SKRIPSI
DAMPAK LABA AKUNTANSI TERHADAP PEMBAGIAN DIVIDEN KAS PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG TELAH GO PUBLIC
DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
M HUBBAN KAMILY 100522097
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “DAMPAK LABA
AKUNTANSI TERHADAP PEMBAGIAN DIVIDEN KAS PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG TELAH GO PUBLIC” adalah benar
hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna
menyelesaikan beban akademik pada fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, oktober 2012
M HUBBAN KAMILY
ABSTRAK
“DAMPAK LABA AKUNTANSI TERHADAP PEMBAGIAN DIVIDEN KAS
PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG TELAH GO PUBLIC
DI BURSA EFEK INDONESIA”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal kerja dan likuiditas terhadap rentabilitas. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba akuntansi sebagai variabel independen dan deviden kas sebagai variabel dependen. laba akuntansi dengan laba per saham (X1), dan deviden kas
diukur dengan deviden payout ratio(DPR (Y1
Metode penelitian yang digunakan adalah asosiatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pooling, yang merupakan kombinasi antara data
cross section dan data time series yang diambil dari laporan tahunan 10 perusahaan perkebunan yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia selama 3 tahun periode 2008-2010
)).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara persial modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap rentabilitas, ini dapat dilihat dari thitung<ttabel (-2,140<2,074) dan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Current ratio (CR) berpengaruh secara signifikansi terhadap rentabilitas, dapat dilihat dari thitung<ttabel (-0,173<0,05) dengan nilai signifikansi 0,984<0,05. Hasil
uji F menunjukkan bahwa nilai Fhitung>Ftabel (16,581>4,242) dengan signifikansi
0.005<0.05. dari hasil uji F ini dapat disimpulkan bahwa modal kerja dan likuiditas berpengaruh secara bersama-sama terhadap rentabilitas.
ABSTRACT
"IMPACT OF ACCOUNTING FOR INCOME CASH DIVIDEND THE COMPANY HAS PLANTATION GO PUBLIC STOCK EXCHANGE IN INDONESIA "
This study aimed to determine the effect of working capital and liquidity to profitability. The variables used in this study is the accounting profit as the independent variable and the dependent variable cash dividend. accounting profits with earnings per share (X1), and the cash dividend is measured by the dividend payout ratio (DPR (Y1)). The research method used is associative. The data used in this study is a data pooling, which is a combination of cross section data and time series data drawn from the annual reports of 10 companies terdafatar plantation in Indonesia Stock Exchange during the three-year period 2008-2010 The results showed that both Persia working capital positive and significant impact on profitability, it can be seen from tcount <ttable (-2.140 <2.074) and a significant value of 0.000 is less than 0.05. Current ratio (CR) is a significance influence on earnings, could be seen from tcount <ttable (-0.173 <0.05) with a significance value 0.984 <0.05. The test results showed that the value Fcount F> F table (16.581> 4.242) with significantly 0005 <0.05. of the F test results it can be concluded that the effect of working capital and liquidity together towards profitability.
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah segala puji bagi Allah, Dzat yang tak pernah lupa pada
hambaNya yang selalu berusaha dan berdo’a sehinggan penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Modal Kerja Dan Likuiditas
Terhadap Rentabilitas Pada Perusahaan Food and Beverage Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010”.
Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan
pengetahuan penulis khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam
penelitian ini. Selain itu penilitian ini dilaksanakan dalam memenuhi salah satu
syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi pada Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banya mendapat dukungan,
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universita Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua
Departemen Akuntansi, Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M, Ak selaku
Sekertaris Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku Serketaris Program
4. Bapak Drs, M. Zainul Bahri Torong, MSi, Ak selaku dosen pembimbing
yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dr. Rina Br. Bukit, SE, MSi, Ak selaku dosen pembaca nilai yang
telah memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
6. Orang tua yang selalu mendukung dan mendo’akan penulis dalam setiap
sujud mereka, Ayahandan Arifin dan Ibunda Sumiati, terima kasih yang
tak terkira.
Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan
kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi
ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Juli 2012 penulis
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah... 5
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1.3.1. Tujuan Penelitian ... 5
1.3.2.Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Landasan Teori ... 7
2.1.1. Pengertian Laba ... 7
2.1.1.1. Pengertian Laba Akuntansi ... 8
2.1.1.2.Jenis Perataan Laba ... 11
2.1.1.3. Jenis- jenis Laba Dalam Akuntansi ... 11
2.1.2. Pengertian Deviden ... 12
2.1.2.1. Jenis-jenis deviden ... 14
2.1.2.2. Pengertian Kebijakan Deviden ... 16
2.1.2.3. Kebijakan Pemberian Deviden ... 18
2.1.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden ... 19
2.2. Tijauan Penelitian Terdahulu ... 23
2.2.1.Penelitian Ahmad Galaxy (2010) ... 23
2.2.2. Penelitian Surya Warni Sibarani (2011) ... 23
2.2.3. Penelitian Mohammad Ali (2010) ... 24
2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 25
2.3.1. Kerangka Konseptual ... 25
2.3.2. Hipotesis ... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
3.1. Desain Penelitian ... 28
3.2. Populasi dan Sampel ... 28
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 30
3.4. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30
3.4.1. Variabel Independen ... 30
3.5. Metode Analisis Data ... 31
3.6. Pengujian Asumsi Klasik ... 31
3.6.1. Uji Normalitas Data ... 31
3.6.2. Uji Multikolinieritas ... 32
3.6.3. Uji Heteroskedastisitas ... 33
3.6.4. Uji Autokorelasi ... 33
3.7. Pengujian Hipotesis Peneliti ... 34
3.7.1. Analisis Regresi Berganda ... 34
3.7.2. Uji Signifikan Simultan (F-test) ... 35
3.8.3. Uji SignifikanParsial (t-test) ... 36
BAB IV ANALISI HASIL PENELITIAN ... 37
4.1. Hasil Penelitian ... 37
4.1.1. Deskripsi Data Statistik ... 37
4.1.2. Uji Asumsi Klasik ... 38
4.1.2.1. Uji Normalitas Data ... 38
4.1.2.2. Uji Multikolinieritas ... 41
4.1.2.3. Uji Heteroskedastisitas ... 42
4.1.2.4. Uji Autokorelasi ... 43
4.1.3. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 44
4.1.3.1. Persamaan Regresi ... 44
4.1.3.2. Uji Signifikasi Simultan ... 45
4.1.3.3. Uji Signifikasi Parsial ... 47
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
5.1 Kesimpulan ... 49
5.2.Saran ... 50
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Tinjaun Penelitian Terdahulu ... 24
3.1 Sampel Penelitian ... 29
3.2 Pengambilan Keputusan ... 34
4.1 Descriptive Statistics ... 37
4.2 Hasil Uji Normalitas ... 39
4.3 Hasil Uji Multikolineritas ... 42
4.4 Hasil Uji Autokorelasi... 44
4.5 Hasil Analisis Regresi ... 45
4.6 Hasil Uji F ... 46
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 25
4.1 Histogram ... 40
4.2 Grafik Normal P-Plot ... 41
DAFTAR LAMPIRAN
Nama Judul Halaman
Lampiran 1 Data Variabel Penelitian ... 53
Lampiran 2 Statistik Deskriptif ... 55
Lampiran 3 Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi ... 56
Lampiran 4 hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi ... 57
Lampiran 5 Hasil Uji Multikolonieritas ... 58
Lampiran 6 Hasil Uji Autokorelasi... 59
Lampiran 7 Tabel t dengan signifikansi 5% ... 60
ABSTRAK
“DAMPAK LABA AKUNTANSI TERHADAP PEMBAGIAN DIVIDEN KAS
PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG TELAH GO PUBLIC
DI BURSA EFEK INDONESIA”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal kerja dan likuiditas terhadap rentabilitas. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba akuntansi sebagai variabel independen dan deviden kas sebagai variabel dependen. laba akuntansi dengan laba per saham (X1), dan deviden kas
diukur dengan deviden payout ratio(DPR (Y1
Metode penelitian yang digunakan adalah asosiatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pooling, yang merupakan kombinasi antara data
cross section dan data time series yang diambil dari laporan tahunan 10 perusahaan perkebunan yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia selama 3 tahun periode 2008-2010
)).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara persial modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap rentabilitas, ini dapat dilihat dari thitung<ttabel (-2,140<2,074) dan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Current ratio (CR) berpengaruh secara signifikansi terhadap rentabilitas, dapat dilihat dari thitung<ttabel (-0,173<0,05) dengan nilai signifikansi 0,984<0,05. Hasil
uji F menunjukkan bahwa nilai Fhitung>Ftabel (16,581>4,242) dengan signifikansi
0.005<0.05. dari hasil uji F ini dapat disimpulkan bahwa modal kerja dan likuiditas berpengaruh secara bersama-sama terhadap rentabilitas.
ABSTRACT
"IMPACT OF ACCOUNTING FOR INCOME CASH DIVIDEND THE COMPANY HAS PLANTATION GO PUBLIC STOCK EXCHANGE IN INDONESIA "
This study aimed to determine the effect of working capital and liquidity to profitability. The variables used in this study is the accounting profit as the independent variable and the dependent variable cash dividend. accounting profits with earnings per share (X1), and the cash dividend is measured by the dividend payout ratio (DPR (Y1)). The research method used is associative. The data used in this study is a data pooling, which is a combination of cross section data and time series data drawn from the annual reports of 10 companies terdafatar plantation in Indonesia Stock Exchange during the three-year period 2008-2010 The results showed that both Persia working capital positive and significant impact on profitability, it can be seen from tcount <ttable (-2.140 <2.074) and a significant value of 0.000 is less than 0.05. Current ratio (CR) is a significance influence on earnings, could be seen from tcount <ttable (-0.173 <0.05) with a significance value 0.984 <0.05. The test results showed that the value Fcount F> F table (16.581> 4.242) with significantly 0005 <0.05. of the F test results it can be concluded that the effect of working capital and liquidity together towards profitability.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia termasuk salah satu negara yang berkembang di dunia, hal ini
terbukti dengan adanya pembangunan di segala bidang termasuk pembangunan
sektor ekonomi. Perekonomian di Indonesia yang semakin membaik
menyebabkan timbulnya gairah bagi para pengusaha untuk mengelola
perusahaannya di Indonesia. Salah satu pengelolaan yang harus diperhatikan
adalah masalah keuangan yang penting bagi kelangsungan hidup perusahaan,
keuangan suatu perusahaan berkaitan dengan sumber dana dan penggunaannya,
semakin efisien penggunaan dan pengelolaan dana maka berarti semakin baik bagi
perusahaan. Agar dana dalam perusahaan dapat dipenuhi secara cukup, maka
dituntut adanya pengelolaan dan penentuan secara tepat terhadap sumber dana.
Sumber dana dapat dipilih atau di tentukan apakah dari modal sendiri atau dari
modal luar. Perusahaan besar umumnya mencari dana tambahan permodalan
dengan go public upaya mengantisipasi dampak lebih lanjut dari perkembangan
ekonomi dan pesatnya kemajuan teknologi.
Tujuan pembagian dividen untuk memaksimumkan pemegang saham atau
harga saham dan menunjukan likuiditas perusahaan. Dari sisi investor deviden
merupakan salah satu motivator untuk menanamkan dana dipasar modal. Investor
lebih memilih dividen yang berupa kas dibandingkan dengan capital gain.
bahwa satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara.
Selain itu investor juga dapat mengevaluasi kinerja perusahaan dengan menilai
besarnya deviden yang dibagikan.
Dari sisi emiten kebijakan dividen sangat penting bagi mereka, apakah
sebagai keuntungan perusahaan akan lebih banyak digunakan untuk membayar
deviden dibanding retain earning atau sebaliknya. Dalam penetapan kebijaksanaan
mengenai pembagian deviden, faktor yang menjadi perhatian manajemen adalah
besarnya laba yang dihasilkan perusahaan. Ada dua ukuran kinerja akuntansi
perusahaan yaitu laba akuntansi dan total arus kas. Laba akuntansi adalah laba
dari kaca mata perekayasa akuntansi atau kesatuan usaha karena keperluan untuk
menyajikan informasi secara objektif dan terandalkan. Informasi arus kas berguna
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas, laporan arus kas
melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut
aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Jumlah arus kas yang berasal dari
aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari kegiatan
operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi
pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden dan
melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
Murtanto (2004) dalam penelitiannya yang menganalisis hubungan antara laba
akuntansi dan laba tunai dengan deviden kas. Mereka menganalisis perusahaan
industri Barang Konsumsi pada tahun 1999, 2000 dan 2001. Berdasarkan
penelitiannya itu disimpulkan bahwa adanya hubungan yang kuat antara laba
Elizabeth (2000) dalam penelitiannya yang menganalisis hubungan laba
akuntansi dan arus kas operasi dengan deviden kas, dengan menggunakan
koefisien korelasi Spearman Rank, ia menganalisa 25 perusahaan yang Go publik
di BEJ pada tahun 1992, 1993 dan 1994. Berdasarkan penelitiannya itu
disimpulkan bahwa ada konsistensi hubungan yang signifikan antara laba
akuntansi dan arus kas operasi dengan dividen kas. Pada umumnya laba akuntansi
lebih mempengaruhi besarnya dividen kas yang dibagikan daripa arus kas operasi.
Laba akuntansi adalah laba dari kaca mata perekayasa akuntansi atau
ke-satuan usaha karena keperluan untuk menyajikan informasi secara objektif dan
terandalkan. Laba akuntansi yang digunakan adalah laba yang didapat dari selisih
hasil penjualan dikurangi harga pokok penjualan dan biaya-biaya operasi
perusahaan (laba bersih). Selain menggunakan nilai laba akuntansi dalam
menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan, seringkali perusahaan juga
mempertimbangkan laba tunai yang pada dasarnya merupakan laba akuntansi
setelah diperhitungkan dengan beban-beban non kas dalam hal ini; beban
penyusutan dan amortisasi.
Depresiasi dan amortisasi merupakan biaya non kas, artinya biaya tersebut
tidak lagi memerlukan pengeluaran kas sekarang ataupun di masa depan. Menurut
Standar Akuntansi Keuangan, penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang
dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Suatu aktiva dapat
dipandang sebagai kuantitas jasa ekonomi potensial yang dikonsumsi selama
menghasilkan pendapatan. Penyusutan aktiva dibebankan ke pendapatan baik
Banyak faktor harus dipertimbangkan oleh perusahaan ketika memutuskan
untuk melakukan pembagian dividen kas, antara lain ROI, cash ratio, current
ratio, debt to total asset, earning per share (EPS) dan cash dividend pay out ratio,
dan size. Variabel-variabel yang mempangaruhi kebijakan dividen terdiri atas
profitabilitas yang diukur dengan laba bersih setelah pajak, stabilitas dividen an
earning yang ditunjukan dengan earning per share dan dividend payout ratio,
likuiditas yang diukur dengan cash ratio dan current ratio.
Semakin besar ROI menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik,
sehingga wajar jika pemegang saham mengharapkan pembagian dividen kas jika
ROI meningkat. Demikian juga apabila cash ratio, current ratio dan earning per
share (EPS) meningkat, maka pemegang saham mempunyai harapan bahwa
perusahaan akan mempunyai kemampuan untuk membagi dividen kas. Dilihat
dari segi dividend pay out ratio, pemegang saham dapat memperkirakan besarnya
dividen yang akan didapatkan.
Indonesia telah dikenal sebagai negara agraria, disebabkan iklimnya yang
sangat baik untuk kegiatan pertanian dan perkebunan. Sejarah telah membuktikan
bahwa sektor perkebunan merupakan salah satu sektor industri yang menjanjikan
profitabilitas yang tinggi. Sementara itu, menurut peneliti sendiri penelitian di
bidang perkebunan berbasis sektor ekonomi masih dinilai sangat kurang.
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka menurut peneliti perlu dilakukan perluasan penelitian untuk mengkaji
faktor-faktor laba akuntansi terhadap pembagian deviden kas pada perusahaan
atas maka penyusunan skripsi ini diberi judul “Dampak Laba Akuntansi Terhadap Pembagian Dividen Kas Pada Perusahaan Perkebunan Yang Telah Go Publik Di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka penulis memunculkan permasalahan sebagai
berikut: apakah laba akuntansi yang diperoleh dari laporan keuangan perusahan yang
telah diaudit berpengaruh signifikan terhadap pembagian deviden perusahaan
perkebunan yang telah go publik di bursa efek Indonesia?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan penelitian tersebut, maka tujuan penelitian ini
untuk menganalisis pengaruh laba akuntansi terhadap pembagian dividen kas
perusahaan perkebunan yang go public di bursa efek Indonesia.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama
investor sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan
keputusan investasi di pasar modal. Secara terperinci manfaat penelitian dapat
a. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan apabila datanya pendapatnya
mengenai pengaruh laba akuntansi terhadap deviden kas perusahaan
perkebunan yang go public di bursa efek Indonesia periode 2009-2010.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
tersedianya bukti empiris berdasarkan pada fakta yang terjadi di Indonesia
baik bagi kalangan akademisi maupun pada pengembangan teori sehingga
dapat memberikan arah studi terutama yang berkaitan dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi deviden kas.
c. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penelitian
selanjutnya sebagai dasar perluasan penelitian terutama yang berhubungan
dengan proporsi laba akuntansi yang berpengaruh terhadap deviden
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Laba
Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi
sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari
semua transaksi atau kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu
periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik.
Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas
biaya-biayanya dalam jangka waktu (perioda) tertentu. Laba sering digunakan sebagai
suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta
pengambilan keputusan dan unsur prediksi (Harnanto, 2003: 444).
Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba, akan tetapi
pengertian laba di dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian laba menurut
akuntansi. Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu
kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah
perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu
dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu.
Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi
perusahaan atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per lembar
biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat
diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba
operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih.Pengukuran laba bukan saja
penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting juga penting sebagai
informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh karena
itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak seperti profesi akuntansi,
pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus, dan sebagainya
(Harahap, 2001: 259), hal ini menyebabkan adanya berbagai definisi untuk laba.
2.1.1.1 Pengertian Laba Akuntansi
Ada dua ukuran kinerja akuntansi perusahaan yaitu laba akuntansi
dan total arus kas. Belkaoui (2000:332) menyatakan bahwa laba akuntansi secara
operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang
direalisasikan yang berasal dari transaksi suatu periode dan berhubungan dengan
biaya historis. Dalam metode historical cost
Menurut pengertian akuntansi konvensional dinyatakan bahwa laba
akuntansi adalah perbedaan antara pendapatan yang dapat direalisir yang
dihasilkan dari transaksi dalam suatu periode dengan biaya yang layak dibebankan
(Muqodim 2005:111). Suwardjono (2005:455) mendefinisian laba sebagai
penda-patan dikurangi biaya merupakan pendefinisian secara struktural atau sintaktik (biaya historis) laba diukur
berdasarkan selisih aktiva bersih awal dan akhir periode yang masing-masing
diukur dengan biaya historis sehingga hasil akan sama dgn laba yang dihitung
karena laba tidak didefinisi secara terpisah dari pengertian pendapatan dan biaya.
Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba yg
merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya secara akrual.
SFAC No. 1 dalam Ataina (1999) menyatakan bahwa laporan laba rugi
yang disusun berdasar basis akrual lebih akurat untuk menaksir prospek aliran kas
dari pada laporan laba rugi yang disusun berdasar basis kas. Pengertian semacam
ini akan memudahkan pengukuran dan pelaporan laba secara objektif. Perekayasa
akuntansi mengharapkan bahwa laba semacam itu bermanfaat bagi para pemakai
statemen keuangan khusus investor dan kreditor.
Pendefinisian laba seperti ini jelas akan lebih bermakna sebagai pengukur
kembalian atas investasi (return on investment) daripada sekadar perubahan kas.
Di dalam laba akuntansi terdapat berbagai komponen yaitu kombinasi beberapa
komponen pokok seperti laba kotor laba usaha laba sebelum pajak dan laba
sesudah pajak (Muqodim 2005:131). Sehingga dalam menentukan besar laba
akuntansi investor dapat melihat dari perhitungan laba setelah pajak. SFAC No. 1
dalam Belkaoui (2000:332) mengasumsikan bahwa laba akuntansi merupakan
ukuran yang baik dari kinerja suatu perusahaan dan bahwa laba akuntansi dapat
digunakan untuk meramalkan arus kas masa depan. Penulis lain mengasumsikan
bahwa laba akuntansi adalah relevan dengan cara yang biasa untuk model-model
keputusan dari investor dan kreditor. Laba akuntansi dengan berbagai interpretasi
1. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi
2. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemcn.
(rate of retun on inuested capital).
3. Dasar penentuan besar pengenaan pajak.
4. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara.
5. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan public. 6. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.
7. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
8. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan. 9. Dasar pembagian dividen.
Bila dilihat secara mendalam laba akuntansi bukanlah definisi yang
sesungguhnya dari laba melainkan hanya merupakan penjelasan mengenai cara
untuk menghitung laba. Karakteristik dari pengertian laba akuntansi semacam itu
mengandung beberapa keunggulan. Beberapa keunggulan laba akuntansi
a. Terbukti teruji sepanjang sejarah bahwa laba akuntansi bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
yang
dikemukakan oleh Muqodim (2005 : 114) adalah:
b. Laba akuntansi telah diukur dan dilaporkan secara obyektif dapat diuj kebenaran sebab didasarkan pada transaksi nyata yang didukung oleh bukti.
c. Berdasarkan prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan laba akuntansi memenuhi dasar konservatisme.
d. Laba akuntansi bermanfaat utk tujuan pengendalian terutama berkaitan dengan pertanggung jawaban manajemen.
2.1.1.2 Jenis Perataan Laba
1.
Ada dua jenis perataan laba, yaitu(Riahi- Belkaoui,2004) :
2. Natural smoothing
Natural smoothing adalah incme generating process yang natural, bukanhasil dari tindakan yang di ambil manajemen.
2.1.1.3 Jenis-jenis Laba Dalam Akuntansi
Jenis-jenis laba menurut pengukuran tingkat laba untuk suatu pusat laba
tertentu ada lima jenis, yaitu :
1. Margin kontribusi
Laba kontribusi dihitung dengan cara mengurangkan biaya variabel dari
pendapatan yang diperoleh suatu divisi. Konsep ini bermanfaat untuk
perencanaan dan pembuatan keputusan laba suatu divisi dalam jangka
pendek.
2. Laba terkendali divisi
Laba dihitung dengan cara mengurangi pendapatan dengan biaya-biaya
yang dapat dikendalikan oleh manajer divisi yang meliputi biaya
variabel yang terkendali dan biaya tetap terkendali.
3. Laba langsung
Laba dapat dihitung dengan mengurangi pendapatan divisi dengan
semua biaya yang langsung terjadi dalam divisi yang bersangkutan.
Profitabilitas ini cocok digunakan untuk menilai profitabilitas jangka
panjang.
4. Laba bersih sebelum pajak
Dengan menghitung pendapatan divisi dengan biaya langsung divisi
karena divisi menikmati fasilitas kantor pusat, maka divisi mengalokasi
biaya kantor pusat.
5. Laba bersih sesudah pajak
Besar laba dihitung melalui pengurangan laba bersih sebelum pajak
dengan pajak penghasilan divisi. Sebagai satu kesatuan ekonomi yang
berdiri sendiri, laba divisi perlu memperhitungkan pajak
penghasilannya.
2.1.2 Pengertian Deviden
Stice at al (2004:902) menyatakan bahwa “dividen adalah pembagian
kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan
jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik”. Menurut Skousen et
al (2001:757) ” dividen adalah pendistribusian laba secara proporsional kepada
para pemegang saham sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya”. Besarnya
dividen yang dibagikan biasanya tercermin dalam dividend payoutratio (DPR).
DPR merupakan ratio hasil perbandingan antara dividen dengan laba yang
tersedia bagi para pemegang saham biasa, dan secara sistematis dirumuskan
sebagai berikut (Warsono, 2003:27)
Secara teori, deviden adalah bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada
para pemegang saham. Laba bersih (net earning) ini sering dsebut sebagai laba
yang tersedia bagi pemegang saham biasa “earning avaible to common stock
holde/EAC. Berdasarkan pengertian ini, maka tentu saja laba bersih yang tersedia
perusahaan yang mempunyai hutang dalam struktur modalnya (levered firm) dan
perusahaan yang tidak mempunyai hutang dalam struktur pemodalannya
(unlevered firm).
Bagian dari laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham biasa ini,
kemudiaan dikeluarkan dari EAC sebesar ratio tertentu disebut dengan dividend
payout ratio. Bagian laba bersih yang tidak dibagi dalam bentuk deviden disebut
dengan saldo laba, dimana bagian dari laba ini kemudian digunakan untuk
membiayai operasi lainnya.
Berbagai pengertian definisi yang diberikan oleh para ahli adalah sebagai
berikut :
Menurut Halim (2005 : 16) “ Deviden adalah pembagian keuntungan yang
diberikan emiten kepada pemegang sahammnya”.
Berdasarkan pengertiaan diatas dapat disimpulkan bahwa deviden adalah
pembagian keuntungan kepada pemegang saham yang sebanding dengan jumlah
lembar yang dimiliki. Apabila perusahaan penerbit mampu mneghasilkan laba
yang besar, maka ada kemungkinan para pemegang sahamnya akan menikmati
keuntungan yang besar juga, karena dengan laba yang besar itu bisa diharapkan
tersedianya dana yang besar untuk dibayar sebagai deviden. Tidak ada yang
membatasi penentuan besarnya dana yang dialokasikan untuk pembayaran
dividen, namun ini tergantung keputusan Rapat Umum Pemegang Saham yang
menentukan apakah laba yang besar itu akan dialokasikan untuk pembagian
2.1.2.1Jenis-jenis Deviden
Pembagian dividen umumnya didasarkan atas akumulasi laba yaitu saldo
laba, atau atas beberapa pos modal seperti tambahan modal disetor. Harapan
umum dari setiap pemegang saham yang menerima dividen adalah bahwa
perusahaan telah beroperasi secara optimal dan ia menerima bagian dari laba
tersebut. Deviden memiliki beberapa jenis-jenis antara lain :
a. Dividen Tunai
Dewan direksi melakukan pemungutan suara untuk mengumumkan
dividen tunai (cash dividend), dan jika hasilnya disetujui maka dividen segera
diumumkan. Sebelum dividen dibayarkan daftar pegang saham terakhir harus
disiapkan. Karena itu, biasanya terdapat tenggang waktu antara saat pengumuman
dan pembayaran.
Pengumuman dividen tunai merupakan kewajiban dank arena pembayaran
biasanya dilakukan dengan segera, maka biasanya disebut sebagai kewajiban
lancar. Kewajiban dividen dapat bervariasi antara perseroan. Perseroan yang lebih
senior serta telah mapan akan merasa bangga terhadap pembayaran dividen
kuartalnya yang tidak pernah terputus dalam jangka waktu yang lama. Mereka
baru tidak akan membayar deviden atau mengurangi bila mengalami penurunan
laba atua pengurangan kas yang kritis.
Di sisi lain, perusahaan yang sedang tumbuh akan membayar dividen tunai
dalam jumlah kecil atau tidak membayar dividen karena kebijakannya adalah
melakukan ekspansi secaara cepat sejauh kondisi keuangan internal dan eksternal
b. Dividen Properti
Hutang dividen dalam bentuk aktiva perusahaan selain kas disebut sebagai
property atau dividend in kind. Dividen properti dapat berupa barang dagang, real
estat, atau investasi, atau bentuk lainnya yang dirancang oleh dewan direksi.
c. Dividen Skrip
Dividen skrip (scrip dividend) hutang dalam skrip, berarti bahwa
perusahaan tidak membayar dividen sekarang tetapi memilih membayarnya pada
suatu tanggal dimasa depan. Dividen skrip yang diterbitkan kepada pemegang
saham sebagai dividen hanya merupakan bentuk khusus dari wesel bayar.
d. Dividen Likuidasi
Dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan kadang-kadang disebut
sebagai dividen likuidasi (liquidation dividend), yang mengisyaratkan bahwa
dividen ini merupakan pengambilan dari investasi pemegang saham dan bukan
dari laba. Dengan kata lain setiap dividen yang tidak didasarkan pada laba
merupakan pengurang modal disetor perusahaan dan, sejauh itu, merupakan
dividen likuiditasi.
e. Dividen Saham
Jika manajemen ingin mengkapitalisasi sebagian dari laba (misalnya,
reklasifikasi jumlah ang dihasilkan ke modal kontribusi), dan dengan demikian
menahan laba dalam perusahaan atas dasar permanen, maka perusahaan dapat
menerbitkan dividen saham. Dalam kasus ini, tidak ada aktiva yang dibagikan,
dan setiap pemegang saham memiliki bagian kepemilikan yang sama atas
sama seperti sebelum dividen itu diumumkan. Tentu saja, nilai buku per saham
akan menjadi lebih rendah karena jumlah saham bertambah.
2.1.2.2Pengertian Kebijakan Deviden
Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
keputusan pendanaan perusahaan. Beberapa ahli memberikan definisi kebijakan
dividen sebagai berikut :
Menurut Harjito (200 : 253) “Kebijakan dividen adalah keputusan apakah
laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagikan kepada
pemegang saham dalam bentuk dovoden atau akan ditahan untuk menambah
modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.”
Menurut Tampubolon (2005 : 191)” Kebijakan dividen adalah keputusan
keuangan yaitu dengan mempertimbangkan apakah oembayaran dividen akan
meningkatkan kemakmuran pemegang saham.”
Dari pengertian diatas maka dapt disimpulkan bahwa kebijakan dividen
adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada
pemegang saham dalam bentuk dividen atau sebagai saldo laba untuk menambah
modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Berdasarkan
keterangan tersebut, prokasi yang digunakan untuk mengukur kebijakan dividen
dalam penelitian ini direpresentasikan dalam bentuk rasio. Jenis rasio yang
digunakan dalam penelitian ini adalah rasio dividend payout ratio (DPR).
Menurut Jogiyanto (2003 : 278) dividend payout ratio adalah pembagian
antara dividen yang dibagikan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya
Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor
tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena
memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil
akan merugikan investor (para pemegang saham) tetapi internal financial
perusahaan akan semakin kuat.
Dividend payout ratio dapat diukur sebagai dividen yang dibayarkan
dibagikan dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum. Perusahaan
uang mempunyai risiko tinggi cnderung untuk membayar dividend payout ratio
ratio lebih kecil supaya nanti tidak memotong dividen jika laba yang diperoleh
turun. Untuk perusahaan yang berisiko tinggi, probabilitas untuk mengalami laba
yang menurun adalah tinggi (Jogiyanto 2003 : 280).
2.1.2.3 Kebijakan Pemberian Dividen
Kebiijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang
menjadi hak para pemegang saham, pada dasarnya laba tersebut dapat dibagikan
berupa dividen atau sebagai saldo laba untuk diinvestasikan kembali.
Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara tunai atau cash dividend
yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Bentuk kebijakan
dividen tersebut adalah:
a. Kebijakan Pemberian Dividen Stabil
Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini artinya dividen akan
diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu
dipertahankan untuk beberapa tahun dan kemudian bila laba yang
diperoleh meningkat dan peningkatannya mantap dan stabil, maka dividen
juga akan ditingkatkan untuk selanjutnya depertahankan selamaa beberapa
perusahaan.
b. Kebijakan dividen dengan ratio yang kostan
Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba
yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh
semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila
laba kecil dividen yang dbayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan sering
disebut Devidend Payout Ratio (DPR) yaitu persentase dividen per lembar
saham terhadap pendapatan per lembar saham.
c. Kebijakan pemberian dividen regular yang rendah ditambah extra
Kebijakan ini merupakan kombinasi dua kebijakan diatas. Cara ini
memberikan fleksibilitas kepada perusahaan, hanya saja investor masih
merasa tetap kurang pasti tentang jumlah yang akan diterimanya. Pada
perusahaan yang pendapatannya sangat tidak pasti, cara ini yang mungkin
terbaik. Kebijakan ini menetapkan jumlah minimal dividen perlembar
saham setiap tahunnya. Bagi investor ada kepastiaan akan menerima
jumlah dividen yang minimal setiap tahunnya meskipun keadaan keuangan
perusahaan agak memburuk, kalau keadaan keuangan perusahaan baik
maka investor akan menerima investor dividen minimal tersebut ditambah
dengan dividen tambahan jika keadaan keuangan memburuk, maka yang
d. Dividen yang fleksibel (Fleksible Dividend)
Kebijakan ini menetapkan besarnya dividen yang dibayarkan perusahaan
disesuaikan dengan posisi dfinansial dan kebijaksanaan financial dari
perusahaan yang bersangkutan.
2.1.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen mempertimbangkan apakah penghasilan setelah pajak
pada tahun berjalan sbaiknya diinvestasikan kembali atau dibagikan saja sebagai
dividen merupakan saldo laba. Saldo laba itu sendiri merupakan sumber
pembiayaan internal yang relative murah. Ada sejumlah pertimbangan saat
perusahaan ingin membuat satu kebijakan dividen. Pertimbangan-pertimbangan
tambahan ini harus berhubungan dengan konsep teori pembayaran dividend an
penilaiian perusahaan. Berikut ini faktor-faktor yang dianalisis perusahaan dalam
memutuskan kebijakan dividen. Memuat Horne dan Wachhowicz (terjemahan
Fitriasari dan Deny 2007 : 280)
a. Peraturan-peraturan Hukum
Pembahasan peraturan hukum penting dilakukan untuk menetapkan
batasan-batasan hukum dimana kebijakan dividen dapat digunakan.
Peraturan-peraturan hukum ini berhubungan dengan penurunan modal, ketidak
solvabilitasan dan laba ditahan yang tidak semestinya.
Secara khusus badan usaha Perseroaan Terbatas diatur dalam
efektif berlaku sejak tanggal 16 agustus 2007. Sebelum UUPT 2007, berlaku
UUPT No. 1 tahun 1995 yang diberlakukan sejak 7 maret 1996 (satu tahun setelah
diundangkan) s.d 15 agustus 2007, UUPT tahun 1995 tersebut sebagai pengganti
ketentuan-ketentuan Perseroan Terbatas yang diatur dalam KUHD Pasal 36
sampai dengan pasal 56 dan segala perubahannya. Dalam undang-undang No. 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) juga mengatur tentang dividen
antara lain :
1. Seluruh laba bersih setelah dikurangi penyisihan untuk cadangan
dibagiakan kepada pemegang saham sebagai dividen, kecuali
ditentukan lain dalam RUPS.
2. Dividen hanya boleh dibagikan apabila Perseroan mempunyai saldo
laba yang positif.
3. Perseroan dapat membagikan dividen interim sebelum tahun buku
Perseroan baerakhir sepanjang diatur dalam anggaran dasar Perseroan.
4. Pembagian dividen interim dapat dilakukan apabila jumlah kekayaan
bersih Perseroan tidak menjadi lebih kecil daripada jumlah modal
ditempatkan dan disetor ditambah cadangan wajib.
5. Pembagian dividen interim tidak boleh mengganggu atau
menyebabkan Perseroan tidak dapat memenuhi kewajibannya pada
6. Pembagian dividen interim ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi
setelah memperoleh persetujuan Dewan Kominsaris.
b. Kebutuhan pendanaan perusahaan
Pada saat batasan-batasan hukum bagi kebijakan dividen perusahaan telah
ditetapkan. Langkah selanjutnya adalah penafsiran kebutuhan pendanaan
perusahaan. Untuk itu perlu dipersiapkan anggaran kas, proyeksi laporan sumber
dan penggunaan dana, dan proyeksi laporan arus kas. Tujuan utamanya adalah
menentukan arus kas dan posisi kas perusahaan yang mngkin tejadi tanpa adanya
perubahan kebijakan dividen. Disamping memperkirakan hasil yang mungkin
diterima, perusahan juga harus mempertimbangkan resiko bisnis sehingga dapat
diperolah menjadi macam hasil arus kas yang mungkin terjadi.
c. Likuditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam keputusan
dividen. Karena dividen merupakan arus keluar kas, semakin besar posisi kas dan
likuiditas perusahaan, semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar
dividen. Perusahaan yang berkembang dan menguntungkan mungkin tidak likuid
karena dana yang dimilikinya digunakan untuk keperluan aktiva tetap dan kerja
permanen.
d. Kemampuan untuk meminjam
Posisi likuid bukan merupakan satu-satunya cara untuk memberikan
kemampuan untuk memperoleh pinjaman dalam waktu singkat, perusahaan dapat
dikatakan memiliki fleksibilitas keuangan yang relative baik. Kemampuan
meminjam ini dapat berupa batas kredit atau perjanjian kredit beruntun dari bank,
atau kemampuan tidak resmi kelembagaan keuangan untuk memerlukan kredit.
e. Batasan-batasan dalam perjanjian hutang
Penjanjian perlindungan dalam perjanjian obligasi atau pinjaman
seringkali berisikan batasan-batasan pembayaran dividen. Batasan ini digunakan
oleh pemberi pinjaman untuk menjaga kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang. Biasanya batasan ini dinyatakan sebagai persentase maksimum laba
ditahan komulatif perusahaan. Jika batasan harus diterapkan, maka akan
mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan.
f. Pengendalian
Jika perusahaan membayar dividen dalam jumlah besar, perusahaan
kemudian perlu mencari modal melalui penjualan saham untuk mendanai peluang
investasi yang memungkinkan. Dalam situasi tersebut kepentingan pengendalian
perusahaan mungkin menipis jika pemegang saham yang memiliki tidak mau atau
tidak dapat memesan tambahan saham. Para pemegang saham ini lebih memilih
pembayaran dividen yang rendah dan pendanaan kebutuhan investasi melalui laba
ditahan. Kebijakan dividen ini mungkin tidak memaksimalkan kekayaan
keseluruhan pemegang saham, namun dividen tersebut dilakuan demi kepentingan
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu 2.2.1 Penelitian Ahmad Galaxy (2010)
Judul penelitiian “Analisis Hubungan Antara Laba Akuntansi Dan Laba
Tunai Dengan Dividen Kas Pada Peusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia”. Variable independennya adalah laba akuntansi dan laba tunai ,
variable dependen adalah dividen kas. Penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi. Hasil penelitian ini adalah laba akuntansi dan laba tunai
berpengaruh signifikan terhadap dividen kas.
2.2.2 Penelitian Surya Warni Sibarani(2011)
Judul penelitian “Analisis Hubungan Laba Akuntansi, Arus Kas Operasi
Dengan Dividen Tunai Pada Industri Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia”. Variabel independennya adalah laba akuntansi dan arus kas operasi,
dividen tunai sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi. Hasil dari penelitian ini adalah laba akuntansi dan arus kas
operasi berpengaruh signifikan terhadap dividen tunai.
2.2.3 Penelitian Mohammad Ali (2010)
Judul penelitian “Analisis Hubungan Laba Akuntansi Terhadap Dividen
Kas Pada Industri Barang Komsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
Variabel independennya adalah laba akuntansi, variabel dependennya adalah
dividen kas. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi. Hasil penelitian
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Penelitian (Tahun)
Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
2.3 Kerangka Konseptual Dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka pengaruh laba akuntansi
terhadap dividen kas perusahaan dapat di gambarkan dalam kerangka berikut :
H1 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual mungkin dapat dipandang sebagai teori akuntansi
yang terstruktur, hal ini disebabkan struktur kerangka konseptual sama dengan
struktur teori akuntansi yang didasarkan pada proses penalaran logis (logical
reasoning). Atas dasar penalaran ini, teori merupakan proses pemikiran menurut
kerangka konseptual tertentu untuk menjelaskan kenyataan yang terjadi dan
menjelaskan apa yang harus dilakukan apabila ada fakta atau fenomena baru.
Kerangka konseptual dapat digambarkan dalam bentuk hirarki yang memiliki
beberapa tingkatan. (
Dari kerangka konseptual diatas terlihat bahwa penelitian ini terdiri dari
satu variabel indevenden yaitu laba akuntansi dan satu variabel dependen yaitu
dividen kas, sehingga kerangka teoritis dapat menggambarkan rumusan hipotesis
penelitian.
Laba Akuntansi (X)
2.3.2 Hipotesis
2.3.2.1Pengaruh Laba Akuntansi Terhadap Dividen Kas
Karakteristik laba berkaitan dengan identifikasi sifat dari laba sehingga
memungkinkan untuk menganalisis transaksi/peristiwa yang dapat mempengaruhi
laba. Karakteristik laba dapat di identifikasikan dengan memahami cara batasan
pengertian laba.
Earning merupakan suatu ukuran berapa besar harta yang masuk
(pendapatan dan keuntungan) melebihi harta yang keluar (beban dan kerugian).
Laba bersih adalah kelebihan seluruh pendapatan atas seluruh biaya untuk suatu
periode tertentu setelah dikurangi pajak penghasilan yang disajikan dalam laporan
laba rugi. Para akuntan menggunakan istilah “net income” untuk menyatakan
kelebihan pendapatan atas biaya dan istilah “net loss” untuk menyatakan
kelebihan biaya atas pendapatan.
Seluruh laba bersih setelah dikurangi penyisihan untuk cadangan
dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen, kecuali ditentukan lain dalam
RUPS. Dividen hanya boleh dibagikan apabila perseroan mempunyai saldo laba
yang positif. Perseroan dapat membagikan dividen sebelum tahun buku perseroan
berakhir sepanjang diatur dalam anggaran dasar perseroan.
Pembagian dividen dapat dilakukan apabila jumlah kekayaan bersih
perseroan tidak menjadi lebih kecil daripada jumlah modal ditempatkan dan
disetorkan ditambah cadangan wajib. Pembagian dividen tidak boleh
pada kreditor atau menggangu kegiatan perseroan. Pembagian dividen ditetapkan
berdasarkan keputusan direksi setelah memperoleh persetujuan dewan kominsaris.
Ho : Laba akuntansi berdampak terhadap dividen kas perusahaan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan peneliti dengan menggunakan desain
kausal yang berguna untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan
variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya
(Umar, 2003: 30).
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang
mempunyai karakteristik tertentu, sedangkan sampel adalah bagian dari populasi
yang digunakan sebagai objek penelitian. Penelitian ini menggunakan sampel
yang ditentukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan
(purposive sampling), yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan
suatukriteria tertentu.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive
sampling yang merupakan teknik penentuan anggota sampel dengan pertimbangan
atau kriteria tertentu. Adapun kriteria dalam penentuan sampel pada penelitian ini
yaitu sebagai berikut:
1. Perusahaan-perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2009-2010
2. Perusahaan-perusahaan tersebut telah menerbitkan dan mempublikasikan
3. Laporan keuangan periode 2008-2010 pada perusahaan-perusahaan tersebut
telah diaudit oleh auditor independen.
4. Perusahaan-perusahaan tersebut membagikan dividen selama periode
pengamatan.
Berikut ini adalah sampel penelitian yang telah dilakukan dengan purposive
sampling yang berjumlah 16 perusahaan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan Kriteria Sampel
1 2 3 4
6 PT Cipendawa Tbk (Sebelumnya: Cipendawa Agroindustri Tbk)
√ √ √ - -
7 PT Central Proteina Prima Tbk √ √ √ - -
8 PT Dharma Samudra Fishing Industries Tbk
√ - - - -
9 PT Gozco Plantations Tbk √ √ √ - -
10 PT Inti Agri Resources Tbk √ - - - -
11 PT PP London Sumatra Tbk √ √ √ √ 2
12 PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk
Sumber : Hasil olahan peneliti (2012)
Berdasarkan teknik penarikan sampel tersebut diatas maka dapat
disimpulkan bahwa sampel yang memenuhi kriteria dan yang akan digunakan
dalam penelitian ini berjumlah 6 perusahaan. Adapun perusahaan-perusahaan lain
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi, yaitu peneliti melakukan pengumpulan data sekunder atau data yang
diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara yaitu internet melalui
situs Bursa Efek Indonesia dengan melihat laporan keuangan yang diterbitkan setiap
tahunnya baik dalam media cetak maupun data yang di download dari internet tiap-tiap
perusahaan.
3.4 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
3.4.1 Variabel Independen
Variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Adapun variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba akuntansi per saham.
Laba akuntansi per saham bisa diukur dengan : (
Laba Akuntansi Per Saham = Laba Akuntansi
3.4.2 Variabel Dependen
“Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena adanya variabel bebas”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
pembagian deviden kas. Dividen kas dapat diukur dengan :
100% Divident Payout Ratio = Dividen Per Saham
Laba Bersih Per Saham x
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik
dengan menggunakan software SPSS 18. Tahap awal yang dilakukan sebelum
melakukan pengujian hipotesis yaitu asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik yang
dilakukan terdiri dari uji normalitas, uji multikilinieritas, uji heteroskedastisitas
dan uji autokorelasi. Untuk pengujian hipotesis, dilakukan analisis uji F dan uji t.
3.6 Pengujian Asumsi Klasik 3.6.1 Uji normalitas data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel
terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal. Metode yang dapat dipakai untuk normalitas antara lain: analisis grafik
dan analisis statistik.
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis grafik.
Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal
atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal (menyerupai
lonceng), regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
3.6.2 Uji multikolinieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah regresi mempunyai
korelasi antara variabel independen. Menurut Umar (2003: 132)
“multikolonieritas adalah ada tidaknya korelasi yang sempurna atau korelasi yang
tidak sempurna tetapi relatif tinggi pada variabel-variabel bebasnya.
Pengujian multikolonieritas dilakukan dengan melihat nilai VIF antar
variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas
didalam model regresi adalah sebagai berikut:
a. Nilai R2
b. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Tidaknya adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolonieritas.
yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
3.6.3 Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain (Ghozali, 2006: 105). Suatu model yang baik adalah
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Menurut Ghozali (2006: 105) cara memprediksinya adalah jika pola
gambar scatterplot model tersebut adalah:
a. Titik - titik data menyebar diatas dan dibawah atau sekitar angka 0 b. Titik - titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja
c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali
d. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
3.6.4 Uji autokorelasi
Uji autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi di antara
anggota-anggota dari serangkaian observasi yang berderetan waktu (apabila
datanya time series) atau korelasi antara tempat berdekatan (apabila cross
sectional).
Adapun uji yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya penyimpangan
asumsi klasik ini adalah uji Durbin Watson (DW). Untuk melihat ada atau
tidaknya autokorelasi dilihat dari tabel sebagai berikut:
Tabel 3.2
Tabel Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negative Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada korelasi negative No decision 4 –du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi positif
atau negative
Sumber: Ghozali, 2006: 96
3.7 Pengujian Hipotesis Peneliti
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis regresi
berganda, uji signifikansi t-test serta uji signifikansi F-test. Menurut Rochaety
(2007: 107)”...dengan uji hipotesis kita memusatkan perhatian pada peluang kita
membuat keputusan yang salah. Hipotesis diterima atau ditolak berdasarkan
informasi yang terkandung dalam sampel tetapi menggambarkan keadaan
populasi”.
3.7.1 Analisis regresi berganda
Regresi berganda bertujuan untuk menghitung besarnya pengaruh dua atau
lebih variabel terkait dan memprediksi variabel terkait dengan menggunakan dua
atau lebih variabel bebas”. Model persamaannya adalah sebagai berikut:
Y= a+b1X1
Keterangan :
+e
Y = variabel dependen yaitu deviden perusahaan
a = intercept/koefisienn yang menyatakan perubahan rata-rata variabel
dependen untuk setiap varibel independen sebesar satu atau yang
disebut konstanta.
b1
X
= angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan
pada variabel independen. Bila b (+) maka terjadi kenaikan pada
variabel dependen, bila b (-) maka akan terjadi penurunan pada
variabel dependen dalam hal ini dividen kas perusahaan (DPS).
E = error
3.7.2 Uji signifikasi simultan (F-test)
Pengujian hipotesis secara simultan dilakukan dengan uji F. Menurut
Ghozali (2006: 84) “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama tehadap variabel dependen/terikat”. Uji F
merupakan suatu untuk mengetahui apakah semua variabel independen bukan
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Penguji ini
dilakukan dengan menghitung serta membandingkan F hitung dengan F tabel
yaitu ketentuan sebagai berikut:
Jika Fhitung < Ftabel dan signifikansi > 5 % H0
Jika F
diterima
hitung > Ftabel dan signifikansi < 5 % Ha diterima
3.7.2 Uji signifikasi parsial (t-test)
Menurut Ghozali (2006: 84) “uji statistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam
menerangkan variabel dependen”. Uji t merupakan suatu cara untuk mengukur
apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen. Dalam pengujian ini dilakukan dengan menghitung
serta membandingkan t hitung dengan t tabel yaitu dengan ketentuan sebagai
berikut:
Jika t hitung < t tabel dan signifikansi > 5 % H0
Jika t
diterima
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1.Deskripsi Data Statistik
Untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai data variabel dalam
penelitian ini maka digunakanlah tabel statistik deskriptif. Tabel statistik
deskriptif ini meliputi nilai rata-rata (mean), jumlah data (N) dan standar deviasi
dari dua variabel independen yaitu laba akuntansi (LPS) sebagai variabel yang
mempengaruhi deviden per saham (DPS) pada perusahaan perkebunan yang
terdaftar di bursa efek Indonesia.
Tabel 4.1
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
LPS 18 29.29 1670.76 369.3372 468.19431
DPS 18 2.00 830.00 177.2367 245.09043
Valid N (listwise) 18
Sumber: hasil pengelohan SPSS (2012)
Berikut ini perincian data deskreptif yang telah diolah:
a. Variabel laba akuntansi (LPS) memiliki nilai minimum 29,29; nilai maksimum
1670,76; nilai rata-rata laba akuntansi (LPS) sebesar 369,3372 dengan standar
b. Variabel deviden per saham (DPS) memiliki nilai minimum 2,00; nilai maksimum
830,00; nilai rata-rata 177,2367 dengan standar deviasi sebesar 245,09043 dan
jumlah observasi sebanyak 18 sampel
4.1.2 Uji Asumsi Klasik 4.1.2.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal serta untuk menghindari
bias dalam model regresi. Penggujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji
statistik non-parametik Kolmogorov-Sminov (K-S), dengan membuat hipotesis:
H0
H
: data residual berdistribusi normal
a
Apabila signifikansi lebih besar dari 0,05 maka diterimaH : data residual tidak berdistribusi normal
a, sedangkan jika nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 diterima.
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N 18
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .97014250
Most Extreme Differences Absolute .174
Positive .132
Negative -.174
Kolmogorov-Smirnov Z .737
Asymp. Sig. (2-tailed) .649
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dari hasil pengelolahan data, diperoleh variabel Laba Akuntansi Per
Saham terdistribusi secara normal dengan nilai signifikan sebesar 0,649 > 0,05
maka H0
Dengan demikian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai
observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat dilanjutkan dengan uji asumsi
klasik lainnya. Untuk lebih jelas berikut ini turut dilampirkan grafik histogram dan plot
data yang terdistribusi normal.
Gambar 4.1 Histogram Sumber; Hasil Pengolahan SPSS (2012)
Dengan cara membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati normal, dari grafik histogram di atas dapat disimpulkan bahwa distribusi data
normal karena grafik histogram menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal
yang tidak menceng (skewness) kiri maupun menceng kanan.
Demikian pula dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot.
Menurut Ade dkk (2007: 29) “normalitas data dapat menggunakan normal P-Plot data
Gambar 4.2
Grafik Normal Plot
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2012)
Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis
diagonal serta penyebarannya agak mendekati dengan garis diagonal sehingga
dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.
4.1.2.2 Uji Multikolinieritas
Adanya Multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai
variance inflation factor (VIF). Batas dari tolerance value dibawah 0,01 atau nilai
VIF diatas 10, maka terjadi problem multikolinearitas.
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) -2.846 1.690 -1.684 .112
LN_LPS .283 .310 .222 .913 .375 1.000 1.000
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2012)
Dari data pada tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolonieritas dengan dasar nilai VIF untuk setiap variabel independen tidak
ada yang melebihi 10 dan nilai tolerance tidak ada yang kurang dari 0.1, hal ini
dapat dilihat dari nilai tolerance LPS_LN 1,000 tidak kurang dari 0,1 dan nilai
VIF LPS_LN sebesar 1,000, tidak melebihi 10. Maka dapat dilakukan analisis
lebih lanjut dengan menggunakan model regresi berganda.
4.1.2.1.Uji Heteroskedastisitas
Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala
heteroskedastisitas adalah melihat plot grafik yang dihasilkan dari pengolahan
data menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan keputusannya adalah:
1) Jika pola tetrtentu, sperti titik-titik yang teratur maka telah terjadi
heteroskedastisitas,
2) Jika tidak ada pola tertentu, serta titik-titik yang menyebar tidak
tertentu diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi
heterskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas dengan mengganti penyebaran
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber; Hasil Pengolahan SPSS (2012)
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Dengan
demikian, model ini layak dipakai untuk memprediksi dividen kas pada
perusahaan perkebunan yang terdaftar di burda efek indonesia berdasarkan
masukan variabel independen LPS.
4.1.2.2.Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi di antara
anggota-anggota dari serangkaian observasi yang berderetan waktu (apabila
datanya time series) atau korelasi antara tempat berdekatan (apabila cross
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .222a .049 -.010 ,57081 1.381
a. Predictors: (Constant), LN_LPS
b. Dependent Variable: LN_DPS
Hasil uji autokorelasi diatas menunjukkan nilai R sebesar 0,222
menunjukkan bahwa koralasi yang kecil yaitu 22,2%. Nilai adjust R square
sebesar 0,49 atau 49% mengindikasikan bahwa variasi dari variabel independen
hanya mampu menjelaskan variabel dependen 49%. Durbin –Watson sebesar
1,381, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai
signifikansi 5% jumlah sampel 18 (n) dan jumlah independen 2 (k=2). Oleh
karena nilai DW 1,381 lebih kecil dari batas (du) 1,539 dan kurang dari 4-1,539
(4-du), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif.
4.1.3. Pengujian Hipotesi Penelitian
4.1.3.1.Persamaan Regresi
Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear, dilakukan
beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel dependen dengan
Tabel 4.5
a. Dependent Variable: LN_DPS Sumber : Data diolah penulis, 2012
Berdasarkan hasil analisis regresi seperti tertera pada ringkasan tabel 4.5
diatas diperoleh persamaan model regresi yang distandarkan sebagai berikut:
Y= −2,846 + 0,283X + e
Adapun interpretasi dari persamaan di atas adalah:
1. a = -2,846
nilai konstanta ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel DPS_LN,(= 0),
maka rentabilitas yang diberikan adalah -2,846.
2. b1
koefisien regresi b ini menunjukkan bahwa setiap variabel LPS_LN meningkat
satu satuan, maka DPS akan bertambah 0,283 atau 28,3% dengan asumsi
variabel lain dianggap tetap atau ceteris paribus. = 0,283
4.1.3.2.Uji Signifikasi Simultan
Pengujian hipotesis secara simultan dilakukan dengan uji F. Menurut
Ghozali (2006: 84) “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua