• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Pelaksanaan Pelelangan Barang Terhadap Penerapan Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 Tahun 2007 Di Sumatera Utara (Studi Di Lingk. Sekretariat Provsu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Pelaksanaan Pelelangan Barang Terhadap Penerapan Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 Tahun 2007 Di Sumatera Utara (Studi Di Lingk. Sekretariat Provsu)"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

1. BUKU-BUKU

Black, Henry Campbell 1990, Black’s Law Dictionary with Pronunciations, Six Edition

Budir, Sumaryo, 2007, Pedoman Pengadaan Jasa konsultasi Prakualifikasi, Citra Utama, Jakarta

Hayie, Muhammad, 2009, Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Pengadaan Baranag dan Jasa Pemerintah, Indonesia Proucerement Watch, Jakarta

Mantayborbir, S, 2003, Hukum Lelang Negara Di Indonesia, Pustaka Bangsa, Jakarta

Mulyanto, Felix, 1997, Pabean, Imigrasi, dan Karantina, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Nugroho, Riant, 2003, Reinventing Pembangunan, Elex Media Komputindo, Jakarta

Oemarmadi, Sarwedi, 2009, Toolkit Anti Korupsi Bidang Pengadaan Barang dan Jasa, Indonesian Proucerement Watch,Jakarta

Rusdi, Ariyanto, 2009, Prinsip Dasar dan Kerangka Hukum Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, Indonesia Procurement Watch, Jakarta

Salim,HS, 2006, Perkembangan Hukum Kontrak Diluar KUHPerdata, RajaGrafindo Persada, Jakarta

________, 2008, Perkembangan Hukum Kontrak Di Luar KUH Perdata Buku Dua, Raja Grafindo Persada, Jakart

Soejono, dan H. Abdurrahman, 1997, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta

Soemitro, Rochmat, 1987, Peraturan dan Instruksi Lelang, Ersesco, Bandung

(2)

Sunggono Bambang, 1998, Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta

Sutedi, Adrian 2008, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa, Sinar Grafika, Jakarta

Tioria, Purnama, 2008, Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Barang Jaminan Tidak Bergerak Melalui Lelang, Mandar Madju, Bandung

Widjaja, Gunawan, 2006, Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis, Kencana, Jakarta

Widodo, Agus, 2002, Hukum Piutang dan Lelalng Negara Di Indonesia, Pustaka Bangsa, Jakarta

Widodo, Frista, 2008, Kamus Istilah Ekonomi, Lintas Media, Jombang

Yudoyono, Bambang, 2001, Otonomi Daerah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

2. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-undang Republik Indonesia No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaaan Pembayaran Utang

Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 1997 tentang jenis dan penyetoran penerimaan negara bukan pajak

Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah

Keputusan Kepala Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara Nomor 42/PN/ 2000 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang

Peraturan Gubsu tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

(3)

75

3. INTERNET

http://www.bppk.depkeu.go.id

http://74.125.153.132/search?q=cache:9sWuAWvGuKoJ:library.usu.ac.id/index.p hp/component/journals/index.php%3

http://74.125.153.132/search?q=cache:47pXrbgW22cJ:elisa.ugm.ac.id/files/mailin dahk/Zeyvhwdr/HUKUM%2520BENDA

www.perumperhutani.com http://www.scribd.com, http://www.hukumonline.com

http://kakilimasubang.wordpress.com/2008/07/09/definisi-proses http://id.wikipedia.org

(4)

BAB III

PELAKSANAAN PELELANGAN DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

A. Prosedur Pelelangan yang Dilaksanakan Di Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah ditegaskan bahwa susunan, kedudukan, tugas pokok organisasi perangkat daerah ditetapkan dalam Peraturan Daerah.

Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara dijelaskan bahwa Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara yang selanjutnya disebut dengan Setdaprovsu adalah unsur Staf Pemerintah Provinsi yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara (Sekdaprovsu) yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur Sumatara Utara (Gubsu).

Setdaprovsu mempunyai tugas dan kewajiban membantu Gubsu dalam menyusun kebijakan dan mengoordinasikan Dinas Daerah dan lembaga Teknis. Organisasi Setdaprovsu, terdiri dari :

a. Setdaprovsu;

(5)

c. Biro terdiri dari 11 (sebelas) Biro yaitu Biro Pemerintahan, Biro Otonomi Daerah dan Kerjasama, Biro Hukum, Biro Organisasi, Biro Perekonomian, Biro Administrasi Pembangunan, Biro Bina Kemasyarakatan dan Sosial, Biro Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Keluarga Berencana, Biro Umum, Biro Keuangan dan Biro Perlengkapan dan Pengelolaan Aset.

d. Bagian; yaitu pada masing-masing biro minimal terdiri dari 3 (tiga) bagian;

e. Sub Bagian; yaitu pada masing-masing bagian minimal terdiri dari 2 (dua) sub bagian dan

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

Dalam rangka penyelenggaraan pelelangan di Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara, Biro yang berfungsi melaksanakan pelelangan adalah Biro Perelengkapan dan Pengelolaan Aset yaitu pada Bagian Pengadaan yang terdiri atas Sub Bagian Tata Usaha, Sub Bagian Standarisasi dan Sub Bagian Pembelian.

Untuk melaksanakan tugas Biro di Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara, Biro Perelengkapan dan Pengelolaan Aset menyelenggarakan fungsi :

(6)

pengadaan (pelelangan), analisa kebutuhan dan pengelolaan aset, distribusi, penyimpanan dan penghapusan serta perawatan.

2. Menyelenggarakan fasilitasi, koordinasi, monitoring, evaluasi danm pengendalian pelaksanaan kebijakan Kepala Daerah dibidang pengadaan (pelelangan), analisa kebutuhan dan pengelolaan asset, penyimpanan, pendistribusian, pemeliharaan dan penghapusan serta perawatan barang daerah.

Untuk memenuhi kebutuhan atau pengadaan akan barang pada 11 (sebelas) Biro di lingkungan Setdaprovsu, penyelenggaraan pengadaan (pelelangan) akan barang dimaksud adalah merupakan tangung jawab dari Biro Perlengkapan dan Pengelolaan Aset.

Proses adalah serangkaian langkah sistematis, atau tahapan yang jelas dan dapat ditempuh berulangkali, untuk mencapai hasil yang diinginkan. Jika ditempuh, setiap tahapan itu secara konsisten mengarah pada hasil yang diinginkan.39Dalam melaksanakan pelelangan di lingkungan Sekretariat Provinsi Sumatera Utara, adapun tahapan proses yang dilakukan yaitu :

1. Persiapan pengadaan barang pemerintah 2. Proses pemilihan penyedia barang Pemerintah

Dalam tahapan Persiapan kegiatan yang dilakukan meliputi : a. Penyusunan perencanaan pengadaan barang b. Pembentukan panitia pengadaan

39

(7)

c. Rapat koordinasi persiapan pengadaan barang d. Penetepan system pengadaan

e. Penyusunan jadwal pelaksanaan pengadaan

f. Pelajari dan pemberian masukan guna penyempurnaan spesifikasi teknis dan atau KAK/TOR

g. Penyusunan harga perhitungan sendiri (HPS) h. Penyusunan dokumen pemilihan penyedaia barang

i. Pengajuan, pembahasan dan pengesahan dokumen persiapan/ perencanaan pengadaan barang

j. Penyampaian hasil dokumen persiapan/perencanaan pengadaan barang dan pengarsipan dokumen.

Dalam tahapan proses kegiatan yang dilakukan yaitu :

a. Proses pemilihan penyedia pekerjaan barang dengan prakualifikasi b. Proses pemilihan penyedia pekerjaan barang dengan pascakualifikasi c. Proses pemilihan penyedia pekerjaan konstruksi dengan

prakualifikasi

d. Proses pemilihan penyedia pekerjaan konstruksi barang dengan pascakualifikasi

e. Proses pemilihan penyedia pekerjaan jasa konsultansi

f. Proses pemilihan penyedia pekerjaan jasa lainnya dengan prakualifikasi

(8)

B. Hambatan yang ditimbulkan dalam Proses Pelelangan di Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara

Untuk mendukung pelaksanaan proses pelelangan, ada beberapa faktor pendukung yang sangat menentukan antara lain ketersediaan Sumber Daya Manusia, Sarana dan Prasarana, ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku. Oleh karena itu kelancaran pelaksanaan proses pelelangan sangat dipengaruhi oleh hal-hal tersebut.

1. Ditinjau dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) yang tersedia.

Sumber daya manusia merupakan suatu unsur yang potensial yang sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan suatu pemerintahan, ada beberapa hal yang sangat perlu diperhatikan dari SDM ini yaitu kualitasnya sejak rekrutmennya sdm itu sebagai personil instansi (PNS), pembinaan melalui penugasan yang mendidik, pengembangan program pelatihan hingga menjadi tenaga siap pakai, peningkatan kesejahteaan, pemberian jaminan tua.40

Ditinjau dari segi SDM yang tersedia, Biro Perlengkapan dan Pengeloaan Asset memiliki jumlah personil Pegawai Negeri sipil (PNS) sebanyak 54 (lima puluh empat) orang PNS, dengan latar belakang disiplin ilmu dan tingkat pendidikan yang berbeda, adapun komposisi nya sebagai berikut :

a. PNS Golongan IV sebanyak : 3 orang b. PNS Golongan III sebanyak : 41 orang c. PNS (PNS) Golongan II sebanyak : 10 orang

40

(9)

Berdasarkan Keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Pemerintah yang telah beberapa kali mengalami perubahan terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95 tahun 2007, pada Pasal 10 angka (4) huruf f dan surat edaran Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) nomor 01/SE/KA/2009 tanggal 14 Januari 2009, disebutkan bahwa dalam pelaksanaan pengadaan barang pemerintah harus dilakukan oleh panitia/ pejabat pengadaan/ anggota unit layanan pengadaan yang telah memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang yang diangkat oleh Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna anggarana.

Sertifikat keahlian pengadaan barang sebagaimana dimaksud adalah sertifikat keahalian pengadaan barang yang dikeluarkan oleh Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang Pemerintah (LKPP) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 106 tahun 2007. Sertifikat tersebut merupakan bukti kelulusan ujian yang diselenggarakan oleh instansi dimaksud.

Untuk pembentukan panitia pengadaan yang tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku maka pelelangan dinayatakan gagal dan harus diulang dengan membentuk panitia pengadaan yang sah/bersertifikat (Keppres Nomor 80 Tahun 2003 Lampiran I Bab I huruf B.1 dan Bab II huruf A.1.m.1) h)).

(10)

Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), dan panitia pengadaan dapat berjumlah gasal sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang untuk pengadaan barang pemborongan lainnya sampai dengan nilai Rp.500.000.000,- (lima ratus juta atau pengadaan jasa konsultansi sampai dengan nilai Rp.200.000.000,- (dua ratus juta).

Adapun jumlah personil (PNS) di lingkungan Biro Perlengkapan dan Pengelolaan Asset yang memiliki sertifikat pengadaan barang ada sebanyak 8 (delapan) orang PNS, dengan kualifikasi (predikat kelulusan) Sertifikat pengadaan barang yang dimiliki yaitu :

a. Sertifikat lulus predikat L5 sebanyak : - orang b. Sertifikat lulus predikat L4 sebanyak : 3 orang c. Sertifikat lulus predikat L2 sebanyak : 5 orang

Predikat kelulusan sertifikat pengadaan barang/jasa yang dikeluarkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) tersebut terdiri atas 3 kategori (predikat) kelulusan yaitu lulus (L5, L4 dan L2).

Predikat L5 artinya memiliki masa berlaku selama 5 tahun dan setelah mati diperpanjang kembali tanpa mengikuti ujian, Predikat L4 memiliki masa berlaku selama 4 tahun dan dapat diperpanjang kembali dengan usulan dan yang bersangkutan masih aktif dan kompeten di kepanitian pelaksanaan pelelangan.

(11)

Syarat panitia selain wajib memiliki sertifikat pengadaan barang/jasa juga diharuskan untuk benar-benar memahami antara lain tentang tata cara pengadaan, substansi pekerjaan/ kegiatan yang bersangkutan dan hukum-hukum kontrak.

Dengan melihat jumlah personil (PNS) yang memiliki sertifikat pengadaan barang/jasa, maka perbandingan (rasio) kebutuhan akan personil (PNS) yang memiliki sertifikat pengadaan barang/jasa di lingkungan biro perlengkapan dan pengelolaan asset masih dirasakan sangat minim, jika dilihat dari jumlah paket pengadaan barang yang akan dilakukan, dimana pada Tahun Anggaran 2009 ini, jumlah paket pengadaan yang akan dilakukan di biro perlengkapan dan pengelolaan asset ada sebanyak lebih kurang 120 paket.

Perbandingan dari Personil (PNS) yang telah memiliki sertifikat dengan jumlah paket pengadaan barang ini memberikan kenyataan bahwa adanya kelemahan dari segi kemampuan SDM dalam prosedur pemenuhan barang/jasa. Keterbatasan personil (PNS) ini akan memberikan dampak/ efek yang kurang baik terhadap penerapan Peraturan Presiden (Perpres).

Seperti yang diketahui bahwa pemenuhan persyaratan sertifikasi keahlian ini merupakan hal yang diwajibkan bagi pengguna barang dan panitia pengadaan dalam Keputusan Presiden (Keppres) No. 80 tahun 2003 dan perubahannya Peratuan Presiden (Perpres) No. 95 Tahun 2007.41

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, dapat dijelaskan bahwa tingkat kelulusan dalam mengikuti ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa yang

41

(12)

diselenggarakan oleh LKPP relative sangat sulit, mengikat berdasarkan pengalaman rata-rata dari hasil pelaksanaan yang telah beberapa kali diikuti, tingkat kelulusan hanya 5 sampai dengan 30% dari jumlah peserta yang mengikuti ujian, dan peserta yang lulus tersebut umumnya telah beberapa kali mengikuti ujian dan mereka adalah yang mempunyai tugas pokok serta fungsi yang berkenaan dengan syarat pengadaan barang atau dengan kata lain telah memiliki banyak pengalaman atau pernah sebagai tenaga operasional untuk membantu dalam proses pengadaan barang pada unit kerjanya masing-masing.

Selain dari sulitnya tingkat kelulusan, pelaksanaan ujian sertifikasi ini penyelenggaraannya tidak dapat diikuti kapan saja karena pelaksanaannya terlebih dahulu harus mendapat izin dari LKPP.

3. Ditinjau dari segi Sumber Sarana dan Prasarana

Salah satu faktor pendukung keberhasilan dan kelancaran dalam pelaksanaan proses pelelangan yang diselenggaakan di lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah dengan tersedianya sarana dan prasarana yang cukup memadai, karena tanpa sarana dan prasarana yang memadai hal ini akan dapat menghambat kelancaran proses pelaksanaan pelelangan. Dan ketersediaan sarana dan prasarana ini tidak digunakan sebagai the struggle for power, melainkan bagaimana mengotimalkan aset sarana dan prasarana yang ada.42

Dalam proses pelaksanaan pelelangan minimal ada beberapa sarana dan prasarana yang harus dimiliki antara lain :

42

(13)

a. Gedung/ ruangan dan fasilitas pendukungnya seperti meja dan kursi yang representatif, yaitu sebagai tempat untuk :

1) Rapat persiapan panitia untuk menyusun dokumen pelelangan; 2) Pendaftaran dan Pengambilan dokumen lelang;

3) Pelaksanaan aanwizjing (penjelasan); 4) Pembukaan penawaran;

5) Evaluasi dokumen penawaran oleh panitia;

6) Papan tempat pengumuman rencana pelelangan dan tempat pengumuman pemenang lelang;

b. Prasarana pendukung lainnya seperti :

1) Peti/ kotak tempat pemasukan dokumen penawaran; 2) Papan tulis, kertas karton, spidol;

3) Komputer/ note book (laptop) 4) Printer;

5) Scanner 6) Infokus; 7) Screen/layar.

(14)

4. Ditinjau dari segi Kultur Hukum

Agar pengadaan barang pemerintah yang dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/ APBD) dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien dengan prinsip persaingan sehat, transparan, terbuka dan perlakuan yang adil bagi semua pihak, sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik, keuangan mauapun manfaat bagi kelancaran tugas pemerintah dan pelayanan masyarakat, maka Pemerintah memberlakukan Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang telah beberapa mengalami perubahan terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95 tahun 2007.

Ditinjau dari segi kultur hukum tentang pengadaan barang yang dilakukan oleh Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara, pada dasarnya telah mempedomani ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku, akan tetapi didalam pelaksanaan pada saat diselenggarakannya pelelangan, masih sering dijumpai beberapa permasalahan antara panitia dengan penyedia barang atau peserta yang mengikuti pelelangan. Permasalahan tersebut anatara lain sering terjadinya perbedaan persepsi dalam memberikan arti dan penfasiran terhadap peraturan yang ada hubungannya dengan dokumen pelelangan, perbedaan dimaksud antara lain seperti :

a. Dalam mengartikan istilah Harga Perkiraan Sendiri b. Masalah Persyaratan Sertifikat Badan usaha (SBU) c. Masalah Surat Keterangan Fiskal (SKF)

(15)

e. Spesifikasi Teknis f. Evaluasi Administrasi g. Evaluasi Teknis h. Jaminan Penawaran

i. Jaminan Pelaksanaan dan Jaminan Pemeliharaan j. Perubahan Pengguna anggaran

k. Denda dan Pemutusan Kontrak l. Pemalsuan dokumen

Akibat adanya perbedaan persepsi terhadap istilah dan syarat-syarat yang diminta dalam dokumen pelelangan, maka terkadang sering menimbulkan berbagai persoalan yang ditemui pada waktu penyampaian sanggahan maupun sanggahan banding.

Selain itu, seperti telah diketahui bahwa Sistem E Proucurement yang telah diberlakukan dibeberapa provinsi kota besar di Indonesia, Provinsi Sumatera Utara juga telah memberlakukan sistem E-Proucurement.

(16)

elektronik yang berbasis pada web/internet dengan memanfaatkan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi.43

Sarjana Fulvio menyebut E-procurement sebagai seperangkat teknologi, prosedur, dan langkah-langkah organisasional yang memungkinkan pembelian barang dan jasa secara online, melalui peluang-peluang yang ditawarkan oleh internet dan E-commerce.44 Jadi sistem E-proucurement ini merupakan pelaksanaan pelelangan melalui transaksi elektronik, dimana pelelangan yang dahulunya hanya tatapan muka saja tetapi sekarang pelelangan sudah dapat diikuti oleh seluruh peserta dari bebagai daerah Indonesia.

Namun kenyataanya dari banyaknya paket pelelangan hanya 1 (satu) paket yang dilaksanakan pelelanganya dengan sistem E-procurement. Ada 3 kemungkinan yang menyebabkan adanya kultur yg buruk dari ketidak mauan dalam penggunaan pelelangan melalui E-procurement ini,yaitu:

a. Untuk menguntungkan kelompok (dapat melakukan KKN) b. Menghindari transaparansi

c. Lebih mudah jika ada dalama perubahan evaluasi

d. Minimnya Pengetahuan akan pelaksanaan pelelangan E-procurement

43

Pasal 1 angka 7 Peraturan Gubsu No.8 tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

44

(17)

BAB IV

TINJAUAN PELAKSANAAN PELELANGAN DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 95 TAHUN 2007

A. Penerapan Prinsip Pelelangan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 di dalam Prosedur Pelelangan yang dilaksanakan di Lingkungan Sekretariat Daerah provinsi Sumatera Utara.

Telah dijelaskan bahwa prinsip pengadaan barang wajib menerapkan prinsip-prinsip yaitu :

1. Efisien; 2. Efektif;

3. Terbuka dan bersaing; 4. Transparan;

5. Adil/tidak diskriminatif dan 6. Akuntabel.

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut diatas, dari hasil wawancara berkenaan dengan penerapan prinsip dalam Prosedur Pelelangan yang dilaksanakan di Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara dapat dijelaskan sebagai berikut:

(18)

pelelangan yang telah harus disusun pada setiap awal tahun anggaran, dan harus diumumkan di media massa yang telah ditetapkan (dalam hal ini Harian Waspada), papan pengumuman resmi.

Adanya keterbatasan kemampuan Sumber Daya Manusaia (SDM) yang masih sangat lemah, akibatnya banyak pelanggaran terhadap aturan yang mengatur prosedur dan system, bisa jadi merupakan kelalaian atau kurangnya wacana pengetahuan tentang pengadaan barang.

Kemampuan SDM yang masih lemah dapat juga disebabkan karena beberapa hal seperti:45

a. kesibukkan masing-masing personal b. keterbatasan dana personal

c. kurangnya tenaga ahli

d. kurangnya program pelatihan

e. banyak “godaan” terhadap iman aktifis f. kurang bersatu

Belum optimalnya penerapan prinsip Keputusan Presiden (Keppres) No.80 Tahun 2003 dan perubahannya Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 Tahun 2007 dapat juga dilihat dari tabel pelaksanaan pengadaan barang T.A 2009 bahwasanya terlalu banyaknya paket pengadaan yang diadakan dengan metode/ sistem evaluasi penunjukan langsung, padahal barang dari paket yang diadakan tersebut dapat dimungkinkan untuk dilakukan dengan pelelangan umum.

45

(19)

Dikhawatirkan paket pengadaan tersebut dilakukan pemecahan dimana larangan pemecahan ini telah diatur dalam lampiran Keputusan Presiden (Keppres) no. 80 Tahun 2003 dan perubahannya Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 Tahun 2007 dinyatakan bahwa “pengguna barang dilarang memecah pengadaan barang menjadi beberapa paket dengan maksud untuk menghindari pelelangan”.

Jika hal nya demikian tentu saja, ini merupakan salah satu dari perwujudan tidak optimalnya pelaksanaan penerapan prinsip transaparan, efektif dan efisien yang dimuat dalam Keputusan Presiden (Keppres) No. 80 Tahun 2003 dan perubahannya Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 tahun 2007.

Metode/ sistem evaluasi dengan penunjukkan langsung pada dasarnya dapat dilakukan apabila semua syarat wajib yang tertera didalam Keputusan Presiden (Keppres) No. 80 Tahun 2003 dan perubahannya Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 Tahun 2007 tersebut dipenuhi, termasuk pemenuhan prinsip efektif dan efisien. Walaupun metode/ sistem penunjukkan langsung ini riskan akan terjadinya korupsi disuatu instansi.46

B. Pemberlakuan Sanggahan di dalam Pelaksanaan Pelelangan di Lingkungan Sekretariat Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007

Peserta pemilihan penyedia barang yang merasa dirugikan, baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan peserta lainnya, diberikan kesempatan dapat

46

(20)

mengajukan surat sanggahan kepada pengguna anggaran/ kuasa pengguna anggaran/ pejabat pembuat komitmen apabila ditemukan :47

1. Penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang;

2. Rekayasa tertentu sehingga menghalangi terjadinya persaingan yang sehat;

3. Penyalahgunaan wewenang oleh panitia/ pejabat pengadaaan dan atau pejabat yang berwenang lainnya (pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, atatasan langsung/atasan penggunaa anggaran/ kuasa pengguna anggaran/ pejabat pembuat komitmen;

4. Adanya unsur KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) di antara peserta pemilihan penyedia barang/jasa;

5. Adanya unsur KKN antara peserta dengan anggota penitia/ pejabat pengadaan dan/atau dengan pejabat yang berwenang lainnya.

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, dari hasil proses pelaksanaan pelelangan yang dilaksanakan pada biro perlengkapan dan pengelolaan asset pada TA.2009 pemberlakuan sanggahan masih diberlakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Bagi penyedia jasa yang merasa kurang puas atas hasil pengumuman penentapan pemenang pelelangan maka kepada para penyedia jasa diberikan waktu selama 5 hari kerja sejak dilakukankannya pengumuman pemenang lelang dapat melakukan sanggahan yang ditujukan kepada Pengguna Anggaran/ Kuasa

47

(21)

pengguna Anggaran. Adapun yang akan menjawab balasan surat sanggahan adalah Kepala biro Perlengkapan dan Pengelolaan Asset selaku para Kuasa Pengguna Anggaran.

Apabila jawaban sanggahan yang sampaikan Kepala biro Perlengkapan dan Pengelolaan Asset selaku para Kuasa Pengguna Anggaran kepada penyedia barang dirasakan kurang mengena dan tidak sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh penyedia barang, maka sesuai ketentuan, kepada penyedia barang diberikan kesempatan untuk melakukan sanggahan banding.

Sesuai amanat Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan perubahannya Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 dalam Pasal 27 mengenai Sanggahan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa dan Pengaduan Masyarakat, ayat (5) menyebutkan bahwa Menteri/Panglima TNI/Kepala Polri/Pemimpin Lembaga/ Gubernur/ Bupati/ Walikota/ Dewan Gubernur BI/ Pemimpin BHMN/ Direksi/ BUMN/ BUMD wajib memberikan jawaban selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja sejak surat sanggahan banding diterima dan pada ayat (8) disebutkan bahwa setiap pengaduan harus ditindaklanjuti oleh instansi/ pejabat yang menerima pengaduan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(22)

banding yang ditujukan kepada Menteri yang bersangkutan apabila sumber dana adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), kepada Gubernur apabila sumber dana adalah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Berkenaan dengan hal tersebut, hal ini dikarenakan mengingat dengan berbagai pertimbangan ruang lingkup tugas maupun kesibukan yang dilakukan oleh Gubernur selaku Kepala Daerah yang wajib memberikan jawaban terhadap sanggahan banding selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja sejak surat sanggahan banding diterima, maka untuk menindaklanjuti hasil rapat sanggahan banding yang telah dilaksanakan Tim tentang perlu adanya pelimpahan wewenang untuk penandatanganan jawaban sanggahan banding kepada para Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku Pengguna Anggaran,

(23)

Alasan yang diperoleh mengapa penandatanganan dapat dilakukan pelimpahan dari gubernur kepada para kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran adalah mengingat besarnya ruang lingkup dan berbagai kesibukan atas pelaksanaan tugas Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara maka dipandang perlu untuk memberikan pelimpahan wewenang penandatanganan jawaban sangahan banding pemilihan penyedia barang pemerintah dan pengaduan masyarakat Provinsi Sumatera Utara dengan Keputusan Gubernur Sumatera Utara.

Kebijakan tersebut jika dikaji lebih jauh menurut hemat saya kurang tepat dengan pertimbangan bahwa Kepala SKPD adalah sebagai Pengguna Anggaran yang kapasitasnya dalam pelelangan telah ditugaskan dan bertanggungjawab untuk menjawab sanggahan dari penyedia barang.

Dengan demikian apabila SKPD kemudian ditugaskan kembali untuk memproses dan menjawab sanggahan banding telah terjadi tumpang tindih tugas yang akan menimbulkan ketidak adilan dalam memutuskan jawaban sanggahan banding, mengingat telah adanya surat jawaban sanggahan yang telah pernah disampaikan oleh Kepala SKPD sebelumnya.

C. Kesesuaian Jangka Waktu dalam Penerapan Sertifikasi Keahlian Pengadaan Barang yang ditinjau berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007.

(24)

Tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003, pada Pasal 9 ayat (1) huruf d ditegaskan bahwa Pejabat Pembuat komitmen harus memenuhi persyaratan memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang pemerintah dan pada Pasal 10 ayat (4) huruf f ditegaskan bahwa Panitia/ Pejabat Pengadaan/ Anggota Unit Layanan Pengadaan harus memenuhi persyaratan memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang pemerintah.

Sertifikasi Keahlian Pengadaan Barang Pemerintah adalah tanda bukti pengakuan atas komptensi dan kemampuan profesi di bidang pengadaan barang pemerintah yang diperoleh melalui ujian sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa nasional yang diselenggarakan oleh Bappenas/ Lembaga kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), untuk memenuhi persyaratan seseorang menjadi Pejabat pembuat Komitmen atau panitia/ pejabat pengadaan atau anggota unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit).

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang diundangkan pada tanggal 3 Nopember 2003 pada Bab VIII Ketentuan peralihan Pasal 52 ayat (1) dijelaskan bahwa Pengguna Barang/Jasa dan Panitia/ pejabat pengadaan wajib memenuhi persyaratan sertifikasi keahlian pengadaan barang pemerintah sebagaimana diatur dalam Pasal 9 dan Pasal 10 paling lambat tanggal 1 Januari 2006.

(25)

dan Paniti/ Pejabat pengadaan belum memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang pemerintah tersebut.

Hal ini juga merupakan salah satu dasar substansi dikeluarkan kembali revisi terhadap Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 dengan Peraturan Presiden nomor 8 tahun 2006 tentang Perubahan Revisi Keempat atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang pada Pasal II ayat (2) menjelaskan : dalam hal Pejabat Pembuat Komitmen dan Panitia/ Pejabat pengadaan belum memiliki sertifikat keashlian pengadaan barang pemerintah sampai dengan batas waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1), maka Panitia/ pejabat pengadaan tetap dapat melakukan pengadaan barang/jasa pemerintah sampai dengan tanggal 31 Desember 2007, sepanjang telah memiliki bukti keikutsertaan dalam pelatihan pengadaan barang pemerintah.

Hal tersebut dipertegas kembali dengan Surat Edaran Menteri Negara Perencanaan Pembangunan nasional/Kepala Badan Perencanaan pembangunan Nasional (Bappenas), dengan suratnya nomor 0021/M.PPN/01/2008 tanggal 31 januari 2008 perihal Surat Edaran tentang pemberlakuan Sertifikat keahlian Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang menegaskan bahwa sehubungan dengan pelaksanaan sertifikasi keahlian pengadaan barang belum dapat dilakukan sesuai ketentuan dan masih terbatasnya jumlah personel di bidang pengadaan yang memenuhi persyaratan sertifikasi.

(26)

2003 bahwa sertifikasi pelatihan/ bimbingan teknis yang diterbitkan oleh instansi pemerintah, instansi pendidikan dan pelatihan pegawai negari, perguruan tinggi negeri/ swasta, lembaga pendidikan swasta antara tanggal 20 maret 2006 hingga 31 Desember 2007 dapat diberlakukan sebagai sertifikat keahlian pengadaan barang sampai dengan 31 Desember 2008.

Mengacu pada Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 dan Peraturan Presiden Nomor 106 tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) serta dalam rangka memperlancar proses pengadaan barang, ditegaskan kembali bahwa:

Sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa Bappenas/LKPP dengan kategori L2 yang diterbitkan sebelum 1 Januari 2009 diperpanjang masa berlakunya sampai dengan 31 Desember 2010 dengan ketentuan pemegang sertifikat masih menjadi PPKlPejabat Pengadaan/ Anggota Panitia Pengadaan/Anggota Unit Layanan Pengadaan (ULP) sampai dengan tahun 2009. Persyaratan sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah bagi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pada satuan kerja Kementerian/Lembaga yang berada di pusat wajib memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang sejak 1 Januari 2010.

(27)

Januari 2011. PPK pada satuan kerja pemerintah Provinsi wajib memiliki sertifikat keah1ian pengadaan barang/jasa sejak 1 Januari 2011. PPK pada satuan kelja pemerintah Kabupaten/ Kota wajib memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa sejak 1 Januari 2011.

Selanjutnya dengan Surat Edaran Kepala LKPP No. 0033/KA/X/2008 tanggal 29 Oktober 2008 tentang kewajiban bersertifikat per 1 Januari 2009 bagi Panitia Pejabat Pengadaan dan Anggota Unit Layanan Pengadaan dan 2010 bagi Pejabat Pembuat Komitmen, maka untuk memperlancar proses pelaksanaan pergadaan barang/jasa, bahwa Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang Pemerintah yang berakhir pada tahun 2007 dan 2008 diperpanjang secara otomatis selama 2 tahun sehingga masa berlakunya akan berakhir pada tahun 2009 dan 2010.

(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian dan analisis dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1.   Pelaksanaan pelelangan di dalam pemenuhan barang di lingkungan sekretariat daerah Provsu terlihat bahwa belum begitu optimalnya didalam penerapan prinsip-prinsip yang sebagaimana telah diatur didalam ketentuan Keputusan Presiden (Keppres) No. 80 Tahun 2003 dan Perubahannya Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 Tahun 2007.

Adapun beberapa ketidak optimalnya penerapan prinsip-prinsip pelelangan ini adalah:

a. Ketidak tepatan waktu (efisiensi) didalam menyusun jadwal rencana pengadaan barang yang dilaksanakan dengan pelelangan yang seharusnya telah disusun pada awal tahun anggaran

(29)

c. Dari pelaksanaan E-Proucurement yaitu adanya suatu tindakan yang ingin menghindari transaparansi dimana penerapan E-Proucement yang dari begitu banyaknya paket, namun hanya 1paket saja yang dilaksanakan dengan E-Procurement.

(30)

Dengan demikian apabila SKPD kemudian ditugaskan kembali untuk memproses dan menjawab sanggahan banding telah terjadi tumpang tindih tugas yang akan menimbulkan ketidak adilan dalam memutuskan jawaban sanggahan banding, mengingat telah adanya surat jawaban sanggahan yang telah pernah disampaikan oleh Kepala SKPD sebelumnya.

3. Kesesuaian Jangka Waktu dalam Penerapan Sertifikasi Keahlian Pengadaan Barang/Jasa Barang yang ditinjau berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 belum berjalan secara efektif, hal ini terlihat sejak diberlakukannya Keputusan Presiden (Keppres) No. 80 Tahun 2003 dimana jangka waktu terhadap penerapan sertifikat selalu diberi tenggang waktu kepada para pengguna barang dan paniti pengadaan untuk memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang, hal ini dalam rangka mempelancar proses pelelangan di dalam pengadaan barang.

B. Saran

1. Penulis berharap para personil pemerintahan dapat mematuhi/ melaksanakan apa saja yang diinginkan oleh prinsip perpres, karena bagi penulis para personil (PNS) yang dipemerintahan harus lah memberikan contoh kepada masyarakat umum dalam penerapan peraturan yang diberlakukan.

(31)

terjadinya suatu perbuatan yang dapat merugikan negara. Sistem E-Proucurement ini sangat menerapkan prinsip-prinsip yang tercantum dalam Keputusan Presiden (Keppres) no. 80 tahun 2003 dan perubahannya Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 tahun 2007.

2. Sebagaimana diketahui gurbenur dan wakil gurbenur merupakan satu paket yang dipilih dan diangkat oleh rakyat dalam suatu pemilihan umum(pemilu). Tentunya sebelum mereka dipilih dan diangkat mereka sudah ada komitmen/ kesepakatan untuk sama-sama bekerja dan bekerja sama dalam memimpin pemerintahan. Begitu juga halnya dalam hal menanggapi jawaban sanggahan banding yang ditujukan kepada gurbenur/ wakilnya. Jika dari pertimbangan ruang lingkup tugas maupun kesibukan yang dilakukan oleh Gurbenur, seharusnya selaku wakil gurbenur dapat meng handle tugas yang tidak dapat dilaksanakan gurbenur, bukan dengan mengalihkannya kepada kepala SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah), yang berakibat terjadi tumpang tindih tugas yang akan menimbulkan ketidak adilan.

(32)

Dalam hal ini juga penulis berharap, adanya suatu peraturan yang mengandung sanksi yang tegas dalam hal mencakup pengalihan kewenangan ini. Sehingga kedepannya pengalihan kewenangan ini tidak semene-mena atau dengan begitu mudahnya tanpa memerpudlikan pertimbangan-timbangan di sisi lain.

(33)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PELELANGAN DALAM HUKUM POSITIF

A. Tinjauan Pelelangan Pada Umumnya 1. Pengertian Pelelangan

Menurut Black’s Law Dictionary, Lelang atau auction is a public sale of property to the highest bidder by one licensed and authorized for the

purpose.14(Penjualan di muka umum atas satu properti kepada penawar tertinggi oleh seorang yang mempunyai lisensi atau kewenangan untuk itu).

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia lelang adalah penjualan dihadapan orang banyak (dengan tawaran yang atas mengatas) dipimpin oleh pejabat lelang, sedangkan yang dimaksud melelangkan atau memperlelangkan adalah:15

1. menjual dengan jalan lelang

2. memberikan barang untuk dijual dengan jalan lelang 3. memborongkan pekerjaan

Pengertian lelang menurut kamus hukum dalam bahasa Inggris, lelang adalah auction, yaitu “public sale white goods are sold to the person making the highest bids or offers”(Penjualan di hadapan umum di mana barang-barang dijual kepada orang yang membuat tawaran atau penawaran tertinggi).16

14

Henry Campbell Black, 1990, Black’s Law Dictionary with Pronunciations, Six Edition, hlm 130

15

Mantayborbir, S, Op.cit. hlm 3

16

(34)

Adapun pengertian lelang menurut peraturan lelang (Vendu Reglement Staatsblad 1908-189), Penjualan umum adalah ”openbare varkoopingen” verstaan veilingen en verkoopingen van zaken, walke in het openbaar bij opbod,

afslag of inschrijving worden met de deiling of verkooping in kennis toegelaten

personen gelegenheid wordt gegeven om te bieden, te mijnen of in te schrijven.17 (Pelelangan atau penjualan barang-barang yang dilakukan kepada umum dengan harga penawaran yang meningkat atau menurun atau dengan pemasuka harga dalam sampul tertutup atau kepada orang-orang yang diundang ataus sebelumnya diberitahu mengenai pelelangan atau penjualan itu, atau diizinkan untuk ikut serta, dan diberi kesempatan untuk menawarkan harga, menyetujui harga yang ditawarkan atau memasukkan harga dalam sampul tertutup). Lelang menurut Kamus Istilah Ekonomi adalah penjualan umum yang diadakan setelah mengumumkan kepada masyarakat tentang diselenggarakannya suatu lelang melalui iklan pada media masa atau pemberitahuan lainnya.18

Menurut Polderman, penjualan umum adalah alat untuk mengadakan perjanjian atau persetujuan yang paling menguntungkan untuk sipenjual dengan cara menghimpun para peminat.19

Roell menyatakan pengertian penjualan umum adalah suatu rangkaian kejadian yang terjadi antara saat di mana seorang hendak menjual sesuatu barang atau lebih, baik secara pribadi maupun dengan perantaraan kuasanya dengan memberi kesempatan kepada orang-orang yang hadir melakukan penawaran untuk

17

Ibid, hlm 4

18

Frista widodo, Op.cit, hlm 430

19

(35)

membeli barang-barang yang ditawarkan, sampai kepada saat dimana kesempatan itu lenyap.20

2. Asas-asas Pelelangan

Secara normatif sebenarnya tidak ada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang asas lelang namun apabila dicermati klausula-klausula dalam Peraturan Perundang-undangan dibidang lelang dapat ditemukan adanya asas lelang yaitu: Asas Keterbukaan, Asas Keadilan, Asas Kepastian Hukum Asas Efisiensi, dan Asas Akuntabilitas.21

Asas keterbukaan menghendaki agar seluruh lapisan masyarakat mengetahui adanya rencana lelang dan mempunyai kesempatan yang sama untuk mengikuti lelang sepanjang tidak dilarang oleh undang-undang. Oleh karena itu, setiap pelaksanaan lelang harus didahului dengan pengumuman lelang. Asas ini juga untuk mencegah terjadi praktek persaingan usaha tidak sehat, dan tidak memberikan kesempatan adanya praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).

Asas keadilan mengandung pengertian bahwa dalam proses pelaksanaan lelang harus dapat memenuhi rasa keadilan secara proposional bagi setiap pihak yang berkepentingan. Asas ini untuk mencegah terjadinya keberpihakan Pejabat lelang kepada peserta lelang tertentu atau berpihak hanya pada kepentingan penjual. Khusus pada pelaksanaan lelang eksekusi penjual tidak boleh menentukan nilai limit secara sewenang-wenang yang berakibat merugikan pihak tereksekusi.

20

Ibid, hlm 154

21

(36)

Asas kepastian hukum menghendaki agar lelang yang telah dilaksanakan menjamin adanya perlindungan hukum bagi para pihak-pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan lelang. Setiap pelaksanaan lelang dibuat risalah lelang oleh pejabat lelang yang merupakan akta otentik. Risalah lelang digunakan penjual/ pemilik barang, pembeli dan pejabat lelang untuk mempertahankan dan melaksanakan hak dan kewajibannya.

Asas efisiensi akan menjamin pelaksanaan lelang dilakukan dengan cepat dan dengan biaya yang relatif murah karena lelang dilakukan pada tempat dan waktu yang telah ditentukan dan pembeli di sahkan pada saat itu juga.

Asas akuntabilitas menghendaki agar lelang yang dilaksanakan oleh pejabat lelang dapat dipertangung jawabkan pejabat lelang meliputi administrasi lelang dan pengelolaan uang lelang.

3. Fungsi dari Pelaksanaan Pelelangan

Lembaga Lelang dalam aplikasinya dalam masyarakat memiliki dua fungsi,yaitu:22

1. Fungsi Privat : yang tercermin pada saat digunakan masyarakat yang secara sukarela memilih menjual barang miliknya secara lelang untuk memperoleh harga yang optimal. Dalam hal ini lelang akan memperlancar arus lalu lintas.

2. Fungsi Publik : yang tercermin pada saat digunakan oleh aparatur Negara untuk menjalankan tugas umum pemerintahan di bidang penegakan hukum dan pelaksanaan undang-undang sesuai

22

(37)

ketentuan yang diatur dalam berbagai Peraturan Perundang-undangan, antara lain: undang Perpajakan, Undang-undang Acara Pidana dan Perdata.

Selain itu lelang juga digunakan oleh aparatur negara dalam rangka pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah, dan/ atau kekayaan negara yang dipisahkan sesuai dengan ketentuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan/ atau pemindahtanganan barang-barang yang dimiliki/ dikuasai negara sekaligus untuk mengumpulkan penerimaan negara.

Menurut Mantayborbir fungsi lelang dibagi atas dua segi, yaitu:23

1. Dari segi privat: fungsi lelang merupakan institusi pasar yang mempertemukan penjual dan pembeli, maka lelang berfungsi mempelancar arus lalu lintas perdagangan barang. Fungsi ini dimanfatkan untuk memberikan pelayanan penjualan barang kepada masyarakat/ pengusaha yang menginginkan barangnya dilelang, maupun kepada peserta lelang.

2. Dari segi pubik: fungsi lelang dibagi atas tiga fungsi, yaitu:

1. memberikan pelayanan penjualan dalam rangka pengamanan terhadap asset yang dimiliki/ dikuasai oleh Negara untuk meningkatkan efisiensi dan tertib administrasi pengelolaannya.

23

(38)

2. memberikan pelayanan penjualan barang yang bersifat cepat, aman tertib dan mewujudkan harga yang wajar

3. mengumpulkan penerimaan negara dalam bentuk bea lelang dan uang miskin

Jika dilihat dari segi perekonomian, lelang mempunyai fungsi antara lain:

1. Lelang memberi jawaban yang pasti mengenai harga/ nilai suatu barang dalam hal subyektifitas seseorang berpengaruh terhadap kualitas barang, kreativitas pembuatan dan nilai artistik suatu barang.

2. Lelang memberi jawaban yang pasti mengenai harga/ nilai suatu barang pada saat situasi perekonomian tidak menentu

3. Lelang mampu memberi jawaban yang pasti mengenai status kepemilikan suatu barang

4. Harga yang terbentuk pada lelang dapat menjadi standar dan barometer dalam sektor perekonomian tertentu

4. Jenis-Jenis Pelelangan

Dalam Pasal 3 keputusan Kepala Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara Nomor 42/PN/ 2000 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang, menyebutkan bahwa terdapat 12 (dua belas) macam jenis lelang yaitu:24

1. Lelang penghapusan barang milik Pemerintah Pusat/ Derah

24

(39)

Adalah pengalihan kepemilikan BUMN kepada pihak lain dengan menerima penggantian dalam bentuk uang.

2. Lelang Fiducia

Jaminan fidusia diberikan dalam bentuk penunjukan atau pengalihan atas kebendaan tertentu, yang jika debitor gagal melaksanakan kewajibannya/ cidera janji dalam jangka waktu yang ditentukan, memberikan hak kepada kreditor untuk menjual lelang kebendaan yang dijaminkan tersebut.25

3. Lelang penghapusan barang milik BUMN/ BUMD

Penghapusan barang milik BUMN/ BUMD dibagi atas dua yaitu barang bergerak dan barang tidak bergerak, adapun pertimbangan pengahapusan barang bergerak milik BUMN/ BUMD tersebut yaitu:

1. Pertimbangan teknis karena secara fisik barang tidak dapat digunakan lagi karena rusak, kadaluarsa, aus, susut, dll

2. Karena hilang.

3. Karena pertimabangan ekonomis, seperti jumlahnya berlebih, lebih menguntungkan bila dihapus karena biaya perawatannya yang mahal, atau mati bagi tanaman atau hewan ternak.

Sedangkan pertimbangan pengahapusan barang tidak bergerak milik BUMN/ BUMD tersebut yaitu:

25

Amelia Kosasih,

(40)

1. Rusak berat, terkena bencana alam/ force majeure, tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal (idle).

2. Terkena planologi kota.

3. Kebutuhan organisasi karena perkembangan tugas.

4. Penyatuan organisasi dalam rangka efisiensi dan memudahkan koordinasi

5. Pertimbangan dalam rangka pelaksanaan rencana strategis Hankam

Salah satu cara penghapusan barang milik BUMN/ BUMD adalah dengan penjualan, penjualan barang milik negara harus dilakukan dengan pelelangan umum melalui Kantor Lelang Negara. Penjualan barang milik negara dilakukan setelah memenuhi syarat:26

1. Barang yang dijual bukan merupakan barang rahasia negara. 2. Barang yang dijual secara teknis operasional sudah tidak dapat

digunakan oleh Instansi Pemerintah secara efektif dan efisien. 3. Barang yang bersangkutan sudah harus dihapus dari daftar

Inventaris.

Hasil penjualan barang milik negara merupakan penerimaan negara dan harus disetor seluruhnya ke rekening kas negara.

26

(41)

4. Lelang Bea dan Cukai

Lelang ini dapat diadakan terhadap:27

a. Barang yang dinyatakan tidak dikuasai, contohnya:

barang yang tidak dikeluarkan dari tempat penimbunan sementara yang berada di dalam area pelabuhan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak penimbunannya.

b. Barang yang dikuasai oleh negara contohnya:

Barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor yang tidak diberitahukan atau diberitahukan secara tidak benar dalam pemberitahuan pabean. Pabean adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan lalu-lintas barang yang masuk atau keluar daerah dan pemungutan bea masuk28

c. Barang yang jadi milik negara contohnya:

Barang atau sarana pengangkut yang ditegah oleh penjabat Bea dan Cukai yang berasal dari tindak pidana yang pelakunya tidak dikenal

5. Lelang eksekusi pengadilan

Lelang eksekusi dapat melalui Pengadilan Negeri (PN) dan dapat juga melalui Pengadilan Agama (PA). Lelang eksekusi Pengadilan adalah lelang yang diminta oleh panitera PN/ PA untuk melaksanakan keputusan hakim pengadilan yang telah berkekuatan

27

Purnama Tioria, 2008, Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Barang Jaminan Tidak Bergerak Melalui Lelang, Mandar Madju, Bandung, hlm 58

28

(42)

pasti, khususnya dalam rangka perdata, termasuk lelang hak tanggungan, yang oleh hak pemegang hak tanggungan telah diminta fiat eksekusi kepada ketua pengadilan.

6. Lelang eksekusi pajak

Sebagai tindak lanjut penagihan piutang pajak kepada negara baik pajak pusat maupun pajak daerah. Dasar hukum dari pelaksanaan lelang ini adalah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997.

7. Lelang barang rampasan, temuan, sitaan

Lelang yang dilaksanakan terhadap barang temuan dan lelang dalam kerangka acara pidana sebagaimana diatur dalam KUHAP yang antara lain meliputi lelang eksekusi barang yang telah diputus dirampas untuk negara, termasuk dalam kaitan itu adalah lelang eksekusi Pasal 45 KUHAP yaitu lelang barang bukti yang mudah rusak, busuk, dan perlu biaya penyimpanan tinggi.

8. Lelang Kayu Perum Perhutani

Lelang terhadap kayu-kayu yang berkualitas yang dilakukan oleh institusi yang dipercaya untuk mengelola hutan di Jawa memegang peran yang sangat penting dalam menjamin keberadaan kawasan hutan di Pulau Jawa dan Madura sebagai penunjang daya dukung lingkungan sosial dan ekonomi masyarakat di Jawa.

(43)

sumberdaya hutan senantiasa terus dilaksanakan baik dari aspek ekologis, sosial maupun ekonomi.29

9. Lelang Kepailitan/ Lelang Balai Harta Peninggalan

Apabila perusahaan yang sudah memasuki tahap pemberesan, maka pada prinsipnya seluruh boedel pailit harus dapat dijual secara transparan. Dalam Pasal 185 ayat (1) Undang-undang No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaaan Pembayaran Utang ditentukan bahwa semua harta pailit harus dijual dimuka umum. Menurut hukum positif saat ini penjualan tersebut adalah secara lelang sebagaimana diatur dalam Vendu Reglement30

10. Lelang Barang Bukti yang tidak diambil oleh yang berhak Berdasarkan PP No. 43 tahun 1948 Pasal 1 ayat (1) bahwa Barang-barang yang dirampas atas kekuatan keputusan Pengadilan harus dijual oleh kepala atau pemimpim kejaksaan melakukan penuntutan pada Pengadilan yang melakukan peradilan tingkat pertama. Hal ini dikuatkan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 1997 tentang jenis dan penyetoran penerimaan negara bukan pajak.31

11. Lelang sukarela

Dibagi atas 2 (dua) yaitu

29

www.perumperhutani.com, diakses tanggal 22 April 2010

30

http://www.scribd.com, diakses tanggal 22 April 2010

31

(44)

a. Swasta, adalah jenis pelayanan lelang atas permohonan masyarakat secara sukarela.

b. BUMN (persero), yaitu persero terbuka dalam melaksanakan usahanya, sehingga penjualan dan pengalihan barang yang dimiliki/ dikuasai negara, dinyatakan tidak berlaku. Jadi persero tidak wajib menjual barang asetnya tanpa melalui lelang, jika melalui lelang maka termasuk lelang sukarela. 12. Lelang Eksekusi hak Tanggungan

Berdasarkan Pasal 6 UU Hak Tanggungan, memberikan hak kepada pemegang hak tanggungan pertama untuk menjual sendiri secara lelang terhadap objek hak tanggungan apabila cidera janji.

B. Tinjauan Tentang Pelelangan Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 Tahun 2007

1. Prinsip, Kebijakan dan Etika Pelelangan

Pada dasarnya semua aspek memiliki prinsip masing-masing, begitu juga halnya dengan pelelangan yang memiliki prinsip, dimana prinsip tersebut terdapat di dalam Keputusan Presiden (Keppres) No. 80 Tahun 2003, adapun prinsip tersebut antara lain:32

1. Efisien

Pelelangan didalam pengadaan barang tersebut harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dapat di pertanggungjawabkan.

32

(45)

2. Efektif

Pelelangan di dalam pengadaan barang harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan

3. Terbuka dan bersaing

Pelelangan di dalam pengadaan barang harus terbuka bagi penyedia barang yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara penyedia barang yang setara dan memenuhi syarat/ kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan.

4. Transaparan

Semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang, sifatnya terbuka bagi peserta penyedia barang yang berminat serta bagi masyarakat luas pada umumnya

5. Adil/ tidak deskriminatif

Memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barang dalam pelelangan dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara atau alasan apapun.

6. Akuntabel

(46)

Jika menilik terhadap kebijakan umum pemerintah di dalam pelaksanaan pelelangan dalam pemenuhan barang adalah sebagai berikut:33

1. Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun dan perekayasaan nasional yang sasarannya adalah memperluas lapangan kerja dan mengembangkan industri dalam negri dalam rangka meningkatkan daya saing barang produksi dalam negri pada perdagangan internasional 2. Meningkatakan peran serta usaha kecil termasuk koperasi kecil dan

kelompok masyarakat dalam pengadaan barang

3. Menyederhanakan ketentuan dan tata cara untuk mempercepat proses pengambilan keputusan dalam pengadaan barang

4. Meningkatkan profesionalisme, kemandirian, dan tanggung jawab pengguna barang, panitia/ pejabat pengadaan, dan penyedia barang

5. Meningkatkan penerimaan negara melalui sektor perpajakan 6. Menumbuhkembangkan perans serta usaha nasioanal

7. Menghapuskan pelaksanaan pemilihan penyedia barang dilakukan didalam wilkayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

8. Menghapuskan pengumuman secara terbuka rencana pengadaan barang/jasa kecuali pengadaan barang yang bersifat rahasia pada setiap awal pelaksanaan anggaran kepada masyarakat luas.

Penggunaan barang, penyedia barang dan para pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan barang harus mematuhi etika sebagai berikut:34

33

Pasal 4 Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

34

(47)

a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai tanggung jawab untuk mencapai sasaran kelancaran dan ketetapan tercapainya tujuan pengadaan barang di dalam pelaksanaan pelelangan

b. Bekerja secara profesional dan mandiri atas dasar tujuan kejujuran, serta menjaga kerahasaiaan dokumen pengadaan barang yang seharusnya dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang di dalam pelaksanaan pelelangan

c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah dan menghindari terjadinya persaingan tidak sehat

d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kesepeakatan para pihak

e. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait, langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan barang di dalam pelaksanaan pelelangan

f. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan negara dalam pengadaan barang.

g. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/ atau kolusi dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara

(48)

2. Prosedur di dalam Pelaksanaan Pemenuhan Barang

Proses pengadaan barang adalah urutan kegiatan pada setiap tahap pelaksanaan pengadaan yang dapat dikelompokkan dalam beberapa tahap. Tahapan-tahapan prosedur dari pelaksanaan pemenuhan barang oleh pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No.95 Tahun 2007, yaitu:35

a. Perencanaan Pengadaan b. Pembentukan Panitia Lelang c. Prakualifikasi Perusahaan d. Penyusunan Dokumen Lelang e. Pengumuman Lelang

f. Pengambilan Dokumen Lelang

g. Penentuan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) h. Penjelasan Lelang

i. Penyerahan Penawaran Harga dan Pembentukan Penawaran j. Evaluasi Penawaran

k. Pengumuman Calon Pemenang l. Sanggahan Peserta Lelang m. Penunjukkan Pemenang Lelang n. Penandatangan Kontrak Perjanjian o. Amandemen Kontrak

p. Penyerahan Barang kepada User

35

(49)

3. Subjek Serta Objek dalam Pelaksanaan Pelelangan

Pelelangan di dalam pengadaan barang melibatkan dua pihak yaitu pihak pembeli atau pengguna dan pihak penjual atau penyedia barang. Pembeli atau pengguna barang adalah pihak yang membutuhkan barang. Dalam pelaksanaan pelelangan, pihak pengguna adalah pihak yang meminta atau memberi tugas kepada pihak penyedia untuk memasok atau membuat barang atau melaksanakan pekerjaan tertentu.

Penggunaan barang dapat merupakan suatu lembaga/ organisasi dan dapat pula orang perseorangan, yang tergolong lembaga antara lain: Instansi Pemerintah (Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kota), badan usaha (BUMN, BUMD, Swasta), dan organisasi masyarakat, sedangkan yang tergolong orang perseorangan adalah individu atau orang yang membutuhkan barang.

Untuk membantu pengguna dalam melaksanakan pengadaan dapat dibentuk panitia pengadaan. Lingkup tugas panitia dapat melaksanakan seluruh proses pengadaan di dalam pelelangan mulai dari penyusunan dokumen pengadaan penyeleksi dan memilih para calon penyedia barang, meminta penawaran dan mengevaluasi penawaran, mengusulkan calon penyedia barang dan membantu pengguna dalam menyiapkan dokumen kontrak, atau sebahagian dari tugas tersebut.

(50)

meminta bantuan kepada pihak ketiga atau kepada para ahli yang memahami baik dari segi teknis maupun seluk-beluk pengadaan yang diinginkan.

Penyedia barang adalah pihak yang melaksanakan pemasokan atau mewujudkan barang atau melaksanakan pekerjaan berdasarkan permintaan atau perintah resmi atau kontrak pekerjaan dari pihak pengguna. Penyedia barang dapat merupakan badan usaha, atau orang perseorangan. Penyedia yang bergerak dalam bidang pemasokan barang disebut pemasok.

Berdasarkan uraian tersebut untuk pengadaan barang didalam pelaksanaan pelelangan dibantu oleh panitia pengadaan, maka proses pengadaan yang melibatkan tiga pihak yang hubungannya masing-masing dapat digambarkan dalam diagram berikut:36

Pengguna

a Barang c

Panitia b Penyedia Keterangan:

a: hubungan pelaksanaan tugas b: proses pemilihan penyedia barang c: hubungan transaksional

36

(51)

4. Syarat Pelelangan dalam Pelaksanaan Pelelangan

Telah diketahui bahwa para pihak/ subjek pengadaan barang di dalam pelaksanaan pelelangan melibatkan dua pihak yaitu pembeli atau pengguna barang dan penjual atau penyedia barang.

Persyaratan Pembeli atau pengguna barang diatur dalam Pasal 9 Peraturan Presiden (Perpres) No.95 Tahun 2007 yaitu:37

a. memiliki integritas moral b. memiliki disiplin tinggi

c. memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manejerial untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya

d. memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang pemerintah

e. memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, bertindak tugas dan keteladanan dalam sikap dan perilaku serta tidak pernah terlibat KKN.

Persyaratan bagi penyedia barang atau penjual adalah sebagai berikut:38 a. memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk

menjalankan usaha/kegiatan sebagai penyedia barang

b. memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan, teknis dan manajerial untuk menyediakan barang

37

Salim, HS, 2008, Perkembangan Hukum Kontrak Di Luar KUH Perdata Buku Dua, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm 164

38

(52)

c. tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan, dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana d. secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak

Bagi panitia/ pejabat pengadaan harus memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat (4) sebagai berikut:

a. memiliki integritas moral, disiplin, dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas

b. memahami keseluruhan pekerjaan yang akan diadakan

c. memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi tugas panitia/ pejabat bersangkutan

d. memehami isi dokumen pengadaan/ metode dan prosedur berdasarkan Perpres ini

(53)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara hukum, yang sistem pemerintahan diselenggarakan berdasarkan hukum/ peraturan yang berlaku. Paraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum, yang berisi suatu aturan dan sanksi. Dalam realitanya setiap peraturan itu harus harmonisasi dengan peraturan lainnya, sehingga tidak terjadi timpang tindih, perselisihan didalam pengaturan. Proses harmonisasi ini memerlukan ketelitian, kecermatan, dan keakuratan dalam mengidentifikasikan peraturan Perundang-undangan yang terkait. Contoh dari suatu Peraturan Perundang-undangan adalah Peraturan Presiden, yaitu peraturan yang dibuat oleh Presiden yang materi muatan Peraturan Presiden adalah materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang atau materi untuk melaksanakan peraturan pemerintah.1

Salah satu bagian dari Peraturan Presiden adalah Peraturan tentang pengadaan barang. Peraturan yang telah mengalami revisi sebanyak 7 (tujuh) kali sejak pengadaan barang ini diatur untuk pertama kalinya yaitu melalui Keputusan Presiden (Keppres) No. 80 Tahun 2003.

Pengadaan barang merupakan intrumen penting dalam mendapatkan barang yang dibutuhkan pemerintah dalam rangka menunjang penyelenggaraan negara. Dalam pelaksanaannya harus dapat dilakukan dengan efektif dan efisien,

1

(54)

dengan memperhatikan asas persaingan yang sehat, transparan, terbuka, dan perlakuan yang adil bagi semua pihak sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan baik dari segi fisik keuangan maupun kemanfaatan bagi kelancaran tugas pemerintah dan pelayanan kepada masyarakat.

Pengadaan barang dan jasa dimulai sejak adanya pasar dimana orang dapat membeli atau menjual barang. Cara atau metode yang digunakan dalam membeli barang dipasar adalah dengan cara tawar-menawar secara langsung antara pihak pembeli atau pihak pengguna dengan pihak penjual atau pihak penyedia barang. Apabila dalam proses tawar-menawar telah tercapai kesepakatan harga, maka dilanjutkan dengan transaksi jual beli, yaitu pihak penyedia barang menyerahkan barang kepada pihak pengguna dan pihak pengguna membayar berdasarkan harga yang disepakati kepada pihak penyedia barang. Proses tawar menawar dan proses transaksi jual beli dilakukan secara langsung tanpa didukung dengan dokumen pembelian maupun dokumen pembayaran dan penerimaan barang.

(55)

penawaran harga yang dibuat secara tertulis merupakan asal-usul dokumen penawaran.2

Selanjutnya pihak pengguna menyampaikan daftar barang yang akan dibeli tidak hanya kepada satu tetapi kepada beberapa penyedia barang. Dengan meminta penawaran kepada beberapa penyedia barang, pengguna dapat memilih harga penawaran yang paling murah dari setiap jenis barang yang akan dibeli. Cara tersebut menjadi cikal-bakal pengadaan barang dengan cara lelang.

Pelelangan di dalam pengadaan barang dan jasa dilaksanakan untuk kepentingan pemerintah yang merupakan salah satu alat untuk menggerakkan roda perekonomian, oleh karenanya penyerapan anggaran melalui pengadaan barang ini menjadi sangat penting. Namun, tidak kalah penting dari itu adalah urgensi pelaksanaan pelelangan dalam hal pengadaan yang efektif dan efisien serta ekonomis untuk mendapatkan manfaat maksimal dari penggunaan anggaran. Telah banyak sorotan diarahkan pada berbagai masalah di seputar pelelangan dalam pengadaan barang dan jasa untuk kepentingan pemerintah, antara lain karena banyaknya penyimpangan dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun pengawasannya.

Hal ini dikarenakan pengadaan barang dalam pelaksanaan pelelangan dana nya bersumber dari APBD, APBD yang kita ketahui saat ini bagi para personil (PNS) sangat riskan untuk terjadinya suatu tindakan yang dapat merugikan Negara yaitu KKN.

2

(56)

Berdasarkan uraian dan penjelasan tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam tentang pelaksanaan pelelangan didalam pemenuhan barang di lingkungan sekretariat Provinsi Sumatera Utara (Provsu) berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) No. 80 tahun 2003 dan perubahannya Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 tahun 2007.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapatlah dirumuskan apa yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini:

1. Bagaimana penerapan prinsip pelelangan berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 tahun 2007 di dalam prosedur pelelangan yang dilaksanakan di lingkungan sekretariat Provinsi Sumatera Utara (Provsu)?

2. Bagaimana pemberlakuan sanggahan dalam proses pelelangan di lingkungan sekretariat Provinsi Sumatera Utara (Provsu) jika ditinjau berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 tahun 2007?

3. Apakah kesesuaian jangka waktu dalam penerapan sertifikat barang telah berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 tahun 2007?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka tujuan penulisan skripsi ini secara singkat adalah sebagai berikut:

(57)

pelelangan yang dilaksanakan di lingkungan sekretariat Provinsi Sumatera Utara (Provsu)

2. Untuk mengetahui pemberlakuan sanggahan dalam proses pelelangan di lingkungan sekretariat Provinsi Sumatera Utara (Provsu)

3. Untuk mengetahui kesesuaian jangka waktu dalam penerapan sertifikat barang di dalam lingkungan sekretariat Provinsi Sumatera Utara (Provsu) dalam proses pelelangan

Setiap tulisan yang dibuat diharapkan dapat memberikan manfaat, adapun manfaat dari penulisan ini adalah:

1. Manfaat Secara Teoritis

Secara teoritis, pastilah pembahasan terhadap masalah-masalah yang akan dibahas akan menimbulkan pemahaman di dalam pelaksanaan pelelangan dalam hal pengadaan barang. Pelelangan adalah salah satu prosedur dalam pemenuhan pengadaan barang. Dengan adanya penulisan ini maka diharapkan agar pembaca semakin mengetahui tentang keberadaan pelelangan dan lebih teliti untuk memperhatikan peraturan-peraturan yang terkait dan berhubungan dengan pelelangan sebagai salah satu prosedur dalam pemenuhan barang.

2. Manfaat Secara Praktis

(58)

berlaku, juga sebagai bahan untuk kajian bagi para akademisi dalam menambah wawasan pengetahuan di bidang pelelangan.

D. Keaslian Penulisan

Dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama masa perkuliahan di Fakultas Hukum USU berdasarkan hal ini lah timbul keinginan untuk membahas tentang pelelangan. ” Tinjauan terhadap Penerapan Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 Tahun 2007 dalam Pelaksanaan Pelelangan di Lingkungan Sekretariat Provinsi Sumatera Utara (Provsu)” yang diangkat menjadi judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum USU. Penyusunan ini berdasarkan hasil pemikiran dan ide sendiri yang didasarkan pada referensi dari buku-buku, artikel-artikel, serta informasi dari media cetak maupun elektronik, dan bantuan dari berbagai pihak.

E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Lelang

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia lelang adalah penjualan dihadapan orang banyak (dengan tawaran yang atas mengatas) dipimpin oleh pejabat lelang, sedangkan yang dimaksud melelangkan atau memperlelangkan adalah:3

1. menjual dengan jalan lelang

2. memberikan barang untuk dijual dengan jalan lelang 3. memborongkan pekerjaan

3

(59)

Pengertian lelang menurut kamus hukum dalam bahasa Inggris, Lelang adalah auction, yaitu “public sale white goods are sold to the person making the highest bids or offers”(Penjualan di hadapan umum di mana barang-barang dijual kepada orang yang membuat tawaran atau penawaran tertinggi).4

Lelang menurut Kamus Istilah Ekonomi adalah penjualan umum yang diadakan setelah mengumumkan kepada masyarakat tentang diselenggarakannya suatu lelang melalui iklan pada media masa atau pemberitahuan lainnya.5

Adapun pengertian lelang menurut peraturan lelang (vendu Reglement Staatsblad 1908-189), Penjualan umum adalah ”openbare varkoopingen

verstaan veilingen en verkoopingen van zaken, walke in het openbaar bij opbod,

afslag of inschrijving worden met de deiling of verkooping in kennis toegelaten

personen gelegenheid wordt gegeven om te bieden, te mijnen of in te schrijven.6 (Pelelangan atau penjualan barang-barang yang dilakukan kepada umum dengan harga penawaran yang meningkat atau menurun atau dengan pemasukan harga dalam sampul tertutup atau kepada orang-orang yang diundang ataus sebelumnya diberitahu mengenai pelelangan atau penjualan itu, atau diizinkan untuk ikut serta, dan diberi kesempatan untuk menawarkan harga, menyetujui harga yang ditawarkan atau memasukkan harga dalam sampul tertutup).

4

Ibid, hlm 4

5

Frista widodo, 2008, Kamus Istilah Ekonomi, Lintas Media, Jombang, hlm 430

6

(60)

2. Pengertian Barang

Barang adalah suatu benda dalam berbagai dan uraian yang meliputi:7 1. bahan baku

2. bahan setengah jadi 3. barang jadi atau peralatan

4. spesifikasinya ditetapkan oleh pengguna barang

Barang menurut kamus istilah ekonomi adalah sesuatu benda yang nyata yang dapat memenuhi kebutuhan manusia.8 Barang menurut UU Perlindungan Konsumen adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen9

Barang di dalam Hukum Perdata dikenal dengan Benda. Didalam KUH Perdata sangat menekankan sekali pembagian benda antara lain: benda bergerak dan benda tidak bergerak, serta benda berwujud dan tidak berwujud.10

F. METODE PENELITIAN

Dalam penulisan karya ilmiah, data adalah merupakan dasar utama, karenanya metode penelitian sangat diperlukan dalam penyusunan skripsi. Oleh

7

Salim,HS, 2006, Perkembangan Hukum Kontrak Diluar KUHPerdata, RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm 258

8

Frista Widodo, Op.cit, hlm 334

9

http://www.bantuanhukum.info, diakses pada tanggal 19 April 2010

10

(61)

karena itu dalam penyusunan skripsi ini penulis menyusun data dengan menghimpun data yang ada referensinya dengan masalah yang diajukan.

Adapun metode penelitian yang dilakukan adalah gabungan antara yuridis normatif dan yuridis empiris. Metode yuridis normatif adalah penelitian yang mempergunakan sumber data sekunder atau penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka, sedangkan metode penelitian yuridis empiris adalah penelitian hukum yang memperoleh data dari sumber data primer.11

Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah: 1. Bahan hukum primer, terdiri dari:

a. Norma atau kaedah dasar b. Peraturan dasar

c. Peraturan perundang-undangan tentang pelelangan beserta peraturan-peraturan terkait lainya seperti Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 Tahun 2007 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa, 2. Bahan Hukum Sekunder, seperti: hasil-hasil penelitian,

laporan-laporan, artikel, majalah, dan jurnal ilmiah, hasil-hasil seminar atau pertemuan yang relevan dengan penelitian ini.

3. Bahan Hukum Tersier atau bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus umum, kamus hukum serta bahan-bahan primer, sekunder, dan tersier diluar bidang

11

Referensi

Dokumen terkait

Tujuannya adalah untuk mempromosikan Tory Gym ke masyarakat luas serta membuat user yang mengunjungi website ini menjadi tertarik untuk bergabung menjadi member Tory Gym. Website

Hasil kajian menunjukkan bahwa: (i) Ada hubungan positif antara tingkat pendapatan per kapita dan konsumsi daging sapi per kapita dan jumlah konsumsi; (ii)

unlocked by http:/ / tomi... unlocked by http:/

Pada umumnya bertindak tegas dan tidak memihak, memberikan teladan yang baik, kemampuan mengerakkan tim kerja untuk men- capai kinerja yang tinggi, mampu menggugah semangat

Sebagai or ang yang senang m em pelajar i bahasa Indonesia, mer upakan kebahagian ter sendir i bisa ber bagi dengan t em an- t em an yang m em per j uangk an bahasa

Dalam hal keputusan pembelian lagi di dealer Honda Ahmad Yani harus di sertai dengan pelayanan yang baik dan pemberian diskon yang menarik, dan memberikan value yang

Murid diterangkan dengan keperluan asas haiwan yang menyerupai manusia.. Murid menyiapkan

Murid dikehendaki menyatakan apakah kegunaan yang lain bagi haiwan terhadap manusia dan tumbuhan7. Perbincangan