• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Pengelolaan Situ Babakan Sebagai Kawasan Wisata Agro Berkelanjutan di DKI Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya Pengelolaan Situ Babakan Sebagai Kawasan Wisata Agro Berkelanjutan di DKI Jakarta"

Copied!
266
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)

UPAYA PENGELOLAAN SITU BABAKAN

SEBAGAI KAWASAN WISATA AGRO BERKELANJUTAN

DI DKI JAKARTA

OLEH:

RITA INDRASTI

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(140)

ABSTRAK

RITA INDRASTI. Upaya Pengelolaan Situ Babakan Sebagai Kawasan Wisata Agro Berkelanjutan di DKI Jakarta. Dibirnbing oleh: DEDI SOEDHARMA dan

M.

SRI SAENI.

Situ Babakan adalah salah satu situ yang ada di Jakarta Selatan, telah ditetapkan sebagai salah satu tujuan wisata, berdasarkan swat keputusan Gubernur DKI Jakarta No 92 tahun 2000. Untuk mewujudkan Situ Babakan sebagai kawasan wisata agro berkelanjutan, harus didasarkan minimal pada tiga aspek utama antara lain: (1) kondisi perairan Situ Babakan; (2) persepsi dan sikap masyarakat di sekitar Situ Babakan, (3) persepsi clan sikap masyarakat pengunjung Situ Babakan sebagai pengguna. Sehubungan dengan itu, telah dilakukan penelitian tentang: Upaya Pengelolaan Situ Babakan Sebagai Wisata Agro Berkelanjutan di DKI Jakarta, selama 7 bulan mulai Mei sampai dengan Nopember 2002. Penelitian bertujuan untuk mengetahui: (1) Mengkaji mutu lingkungan perairan Situ Babakan berdasarkan beberapa parameter kualitas air yang ditetapkan pemerintah dalam PP No 82 tahun 2001; (2) Mendeskripsikan persepsi masyarakat di sekitar Situ Babakan dalam rangka

mewujudkan Situ Babakan sebagai wisata agro di DKI Jakarta; (3) Mendeskripsikan persepsi masyarakat pengunjung terhadap keberadaan Situ Babakan.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa secara umum perairan Situ Babakan layak dimanfaatkan sebagai lokasi kegiatan budidaya ikan sebagai salah satu paket wisata a g o berdasarkan parameter kuditas air klas dua, sesuai dengan PP No 82 tahun 2001. Namun, beberapa parameter tertentu seperti muatan padatan tersuspensi (MPT), amonia, nitrat dan fosfat telah melampaui baku mutu yang ditetapkan, sehingga dalam pengelolaannya perlu dipertimbangkan untuk meminimallcan surnber- sumber pencemar tersebut. Selanjutnya dari aspek sosial khususnya dalam ha1 persepsi dan sikap masyarakat di sekitar Situ Babakan dan pengunjung Situ Babakan, menunjukkan sikap yang positif terhadap kebijakan pemda DKI Jakarta untuk menetapkan Situ Babakan sebagai wisata agro di DKI Jakarta. Untuk itu, pemda DKI Jakarta dalam mengambil langkah kebijakan untuk mengelola Situ Babakan sebagai wisata ago, bendaknya selalu mengacu pada ketiga aspek utama tersebut, sehingga akan tenvujud Situ Babakan sebagai wisata agro yang berkelanjutan.

(141)

ABSTRACT

RITA INDRASTI. Management of Situ Babakan as a Sustainable Agrotourism Area at DKI Jakarta. Under the advisor committed: DEDI SOEDHARMA and M. SRI SAENI.

Situ Babakan as an agro tourism destination area at DKI Jakarta, so much the interest destination to visited. Therefore, the Situ Babakan needs a professionalism management to anticipate negative impact. Some factors shoud be attented for managing the Situ Babakan as a sustainable agro tourism destination area, i.e.: (1) potency of Situ Babakan as a fish culture based on ~hvsic and chemical water characteristics: (2) 2 > , perception of public around of Situ ~a'b&an; (3) perception of Situ Babakan visitors. Research about Management of Situ Babakan as a Sustainable A m - tourism Area at DKI Jakarta was carried out on May-Oct 2002. The research purpose are: (1) To asses of the water environment of the Situ Babakan, based on parameter of water quality according to the letter of decree of Indonesian Government No 80 year 2001; (2) To description of perception of publics around of Situ Babakan area: (3) To descriptions of perception of the Situ Babakan visitors.

The results of the research, that Situ Babakan have a good potency to develop as an agro tourism destination area, according to the letter of decree of local government No 92 on August 18,2000 regarding the Environment Landscape of Cultural Village of Betawi at Situ Babakan. That's statement based on: (1) the physic and chemical condition of the water of Situ Babakan; (2) the perception of the public around of Situ Babakan; and (3) the perception of the Situ Babakan visitors.

(142)

PERNYATAAN

Dengm ini saya menyatakan bahwa tesis yang be judul :

"Upaya Pengelolaan Situ Babakan Sebagai Kawasan Wisata Agro Berkelanjutan di DKI Jakarta"

adalah

benar merupakan hasil karya saya sendii dan belum pemah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah diiyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogof November 2002

(143)

UPAYA PENGELOLAAN SITU BABAKAN

SEBAGAI KAWASAN WISATA AGRO BERKELANJUTAN

DI DKI JAKARTA

RITA INDRASTI

Tesis

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains

pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Ligkungan

PROGRAM PASCASARTANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(144)

Judul Tesis : Upaya Pengelolaan Situ Babakan Sebagai Kawasan Wisata Agro Berkelanjutan di DKI Jakarta

Nama : Rita Indrasti

NRP : P.10500007

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Dr.

Ir.

Dedi Soedharma, DEA Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni. MS

Ketua Anggota

Mengetahui,

1. Ketua Program Studi Pengelolaan ogram Pascasarjana Sumberdaya Alam dan Lingku

Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni. MS

(145)

RIWAYAT HIDW

(146)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-NYA, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. K q a ilmiah dalam penelitian ini

berjudul : Upaya Pengelolaan Situ Babakan Sebagai Kawasan Wiata Agm Berkelanjutan di DKI Jakarta.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA selaku ketua komisi pembimbing dan Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni, MS selaku anggota Terselesaikannya proses pembuatan karya ilmiah ini berbagai pihak telah berpartisipasi serta memberikan bantuan, baik langsung maupun tak langsung yang berupa moral maupun material.

Selanjutnya penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Kepala BPTP DKI Jakarta, Kepala Pusat Penelitian Sosial Ekonomi di Bogor, Kepala Badan Litbang Pertanian di Jakarta yang telah mengijinkan penulis menempuh pendidikan S2 di IPB. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Pemimpin Proyek PAATP Pusat dan

staf di Badan Litbang Jakarta, yang telah membiayai penulis dalam studi

iN.

Kepada Director for Graduate Scholarship and R&D SEAMEO-SEARCA Philippines, penulis juga menyampaikan terimakasih atas bantuannya berupa thesis grant.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. I Wayan Alit Artha Wiguna, M.Si., yang telah banyak membantu penulis dalam proses penelitian. Demikian juga teman-teman di BPTP

DKI,

Asrama Duta Pakuan, Asrama Bali Puri Canang Sari, Baranangsiang, dan Asrama Bali Bogor Baru yang tidak bisa disebutkan satu persatu, penulis juga mengucapkan terima kasih atas segala bantuannya.

Ucapan terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada bapak, ibu,

kakak

clan adii serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan sepenuhnya Untuk yang terkasih RAgung Sumbodho terima kasih atas segala-galanya.

Harapan penulis semoga karya ilmiah

ini

bermanfaat.

Bogor, November 2002

(147)

DAFTAR IS1

DAFTAR IS1

...

...

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

...

DAFTAR LAMPIRAN

...

PENDAHULUAN

...

Latar Belakang

...

Rumusan Masalah

...

Tujuan Penelitian

...

Manfaat Penelitian

...

Kerangka Pemikiran

...

Hipotesis Penelitian

...

...

TINJAUAN PUSTAKA

...

Peranan Danau, Waduk dan Situ dalam Ekosistem Perairan

Situ Babakan Salah Satu Situ di Jakarta Selatan

...

Beberapa Pernasalahan Situ di DKI Jakarta

...

Pengelolaan Situ di DKI Jakarta

...

Daya Tarik Danau. Waduk dan Situ Sebagai Tujuan Wisata

...

. .

Beberapa Sifat Fisik dan Kimia

Aii

Klas Dua Berdasarkan PP No 82 tahun 2001

...

Suhu

...

Padatan Tersuspensi dan Terlarut

...

. .

Nlla pH

...

Oksigen Terlarut (Disolved Oxygen atau DO)

...

...

Kebutuhan Oksigen Biologi (Biological Oxygen Demand atau BOD)

Nitrogen

...

3

Fosfat (PO4

3

...

(148)

METODE PENELITIAN

...

Tempat dan Waktu Penelitian

...

...

Pengumpulan Data

Parameter Penelitian

...

Koleksi Sampel Air dan Penentuan Responden Masyarakat

...

...

Analisis Data

HASIL DAN PEMBAHASAN

...

Keadaan Urnurn Daerah

...

Sarana Jalan dan Transportasi

...

...

Pendapatan Daerah

...

Sarana dan Prasarana Wisata

...

Wisata Air

Wisata Budaya

...

...

Wisata Agro

Biota Perairan

...

...

Adaptasi Ekologis

Kualitas Perairan Situ Babakan Berdasarkan Sifat-sifat Fisik dan Kimia

...

Padatan Terlarut dan Tersuspensi

...

Nilai pH

Air

...

Oksigen Terlarut (Disolved Oxygen atau DO)

...

Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)

...

Nitrogen

...

~ o s f a t ( ~ 0 4 ~ 3

...

Masyarakat di Sekitar Situ Babakan

...

Karakteristik Masyarakat Situ Babakan

...

...

Pengetahuan Masyardcat di Sekitar Situ Babakan

...

Persepsi dan Sikap Masyarakat di Sekitar Situ Babakan

(149)

PEMBAHASAN

UMUM

DAN IMPLIKASINYA

...

99 KESIMF'ULAN DAN SARAN

...

104
(150)

DAFTAR TABEL

Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Jagakarsa

antara

tahun 1992 dan 1999

...

Pertumbuhan Penduduk di Kelurahan Srengseng Sawah antara tahun 1996 dan 2000

...

Kualitas perairan Situ Babakan

...

...

(151)

Halaman Budidaya

ikan

dengan keramba jaring apung (KJA) di Situ

Babakan yang kurang tertata dengan

baik

(a) di bagian

hilir

dan

...

(b) di bagian hulu situ 4

Kerangka pemikiran dalam rangka pengelolaan Situ Babakan

...

sebagai wisata di DKI Jakarta 7

Peta lokasi penelitian di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan

.

45 Keramba jaring apung (KJA) yang diusahakan masy-t di
(152)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001, Tanggal 14 Desember 2001 tentang: Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran

. . .

.

. .

. . .

.

.

. . .

. . .

.

.

. . . .

112 2 Jadwal Rencana Penelitian Tentang Upaya Pengelolaan Situ

Babakan Sebagai Kawasan Wisata Agro Berkelanjutan di DKI

(153)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengembangan wisata agro merupakan upaya pemanfaatan potensi atraksi wisata pertanian (Tirtawinata dan Lisdiana 1999). Berdasarkan Surat Keputusan (SK) bersama Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi (Menparpostel) dan Menteri Pertanian No. KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan No. 204/KPTSIHK/050/4/1989, wisata agro sebagai bagian dari obyek wisata diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan usaha agro (pertanian) sebagai obyek wisata dengan tujuan memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Lebih lanjut Tirtawinata dan Lisdiana (1999) menyatakan, bahwa ruang lingkup dan potensi wisata agro yang dapat dikembangkan antara lain: kebun raya, perkebunan, tanaman pangan dan hortikultura, perikanan dan peternakan.

Sulistyantara (1990) menyatakan, bahwa wisata agro di perkotaan dapat memberikan beberapa manfaat antara lain: (1) Wisata agro melibatkan tegaknya tanaman (vegetasi) yang dapat memberikan manfaat dalam perbaikan kualitas iklim mikro, (2) Pengembangan wisata agro ikut menjaga kelestarian lingkungan hidup

perkotaan serta menjaga siklus hidrologi dan mengurangi erosi, (3) Kegiatan wisata agro akan meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan perkotaan yang pada akhirnya menunjang kesehatan penggunanya, (4) Obyek wisata agro dapat memberikan karya lingkungan yang estetis, jika diielola dengan baik dan memperhatikan syarat-syarat

(154)

Sejalan dengan ha1 tersebut, maka Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta sebagai kota metropolitan di Indonesia memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan pariwisata perkotaan. Fauzi (1996) menyatakan, bahwa arah kebijakan yang akan ditempuh untuk meningkatkan peranan sektor pariwisata di DKI Jakarta antara lain: (1) memantapkan segenap potensi surnberdaya wisata yang dimiliki DKI Jakarta; (2) menjadikan DKI Jakarta sebagai "pemimpin" dalam menciptakan berbagai produk wisata baru; (3) mengembangkan DKI Jakarta sebagai tempat tujuan wisata; (4) meneladani upaya pelestarian lingkungan alam dan budaya yang sejalan dengan sasaran pembangunan lainnya; dan

(5)

menjadikan DKI Jakarta sebagai basis bagi pe rjalanan wisata yang berwawasan pelestarian. Sehubungan dengan hal tesebut, maka Gubernur Provinsi DKI Jakarta menerbitkan Surat Keputusan (SK) No 92 tahun 2000, tanggal 18 Agustus 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotarnadya Jakarta Selatan. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dengan terbitnya SK tersebut adalah memberi dorongan, motivasi dan peluang kepada masyarakat di dalam Perkampungan Budaya Betawi dan sekitamya, untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi lingkungan guna kepentingan wisata budaya, wisata agro dan wisata air dalam rangka peningkatan kesejahteraan

sosial masyankat.

(155)

sekitarnya. Akan tetapi, apabila pengelolaan Situ Babakan sebagai wisata agro perikanan, tidak sesuai dengan daya dukung ekologis (fisik, kimia, biologi, sosial dan ekonomi) akan menyebabkan dampak negatif berupa kerusakan sumberdaya dam khususnya sumberdaya perairan dan lingkungan di daerah tersebut. Sehubungan dengan ha1 tersebut perlu dilakukan penelitian tentang "Upaya Pengelolaan Situ Babakan Sebagai Kawasan Wisata Agro Berkelanjutan di DKI Jakarta".

Perurnusan Masalah

(156)

pelestarian lingkungan dam dan budaya yang sejalan dengan sasaran pembangunan laimya; dan (5) menjadikan DKI Jakarta sebagai basis bagi pejalanan wisata yang berwawasan pelestarian.

Sesuai dengan fungsi situ sebagai salah satu budidaya perikanan, telah mendorong masyarakat di sekitar Situ Babakan untuk memanfaatkan perairan Situ Babakan sebagai tempat budidaya ikan dengan teknologi kerarnba jaring apung (KJA). Hal tersebut, menyebabkan permukaan Situ Babakan semakin dipenuhi oleh KJA yang d i u d a n masyarakat, sehingga mempersempit areal situ yang terbuka serta mengurangi nilai estetika situ (Gambar 1).

(a)

Gambac 1. Budidaya ikan dengan kerarnba jaring apung (KJA) di Situ Babakan yang kurang tertata dengan baik (a) di bagian hilir dan (b) di bagian hulu situ

(157)

masyarakat sekitarnya. Untuk menghindari

ha1

itu, maka pengelolaan Situ Babakan harus didasarkan pada potensi sumberdaya perairan, keinginan dan kepentingan masyarakat baik masyarakat di sekitar situ maupun masyarakat pengunjung, sebagai masyarakat pengguna Situ Babakan. Hal tersebut sangat penting dilakukan, untuk menghindari Situ Babakan mengalami kerusakan, yang dapat mengurangi fungsi situ secara alami, karena dapat memberikan dampak kurang menguntungkan tidak hanya terhadap Situ Babakan saja, namun juga terhadap kota Jakarta.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain :

1. Mengkaji mutu lingkungan perairan Situ Babakan berdasarkan beberapa parameter kualitas air yang ditetapkan pemerintah dalam PP No 82 tahun 2001. 2. Mendeskripsikan persepsi masyarakat

di

sekitar Situ Babakan dalam rangka

mewujudkan Situ Babakan sebagai wisata agro di DKI Jakarta.

3. Mendeskripsikan persepsi masyarakat pengunjung terhadap keberadaan Situ Babakan.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi masyarakat maupun Pemda DKI Jakarta, khususnya dalam upaya pelestarian fungsi Situ Babakan sebagai: (1) penyangga kehidupan, (2) mempertahankan keanekaragaman hayati, (3) tempat wisata agro, dan (4) penyedia air bagi masyarakat Jakarta. Hal tersebut dicapai k a n a

(158)

oleh pihak pengelola Situ Babakan dalam mewujudkan Situ Babakan sebagai salah satu wisata agro

di

DKI Jakarta berdasarkan potensi sumberdaya perairan

dan

persepsi m a s y e , (2) informasi penting yang dapat digunakan Pemda DKI Jakarta dalam upaya menetapkan langkah kebijakan untuk mempertahankan keberadaan Situ Babakan.

Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran yang melandasi penelitian ini ditunjukkan dalam Gambar 2. Dari Gambar 2 tersebut nampak, bahwa pengelolaan Situ Babakan sebagai suatu daerah wisata berkelanjutan di DKI Jakarta setidaknya dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu: (1) kondisi fisik dan kimia perairan Situ Babakan, (2) karakteristik, animo dan persepsi masyarakat di sekitar Situ Babakan; dan (3) karakteristik, animo dan persepsi masyarakat pengunjung Situ Babakan. Kondisi fisik

dan

kimia Situ Babakan akan sangat menentukan potensi situ sebagai wisata ago, demikian pula halnya dengan karakteristik, persepsi dan sikap masyarakat sekitar dan pengunjung

Situ Babakan. Ketiga faktor utama tersebut harus seiring dan sejalan, agar pengelolaan Situ Babakan sebagai suatu daerah tujuan wisata di DKI Jakarta &pat dilakukan secara profesional dan berkelanjutan. Ketidak sesuaian potensi Situ Babakan dengan karakter, animo dan persepsi masyarakat baik di sekitar Situ

(159)

Karakteristik, persepsi & sikap masyarakat sekitar Situ Babakan

Karakteristik, persepsi & sikap pengunjung

Situ Babakan

Pengelolaan Situ Babakan sebagai

wisata agro

[image:159.612.110.474.122.390.2]

Kondisi fisik & kimia perairan Situ

Gambar 2. Kerangka pemikiran dalam rangka pengelolaan Situ Babakan sebagai kawasan wisata agro berkelanjutan di DKI Jakarta.

Pemda DKI Jakarta telah mengambil langkah kebijakan terkait dengan penetapan Situ Babakan sebagai salah satu tujuan wisata agro di Jakarta. Langkah

kebijakan tersebut, juga telah disertai dengan upaya-upaya pengelolaan seperti: (1)

sekitar Situ Babakan; (3) pembuatan senderan

di

sekelilmg Situ Babakan.
(160)

Situ Babakan, yang ditandai dengan meningkatnya pencemaran perairan, sehingga terjadi degradasi kualitas lingkungan perairan. Untuk mengantisipasi

ha1

tersebut, maka pengelolaan Situ Babakan hams didasarkan pada potensi sumberdaya perairan dan persepsi masyarakat, baik masyarakat setempat maupun masyarakat pengunjung.

Hipotesis Penelitian.

Terdapat beberapa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini antara lain tentang:

1. Beberapa parameter kualitas air Situ Babakan sudah berada di atas ambang batas baku mutu kualitas air klas 2 berdasarkan PP. No 82 tahun 2001.

2. Masyarakat di sekitar Situ Babakan memiliki tanggapan yang positif terhadap kebijakan pemerintah menetapkan Situ Babakan sebagai kawasan wisata agro di DKI Jakarta.

(161)

TINJAUAN PUSTAKA

Peranan Danau, Waduk dan S i t - dalam Ekosistem Perairan

Air me~pzIkaII bagian terbesar planet bumi karena jumlahnya yang melimpah, namun sebagian besar air tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan langsung manusia (Haryani dan Hehanussa 1999). Selanjutnya juga dinyatakan, bahwa lebih dari 97% air dunia mempakan air asin di laut dan 2,15% air tawar dalam bentuk es di kutub dan gletzer. Sedangkan sebanyak 0,3% adalah air tanah dan 0,1% air danau dan kurang dari 0,00001% adalah air sungai. Memperhatikan dari angka statistik global tersebut, betapa pentingnya posisi danau dan waduk sebagai penyedia air baku, suatu potensi yang sebenamya jauh lebih besar dari sumber air di sungai, namun hingga kini masih kurang dijadikan sasaran sebagai sumber air di Indonesia.

Di sisi lain Suyono (1995) menyatakan bahwa air adalah salah satu sumberdaya alam yang sangat berharga. Tanpa air tidaklah mungkin ada kehidupan di muka bumi ini. Air selain mempunyai manfaat biologis, juga mempunyai daya energi bempa daya angkut dan daya pukul, sehingga air juga memiliki daya perusak. Sejalan dengan ha1 tersebut Bappeda Provinsi Jabar (1999) mengemukakan, bahwa salah satu sumberdaya alam yang penting dalam mendukung kehidupan adalah sumberdaya air.

(162)

dan lingkungannya Keberadaan situ-situ dalam suatu wilayah sangat potensial untuk

menciptakan keseimbangan hidrologis dan keanekaragaman hayati. Selain itu situ juga potensial untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat. Secara

umum fungsi dan manfaat situ antara lain:

(1) Menjaga keseimbangan hidrologis termasuk pengendali banjir. Dalam menjaga keseimbangan ekosistem perairan, maka keseimbangan hidrologis me~pakatI salah satu komponen yang sangat penting. Danau, waduk atau situ sesuai dengan kondisinya memiliki peranan dalam menjaga keseimbangan tata air, karena pada saat musim hujan danau, waduk atau situ mampu menampung air yang melimpah, sehingga dapat mencegah terjadinya banjir. Sedangkan pada musim kering air danau, waduk atau situ dapat dimanfaatkan baik untuk pertanian, petemakan, maupun untuk kebutuhan air minum.

(2) Menjaga keseimbangan iklim mikro. Pada saat musim kering atau panas, air danau akan menguap, sehingga kelembaban udara di sekitar danau, waduk atau situ meningkat, sehingga udara tetap terasa sejuk. Kondisi tersebut akan menjadi lebih baik apabila di sekitar danau, waduk atau situ juga terdapat pepohonan yang juga mampu berfungsi untuk mengatur keseimbangan iklim mikro.

(3) Menjaga sumber keanekaragaman hayati. Danau, waduk atau situ dengan

(163)

dalamnya. Dengan demikian danau, waduk atau situ memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga keanekaragaman hayati.

(4) Sebagai wadah usaha perikanan. Pemanfaatan danau, waduk atau situ sebagai wadah usaha perikanan telah banyak dilakukan. Berbagai teknologi perikanan telah berkembang untuk memanfaatkan danau, waduk atau situ sebagai wadah budidaya perikanan seperti teknologi keramba jaring apung (KJA). Usaha penangkapan ikan di danau juga telah dilakukan sejak dahulu, sehingga danau juga memberikan peluang mata pencaharian bagi masyarakat di sekitarnya. Lukman (1999) menyatakan bahwa di danau Semayang, Kalimantan Timur paling sedikit ada 14 jenis ikan yang hidup dengan baik dan bemilai ekonomis.

(5) Sebagai tempat rekreasi dan sarana olah raga Pemanfaatan danau, waduk dan situ sebagai lokasi rekreasi telah berkembang sejak lama. Berbagai bentuk wisata air yang dapat dikembangkan seperti diving, jet sky, water scooter, perahu layar, mancing dan sebagainya. Arief (1999) menyatakan bahwa danau di Indonesia

.-

selain dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti pertanian, pengairan,

pembangkit tenaga listrik, juga dikembangkan untuk rekreasi dengan memperhatikan persyaratan atraksi yang khas, unik dan lestari. Kawasan situ sebagai daya tarik wisata sangat tergantung kepada kualitas lingkungan situ untuk dapat menarik pengunjung. Danau atau situ sebagai lokasi atraksi wisata memberikan beberapa katagori produk wisata yang mempunyai k d r i s t i k

(164)

air, tata guna udara dan tata guna sumberdaya lainnya. Mengamankan danau, waduk atau situ dari k e ~ s a k a n akan memberikan pengaruh positif dalam pemanfaatannya tidak hanya untuk jangka pendek, namun untuk beberapa generasi. Untuk itu, sangat tepat agar memperhatikan kawasan sekitar danau, waduk atau situ yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung, sesuai dengan PP No. 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

Bapedalda DKI Jakarta (2000) menyatakan situ merupakan salah satu bentuk habitat lentik (air tergenang) di dalam ekologi air tawar lainnya dan beberapa faktor pembatas yang cukup penting, seperti suhu, kejernihan, oksigen terlarut dan konsentrasi garam biogenik. Meskipun situ tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda dalam hal struktur dan tekstur tanah, sifat kimia air, plankton, tumbuhan air dan jenis-jenis ikan, namun memiliki fungsi ekologis yang serupa dan sangat penting bagi kelangsungan kehidupan perkotaan, yaitu sebagai persediaan air, penanggulangan banjir, usaha perikanan, rekreasi dan sebagai sumber energi.

Menurut Suryadiputra (1998), bahwa situ dapat dikategorikan sebagai salah

(165)

permukaan (lewat proses kirnia, fisik, biologis yang berlangsung di dalamnya), irigasi, rekreasi, tandon air atau reservoir, perikanan dan mendukung keanekaragaman hayati perairan.

Situ Babakan

Salah Satu Situ di Jakarta Selatan

Di Jakarta Selatan terdapat tiga buah waduk (Mbau Pancoran, Kalibata dan

Setiabudi), sebuah rawa (Ulujami) dan tiga buah situ (Cisarua Bon Bin Ragunan, Babakan dan Manggabolong). Situ Babakan salah satu situ yang terdapat di Jakarta Selatan tepatnya berada di Jalan Muhamad Kahti, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan. Situ teeebut dikelola oleh DPU DKI Jakarta dan telah dilindungi oleh SK. Gubemur KDKI Jakarta No. 1873 Tahun 1987 dan SK Gubemur KDKI Jakarta No. 1 138 tahun 1990. Situ Babakan terbentuk secara alami, dengan luas 32 ha, air b e d

dari

sumber air alami dan sungai (Sungai Ciliwung). Terdapat pintu air pada inlet (dari Sungai Ciliwung) dan outlemya (ke Sungai Ciliwung).

Kondisi air kontinyu, pada musim hujan air naik dan pada musim kemarau air

stabil. Kondisi situ masih alami, tidak terdapat proses pendangkalan. Kondisi perairan bersih dan jernih. Di tepi perairan terdapat lapisan tipis algae bloom, sehingga wama air menjadi hijau biru. Fungsi Situ Babakan sebagai badan penampung air, resapan air, irigasi dan sebagai tempat penanggulangan air serta sebagai tempat budidaya

(166)

perlindungan yang dilakukan terhadap situ adalah pembersihan sampah. Kegiatan

yang sedang dilakukan terhadap situ adalah normalisasi fungsi dan kondisi Situ Babakan. Kegiatan normalisasi tersebut adalah setengah dari luas situ, pada pinggimya sudah dibuat bedeng dari semen. Partisipasi masyarakat terhadap kelestarian situ sudah ada, yang dikoordinir masing-masing rukun tetangga (RT). Harapan masyarakat terhadap situ adalah agar Situ Babakan dapat dimanfaatkan

sebagai tempat rekreasi dan pemancingan.

Beberapa Pennasalahan Situ di DKI Jakarta

Bappedalda Propinsi Jawa Barat menyatakan bahwa Jawa Barat memiliki 345 buah situ yang tersebar di 15 kabupaten dengan luas seluruhnya 3.250 ha dan

kapasitasnya menampung air sebesar 85.294.000 m3. Kapasitas dan daya tampung tersebut sangat bervariasi, luas berkisar antara 0,25 dan 175 ha dengan kapasitas antara 1.000 dan 14.000.000 m3. Sedangkan di DKI Jakarta terdapat 40 buah situ yang tersebar di lima wilayah antara lain: di Jakarta Pusat 3 buah, Jakarta Utara 12 buah, Jakarta Selatan 7 buah, Jakarta Barat 2 buab, dan Jakarta Timur 16 buah, dengan luas sekitar 325.125 ha @apedalda DKI Jakarta 2000). Di sisi lain beban propinsi DKI Jakarta dengan kota Jakarta sebagai kota metropolitan munglun jauh lebih besar dibandingkan dengan Propinsi Jawa Barat. Beban tersebut termasuk di dalamnya dalam ha1 penyediaan air bersih, pemukiman penduduk, penyediaan lingkungan hijau, penyediaan pangan dan berbagai kebutuhan hidup lainnya. Dengan

(167)

Propinsi DKI Jakarta, maka keberadaan situ menjadi sangat penting dalam ha1 penyediaan dan menjaga keseimbangan ekosistem air dan lingkungan di DKI Jakarta.

Secara m u m padahal beberapa situ di Jakarta saat ini telah mengalami pembahan baik kualitas maupun kuantitas, sehingga mengalami pembahan dari ekosistem alami ke ekosistem buatan yang pada dasamya mewujudkan ekosistem yang tidak lengkap tentang siklus jaring-jaring makanannya sehingga hal tersebut memberikan indikasi hubungan timbal balik antar komponen lingkungan tidak

berjalan dengan baik. Hal tersebut terjadi karena salah satu sumberdaya air tidak lepas dari tekanan penduduk dan implikasi kegiatan ekonomi, sehingga kondisi situ menjadi sangat memprihatinkan.

Data empiris yang dapat dijadiian contoh adalah Waduk Kebon Melati terletak di Jalan Teluk Betung, Kelurahan Kebon Melati, Kecamatan Tanah Abang, Kotamadya Jakarta Pusat. Waduk ini diielola oleh PWSCC. Waduk Kebon Melati adalah situ buatan dengan luas 13,5 ha. A i y a b e d dari buangan penduduk di

sekitar wad& air sungai dan air hujan. Terdapat pint- air pada inlet (masukan dari sungai Cideng) dan outlet-nya (menuju Banjir Kanal). Kondisi air kontinyu dan pada m u s h hujan akan meluap, sedangkan pada m u s h kemarau air turun. Walaupun

kondisi situ cukup terawat, namun terdapat proses pendangkalan yang disebabkan limbah organik dan limbah padat yang b e d dari buangan rumah tangga di sekitar situ. Terjadi eutrofikasi blooming algae, sehingga

air

nampak sangat hijau dan keruh hijau dengan lcecerahan 12,4 cm.

Waduk tersebut berfungsi sebagai badan penampung air dan pengendali

(168)

hotel dan pepohonan, salah satunya adalah pohon tanjung. Upaya perbaikan yang sedang dilakukan terhadap waduk adalah pembersihan terhadap sampah dan tanaman yang ada di perairan, rumah liar yang ada di sekitar waduk dan telah dibuat beton pada tepi waduk, sehingga batasnya jelas dan berfungsi untuk menghmdari adanya longsoran tanah di sekeliling waduk. Di lain pihak partisipasi masyarakat terhadap upaya kelestarian waduk tidak ada (Bapedalda DKI Jakarta 2000).

Contoh lainnya adalah Waduk Muara Angke berada di pasar ikan Muara Angke, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Waduk ini dikelola oleh Kopro Banjir - DPU DKI Jakarta. Waduk Muara Angke terbentuk secara buatan dengan luas 10,5 ha. Airnya berasal dari air laut, air hujan dan buangan

dari sekitar. Tidak terdapat pintu air pada inlet-nya namun pada outlet-nya ada. Pada m u s h hujan air meluap dan pada musim kemarau air turun. Kondisi waduk tidak terawat. Terjadi proses pendangkalan yang disebabkan oleh sampah dan huangan padatan dari pasar ikan. Kondisi perairan sebagian dikotori oleh sampah (15 %). Fisik perairan keruh, hitam, bau dan tercemar dengan kecerahan 15 cm. Kondisi di sekitar

waduk adalah perumahan nelayan yang kumuh dan pasar ikan. Proses perusakan yang terjadi terhadap situ adalah pendangkalan oleh sarnpah. Partisipasi masyarakat sekitar terhadap kelestarian waduk tidak ada, padahal masyarakat di sekitar waduk berharap agar air waduk bisa dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga. Banyak contoh lainnya tentang kerusakan waduk atau situ di DKI Jakarta, karena berbagai sebah,

(169)

Beberapa kejadian kerusakan situ, sehingga situ

tidak

berfiugsi secara optimal antara lain: (1) bembahnya situ menjadi lahan sawah atau pemukiman secara ilegal, bahkan ada yang sudah diperjual-belikan; (2) terjadinya sedimentasi yang cukup tinggi, sehingga kapasitas tampung (storage capacity) berkurang dan banyak gulma perairan yang tumbuh; (3) a& juga situ yang kepemilikannya diklaim pihak lain di luar dinas PU Pengairan. Faktor-faktor yang &pat menyebabkan kemsakan situ antara lain: (1) Belum jelasnya batas-batas daerah penguasaan situ, sehingga mendorong masyarakat setempat untuk menggunakan lahan di sekitar situ dan cenderung meluas ke arah penguasaan situ. Kejadian tersebut umumnya terjadi pada situ-situ di daerah perkotaan seperti Jakarta, Bogor, Bekasi dan Tangerang. (2) Kurangnya koordinasi di antara instansi terkait dalam pengelolaan sumberdaya air terutama di bidang konsewasi, sehingga pemeliharaan situ semakin berat dan kurang memadai. (3) Belum adanya ketegasan hukum

(Iw

enforcement) bagi pelanggar atas ketentuan penguasaan situ. (4) Perkembangan jumlah penduduk clan industri

berkaitan erat dengan kebutuhan akan pemukiman, sehingga situ-situ yang kurang diawasi pemerintah dan terlantar akan dimanfaatkan oleh masyarakat atau pihak- pihak tertentu untuk kepentingan yang sangat bertentangan dengan fungsi situ.

Situ Babakan sebagai salah satu situ di Jakarta Selatan juga telah mengalami pembahan. Walaupun kondisinya belum begitu mengkhawatirkan, namun apabila

tidak

dilakukan upaya-upaya pengelolaan yang baik, sesuai dengan potensi dan
(170)

minyak dan lemak, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan kebutuhan oksigen kimiawi (COD) telah melampaui baku mutu yang ditetapkan.

Selain itu, juga telah terjadi proses sedimentasi yang menyebabkan pendangkalan situ dan berkurangnya kualitas lingkungan perairan. Perubahan kualitas air diperkirakan terkait dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat di daerah tersebut. Kondisi yang demikian akan mempengaruhi berbagai kehidupan darat dan perairan di sekitar Situ Babakan seperti biota terestrial, biota perairan dan vegetasi perairan. Sejalan dengan Suryadiputra (1998) yang menyatakan bahwa kebutuhan lahan di DKI Jakarta semakin meningkat sebagai akibat dari desakan pembangunan di segala sektor seperti industri, pemukiman, rekreasi, pelabuhan udara sebagai aktivitas suatu masyarakat perkotaan. Aktivitas masyarakat perkotaan tersebut cenderung menyebabkan turunnya kualitas lingkungan situ yang akhirnya mengarah pada kemusnahan situ-situ. Seperti lima

dari

40 situ di Jakarta telah berubah menjadi daratan, yaitu Situ Rawa Kendal, Rawa Rorotan, Rawa Penggilingan, Situ Rawa Segaran dan Situ Dirgantara.

.

(171)

masyarakat pendatang. Dalam rangka pembangunan perkampungan Budaya Betawi,

maka yang harus dipelihara adalah kelestarian seni-budaya Betawi, bahkan harus dipupuk dan dipertahankan dari desakan budaya lain yang datang dari berbagai penjuru. Oleh karena itu upaya-upaya pengelolaan Situ Babakan sebaiknya dilakukan tidak hanya melalui pendekatan fisik, kimia dan biologi saja, namun juga dengan pendekatan sosial-budaya berdasarkan kondisi setempat.

Pengelolaan Situ di DKI Jakarta

Salah satu bentuk pengelolaan ekosistem danau berdasarkan strategi Nasional Lahan Basah, yaitu dengan menyisihkan sebagian kawasan yang memiliki potensi sumberdaya alam hayati yang unik, endemik dan dilindungi untuk dijadikan kawasan konservasi. Adapun kebijakan konservasi tersebut adalah Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistem menyebutkan bahwa sumberdaya hayati mempunyai peranan penting bagi kehidupan, serta merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan (Aboejoewono 1999).

(172)

konsewasi lahan basah, antara lain: (1) upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan; (2) penguatan kemampuan pengelolaan, misalnya dengan melakukan restrukturisasi organisasi pengelola dan pembuatan program pengelolaan yang terintegrasi.

Pengelolaan danau, waduk maupun situ mempakan bagian dari pengelolaan sumberdaya air yang pada dasarnya memiliki prinsip pemanfaatan, perlindungan dan pengendalian. Pengelolaan sumberdaya air hendaknya dilaksanakan secara: (1) terpadu (multisektor), karena banyaknya komponen pembangunan yang terlibat di dalamnya seperti pertanian, industri, pariwisata dan lainnya; (2) menyeluruh meliputi: kualitas-kuantitas, hulu-hilir, instream-offstream; (3) berkelanjutan (antar genemi) karena kebutuhan air tidak hanya untuk memenuhi genemi kini, namun juga generasi mendatang; (4) benvawasan lingkungan (konsewasi ekosistem) dengan wilayah hidrologis atau ekologis sebagai kesatuan pengelolaan.

Selain itu, pengelolaan sumberdaya air juga meliputi: (1) pengelolaan daerah

tangkapan hujan (watershed management); (2) pengelolaan kualitas air (water quality

management); (3) pengendalian banjir (flood control management); (4) pengelolaan lingkungan sungai, danau, waduk (river, lake, reservoir environment management). Keterlibatan masyarakat secara melembaga mempakan bagian yang sangat penting dalam upaya pengelolaan sebuah danau, waduk atau situ. Keterlibatan masyarakat

(173)

tata guna tanah dan sumberdaya lainnya akan mendorong masyarakat untuk turut serta lebih aktif dalam pengelolaan dan pemeliiaraan danau, waduk atau situ.

Haemman (1999) menekankan, bahwa pengelolaan danau, waduk atau situ dibedakan menjadi: (1) penanganan jangka pendek, (2) penanganan jangka menengah dan (3) penanganan jangka panjang. Penanganan jangka pendek meliputi: (1) pembuatan dan pemantapan batas situ yang telah ada misalnya berbentuk jalan setapak atau jogging track; (2) mencegah timbulnya atau bunian liar; (3) pengerukan dan pengamanan daerah pendangkalan, sehingga tidak dibudidayakan oleh masyarakat; (4) rehabilitasi saluran pemasukan (inlet) dan bangunan pengairan lainnya; (5) tidak menerbitkan sertifht pada areal yang merupakan kawasan yang sudah ditetapkan sebagai kawasan lindung sekitar danau atau waduk. Sedangkan penanganan jangka menengah meliputi: (1) penetapan peruntukan areal situ berdasarkan rencana tata ruang yang lebih detail; (2) pembatasan lahan bangunan, karena ada kemungkinan di pinggir situ terdapat bangunan hunian, sehingga perlu

dilepaskan pemiliknya melalui k o o r d i i i p e m e ~ t a h setempat, (3) upaya penghijauan kembali dengan tanaman keras, temtama untuk lahan-lahan yang kritis di sekitar danau atau waduk. Selanjutnya penanganan jangka panjang merupakan upaya pengelolaan kawasan lindung yang diattu dalam Keputusan Presiden (Kepres) No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dan UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

(174)

domestik, serta kerusakan karena adanya kemasukan tumbuhan dan binatang asing ke dalam situ. Butar-Butar (1998) menyatakan, demikian pentingnya pemanfaatan sumberdaya air yang memiliki fungsi ganda yaitu sosial, ekonomi dan ekologi, maka pemanfaatan ataupun pengelolaannya h m s dilakukan secara terpadu, bijaksana dan profesional.

Dalam PP No. 35 tahun 1991, dinyatakan bahwa situ hams dilindungi dan dijaga kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan matfaatnya d m dikendalikan daya ~ s a k n y a . Pengelolaan sumberdaya air untuk menjamin pembangunan berkelanjutan diarahkan pada: (1) merubah pandangan masyarakat luas yang menganggap bahwa air merupakan sumberdaya yang tidak terbatas menjadi sumberdaya yang terbatas dan rentan dalam kaitannya dengan siklus dam; (2) memacu peran institusi pemerintah yang bergerak dalam bidang pengelolaan sumberdaya

air,

untuk me~ngkatkan kepedulian masyarakat dan kalangan industri dalam ikut serta mencegah dan menanggulangi pencemaran; (3) memberikan wewenang yang lebih besar kepada pihak pemerintah propinsi dan kabupaten dalam pengelolaan sumberdaya

air

disertai

dengan pemberian pengarahan mengenai kepentingan

air

bagi proses pembangunan

nasional; (4) melaksanakan pengelolaan sumbdaya

air

secara terpadu dan sesuai dengan pengembangan pola tata ruang, dalam rangka mencapai tujuan pembangunan global dengan menjamin kebutuhan air bagi setiap sektor pembangunan; (5) mengkonse~asi dan meningkatkan kemampuan daerah resapan atau tangkapan

air

di

setiap bagian daerah aliran sungai @AS).

(175)

pen-an kualitas air. Bahan-bahan pencemar yang umumnya mengandung zat-zat ham akan mempercepat proses eutrofikasi, sehingga akan mengganggu keseimbangan ekosistem danau. Sejalan dengan Soedharma dkk. (1999) yang menyatakan bahwa kondisi situ di wilayah Jabotebek sangat memprihatinkan, terlantar dan rusak berat, sehingga fungsinya sudah sangat menurun, oleh sebab itu perlu ditangani secara serius dan terpadu dengan melibatkan berbagai disiplin kegiatan baik langsung maupun tidak langsung, berdasarkan potensi yang dimiliki sebuah situ dan keinginan masyarakat pengguna.

Berbagai faktor harus diperhatikan dalam pengendalian badan air yang bertujuan meningkatkan dan mengendalikan fimgsi danau kepada kondisi aslinya. Pengendalian faktor-faktor tersebut bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem danau yang lestari dan berkelanjutan, melalui kaidah-kaidah k o n s e m i . Terkait dengan hal tersebut beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain: (1) pembersihan danau dari sampah dan tumbuhan air yang tidak berguna seperti eceng gondok; (2) pengerukan lumpur atau sedimen pada dasar danau; (3) upaya

(176)

mengancam kota Jakarta. Hal ini antara lain disebabkan air hujan yang

turun

seharusnya untuk sementara ditampung oleh situ-situ sebelum dialirkan ke laut, menjadi berada di kawasan pemukiman. Situ yang terbentuk secara alamiah menunjukkan, bahwa daerah tersebut cocok untuk tempat penampung air dalam sementara. Lebih lanjut Alikodm (1998) menyatakan, bahwa secara umum ancaman terhadap keberadaan dan kelestarian situ untuk dapat dikelompokkan menjadi: (1) konversi lahan, sejalan dengan makin pesatnya kegiatan pembangunan dan pertambahan jumlah penduduk di wilayah Jakarta, maka keberadaan situ terancam oleh meningkatnya kebutuhan lahan; (2) pendangkalan, penyebab utama terjadinya pendangkalan situ-situ adalah te rjadinya endapan lumpur yang dibawa oleh air akibat erosi tanah. Khusus di DKI Jakarta pendangkalan tersebut lebih dipercepat lagi oleh adanya sampah-sampah rumah tangga yang terbawa air hujan. Dampak yang ditimbulkan oleh adanya pendangkalan adalah semakin meluasnya tumbuhan gulma air dan tertutupnya saluran air, yang berakibat meningkatnya bahaya banjir di kawasan tersebut; (3) pencemaran limbah yang terbawa aliran air dan terakumulasi di wilayah situ &pat mempengaruhi kelestarian situ. Limbah rumah tangga dan limbah kimia seperti pupuk, pestisida dan logam berat dapat mempenganihi biota perairan. Proses eutrofikasi yang menyebabkan melimpahnya tumbuhan eceng gondok

(Eichornia crassipes) dan mempercepat pendangkalan serta mempertinggi proses penguapan.

(177)

Jakarta. Sebagai contoh empiris adalah pengelolaan Waduk Sunter Barat oleh BP3L Sunter; Waduk Setia Budi dikelola oleh PD. PAL Jaya; Waduk Kebon Melati dikelola oleh PWSCC; Situ Lembang dikelola oleh Dinas Pertamanan DKI Jakarta; Waduk Pluit dikelola oleh KOPRO Banjir; serta Rawa Ulujami yang dikelola oleh

perorangan.

Daya Tarik Danau, Waduk dan Situ Sebagai Tujuan Wisata

Ardika (1999) menyatakan, bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan dengan 17.508 pulau, memiliki potensi yang sulit dicari tandingannya dengan negara manapun di dunia. Aset potensi wisata Indonesia tidak saja hanya memenuhi keindahan alam (natural beauty), keaslian (originality), kelangkaan (scarcity) dan keutuhan (wholesomeness), tetapi juga kekayaan budaya, flora dan fauna, ekosistem dan gejala alam yang merupakan daya tarik yang dapat dikombinasikan menjadi obyek wisata dan diiemas secara profesional menjadi paket-paket pejalanan yang menarik bagi wisatawan baik wisatawan mancanegam maupun nusantara Dengan demikian sektor pariwisata di Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga pertumbuhan ekonomi, ha1 tersebut terkait dengan potensi sumberdaya dam Indonesia yang sangat kaya. Fandeli (2000) menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara megabiodiversity nomor dua di dunia, telah dikenal memiliki kekayan dam,

(178)

bebas tanpa biaya atau pengorbanan, demikian pula halnya dengan pengelolaan suatu ekosistem danau. Untuk mengelola lingkungan dengan baik, diperlukan sumberdaya seperti sumberdaya manusia, sarana dan prasarana yang berkaitan dengan

pengelolaan lingkungan tersebut. Lebih lanjut Suparmoko & Suparmoko (2000) menyatakan, bahwa mengelola sumberdaya perairan, tidak hanya memerlukan tenaga manusia, tetapi juga diperlukan biaya untuk mengelola limbah, baik limbah cair maupun padat yang mencemari perairan. Sehubungan dengan ha1 itu, maka peranan

pemerintah dalam melakukan regulasi dan pengawasan perlu ditingkatkan, sehingga individu yang semula kurang berminat mengelola lingkungan

akan

menjadi berminat dan mengelolanya melalui mekanisme "perintah dan pengawasan" atau command and control, serta melalui sistem insentive ekonomi (economic incentives) (Turner et al.

1994; Suparmoko & Suparmoko 2000).

Faulkner (1996) juga menyatakan bahwa potensi pengembangan pariwisata di Indonesia antara lain terdapat pada (1) warisan budaya yang kaya, (2) bentang alam

yang indah, (3) letaknya yang dekat dengan pasar pertumbuhan di Asia, (4) jumlah penduduk yang besar dan semakin kaya membentuk pasar domestik yang kuat, (5) jumlah tenaga kerja yang besar dengan harga yang relatif murah. Gunawan (1996) menyatakan, bahwa ada indikasi pertumbuhan yang mantap di sektor pariwisata Indonesia. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, dengan jelajah sebaran asal wisatawan yang beragam.

Pada tahun 1976 jumlah wisatawan asing yang datang ke Indonesia belum mencapai satu juta orang, namun pada tahun 1994 jumlahnya teiah mencapai sekitar

(179)

semakin mantap juga ditandai dengan semakin me~ngkatnya perjalanan orang

Indonesia di dalam negeri (wisatawan domestik) terutama kaum remaja dan keluarga Meningkatnya orang yang memiliki mobil, bertambah baiknya kualitas jalan, serta berubahnya gaya hidup seseorang telah mendorong meningkatnya wisatawan domestik. Pariwisata telah menjadi sektor ekonomi yang penting di Indonesia dan sering disajikan sebagai jawaban atas beberapa masalah yang dihadapi Indonesia (Hartanto 1996). Ekspor non-migas yang menurun, impor yang meningkat, dan pembangunan ekonomi yang timpang di seluruh kepulauan Indonesia, dipandang sebagai hal-ha1 yang dapat menarik manfaat dari kegiatan pariwisata. Bagi pendukungnya pariwisata menciptakan lapangan ke rja dan peluang ekonomi, menjaga dan memperbaiki lingkungan dan mendorong pembangunan ekonomi regional.

Wiranatha (1999) menyatakan pariwisata dipercayai oleh sebagian masyarakat baik nasional maupun internasional sebagai sebuah kegiatan ekonomi yang mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah tujuan wisata. Sejalan dengan hasil penelitian Erawan (1994) yang menyimpulkan bahwa sektor pariwisata telah menjadi sektor andalan (leading sector) dalam perekonomian regional Bali. Lebih lanjut juga dinyatakannya pariwisata telah terbukti dapat meningkatkan terciptanya lapangan kerja, mendorong kegiatan ekspor hasil industri kerajinan dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Meningkatnya kuantitas dan kualitas wisatawan, menyebabkan adanya

(180)

potensial di daerah perkotaan di Indonesia yang dapat dimasukkan ke dalam program wisata antara lain: tapak warisan budaya, daerah dekat pantai, kantong pemukiman etnis tertentu, taman, perikanan dan petemakan di kota, taman skala lokal dan nasional, tempat rekreasi, pabrik, bengkel kerja dan sarana industri, arsitektur kota dan lingkungan binaan.

Garno dan Adibroto (1999) yang menyatakan salah satu fungsi Waduk Cirata adalah sebagai sarana perhubungan, rekreasi dan olah raga air seperti ski air, parsailing dan memancing. Demikian pula Wijaya (1999) yang menyatakan, bahwa salah satu hngsi danau adalah sebagai tempat rekreasi. Sejalan dengan Nasrullah dan Harianto (1999) yang menyatakan, bahwa salah satu altematif kegiatan rekreasi yang dikembangkan di Situ Cikaret didasarkan atas kesesuaian sumberdaya dan aktivitas rekreasi di alam terbuka yang sesuai dengan semua golongan umur dan tingkat pendapatan.

Kawasan danau, waduk dan situ sebagai obyek dan daya tarik wisata sangat tergantung kepada kualitas lingkungan danau, waduk dan situ untuk menarik pengunjung. Karena itu, pemanfaatan potensi danau untuk berbagai kegiatan memerlukan perencanaan yang matang agar tidak menimbulkan gangguan terhadap ekosistem sebagai satu kesatuan. Kesanggupan untuk menciptakan lingkungan yang menarik tidak terlepas dari usaha-usaha bagaimana mengelola rekreasi yang

(181)

dimanfaatkan untuk kegiatan wisata dengan memperhatikan persyaratan atraksi yang

khas, unik, asli dan lestari.

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPNAS) mengangkat danau dan memberikan penilaian atas keberadaan met wisata yang potensial untuk dikembangkan. Ditinjau dari segi lokasi (site) danau, waduk atau situ merupakan daya tarik dam yang disejajarkan dengan pantai, lembah, hutan dan taman nasional. Dari segi atraksi bagi suatu destinasi wisata, faktor keindahan dam sekitar danau atau waduk akan memberikan arti dan daya tarik yang lebih memikat apabila lokasi danau IneNpakaII suatu kesatuan yang berdekatan dengan atraksi buatan manusia (man- made attraction). Faktor atraksi baik yang bersifat utama maupun tambahan seperti peninggalan sejarah-budaya, dapat menampilkan kualitas suatu destinasi yang memiliki karakter tersendiri (Ardika 1999). Hal tersebut sejalan dengan kebijakan Pemda DKI Jakarta yang menetapkan Situ Babakan sebagai suatu kawasan wisata melalui SK Gubemw Pmpinsi DKI Jakarta Nomor 92 tahun 2000, tertanggal 18 Agustus 2000 tentang Penataan Ligkungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan.

Salah satu sasaran yang ingin dicapai dengan terbitnya SK Gubemw DKI tersebut adalah mewujudkan Situ Babakan sebagai salah satu wisata agro.

Pengembangan agrowisata meNpC3kan upaya pemanfaatan potensi atraksi wisata pertanian (Tirtawinata dan Lisdiana 1999). Berdasarkan SK bersama Menteri

(182)

sebagai obyek wisata dengan tujuan memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Lebih lanjut Tirtawinata dan Lisdiana (1999) juga menyatakan, bahwa ruang lingkup dan potensi agrowisata yang dapat dikembangkan antara lain: kebun raya, perkebunan, tanaman pangan, hortikultura, perikanan dan peternakan.

Alikodm (1989) menyatakan, bahwa prospek pengembangan wisata agro di Indonesia dapat dilihat dari tiga aspek yaitu: keadaan atau potensi obyek wisata agro, potensi pasar dan kondisi serta pengembangan sarana pendukung. Selanjutnya Sulistyantara (1990) menyatakan bahwa wisata agro di perkotaan dapat memberikan beberapa manfaat antara lain:

(1)

Wisata agro melibatkan tanaman (vegetasi) yang dapat memberikan manfaat dalam perbaikan kualitas iklim mikro, (2) Pengembangan wisata agro ikut menjaga kelestarian lingkungan hidup perkotaan selain memperbaiki iklim mikro, juga menjaga siklus hidrologi dan mengurangi erosi, (3) Kegiatan wisata agro akan meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan perkotaan yang pada akhirnya menunjang kesehatan penggunanya, (4) Obyek wisata agro &pat memberikan karya

lingkungan yang estetis jika dikelola dengan baik dan memperhatikan syarat-syarat perencanaan, (5) Wisata agro dapat menjadi sumkr masukan bagi perorangan, badan swasta maupun pemerintah daerah.

(183)

dan daya tarik wisata sangat tergantung kepada kualitas lingkungan danau untuk dapat menarik pengunjung. Salah satu kualitas lingkungan danau, waduk atau situ yang perlu mendapat perhatian adalah kualitas lingkungan perairan, karena ha1 tersebut sangat terkait dengan fungsinya sebagai tempat budidaya perikanan, tempat hidup (habitat) berbagai satwa dan tanaman.

Kualitas lingkungan suatu danau, waduk atau situ secara nasional mengacu kepada PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, sebagai pengganti Peraturan Pemerintah (PP) No 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air (Bappedal 2002). Dalam PP tersebut, klasifikasi mutu air dibedakan menjadi empat Mas yaitu: klas sat% dua, tiga dan empat. Terbitnya PP tersebut diharapkan dapat menjaga kelestarian sumberdaya perairan, sehingga semua pembangunan yang terkait dengan sumberdaya perairan memenuhi konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development concept).

Beberaba Sifat Fisik dan Kimia Air Klas Dua Berdasarkan PP No 82 tahun 2001

(184)

Suhu

Suhu m e ~ p a k a n pengatur utama proses fisika-kimia yang terjadi di dalam perairan. Tinggi rendahnya suhu air dipengaruhi oleh proses fisik yang berlangsung di dalam air maupun atmosfer di sekitamya. Pembahan suhu ini selanjutnya akan mempengaruhi proses kimiawi dan biologi dalam perairan. Secara biologis tingkat kesesuaian air terhadap kehidupan dan pertumbuhan organisme akan lebih rendah pada air dengan suhu yang fluktuasinya besar (Jaya et al. 1994).

Suhu merupakan salah satu indikator yang cukup penting dalam menentukan kualitas air. Suhu memiliki hubungan yang erat dengan indikator kualitas air laimya seperti : (1) jumlah oksigen terlarut (DO) dalam air, (2) kecepatan reaksi kimia, (3) kehidupan ikan dan hewan lainnya dalam air (Fardiaz 1992). Pertumbuhan embryo ikan mas (Cyprinus carpio) pada suhu 30°C setengah kali dari pertumbuhannya pada suhu 20°C dan nafsu makan ikan mas nyata menurun dengan meningkatnya suhu air. Ikan mas yang dipijahkan di kolam secara alami, memijah setelah suhu air berkisar antara 20 dan 22OC (Wardoyo 1982), sedangkan PP No 82 tahun 2001 memberikan

batas toleransi f 3OC dari suhu setempat (Soeratmo 1998; Bappedal 2002). Fardiaz

(185)

Padatan Tersuspensi dan Terlarut

Air tercemar mengandung padatan, seperti: padatan terendap (sedimen),

padatan tersuspensi dan koloid seperti tanah liat dan kwarsa, serta padatan terlarut seperti garam dan molekul organik (Alaerts & Santika 1987; Sastrawijaya 1991). Alaerts & Santika (1987) menyatakan analisis zat padat dalam air sangat penting untuk menentukan komponen air secara lengkap, untuk perencanaan serta pengawasan proses pengolahan air minum maupun air,buangan. Padatan digunakan untuk penentuan produktivitas, yakni kemampuan mendukung kehidupan

(Sastrawijaya 1991). Jika bahan terlarut itu seperti fosfat dan nitrat, maka air memiliki produktivitas untuk kehidupan tanaman. Apabila air mempunyai produktivitas yang tinggi terhadap kehidupan hewan, sering disebut eutrofik, sedangkan yang mempunyai produktivitas rendah disebut dengan oligotrofik.

Padatan tersuspensi dan koloid merupakan padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak mengendap langsung. Padatan tersuspensi dalam air umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplankton, kotoran manusia, kotoran hewan, lumpur, sisa tanaman dan hewan serta limbah industri (Sastrawijaya 1991). Padatan tersuspensi total suatu contoh air adalah jumlah bobot bahan tersuspensi dalam suatu volume air tertentu yang biasanya dinyatakan dalam mgll atau ppm. Padatan tersebut memiliki ukuran partikel dan bobot yang lebih kecil dibandingkan padatan sedimen.

Air buangan umumnya mengandung padatan tersuspensi dan koloid seperti protein. Hal ini dapat mengurangi penetrasi sinar ke dalam air, sehingga proses

(186)

dalam penentuan tingkat pencemaran air sungai dan air buangan, serta evaluasi besarnya buangan domestik (Saeni 1991). Meningkatnya padatan tersuspensi, menunjukkan adanya erosi tanah atau adanya limbah perkotaan yang dapat menyebabkan masalah yang cukup berat, karena limbah perkotaan mengandung bahan organik yang tinggi, sehingga memerlukan oksigen yang lebih banyak dalam pengolahannya. Padatan terlarut total (total disolved solid atau TDS), mencermikan jurnlah kepekatan padatan dalam suatu contoh air, sehingga dapat digunakan untuk menentukan kualitas air. Padatan terlarut total, sering ditentukan dengan mengukur daya hantar listrik (DHL) suatu contoh air, karena DHL sebanding dengan padatan terlarut total dalarn air tersebut.

Sastrawijaya (1991) menyatakan, bahwa air danau dengan TDS sebesar kurang dari 500 ppm adalah danau yang miskin hara atau danau oligotrofik, sehingga kurang baik untuk mendukung kehidupan perairan. Namun danau dengan TDS lebih dari 1000 ppm adalah danau yang eutrofik, yaitu danau yang kaya

ham,

sehingga sering menyebabkan terjadinya e u t r o f h i . Hal tersebut sejalan dengan PP No 82

tahun 2001, yang mensyaratkan air klas 2 adalah air yang dipemtukan budidaya perikanan dan rekreasi memiliki TDS tidak lebii dari 1000 ppm (Bapedal2002).

Nilai pH

Nilai pH perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa. Adanya

(187)

interaksi berbagai zat dalam air (yang sebagian besar tidak stabil) (Saeni 1995). Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, berkisar antara 6 dan 8, sedangkan pH air ter

Gambar

Gambar 2. Kerangka pemikiran dalam rangka pengelolaan Situ Babakan sebagai
Gambar 3. Peta lokasi penelitian di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan
Gambar4. Keramba jaring apung (KJA) yang diusahakan masyarakat di sekitar Situ Babakan
Gambar 5. Suhu CC) perairan Situ Babakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

suoraan edellisen vuoron päätyttyä, minkä ohessa uuden sekvenssin aloittava vuoro voitiin aloittaa tiimin jäsenten puolesta myös ottamalla se itselle päällekkäin

Tahapan persiapan yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum untuk pelaksanaan penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota

Bersamaan satu atap BRI syariah dengan BRI konvensional yang dulunya terletak di seberang Lotte Mart Km 4.5, masih berbentuk Unit Usaha Syariah atau dikenal dengan (UUS)

Keluara n yang d iharapk a n dari pene lit ia n ini ada la h berupa informasi tentang jenis -jenis moluska dari kelas bivalvia dan gastropoda dan bakteri simbionnya

• Perilaku dokter adalah bertemu secara teratur dengan keluarga pasien dan berusaha merubah dinamika keluarga peraturan-peraturan yang tak tertulis dalam keluarga tersebut

Babi hutan yang disalaki oleh anjing Dandan kahaian itu, memang bukan babi biasa. Babi itu adalah raja segala babi dan tinggal di negeri Katungau. Negeri Katungau terletak

Berdasarkan temuan penelitian maka pada bagian ini, diuraikan pembahasan berdasarkan temuan penelitian yang mencakup (1) bentuk tindak tutur deklarasi pedagang Kaki Lima dalam bahasa