• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kentang (Solanum tuberosum L ) di Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kentang (Solanum tuberosum L ) di Kabupaten Karo"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

EKSPOR KENTANG (Solanum tuberosum L )

DI KABUPATEN KARO

TESIS

Oleh

Debora Evlyn Sembiring

097039018/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

EKSPOR KENTANG (Solanum tuberosum L )

DI KABUPATEN KARO

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh

Debora Evlyn Sembiring

097039018/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kentang (Solanum tuberosum L ) di Kabupaten Karo

Nama : DEBORA EVLYN SEMBIRING

NIM : 097039018

Program Studi : Magister Agribisnis

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) Ketua

(Ir. Yusak Maryunianta, M.Si) Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(4)

Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Tim Penguji pada Kamis, 19 Januari 2012

Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec

Anggota : 1. Ir. Yusak Maryunianta, M.Si

2. Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul:

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kentang (Solanum

tuberosum L) di Kabupaten Karo

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan

secara benar dan jelas.

Medan, November 2011 Yang membuat pernyataan,

(6)
(7)

Debora Evlyn Sembiring

097039018

NGARUHI

EKSPOR KENTANG (

Solanum tuberosum L

)

UPATEN KARO

Universitas

Sumatera

(8)

ABSTRAK

DEBORA EVLYN SEMBIRING, 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kentang (Solanum tuberosum L ) di Kabupaten Karo (Di bawah bimbingan Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai ketua dan Ir. Yusak Maryunianta, M. Si sebagai anggota).

Produksi kentang di Kabupaten Karo mengalami fluktuasi yang cenderung menurun selama lima tahun terakhir, sementara permintaan impor mengalami peningkatan khususnya dari Singapura dan Malaysia.

Penelitian ini bertujuan adalah untuk menganalisis pengaruh variabel produksi kentang di Kabupaten Karo, harga domestik kentang, harga internasional kentang, nilai tukar, konsumsi kentang pengimpor utama Malaysia, konsumsi kentang di Indonesia, PDB (Produk Domestik Bruto) terhadap ekspor kentang dari Kabupaten Karo periode 1995-2010 dengan menggunakan metode analisis regresi (linier berganda) melalui Program SPSS 15.0.

Hasil analisis menunjukkan variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel ekspor kentang di Kabupaten Karo adalah produksi kentang di Kabupaten Karo, harga internasional kentang dan konsumsi kentang di Indonesia. Sedangkan variabel harga domestik kentang, nilai tukar, konsumsi kentang di negara pengimpor utama dan Produk Domestik Kentang (PDB) tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor kentang di Kabupaten Karo.

(9)

ABSTRACT

DEBORA EVLYN SEMBIRING, 2011. The Analysis of the Factors Influencing Potato Export (Solanum Tuberosum L0 in Karo District under The Supervision of Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. (Chair) and Ir. Yusak Maryunianta, M.Si (Member)

Potato production in Karo District was fluctuating and tended to decrease during the past years. Meanwhile the import demand is increasing especially from Singapore and Malaysia. For these reasons, a research needs to be done to know the factors influencing the potato export.

This research is aimed to analyze the influence of potato production, domestic potato price, international potato price, selling cost, the potato sonsumption in Indonesia, BDP (Bruto Domestic Product) variables on the potato export from Karo District in the period of 1995-2010. This studi applied multiple linear regression analysis using DPDD 15.0.

The result of this analysis showed that the variables significantly influencing the potato export in Karo District were the potato production in Karo District, international potato price, and the potato consumption in Indonesia. Meanwhile, the variables of domestic potato price, selling cost, the potato consumption in main importing countries, BDP had no significant influence on the potato export in Karo District.

(10)

RIWAYAT HIDUP

DEBORA EVLYN SEMBIRING, lahir di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 14 April 1982 dari Bapak Nj. Sembiring dan Ibu R. Sinuhaji. Penulis

merupakan anak kesatu dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1988 masuk Sekolah Dasar ST. Antonius Medan, tamat tahun 1994.

2. Tahun 1994 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 6 Medan, tamat

tahun 1997.

3. Tahun 1997 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri 2 Medan, tamat

tahun 2000.

4. Tahun 2000 diterima di Program Diploma III Pengelola Perkebunan Fakultas

Pertanian Institut Pertanian Bogor, tamat tahun 2003.

5. Tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Program Sarjana Ekstensi Manajemen

Agribisnis Institut Pertanian Bogor, tamat tahun 2006.

6. Tahun 2009 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister Agribisnis

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan kasih karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan

baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir.

Yusak Maryunianta, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.

Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan

seluruh keluarga yang telah mendorong dan memotivasi penulis untuk

menyelesaikan tesis ini. Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan

kepada seluruh pegawai Dinas Pertanian dan Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Karo yang telah memberikan segala informasi yang dibutuhkan dalam

penelitian ini.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2011

(12)
(13)

3.4.1 Uji Asumsi Klasik ... 31

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 35

(14)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Produksi Kentang di Sumatera Utara ... 3

2. Luas tanam, Panen, Produktivitas dan Produksi Kentang

Per Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2009 ... 4

3. Produksi Kentang di Kabupaten Karo dari tahun 2000-2010 ... 5

4. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor di Kabupaten Karo

Tahun 2001-2010. ... 6

5. Provinsi Sentra Produksi Kentang di Indonesia Tahun 2004-2008 ... 27

6. Share Produksi Kentang Karo dengan Produksi Kentang

Sumatera Utara 2004-2008 ... 28

7. Produksi Tanaman Kentang dirinci menurut Kecamatan di

Kabupaten Karo Tahun 2010 ... 29

8. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio

Tahun 2000-2009 ... 38

9. Distribusi Persentase Pembentukan PDRB Sektor Pertanian

Atas Harga Berlaku di Kabupaten Karo Tahun 2009 ... 41

10. Hasil Pengujian Normalitas ... 50

11. Matrik Korelasi antara Variabel Bebas ... 52

12. Hasil Analisis Pengaruh Produksi Kentang di Kab. Karo, Harga Domestik Kentang, Harga Internasional Kentang, Nilai Tukar (Kurs), Konsumsi Kentang di Malaysia,

(15)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Grafik Kurva Perdagangan Internasional Antardua Negara ... 14

2. Kurva Permintaan ... 15

3. Pergeseran Kurva Permintaan ... 17

4. Perubahan Permintaan dan Penyediaan Barng pada Kondisi Harga Tetap ... 23

5. Kerangka Pemikiran Teoritis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kentang di Kabupaten Karo ... 26

6. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Karo Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 ... 39

7. Trend Harga Domestik Kentang ... 43

8. Trend Harga Internasional Kentang ... 44

9. Trend Nilai Tukar Rupiah (Kurs) ... 45

10. Trend Konsumsi Kentang di Malaysia ... 45

11. Trend Konsumsi Kentang di Indonesia ... 46

12. Trend Produksi Kentang do Kab. Karo 1995-2010 ... 47

13. Trend Produksi Kentang di Sentra Lain 2001-2009 ... 47

14. PDB Malaysia Tahun 1995-2010 ... 48

15. Trend Perkembangan Ekspor Kentang di Kab. Karo ... 49

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1. Output Regresi X1-X7 2. Data Sekunder Variabel X

Terhadap Y ... 64

1-X7 Terhadap Y Tahun 1995-2010 ... 69

3. Persentase Produksi Kentang di Kabupaten Karo 1995-2010 ... 70

(17)

ABSTRAK

DEBORA EVLYN SEMBIRING, 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kentang (Solanum tuberosum L ) di Kabupaten Karo (Di bawah bimbingan Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai ketua dan Ir. Yusak Maryunianta, M. Si sebagai anggota).

Produksi kentang di Kabupaten Karo mengalami fluktuasi yang cenderung menurun selama lima tahun terakhir, sementara permintaan impor mengalami peningkatan khususnya dari Singapura dan Malaysia.

Penelitian ini bertujuan adalah untuk menganalisis pengaruh variabel produksi kentang di Kabupaten Karo, harga domestik kentang, harga internasional kentang, nilai tukar, konsumsi kentang pengimpor utama Malaysia, konsumsi kentang di Indonesia, PDB (Produk Domestik Bruto) terhadap ekspor kentang dari Kabupaten Karo periode 1995-2010 dengan menggunakan metode analisis regresi (linier berganda) melalui Program SPSS 15.0.

Hasil analisis menunjukkan variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel ekspor kentang di Kabupaten Karo adalah produksi kentang di Kabupaten Karo, harga internasional kentang dan konsumsi kentang di Indonesia. Sedangkan variabel harga domestik kentang, nilai tukar, konsumsi kentang di negara pengimpor utama dan Produk Domestik Kentang (PDB) tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor kentang di Kabupaten Karo.

(18)

ABSTRACT

DEBORA EVLYN SEMBIRING, 2011. The Analysis of the Factors Influencing Potato Export (Solanum Tuberosum L0 in Karo District under The Supervision of Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. (Chair) and Ir. Yusak Maryunianta, M.Si (Member)

Potato production in Karo District was fluctuating and tended to decrease during the past years. Meanwhile the import demand is increasing especially from Singapore and Malaysia. For these reasons, a research needs to be done to know the factors influencing the potato export.

This research is aimed to analyze the influence of potato production, domestic potato price, international potato price, selling cost, the potato sonsumption in Indonesia, BDP (Bruto Domestic Product) variables on the potato export from Karo District in the period of 1995-2010. This studi applied multiple linear regression analysis using DPDD 15.0.

The result of this analysis showed that the variables significantly influencing the potato export in Karo District were the potato production in Karo District, international potato price, and the potato consumption in Indonesia. Meanwhile, the variables of domestic potato price, selling cost, the potato consumption in main importing countries, BDP had no significant influence on the potato export in Karo District.

(19)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Komoditas hortikultura, khususnya sayuran dan buah-buahan mempunyai

beberapa peranan strategis, yaitu: (1) sumber bahan makanan bergizi bagi

masyarakat yang kaya akan vitamin dan mineral; (2) sumber pendapatan dan

kesempatan kerja, serta kesempatan berusaha; (3) bahan baku agroindustri; dan

(4) sebagai komoditas potensial ekspor yang merupakan sumber devisa negara;

dan (5) pasar bagi sektor non pertanian, khususnya industri hulu (Soca, jurnal).

Komoditas hortikultura sangat strategis dan karenanya perlu memperoleh prioritas

pengembangan. Hal ini dilandasi baik dari sisi permintaan baik berupa konsumsi

segar maupun olahan meningkat dari waktu ke waktu. Sementara itu dari sisi

produksi masih berpotensi untuk terus ditingkatkan, baik melalui perluasan areal

(ekstensifikasi secara horisontal), peningkatan intensitas tanam (ekstensifikasi

secara vertikal) maupun peningkatan produktivitas melalui intensifikasi usahatani.

Dalam meningkatkan produksi pertanian ada tiga komponen dasar yang harus dibina

yaitu petani, komoditi hasil pertanian dan wilayah pembangunan dimana kegiatan

pertanian berlangsung. Kebijaksanaan dasar pembangunan pertanian mencakup aspek

produksi, faktor-faktor produksi, pemasaran dan kelembagaan.

Pengembangan produksi holtikultura telah ditekankan pada pengembangan

sayur-sayuran dan buah-buahan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa

pemasaran sayur-sayuran dan buah-buahan lebih lancar sehingga petani yang

bersangkutan akan langsung dapat menikmati keuntungan dari hasil usahanya. Hal ini

(20)

Kentang atau dalam bahasa latinnya Solanum tuberosum L adalah salah satu

komoditas sayuran penting di Indonesia. Pentingnya komoditi ini salah satunya

karena kentang memiliki kandungan karbohidrat yang tidak jauh berbeda dengan

beras, dan berpotensial menjadi sumber makanan alternatif terdekat untuk jenis

makanan cepat saji selain mie instan. (Santoso 2008).

Produksi kentang telah berkembang dengan pesat selama dekade terakhir.

sentra produksi kentang terbesar di Indonesia adalah Jawa Barat dengan

kontribusi rata-rata sebesar 33,99 % dari total produksi kentang Indonesia.

Kemudian diikuti oleh Jawa Tengah dengan kontribusi 21,07 %, Sulawesi Utara

11,73 %, Sumatera Utara 11,18 % dan Jawa Timur 9.20 %. Sementara provinsi

lainnya hanya berkontribusi 12,83 %. Rata-rata pertumbuhan produksi kentang

pada tahun 2004-2008 di Jawa Barat dan Sumatera Utara mengalami penurunan

yaitu masing-masing turun sebesar 8,42 % dan 0,52 %. Rata-rata pertumbuhan

produksi kentang selama lima tahun terakhir di provinsi Jawa Tengah, Sulawesi

Utara dan Jawa Timur masing-masing mengalami peningkatan sebesar 13,78 %,

18,46 % dan 0,70 % per tahun (Ditjen Hortikultura, 2008).

Produksi kentang di Sumatera Utara cukup besar yaitu 231.816 ton pada

tahun 2001, namun dari tahun 2001-2009 cenderung mengalami penurunan

(terlihat pada Tabel 1).

Demikian juga halnya dengan luas panen kentang mengalami penurunan.

Penurunan produksi sejalan dengan penurunan luas panen kentang. Pada tabel

(21)

Tabel 1. Produksi Kentang di Sumatera Utara

Tahun Luas Tanam (Ha)

Luas Panen (Ha)

Produksi

(Ton)

Produktivitas (Kw/Ha)

2001 15.071 14.894 231.816 155.64

2002 13.688 13.706 216.289 157.81

2003 12.880 14.301 237.056 165.76

2004 8.283 9.748 160.732 164.89

2005 5.441 6.314 105.209 166,63

2006 5.763 5.792 98.267 169,70

2007 5.337 5.654 90.634 160,30

2008 8.667 8.022 130.296 162,42

2009 8.072 8.013 129.587 161,72

Sumber: Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara, 2001- 2010

Disisi lain, bila dilihat dari jumlah produksi kentang di Sumatera Utara

(Tabel 2.), Kabupaten yang memiliki tingkat produksi paling tinggi adalah

Simalungun (67.191 Ha) dan Kabupaten Karo (39.917 Ha). Demikian juga halnya

dengan luas lahan terbesar didominasi oleh dua kabupaten yaitu Kabupaten

Simalungun (4.063 Ha) dan Kabupaten Karo (2.555 Ha).

Sedangkan produksi dan luas lahan yang paling sedikit di provinsi Sumatera

Utara berada di Tapanuli Selatan (4 Ha), Madina (6 Ha) dan Tobasa (9 Ha).

Namun tingkat produktivitas yang paling tinggi terletak di Kabupaten Tobasa

(22)

Tabel 2. Luas tanam, Panen, Produktivitas dan Produksi Kentang Per Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2009

No. Kabupaten/Kota Tanam

(Ha)

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara 2009

Produksi kentang di Kabupaten Karo Sumatera Utara dari tahun 2000-2010

cenderung semakin menurun, dimana pada tahun 2005 jumlah produksi 55.445

ton dan tahun 2006 menjadi 42.201 ton (berkurang sekitar 23,88%) . Pada tahun

2007 produksi tanaman kentang mengalami penurunan produksi yang cukup tajam

menjadi 34.126 ton (berkurang sekitar 19,13%). Pada tahun 2008 produksi

(23)

tahun 2009 jumlah produksi hanya mencapai 38.819 ton (meningkat sedikit dari

tahun 2008 sebesar 13,32%). Namun pada tahun 2010 produksi kentang naik

menjadi 53.988 ton.

Dari Tabel 3. luas tanam kentang dari tahun 2000-2009 di Kabupaten Karo

terus mengalami penurunan, namun yang paling signifikan terlihat sangat

berkurang mulai pada tahun 2005 (36,10% dibanding tahun 2001).

Tabel 3. Produksi kentang di Kabupaten Karo dari tahun 2000-2010

Tahun Luas Tanam

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Karo, 2010

Komoditas hortikultura juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, sehingga

usaha agribisnis hortikultura (buah, sayur, tanaman hias dan tanaman biofarmaka)

dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil,

(24)

tinggi, keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan dan teknologi, serta

potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat.

Pasokan produk hortikultura nasional diarahkan untuk memenuhi kebutuhan

konsumen dalam negeri, baik melalui pasar tradisional, pasar modern, maupun

pasar luar negeri (ekspor). Beberapa permasalahan masih dihadapi oleh pelaku

usaha hortikultura diantaranya rendahnya produktivitas, lokasi yang terpencar,

skala usaha sempit dan belum efisien, Kebijakan dan regulasi dibidang perbankan,

transportasi, ekspor dan impor belum sepenuhnya mendukung pelaku agribisnis

hortikultura nasional.

Peluang yang ditawarkan pasar dunia dari komoditi kentang Indonesia

khususnya di Kabupaten Karo adalah cukup menjanjikan dari sisi ekspor. Artinya,

masyarakat luar negeri mengkonsumsi kentang Indonesia khususnya dari

Kabupaten Karo dalam volume dan nilai yang cukup besar (dapat dilihat pada

Tabel 4.). Singapura dan Malaysia merupakan negara tujuan ekspor kentang segar

dari Kabupaten Karo.

Tabel 4. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Kentang di Kabupaten Karo Tahun 2001-2010

Tahun Volume ekspor (ton) Nilai ekspor

(US $)

2001 7.470,890 1.150.955

2002 16.529,210 3.227.289

2003 18.182,150 3.550.018

2004 20.373,000 3.834.019

2005 24.447,600 4.600.823

2006 27.120,150 14.383.682

2007 27.882,515 14.788.016

2008 29.276,641 15.379.537

2009 27.227,276 14.302.969

2010 28.316,367 14.875.088

(25)

Dari Tabel 4. secara umum tampak bahwa volume ekspor kentang di

Kabupaten Karo dari tahun 2001-2008 cenderung mengalami kenaikan. Kenaikan

volume ekspor yang signifikan terjadi pada tahun 2002 (sebesar 121,24%). Dan

kenaikan volume ekspor terus meningkat. Namun pada tahun 2009 volume ekspor

mengalami penurunan dibanding tahun 2008. Kemudian pada tahun 2010 volume

ekspor mengalami sedikit kenaikan dari tahun 2009 sebesar 3,8%.

Nilai ekspor dari tahun 2001-2010 terus mengalami peningkatan.

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk

mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi dan faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap ekspor.

1.2. Identifikasi Masalah

Bagaimana pengaruh variabel produksi kentang di Kabupaten Karo, harga

domestik kentang, harga internasional kentang, nilai tukar, konsumsi

kentang pengimpor utama (Malaysia), PDB Malaysia, konsumsi kentang di

Indonesia terhadap ekspor kentang Kabupaten Karo?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk menganalisis apakah ada

pengaruh variabel produksi kentang di Kabupaten Karo, harga domestik kentang,

harga internasional kentang, nilai tukar, konsumsi kentang pengimpor utama

(Malaysia), PDB Malaysia dan konsumsi kentang di Indonesia terhadap ekspor

(26)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, antara lain :

1.Bagi petani kentang, diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan

dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan ekspor kentang.

2.Bagi Instansi terkait, diharapkan dapat menjadi tambahan masukan dalam

melengkapi bahan dan sebagai pertimbangan dalam merumuskan

kebijakan pembangunan sektor pertanian khususnya pembangunan

pertanian komoditi kentang di Kabupaten Karo.

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang sudah dilakukan yang berkaitan dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor.

Samanhudi, 2009 meneliti tentang Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Ekspor Produk Pertanian Indonesia ke Amerika Serikat dengan

menggunakan model GLS (Generalized Least Square) dimana variabel bebas

terdiri dari harga komoditi, GDP riil Amerika, kurs mata uang Indonesia terhadap

dollar dan jumlah penduduk Amerika. Hasil dari model GLS menunjukkan bahwa

harga produk pertanian Indonesia mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

volume ekspor produk pertanian Indonesia, cateris paribus. Variabel GDP

Amerika Serikat secara statistik mempunyai pengaruh positif terhadap volume

ekspor perkebunan, cateris paribus. Variabel kurs mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap volume ekspor perkebunan Indonesia sedangkan variabel

populasi Amerika Serikat mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap

volume ekspor produk perkebuanan Indonesia ke Amerika Serikat.

Hanindita, 2008 meneliti tentang Analisis Ekspor Tomat Indonesia dengan

menggunakan Regresi Linier Berganda dimana variabel bebas yang terdiri dari

pendapatan perka pita negara pengekspor, harga komoditi di negara tujuan ekspor,

jumlah penduduk negara tujuan, nilai tukar dollar Amerika terhadap negara

tujuan, dan pertumbuhan harga memberikan pengaruh nyata terhadap volume

permintaan tomat segar negara tujuan dari Indonesia. Peubah jarak antar dua

(28)

Penelitian Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor kopi

Indonesia dari Amerika Serikat (Anggraini, 2006), menggunakan model regresi

berganda atau OLS (Ordinary Least Square) dimana variabel independent terdiri

atas pendapatan perkapita Amerika, harga kopi dunia, harga teh dunia, konsumsi

kopi tahun sebelumnya, kurs riil dan populasi. Dari hasil penelitian dengan

menggunakan OLS diperoleh bahwa variabel yang berpengaruh secara signifikan

terhadap volume ekspor kopi Indonesia dari Amerika adalah variabel harga kopi

dnia, harga teh dunia, jumlah penduduk Amerika Serikat dan variabel konsumsi

kopi Amerika Serikat satu tahun sebelumnya. Sedangkan variabel yang tidak

berpengaruh secara signifikan terhadapap volume ekspor kopi Indonesia dari

Amerika Serikat adalah variabel pendapatan penduduk Amerika Serikat dan

variabel nilai tukar atau kurs riil uang dollar terhadap rupiah. Variabel harga kopi

dunia berpengaruh negatif secara signifikan terhadap ekspor kopi. Sedangkan

variabel harga teh dunia, konsumsi kopi Amerika, jumlah penduduk Amerika

Serikat berpengaruh positif terhadap volume ekspor kopi Indonesia.

Dari penelitian Lubis (2002), dalam Dampak Liberalisasi Perdagangan

Terhadap Keragaan Industri Kopi Indonesia dan Perdagangan Kopi Dunia, dengan

menggunakan model ekspektasi adaptif (Adaptive Expectation Model)

menyatakan penerapan liberalisasi sepihak baik yang dilakukan eksportir selain

Indonesia maupun oleh importir utama kopi dunia akan merugikan perdagangan

kopi Indonesia, dimana pada dua kondisi ini penerimaan devisa menurun.

Sedangkan penerapan liberalisasi perdagangan sesuai dengan kesepakatan

(29)

akan memberikan manfaat bagi pengembangan industri kopi Indonesia baik dari

sisi produksi, maupun perdagangan ditingkat domestik dan pasar dunia.

2.1.1 Botani dan Morfologi Tanaman Kentang

Kentang (Solanum tuberosum L.) termasuk jenis tanaman sayuran semusim,

berumur pendek dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman

semusim karena hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Umurnya relatif

pendek, hanya 90-180 hari. Tanaman kentang dapat tumbuh tegak mencapai

ketinggian 0,5-1,2 meter, tergantung varietasnya (Budi Samadi, 2007).

Satu minggu setelah penyerbukan, bakal buah, membesar dan berkembang

menjadi buah. Buah berwarna hijau tua sampaikeungu-unguan, berbentuk bulat,

berukuran kira-kira 2,5 cm, dan berongga dua. Buah mengandung 500 bakal biji

yang nantinya menjadi biji hanya 10-300 biji. Umur panen pada tanaman kentang

berkisar antara 90-180 hari, tergantung varietas tanaman. Kentang varietas genjah

berumur 90-120 hari. Varietas medium berumur 120-150 hari dan varietas dalam

berumur 150-180 hari. Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen jika

daunnya telah berwarna kekuning-kuningan yang bukan disebabkan serangan

penyakit; batang tanaman telah berwarna kekuningan (agak mengering) dan kulit

umbi akan lekat sekali dengan daging umbi, kulit tidak cepat mengelupas bila

digosok dengan jari. Stolon atau bakal umbi terletak pada batang di bawah

permukaan tanah. Bentuk umbi umumnya mencirikan varietas kentang yang

ditanam. Umbi kentang memiliki mata tunas sebagai bahan perkembangbiakan,

yang selanjutnya akan menjadi tanaman baru.

(30)

Kentang merupakan sayuran umbi yang kaya vitamin C dan kalium, selain

karbohidrat dan protein. Dengan kandungan gizi yang tinggi kentang cocok

dijadikan sebagai bahan sumber pangan selain beras. Kentang sebagai prioritas alternatif yang mampu mensubstitusi kebutuhan pangan pokok masyarakat. Bahkan untuk kalangan tertentu (misalnya penderita diabetes), kentang merupakan makanan pokok untuk diet, karena kandungan kadar gulanya yang rendah sehingga kentang merupakan komoditas yang penting dan mampu berperan untuk memenuhi gizi masyarakat. Kentang dapat dikonsumsi dalam bentuk berbagai macam olahan anatara lain kentang rebus, kentang goreng, aneka snck, perkedel dan berbagai masakan seperti sup, gado-gado, bistik dan sebagainya.

Pola konsumsi masyarakat terhadap makanan terutama di perkotaan, menjadikan kentang sebagai menu makanan sehari-hari yang dikonsumsi bersama-sama dengan ayam goreng. Restoran fast food dan berbagai jenis panganan juga menggunakan kentang sebagai bahan menu utamanya. Berbagai kenyataan tersebut semakin menegaskan besarnya kebutuhan masyarakat terhadap kentang.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh

penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu

dengan individu), antara individu dengan pemerintahsuatu negara atau pemerintah

suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan

internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP.

Menurut Apridar, banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan

(31)

1) Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri

2) Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara

3) Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi

4) Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk

menjual produk tersebut

5) Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja,

budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil

produksi dan adanya keterbatasan produksi

6) Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang

7) Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari

negara lain

8) Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat

hidup sendiri.

(32)

Keterangan :

Pf : Harga keseimbangan di pasaran internasional

PdA

Pd

: Harga keseimbangan di negara A sebelum adanya perdagangan internasional

B

OY

: Harga keseimbangan di negara B sebelum adanya perdagangan internasional

1A

OY

: Konsumsi di negara A sebelum adanya perdagangan internasional

1B : Konsumsi di negara B sebelum adanya perdaganagan internasional

Asumsi pola permintaan kedua negara diketahui maka secara grafis kurva

ekspor suatu komoditas yang dilakukan oleh dua negara dapat dilihat di Gambar

1. Pada Gambar dapat ditunjukkan bahwa sebelum adanya perdagangan

internasional di negara A harga keseimbangan komoditas Y pada titik C dan pada

titik F pada negara B. Sedangkan konsumsi di negara A sebesar OY1 dan OY4 pada negara B. Pf adalah harga keseimbangan di pasaran internasional yaitu, di

antara harga komoditas di negara A dan negara B. Apabila harga Y naik menjadi

Pf di negara A setelah adanya perdagangan internasional, maka konsumsi

domestik menjadi OY2 sedang total penawaran komoditas Y sebesar OY3 atau

dititk E. Dengan demikian jumlah komoditas Y yang diekspor sebesar O-Y atau

Y2-Y3. Selain faktor harga yang telah dijelaskan sebelumnya, berikut ini akan

diuraikan secara teoritis beberapa faktor yang akan dianalisis dalam penelitian ini.

2.2.2. Teori Permintaan

Kurva permintaan adalah berbagai kombinasi harga dan jumlah yang

menunjukkan jumlah sesuatu barang yang ingin dan dapat dibeli oleh konsumen

pada berbagai tingkat harga untuk suatu periode tertentu. Semakin rendah harga

suatu barang maka akan semakin banyak jumlah yang akan diminta dan

(33)

D0

D0

Harga (Price)

Jumlah yang diminta (quantity)

Gambar 2. Kurva Permintaan

Jumlah yang diminta tidak hanya bergantung pada harga saja tetapi juga

dipengaruhi oleh faktor lai seperti :

a) Perubahan pendapatan

Apabila pendapatan konsumen meningkat dengan harga yang sama

konsumen dapat membeli jumlah yang lebih banyak, apabila faktor-faktor

lain dianggap tetap.

b) Selera

Selera konsumen yang meningkat dapat mendorong pembelian yang lebih

banyak meskipun harga tidak berubah.

c) Perkiraan (expectation)

Apabila konsumen memperkirakan harga dikemudian hari akan meningkat,

maka konsumen akan cenderung membeli lebih banyak saat ini.

(34)

Apabila jumlah penduduk bertambah, maka jumlah yang dibeli semakin

besar meskipun harga tidak turun.

e) Harga barang lain

Hubungan satu barang dengan barang lain dapat bersifat saling berganti

(subsitute) dan saling melengkapi (komplementer). Apabila harga barang

pengganti naik maka konsumen akan membeli lebih banyak barang lain yang

merupakan barang yang menjadi kebutuhan awal konsumen.

Secara grafik, perubahan dari faktor-faktor diatas menyebabkan kurva

permintaan bergeser ke kanan atas dari DoDo ke D1D1. Perubahan dari titik

A ke B merupakan perubahan jumlah yang diminta karena harga turun.

Sedangkan pergeseran kurva permintaan dari DoDo ke D1D1 disebut perubahan permintaan karena faktor-faktor lain (selain harga) yang

mempengaruhi jumlah yang diminta (cateris paribus) berubah (Nopirin,

2008).

Jumlah yang diminta (kg)

(35)

2.2.3. Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP)

Gross Domestic Product (GDP) adalah penghitungan yang digunakan oleh

suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya,

tetapi pada dasarnya GDP mengukur seluruh volume produksi dari suatu wilayah

(negara). GDP dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke

waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat.

Gross domestic product hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu barang dan

jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir. Untuk barang dan jasa yang

dibeli untuk diproses lagi dan dijual lagi (Barang dan jasa intermediate) tidak

dimasukkan dalam GDP untuk menghindari masalah double counting atau

penghitungan ganda.

Ada dua tipe Produk Domestik Bruto atau Gross Domestic Product (GDP)

yaitu:

1) GDP dengan harga berlaku atau GDP nominal, yaitu nilai barang dan jasa yang

dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku

pada tahun tersebut.

2) GDP dengan harga tetap atau GDP riil, yaitu nilai barang dan jasa yang

dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku

pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan

jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun lain Angka-angka GDP merupakan hasil

perkalian jumlah produksi (Q) dan harga (P), kalau harga-harga naik dari tahun ke

tahun karena inflasi, maka besarnya GDP akan naik pula, tetapi belum tentu

(36)

GDP hanya disebabkan oleh kenaikan harga saja, sedangkan volume produksi

tetap atau merosot.

Untuk barang normal, kenaikan pendapatan mengakibatkan kenaikan

pembelian barang. Sebaliknya implikasinya untuk barang inferior bahwa

peningkatan pendapatan menurunkan kuantitas yang dibeli (Nicholson, 2002).

2.2.4. Teori Produksi

Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar

tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik (Soekartawi,

2010). Faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang

diperoleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi

lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek

manajemen adalah faktor produksi yang terpenting di antara faktor produksi yang

lain. Hubungan anatara faktor produksi (input) dengan produksi (output) biasanya

disebut fungsi produksi atau disebut juga factor relationship. Petani dalam

melakukan usahatani selalu berupaya bagaimana mengalokasikan input atau

faktor produksi seefisien mungkin untuk memperoleh produksi yang maksimum.

Perdagangan luar negeri mempunyai pengaruh yang kompleks terhadap

sektor produksi di dalam negeri. Kenaikan produktifitas merupakan pengaruh

yang dirasakan sangat penting dari perdagangan luar negeri terhadap sektor

produksi berupa peningkatan produktifitas dan efesiensi pada umumnya (Apridar,

(37)

2.2.5. Ekspor

Ekspor berasal dari produksi dalam negeri dijual/dipakai oleh penduduk

luar negeri. Ekspor merupakan injeksi ke dalam aliran pendapatan seperti halnya

investasi. Untuk memenuhi kenaikan ekspor, produsen harus menambah jumlah

produksi dengan cara menambah penggunaan faktor produksi (Nopirin, 2008).

Ekspor akan mendorong kegiatan ekonomi karena orang asing yang

membeli barang produksi dalam negeri. Dan suatu negara perlu menggalakkan

ekspor adalah untuk meningkatkan kekayaan negara yang berarti meningkatkan

pendapatan per kapita masyarakat. Ekspor sebagai bagian dari perdagangan

internasional terjadi dimungkinkan oleh beberapa kondisi, antara lain : adanya

kelebihan produksi dalam negeri sehingga dapat dijual keluar negeri melalui

kebijaksanaan ekspor, adanya permintaan luar negeri untuk suatu produk

walaupun produk tersebut karena adanya kekurangan produk dalam negeri,

adanya keuntungan yang lebih besar dari penjualan ke luar negeri daripada

penjualan di dalam negeri karena harga di pasar dunia lebih menguntungkan,

adanya kebijaksanaan ekspor yang bersifat politik, dan adanya barter antar produk

tertentu dengan produk lain yang diperlukan dan tidak dapat diproduksi di dalam

negeri. Harga ekspor negara bersangkutan, harga domestik, produksi, nilai tukar

mata uang negara bersangkutan terhadap US dollar, diasumsikan variabel-variabel

penting yang mempengaruhi ekspor kentang bagi negara-negara pengekspor

kentang.

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi penampilan ekspor. Menurut

(38)

internasional, nilai tukar uang (exchange rate), kuota ekspor-impor, kuota dan

tarif serta nontarif.

2.2.6. Harga Domestik

Harga mempengaruhi secara simultan pada permintaan dan penawaran.

Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa permintaan dan penawaran kentang

memberikan pengaruh yang berbeda pada tingkat harga kentang. Sekiranya

permintaan kentang meningkat, cateris paribus maka harga kentang akan

meningkat (positif), sedangkan jika penawaran kentang meningkat, akan

memberikan pengaruh kepada turunnya harga kentang (negatif). Elastisitas harga

atas penawaran mengandung efek subsitusi dan efek pendapatan. Dalam efek

subsitusi suatu penurunan harga (misalnya harga kentang), mengakibatkan petani

mengganti tanaman kentang dengan tanaman lain yang relatif lebih

menguntungkan. Sebaliknya kanaikan harga kentang dapat merangsang petani

untuk memperluas tanaman kentangnya dan mengurangi tanaman lain. Pada sisi

lain, efek pendapatan dari suatu perubahan harga terhadap penawaran dapat

bersifat positif maupun negatif.

Jika suatu kenaikan harga kentang misalnya menyebabkan kenaikan

pendapatan petani, dan oleh karenanya petani semakin memperhatikan usahatani

kentang, maka efek pendapatan adalah positif. Namun jika karena pendapatan

yang meningkat tersebut, petani segera merasa puas dan kurang memperhatikan

budidaya kentang lagi, maka efek pendapatan adalah negatif. Apabila elastisitas

harga silang antara dua komoditi adalah positif maka kedua komoditi tersebut

adalah merupakan joint-product, dan jika elastisitasnya negatif maka kedua

(39)

2.2.7. Harga Internasional

Harga ekspor secara teoritis akan mampu merangsang kenaikan ekspor,

hal ini disebabkan peningkatan harga ekspor dinegara eksportir akan merangsang

eksportir memperbesar ekspornya, sehingga kuantitas di pasar domestik menjadi

berkurang dan merangsang kenaikan harga domestik. Dengan demikian

peningkatan produksi , akan memberikan pengaruh yang negatif terhadap harga

domestik. Makin besar selisih antar harga di pasar internasional dengan harga

domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor menjadi

bertambah banyak. Naik turunnya harga disebabkan oleh :

a. Keadaan perekonomian negara pengekspor, di mana dengan tingginya

inflasi di pasaran domestik akan menyebabkan harga di pasaran domestik

menjadi naik, sehingga secara riil harga komoditi tersebut jika ditinjau dari

pasaran internasional akan terlihat semakin menurun.

b. Harga di pasaran internasional semakin meningkat, dimana harga

internasional merupakan keseimbangan antara penawaran ekspor dan

permintaan impor dunia suatu komoditas di pasaran dunia meningkat

sehingga jika harga komoditas di pasaran domestik tersebut stabil, maka

selisih harga internasional dan harga domestik semakin besar. Akibat dari

kedua hal di atas akan mendorong ekspor komoditi tersebut.

2.2.8. Nilai Tukar Uang (Exchange rate)

Nilai tukar atau kurs valuta asing menunjukkan harga atau nilai mata uang

suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang negara lain. Nillai tukar valuta

(40)

barang-barang di negara lain adalah lebih murah atau lebih mahal dari barang-barang-barang-barang

yang diproduksi di dalam negeri. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar

antara lain : perubahan dalam permintaan dan penawaran valuta asing, perubahan

preferensi masyarakat, perubahan harga barang ekspor dan impor, kenaikan harga

umum (inflasi), perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi dan

pertumbuhan ekonomi.

Kebijaksanaan nilai tukar uang adalah dimaksudkan untuk memperbaiki

neraca pembayaran yang devisit melalui peningkatan ekspor. Efek dari

kebijaksanaan nilai tukar uang adalah berkaitan dengan kebijaksanaan devaluasi

(yaitu penurunan nilai mata uang domestik terhadap mata uang luar negeri)

terhadap ekspor-impor suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

adalah elastisitas harga untuk ekspor, elastisitas harga untuk impor dan saing

komoditas tersebut di pasaran internasional. Apabila elastisitas harga untuk ekspor

lebih tinggi daripada elastisitas harga untuk impor maka devaluasi cenderung

menguntungkan.

2.2.9. Konsumsi

Konsumsi dan permintaan komoditas holtikultura sangat menentukan

banyaknya komoditas holtikultura yang dapat digerakkan oleh sistem tataniaga

dan memberikan arah bagi produsen merencanakan untuk memproduksi (Saptana,

2005). Keputusan konsumsi sangat penting untuk analisis jangka panjang karena

(41)

konsumsi sangat penting untuk analisis jangka pendek karena peranannya dalam

menentukan permintaan agregat.

Berdasarkan Gambar 4. dapat dijelaskan bahwa untuk memenuhi permintaan

dari OQ1, ke OQ2 maka produsen juga harus meningkatkan produksi yang

dihasilkan pada jumlah yang sama bila dikehendaki harga di pasaran tetap. Bila

tidak terjadi demikian, misalnya jumlah barang yang diminta lebih banyak dari

yang disediakan , maka harga akan naik. Begitu juga sebaliknya, bila terjadi

kelebihan produksi yang disediakan (over supply), maka harga akan cenderung

menurun.

Gambar 4. Perubahan Permintaan dan Penyediaan Barang pada Kondisi Harga Tetap

Permintaan, konsumsi nasional dibatasi atau dipengaruhi oleh jumlah

penduduk, pendapatan, selera dan harga output. Parameter-parameter ini

merupakan komponen dari fungsi permintaan sehingga membatasi kemampuan

perekonomian dalam mengkonsumsi produk-produk pertanian.

Penawaran, produksi nasional dibatasi oleh ketersediaan sumberdaya

(lahan, tenaga kerja dan modal), teknologi, harga input, dan kemampuan

H

O

A

B

S

S1

D D1

(42)

manajemen. Parameter-parameter ini merupakan komponen dari fungsi produksi

sehingga membatasi kemampuan perekonomian dalam menghasilkan komoditas

pertanian.

Harga dunia untuk yang diperdagangkan secara internasional, baik input

maupun output, menentukan dan membatasi peluang untuk proses pembuatan

kebijakan yang bersifat nasional. Ada tiga kategori kebijakan didalam ekonomi

makro yang mempengaruhi sektor pertanian yaitu kebijakan fiskal dan moneter,

kebijakan nilai tukar, kebijakan harga faktor domestik, sumberdaya alam, dan

tataguna lahan.

2.2.10. Hubungan Produksi dan Ekspor

Dari sudut pandang eksternal, pemasaran (ekspor) adalah titik awal untuk

analisis suatu kegiatan industri hasil pertanian. Tanpa ada permintaan (demand)

terhadap suatu kegiatan, misalnya kegiatan industri hasil pertanian dan konsumsi,

maka tidak ada dasar ekonomi (economic basic) untuk melakukan kegiatan ke

hilir (produksi, pengolahan dan pasokan bahan baku) dalam Saptana, et.al (2004).

Keadaan konsumsi dan permintaan komoditas holtikultura sangat

menentukan banyaknya komoditas hortikultura yang dapat digerakkan oleh sistem

tataniaga dan memberikan arah bagi produsen seberapa besar dalam

merencanakan produksi dalam Saptana, et.al.(2005). Hal ini menyatakan bahwa

keadaan ekspor ditentukan oleh banyaknya produksi yang dihasilkan.

2.3. Kerangka Pemikiran

Tidak mudah membangun sektor pertanian di Indonesia, mengingat petani

(43)

sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi penampilan ekspor. Menurut Darmansyah (1986) dalam

Soekartawi (2010), salah satu faktor yang mempengaruhi ekspor adalah harga

internasional dan nilai tukar uang (exchange rate).

Usahatani kentang merupakan tanaman holtikultura yang mempunyai nilai

perdagangan domestik dan potensi ekspor yang cukup baik. Pengembangan

usahatani kentang dipengaruhi oleh tingkat produksi kentang. Ekspor kentang

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain produksi kentang di Kabupaten

Karo, harga domestik kentang, harga internasional kentang, nilai tukar (kurs),

konsumsi kentang di negara pengimpor utama (Malaysia), PDB Malaysia, dan

konsumsi kentang di Indonesia. Disamping itu, produksi yang semakin menurun

akan mempengaruhi ekspor kentang khususnya di Kabupaten Karo. Dari

faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kentang maka dapat ditemukan

masalah-masalah yang menghambat dan mempengaruhi tingkat ekspor kentang di

Kabupaten Karo. Dari penemuan masalah tersebut dapat ditemukan alternatif

kebijakan yang sebaiknya diterapkan untuk meningkatkan usahatani kentang.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka digambarkan kerangka

(44)

Gambar 5. Kerangka Pemikiran Teoritis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kentang di Kabupaten Karo

2.4. Hipotesis

Berdasarkan uraian latar belakang dan kerangka teoritis maka dalam

penelitian ini dilakukan hipotesis sebagai berikut :

Produksi kentang di Kabupaten Karo, harga domestik kentang, harga

internasional kentang, nilai tukar, konsumsi kentang pengimpor utama

(Malaysia), PDB Malaysia dan konsumsi kentang di Indonesia

berpengaruh terhadap ekspor kentang Kabupaten Karo secara parsial

maupun agregat.

Konsumsi kentang di Indonesia

(X7)

Produksi Kentang (X1)

Harga Domestik Kentang (X2)

Konsumsi Kentang Negara pengimpor

(X5)

Nilai Tukar (X4)

Harga Internasional Kentang (X3)

PDB Malaysia (X6)

Ekspor Kentang di Kab. Karo

(45)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Pemilihan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Karo, Sumatera Utara dengan

pertimbangan Kabupaten Karo merupakan salah satu sentra produksi kentang di

Sumatera Utara (dapat dilihat pada Tabel 5).

Tabel 5. Provinsi Sentra Produksi Kentang di Indonesia Tahun 2004-2008

No Provinsi Produksi (Ton)

2004 2005 2006 2007 2008 Share

1 Jawa Barat 418.230 359.891 349.158 337.368 292.253 33,99

2 Jawa

Tengah 161.213 172.740 236.695 255.481 263.147 21,07

3 Sulawesi

Utara 86.487 153.269 116.730 110.521 139.018 11,73

4 Sumatera

Utara 153.537 105.209 98.267 90.634 130.296 11,18

5 Jawa

Timur 105.254 86.809 87.928 90.365 105.058 9,20 6 Lainnya 147.067 131.701 123.133 119.364 141.771 12,83 Indonesia 1.071.788 1.009.619 1.001.911 1.003.733 1.071.543 100 Sumber : Ditjen Hortikultura diolah Pusdatin

Lokasi penelitian ini ditentukan secara purposive atau sengaja dengan

pertimbangan Kabupaten Karo merupakan salah satu sentra produksi kentang di

Sumatera Utara. Share produksi kentang di Kabupaten Karo dibanding dengan

produksi kentang di Sumatera Utara dalam rentang 2004-2008 dapat dilihat pada

(46)

Tabel 6. Share Produksi Kentang Karo di antara Produksi Kentang Sumatera Utara Tahun 2004-2008

Tahun Produksi kentang di Kab. Karo (ton)

Produksi Kentang di Sumut (ton)

Share (%)

2004 61.971 153.537 40.36

2005 55.445 105.209 52.69

2006 42.201 98.267 42.94

2007 34.126 90.634 37.65

2008 34.255 130.296 26.29

Total 227.998 577.943 39.44

Sumber. Dinas Pertanian Kabupaten Karo (data diolah), 2009

Share produksi kentang di Kabupaten Karo di antara produksi kentang di

Sumatera Utara dalam rentang waktu lima tahun (2004-2008) mengalami

penurunan. Kontribusi produksi kentang dari Kabupaten Karo terhadap produksi

kentang di Sumatera Utara selama kurun waktu lima tahun (2004-2008) rata-rata

39,44 persen. Beberapa kecamatan di Kabupaten Karo yang membudidayakan

kentang antara lain Simpang Empat, Naman Teran, Merdeka, Kabanjahe,

(47)

Tabel 7. Produksi Tanaman Kentang dirinci menurut Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2010

No. Kecamatan Luas Tanam

Sumber. Dinas Pertanian Kabupaten Karo, 2010

3.2. Metode Penentuan Sampel

Penentuan sampel dalam penelitian dengan menggunakan data time series.

Selain itu, untuk menganalisis pengaruh ekspor, data yang digunakan adalah data

series sebanyak 16 tahun terakhir (Tahun 1995-2010) yang meliputi data ekspor

kentang, data produksi kentang di Kabupaten Karo, harga domestik kentang,

harga internasional kentang, nilai tukar, konsumsi kentang pengimpor utama,

PDB Malaysia, konsumsi kentang di Indonesia, dan kebijakan ekspor.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data sekunder. Data

sekunder yang digunakan merupakan data time series. Dalam penelitian ini

digunakan data tahun 1995-2010. Data sekunder tersebut diperoleh dari instansi

(48)

Kabupaten Karo. Data volume ekspor kentang diperoleh dari Dinas Perindustrian

dan Perdagangan Kabupaten Karo. Data mengenai konsumsi kentang di Indonesia

dan harga kentang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Sedangkan data konsumsi

kentang negara pengimpor utama (Malaysia) diperoleh dari FAO (Food and

Agriculture Organization), data PDB Malaysia diperoleh dari world bank dan data

kurs dollar diperoleh dari Bank Indonesia.

3.4. Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis regresi linier

berganda dengan formula sebagai berikut.

Y = α1X1 + α2X2 + α3X3 + α4X4 + α5X5 + α6X6 + α7X7

dimana :

+ e

Y = Ekspor kentang di Kabupaten Karo (ton)

α 0

α

= intercep/konstanta

0.α 7= koefisien arah regresi masing-masing variabel bebas X1...X X

7 1

X

= Produksi kentang di Kabupaten Karo (ton)

2 X

= Harga domestik kentang (Rp/kg)

3 X

= Harga internasional kentang (US $/Kg)

4 X

= Nilai tukar (Rp/US$)

5 X

= Konsumsi kentang negara di Malaysia (kg)

6 X

= PDB Malaysia

(49)

3.4.1 Uji Asumsi Klasik

Model yang dihasilkan sebelum digunakan untuk pengujian hipotesis

dilakukan pengujian untuk mendapatkan model yang baik. Pengujian dilakukan

dengan uji asumsi klasik antara lain: 1) Uji Normalitas (variabel residual

berdistribusi normal), 2) Tidak terdapat autokorelasi (adanya hubungan antara

masing-masing residual observasi, 3) Tidak terjadi multikolinearitas (adanya

hubungan antar variabel bebas), 4) Tidak ada heteroskedastisitas (adanya variance

yang tidak konstan dari variaabel pengganggu).

1). Uji Normalitas

Menguji error (residual) berdistribusi normal dimana :

Ho : tidak ada perbedaan distribusi error (residual) dengan distribusi normal

(distribusi data = normal)

H1 : ada perbedaan distribusi error (residual) dengan distribusi normal (distribusi

data ≠ normal)

Menguji normalitas dengan One sample kolmogorov smirnov dengan kriteria

pengambilan keputusan :

- H0 diterima jika sig > 0,05, berarti data berdistribusi normal

- H0 ditolak jika sig < 0,05, berarti data tidak berdistribusi normal

2). Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian obervasi yang

diurutkan menurut waktu (seperti deret waktu). Untuk mengetahui autokorelasi

digunakan uji durbin Watson (DW). Adanya autokorelasi dalam regresi dapat

(50)

adalah rasio jumlah selisih kuadrat dalam residu berurutan. Uji Durbin-Watson

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Gujarati, 2006):

1. Regresi OLS sehingga mendapat nilai residual

2. Menghitung d (Durbin-Watson statistik) dengan rumus :

d =

Σ

(e

n

– e

n-1

)

Σ

e

2

2

3. Mencari d

n

U dan dL

4. Mengikuti aturan keputusan untuk kemudahan referensi.

kritis dari atbel-tabel Durbin-Watson untuk ukuran sample

yang diketahui dan jumlah variabel penjelas yang diketahui

Uji Durbin-Watson dilakukan dengan membandingkan nilai Durbin-Watson dari

hasil perhitungan dengan nilai Durbin-Watson tabel. Nilai Durbin-Watson tabel

diperoleh dengan melihat pada K variabel dalam persamaan dan jumlah

pengamatan.

Beberapa kriteria pengujian Autokorelasi yaitu :

- Bila d < dL : tolak H0 , berarti ada autokorelasi yang positif atau

kecenderungannya ρ = 1

- Bila dL ≤ d ≤ dU : kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa

- Bila dU ≤ d ≤ 4 - dU : terima H0, artinya tidak ada autokorelasi positif

maupun negatif

- Bila 4 - dU ≤ d ≤ 4 – dL : kita tidak dapat mengambil kesimpulan

- Bila d > 4 - dL : tolak H0, berarti ada autokorelasi yang negatif atau

(51)

3). Uji Multikolinieritas

Salah satu asumsi model regresi linier klasik adalah tidak adanya

multikolinearitas sempurna (tidak adanya hubungan linier yang benar-benar pasti

diantara variabel-variabel penjelas yang tercakup dalam regresi berganda.

Indikator yang menunjukkan keberadaan multikolinearitas yaitu R2 tinggi tapi sedikit rasio t signifikan, korelasi berpasangan yang tinggi di antara

variabel-variabel penjelas, pengujian korelasi parsial, regresi subsider, atau tambahan dan

faktor inflasi varians (variance inflationfactor-VIF).

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

1.Produksi

Produksi yang dimaksud adalah produksi kentang panen. Satuan yang

digunakan adalah ton.

2.Harga Internasional

Harga internasional yang dimaksud adalah harga ekspor kentang yang

berlaku di pasar internasional (harga ekspor kentang yang berlaku pada

tahun ini). Satuannya adalah US$/Kg.

3.Harga Domestik

Harga domestik yang dimaksud merupakan harga pasaran kentang yang

berlaku di Sumatera Utara. Satuan yang digunakan adalah Rp/Kg

4. Nilai Tukar

Nilai tukar yang dimaksud adalah nilai tukar uang rupiah terhadap dollar.

Satuan yang digunakan adalah Rp/US$.

(52)

Jumlah ekspor kentang di Kabupaten Karo, Sumatera Utara dalam satuan

ton.

6.Konsumsi kentang

Jumlah kentang yang dikonsumsi suatu negara (ton).

7. Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP)

nominal negara Malaysia.

8. Jenis kentang yang di ekspor dari Kabupaten Karo adalah varietas

(53)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

4.1.1. Letak Geografis

Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Propinsi Sumatera Utara

yang berpotensi sebagai daerah pertanian dan merupakan bagian dari Propinsi

Sumatera Utara dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang secara

administratif dibagi atas tujuh belas kecamatan. Kabupaten Karo merupakan

Daerah Hulu Sungai (DHS) dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Wampu/Ular, Sub

Daerah Aliran Sungai Laubiang.

Kabupaten Karo terletak didataran tinggi pegununan Bukit Barisan berada

pada ketinggian 120-1600 meter diatas permukaan laut. Dengan luas wilayah

2.127,25 km2 atau 2,97% dari luas Propinsi Sumatera Utara dengan jumlah

penduduk 370.619 jiwa pada pertengahan tahun 2009 yang tersebar di 17

Kecamatan, 252 Desa dan 10 Kelurahan.

Secara geografis daerah Kabupaten Karo terletak diantara 2°50’-3°19’ Lintang

Utara dan 97°55’-98°38’ Bujur Timur. Suhu udara berkisar antara 15,8°C sampai

dengan 23,9°C, dengan kelembaban udara rata-rata 87,38% dan curah hujan

sebanyak 170 hari hujan/tahun dan rata-rata kecepatan angin berkisar antara

5,3-14,7 m/detik.

Batas wilayah Kabupaten Karo adalah :

- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten

Deli Serdang

- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten

(54)

- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan

Kabupaten Simalungun

- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam

Ibukota Kabupaten Karo adalah Kabanjahe yang terletak sekitar 76 km sebelah

selatan kota Medan ibukota Provinsi Sumatera Utara.

Sejak zaman Belanda Kabupaten Karo sudah terkenal sebagai tempat

peristirahatan. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia kemudian dikembangkan

menjadi daerah tujuan wisata di Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Karo

terkenal sebagai daerah penghasil berbagai buah-buahan dan bunga-bungaan, dan

mata pencaharian penduduk yang terutama adalah usaha pertanian pangan, hasil

hortikultura dan perkebunan rakyat. Keadaan hutan cukup luas yaitu mencapai

129.749 Ha atau 60,99 persen dari luas Kabupaten Karo.

Potensi Industri yang ada adalah Industri kecil dan aneka industri yang

mendukung pertanian dan pariwisata. Potensi sumber-sumber mineral dan

pertambangan yang ada di Kabupaten Karo diduga cukup potensial namum masih

memerlukan survei lapangan.

Suhu udara rata-rata di Kabupaten Karo berkisar antara 18,4°C - 19,3°C,

dengan kelembaban udara pada tahun 2006 rata-rata setinggi 88,39 persen,

tersebar antara 86,3 persen sampai dengan 90,3 persen. Di Kabupaten Karo

seperti daerah lainnya terdapat dua musim yaitu musim penghujan dan musim

kemarau. Musim hujan pertama mulai bulan Agustus sampai dengan bulan

Januari dan musim hujan kedua mulai bulan Maret sampai dengan bulan Mei.

(55)

Pada tahun 2006 ada sebanyak 172 hari jumlah hari hujan dengan rata-rata

kecepatan angin 1,32 M/DT. Arah angin terbagi 2 (dua) arah/gerak yaitu angin

yang berhembus: Dari arah Barat kira-kira bulan Oktober sampai dengan bulan

Maret dan dari arah Timur dan Tenggara antara bulan April sampai dengan bulan

September.

Hasil Sensus tahun 2000 Penduduk Kabupaten Karo berjumlah 283.713

jiwa, pada pertengahan tahun 2009 diperkirakan sebesar 370.619 yang mendiami

wilayah seluas 2.127,25 Km². Laju Pertumbuhan Penduduk Karo Tahun 2000 –

2009 (keadaan tengah tahun) adalah sebesar 3,01 % per tahun

4.1.3. Kependudukan

Tahun 2009 di Kabupaten Karo Penduduk laki-laki lebih sedikit dari

perempuan. Laki-laki berjumlah 182.497 jiwa dan Perempuan berjumlah 188.122

jiwa. Angka sex rasio sebesar 97,00 persen yang artinya dari 100 penduduk

(56)

Tabel 8. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Tahun 2000-2009

Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio

2000 141.165 142.548 283.713 99.03

2001 142.852 145.005 287.857 98.52

2002 148.776 150.313 299.149 98.94

2003 155.617 155.395 311.012 100.14

2004 156.262 156.038 312.300 100.14

2005 157.107 159.100 316.207 98.75

2006 170.574 171.981 342.555 99.18

2007 172.862 178.506 351.368 96.84

2008 177.637 183.243 360.880 96.94

2009 182.497 188.122 370.619 97.00

Sumber : BPS Kabupaten Karo, 2010

Struktur penduduk menurut umur menunjukkan bahwa 32,75 persen atau

sebesar 115.063 jiwa penduduk berusia dibawah 15 tahun dan hanya 4,65 persen

penduduk berusia 65 tahun atau lebih sedangkan yang berada di usia produktif

sekitar 62,60 persen atau sebesar 219.962.

4.1.4. Topografi

Menurut kemiringan lereng, daerah Kabupaten Karo sebagian besar

mempunyai kemiringan diatas 40% yang memiliki luas 75.145 Ha atau sebesar

35,52% dari luas kabupaten. Sedangkan sebagian kecil daera ini mempunyai

kemiringan lereng (0,2%), dengan luas areal 13.600 Ha atau sebesar 6,39% dari

luas Kabupaten Karo.

Dilihat dari sudut kemiringan/lereng tanahnya dapat dibedakan sebagai berikut:

- Datar 2% = 23.900 Ha = 11,24%

- Miring 15-40% = 41.169 Ha = 19,35%

- Curam 40% = 72.737 Ha = 34,19%

- Landai 2-15% = 74.919 Ha = 35,22%

(57)

Masyarakat Kabupaten Karo pada umumnya bergerak di sektor Pertanian.

Jumlah rumahtangga Kabupaten Karo sebanyak 96.715 rumahtangga, terdapat

72,33 persen rumahtangga pertanian atau sebanyak 69.952 rumahtangga (Badan

Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2009).

Perekonomian Kabupaten Karo pada umumnya didukung oleh pertanian

rakyat, tidak kurang dari 72,33% penduduk Kabupaten Karo bermatapencaharian

sebagai petani dengan sumbangan 60,46% terhadap PDRB tahun 2009. Hal ini

menunjukkan bahwa lapangan usaha yang dominan pada masyarakat di

Kabupaten Karo adalah lapangan usaha sektor pertanian. Sejak terjadinya krisis

ekonomi sektor pertanian tetap eksis karena tetap memegang peranan sebagai

penyedia pangan.

Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Karo Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

[ 3 ] Perdagangan, Hotel dan Restoran

[ 4 ] Pengangkutan dan Komunikasi

[ 5 ] Bangunan

[ 6 ] Bank & Lembaga Keuangan

[ 7 ] Penggalian [ 8 ] Industri

[ 9 ] Listrik, Gas & Air

(58)

Kontribusi terbesar sektor pertanian pada tahun 2009 disumbangkan oleh

sub sektor tanaman bahan makanan sebesar Rp 2.658.311,31 juta atau 77,90

persen diikuti sub sektor Perkebunan Rakyat sebesar Rp 520.595,73 juta atau

15,25 persen, sub sektor Peternakan sebesar Rp 224.109,47 juta atau 6,56 persen,

sub sektor perikanan sebesar Rp 6.513,20 juta atau 0,19 persen dan sub sektor

kehutanan sebesar Rp 3.319,37 juta atau 0,10 persen (Tabel 9).

Apabila ditinjau dari kontribusi sub sektor pertanian erhadap pembentukan

PDRB Kabupaten Karo atas harga berlaku tahun 2009, kontribusi sub sektor

tanaman bahan makanan sangat signifikan peranannya yaitu sebesar 47,10 persen

mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya sebesar 46,81 persen.

Komoditi dalam sub sektor ini yang cukup besar sumbangannya adalah tanaman

holtikultura baik buah-buahan maupun sayur-sayuran seperti jeruk, cabe, tomat,

kentang, kubis dan lain sebagainya. Hasil dari komoditi ini merupakan produk

andalan dari Kabupaten Karo, yang hasilnya selain memenuhi kebutuhan lokal,

beberapa komoditi dari daerah ini juga dijual ke daerah lain, bahkan ada yang

diekspor ke luar negeri, sehingga Kabupaten Karo menjadi terkenal sebagai

produsen utama beberapa komoditi buah-buahan dan sayur-sayuran di Sumatera

(59)

Tabel 9. Distribusi Persentase Pembentukan PDRB Sektor Pertanian Atas Sektor Pertanian 60,46 100,00

Sumber : Profil Kabupaten Karo, 2010.

Sistem agribisnis merupakan kegiatan yang kompleks yang dimulai dari

pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai pemasaran produk produk

yang dihasilkan oleh suatu usahatani atau agroindustri yang saling berkaitan satu

sama lain. Penyediaan dan penyaluran sarana produksi mencakup semua kegiatan

yang meliputi perencanaan, pengolahan, pengadaan dan penyaluran sarana

produksi untuk memperlancar penerapan teknologi dalam usahatani dan

memanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal. Teknologi yang dimaksud

adalah teknik-teknik bercocok tanam, penggunaan bibit baru yang lebih baik,

penggunaan pupuk dan pestisida. Disamping itu dalam kegiatan pra usahatani

dalam agribisnis yaitu pemilikan tenaga kerja, pemilikan sarana produksi yang

tepat dan efisien. Untuk mendorong terciptanya sistem agribisnis yang dinamis,

khususnya yang menunjang terlaksananya usahatani yang baik dan menjamin

pemasaran hasil pertanian serta pengolahan hasil pertanian diperlukan jasa dari

pemerintah dan kelembagaan seperti jasa transportasi, jasa keuangan, jasa

penyaluran dan perdagangan serta jasa penyuluhan. Sektor jasa akan

menghu-bungkan aktivitas subsistem yang terkait dalam agribisnis.

(60)

Beberapa faktor penentu atau Critical success factors keberhasilan yang

dijalankan dengan baik oleh Pemerinah Kabupaten Karo dalam mendukung

pertanian di Kabupaten Karo. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor strategis

dari seluruh organisasi pemerintah dilingkungan Pemerinah Kabupaten Karo

antara lain sebagai berikut : Tersedianya sarana, prasarana, fasilitas dan tenaga

ahli untuk meningkatkan kemampuan SDM karo, Tersedianya teknologi yang

tepat guna sehingga mampu meningkatkan daya saing produk pertanian,

pariwisata, dan perindustrian kabupaten karo. Di kabupaten Karo tersedia sarana

dan prasarana transportasi darat, listrik, telekomunikasi dan air bersih yang

(61)

4.2. Deskripsi Variabel

4.2.1. Trend Harga Domestik Kentang

Terlihat pada gambar harga domestik kentang relatif semakin naik dari

tahun 1995-2010. Harga kentang yang paling tinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu

Rp 4647/kg. Sedangkan harga kentang yang paling rendah terjadi pada tahun 2000

sebesar Rp 1003/kg bila dibanding dengan tahun sebelumnya harga domestik

kentang turun 28.59 % (dapat dilihat pada lampiran ).

Kenaikan harga domestik kentang secara signifikan terjadi pada tahun

1998 (sebesar 89.93 %). Hal ini terjadi karena diikuti oleh terjadinya krisis

moneter yaitu naiknya nilai mata uang rupiah terhadap dollar.

0.00

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun

Gambar 7. Trend Harga Domestik Kentang di Sumatera Utara

4.2.2. Trend Harga Internasional Kentang

Pada Gambar 8, terlihat harga kentang di dunia internasional juga berfluktuatif.

Namun harga kentang internasional paling tinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar

186 US $ / ton. Ada peningkatan 12 % dari tahun sebelumnya. Namun selama

(62)

tahun 1996 yaitu sebesar 108 US$ / ton. Hal ini disebabkan pengaruh krisis

ekonomi global.

Gambar 8. Trend Harga Internasional Kentang

4.2.3. Trend Nilai Tukar Rupiah (Kurs)

Nilai tukar rupiah terhadap dollar (kurs) dari tahun 1995-2010 cenderung

semakin meningkat. Pada gambar dapat dilihat nilai kurs meningkat secara drastis

pada tahun 1998 yaitu senilai Rp 7564.67 (sebesar 191.20%) dari tahun

sebelumnya Rp 2597.67. Hal ini dikarenakan terjadinya krisis moneter di

Indonesia. Nilai kurs yang paling tinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar Rp

10345.88.

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Tahun

U

S

$ /

T

o

Gambar

Tabel 1. Produksi Kentang di Sumatera Utara
Tabel 2. Luas tanam, Panen, Produktivitas dan Produksi Kentang Per   Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2009
Tabel 3. Produksi kentang di Kabupaten Karo dari tahun 2000-2010
Tabel 4. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Kentang di Kabupaten Karo Tahun 2001-2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Operator dalam bahasa pemrograman Pascal yang digunakan untuk mendapatkan sisa hasil bagi sebuah bilangan oleh bilangan lain adalah ..... Format file asli Adobe

Cara menghitungnya adalah sbb: misalnya desain rumah yang dibuat adalah luasnya 50 m2 maka biaya jasa gambar kerja (sudah termasuk gambar untuk kelengkapan IMB) : 50 x Rp 20.000 =

dan sejumlah LSM. Dalam pernyataan sikap, diantaranya GBN meminta DPR, MPR dan pemerintah mempertahankan TAP MPRS No XXV tahun 1966 tentang larangan Ajaran

uran hukum angkasa tersebut yaitu Liability Conve negara peluncur atas kerugian atau kerusakan yang.. gara Peluncur, Liability

pada variabel aktivitas fisik diperoleh nilai p=0,623 yang berarti p&gt;0,05 menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ditolak artinya tidak

Dyah Retno Kustanto, 201310315082 , Pengaruh Perbedaan Temporer dan Arus Kas Operasi Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di