• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Sebaran Akar Tanaman Kelapa Sawit(Elaeis guineensis Jacq.) Pada Lahan Gambut Di Perkebunan PT. Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Sebaran Akar Tanaman Kelapa Sawit(Elaeis guineensis Jacq.) Pada Lahan Gambut Di Perkebunan PT. Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI SEBARAN AKAR TANAMAN KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) PADA LAHAN GAMBUT DI

PERKEBUNAN PT. HARI SAWIT JAYA

KABUPATEN LABUHAN BATU

TESIS

Oleh

Zulkasta Sinuraya

087001017

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

STUDI SEBARAN AKAR TANAMAN KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) PADA LAHAN GAMBUT DI

PERKEBUNAN PT. HARI SAWIT JAYA

KABUPATEN LABUHAN BATU

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pertanian Dalam Program Studi Agroekoteknologi Pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh

Zulkasta Sinuraya

087001017

PROGRAM AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBARAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : STUDI SEBARAN AKAR TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA LAHAN GAMBUT DI PERKEBUNAN PT. HARI SAWIT JAYA KABUPATEN LABUHAN BATU

N a m a : Zulkasta Sinuraya No. Pokok : 087001017

Program Studi : Agroekoteknologi

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Edison Purba Prof.Dr. Ir. Abdul Rauf, MP

Ketua A n g g o t a

Ketua Program Studi Agronomi Dekan Fakultas Pertanian

(4)

Telah diuji Pada :

Tanggal : 18 September 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Edison Purba Anggota : 1. Prof.Dr. Ir. Abdul Rauf, MP

2. Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc 3. Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS

(5)

ABSTRACT

ZULKASTA SINURAYA, Study Of Extended Spread of Root System of Oil Palm at Peat Soil (Elaeis guineensis Jacq.) at Peat Soil in PT. Hari Sawit Jaya Plantation, Kabupaten Labuhan Batu (Advisor EDISON PURBA and ABDUL RAUF). Extended spread of root system of oil palm at peat soil has unknown clearly and no study previously. Amount of roots and extended spread of root system has estimated to influenced by the thickness of peat level, physical and chemical charasteristic of peat. There is estimated any difference extended spread of root system of oil palm at peat soil be compared to mineral soil, so that necessary to study especially to effective sow of fertilizer and plate plant maintanance.

The aim of this study has to know extended spread of root system at deep phase of peat soil based on growth position ( upright, sideways and falldown) and soil characteristic (physical and chemical) that influence roots system expansion of oil palm. The study has been conducted at PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Sumatra Utara by descriptive method.

The result of this study show that total weight of root oil palm is higher in peat soil (shallow, medium, deep) than mineral soil (alluvial) either primary roots, secondary roots or tertiary roots. The highest of root weight has found at shallow peat soil, furthermore medium and deep peat soil, but total weight of roots is not significant. Tertiery roots more percentage than secondary roots in peat soil. Oil palm standing at the peat soil has higher roots weight than sideways and fall down plant. Extended spread of root system based on distance can be explained that all of soil types (mineral and peat) have equal roots system whereabout weight of root is bigger at closest distance of pole stem (50 cm) than more distance until 450 cm. But in the observation, there is any difference weight of roots between mineral and peat.

(6)

ABSTRAK

ZULKASTA SINURAYA, Studi Sebaran Akar Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Lahan Gambut di Perkebunan PT. Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu (dibimbing oleh EDISON PURBA sebagai ketua dan ABDUL RAUF sebagai anggota)

Pola sebaran akar tanaman kelapa sawit di tanah gambut belum diketahui secara jelas dan belum ada yang melakukan penelitian ini sebelumnya. Jumlah akar dan pola sebarannya diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat ketebalan gambut, sifat fisik dan kimia gambut. Pola sebaran akar tanaman kelapa sawit di tanah gambut diperkirakan berbeda dengan di tanah mineral sehingga perlu dikaji terutama untuk tempat penaburan pupuk yang efektif dan perawatan piringan tanaman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola sebaran akar pada berbagai tingkat kedalaman gambut, pola sebaran akar menurut posisi tumbuhnya tanaman (tegak, miring dan tumbang) dan sifat tanah (fisik dan kimia) yang mempengaruhi perkembangan akar tanaman kelapa sawit.

Penelitian ini dilaksanakan di PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Sumatra Utara yang dilakukan dengan metoda deskriptif terhadap tanaman yang sudah ada di lapangan.

Dari hasil penelitian dinyatakan bahwa bobot (total) akar tanaman kelapa sawit lebih besar di tanah gambut (dangkal, sedang dan dalam) dibanding dengan tanah mineral (alluvial) baik akar primer, sekunder maupun tersier. Bobot akar yang paling tinggi didapatkan pada gambut dangkal kemudian gambut dalam dan gambut sedang, namun total dari masing-masing gambut ini tidak jauh berbeda. Pada tanah gambut persentase akar tersier lebih besar dari persentase akar sekunder, berbeda dengan akar di tanah mineral persentase akar sekunder lebih besar dari akar tersier.

(7)

kemudian terus menurun hingga jarak 450 cm, namun jika ditinjau dari bobot akar tampak perbedaan antara mineral dengan gambut.

Ditinjau dari posisi kedalaman tanah, dinyatakan bahwa pada tanah gambut memiliki bobot akar yang paling tinggi pada kedalaman 30-45 cm sedangkan pada tanah mineral bobot akar yang paling tinggi pada kedalaman 15-30 cm. Perbedaan akumulasi bobot akar ini disebabkan karena di tanah gambut memiliki BD yang rendah, porositas tanah besar, pengaturan level air (60-75 cm) dan juga pencucian unsur hara kelapisan yang lebih dalam.

Tanaman kelapa sawit yang tegak di tanah gambut memiliki bobot akar yang lebih tinggi dibanding dengan tanaman miring dan tumbang. Perakaran tanaman tegak memiliki pola sebaran yang lebih merata mengelilingi pokok. Berbeda dengan pokok miring yang mana sebaran akar tidak seimbang, akumulasi akar lebih tinggi ke arah yang berlawanan dengan posisi miringnya pokok.

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Edison Purba selaku ketua komisi pemimbing dan Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf MP sebagai anggota pembimbing, Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc (penguji), Prof. Dr. Ir Rosmawati MS (Penguji) dan Dr. Ir. Hamida Anum MSc (penguji) atas semua bimbingan, petunjuk, koreksi dan saran yang telah diberikan selama penyusunan usulan penelitian ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Dr. Mukesh Sharma (Head R&D AA), Bapak Manjit Sidhu (Head Agronomi) dan Bapak Cheong Keng Kong (Senior Agronomist) selaku pimpinan R&D Asian Agri dan juga Bapak Kelvin Tio, Ricky Candra (Head HRD AA) yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Ir Simon Sihotang (Head Plantation I), Bapak Arusman Limbong (GM Kebun Negri Lama), Bapak Ir. Herman Sembiring selaku Manager kebun Negri Lama Utara yang telah banyak membantu pelaksanaan penelitian ini di lapangan.

Ucapan terima kasih dan penghargaan juga disampaikan kepada Bapak Elfijar, Bapak Junaidi, Bapak Andre, Bapak Juani (Pegawai R&D) yang banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini di lapangan.

(9)

dukungan, motivasi dan bimbingan sehingga penulis lebih bersemangat dalam melanjutkan studi dan penelitian ini. Terima kasih yang tiada taranya kepada istriku tercinta Ir Suriani Ginting dan anakku tersayang Meikel Sinuraya (Logos) yang penuh kesabaran, ketabahan dalam menghadapi suka maupun duka sewaktu penulis melanjutkan kuliah dan menyelesaikan penelitian ini. Terakhir, kepada semua anggota keluarga, rekan-rekan yang tidak penulis sebutkan dalam Tesis ini, dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih.

Bahilang, Desember 2010

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa, sehingga dengan berkat dan lindungannya kepada penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan dapat mengetahui pola penyebaran akar tanaman kelapa sawit pada tanah gambut, sehingga dengan penelitian ini penulis juga dapat membantu perusahaan perkebunan dalam menentukan tempat yang tepat dalam mengaplikasikan pupuk di lapangan dan selanjutnya dapat meningkatkan effesiensi pemupukan dan peningkatan produksi tanaman kelapa sawit di lahan gambut.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan yang di jumpai dalam penyusunan usulan penelitian ini.Harapan penulis semoga penelitian ini dapat berguna bagi perusahaan Asian Agri dan juga perusahaan lain yang bergerak dibidang tanaman kelapa sawit.

Bahilang, Desember 2010

(11)

RIWAYAT HIDUP

ZULKASTA SINURAYA dilahirkan pada tanggal 12 February 1970 di Balai Kasih, Kecamatan Kuala Langkat Sumatera Utara, Bapak bernama Jaga Sinuraya dan Ibu bernama Ester Bernadetta Ginting (alm), anak pertama dari dua bersadara. Telah menikah, Istri bernama Suriani Ginting, telah dikaruniai satu anak bernama Meikel Imanuel Sinuraya (lk).

Tamat sekolah Dasar SD Inpres Balai Kasih pada tahun 1985, tamat SMP Negri 1 Kuala tahun 1985, tamat SMA Katolik ST Tomas 4 Binjai tahun 1988 dan tamat dari jurusam agronomi Fakultas Pertanian Unika ST Thomas Medan tahun 1992. Pada bulan September 2008 tercatat sebagai mahasiswa S2 sekolah pasca sarjana Fakultas pertanian USU Medan.

Pada tahun 1997 penulis mulai berkerja di perusahaan Asian Agri dibahagian R&D dan saat ini penulis memiliki jabatan Manager Agronomis.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

2. TINJAUAN LITERATUR ... 5

2.1. Prospek dan Permasalahan Kelapa Sawit di lahan Gambut ... 5

2.2. Karakteristik Tanah Gambut yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kelapa Sawit ... 9

2.3. Perakaran Tanaman Kelapa Sawit ... 16

3. METODE PENELITIAN ... 18

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

3.2. Bahan dan Alat... 18

3.3. Metode Penelitian ... 21

3.4. Parameter Pengamatan ... 23

(13)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

Hasil Penelitian ... 28

4.1 Bobot Kering akar... 28

4.1.1 Bobot kering akar berdasarkan jenis tanah dan jarak pengambilan sampel... 30

4.1.2 Bobot kering akar berdasarkan jenis tanah dan kedalaman... 32

4.1.3 Bobot kering akar berdasarkan jenis tanah dan arah pengambilan sampel... 33

4.1.4 Bobot kering akar berdasarkan jenis tanah dan kondisi pokok ... 35

4.2 Analisa Regresi sederhana Hubungan Karakteristik Tanah dengan Bobot Kering Akar ... 37

4.2.1 pH Tanah ... 37

4.2.2 N Tanah (%) ... 39

4.2.3 C-Organik ... 41

4.2.4 P – Tersedia ... 43

4.2.5 KTK (Kapasitas Tukar Kation) ... 44

4.2.6 K dapat Dipertukarkan ... 46

4.2.7 Ca dapat dipertukarkan (Ca dd)... 48

4.2.8 Mg dapat dipertukarkan (Mg dd) ... 51

4.2.9 BD (Bulk Density)... 53

4.2.10Porositas Tanah ... 55

4.3 Analisis Regresi Berganda Hubungan Karakteristik Tanah dengan Perkembangan Perakaran ... 57

4.3.1 Hubungan Karakteristik Tanah dengan Perkembangan Perakaran ... 57

Pembahasan ... 61

5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 75

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabe1 1 Jenis Gambut, kondisi pohon dan jumlah pohon sampel... 22 Tabel 2 Rerataan bobot kering akar (g) pada berbagai jenis tanah ... 28 Tabel 3 Rerataan bobot kering akar (g/3375cm3) berdasarkan jarak

dari pokok ... 31 Tabel 4 Rerataan bobot kering berdasarkan jenis akar dan

kedalaman tanah... 32 Tabel 5 Rerataan bobot kering akar berdasarkan jenis tanah dan arah

pengambilan sampel... 34 Tabel 6 Rerataan bobot kering akar berdasarkanjenis tanah dan

Kondisi pokok ... 36 Tabel 7 Keeratan hubungan antara bobot kering akar dengan pH…….. ... 37

Tabel 8 Hasil Rata-rata pH tanah pada karakteristik jenis tanah, kondisi

pokok dan kedalaman tanah ... 38 Tabel 9 Keeretan hubungan bobot kering akar dengan nilai N pada

beberapa karakteristik jenis dan kedalaman tanah ... 39 Tabel 10 Nilai N (%) pada karakteristik jenis tanah, kondisi pokok dan

kedalaman tanah ... 40 Tabel 11 Keeratan Hubungan antara bobot kering akar (gr) dengan

C-organik pada beberapa karakteristik jenis dan kedalaman tanah .. 41 Tabel 12 Nilai C-Organik (%) pada karakteristik jenis tanah, kondisi

pokok dan kedalaman tanah ... 42 Tabel 13 Keeratan hubungan antara bobot kering akar (gr) dengan

P-tersedia pada beberapa karakteristik jenis dan kedalaman tanah . 43 Tabel 14 Nilai P-tersedia (ppm) pada karakteistik jenis tanah, kondisi

pokok dan kedalaman tanah. ... 44 Tabel 15 Keeratan hubungan antara bobot kering akar dengan KTK pada

beberapa karakteristik jenis dan kedalaman tanah. ... 45 Tabel 16 Nilai KTK tanah(mg/100) pada beberapa karakteristik tanah,

(15)

Tabel 17 Keeratan hubungan antara bobot kering akar dengan K dd pada beberapa karakteristik jenis tanah kondisi pokok dan kedalaman tanah. ... 47 Tabel 18. Nilai K dd (pada beberapa karakteristik jenis tanah, kondisi

pokok dan kedalaman tanah. ... 48 Tabel 19. Keeratan hubungan bobot kering akar dengan Ca dd pada

beberapa karakteristik jenis tanah, kondisi pokok dan

kedalaman tanah. ... 49 Tabel 20. Nilai Ca dd (mg/100g) pada beberapa karakteristik jenis tanah,

kondisi pokok dan kedalaman tanah. ... 50 Tabel 21. Keeratan hubungan antara bobot kering akar dengan Mg dd

pada beberapa jenis dan kedalaman tanah. ... 51 Tabel 22. Nilai Mg dd (mg/100g) pada beberapa karakteristik jenis tanah,

kondisi pokok dan kedalaman tanah ... 52 Tabel 23. Keeratan hubungan antara bobot kering akar dengan BD pada

beberapa jenis dan kedalaman tanah. ... 53 Tabel 24. Nilai BD pada beberapa karakteristik jenis tanah, kondisi pokok

dan kedalaman tanah. ... 54 Tabel 25. Keeratan hubungan bobot kering akar dengan porositas tanah

pada beberapa jenis dan kedalaman tanah. ... 55 Tabel 26. Porositas tanah (%) pada beberapa jenis tanah, kondisi pokok

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Alat pengambilan sampel tanah dan akar ... 19 Gambar 2. Gambar ring sampler untuk pengambilan sampel BD. ... 19 Gambar 3. Pohon kelapa sawit tegak, miring dan tumbang... 20 Gambar 4. Jarak dan kedalaman pengambilan sampel tanah dari pangkal

batang ... 25 Gambar 5. Persentase jenis akar kelapa sawit pada kedalaman gambut dan

tanah mineral ... 30 Gambar 6. Pola sebaran akar kelapa sawit (bobot kering total) berdasarkan

jarak pengambilan sampel ... 31 Gambar 7. Pola sebaran akar kelapa sawit (bobot kering total) berdasarkan

kedalaman pengambilan sampel. ... 33 Gambar 8. Pola sebaran akar kelapa sawit (bobot kering total) berdasarkan

arah pengambilan sampel dari pangkal batang. ... 35 Gambar 9. Pola sebaran akar kelapa sawit (bobot kering total) berdasarkan

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran Tabel 1 Bobot Kering Akar (gr) pada Beberapa Jenis Tanah,

Kondisi Pokok dan Jarak ... 80 Lampiran Tabel 2 Bobot Kering Akar (gr) pada Beberapa Jenis Tanah,

Kondisi Pokok dan Jarak Kedalaman Tanah... 81 Lampiran Tabel 3 Bobot Kering Akar (gr) pada Beberapa Jenis Tanah,

Kondisi Pokok dan Arah ... 82 Lampiran Tabel 4 Bobot Kering Akar (gr) pada Beberapa Jenis Tanah,

Kondisi Pokok Ulangan dan Kedalaman ... 83 Lampiran Tabel 5 Bobot Kering Akar (gr) pada Beberapa Jenis Tanah,

Kondisi Pokok dan Jarak ... 87 Lampiran Tabel 6 Bobot Kering Akar (gr) pada Beberapa Jenis Tanah,

Kondisi Pokok, ulangan dan arah ... 91 Lampiran Tabel 7 Bobot Kering Akar (gr) pada Beberapa Jenis Tanah,

Kondisi Pokok, arah kemiringan, ulangan dan arah... 95 Lampiran Tabel 8 Hasil Analisa Tanah pada beberapa jenis tanahkondisi

pokok, jarak dan kedalaman ... 99 Lampiran Tabel 9 Rerataan bobot kering akar berdasarkan kondisi

(18)

ABSTRACT

ZULKASTA SINURAYA, Study Of Extended Spread of Root System of Oil Palm at Peat Soil (Elaeis guineensis Jacq.) at Peat Soil in PT. Hari Sawit Jaya Plantation, Kabupaten Labuhan Batu (Advisor EDISON PURBA and ABDUL RAUF). Extended spread of root system of oil palm at peat soil has unknown clearly and no study previously. Amount of roots and extended spread of root system has estimated to influenced by the thickness of peat level, physical and chemical charasteristic of peat. There is estimated any difference extended spread of root system of oil palm at peat soil be compared to mineral soil, so that necessary to study especially to effective sow of fertilizer and plate plant maintanance.

The aim of this study has to know extended spread of root system at deep phase of peat soil based on growth position ( upright, sideways and falldown) and soil characteristic (physical and chemical) that influence roots system expansion of oil palm. The study has been conducted at PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Sumatra Utara by descriptive method.

The result of this study show that total weight of root oil palm is higher in peat soil (shallow, medium, deep) than mineral soil (alluvial) either primary roots, secondary roots or tertiary roots. The highest of root weight has found at shallow peat soil, furthermore medium and deep peat soil, but total weight of roots is not significant. Tertiery roots more percentage than secondary roots in peat soil. Oil palm standing at the peat soil has higher roots weight than sideways and fall down plant. Extended spread of root system based on distance can be explained that all of soil types (mineral and peat) have equal roots system whereabout weight of root is bigger at closest distance of pole stem (50 cm) than more distance until 450 cm. But in the observation, there is any difference weight of roots between mineral and peat.

(19)

ABSTRAK

ZULKASTA SINURAYA, Studi Sebaran Akar Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Lahan Gambut di Perkebunan PT. Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu (dibimbing oleh EDISON PURBA sebagai ketua dan ABDUL RAUF sebagai anggota)

Pola sebaran akar tanaman kelapa sawit di tanah gambut belum diketahui secara jelas dan belum ada yang melakukan penelitian ini sebelumnya. Jumlah akar dan pola sebarannya diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat ketebalan gambut, sifat fisik dan kimia gambut. Pola sebaran akar tanaman kelapa sawit di tanah gambut diperkirakan berbeda dengan di tanah mineral sehingga perlu dikaji terutama untuk tempat penaburan pupuk yang efektif dan perawatan piringan tanaman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola sebaran akar pada berbagai tingkat kedalaman gambut, pola sebaran akar menurut posisi tumbuhnya tanaman (tegak, miring dan tumbang) dan sifat tanah (fisik dan kimia) yang mempengaruhi perkembangan akar tanaman kelapa sawit.

Penelitian ini dilaksanakan di PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Sumatra Utara yang dilakukan dengan metoda deskriptif terhadap tanaman yang sudah ada di lapangan.

Dari hasil penelitian dinyatakan bahwa bobot (total) akar tanaman kelapa sawit lebih besar di tanah gambut (dangkal, sedang dan dalam) dibanding dengan tanah mineral (alluvial) baik akar primer, sekunder maupun tersier. Bobot akar yang paling tinggi didapatkan pada gambut dangkal kemudian gambut dalam dan gambut sedang, namun total dari masing-masing gambut ini tidak jauh berbeda. Pada tanah gambut persentase akar tersier lebih besar dari persentase akar sekunder, berbeda dengan akar di tanah mineral persentase akar sekunder lebih besar dari akar tersier.

(20)

kemudian terus menurun hingga jarak 450 cm, namun jika ditinjau dari bobot akar tampak perbedaan antara mineral dengan gambut.

Ditinjau dari posisi kedalaman tanah, dinyatakan bahwa pada tanah gambut memiliki bobot akar yang paling tinggi pada kedalaman 30-45 cm sedangkan pada tanah mineral bobot akar yang paling tinggi pada kedalaman 15-30 cm. Perbedaan akumulasi bobot akar ini disebabkan karena di tanah gambut memiliki BD yang rendah, porositas tanah besar, pengaturan level air (60-75 cm) dan juga pencucian unsur hara kelapisan yang lebih dalam.

Tanaman kelapa sawit yang tegak di tanah gambut memiliki bobot akar yang lebih tinggi dibanding dengan tanaman miring dan tumbang. Perakaran tanaman tegak memiliki pola sebaran yang lebih merata mengelilingi pokok. Berbeda dengan pokok miring yang mana sebaran akar tidak seimbang, akumulasi akar lebih tinggi ke arah yang berlawanan dengan posisi miringnya pokok.

(21)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebaran akar tanaman kelapa sawit di tanah gambut diperkirakan memiliki pola yang berbeda dengan di tanah mineral. Penyebaran akar kelapa sawit di lahan gambut diperkirakan lebih sempit atau pendek disekitar pangkal batang dibanding dengan di tanah mineral. Sempitnya penyebaran akar tanaman di gambut ini juga diperkirakan dapat menyebabkan tidak maksimalnya pertumbuhan tanaman kelapa sawit di tanah gambut.

Pengamatan penyebaran akar tanaman kelapa sawit ini perlu diketahui lebih detail sehingga dapat membantu langkah-langkah atau tindakan yang dilakukan oleh pengelola, misalnya untuk mengetahui waktu dan tempat aplikasi pupuk yang tepat di lapangan, sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit secara optimal di tanah gambut.

Secara umum permasalahan penanaman kelapa sawit di tanah gambut berbeda dengan di tanah mineral. Pada tanah gambut memiliki lebih banyak permasalahan yang dihadapi perkebunan, diantaranya adalah pohon doyong, perawatan jalan dan pengelolaan tata air yang mahal. Tanaman kelapa sawit yang doyong dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi selama masa staknasi atau pemulihan kondisi tanaman menjadi tegak kembali.

(22)

porositas tanah, tingkat kemasaman tanah, KTK , ketersediaan unsur hara dan tingkat kematangan gambut.

Pada tanah mineral penyebaran akar tanaman kelapa sawit seiring dengan bertambahnya umur tanaman, sehingga pada tanaman lebih dari 10 tahun perakaran tanaman sudah menyebar seluruh areal dan akar tanaman sudah saling bersinggungan dengan perakaran tanaman lainnya.

Tanaman kelapa sawit mulai doyong yakni pada umur 5-6 tahun dan pada umur 10 tahun pohon yang tumbang sudah banyak ditemukan di lapangan. Tanaman yang tumbang tersebut secara umum adalah bila dikelola dengan baik pertumbuhan tanamannya cukup subur dan memiliki bobot batang yang besar. Tumbang dan doyongnya pohon juga diperkirakan memiliki hubungan dengan pola penyebaran akar tanaman kelapa sawit terutama pada gambut yang sudah matang.

Pengamatan penyebaran akar di gambut ini dilakukan pada gambut dangkal, sedang, dalam dan sebagai pembanding pengamatan juga dilakukan di tanah mineral alluvial.

1.2. Rumusan Masalah

1. Pola sebaran akar tanaman kelapa sawit di lahan gambut sampai saat ini belum diketahui dengan jelas dan belum ada yang melakukan penelitian tersebut.

(23)

3. Faktor apa saja yang mempengaruhi pekembangan akar tanaman kelapa sawit di lahan gambut belum diketahui secara pasti.

4. Apakah pola sebaran akar juga ada kaitanya dengan sifat tanah yang menyebabkan doyong/tumbangnya pohon kelapa sawit di lahan gambut.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pola sebaran akar tanaman kelapa sawit di lahan gambut dengan bebagai kedalaman (dangkal, sedang dan dalam).

2. Untuk mengetahui pola sebaran akar tanaman kelapa sawit berdasarkan posisi tegaknya (tegak, miring dan tumbang) di lahan gambut.

3. Untuk mengetahui faktor penentu (sifat tanah) terhadap sebaran akar di lahan gambut .

1.4 Hipotesa Penelitian :

1. Diduga pola sebaran akar kelapa sawit di lahan gambut lebih pendek/ sempit di banding dengan mineral.

2. Diduga dengan semakin dalam (tebal) gambut penyebaran akar semakin luas.

3. Diduga semakin doyong tanaman kelapa sawit maka penyebaran akar semakin luas.

(24)

4

1.5 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini sangat bermanfaat bagi perkebunan kelapa sawit untuk mendapatkan waktu dan cara aplikasi pupuk yang tepat di lahan gambut. 2. Penelitian ini juga bermanfaat mengetahui pengaruh penyebaran akar ini

dalam mempengaruhi produksi tanaman kelapa sawit di lahan gambut. 3. Penelitian ini juga bermanfaat untuk memberikan informasi yang lebih

(25)

II. TINJAUAN LITERATUR

2.1. Prospek dan Permasalahan Kelapa Sawit di Lahan Gambut

Perkembangan usaha dan infestasi kelapa sawit terus mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2009 diperkirakan mencapai 7.327.331 ha. Dari sekitar 26.32 juta ha lahan yang dapat ditanami kelapa sawit di Indonesia, sedikitnya ada 5.6 juta ha dintaranya lahan gambut yang dapat digunakan untuk perkebunan kelapa sawit. Secara agronomis lahan gambut dapat memungkinkan sebagai perluasan penanaman kelapa sawit, namun memiliki kendala yang lebih banyak dibanding dengan pengelolalaan perkebunan sawit di tanah mineral.

(26)

mendapatkan pertumbuhan dan produktivitas yang optimal sesuai potensi tanaman. Dengan mempertahankan ketinggian air 60–70 cm dari permukaan tanah diharapkan dapat memperbaiki zona perakaran sehingga penyerapan unsur hara menjadi lebih optimal. Selain itu, ketinggian permukaan air tersebut dapat membantu mengurangi laju penurunan permukaan gambut.

Kelebihan air ini juga mungkin menjadi faktor pembatas akibat drainase yang sangat terhambat sehingga mengakibatkan genangan periodik maupun permanen. Kondisi ini akan mengakibatkan dampak buruk bagi tanaman, yaitu terhambatnya perkembangan akar akibat respirasi yang tertekan dan perubahan sifat kimia tanah sehingga mengakibatkan menurunnya ketersediaan hara untuk tanaman. Khusus pada tanaman kelapa sawit, kondisi ini akan mengakibatkan gejala defisiensi nitrogen dan hara lainnya pada tanaman yang ditandai dengan keragaman tanaman yang menguning pucat dan pertumbuhannya kerdil.

(27)

30 bulan pada lahan mineral secara umum. Namun demikian produktivitas tanaman pada areal rawa pasang surut di Carey Island, Semenanjung Malaysia dilaporkan sangat baik yaitu dapat mencapai 19 – 22 ton TBS/ha pada tanaman kelapa sawit umur 5 tahun.

Pertumbuhan dan potensi produktivitas tanaman kelapa sawit di lahan gambut cukup beragam terngantung pada kondisi lahan dan tingkat pengelolaan yang dilakukan. Winarna et al. (2007) melaporkan bahwa produktivitas tanaman kelapa sawit pada lahan gambut saprik dapat mencapai 27 ton TBS/ha/thn jika dikelola dengan baik. Sementara Sutarta et al. (2008a) menyebutkan bahwa produktivitas kelapa sawit umur 5 tahun pada lahan pasang surut (sulfat masam) di Sumatera Selatan dengan pengelolaan lahan yang baik dapat mencapai 18,27 ton TBS/ha/tahun.

(28)

Manurung, et al (2002) melakukan pengamatan pertumbuhan kelapa sawit pada perkebunan PT Torganda. Pertumbuhan kelapa sawit di tanah gambut ternyata cukup normal dibanding dengan kelapa sawit di tanah mineral berkesuaian kelas III (S3). Lilit batang, pembentukan jumlah pelepah, panjang pelepah dan sex ratio ternyata adalah normal dibanding dengan pertumbuhan tanaman kelapa sawit di tanah mineral. Produksi tanaman kelapa sawit di tanah gambut memiliki rata-rata 23 ton/ ha/tahun. Hasil pengukuran lilit batang, jumlah pelepah yang terbentuk, panjang pelepah dan sex ratio ternyata normal dibanding dengan tanaman pada tanah mineral.

Hasil penelitian Sidhu, dkk (2004), menyatakan bahwa produksi tanaman kelapa sawit masih dapat dicapai hingga lebih dari 30 ton per ha per tahun di gambut dalam jika dilakukan pengelolaan dan pemupukan secara optimal.

Dari pengamatan penulis di beberapa kebun kelapa sawit di tanah gambut, tampak bahwa pertumbuhan kelapa sawit di gambut dangkal lebih baik dibanding dengan gambut sedang dan gambut dalam. Pada umumnya gambut dangkat memiliki tanah gambut yang sudah matang sehingga tingkat kesuburannya juga lebih baik. Pertumbuhan tanaman pada gambut dalam terutama pada daerah “peat dome” tampak jelas lebih jelek dan produksi tamanan lebih rendah, hal ini diperkirakan karena di daerah ini kondisi gambut secara umum masih mentah (fibrik) sehingga memiliki sifat fisika dan kimia yang lebih jelek dibanding gambut dangkal. Permasalahan air pada musim kemarau juga menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan jika pengelolaan air tidak dilakukan dengan baik.

(29)

kelapa sawit. Produktivitas kelapa sawit yang dihasilkan cukup tinggi, menyamai produksi tanaman pada lahan kelas S3 dab S2. Hal ini antara lain disebabkan oleh ketersediaan air yang cukup pada lahan gambut sehingga menasilkan jumlah tandan yang lebih tinggi dibanding dengan tanah mineral sedangkan dekomposisi gambut akan meningkatkan ketersediaaan hara bagi tanaman kelapa sawit (Sugiono, et al., 1999).

Kerapatan masa yang rendah pada lahan gambut menyebabkan pembuatan jalan dan jembatan pada lahan rawa pasang surut yang didominasi gambut memerlukan memerlukan persyaratan tertentu yang tidak dapat disamakan dengan lahan yang didominasi tanah mineral biasa serta memerlukan biaya yang lebih mahal untuk pembangunannya. Secara umum, investasi yang diperlukan untuk pembangunan infrastuktur pada lahan rawa pasang surut akan lebih besar dibandingkan dengan lahan yang didominasi tanah mineral biasa, meliputi biaya untuk pembangunan jaringan jalan dan jembatan, parit-parit drainase, dan pintu-pintu air. Untuk pembangunan pabrik dan perumahan diperlukan pemadatan tanah gambut sehingga lebih stabil atau pembangunan dilakukan pada lahan mineral (Sutarta, 2009).

2.2 Karakteristik Gambut yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kelapa Sawit

A. Karateristik Fisik

(30)

beban (bearing capacity), subsiden (penurunan permukaan), dan mengering tidak balik (irriversible drying).

Kadar air tanah gambut berkisar antara 100 – 1.300% dari berat keringnya (Mutalib et al., 1991). Artinya bahwa gambut mampu menyerap air sampai 13 kali bobotnya. Dengan demikian, sampai batas tertentu, kubah gambut mampu mengalirkan air ke areal sekelilingnya. Kadar air yang tinggi menyebabkan BD menjadi rendah, gambut menjadi lembek dan daya menahan bebannya rendah (Nugroho, et al, 1997). BD tanah gambut lapisan atas bervariasi antara 0,1 sampai 0,2 g cm-3 tergantung pada tingkat dekomposisinya. Gambut fibrik yang umumnya berada di lapisan bawah memiliki BD lebih rendah dari 0,1 g/cm3, tapi gambut pantai dan gambut di jalur aliran sungai bisa memiliki BD > 0,2 g cm-3 (Tie and Lim, 1991) karena adanya pengaruh tanah mineral.

Volume gambut akan menyusut bila lahan gambut didrainase, sehingga terjadi penurunan permukaan tanah (subsiden). Selain karena penyusutan volume, subsiden juga terjadi karena adanya proses dekomposisi dan erosi. Dalam 2 tahun pertama setelah lahan gambut didrainase, laju subsiden bisa mencapai 50 cm. Pada tahun berikutnya laju subsiden sekitar 2 – 6 cm tahun-1 tergantung kematangan gambut dan kedalaman saluran drainase. Adanya subsiden bisa dilihat dari akar tanaman yang menggantung.

(31)

doyong atau bahkan roboh . Tanaman kelapa sawit yang doyong ini akan mengalami stress selama 1-2 tahun sehingga semasa ini tanaman tidak mengasilkan produksi. Tanaman kelapa sawit yang tumbang secara umum terjadi pada tanah gambut yang sudah matang sehingga pertumbuhan tanaman sudah cukub baik dan memiliki bobot batang dan daun yang lebih besar sehingga tanah tidak cukup kuat untuk menahan bobot tanaman yang yang besar tersebut, sementara perakaran kurang kuat berjangkar di dalam tanah. Apalagi jika air tanah terlalu dangkal menyebabkan perakaran tidak berkembang optimal. Hal ini menuntut pelaksanaan penanaman kelapa sawit dilakukan dengan metode yang berbeda dibandingkan penanaman pada lahan mineral. Pemadatan jalur tanaman menggunakan alat mekanis maupun pembuatan hole in hole planting method dengan puncher merupakan upaya yang sering dilakukan oleh perkebunan besar. Sementara pada perkebunan rakyat, sering dijumpai petani menanam dengan sistem punggu (guludan/gundukan tanah), dimana gundukan ini semakin diperbesar hingga membentuk sistem surjan (Sutarta dan Purba, 1992).

(32)

B. Karakteristik Kimia

Karakteristik kimia lahan gambut di Indonesia sangat ditentukan oleh kandungan mineral, ketebalan, jenis mineral pada substratum (di dasar gambut), dan tingkat dekomposisi gambut. Kandungan mineral gambut di Indonesia umumnya kurang dari 5% dan sisanya adalah bahan organik. Fraksi organik terdiri dari senyawa-senyawa humat sekitar 10 hingga 20% dan sebagian besar lainnya adalah 10 senyawa lignin, selulosa, hemiselulosa, lilin, tannin, resin, suberin, protein, dan senyawa lainnya.

Menurut Noor (2001) sifat utama tanah gambut meliputi ; (1) Kemasaman tanah, (2) Ketersediaan unsur hara, (3) Kapasitas tukar kation (KTK) (4) Kadar asam organik tanah dan (5) kandungan pirit.

Gambut oligotropik, seperti banyak ditemukan di Kalimantan, mempunyai kandungan kation basa seperti Ca, Mg, K, dan Na sangat rendah terutama pada gambut tebal. Semakin tebal gambut, basa-basa yang dikandungnya semakin rendah dan reaksi tanah menjadi semakin masam (Driessen dan Suhardjo, 1976). Di sisi lain kapasitas tukar kation (KTK) gambut tergolong tinggi, sehingga kejenuhan basa (KB) menjadi sangat rendah.

(33)

Secara umum kemasaman tanah gambut berkisar antara 3-5 dan semakin tebal bahan organik maka kemasaman gambut meningkat. Gambut pantai memiliki kemasaman lebih rendah dari gambut pedalaman. Kondisi tanah gambut yang sangat masam akan menyebabkan kekahatan hara N, P, K, Ca, Mg, Bo dan Mo. Unsur hara Cu, Bo dan Zn merupakan unsur mikro yang seringkali sangat kurang (Wong et al. 1986, dalam Mutalib,et al.1991.)

Secara alamiah lahan gambut memiliki tingkat kesuburan rendah karena kandungan unsur haranya rendah dan mengandung beragam asam-asam organik yang sebagian bersifat racun bagi tanaman. Namun demikian asam-asam tersebut merupakan bagian aktif dari tanah yang menentukan kemampuan gambut untuk menahan unsur hara. Karakteristik dari asam-asam organik ini akan menentukan sifat kimia gambut.

Tanah gambut juga mengandung unsur mikro yang sangat rendah dan diikat cukup kuat (khelat) oleh bahan organik sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Selain itu adanya kondisi reduksi yang kuat menyebabkan unsur mikro direduksi ke bentuk yang tidak dapat diserap tanaman. Kandungan unsur mikro pada tanah gambut dapat ditingkatkan dengan menambahkan tanah mineral atau menambahkan pupuk mikro.

(34)

(menguning) dan pada akhirnya tanaman akan mati. Turunan asam fenolat yang bersifat fitotoksik antara lain adalah asam ferulat, siringat , p-hidroksibenzoat, vanilat, p-kumarat, sinapat, suksinat, propionat, butirat, dan tartrat.

C . Tingkat kematangan dan Kedalaman Gambut.

Pada fisiografi gambut, jenis tanah utama yang dominan adalah tanah gambut yang merupakan tanah organik. Untuk budidaya kelapa sawit, faktor pembatas yang umum dijumpai pada tanah gambut adalah tingkat kematangan gambut, kedalaman gambut, kedalaman muka air tanah yang optimal, dan defisiensi hara. Tingkat kematangan dan kedalaman gambut merupakan faktor pembatas permanen yang tidak dapat diperbaiki melalui tindakan-tindakan kultur teknis. Dengan demikian, apabila kedua faktor pembatas ini berada pada kategori berat, maka keputusan budidaya kelapa sawit pada lahan rawa pasang surut sebaiknya ditinjau kembali. Tingkat kematangan gambut yang merupakan faktor pembatas berat adalah pada tingkat fibric (gambut mentah), sedangkan kedalaman gambut >3 m dapat diklasifikasikan sebagai faktor pembatas berat untuk budidaya kelapa sawit.

(35)

Pusat Penelitian Tanah (1983), memasukkan tanah gambut kedalam tanah organosol yang dibedakan kedalam tiga macam yaitu : 1) Organosol Fibrik, ialah tanah organosol yang didominasi oleh bahan fibrik sedalam 50 cm atrau berlapis sampai 80 cm dari permukaan; 2) Organosol Hemik ialah tanah organosol yang didominasi bahan hemik sedalam 50 cm atau berlapis sampai 80 cm dari permukaan; dan 3) Organosol Saprik, ialah tanah organosol selain organosol fibrik maupun hemik yang umumnya didominasi oleh bahan saprik.

Salah satu faktor penentu tingkat kesuburan tanah gambut adalah kedalaman lapisan gambut, gambut dalam secara umum memiliki tingkat kesuburan relative lebih rendah dibanding dengan gambut dangkal. Gambut lapisan atas secara umum memiliki tingkat kesuburan yang berbeda dengan gambut lapisan bawah (di bawah muka air tanah) hal ini disebabkan karena tingkat mineralisasi pada lapisan atas lebih tinggi karena sudah mengalami oksidasi. Pada lapisan bawah gambut juga mengalami dekomposisi secara anaerobic namun proses mineralisasi ini berjalan lambat bila dibanding dengan dekomposisi pada lapisan atas.

(36)

2.3 Perakaran tanaman kelapa sawit.

Akar tanaman kelapa sawit berfungsi untuk (1) menunjang struktur batang di atas tanah, (2) Menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah, (3) sebagai salah satu alat transpirasi tanaman. Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier dan kuarterner. Akar primer umumnya berdiameter 6-10 mm, keluar dari pangkal batang secara horijontal dan menghujam ke dalam tanah dengan sudut yang berbeda. Akar sekunder merupakan cabang yang keluar dari akar primer umumnya memiliki diameter 2-4 mm. Akar tersier mamiliki ukuran diameter 0,7-1,2 mm dan akar kuarterner merupakan cabang dari akat tersier dengan diameter 0,1-0,3 mm dan sering disebut feeding root atau akar penyerap utama.

Sebagian besar perakaran kelapa sawit berada dekat permukaan tanah dan hanya sedikit akar kelapa sawit berada pada kedalaman 90 cm, walaupun permukaan air tanah (water table) cukup dalam, sistem perakaran yang aktif secara umum berada pada kedalaman 5-35 cm dan akar tersier berada pada kedalaman 10-30 cm (Iyung, 2007). Menurut Fauzi, et al., 2008, akar sekunder, tersier, dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan tanah bahkan akar tersier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Selain akar yang ada di dalam tanah akar kelapa sawit juga ada yang keluar ke permukaan tanah sebagai akar napas.

(37)

17

kelembapan yang lebih baik misalnya dibawah rumpukan pelepah (Tailliez 1971 dalam Chan,__)

Dari hasil penelitian Dr. Christophe Jourdan, disimpulkan bahwa 23 % dari total permukaan akar kelapa sawit merupakan akar absorpsi. Sebagian besar dari akar absorpsi tersebut (83,7%) terdiri dari akar tersier (28.9%) dan akar kuarter.

Menurut Harahap (1999) mekanisme pergerakan akar kelapa sawit tumbuh dan berkembang pada tanah yang berkerapatan lindak tinggi dimulai dari masuknya akar tersier, kemudian diikuti oleh akar sekunder dan pada akhirnya baru dimasuki oleh akar primer. Akar primer dan sekunder kelapa sawit berfungsi sebagai jangkar sedangkan akar tersier berfungsi sebagai akar absorbsi air dan hara. Kelapa sawit dapat tumbuh pada kerapatan lindak yang tinggi selama perkembangan akar tidak terganggu.

(38)

III. METODA PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat Penelitian

Penelitian ini akan di mulai pada pertengahan Maret 2010 sampai dengan awal Agustus 2010. Lokasi penelitian di Kebun Negri Lama, PT Hari Sawit Jaya yang merupakan anak perusahaan dari Asian Agri yang terletak di Kecamatan Negri Lama Kabupaten Labuhan Batu provinsi Sumatra Utara.

3.2 Bahan dan Alat : Bahan :

1. Pohon kelapa sawit dengan posisi tegak, miring dan tumbang (Gambar 3) 2. Plastik putih (untuk tempat meletakkan sampel tanah dan akar).

3. Kantong plastic ukuran 1 kg dan 20 kg. 4. Cat (untuk menandai pokok yang diamati)

Alat yang digunakan :

1. Alat pengambilan akar (Gambar 1) 2. Timbangan (untuk menimbang akar).

3. Bor Gambut (untuk mengukur kedalaman gambut). 4. Saringan.

5. Ring sampler (Gambar 2)

(39)

Gambar 1. Alat untuk pengambilan sampel akar.

(40)

A

Pohon tegak

B

Pohon miring

C

[image:40.612.207.430.64.649.2]

Pohon tumbang

(41)

3.3 Metoda Penelitian.

Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metoda Deskriptif terhadap tanaman yang sudah ada di lapangan. Pengamatan dilakukan di Kebun Negeri Lama Utara (KNU) di afdeling I dan III. Tanaman yang dijadikan pokok pengamatan adalah tanaman yang memiliki umur yang sama (16 tahun) dan juga bahan tanaman yang sama (Costarica). Adapun Blok yang di pilih menjadi lokasi penelitian adalah Blok A94E (mineral alluvial), A94H (gambut dangkal), K94D (gambut sedang) dan blok K94K (gambut dalam). Pemilihan blok yang akan dijadikan lokasi penelitian dilakukan beberapa tahap antara lain : pertama, Pemilihan umur tanaman dan bahan tanaman yang sama. Kedua, setelah blok diseleksi kemudian dilakukan pengukuran kedalaman gambut dan dipilih sesuai dengan kedalaman yang telah ditetapkan.

(42)
[image:42.612.163.467.108.377.2]

Tabel 1. Jenis Gambut, kondisi pohon dan jumlah pohon sampel.

Tegak 3

Miring 3

Tumbang 3

Tegak 3

Miring 3

Tumbang 3

Tegak 3

Miring 3

Tumbang 3

Tegak 3

Miring 3

Tumbang 3

Total 36 Jenis Tanah Kedalaman

gambut Kondisi pohon Ulangan

Mineral

Dangkal (60-100cm)

Sedang (100-200cm)

Dalam (200-300cm) Gambut

Alluvial

Diskripsi dilakukan terhadap jumlah dan berat akar, setiap pohon sampel. Setiap pohon sampel di amati menggunakan alat seperti pada Gambar 1. Jarak dan kedalaman pengamatan dilakukan sbb :

- Jarak pengambilan sampel : 50, 150, 250, 350, dan 450 cm dari pangkal batang

- Kedalaman pengamatan dilakukan pada 0-15 cm, 15-30 cm, 30-45cm dan 45-60cm. Jika pada pengeboran 45-60 cm masih ditemukan akar maka pengeboran masih dilanjutkan sampai akar tidak ditemukan lagi.

(43)

Dengan demikian jumlah pengamatan yang dilakukan setiap pohon adalah 5 x 4 x 3 = 60 pengamatan

Jumlah pohon yang diamati pada penelitian ini adalah 36 pohon ,

Sehingga jumlah pengamatan seluruhnya adalah 36 x 60 = 2160 sampel.

3.4 Parameter Pengamatan A. Bobot kering akar.

Pengamatan bobot kering akar dilakukan dengan memisahkan akar dengan tanah pada setiap kedalaman, kemudian akar dicuci dan dikeringkan dengan oven dengan suhu 105oC selama 14 jam. Setelah akar kering dilakukan pemisahan akar primer, sekunder dan tersier lalu menimbang bobot masing-masing jenis akar tersebut.

B. Bulk Density (BD) tanah gambut .

Pengamatan BD tanah gambut dilakukan dengan cara mengambil sampel tanah utuh dengan menggunakan ring sampler, prosedur kerja pengambilan sample utuh ini adalah sebagai berikut :

1. Ratakan dan bersihkan lapisan tanah yang akan di ambil, kemudian letakkan ring sampler tegak pada lapisan tanah tersebut.

2. Gali tanah di sekeliling ring sampler dengan alat sekop,

(44)

4. Tekan ring sampler sampai tiga perempat bagiannya masuk ke dalam tanah.

5. Letakkan ring sampler yang lain di atas ring sampler yang pertama, kemudian tekan lagi hingga sampai bagian bawah ring sampler ini masuk ke dalam tanah kira-kira 1 cm.

6. Ring sampler beserta tanah di dalamnya digali dengan sekop,

7. Pisahkan ring sampler ke dua dengan hati-hati dan potonglah tanah kelebihan bagian atas dan bawah ring sampler sampai rata sekali.

8. Tutup ring sampler dengan tutup plastic.

9. Sampel sesegera mungkin dikirim ke laboratorium untuk diamati BD nya. Selanjutnya penetapan BD dilakukan di laboratorium tanah R&D Asian Agri. Cara penetapan BD di laboratorium ini dilakukan sesuai standart yang berlaku di Laboratorium AA yang sudah memiliki standart Internasional.

C. Porositas tanah

(45)

P a s a r P i k u l

G a w a n g a n m a t i Pangkal Batang

50 cm

150 cm

Kedalaman 0 – 15 cm

250 cm Kedalaman 15 – 30 cm

350 cm Kedalaman 30 – 45 cm

Kedalaman 45 – 60 cm

450 cm

[image:45.612.140.512.91.538.2]

Barisan Tanaman

(46)

D. Sifat kimia dan kandungan unsur hara

Analisa kandungan unsur hara dilakukan di laboratorium AA di Tebing Tinggi. Sampel tanah yang dianalisa di ambil dari pengeboran 50 cm, 150 cm, 250 cm, 350 cm dan 450 cm dan pada kedalaman 0-30 dan 30-60 cm.

Sifat kimia dan kandungan unsur hara yang di amati adalah : a. pH

b. KTK c. C-organik d. N Total

e. P Total dan tersedia

f. K, Ca, Mg dapat dipertukarkan

Analisa sifat kimia dan kandungan unsur hara ini dilakukan hanya satu pohon di setiap kondisi pokok. Total sampel tanah yang di analisa adalah 120 sampel.

3.5 Analisis Data

Untuk menganalisa hubungan antara setiap karakteristik tanah dengan perkembangan perakaran dikaji dengan analisis regresi sederhana, dengan bentuk persamaan matematis :

Ŷ = a + bX Dimana :

Ŷ = Variabel terikat (bobot kering akar) X = Variabel bebas (karakteristik Tanah)

a = intersep dari garis pada sumbu Y

(47)

27

Selanjutnya untuk mengkaji karakteristik tanah dan akar secara bersama-sama maka dilakukan dengan analisis regresi linier berganda dengan bentuk matematis sebagai berikut :

Ŷ = a + b1X1+ b2X2 + b3X3+…..+ b9X9

Dimana :

Ŷ = Bobot kering akar (gr)

X1 = ph Tanah.

X2 = Kadar N tanah (%) X3 = C Organik (%) X4 = P total (ppm) X5 = P Tersedia (ppm) X6 = KTK (me/100g)

(48)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian 4.1. Bobot Kering Akar

[image:48.612.155.504.396.627.2]

Penghitungan bobot kering akar dilakukan berdasarkan tiga kedalaman gambut dan sebagai kontrol adalah tanah mineral (Alluvial) pada satuan volume tanah 15cm x 15cm x 15cm atau 3375 cm3. Data pada Tabel 2 adalah rerataan bobot kering akar dari jarak 50 sampai dengan 450 cm dari pangkal batang, pada empat kedalaman tanah dan tiga arah pengambilan sampel dari pokok persatuan volume 3375 cm3 ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rerataan bobot kering akar (g) pada berbagai jenis tanah.

Primer Sekunder Tersier Total

5.53 1.07 0.82 7.42

(74.6) (14.4) (11.0) (100)

6.39 1.72 2.38 10.48

(60.9) (16.4) (22.7) (100)

7.16 1.23 1.34 9.73

(73.5) (12.7) (13.8) (100)

6.61 1.21 1.39 9.92

(66.7) (12.2) (14.0) (100)

Jenis Akar

Mineral

Gambut dangkal

Gambut sedang

Gambut dalam Jenis Tanah

g/3375 cm3

(49)

Dari hasil pengamatan ini ternyata bobot akar kelapa sawit di tanah gambut lebih banyak dibanding dengan tanah mineral, baik akar primer, sekunder maupun tersier. Pada tanah mineral persentase bobot kering akar primer lebih tinggi dibanding dengan persentase akar primer di tanah gambut (dangkal, sedang dan dalam) dan sebaliknya untuk akar sekunder dan tersier, pada tanah mineral memiliki persentase yang lebih kecil dari tanah gambut (Gambar 5).

Hal lain yang dapat dilihat dari pengamatan ini adalah bobot dan persentase antara akar sekunder dan tersier, pada tanah gambut secara umum memiliki bobot kering akar tersier lebih besar dari akar sekunder. Berbeda halnya dengan tanah mineral (alluvial) yang mana akar sekunder lebih tinggi dari akar tersier. Berikut ini adalah diagram persentase bobot kering akar pada beberapa jenis tanah:

(50)
[image:50.612.119.507.80.231.2]

Gambar 5. Persentase jenis akar kelapa sawit pada kedalaman gambut dan tanah

mineral

4.1.1 Bobot kering akar berdasarkan jenis tanah dan jarak pengambilan sampel

(51)
[image:51.612.150.521.113.361.2]

Tabel 3. Rerataan bobot kering akar (g/3375cm3) berdasarkan jarak dari pokok

Jarak

50 cm 150 cm 250 cm 350 cm 450 cm

Akar Primer (gr) 17.14 3.81 1.58 0.98 0.99

Akar Sekunder (gr) 2.50 0.79 0.47 0.39 0.40

Akar tersier (gr) 1.70 0.66 0.43 0.34 0.34

Total akar (gr) 21.34 5.25 2.48 1.72 1.73

Akar Primer (gr) 21.58 4.63 0.99 0.71 0.50

Akar Sekunder (gr) 4.32 1.59 0.62 0.49 0.53

Akar tersier (gr) 6.21 2.06 0.91 0.75 0.59

Total akar (gr) 32.11 8.28 2.52 1.96 1.63

Akar Primer (gr) 27.72 2.77 0.90 0.61 0.54

Akar Sekunder (gr) 2.90 0.95 0.60 0.42 0.53

Akar tersier (gr) 3.22 0.93 0.67 0.53 0.58

Total akar (gr) 33.84 4.65 2.17 1.56 1.65

Akar Primer (gr) 27.80 2.70 0.44 0.28 0.33

Akar Sekunder (gr) 3.15 1.36 0.39 0.30 0.31

Akar tersier (gr) 3.41 1.36 0.56 0.45 0.36

Total akar (gr) 34.36 5.41 1.39 1.02 1.00

Gambut 

dalam

Tanah Jenis akar

Mineral

Gambut 

dangkal

Gambut 

sedang

Selanjutnya pola sebaran akar (bobot kering total) berdasarkan jarak pengambilan sampel dari pangkal batang di sampaikan pada gambar 6.

[image:51.612.152.495.442.640.2]
(52)

4.1.2 Bobot kering akar berdasarkan jenis tanah dan kedalaman

[image:52.612.155.515.402.640.2]

Total bobot kering akar primer pada tanah gambut mengalami peningkatan sampai kedalaman 30-45cm dan menurun pada kedalaman 45-60 cm. Berbeda dengan tanah mineral yang mengalami peningkatan sampai kedalaman 15-30 cm dan menurun hingga kedalaman 45-60 cm. Untuk tanah gambut memiliki bobot kering akar tersier yang lebih banyak dari akar sekunder di setiap kedalaman hingga 45-60 cm, sedangkan pada tanah mineral sebaliknya bobot akar sekunder lebih besar dari tersier. Akar sekunder dan tersier pada tanah gambut memiliki jumlah yang hampir sama pada setiap kedalaman hingga kedalaman 60 cm. Data total bobot kering akar rata-rata berdasarkan kedalaman disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rerataan bobot kering berdasarkan jenis akar dan kedalaman tanah.

Kedalaman

0 ‐ 15 cm 15 ‐ 30 cm 30 ‐ 45 cm 45 ‐ 60 cm

Akar Primer (gr) 2.40 7.49 6.95 5.30

Akar Sekunder (gr) 0.77 1.68 1.03 0.78

Akar tersier (gr) 0.89 1.10 0.83 0.46

Total akar (gr) 4.07 10.27 8.80 6.54

Akar Primer (gr) 3.62 7.65 7.41 6.86

Akar Sekunder (gr) 1.51 1.89 1.83 1.65

Akar tersier (gr) 2.82 2.19 2.27 2.23

Total akar (gr) 7.96 11.73 11.50 10.75

Akar Primer (gr) 3.90 7.40 10.03 7.30

Akar Sekunder (gr) 1.08 1.19 1.36 1.31

Akar tersier (gr) 1.34 1.26 1.29 1.48

Total akar (gr) 6.31 9.85 12.69 10.09

Akar Primer (gr) 3.48 7.34 7.87 7.76

Akar Sekunder (gr) 1.04 1.13 1.28 1.40

Akar tersier (gr) 1.76 1.33 1.16 1.32

Total akar (gr) 6.28 9.81 10.32 10.47 Gambut 

dalam

Tanah Jenis akar

Mineral

Gambut  dangkal

Gambut  sedang

(53)
[image:53.612.170.526.97.333.2]

Gambar 7. Pola sebaran akar kelapa sawit (bobot kering total) berdasarkan kedalaman pengambilan sampel.

4.1.3. Bobot kering akar berdasarkan jenis tanah dan arah pengambilan sampel

(54)
[image:54.612.162.522.123.420.2]

Tabel 5. Rerataan bobot kering akar berdasarkan jenis tanah dan arah pengambilan sampel.

Arah

Pasar pikul Antar pokok Gawangan mati

Akar Primer (gr) 5.64 3.87 5.19

Akar Sekunder (gr) 0.80 0.82 1.11

Akar tersier (gr) 0.74 0.63 0.72

Total akar (gr) 7.17 5.32 7.02

Akar Primer (gr) 7.17 4.58 5.30

Akar Sekunder (gr) 1.89 1.35 1.30

Akar tersier (gr) 2.38 1.88 2.06

Total akar (gr) 11.44 7.81 8.65

Akar Primer (gr) 6.94 7.27 5.32

Akar Sekunder (gr) 1.16 1.20 0.88

Akar tersier (gr) 1.31 1.23 1.02

Total akar (gr) 9.40 9.69 7.23

Akar Primer (gr) 5.23 7.36 6.34

Akar Sekunder (gr) 1.18 1.13 0.99

Akar tersier (gr) 1.39 1.12 1.17

Total akar (gr) 7.81 9.61 8.50

Gambut  dalam

Tanah Jenis akar

Mineral

Gambut  dangkal

Gambut  sedang

(55)
[image:55.612.174.516.82.324.2]

Gambar 8. Pola sebaran akar kelapa sawit (bobot kering total) berdasarkan arah pengambilan sampel dari pangkal batang.

4.1.4 Bobot kering akar berdasarkan jenis tanah dan kondisi pokok

(56)
[image:56.612.151.526.112.357.2]

Tabel 6. Rerataan Bobot kering akar berdasarkan jenis tanah dan kondisi pokok

Kondisi pokok

Tegak Miring Tumbang

Akar Primer (gr) 5.36 5.92 3.43

Akar Sekunder (gr) 1.18 0.79 0.77

Akar tersier (gr) 0.92 0.71 0.46

Total akar (gr) 7.45 7.41 4.65

Akar Primer (gr) 10.16 4.61 2.27

Akar Sekunder (gr) 2.13 1.53 0.87

Akar tersier (gr) 2.94 2.05 1.33

Total akar (gr) 15.23 8.19 4.47

Akar Primer (gr) 8.25 7.03 4.24

Akar Sekunder (gr) 1.16 1.10 0.98

Akar tersier (gr) 1.05 1.16 1.35

Total akar (gr) 10.46 9.29 6.58

Akar Primer (gr) 7.83 8.60 2.50

Akar Sekunder (gr) 1.26 1.29 0.75

Akar tersier (gr) 1.68 1.18 0.82

Total akar (gr) 10.77 11.07 4.08 Gambut 

dalam

Tanah Jenis akar

Mineral

Gambut  dangkal

Gambut  sedang

Sedangkan pola sebaran akar kelapa sawit (bobot kering total) berdasarkan kondisi pokok ditampilkan pada gambar 9.

[image:56.612.154.527.435.651.2]

(57)

4.2 Analisa Regresi sederhana Hubungan Karakteristik Tanah dengan Berat Kering Akar

4.2.1 pH Tanah

[image:57.612.113.529.290.555.2]

Nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indikator kesuburan kimiawi tanah, karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah tersebut. Hubungan antara pH dengan bobot kering akar dan kedalaman tanah disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Keeratan hubungan antara bobot kering akar dengan pH.

Kedalaman Persamaan Regresi R2 Sig (0.05) Mineral

0 – 30 cm 30 – 60 cm Gambut dangkal 0 – 30 cm 30 – 60 cm Gambut sedang 0 – 30 cm 30 – 60 cm Gambut dalam 0 – 30 cm 30 – 60 cm

Akar = -63.227 + 22.276 pH Akar = 76.863 - 17.154 pH

Akar = -329.249 + 106.189 pH

Akar = 117.331 - 29.889 pH

Akar = -85.885 + 29.1764 pH Akar = 96.0613 - 27.070 pH

Akar = -16.349 + 7.561 pH Akar = 171.303 – 52.356 pH

0.289 0.213 0.475 0.235 0.237 0.029 0.007 0.145 * tn ** tn tn tn tn tn

* nyata pada taraf 5% tn : tidak nyata

(58)
[image:58.612.147.465.179.445.2]

disampaikan rata-rata pH tanah pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm di dengan karakteristik jenis tanah dan kondisi pokok.

Tabel 8. Hasil rata-rata pH tanah pada karakteristik jenis tanah, kondisi pokok dan kedalaman tanah

0‐30 cm 30‐60 cm

Tegak 3.18 3.84

Miring 3.18 4.28

Tumbang 3.20 3.98

Rata‐rata 3.19 4.03

Tegak 3.24 3.64

Miring 3.20 3.34

Tumbang 3.14 3.68

Rata‐rata 3.19 3.55

Tegak 3.24 3.18

Miring 3.04 3.02

Tumbang 3.2 3.04

Rata‐rata 3.16 3.08

Tegak 3.18 3.06

Miring 3.18 3.04

Tumbang 3.32 3.14

Rata‐rata 3.23 3.08

Gambut dalam

Kedalaman  Jenis Tanah Kondisi Pokok

Mineral

Gambut Dangkal

Gambut sedang

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa di kedalaman 30-60 cm tanah mineral dan gambut dalam memiliki pH tanah yang lebih tinggi dibanding dengan lapisan atas (0-30 cm). Berbeda halnya dengan gambut sedang dan gambut dalam, yang mana pada kedalaman 30-60 cm lebih kecil dari lapisan atas (0-30 cm).

(59)

4.2.2 N Total (%)

[image:59.612.112.520.287.551.2]

Unsur hara N merupakan hara makro dan essensial bagi pertumbuhan tanaman. Nilai N di dalam tanah sangat menentukan kecukupan N bagi tanaman, besarnya nilai N di dalam tanah terutama tergantung dari jumlah bahan organik yang ada di dalam tanah serta tingkat dekoposisi dari bahan organik tersebut. Hubungan antara N (%) dengan bobot kering akar dan kedalaman tanah di sajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Keeratan hubungan bobot kering akar dengan nilai N pada beberapa karakteristik jenis dan kedalaman tanah.

Kedalaman Persamaan Regresi R2 Sig (0.05) Mineral

0 – 30 cm 30 – 60 cm Gambut dangkal 0 – 30 cm 30 – 60 cm Gambut sedang 0 – 30 cm 30 – 60 cm Gambut dalam 0 – 30 cm 30 – 60 cm

Akar = -32.904 + 30.2339 N Akar = 7.5252 + 1.2683 N

Akar = -62.985 + 50.8850 N Akar = 6.1488 + 7.2203 N

Akar = 14.2668 - 5.5550 N Akar = 135.934 - 98.023 N

Akar = -43.769 + 37.6753 N Akar = -139.34 + 142.691 N

0.134 0.000 0.200 0.048 0.004 0.263 0.145 0.133 tn tn tn tn tn * tn tn

* nyata pada taraf 5% tn : tidak nyata

(60)

Hasil rata-rata analisa N tanah berdasarkan karakteristik jenis tanah, kondisi pokok dan kedalaman tanah disajikan dalam Tabel 10 .

Tabel 10. Nilai N (%) pada karakteristik jenis tanah, kondisi pokok dan kedalaman tanah.

0 - 30 cm 30 - 60 cm

Tegak 1.28 0.12

Miring 1.37 0.11

Tumbang 1.33 0.13

Rata-rata 1.33 0.12

Tegak 1.49 0.45

Miring 1.37 1.30

Tumbang 1.43 0.32

Rata-rata 1.43 0.69

Tegak 1.35 1.27

Miring 1.48 1.24

Tumbang 1.47 1.25

Rata-rata 1.43 1.26

Tegak 1.49 1.07

Miring 1.32 1.05

Tumbang 1.32 1.03

Rata-rata 1.38 1.05

Mineral

Gambut dangkal

Gambut sedang

Gambut dalam

Kedalaman Kondisi pokok

TANAH

(61)

4.2.3 C-Organik

[image:61.612.111.534.315.580.2]

Pada tanah mineral bahan organik merupakan hal penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik fisik, kimiawi maupun dari segi biologi tanah. Namun berbeda dengan tanah gambut yang mana bahan pembentuknya adalah bahan organik, nilai C-organik yang tinggi membuat sifat fisik dan kimia menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman. Hubungan C-Organik dengan karakteristik jenis tanah dan bobot kering akar (total) disajikan dalam Tabel 11 .

Tabel 11. Keeratan hubungan antara bobot kering akar (gr) dengan C-organik pada bebarapa karakteristik jenis dan kedalaman tanah

Kedalaman Persamaan Regresi R2 Sig (0.05) Mineral

0 – 30 cm 30 – 60 cm Gambut dangkal 0 – 30 cm 30 – 60 cm Gambut sedang 0 – 30 cm 30 – 60 cm Gambut dalam 0 – 30 cm 30 – 60 cm

Akar = -9.7707 + 0.4176 C Akar = -5.7155 + 9.4737 C

Akar = -107.52 + 2.9495 C Akar = 7.5403 + 0.1818 C

Akar = -34.260 + 0.9770 C Akar = 78.8990 - 1.5336 C

Akar = -13.353 + 0.5164 C Akar = 206.907 - 4.4446 C

0.020 0.128 0.238 0.033 0.054 0.010 0.012 0.192 tn tn tn tn tn tn tn tn

tn : tidak nyata

(62)

kedalaman 0-30 cm memiliki nilai C yang lebih tinggi dari lapisan 30-60 cm namun nilai ini tidak memiliki hubungan yang postif dengan jumlah akar tanaman.

Tabel 12. Nilai C-Organik (%) pada karakteristik jenis tanah, kondisi pokok dan kedalaman tanah.

0 ‐ 30 cm 30 ‐ 60 cm

Tegak 38.92 1.41

Miring 40.00 1.33

Tumbang 42.74 1.50

Rata‐rata 40.55 1.41

Tegak 40.66 11.85

Miring 38.50 40.14

Tumbang 40.22 7.19

Rata‐rata 39.79 19.73

Tegak 39.60 42.54

Miring 43.06 44.50

Tumbang 41.92 42.48

Rata‐rata 41.53 43.17

Tegak 42.36 43.40

Miring 40.62 44.74

Tumbang 41.34 44.50

Rata‐rata 41.44 44.21

Gambut dalam

Jenis tanah Kondisi pokok Kedalaman

Mineral

Gambut dangkal

Gambut sedang

(63)

4.2.4 P - Tersedia

[image:63.612.112.526.331.596.2]

Fosfor juga merupakan unsur hara makro yang esensial bagi pertumbuhan tanaman, namun persoalannya adalah tidak semua P di dalam tanah tersedia bagi tanaman. P tersedia dalam tanah dapat diartikan sebagai P yang dapat terlarut dalam air atau asam sitrat. Hara P yang dapat larut dalam air ini merupakan P yang dapat segera diserap oleh tanaman. Hubungan antara P tersedia dengan bobot kering akar pada beberapa karakteristik jenis dan kedalaman tanah disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Keeratan hubungan antara bobot kering akar (gr) dengan P-tersedia pada bebarapa karakteristik jenis dan kedalaman tanah

Kedalaman Persamaan Regresi R2 Sig (0.05) Mineral

0 – 30 cm 30 – 60 cm Gambut dangkal 0 – 30 cm 30 – 60 cm Gambut sedang 0 – 30 cm 30 – 60 cm Gambut dalam 0 – 30 cm 30 – 60 cm

Akar = 5.3588 + 0.0315 P-tersedia Akar = -2.8406 + 2.2205 P-tersedia

Akar = -12.038 + 1.0114 P-tersedia Akar = -.1925 + 1.0859 P-tersedia

Akar = 9.0662 - 0.1035 P-tersedia Akar = 43.4934 - 1.6952 P-tersedia

Akar = 11.0352 - 0.1053 P-tersedia Akar = 10.2732 + 0.0087 P-tersedia

0.082 0.309 0.856 0.099 0.062 0.217 0.017 0.000 tn * ** tn tn tn tn tn

* nyata pada taraf 5% tn : tidak nyata

(64)

dinyatakan bahwa dengan peningkatan P-tersedia maka akan terjadi peningkatan berat kering akar. Hasil analisa P-tersedia pada beberapa karakteristik jenis tanah, kondisi pokok dan kedalaman tanah disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Nilai P-tersedia (ppm) pada karakteristik jenis tanah, kondisi pokok dan kedalaman tanah.

0 ‐ 30 cm 30 ‐ 60 cm

Tegak 114.80 4.99

Miring 42.52 6.26

Tumbang 14.97 2.96

Rata‐rata 57.43 4.74

Tegak 28.72 8.57

Miring 20.36 14.78

Tumbang 15.84 7.92

Rata‐rata 21.64 10.42

Tegak 41.02 22.10

Miring 20.16 14.88

Tumbang 18.66 17.54

Rata‐rata 26.61 18.17

Tegak 25.04 12.74

Miring 21.12 10.96

Tumbang 38.94 18.43

Rata‐rata 28.37 14.04

Gambut dalam

Kedalaman

Jenis tanah Kondisi Pokok

Mineral

Gambut dangkal

Gambut sedang

4.2.5 KTK (Kapasitas Tukar Kation)

(65)

Tabel 15. Keeratan hubungan antara bobot kering akar dengan KTK pada beberapa karakteristik jenis dan kedalaman tanah.

Kedalaman Persamaan Regresi R2 Sig (0.05) Mineral

0 – 30 cm 30 – 60 cm Gambut dangkal 0 – 30 cm 30 – 60 cm Gambut sedang 0 – 30 cm 30 – 60 cm Gambut dalam 0 – 30 cm 30 – 60 cm

Akar = 7.7139 - 0.0102 KTK Akar = 9.8125 - 0.1010 KTK

Akar = -8.5395 + 0.3195 KTK Akar = -1.1375 + 0.3123 KTK

Akar = 23.3755 - 0.2644 KTK Akar = 6.0824 + 0.1030 KTK

Akar = 37.4988 - 0.4543 KTK Akar = 115.955 - 1.5684 KTK

0.000 0.002

0.095 0.100

0.050 0.002

0.062 0.460

tn tn

tn tn

tn tn

tn **

* nyata pada taraf 5% tn : tidak nyata

[image:65.612.113.529.123.391.2]
(66)
[image:66.612.148.450.125.390.2]

Tabel 16. Nilai KTK tanah(mg/100) pada beberapa karakteristik tanah, kondisi pokok dan kedalaman tanah

0 ‐ 30 cm 30 ‐ 60 cm

Tegak 48.19 21.85

Miring 63.72 17.37

Tumbang 49.70 24.29

Rata‐rata 53.87 21.17

Tegak 62.57 32.10

Miring 58.67 56.66

Tumbang 51.42 29.06

Rata‐rata 57.55 39.27

Tegak 65.26 63.47

Miring 65.36 69.01

Tumbang 63.00 59.86

Rata‐rata 64.54 64.11

Tegak 65.51 67.73

Miring 65.57 63.77

Tumbang 63.43 70.41

Rata‐rata 64.84 67.30

Gambut dalam

Kedalaman Jenis Tanah Kondisi Pokok

Mineral

Gambut dangkal

Gambut sedang

Pada Tabel 16 dapat diketahui bahwa nilai KTK gambut sedang dan gambut dalam sangat tinggi dibanding dengan tanah mineral, nilai KTK yang paling tinggi ternyata terjadi pada gambut dalam di kedalaman 30-60 cm. Pada tanah mineral dan gambut dangkal terjadi penurunan nilai KTK pada kedalaman 30-60 cm, hal ini karena disebabkan karena pada kedalaman tersebut dipengaruhi oleh tanah mineral (liat) yang memiliki nilai KTK yang lebih kecil dibanding gambut.

4.2.6 K - Dapat dipertukarkan (K dd)

(67)
[image:67.612.110.529.218.486.2]

hilang melalui pencucian sehingga pada tanah organik kandungan unsur ini relatif kecil. Hubungan antara K yang dapat dipertukarkan (K dd) dengan bobot kering akar pada beberapa jenis dan kedalaman tanah disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Keeratan hubungan antara bobot kering akar dengan K dd pada beberapa karakteristik jenis tanah kondisi pokok dan kedalaman tanah.

Kedalaman Persamaan Regresi R2 Sig (0.05) Mineral

0 – 30 cm 30 – 60 cm Gambut dangkal 0 – 30 cm 30 – 60 cm Gambut sedang 0 – 30 cm 30 – 60 cm Gambut dalam 0 – 30 cm 30 – 60 cm

Akar = 3.3021 + 2.0714 K Akar = -3.6514 + 13.5363 K

Akar = -5.3904 + 21.3623 K Akar = -18.361 + 83.2966 K

Akar = -2.4418 + 4.1540 K Akar = -.1075 + 8.8725 K

Akar = -5.2710 + 6.0337 K Akar = -11.071 + 15.4063 K

0.085 0.282 0.358 0.561 0.478 0.095 0.455 0.760 tn * * ** ** tn ** **

* nyata pada taraf 5% tn : tidak nyata

Pada Tabel 17 dinyatakan bahwa adanya hubungan yang positif antara bobot kering akar dengan K dd pada tanah mineral di kedalaan 30 cm, gambut dangkal 0-30cm dan 30-60 cm, gambut sedang 0-30 cm, gambut dalam di kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm. Hasil ini mengartikan bahwa semakin tinggi nilai K dd maka perkembangan akar semakin tinggi.

(68)

Tabel 18. Nilai K dd (pada beberapa karakteristik jenis tanah, kondisi pokok dan kedalaman tanah.

0 ‐ 30 cm 30 ‐ 60 cm

Tegak 2.11 0.88

Miring 1.59 1.11

Tumbang 1.90 0.52

Rata‐rata 1.87 0.84

Tegak 0.92 0.39

Miring 0.85 0.41

Tumbang 0.37 0.27

Rata‐rata 0.71 0.35

Tegak 1.69 1.37

Miring 2.04 0.81

Tumbang 2.59 2.15

Rata‐rata 2.11 1.44

Tegak 2.59 1.68

Miring 2.05 1.40

Tumbang 1.98 1.10

Rata‐rata 2.21 1.39

Gambut dalam

Kedalaman Jenis Tanah Kondisi pokok

Mineral

Gambut dangkal

Gambut sedang

Pada Tabel 18 di atas dinyatakan bahwa nilai K dd di kedalaman 0-30 cm lebih tinggi dari kedalaman 30-60 cm dari semua jenis tanah. Nilai K dd paling kecil terjadi pada gambut dangkal dan paling tinggi di gambut dalam. Nilai K dd hasil analisa sangat dipengaruhi oleh jumlah K yang diberikan melalui pemupukan. Hasil analisa K pada tanah mineral, gambut sedang dan gambut dalam secara umum berada pada level sangat tinggi sedangkan pada gambut dangkal berada pada level tinggi pada 0-30cm dan rendah pada 30-60 cm.

4.2.7 Ca dapat dipertukarkan (Ca dd)

[image:68.612.158.483.125.390.2]
(69)
[image:69.612.113.526.247.511.2]

meningkatkan pH tanah. Unsur ini sangat berperan pada perkembangan struktur dan membran sel tanaman selain itu unsur Ca juga berfungsi untuk perkembangan akar tanaman. Hubungan anatara Ca dd dengan bobot kering akar pada beberapa karakteristik jenis dan kedalaman tanah disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19. Keeratan hubungan bobot kering akar dengan Ca dd pada beberapa karakteristik jenis tanah, kondisi pokok dan kedalaman tanah.

Kedalaman Persamaan Regresi R2 Sig (0.05) Mineral

0 – 30 cm 30 – 60 cm Gambut dangkal 0 – 30 cm 30

Gambar

Gambar 3.  Pohon kelapa sawit  tegak (A), miring(B) dan tumbang(C)
Tabel 1.  Jenis Gambut, kondisi pohon dan jumlah pohon sampel.
Gambar 4.  Jarak dan kedalaman pengambilan sampel tanah dari pangkal batang.
Tabel 2. Rerataan bobot kering akar (g) pada berbagai jenis tanah.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian mengenai proses komunikasi antara Sparkle Organizer dengan Klien adalah dari pihak SO harus memposisikan tugas dan fungsi dari setiap devisi dalam

Untuk menghitung harga konduktivitas elektrik dari lapisan tipis dengan sistem STM, perlu untuk melakukan pengukuran arus tunnel antara ujung jarum ukur dan

Meskipun dokumen ini telah dipersiapkan dengan seksama, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala konsekuensi hukum dan keuangan

1) Pada tahapan ini, responden yang terpilih tidak diperkenankan melakukan kegiatan maupun aktivitas olahraga lain yang tidak menjadi bagian dalam aktifitas

Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Terhadap Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Periode 2014-2016) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Menunjukan bahwa pada shift malam lebih banyak melakukan pengiriman dibandingkan dengan shift pagi, serta kurangnya tidur yang semakin mempengaruhi kelelahan para

Oleh karena itu penulisan ini dibuat untuk mengkomputerisasikan pekerjaan yang ada di dalam sebuah toko telepon selular agar dapat memberikan pelayanan yang lebih mudah kepada

Pada penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah rumus korelasi Chi Square yaitu untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan harga diri