• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondiloma Akuminata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kondiloma Akuminata"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

K

K

O

O

N

N

D

D

I

I

L

L

O

O

M

M

A

A

A

A

K

K

U

U

M

M

I

I

N

N

A

A

T

T

A

A

R

R

i

i

a

a

n

n

a

a

M

M

i

i

r

r

a

a

n

n

d

d

a

a

S

S

i

i

n

n

a

a

g

g

a

a

N

N

I

I

P

P

:

:

1

1

9

9

8

8

1

1

0

0

4

4

0

0

7

7

2

2

0

0

0

0

9

9

1

1

2

2

2

2

0

0

0

0

4

4

D

D

E

E

P

P

A

A

R

R

T

T

E

E

M

M

E

E

N

N

I

I

L

L

M

M

U

U

K

K

E

E

S

S

E

E

H

H

A

A

T

T

A

A

N

N

K

K

U

U

L

L

I

I

T

T

&

&

K

K

E

E

L

L

A

A

M

M

I

I

N

N

F

F

A

A

K

K

U

U

L

L

T

T

A

A

S

S

K

K

E

E

D

D

O

O

K

K

T

T

E

E

R

R

A

A

N

N

U

U

N

N

I

I

V

V

E

E

R

R

S

S

I

I

T

T

A

A

S

S

S

S

U

U

M

M

A

A

T

T

E

E

R

R

A

A

U

U

T

T

A

A

R

R

A

A

M

M

E

E

D

D

A

A

N

N

2

(2)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN………..1

PATOFISIOLOGI……….2

MANIFESTASI KLINIS………..2

PEMERIKSAAN LABORATORIUM………6

DIAGNOSIS BANDING………..7

KOMPLIKASI………...8

PENATALAKSANAAN………..9

PENCEGAHAN………..16

PROGNOSIS………17

KESIMPULAN………17

(3)

KONDILOMA AKUMINATA

PENDAHULUAN

Kondiloma akuminata (KA) yang disebut juga kutil kelamin, penyakit jengger ayam,

venereal warts, anal warts dan anogenital warts, adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Virus Papiloma Humanus (VPH) tipe tertentu dengan kelainan berupa

fibroepitelioma pada kulit dan mukosa.1-3 Dengan menggunakan cara hibridisasi DNA, sampai saat ini telah dapat diisolasi lebih dari 100 tipe VPH, tetapi yang dapat menimbulkan KA

dikaitkan sedikitnya ada 20 tipe VPH yang berbeda, antara lain VPH

6,11,16,18,31,33,35,39,41-45,51,56, dan 59.1-11 Namun hampir 90% kondiloma akuminata berhubungan dengan VPH tipe 6 dan 11.4,6,8,10,12-14 Berdasarkan kemungkinan terjadinya dysplasia epitel dan keganasan maka

VPH dibagi menjadi VPH yang mempunyai resiko rendah (low risk) dan VPH yang mempunyai

resiko tinggi (high risk). VPH tipe 6 dan tipe 11 paling sering ditemukan pada KA yang eksofitik dan pada dysplasia derajat rendah (low risk). Sedangkan VPH tipe 16 dan 18 sering ditemukan pada dysplasia derajat tinggi dan keganasan (high risk). Tipe VPH lain yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya kanker genital, terutama servikal mencakup VPH

31,33,35,39,45,51,54,56,58,66 dan 68.1-10,15

Dipertimbangkan sebagai penyakit menular seksual yang tersering. Di Amerika Serikat

prevalensinya dilaporkan lebih dari 50%. 1% dari penduduk dewasa muda (berusia 15-19 tahun)

dapat menderita external genital wart atau kondiloma akuminata, bahkan insidennya meningkat beberapa kali lipat selama 3 dekade terakhir di hampir semua negara di dunia. Prevalensi dan

resiko tertinggi pada wanita dewasa muda pada dekade ketiga dan remaja dewasa.1,3,4,6,10,14

Adapun faktor resiko terjadinya kondiloma akuminata disebabkan oleh berganti-ganti

pasangan seksual, hubungan seksual pada usia dini, merokok, penggunaan kontrasepsi oral,

(4)

PATOFISIOLOGI

Transmisi VPH hampir selalu ditularkan melalui hubungan seksual dan dipermudah oleh

adanya lesi klinis kutil anogenital.1,3,5 Permukaan mukosa yang lebih tipis lebih rentan untuk inokulasi virus daripada kulit berkeratin yang lebih tebal sehingga mikroabrasi pada permukaan

epitel memungkinkan virion dari pasangan seksual yang terinfeksi masuk ke dalam lapisan sel

basal pasangan yang tidak terinfeksi. Agar dapat menimbulkan infeksi, VPH harus mencapai

epitel yang berdiferensiasi sedangkan sel basal relatif yang tidak berdiferensiasi hanya

terstimulasi untuk membelah secara cepat sehingga hanya terjadi ekspresi gen VPH. Sesuai

dengan pembelahan sel basal, virion VPH akan bergerak ke lapisan epidermis yang lebih atas.

Dan hanya lapisan epidermis di atas lapisan basal yang berdiferensiasi pada tahap lanjut, yang

dapat mendukung replikasi virus. Ekspresi gen virus pada lapisan ini diperlukan untuk

menghasilkan capsid protein dan kumpulan partikel virus. Setelah itu terjadi pelepasan virus

bersamaan dengan sel epitel yang deskuamasi, kemudian virus baru akan menginfeksi lapisan

basal yang lain.3-5,17 Waktu yang dibutuhkan mulai dari infeksi VPH sampai pelepasan virus baru adalah 3 minggu (masa inkubasi kondiloma akuminata 3 minggu sampai 8 bulan).2,3,10

MANIFESTASI KLINIS

VPH masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi sehingga KA sering timbul di daerah yang

mudah mengalami trauma pada saat hubungan seksual. Lokasi yang sering terkena pada pria

adalah glans penis, sulkus koronarius, frenulum, dan batang penis, sedangkan pada wanita adalah

fourchette posterior dan vestibulum. Selain itu , lesi dapat ditemukan di skrotum, labia,

perineum, perianal, dalam vagina atau di serviks, dan yang tidak begitu sering di kanal anal,

uretra, ataupun kandung kemih. Karena KA sering ditemukan dengan jumlah lesi lebih dari satu

pada satu sisi genital disertai lesi-lesi pada sisi genital yang lain, maka merupakan hal penting

untuk memeriksa genitalia secara menyeluruh.1,2,4-7,9

Kondiloma akuminata pada umumnya asimtomatis, tetapi dapat menimbulkan

ketidaknyamanan karena mengakibatkan gatal, lembab, perdarahan, dispareunia, rasa terbakar,

(5)

Ada empat tipe morfologik KA, yaitu :

1. Bentuk akuminata

Terutama dijumpai pada derah lipatan dan lembab. Pada daerah epitel yang mengalami

keratinisasi sempurna seperti batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan

perineum.Terlihat vegetasi bertangkai dengan permukaan yang berjonjot-jonjot seperti

jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak

seperti kembang kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai pada wanita yang mengalami

fluor albus dan pada wanita hamil, atau pada keadaan imunitas terganggu.1-3 2. Bentuk papular

Lesi papul berbentuk kubah, permukaan halus dan licin, dengan warna seperti daging,

dan biasanya berdiameter 1-4 mm, multipel dan tersebar secara diskret. Biasanya didapati

didaerah dengan keratinisasi sempurna, seperti batang penis, vulva bagian lateral, daerah

perianal dan perineum.1-3 3. Bentuk keratotik

Mempunyai lapisan tebal lir-krusta dan dapat menyerupai veruka vulgaris atau keratosis

seboroik 1

4. Bentuk papul datar

Tampak sebagai makula atau sedikit meninggi atau bahkan sama sekali tidak tampak

dengan mata telanjang (infeksi subklinis), dan bias terlihat setelah dilakukan tes asam

asetat. Dapat dijumpai pada daerah epitel yang mengalami keratinisasi sebagian ataupun

(6)

Dijumpai pula bentuk klinis yang telah diketahui berhubungan dengan keganasan pada genitalia,

yaitu :

1. Papulosis bowenoid

Kelainan ini merupakan varian dari papul bentuk kubah dan papul datar, terdiri dari

papul-papul hiperpigmentasi berwarna merah kecoklatan yang dapat berkonfluens

menjadi plakat. Pemeriksaan histopatologik memperlihatkan lesi intraepitelial skuamosa

derajat tinggi. Meskipun jarang berkembang menjadi karsinoma invasif, lesi ini sering

(7)

2. Giant Condyloma of Buschke-Lowenstein

Pada beberapa orang, terutama yang mengalami penurunan imunitas selular akibat infeksi

HIV, terapi imunosupresif, penyakit Hodgkin, atau kehamilan, akan menderita KA yang

sangat besar. Pada keadaan yang jarang, KA yang besar ini menjadi tumor yang invasif

secara lokal, destruktif, tapi tidak bermetastasis, yang disebut giant condyloma atau

tumor Buschke-Lowenstein. Tumor ini biasanya berkaitan dengan VPH 6 atau 11 dan

umumnya refrakter terhadap pengobatan.1,2,4

(8)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Diagnosis KA ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Tetapi pada lesi yang meragukan

dapat dilakukan pemeriksaan penunjang dengan :

 Tes asam asetat (acetowhitening)

Tes ini menggunakan larutan asam asetat 3-5 %, dapat menolong mendeteksi infeksi

VPH subklinis atau untuk menentukan batas pada lesi datar. Dalam beberapa menit lesi

akan berubah warna menjadi tampak putih (acetowhite). Pemeriksaan ini menolong

dalam membatasi infeksi VPH ke serviks dan anus. Sensitivitas acetowhitening pada infeksi VPH cukup baik dan untuk beberapa lesi hasil pemeriksaan tersebut lebih baik

dibandingkan dengan hasil pemeriksaan histopatologi pada biopsi rutin.2-5,10

 Pemeriksaan sitologi (pap smear)

Seluruh wanita seharusnya dimotivasi untuk melakukan pap smear setiap tahun karena

VPH merupakan penyebab utama pada patogenesis kanker serviks. Anal pap smear tes

dengan cervixcal brush dan larutan fiksasi membantu dalam mendeteksi kelainan pada anus. Oleh karena itu, setiap wanita dengan kondiloma akuminata atau yang merupakan

pasangan seksual pria penderita kondiloma akuminata sebaiknya dilakukan pap smear.

Pada sitologi tes tidak dapat mendiagnosis kondiloma akuminata, tetapi wanita yang

tampak dengan kondiloma akuminata harus diperiksa dengan pap smear (tes pap). Pada

temuan hasil pemeriksaan sitologi servikal diklasifikasikan sebagai abnormal atau

normal. Yang termasuk katagori abnormal adalah high-grade squamous intraephitelial lesion (HSIL), low-grade squamous intraephitelial lesion (LSIL), atypical squamous cells atau undetermined significance (ASC-US)3,5

 Pemeriksaan histopatologi

Pada KA yang eksofitik, pemeriksaan dengan mikroskop cahaya akan memperlihatkan

gambaran papilomatosis, akantosis, rete ridges yang memanjang dan menebal,

parakeratosis, hyperkeratosis dan vakuolisasi pada sitoplasma (koilositosis). Biopsi

(9)

khas. Meskipun demikian, direkomendasikan jika ditemukan bentuk yang atipikal seperti

pigmentasi, ulserasi, keras, massa nodular untuk melihat suatu dysplasia derajat tinggi

atau suatu penyakit keganasan.2,3,5

 Deteksi DNA VPH

Adanya DNA VPH dan tipe VPH yang spesifik dapat ditentukan dengan hibridisasi pada

hapusan dan spesimen biopsi. Ada beberapa teknik hibridisasi, antara lain hibridisasi

insitu, Southern blot, Northern blot, dot blot, filter insitu hybridization, dan polymerase chain reaction. Ada beberapa pertimbangan dalam pemilihan metode hibridisasi, antara lain : bahan klinis yang dianalisis, kondisi bahan klinis, ukuran sampel klinis atau hasil

DNA selular, sensitivitas, spesifisitas tipe VPH serta kepraktisan tes.3,4

 Serologi

Teknik Enzyme-linked immunoabsorbent assay (ELISA) digunakan untuk menentukan

IgM dan IgG serologi dari infeksi VPH dalam menentukan tipe spesifik dari partikel

virus. Pasien dengan kondiloma akuminata dan penyakit VPH-terkait lainnya ditemukan

memiliki tipe spesifik dari serologi VPH terhadap VPH-6 dan VPH-11. Pentingnya

tindakan serologik VPH belum jelas, dan saat ini hanya digunakan dalam pengaturan

penelitian. Respon antibodi VPH dapat bertahan selama beberapa tahun, dengan

demikian dapat menunjukkan baik infeksi saat ini atau masa lalu. Tetapi saat ini belum

ada indikasi klinis untuk penggunaan VPH serologi.5

DIAGNOSIS BANDING

1. Kondiloma lata pada sifilis stadium II : klinisnya berupa bentuk datar, disc-like, lesi maserasi tampak pada daerah lipatan yang lembab seperti vulva dan sekitar anus. Pada

pemeriksaan lapangan gelap dari kerokan yang diambil dari lesi akan ditemukan

Treponema pallidum dan serologi untuk sifilis selalu positif.3-5,10

2. Moluskum kontagiosum : berupa papula milier kadang lentikuler dan berwarna putih

(10)

histopatologi didapatkan badan moluskum yang mengandung partikel virus di daerah

epidermis.2-5,7,10

3. pearly penile papules : secara klinis tampak sebagai papul berwarna sama seperti warna

kulit atau putih kekuningan, berukuran 1-2 mm, tersebar diskret, mengelilingi sulkus

koronarius dan memberi gambaran seperti cobblestone. Papul-papul ini merupakan varian anatomi normal dari kelenjar sebasea, sehingga tidak memerlukan pengobatan.2,4,5,10 4. Veruka vulgaris : vegetasi yang tidak bertangkai, kering dan berwarna abu-abu atau

sama dengan warna kulit.3

5. Karsinoma sel skuamosa : vegetasi seperti kembang kol, mudah berdarah, dan berbau.2-4,7 6. Nodul skabies : terdapat tanda kardinal, yaitu pruritus nokturna, menyerang manusia

secara kelompok, adanya terowongan (kunikulus) yang berwarna putih atau abu-abu

dengan papula atau vesikel di ujungnya serta ditemukan adanya tungau.3,4

7. Folikulitis : berupa papula atau pustula yang eritematosa dan di tengahnya terdapat

rambut, biasanya multipel.3

8. Seboroik keratosis : sering mengeluh gatal, mula-mula bercak coklat kehitaman makin

lama makin besar menjadi papula dengan permukaan verukous.3,4,10

KOMPLIKASI

 Kerusakan lapisan kulit yang localized

 Perubahan menjadi keganasan (kanker serviks (sering), kanker vulva, kanker anal,

kanker mulut dan kanker penis (jarang)) baik pada laki-laki maupun perempuan

 Terinfeksi ke janin (respiratory papillomatosis) maupun pasangan seksual

(11)

PENATALAKSANAAN

Ada 3 alasan pengobatan VPH :

1. Kosmetik, karena bentuknya yang terlihat jelek, dan apabila membesar serta menggabung

dapat menyebabkan trauma atau infeksi yang berulang-ulang, bahkan jika lesinya cukup

besar dapat menutup uretra atau vagina.

2. Penularan, idealnya pengobatan infeksi VPH adalah mencegah transmisi virus ke orang

asing yang sehat.

3. Karsinogenesis, aspek lain dari infeksi VPH adalah onkogenik potensial dari virus, olah

karena itu pengobatan penyakit VPH telah dibenarkan sebagai metode pencegahan

pengembangan kanker.3

Terapi KA tidak dapat mengeradikasi VPH. Hal ini disebabkan karena adanya infeksi VPH

subklinis di sekitarnya. Terapi hanya bersifat simtomatik dan bagi kebanyakan penderita terapi

menghasilkan periode bebas kutil. Penghilangan lesi mungkin akan mengurangi transmisi dan

infektivitas virus, meskipun penelitian untuk menguji hipotesis ini belum pernah dilaporkan.1 Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2006 merekomendasikan rejimen

berikut sebagai terapi KA lini pertama:

- Terapi yang dilakukan oleh penderita sendiri, yaitu : podofiloks dan imiquimod

- Terapi yang dilakukan oleh petugas kesehatan, yaitu : bedah beku, resin podofilin, asam

trikloroasetat atau asam bikloroasetat, dan tindakan bedah lain (eksisi skalpel atau

gunting, kuretase, bedah listrik, bedah laser)1

Pilihan terapi ditentukan oleh beberapa faktor, seperti jumlah, ukuran, morfologi, dan lokasi

anatomis dari kutil, biaya, pilihan penderita, pengalaman petugas kesehatan, dan efek samping

yang mungkin terjadi. Pada setiap modalitas terapi, bila kutil tidak memperlihatkan perbaikan

bermakna setelah 3 kali terapi yang dilakukan oleh petugas kesehatan atau hilang semua setelah

(12)

Dikutip sesuai dengan aslinya dari kepustakaan no.7 dan 16

A. Terapi yang dilakukan oleh penderita sendiri

A.1.Podofiloks

Solusio atau gel podofiloks (atau podofilotoksin) 0,5% adalah senyawa antimitotik murni

yang telah distandardisasi. Penderita harus mampu melihat dan mencapai kutil yang akan

diterapi atau perlu orang lain untuk membantu penggunaannya. Senyawa ini dioleskan 2 kali

sehari dengan lidi kapas selam 3 hari, diikuti oleh 4 hari tanpa terapi. Setelah terapi tidak

diperlukan pencucian. Rejimen dapat diulangi sebanyak 4 sampai 6 siklus, sesuai kebutuhan.

Efek samping terapi yang sering terjadi adalah iritasi lokal yang ringan. Podofiloks memiliki

potensi toksisitas sistemik yang lebih rendah dibandingkan dengan podofilin. Meskipun

(13)

Imiquimod adalah obat baru yang mempunyai efek imunomodulator. Terapi ini berbeda bila

dibandingkan dengan semua terapi KA lainnya karena tidak bergantung pada destruksi fisik

lesi, tetapi ditujukan pada eradikasi agen penyebab. Pemberian imiquimod merangsang

respon imun seluler dan respon imun lokal melalui stimulasi monosit, makrofag dan sel

dendritik di jaringan perifer untuk memproduksi sitokin proinflamasi, terutama IFN-α 1,IFN-α2,IFN-α5,IFN-α6,IFN-α8,IL-12 dan TNF-α. Mekanisme tersebut merupakan pertahanan alami primer terhadap infeksi virus. INF-α akan menghambat respon Th2, sedangkan IL-2

dan TNF-α menstimulasi respon Th1. Imiquimod diketahui berperan pula dalam

meningkatkan maturasi dan migrasi sel Langerhans fungsional yang berperan sebagai antigen presenting cell pada jaringan epidermis kulit, menuju kelenjar limfe regional. Keadaan ini membuat respon imun yang diinduksi oleh imiquimod menjadi lebih spesifik terhadap

antigen tertentu.1,3,4,7,9-11,14,16,17

Imiquimod tersedia dalam bentuk krim 5 % dan dioleskan pada kutil sebelum tidur tiga kali

perminggu (selang sehari), selama maksimum 16 minggu. Pada pagi hari setelah pengolesan

(6-10 jam kemudian), daerah terapi harus dibersihkan dengan sabun dan air. Kutil akan

hilang dalam 8 – 10 minggu. Beberapa penelitian klinis telah memperlihatkan peningkatan

efikasi dan penurunan angka rekurensi dengan imiquimod, bila dibandingkan dengan placebo

atau modalitas terapi yang lain. Angka rekurensi yang lebih rendah dimungkinkan , karena

eradikasi kutil agaknya dilakukan oleh pertahanan imunologik tubuh sendiri. 1,3,4,7,9-11,14,16,17 Reaksi kulit lokal karena imiquimod sering terjadi, namun biasanya ringan sampai sedang,

meliputi eritema lokalisata, erosi, ekskoriasi, rasa terbakar dan nyeri. Reaksi sistemik belum

pernah dilaporkan. Keamanannya pada saat kehamilan belum pernah diteliti, meskipun tidak

bersifat teratogen.1,3-5,7,9,11,12,14-17

B. Terapi yang dilakukan oleh petugas kesehatan

(14)

Bedah beku untuk terapi KA pertama kali digunakan oleh Ghosh(1977) dan Balsdon (1978)

dengan hasil cukup memuaskan. Terapi ini menggunakan nitrogen cair atau cryoprobe untuk

mengeradikasi kutil melalui sitolisis yang diinduksi termal. 1,3,4,7,9-11,14,16,17

Teknik yang paling sederhana adalah dengan menggunakan aplikator berujung kapas yang

dicelupkan dalam nitrogen cair dan dioleskan pada kutil selama 10-20 detik sehingga kutil

dan 1-2 mm kulit disekitarnya menjadi beku dan berwarna putih. Satu sampai enam siklus

freeze-thaw per kutil mungkin diperlukan per kali terapi. Penderita mungkin akan merasa

nyeri dan terbentuk lesi vesikobulosa yang sering hemoragik. Lepuh secara tipikal akan

mengalami erosi, membentuk ulkus dalam 1 sampai 3 hari, dan normalnya akan sembuh

dalam 1 sampai 2 minggu. Jika terapi pertama tidak berhasil, terapi dapat 3 kali terapi.

Karena bedah beku dapat disertai rasa nyeri, terapi lesi secara menyeluruh mungkin tidak

dapat dilakukan. Metode ini aman, efektif dan dapat digunakan untuk eradikasi KA di setiap

lokasi, tetapi tidak ideal untuk penderita dengan lesi yang luas.1,4,5,7,9,10,11,16,17 B.2. Podofilin

Penggunaan podofilin sebagi terapi KA telah banyak dilaporkan selama lebih dari 50 tahun

terakhir, tetapi saat ini senyawa tersebut lebih jarang digunakan karena tersedia terapi yang

lebih aman dan lebih efektif. Podofilin adalah senyawa dari tumbuhan Podophyllin peltatum

atau Podophyllin emodi yang menyebabkan mitosis sel terhenti pada metaphase dan

selanjutnya nekrosis jaringan, tersedia sebagai solusio resin podofilin 10% sampai 25%

dalam etanol atau tingtura benzoin. Podofilin dioleskan secukupnya pada masing-masing

kutil oleh petugas kesehatan dengan menggunakan lidi kapas serta dibiarkan kering.

Sebelumnya kulit sekitar lesi dilindungi dengan vaselin agar tidak terjadi iritasi. Pada awal

terapi, obat dibiarkan hanya selama 1 jam lalu dicuci, khususnya untuk lesi di daerah vulva

dan daerah yang diliputi oleh frenulum. Dengan berlanjutnya terapi, podofilin dibiarkan

selama 4-6 jam sebelum dicuci. Lesi yang diterapi akan mengalami inflamasi dan terasa nyeri

selama 2-3 hari berikutnya. Terapi dilakukan satu sampai dua kali seminggu sampai enam

minggu. 1,3,4,7,9-11,14,16,17

Pengolesan podofilin tidak boleh berlebihan karena dapat diabsorbsi secara sistemik dan

(15)

neuropati perifer, supresi sumsum tulang, peningkatan enzim hati, hipokalemia, oliguria,

anuria, ileus paralitik, koma, dan kematian. Selain ini, resin podofilin mengandung zat

mutagen (quersetin dan kaemferol) yang berpotensi karsinogen. Untuk mengurangi resiko

komplikasi, CDC merekomendasikan pembatasan daerah lesi yang diobati ≤ 10 cm2 per kali terapi. Efek samping lokal minimal, dermatitis kontak iritan ringan terjadi pada hanya 10%

sampai 15% penderita. Seperti podofiloks, resin podofilin tidak aman untuk digunakan

selama kehamilan. Hasil terapi terbaik tampaknya diperoleh pada penderita dengan KA

lembab yang relatif baru dan sedikit jumlahnya.1,3,4,7,9-11,14,16,17 B.3. Asam trikloroasetat (ATA) dan asam bikloroasetat(ABA)

Solusio ATA/ABA 80% sampai 90% menyebabkan koagulasi protein secara kimiawi yang

mengakibatkan destruksi KA. Solusio ini dioleskan sekali atau dua kali seminggu pada

masing-masing kutil oleh dokter dengan menggunakan lidi kapas yang halus. Seperti halnya

resin podofilin, ATA/ABA harus dioleskan secukupnya untuk mencegah rasa nyeri yang

berlebihan atau komplikasi ulserasi. ATA/ABA akan menyebabkan koagulasi lesi menjadi

putih dengan sangat cepat. Jika kulit sekitarnya terkena secara tidak sengaja, senyawa ini

dapat dinetralisir dengan isopropil alkohol atau solusio sodium bikarbonat. Kedua asam ini

tidak perlu dicuci dari lesi. Terapi dapat diulang sampai enam minggu. Terapi ini paling

efektif untuk kutil-kutil yang kecil dan lembab serta untuk KA bentuk hiperkeratotik, dapat

dicoba pada KA yang resisten terhadap podofilin. ATA/ABA bersifat nontoksik dan dapat

digunakan pada anak-anak dan wanita hamil bila rejimen-rejimen lain dikontraindikasikan.

1,3-7,9-12,16,17

B.4.Tindakan bedah lain (eksisi scalpel/gunting, kuretase, bedah listrik)

Metode ini membutuhkan anestesi topikal,lokal,atau umum

Kutil intrameatal atau labia minora yang distrik mudah dihilangkan dengan kuret tajam.

Lesi-lesi berkeratin yang distrik dapat dihilangkan secara efektif dengan bedah listrik. Eksisi

gunting cocok untuk lesi perianal multipel yang tidak berespon terhadap terapi lain. Di

samping itu, metode-metode ini sering digunakan untuk kutil-kutil yang luas atau besar dan

untuk terapi KA selama kehamilan. Hal yang perlu diperhatikan adalah untuk bedah listrik.

(16)

ataupun untuk lesi-lesi di proksimal dari tepi anus. Telah diutarakan pula adanya

kemungkinan inhalasi DNA VPH pada saat melaksanakan tindakan ini. Selain terapi lini

pertama di atas, terapi alternatif untuk KA menurut CDC mencakup bedah laser dan

interferon intralesi. Laser CO2 paling bermanfaat untuk penderita dengan kutil yang

rekalsitran atau luas. Keuntungannya antara lain memiliki ketepatan yang tinggi sehingga

jaringan normal sekitarnya tidak mengalami kerusakan yang berarti, sterilitas lebih terjamin,

perdarahan relatif sedikit, relatif tidak nyeri, jaringan parut yang terjadi sangat minimal, serta

waktu penyembuhan lebih cepat. Bedah laser juga dapat digunakan pada penderita yang

sedang hamil karena tidak mempunyai efek sistemik. Sementara itu kendalanya adalah harga

alat serta pengobatan sangat mahal dan membutuhkan tenaga ahli yang sudah

berpengalaman. Anestesi lokal atau umum diperlukan dan evakuator asap harus digunakan

untuk menghindari inhalasi DNA VPH yang didapati dalam asap laser, meskipun saat ini

timbulnya infeksi atau rekurensi melalui DNA VPH dalam aerosol belum dapat dibuktikan

ataupun disangkal. 1,3-7,9,11,12,14,16,17

Interferon alfa intralesi mempunyai efek antivirus dan bekerja dengan cara menginduksi

enzim ribonuklease sehingga terjadi degradasi RNA messenger dan mengganggu sintesis

protein virus. Dosis yang diberikan adalah 1x106 IU per lesi disuntikkan ke dasar masing-masing lesi tiga kali seminggu (selang sehari) selama 3 minggu. Pada satu kali terapi dapat

dilakukan penyuntikan sampai sebanyak lima lesi, sedangkan lesi-lesi lain diobati pada kali

terapi yang lain. Efek samping yang dapat timbul antara lain gejala lir-influenza (demam,

menggigil, sakit kepala, mialgia), mual, muntah, diare, leukopenia dan trombositopenia yang

reversibel, neurotoksisitas, serta peningkatan tes fungsi hati. Selain itu juga pernah

dilaporkan tentang terjadinya perubahan lipid serum, insufisiensi ginjal, dan toksisitas pada

jantung. Interferon alfa intralesi mempunyai tingkat efikasi yang sama bila dibandingkan

dengan rejimen-rejimen yang lain serta dapat digunakan untuk KA resisten yang gagal

berespon terhadap rejimen terapi lainnya. Namun, CDC tidak merekomendasikan

pengunaanya secara rutin karena sering menimbulkan efek samping sistemik, biaya terapi

yang tinggi, injeksi yang nyeri, dan diperlukannya kunjungan ke dokter yang berulang kali.

Rejimen lain yang penggunaannya telah banyak dicatat dalam kepustakaan, namun tidak

(17)

DNA dan RNA. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dengan konsentrasi 1-5%, dioleskan

tipis-tipis pada lesi satu sampai tiga kali per minggu dan harus dicuci 3 sampai 10 jam

setelahnya, tergantung pada sensitivitas lokasi. Terapi dapat dilanjutkan selama beberapa

minggu sesuai kebutuhan. Penderita sebaiknya tidak miksi selama 2 jam setelah pengobatan.

5-FU topikal sering menyebabkan iritasi lokal sehingga tidak dapat ditoleransi oleh beberapa

penderita. Metode ini memberikan hasil baik untuk KA yang persisten terhadap obat kaustik,

terutama untuk KA anorektal dan intrameatal, tetapi tidak direkomendasikan untuk

kondiloma vaginal karena adanya laporan-laporan tentang ulserasi vagina dan adanya satu

kasus adenosis vagina dengan karsinoma sel jernih. Selain FU topikal, penggunaan gel

5-FU/ epinefrin yang dapat disuntikkan untuk terapi KA juga telah diteliti, dengan angka

respons sebesar 55% sampai 77%. Efek sistemik belum pernah ditemukan, tetapi reaksi kulit

lokal sering terjadi dan suntikan menyebabkan nyeri. Pada satu penelitian didapati ulserasi

terjadi pada 63% penderita. Gel ini belum mendapat persetujuan dari Food and Drug

Administration(FDA).1,3-7,9,11,12,14,16,17

(18)

Dikutip sesuai dengan aslinya dari kepustakaan no.7 dan 16

PENCEGAHAN

Salah satu cara yang paling aman untuk mencegah infeksi VPH adalah dengan melakukan

hubungan seksual dengan satu orang yang telah diketahui kesehatannya atau dengan kata lain

melakukan hubungan seksual yang lebih aman seperti penggunaan kondom yang dapat

menurunkan resiko terjadinya penularan.3,6,5,10-12,16

Sampai saat ini baru terdapat satu vaksin VPH yang disetujui penggunaannya oleh FDA,

yaitu vaksin kuardivalen VPH (GardasilTM, produksi Merck and Co, Inc). Vaksin ini diberikan intramuskular dengan tiga kali penyuntikan, masing-masing dengan dosis 0,5 ml. Dosis kedua

sebaiknya diberikan dua bulan setelah dosis pertama, dan dosis ketiga diberikan 6 bulan sesudah

dosis pertama.1,4,6,11,13,17

Vaksin tersebut telah disetujui, aman, dan efektif dan dianjurkan penggunaannya terhadap

wanita berusia 9-26 tahun. Dari penelitian didapati bahwa vaksin VPH hampir 100% efektif

dalam pencegahan terhadap penyakit yang disebabkan oleh empat tipe VPH (tipe 6,11,16,18)

yang tercakup dalam vaksin ini.1,4-6,8,11,13,16,17

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapati bahwa setelah lima tahun sejak dosis pertama,

(19)

Vaksinasi menghasilkan titer antibody yang lebih tinggi dibanding dengan mereka yang

terkena infeksi alami.1

PROGNOSIS

Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya baik. Oleh karena itu, faktor predisposisi

perlu dicari misalnya hygienenya, adanya fluor albus, kelembaban pada pria akibat tidak

disirkumsisi.4,5,10,12

Tingkat kekambuhan lebih dari 50% sesudah 1 tahun dan dapat terjadi karena :

1. Infeksi ulang dari kontak seksual

2. Masa inkubasi VPH yang panjang

3. Lokasi virus pada lapisan kulit superfisial yang jauh dari kelenjar limfe

4. Menetapnya virus pada kulit di sekitar lesi, folikel rambut atau tempat yang tidak dapat

dijangkau oleh intervensi yang digunakan

5. Lesi yang tidak dijumpai atau lesi yang dalam

6. Lesi subklinis

7. Keadaan imunosupresi yang mendasari.4,5,10,12

KESIMPULAN

Kondiloma akuminata (KA) adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Virus

Papiloma Humanus (VPH) tipe tertentu dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan

mukosa.1,2 KA perlu ditangani dengan baik karena terdapat hubungan antara infeksi VPH pada genitalia dengan karsinoma serviks dan keganasan anogenital lainnya. Belum ada obat yang

spesifik untuk melawan dan mencegah replikasi virus. Tujuan utama pengobatan adalah

menghilangkan gejala klinis yang tampak atau bersifat simtomatik tetapi tidak dapat untuk

mengeradikasi VPH sehingga penyakit ini sering rekurens. 1,3,5,9,17

Perlu diperhatikan setiap penderita KA seharusnya diperiksa kemungkinan Infeksi Menular

(20)

salah satu atau kedua pasangan seksual menderita KA, dianjurkan untuk tidak melakukan

hubungan seksual atau setidak-tidaknya memakai kondom. Higiene penderita diperbaiki karena

suasana yang basah, lembab, dan kotor akan mempercepat pertumbuhan KA.1

Pendekatan psikologis dengan cara memberikan penjelasan yang tepat (mengenai diagnosis,

pilihan terapi, kemungkian rekurensi, hubungan antara infeksi VPH dengan keganasan, serta

infektivitasnya) untuk mengurangi stress, terutama pada kasus yang sering mengalami

kekambuhan, akan sangat berfaedah untuk pengobatannya1.

Tindak lanjut penderita sebaiknya dilakukan selama mungkin karena kekambuhan sering

terjadi cukup lama setelah pengobatan selesai. Pap’s smear tahunan direkomendasikan bagi

(21)

DAFTAR PUSTAKA

1. Suryaatmadja L. Penatalaksanaan Kondiloma Akuminata. Dalam : Skin Infection and

venereal Diseases. Symposium On Dermatology and Venereology in Daily Practice.

Surabaya, Maret 2008 : 67-79.

2. Zubier F.Kondiloma Akuminata.Dalam : Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J.ed.

Infeksi Menular Seksual,ed ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005:126-131.

3. Kondiloma Akuminata. Dalam: Murtiastutik D. buku ajar Infeksi Menular Seksual. Bab

18. Surabaya: Airlangga University Press, 2008:165-9.

4. Ghadishah D. Condyloma Acuminata. 2009 Available at :

http://www.emedicine.medscape.com

5. External Genital Warts. In: Klausner JD,Hook III EW. Current Diagnosis & Treatment of

Sexually Transmitted Diseases. Chapter 15. Lange Mc Graw Hill. 2007: 1-9

6. Human Papillomaviruses (HPVs) and Genital Warts. August 2010. Available at :

http://www.medicinenet.com/genital_warts_in_women/article.htm

7. Kodner C, Nasraty S. Management of Genital Warts. American Academy of Family

Physicians, 2004;70(12):2335-2342.

8. CDC. FDA Licensure of Quardivalent Human Papillomavirus Vaccine (HPV4, Gardasil)

for Use in Males and Guidance from the Advisory Committee on Immunization Practices

(ACIP).MMWR 2010;59(20):630-2

9. CDC. Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines .MMWR 2006:62-7

10. Fiallo P, Bastos R. Anogenital Warts and Molluscum Contagiosum. Available at:

http://www.aifo.it/english/resources/online/books/other/std/4-ANOGENITAL

WARTS.pdf

11. Human Papillomavirus(HPV) and Genital Warts. March 2010 Available at :

(22)

   

12. Anal Warts. 2000 Available at :

http://health.stateuniversity.com/pages/73/Anal_Warts.html

13. Dillner J. Four year efficacy of prophylactic human papillomavirus quadrivalent vaccine

against low grade cervical, vulvar, and vaginal intraepithelial neoplasia and anogenital

warts:randomized controlled trial. BMJ. 2010;340:c3493:1-9.

14. Raymond M, von Krogh G The Management of Anal Warts. British Medical Journal,

2000(321):910-11

15. Moore RA, Edwards JE, Hopwood J, Hicks D. Imiquimod for the treatment of genital

warts: a quantitative systematic review. BMC Infectious Diseases.2001;1:3

16. Ghaemmaghami F, Nazari Z, Mehrdad N. Female Genital Warts. Asian Pacific Journal of

Cancer Prevention. Vol 8.2007:339-347

17. Bourcier M, Thomas R. External Genital Warts. Vol.5. 2010. Available at:

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pada lingkup kegiatan ini, penyedia jasa (Konsultan Pengawas) harus melakukan pemeriksaan dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang akan dijadikan

Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia

Gerakan Pemuda Ansor (GP ANSOR), kehadirannya sebagai organisasi kepemudaan sangat harapkan dapat menyelesaikan masalah perilaku menyimpang yang dilakukan oleh

Walaupun harmoni (inhwa) adalah wajar, namun ianya dilandaskan kepada perbezaan dalam kalangan orang-orang mengikut pangkat, kuasa dan prestij (Alston, 1989 di Dorfman et

Estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi kurs valuta asing Dollar Amerika terhadap mata uang rupiah Indonesia mengadopsi dari teori.paritas daya beli (purchasing power parity- PPP)

Dokumen yang diperlukan untuk melengkapi manual ini antara lain: 1) Visi, Misi, dan Tujuan FIB. 2) Dokumen Standar Sarana dan Prasarana Penelitian. 3) Dokumen Hasil Evaluasi

PEKERJAAN KHUSUS, JABATAN, TUGAS, KEAHLIAN dengan reputasi Regional Propinsi org/keg 1.500.000 Praktisi :. dengan reputasi Internasional

Beberapa survei dan penelitian menguatkan bahwa betapa penting kemampuan untuk bisa mendengar, bahkan banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa kemampuan seseorang untuk