KINERJA DOKTER DALAM PENGISIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM
TAHUN 2009
TESIS
Oleh
KHAIRIL ANWAR POHAN
077013015 / IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KINERJA DOKTER DALAM PENGISIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM
TAHUN 2009
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi Rumah Sakit
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh :
KHAIRIL ANWAR POHAN
077013015 / IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : KINERJA DOKTER DALAM PENGISIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM TAHUN 2009
Nama Mahasiswa : Khairil Anwar Pohan
Nomor Induk Mahasiswa : 077013015
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit
Menyetujui : Komisi Pembimbing
(Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.P.D, Sp.J.P) (dr. Djamaluddin Sambas, M.A.R.S)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)
Telah diuji
Pada tanggal : 14 Januari 2010
____________________________________________________________________
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof.dr. Sutomo Kasiman, Sp.P.D,Sp.J.P Anggota : 1. dr. Djamaluddin Sambas, M.A.R.S
PERNYATAAN
KINERJA DOKTER DALAM PENGISIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM
TAHUN 2009
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis saya ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, Januari 2010
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi masih rendahnya pengisian berkas rekam medis yang dilaksanakan oleh para dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam. Survai pendahuluan terhadap 50 berkas yang diperiksa secara acak pada Mei 2009, berkas yang tidak lengkap mencapai 45% terutama yang menyangkut ringkasan pulang (formulir RM 8).
Penelitian dengan jenis survei telah dilakukan untuk menganalisis kinerja dokter dalam pengisian berkas rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam pada tahun 2009. Populasi adalah seluruh dokter yang bertugas di RSUD Deli Serdang dengan jumlah 47 orang. Seluruh populasi dijadikan sampel. Data dikumpulkan dalam menggunakan kuesioner, dan wawancara. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan kinerja dokter dalam pengisian rekam medis sebanyak 76,6% dalam kategori buruk, selebihnya yakni 23,4% berada dalam kategori sedang.
Disarankan kepada managemen RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam untuk : (1) melakukan pengawasan dalam pengisian rekam medis terutama yang dilakukan oleh dokter, (2) melakukan sosialisasi terus menerus terhadap semua komponen rumah sakit, terutama dokter, untuk memahamkan bahwa pengisian rekam medis merupakan kewajiban yang harus dijalankan, (3) memberi sanksi bagi para dokter yang tidak mengisi berkas rekam medis.
ABSTRACT
This research based on the lower of filling the medical record by physician in General Hospital of Deli Serdang Lubuk Pakam. The preliminary survey of the 50 medical record randomly conducted on May 2009, the incomplete record were 45% mainly the summary (RM 8 form).
The research with survey method was conducted to analyze performance of phisician in filling the medical record, at General Hospital of Deli Serdang Lubuk Pakam in 2009. Population were all of physician General Hospital of Deli Serdang Lubuk Pakam as 47 persons. The sample were all the population. The data were collected using questioniare, intervew, and it analyzed by multi linear regrestion test.
The results of research indicated that the performance of physician in filling the medical record as 76,6% in bad category, as 23,4% in moderate category.
It is suggested that management of General Hospital of Deli Serdang Lubuk Pakam to : (1) evaluate the physician in filling the medical record, (2) to sozialize the whole component of hospital continually, mainly the physician to give them understanding that filling the medical record is obligation, (2) give sanction to physician who do not filling the medical record.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan karuniaNya sehingga
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tesis yang berjudul “Kinerja Dokter
dalam Pengisian Berkas Rekam Medik di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun
2009”.
Dalam proses penelitian dan penyusunan tesis ini penulis tidak terlepas dari
bantuan, dukungan, bimbingan dan doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada :
1. Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A (K), Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Drs. Surya Utama, MS, Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Medan.
4. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
5. Prof.dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD,Sp.JP, selaku Ketua Komisi Pembimbing
yang telah banyak meluangkan waktu dalam membimbing dan mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
6. dr. Djamaluddin Sambas, M.A.R.S, selaku Anggota Komisi Pembimbing
yang juga telah banyak meluangkan waktu dalam membimbing dan
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
7. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes dan dr. Asmui Lubis, M.Kes, selaku
penguji tesis yang telah memberikan kritik dan masukan kepada penulis.
8. dr.Hj. Aida Harahap, M.A.R.S, selaku Direktur RSUD Deli Serdang Lubuk
Pakam beserta seluruh staf, yang telah memberikan izin dan bantuan bagi
penulis sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
9. Teman-teman mahasiswa/i Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan Angkatan
2007 yang telah memberikan bantuan dan motivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
10. Istriku tercinta Agustin Faika Amperawati dan anakku tersayang Ridho
Auliansyah Pohan dan Annisa Rizki Ananda Pohan yang selalu mendoakan
dan mendukung penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
11. Kedua orangtua, mertua dan saudara-saudaraku yang telah memberikan
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya yang telah
banyak membantu penulis selama penyelesaian tesis ini.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas segala bantuan dan
kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
dalam penulisan tesis ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bertujuan untuk menyempurnakan tesis ini.
Mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi yang
membacanya.
Medan, Januari 2010 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Khairil Anwar Pohan lahir pada tanggal 05 Agustus 1973 di Bakaran Batu
Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, berjenis kelamin Laki-laki,
beragama Islam, bertempat tinggal di Taman Surya Harmoni B-17 Jln. Mesjid II
Sekip Lubuk Pakam Deli Serdang Sumut Kode Pos 20517.
Riwayat Pendidikan, SD Negeri 104295 Sukadamai Kab. Sergai, Lulus
Tahun 1986, SMP Negeri Sei Rampah Kab. Sergai, Lulus Tahun 1989, SPK Pemda
Tebing Tinggi, Lulus Tahun 1992, Akper (Program Anestesi) Depkes. RI. Jakarta,
Lulus Tahun 2000, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan, Lulus Tahun 2007
Riwayat Pekerjaan, Sebagai Staf Fungsional di RSUD Deli Serdang Lubuk
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB 1 PENDAHULUAN
2.3. Ringkasan Pulang... 17
2.4. Peran Dokter Dalam Pengisian Rekam Medik ... 18
2.5. Kinerja……….. 22
2.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ... 23
2.7. Kriteria Penilaian ... 26
2.8. Landasan Teori... 28
2.9. Kerangka Konsep Penelitian ... 29
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 30
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 30
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian……… 30
3.3.1. Populasi ... 30
3.3.2. Sampel... 31
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 31
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 31
3.6. Metode Pengukuran ... 32
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 32
4.2. Karakteristik Responden ... 37
4.2.1. Umur ... 37
4.2.2. Jenis Kelamin ... 38
4.2.3. Pendidikan... 38
4.2.4. Masa Kerja ... 38
4.3. Kinerja... 39
4.4. Hasil Wawancara……….. 41
4.4.1. Wawancara Dengan Direktur……….. 41
4.4.2. Wawancara dengan Dokter………. 42
BAB 5 PEMBAHASAN 5.1. Kinerja Dokter Dalam Pengisian Rekam Medis ... 44
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 46
6.2. Saran... 46
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
4.1. Distribusi Responden Menurut Umur ... 37
4.2. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin... 38
4.3. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 38
4.4. Distribusi Responden Menurut Masa Kerja... 39
4.5. Uraian Kinerja Responden Dalam Pengisian Rekam Medis... 40
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1 Variabel yang Memengaruhi Perilaku dan Kinerja... 29
2 Kerangka Konsep Penelitian ... 29
3. Bagan Organisasi RSUD ”Deli Serdang” ... 34
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 49
2. Surat Permohonan Izin Penelitian...
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi masih rendahnya pengisian berkas rekam medis yang dilaksanakan oleh para dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam. Survai pendahuluan terhadap 50 berkas yang diperiksa secara acak pada Mei 2009, berkas yang tidak lengkap mencapai 45% terutama yang menyangkut ringkasan pulang (formulir RM 8).
Penelitian dengan jenis survei telah dilakukan untuk menganalisis kinerja dokter dalam pengisian berkas rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam pada tahun 2009. Populasi adalah seluruh dokter yang bertugas di RSUD Deli Serdang dengan jumlah 47 orang. Seluruh populasi dijadikan sampel. Data dikumpulkan dalam menggunakan kuesioner, dan wawancara. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan kinerja dokter dalam pengisian rekam medis sebanyak 76,6% dalam kategori buruk, selebihnya yakni 23,4% berada dalam kategori sedang.
Disarankan kepada managemen RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam untuk : (1) melakukan pengawasan dalam pengisian rekam medis terutama yang dilakukan oleh dokter, (2) melakukan sosialisasi terus menerus terhadap semua komponen rumah sakit, terutama dokter, untuk memahamkan bahwa pengisian rekam medis merupakan kewajiban yang harus dijalankan, (3) memberi sanksi bagi para dokter yang tidak mengisi berkas rekam medis.
ABSTRACT
This research based on the lower of filling the medical record by physician in General Hospital of Deli Serdang Lubuk Pakam. The preliminary survey of the 50 medical record randomly conducted on May 2009, the incomplete record were 45% mainly the summary (RM 8 form).
The research with survey method was conducted to analyze performance of phisician in filling the medical record, at General Hospital of Deli Serdang Lubuk Pakam in 2009. Population were all of physician General Hospital of Deli Serdang Lubuk Pakam as 47 persons. The sample were all the population. The data were collected using questioniare, intervew, and it analyzed by multi linear regrestion test.
The results of research indicated that the performance of physician in filling the medical record as 76,6% in bad category, as 23,4% in moderate category.
It is suggested that management of General Hospital of Deli Serdang Lubuk Pakam to : (1) evaluate the physician in filling the medical record, (2) to sozialize the whole component of hospital continually, mainly the physician to give them understanding that filling the medical record is obligation, (2) give sanction to physician who do not filling the medical record.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tuntutan akan pelayanan rumah sakit yang bermutu seiring dengan semakin
baiknya kesadaran masyarakat tentang4 mutu, membuat rumah sakit sebagai pemberi
pelayanan kesehatan harus meningkatkan pelayanannya dari berbagai aspek. Berbagai
fakta menunjukkan, banyaknya warga Indonesia pergi ke luar negeri untuk berobat
disebabkan pelayanan rumah sakit di Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan
dan harapan masyarakat.
Sebagai gambaran, pada tahun 2004 jumlah warga Indonesia yang bepergian
ke Melaka Malaysia untuk mendapatkan pengobatan mencapai 95,6% dari total
jumlah pelancong kesehatan yang datang pada saat itu. Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
Sumatera Utara menyatakan, sedikitnya 600 ribu masyarakat Indonesia berobat ke
luar negeri, di mana 200 ribu orang di antaranya berasal dari Sumatera Utara (Bisnis
Indonesia, 2006).
Salah satu aspek dalam pelayanan rumah sakit yang penting adalah rekam
medis. Fenomena dalam perumahsakitan menunjukkan berkas yang berisikan catatan
dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien tersebut, mutu pelaksanaannya
Rumah sakit sebagai organisasi publik yang terdiri dari beberapa tenaga
dengan berbagai disiplin ilmu, diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan
yang bermutu kepada masyarakat. Dalam era globalisasi seperti sekarang, mutu
pelayanan sangat menentukan untuk memenangkan persaingan dalam memenuhi
kebutuhan konsumen. Mutu pelayanan merupakan suatu hal yang sangat penting
untuk tetap dapat menjaga keberadaan suatu rumah sakit (Elynar, 2008).
Rekam medik merupakan bukti tertulis tentang proses pelayanan yang
diberikan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya kepada pasien, yang merupakan
cermin kerjasama lebih dari satu orang tenaga kesehatan untuk menyembuhkan
pasien. Setiap staf rumah sakit perlu memahami pentingnya rekam medik dalam
memberikan pelayanan kesehatan. Tinggi rendahnya mutu pelayanan kesehatan
rumah sakit, antara lain dapat segera dilihat dengan lengkap tidaknya catatan
pengobatan yang tercantum dalam rekam medik. Di samping itu adanya tuntutan
masyarakat yang tidak hanya ingin tahu tentang hasil pelayanan kesehatan rumah
sakit, tetapi juga kejelasan proses pelaksanaannya. Rekam medik dipergunakan
sebagai bukti tertulis yang dapat dipertanggungjawabkan oleh dokter dan tenaga
kesehatan lainnya (Djojodibroto, 1997).
Salah satu penggunaan sistim informasi manajemen (SIM) dalam rumah sakit
adalah adanya rekam medis. Pelaksanaan rekam medis dalam rumah sakit merupakan
hal yang sangat penting sebagai salah satu penunjang peningkatan mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Hal ini dapat dilihat sebagai keuntungan rumah sakit dan
Selain itu, adanya rekam medis merupakan salah satu syarat untuk pelaksanaan
akreditasi 5 pelayanan dasar suatu rumah sakit (Mishbahuddin, 2008).
Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran, seorang dokter, dokter Spesialis, dokter gigi dan dokter gigi
spesialis dalam melaksanakan praktik kedokteran atau kedokteran gigi wajib
memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien. Oleh karena itu setiap dokter, dokter
spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis dalam melaksanakan praktik
kedokteran atau kedokteran gigi wajib menyelenggarakan kendali mutu dan kendali
biaya, di mana dalam rangka pelaksanaan kegiatan tersebut dapat diselenggarakan
audit medis. Pengertian audit medis adalah upaya evaluasi secara profesional
terhadap mutu pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan
rekam medis yang dilaksanakan oleh profesi medis.
Kebijakan yang menguatkan tentang pelaksanaan rekam medis yang
dilakukan dokter dan dokter gigi ini tertuang dalam Pasal 16 Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.1419/Menkes/PER/X/2005. Pasal 16 menyebutkan bahwa dokter
dan dokter gigi dalam pelaksanaan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis.
Pada Pasal 18 diatur mengenai kewajiban dokter untuk menyimpan rahasia pasien
terkait dengan pemeriksaan pasien, interprestasi penegakan diagnose dalam
melakukan pengobatan termasuk segala sesuatu yang diperoleh dari tenaga kesehatan
sakit, khususnya bagi mereka yang berhubungan dengan data rekam medis wajib
memperhatikan ketentuan tersebut.
Kedisiplinan praktisi kesehatan dalam melengkapi informasi medis sesuai
dengan jenis pelayanan yang telah diberikan kepada pasien merupakan kunci
terlaksananya kegunaan rekam medis. Namun, masih banyak dokter dan perawat
yang tidak mengisi rekam medis dengan benar, karena alasan terbatasnya waktu atau
anggapan bahwa hanya penting untuk keperluan administrasi rumah sakit (Dewi,
1999).
Rekam medis menjadi penting karena berperan dalam pelaksanaan
manajemen rumah sakit yang baik, terutama dalam meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit. Rekam medis berperan sebagai media komunikasi antara dokter dan
tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Rekam medis
mencatat atau memuat data tentang perawatan dan pengobatan yang telah diberikan.
bagairnana dosis dan efeknya sehingga dapat menjadi bahan untuk merencanakan
perawatan maupun pengobatan selanjutnya (Hanafiah dan Amir, 1999).
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa pengisian rekam medis belum
menjadi sesuatu yang dipatuhi secara baik. Menurut Awliya (2007), kelengkapan
pengisian rekam medis di Rumah Sakit Pemerintah Kota Banjarbaru Kalimantan
Selatan sebesar 35 %; di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta sebesar 63,8% (Hatta,
1994); penelitian Meliala (2004) di RS Sardjito Yogyakarta pada tahun 1990
menunjukkan kelengkapan rekarn medis pasien epilepsi mencapai 70 %. Dari data
pemerintah maupun rumah sakit swasta masih jauh di bawah ketentuan standar
Departemen Kesehatan yang menyatakan kelengkapan pengisian rekam medis adalah
100% (Depkes, 1997).
Survei Anggraini di RSUD dr. Djasamen Saragih (2007) mencatat, dari 100
sampel berkas yang diambilnya untuk dianalisis, sebanyak 34,1% berkas tidak diisi
dengan lengkap, 59,3% tidak dikembalikan tepat waktu, dan 56,1% tidak diisi secara
tepat. Penelitian yang dilakukan Purnamawati (2008) di Rumah Sakit Umum Pusat
(RSUP) Haji Adam Malik menunjukkan, ketidaklengkapan rekam medis yang masih
tinggi di RS tersebut antara lain disebabkan ketidaksesuaian penulisan diagnosa
waktu masuk dan diagnosa pada saat keluar, nama dan tanda tangan dokter tidak
tercantum. Penelitian lainnya yang dilakukan Kusumastuti (2006) di RSU PTPN. II
Tembakau Deli Medan menunjukkan bahwa ketidaklengkapan pengisian formulir
tentang Persetujuan Tindakan Medis (PTM) masih tinggi.
Fakta-fakta di atas menunjukkan kinerja orang-orang yang terlibat dalam
pengisian rekam medis masih perlu ditingkatkan. Salah satu komponen yang
memegang peranan penting dalam pengisian rekam medis, sesuai dengan amanat UU
No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 269/ Menkes/ Per/III/ 2008 tentang Rekam Medis, adalah dokter dan dokter gigi.
Permenkes RI No. 269 ini menggantikan Permenkes sebelumnya, yakni No. 749a /
Menkes/ Per/ XII/ 1989 tentang Rekam Medis.
Dalam pasal 5 Permenkes No. 269/ 2008 dinyatakan bahwa setiap dokter dan
Pembuatan rekam medis dilaksanakan melalui pencatatan dan pendokumentasian
hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien. Pada pasal 6 dinyatakan bahwa dokter, dokter gigi dan/ atau tenaga
kesehatan tertentu bertanggung jawab atas catatan dan/atau dokumen yang dibuat
pada rekam medis.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang Lubuk Pakam merupakan
rumah sakit pemerintah kelas B di Deli Serdang yang saat ini berfungsi sebagai Pusat
Rujukan Pelayanan. Rumah sakit Deli Serdang saat ini sudah terakreditasi dengan 12
program pelayanan. Dalam pelaksanaan pelayanan rekam medisnya, meski sudah
dilakukan berbagai upaya perbaikan secara terus menerus, namun masih juga
ditemukan ketidaklengkapan, termasuk yang menyangkut kelengkapan isi dari berkas
rekam medis.
Kelengkapan rekam medis dan ketepatan waktu pengembaliannya masih
menjadi persoalan bukan hanya di negara berkembang, namun di negara maju pun
keadaan ini masih sering dijumpai. Fenomena ini terjadi di Korea, seperti di 11 rumah
sakit tersier yang sangat jatuh dari ideal. Organisasi pelayanan Kesehatan Inggirs
melalui The Audit Commission on National Health Service menyimpulkan adanya
defisisensi yang serius dalam pengelolaan rekam medis mulai pengisian sampai
dengan penyimpanan (Meliala, 2004).
Ketidaklengkapan dan ketidaktepatan, dalam pengisian rekam medis
memberikan dampak yang tidak baik proses pelayanan kesehatan kepada pasien,
lama. Di samping itu analisis terhadap riwayat penyakit terdahulu serta tindakan
medik yang telah dilakukan sebelumnya tidak dapat dilakukan secara baik, karena
tidak lengkapnya data pada rekam medis pasien
Hasil survey pendahuluan di RSUD Deli Serdang yang dilakukan penulis
pada bulan Mei tahun 2009 menunjukkan masih banyak dijumpai berkas yang tidak
lengkap pengisiannya, terutama yang terkait dengan formulir yang seharusnya diisi
oleh dokter, yakni ringkasan pulang (Formulir RM 8). Sesuai dengan Pasal 4
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/ Menkes/ Per/III/ 2008 tentang Rekam
Medis, ringkasan pulang harus dibuat oleh dokter atau dokter gigi yang melakukan
perawatan pasien. Isi ringkasan pulang sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya
memuat : identitas pasien, diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat, ringkasan
hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis akhir, pengobatan dan tindak lanjut,
serta nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang memberikan pelayanan
kesehatan. Dari 50 berkas yang diperiksa secara acak, berkas yang tidak lengkap
mencapai 45%, terutama yang menyangkut ringkasan pulang.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti hendak melakukan penelitian berkaitan
dengan kinerja dokter dan dokter gigi dalam pengisian berkas rekam medis yang
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian
adalah bagaimana kinerja dokter dan dokter gigi di RSUD Deli Serdang Lubuk
Pakam dalam pengisian berkas rekam medis.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja dokter dan dokter gigi
dalam pengisian berkas rekam medis di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan kepada pihak RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam,
untuk membuat kebijakan dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
dan meningkatkan kinerja dokter dan dokter gigi dalam pengisian berkas
rekam medis.
2. Bagi Akademisi
Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
3. Bagi Peneliti
Sebagai pengembangan wawasan keilmuan dan wacana untuk penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rumah Sakit
Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan
pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan
dan penelitian (PerMenKes No. 159 b/ Menkes/ PER/ II/ 1988 tentang Rumah Sakit).
Rumah sakit bertugas melaksanakan pelayanan kesehatan dengan mengutamakan
kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan dan jiwa yang
dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatan (promotif), pencegahan
(preventif) serta melaksanakan upaya rujukan.
Adapun yang menjadi fungsi rumah sakit adalah : (a) menyediakan dan
menyelenggarakan : pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan
perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan, (b)
sebagai tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medik dan paramedik, dan (c)
sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan.
Dalam menjalankan fungsinya, pencatatan proses pelayanan kepada pasien
merupakan aktivitas yang melekat dalam setiap kegiatan pelayanan di rumah sakit.
Pencatatan yang saat ini dikenal dengan rekam medis, merupakan aktivitas yang
sangat penting untuk mengingatkan kembali dokter dan keadaan, hasil pemeriksaan
dan pengobatan yang telah diberikan bila pasien datang kembali untuk berobat ulang.
yang digunakan, lebih luas dari sekadar catatan atau jembatan untuk mengingat
kembali (Hanafiah dan Amir, 1999).
2.2. Rekam Medis
Rekam medis merupakan kumpulan fakta tentang kehidupan seseorang dan
riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan saat ini dan saat lampau
yang ditulis oleh para praktisi kesehatan dalam upaya mereka memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasien (Hatta, 2003).
Menurut Hanafiah dan Amir (1999), rekam medis adalah kumpulan
keterangan tentang identitas, hasil anamnesis, pemeriksaan dan catatan segala
kegiatan para pelayan kesehatan atas pasien dari waktu ke waktu. Catatan ini dapat
berupa tulisan maupun gambar, rekaman elektronik seperti komputer, mikrofilm dan
rekaman suara.
Secara sederhana pengertian rekam medis adalah kumpulan keterangan
tentang identitas, hasil anamnesis, pemeriksaan dan catatan segala kegiatan para
petugas kesehatan atas pasien dari waktu ke waktu. Dalam PERMENKES No.
269/MenKes/PER/III/2008 tentang rekam medis disebut pengertian rekam medis
adalah: berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana
pelayanan kesehatan.
Untuk mendapatkan catatan data medis yang baik, ada beberapa hal yang
mencatat data secara tepat waktu, mencatat data yang up to date, mencatat data
secara cermat dan lengkap, membuat catatan yang dapat dipercaya dan menurut
kenyataan, memilih data yang berkaitan dengan masalahnya, dan mencatat data
secara obyektif (Samil, 1994).
Sesuai dengan Pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/ Menkes/
Per/III/ 2008 tersebut dinyatakan, setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan
praktik kedokteran wajib membuat rekam medis, setelah pasien menerima pelayanan.
Pembuatan rekam medis dilaksanakan melalui pencatatan dan pendokumentasian
hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien. Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu
dan tanda tangan dokter; dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan
pelayanan kesehatan secara langsung. Selanjutnya pada Pasal 6 dikatakan, dokter,
dokter gigi dan/ atau tenaga kesehatan tertentu bertanggung jawab atas catatan dan/
atau dokumen yang dibuat pada rekam medis.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/ Menkes/ Per/ III/ 2008 merupakan
peraturan pelaksana dari UU RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
Berdasarkan UU tersebut, dokter dan dokter gigi diwajibkan membuat rekam medis
dengan sanksi pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
2.2.1 Kegunaan Rekam Medis
Menurut Hanafiah dan Amir (1999), ada delapan kegunaan rekam medis di
rumah sakit yang disebut sebagai CIALFRED, yaitu:
C : Comunication use
Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang ikut
ambil bagian dalam memberi pelayanan, pengobatan dan perawatan pasien.
I : Information use
Merupakan dasar untuk perencanaan pengobatan dan perawatan yang harus
diberikan kepada pasien. Segala instruksi kepada perawat atau komunikasi
sesama dokter ditulis agar rencana pengobatan dapat dilaksanakan.
A : Administrative use
Adanya nilai administrasi dalam suatu rekam medis dikarenakan bahwa isinya
menyangkut tindakan-tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab
sebagai tenaga medis dengan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan
kesehatan.
L : Legal use
Hal ini menyangkut masalah adanya jaminan kesehatan hukum (legal) atas dasar
keadilan dalam rangka usaha menegakkan serta persediaan bahan tanda bukti
untuk menegakkan keadilan.
F : Financial use
Rekam medis ini mempunyai nilai keuangan (financial) karena isinya dapat
rumah sakit, tanpa adanya catatan tindakan pelayanan maka pembayaran tidak
dapat dipertanggungjawabkan.
R : Research use
Nilai penelitian dalam suatu berkas rekam medis dikarenakan bahwa isinya
mengandung data atau informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
F : Education use
Suatu berkas rekam medis yang mempunyai nilai pendidikan adalah isinya
menyangkut data atau informasi tentang perkembangan kronologis dari kegiatan
pelayanan medik yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat
dipergunakan sebagai bahan referensi pengajaran dibidang profesi bagi si
pemakai.
D : Documentary use
Nilai dokurnentasi dalam rekam medis ini berdasarkan isi yang menjadi sumber
ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai bahan pertanggungjawaban
dan pelaporan rumah sakit.
Adapun tujuan utama dari Rekam Medis terbagi dalam 5 (lima) kepentingan,
yaitu :
1. Pasien, rekam kesehatan merupakan alat bukti utama yang mampu
membenarkan adanya pasien dengan identitas yang jelas dan telah
mendapatkan berbagai pemeriksaan dan pengobatan di sarana pelayanan
2. Pelayanan pasien, rekam kesehatan mendokumentasikan pelayanan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan, penunjang medis dan tenaga lain yang
bekerja dalam berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan demikian
rekaman itu membantu pengambilan keputusan tentang terapi, tindakan, dan
penentuan diagnosis pasien. Rekam medis juga sebagai sarana komunikasi
antartenaga lain yang sama-sama terlibat dalam menangani dan merawat
pasien. Rekaman yang rinci dan bermanfaat menjadi alat penting dalam
menilai dan mengelola risiko manajemen. Selain itu rekam medis setiap
pasien juga berfungsi sebagai tanda bukti sah yang dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Oleh karena itu rekam medis yang
lengkap harus setiap saat tersedia dan berisi data/ informasi tentang
pemberian pelayanan kesehatan secara jelas.
3. Manajemen pelayanan, rekam medis yang lengkap memuat segala aktivitas
yang terjadi dalam manajemen pelayanan sehingga digunakan dalam
menganalisis berbagai penyakit, menyusun pedoman praktik, serta untuk
mengevaluasi mutu pelayanan yang diberikan.
4. Menunjang pelayanan, rekam medis yang rinci akan mampu menjelaskan
aktivitas yang berkaitan dengan penanganan sumber-sumber yang ada pada
organisasi pelayanan di RS, menganalisis kecenderungan yang terjadi dan
mengomunikasikan informasi di antara klinik yang berbeda.
5. Pembiayaan, rekam medis yang akurat mencatat segala pemberian pelayanan
pembayaran yang harus dibayar, baik secara tunai atau melalui asuransi.
2.2.2 Isi Rekam Medis
Menurut Hanafiah dan Amir (1999), di rumah sakit ada 2 jenis rekam medis :
yakni rekam medis untuk pasien rawat jalan, dan rekam medis untuk pasien rawat
inap. Namun dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/ Menkes/ Per/III/ 2008
tentang Rekam Medis, selain dua jenis rekam medis tersebut, ada rekam medis untuk
pasien gawat darurat.
Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan sekurang-kurangnya memuat :
a. Identitas pasien;
b. Tanggal dan waktu;
c. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit;
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
e. Diagnosis;
f. Rencana penatalaksanaan;
g. Pengobatan dan/atau tindakan;
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien;
i. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik; dan
j. Persetujuan tindakan bila diperlukan.
Adapun isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari
a. Identitas pasien;
b. Tanggal dan waktu;
c. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit;
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
e. Diagnosis;
f. Rencana penatalaksanaan;
g. Pengobatan dan/atau tindakan;
h. Persetujuan tindakan bila diperlukan;
i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan;
j. Ringkasan pulang (discharge summary)
k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan;
l. Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu; dan
m. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.
Selanjutnya isi rekam medis untuk pasien gawat darurat, sekurang-kurangnya
memuat :
a. Identitas pasien;
b. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan;
c. Identitas pengantar pasien;
d. Tanggal dan waktu;
penyakit;
f. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
g. Diagnosis;
h. Pengobatan dan/ atau tindakan;
i. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat
darurat dan rencana tindak lanjut;
j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan;
k. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke
sarana pelayanan kesehatan lain; dan
l. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
2.3. Ringkasan Pulang
Ringkasan pulang merupakan ringkasan dari seluruh masa perawatan dan
pengobatan pasien sebagaimana yang telah diupayakan oleh para tenaga kesehatan
dan pihak terkait (Hatta, 2008). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
269/ Menkes/ Per/III/ 2008, ringkasan pulang dibuat oleh dokter atau dokter gigi
yang melakukan perawatan pasien. Isi ringkasan pulang sekurang-kurangnya
memuat:
a. Identitas pasien;
b. Diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;
d. Nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang memberikan pelayanan.
Kegunaan dari ringkasan riwayat pulang (Hatta, 2008), adalah untuk :
1. Menjaga kelangsungan perawatan di kemudian hari dengan memberikan
tembusannya kepada dokter utama pasien, dokter yang merujuk dan
konsultan yang membutuhkan.
2. Memberikan informasi untuk menunjang kegiatan komite telaahan staf medis
3. Memberikan informasi kepada pihak ketiga yang berwenang
4. Memberikan informasi kepada pihak pengirim pasien ke RS.
2.4. Peran Dokter Dalam Pengisian Rekam Medik
Tanggung jawab utama akan kelengkapan rekam medis terletak pada dokter
yang merawat. Tanpa memperdulikan ada atau tidaknya bantuan yang diberikan
kepadanya dalam melengkapi rekam medis dan staf lain di rumah sakit, dia
mengemban tanggung jawab terakhir akan kelengkapan dan kebenaran isi rekam
medis. Disamping itu untuk mencatat beberapa keterangan medis seperti riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, dan ringkasan keluar (resume), kemungkinan bisa
dilegalisikan pada co assisten, asisten ahli, atau dokter lainnya (Samil 1994).
Data ini harus dipelajari kembali, dikoreksi dan ditandatangani juga oleh
dokter yang merawat. Pada saat ini banyak rumah sakit, menyediakan staf bagi
dokter untuk melengkapi rekam medis, namun demikian tanggung jawab utama dan
sesuai dengan taraf pengobatan dan perawatan yang tercatat. Oleh karena itu ditinjau
dan beberapa segi, rekam medis sangat bernilai penting karena :
1. Bagi pasien, untuk kepentingan penyakitnya di masa sekarang maupun di masa
yang akan datang.
2. Dapat melindungi rumah sakit maupun dokter dalam segi hukum (medicolegal).
Bilamana rekam medis tidak lengkap dan tidak benar, maka kemungkinan akan
merugikan bagi pasien, rumah sakit maupun dokter sendiri.
3. Dapat digunakan untuk penelitian medik maupun administratif. Personil rekam
medis hanya dapat mempergunakan data yang diberikan kepadanya.
Bilamana diagnosanya tidak benar dan tidak lengkap maka kode penyakit pun
tidak tepat, sehingga indeks penyakit mencerminkan kekurangannya, hal ini
berakibat riset akan mengalami kesulitan. Oleh karena itu data statistik dan laporan
hanya dapat secermat informasi dasar yang benar (Depkes RI, 1997).
Formulir yang digunakan biasanya dalam bentuk kartu pemeriksaan pasien,
anamnese, diagnosa dan tindakan yang dilakukan terhadap pasien, tetapi dicatat di
dalam kartu tersebut. Untuk rawat jalan perlu di dalam lembar ringkasan poliklinik
yang lazim disebut identitas dan ringkasan poliklinik. Lembaran ini sebagai dasar
dalam menyiapkan kartu identitas utama pasien (KIUP) yang berisi data pasien serta
ringkasan poliklinik (Basbeth, 2005).
Rekam medis adalah catatan atau berkas yang mengandung informasi tentang
penyakit dan pengobatan pasien yang ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan
membuatnya dan disimpan oleh institusi pelayanan kesehatan tersebut. Disamping
kerahasiaannya serta dapat digunakan sebagai alat bukti hukum apabila terdapat
penyimpangan dalam pelayanan kesehatan (Samil, 1994).
Menurut Hanafiah dan Amir (1999), akhir-akhir ini keluhan masyarakat
terhadap para dokter makin sering terdengar, antara lain mengenai kurangnya waktu
dokter yang disediakan untuk pasiennya, kurang lancarnya komunikasi, kurangnya
informasi yang diberikan dokter kepada pasien atau keluarganya, tingginya biaya
pengobatan dan sebagainya. Hal ini disebabkan meningkatnya taraf pendidikan dan
kesadaran hukum masyarakat, dimana masyarakat lebih menyadari akan haknya
seiring dengan munculnya kepermukaan masalah-masalah hak asasi manusia
diseluruh dunia, Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) sekarang ini hanya
berisi kewajiban-kewajiban dokter dan belum memuat hak dokter, demikian juga
belum memuat semua hak dan kewajiban pasien.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK)
lahir untuk memperoleh perlindungan atas kerugian yang diderita atas transaksi suatu
barang dan jasa. UUPK menjamin adanya kepastian hukum bagi konsumen. Tujuan
dan undang-undang tersebut adalah:
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri.
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha.
Dalam pedoman pengolahan rekam medis rumah sakit di Indonesia
disebutkan bahwa rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
melakukan pelayanan rawat jalan maupun inap, wajib membuat atau mengisi rekam
medis. Petugas yang membuat atau mengisi rekam medis adalah dokter dan tenaga
kesehatan lainnya meliputi:
1. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang
melayani pasien di rumah sakit.
2. Dokter tamu yang merawat pasien rumah sakit.
3. Residen yang sedang melaksanakan kepaniteraan klinik.
4. Tenaga para medis keperawatan dan tenaga para medis non keperawatan yang
langsung terlibat di dalam diantara lain perawat, perawat gigi, bidan, tenaga
laboratorium klinik, gizi, anestesi, penata roentgen, rehabilitasi medis dan lain
sebagainya.
5. Dalam hal kedokteran luar negeri melakukan alih teknologi kedokteran, yang
adalah dokter yang ditujukan oleh direktur rumah sakit (Departemen Kesehatan
RI, 1997).
2.5. Kinerja
Kinerja adalah penampilan hasil karya personil, baik secara kualitas maupun
kuantitas dalam suatu organisasi (Ilyas, 2001). Kinerja dapat merupakan penampilan
individu maupun kelompok kerja personil. Penampilan hasil karya tidak terbatas
kepada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga
kepada keseluruhan personil di dalam organisasi.
Kinerja menurut Mulyadi yang dikutip Srimindarti (2006), kinerja adalah
penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan
karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Berdasarkan beberapa pengertian kinerja tersebut dapat dijelaskan
bahwa kinerja merupakan suatu istilah umum, yang digunakan untuk sebagian atau
seluruh tindakan atau aktivitas dan suatu organisasi, pada suatu periode dengan
referensi pada sejumlah standar, seperti biaya-biaya masa lalu atau yang
diproyeksikan, dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas
manajemen.
Menurut Robbins (1996), kinerja merupakan fungsi interaksi antara
kemampuan atau ability (A), motivasi atau motivation (M) dan kesempatan atau
opportunity (0). Donnelly, Gibson, dan Ivancevich (1994) mengatakan kinerja
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses
jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.
Tentang kinerja (Veithzal, 2005), mengatakan kinerja adalah prestasi yang
dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya sesuai
dengan standar dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan itu. Veithzal (2005)
selanjutnya mengatakan, kinerja mempunyai empat aspek, yaitu : (1) kemampuan;
(2) penerimaan tujuan perusahaan; (3) tingkatan tujuan yang dicapai; dan (4)
interaksi antara tujuan dan kemampuan para karyawan, di mana masing-masing
elemen tersebut berpengaruh terhadap kinerja seseorang. Seorang karyawan tidak
akan mampu bekerja dengan baik jika tidak memiliki kemampuan untuk
mengerjakan pekerjaan tersebut. Meskipun pekerjaan itu dapat selesai dikerjakan,
namun tidak membuahkan hasil yang memuaskan.
2.6. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja
Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tapi berhubungan
dengan faktor-faktor lainnya seperti kepuasan kerja, tingkat imbalan, keterampilan,
kemampuan dan sifat-sifat individu. Menurut Donnely, Gibson dan Ivancevich
(1994), kinerja individu pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor : (a) harapan
mengenai imbalan; (b) dorongan; (c) kemampuan; kebutuhan dan sifat; (d) persepsi
terhadap tugas; (e) imbalan internal dan eksternal; (f) persepsi terhadap tingkat
Menurut Veithzal (2005), kinerja individu juga dipengaruhi oleh kepuasan
kerja, yakni perasaan individu terhadap pekerjaannya. Perasaan ini berupa suatu hasil
penilaian mengenai seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan mampu
memuaskan kebutuhannya. Kepuasan tersebut berhubungan dengan faktor-faktor
individu, yakni : (a) kepribadian seperti aktualisasi diri, kemampuan menghadapi
tantangan, kemampuan menghadapi tekanan, (b) status dan senioritas, makin tinggi
hirarkhis di dalam perusahaan lebih mudah individu tersebut untuk puas; (c)
kecocokan dengan minat, semakin cocok minat individu semakin tinggi kepuasan
kerjanya; (d) kepuasan individu dalam hidupnya, yaitu individu yang mempunyai
kepuasan yang tinggi terhadap elemen-elemen kehidupannya yang tidak
berhubungan dengan kerja, biasanya akan mempunyai kepuasan kerja yang tinggi.
Selanjutnya Veitzhal (2005) menyatakan, bahwa faktor-faktor yang menanda kinerja
adalah hasil ketentuan : (1) kebutuhan yang dibuat pekerja; (2) tujuan yang khusus;
(3) kemampuan; (4) kompleksitas; (5) komitmen, (6) umpan balik; (7) situasi; (8)
pembatasan; (9) perhatian pada setiap kegiatan; (10) usaha; (11) ketekunan; (12)
ketaatan; (13) kesediaan untuk berkorban; dan (14) memiliki standar yang jelas.
Adapun menurut Timple (Mangkunegara, 2005), kinerja seseorang dipengaruhi
faktor internal dan eksternal. Faktor internal menyangkut sifat-sifat seseorang, seperti
kemampuan, sedangkan faktor eksternal menyangkut segala sesuatu yang berasal
dari lingkungan, seperti : perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja,
Menurut Simanjuntak (2005), kinerja setiap orang dipengaruhi oleh banyak
faktor yang dapat digolongkan pada 3 kelompok, yaitu :
1. Kompetensi individu, kemampuan dan keterampilan melakukan pekerjaan,
dimana kompetensi individu ini dipengaruhi oleh kemampaun dan
keterampilan kerja, motivasi dan etos kerja.
2. Dukungan organisasi, dimana kinerja setiap orang juga tergantung pada
dukungan organisasi dalam bentuk pengorganisasian, penyediaan sarana dan
prasarana kerja, pemilihan teknologi, kenyamanan lingkungan kerja, serta
kondisi dan syarat kerja.
3. Dukungan manajemen, dimana kinerja perusahaan dan kinerja setiap orang
sangat tergantung pada kemampuan manajerial para manajer atau pimpinan,
baik dengan menumbuhkan sistem kerja dan hubungan industrial yang aman
dan harmonis, maupun dengan mengembangkan kompetensi pekerja,
demikian juga dengan menumbuhkan motivasi dan memobilisasi seluruh
karyawan untuk bekerja secara optimal.
Tujuan umum manajemen kinerja adalah untuk menciptakan budaya para
individu dan kelompok dalam memikul tanggung jawab, bagi usaha peningkatan
proses kerja dan kemampuan yang berkesinambungan (Darma, 2009).
Robbins (1996) mengatakan bahwa kinerja merupakan fungsi dari
kemampuan, motivasi dan kesempatan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan
Menurut Gibson et al (2003), faktor-faktor individual yang mempengaruhi kinerja
meliputi kemampuan fisik, kemampuan mental (inteligensi) dan keterampilan, faktor
demografis (misal umur, jenis kelamin, ras, etnik dan budaya) serta variabel-variabel
psikologis (persepsi, atribusi, sikap dan kepribadian). Variabel lingkungan pekerjaan
(job design, peraturan dan kebijakan, kepemimpinan, sumber daya, penghargaan serta
sanksi) dan non pekerjaan (keluarga, keadaan ekonomi serta hobbi) juga berpengaruh
pada perilaku bekerja yang akhirnya membentuk kinerja seseorang.
2.7. Kriteria penilaian kinerja
Menurut Ilyas (1999), penilaian kinerja merupakan suatu evaluasi terhadap
penampilan kerja personil dengan membandingkannya kepada standar baku
penampilan. Melalui penilaian yang dilakukan, penilai dapat mengetahui apakah
pekerjaan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan uraian tugas sebagai tolok ukur
penilaian.
Ilyas (1999) mengatakan suatu kegiatan penilaian kinerja harus didasarkan
pada perilaku personil yang berkaitan dengan pekerjaan serta hasil yang diharapkan
dari proses pekerjaan itu. Suatu perusahaan atau organisasi menuntut setiap personil
untuk bekerja keras sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pada penilaian
kinerja, sifat-sifat pekerja, karakter dan kepribadian personil yang memang sifatnya
unik dan sangat pribadi tidak dimasukkan dalam kriteria penilaian.
Robbins (2001) mengatakan tiga kriteria yang paling umum dalam
a. Hasil kerja seorang pekerja dilihat jika pada suatu pekerjaan mengutamakan hasil
akhir, misal volume penjualan, biaya per unit produksi dan sebagainya.
b. Perilaku. Penilaian perilaku dilakukan bila terdapat kesulitan untuk
mengidentifikasi hasil tertentu sebagai hasil langsung dari kegiatan seorang
pekerja. Hal ini terutama pada pekerja sebagai bagian dari kelompok kerja.
c. Sifat. Merupakan bagian yang paling lemah dari kriteria penilaian kinerja, sebab
akhirnya sering dihilangkan dari kinerja aktual dari pekerjaan itu sendiri.
Sifat-sifat yang dinilai seperti sikap yang baik, rasa percaya diri, inisiatif, loyalitas dan
lainnya.
Menurut para ahli (Robbins, 2001), penilaian kinerja dapat dilaksanakan oleh
berbagai pihak, yaitu:
1. Atasan langsung. Penilaian atasan langsung terhadap bawahannya merupakan
cara yang paling banyak dilaksanakan pada suatu organisasi. Namun banyak
juga organisasi yang merasa penilaian tersebut mengandung kecacatan, karena
ada atasan langsung yang enggan sebagai penentu dari karir bawahannya.
2. Rekan kerja. Merupakan salah satu sumber paling handal dari data penilaian,
karena interaksi yang terjadi menyebabkan rekan sekerja mengenal secara
menyeluruh kinerja seorang karyawan. Penilaian dari rekan sekerja sering
berguna bagi penilaian kinerja pekerja profesional seperti perawat, pengacara
dan guru besar. Kelemahan dari penilai ini adalah rekan sekerja tidak bersedia
untuk saling menilai, dan hasil yang bias karena prasangka ataupun
3. Diri sendiri. Penilaian diri sendiri cenderung mengurangi kedefensifan para
karyawan mengenai proses penilaian. Kelemahan cara penilaian diri sendiri
adalah hasil penilaian yang sangat dibesar-besarkan, serta hasil penilaian diri
sendiri dengan penilaian oleh atasan seringkali tidak cocok. Penilaian cara ini
berguna sebagai bagian dari konseling kinerja ataupun feedback dari atasan
terhadap bawahan, jadi lebih berguna untuk pengembangan, bukan untuk
maksud evaluatif.
4. Bawahan langsung. Evaluasi bawahan langsung dapat memberikan informasi
yang tepat dan rinci mengenai perilaku seorang manajer, karena penilai
mempunyai kontak yang erat dengan yang dinilai. Kelemahan cara ini adalah
rasa takut bawahan terhadap pembalasan dari atasan yang dinilai.
5. Penilaian 360 derajat. Merupakan penilaian kinerja menyeluruh dari segala
arah, sehingga seorang pekerja mendapat feedback dari berbagai sumber, yaitu
dari atasan langsung, dari rekan sekerja, dari bawahan, penilaian diri sendiri
dan dari pelanggan baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal.
2.8 Landasan Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, maka untuk keperluan
penelitian ini maka teori yang digunakan adalah teori kinerja yang dikemukakan
Variabel Psikologis
(apa yang dikerjakan orang)
Kinerja (hasil yang diharapkan)
Variabel Organisasi
Sumber Daya Kepemimpinan Imbalan Struktur
Desain Pekerjaan
Sumber: Gibson, et al (1997)
Gambar 1: Variabel yang Memengaruhi Perilaku dan Kinerja Variabel Individu
2.9. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka teori yang digunakan, maka peneliti menyusun
kerangka konsep penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini, sebagaimana
tertuang dalam Gambar 3.
Kelengkapan
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survey deskriptif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan kinerja dokter dan dokter gigi dalam pengisian berkas rekam medis.
Menurut Singarimbun dan Sofian (1989), penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bermaksud untuk melakukan pengukuran dengan cermat fenomena sosial tertentu.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian direncanakan berlangsung pada Mei 2009 di RSUD Deli Serdang
Lubuk Pakam. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan kenyataan yang diperoleh dari
survai pendahuluan bahwa pengisian rekam medis masih banyak yang belum
lengkap.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi
Populasi adalah seluruh tenaga dokter (dokter spesialis, dokter umum, dan
dokter gigi) yang terdapat di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam, yang jumlahnya
3.3.2. Sampel
Semua populasi dalam penelitian ini dijadikan sampel, sehingga teknik
samplingnya adalah total sampling.
3.4. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer, dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara. Dalam mengukur
kinerja dokter dalam pengisian rekam medis, peneliti melakukan pengamatan
terhadap berkas rekam medis yang diisi oleh dokter yang bersangkutan.
2. Data Sekunder, dikumpulkan dari RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini yakni kinerja adalah
hasil kerja dokter dalam pengisian berkas rekam medis sesuai yang ditetapkan RSUD
3.6 Metode Pengukuran
Variabel kinerja dikatakan baik jika total skor responden berada dalam kisaran
19 – 25, sedang jika total skor berada dalam kisaran 12 – 18, sedangkan buruk jika
berada dalam kisaran 5 – 11.
3.7 Metode Analisis Data
Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Hasilnya
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah “Deli Serdang” terletak di Kota Lubuk Pakam,
ibu kota Kabupaten “Deli Serdang”. Rumah sakit ini sebelumnya bernama RSU
Lubuk Pakam yang awal pembangunannya pada tahun 1958 berstatus Rumah Sakit
Pembantu. Berdasarkan SK Menkes RI No. 81/Menkes/SK/ 1979, rumah sakit ini
kemudian menjadi rumah sakit umum kelas D. Selanjutnya, berdasarkan SK Menkes
RI No. 303/Menkes/SK/IV/1987 ditingkatkan lagi statusnya menjadi rumah sakit
umum kelas C.
Saat ini Rumah Sakit Umum Daerah “Deli Serdang” Lubuk Pakam, sebagai
satu-satunya rumah sakit umum milik pemerintah Kabupaten “Deli Serdang”,
merupakan pusat rujukan pelayanan, dengan status kelas C plus. Berdasarkan Perda
Kabupaten “Deli Serdang” No. 16 Tahun 2002, tanggal 15 April 2002 berkedudukan
sebagai lembaga teknis daerah yang berbentuk badan, dengan sebutan Badan
Pelayanan Rujukan Rumah Sakit Umum Daerah “Deli Serdang” yang dikuatkan
Surat Keputusan Bupati “Deli Serdang”, No. 264 tahun 2002, tanggal 1 Mei 2002
tentang Pelaksanaan Perda Kabupaten “Deli Serdang” No. 16/ 2002.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, RSUD “Deli Serdang” Lubuk Pakam
15 Sub. Bidang dan Sub. Bagian, didukung oleh 12 jenis tenaga spesialis, dengan
total pegawai 236 orang.
Gambar 4. Bagan Organisasi RSUD ”Deli Serdang”
RSUD “Deli Serdang” mempunyai wilayah kerja efektif di 14 kecamatan dari
22 kecamatan yang ada di Kabupaten “Deli Serdang”, yakni : Kecamatan Lubuk
Pakam, Kecamatan Tanjung Morawa, Kecamatan Batang Kuis, Kecamatan Pantai
Labu, Kecamatan Galang, Kecamatan Pagar Merbau, Kecamatan Deli Tua,
Kecamatan Gunung Meriah, Kecamatan STM Hilir, Kecamatan STM Hulu,
Kecamatan Patumbak, Kecamatan Namo Rambe, Kecamatan Kotarih, Kecamatan
Visi RSUD “Deli Serdang” adalah : ”Pelayanan yang unggul dalam mutu,
prima dalam pelayanan dan menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan yang
paripurna dan proaktif untuk terwujudnya masyarakat sehat 2010. Adapun misinya
adalah : (1) Memberikan pelayanan yang profesional, terjangkau, mudah, serta
bertanggung jawab, (2) Mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas
SDM maupun sarana prasarana sesuai kebutuhan secara universal terarah dan
berkesinambungan, (3) Mengembangkan sistem administrasi, informasi dan
komunikasi serta pengelolaan data dan pelaporan secara cepat dan akurat, (4)
Membina dan mengembangkan hubungan kerjasama sektor pelayanan kesehatan,
pendidikan, penelitian, dan lingkungan dengan instansi, perusahaan, lembaga
pendidikan serta lembaga sosial lainnya, (5) Meningkatkan serta mengembangkan
sistem manajemen yang transparan, akomodatif dan responsif.
Kebijakan dan prioritas progam RSUD “Deli Serdang” adalah : (1)
peningkatan mutu pelayanan, (2) peningkatan kualitas tenaga dalam bentuk
pemberian peluang dan kemudahan untuk mengikuti diklat, seminar, pelatihan,
simposium dan lainnya maupun melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, (3)
peningkatan dan pemantapan sistem pengelolaan administrasi & manajemen, (4)
peningkatan kesejahteraan pegawai melalui jasa medik, jasa pelayanan dan
memberikan reward bagi pegawai yang berprestasi, (5) peningkatan Sistem Informasi
Kesehatan/ Rekam Medik RS, (6) peningkatan Gerakan Rumah Sakit Bersih dan
Tertib, (7) peningkatan penyuluhan kesehatan dan informasi kepada masyarakat, (8)
menyukseskan program pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap
perempuan dan anak secara terpadu, (10) peningkatan dan pengembangan sarana dan
prasarana pelayanan, (11) peningkatan pendapatan RS melalui retribusi biaya
pelayanan kesehatan, (12) peningkatan kerja sama operasional dengan institusi
pendidikan kesehatan, (13) peningkatan kerjasama pelayanan kesehatan dengan PT.
Jamsostek, PT. Askes/ Askes Plus, beberapa perusahaan perkebunan serta industri
swasta pengerah tenaga kerja, PT. Jasa Raharja, Polres “Deli Serdang” khususnya
pelayanan terpadu korban kekerasan terhadap perempuan dan anak, korban
kecelakaan lalu lintas tanpa dipungut biaya awal dari pasien, (14) meningkatkan
klasifikasi rumah sakit menjadi RSUD “Deli Serdang” kelas B, (15) persiapan
akreditasi rumah sakit dengan 12 program pelayanan.
Pada tahun 2008, berdasarkan SK Menkes RI No. 405/Menkes/SK/IV/2008
tanggal 25 April 2008, Rumah Sakit “Deli Serdang” Lubuk Pakam statusnya menjadi
kelas ”B”. Rumah sakit ini berdasarkan SK No. HK03-05/III3389/2008 telah
terakreditasi penuh dengan 12 pelayanan, yakni : 1) Administrasi, 2) Pelayanan
medis, 3) Unit Gawat Darurat, 4) Keperawatan, 5) Medical record, 6) Infeksi
nosokomial, 7) K3, 8) Radiologi, 9) Laboratorium, 10) Bedah, 11) Perinatologi, 12)
Adapun responden yang menjadi bahan penelitian penulis adalah sebagai berikut :
No Jenis Fungsional Medis Jumlah
1
Ahli Kebidanan dan Kandungan Ahli Penyakit Anak
Ahli Penyakit Mata
Ahli Telinga, Hidung Tenggorokan Ahli Penyakit Kulit dan Kelamin Ahli Penyakit Paru
Ahli Patologi Klinik (Lab, Klinik) Ahli Radiologi
Data profil RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2009
4.2. Karakteristik Responden 4.2.1. Umur
Dalam penelitian ini, dari 47 responden, umur yang termuda adalah 26 tahun,
sedangkan tertua adalah 65 tahun (Tabel 4.1).
Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Umur
4.2.2. Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 63,8% responden berjenis kelamin
laki-laki, sedangkan 36,2% perempuan (Tabel 4.2).
Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin F %
Sebanyak 24,4% responden berpendidikan dokter umum 8,5%
respondenberpendidikan dokter gigi, sedangkan yang berpendidikan dokter spesialis
ada 68,1%.
Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan F %
Distribusi masa kerja responden dapat dilihat pada Tabel 4.4. Sebanyak 31,9%
Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Masa Kerja
Kinerja dalam penelitian ini adalah hasil kerja dokter dalam pengisian berkas
rekam medis sesuai yang ditetapkan RSUD “Deli Serdang” Lubuk Pakam, meliputi
pengisian anamnese, riwayat penyakit, diagnosa masuk, persetujuan tindakan medis
(khusus bedah), tindakan pengobatan, catatan observasi klinis, evaluasi pengobatan
dan resume akhir. Uraian kegiatan yang dilakukan dokter dalam pengisian rekam
medis ini dapat dilihat pada Tabel 4.5. Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa
responden belum menjalankan pengisian rekam medis dengan baik. Dalam pengisian
yang menyangkut riwayat penyakit, catatan observasi klinis, dan evaluasi
Tabel 4.5. Uraian Kinerja Responden dalam Pengisian Rekam Medis berdasarkan Pengamatan terhadap Berkas Rekam Medis
Kinerja dalam Pengisian Rekam Medis
Ya % Tidak %
Anamnese 13 27,7 34 72,3
Riwayat penyakit 2 4,3 45 95,7
Diagnosa masuk 13 27,7 34 72,3
Persetujuan tindakan medik (khusus untuk tindakan bedah)
Hasil pengkategorian variabel kinerja menunjukkan bahwa kinerja responden
dalam pengisian rekam medis sebanyak 76,6% dalam kategori buruk, selebihnya
yakni 23,4% berada dalam kategori sedang (Tabel 4.6).
Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Kategori Kinerja
4.4. Hasil Wawancara
Untuk mendalami penelitian ini dilakukan wawancara mendalam kepada
Direktur RS “Deli Serdang” Lubuk Pakam untuk mendiskusikan hasil penelitian ini,
dan juga kepada beberapa dokter yang menjadi sampel penelitian.
4.4.1 Wawancara dengan Direktur
Menurut Direktur RS “Deli Serdang”, ada beberapa faktor yang memengaruhi
dokter dalam melakukan pengisian rekam medis secara lengkap. Pertama, persepsi
dokter yang masih menganggap bahwa ruang lingkup pekerjaannya hanya
menyangkut pelayanan kepada pasien saja. Kedua, karena kesibukannya,
menyebabkan dokter tidak memiliki waktu untuk mengisi berkas rekam medis.
Ketiga, dokter menganggap bahwa mengisi rekam medis bukan menjadi tugas pokok
fungsinya.
Untuk mengatasi kondisi tersebut diakui memang diperlukan sosialisisasi
terus menerus kepada para dokter di rumah sakit, yang dapat dilakukan pada
rapat-rapat komite medik, sehingga pelayanan tidak terganggu. Direktur RS “Deli Serdang”
mengakui, bahwa efek dari tidak lengkapnya berkas rekam medis adalah sulitnya
rumah sakit melakukan klaim jasa pelayanan. Dalam kaitan menghindari
terganggungnya sistem administrasi di rumah sakit tersebut, menurutnya rumah sakit
akan mengefektifkan mekanisme pemberian sanksi bagi yang tidak mematuhi
ketentuan pengisian rekam medis dengan lengkap dan tepat waktu. ”Saya akan
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 405/ Menkes/ SK/IV/ 2008, RSUD “Deli
Serdang” Lubuk Pakam kelasnya menjadi rumah sakit kelas B non pendidikan, dan
telah terakreditasi penuh berdasarkan 12 pelayanan. Suatu kondisi yang ironi karena
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam hal rekam medis, dokter masih belum
melakukan tugasnya dengan baik. Pengisian berkas rekam medis yang dilakukan
dokter belum sesuai dengan yang seharusnya berdasarkan ketentuan yang diatur
Undang-Undang Pelayanan Kedokteran No. 29/ 2004 dan Permenkes No. 269/
Menkes/ 2008.
Direktur RS “Deli Serdang” mengatakan, kondisi yang terkait dengan rekam
medis memang masih belum optimal pelaksanaannya, meski rumah sakit sudah
terakreditasi. ”Itulah keterbatasannya. Masih banyak yang harus disempurnakan, kita
akan terus melakukan perbaikan,” katanya.
4.4.2 Wawancara dengan Dokter
Beberapa dokter yang diwawancara masih ada yang mengganggap bahwa
pengisian rekam medis bukan merupakan bagian dari tugas mereka sebagai dokter.
”Kalau yang mengisi itu ’kan ada petugasnya khusus, kalau kami tugasnya melayani
pasien dalam aspek medisnya,” kata seorang dokter umum.
Dokter lainnya menilai belum baiknya pengisian rekam medis di RSUD “Deli
Serdang” terkait dengan kesadaran dari dokter yang belum ada. Selain itu kesibukan
dokter yang setiap hari menghadapi pasien yang tiap hari makin bertambah,
Sosialisasi tentang kewajiban mengisi rekam medis juga dinilai belum maksimal,
sehingga masih banyak para dokter yang tidak memahami bahwa pengisian rekam
medis sesuai dengan Undang-Undang Praktik Kedokteran No. 29/ 2004 merupakan
kewajibannya, yang jika tidak dijalankan dapat dikenai ketentuan pidana.
Namun demikian para dokter yang diwawancarai menyatakan, bahwa jika
pengisian rekam medis ini merupakan kewajiban yang harus dijalankan, maka
diperlukan suatu mekanisme untuk menjalankan kewajiban itu agar efektif.
”Misalnya kami perlu didukung oleh petugas khusus yang tugasnya mengisi rekam
medis, atau kalau perlu seorang dokter, sehingga jika ada berkas yang tidak lengkap,
BAB 5 PEMBAHASAN
Kinerja dokter dalam pengisian rekam medis dalam penelitian ini mayoritas
masih belum baik. Sebanyak 76,6% responden kategori kinerjanya dalam pengisian
rekam medis belum sesuai dengan yang diamanatkan Pasal 5 Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 269/ Menkes/ Per/III/ 2008 tentang Rekam Medis.
Sesuai pasal tersebut, setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan
praktik kedokteran wajib membuat rekam medis, setelah pasien menerima pelayanan.
Pembuatan rekam medis dilaksanakan melalui pencatatan dan pendokumentasian
hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien.
Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan
tanda tangan dokter; dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan
pelayanan kesehatan secara langsung. Selanjutnya pada Pasal 6 dikatakan, dokter,
dokter gigi dan/ atau tenaga kesehatan tertentu bertanggung jawab atas catatan dan/
atau dokumen yang dibuat pada rekam medis.
Berdasarkan UU RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, sanksi
pidana bagi yang tidak mengindahkan pembuatan rekam medis dimaksud dengan
sengaja adalah kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 50
Besarnya persentase responden yang tidak mengisi rekam medis dengan baik
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ancaman sanksi dari UU tersebut belum
efektif. Rumah sakit sebagai institusi yang seyogyanya mengawasi dan menegakkan
ketentuan tersebut, belum menjalankan fungsi tersebut secara baik.
Dwiyanto dalam Trisnantoro (2005) mencatat beberapa fenomena patologi
dari birokrasi rumah sakit di Indonesia, di antaranya bahwa proses akreditasi yang
tercampur dengan pengaruh birokrat menumbulkan ketakutan sehingga justru
menghilangkan esensi dari proses akreditasi yaitu pengembangan mutu pelayanan.
Menurutnya, yang terjadi adalah ketakutan untuk tidak lulus akreditasi sehingga
dengan berbagai cara, pengelola rumah sakit mencoba untuk lulus. Pada akhirnya
dapat terjadi sebuah rumah sakit sangat sibuk mengejar lulus akreditasi tetapi
melupakan prasyarat dasar untuk menjadi sebuah lembaga usaha yang baik dalam