• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal seminar akuntansi audit forensik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal seminar akuntansi audit forensik"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN AUDIT FORENSIK

OLEH SRI ANGGRAINI

ABSTRACT

Maybe for some people a little strange when you hear the word forensic audit, forensic audit has a general sense that the audit is to compare the suitability of the action between the conditions and criteria. While forensics are all things that can be debated before the law / court therefore this paper is made with the aim to introduce the general definition of a forensic audit, forensic audit tasks, roles and also matters relating to forensic audit in Indonesia in dealing with the case before the law

Keywords : Forensic audit, fraud, purpos, role.

1. PENDAHULUAN

Bagi sebagian orang masih terdengar sedikit asing dengan kata audit forensik itu sendiri dan tidak sedikit pula yang bertanya-tanya apa itu audit forensik apa kegunaan audit ini serta peranan dan pelaksanaan yang seperti apa, di indonesia penerapan audit forensik itu sendiri forensik sebenarnya telah dipraktekkan di Indonesia. Akuntansi forensik muncul karena pesatnya perkembangan fraud yang terjadi, untuk mengungkapkan fraud tersebut diperlukan ilmu mengenai akuntansi forensik.

Istilah akuntansi forensik merupakan terjemahan dari forensic accounting. Praktek ini tumbuh pesat, tak lama setelah terjadi krisis keuangan tahun 1977 Pada mulanya, di Amerika Serikat, Bermula dari penerapan akuntansi untuk memecahkan hukum, maka istilah yang dipakai adalah akuntansi (dan bukan audit) forensik. Sekarang pun kadar akuntansinya masih terlihat, misalkan dalam perhitungan ganti rugi, baik dalam konteks keuangan Negara, maupun di antara pihak-pihak dalam sengketa perdata.

Akuntansi forensik pada awalnya adalah perpaduan yang paling sederhana untuk akuntansi dan hukum. Contoh, penggunaan akuntan forensik dalam penggantian harta gono gini. Disini terlihat unsur akuntansinya, unsur menghitung besarnya harta yang akan diterima pihak (mantan) suami dan (mantan) isteri. Segi hukumnya dapat diselesaikan di dalam atau di luar pengadilan, secara litigasi atau non litigasi. Dalam kasus yang lebih pelik, ada satu bidang tambahan, yaitu bidang audit.

Atas dasar tersebut makalah ini mempunyai rumsan masalah yaitu mengetahui apa itu audit forensik, tujuan yang seperti apa yang dilakukan audit forensik dalam menangani masalah yang tentu saja melibatkan auditor forensik sehingga kita dapat mengetahui peranan dan pelaksanaan audit itu sendiri dan diharapkan dapat memberikan manfaat pengetahuan bagi pembaca makalah ini

2. LANDASAN TEORI

2.1. Teori Dasar

2.1.1.Pengertian Audit Forensik

Menurut beberapa ahli pengertian dari audit forensik adalah sebagai berikut :

 The American Accounting Association Committee on Basic Auditing Conceptsmendifinisikan bahwa “A Systematic process of objectively obtaining and evaluation evidence regarding assertions the degree of correspondence between those assertion and established criteria and communicating the result to interested user” Auditing dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis yaitu audit laporan keuangan (General Financial Statement Audit), audit kepatuhan (compliance audit), audit manajemen atau operasional (management/operational audit), audit terhadap kecurangan (Fraud audit), audit keuangan yang lebih rinci, dan audit forensik (Forensic audit).

(2)

dikatakan, bahwa akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat untuk tujuan hukum, artinya akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan atau proses peninjauan judisial atau administratif”. Secara makro cakupan audit forensik meliputi investigasi kriminal, bantuan dalam konteks perselisihan pemegang saham, masalah gangguan usaha (business interupstions)/jenis lain dan klaim assuransi, maupun business/employee fraud investigation.

 Menurut Charterji (2009) Audit forensik (forensic auditing) dapat didefinisikan sebagai aplikasi keahlian mengaudit atas suatu keadaan yang memiliki konsekuensi hukum. Audit forensik umumnya digunakan untuk melakukan pekerjaan investigasi secara luas. Pekerjaan tersebut meliputi suatu investigasi atas urusan keuangan suatu entitas dan sering dihubungkan dengan investigasi terhadap tindak kecurangan (fraud), oleh karena itu audit forensik sering juga diartikan sebagai audit investigasi.

 Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) audit forensik adalah “a methodologi for resolving fraud allegations from inception to disposition. More specifically, fraud examination involves obtaining evidence and taking statements, writing reports, testifying findings and assisting in the detection and prevention of fraud”.

 Definisi akuntansi forensik menurut Hopwood et al (2008 : 3) yaitu “forensic accounting is the application of investigative and analytical skills for the purpose of resolving financial issues in a manner that meets standards required by courts of law.” Dengan terjemahan sebagai berikut, akuntansi forensik adalah aplikasi keterampilan investigasi dan analitik yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah-masalah keuangan melalui cara-cara yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pengadilan dan hukum.

Dari beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian audit forensik maka dapat disimpulkan pengertian audit forensik adalah kemampuan seorang akuntan dan auditor dalam melakukan investigasi kasus untuk membuktikan serta menyelesaikan masalah dihadapan hukum.

2.1.2. Pengertian Fraud (Kecurangan)

Fraud atau yang sering dikenal dengan istilah kecurangan merupakan hal yang sekarang banyak dibicarakan di Indonesia.  Pengertian fraud itu sendiri merupakan

penipuan yang sengaja dilakukan, yang menimbulkan kerugian pihak lain dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan dan atau kelompoknya (Sukanto, 2009).

 Sementara Albrecht (2003) mendefinisikan fraud sebagai representasi tentang fakta material yang palsu dan sengaja atau ceroboh sehingga diyakini dan di tindak lanjuti oleh korban dan kerusakan korban. Dalam bahasa aslinya fraud meliputi berbagai tindakan melawan hukum.

 Bologna (1993) dalam Amrizal (2004) mendefinisikan kecurangan “Fraud is criminal deception intended to financially benefit the deceiver” yaitu kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu. Kriminal disini berarti setiap tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Ia memperoleh manfaat dan merugikan korbannya secara financial dari tindakannya tersebut. Biasanya kecurangan mencakup tiga langkah yaitu (1) tindakan/the act., (2) penyembunyian/the concealment dan (3) konversi/the conversion.

 Adapun menurut the Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), fraud adalah: Perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pibadi ataupun kelompok secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain.

(3)

3. PEMBAHASAN

3.1. Audit Forensik

Audit Forensik terdiri dari dua kata, yaitu audit dan forensik. Audit adalah tindakan untuk membandingkan kesesuaian antara kondisi dan kriteria. Sementara forensik adalah segala hal yang bisa diperdebatkan di muka hukum / pengadilan.

Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), forensic accounting / auditing merujuk kepada fraud examination. Dengan kata lain keduanya merupakan hal yang sama, yaitu:

“Forensic accounting is the application of accounting, auditing, and investigative skills to provide quantitative financial information about matters before the courts.”

Menurut D. Larry Crumbley, editor-in-chief dari Journal of Forensic Accounting (JFA) “Akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat (cocok) untuk tujuan hukum. Artinya, akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan judicial atau administratif”.

Dengan demikian, audit forensik bisa didefinisikan sebagai tindakan menganalisa dan membandingkan antara kondisi di lapangan dengan kriteria, untuk menghasilkan informasi atau bukti kuantitatif yang bisa digunakan di muka pengadilan.

Audit Forensik dapat bersifat proaktif maupun reaktif. Proaktif artinya audit forensik digunakan untuk mendeteksi kemungkinan-kemungkinan risiko terjadinya fraud atau kecurangan. Sementara itu, reaktif artinya audit akan dilakukan ketika ada indikasi (bukti) awal terjadinya fraud. Audit tersebut akan menghasilkan “red flag” atau sinyal atas ketidakberesan. Dalam hal ini, audit forensik yang lebih mendalam dan investigatif akan dilakukan.

3.2. Tujuan Audit Forensik

Tujuan utama dari audit forensik bukan untuk mencari siapa pelakunya, namun

sebenarnya terungkap, secara otomatis pelaku fraud akan didapat (Sukanto, 2009).

Tujuan audit forensik adalah untuk menentukan apakah terdapat fraud atau praktik kejahatan yang lain yang terjadi, mencari tahu siapa saja pelaku yang terlibat dan menentukan berapa jumlah kerugian yang terjadi akibat masalah tersebut.

3.3. Fungsi Audit Forensik

Karena sifat dasar dari audit forensik yang berfungsi untuk memberikan bukti di muka pengadilan, maka fungsi utama dari audit forensik adalah untuk melakukan audit investigasi terhadap tindak kriminal dan untuk memberikan keterangan saksi ahli (litigation support) di pengadilan.

3.4. Tugas Auditor Forensik

Seorang auditor forensik harus memiliki Sertikat Audit Forensik atau Certified Fraud Examiner (CFE) untuk sertifikasi dari Luar Negeri atau Certified Fraud Examiner (CFr.E) untuk sertifikasi dari lembaga Dalam Negeri. Dengan sertifikasi tersebut menunjukkan seseorang dimaksud telah mempunyai kemampuan khusus atau spesialis dalam mencegah dan memberantas kejahatan perbankan atau fraudlainnya. Sertifikat CFE maupun CFr.E merupakan wujud sebuah pengakuan dengan standar tertinggi yang memiliki keahlian dalam semua aspek dari profesi antifraud

Auditor forensik bertugas memberikan pendapat hukum dalam pengadilan (litigation). Disamping tugas auditor forensik untuk memberikan pendapat hukum dalam pengadilan (litigation), ada juga peran auditor forensik dalam bidang hukum di luar pengadilan (non litigation), misalnya dalam membantu merumuskan alternatif penyelesaian perkara dalam sengketa, perumusan perhitungan ganti rugi dan upaya menghitung dampak pemutusan / pelanggaran kontrak. Akuntansi forensik dibagi ke dalam dua bagian:

(4)

- jasa litigasi (litigation services).

Jasa litigasi merepresentasikan kesaksian dari seorang pemeriksa penipuan dan jasa-jasa akuntansi forensik yang ditawarkan untuk memecahkan isu-isu valuasi, seperti yang dialami dalam kasus perceraian. Sehingga, tim audit harus menjalani pelatihan dan diberitahu tentang pentingnya prosedur akuntansi forensik di dalam praktek audit dan kebutuhan akan adanya spesialis forensik untuk membantu memecahkan masalah.

3.5. Peranan Audit Forensik

Dalam beberapa artikel dan literatur, pembahasan Audit forensik lebih mengarah ke kasus kecurangan (fraud) kepada kasus pembuktian penyimpangan keuangan atau korupsi. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan, audit forensik diperlukan untuk pembuktian pada kasus-kasus penipuan.

Audit Forensik dapat diterapkan dalam kasus 1) kecurangan bisnis atau kecurangan pegawai seperti transaksi tidak sah,manipulasi laporan keuangan. 2) Investigasi kasus kriminal seperti Money-laundering , kejahatan asuransi.3) Perselisihan antar pemegang saham atau partnership. 4) Kerugian bisnis atau perusahaan. 5) Perselisihan perkawinan.

Objek audit forensik adalah informasi keuangan yang mungkin (diduga) mengandung unsur penyimpangan. Penyimpangan yang dimaksud bisa berupa tindakan merugikan keuangan perusahaan, seseorang, atau bahkan negara. Temuan audit dari hasil pemeriksaan ini bisa dijadikan salah satu alat bukti bagi penyidik, pengacara, atau jaksa untuk

memutuskan suatu kasus hukum perdata. Tidak menutup kemungkinan hasil audit juga akan memberikan bukti baru untuk tindakan yang menyangkut hukum pidana, seperti penipuan.

Dalam kasus semacam ini, auditor dituntut harus benar-benar independen. Meskipun penugasan auditdiberikan oleh salah satu pihak yang bersengketa, independensi auditor harus tetap dijaga. Auditor tidak boleh memihak pada siapa-siapa. Setiap langkah, kertas kerja, prosedur, dan pernyataan auditor adalah alat bukti yang menghasilkan konskuensi hukum pada pihak yang bersengketa.

3.6. Pelaksanaan Audit Forensik

Pelaksanaan Audit forensik melihat rincian aspek tertentu dari catatan dan lebih menekankan pada keanehan (exceptions, oddities, irregularities) dan pola tindakan (pattern of conduct).

Audit forensik berfokus pada deteksi kecurangan (fraud) keuangan dengan menghubungkan pengetahuan data dan wawasan secara bersama-sama dan merupakan pencegahan fraud dengan pembentukan dan penempatan sistem akuntansi pada jalur yang benar (Mehta dan Mathur, 2007).

Selain itu terdapat dua prosedur tambahan yang dapat digunakan dalam audit forensik, yaitu:

 Penggunaan dan pemanfaatan teknik wawancara ekstensif yang dirancang untuk memperoleh informasi yang cukup untuk membuktikan atau menyangkal hipotesis.  Pemeriksaan dokumen yang dapat

memperpanjang prosedur otentikasi dan analisis tulisan tangan

Di dalam pelaksanaan audit forensik tentunya dibutuhkan ahli (auditor) yang dapat berperan dalam penyelikan kasus auditor forensik harus memiliki Sertikat Audit Forensik atauCertified Fraud Examiner (CFE) untuk sertifikasi dari Luar Negeri atau Certified Fraud Examiner (CFr.E) untuk sertifikasi dari lembaga Dalam Negeri. Dengan sertifikasi tersebut menunjukkan seseorang dimaksud telah mempunyai kemampuan khusus atau spesialis dalam mencegah dan memberantas kejahatan perbankan ataufraudlainnya. Sertifikat CFE maupun CFr.E merupakan wujud sebuah pengakuan dengan standar tertinggi yang memiliki keahlian dalam semua aspek dari profesi antifraud dan Menurut Soejono Karni (2000:154) tahapan dalam pelakasanaan bantuan ahli adalah sebagai berikut :

1. Penunjukan tim audit untuk melaksanakan penelitian awal

2. Penelitian awal terhadap kasus yang diaudit 3. Pembentukan tim audit

4. Keterangan ahli

(5)

Untuk kasus yang berasal dari lembaga audit sebaiknya dilaksanakan oleh tim atau salah satu anggota yang melaksanakan Audit Forensik uantuk kasus yang bersangkutan. Sehingga tim sudah mengetahui tentang kasus yang dihadapi. Sedangkan untuk kasus yang baru merupakan hasil penyelidikan jaksa atau polisi sendiri.

4. KESIMPULAN

Audit forensik dalam penerapannya di Indonesia hanya digunakan untuk deteksi dan investigasi fraud, deteksi kerugian keuangan, serta untuk menjadi saksi ahli di pengadilan. Pada dasarnya ilmu forensik adalah aplikasi ilmu untuk penyelidikan kriminal dalam rangka untuk mencari bukti yang dapat digunakan dalam penyelesaian kasus-kasus kriminal.

Tujuan audit forensik sangat khusus sehingga penyusunan program maupun pelaksanaan auditnya sangat berbeda dengan audit biasa karena digunakan untuk mengumpulkan bukti-bukti yang cukup dan kompeten sehingga kasus kriminal yang sedang ditangani dapat terungkap.

Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya amat dibutuhkan auditor-auditor yang memiliki karakteristik khusus seperti memiliki Sertikat Audit Forensik atau Certified Fraud Examiner (CFE) untuk sertifikasi dari Luar Negeri atau Certified Fraud Examiner (CFr.E) untuk sertifikasi dari lembaga Dalam Negeri yang bisa di percaya untuk mengungkapkan informasi yang akurat, obyektif, dan dapat menemukan adanya penyimpangan. Kasus yang biasa di hadapi penyelewengan terhadap catatan-catatan akuntansi, penyimpangan prosedur akuntansi dan korupsi, juga memeriksa kasus-kasus tuntutan perdata seperti ganti rugi, asuransi, persengketaan pemegang saham dan perusahaan sampai pada gugatan pembagian harta akibat perceraian.

5. REFERENSI

Arief Rahman, “ Auditing Forensik dan Kontribusi Akuntansi dalam Pemberantasan Korupsi”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia Vol.3

Adhysti Kartika (14februari 2015).

Persepi Akademisi dan Praktisi Akuntansi Terhadap Akuntansi Forensik Sebagai Profesi di Indonesia.

Retrieved from :

http://eprints.undip.ac.id/43400/1/15_Z AMIRA.pdf

Igama (12 februari 2015). Tugas Audit Forensik. Retrieved from : http://imagama.feb.ugm.ac.id/home/akun tansi-forensik/

Sudaryati, Dwi, Nafi’ IZ, “Auditing Forensik dan Value For Money Audit”. ISSN : 1979-6889.

Tuanakotta, M.Theodorus. Akuntansi

Forensik dan Audit Investigatif, Jakarta: Salemba Empat, 2006.

Referensi

Dokumen terkait

Indikasi TURP adakah ketika pasien dengan gejala sumbatan yang menetap, progresif akibat pembesaran prostat, atau tidak dapat diobati dengan terapi obat lagi,

Menakar Modernisasi Pendidikan Pesantren Mengusung Sistem Pesantren Sebagai Sistem Pendidikan Mandiri, Cet.. Tradisi Intelektual Santri dalam Tantangan dan Hambatan

3. Melaksanakan monitoring tentang pernyataan sikap dari pedagang minuman keras;.. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 14 tahun 2008 tentang Larangan Penjualan

Lebih lanjut studi yang dilakukan oleh Albert (1995) dan Tasumewada (2013) mengungkapkan bahwa mempunyai perencanaan kegiatan pengganti setelah pensiun

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat kita simpulkan bahwa terdapat hubungan sangat lemah antara skor motivasi secara keseluruhan dengan hasil belajar mahasiswa.. Terdapat

Untuk mempermudah evaluasi kinerja dari hasil analisa yang telah didapat perlu dilakukan beberapa tahap untuk mempermudah evaluasi, tahap ini yaitu pemberian nama terhadap

pada semua tingkat motivasi belajar dapat meningkatkan prestasi siswa. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui manakah yang menghasilkan

pada proses pendidikan pondok pesantren dan madrasah diniyah yang harus. dipenuhinya, makin tinggi tingkat pendidikan makin tinggi pula