SKRIPSI
ANALISIS AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF TERHADAP PELAKSANAAN PROSEDUR AUDIT DALAM
PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
OLEH
SITI UY MAWADDAH 110503027
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Akuntansi Forensik dan
Audit Investigatif Terhadap Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Penerapan Good Corporate Governance”. Adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah
mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma,
kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan praturan yang berlaku.
Medan, 14 mei 2015
ii ABSTRAK
ANALISIS AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF TERHADAP PELAKSANAAN PROSEDUR AUDIT DALAM
PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Globalisasi yang terjadi saat ini mengakibatkan perubahan besar-besaran dalam bidang sosial politik dan ekonomi. Hal inilah yang memberikan kesadaran agar dapat mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) di sektor publik ataupun sektor privat. Di Perusahaan besar tata kelola perusahaan sangat diperhatikan. Sebaliknya, banyak perusahaan kecil yang masih belum sadar dengan tata kelola yang baik bagi perusahaannya. Hal tersebut rawan terhadap praktik-praktik yang tidak sehat yang bertujuan hanya untuk menguntungkan pemegang saham atau pengurus. Praktik yang tidak sehat tersebut berwujud fraud yang susah terdeteksi oleh pihak eksternal/pemangku kepentingan.
Rumusan masalah penelitian ini adalah metode yang digunakan dalam menganalisis akuntansi forensik dan audit investigatif diterapkan dalam pelaksanaan prosedur audit dan menilai penerapan good corporate governance serta alasan mengapa metode tersebut diterapkan. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang akuntansi forensik dan audit investigatif yang diterapkan dalam pelaksanaan prosedur audit dan menilai penerapan good corporate governance, serta kenapa hal itu perlu diterapkan. Jenis data yang digunakan data sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain. Metode penelitian ini deskriptif dimana pengumpulan data dilakukan dengan library research yaitu diperoleh dari kumpulan buku-buku dan internet.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akuntansi forensik dalam pelaksanaan prosedur audit adalah dengan analisis vertikal, analisis horizontal dan analisis rasio. Sedangkan untuk mendeteksi asset misappropriation menggunakan teknik Statical sampling, vendor or outsider complaints, site visit – observation. Disamping teknik-teknik tersebut adanya teknik audit berbantuan komputer dan fraud auditor perdalam teknik penyamaran atau penyadapan, wawancara, teknik merayu untuk mendapatkan informasi, mengerti bahasa tubuh dan bantuan software. Alasan akuntansi forensik dan audit investigasi diterapkan adalah membuktikan ada tidaknya kecurangan dilakukan melalui prosedur audit yang dilakukan oleh auditor.
Kata kunci : Akuntansi Forensik, Audit Investigasi, prosedur audit, Good Corporate
iii ABSTRACT
ANALYSIS OF FORENSIC ACCOUNTING AND AUDIT INVESTIGATION OF AUDIT PROCEDURES IN IMPLEMENTATION
OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Economic globalization happens today cause in massive changes in social, political and economic sector. This gives consciousness in order to realize good corporate governance (GCG) in the public sector or the private sector. The large company corporate governance are concerned. On the contrary, many small companies are still not aware of the good governance for the company. This make fraud can happened to benefit shareholders or administrators. That is the reason why fraud hard to detected by external parties / stakeholders.
The objective of this study is the method for analyze the problems and the method used in the application of investigative forensic accounting and auditing applied in the implementation of audit procedures and assessing the implementation of good corporate governance. This study used secondary data, which is collected by others. Method of this study is descriptive research where data were collected by books and the internet.
These result indicate thatthe forensic accounting in the implementation of audit procedures are vertical analysis, horizontal analysis and ratio analysis. While asset misappropriation to detect using statical sampling techniques, vendor or outsider complaints, site visit - observation. Besides these technique, there is computer assisted audit techniques and fraud auditor deepened disguise or tapping techniques, interviews, seduction technique to get information, to understand the body language and the help of software. Reason forensic accounting and investigative audit is applied to prove the existence of fraud carried out through audit procedures performed by the auditor.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, dimana berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya maka skripsi yang berjudul “ANALISIS AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF TERHADAP
PELAKSANAAN PROSEDUR AUDIT DALAM PENERAPAN GOOD
CORPORATE GOVERNANCE ” ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa pula sholawat berangkaikan salam penulis ucapkan kepada junjungan kita Nabi
Besar Muhammad SAW, keluarga, serta para sahabat yang insyaALLAH akan
memberikan syafa’atnya di yaumil akhir kelak, Amin ya Rabbal’alamin. Penulis
sangat bersyukur atas penyelesaian skripsi ini, dimana skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk memenuhi penyelesaian pendidikan Program Strata Satu (S1)
pada Program Sarjana di Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Sumatera
Utara.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih
yang luar biasa kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan doa
serta dukungan agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pihak-Pihak
tersebut diantaranya adalah:
1. Terima Kasih kepada Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA
selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Terima Kasih kepada Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS,
v M.M., Ak., selaku Sekretaris Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Terima Kasih kepada Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak., selaku Ketua
Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Mutia Ismail, M.M., Ak., selaku
Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
4. Terima Kasih kepada Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, M.M, Ak, selaku
Dosen Pembimbing, atas bimbingan dan arahan Bapak dalam proses
penyelesaian skripsi ini. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si,Ak, selaku
Dosen Penguji dan ibu Dra. Nurzaimah MM,Ak, selaku Dosen
Pembanding, atas segala saran dan masukan yang telah diberikan selama
ini.
5. Terima kasih saya ucapkan kepada kedua orang tua saya, Abd.umar
Simbolon dan Supriati yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan
bimbingan untuk setiap langkah saya. Dan kepada adik saya Nurul azmi
yang selalu menjadi sahabat dan juga teman berbagi. Serta kepada
keluarga besar, Tante Supriani dan Om Ridwan saya yang selalu
memberikan doa dan dukungan.
6. Terima kasih saya ucapkan kepada Laily Washliati, Wiwik puspa, Reza
Haridsyah teman seperjuangan saya di SMAN 1 Matauli Pandan sampai
vi 7. Terima kasih kepada teman-teman yang senantiasa memberikan semangat
dan dukungan di dalam pengerjaan skripsi ini, diantaranya adalah Siti Ulfa
Chairani, Nova Kharlinda, Yunita Deby Chintya, Maziah, Mahzura, Rati
Astuti, Astri Duana Putri, Anggie Maulida. Juga dosen pembimbing kecil
saya Raya Hasibuan yang selalu berkenan untuk berdiskusi skripsi dengan
saya. Dan semua teman-teman seperjuangan S1 akuntansi FEB USU
Stambuk 2011, semoga kita senantiasa diberikan kebaikan dan kesuksesan
untuk setiap langkah oleh ALLAH SWT.
8. Terima kasih kepada teman dan keluarga baru saya SAHIVA USU yang
telah memberikan saya banyak pelajaran berharga dan tawa di rumah
kedua selama 4 tahun ini.
9. Terima kasih banyak kepada setiap orang baik itu sahabat, teman, rekan,
dan setiap pihak yang saya kenal dengan baik dan tidak dapat saya
sebutkan namanya satu-persatu. Terima kasih banyak untuk semuanya,
saya bersyukur telah dipertemukan dengan kalian semua.
Saya berharap skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak. Saya juga
berharap semoga skripsi ini dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian
selanjutnya dan dapat menambah ilmu bagi yang membaca. Akhir kata, saya
ucapkan terima kasih banyak dan mohon maaf yang sebesar-besarnya untuk setiap
kesalahan dan kekhilafan.
Medan, 14 Mei 2015
vii
2.2.1 Pengertian Auditing ... 9
2.2.2 Jenis-Jenis Audit ... 11
2.3 Akuntansi Forensik ... 13
2.3.1 Pengertian Akuntansi Forensik ... 13
2.3.2 Ruang Lingkup Akuntansi Forensik ... 16
2.3.3 Atribut, Standar dan Kode Etik Akuntansi Forensik ... 19
2.4 Audit Investigatif ... 25
2.4.1 Pengertian Audit Investigatif ... 27
2.4.2 Aksioma Audit Investigatif ... 29
2.4.3 Prinsip-prinsip Audit Investigatif ... 30
2.4.4 Macam-macam audit investigatif ... 31
2.4.5 Tujuan Audit Investigatif ... 31
2.4.6 Metodologi Audit Investigatif ... 34
2.5 Prosedur Audit ... 40
2.6 Corporate Governance ... 43
2.6.1 Pengertian Corporate Governance ... 43
2.6.2 Kelompok Good Governance ... 45
2.6.3 Prinsip-Prinsip Corporate Governance ... 45
2.6.4 Manfaat Corporate Governance ... 49
2.7 Penelitian Terdahulu ... 50
viii BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ... 57
3.2 Definisi Variabel Operasional ... 57
3.3 Jenis data ... 58
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 58
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 59
4.2 Skandal-skandal Akuntansi di Indonesia ... 59
4.2.1 PT. Kimia Farma Tbk ... 59
4.2.2 Bank Lippo ... 61
4.3 Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi Pelaksanaan Prosedur Audit ... 62
4.3.1 Analisis dan Teknik Mendeteksi Kecurangan ... 63
4.4 Prosedur Untuk Mendapatkan Bukti ... 67
4.5 Prosedur Audit yang Perlu Dilakukan ... 70
4.6 Teknik Audit Berbantuan Komputer ... 76
4.6.1 Gambaran Teknik Audit Berbantuan Komputer ... 77
4.7 Teknik Audit Investigatif ... 81
4.7.1 Teknik Investigasi Fraud Auditor ... 83
4.8 Prosedur Audit Dalam Penerapan Good Corporate Governance ... 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 86
5.2 Saran ... 87
ii ABSTRAK
ANALISIS AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF TERHADAP PELAKSANAAN PROSEDUR AUDIT DALAM
PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Globalisasi yang terjadi saat ini mengakibatkan perubahan besar-besaran dalam bidang sosial politik dan ekonomi. Hal inilah yang memberikan kesadaran agar dapat mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) di sektor publik ataupun sektor privat. Di Perusahaan besar tata kelola perusahaan sangat diperhatikan. Sebaliknya, banyak perusahaan kecil yang masih belum sadar dengan tata kelola yang baik bagi perusahaannya. Hal tersebut rawan terhadap praktik-praktik yang tidak sehat yang bertujuan hanya untuk menguntungkan pemegang saham atau pengurus. Praktik yang tidak sehat tersebut berwujud fraud yang susah terdeteksi oleh pihak eksternal/pemangku kepentingan.
Rumusan masalah penelitian ini adalah metode yang digunakan dalam menganalisis akuntansi forensik dan audit investigatif diterapkan dalam pelaksanaan prosedur audit dan menilai penerapan good corporate governance serta alasan mengapa metode tersebut diterapkan. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang akuntansi forensik dan audit investigatif yang diterapkan dalam pelaksanaan prosedur audit dan menilai penerapan good corporate governance, serta kenapa hal itu perlu diterapkan. Jenis data yang digunakan data sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain. Metode penelitian ini deskriptif dimana pengumpulan data dilakukan dengan library research yaitu diperoleh dari kumpulan buku-buku dan internet.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akuntansi forensik dalam pelaksanaan prosedur audit adalah dengan analisis vertikal, analisis horizontal dan analisis rasio. Sedangkan untuk mendeteksi asset misappropriation menggunakan teknik Statical sampling, vendor or outsider complaints, site visit – observation. Disamping teknik-teknik tersebut adanya teknik audit berbantuan komputer dan fraud auditor perdalam teknik penyamaran atau penyadapan, wawancara, teknik merayu untuk mendapatkan informasi, mengerti bahasa tubuh dan bantuan software. Alasan akuntansi forensik dan audit investigasi diterapkan adalah membuktikan ada tidaknya kecurangan dilakukan melalui prosedur audit yang dilakukan oleh auditor.
Kata kunci : Akuntansi Forensik, Audit Investigasi, prosedur audit, Good Corporate
iii ABSTRACT
ANALYSIS OF FORENSIC ACCOUNTING AND AUDIT INVESTIGATION OF AUDIT PROCEDURES IN IMPLEMENTATION
OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Economic globalization happens today cause in massive changes in social, political and economic sector. This gives consciousness in order to realize good corporate governance (GCG) in the public sector or the private sector. The large company corporate governance are concerned. On the contrary, many small companies are still not aware of the good governance for the company. This make fraud can happened to benefit shareholders or administrators. That is the reason why fraud hard to detected by external parties / stakeholders.
The objective of this study is the method for analyze the problems and the method used in the application of investigative forensic accounting and auditing applied in the implementation of audit procedures and assessing the implementation of good corporate governance. This study used secondary data, which is collected by others. Method of this study is descriptive research where data were collected by books and the internet.
These result indicate thatthe forensic accounting in the implementation of audit procedures are vertical analysis, horizontal analysis and ratio analysis. While asset misappropriation to detect using statical sampling techniques, vendor or outsider complaints, site visit - observation. Besides these technique, there is computer assisted audit techniques and fraud auditor deepened disguise or tapping techniques, interviews, seduction technique to get information, to understand the body language and the help of software. Reason forensic accounting and investigative audit is applied to prove the existence of fraud carried out through audit procedures performed by the auditor.
1 BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Fenomena globalisasi ekonomi yang terjadi saat ini mengakibatkan
perubahan besar-besaran dalam bidang sosial politik dan ekonomi. Hal inilah
yang memberikan kesadaran agar dapat mewujudkan tata kelola perusahaan yang
baik (Good Corporate Governance) di sektor publik ataupun sektor privat. Tuntutan ini wajar karena semua pemangku kepentingan baik itu pemegang
saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan dan stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya.
Keberadaan corporate governance yang kuat merupakan kunci penentu dalam pengembangan menjadi institusi memiliki kinerja yang kuat. Pentingnya
penerapan corporate governance akan menghindari terjadinya tindak kecurangan baik di perusahaan maupun pemerintahan.
Banyak ahli yang berpendapat bahwa kelemahan di dalam penerapan good
corporate governance merupakan salah satu sumber kerawanan ekonomi yang menyebabkan memburuknya perekonomian banyak negara pada tahun 1997 dan
1998 (Husnan, 2001). Sedangkan kelemahan governance di korporasi secara teoritis dapat dijelaskan dengan efficient market hypothesis dimana perusahaan yang lemah governance-nya akan dihukum oleh pasar modal berupa rendahnya
2 yang tinggi jika perusahaan memiliki good corporate governance (tata kelola
perusahaan yang baik).
Mekanisme Good Corporate Governance (GCG) akan bermanfaat dalam
mengatur dan mengendalikan perusahaan sehingga menciptakan nilai tambah
(value added) untuk semua stakeholder. Pelaksanaan GCG harus didukung dengan organ perusahaan yang harus menjalankan fungsinya sesuai dengan
ketentuan dan menjalankan tugas, fungsi dan tanggungjawabnya semata-mata
untuk kepentingan perusahaan.
Dalam beberapa perusahaan besar, tata kelola perusahaan sangat
diperhatikan. Para pemilik dan pengelola perusahaan besar cenderung
memperhatikan tata kelola perusahaan yang baik. Pihak-pihak tersebut
mengharapkan agar perusahaan yang dimiliki dan dikelola tersebut dapat
berkembang dengan baik dan memberikan manfaat bagi suluruh pemangku
kepentingan.
Sebaliknya, banyak perusahaan kecil yang masih belum sadar dengan tata
kelola yang baik bagi perusahaannya. Pada umumnya pemegang saham
perusahaan kecil merangkap sebagai pengurus perusahaan. Kondisi ini sangat
bertentangan dengan tata kelola perusahaan yang baik. Hal tersebut rawan
terhadap praktik-praktik yang tidak sehat yang bertujuan hanya untuk
menguntungkan pemegang saham atau pengurus. Praktik yang tidak sehat tersebut
berwujud fraud yang susah terdeteksi oleh pihak eksternal/pemangku
3 Kompleksitas perusahaan juga merupakan faktor terjadinya suatu fraud.
Suatu perusahaan yang sangat kompleks membutuhkan pengawasan dan
infrastruktur pengawasan yang baik. Semakin kompleks operasional suatu
perusahaan, peluang yang digunakan untuk fraud semakin besar. Mengingat perusahaan yang kompleks antara lain memiliki jaringan operasional yang luas
(jumlah kantor yang banyak dan jangkauan wilayah yang luas), sistem teknologi
yang rumit dan manajemen yang banyak (jumlah karyawan banyak).
Untuk itu upaya pencegahan dan pendeteksian kecurangan perlu
ditingkatkan serta diintensifkan dengan menjunjung tinggi hak-hak semua
pemangku kepentingan di perusahaan dan kepentingan masyarakat luas dalam
mencengah dan mendeteksi tindakan korupsi yang dilakukan di sektor
pemerintahan. Tinggi atau rendahnya tingkat penyimpangan yang dilakukan atas
laporan keuangan beragam-namun dampaknya sama-yaitu laporan keuangan yang
berfungsi sebagai dasar keputusan penting untuk melakukan/tidak melakukan
investasi dan untuk memberi atau tidak memberi pinjaman, ternyata tidak benar,
tidak memadai, dan yan terparah menyesatkan.
Oleh karena itu munculah istilah akuntansi forensik dan audit investigatif
dikalangan ekonom untuk mendeteksi dan menelusuri tindak kecurangan. Dalam
hal ini akuntan-akuntan dituntut untuk memiliki kemampuan yang lebih dalam
bidang akuntansi yang didukung oleh pengetahuan luas di bidang ekonomi,
keuangan, perbankan, perpajakan, bisnis, teknologi informasi, dan tentunya
4 Akuntan forensik memiliki peran yang efektif dalam menyelidiki tindak
kejahatan. Akuntansi forensik merupakan penerapan disiplin akuntansi dalam arti
luas, termasuk auditing pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam
atau di luar pengadilan (Tuanakotta, 2012:4). Akuntansi forensik pada awalnya
adalah perpaduan yang paling sederhana antara akuntansi dan hukum. Contoh:
penggunaan akuntan forensik dalam pembagian harta gono-gini. Disini terlihat
unsur akuntansinya, unsur hitung-menghitung besarnya harta yang akan diterima
pihak (mantan) suami dan (mantan) istri. Segi hukumnya dapat diselesaikan
didalam atau luar pengadilan. Dalam kasus yang lebih pelik, bidang tambahan lain
adalah audit. Dalam audit secara umum maupun khusus untuk mendeteksi fraud, auditor internal maupun eksternal secara proaktif berupaya melihat
kelemahan-kelemahan dalam sistem pengendalian intern. Sedangkan ditinjau dari audit umum
(general audit atau audit opinion) diperoleh temuan audit atau sebuah tuduhan
(allegation) dari pihak lain, atau ada keluhan, auditor bersikap reaktif serta mendalaminya dengan melaksanakan audit investigatif. Audit investigatif dimulai
pada bagian dari suatu fraud audit. Audit investigatif merupakan bagian dan titik
awal dari akuntansi forensik.
Akuntansi forensik adalah bidang baru yang menawarkan kesempatan
karir yang baik, sehingga beberapa mahasiswa dapat mengambil keuntungan dari
kesempatan ini. Ada permintaan besar terhadap akuntan forensik di berbagai
sektor baik di sektor swasta maupun pemerintahan. Dengan semakin
5 bersama shareholders dan lembaga pemerintahan untuk mencegah terjadinya
kecurangan di dalam praktik akuntansi.
Apabila ilmu audit investigatif atau audit forensik ini sudah dikenal dan
diaplikasikan secara luas oleh para akuntan baik akuntan pemerintah maupun
akuntan publik. Maka kiprah akuntan akan lebih terdengar oleh masyarakat awan,
karena selama ini seolah-olah timbul kesan dari masyarakat awan bahwa akuntan
merupakan profesi yang eksklusif dan lebih dekat dengan para pengusaha. Untuk
menghilangkan kesan tersebut diperlukan kerjasama akuntan dari semua lini, baik
akuntan pemerintah, akuntan publik, serta akuntan pendidik.
Dari beberapa uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif Terhadap Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Penerapan Good Corporate Governance”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti kemukakan di atas, rumusan
penelitian ini adalah beberapa masalah adalah Apakah akuntansi forensik dan
audit investigatif diterapkan dalam pelaksanaan prosedur audit untuk menilai
penerapan good corporate governance ?
1.3 Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh tentang akuntansi forensik dan audit investigatif yang diterapkam
6 1.4 MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharap dapat menambah dan mengembangkan wawasan ilmu
pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang peran akuntansi forensik
sebagai pencegah fraud di Indonesia. 2. Manfaat praktis
a. Bagi Perusahaan
Bagi kepentingan perusahaan, pemilik perusahaan dapat meyakini
bahwa perusahaannya mampu menciptakan Good corporate governance sehingga operasi perusahaan bisa berlangsung lama dan nilai perusahaan
juga akan semakin tinggi.
b. Bagi Auditor dan Akuntan
Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi auditor investigasi dalam
kemampuannya untuk membuktikan suatu kecurangan dalam
pelaksanaan prosedur audit sera memberikan masukan bagi para auditor
dalam melaksanakan pekerjaannya.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini berguna bagi peneliti dalam menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam menerapkan ilmu yang didapat dalam dunia nyata
khususnya mengenai peran akuntansi forensik dan audit investigatif
7 Selain itu Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan bagi mahasiswa mengenai tindak kecurangan yang kini marak
di Indonesia serta peranan akuntansi forensik dalam mencegah fraud
yang terjadi. Bagi Peneliti selanjutnya penelitian ini berguna sebagai
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Atribusi
Teori yang dikembangkan oleh Fritz Heider (1958) ini mempelajari proses
bagaimana seseorang menginterpretasikan sesuatu peristiwa, alasan, atau sebab
perilakunya. Perilaku seseorang oleh kombinasi antara kekuatan internal dan
eksternal.
Hal yang sama dikemukakan Robbins (2003) bahwa teori atribusi merupakan
dari penjelasan cara-cara manusia menilai orang secara berlainan, tergantung pada
makna apa yang dihubungkan ke suatu perilaku tertentu. Pada dasarnya teori ini
menyarankan bahwa jika seseorang mengamati perilaku seseorang individu, orang
tersebut berusaha menentukan apakah perilaku itu disebabkan oleh faktor internal
atau eksternal yang tergantung pada tiga faktor.
1. Kekhususan (ketersendirian), merujuk pada apakah seseorang individu
memperlihatkan perilaku-perilaku yang berlainan. Yang ingin diketahui
adalah apakah perilaku ini luar biasa atau tidak. Jika luar biasa, maka
kemungkinan besar pengamat memberikan atribusi eksternal kepada
perilaku tersebut. Jika tidak, kelihatannya hal ini akan dinilai sebagai sifat
internal.
2. Konsensus, yaitu jika semua orang yang menghadapi suatu situasi yang
9 3. Konsistensi dicari dari tindakan seorang apakah orang tersebut
memberikan reaksi yang sama dari waktu ke waktu. Makin konsistensi
perilaku, maka hasil pengamatan semakin cenderung untuk
menghubungkan dengan sebab-sebab internal.
Gambar 2.1 2.2 Auditing
2.2.1 Pengertian Auditing
Auditing adalah pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukan oleh
pihak yang independen dimana hasil pemeriksaan laporan keuangan yang
dilakukan oleh auditor dapat memberikan informasi kepada para pemakai
laporan keuangan.
Menurut Alvin A. Arens, Elder dan Beasley (2011:4) mengemukakan definisi Auditing ialah “Auditing is the accumulation and evaluation of evidience about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing
should be done by a competent, independent person”
Diterjemahkan adalah “Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti
10 informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan
oleh orang yang kompeten dalam deskripsi”.
Menurut Whittington, O.Ray dan Kurt Panny, (2012:4)
“In a financial statement audit , the auditors undertake to gather evidence and provide a high level of assurance that the financial statements follow generally accepted accounting principles,or some other appropriate basis of
accounting. An audit involves searching and verifying the accounting records and examining other evidence supporting the financial statements.
By gathering information about the company and its environment,, including internal control; insoection documents; observing assets; making inquires within and outside the company; and performing other auditing procedures,
the auditors will gather the evidence necessary to issue an audit report. That audit report states that it is the auditors’ opinion that the financial
statements follow generally accepted accounting principles”.
Menurut Konrath (2002:5) definisi auditing adalah “Suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti
mengenai asersi tentang kegiatan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah
ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan”.
Definisi auditing menurut Sukrisno Agoes (2012 :4) adalah,
“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak
yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
11 pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Beberapa hal penting dari pengertian diatas yang bisa disimpulkan
adalah sebagai berikut :
1. laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen perusahaan
beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya,
2. pemeriksaan dilakukan secara kritis dan sistematis,
3. pemeriksaaan dilakukan oleh pihak independen, yaitu akuntan publik,
4. tujuan pemeriksaan oleh akuntan adalah untuk dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa.
2.2.2 Jenis-Jenis Audit
Menurut Alvin Arens (2008:16) mengemukakan bahwa jenis audit yang dilakukan oleh akuntan publik terdiri dari tiga jenis utama audit adalah:
Audit operasional adalah mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap
bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi yang pada akhir audit
operasional, manajemen biasanya mengaharapkan saran-saran untuk
memperbaiki operasi perusahaan.
Review atau penelaahan yang dilakukan tidak terbatas pada akuntansi,
tetapi juga mencakup evaluasi atas struktur organisasi, operasi komputer,
metode produksi, dan semua bidang lain dimana auditor menguasainya.
Dalam hal ini, audit operasinal lebih menyerupai konsultasi menajemen
12 Audit kepatuhan (compliment audit) adalah tinjauan yang dilaksanakan
bertujuan menentukan apakah pihak yang diaudit (auditee) telah mengikuti prosedur, aturan, tata cara, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh
otoritas yang lebih tinggi.
Audit atas laporan keuangan (financial statement audit) dilaksanakan untuk menentukan apakah seluruh laporan keuangan (informasi yang
diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Biasanya criteria
yang berlaku adalah prinsip-prinsip akuntansi.
Sedangkan Sukrisno Agoes (2012:10) membedakan jenis audit berdasarkan dari luasnya pemeriksaan yaitu,
1. Pemeriksaan umum (General audit)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang independen dengan tujuan bisa
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan Standar
Profesi Akuntan Publik (SPAP) atau ISA atau Panduan Audit Entitas Bisnis
Kecil dan memperhatikan Kode Etik Profesi Akuntan Akuntan Publik,
Pengendalian Mutu serta kode etik Akuntan Indonesia yang telah disahkan
oleh Ikatan Akuntansi Indonesia.
2. Pemeriksaan khusus (Special audit)
Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang
dilakukan oleh KAP independen dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak
13 keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu
yang diperiksa karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas.
2.3 Akuntansi Forensik
2.3.1 Pengertian Akuntansi Forensik
Akuntansi forensik adalah penerapan disiplin akuntansi dalam arti luas,
termasuk auditing pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam
atau di luar pengadilan (Tuanakotta,2012:4). Akuntansi forensik dapat
diterapkan di sektor publik maupun swasta, sehingga apabila memasukkan
pihak yang berbeda maka akuntansi forensic menurut D. Larry Crumbey
dalam Tuanakotta (2012:5) dari Journal of Forensic Accounting menuliskan “Simply put, forensic accounting is legally accurate accounting. That is,
accounting that is sustainable in some adverdarial legal proceding, or within some judicial or administrative review.” (“secara sederhana akuntansi
forensik dapat dikatakan sebagai akuntansi yang akurat untuk tujuan hukum,
atau akuntansi yang tahan uji dalam kancah perseteruan selama proses
pengadilan, atau dalam proses peninjauan yudisial, atau tinjauan
administrative.”).
Definisi dari Crumbey menekankan bahwa ukuran dari akuntansi
forensik adalah ketentuan hukum dan perundang-undangan, berbeda dari
akuntansi yang sesuai dengan GAAP (Generally Accepted Accounting Principles). Sedangkan menurut Bologna dan Lindquist yang dikutip dalam
Crumbley dan Apostolou (2002 :17) mendefenisikan akuntansi forensik
14 skills and an investigative mentality to unresolved issues, conductedwithin the
context of the rules of evidence”. Dengan terjemahan sebagai berikut, akuntansi forensik dan investigasi adalah aplikasi kecakapan finansial dan
sebuah mentalitas penyelidikan terhadap isu-isu yang tak terpecahkan, yang
dijalankan dalam konteks rules of evidence”.
Dari beberapa pengertian akuntansi forensik di atas, dapat disimpulkan
bahwa akuntansi forensik adalah penerapan disiplin akuntansi yang
berdasarkan pada keterampilan-keterampilan dalam menginvestigasi dan
menganalisis yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah keuangan yang
dilakukan berdasarkan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh hukum. Oleh
karena itu akuntansi forensik sering didefinisikan sebagai analisis akuntansi
yang dapat mengungkap penipuan, yang mungkin sangat cocok untuk
presentasi di pengadilan. Analisis semacam itu akan menjadi dasar untuk
resolusi diskusi, perdebatan, dan perselisihan.
Seorang akuntan forensik menggunakan pengetahuannya tentang
akuntansi, studi hukum, investigasi dan kriminologi untuk mengungkap fraud,
menemukan bukti dan selanjutnya bukti tersebut akan dibawa ke pengadilan
jika dibutuhkan (Ramaswamy, 2007).
The American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dalam Hopwood (2008:5) mengklasifikasikan akuntansi forensic dalam dua kategori
:“jasa penyelidikan (investigative services) dan jasa litigasi (litigation
15 mendeteksi, mencegah, dan mengendalikan penipuan, penyalahgunaan dan
misinterpretasi. Jenis layanan yang kedua merepresentasikan kesaksian dari
seorang pemeriksa penipuan dan jasa-jasa akuntansi forensik yang ditawarkan
untuk memecahkan isu-isu valuasi, seperti yang dialami dalam kasus
perceraian.
Akuntansi forensik pada awalnya adalah perpaduan paling sederhana
antara akuntansi dan hukum (misalnya dalam pembagian harta gono-gini).
Dalam kasus yang lebih pelik, ada satu bidang tambahan yaitu audit sehingga
model akuntansi forensiknya direpresentasikan dalam tiga bidang.
(Tuanakotta,2012:18)
Gambar 2.2
Diagram Akuntansi Forensik
Ada cara lain dalam melihat akuntansi forensik menurut Tuanakotta
dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif yaitu
dengan menggunakan Segitiga Akuntansi Forensik. AKUNTANSI
16 Gambar 2.3
Segitiga Akuntansi Forensik
Pada sektor publik maupun swasta akuntansi forensik berurusan dengan
kerugian. Pada sektor publik negara mengalami kerugian Negara dan kerugian
keuangan negara. Sementara itu pada sektor swasta kerugian juga terjadi
akibat adanya ingkar janji dalam suatu perikatan. Titik pertama dalam segitiga
adalah kerugian. Adapun perbuatan melawan hukum menjadi titik kedua.
Tanpa adanya perbuatan melawan hukum, tidak ada yang dapat dituntut untuk
mengganti kerugian. Titik ketiganya adalah hubungan kausalitas antara
kerugian dan perbuatan melawan hukum.
Hubungan kausalitas antara kerugian dan perbuatan melawan hukum
merupakan ranahnya para ahli dan praktisi hukum dalam menghitung
besarnya kerugian dan mengumpulkan barang bukti. Jadi, Segitiga Akuntansi
Forensik juga merupakan model yang mengaitkan disiplin hukum, akuntansi
dan auditing.
2.3.2 Ruang Lingkup Akuntansi Forensik 1. Praktek di Sektor Swasta
G. jack Bologna Robert J. Lindquist penulis perintis akuntansi forensik
dalam Tuanakotta (2012:84) menekankan beberapa istilah dalam
Kerugian Hubungan
17 perbendaraan akuntansi, yaitu: fraud auditing, forensik accounting
investigative support, dan valuation analysis. Litigation support merupakan istilah dalam akuntansi forensik bersifat dukungan untuk kegiatan ligitasi
keempat istilah tersebut.
Bologna dan Lindquist melanjutkan bahwa para akuntan tradisional
membedakan fraud auditing dan forensic accounting. Mereka berpendapat,
fraud auditing berurusan dengan pendekatan dan metodologi yang bersifat aktif dalam meneliti fraud; artinya, audit ini ditujukan kepada pencarian
bukti terjadinya fraud. Sedaangkan akuntansi forensik dipanggil ketika bukti-bukti terkumpul atau kecurigaan (suspicion) naik ke permukaan melalui tuduhan (allegation), keluhan (complaint), temuan (discovery), atau
tip-off dari whistleblower.
Bologna dan Lindquist tidak menyentuh istilah valuation analysis karena
analisis ini berhubungan dengan akuntansi atau unsur hitungan. Pihak-pihak
yang bersengketa dapat meminta satu pihak membeli seluruh saham pihak
lainnya atau mereka sepakat akhirnya pembeli adalah penawar yang
mengajukan harga tertinggi.
2. Praktek di Sektor Pemerintahan
Akuntansi forensik pada sektor publik di Indonesia lebih menonjol
daripada akuntansi forensik pada sektor swasta. Secara umum akuntansi
forensik pada kedua sektor tidak berbeda, hanya terdapat perbedaan pada
tahap-tahap dari seluruh rangkaian akuntansi forensik terbagi-bagi pada
18 Tuanakotta (2012:93) mengemukakan ada lembaga yang melakukan
pemeriksaan keuangan negara, ada beberapa lembaga yang merupakan
bagian dari internal pemerintahan, ada lembaga-lembaga pengadilan, ada
lembaga yang menunjang kegiatan memerangi kejahatan pada umumnya,
dan korupsi khususnya seperti (PPATK), dan lembaga-lembaga lainnya
seperti KPK. Juga ada lembaga swadaya masyarakat yang berfungsi sebagai
pressure group.
Tabel dibawah ini membandingkan akuntansi forensik di sektor publik
dengan akuntansi forensik di sektor swasta.
Tabel 2.1
Akuntansi forensik di Sektor Publik dan Swasta
Dimensi Sektor Publik Sektor Swasta
Landasan Penugasan
Amanat undang-undang Penugasan tertulis secara spesifik
Imbalan Lazimnya tanpa imbalan Fee dan biaya (contingency fee and expense)
Hukum Pidana umum dan
khusus, hukum
Pembuktian Dapat melibatkan instansi lain di luar lembaga yang bersangkutan
Bukti intern, dengan bukti ekstern yang lebih terbatas
Teknik audit
dibandingkan di sektor publik. Kreativitas dalam pendekatan sangat menenetukan
Akuntansi Tekanan pada kerugian Negara dan kerugian keuangan Negara
19 2.3.3 Atribut, Standar dan Kode Etik Akuntansi Forensik
1. Atribut
Howard R. Davia dalam Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif
(Tuanakotta,2012:99-104) memberikan nasehat kepada seorang auditor
pemula dalam melakukan investigasi terhadap fraud.
Pertama, Hindari pengumpulan fakta dan data yang berlebihan secara
prematur. Identifikasi terlebih dahulu, siapa pelaku atau yang berpotensi
untuk menjadi pelaku kecurangan karena ketika auditor berkutat pada
pengumpulan fakta dan temuan tidak dapat menjawab siapa pelakunya.
Kedua, Fraud auditor harus mampu membuktikan niat pelaku melakukan kecurangan (perpetrators’ intent to commit fraud). Dalam sidang
di pengadilan seringkali kasus kandas di tengah jalan dikarenakan penyidik
dan saksi ahli (akuntan forensik) gagal membuktikan niat melakukan
kejahatan atau pelanggaran.
Ketiga, “Be creative, think like preparatory, do not be predictable”. Seorang fraud auditor harus kreatif, berpikir seperti pelaku fraud jangan
mudah ditebak. Seorang auditor harus berpikir seperti pelaku fraud atau seperti penjahat sehingga ia dapat mengantispasi langkah-langkah
selanjutnya pelaku fraud atau koruptor ketika mengetahui perbuatan mereka terungkap.
Keempat, Auditor harus tahu bahwa banyak kecurangan dilakukan
20 sebaik bagaimanapun tidak dapat mencegah hal ini terjadi. Ada dua macam
persengkokolan yaitu,
a. Ordinary conspiracy. Persekongkolan yang sifatnya sukarela, dan dan pesertanya memang mempunyai niat jahat.
b. Pseudo conspiracy. Misalnya, seorang tidak menyadari bahwa keluguannya dimanfaatkan oleh rekan kerjanya (contoh: memberikan
password computer).
Kelima, Dalam memilih proactive fraud detection strategy (strategi
untuk menemukan kecurangan dalam investigasi proaktif), auditor harus
tahu dimana kecurangan itu dilakukan, di dalam atau di luar pembukuan.
2. Standar
Secara sederhana, standar adalah ukuran mutu. Dimana standar
berfungsi sebagai petunjuk dan pedoman bagi seluruh anggota organisasi
auditor dalam mematuhi kode etik dan menjalankan tugas serta kewajiban
profesional sebagaimana tercantum dalam Kode Etik bagi auditor.
K.H. Spencer Pickett dan Jennifer Pickett dalam Tuanakotta (2012:115)
merumuskan beberapa standar untuk mereka yang melakukan investigasi
terhadap fraud. Konteks yang mereka rujuk adalah investigasi atas fraud
yang dilakukan pegawai di sebuah perusahaan. Standar tersebut ialah :
a. seluruh investigasi harus dilandasi praktik terbaik yang diakui.
b. kumpulkan bukti dengan prinsip kehati-hatian sehingga
21 c. pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman,
terlindungi dan diindeks; dan jejak audit tersedia.
d. memastikan para investigator mengerti hak-hak asasi pegawai dan
senatiasa menghormatinya.
e. beban pembuktian ada pada yang “menduga” pegawainya melakukan
kecurangan, dan pada penuntut umum yang mendakwa pegawai
tersebut, baik dalam kasus hukum administratif maupun hukum
pidana.
f. cakup seluruh subtansi investigasi dan “dikuasai” seluruh target yang
sangat kritis ditinjau dari segi waktu.
g. liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk
perencanaan, pengumpulan barang bukti, wawancara, kontak dengan
pihak ketiga, pengamatan hal-hal yang rahasia, ikuti tata cara,
dokumentasi dan penyelenggaraan catatan, melibatkan dan/atau
melapor ke polisi, kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai
laporan.
Sedangkan standar-standar dibawah ini akan dijelaskan dengan konteks
Indonesia.
Standar 1
Seluruh investigasi harus dilandasi praktek terbaik yang diakui (accepted best practices). Dalam hal ini tersirat dua hal yaitu adanya upaya
22 yang terbaik pada saat itu (benchmarking) dan upaya benchmarking
dilakukan terus menerus mencari solusi terbaik.
Standar 2
Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian (due care) sehingga bukti-bukti tadi dapat diterima di pengadilan.
Standar 3
Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi
dan diindeks, dan jejak audit tersedia. Dokumentasi ini diperlukan sebagai
referensi apabila ada penyelidikan di kemudian hari untuk memastikan
bahwa investigasi sudah dilakukan dengan benar. Referensi ini juga
membantu perusahan dalam upaya perbaikan cara-cara investigasi sehingga
accepted best practices yang dijelaskan di atas dapat dilaksanakan.
Standar 4
Pastikan bahwa para investigator mengerti hak-hak asasi pegawai dan
senantiasa menghormatinya. Apabila investigasi dilakukan dengan cara yang
melanggar hak asasi pegawai yang bersangkutan dapat membuat perusahaan
dan investigator dituntut.
Standar 5
Beban pembuktian ada pada yang “menduga” pegawainya melakukan
kecurangan dan pada penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut baik
dalam kasus hukum administratif maupun hukum pidana.
23 Cakup seluruh substansi investigasi dan “kuasai” seluruh target yang
sangat kritis ditinjau dari segi waktu.
Standar 7
Liput seluruh tahapan kunci dalan proses investigasi, termasuk
perencanaan, pengumpulan bukti dan barang bukti, wawancara, kontak
dengan pihak ketiga, pengamanan mengenai hal-hal yang bersifat rahasia,
ikuti tata cara atau protokol, dokumentasi dan penyelenggaraan catatan,
keterlibatan polisi, kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai pelaporan.
Selain standar yang sudah dijelaskan diatas, Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN) Nomor 06 yang dikeluarkan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan, juga diatur mengenai standar audit kecurangan yaitu
dalam bagian standar pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Adapun standar
pelaksanaan pemeriksaandengan tujuan tertentu berisikan :
a. Hubungan dengan Standar Profesional Akuntan Publik yang
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
b. Komunikasi Pemeriksa
c. Pertimbangan terhadap hasil pemeriksaan sebelumnya
d. Pengendalian intern
e. Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya
penyimanpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan :
kecurangan (fraud), serta ketidakpatutan (abuse)
f. Dokumentasi pemeriksaan
24 3. Kode etik
Kode etik merupakan bagian dari kehidupan berprofesi dimana kode etik
mengatur Kode etik mengatur hubungan antara anggota profesi dengan
sesamanya, dengan pemakai jasanya dan stakeholder lainnya,dan dengan masyarakat luas. Kode etik berisi nilai-nilai luhur yang sangat penting bagi
eksistensi profesi. Eksistensinya sebuah profesi dikarenakan adanya
intergritas, rasa hormat dan menghormati, dan nilai-nilai yang lainnya yang
bisa menciptakan rasa percaya dari para stakeholders lainnya.
Di Amerika Serikat, (ACFE) telah menetapkan kode etik bagi para fraud auditor yang bersertifikat, yang terdiri atas delapan butir yaitu :
a. Seorang fraud auditor yang bersertifikat, dalam segala keadaan,
harus menunjukkan komitmen terhadap profesionalisme dan
ketekunan dalam pelaksanaan tugasnya.
b. Seorang fraud auditor yang bersertifikat tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan yang bersifat ilegal atau melanggar etika, atau
segenap tindakan yang dapat menimbulkan adanya konflik
kepentingan.
c. Seorang fraud auditor yang bersertifikat, dalam semua keadaan,
harus menunjukkan integritas setinggi-tingginya dalam semua
penugasan profesionalnya, dan hanya akan menerima penugasan
yang memiliki kepastian yang rasional bahwa penugasan tersebut
25 d. Seorang fraud auditor yang bersertifikat harus mematuhi
peraturan/perintah dari pengadilan, dan akan bersumpah/bersaksi
terhadap suatu perkara secara benar dan tanpa praduga.
e. Seorang fraud auditor yang bersertifikat, dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, harus memperoleh bukti atau dokumentasi lain yang
dapat mendukung pendapat yang diberikan. Tidak boleh menyatakan
pendapat bahwa seseorang atau pihak-pihak tertentu “bersalah” atau
“tidak bersalah”.
f. Seorang fraud auditor yang bersertifikat tidak boleh mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hasil audit tanpa
melalui otorisasi dari pihak-pihak yang berwenang.
g. Seorang fraud auditor yang bersertifikat harus mengungkapkan seluruh hal yang material yang diperoleh dari hasil audit yakni,
apabila informasi tersebut tidak diungkapkan akan menimbulkan
distorsi terhadap fakta yang ada.
h. Seorang fraud auditor yang bersertifikat secara sungguh-sungguh
harus senantiasa meningkatkan kompetensi dan efektivitas hasil
kerjanya yang dilakukan secara profesional.
2.4 Audit Investigatif
Sudah dijelaskan pada bab awal bahwa akuntansi forensik pada awalnya
adalah perpaduan sederhana antara akuntansi dan hukum. Namun seiring
perkembangan, akuntansi forensik menjadi lebih kompleks karena selain bidang
26 adanya kompleksitas di sektor bisnis dan perkembangan investasi yang pesat hal
inilah yang membuat risiko terjadinya fraud semakin tinggi. Dimana fraud adalah penggelapan yang meliputi berbagai kecurangan antara lain penipuan yang
disengaja (intentional deceit), pemalsuan rekening (falsification of account), praktik jahat (corrupt practices), penggelapan atau pencurian (embezlement), korupsi (corruption) dan sebagainya (Jones dan Bates,1990). Oleh karena itu
untuk memperkecil akibat fraud dan memperbaiki sistem pengendalian, perusahaan diharapkan mengambil langkah yang tepat dengan melakukan audit
investigasi.
Pelaksanaan audit investigasi lebih mendasarkan kepada pola pikir bahwa
untuk mengungkapkan suatu kecurangan auditor harus berpikir seperti pelaku
fraud itu sendiri, dengan mendasarkan pelaksanaan prosedur yang ditetapkan baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pelaporan hingga tindak lanjut
pemeriksaan. Untuk itu auditor harus memiliki kemampuan untuk membuktikan
adanya fraud yang terjadi dan sebelumnya telah diindikasikan oleh berbagai pihak. Auditor harus peka terhadap semua hal yang tidak wajar. Auditor juga
harus mempunyai kemampuan teknis untuk mengerti konsep-konsep keuangan,
dan kemampuan untuk menarik kesimpulan. Paling penting bagi seorang auditor
adalah kemapuan menyederhanakan konsep-konsep keuangan sehingga
orang-orang pada umumnya dapat memahami apa yang dimaksudkannya.sehingga
Tuanakotta merumus auditor investigative (2007 :49) adalah “gabungan antara
27 2.4.1 Pengertian Audit Investigatif
Pengertian audit investigatif menurut Jack Bologna dan Paul Shaw yang
dikutip dalam Amin Widjaja (2005:36) mengatakan
forensic accounting, sometimes called fraud auditing or investigative accounting, is a skill that goes beyond the realm of corporate and management fraud, embezzlement or commercial bribery. Indeed,
forensic accounting skill go beyond the general realm of collar crime Yang diterjemahkan sebagai berikut, akuntansi forensik kadang-kadang
disebut audit penipuan, adalah keterampilan yang melampaui alam
penggelapan dan penipuan manajemen perusahaan, atau penyuapan komersial.
Memang, keterampilan akuntansi forensic melampaui wilayah umum
kejahatan berkerah.
Menurut Bastian (2002) dalam artikel “Peran Audit Investigasi Dalam
Penegakan Good Governance Di Indinesia” mengatakan bahwa:
audit investigasi adalah kegiatan pemeriksaan dengan lingkup tertentu,
periodenya tidak dibatasi, lebih spesifik pada area-area pertanggungjawaban
yang diduga mengandung inefisiensi atau indikasi penyalahgunaan wewenang,
dengan hasil audit berupa rekomendasi untuk ditindaklanjuti bergantung pada
derajat penyimpangan wewenang yang ditemukan.
Masih dalam artikel yang sama Rosjidi (2001) menjelaskan bahwa
investigasi adalah audit dengan tujuan khusus yaitu,
Untuk membuktikan dugaan penyimpangan dalam bentuk kecurangan
28 expenditure) atau penyalahgunaan wewenang (abuse of power) di bidang
pengelolaan keuangan negara yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana
korupsi dan atau, kolusi, nepotisme yang harus diungkapkan oleh auditor
serta ditindaklanjuti oleh instansi yang berwenang kejaksaan atau
kepolisian berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Secara garis besar audit investigasi mirip dengan istilah Fraud Examination sebagaimana yang dimaksud dalam Fraud Examination Manual
yang diterbitkan oleh Association of Certified Fraud Examiners (ACFE). Menurut panduan/manual para fraud examiners tersebut, yang dimaksud audit investigasi yaitu
Methodology for resolving fraud allegations from inception to disposition. More specifically, fraud examination involves obtaining evidence and
taking statements, writing reports, testifying findings and assisting in the detection and prevention of fraud
Yang artinya adalah metodologi untuk menyelesaikan tuduhan-tuduhan
penipuan dari awal sampai disposisi. Lebih khusus, pemeriksaan penipuan
melibatkan memperoleh bukti dan mengambil laporan, menulis laporan,
kesaksian temuan dan membantu dalam mendeteksi dan pencegahan
penipuan.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa audit investigatif
29 membuktikan dugaan kecurangan sehingga dapat ditindaklanjuti sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.4.2 Aksioma Audit Investigatif
Menurut M. Tunanakota (2012:322), ada beberapa aksioma yang menarik terkait dengan audit investigatif yaitu,
1. Kecurangan itu tersembunyi (Fraud is Hidden)
Kecurangan memiliki metode untuk menyembunyikan seluruh aspek
yang mungkin dapat mengarahkan pihak lain menemukan terjadinya
kecurangan tersebut. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pelaku
kecurangan untuk menutupi kecurangannya juga sangat beragam,
dan terkadang sangat canggih sehingga hampir semua orang (Auditor
Investigatif) juga dapat terkecoh.
2. Melakukan pembuktian dua sisi (Reserve Proof) Auditor harus
mempertimbangkan apakah ada bukti-bukti yang membuktikan
bahwa dia tidak melakukan kecurangan. Demikian juga sebaliknya,
jika hendak membuktikan bahwa seseorang tidak melakukan tindak
kecurangan, maka dia harus memeprtimbangkan bukti-bukti bahwa
yang bersangkutan melakukan tindak kecurangan.
3. Keberadaan suatu Kecurangan (Existence of Fraud)
Adanya suatu tindak kecurangan atau korupsi baru dapat diperiksa
jika telah diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan.
Dengan demikian, dalam melaksanakan Audit Investigatif, seorang
30 kesalahan atau tanggung jawab salah satu pihak jawab atas
terjadinya suatu tindak kecurangan atau korupsi”. Auditor hanya
mengungkapkan fakta dan proses kejadian, beserta pihak-piahk
yang terkait dengan terjadinya kejadian tersebut berdasarkan
bukti-bukti yang telah dikumpulkannya.
2.4.3 Prinsip-prinsip Audit Investigatif
Menurut M Tuanakotta (2010:351) mengumukakan bahwa prinsip-prinsip audit investigatif yaitu,
1. Invetigasi adalah tindakan mencari kebenaran.
2. Kegiatan investigasi mencakup pemanfaatan sumber-sumber bukti
yang dapat mendukung fakta yang dipermaslahkan.
3. Semakin kecil selang antara waktu terjadinya tindak kejahatan
dengan waktu untuk “merespon‟ maka kemungkinan bahwa suatu
tindak kejahatan dapat terungkap akan semakin benar.
4. Auditor mengumpulkan fakta-fakta sehingga bukti-bukti yang
diperolehnya tersebut dapat memberikan kesimpulan
sendiri/bercerita.
5. Bukti fisik merupakan bukti nyata. Bukti tersebut sampai kapanpun
akan selalu mengungkap hal yang sama.
6. Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan saksi akan
31 7. Jika auditor mengajukan pertanyaan yang cukup kepada sejumlah
orang yang cukup, maka akhirnya akan mendapatkan jawaban yang
benar.
8. Informasi merupakan nafas dan darahnya investigasi”.
2.4.4 Macam-macam audit investigatif
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia Edisi No.20/Tahun
IV/Maret/2008 mengemukakan bahwa ada dua jenis audit investigatif adalah, 1. Audit Investigatif Proaktif
Dilakukan pada entitas yang mempunyai resiko penyimpangan tetapi
entitas tersebut dalam proses awal auditnya belum atau tidak
didahului oleh informasi tentang adanya indikasi penyimpangan,
yang berpotensi menimbulkan kerugian keuangan/kekayaan Negara
dan atau perekonomian Negara.
2. Audit Investgatif Reaktif
Audit Investiigatif reaktif mengandung langkah-langkah pencarian
dan pengumpulan bahan bukti yang diperlukan untuk mendukung
dugaan/sangkaan awal tentang adanya indikasi penyimpangan yang
dapat menimbulkan kerugian keuangan/kekayaan Negara dan atau
perekonomian Negara”.
2.4.5 Tujuan Audit Investigatif
Tujuan investigasi yang di ambil dari K.H. Spencer Pickett and Jennifer
32 1. Memberhentikan manajemen. Tujuannya adalah sebagai teguran
keras bahwa manajemen tidak mampu mempertanggung-jawabkan
kewajiban fidusiernya,
2. Memeriksa, mengumpulkan dan menilai cukup dan relevannya bukti.
Tujuannya akan menekankan bisa diterimanya bukti-bukti sebagai
alat bukti untuk meyakinkan hakim di pengadilan,
3. Melindungi reputasi dari karyawan yang tidak bersalah,
4. Menemukan dan mengamankan dokumen yang relevan untuk
investigasi,
5. Menemukan asset yang digelapkan dan mengupayakan pemulihan dari kerugian yang terjadi,
6. Memastikan bahwa semua orang, terutama mereka yang diduga
menjadi pelaku kejahatan, mengerti kerangka acuan dari invetigasi
tersebut; harapannya adalah bahwa mereka bersedia bersikap
kooperatif dalam investigasi itu,
7. Memastikan bahwa pelaku kejahatan tidak bisa lolos dari
perbuatannya,
8. Menyapu bersih semua karyawan pelaku kejahatan,
9. Memastikan bahwa perusahaan tidak lagi menjadi sasaran
penjarahan,
10.Menentukan bagaimana investigasi akan dilanjutkan,
33 12.Menyediakan laporan kemajuan secara teratur untuk membantu
pengambilan keputusan mengenai investigasi di tahap berikutnya.
13.Memastikan pelakunya tidak melarikan diri atau menghilang sebelum tindak lanjut yang tepat dapat diambil,
14.Mengumpulkan cukup bukti yang dapat diterima pengadilan, dengan sumber daya dan terhentinya kegiatan perusahaan seminimal mungkin, 15.Memperoleh gambaran yang wajar tentang kecurangan yang terjadi dan
membuat keputusan yang tepat mengenai tindakan yang harus diambil, 16.Mendalami tuduhan (baik oleh orang dalam atau luar perusahaan, baik
lisan maupun tertulis, baik dengan nama terang atau dalam bentuk surat kaleng) untuk menanggapinya secara tepat,
17.Memastikan bahwa hubungan dan suasana kerja tetap baik, 18.Melindungi nama baik perusahaan atau lembaga,
19.Mengikuti seluruh kewajiban hukum dan mematuhi semua ketentuan mengenai due diligence dan klaim kepada pihak ketiga (misalnya klaim asuransi),
20.Melaksanakan investigasi dalam koridor,
21.Menentukan siapa pelaku dan mengumpulkan bukti mengenai niatnya, 22.Mengumpulkan bukti yang cukup untuk menindak pelaku dalam perbuatan
yang tidak terpuji,
23.Mengidentifikasi praktik manajemen yang tidak dapat dipertanggungjawabkan atau perilaku yang melalaikan tanggung jawab, 24.Mempertahankan kerahasiaan dan memastikan bahwa perusahaan atau
34 25.Mengidentifikasi saksi yang meihat atau mengetahui terjadinya kecurangan dan memastikan bahwa mereka memberikan bukti yang mendukung tuduhan atau dakwaan terhadap sipelaku,
26.Memberikan rekomendasi mengenai bagaimana mengelola risiko terjadinya kecurangan ini dengan tepat,
Menurut pendapat Karni (2000:4) tentang audit investigasi adalah audit
ketaatan bertujuan untuk mengetahui apakah seorang klien telah
melaksanakan prosedur atau aturan yang telah ditetapkan oleh pihak yang
memiliki otorisasi lebih tinggi. Dalam audit investigasi, ketentuan yang harus
ditaati sangat luas, tidak hanya kebijakan manajemen, auditor investigasi
sampai dengan hukum formal, hukum material dan lain-lain. Untuk itu, audit
investigasi tidak hanya cukup untuk menguasai bidang ekonomi, tetapi juga
mengerti tentang hukum yang berlaku
2.4.6 Metodologi Audit Investigatif
Metodologi ini digunakan oleh Association of Certified Fraud
Examiners (2004), yang terjadi rujukan internasional dalam melakukan Fraud Examination. Metodologi tersebut menekankan kepada kapan dan bagaimana
melaksankan suatu Pemeriksaan Investigatif atas kasus yang memiliki indikasi
tindak kecurangan dan berimplikasi kepada aspek hukum, serta bagaimana
menindaklanjutinya.
Pemeriksaan Investigatif yang dilakukan untuk mengungkapkan adanya
tindak kecurangan terdiri atas banyak langkah. Karena pelaksanaan
pemeriksaan investigatif atas kecurangan berhubungan denga hak-hak
35 dilakukan setelah diperoleh alasan yang sangat memadai dan kuat, yang
diistilahkan sebagai prediksi.
Prediksi adalah suatu keseluruhan kondisi yang mengarahkan atau
menunjukan adanya keyakinan kuat yang disadari oleh profesionalisme dan
sikap kehati-hatian dari auditor yang telah dibekali dengan pelatihan dan
pemahaman tentang kecurangan, bahwa Fraud/kecurangan telah terjadi,
sedang terjadi, atau akan terjadi. Tanpa prediksi, pemeriksaan investigatif
tidak boleh dilakukan. Hal ini menyebabkan adanya ketidakpuasan dari
berbagai kalangan yang menyangka bahwa pelaksanaan financial audit-nya, maka institusi tersebut dapat melakukan Pemeriksaan Investigatif.
Pemeriksaan Investigatif belum tentu langsung dilaksanakan karena
indikasi yang ditemukan umumnya masih sangat prematur sehingga
memerlukan sedikit pendalaman agar diperoleh bukti yang cukup kuat untuk
dilakukan Pemeriksaan Investigatif. Garis besar proses audit investigasi secara
keseluruhan, dari awal sampai dengan akhir yaitu sebagai berikut
(Pusdiklatwas,2008):
1. Penelaahan Informasi Awal
a. Sumber informasi. Informasi awal sebagai dasar penugasan audit
investigatif berasal dari berbagai sumber, misalnya media massa,
LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), penegak hukum dan
lain-lain.
b. Mengembangkan hipotesis awal. Hipotesis awal disusun untuk
36 Hipotesis awal dikembangkan untuk menjawab mengenai apa,
siapa, di mana, bilamana, dan bagaimana fraud terjadi.
c. Menyusun hasil telaahan informasi awal. Hasil penelaahan
informasi awal dituangkan dalam bentuk “Resume Penelaahan
Informasi Awal” sehingga tergambar secara ringkas mengenai
gambaran umum organisasi, indikasi bentuk-bentuk
penyimpangan, besarnya estimasi potensi nilai kerugian negara
yang terindikasi, hipotesis, pihak-pihak yang diduga terkait,
rekomendasi penanganan.
d. Keputusan pelaksanaan audit investigatif. Didasarkan dari apa
yang diinformasikan dan tidak mempermasalahkan siapa yang
menginformasikan. Namun fraud audit dapat dilakukan apabila telah ada suatu prediksi yang valid, yaitu keadaan-keadaan yang
menunjukkan bahwa fraud telah, sedang, dan atau akan terjadi. 2. Perencanaan Pemeriksaan Investigasi
a. Penetapan sasaran, ruang lingkup dan susunan tim. Sasaran dan
ruang lingkup audit investigatif ditentukan berdasarkan informasi
awal.
b. Penyusunan program kerja. Untuk menyusun langkah-langkah
kerja audit perlu memahami kegiatan yang akan diaudit.
c. Jangka waktu dan anggaran biaya. Jangka waktu audit disesuaikan
37 Adapun anggaran biaya audit direncanakan seefisien mungkin
tanpa mengurangi pencapaian tujuan audit.
d. Perencanaan Audit Investigatif dengan metode SMEAC. Model
perencanaan SMEAC menggunakan pendekatan terstruktur yang
mencangkup semua elemen dasar dalam pelaksanaan satu operasi
dan dapat pula digunakan sebagai kerangka untuk
mengembangkan perencanaan yang lebih detail untuk memenuhi
kondisi tertentu. SMEAC merupakan singkatan dari lima kata
yang dirancang dalam proses perencanaan penugasan investigasi
yaitu Situation, Mission, Execution, Administration & Logistics, Communication.
3. Pelaksanaan Audit Investigatif
a. Pembicaraan Pendahuluan. Pelaksanaan audit investigatif
didahului dengan melakukan pembicaraan pendahuluan dengan
pimpinan auditan dengan maksud untuk: menjelaskan tugas
audit, mendapatkan informasi tambahan dari auditan dalam
rangka melengkapi informasi yang telah diperoleh serta
menciptakan suasana yang dapat menunjang kelancaran
pelaksanaan audit.
b. Pelaksanaan program kerja. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam melaksanakan program kerja audit investigatif yaitu:
38 memperoleh bukti berbasis dokumen serta mendokumentasikan
hasil analisis dokumen.
c. Penerapan teknik audit investigatif. Untuk mengumpulkan
bukti-bukti pendukung maka auditor dapat menggunakan teknik-teknik
dalam pelaksanaan audit keuangan yaitu prosedur analitis,
menginspeksi, mengonfirmasi, mengajukan pertanyaan,
menghitung, menelusuri, mencocokan dokumen, mengamati,
pengujian fisik serta teknik audit berbantu komputer.
d. Melakukan observasi dan pengujian fisik. Teknik-teknik yang
biasa dilakukan pada audit investigatif yaitu: wawancara,
mereview laporan-laporan yang dapat dijadikan rujukan,
berbagai jenis analisis terhadap dokumen atau data, pengujian
teknis atas suatu objek, perhitungan-perhitungan, review
analitikal, observasi dan konfirmasi.
e. hasil observasi dan pengujian fisik. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pendokumentasian yang baik dalam kegiatan
investigasi yaitu penyimpanan dokumen pada arsip tersendiri
serta pemisahan dokumen atau bukti untuk tiap kejadian hasil
observasi dan pengujian fisik.
f. Melakukan wawancara. Wawancara yang baik mencangkup
pemahaman atas: tujuan dan sasaran melakukan wawacara,
unsur-unsur pelanggaran yang harus dibuktikan, mengkaji bukti
39 wawancara, sadar akan pendapat dan prasangka, serta menyusun
kerangka wawancara.
g. Menandatangani berita acara. Penandatanganan dilakukan untuk
menegaskan ketepatan informasi yang diberikan pihak oleh pihak
yang diwawancarai.
h. Pendokumentasian dan evaluasi kecukupan bukti.
Pendokumentasian bukti harus dapat menjawab hal-hal berikut:
gambaran posisi kasus, siapa yang dirugikan, siapa yang menjadi
pelaku, kapan, di mana dan apa tuntutannya, serta kegiatan apa
yang diinvestigasi.
4. Pelaporan Audit Investigatif
Isi laporan hasil pemeriksaan audit investigasi memuat : unsur-unsur
melawan hukum, fakta dan proses kejadian, dampak kerugian keuangan
akibat penyimpangan/tindak melawan hukum, sebab-sebab terjadinya
tindakan melawan hukum, pihak-pihak yang terkait dalam
penyimpangan/tindakan melawan hukum yang terjadi, dan bentuk kerja
sama pihak-pihak yang terkait dalam penyimpangan/tindakan melawan
hukum. Dimana laporan audit investigatif disampaikan pada pihak-pihak
yang berkepentingan untuk:
a. Dalam rangka melakukan kerjasama antara unit pengawasan
internal dengan pihak penegak hukum untuk menindaklanjuti
40 b. Memudahkan pejabat yang berwenang dan atau pejabat obyek
yang diperiksa dalam mengambil tindakan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
5. Tindak Lanjut
Pada tahap tindak lanjut ini : proses sudah diserahkan dari tim audit
kepada pimpinan organisasi dan secara formal selanjutnya diserahkan
kepada penegak hukum. Penyampaian laporan hasil audit investigasi
kepada pengguna laporan diharapkan sudah memasuki pula tahap
penyidikan. Berkaitan dengan kesaksian dalam proses lanjutan dalam
peradilan, tim audit investigasi dapat ditunjuk oleh organisasi untuk
memberikan keterangan ahli jika diperlukan.
2.5 Prosedur Audit
Prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit
tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit (Mulyadi,2002).
Auditor melakukan prosedur ini agar tidak terjadi penyimpangan dalam
melakukan program audit. Standar pekerjaan lapangan ketiga menyebutkan bahwa
beberapa prosedur audit yang harus dilaksanakan oleh auditor meliputi (Mulyadi
dan kanaka,2002) yaitu,
1. Inspeksi
Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau
kondisi fisik sesuatu. Prosedur audit ini banyak dilakukan oleh auditor.
Dengan melakukan inspeksi terhadap sebuah dokumen, auditor akan dapat