• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Mahasiswa Tingkat III Akademi Kebidanan Widya Husada Medan Tentang Hipotermi pada Bayi Baru Lahir Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan Mahasiswa Tingkat III Akademi Kebidanan Widya Husada Medan Tentang Hipotermi pada Bayi Baru Lahir Tahun 2009"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT III AKADEMI KEBIDANAN WIDYA HUSADA MEDAN TENTANG HIPOTERMI PADA

BAYI BARU LAHIR TAHUN 2009

Oleh : MARLIZA DIANA

085102039

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2009 Marliza Diana

Pengetahuan Mahasiswa Tingkat III Akademi Kebidanan Widya Husada Medan Tentang Hipotermi pada Bayi Baru Lahir Tahun 2009

+ hal+ tabel + Skema + Lampiran

Abstrak

Hipotermi adalah suhu tubuh bayi yang tidak normal (<36ºC) pada pengukuran suhu melalui aksila, dimana suhu tubuh bayi baru lahir normal adalah 36,5 ºC -37,5 ºC, hipotermi nerupakan tanda bahaya karena dapat menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kematian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik mahasiswa yaitu sumber informasi dan pengetahuan mahasiswa tentang hipotermi pada bayi baru lahir. Desain pada penelitian ini adalah deskriptif dengan besar sampel sebanyak 120 orang dengan metode pengambilan sampel

total sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2008-Juni 2009. Instrumen

dalam penelitian ini berupa kuesioner yang meliputi data karakteristik yaitu sumber informasi dan 25 pertanyaan tentang hipotermi pada bayi baru lahir. Berdasarkan hasil penelitian dari 120 mahasiswa diperoleh bahwa mayoritas mahasiswa memperoleh informasi tentang hipotermi pada bayi baru lahir adalah dari dosen (65%) dan pengetahuan mahasiswa tentang hipotermi pada bayi baru lahir adalah baik (85,8%). Dari hasil penelitian ini diharapkan ada penelitian lanjutan tentang hipotermi pada bayi baru lahir dengan variabel yang berbeda.

Kata Kunci : Pengetahuan, mahasiswa, hipotermi pada bayi baru lahir

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan Rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya

tulis ilmiah yang berjudul “PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT III AKADEMI

KEBIDANAN WIDYA HUSADA MEDAN TENTANG HIPOTERMI PADA BAYI

BARU LAHIR TAHUN 2009” yang merupakan tugas akhir studi diprogram diploma IV

bidan pendidik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan, dan dapat berhasil berkat sumbangan jasa dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. dr. Chairuddin Lubis, DTM dan Sp.A (K), selaku rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH selaku dekan Fakultas

Kedokteran USU.

3. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK, selaku ketua program D IV bidan pendidik FK

USU yang telah memberikan dorongan dan pengarahan kepada penulis untuk

menyusun karya tulis ilmiah ini.

4. dr. Ichwanul Adenin, SpOG selaku dosen pembimbing dalam penulisan Karya

Tulis Ilmiah yang triada bosan memberikan arahan dan bimbingan.

5. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program Studi D-IV Bidan Pendidik

FK USU

6. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan

(4)

7. Teman-teman yang memberikan bantuan dan dukungan dalam pengerjaan karya

tulis ilmiah ini.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk

itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan

karya tulis ini.

Medan, juni 2009

(5)

DAFTAR ISI

C. Tujuan Penelitian... 3

1. Tujuan Umum ... 3

2. Tujuan Khusus ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

1. Bagi Peneliti ... 4

2. Bagi Mahasiswa ... 4

3. Bagi Program D-IV Bidan Pendidik USU ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan ... 5

1. Pengertian ... 5

2. Sumber Pengetahuan ... 5

3. Pengukuran Pengetahuan ... 6

B. Bayi Baru Lahir ... 6

C. Hipotermi ... 6

1. Defenisi ... 6

2. Penyebab Terjadinya Hipotermi ... 7

3. Tanda-Tanda Hipotermi ... 9

4. Pencegahan Hipotermi ... 10

5. Penanganan Hipotermi ... 12

BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 18

B. Definisi Operasional ... 19

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian... 20

B. Populasi dan Sampel ... 20

1. Populasi ... 20

2. Sampel... 20

(6)

D. Waktu Penelitian ... 21

E. Pertimbangan Etik ... 21

F. Instrumen Penelitian ... 21

G. Uji Validitas ... 22

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 23

I. Analisa Data ... 23

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 1. Karakteristik responden ... 2. Pengetahuan ... B. Pembahasan...

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

1. Bagi Akademi Kebidanan Widya Husada ... 2. Bagi Mahasiswa ... 3. Bagi Peneliti ...

(7)

DAFTAR TABEL

1. Definisi Operasional ... 17

2. Distribusi frekuensi berdasarkan sumber informasi mahasiswa tingkat III

Akademi Kebidanan Widya Husada Medan mendapatkan informasi tentang

hipotermi pada bayi baru lahir tahun 2009 ... 23

3. Distribusi pengetahuan mahasiswa tingkat III Akademi Kebidanan Widya

(8)

DAFTAR SKEMA

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat izin penelitian dari D-IV Bidan Pendidik FK USU

2. Surat keterangan penelitian dari Akademi Kebidanan Widya Husada Medan

3. Lembar Content Validity

4. Lembar persetujuan menjadi responden

5. Kuesioner penelitian

6. Master tabel

7. Tabel distribusi frekuensi

8. Riwayat hidup

(10)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2009 Marliza Diana

Pengetahuan Mahasiswa Tingkat III Akademi Kebidanan Widya Husada Medan Tentang Hipotermi pada Bayi Baru Lahir Tahun 2009

+ hal+ tabel + Skema + Lampiran

Abstrak

Hipotermi adalah suhu tubuh bayi yang tidak normal (<36ºC) pada pengukuran suhu melalui aksila, dimana suhu tubuh bayi baru lahir normal adalah 36,5 ºC -37,5 ºC, hipotermi nerupakan tanda bahaya karena dapat menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kematian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik mahasiswa yaitu sumber informasi dan pengetahuan mahasiswa tentang hipotermi pada bayi baru lahir. Desain pada penelitian ini adalah deskriptif dengan besar sampel sebanyak 120 orang dengan metode pengambilan sampel

total sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2008-Juni 2009. Instrumen

dalam penelitian ini berupa kuesioner yang meliputi data karakteristik yaitu sumber informasi dan 25 pertanyaan tentang hipotermi pada bayi baru lahir. Berdasarkan hasil penelitian dari 120 mahasiswa diperoleh bahwa mayoritas mahasiswa memperoleh informasi tentang hipotermi pada bayi baru lahir adalah dari dosen (65%) dan pengetahuan mahasiswa tentang hipotermi pada bayi baru lahir adalah baik (85,8%). Dari hasil penelitian ini diharapkan ada penelitian lanjutan tentang hipotermi pada bayi baru lahir dengan variabel yang berbeda.

Kata Kunci : Pengetahuan, mahasiswa, hipotermi pada bayi baru lahir

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia terdapat kematian bayi khususnya

bayi baru lahir sebesar 10.000.000 jiwa per tahun. Kematian bayi tersebut terjadi

terutama di negara berkembang sebesar 99%. Sebenarnya kematian bayi mempunyai

peluang yang besar untuk dihindari dengan meningkatkan kerjasama antar pemerintah,

swasta dan badan-badan sosial lainnya (Manuaba, 1998).

Kematian bayi baru lahir memberikan konstribusi sebesar 47% terhadap angka

kematian bayi. Setengah dari angka kematian bayi baru lahir terjadi pada minggu pertama

hidupnya (Saifuddin, 2002).

Angka kematian bayi baru lahir di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan

dengan negara-negara berkembang lainnya. Penyebab utama terjadinya kematian bayi

baru lahir di negara berkembang antara lain adalah asfiksia, sindrom gangguan nafas,

infeksi serta komplikasi hipotermi (Hidayat, 2002).

Hipotermi terjadi karena penurunan suhu tubuh yang disebabkan oleh berbagai

keadaan, terutama karena tingginya kebutuhan oksigen dan penurunan suhu ruangan.

Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal sangat penting untuk kelangsungan

hidup dan pertumbuhan bayi baru lahir. Pengaturan suhu tubuh tergantung pada faktor

penghasil panas dan pengeluarannya, sedangkan produksi panas sangat tergantung pada

oksidasi biologis dan aktifitas metabolisme dari sel-sel tubuh waktu istirahat (Jensen,

(12)

Kontak ke kulit antara ibu dan bayi merupakan cara yang efektif untuk menjaga

suhu tubuh bayi agar tetap normal. Adaptasi fisiologi kehidupan luar rahim

kadang-kadang mempersulit bayi baru lahir untuk menjaga suhu tubuhnya (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir mengakibatkan kelainan-kelainan

yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian, misalnya akibat

hipotermi dapat terjadi cold stress yang selanjutnya dapat mengakibatkan kerusakan otak,

perdarahan otak, syok beberapa bagian tubuh mengeras dan keterlambatan tumbuh

kembang (Saifuddin, 2002).

Bayi baru lahir tidak dapat mengatur suhu temperatur tubuhnya secara memadai

dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera di cegah. Bayi

yang mengalami kehilangan panas (hipotermi) beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau

meninggal. Jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti, bayi akan segera

mengalami hipotermi meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat stress karena perubahan

suhu lingkungan. Hal ini terjadi karena pusat pengaturan suhu tubuh bayi yang belum

sempurna, permukaan tubuh bayi yang relatif luas, kemampuan produksi dan

penyimpanan panas yang terbatas, penurunan suhu ruangan dan kekurangan lemak

subkutan (Wahyuningsih, 2008).

Berdasarkan survei awal pada tanggal 20 September 2008 di Klinik Dina Elfira

(13)

7 orang mahasiswa D-III Akademi Kebidanan yang sedang praktek klinik disana terdapat

5 orang yang tidak mengetahui tentang hipotermi

pada bayi baru lahir. Hal ini menujukkan masih kurangnya pengetahuan mahasiswa

tentang hipotermi pada bayi baru lahir.

Dengan diketahuinya bahaya hipotermi pada bayi baru lahir, maka perlu

meningkatkan keselamatan untuk mengontrol keseimbangan panas yang mudah

terganggu pada bayi baru lahir. Berdasarkan latar belakang inilah, maka peneliti tertarik

untuk menulis Karya Tulis Ilmiah ini.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengetahuan mahasiswa tingkat III Akademi Kebidanan Widya

Husada Medan tentang hipotermi pada bayi baru lahir.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi pengetahuan mahasiswa tingkat III Akademi Kebidanan

Widya Husada Medan tentang hipotermi pada bayi baru lahir.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik mahasiswa yaitu sumber informasi mengenai

hipotermi pada bayi baru lahir.

b. Untuk mengidentifikasi pengetahuan mahasiswa tentang hipotermi pada bayi

baru lahir yang meliputi defenisi hipotermi, penyebab terjadinya hipotermi,

(14)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Akademi Kebidanan Widya Husada

Untuk dijadikan bahan masukan dan memberikan informasi bagi dosen dan

mahasiswa tentang hipotermi pada bayi baru lahir.

2. Bagi Mahasiswa

Untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang hipotermi pada bayi baru lahir

3. Bagi Peneliti

Sebagai bahan masukan dalam menerapkan metode penelitian yang telah

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari ”tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (Notoatmodjo,2003).

2. Sumber Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo 2003, sumber pengetahuan dapat diperoleh melalui,

pengalaman langsung, media massa (misalnya: Surat kabar dan majalah), media

elektronik (misalnya: radio dan televisi), Buku petunjuk, Petugas kesehatan dan Media

poster

(16)

Pengetahuan dapat diukur dengan tekhnik wawancara, penyebaran kuesioner

dengan daftar pertanyaan yang relevan dengan aspek yang akan di ukur

(Notoatmodjo,2003).

B. Bayi Baru Lahir

Dikatakan bayi baru lahir adalah dengan batas usia 0 -1 bulan (Nurhayati, 2008).

Masa bayi baru lahir merupakan periode yang tersingkat dari semua periode

perkembangan, masa bayi baru lahir merupakan masa terjadinya penyesuaian yang

radikal. Masa ini juga merupakan periode yang berbahaya (Hurlock, 2004).

Secara umum, bayi segera menangis sesudah lahir. Apabila bayi tidak menangis

berarti ada kelainan. Setelah 24 jam, bayi akan diperiksa dan dinilai lagi dengan penilaian

maturitas untuk menilai kondisi fisik dan neurologis bayi. Sebab, walaupun berat badan

lahir bayi sama, maturitas belum tentu sama antara bayi satu dengan bayi yang lainnya

(Indriati, 2007).

C. Hipotermi

1. Defenisi hipotermi

Hipotermi adalah suhu tubuh bayi baru lahir yang tidak normal (<36ºC) pada

pengukuran suhu melalui aksila, dimana suhu tubuh bayi baru lahir normal adalah

36,5ºC-37,5ºC (suhu aksila). Hipotermi merupakan suatu tanda bahaya karena dapat

(17)

kegagalan fungsi jantung paru dan kematian (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

2007).

Hipotermi adalah temperatur tubuh yang rendah, seperti yang disebabkan oleh

pemajanan terhadap cuaca dingin, atau keadaan tubuh yang diinduksi dengan cara

menurunkan metabolisme dan dengan demikian menurunkan kebutuhan oksigen

(Maimunah, 2005)

2. Penyebab Terjadinya Hipotermi

Suhu tubuh rendah (Hipotermi) dapat disebabakan oleh karena terpapar dengan

lingkungan yang dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah)

atau bayi dalam keadaan basah atau tidak berpakaian (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2007)

Hipotermi dapat terjadi sangat cepat pada bayi sangat kecil atau bayi yang

diresusitasi atau dipisahkan dari ibu. Dalam kasus-kasus ini, suhu dapat cepat turun <

35ºC (Saifuddin, 2002).

Jika bayi sangat kecil (<1500 gram atau <32 minggu) sering terjadi masalah yang

berat misalnya sukar bernafas, kesukaran pemberian minum, ikterus berat dan infeksi

sehingga bayi rentan terjadi hipotermi jika tidak dalam inkubator (Saifuddin, 2002).

Hipotermi dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, antara lain:

a. Keadaan yang menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan, seperti lingkungan

dingin, basah atau bayi yang telanjang, cold linen, selama perjalanan dan beberapa

keadaan seperti mandi, pengambilan sampel darah, pemberian infus serta

(18)

b. Ketidaksanggupan menahan panas, seperti pada permukaan tubuh yang relatif luas,

kurang lemak, ketidaksanggupan mengurangi permukaan tubuh, yaitu dengan

memfleksikan tubuh dan tonus otot yang lemah yang mengakibatkan hilangnya

panas yang lebih besar.

c. Kurangnya metabolisme untuk menghasilkan panas, seperti defisiensi brown fat,

misalnya bayi preterm, kecil masa kelahiran, kerusakan sistem saraf pusat

sehubungan dengan anoksia, intra kranial hemorrhage, hipoksia dan hipoglikemi.

Menurut Departemen Kesehatan RI 2007, diagnosa bayi baru lahir yang

mengalami hipotermi dapat ditinjau dari riwayat asfiksia pada waktu lahir, riwayat bayi

yang segera dimandikan sesaat sesudah lahir, riwayat bayi yang tidak dikeringkan

sesudah lahir, dan tidak dijaga kehangatannya, riwayat terpapar dengan lingkungan yang

dingin dan riwayat melakukan tindakan tanpa tambahan kehangatan pada bayi.

Menurut Departemen Kesehatan RI 2007, mekanisme kehilangan panas pada bayi

baru lahir dapat melalui 4 cara, yaitu:

a. Radiasi yaitu dari bayi ke lingkungan dingin terdekat

b. Konduksi yaitu langsung dari bayi ke sesuatu yang kontak dengan bayi

c. Konveksi yaitu kehilangan panas dari bayi ke udara sekitar

d. Evaporasi yaitu penguapan air dari kulit bayi.

3. Tanda-Tanda Hipotermi

Gejala awal hipotermi adalah apabila suhu bayi baru lahir <36ºC atau kedua kaki

(19)

mengalami hipotermi sedang (suhu 32ºC-36ºC). Disebut hipotermi berat apabila suhu

tubuh bayi <32ºC (Saifuddin, 2006)

Menurut Saifuddin 2006, penilaian tanda-tanda hipotermi pada bayi baru lahir

meliputi bayi tidak mau minum/menetek, bayi tampak lesu atau mengantuk, tubuh bayi

teraba dingin, dalam keadaan berat denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi

mengeras (sklerema).

Tanda-tanda hipotermi sedang antara lain meliputi aktifitas bayi berkurang

(letargis), tangisan bayi lemah, kulit berwarna tidak rata (Cutis mamorata), kemampuan

menghisap lemah dan kaki teraba dingin (Saifuddin 2006).

Tanda-tanda hipotermi berat sama dengan hipotermi sedang antara lain bibir dan

kuku kebiruan, pernafasan lambat, pernafasan tidak teratur dan bunyi jantung lambat

(Saifuddin 2006).

4. Pencegahan Hipotermi

Untuk mencegah akibat buruk dari hipotermi karena suhu lingkungan yang rendah

atau dingin harus dilakukan upaya untuk merawat bayi dalam suhu lingkungan yang

netral, yaitu suhu yang diperlukan agar konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori

minimal. Keadaan ini dapat dicapai bila suhu inti bayi (suhu tubuh tanpa berpakaian)

dapat dipertahankan 36,5ºC-37,5ºC. Kelembaban relatif sebesar 40-60% perlu

dipertahankan untuk membantu stabilitas suhu tubuh bayi, yaitu dengan cara mengurangi

kehilangan panas pada suhu lingkungan yang rendah, mencegah kekeringan dan iritasi

(20)

pemasangan intubasi endotrakea atau nasotrakea dan mengencerkan sekresi yang kental

serta mengurangi kehilangan cairan insesibel dari paru (Surasmi, 2003).

Menurut Departemen Kesehatan RI 2007, langkah-langkah pencegahan terjadinya

hipotermi adalah jangan memandikan bayi sebelum berumur 12 jam, kemudian rawatlah

bayi kecil di ruang yang hangat tidak kurang 25ºC dan bebas dari aliran angin. Jangan

meletakkan bayi dekat dengan benda yang dingin misalnya dinding dingin atau jendela

walaupun bayi dalam inkubator atau di bawah pemancar panas dan jangan meletakkan

bayi langsung dipermukaan yang dingin misalnya alas tempat tidur atau meja periksa

dengan kain atau selimut hangat sebelum bayi diletakkan.

Pada waktu di pindahkan ketempat lain, jaga bayi tetap hangat dan gunakan

pemancar panas atau kontak kulit dengan perawat, bayi harus tetap berpakaian atau

diselimuti setiap saat, agar tetap hangat walau dalam keadaan dilakukan tindakan

misalnya bila dipasang jarum infus intravena atau selama resusitasi dengan cara memakai

pakaian dan mengenakan topi, bungkus bayi dengan pakaian yang kering dengan lembut

dan selimuti, buka bagian tubuh yang diperlukan untuk pemantauan atau tindakan,

berikan tambahan kehangatan pada waktu dilakukan tindakan misalnya menggunakan

pemancar panas, ganti popok setiap kali basah (Departemen Kesehatan RI 2007).

Bila ada sesuatu yang basah ditempelkan di kulit misalnya kain kasa yang basah,

usahakan agar bayi tetap hangat, jangan menyentuh bayi dengan tangan yang dingin dan

ukur suhu tubuh: bila bayi sakit frekuensi pengukurannya setiap jam, bila bayi kecil

frekuensi pengukurannya setiap 12 jam dan bila keadaan bayi membaik frekuensi

(21)

Menurut Wahyuningsih 2008, metode mencegah terjadinya hipotermi umumnya

dapat dilakukan dengan cara menghangatkan dahulu setiap selimut, topi atau pakaian

sebelum kelahiran kemudian segera keringkan bayi baru lahir. Kemudian mengganti

selimut yang basah setelah mengeringkan bayi baru lahir dan hangatkan dahulu area

resusitasi bayi baru lahir. Kemudian mengatur suhu ruangan kelahiran pada 24ºC, jangan

melakukan pengisapan pada bayi baru lahir diatas tempat tidur yang basah, tunda

memandikan bayi baru lahir sampai suhu bayi stabil selama 2 jam kemudian atur agar

tempat perawatan bayi baru lahir jauh dari jendela, dinding-dinding luar atau pintu keluar

serta pertahankan kepala bayi baru lahir tetap tertutup dan badannya dibedung dengan

baik setiap 48 jam.

5. Penanganan Hipotermi

Seorang bayi yang cukup bulan yang sehat dan berpakaian akan mempertahankan

suhu tubuh sebesar 36-37 ºC asalkan suhu lingkungan dipertahankan antara 18 dan 21 ºC,

gizi cukup dan gerakannnya tidak terhambat oleh bedong yang ketat. Laju metabolisme

bayi berbeda-beda, tetapi masing-masing bayi harus diawasi tidak boleh terlalu panas.

Hipotermi padat terjadi jika bayi berada dekat pada sumber radiasi panas. Aktivitas

berkeringat akan berlangsung terutama didaerah dahi, walaupun kemampuan ini masih

terbatas pada bayi baru lahir (Wahyuningsih, 2008).

Saat merawat bayi beresiko, harus melakukan pengukuran ekstra untuk

mempertahankan suhu lingkungan yang netral (neutral thermal environment [NTE])

untuk bayi tersebut. Suhu lingkungan yang netral adalah suhu lingkungan dimana bayi

(22)

melakukannya. Bayi yang mengalami hipotermi akan meningkatkan kecepatan

metabolismenya untuk meningkatkan suhu tubuhnya dalam kisaran normal (Jensen,

2005).

Penanganan bayi hipotermi berat dapat dilakukan tindakan yaitu segera hangatkan

bayi dibawah alat pemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnya, bila mungkin

gunakan inkubator atau ruangan hangat bila perlu. Kemudian ganti baju yang dingin dan

basah bila perlu beri pakaian yang hangat, pakai topi dan selimuti dengan selimut hangat.

Bayi harus dihindari dari paparan panas yang berlebihan dan usahakan agar posisi bayi

sering diubah bila bayi dengan gangguan nafas (frekuensi nafas lebih 60 atau kurang 40

kali/menit, tarikan dinding dada, merintih saat ekspirasi)

Tindakan selanjutnya yaitu memasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan

dosis rumatan, dan selang infus tetap terpasang di bawah pemancar panas, untuk

menghangatkan cairan. Kemudian periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah

kurang 45 mg/dL (2,6 mmol/L), berikan penanganan terhadap hipoglikemi. Nilailah

tanda bahaya setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu

tubuh kembali dalam batas normal. Lalu ambil sampel darah dan beri antibiotik sesuai

dengan yang disebutkan dalam penanganan kemungkinan besar sepsis. Anjurkan ibu

menyusui segera setelah bayi siap tetapi bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI perah

dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum. Bila bayi tidak dapat

menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI perah begitu suhu bayi

mencapai 35ºC (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007):

Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik paling tidak 0,5 ºC/jam,

(23)

setiap 2 jam. Periksa suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan

setiap jam, setelah suhu tubuh bayi normal: lakukan perawatan lanjutan untuk bayi serta

pantau bayi selama 12 jam kemudian dan ukur suhunya setiap 3 jam. Kemudian pantau

bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap dalam batas

normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang memerlukan

perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan nasehati ibu bagaimana cara

menjaga agar bayi tetap hangat selama di rumah (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2007):

Penanganan bayi yang mengalami hipotermi sedang dapat dilakukan tindakan

yaitu dengan mengganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat,

memakai topi dan selimut dengan selimut hangat. Apabila ada ibu atau pengganti ibu,

anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak kulit dengan kulit (perawatan

bayi lekat) akan tetapi apabila ibu tidak ada: hangatkan kembali bayi dengan

menggunakan ala pemancar panas. Gunakanlah inkubator dan ruangan hangat bila perlu.

Kemudian periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI perah dengan

menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan pengatur suhu.

Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering diubah (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2007).

Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu,

berikan ASI perah menggunakan salah satu alternatif cara pemberian susu. Kemudian

mintalah ibu untuk mengamati tanda bahaya misalnya gangguan nafas kejang dan segera

mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut. Periksa kadar lukosa darah, bila <45 m/dL

(24)

periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0,5ºC/jam berarti usaha

menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2 jam tetapi apabila suhu tidak

naik atau naik terlalu pelan, kurang 0,5ºC/jam, cari tanda sepsis. Setelah suhu tubuh

normal: lakukan perawatan lajutan dan pantau bayi selama 24 jam berikutnya, periksa

suhu setiap 3 jam. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik

serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan, bayi dapat dipulangkan.

Kemudian Nasihati ibu bagaimana cara merawat bayi dirumah (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2007).

Menurut Departemen Kesehatan RI 2007, menghangatkan dan mempertahankan

suhu tubuh bayi dapat dilakukakan dengan cara melakukan kontak kulit, cara ini

digunakan untuk semua bayi. Tempelkan kulit bayi langsung pada permukaan kulit ibu

misalnya dengan merangkul, menempelkan payudara atau meneteki. Cara ini digunakan

untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau menghangatkan bayi hipotermi

(32-36,4ºC) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan.

Cara menghangatkan bayi dengan Kangaroo Mother Care (KMC) digunakan

untuk menstabilkan bayi dengan berat badan <2,500 gram, terutama direkomendasikan

untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan berat badan <1,800 gram. Cara ini tidak

untuk bayi yang sakit berat (sepsis,gangguan nafas berat) dan tidak untuk ibu yang

menderita penyakit berat yang tidak dapat merawat bayinya. Pada ibu yang sedang sakit,

cara ini dapat dilakukan oleh keluarga (pengganti ibu) (Departemen Kesehatan Republik

(25)

Cara menghangatkan bayi dengan pemancar panas digunakan untuk bayi sakit

atau bayi dengan berat 1,500 gram atau lebih untuk memeriksa awal bayi, selama

dilakukan tindakan atau menghangatkan kembali bayi hipotermi (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2007).

Lampu penghangat digunakan bila tidak tersedia pemancar panas, dapat

digunakan lampu pijar maksimal 60 watt dengan jarak 60 cm.

Inkubator merupakan penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat <1,500

gram yang tidak dapat dilakukan KMC. Untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan nafas

berat) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007)

Boks penghangat diigunakan bila tidak tersedia inkubator, dapat digunakan boks

penghangat dengan menggunakan lampu pijar maksimal 60 watt sebagai sumber panas.

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).

Ruangan hangat digunakan untuk merawat bayi dengan berat <2,500 gram yang

tidak memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan, tidak untuk bayi sakit

(26)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka konsep

Adapun kerangka konsep untuk penelitian ini yang dijelaskan dalam bentuk bagan

adalah sebagai berikut:

Pengetahuan mahasiswa tingkat III Akademi Kebidanan Widya Husada Medan tentang Hipotermi pada bayi baru lahir

Hipotermi pada bayi baru lahir yang meliputi:

- Defenisi Hipotermi - Penyebab terjadinya

hipotermi

(27)

Skema 1 Kerangka Konsep

B. Definisi Operasional

(28)

1. pada bayi baru lahir

(29)

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang

bertujuan untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa tingkat III Akademi Kebidanan

Widya Husada Medan tentang hipotermi pada bayi baru lahir.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat III di Akademi Kebidanan Widya Husada

Medan, yaitu sebanyak 120 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan di teliti atau sebagian jumlah dari

karakteristik yang dimiliki oleh polulasi (Hidayat, 2007). Tekhnik pengambilan sampel

dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan total sampling. Seluruh populasi

dijadikan sampel yaitu sebanyak 120 orang.

C. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Akademi Kebidanan Widya Husada Medan.

(30)

juga di Akademi Kebidanan Widya Husada Medan belum pernah dilakukan penelitian

tentang pengetahuan mahasiswa tingkat III tentang Hipotermi pada bayi baru lahir.

D. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan bulan Agustus 2008-Juni 2009 yang di mulai dari

pengajuan judul, pembagian pembimbing, menyelesaikan proposal, ujian proposal,

perbaikan proposal, mengajukan izin lokasi, pengumpulan data, pengolahan data,

membuat laporan, ujian KTI, perbaikan KTI dan penjilitan/penggandaan KTI.

E. Pertimbangan Etik

Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti mengajukan permohonan

kepada Ketua Program Diploma IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas

sumatera Utara. Kemudian kuesioner disebarkan kepada responden dengan lebih dulu

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Ini dilakukan untuk menjaga kerahasiaan data

responden dan boleh juga menjelaskan bahwa angket ini tidak untuk penelitian tetapi

hanya untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa tingkat III Akademi Kebidanan Widya

husada Medan tentang hipotermi pada bayi baru lahir.

F. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

yang diberikan kepada responden. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner

tertutup atau berstruktur dimana kuesioner tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga

(31)

Kuesioner berisikan karakteristik responden dan pertanyaan-pertanyaan yang

berhubungan dengan pengetahuan mahasiswa tingkat III tentang hipotermi pada bayi

baru lahir sebanyak 25 pertanyaan yang meliputi pengertian hipotermi sebanyak 3

pertanyaan, penyebab terjadinya hipotermi sebanyak 6 pertanyaan, tanda-tanda hipotermi

sebanyak 6 pertanyaan, pecegahan hipotermi sebanyak 6 pertanyaan dan penanganan

hipotermi sebanyak 4 pertanyaan.

Semua jawaban dari kuesioner yang sudah dikumpulkan diberi nilai untuk setiap

jawaban dari pertanyaan, apabila skor benar nilainya 1 dan skor salah nilainya 0. Hasil

dari perhitungan jawaban responden kemudian dikategorikan sebagai berikut: baik,

cukup, kurang.

G. Uji Validitas

Uji validitas instrumen dilakukan dengan cara Content Validity yang mana diuji

oleh dokter spesialis anak, Kuesioner terdiri dari 25 pertanyaan. Uji Validitas dalam

instrumen ini dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu: Uji validitas yang pertama dilakukan

tanggal 10 Maret 2009, dari 25 pertanyaan terdapat 22 pertanyaan yang dinyatakan valid

dan terdapat 3 pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan nomor 3 tentang akibat bayi

terpapar lingkungan dingin diganti pada pilihan jawabannya, nomor 14 tentang

tanda-tanda hipotermi berat diganti pada pilihan jawabannya dan nomor 15 tentang tanda-tanda

bahaya hipotermi diganti pada pilihan jawabannya. Pertanyaan yang tidak valid

kemudian di perbaharui kembali. Uji Validitas yang kedua dilakukan tanggal 11 Maret

(32)

pertanyaan di teliti oleh dokter spesialis anak diperoleh bahwa dari 25 pertanyaan

dinyatakan valid.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dilakukan dengan mengurus surat permohonan izin

penelitian kepada pihak pendidikan atau ketua pelaksanaan program D-IV Bidan

Pendidik, setelah surat permohonan izin penelitian didapat kemudian peneliti mengajukan

surat permohonan izin penelitian tersebut kepada direktur Akademi Kebidanan Widya

Husada Medan. Setelah surat izin penelitian tersebut diterima oleh direktur Akademi

Kebidanan Widya Husada Medan, peneliti kemudian memperoleh izin dari direktur yang

bersangkutan untuk melakukan penelitian di Akademi Kebidanan tersebut.

Peneliti kemudian mengumpulkan responden dalam ruangan aula sesuai dengan

jumlah sampel yang diteliti yaitu 120 orang mahasiswa tingkat III, selanjutnya peneliti

menjelaskan tujuan penelitian dan cara pengisian kuesioner kepada responden. Setelah

responden mengerti dengan penjelasan yang diberikan, responden menyatakan setuju

untuk menjadi responden secara sukarela. Peneliti kemudian menggunakan Informed

consent sebagai tanda persetujuan responden dan responden bebas bertanya tentang

apapun yang berhubungan dengan cara pengisian kuesioner. Responden selanjutnya

dipersilahkan untuk mengisi lembar kuesioner dengan menjawab seluruh pertanyaan

secara jujur selama 30 menit.

Dengan bantuan salah seorang staf dosen di Akademi Kebidanan Widya Husada

Medan, peneliti mendampingi responden dalam pengisian kuesioner dimana diantara

(33)

kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya sehingga data yang diperoleh

terpenuhi. Setelah peneliti selesai melakukan penelitian, kemudian peneliti meminta surat

balasan penelitian dari Akademi Kebidanan Widya Husada Medan bahwa peneliti telah

selesai melakukan penelitian di Akademi Kebidanan tersebut.

I. Analisa Data

Analisa data dilakukan secara univariat yaitu dengan membahas tabel distribusi

frekuensi dan persentase terhadap tiap variabel dari hasi penelitian. Yang termasuk dalam

analisis data ini adalah persentase sumber informasi dan pengetahuan responden. Data

(34)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan di Akademi Kebidanan Widya Husada Medan

diperoleh data dari 120 responden yang hasilnya dapat dilihat dari tabel-tabel berikut:

1. Karakteristik Reponden

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi berdasarkan sumber informasi mahasiswa tingkat III Akademi Kebidanan Widya Husada Medan mendapatkan informasi

tentang hipotermi pada bayi baru lahir tahun 2009

(35)

Media cetak

Berdasarkan sumber informasi menunjukkan bahwa dari 120 responden, yang

memperoleh informasi dari media cetak yaitu sebanyak 25%, dari media elektronik yaitu

sebanyak 10% dan dari dosen yaitu sebanyak 65%.

2. Pengetahuan

Tabel 5.2

Distribusi pengetahuan mahasiswa tingkat III Akademi Kebidanan Widya Husada Medan tentang hipotermi pada bayi baru lahir tahun 2009

(36)

Berdasarkan hasil pengetahuan responden tentang hipotermi pada bayi baru lahir

menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak

103 orang (85,8%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 12 orang (10%) dan tingkat

pengetahuan kurang sebanyak 5 orang (4,2%)

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dari 120 mahasiswa tingkat III, mayoritas

memperoleh informasi tentang hipotermi pada bayi baru lahir dari dosen yaitu 78 orang

(65%). Hal ini dikarenakan mahasiswa lebih sering berinteraksi dengan dosen dan

mereka sebelumnya sudah pernah mendapatkan pelajaran tentang hipotermi pada bayi

baru lahir.

Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari

pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber misalnya media masa, media

elektronik, buku petunjuk, guru, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan

sebagainya. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang

berprilaku sesuai keyakinan tersebut.

Dari hasil penelitian tersebut menggambarkan bahwa pengetahuan mahasiswa

tentang hipotermi pada bayi baru lahir adalah baik (85,8%). Pengetahuan atau kognitif

merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Pengetahuan sangat mempengaruhi seseorang dalam berfikir atau menelaah sesuatu hal,

bersikap dan berbuat sehingga makin tinggi pengetahuan seseorang diharapkan akan

semakin mudah dalam bersikap dan bertindak sebaliknya bila pengetahuan kurang maka

(37)

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa mahasiswa tingkat III mayoritas

berpengetahuan baik mengenai defenisi hipotermi yaitu 83 orang (57,2%), penyebab

hipotermi yaitu 81 orang (55,9%), tanda-tanda hipotermi yaitu 86 orang (59,3%),

pencegahan hipotermi yaitu 85 orang (58,6%) dan penanganan hipotermi yaitu 83 orang

(57,2%) (Hasil terlampir).

Agar mempunyai pengetahuan yang baik tentunya perlu disertai usaha untuk

memperoleh pengetahuan tersebut karena pengetahuan itu harus dicari, seperti yang

dikemukakan oleh Notoadmodjo (2003) bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu

dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Dan sebagaian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata, hidung dan telinga.

Program D III Kebidanan merupakan pendidikan formal yang melahirkan

bidan-bidan yang kelak bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya

kebidanan. Pengetahuan peserta didik yang memadai terutama mengenai pengetahuan

mahasiswa tentang hipotermi pada bayi baru lahir perlu diperhatikan baik oleh peserta

didik maupun institusi pendidikan terkait untuk memenuhi semua kebutuhan masyarakat

(38)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan, maka penulis mengambil kesimpulan

(39)

1. Mayoritas responden memperoleh informasi dari dosen (65%)

2. Mayoritas pengetahuan mahasiswa tingkat III Akademi Kebidanan Widya Husada

Medan tentang hipotermi pada bayi baru lahir adalah berpengetahuan baik

(85,8%).

B. Saran

1. Bagi Akademi Kebidanan Widya Husada

Hasil penelitian ini semoga dapat menjadi bahan masukan bagi staf pengajar

untuk lebih meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang hipotermi pada bayi

baru lahir dengan cara memacu mahasiswa untuk meningkatkan minat belajar

mereka terutama tentang hipotermi pada bayi baru lahir.

2. Bagi Mahasiswa

Diharapkan kepada responden agar lebih meningkatkan minat dan kemauannya

untuk terus belajar guna meningkatkan pengetahuannya agar dapat berbuat dan

bertindak sesuai tuntutan profesi kebidanan.

3. Bagi Peneliti

Peneliti sangat menyadari bahwa dalam melakukan penelitian ini masih terdapat

(40)

diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur bagi para peneliti lain

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, (2002). Prosedur Penelitian, Jakarta; Rineka Cipta

Asnah, Asiah, dan Manik, (2008). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah, Medan: Program D-IV Bidan Pendidik

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2004). Buku Panduan Manajemen Masalah

Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Perawat, Bidan di Rumah Sakit Rujukan Desa,

Jakarta; Departemen Kesehatan RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2007). Penelitian Pelayanan Obstetri dan

Neonatal Emergensi Dasar, Jakarta; Departemen Kesehatan RI

Hidayat Alimul, Aziz, (2002). Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta; Salemba Medika

Hidayat Alimul, Aziz, (2002). Metode Penelitian Kebidanan Tekhnik Analisa Data, Jakarta; Salemba Medika

Hurlock B, Elizabeth, (2004). Psikologi Perkembangan, Jakarta; Erlangga

Ikatan Bidan Indonesia (2000). Bidan Menyongsong Masa Depan, Jakarta

Indriati, (2002). Kehamilan Persalinan dan Perawatan Bayi, Jogjakarta; Diglassia Media

Jensen, (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta; EGC

Maimunah, Siti, (2005). Kamus Istilah Kebidanan, Jakarta; EGC

Manuaba, Ida Bagus, (1998). Ilmu Penyakit Kandungan, Penyakit Kandungan Dan

Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Nurhayati, (2008). Asuhan Bayi Baru Lahir Normal, Jakarta; Trans Info Media

Notoadmojo, Soekidjo, (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta; Rineka Cipta

Saifuddin, (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono prawirohardjo

Saifuddin, (2006). Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Dan Neonatal, Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

(42)
(43)

KUESIONER PENELITIAN

PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT III TENTANG HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR DI AKADEMI KEBIDANAN MEDISTRA LUBUK

PAKAM TAHUN 2008

I. DATA DEMOGRAFI

No. Responden : Sumber informasi :

Petunjuk : Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan anda saat ini, seta

beri tanda (x) pada jawaban yang telah disediakan!

II. PENGETAHUAN A. Pengertian Hipotermi

1. Yang dimaksud dengan Hipotermi adalah....

a. Suhu tubuh bayi baru lahir kurang dari 36ºC pada pengukuran suhu melalui

aksila.

b. Bayi dengan cacat bawaan

c. Bayi dengan berat badan kuarang dari normal

2. Hipotermi merupakan suatu tanda bahaya karena...

a. Dapat menyebabkan bayi sehat

b. Dapat memberi kenyamanan pada bayi

c. Dapat menyebabkan kematian

3. Bayi yang terpapar dengan lingkungan yang dingin akan mengalami...

a. Demam

b. Hipotermi

c. Hipertermi

B. Penyebab Hipotermi

(44)

a. Karena bayi terpapar dilingkungan yang dingin atau bayi dalam keadaan basah

dan tidak berpakaian

b. Karena bayi diberi ASI

c. Karena bayi di bedung

5. Hipotermi rentan terjadi pada bayi baru lahir dengan berat badan < 1500 gram

atau <32 minggu karena...

a. Bayi sering mengalami sukar bernafas, kesukaran pemberian minum, ikterus

berat dan infeksi

b. Bayi dalam keadaan sehat

c. Bayi sering menangis

6. Hipotermi dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, kecuali....

a. Keadaan yang menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan seperti

lingkungan yang dingin

b. Kurangnya metaboloisme unutk menghasilkan panas misalnya bayi preterm

c. Keadaan yang menimbulkan bayi tetap hangat

7. Kehilangan panas pada bayi baru lahir dapat melalui 4 cara

yaitu...

a. Radiasi, Konduksi, Konveksi dan Evaporasi

b. Radiasi, Konduksi, Konveksi dan Isolasi

c. Semua jawaban salah

8. Konveksi adalah kehilangan panas melalui....

a. Bayi ditempatkan di boks bayi

b. Kehilangan panas dari bayi ke udara sekitar

c. Semua jawaban benar

9. Hipotermi dapat terjadi sangat cepat pada bayi....

a. Dengan berat badan <1500 gram atau < 32 minggu

b. Dengan berat badan normal

c. Semua jawaban benar

C. Tanda-Tanda Hipotermi

(45)

a. Bayi tampak lesu atau mengantuk

b. Bayi mau disusui

c. Semua jawaban salah

11. Aktifitas berkurang dan bayi letargis termasuk tanda-tanda hipotermi...

a. Berat

b. Sedang

c. Bukan salah satu diatas

12. Bibir dan kuku kebiruan merupakan tanda-tanda bayi yang mengalami

hipotermi...

a. Kurang

b. Sedang

c. Berat

13. Yang termasuk tanda-tanda hipotermi sedang adalah...

a. Tangisan kuat

b. Kemampuan menghisap lemah

c. Semua jawaban benar

14. Dibawah ini termasuk tanda-tanda hipotermi berat, kecuali...

a. Pernafasan tidak teratur

b. Bunyi jantung lambat

c. Bunyi jantung cepat

15. Kulit berwarna tidak rata (cutis mamorata) merupakan salah satu tanda-tanda bayi

yang mengalami hipotermi...

a. Berat

b. Sedang

c. Semua jawaban salah

(46)

16. Salah satu langkah-langkah upaya pencegahan hipotermi dapat dilakukan dengan

cara...

a. Memandikan bayi

b. Membiarkan bayi kedinginan

c. Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan yang rendah

17. Jangan menyentuh bayi dengan tangan dingin, mengganti popok setiap kali basah

dan jangan meletakkan bayi langsung kepermukaan yang dingin merupakan

upaya...

a. Penanganan hipotermi

b. Pencegahan hipotermi

c. Semua jawaban salah

18 Menurut Depkes RI 2007, bayi baru lahir sebaiknya dimandikan setelah...

a. 12 hari

b. 12 minggu

c. 12 jam

19. Bagaimanakah cara menjaga bayi agar tetap hangat pada waktu di pindahkan

ketempat lain...

a. Lakukan kontak kulit dengan bidan

b. Diselimuti dengan kain yang dingin

c. Semua jawaban benar

20. Agar bayi tidak mengalami hipotermi, maka tindakan yang harus segera

dilakukan setelah bayi lahir adalah...

a. Bayi dibiarkan saja tanpa pakaian

b. Bayi baru lahir harus segera dikeringkan dan dihangatkan

c. Bayi ditimbang berat badannya

21. Sebelum kelahiran bayi, selimut, topi dan pakaian bayi harus dihangatkan terlebih

dahulu dengan tujuan...

a. Untuk mencegah bayi mengalami Asfiksia

(47)

c. Untuk mencegah bayi mengalami Hipotermi

E. Penanganan Hipotermi

22. Penanganan hipotermi berat pada bayi baru lahir dapat diatasi dengan....

a. Inkubator

b. Di selimuti saja

c. Di biarkan bayi tanpa pakaian

23. Penanganan Hipotermi pada bayi baru lahir dengan metode Kangoroo Mother

Care adalah...

a. Meletakkan bayi diruang rawat bayi

b. Meletakkan bayi diatas perut ibu

c. Meletakkan bayi didalam inkubator

24. Upaya yang dilakukan bila bayi baru lahir dengan hipotermi tidak dapat menyusu

adalah....

a. Beri minum air putih saja

b. Biarkan saja

c. Beri ASI perah dengan salah satu alternatif cara pemberian susu

25. Menghangatkan bayi baru lahir dengan hipotermi sedang dapat dilakukan dengan

cara...

a. Melakukan kontak kulit antara ibu dan bayi

b. Bayi di infus

(48)
(49)
(50)

CONTENT VALIDITY

Nama : Marliza Diana

Nim : 085102039

Judul : PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT III AKADEMI

KEBIDANAN WIDYA HUSADA MEDAN TENTANG HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR

(51)

PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul penelitian : Pengetahuan Mahasiswa Tingkat III Akademi Kebidanan

Widya Husada Medan Tentang Hipotermi Pada Bayi

Baru Lahir

Nama : MALIZA DIANA

Alamat : JL. Dr. Sumarsono no. 33/25 medan

Dengan menandatangani lembaran ini saya memberikan persetujuan untuk mengisi kuesioner yang diberikan peneliti. Saya mengerti bahwa penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimana Pengetahuan Mahasiswa Tingkat III Akademi Kebidanan Widya

Husada Medan Tentang Hipotermi Pada Bayi Baru Lahir. Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak mengandung resiko yang berarti dan saya telah diberitahu bahwa jawaban kuesioner ini tidak akan diberitahukan kepada siapapun.

Saya telah mendapatkan penjelaskan mengenai penelitian ini dan diberi kesempatan untuk bertanya. Saya secara sukarela berperan dalam penelitian ini

Medan, 2009

Responden Peneliti

( ) (MARLIZA DIANA)

(52)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Marliza Diana

Tempat/ Tanggal Lahir : Harjosari, 15 Maret 1986

Agama : Islam

Alamat : Jalan Bahana Gang Mentari No.1 Tangkerang Tengah

Pekanbaru.

Riwayat Pendidikan : 1. SDN 087 Peranggas

2. SLTPN 17 Pekanbaru

3. SMUN 5 Pekanbaru

4. Akademi Kebidanan Dharma Husada Pekanbaru

Gambar

Tabel 5.2 23

Referensi

Dokumen terkait

Suku Kamein, salah satu etnis Muslim di Rakhine yang diakui pemerintah Myanmar saat ini, adalah keturunan orang-orang Muslim yang bermigrasi ke Arakan pada masa ini.. Namun

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. Izin merupakan dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Peraturan Daerah atau Peraturan lain yang merupakan

Trans Metro Pekanbaru dalam memberikan pelayanan jasa transportasi terus berupaya agar pelanggan mendapatkan pelayanan yang mudah dan tepat.Salah satu faktor

Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukan bahwa upaya yang dilakukan guru PAI dalam membina akhlak siswa di SMPN 1 Plosoklaten sudah baik dan dapat mendorong siswa

Pewarna cair diperoleh dari ekstrak kunyit yang telah dilakukan proses evaporasi pada suhu 50ºC dengan penambahan tanpa gula cair dan penambahan gula cair 10%,

Karena konsumen akan mengumpulkan segala informasi dari pengalaman yang mereka dapatkan dengan suatu produk atau merek yang dapat mengubah mereka, lalu dalam

Penelitian kualitatif menurut William dikutip Moleong (2012, h.6) Berdasarkan teori tentang penelitian kualitatif tersebut, peneliti berkeyakinan untuk menggunakan metode

Dinas Pendidikan Dasar Bantul mempunyai permasalahan utama yaitu, kurangnya perencanaan dan tanpa memikirkan kunci utama dalam proses pengembangan sistem informasi yaitu