• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pakan dan Inang Terhadap Lama Hidup dan Produksi Telur Trichogramma pretiosum Riley (Hymenoptera: Trichogrammatidae)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pakan dan Inang Terhadap Lama Hidup dan Produksi Telur Trichogramma pretiosum Riley (Hymenoptera: Trichogrammatidae)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

ENTOMOLOGI DALAM

PERU BAHAN

LlNGKUNGAN DAN SOSIAL

Bogor, 5 Oktober

2004

Ed itor :

Dr. Muhammad Arifin , MS ., APU Dr. Ir. Elna Karmawati , APU Dr. Ir. I Wayan Laba, M.Sc ., APU

Dr. Ir. I Wayan Winasa, MS . . Dr. Ir. Pudjianto , M.Si.

Dr. Ir. Dadang

Dr. Ir. Teguh Santoso, D.E.A. Dr. Drh . Upik Kusumawati , MS .

Drs . Dodin Koswanudin Mulyawan

Diterbitkan oleh :

PE RHI MP UN AN ENTOMOLOGI INDONESIA

Alamat Redaksi :

Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian , Institut Perta nian Bogar

JI. Kamper, Kampus IPB Darmaga, Bogar

1ls,4,'l, )

\

..

.'.'

, '. .' セ|@ セ@ I f'l ....

\

I

-セ@

I .'(2,

·b

I

0

1 0 . セNL@ \ 'I .., '2.

LセN@ ,

-PROSIDING SEMINAR NASIONAL

ENTOMOLOGI DALAM PERUBAHAN LlNGKUNGAN DAN SOSIAL

Bogor, 5 Oktober 2004

;.., ", ' . ... J I l -:-". .

r.

セ@ Nセ I@

\

- セMiiG@ ( ,.0 , セ⦅i@ '
(2)

r

I

Adha Sa ri da n D . Suchor; . Tanggap fungsional Tnchogramma pretlosum

-Diskusi

Tidak ada pertanyaan / diskusi

)!

Prosiding Seminar Nasional Enlomologi dalam Perubahan Lingkungan dan Sosial Perhimpunan Enlom%g; Indonesia

Pengaruh Pakan dan Inang Terhadap Lama Hidup dan Produksi Telur Trichogramma pretiosum Riley (Hymenoptera:

Trichogrammatidae)

Rahma Susila Handayani, Damayanti Buchori, dan Djoko Prijono Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Institut Pertanian Bogor

Abstrak

Trichogramma pretioswn merupakan parasitoid telur yang polifag, sebagai

musuh alami yang potensial perlu dipelajari beberapa aspek yang berkaitan dengan kemampuan parasitisasi. -Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pakan, frekuensi pakan, dan ketersediaan inang terhadap lama hidup, kemampuan parasitisasi, dan potensi produksi telur T pretioswn. Perlakuan disusun sebagai -percobaan faktorial dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga faktor yakni: konsentrasi pakan (madu konsentrasi 100%; 50%; dan air), frekuensi pakan (sekali dan setiap hari), dan ketersediaan inang (tersedia inang dan tanpa inang). Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi pakan mempengaruhi lama hidup, parasitisasi, dan potensi produksi telur, sedangkan frekuensi pakan dan ketersediaan inang hanya mempengaruhi potensi produksi telur. Pakan madu konsentrasi sedang (madu 50%) dapat meningkatkan lama hidup terpanjang (54,3 jam), parasitisasi, dan potensi produksi telur tertinggi secara berturut-turut 30,6 butir (40,4%) dan 34,6 butir. Ketersediaan pakan setiap"hari meningkatkan potensi produksi telur 1,3 kali lebih besar dari pemberian pakan sekali saat kemunculan (25,9 butir). Imago yang diberi inang memiliki potensi produksi telur 1,2 kali lebih banyak dari imago yang tidak diberi inang (26,7 butir). Hasil penelitian ini berguna untuk perbanyakan masal parasitoid di laboratorium dan keberadaannya di lapangan. Aplik:tSi di lapang:rn dapat dilakukan dengan melepas parasitoid imago yang baru muncul dan sebelurnnya telah diberi madu konsentrasi sedang. Ketersediaan pakan setidaknya sekali dapat membantu meningkatkan aktivitas imago di lapangan dalam mengendalikan populasi hama.

(3)

r

Rahrna Susila Handaya n; el 01 .. Pengaruh Pakan dan Inang lerhadap Lama Hidup _ _ _ _ _ _

Pendahuluan

Pemanfaatan parasitoid telur seperti Trichogramma spp. (Hymenoptera: Trichogrammatidae) dalam pengendalian hayati telah cukup lama dilakukan. Sejauh ini , umumnya penelitian-penelitian lebih banyak terkonsentrasi pada perbanyakan masal yang dilakukan secara efektif (Buchori et al. 2000), seleksi parasitoid unggul, dan pelepasan parasitoid untuk mengendalikan hama di lapangan (Nurindah et al. 1993; Herlinda 1995; Marwoto & Supriyatin 1999; Ramlan 2001). Namun demikian, penelitian tentang faktor-faktor di lapangan, seperti kombinasi ketersediaan pakan dan kualitas pakan serta ketersediaan inang terhadap penampilan (performance) justru belum banyak dilakukan.

T pretiosum Riley merupakan salah satu parasitoid telur yang berpotensi

sebagai agens pengendali hayati populasi hama di lapangan pada tanaman pangan, perkebunan, dan kehutanan. Parasitoid ini bersifat greganus dan polifag, yang sering ditemukan memarasit Helicaverpa zea (Boddie) (Lepidoptera: Noctuidae), serangga yang merupakan hama penting dipertanaman jagung di Amerika Utara dan parasitoid ini juga memarasit serangga Lepidoptera lain di lahan pertani'an (Ruberson &K.ring 1993), sedangkan di Indonesia parasitoid ini menyerang telur H armigera Hubner (Lepidoptera: Noctuidae) di pertanaman Jagung (Buchori et aI., unpublished). T

pretiosum ini banyak diproduksi seeara komersial di Amerika Serikat untuk

mengendalikan H zea dan Heliothis virescens (F.) (Lepidoptera: Noctuidae) sekitar 30% dipertanaman kapas Arkansas, 40% di Kalifomia Utara, dan 55-84% di Texas (Knutson 1998). Berdasarkan informasi dari Li (1994), parasitoid tersebut diperdagangkan untuk mengendalikan hama Lepidoptera, noctuidae, pyralidae, gclechiidae di Kolumbia, Meksiko, Amerika Serikat, Nikaragua, dan Uruguay. Namun demikian, pemanfaataan parasitoid T pretiosum di Indonesia masih terbatas. Dalam rangka inilah perlu dikembangkan T. pretiosum'sebagai agens hayati di Indonesia.

Pengembangan agens hayati yang potensial p<!rlu dilakukan pembelajaran mengenai kemampuan parasitisasinya, yang meliputi lama hidup dan potensi produksi telur. Lama hidup dan potensi produksi telur, pada umumnya sebagian didukung oleh ketersediaan pakan dan inang bagi parasitoid tersebut. Lama hidup pardSitoid tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik saja, namun juga dipengaruhi oleh lingkungan, seperti cahaya, kelembaban, fotoperiode, suhu, sumber pakan (Ridgway & Mahr 1990; U9kan & Ergin 2003; Coombs 1997), kepadatan populasi (Hooper et. al. 2003), dan spesies inang (Hoffulann et. al 2001). Menurut Costamagna & Landis (2002) ketersediaan dan kelimpahan inang merupakan sumber daya bagi imago parasitoid, begitu pula sumber pakan dan tempat berlindung dapat membatasi tingkat parasitisasi pada inang. Peneliti Clausen (1940), De Bach (1974), dan Doutt (1959) melaporkan pentingnya pakan terhadap lama hidup dan kesuburan parasitoid. Keberhasilan pencarian pakan yang mengandung gula merupakan faktor kritis yang mempengaruhi

Proslding Seminar Nasiollal £nlOlIlologi dalam Penlbahan Lingkungan dan Sosia l PerhlmplInan EnlOm%g l Indonesia

lama masa reproduksi parasitoid di lapangan (Waekers & Swaans 1993 dalan: Siekman 2001). Pakan bagi imago jenis Triehogramma ュ・セー。ォ。ョ@ ヲセッイ@ pentmg オョセオォ@

セ@ k d'tas fertilitas dan lama hidup (Wiackwoska & Wiackowski 1970 dalam BertI &

Ie un I , , . . I h'd

M arcana 1993). Menun;t Gurr & Nicol (2000) bahwa dl laboratonum, am? I up . d . 'k d' d '" . h amma carverae dalam tanpa makanan mencapai 7 han an JI a terse la rna u

iュセ@ " ' d b '

lama hidup imago mencapai 11 han, sedangkan tイセ」ィッァイセZョュ。エッャ@ ea nr rasslcae

tanpa makanan dapat 「・イエ。ィ。セ@ hidup Nィセヲャァァセ@ 6.han dan jiセ。@ tersedla madu .dapat bertahan hidup sampai 13 han. Sebagal iューィォ。ウャセケセ@ lama ィャ、セーN、。ョ@ ーイセオセセ@ telur secara langsung mempengaruhi kemampuan parasltOld memaraslt. mango Hal 1m akan berpengaruh pada keberhasilan parasitoid dalam penek.anan hama dl lapangan . .

Penelitian ini dilakukan ulltuk mengetahUl pengaruh ォッセ・ョエイ。ウャ@ セセョZ@ frekuensi pemberian pakan, dan ketersediwn inang terhadap lama hldup, parasltlSasl

dan produksi telur T pretiosum. . .

Hasil penelitian memberikan informasi eara penanganan parasltOl.d agar dapat hidup lebih lama dan mempunyai daya parasitisasi yang tinggi.

Bahan dan Metode

Perbanyakan Serangga Inang Corcyra cephalonica

Serangga inang dikoleksi dan gudang pakan temak di Karawang, 3 Nセ。イ・エ@ 2003. Seranggga tersebut dipelihara di dalam エセューセエ@ peneluran 「・イ「・セエオォ@ s!1mder yang terbuat dan kertas karton (diameter 10 em, tmggI 20 em) dengan bagIan セZカ。ィ@ dan atas karton ditutup dengan kawat kasa 25 mesh. Tabung peneluran エ・セ・「セエ@ 、ャウャセー。ョ@ dalam kurungan kasa (25 em x 25 cm x 25 em), setiap han telur セ。ョァ@ 、ャィセャャォ。ョ@ d!panen dan dikumpulkan dalam cawan petri (diameter 10 em). SebagIan telur dltaburkan ke dalam wadah plastik (34 cm x 16 cm x 7 cm) yang telah berisi ・セーオイ。ョ@ dedak dan セオイ@ (perbandingan 1 :2) sebagai tempat pembiakan larva (Buehon et al. 2000). SebagJan telur lainnya 、ゥセョ。ォ。ョ@ untuk ー・イ「。ョケ。Nセ。ョ@ parasitoid T. pretiosum dan untuk percobaan.

Perbanyakan Parasitoid Telur T. pretiol'um

(4)

Rahma Susila Handayani el al. : Pengaruh Pawn dan Inang lerhadap Lama Hidup _ _ _ _ _ _ _

Perlakuan Pemberian Pakan dan Inang

Imago yang telah berkopulasi dan berumur 5-10 jam, setelah muncul diberi pakan berupa madu konsentrasi sedang (madu diencerkan menggunakan air 50% v/v) dan madu konsentrasi tinggi (100% atau mumi). Pemberian pakan dilakukan sekali beberapa saat setelah kemunculan imago (5-10 jam) dan setiap hari hingga imago. Sebelum dan sesudah pemberian pakan diberi sedikit air yang dioleskan di dinding bagian dalam tabung. Hal ini dilakukan untuk mencegah teIjadinya dehidrasi pada parasitoid. Setelah pemberian pakan, parasitoid ada yang diberi inang hingga mati dan ada yang tidak diberi inang sama sekali selama hidupnya. Cara pemberian pakan dan inang ini sarna juga seperti yang dilakukan pada pemberian pakan berupa air (sebagai kontro!) (Tabel I). Percobaan ini diulang 10 kali, telur yang telah terparasit dibiarkan hingga muncul imago baru. Peubah yang diamati ialah lama hidup, parasitisasi, dan potensi produksi telur.

Tabell Macam-macam perlakuan pemberian pakan dan inang pada T. pretiosum

Pemberian Eakan Pemberian inang

Konsentrasi Frekuensi Dengan Tanpa inang inang

Air Sekali + +

Setiap hari + +

Madu konsentrasi Sekali + +

sedang Setiap hari + +

Madu konsentrasi Sekali + +

tinggi Setiap hari + +

+ dilakukan pcrcobaan

Rancangan Percobaan

Perlakuan disusun sebagai percobaan faktorial dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga faktor. Tiga faktor tersebut ialah konsentrasi pakan (air, madu konsentrasi sedang, dan madu konsentrasi tinggi); frekuensi pakan (sekali, setiap hari); dan ketersediaan inang (inang, tanpa inang). Khusus untuk peubah parasitisasi faktor yang berperan ialah konsentrasi dan frekuensi pakan. Data diolah der.gan sidik ragam, yang dilanjutkan dengan uji selang ganda Duncan (Steel & Torrie 1991). Sebelum sidik ragam, data lama hidup ditransfonnasikan ke , sedangkan untuk parasitisasi dan potensi produksi telur. Khusus untuk peluang keberhasilan hid up dilakukan pemetaan

p,-osidtng Seminar Nasional Enloma/ogi da/am Perubahan Ungkungan dan Sosial

Perhimpunan t nlom a/ogi Indonesra

data prcporsi imago yang dapat hidup dengan umur imago menggunakan Program Sigma Plot Graph versi 7.0.

Hasil dan Pembahasan

Hasil

125

a

E

100 a

'"

0

セ@ 7S

0-"

"0

:;:: 50 b

'"

0

E "

-' 25

0

Air Madu konsentrasi Madu konsentrasi

sedang tilggi

Konsentra5i pakan

Gambar 1. Pengaruh konsentrasi pakan terhadap lama hidup T. pretiosum

Lama hidup T. pretiosum hanya dipengaruhi oleh konsentrasi pakan, 「オセ@ frekuensi pakan maupun ketersediaan inang. Interaksi tiga faktor (konsentrasl pakan*frekuensi pakan*ketersediaan inang) tidalc 「・セーNァ。イオィ@ nyata .terhadap lama hidup (P

=

0,466), artinya lama hidup tidak dipengaruhi

ッャ・セ@

ketersedlaan pakan dan inang secara bersamaan. Begitu pula interaksi dua faktor tldak ada ー・セァセィ@ nyata (konsentrasi*frekuensi, P

=

0,545; konsentrasi Jセョ。ョァ@ P

=

0.850; frekuensl*mang, P : 0,957). Untuk faktor tunggal , hanya konsentrasl pakan

ケ。ョセ@

berpengaruh nyata

セp@

-0,000), sedangkan frekuensi pakan (P = 0,541) dan

iセ。ョNァ@

Hセ@

= 0,19.1) tldak berpengaruh nyata. Lama hidup imago

ケ。ョセ@

mengkonsumsl .alr

ケセャエオ@

33,2

jセ@

(1,4 hari). Pc:kan madu konsentrasi sedang

ュ・ョュセエォ。ョ@

lama

ィj、セー@

Imago

ウ・「・セ。イ@

iLセ@

kali, sedangkan madu konsentrasi tinggi menmgkatkan lama hldup sebesar 1,6 kalt

(Gambar 1). . .

[image:4.856.496.736.136.324.2]
(5)

Rahm a Susila Handaya ni el al. : Pengaruh Pakan dan Inang lerhadap Lama Hidup _ __ __ _ _ _

Madu konsentrasi tinggi dapat meningkatkan peluang bertahan hidup imago betina hingga dua kali lipat lebih tinggi jika dibandingkan dengan pakan air saja (Gambar 2). Walaupun pada peubah lama hidup, frekuensi pakan dan ketersediaan inang tidak berpengaruh nyata, faktor-faktor tersebut menunjukkan hasil yang cenderung berbeda dan bervariasi pada peluang bertahan hidup.

1.0 0.8 c. :J

"

:.c

c: 0.6 ro .c ro t:: OJ .!J

Cl 0.4 c: ro :J a; c. 0.2 0.0

0 20

I

,L

__ ,

I セ@ I

L,

I I I I I I \ I

\

I I I I I I

40 60 80 100 120

umur parasitoid Qam)

- - a i r

madu konsentrasi sedang

- - - madu konsentrasi tinggi

140 160 180

Gambar 2. Peluang bertahan hidup betina T pretiosum setelah mengkonsumsi pakan

sekali tanpa tersedia inang.

Imago yang diberi pakan air dan inang mempunyai peluang bertahan hidup y3ng tidak berbeda dengan imago yang diberi pakan madu, tetapi peluang bertahan hidup imago yang diberi pakan madu cenderung lebih tinggi daripada pakan air. Keberadaan inang lebih meningkatkan peluang bertahan hidup imago (Gambar 3 dan 5).

Peningkatan peluang bertahan hidup pada imago yang mengkonsumsi madu konsentrasi tinggi dan tersedia inang, dua kali dibandingkan dengan betina yang mendapat air. Semakin bertambahnya umur parasitoid, jumlah individu yang bertahan hidup akan menurun. Setina yang mengkonsumsi madu konsentrasi tinggi pada umur 55 jam, peluang bertahan hidup :nenurun hingga seperlima (Gambar 3). Namun, secara umum parasitoid jauh akan memilih pakan yang berkualitas. Faktor kualitas yang berperan dalam pemilihan pakan terlihat pada pemberian pakan setiap hari berupa madu

Prosidlllg Seminar Nasional £n1omologi dalam Perubahan Lingkungan dan Sosial

Perhimpunan Enlom%g; Indo nesia

konsetrasi sedang (Gambar 4-5) dan madu konsentrasi tinggi pada pemberian pakan sekal i (Gambar 2-3).

c. " ..., :c ,0 oe セ@ 06 .c '" 1;: .8 g'04 '" " 8. 02 --." -

...

ᄋ ᄋ ᄋ ᄋ ョ。ャjセセ@

- - - nalJ IcniIrt<B 1rgj

lffiTpmMl(jaT)

Gambar 3 Peluang bertahan hidup betina T pretiosum setelah mengkonsumsi pakan

sekali dan tersedia inang

c. " " :c ' .0 0.6 セ@ 0,6 .c '"

i

04

j

0.2 i:

I . I : L __ -.,.o

\L

\ iH .

I : L- __ -j .. セ@

セ@ i ... I

- a i r

.. madu konsentrasi sedang

- -- madu konsetrtasi tinggi

L- ___ 1 i . .

I

ッッKMMセMイMセMセMMMKMMセMMセMMセMMセ@

20 40 60 80 100 120 140 160 180

umur parasitoid (jam)

Gambar 4 Peluang bertahan hidup betina T pretiosum sete!ah mengkonsumsi pakan

setiap hari tanpa tersedia inang

[image:5.846.402.774.40.498.2] [image:5.846.83.377.165.368.2]
(6)

Rahma Susila Handaya ni el 01 .. Pengaruh Pakan dan Inang lerhadap Lama Hidup _ _ _ _ _ _ _

tersebut. Hal ini dapat dijadikan sebagai metode usaha untuk mencegah kepunahan keberadaan parasitoid di laboratorium dan di lapangan.

Pemberian pakan setiap hari dengan madu konsentrasi sedang akan meningkatkan peluang bertahan hidup imago parasitoid, walaupun tidak nyata, jika dibandingkan dengan pemberian pakan air saja. Pemberian air setiap hari pada saat tanpa tersedia inang akan meningkatkan peluang bertahan hidup imago dan memperpanjang umur imago daripada pemberian pakan sekali (Gambar 4-5). Hal ini menunjukkan bahwa tanpa tersedia inang parasitoid lebih mementingkan kuantitas

Pengaruh Pakan dan Inang terhadap Potensi Produksi Telur T. prefiosum

Potensi produksi telur merupakan kemampuan maksimum betina menghasilkan telur, meliputi jurnlah telur yang dapat dihasilkan di dalam ovari selama hidup parastoid atau jurnlah telur yang mampu diparasitkan dan yang tersisa dalam ovari. Interaksi tiga faktor tidak berpengaruh nyata pada potensi produksi telur (P = 0,342). Demikian pula yang terjadi pada interaksi dua faktor (konsentrasi*frekuensi P = 0,412; konsentrasi*inang P = 0,191; frekuensi*inang P =0,944). Ketiga faktor tunggal yang terlibat berpengaruh nyata pada potensi produksi telur yaitu konsentrasi pakan (P = 0,015), frekuensi pakan (P = 0,009), dan ketersediaan inang (P = 0,009).

Q.

" ..,

E

1.0

0.8

fa 0.6

.c:

セ@

.8

g- 0.4

to

" !

0.2

---j

I

セ@

!

lセセL

ᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋ ᄋ ᄋᄋᄋ ᄋ ᄋᄋᄋ ᄋ@

I :

L ____

+

...

I [image:6.843.94.330.299.443.2]

- . i f

... madu konsentrasi sed.ng

- -- madu konsentrasi tinggi

L ___ ...., ... I

20 40 60 80 100 120 140 160 180

umur parasitoid Gam)

Gambar 5 Peluang bertahan hidup betina T. pretiosum setelah mengkonsumsi pakan

setiap hari dan tersedia inang

Potensi produksi telur T pretiosum meningkat dengan tersedianya madu, tersedianya pakan setiap hari, atau tersedianya inang bagi imago. Madu konsentrasi sedang mampu meningkatkan potensi produksi telur imago parasitoid hingga 18,3%, dan imago yang mengkonsumsi madu konsentrasi tinggi potensi produksi telumya meningkat mencapai 13,3% daripada imago yang mengkonsurnsi air saja. Pakan yang

Prosiding Seminar Nasional £nlomologi dalam Perubahan Lingkungan dan Sosial

Perhimpunan Entomologi Indon esia

tersedia setiap har.i meningkatkan produksi telur hingga 13,5%. セゥ「。ョ、ゥョァォ。ョ@ 、・ョ_セ@

akan yang diberikan sekali pada saat umur kemunculan. Demlkian pula. yang telJadl

セ。、。@

perlakuan ketersediaan inang, pemberian inang akan

ュ・イ。ョァウセョァ@

In:ago.

セエオォ@

memproduksi telur hingga 1,25 kali lebih besar daripada imag? yang tldak dlben セョ。ョァ@ (Tabel 2). Adanya perbedaan dalam potensi produksi telurbetma.yang セ・ョ、。ー。エ@ mang dengan yang tidak, disebabkan oleh dua faktor: (I) エセイj。、ュケ。@ stlmula:'1 セ・ョケ・「。「ォ。セ@

produksi telur meningkat pada betina yang セ・ョ、。ー。エ@ I.nang, dan (2) エセイj。、ュケ。@ OOSOrpSI menyebabkan produksi telur rendah pada betma yang t1dak セ・ョ、。ー。エ@ ュセョァN@ .

Tingginya potensi produksi telur T. pretiosum tldak berartl 「。ィキセ@ iセ。ァッ@ tersebut memiliki kemampuan memarasit yang tinggi pull!, namun tmggmya kemampuan parasitisasi tergantung kematangan telur yang diproduksi. Pakan madu akan merangsang imago untuk meningkatkan produksi telur dan memicu kematangan telur bukan frekuensi pakan. hal ini telirhat pada hasil analisa bahwa kemampuan

ー。イセゥエッゥ、@

memarasit

ゥョセァ@

selama hidupnya, tidak

、ゥー・ョァ。イオセ@

セi・ィ@

interaksi dua fakto: . (konsentrasi*frekuensi P = 0,781). Dernikian pula yang セ・ャj。、ャ@ pada. faktor frekuensl pakan (P = 0,608), namun kemampuan imago memaraslt selama hldupnya berbeda nyata pada konsentrasi pakan (P = 0,002).

Tabel 2. Potensi produksi telur T preitosumpengaruh pemberian pakan dan ketersediaan inang.

Perlakuan n Potensi Produksi Telur (butir)"

(x ± SB)

Air 40 23,9 ± 12,5b

Konsentrasi Madu konsentrasi 40 34,6 ± 17,9a pakan sedang

Madu konsentrasi

tinggi 40 31,3 ± 15.9a

Frekuensi 60 25,9 ± 13,8b Sekali Setiap hari 34

°

± 17 3

pakan 6 0 , , a

Ketersedian Tanpa inang 60 26,7 ± 15,6b inang Dengan inang 60 33,2 ± 16,Oa

• Angka yang diikuti oleh hurufyang sarna tidak berbeda nyata berdasarbn . . . . uji Duncan pada taraf 。セ@ 5%, data ditransfonnasika",J x + 0 ,5 ke sebelum sldlk ragam ;n ulangan. rata· rata, SB standard deyias X

Kemampuan parasitisasi adalah jumlah telur parasitoid yang mampu di!e.takkan di dalam telur inang, sedangkan tingkat parasitisasi merupakan persentase d.an Jumlah telur inang terparasit terhadap jumlah telur inang yang エ・イNウ・セゥ。N@ lumlah telur iセ。ョァ@ yang

(7)

I'

Rahm a Susil a Hand aya ni el al. .-Penganlh Pakan dan Inang lerhadap Lama Hidup _ _ .. _ _ _ _ ' _ " _

tingkat parasitisasi 36,8%. Hal ini berbeda secara nyata dengan telur terparasit pada pakan madu (Gam bar 12). Madu konsentrasi sedang mampu memasok nutri si imago untuk menekan pertumbuhan inang hingga 2, 1 kali (40,4%). Pengaruh madu konsentrasi tinggi terhadap jumlah telur terparasit tidak berbeda nyata dengan pakan madu konsentrasi sedang. Madu konsentrasi tinggi dapat mepingkatkan kemampuan memarasit 24 butir dengan tingkat parasitisasi 36,8% (Gambar 6).

50

Nセ@ 40 :; .0 ':' 30

::J

セ@

..

20

E

.=: 10

o L-__ __ ______ __ ______ __ __ _

Air Madu konsentrasi

sedang

Konsentrasi pakan

Madu konsentrasi tinggi

Gambar 6 Pengaruh pakan terhadap kemampuan betina T pretiosum memarasit inang

Imago parasitoid tampaknya akan memaksimumkan peletakan telur pada hari pertama dan berkurang pada hari berikutnya (Gambar 7). Sebagain imago yang mengkonsumsi madu, pada awal hidupnya kemampuan memarasit inang tinggi, setelah beberapa hari kemampuan memarasitnya akan menurun dan selanjutnya terjadi peningkatan kembali (tidak selalu). Peningkatan tersebut akan mengaIarni penurunan kembali dengan bertambaImya umur parasiotid. Pemberian pakan air pada imago T.

pretiosum mengakibatkan imago mampu memarasit inang selama 2 hari saja. Madu

konsentrasi sedang yang diberikan sekali mampu meningkatkan kemampuan memarasit hingga 4 hari, sedangkan pemberian pakan setiap hari meningkatkan kemampuan memarasit hingga 7 hari (pada hari ke-6 T pretiosum tidak memarasit inang). Imago T.

pre.tiosum yang mengkonsumsi madu i(onsentrasi tinggi sekali maupun setiap hari

mampu memarasit inang hingga 5 hari. Parasitisasi mengalami peningkatan kembali paling cepat terjadi pada hari ke-5 parasitisasi.

Kemampuan parasitisasi parasitoid akan lebih baikjika imago betina disediakan setiap hari pakan madu. Hampir seluruh dan hidupnya dihabiskan untuk memarasit inang, sehingga efektifuntuk pengendalian.

54

Pros/ding Seminar Nasional £nlomologi dalam Perubahan Lingkungan dan Sosial

Per}umpunan Enlom%gi indonesia

a

::: l

,l,b

T

10 o l-______ セセセ@

r=b

______ セ@

セ@

__ セs⦅セl⦅@ _ _ _ _ セ@

6&

_ _ _ _ セセセ@ _ _ __

rq.L _______

NNlN」lエイイイョ⦅NNNNNi」セ N@

;J;;j' il..' _ _

NNNNlセ@

_ __"" ... . .

セ⦅@

..

セ@

.. 3 0 20

セ@

:>

セ@

': JL __________________

L=1L __ ..l.... __________

M]セ⦅]⦅@

____ "'_ __

d

2(} e

3 0

セ@

10

(} 1-________________

セ@ C ]

__

-L __________

0

セ@ __ セ@ ____ ___

2() g

I(} 3 0

セ@

() l-__________________ セイ]]]jセセセ@ ______________________ __

Air Madu konsentrasi

sedang

Madu konsentrasi tinggi

Gambar 7. Pengaruh pemberian pakan terhadl:p poJa peJetakan エ・jオセ@ T pretiosu,,:

setiap hari (J: Setiap hari;En : Sekali; a, hari ke-l; b, han ke-2; c, セ。ョ@

ke-3 ; d, hari ke-4; e hari ke-5; f, hari ke-6 tidak ada yang mrmaraslt inang; dan g, hari ke-7)

[image:7.850.403.760.69.512.2] [image:7.850.105.334.159.277.2]
(8)

Rahm a S us il a Hand ayan; el al. Pengaruh Pakan dan Inang lerhadap La1lla Hidup

Peningkatan kemampuan bertahan hidup parasitoid tidak menentukan tingginya kemampuan セ・ョ・ォ。ョ@ peningkatan populasi inang. Kemampuan bertahan hidup yang

、ャ、オセオョNァ@ セセュァォ。エ。セ@ kemampuan memarasit akan lebih efektif dalam penggunaan

parasltOid In! sebagal agens pengendalian hayati. Peningkatan kemampuan tersebut akan lebih baik jika parasitoid tersebut tersedia pakan berupa madu. Pemberian madu konsentrasi sedang dalam usaha perbanyakan parasitoid sangat membantu meningkatkan lama hidup dan kemampuan memarasit parasitoid tersebut. Madu konsentrasi sedang, mungkin di lapangan bisa didapatkan saat musim kemarau. Oleh karena itu parasitoid efektif menekan perkembangan hama saat kemarau daripada saat hujan.

Madu merupakan sumber energi dan karbohidrat yang diperlukan untuk menyelesaikan proses perkembangan hidupnya. Chippendale (1978 dalam Stoff olano

1 セYUI@ melaporkan bahwa kandungan nutrisi yang umum terdapat pada madu dan pakan

lam adalah karbohidrat, protein, vitamin, lemak, mineral, dan air. Karbohidrat penting untuk perke.mbangan teiur, kesuburan, lama hidup, terbang, sebagai suplemen pakan larva 、セ@ Imago hケュ・ョッーエ・セ@ cadangan selama diapause serta sumber energi

ュ・エ。セiNャウュ・@ .. m。セオ@ ォセョウ・ョエイ。ウャ@ sedang cukup mendukung perkembangan hidup

parasltOid leblh balk danpada konsentrasi tinggi. Hal ini disebabkan madu konsentrasi sedang memiliki kekentalan yang cukup sehingga efektif untuk dicema dalam tubuh parasitoid dan dapat secara maksimum meningkatkan metabolisme dalam tubuh.

s・ュ。ォゥセN@ baik metabolisme tubuh akan meningkatkan keaktifan serangga baik bergerak

mencan ュセァL@ berkopulasi, menghasilkan telur dan mt'marasit. Madu konsentrasi tinggi mempunyal kepekatan dan ke!centalan yang tinggi, sehingga susah untuk dikonsurnsi dan sui it dicema, walaupun pakan madu ini memiliki kemampuan meningkatkan lama h!dup dan pa:asitisasi tetapi tidak sebaik madu konsentrasi sedang. Seperti halnya yang dllaporkan Slekmann et al. (2001) bahwa Cotesia rubecula (Marshall) hanya mampu mengkonsurnsi sebagian madu mumi daripada madu yang telah diencerkan. Hal ini disebabkan oleh tekanan osmosis gula pada sistem aliran serangga, dan kekuatan aliran pakan pada saluran pencemaan serangga (Kingsolver & Daniel 1995).

Hasil peneiitian ini bahwa lama hidup hanya dipengaruhi oleh konsentrasi paka.r1 bukan frekuensi pakan atau inang. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Herhnda et al. (1997) yang menunjukkan bahwa lama hidup imago betina

Trichogrammatoidea bactrae-bactrae Nagaraja (Hymenoptera: Trichogrammatidae)

dipengaruhi oleh ketersediaan inang dan madu.

Kemampuan memarasit inang didukung oleh potensi parasitoid dalam memproduksi telur, tetapi potensi produksi telur tidak menentukan tingginya parasitisas i. Potensi produksi dipengaruhi konsentrasi pakan, frekuensi pakan, atau ketersediaan inang, sedangkan kemampuan parasitisasi hanya dipengaruhi oleh

Prosiding Seminar Nasiona/ £nl01ll0/ogi da/am Perubahan Lingklmgan dan Sosial

Perhimpunan Enloma /ogi Indones ia

konsentrasi pakan. Kemampuan parasitisasi yang tinggi berarti bahwa kematangan telur dalam ovari dari parasitoid juga tinggi. Potensi produksi telur dan kematangan telur ini diduga akan meningkat jika tersedia pakan madu bagi parasitoid. Pakan yang diberikan setiap hari justru akan membantu penigkatan potensi produksi telur, karena setiap hari parasitoid selalu tersedia tenaga untuk beraktivitas. Ketersediaan inang bagi imago merupakan stimulir kematangan telur dan produksi telur, sehingga dengan adanya inang berarti terjadi parasitisasi. Dengan demikian, akan tedadi pengendalian hama. Walaupun pakan madu tersedia namun tidak tersedia inang, parasitoid akan merubah kebiasaan dari memproduksi telur !ebih banyak menjadi memproduksi telur dan menyerap telur itu kembali (cosOipsi). Dengan adanya arus balik ini dan tidak adanya media untuk peletakan telur, memicu parasitoid lebih cepat mati. Oleh karena itu, parasitoid akan lebih cepat mati jika tidak tersedia inang. Adanya pakan madu akan sedikit mengurangi tedadi oosorpsi pada tubuh imago. Gordh et al. (1999) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya oosorpsi adalah ketiadaan inang dan ォ・エ・イ「。エ。セ。ョ@ makanan.

Kesimpulan

Madu konsentrasi sedang meningkatkan lama hid up, potensi produksi telur, dan kemampuan parasitisasi T pretiosum secara maksimum daripada madu konsentrasi tinggi. Selain itu, peluang imago yang bertahan hidup semakin banyak dan dengan pakan madu oosorpsi telur akan sedikit terjadi selama hidup imago hingga imago menemukan inang.

Pemberian pakan setiap hari dapat meningkatkan kemampuan

T pretiosum memarasit inang. Ketersediaan inang memicu kemampuan

produksi telur dan kematangan telur dalam ovari.

Pemberian madu konsentrasi sedang, setidaknya sekali dalam perbanyakan masal akan mengefektitkan perbanyakan . Hal ini aka!1 membantu dalam pengendalian hama di lapangan jika imago yang akan dilepas diberikan pakan madu terlebih dahulu.

Daftar Pustaka

(9)

Rahlna S usi la Handayani e/ al. . Pengaruh Pakan dan Inang terhadap Lama Hidup _ _ _ _ _ _ _

Buchori D, Hidayat P, Kartosuwondo U, Nunnansyah A, Meilin A. 2000. Dinamika interaksi antara parasitoid Trichogrammatidae dan inangnya: faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas Trichogrammatidae sebagai agens pengendalian hayati. Laporan Akhir Penelitian Tahun Kedua, Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi V1lI2. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Clausen CP. 1940. Entomophagous Insects. New York: McGrawll-Hill.

Coombs MT. 1997. Influence of adult food deprivation and body size on fecundity and longevity of Trichopoda giacomellii: a South American parasitoid of Nezara

viridula. Bioi Cont 8: 119-123.

Costamagna AC, Landis DA. 2002. Effect of food resources, host access, mating status, and temperature on the longevity and fecundity of adult Glyptapanteles

militaris (Walsh) and Meteorns communis (Cresson) (Hymenoptera:

Braconidae), parasitoids of the annywonn, Pseudaletia unipuncta

(Lepidoptera: Noctuidae). 2002 State Reports NCRI25. http://www.cips.msu.edulncrI25/StateRpts.htm. [3 Oktober 2003).

De Bach P. 1974. The scope of biological control. Di dalam: De Bach P, editor. Biological Control of Insect Pest and Weeds. London: Chapman and Hall. him 3-20.

Doutt RL. 1959. The biology of parasitic Hymenoptera. Annu Rev Entomol 4: 16 1-: 182.

Gordh G, Legner EF, Caltagirone LE. 1999. Biology of parasitic Hymenoptera. Di dalam : Bellows TS, Fisher TW (editor). Handbook of Biological Control. San Diego, (California): Academic Press. hIm 355-381.

GUIT OM, Nicol HI. 2000. Effect of food on longevity of adults of Trichogramma

carverae Oatman and Pinto and Trichogramma nr brassicae Bezdenko

(Hymenoptera: Trichogrammatidae) [abstrak]. Australian J Entomol 39(3): 185-187.

Herlinda S. 1995. Kajian Trichogrammatoidea bactrae-bactrae Nagaraj a (Hymenoptera: Trichogrammatidae), parasitoid telur Etiella zinckenella Tretits (Lepidoptera: Pyralidae) [tesis). Bogor: IPB, Program Pascasarjana

Herlinda S, Rauf A, Kartosuwondo U, Blldiharjo. 1997. Biologi dan potensi parasitoid telur Trichogrammatoidea bactrae-bactrae Nagaraj a (Hymenoptera: Trichogrammatidae) untuk pengendalian !lama pcnggerek polong kedelai. aul HPT 9(2): 19-25.

Prosiding Seminar Nasio na/ En/om%gi dalam Perubahan Lingkungan dan Sosia/

Perhimpunan Entomolog; Indonesia

Hoffmann MP et af. 2001. Perfonnance of Trichogramma astriniae (Hymenoptera: Trichogrammatidae) rered on factitious hosts including the target host Ostiniae

nubilalis (Lepidoptera: Crambidae). BioI Cont 2 I: 1-10.

Hooper LH, Sibly RM, Hutchinson TH, Maund SJ. 2003. The influence of larvae density, food availability and habitat longevity on the life history and population growth rate of the midge Chironomus riparius. Oikos 102:5 I 5-24.

Kingsolver 10, Daniel Tl. 1995. Mechanics of food handling by tluiding-feeding insects. Di dalam: Chapman RF, de Boer 0, editor. Regulatory Mechanisms in Insect Feeding. New York: Chapman & Hall. hIm 32-127

Knutson A. 1998. The Trichogramma manual: a guide to the use of Trichogramma for biological control with special reference to augmentative releases for control of bollwonn and budwonn in cotton.

http://insects.tamu.edulextens.ion/bulletinslb-6071.htrnl. [6 September 2002).

Li L Y. 1994. · Worlwide use of Trichogramma for biological control with egg parasitoids. Di dalam: Wajnberg E, Hassan SA, editor. Biological Control with Egg Parasitoids. Oxon, u.K.: CAB International. hlrn: 37-53.

Marwoto, Supriyatin. 1999. Prospek pengendalian hama penggerek polong kedelai

(Ettiella spp.) dengan parasitoid Trichogrammatoidea bactrae-bactrae. J

Litbang Pert 16(3):71-76.

Nurindah, Subiyakto, Basuki T. 1993. The effectivenes of Trichogrammatoidea

armigera N. release in the control of cotton bollwonn Helicoverpa armigera

(Hubner). Indust Crops Res J 5(2): 5-8

Ramlan. 2001. Kajian pelepasan populasi parasitoid Trichogrammatidae untuk pengendalian Helicoverpa armigera (Hubner) dan dampaknya terhadap komunitas arthropoda pada pertanaman kedelai [tesis). Bogor: IPB, Program Pascasrujana.

Ridgway NM, Mahr DL. 1990. Reproduction, development, and longevity of

Pholetesor ornigis (Hymenoptera: Braconidae), a parasitoid of spotted

tentifonn leafininer (Lepidoptera: Gracillaridae), in the laboratory. Ann Entomol Soc Am 83: 790-794.

Ruberson JR, Kring TJ. 1993. Parasitism of Developing Eggs by Trichogramma

pretiosum (Hymneoptera: Trichogrammatidae): Host Age Preference and

Suitability. Bio.Con 3: 39-46.

Siekmann G, Tenhumberg B, Keller MA. 2001. Feeding and survival in parasitic wasps: sugar concentration and timing matter. Oikos 95: 425-430.

I I

(10)

Rahma Susila Handayani el al .. Penganlh Palum dan Inang lerhadap Lama Hidup

Stoff olano セgN@ 1994. Regulation of carbohydrate meal in the adult Diptera, LepIdoptera, and Hymenoptera. Di dalam: Chapman RF, de Boer G, editor. Regulatory Mechanisms in Insect Feeding. New York: Chapman & Hall.

Uykan F, Ergin E. 2003. Temperature and food source effects on adult longevity of

Apanteles galleriae Wilkinson (Hymenoptera: Bracunidae). Environ Entomol

32(3): 441 -446.

Diskusi

Tidak ada pertanyaan / diskusi

Prosiding Seminar Nasiolla/ Enlom%gi da/am Perubahan Lingklmgan dan Sosia/ Perhimpunan Entomolog; Indonesia

Biologi dan Perilaku Vlat Kantung Pteroma pendula Joannis (Lepidoptera: Psychidae) pada Tanaman Jambu Biji

(Psidium Guajava L.)

Hadi Supamo dan Nina Maryana Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Abstrak

Biologi dan perilaku ulat kantung Pteroma pendula Joannis diamati di laboratorium dan pertanaman jambu biji di lapang. Telur berukuran 0,50 mm dan terletak di dalam kantung imago betina. Larva terdiri dari enam instar dengan lama stadIum 38,80 hari. Pupa jantan bertipe obtekta selama 13,00 hari, . sedangkan pupa betina bertipe vermiform. Imago jantan berupa ngengat kecil dan hidup selama 1,30 hari. Imago betina tetap berada di dalam kantung karena tidak bersayap dan tidak bertungkai. Selama hidupnya larva selalu berada di dalam kantung yang ditutupi oleh potongan daun jambu biji. Hama ini memiliki kisaran inang yang luas. Tanaman jambu biji dan palem boto! merupakan tanaman yang lebih disukai dari pada jambu air, jeruk, mangga ean belimbing. Musuh alami ulat kantung P. pendula adalah dari ordo Hymenoptera famili Braconidae, Elasmidae, Chalcididae dan Ichneumonidae.

Kata kunci: Pteroma pendu/a, Psidium guajava, ulat kantung, biologi, perilaku

Pendahuluan

lambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu tanaman buah-buahan yang cukup disenangi. Selain populer karena buahnya, tanaman jambu biji juga banyak dikenal sebagai bahan obat-obatan tradisional. Bagian daun merupakan bagian yang sering dijadikan bahan pembuat obat-obatan yang memiliki banyak manfaat. Beberapa jenis penyakit yang dapat diatasi dengan daun jambu biji antara lain adalah diare,

radang lam bung, sariawan, keputihan dan kencing manis.

Hama yang sering meresahkan para petani jambu biji adalah hama lalat buah

Bactocera spp. (Diptera: Tephritidae) karena langsung menyerang bagian buah (Ashari,

Gambar

Gambar 1. Pengaruh konsentrasi pakan terhadap lama hidup T. pretiosum
Gambar 2. Peluang bertahan hidup betina T pretiosum setelah mengkonsumsi pakan
Tabel 2. Potensi produksi telur T preitosumpengaruh pemberian pakan dan
Gambar 7. Pengaruh pemberian pakan terhadl:p poJa peJetakan エ・jオセ@

Referensi

Dokumen terkait

a.KUD-KUD yang akan diikutsertakan dalam pelaksanaan Kredit Luaha Tani pertama diseleksi oleh Kepala Kantor Departemen Koperasi Kabupaten/Kodya sesuai dengan kriteria

inspect h323 h225 inspect h323 ras inspect netbios inspect rsh inspect rtsp inspect skinny inspect esmtp inspect sqlnet inspect sunrpc inspect tftp

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian penyuluhan tentang sadari mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap sikap wanita usia 20- 49 tahun untuk melakukan sadari,

Mengacu pada peraturan BKI (Biro Klasifikasi Indonesia) tahun 2006 dan membandingkan nilai hasil uji tarik dari masing-masing variasi arah serat dengan perlakuan alkali

Penelitian ini bertujuan menilai manfaat ekstrak etanol ciplukan (EEC) terhadap penurunan kadar TSH tikus jantan galur Wistar yang meningkat di atas batas nilai rujukan

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Zuliarti (2012) mengenai pengaruh kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern

Penelitian-penelitian tentang pengaruh budaya perusahaan terhadap komitmen organisasi terhadap kinerja diantaranya penelitian dari Fauzi dkk (2016) yaitu ada

Dengan memanfaatkan Java Media Frameworkstm , dan menerapkannya dalam pembuatan aplikasi dengan program grafis dari Netbeans 5.5 untuk membuat tampilan dari aplikasi ini. File-file