• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Kemiringan Talang Sistem Fertigasi Hidroponik Nft (Nutrient Film Technique) Pada Budidaya Tanaman Sawi (Brassica Juncea L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Kemiringan Talang Sistem Fertigasi Hidroponik Nft (Nutrient Film Technique) Pada Budidaya Tanaman Sawi (Brassica Juncea L)"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

UJI KEMIRINGAN TALANG SISTEM FERTIGASI

HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technique) PADA

BUDIDAYA TANAMAN SAWI (Brassica Juncea L)

SKRIPSI

DEWI RENITAULI SIMBOLON

060308023

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

UJI KEMIRINGAN TALANG SISTEM FERTIGASI

HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technique) PADA

BUDIDAYA TANAMAN SAWI (Brassica Juncea L)

SKRIPSI

DEWI RENITAULI SIMBOLON

060308023

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh,

Komisi Pembimbing

Ir. Edi Susanto, M.Si Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si

Ketua Anggota

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRAK

DEWI RENITAULI SIMBOLON: Uji Kemiringan Talang Sistem Fertigasi Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) pada Budidaya Tanaman Sawi (Brassica Juncea L). Dibimbing oleh EDI SUSANTO dan SAIPUL BAHRI DAULAY.

Hidroponik NFT (Nutrient film technique) merupakan model budidaya dengan meletakkan akar tanaman pada lapisan larutan yang tipis. Larutan tersebut bersikulasi selama 24 jam dan mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman.

Penetapan NFT dalam penelitian ini adalah untuk mempelajari keseragaman konduktivitas listrik (EC) dan pH larutan nutrisi serta efektivitas aplikasi kemiringan talang. Penelitian dilakukan dengan menanam tanaman pada talang yang ditopang styrofoam, kemudian melakukan pengambilan data sesuai dengan data yang ada selama periode pertumbuhannya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode kemiringan talang 9 % memberikan hasil produk dan keseragaman EC yang lebih baik dibandingkan dengan kemiringan talang 6 %. Dapat disimpulkan dari hasil yang diperoleh bahwa dengan kemiringan talang 9 % lebih efektif.

Kata kunci : Hidroponik NFT, Keseragaman Larutan Nutrisi, Aplikasi Kemiringan Talang

ABSTRACT

DEWI RENITAULI SIMBOLON: Test Gutters Fertigation Systems Hydroponic

NFT (Nutrient Film Technique) using Mustard green Plants (Brassica Juncea L.). Under the supervision of EDI SUSANTO and SAIPUL BAHRI DAULAY.

Hydroponic NFT (Nutrient Film Technique) is a model by placing the roots of plants cultivated in a thin layer of solution. Solution was circulated for 24 hours and contain plant nutrients as needed.

The research of NFT irrigation was carried out to study on Electric Conductivity(EC) uniformity and pH of nutrient liquid as well as effectivity of gutters gradient application. The research was done with planting the plants in gutters that hold by styrofoam, after wards recording data according to available parameter was carried out during crop growth.

The research showed that 9 % gradient of gutter resulted better yield produce than 6 % gradient of gutter. The research was concluded that 9 % gradient of gutter application was more effective

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Kemiringan Talang Sistem Fertigasi Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) pada Budidaya Tanaman Sawi (Brassica Juncea L)“.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Edi Susanto, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua dan keluarga yang telah banyak memberikan dukungan moril maupun materil penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Keteknikan Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2011

(5)

RIWAYAT HIDUP

Dewi Renitauli Simbolon, dilahirkan di Medan pada tanggal 09 Apri 1988, dari Ayah Umar Simbolon dan Ibu Yustina Sumartini. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMU Dharma Pancasila Medan dan pada tahun 2006 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota ATM (Agricultural Technology Moslem) dan kegiatan organisasi Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA).

(6)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian... 6

TINJAUAN PUSTAKA Sistem Fertigasi ... 7

Gambaran Umum Tanaman Sawi ... 8

Sistem Hidroponik NFT ... 11

Kebutuhan Air Tanaman Teoritis... 13

Keseragaman Air Irigasi ... 15

Konduktifitas Listrik (EC) ... 15

Keseragaman Konduktifitas Listrik (EC)... 17

pH Larutan ... 17

Keseragaman pH Larutan ... 18

Produktifitas Tanaman ... 19

Larutan Nutrisi ... 19

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

Bahan dan Alat Penelitian ... 23

Bahan ... 23

Alat ... 23

Metode Penelitian... 23

Prosedur Penelitian... 24

Pembuatan kontruksi hidroponik NFT ... 24

Pelaksanaan Persemaian ... 24

Pelaksanaan Penelitian ... 25

Parameter Penelitian... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN Kebutuhan Air Tanaman Teoritis... 26

Keseragaman Air Fertigasi (Debit Outlet) ... 28

Keseragaman pH Larutan Nutrisi... 29

Keseragaman Konduktivitas Listrik ... 31

Produktivitas Tanaman Sawi (Brassica Juncea L) ... 33

(7)

Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

LAMPIRAN ... 40

(8)

DAFTAR TABEL

Hal.

1. Konsentrasi maksimum ion garam terlarut dalam air untuk budidaya tanaman

di dalam Greenhouse (ppm) ... 16

2. Nilai pH dan EC untuk beberapa jenis tanaman sayuran ... 18

3. Hara Esensial untuk Pertumbuhan Tanaman ... 20

4. Kandungan unsur hara makro dan mikro dalam pupuk Growmore ... 22

5. Nilai evapotranspirasi tanaman (Etc) pada setiap periode pertumbuhan Tanaman ... 26

6. Nilai Keseragaman Fertigasi (Debit Outlet) pada setiap periode Pertumbuhan ... 28

7. Nilai keseragaman pH larutan nutrisi pada setiap periode perumbuhan ... 30

8. Nilai keseragaman konduktivitas listik pada setiap periode pertumbuhan ... 31

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

1. Flowchart Penelitian ... 40

2. Tampak samping kemiringan 6% ... 41

3. Tampak samping kemiringan 9% ... 42

4. Tampak atas ... 43

5. Tampak depan ... 44

6. Persentase jam siang Lintang Utara ... 45

7. Kandungan dan komposisi gizi sawi tiap 100 gram bahan ... 46

8. Data suhu harian ... 47

9. Perhitungan persentase jam siang Lintang Utara ... 48

10. Perhitungan kebutuhan air tanaman teoritis ... 49

11. Data debit outlet kemiringan 6 % dan 9% ... 51

12.Perhitungan keseragaman air fertigasi (debit outlet) kemiringan 6% ... 52

13.Perhitungan keseragaman air fertigasi (debit outlet) kemiringan 9% ... 54

14.Data nilai dan keseragaman pH selama periode pertumbuhan kemiringan 6 % ... 56

15.Data nilai dan keseragaman pH selama periode pertumbuhan kemiringan 9 % ... 58

16.Data nilai dan keseragaman EC selama periode pertumbuhan kemiringan 6% ... 60

17.Data nilai dan keseragaman EC selama periode pertumbuhan ... 62

kemiringan 9% 18.Data tingkat produktivitas tanaman sawi kemiringan 6%... 64

(10)

DAFTAR GAMBAR

Hal.

1. Diagram kebutuhan air tanaman teoritis/evapotranspirasi (ETc) ... 27

2. Diagram keseragaman fertigasi (Debit Outlet) pada setiap periode pertumbuhan ...28

3. Diagram keseragaman pH larutan nutrisi pada setiap periode Pertumbuhan ...30

4. Diagram keseragaman konduktivitas listrik pada setiap periode Pertumbuhan ... 31

5. Diagram produktivitas tanaman sawi (Brassica Juncea L) ... 34

6. Konstruksi hidroponik NFT kemiringan 6% dan 9% ... 66

7. Konstruksi hidroponik NFT tampak samping kemiringan 6% dan 9% ... 66

8. Konstruksi hidroponik NFT tampak depan kemiringan 6% ... 67

9. Konstruksi hidroponik NFT tampak depan kemiringan 9% ... 67

10. Kontruksi hidroponik NFT tampak atas kemiringan 6% ... 68

11. Konstruksi hidroponik NFT tampak atas kemiringan 9% ... 68

12. Bak larutan nutrisi dengan pompa ... 69

13. Alat pengukur pH (pH meter) ... 69

14. Alat pengukur konduktivitas listrik ( (EC meter) ... 70

15. Timbangan digital ... 70

(11)

ABSTRAK

DEWI RENITAULI SIMBOLON: Uji Kemiringan Talang Sistem Fertigasi Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) pada Budidaya Tanaman Sawi (Brassica Juncea L). Dibimbing oleh EDI SUSANTO dan SAIPUL BAHRI DAULAY.

Hidroponik NFT (Nutrient film technique) merupakan model budidaya dengan meletakkan akar tanaman pada lapisan larutan yang tipis. Larutan tersebut bersikulasi selama 24 jam dan mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman.

Penetapan NFT dalam penelitian ini adalah untuk mempelajari keseragaman konduktivitas listrik (EC) dan pH larutan nutrisi serta efektivitas aplikasi kemiringan talang. Penelitian dilakukan dengan menanam tanaman pada talang yang ditopang styrofoam, kemudian melakukan pengambilan data sesuai dengan data yang ada selama periode pertumbuhannya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode kemiringan talang 9 % memberikan hasil produk dan keseragaman EC yang lebih baik dibandingkan dengan kemiringan talang 6 %. Dapat disimpulkan dari hasil yang diperoleh bahwa dengan kemiringan talang 9 % lebih efektif.

Kata kunci : Hidroponik NFT, Keseragaman Larutan Nutrisi, Aplikasi Kemiringan Talang

ABSTRACT

DEWI RENITAULI SIMBOLON: Test Gutters Fertigation Systems Hydroponic

NFT (Nutrient Film Technique) using Mustard green Plants (Brassica Juncea L.). Under the supervision of EDI SUSANTO and SAIPUL BAHRI DAULAY.

Hydroponic NFT (Nutrient Film Technique) is a model by placing the roots of plants cultivated in a thin layer of solution. Solution was circulated for 24 hours and contain plant nutrients as needed.

The research of NFT irrigation was carried out to study on Electric Conductivity(EC) uniformity and pH of nutrient liquid as well as effectivity of gutters gradient application. The research was done with planting the plants in gutters that hold by styrofoam, after wards recording data according to available parameter was carried out during crop growth.

The research showed that 9 % gradient of gutter resulted better yield produce than 6 % gradient of gutter. The research was concluded that 9 % gradient of gutter application was more effective

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hidroponik merupakan pertanian masa depan sebab hidroponik dapat diusahakan di berbagai tempat, baik di desa, di kota di lahan terbuka, atau di atas apartemen sekalipun. Hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Oleh karena itu, harga jual panennya tidak khawatir akan jatuh. Pemeliharaan tanaman hidroponik pun lebih mudah karena tempat budidayanya relatif bersih, media tanamnya steril dan tanaman terlindung dari terpaan hujan. Serangan hama dan penyakit relatif kecil. Tanaman lebih sehat dan produktivitas lebih tinggi (Hartus, 2002).

Dewasa ini lahan pertanian semaki sempit akibat semakin berkembangnya industri sehingga menggeser lahan-lahan pertanian menjadi daerah perindustrian, lebih-lebih di daerah perkotaan. Di sisi lain kebutuhan akan hasil pertanian semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Untuk mengatasi masalah ini salah satu yang ditempuh adalah dengan meningkatkan produktivitas tanaman. Dengan cara ini diharapkan dari lahan sempit dapat dihasilkan yang banyak. Salah satu caranya adalah dengan hidroponik (Prihmantoro dan Indriani, 1999).

(13)

praktis dan inovatif, tetapi tetap kompetitif dan ekonomis. Beberapa kiatnya adalah menggunakan formula nutrisi yang dibuat sendiri, membuat lathhouse sederhana dan merancang jaringan irigasi sederhana.

Istilah hidroponik yang berasal dari bahasa Latin yang berarti hydro (air) dan ponos (kerja). Istilah hidroponik pertama kali dikemukakan oleh W.F. Gericke dari University of California pada awal tahun 1930-an, yang melakukan percobaan hara tanaman dalam skala komersial yang selanjutnya disebut nutrikultur atau hydroponics. Selanjutnya hidroponik didefinisikan secara ilmiah sebagai suatu cara budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah, akan tetapi menggunakan media inert seperti gravel, pasir, peat, vermikulit, pumice atau

sawdust, yang diberikan larutan hara yang mengandung semua elemen esensial

yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal tanaman (Susila, 2009).

Budidaya pertanian yang menggunakan teknologi hidroponik, tidak lepas dari sarana yang dapat menunjang optimalisasi dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Mengingat hidroponik ini bukan suatu keharusan, melainkan suatu jalan keluar, maka komoditi yang ditanam pun harus mempunyai pasar khusus dengan harga khusus pula (Sugiyanto, 2008).

(14)

ketrampilan secara menyeluruh terhadap penerapan teknik budidaya tanaman sayuran menggunakan teknologi hidroponik (Sugiyanto, 2008).

Nutrient film technique (NFT) merupakan model budidaya dengan

meletakkan akar tanaman pada lapisan air yang dangkal. Air tersebut tersikulasi dan mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran bisa berkembang di dalam larutan nutrisi. Karena di sekeliling perakaran terdapat selapis larutan nutrisi maka sistem ini dikenal dengan nama nutrient film technique. Mengingat bahwa kelebihan air akan mengurangi jumlah oksigen maka lapisan nutrisi dalam sistem NFT dibuat sedemikian rupa, maksimal tinggi larutan 3 mm, sehingga kebutuhan air (nutrisi) dan oksigen dapat terpenuhi (Sutiyoso, 2004).

Pada budidaya tanaman dengan sistem hidroponik pemberian air dan pupuk memungkinkan dilaksanakan secara bersamaan. Oleh karena itu, manajemen pemupukan (fertilization) dapat dilaksanakan secara terintegrasi dengan manajemen irigasi (irrigation) yang selanjutnya disebut fertigasi (fertilization and irrigation) . Dalam sistem hidroponik, pengelolaan air dan hara difokuskan terhadap cara pemberian yang optimal sesuai dengan kebutuhan tanaman, umur tanaman dan kondisi lingkungan sehingga tercapai hasil yang maximum (Susila, 2009).

(15)

Tanaman sawi sudah dikenal baik oleh masyarakat Indonesia. Aneka hidangan yang menggunakan sawi sebagai bahan baku sering kita jumpai di meja makan. Hasrat masyarakat untuk mengonsumsi sayuran sawi akhir-akhir ini juga menunjukkan peningkatan, sesuai dengan pertumbuhan penduduk, meningkatnya daya beli, gampangnya sayuran ini ditemukan di pasar, serta peningkatan pengetahuan gizi masyarakat. Budidaya sawi relatif mudah dibandingkan dengan tanaman hortikultura lainnya, sehingga dapat dilakukan oleh petani ataupun pemula yang ingin menekuni agrobisnis sawi (Haryanto, dkk, 1996).

Menurut (Sutiyoso, 2004) kualitas air merupakan faktor utama yang perlu dipertimbangakan dalam budidaya tanaman secara hidroponik. Tanaman terdiri atas 80 – 90% air sehingga ketersediaan air yang berkualitas sangat penting untuk mendukung keberhasilan proses budidayanya. Kualitas air dapat di tentukan dari apa yang terkandung di dalam sumbernya (sumur atau sungai), juga tingkat kemasamannya. Air adalah pelarut yang dapat mengandung jumlah tertentu garam-garam terlarut. Salah satu garam terlarut tersebut adalah pupuk. Untuk menyediakan sumber hara yang cukup bagi tanaman pupuk perlu dilarutkan di dalam air. Kualitas air dapat ditentukan dengan dengan keberadaan partikel fisik (pasir, limestone, bahan organik), jumlah bahan terlarut (hara dan bahan kimia non hara), dan pH air. Beberpa hal yang berhubungan dengan kualitas air yang perlu di check di laboratorium adalah electrical conduktivity (EC) dan pH.

(16)

dibandingkan dengan irigasi permukaan, karena dalam sistem ini tidak terjadi kehilangan air akibat perkolasi maupun run off.

Penerapan teknologi irigasi hemat air pada prinsipnya merupakan upaya peningkatan efisiensi irigasi dalam suatu proses budidaya tanaman sehingga penggunaan air irigasi per satuan produk semakin kecil. Di Indonesia, upaya peningkatan efisiensi irigasi merupakan hal yang mutlak harus dilakukan untuk

menjamin keberlanjutan pembangunan pertanian di masa mendatang (Chadirin, 2001).

Sistem fertigasi hidoponik NFT adalah suatu teknologi aplikasi pemberian

air irigasi dan nutrisi dengan memanfaatkan konstruksi NFT (Karsono, dkk, 2002). Penetapan sistem irigasi hidroponik NFT pada penelitian

ini adalah untuk mempelajari keseragaman konduktivitas listrik (EC) dan pH larutan nutrisi serta efektivitas aplikasi pemberian air. Penelitian ini pernah dilakukan di Inggris. Dengan hasil penelitian ini bahwa kemiringan talang dalam konstruksi mempengaruhi produktivitas tanaman. Semakin miring talangnya, produktivitas tanaman semakin besar (Untung, 2000). Oleh karena itu, dianggap perlu untuk melakukan penelitian ini dengan menggunakan tanaman sawi. Dalam penelitian ini kemiringan talang dalam konstruksi NFT yang diterapkan besarnya 6% dan 9%.

(17)

Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis kemiringan talang sistem fertigasi hidroponik NFT pada budidaya tanaman sawi. Diantaranya yaitu :

1. Menghitung kebutuhan air tanaman sawi secara teoritis.

2. Menghitung keseragaman fertigasi pada jaringan irigasi hidroponik NFT yang mencakup :

• Keseragaman air irigasi, yaitu keseragaman debit outlet

• Keseragaman larutan nutrisi yaitu keseragaman konduktivitas

listrik larutan dan pH larutan nutrisi 3. Menghitung produktivitas tanaman.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai syarat untuk melaksanakan ujian sarjana di Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Fertigasi

Fertigasi adalah air dan pupuk diberikan secara bersamaan sebgai larutan hara. Jumlah air dan hara akan selalu berubah sesuai dengan umur dan pertumbuhan tanaman. Kebutuhan tananaman terhadap hara dan terus meningkat sejak persemaian sampai tanaman menghasilkan (Susila, 2009).

Kelebihan dari sistem fertigasi adalah Nutrien lengkap dapat dikontrol oleh pertumbuhan pohon, menjamin kebersihan dan menghindar penyakit, mengatasi masalah tanah, meningkatkan hasil produksi, masalah rumput sangat rendah, kualitas hasil yang lebih baik, penggunaan pupuk yang efisien, mengurangi penggunaan racun dan hasil yang lebih tinggi. Sedangkan, kelemahan sistem fertigasi adalah Modal awal yang agak tinggi, pengetahuan yang mendalam perihal tanaman, manajemen ladang yang berkelanjutan dan kerusakan sistem membawa kerugian (Susila, 2009).

Teknologi fertigasi merupakan teknologi baru dalam budidaya sayuran yang bernilai tinggi seperti tomat, cabai, semangka dan melon. Fertigasi merupakan singkatan dari fertilizer (pemupukan) dan irrigation (pengairan). Pemupukan adalah pemberian bahan yang dimaksudkan untuk menambah hara tanaman pada tanah. Sedangkan irigasi adalah pemberian air pada tanah untuk keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanam-tanaman. Jadi, fertigasi merupakan suatu sistem pemupukan dan pengairan yang diberikan secara bersamaan (Izzati, 2006).

(19)

air. Air bersikulasi selama 24 jam terus-menerus. Lapisan air sangat tipis, sekitar 3 mm sehingga seperti film. Tanaman diletakkan dalam talang berbentuk segi empat. Talang disusun miring dengan sudut kemiringan 1-5 % sehingga larutan nutrisi mengalir dari bagian atas ke bawah mengikuti gaya gravitasi (Izzati, 2006). Gambaran Umum Tanaman Sawi

Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama lain. Manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan (Sugiyanto, 2008).

Menurut klasifikasi dalam tatanama (sistematika) tumbuhan, sawi termasuk ke dalam :

Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Sub kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rhoeadales (Brassicales) Famili : Cruciferae (Brassicaceae) Genus : Brassica

Spesies : Brassica Juncea L (Haryanto, dkk, 1996).

(20)

rasa pahit yang ada pada daun sawi ini dapat dihilangkan dengan cara pengasinan. Masyarakat umumnya mengolahnya terlebih dahulu menjadi sawi asin sebelum digunakan untuk campuran aneka penganan. Selain enak rasanya sawi asin juga lebih mahal harganya di pasaran. Sawi asin yang sudah jadi biasanya diikat dan berwarna hijau cokelat kebasahan (Rukmana, 1994).

Tanaman ini berukuran lebih kecil daripada sawi putih. Daun sawi jenis ini juga lebar seperti daun sawi putih tetapi warnanya lebih hijau tua. Sawi jenis ini batangnya sangat pendek tetapi tegap. Tangkal daunnya agak pipih, sedikit berliku, tetapi kuat. Varietas sawi hijau ini banyak dibudidayakan di lahan yang kering tetapi cukup pengairannya (Haryanto, dkk, 1996).

Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar tunggang (radix primaria) dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain menghisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman. Batang sawi pendek sekali dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun. Tanaman sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami, baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah (Rukmana, 1994).

(21)

ada yang secara langsung tetapi ada juga melalui pembibitan terlebih dahulu (Sugiyanto, 2008).

Sawi kaya akan sumber vitamin A, sehingga berdaya guna dalam upaya mengatasi masalah kekurangan vitamin A atau penyakit rabun ayam (Xerophthalmia) yang sampai kini menjadi masalah di kalangan anak balita. Kandungan nutrisi lain pada sawi berguna juga untuk kesehatan tubuh manusia. Kegunaan sawi dalam tubuh manusia antara lain untuk memperbaiki daya kerja buah pinggang (Rukmana, 1994).

(22)

Sistem Hidroponik NFT

Hidroponik NFT adalah pengerjaan atau pengelolaan air yang digunakan sebagai media tumbuh tanaman dan juga sebagai tempat akar tanaman menyerap unsur hara yang diperlukan dimana budidaya tanamannya dilakukan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Hidroponik NFT juga termasuk bercocok tanam dalam air dimana unsur hara telah dilarutkan didalamnya (Sutiyoso, 2004).

Dalam sistem irigasi hidroponik NFT (Nutrient Film Technique), air dialirkan ke deretan akar tanaman secara dangkal. Akar tanaman berada di lapisan dangkal yang mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan tanaman. Perakaran dapat berkembang di dalam nutrisi dan sebagian lainnya berkembang di atas permukaan larutan. Aliran air sangat dangkal, jadi bagian atas perakaran berkembang di atas air yang meskipun lembab tetap berada di udara. Di sekeliling perakaran itu terdapat selapis larutan nutrisi (Chadirin,2001).

Kata film pada hidroponik NFT menunjukkan aliran air yang sangat tipis berkisar 3 mm. Dengan demikian, hidroponik ini hanya menggunakan aliran air (nutrisi) yang bersikulasi selama 24 jam terus-menerus sebagai medianya. Keunggulan sistem hidroponik ini antara lain air yang diperlukan tidak banyak, kadar oksigen terlarut dalam larutan hara cukup tinggi, air sebagai media mudah didapat, pH larutan mudah diatur, dan ringan sehingga dapat disangga dengan talang (Sutiyoso, 2004).

(23)

nutrisi yang memadai. Untuk menentukan kecepatan masuknya larutan nutrisi ke talang perlu pengamatan rutin. Yang penting, ketebalan lapisan nutrisi tidak lebih dari 3 mm. Biasanya pada tanaman sayuran daun seperti sawi, kecepatan aliran nutrisi di dalam talang berkisar 0.75-1 liter/menit dengan kemiringan talang sekitar 3 %. Jika akar tanaman semakin banyak, kecepatan aliran nutrisi otomatis semakin berkurang. Tanaman yang paling dekat dengan inlet akan banyak menyerap nutrisi dan oksigen. Ini jelas akan mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Untuk meminimalkan efek negatif tersebut, panjang talang sebaiknya tidak lebih dari 12 m. Lebar talang minimun 14 cm. Standar tersebut berlaku unttuk kemiringan yang tidak lebih dari 5%. Seandainya lebih curam, batas anjuran panjang talang ialah 18 m (Untung, 2000).

Pada teknik NFT, tanaman ditegakkan di talang berbentuk segi empat yang biasanya digunakan untuk talang rumah. Bisa juga fiberglass yang dirancang khusus. Agar tanaman tumbuh tegak dijepit dengan styrofoam yang disambung- sambung di sepanjang permukaan atas talang sehingga aliran air di talang ini terlindungi dan bagian dasar talang menjadi gelap sehingga lumut tidak akan tumbuh (Untung, 2000). Umumnya styrofoam yang dipasang dalam talang mempunyai ketebalan 1 cm dan panjangnya 100 cm. Styrofoam tersebut dilubangi 1.5 cm dengan jarak 15-20 cm untuk sayuran daun dan 30-40 cm untuk tanaman buah (Karsono, dkk., 2002).

(24)

dengan pompa untuk mendorong larutan nutrisi agar tanaman masuk ke dalam jaringan distribusi atau inlet (Chadirin, 2001).

Faktor lingkungan sangat berpengaruh pada keberhasilan usaha hidroponik. Budidaya hidroponik dipengaruhi oleh komponen alami yang hendaknya dikendalikan dan dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang usaha produksi. Faktor lingkungan yang umumnya berpengaruh pada budidaya hidroponik yaitu curah hujan, kelembaban, cahaya, temperatur, elevasi dan angin (Sutiyoso, 2004). Kecukupan cahaya hendaknya dimanfaatkan dengan memberikan konsentrasi hara lebih tinggi. Pada temperatur yang tinggi, reaksi kimia akan berjalan cepat sehingga pertumbuhan tanaman menjadi pesat (Karsono, dkk., 2002).

Kebutuhan Air Tanaman Teoritis

Kebutuhan air atau evapotranspirasi adalah dua istilah transpirasi dan evaporasi. Transpirasi adalah air yang memasuki daerah akar tanam-tanaman dan dipergunakan untuk membentuk jaringan tanam-tanaman atau dilepaskan melalui daun-daun tanam-tanaman ke atmosfir. Sedangkan evaporasi adalah air yang menguap dari tanah yang berdekatan, permukaan air, atau dari permukaan daun-daun tanaman ( Hansen et al, 1992).

(25)

Dengan demikian besar kebutuhan air tanaman adalah sebesar jumlah air yang hilang akibat proses evapotranspirasi. Pengaruh karakteristik tanaman terhadap kebutuhan air tanaman diberikan oleh koefisien tanaman (kc) yang menyatakan hubungan antara ETo dan ET tanaman (ETtanaman = kc . ETo). Nilai-nilai kc beragam dengan jenis tanaman, fase pertumbuhan tanaman, musim pertumbuhan, dan kondisi cuaca yang ada (Suroso, 2010).

Guslim (1997) menyatakan bahwa salah satu metoda yang digunakan untuk perhitungan Evapotraspirasi Tanaman (ETc) adalah metoda Blaney and

Cridle yang telah diubah, yaitu sebagai berikut :

... (1)

... (2) ... (3) Dimana: U = Evapotranspirasi tanaman (mm/hari)

P = Persentase jam siang Lintang Utara (%) Kc = Koefisien tanaman

t = Suhu rata-rata bulanan (oC) Kt = Koefisien suhu

Menurut Guslim (1997) suhu rata-rata bulanan diperoleh dari perhitungan suhu rata-rata harian selama satu bulan, dengan rumus :

...

(4)
(26)

T17.30 = Suhu pada pukul 17.30 (oC)

...

(5

)

Dimana : ƩT = Total jumlah suhu rata-rata selama satu bulan (oC) Keseragaman Air Irigasi (Fertigasi)

Sapei (2003) menyatakan bahwa nilai CU (Coefficient Uniformity) haruslah lebih besar dari 80%. Nilai CU yang rendah dapat dijadikan indikator bahwa banyak kehilangan air dan nilai efektifitas yang rendah. Keseragaman air irigasi (uniformity of water application) merupakan salah satu faktor penentu efisiensi irigasi yang dihitung dengan persamaan koefisien keseragaman air irigasi (CU) dengan rumus :

... (6)

Dimana: Cu = Koefisien fertigasi (%) n = Jumlah outlet

= Nilai rata-rata dari debit air pada tiap outlet (ml/s) xi = Volume pemakaian air pada tiap talang ke-i (ml/s)

= Jumlah dari deviasi absolute dari rata-rata pengukuran (ml/s)

Konduktivitas Listrik (EC)

(27)

larutan hara. Pengukuran EC dapat digunakan untuk mempertahankan target konsentrasi hara di zona perakaran yang merupakan alat untuk menentukan pemberian larutan hara kepada tanaman (Susila, 2009).

Satuan pengukuran EC adalah millimhos per centimeter (mmhos/cm), millisiemens per centimeter (mS/cm) atau micro-siemens per centimeter. Air yang sesuai untuk budidaya tanaman di dalam greenhouse sebaiknya mempunyai EC yang tidak melebihi1.0 mmhos/cm. (EC=1) (Susila, 2009).

Banyaknya unsur hara yang terkandung di dalam larutan nutrisi sama dengan nilai konduktivitas listrik (EC) larutan nutrisi. Semakin tinggi nilai EC maka semakin banyak unsur hara yang terkandung di dalam larutan nutrisi yang terkandung bahwa kemampuan larutan nutrisi dalam menghantarkan ion-ion listrik ke akar tanaman semakin meningkat (Sutiyoso, 2004).

Tabel 1. Konsentrasi maksimum ion garam terlarut dalam air untuk budidaya tanaman di dalam Greenhouse (ppm)

Elemen Konsentrasi Maksimum (ppm)

Nitrogen (NO3 - N) 5

Phosphor (H2PO4 - P) 5

Potassium (K+) 5

Calsium (Ca++) 120

Magnesium (Mg++) 25

Chlorida (Cl-) 100

Sulphat (SO4--) 200

Bicarbonat (HCO3-) 60

Sodium (Na++) 30

Iron (Fe+++) 5

Boron (B) 0.5

Zinc (Zn++) 0.5

Manganese (Mn++) 1.0

Copper (Cu++) 0.2

Molybdenum (Mo) 0.02

Fluoride (F-) 1

(28)

Keseragaman Konduktivitas Listrik

Keseragaman konduktivitas listrik (EC) ditentukan juga dengan menggunakan persamaan (5). Dengan menyesuaikan variabel yang akan dihitung :

... (7)

Dimana: Cu = Koefisien keseragaman konduktifitas listrik (%) n = Jumlah outlet

= Nilai rata-rata dari konduktifitas listrik pada tiap outlet (mmho/cm)

xi = konduktifitas listrik pada tiap talang ke-i

= Jumlah dari deviasi absolute dari rata-rata pengukuran (mmho/cm)

(Sapei, 2003). pH larutan

Kemasaman dan kebasaan dari air dinyatakan dalam pH dan diukur dalam skala 0 sampai 14. Angka yang semakin rendah menunjukkan kondisi larutan yang semakin masam, sebaliknya semakin tinggi pH semakin alkalin. Skala pH adalah logaritmik, artinya peningkatan 1 angka, misalnya 4 ke 5 menunjukkan 10 kali meningkat alkalinitasnya, demikian juga sebaliknya. Pada lokasi tertentu pH air cukup alkalin dengan pH 7.0 sampai 7.5. Alkalinitas air ini meningkat dengan meningkatnya konsentrasi Bicarbonat (HCO3-). Pengukuran pH mencerminkan reaksi kimia air dan larutan hara. Kondisi pH larutan hara sangat menentukan tingkat kelarutan unsur hara, dan ketersediaan hara bagi tanaman (Susila, 2009).

(29)

dengan menggunakan larutan asam : asam phosphat, asam nitrat. Ketika bahan-bahan tersebut digunakan kandungan N, P yang terikut harus diperhitungkan dalam pemberian hara (Susila, 2009).

Keseragaman pH Larutan

Keseragaman pH larutan ditentukan juga dengan menggunakan persamaan (5). Dengan menyesuaikan variabel yang akan dihitung :

... (8)

Dimana: Cu = Koefisien keseragaman pH larutan (%) n = Jumlah outlet

= Nilai rata-rata dari pH larutan pada tiap outlet xi = pH larutan pada tiap talang ke-i

= Jumlah dari deviasi absolute dari rata-rata pH larutan Tabel 2. Nilai pH dan EC untuk beberapa jenis tanaman sayuran

Tanaman pH EC

Brokoli 6.0-6.8 3.0-3.5

Kubis 6.5-7.0 2.5-3.0

Cabai 6.0-6.5 1.8-2.2

Kubis Bunga 6.5-7.0 1.5-2.0

Seledri 6.0-6.5 2.5-3.0

Mentimun 5.5-6.0 1.0-2.5

Terung Jepang 5.8-6.2 2.5-3.5

Bawang Daun 6.5-7.0 2.0-3.0

Lettuce 6.0-6.5 2.0-3.0

Lettuce Head 6.0-6.5 0.9-1.6

Bawang Merah 6.0-7.0 2.0-3.0

Pakcoi 6.5-7.0 1.5-2.0

Bayam 6.0-7.0 1.4-1.8

Jagung Manis 6.0-6.5 1.6-2.5

Tomat 5.5-6.5 2.0-5.0

Zucchini 6.0-6.5 1.2-1.5

Kacang-kacangan 5.5-6.2 2.0-4.0

(30)

Produktivitas Tanaman

Produktivitas tanaman diukur dengan menghitung rataan berat tanaman yang sudah siap dipanen dalam setiap talang setiap satu kali produksi untuk masing-masing kemiringan 6% dan 9%.

Larutan Nutrisi

Menurut Sutiyoso (2004) menyatakan bahwa :

• Faktor tumbuh esensial : air, cahaya, nutrisi, CO2

• Nutrisi esensial : mutlak diperlukan tanaman

• Pembagian berdasarkan kebutuhan :

1. Makro : kandungan besar

Dianggap makro karena dibutuhkan dalam jumlah banyak (kg/Ha). Beberapa unsur hara makro, yaitu N, P, K, Ca, Mg dan S. Unsur hara makro ini diberikan dalam ramuan hara.

2. Mikro : kandungan kecil

(31)

untuk pertumbuhan tanaman mengakibatkan total hara essensial sebanyak 16 elemen (Susila, 2009).

[image:31.595.113.507.236.528.2]

Menurut Untung (2000) bahwa bahan baku pupuk harus mempunyai daya larut yang bagus sekali, tidak ada endapan bila bahan dilarutkan dalam air.

Tabel 3. Hara Esensial untuk Pertumbuhan Tanaman

Element Simbol Tipe Gejala Defisiensi

Nitrogen N Makro Tanaman hijau muda, daun tua menguning.

Phosphorus P Makro Tanaman hijau tua berubah keunguan.

Potassium K Makro Tepi daun tua hijau kekuningan.

Magnesium Mg Makro Interveinal chlorosis, Chlorosis mulai dari daun tua berubah ke nekrosis.

Calcium Ca Makro Die back daun muda (tip burn), Blossom end rot of fruit (tomat dan paprika).

Sulfur S Makro warna daun hijau muda.

Iron Fe Mikro interveinal chlorosis, dengan "netted

pattern" .

Manganese Mn Mikro interveinal chlorosis, dengan "netted

pattern" .

Boron B Mikro Pucuk terminal menjadi hijau muda, dan

mati.

Copper Cu Mikro Daun muda rontok, dan kelihatan layu.

Zinc Zn Mikro interveinal chlorosis daun tua.

Molybdenum Mo Mikro Daun bagian bawah pucat.

(Susila, 2009).

(32)

arangsekam, spons, batu apung, dll. Air harus diperhatikan kualitas air yang dipergunakan, tingkat salinitas tidak melebihi 2500 ppm dan nilai EC tidak lebih dari 6,0 mmhos/cm. Air tidak boleh mengandung terlalu banyak unsur logam berat (Sutiyoso, 2004).

Oksigen, memegang peranan penting dalam hidroponik. Kekurangan oksigen akan menyebabkan dinding sel sulit untuk ditembus, sehingga tanaman akan kekurangan air. Dengan demikian tanaman akan cepat layu karena larutan tidak mengandung oksigen. Pemberian oksigen ke dalam larutan dapat melalui gelembung udara seperti pompa air gelembung yang dipakai akuarium, penggantian larutan nutrisi secara rutin, membersihkan atau mencabut akar tanaman yang terlalu panjang, dan memberikan lubang ventilasi pada tempat penanaman (Untung, 2000).

(33)

Growmore adalah pupuk daun lengkap dalam bentuk kristal berwarna biru,

sangat mudah larut dalam air. Dapat diserap dengan mudah oleh tanaman baik itu melalui penyemprotan daun maupun disiram ke dalam tanah. Mengandung hara lengkap dengan konsentrasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Semua produk growmore dianjurkan dipakai pada tanaman :

a. Tanaman hias, bunga potong, anggrek.

b. Semangka, melon, jeruk, apel, mangga, durian, kopi, coklat, lada c. Padi, palawija (jagung, kedele, kacang-kacangan).

[image:33.595.118.509.377.687.2]

d. Sayuran (tomat, kentang, kubis, bawang, cabe, broccoli). e. Lapangan golf, tanaman hydrponik.

Tabel 4. Kandungan unsur hara makro dan mikro dalam pupuk Growmore

Sumber : PT. Kalatham Coorporation (Anonim, 2010).

Unsur hara Komposisi

Total Nitrogen (N) 10 %

Ammoniacal Nitrogen 8.5 %

Nitrate Nitrogen 0.5 %

Urea Nitrogen 1.0 %

Available Phosphoric Acid (P2O5) 55 %

Soluble Potash (K2O) 10 %

Calcium (Ca) 0.05 %

Magnesium (Mg) 0.10 %

Chelated Magnesium 0.10 %

Sulfur (S), Combined 0.20 %

Boron (B) 0.02 %

Copper (Cu) 0.05 %

Chelated Copper 0.05 %

Iron (Fe) 0.10 %

Chelated Iron 0.10 %

Manganese (Mn) 0.05 %

Chelated Manganese 0.05 %

Molybdenum (Mo) 0.0005 %

Zinc (Zn) 0.05 %

(34)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 di lahan percobaan Fakulas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber air

untuk penelitian, bibit tanaman sawi (Brassica Juncea L) dan pupuk Growmore. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur

nutrisi, talang berbentuk kotak, pipa pvc, pH meter, EC meter, ember larutan nutrisi, alat tulis, kamera digital, kalkulator, pompa air akuarium, timbangan digital, selang plasik, botol kocok.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada percobaan ini adalah metode observasi lapangan dan analisis data meliputi kebutuhan air tanaman, keseragaman fertigasi, produktivitas tanaman dan evaluasi kemiringan talang.

(35)

Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian adalah sebagai berikut: A. Pembuatan kontruksi hidroponik NFT

1. Disiapkan bahan untuk pembuatan konstruksi hidoponik NFT.

2. Dirancang konstruksi hidroponik NFT dengan kemiringan 6% dan 9%. 3. Diletakkan ember larutan nutrisi pada posisi sejajar dengan ketinggian

minimum dari ujung outlet talang.

4. Disusun talang pada alat hidroponik NFT.

5. Dipasang pipa lateral yang dilengkapi selang plastik sebagai inlet pada drum nutrisi.

6. Dipasang pipa penampung dengan posisi miring yang dilengkapi dengan selang plastik sebagai outlet.

7. Didirikan rumah atap plastik. B. Pelaksanaan Persemaian

1. Disediakan tempat persemaian berupa wadah plastik berukuran 40 x 30 x 5 cm.

2. Diisi wadah dengan tanah setinggi 3-4 cm. 3. Dibasahi tanah dengan air sampai lembab.

4. Ditaburkan benih di atas media tanah dengan jarak yang tidak terlalu rapat.

5. Di tutup tempat persemaian dengan plastik hitam agar tidak terkena sinar matahari langsung.

(36)

Pelaksanaan Penelitian

Adapun pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Drum diisi dengan larutan nutrisi dan air sesuai dengan takaran dicampur merata. Kemudian dihitung EC dan pH.

2. Pompa diaktifkan agar nutrisi mengalir di dalam talang. 3. Dilakukan pemindahan tanaman dari persemaian ke talang.

4. Dilakukan pengamatan pada setiap data yang di tentukan sampai tanaman dapat di panen.

Parameter Penelitian

1. Perhitungan kebutuhan air tanaman

Perhitungan kebutuhan air tanaman terdiri dari perhitungan kebutuhan air tanaman secara teoritis (persamaan Blaney and cridle yang telah diubah) yaitu persamaan (1), (2) dan (3).

2. Keseragaman air fertigasi

Perhitungan keseragaman air fertigasi dengan persamaan (6) 3. Keseragaman konduktivitas listrik

Perhitungan keseragaman konduktivitas listrik dengan persamaan (7) 4. Keseragaman pH larutan

Perhitungan keseragaman pH larutan dengan persamaan (8) 5. Produktivitas tanaman

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kebutuhan Air Tanaman Teoritis

Kebutuhan air tanaman teoritis adalah jumlah air yang digunakan untuk memenuhi evapotranspirasi tanaman agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Kebutuhan air tanaman teoritis dihitung dengan menggunakan metode Blaney and

Criddle yang telah diubah pada persamaan (1).

Suhu rata-rata harian bulan April selama periode pertumbuhan diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan termometer. Suhu diukur selama 30 hari periode pertumbuhan tanaman sawi (Brassica Juncea L). Dari pengukuran di lapangan diperoleh suhu rata-rata harian pada bulan April sebesar 27.80 oC. Data hasil pengukuran suhu harian rata-rata dapat dilihat pada Lampiran 7.

Persentase jam siang Lintang Utara untuk wilayah Medan Polonia (3027’12”LU) diperoleh dari data sekunder persejjjntase jam siang Lintang Utara yang dapat dilihat pada Lampiran (6). Persentase jam siang Lintang Utara pada bulan April yang diperoleh sebesar 8.23%.

[image:37.595.105.513.589.699.2]

Besarnya nilai evapotranspirasi tanaman (ETc) pada setiap periode pertumbuhan tanaman sawi dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 1.

Tabel 5. Nilai evapotranspirasi tanaman (ETc) pada setiap periode pertumbuhan

Periode pertumbuhan Evapotranspirasi (mm/hari)

Awal 2.46

Tengah 4.29

Akhir 5.54

Periode awal pertumbuhan : 0-10 hari setelah pindah tanam

Periode tengah pertumbuha : 11-20 hari setelah pindah tanam

Periode akhir pertumbuhan : 21-30 hari setelah pindah tanam

(38)
[image:38.595.159.419.239.484.2]

akhir pertumbuhan (Doorenbos and Pruitt, 1984). Sehingga diperoleh nilai evapotranspirasi tanaman sebesar 2.46 mm/hari pada awal periode pertumbuhan, 4.29 mm/hari pada tengah periode pertumbuhan dan 5.54 mm/hari pada akhir periode pertumbuhan. Perhitungan besarnya nilai evapotranspirasi pada setiap periode pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada Lampiran 9.

Gambar 1. Diagram kebutuhan air tanaman teoritis/evapotranspirasi (Etc)

Gambar 1 menunjukkan nilai evapotranspirasi tanaman atau kebutuhan air tanaman (ETc) terus meningkat selama periode pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan Hansen et al (1992) yang menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan air tanaman terus meningkat seiring dengan pertumbuhan tanaman. Semakin besar tanaman maka kebutuhan air tanaman juga semakin besar hal ini terjadi karena kehilangan air akibat evaporasi dan transpirasi juga meningkat. Kebutuhan air tanaman teoritis pada setiap periode pertumbuhan tanaman diperlukan untuk mengetahui jumlah air irigasi termasuk larutan nutrisi yang dibutuhkan atau

2,46

4,29

5,54

0 1 2 3 4 5 6

Awal Tengah Akhir

ETc

(39)

sejumlah air yang dibutuhkan untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan (evaporasi dan transpirasi) agar tanaman dapat tumbuh lebih baik.

Keseragaman Air Fertigasi (Debit Outlet)

[image:39.595.113.511.281.352.2]

Keseragaman fertigasi (debit outlet) diperoleh dengan menggunakan persamaan (6). Besarnya persentase keseragaman fertigasi (debit outlet) pada setiap periode pertumbuhan tanaman disajikan pada Tabel 6 dan Gambar 2.

Tabel 6. Nilai Keseragaman Fertigasi (debit Outlet) pada setiap periode pertumbuhan

Periode Pertumbuhan Keseragaman Fertigasi (Debit Outlet) (%)

Kemiringan 6% Kemiringan 9%

Awal 80.36 89.73

Tengah 90.21 92.24

Akhir 94.76 95.25

[image:39.595.148.490.451.648.2]

Nilai keseragaman fertigasi merupakan persentase yang diperoleh dari pengukuran debit outlet setiap talang pada setiap periode pertumbuhan tanaman. Perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 13.

Gambar 2. Diagram keseragaman fertigasi (Debit Outlet) pada setiap periode pertumbuhan

Gambar 2 menunjukkan besarnya nilai keseragaman (CU) debit outlet untuk kedua perlakuan kemiringan talang ini sudah lebih besar dari 80%, hal ini

89,36 90,21 94,76 89,73 92,24 95,25 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96

Awal Tengah Akhir

(40)

berarti nilai keseragaman fertigasi (debit outlet) sudah memenuhi standar keseragaman. Sesuai dengan pernyataan Sapei (2003), bahwa besarnya nilai keseragaman fertigasi (Debit outlet) harus lebih besar dari 80%. Hal ini menunjukkan bahwa jaringan fertigasi hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) mampu memberikan distribusi larutan yang cukup merata pada setiap talang untuk kedua perlakuan. Namun apabila nilai keseragaman Fertigasi (debit outlet) tidak mencapai 80% maka jaringan fertigasi hidroponik NFT dinilai tidak layak, karena pendistribusian air tidak merata yang pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Dari data pengukuran debit oulet yang dapat dilihat pada Lampiran 11 untuk kedua perlakuan tersebut cenderung menurun untuk setiap periode pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Untung (2000) bahwa jika akar tanaman semakin banyak maka kecepatan aliran nutrisi otomatis semakin berkurang. Pertambahan akar tanaman pada setiap periode pertumbuhan tanaman akan mengakibatkan debit pada saluran outlet yang terukur akan semakin berkurang dalam setiap periode pertumbuhan tanaman sawi tersebut.

Keseragaman pH Larutan Nutrisi

[image:40.595.113.512.656.726.2]

Keseragaman pH larutan nutrisi diperoleh dengan menggunakan persamaan (8). Besarnya nilai keseragaman pH larutan nutrisi pada setiap periode pertumbuhan disajikan pada Tabel 7 dan Gambar 3

Tabel 7. Nilai keseragaman pH larutan nutrisi pada setiap periode pertumbuhan

Periode Pertumbuhan pH Larutan Nutrisi (%)

Kemiringan 6% Kemiringan 9%

Awal 97.30 97.35

Tengah 97.27 96.52

(41)
[image:41.595.134.494.205.412.2]

Nilai keseragaman pH larutan nutrisi merupakan persentase yang diperoleh dari pengukuran pH larutan nutrisi melalui saluran oulet setiap talang pada setiap periode pertumbuhan tanaman. Perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 14 dan Lampiran 15.

Gambar 3. Diagram keseragaman pH larutan nutrisi pada setiap periode pertumbuhan

Gambar 3 menunjukkan nilai keseragaman pH larutan nutrisi untuk kedua perlakuan kemiringan talang ini sudah lebih besar dari 80%, hal ini berarti nilai keseragaman pH larutan nutrisi sudah memenuhi standar keseragaman. Sesuai dengan Sapei (2003) yang menyatakan bahwa besarnya nilai keseragaman pH larutan nutrisi harus lebih besar dari 80%. Hal ini menunjukkan distribusi pH larutan nutrisi untuk setiap talang kedua perlakuan terdistribusi secara merata.

Data hasil pengukuran nilai pH larutan nutrisi kedua perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 14 dan Lampiran 15. Dari data hasil pengukuran nilai pH larutan nutrisi cenderung berfluktuasi untuk setiap periode pertumbuhan tanaman. Pada awal periode pertumbuhan tanaman, tanaman lebih banyak menyerap anion

97,30 97,35 97,27 97,48 96,52 96,43 90,00 91,00 92,00 93,00 94,00 95,00 96,00 97,00 98,00 99,00 100,00

Awal Tengah Akhir

(42)

sehingga larutan nutrisi lebih banyak mengandung kation maka larutan bersifat asam. Kation adalah ion-ion yang bersifat positif antara lain : NH4-, K+, Ca2+, Mg2+, Mn2+, Mo2+ dan Zn2+. Periode tengah pertumbuhan tanaman lebih banyak menyerap kation sehingga larutan nutrisi lebih banyak mengandung anion maka larutan bersifat basa. Anion adalah ion-ion yang bermuatan negative antara lain : NO3-, PO43-, SO42- dan BO33-. Hal ini sesuai dengan Sutiyoso (2004) yang menyatakan bahwa dalam periode pertumbuhan tanaman mungkin akan ada perubahan pH atau pH akan mengalami naik dan turun.

Keseragaman Konduktivitas Listrik

[image:42.595.113.510.435.504.2]

Keseragaman konduktivitas listrik diperoleh dengan menggunakan persamaaan (7). Besarnya nilai keseragaman konduktivitas listrik setiap periode pertumbuhan tanaman disajikan pada Tabel 8 dan Gambar 4.

Tabel 8. Nilai keseragaman konduktivitas listik pada setiap periode pertumbuhan

Periode Pertumbuhan pH Larutan Nutrisi (%)

Kemiringan 6% Kemiringan 9%

Awal 97.05 97.20

Tengah 95.12 96.20

Akhir 96.58 96.52

(43)
[image:43.595.138.492.107.323.2]

Gambar 4. Diagram keseragaman konduktivitas listrik pada setiap periode pertumbuhan

Gambar 4 menunjukkan nilai keseragaman konduktivitas listrik untuk kedua perlakuan kemiringan talang ini sudah lebih besar dari 80%, hal ini berarti nilai keseragaman konduktivitas listrik sudah memenuhi standar keseragaman. Sesuai dengan Sapei (2003) yang menyatakan bahwa besarnya nilai keseragaman konduktivitas listrik harus lebih besar dari 80%. Hal ini menunjukkan distribusi konduktivitas listrik untuk setiap talang kedua perlakuan terdistribusi secara merata.

Data hasil pengukuran nilai konduktivitas listrik setiap periode pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada Lampiran 16 untuk kemiringan 6% dan Lampiran 17 untuk kemiringan 9%. Dari data yang didapat nilai EC pada kemiringan 9% lebih besar daripada nilai EC pada kemiringan 6%. Hal ini disebabkan kemiringan 9% memiliki lapisan larutan nutrisi yang lebih tipis dibandingkan dengan kemiringan 6%, sehingga hal ini akan meningkatkan oksigen terlarut dalam larutan nutrisi. Hal ini sesuai dengan Karsono, dkk (2002)

97,05 95,12 96,58 97,20 96,20 96,52 90,00 91,00 92,00 93,00 94,00 95,00 96,00 97,00 98,00 99,00 100,00

Awal Tengah Akhir

(44)

yang menyatakan jika kemiringan talang semakin besar maka kadar oksigen dalam larutan nutrisi akan meningkat. Peningkatan oksigen dalam larutan nutrisi secara tidak langsung akan meningkatkan nilai EC larutan nutrisi.

Dari data hasil pengukuran nilai EC juga dapat dilihat nilai EC pada setiap periode pertumbuhan cenderung meningkat setiap hari. Hal ini disebabkan adanya penambahan materi organik dan mikroorganisme di dalam larutan nutrisi dan juga akibat akar yang mati dan lapuk akibat kekurangan oksigen dalam larutan nutrisi. Hal ini sesuai dengan Sutiyoso (2004) yang menyatakan nilai EC dipengaruhi oleh tingkat kepekatan dari konsentrasi kation dan anion. Semakin pekat konsentrasi kation dan anion maka semakin tinggi nilai EC larutan nutrisi. Dan penambahan materi-materi dalam larutan menambah besarnya padatan yang terlarut di dalam larutan nutrisi setiap periode pertumbuhan.

Produktivitas Tanaman Sawi (Brassica Juncea L)

[image:44.595.121.511.568.634.2]

Tingkat produktivitas tanaman sawi dapat diukur langsung di lapangan, yaitu dengan cara menimbang tanaman pasca panen tanpa harus dikeringkan terlebih dahulu. Berat tanaman sawi dari kedua perlakuan disajikan pada Tabel 9 dan Gambar 5.

Tabel 9. Berat produksi tanaman (gram)

Perlakuan Berat tanaman (gr) total

T1 T2 T3 T4

Kemiringan 6 % 513 518 476 461 1.968

Kemiringan 9 % 829.2 767.2 757.4 692.6 3046.4

(45)
[image:45.595.151.485.85.274.2]

Gambar 5. Diagram produktivitas tanaman sawi (Brassica Juncea L) Gambar 5 menunjukkan nilai berat produksi tanaman pada kemiringan 9% lebih besar daripada kemiringan 6%, hal ini disebabkan tingkat kemiringan talang yang berbeda. Sesuai dengan Sutiyoso (2004) yang menyatakan semakin curam talang NFT maka semakin tinggi produktivitas tanaman. Hal ini dikarenakan kondisi talang yang semakin curam akan menghasilkan lapisan nutrisi yang lebih tipis dan juga menimbulkan banyak riak sehingga oksigen terlarut di dalam nutrisi lebih banyak. Oleh sebab itu proses metabolisme respirasi pada akar yang akan menghasilkan energi guna menyerap air dan hara semakin lancar sehingga tanaman lebih cepat bertumbuh besar.

Pengamatan tanaman sawi secara visual, bentuk dan ukurannya tidak dapat disamakan dengan tanaman sawi yang ada di pasaran. Bentuk dan ukuran tanaman sawi yang sudah di panen dapat di lihat pada gambar 16. Tanaman yang dihasilkan memiliki struktur yang panjang akan tetapi daun tanaman tidak terlalu melebar dan batang tanamannya yang relatif panjang. Berbeda dengan tanaman yang ada di pasar yang strukturnya kecil, berdaun lebar dan batang yang tidak terlalu panjang. Hal ini disebabkan keadaan suhu, kelembaban dan lingkungan

513 518 476 461 829,2 767,2 757,4 692,6 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

T1 T2 T3 T4

(46)

budidaya tanaman sawi yang berbeda, dimana tanaman sawi yang di pasaran kebanyakan dibudidayakan di daerah dataran tinggi yang memiliki suhu tidak terlalu tinggi dan kelembabannya relatif tinggi. Sedangkan pada penelitian ini, tanaman sawi dibudidayakan pada suhu yang relatif tinggi (bekisar 300C), dan kelembaban yang rendah. Oleh sebab itu, untuk mengatasi keadaan tersebut, diperlukan perlakuan yang intensif, berupa pemberian larutan nutrisi yang kontinu untuk memenuhi kebutuhan air tanamannya, hal ini diharapkan agar kelembaban disekitar tanaman dapat ditingkatkan. Selain itu, diperlukan juga naungan berupa rumah beratap plastik bening untuk memperkecil radiasi sinar matahari agar suhu tidak terlalu tinggi di sekitar tanaman.

(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Besar kebutuhan air tanaman teoritis (Etc) pada bulan April adalah sebesar 2.46 mm/hari untuk awal periode pertumbuhan, 4.29 mm/hari untuk tengah periode pertumbuhan dan 5.54 mm/hari untuk akhir periode pertumbuhan.

2. Besar nilai keseragaman air fertigasi (debit outlet) selama periode pertumbuhan secara berturut-turut untuk kemiringan talang 6% sebesar 80.36% untuk awal periode pertumbuhan, 90.21% untuk tengah periode pertumbuhan serta 94.76% untuk akhir periode pertumbuhan, sedangkan untuk kemiringan talang 9% sebesar 89.73% untuk awal periode pertumbuhan, 92.24% untuk tengah periode pertumbuhan serta 95.25% untuk akhir periode pertumbuhan.

3. Besar nilai keseragaman pH larutan nutrisi selama periode pertumbuhan tanaman secara berturut-turut untuk kemiringan talang 6% sebesar 97.30% untuk awal periode pertumbuhan, 97.27% untuk tengah periode pertumbuhan serta 97.48% untuk akhir periode pertumbuhan, sedangkan untuk kemiringan talang 9% sebesar 97.35% untuk awal periode pertumbuhan, 96.52% untuk tengah periode pertumbuhan serta 96.43% untuk akhir periode pertumbuhan.

(48)

pertumbuhan serta 96.58% untuk akhir periode pertumbuhan, sedangkan untuk kemiringan talang 9% sebesar 97.20% untuk awal periode pertumbuhan, 96.20% untuk tengah periode pertumbuhan serta 96.52% untuk akhir periode pertumbuhan.

5. Berat produksi total tanaman sawi untuk kemiringan 6% sebesar 1968 gram, sedangkan untuk kemiringan 9% sebesar 3046.4 gram.

6. Kemiringan talang 9% memberikan hasil produk tanaman sawi dan keseragaman EC yang lebih baik dibandingkan dengan kemiringan talang 6%.

Saran

1. Dari hasil penelitian yang dilakukan, berat produksi untuk tanaman sawi pada kemiringan talang 9% lebih baik dari pada kemiringan 6% maka sebaiknya teknologi hidroponik NFT diterapkan pada kemiringan 9% dan perlu dilanjutkan untuk kemiringan yang lebih curam.

2. Dalam budidaya tanaman sawi secara hidroponik NFT perlu diperhatikan kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan tanaman agar dapat diperoleh hasil yang optimal dan perawatan tanaman secara intensif untuk mencegah kerusakan tanaman akibat hama dan penyakit.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Growmore Pupuk anorganik 100% larut dalam air.

Chadirin, Y.,2001. Pelatihan Aplikasi Teknologi Hidroponik Untuk Pengembangan Agribisnis Perkotaan. Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Doorenbos, J. And W.O.Pruitt.1984. Guideline for Predicting Crop Water

Requirement. FAO Irrigation and Drainase Paper. Volume 24. Rome.

Guslim, 1997. Klimatologi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Hansen, E.V., W.I.Orson dan E.S.Glen. 1992. Dasar-dasar dan Praktek Irigasi. Terjemahan dari : Irrigation Principles and Practices. Diterjemahkan oleh : E.P.Tachyan. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.

Hartus, T.,2002. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Penebar Swadaya. Jakarta. Haryanto, E., T. Suhartini dan E. Rahayu.1996. Sawi dan Selada. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Izzati, I.R., 2006. Penggunaan Pupuk Majemuk Sebagai Sumber Hara Pada Budidaya Selada (Lactuca sativa L) Secara Hidroponik Dengan Tiga Cara Fertigasi. Skripsi Jurusan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Karsono, S., W. Sudarmodjo dan Y. Sutiyoso. 2002. Hidroponik Skala Rumah Tangga. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Prihmantoro, H dan Y.H.Indriani.1999. Hidroponik Buah untuk Bisnis dan Hobi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rukmana, R., 1994. Bertanam Sawi dan Petsai. Kansius. Yogyakarta.

Sapei, A., 2003. Keseragaman dan Efisiensi Irigasi Sprinkle dan Drip. Pelatihan Aplikasi Teknologi Irigasi Sprinkle dan Drip. Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sugiyanto, E., 2008. Teknik Budidaya Sayuran Secara Hidroponik. http://ediskoe.blogspot.com/2008_02_01_archive.html [23 Februari 2008]. Suroso, A., 2010. Irigasi dan Bangunan Air. Fakultas pertanian. Universitas

(50)

Susila, A.D. 2009. Fertigasi pada Budidaya Tanaman Sayuran dalam Greenhouse. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sutiyoso, Y., 2004. Hidroponik ala Yos. Penebar Swadaya. Jakarta.

(51)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Flowchart Bagan Alir Penelitian

Tidak Ya Ya Tidak Mulai

Persiapan Bahan Konstruksi Hidroponik NFT Pelaksanaan Persemaian Perancangan Konstruksi Hidroponnik NFT Penyediaan Wadah Peletakkan Ember Larutan Nutrisi

Pengisian Wadah Dengan Tanah Pemasangan Jaringan Pipa Inlet Bahan Lengkap Pemasangan Jaringan Pipa Outlet Bekerja Penaburan Benih Penutupan persemaian Pengujian Alat

Pengisian Larutan Nutrisi

(52)
(53)
(54)
(55)
(56)

Lampiran 6. Persentase jam siang Lintang Utara

Garis lintang

utara 00 Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agustus Sep Okt Nov Des

0 8.50 7.66 8.49 8.21 8.50 8.22 8.50 8.49 8.21 8.50 8.22 8.50

5 8.32 7.57 8.47 8.29 8.65 8.41 8.67 8.60 8.23 8.42 8.07 8.30

10 8.13 7.47 8.45 8.37 8.81 8.60 8.86 8.71 8.25 8.34 7.91 8.10

15 7.94 7.36 8.43 8.44 8.98 8.80 9.05 8.83 8.28 8.60 7.75 7.88

20 7.74 7.25 8.41 8.52 9.15 9.00 9.25 8.96 8.30 8.18 7.58 7.66

25 7.53 7.14 8.39 8.61 9.33 9.23 9.45 9.09 8.32 8.09 7.40 7.42

30 7.30 7.03 8.38 8.72 9.53 9.49 9.67 9.22 8.33 7.99 7.19 7.15

32 7.20 6.97 8.37 8.76 9.62 9.59 9.77 9.27 8.34 7.95 7.11 7.05

34 7.10 6.91 8.36 8.80 9.72 9.70 9.88 9.33 8.36 7.90 7.02 6.92

36 6.99 6.85 8.35 8.85 9.82 9.82 9.99 9.40 8.37 7.85 6.92 6.79

38 6.87 6.79 8.34 8.90 9.92 9.95 10.10 9.47 8.38 7.80 6.82 6.66

40 6.76 6.72 8.33 8.95 10.02 10.08 10.22 9.54 8.39 7.75 6.72 6.52

42 6.63 6.65 8.31 9.00 10.14 10.22 10.35 9.62 8.40 7.69 6.62 6.37

44 6.49 6.58 8.30 9.06 10.26 10.38 10.49 9.70 8.41 7.63 6.49 6.21

46 6.34 6.50 8.29 9.12 10.39 10.54 10.64 9.79 8.42 7.57 6.36 6.04

48 6.17 6.41 8.27 9.18 10.53 10.71 10.80 9.89 8.44 7.51 6.23 5.86

50 5.98 6.30 8.24 9.24 10.68 10.91 10.99 10.00 8.46 7.45 6.10 5.65

52 5.77 6.19 8.21 9.29 10.85 11.13 11.20 10.12 8.49 7.39 5.93 5.43

54 5.55 6.08 8.18 9.36 11.03 11.38 11.43 10.26 8.51 7.30 5.74 5.18

56 5.30 5.95 8.15 9.45 11.22 11.67 11.69 10.40 8.53 7.21 5.54 4.89

58 5.01 5.81 8.12 9.55 11.46 12.00 11.98 10.55 8.55 7.10 4.31 4.56

(57)

Lampiran 7. Kandungan dan komposisi gizi sawi tiap 100 gram bahan

Kandungan dan Komposisi Gizi

Sawi

1) 2)

Energi (Kal) 21.0 22.0

Protein (gr) 1.8 2.3

Lemak (gr) 0.3 0.3

Karbohidrat (gr) 3.9 4.0

Serat (gr) 0.7

Abu (gr) 0.9

fosfor (mg) 33.0 38.0

Zat besi (mg) 4.4 2.9

Natrium (mg) 20.0

Kalium (mg) 323.0 220.0

Vitamin A (SI) 3600.0 6460.0

Thiamine (mg) 0.1 0.1

Riboflavin (mg) 0.1

Niacin (mg) 1.0

Vitamin C (mg) 74.0 102.0

Air (gr) 92.2

Kalsium (mg) 147.0 220.0

Sumber : 1) Direktorat Gizi Dep. Kes. R.I. (1981)

(58)

Lampiran 8. Data suhu harian

Bulan April

Hari ke Temperatur (

o

C) Suhu rata-rata

harian (oC)

07.00 WIB 13.30 WIB 17.30 WIB

1 (1 Apr '11) 25 31 28 27.25

2 26 30 27 27.25

3 25 29 26 26.25

4 25 33 27 27.5

5 27 33 26 28.25

6 26 32 25 27.25

7 26 34 27 28.25

8 25 32 28 27.5

9 26 34 28 28.5

10 25 33 29 28

11 27 35 28 29.25

12 26 34 29 28.75

13 26 35 26 28.25

14 27 36 27 29.25

15 25 34 28 28

16 25 33 26 27.25

17 26 33 26 27.75

18 25 30 25 26.25

19 26 31 26 27.25

20 26 31 25 27

21 26 33 28 28.25

22 27 29 30 28.25

Total 568 715 595 611.5

Rata-rata 25.82 32.50 27.05 27.80

Suhu rata-rata harian (t)

(59)

Lampiran 9. Perhitungan persentase jam siang Lintang Utara

P wilayah medan polonia = 3027’12”

= 3.450 LU

Berdasarkan dari tabel data persentase jam siang Lintang Utara :

Garis LU Bulan April

0 8.21

3.45 x

5 8.29

(60)

Lampiran 10. Perhitungan kebutuhan air tanaman teoritis

Diketahui :

Suhu rata-rata harian = 27.800 C

P untuk wilayah Medan bulan April = 8.23 %

Nilai koefisien (Kc) tanaman sawi,

Periode awal pertumbuhan (0 – 10 hari) = 0.40

Periode tengah pertumbuhan (11 – 20 hari) = 0.70

Periode akhir pertumbuhan (21-30 hari) = 0.90

Perhitungan :

= 0.03011 (27.800 C) + 0.240

= 1.077

• K = Kt x Kc

K awal pertumbuhan = 1.077 x 0.40 = 0.4308

K tengah pertumbuhan = 1.077 x 0.70 = 0.7539

(61)

Evapotranspirasi (U)

=

Awal pertumbuhan

=

73.869 mm/bln

=

2.46 mm/hari

Tengah pertumbuhan

=

128.60 mm/bln

=

4.29 mm/hari

Akhir pertumbuhan

=

166.20 mm/bln
(62)

Lampiran11. Data debit outlet kemiringan 6 % dan 9% Data debit outlet kemiringan 6% (ml/menit)

Periode T11 T12 T13 T14

Awal 700 600 540 510

Tengah 625 580 500 490

Akhir 535 520 490 460

Data debit oulet kemiringan 9% (ml/menit)

Periode T21 T22 T23 T24

Awal 735 715 620 560

Tengah 665 635 605 510

Akhir 615 580 515 500

Keterangan :

T11 = Talang kemiringan 6% ke 1 T12 = Talang kemiringan 6% ke 2 T13 = Talang kemiringan 6% ke 3 T14 = Talang kemiringan 6% ke 4

(63)

Lampiran 12. Perhitungan keseragaman air fertigasi (debit outlet) kemiringan 6%

• Perhitungan keseragaman debit oulet pada awal pertumbuhan

Dimana :

=

587.5 ml/menit

= 250 ml/menit = 4 x 587.5 ml/menit

= 2350 ml/menit

Maka :

= 89.36%

• Perhitungan keseragaman debit oulet pada tengah pertumbuhan

Dimana :

(64)

= 215 ml/menit

= 4 x 548.75 ml/menit

= 2195 ml/menit

Maka :

= 90.21%

• Perhitungan keseragaman debit oulet pada akhir pertumbuhan

Dimana :

=

501.25 ml/menit

= 105 ml/menit

= 4 x 501.25 ml/menit

= 2005 ml/menit

Maka :

(65)

Lampiran 13. Perhitungan keseragaman air fertigasi (debit outlet) kemiringan 9%

• Perhitungan keseragaman debit oulet pada awal pertumbuhan

Dimana :

=

657.5 ml/menit

= 270 ml/menit

= 4 x 657.5 ml/menit

= 2630 ml/menit

Maka :

= 89.73%

• Perhitungan keseragaman debit oulet pada tengah pertumbuhan

Dimana :

(66)

= 188 ml/menit

= 4 x 603.75 ml/menit

= 2415 ml/menit

Maka :

= 92.94%

• Perhitungan keseragaman debit oulet pada akhir pertumbuhan

Dimana :

=

532.5 ml/menit

= 105 ml/menit

= 4 x 532.5 ml/menit

= 2210 ml/menit

Maka :

(67)

Lampiran 14. Data nilai dan keseragaman pH selama periode pertumbuhan kemiringan 6 %

Hari ke T11 T12 T13 T14 % CU pH

1 6.1 6.3 6.0 6.2 98.78

2 6.2 6.1 5.9 6.1 98.56

3 6.1 6.0 6.0 5.8 98.74

4 5.8 5.8 6.0 6.0 98.30

5 5.6 6.1 6.2 5.9 96.84

6 6.0 5.8 6.2 6.0 98.33

7 6.1 5.6 6.0 5.8 97.23

8 6.0 6.0 5.6 5.9 97.44

9 6.0 5.3 5.9 5.4 94.90

10 6.1 5.1 5.7 5.3 93.91

11 6.0 5.4 6.0 5.9 96.45

12 5.7 5.9 5.8 6.0 98.29

13 6.4 6.3 6.5 6.1 98.22

14 5.9 6.5 6.4 6.3 97.01

15 6.0 6.5 6.8 6.1 95.28

16 6.1 6.1 6.6 5.9 96.56

17 6.4 6.5 7.0 6.3 96.56

18 6.5 6.9 6.4 6.1 96.71

19 6.2 6.4 6.2 6.3 98.80

20 6.0 6.1 6.0 6.2 98.77

21 6.7 6.4 6.5 6.4 98.46

22 6.7 6.5 6.4 6.8 97.73

23 6.5 6.5 6.3 6.2 98.04

24 6.5 6.4 6.4 6.1 98.03

25 6.6 6.5 6.3 6.3 98.05

26 6.6 6.2 6.7 6.8 97.24

27 6.8 6.5 6.8 7.1 97.79

28 6.7 6.4 6.7 6.3 97.32

29 6.9 6.5 6.8 6.2 96.21

30 7.2 6.4 6.9 6.6 95.94

Maka :

• Keseragaman pH (%CU) awal pertumbuhan (0-10 hari)

(68)

• Keseragaman pH (%CU) tengah pertumbuhan (11-20 hari)

=

97.27%

• Keseragaman pH (%CU) akhir pertumbuhan (21-30 hari)

(69)

Lampiran 15. Data nilai dan keseragaman pH selama periode pertumbuhan kemiringan 9 %

Hari ke T21 T22 T23 T24 % CU pH

1 6.0 6.2 6.0 6.1 98.77

2 6.0 6.1 5.5 6.0 96.61

3 5.9 5.6 5.9 6.0 97.86

4 5.8 5.8 6.0 5.9 98.72

5 5.5 5.3 5.6 6.1 96.00

6 6.0 5.5 6.1 5.8 96.58

7 6.1 5.3 5.9 5.4 94.27

8 6.0 5.6 5.9 5.8 97.85

9 6.4 6.5 6.4 6.2 98.82

10 6.4 6.4 6.2 6.1 98.01

11 6.2 6.3 6.3 6.0 98.39

12 6.1 6.1 6.2 5.9 98.77

13 6.7 6.5 6.4 6.4 98.46

14 6.6 6.8 6.4 6.6 98.48

15 6.3 7.0 6.8 6.2 95.06

16 6.7 6.8 6.2 6.0 94.94

17 6.4 6.7 6.4 6.1 97.66

18 6.6 6.7 6.9 5.9 95.21

19 6.2 5.9 6.7 6.0 95.97

20 7.1 6.8 5.8 6.1 92.25

21 6.9 6.6 6.0 6.4 95.75

22 6.5 6.5 6.2 6.3 98.04

23 6.5 6.9 6.7 6.0 95.98

24 6.6 6.5 6.3 6.1 97.25

25 6.4 6.2 6.8 6.6 96.92

26 6.4 6.7 6.3 6.1 97.25

27 6.5 6.7 6.2 6.0 96.06

28 6.3 7.2 6.5 6.1 94.83

29 6.4 6.8 6.0 6.0 95.24

30 6.4 6.9 6.3 6.4 96.92

Maka :

• Keseragaman pH (%CU) awal pertumbuhan (0-10 hari)

(70)

• Keseragaman pH (%CU) tengah pertumbuhan (11-20 hari)

=

96.52%

• Keseragaman pH (%CU) akhir pertumbuhan (21-30 hari)

(71)

Lampiran 16. Data nilai dan keseragaman EC selama periode pertumbuhan kemiringan 6%

Hari ke T11 T12 T13 T14 % CU EC

1 1.20 1.15 1.20 1.25 97.92

2 1.25 1.20 1.15 1.15 96.84

3 1.25 1.25 1.20 1.05 94.21

4 1.35 1.30 1.25 1.25 97.09

5 1.30 1.35 1.30 1.25 98.08

6 1.35 1.35 1.35 1.30 98.60

7 1.40 1.35 1.25 1.20 96.15

8 1.45 1.40 1.40 1.35 98.21

9 1.55 1.50 1.45 1.45 97.48

10 1.60 1.60 1.55 1.40 95.93

11 1.80 1.65 1.60 1.40 93.02

12 1.80 1.65 1.60 1.55 95.45

13 1.85 1.80 1.70 1.60 94.96

14 1.95 1.85 1.75 1.55 92.96

15 1.95 1.9 1.85 1.6 94.52

16 1.90 1.80 1.75 1.75 97.22

17 2.10 1.95 1.95 1.80 96.15

18 2.10 2.00 1.90 1.80 94.87

19 2.15 2.05 1.95 1.90 95.65

20 2.20 2.05 2.00 1.95 96.34

21 2.30 2.15 2.10 2.10 96.82

22 2.30 2.20 2.15 2.00 95.95

23 2.20 2.10 2.10 2.00 97.62

24 2.20 2.20 2.10 2.05 97.08

25 2.35 2.25 2.20 2.10 96.63

26 2.30 2.10 2.10 2.10 96.51

27 2.45 2.40 2.35 2.20 96.81

28 2.50 2.30 2.25 2.25 96.24

29 2.40 2.20 2.20 2.10 96.07

30 2.40 2.25 2.20 2.10 96.09

Maka :

• Keseragaman EC (%CU) awal pertumbuhan (0-10 hari)

(72)

• Keseragaman EC (%CU) tengah pertumbuhan (11-20 hari)

Gambar

Tabel 1. Konsentrasi maksimum ion garam terlarut dalam air untuk budidaya tanaman di dalam Greenhouse (ppm)
Tabel 2. Nilai pH dan EC untuk beberapa jenis tanaman sayuran Tanaman pH
Tabel 3.  Hara Esensial untuk Pertumbuhan Tanaman Element      Simbol Tipe Gejala Defisiensi
Tabel 4. Kandungan unsur hara makro dan mikro dalam pupuk Growmore
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis kedua (H2) yang diuji dalam penelitian ini adalah “terdapat hubungan positif antara intensitas komunikasi dengan tenaga ahli bidang kesehatan dan minat

Setelah melakukan penelitian di SMP PGRI Tambun Selatan mengenai sistem informasi pembayaran biaya pendidikan siswa, maka dihasilkan sebuah aplikasi yang merupakan bentuk dari

Seramai 33 orang pelajar pintar cerdas akademik ( PCA ) yang telah mendapat gred A untuk semua mata pelajaran pada peringkat peperiksaan Penilaian Menengah Rendah ( PMR ) di

Limbah plastik jumlahnya semakin lama semakin banyak, untuk itu diperlukan pemanfaatan limbah tersebut dengan langkah mendaur ulang menjadi produk lain dalam bentuk butiran

DATA HASIL SURVAY TEAM LARAP Inventarisasi Bangunan dan Lainnya yang akan Terkena Pembebasan Lahan Rencana Kegiatan Preservasi jalan Biha –Krui Kabupaten Lampung Barat, Provonsi

Final Rendering merupakan tahap akhir dari pembuatan video Animasi 3D pada aplikasi Adobe Premiere Pro CS5 dengan output Animasi 3 Dimensi Pencegahan Cyber

Kelompok A merupakan kelompok kontrol positif, yang dibuat model kanker paru dengan pemberian DMBA dalam minyak jagung dengan dosis 20 mg/kgBB secara peroral sebanyak 10 kali, yaitu

Penurunan kadar glukosa pada perlakuan dengan ekstrak dosis 150 mg/kgBB yang lebih signifikan dibandingkan dengan dosis 300 mg/kgBB kemungkinan dikarenakan adanya