• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kebutuhan Larutan H2¬so4 Pada Proses Penurunan Alkalinitas Air Produksi Di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Kebutuhan Larutan H2¬so4 Pada Proses Penurunan Alkalinitas Air Produksi Di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

toryPENENTUAN KEBUTUHAN LARUTAN H2SO4 PADA

PROSES PENURUNAN ALKALINITAS AIR PRODUKSI DI

PT.COCA-COLA BOTTLING INDONESIA UNIT MEDAN

TUGAS AKHIR

Oleh:

ANISSA NIM 072410045

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENENTUAN KEBUTUHAN LARUTAN H2SO4 PADA PROSES

PENURUNAN ALKALINITAS AIR PRODUKSI DI

PT.COCA-COLA BOTTLING INDONESIA UNIT MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh:

ANISSA NIM 072410045

Medan, Mei 2010 Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing.

Dr.Karsono,Apt. NIP.195409091982011001

Disahkan Oleh: Dekan,

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek

Kerja Lapangan (PKL) berikut laporan PKL ini.

Laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program

Diploma III Analis Farmasi dan Makanan, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara. Laporan ini disusun berdasarkan hasil yang di dapat selama mengikuti PKL

dalam waktu lebih kurang 3 minggu terhitung tanggal 3 Februari 2010 s/d 25

Februari 2010 di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia-Medan.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dan

dorongan kepada penulis dalam menyusun laporan ini, diantaranya:

1. Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., selaku Ketua Program Studi D3 Analis

Farmasi dan Makanan.

3. Dr. Karsono, Apt., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan

waktu dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

4. Ibu Sukma Trimurti Ariati selaku pembimbing lapangan penulis yang telah

(4)

telah membimbing selama pelaksanaan PKL di Laboratorium PT. Coca-Cola

Bottling Indonesia.

5. Seluruh staf Pengajar dan Pegawai Program Studi D3 Analis Farmasi,

Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak A. Nasoha, selaku Humas PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit

Medan.

7. Bapak Kholili, selaku Quality Assurance Manager PT. Coca-Cola Bottling

Indonesia Unit Medan.

8. Kepada kedua orang tua beserta seluruh keluarga yang senantiasa

memberikan dorongan kepada penulis baik dari segi moril maupun materil.

9. Dan terima kasih penulis ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa dan semua

pihak yang telah banyak membantu dan berjasa kepada penulis yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu.

Tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan laporan ini, tetapi

penulis telah berusaha memberikan yang terbaik. Penulis berharap dapat

memberikan manfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan dapat memberikan

manfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Mei 2010

(5)
(6)

3.2 Prosedur Kerja ... 14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

4.1 Hasil ... 16

4.1.1 Data ... 16

4.1.2 Perhitungan ... 17

4.2 Pembahasan ... 19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 20

5.1 Kesimpulan ... 20

5.2 Saran ... 20

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Planet bumi sebagian besar terdiri atas air karena luas daratan memang lebih

kecil dibandingkan dengan luas lautan. Makhluk hidup yang ada di bumi ini tidak

dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses

kehidupan di bumi ini. Tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi ini tidak ada

air. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan

hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun

untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya (Arya, 1995).

Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama

dan cermat. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, saat ini

menjadi barang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam

limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah

dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya (Arya, 1995).

Air yang ada di bumi ini tidak pernah terdapat dalam keadaan bersih, tetapi

selalu ada senyawa atau mineral (unsur) lain yang terlarut di dalamnya. Hal ini tidak

berarti bahwa semua air di bumi ini telah tercemar (Arya, 1995) .

Alkaliniti adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam sulfat tanpa

(8)

merupakan pertahanan air terhadap pengasaman. Alkaliniti adalah hasil reaksi-reaksi

terpisah dalam larutan hingga merupakan sebuah analisa “makro” yang

menggabungkan beberapa reaksi. Alkaliniti dalam air disebabkan oleh ion-ion

karbonat (CO32-), bikarbonat (HCO3-), hidroksida (OH-), dan juga borat (BO33-),

fosfat (PO43-), silika (SiO44-), dan sebagainya (Alaerts dan Sri, 1984).

Dalam air alam alkaliniti sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat,

dan sisanya oleh karbonat dan hidroksida. Pada keadaan tertentu (siang hari) adanya

ganggang dan lumut dalam air menyebabkan turunnya kadar karbon dioksida dan

bikarbonat. Dalam keadaan seperti ini kadar karbonat dan hidroksida naik, dan

menyebabkan pH larutan naik (Alaerts dan Sri, 1984).

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui jumlah pemakaian dan pengaruh penambahan Asam Sulfat

terhadap nilai alkalinitas air sumur pada proses pengolahan air di PT. Coca Cola

Bottling Indonesia Unit Medan.

1.3Manfaat

Dapat mengetahui syarat-syarat air yang dapat dikonsumsi sebagai bahan

baku proses pembuatan minuman ringan di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Unit

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Umum Air

Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk

kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti

minum, pertanian, industri, perikanan, dan rekreasi. Air meliputi 70% dari air

permukaan bumi, tetapi di banyak negara persediaan air terdapat dalam jumlah sangat

terbatas. Bukan hanya jumlahnya yang penting, tetapi juga mutu air diperlukan untuk

penggunaan tertentu, seperti air yang cocok untuk kegunaan industri atau untuk

diminum, oleh karena itu penanganan air tertentu biasanya diperlukan untuk

persediaan air yang didapat dari sumber di bawah tanah atau sumber-sumber

permukaan (Buckle, et al., 2007).

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat

manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak

akan dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan

manusia membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri, membersihkan ruangan

tempat tinggalnya, menyiapkan makanan dan minuman sampai dengan

aktifitas-aktifitas lainnya (Rukaesih, 2004).

Dalam jaringan hidup, air merupakan medium untuk berbagai reaksi dan

(10)

termasuk manusia. Tubuh manusia terdiri dari 60-70% air. Transportasi zat-zat

makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Juga

hara-hara dalam tanah hanya dapat diserap oleh akar dalam bentuk larutannya, oleh karena

itu kehidupan ini tidak mungkin dapat dipertahankan tanpa air (Rukaesih, 2004).

Sebagian besar keperluan air sehari-hari berasal dari sumber air tanah dan

sungai, air yang berasal dari PAM (air ledeng) juga bahan bakunya berasal dari

sungai, oleh karena itu kuantitas dan kualitas sungai sebagai sumber air yang harus

dipelihara (Rukaesih, 2004).

Air merupakan senyawa kimia yang terdiri dari atom H dan atom O. Sebuah

molekul air terdiri dari satu atom O yang berikatan kovalen dengan dua atom H.

Molekul air yang satu dengan molekul-molekul air lainnya bergabung menjadi satu

ikatan hidrogen antara atom H dengan atom O dari molekul air yang lain. Adanya

ikatan hidrogen inilah yang menyebabkan air mempunyai sifat-sifat yang khas

(Rukaesih, 2004).

2.2 Sumber-Sumber Air

a. Air Permukaan

Air permukaan (Ap) yaitu presipitasi yang tertahan atau ditahan sementara di

atas permukaan DAS, misalnya di dalam danau, rawa, telaga, atau bahkan di sungai

dan waduk-waduk yang sengaja dibuat untuk keperluan itu yang disebut sebagai

(11)

b. Air Tanah (Aat)

Air tanah merupakan air yang tersimpan di dalam akifer di bawah DAS baik

itu akifer freatik maupun akifer artesis (Mulyanto, 2007).

Air tanah merupakan sumber air tawar terbesar di planet bumi,mencakup

kira-kira 30% dari total air tawar atau 10,5 juta km3. Akhir-akhir ini pemanfaatan air tanah

meningkat dengan cepat, bahkan di beberapa tempat tingkat eksploitasinya sudah

sampai tingkat yang membahayakan. Air tanah biasanya diambil, baik untuk sumber

air bersih maupun untuk irigasi, melalui sumur terbuka, sumur tabung, spring, atau

sumur horizontal. Kecenderungan memilih air tanah sebagai sumber air bersih,

dibanding air permukaan (Suripin, 2001).

Mempunyai keuntungan sebagai berikut:

a) Tersedia dekat dengan tempat yang memerlukan, sehingga kebutuhan

bangunan pembawa/ distribusi lebih murah.

b) Debit (produksi) sumur biasanya relatif stabil.

c) Lebih bersih dari bahan cemaran (polutan) permukaan.

d) Kualitas lebih seragam.

e) Bersih dari kekeruhan, bakteri, lumut, atau tumbuhan dan binatang air.

Cara pengambilan air tanah yang paling tua dan sederhana adalah dengan membuat

sumur gali dengan kedalaman yang lebih rendah dari posisi permukaan air tanah.

Jumlah air yang dapat diambil dari sumur gali biasanya terbatas dan yang diambil

(12)

kedalaman galian yang lebih besar. Sumur gali biasanya dibuat dengan kedalaman

tidak lebih dari 5 – 8 meter di bawah permukaan tanah. Cara ini cocok untuk daerah

pantai dimana air tawar berada di atas air asin (Suripin, 2001).

c. Air Daur Ulang dari Drainase

Yaitu air limbah/ kelebihan dari daerah hulu yang sengaja ditampung di dalam

sistem/ saluran drainase maupun kolam penampung atau retension basin untuk

dimanfaatkan lagi (Mulyanto, 2007).

d. Air Import dari DAS lain

Merupakan air import dari DAS lain ke dalam satu satuan wilayah sungai atau

wilayah lain yang dialirkan ke suatu DAS atau wilayah pemanfaatan tertentu untuk

menambah pasokan karena SDA di wilayah tersebut tidak mencukupi atau karena

alasan lain, misalnya karena kondisi topografis dalam suatu sistem interkoneksi

pengelolaan (Mulyanto, 2007).

e. Air Laut.

Air laut adalah

rata-rata 3,5%. Artinya dalam

(Anonima, 2010).

f. Air Atmosfer

Air terdapat di atmosfer dalam tiga bentuk, yaitu: dalam bentuk uap yang tak

kasat mata, dalam bentuk butir cairan dan hablur es. Kedua bentuk yang terakhir

(13)

2.3 Syarat-Syarat Kualitas Air

Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu

dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari air untuk memenuhi

kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan cuci, air irigasi atau pertanian,

perikanan, rekreasi dan transportasi. Kualitas air mencakup tiga karakteristik, yaitu

fisik, kimia, dan biologi (Suripin, 2001).

2.3.1 Karakteristik Fisik

Karakteristik fisik yang terpenting yang mempengaruhi kualitas air ditentukan

oleh:

a) Bahan Padat Keseluruhan.

Koloid mempengaruhi kualitas air dalam proses koagulasi dan filtrasi.

Material layang dapat diukur dengan melakukan penyaringan, sedangkan material

terlarut dapat diukur dengan penguapan.

b) Kekeruhan

Air yang mengandung material kasat mata dalam larutan disebut keruh.

Kekeruhan dalam air yang terdiri dari lempeng, liat, bahan organik dan

mikroorganisme. Tingkat kekeruhan air biasanya diukur dengan alat yang disebut

turbidimeter.

c) Warna

Air murni tidak berwarna. Warna dalam air diakibatkan oleh adanya material

(14)

d) Bau dan Rasa

Air murni tidak berbau dan tidak berasa, tetapi air minum idealnya tidak

berbau, namun boleh berasa. Rasa dalam air disebabkan adanya garam-garam

terlarut, bau, dan rasa yang timbul dalam air karena kehadiran mikroorganisme,

bahan mineral, gas terlarut, dan bahan-bahan organik. Untuk menghilangkan bau

dan rasa yang tidak dikehendaki dapat dilakukan dengan pemakaian karbon aktif,

koagulasi, sedimentasi, dan filtrasi.

e) Temperatur

Temperatur air di alam tropis yang normal adalah sekitar 20ºC sampai 30ºC.

Untuk sistem air bersih, temperatur ideal sekitar 5ºC sampai 10ºC.

2.3.2 Karakteristik Kimia

Kandungan bahan-bahan kimia yang ada dalam air berpengaruh terhadap

kesesuaian penggunaan air. Secara umum karakteristik kimiawi air meliputi pH,

alkalinitas, dan kesadahan.

a) pH

Sebagai pengukur sifat keasaman dan kebasaan air dinyatakan dengan nilai

pH, yang didefinisikan sebagai logaritma dari bolak-baliknya konsentrasi

ion-hidrogen dalam moles per liter. Air murni pada suhu 24ºC ditimbang berkenaan

dengan ion-ion H+ dan ion-ion OH- masing-masing mempunyai kandungan 10-7

(15)

bersifat basa, dan pH di bawah 7 bersifat asam. Nilai pH diukur dengan

Potensiometer, yang mengukur potensi listrik yang dibangkitkan oleh ion-ion H+.

b) Alkalinitas

Kebanyakan air bersifat alkalin karena garam-garam alkalin sangat umum

berada dalam tanah. Ketidakmurnian air ini diakibatkan adanya Karbonat dan

Bikarbonat dari Kalsium, Sodium, dan Magnesium. Alkalinitas dinyatakan dalam

mg/liter ekivalen Kalsium Karbonat.keasaman air disebabkan adanya Karbon

dioksida dalam air. Hal ini diukur berdasarkan banyaknya kalsium karbonat yang

diperlukan untuk menetralkan asam karbonat dan dinyatakan dalam mg/liter.

c) Kesadahan (Hardness)

Air dengan kesadahan tinggi memerlukan sabun lebih banyak sebelum

terbentuk busa. Air sadah mengandung karbonat dan sulfat, atau klorida dan

nitrat, kalsium dan magnesium, disamping besi dan aluminium. Kesadahan air

sementara akibat keberadaan kalsium dan magnesium bikarbonat dapat

dihilangkan dengan pendidihan atau menambahkan kapur dalam air. Kesadahan

permanen, akibat adanya kalsium dan magnesium sulfat, klorida, dan nitrat,

dapat dilunakkan dengan perlakuan khusus. Kesadahan air dinyatakan dalam

(16)

2.3.3 Karakteristik Biologi

Bakteri yang dapat menimbulkan penyakit disebut bakteri pathogen,

sedangkan bakteri yang tidak berbahaya bagi kesehatan disebut non-pathogen.

Escherichia coli adalah bakteri non-pathogen yang hidup dalam usus binatang

berdarah panas. Dalam air, bakteri ini biasanya mengeluarkan tinja sehingga

keberadaannya di dalam air dapat dijadikan indikasi keberadaan bakteri pathogen.

Organisme mikroskopik seperti jamur dan alga dapat ditemukan dalam air

tanah. Alga adalah tumbuhan kecil yang hidup di air. Jika dalam jumlah besar dapat

mempengaruhi kekeruhan dan warna air, disamping itu juga memberi andil terhadap

rasa dan bau air yang tidak dikehendaki. Pertumbuhan alga yang berlebihan dapat

dikontrol dengan tembaga-sulfat atau klorida.

Organisme makroskopik seperti ganggang dan rumput laut dapat menurunkan

kualitas air dalam hal rasa, warna, dan bau, namun dapat dihilangkan dalam proses

purifikasi. Penebaran ikan dalam waduk-waduk dapat mengendalikan pertumbuhan

organisme makroskopik dan beberapa mikroskopik.

Dalam air terdapat juga virus, yaitu organisme penyebab infeksi yang lebih

kecil dari pada bakteri secara umum. Virus dalam air biasanya dikendalikan dengan

(17)

2.4 Alkalinitas

Alkalinitas merupakan kapasitas air tersebut untuk menetralkan asam. Dalam

kebanyakan air alami alkalinitas disebabkan oleh adanya HCO3- dan sedikit oleh

adanya CO32 - dan air dengan alkalinitas tinggi mempunyai konsentrasi karbon

organik yang tinggi. Dalam media dengan pH rendah, ion hidrogen dalam air

mengurangi alkalinitas (Rukaesih, 2004).

Pada umumnya, komponen utama yang memegang peran dalam menentukan

alkalinitas perairan adalah ion bikarbonat, ion karbonat dan ion hidroksil (Rukaesih,

2004).

HCO3- + H+  CO2 + H2O

CO32 - + H+  HCO3-

OH- + H+  H2O

Yang lainnya, yang sedikit menyumbang alkalinitas adalah ammonia dan

konyugat basa-basa dari asam-asam fosfat, silikat, borat, dan asam-asam organik

(Rukaesih, 2004).

Alkalinitas umumnya dinyatakan alkalinitas fenoftalein yaitu proses situasi

dengan asam mencapai pH 8,3 dimana HCO3- merupakan ion terbanyak, dan

alkalinitas total, yang menyatakan situasi dengan asam menuju titik akhir indikator

metal jingga (pH 4,3) yang ditunjukkan oleh berubahnya kedua jenis ion karbonat

(18)

Alkalinitas merupakan faktor kapasitas, di mana kapasitas itu merupakan

kapasitas air tersebut untuk menetralkan asam. Oleh karena itu kadang-kadang

penambahan alkalinitas lebih banyak dibutuhkan untuk mencegah agar air tidak

menjadi asam (Rukaesih, 2004).

2.5 Asam Sulfat

Asam sulfat merupakan

dalam

merupakan salah satu produk utama

adalah pemrosesan biji

pengilangan minyak. Asam sulfat murni berupa cairan bening seperti minyak, dan

(19)

BAB III METODOLOGI

3.1 Alat & Bahan

3.1.1 Alat

– Beaker glass

– Erlenmeyer

– Gelas ukur

– Pipet tetes

– Pipet volum

– Buret

– Statif dan klem

– pH meter

– Seperangkat alat jar-tes

3.1.2 Bahan

– Sampel (air sumur)

– Aquadest

– H2SO4

– Indikator Phenolptalein

(20)

3.2 Prosedur

Metode praktek yang dilakukan di laboratorium :

a. Percobaan menggunakan alat jar-test

– Disediakan enam buah beaker glass, kemudian dibersihkan keenam beaker

glass tersebut dengan menggunakan aquadest.

– Diisi keenam beaker glass tersebut dengan sampel (air sumur),

masing-masing sebanyak 1000 ml, dimana sebelumnya diperiksa pH,

p-Alkalinitas, dan m-Alkalinitas dari air sumur tersebut.

– Diperiksa putaran dan waktu dari jar-test apakah berfungsi dengan baik.

– Kemudian disusun beaker glass pada peralatan jar-test dan agigator

diturunkan.

– Dihidupkan alat jar-test dengan setting waktu 5 menit.

– Ditambahkan H2SO4 pada masing-masing beaker glass tersebut

berturut-turut dengan variasi volume 0,2 ml, 0,4 ml, 0,6 ml, 0,8 ml, 1,0 ml, dan 1,2

ml.

– Setelah alat jar-test berhenti, diperiksa pH, p-Alkalinitas, dan

m-Alkalinitas pada keenam beaker glass tersebut.

b. Penentuan p-Alkalinitas

Diambil sampel air sumur sebanyak 100 ml ditambahkan dengan 2 tetes

(21)

berwarna merah berarti p > 0. Selanjutnya dititrasi dengan larutan H2SO4 0,02 N

perubahan warna dari merah menjadi tidak berwarna.

c. Penentuan m-Alkalinitas

Sampel dari p-Alkalinitas untuk p = 0 atau p > 0 diteruskan untuk untuk

m-Alkalinitas dengan menambahkan 2 tetes indikator methyl orange lalu dititrasi

dengan asam sulfat 0,02 N sampai terbentuk warna merah muda.

d. Penentuan pH

Dinyalakan alat pH meter (tekan tombol “ON”).

– Pastikan elektroda bersih dan kering.

– Dimasukkan elektroda ke dalam sampel.

– Tekan tombol Ready Measure untuk pembacaan pH.

– Pembacaan dicatat sampai muncul huruf “S” pada monitor (yang berarti

pembacaan sudah stabil).

– pH meter dimatikan dengan menekan tombol Ready Measure dan tombol

Off.

– Elektroda dibilas dengan menggunakan aquadest dan keringkan dengan

(22)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Percobaan

4.1.1 Data

a. Hasil pemeriksaan sampel (air sumur):

– pH : 7,36

– p-Alkalinitas : 0 mg/l

– m-Alklinitas : 105 mg/l

b. Hasil pemeriksaan sampel (air sumur) setelah penambahan H2SO4:

Sampel

Sampel air diambil dari air sumur bor

– Flow air : 40 m3/ jam = 40000 liter/ jam

(23)

4.1.2 Perhitungan

– H2SO4 = 0,2 ml m-Alkalinitas = 90 mg/l pH = 6,94

Maka penggunaan H2SO4 dalam setiap jam adalah :

0,2 ml/L × 40000 liter/jam = 8000 ml/jam

= 8 liter/jam

– H2SO4 = 0,4 ml m-Alkalinitas = 81 mg/l pH = 6,76

Maka penggunaan H2SO4 dalam setiap jam adalah :

0,4 ml/L × 40000 liter/jam = 16000 ml/jam

= 16 liter/jam

– H2SO4 = 0,6 ml m-Alkalinitas = 72 mg/l pH = 6,61

Maka penggunaan H2SO4 dalam setiap jam adalah :

0,6 ml/L × 40000 liter/jam = 24000 ml/jam

= 24 liter/jam

– H2SO4 = 0,8 ml m-Alkalinitas = 63 mg/l pH = 6,46

Maka penggunaan H2SO4 dalam setiap jam adalah :

0,8 ml/L × 40000 liter/jam = 32000 ml/jam

= 32 liter/jam

– H2SO4 = 1,0 ml m-Alkalinitas = 45 mg/l pH = 6,30

Maka penggunaan H2SO4 dalam setiap jam adalah :

1,0 ml/L × 40000 liter/jam = 4000 ml/jam

(24)

– H2SO4 = 1,2 ml m-Alkalinitas = 32 mg/l pH = 6,14

Maka penggunaan H2SO4 dalam setiap jam adalah :

1,2 ml/L × 40000 liter/jam = 48000 ml/jam

= 48 liter/jam

4.2 Pembahasan

Hasil percobaan yang dilakukan terhadap penentuan jumlah penambahan

asam sulfat (H2SO4) terhadap nilai alkalinitas pada proses pengolahan air di PT. Coca

Cola Bottling Indonesia Unit Medan dapat dilihat bahwa penambahan asam sulfat

yang lebih tepat adalah 0,4 ml/l atau 16 l/jam dengan m-Alkalinitas = 81mg/l dan pH

= 6,76, nilai ini sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan tersebut

yaitu pemakaian asam sulfat dalam kisaran 16-17 l/jam dan alklinitas < 85mg/l.

Sedangkan penambahan asam sulfat lebih dari 16-17 l/jam atau kurang akan

mengakibatkan penambahan asam sulfat per jamnya akan berada di luar range dengan

ketetapan perusahaan.

Dari data yang diperoleh pada penambahan volume asam sulfat 4% yang

bervariasi didapatkan kesimpulan bahwa apabila volume asam sulfat yang dipakai

(25)

sebaliknya bila volume asam sulfat yang dipakai terlalu rendah maka nilai alkalinitas

dan pH akan semakin tinggi.

Jika alkalinitas terlalu tinggi (dibandingkan kadar Ca2+ dan Mg2+ yaitu kadar

kesadahan) air menjadi agresif dan menyebabkan karat pada pipa, sebaliknya

alkalinitas yang rendah dan tidak seimbang dengan kesadahan dapat menyebabkan

(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Fungsi penambahan asam sulfat pada proses pengolahan air adalah untuk

menghilangkan gas-gas yang terlarut dalam air dan untuk menurunkan nilai

alkalinitas air.

2. Nilai alkalinitas pada air sumur sebagai bahan baku produk yang mencapai

105 mg/L dapat diturunkan sekitar 81 mg/l sesuai dengan standar mutu yang

ditetapkan yaitu < 85 mg/l dengan menambahkan asam sulfat sebanyak 0,4

ml/L atau 161/jam.

5.2 Saran

1. Perlu lebih ketat dalam pengawasan penggunaan atau penambahan asam

sulfat, karena apabila pemakaian asam sulfat tidak sesuai dengan standar mutu

maka dapat mempengaruhi nilai alkalinitas.

2. Dalam melakukan penentuan alkalinitas air yang akan digunakan sebagai

bahan baku pembuatan air minuman ringan, titrasi yang dilakukan harus teliti

dan hati-hati karena dapat mempengaruhi nilai alkalinitasnya yang dapat

menyebabkan air tersebut tidak memenuhi standar sehingga tidak dapat

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. (2010). Air Laut

Maret 2010.

Anonimb. (2010). Air Atmosfer

Tanggal Akses 22 Maret 2010.

Anonimc. (2010). Asam Sulfat

Akses 22 Maret 2010.

Arya, W. W. (1995). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit And Yogyakarta. Hal. 71-72.

Alaerts, G., dan Sri, S. S. (1984). Metoda Penelitian Air. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional. Hal. 63.

Buckle, K. A., Edwards, R. A., Fleet, G. H., Wootton, M. (2007). Ilmu Pangan. Penerjemah: Hari Purnomo dan Adiono. Jakarta: Penerbit UI-Press. Hal. 31-32.

Mulyanto, H. R. (2007). Pengembangan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu. Hal. 31-32.

Rukaesih, A. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset. Hal. 15, 18, 22.

Referensi

Dokumen terkait

Animals exposed to MnS04 3 mg Mn/m3 had lower lung and higher olfactory bulb and striatal manganese concentrations when compared with levels achieved following similar Mn304

Only in Pair C, where the 1B/1R translocation was accompanied by a change in hardness, was there a signi®cant effect on effective rumen starch and nitrogen degradability (soft

E1.6 Arsitektur Jaringan Terkini A Achmad Basuki, ST.,MMG.,Ph.D E1.7 Manajemen Proyek Perangkat Lunak A Tri Astoto Kurniawan, ST., MT., Ph.D.. E1.8 Data Mining A Wayan Firdaus

Effect of sodium hydroxide and alkaline hydrogen peroxide treatment on physical and chemical characteristics and IVOMD of mustard

[r]

Three experiments with 12 animals each, were conducted to measure the effect of selective consumption on intake of organic matter (IOM), crude protein (CP) content and digestibility

Mellisa Sari O.H: Pengakuan dan pengukuran pendapatan, 2003 USU e-Repository © 2008... Mellisa Sari O.H: Pengakuan dan pengukuran pendapatan, 2003 USU e-Repository

Salmiah : Pendapatan dan curahan tenaga kerja petani dalam pemanfaatan lahan hutan..., 2004... Salmiah : Pendapatan dan curahan tenaga kerja petani dalam pemanfaatan lahan

Jasmani Ginting : Pengaruh pemberian nitrogen dan konsentrasi sitokinin terhadap produksi dan kualitas umbi ..., 2003 USU e-Repository © 2008... Jasmani Ginting : Pengaruh