatif. Angket ini telah melalui proses validasi oleh ahli dan validasi

lapangan untuk melihat validitas statistik angket. Angket yang dihasilkan

telah memenuhi kriteria valid dan reliable. Pemberian angket guna

melihat peningkatan disposisi matematis siswa sebelum dan sesudah

(38)

209

2. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh dari peningkatan

rata-rata indikator kemampuan berpikir kritis siswa pada uji coba 1, pada uji

coba 2 dan dari uji coba 1 ke uji coba 2.

a. Pada uji coba 1 peningkatan indikator identifikasi yaitu sebesar 2,38,

peningkatan indikator generalisasi sebesar 1,81, peningkatan pada

indikator algoritma sebesar 1,38 dan peningkatan indikator pemecahan

masalah yaitu sebesar 1,33. Kemudian peningkatan prosentase siswa yang

tuntas sebesar 12,5% yaitu dari 62,5% menjadi 75%.

b. Pada uji coba 2 peningkatan indikator identifikasi sebesar 1,59,

peningkatan indikator generalisasi sebesar 1,06, peningkatan terendah

terlihat pada indikator algoritma sebesar 0,24, peningkatan indikator

pemecahan masalah terdapat peningkatan sebesar sebesar 1,14. Kemudian

peningkatan prosentase siswa yang tuntas sebesar 20,6% yaitu dari 64,7%

menjadi 85,3%.

c. Dari uji coba 1 ke uji coba 2 peningkatan indikator identifikasi terlihat

sebesar 0,88, peningkatan indikator generalisasi sebesar 1,00, peningkatan

indikator algoritma sebesar 0,97, dan peningkatan indikator pemecahan

masalah sebesar 0,39.

3. Peningkatan disposisi matematis siswa diperoleh dari peningkatan rata-rata

indikator disposisi matematis pada uji coba 1, pada uji coba 2 dan dari uji

coba 1 ke uji coba 2.

a. Peningkatan rerata disposisi matematis siswa pada uji coba 1, yaitu dari

(39)

210

disimpulkan rata-rata disposisi matematis siswa pada uji coba 1

meningkat sebesar 0,49 poin

b. Peningkatan rerata disposisi matematis siswa pada uji coba 2, yaitu dari

12,63 sebelum pembelajaran menjadi 13,16 pada uji coba 2. Sehingga

disimpulkan rata-rata disposisi matematis siswa pada uji coba 2

meningkat sebesar 0,54 poin.

c. Peningkatan rerata disposisi matematis siswa antar uji coba, yaitu dari

12,80 pada uji coba 1 menjadi 12,89 pada uji coba 2. Sehingga

disimpulkan rata-rata disposisi matematis siswa antara uji coba 1 dan uji

coba 2 meningkat sebesar 0,09 poin

4. Hasil aktivitas aktif siswa dengan menggunakan perangkat pada uji coba 1

menunjukkan bahwa terdapat 4 kategori prosentase waktu aktivitas siswa

yang telah mencapai prosentase waktu ideal yang ditetapkan dan terdapat 1

kategori prosentase waktu yang belum memenuhi prosentase waktu ideal,

yaitu kategori aktivitas membaca buku siswa dan LKS. Sedangkan pada uji

coba 2 sekuruh kategori aktivitas telah mencapai prosentase waktu ideal yang

ditetapkan.

5. Hasil respon siswa terhadap perangkat pembelajaran pada uji coba 1 sebesar

92,66% dan pada uji coba 2 sebesar 98,53%. Persentase pada kedua uji coba

memenuhi kriteria yang ditetapkan yaitu lebih besar atau sama dengan 80%.

6. Proses jawaban siswa untuk uji coba 1 sebagian besar siswa telah mampu

mengidentifikasi dan menggunakan rumus namun, siswa masih kesulitan

(40)

211

kemampuan siswa dalam mengidentifikasi, mengeneralisasi, menggunakan

rumus dan melakukan pemecahan masalah sudah meningkat.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa saran

sebagai berikut.

1. Dalam pembentukan kelompok diskusi disarankan untuk tidak hanya

memperhatikan heterogenitas, akan tetapi juga kenyamanan siswa dalam

kelompok.

2. Suasana kelas yang kurang kondusif karena jam pelajaran matematika yang

berada setelah jam pelajaran olahraga membuat siswa merasa lelah, sehingga

kurang maksimal dalam pembelajaran sehingga disarankan untuk

memberikan alokasi waktu yang tepat mengingat matematika adalah mata

pelajaran yang kurang diminati siswa.

3. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis disarankan agar guru

berfokus pada peningkatan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. Hal

ini terlihat dari rendahnya skor pemecahan masalah siswa.

4. Untuk meningkatkan disposisi matematis siswa disarankan agar guru

berfokus pada peningkatan indikator tekun dalam mengerjakan tugas

Gambar

Gambar 1.1. Proses Jawaban Tes ฀erpikir Kritis Siswa
Gambar 1.2 ฀uku Siswa Pada Materi Lingkaran

Referensi

Dokumen terkait

Mengidentifikasi dan menghilangkan kesalahan- kesalahan serta untuk memperoleh indikasi dan reaksi awal dari pakar dan pendesain instruksional Deskriptif Menggunakan instrument

Dari hasil penelitian yang didapat, waktu tunggu pelayanan resep obat berdasarkan jenis resep di Apotek Panacea Kupang yaitu waktu tunggu pelayanan resep obat berdasarkan

Kali ini saya update salah satu aplikasi yg banyak user android pakai,terutama untuk pecinta internet gratis,.5 dias atrás.. HTTP Injector

Alhamdulillah Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan Proyek Akhir “ALAT UKUR

Terdapat hubungan yang signifikan antara peran kader dengan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan di Posyandu lansia RW 1 Desa Kentangan wilayah kerja Puskesmas Sukomoro

Jagoan Hosting Indonesia tidak dapat memberikan jaminan tersebut apabila tagihan untuk bulan berikutnya sudah tercetak, atau JagFamily sudah menggunakan bandwidth lebih dari 10GB

Energi Alternatif (Biogas) dari Kulit Buah Coklat dan Rumput.. Sebagai dasar penyusunan penelitian ini adalah teori yang

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN