• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUDUL INDONESIA: UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA KELAS IV SDN 2 REJOSARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "JUDUL INDONESIA: UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA KELAS IV SDN 2 REJOSARI"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

STAD PADA KELAS IV SDN 2 REJOSARI Oleh

Dian Trisyanti 1013079191

Proses belajar mengajar di SD 2 Rejosari masih didominasi metode ceramah, akibatnya pembelajaran matematika menggunakan metode ceramah selalu didominasi oleh guru, siswa masih kurang diberikan waktu untuk aktif didalam pembelajaran. Tujuan penelitian ini berdasarkan latar belakang masalah adalah untuk Mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa menggunakan metode pembelajaran pemberian tugas dan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa menggunakan model STAD.

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus dibagi menjadi 2 kali pertemuan. Tiap pertemuan pertama diberi materi menggunakan model pembelajaran STAD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa. Hal ini dapat dilihat rata-rata aktivitas siswa dari siklus I dan Siklus II yang mengalami peningkatan.

Pada siklus I sebesar 53.33 dengan kategori ”kurang aktif”. Pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 62.44 dengan kategori ”cukup aktif”. Berdasarkan data tersebut aktivitas pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran STAD mengalami peningkatan yang berarti. Begitupun dengan rata-rata hasil belajar siswa terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 47.66 dengan kategori ”kurang baik ”. Pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 62.66 dengan kategori ”cukup baik ”. Berdasarkan data tersebut aktivitas pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran STAD mengalami peningkatan.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Moto

““Tidaklah sama orang berilmu dengan orang yang tak berilmu,

hanyalah orang-orang yang berakal yang mau menerima

(8)

ii SANWACANA

Segala puji hanya milik Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Uswatun Hasanah Nabi Muhammad SAW. serta kepada sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman.

Penelitian ini berjudul tentang “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar

Matematika Menggunakan Model Pembelajaran STAD Pada Kelas IV SDN 2 Rejosari Kecamatan Natar Lampung Selatan”. Tanpa bantuan, arahan, dan bimbingan berbagai pihak maka peneliti dapat menyelesaikan laporan penelitian tindakan kelas ini.

Dengan selesainya skripsi ini, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan 3. Dr. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD

4. Dra. Fitria Akhyar, M.Pd., selaku pembimbing, yang dengan sabar membimbing dan memberi petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.

(9)

iii 6. Bapak dan Ibu dosen berserta staf tata usaha jurusan Ilmu Pendidikan.

7. Seluruh dewan guru dan staf tata usaha SDN 2 Rejosari yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Rekan-rekan satu angkatan program Studi S1 PGSD yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Semoga Allah berkenan membalas budi baik yang telah diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat khususnya penulis dan pembaca umumnya.

Bandar Lampung, 2014 Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... 6

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Model STAD... 9

2.3 Aktivitas Belajar ... 10

2.4 Hasil Relajar ……… 12

2.5 Kerangka pikir ……… 14

2. 6 Hipótesis tindakan ……… 17

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ... 18

3.2 Subjek Penelitian ... 18

3.3Prosedur Kerja dalam Penelitian ... 18

3.4Instrumen Penelitian ... 21

3.5Sumber Data... 21

3.6Teknik Pengambilan Data ... 22

3.7 Teknik Analisis Data ... 22

3.8 Indikator Kinerja ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian……… 26

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel

(12)

1

BAB I . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur, berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif,sehat, mandiri, dan percaya diri; dan toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.

(13)

2

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu diberikan manusia mulai dari sekolah dasar dengan tujuan memberikan bekal ilmu pengetahuan agar berguna bagi kehidupan para peserta didik. Membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.

Keterampilan siswa didalam proses belajar menunjukan bahwa pembelajaran tersebut mampu menciptakan suasana belajar. Keterampilan siswa didalam belajar dapat berupa ketrampilan bertanya, berdiskusi, bekerjasama, memberikan pendapat, dan lain-lain. Oleh karena itu disetiap pembelajaran seorang guru mampu merancang sebuah perencanaan yang mampu membawa aktivitas siswa didalam pembelajaran. Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang menurut siswa masih sulit untuk dipahami. Maka tidak mengherankan jika pembelajaran matematika masih merupakan pelajaran yang enggan diikuti oleh sebagian siswa. Pembelajaran matematika yang kurang menarik dapat mungkin menjadi salah satu alasan mengapa siswa kurang berminat pada mata pelajaran ini.

(14)

3

bersama. Akibat kurang aktifnya siswa didalam pembelajaran berakibat hasil belajar matematika siswa masih banyak yang rendah.

Hasil wawancara guru kelas IV dengan para siswa SDN 2 Rejosari, terungkap bahwa pembelajaran matematika masih kurang menarik bagi siswa. Penyampaian materi matematika yang dirasakan sulit untuk siswa pahami, sehingga dalam menyelesaikan materi-materi matematika siswa masih bertanya kepada teman sebaya didalam kelasnya, sehingga waktu yang dipakai siswa terkadang tidak cukup untuk bertanya kepada teman sebayanya. Fakta tersebut menunjukan bahwa SDN 2 Rejosari, diperlukanya sebuah model yang dapat mengaktifkan siswa didalam pembelajaran.

Proses belajar mengajar tidak terlepas dari hasil belajar atau prestasi siswa. Prestasi belajar siswa yang tinggi menunjukkan berhasilnya kegiatan belajar mengajar dan sebaliknya prestasi belajar yang rendah menunjukkan bahwa tujuan yang diinginkan dalam proses belajar mengajar belum tercapai. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa, karena pembelajaran ini mementingkan kerjasama siswa yang berkemampuan heterogen didalam pembelajaran untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah penelitian ini adalah : 1) Metode pembelajaran ceramah masih mendominasi dalam penyampaian materi

(15)

4

2) Hasil belajar matematika siswa masih rendah yaitu 32 % tuntas dan 68 persen tidak tuntas, sebagian besar menunjukan hasil belajar siswa belum mencapai KKM sekolah yaitu 6.8.

3) Aktivitas siswa didalam pembelajaran masih belum menunjukan keaktifanya, sehingga berdampak terhadap hasil belajar siswa.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah ” 1) Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar matematika siswa pada materi

perkalian dan pembagian bilangan bulat menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di kelas IV SDN 2 Rejosari tahun pelajaran 2013/2014? 2) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar matematika siswa pada materi

perkalian dan pembagian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas IV SDN 2 Rejosari tahun pelajaran 2013/2014?

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat di kelas IV SD Negeri 2 Rejosari Kecamatan Natar.

1.5 Manfaat penelitian

(16)

5

1). Bagi siswa

a) Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi perkalian dan pembagian bilangan bulat

b) Meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi perkalian dan pembagian bilangan bulat

2). Bagi guru

a) Mengembangkan kreatifitas dan strategi dalam memotivasi belajar matematika siswa pada materi perkalian dan pembagian bilangan bulat. b) Mengetahui salah satu pemecahan masalah dalm pembelajaran matematika

sehingga terjadi perbaikan dan peningkatan efektifitas pembelajaran di kelas. 3). Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat memberikan masukan yang baik bagi sekolah untuk mengadakan pembaharuan, memajukan program sekolah pada umumnya kearah yang lebih baik, dan memberikan model pembelajaran yang efektif pada pembelajaran matematika di kelas.

4). Bagi peneliti

(17)

17

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Daus (2010) menjelaskan Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri yaitu :

1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama

2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah

3) jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut.

4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

Sedangkan masih menurut Daus (2010) bahwa Tujuan Pembelajaran Kooperatif yaitu

(18)

17

2) Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang.

3) Pengembangan keterampilan sosial, yaitu untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok.

Penjelasan di atas bahwa pembelajran kooperatif adalah pembelajaran yang mementingkan kerjasama didalam proses pembelajaran, kerjasama tersebut di bentuk dengan sebuah kelompok yang tiap individu siswa memiliki kemampuan yang heterogen. Dan penghargaan dengan kelompok yang memiliki kerjasama yang baik harus diberi sebuah penghargaan untuk memicu kelompok lain untuk tampil lebih baik.

Pada penelitian pembelajaran kooperatif yang berlandaskan pada psikologi behavioristik, menurut Slavin dalam Santyasa (2008) mengatakan, bahwa perilaku satu atau lebih anggota membawa berkah untuk kelompok. Kelompok bekerja berdasarkan dua aturan, yaitu aturan sebagai berikut.

1) pertama guru menawarkan penghargaan atau hukuman,

2) kedua anggota kelompok menerapkan penghargaan atau hukuman tersebut satu dengan yang lainnya.

(19)

17

Ciri-ciri khas pembelajaran kooperatif yang berlandaskan psikologi behavioristik (Jacobet al., 1996) dalam Santyasa (2008) adalah:

1) menekankan motivasi ekstrinsik,

2) tugas-tugas pada tataran kognitif rendah, 3) memandang semua pembelajar secara seragam,

4) Tidak menekankan sikap, prestasi belajar merupakan tujuan dan diukur dengan tes obyektif,

5) berorientasi pada hasil,

6) guru memutuskan apa yang akan dipelajari dan memberikan informasi untuk dipelajari oleh pebelajar.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa dikondisikan dalam satu kelas dibagi-bagi menjadi kelompok-kelompok beranggotakan 4-5 orang. Setiap kelompok harus heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya. Pebelajar saling membantu satu sama lain dalam rangka memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, dan melakukan diskusi.

Santyasa (2008), Langkah-langkah pembelajaran kolaboratif STAD adalah sebagai berikut.

1) Sebelum pebelajar berkumpul menurut kelompok STAD masing-masing, Guru menjelaskan ringkasan materi sekitar 10-15 menit.

(20)

17

3) Semua kelompok disuruh menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam LKS sampai tuntas untuk cakupan materi tertentu sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan. Masing-masing pebelajar berdiskusi dan saling bertukar pendapat untuk memformulasikan jawaban.

4) Salah seorang anggota kelompok bertugas menulis jawaban yang telah disepakati bersama.

5) Guru mengumpulkan laporan masing-masing kelompok.

6) Setidak-tidaknya setelah dua atau tiga LKS selesai dibahas, guru memberikan kuis satu

7) atau dua soal diambilkan dari LKS atau soal dibuat sendiri untuk alokasi waktu 8) Laporan pebelajar dikoreksi, dikomentari, dinilai, dikembalikan pada pertemuan

berikutnya, dan didiskusikan.

9) Hasil kuis dikoreksi dan dibuat daftar kemajuan yang dialami oleh pebelajar dalam kuis tersebut.

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Model STAD

Berdasarkan karakteristik sebuah model pembelajaran, memiliki kelebiha dan kekurangan. Kelebihan pembelajaran STAD adalah.

a) Pengelompokan siswa yang heterogen membuat kompetisis dikelas semakin hidup.

b) Kuis yang terdapat dilangkah pembelajaran membuat siswa lebih termotivasi. Adanya penghargaan dari guru membuat siswa lebih termotivasi.

(21)

17

Sedangkan kekurangan pembelajaran STAD ialah pembelajaran ini menggunakan waktu yang cukup lama dengan melihat tiga langkah STAD yang menguras waktu seperti penyajian materi, kerja kelompok, dan tes. Penggunaan waktu yang lebih lamadapat sedikit diminimalisir dengan menyediakan lembar kerja siswa sehingga siwa dapat bekerja efektif dan efisien (Andri Aka (2012)).

2.3 Aktivitas Belajar

Kurikulum berbasis kompetensi oleh Depdiknas, 2002 mendefinisikan:

Belajar merupakan aktivitas aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Itulah sebabnya aktivitas belajar perlu memberikan pengalaman nyata dalam hidup sehari-hari yang terkait dengan penerapan konsep, kaidah dan prinsip disiplin ilmu yang dipelajari.

Pernyataan pada kurikulum berbasis kompetensi oleh Depdiknas, belajar merupakan aktifitas. Aktivitas dalam hal membangun pemahaman agar siswa mampu mengambil keputusan berdasarkan apa yang dipahami. Pemahaman yang dipahami adalah yang memberikan efek dan akibat yang dapat dijadikan pengalaman oleh diri siswa.

belajar merupakan aktivitas siswa sebagai individu yang terus membangun makna dalam pembelajaran, karena itu guru hendaknya melakukan proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif sehingga siswa dapat mengetahui penerapan konsep, memahami kaidah, dan prinsip disiplin ilmu yang dipelajari.

(22)

17

merupakan faktor penting yang ikut menentukan keberhasilan siswa dalam memahami pelajaran. Dengan menciptakan keaktifan jasmani dan rohani siswa dapat menimbulkan suasana belajar sesungguhnya. Sesuai dengan pendapat Sardiman (2005 : 98) yang mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik (jasmani) dan mental (rohani). Hal ini berarti bahwa dalam kegiatan belajar ke dua aktivitas itu harus selalu berkait dalam diri siswa.

Hal ini juga didukung oleh Ahmadi dan Rohani (1995 : 6) yang menyatakan bahwa:

Aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota badan dan aktivitas psikis (kejiwaan) ialah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran.

Aktivitas fisik siswa dalam rangkaian pembelajaran adalah misalkan menyusun alat peraga, bekerja sama dengan teman sebaya, dan kegiatan lainya. Kegiatan-kegiatan belajar yang berhubungan dengan aktivitas siswa dikemukaakan oleh Dierich dalam (Hamalik:2001) membagi kegiatan belajar dalam kelompok aktivitas, ialah:

(1) Visual activities, misalnya: membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan. (2) Oral activities, misalnya: bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat dan diskusi. (3) Listening activities, misalnya: mendengarkan uraian, diskusi percakapan. (4) Writing activities, misalnya: menulis laporan, menyalin. (5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, diagram. (6) Motor activities, misalnya: melakukan percobaan. (7) Mental activities, misalnya: mengingat, menganalisa, mengambil keputusan. (8) Emotional activities, misalnya: gembira, berani, bergairah.

(23)

17

Hal ini didukung oleh Ahmadi dan Rohani (1995:6) yang menyatakan bahwa: Aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota badan dan aktivitas psikis (kejiwaan) ialah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran.

Aktivitas siswa sangat penting agar hasil belajar yang diperoleh siswa optimal, karena aktivitas siswa sangat menentukan hasil belajar siswa untuk meningkatkan pencapaian kompetensi belajar siswa.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menyebutkan seorang siswa aktif jika dia melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang relevan dengan materi pelajaran yang di sampaikan. Siswa yang aktif bisa dinilai dari kemampuannya mengemukakan pendapat, interaksinya dengan guru atau siswa lain, menjawab pertanyaan guru, mengikuti, dan memahami petunjuk guru.

Pembelajaran matemátika ataupun pembelajaran dalam kehidupan seharí-hari siswa dikatakan aktif jika siswa melakukan kegiatan didalam kelas yang berhubungan dengan pelajaran yang disampaikan. Keaktifan siswa tersebut misalkan interaksi dengan guru mata pelajaran, mengajukan pertanyaan, dan mendiskusikan persoalan-persoalan dalam pembelajaran.

2.4 Hasil Belajar

(24)

17

Abdurrahman (1999: 37) menyatakan:

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Hal ini berarti hasil belajar diperoleh setelah melakukan kegiatan pembelajaran.

Menurut Dimyati (1999: 200):

Hasil belajar merupakan hasil proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Dengan tujuan mengetahui tingkat keberhasilan yang ditandai dengan huruf atau kata atau simbol yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah laku siswa dari yang tidak tahu menjadi tahu tentang materi yang telah diberikan. Hasil belajar tersebut kemudian disimbolkan dengan pengukuran. Pengukuran hasil belajar tersebut ditandai dengan huruf atau angka yang dapat menunjukan baik, sedang atau buruk dari hasil belajar siswa.

Menurut Ahmadi (1990: 35) menyatakan bahwa “Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada setiap nilai mengikuti tes”. Pendapat ini setiap hasil belajar adalah bentuk dari hasil pembelajaran yang diikuti oleh siswa berupa tes. Tes tersebut untuk menunjukan sejauh mana hasil belajar siswa akibat dari mengikuti pemnbelajaran yang telah diberikan.

(25)

17

dan cita-cita. Hasil belajar tersebut dapat di tentukan semua dari aktifitas belajar siswa didalam proses pembelajaran.

Aspek kognitif berkenaan dengan prilaku yang berhubungan dengan berpikir , mengetahui dan memecahkan masalah. Dalam Nana (2010) aspek kognitif memiliki enam tingkatan sebagai berikut.

a. Remember (mengingat), yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang.

b. Understand (Memahami), yaitu menentukan makna dari pesan dalam pelajaran-pelajaran meliputi oral, tertulis ataupun grafik.

c. Apply(menerapkan), yaitu mengambil atau menggunakan suatu prosedur tertentu bergantung situasi yang dihadapi.

d. Analyze (menganalisa), yaitu memecah-mecah materi hingga ke bagian yang lebih kecil dan mendeteksi bagian apa yang berhubungan satu sama lain menuju satu struktur atau maksud tertentu.

e. Evaluate (mengevaluasi), yaitu membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar.

f. Create(menciptakan), yaitu menyusun elemen-elemen untuk membentuk sesuatu yang berbeda atau mempuat produk original.

Berdasarkan pendapat di atas aspek kognitif siswa yang menceritakan hasil belajar adalah mengingat, memahami, menerapkan, menganalisa, evaluasi, dan menciptakan. Tingakatan tersebut biasanya termaktub didalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar.

.

2.4 Kerangka pikir

(26)

17

(27)

17

Gambar I. Kerangka pikir penelitian tindakan kelas Guru memberika langkah

pembelajaran kepada siswa sebagai berikut :

1) Membagi siswa dalam kelompok 2) Guru memperkenalkan model 5) Guru mengomentari hasil dari

tugas-tugas siswa.

Tes siklus I dan siklus II

(28)

17

2. 5 Hipotesis tindakan

(29)

25

III. METODE PENELITIAN

3. 1 Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini, Peneliti mengadakan penelitian di kelas IV SDN 2 Rejosari Kecamatan Natar Lampung Selatan.

3. 2 Subjek Penelitian

Pihak yang terlibat dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas kelas IV SDN 2 Rejosari pada tahun pelajaran 2013 / 2014 dengan jumlah siswa 15 terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 11 siswa prempuan dan satu guru pamong sebagai observer.

3. 3 Prosedur Kerja dalam Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dalam 2 siklus yaitu Siklus I dan Siklus II. Setiap siklus meliputi 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Tahapan–tahapan tersebut adalah :

1. Siklus I a. Perencanaan

1) Guru menyiapkan silabus dan rencana perbaikan pembelajaran (RPP) pada materi perkalian dan pembagian bilangan bulat.

(30)

25

4) Guru menyiapkan lembar pengamatan untuk siswa. 5) Guru menyiapkan alat evaluasi untuk siklus I.

b. Pelaksanaan

1) Guru memberi apersepsi dan motivasi dengan tanya jawab.

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah – langkah pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan.

3) Guru membagi siswa dalam kelompok–kelompok. 4) Guru membagi lembar (LKS)

5) Guru menjelaskan cara mengisi LKS

6) Guru mengevaluasi jalannya kerja kelompok

7) Guru membimbing siswa dalam merepresentasikan hasil diskusinya. 8) Guru bersama siswa membahas soal yang dikerjakan kelompok. 9) Guru memberi pengamatan.

10) Guru memberi soal evaluasi tentang materi yang telah diberikan. 11) Guru menutup pelajaran.

c. Pengamatan

1) Peneliti mengamati kegiatan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. 2) Secara individual kemampuan siswa diamati dalam menyelesaikan soal. 3) Secara keseluruhan mengamati prestasi siswa dan tugas yang diberikan. d. Refleksi

1) Guru mengevaluasi semua kegiatan siswa pada siklus yang sudah berjalan untuk memperbaiki kegiatan pada siklus berikutnya.

2) Guru bersama pengamat mengevaluasi dan menganalisis kekurangan –

(31)

25

2. Siklus II

Pada dasarnya, kegiatan yang dilakukan pada siklus II sama dengan pada siklus I. Kegiatan pada siklus II memperbaiki semua kekurangan pada siklus I, dengan melihat refleksi pada siklus I. Materi pada siklus II melanjutkan materi pada siklus I.

a. Perencanaan

1) Guru menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan pokok bahasan bilangan bulat

2) Guru merencanakan metode yang sesuai dengan pokok bahasan bilangan bulat 4) Guru menyiapkan lembar kerja yang sesuai dengan pokok bahasan (LKS). 5) Guru menyiapkan lembar pengamatan untuk siswa

6) Guru menyiapkan alat evaluasi untuk siklus I.

b. Pelaksanaan

1) Guru memberi apersepsi dan motivasi dengan tanya jawab.

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah–langkah pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan.

3) Guru membagi siswa dalam kelompok–kelompok. 4) Guru membagi lembar (LKS)

5) Guru menjelaskan cara mengisi LKS

6) Guru mengevaluasi jalannya kerja kelompok

7) Guru membimbing siswa dalam merepresentasikan hasil diskusinya. 8) Guru bersama siswa membahas soal yang dikerjakan kelompok. 9) Guru memberi pengamatan.

(32)

25

11) Guru menutup pelajaran. c. Pelaksanaan

1) Peneliti mengamati kegaiatan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. 2) Secara individual kemampuan siswa diamati dalam menyelesaikan soal. 3) Secara keseluruhan mengamati prestasi siswa dan tugas yang diberikan.

d. Refleksi

1) Guru mengevaluasi semua kegiatan siswa pada siklus I yang sudah berjalan untuk memperbaiki kegiatan pada siklus berikutnya.

2) Guru bersama pengamat mengevaluasi dan menganalisis kekurangan–

kekurangan pada siklus I dan II.

3. 4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Lembar Kerja Kelompok (LKK)

Lembar kerja kelompok digunakan untuk membantu guru dalam

proses pembelajaran, terutama untuk kegiatan yang bersifat eksperimen. 3. Lembar observasi aktivitas siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berupa seluruh kegiatan dan aktualisasi yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

5. Lembar tes tertulis evaluasi belajar siklus 1 dan 2

3.5 Sumber Data

(33)

25

belajar didapat dari kegiatan siswa didalam kelas yang kemudian dinilai oleh guru teman sejawat dan saat berlangsung proses pembelajaran.

3.6 Teknik Pengambilan Data Data penelitian ini terdiri dari:

1. Data kualitatif

Data kualitatif pada penelitian ini berupa:

Data aktivitas siswa diambil melalui lembar observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Data kuantitatif

Data ini berupa hasil tes belajar siswa yang meliputi data kognitif yang diperoleh dari pemberian tes pada setiap akhir siklus.

3. 7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah : 1. Analisis Aktivitas Siswa

(34)

25

Tabel 3. 1. Analisis Aktivitas Siswa

No Nama Siswa

Proses analisis untuk data aktivitas siswa adalah sebagai berikut.

a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah skor dari setiap aspek aktivitas.

b) Persentase setiap siswa diperoleh dengan rumus:

%

c) Nilai aktivitas setiap siswa = % aktivitas (dihilangkan %nya) d) Nilai rata-rata aktivitas siswa diperoleh dengan rumus

Nilai rata-rata =

(35)

25

Bila 59,4 nilai siswa < 75,6 maka dikategorikan cukup aktif. Bila nilai siswa < 59,4 maka dikategorikan kurang aktif.

2. Data tes hasil belajar siswa

Data hasil belajar siswa berupa soal tes kemampuan hasil belajar yang berbentuk pilihan ganda yang diambil tiap akhir siklus pembelajaran.

Tabel 3.2. Analisis Tes Hasil Belajar

Proses analisis untuk hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

a. Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap soal.

b. Persentase pencapaian hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

%

c. Nilai hasil belajar siswa adalah:

Nilai hasil belajar siswa per tes = % Hasil belajar siswa (dihilangkan % nya). d. Nilai rata-rata hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

siswa

e. Ketuntasan hasil belajar berdasarkan pada Kriteria Ketuntasan Minimum pada SDN 2 Rejosari yaitu:

(36)

25

Bila nilai siswa  60, maka dikatagorikan tuntas (T), Bila nilai siswa < 60, maka dikatagorikan belum tuntas (BT). Untuk kategori nilai rata-rata hasil belajar menggunakan Arikunto (2001: 245) yaitu:

Bila nilai siswa  66, maka dikategorikan baik. Bila 55  nilai siswa < 66 maka dikategorikan cukup baik. Bila nilai siswa < 55 maka dikategorikan kurang baik.

3.8 Indikator Kinerja

Indikator kinerja pada penelitian ini yaitu adanya:

1) Peningkatan aktivitas belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

(37)

41

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan pada penelitian ini adalah :

1. Aktivitas siswa dari siklus ke siklus. Pada siklus I sebesar 53.33 dengan

kategori ”kurang aktif”. Pada siklus II mengalami peningkatan menjadi

62.44 dengan kategori ”cukup aktif”. Berdasarkan data tersebut aktivitas pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran STAD mengalami peningkatan yang berarti.

2. Hasil belajar siswa dari siklus ke siklus. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 47.66dengan kategori ”kurang baik ”. Pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 62.66 dengan kategori ”cukup baik ”. Berdasarkan data tersebut aktivitas pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran STAD mengalami peningkatan.

B. Saran

(38)

41 1. Bagi Sekolah

Penerapan model pembelajaran STAD sebelum menyiapkan pembelajaran sebaiknya alat dan bahan yang akan digunakan pada proses pembelajaran mudah didapat di lingkungan sekitar siswa. 2. Bagi Guru

a) proses pembelajaran difokuskan terlebih dahulu pada aktivitas siswa dalam kegiatan di kelas.

b) Memberi teguran yang tegas kepada siswa yang tidak focus atau kurang dalam aktivitas pembelajaran.

3. Bagi Peneliti

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 1999.Metode Pembelajaran tindakan kelas.Grafindo. Jakarta A. M Sardiman.2005.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Raya Grafindo

persada.224 Hal.Jakarta.

Andri Aka, Kukuh. 2012. Kelebihan Dan Kelamahan Model STAD. http://belajarpendidikanku.blogspot.com. Diakses pada tanggal 27 januari 2014.

Arikunto, Suharsimi. 2001.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Bumi Aksara. Jakarta.

Daus. 2010. Model Pembelajarn KooPeratif. www. Google.com-blog- Daus. Diakses pada 07 Maret 2011

Departeman Pendidikan nasional. 2008. Penilaian Hasil Belajar . Direktorat tenaga kependidikan Direktorat jenderal Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Dep. Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain. 2006.Eds Revisi : Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Hamalik,Oemar.2001.Proses Belajar Mengajar Bumi.Aksara.Jakarta.

Nana, Kim.2010. Revisi Taksonomi Bloom http:// catatannana.blogspot.com/ 2010/12/revisi- taksonomi-bloom.html.diakses pada tanggal 19 Oktober 2013.

(40)

Santyasa, wayan. 2008. Pembelajaran berbasis masalah dan Pembelajaran kooperatif. Disajikan dalam Pelatihan tentang Pembelajaran dan Asesmen Inovatif bagi Guru-Guru Sekolah Menengah di Kecamatan Nusa Penida, tanggal 22, 23, dan 24 Agustus 2008 di Nusa Penida

Sardiman, A.M. 2004.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Slameto. 2003.Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester. Bumi Aksara. Jakarta.

Gambar

Gambar I. Kerangka pikir penelitian tindakan kelas
Tabel 3. 1. Analisis Aktivitas Siswa
Tabel 3.2. Analisis Tes Hasil Belajar

Referensi

Dokumen terkait

Ketidaksiapan pemerintah dalam segi infrastruktur tersebut mempengaruhi kunjungan wisatawan yang ada. Seharusnya pemerintah memperhatikan terlebih dahulu

Piring Keramik digunakan sebagai bekal kubur oleh masyarakat Napan Wainami, proses ini dilakukan dalam suatu ritus penguburan yang ditandai dengan memecahkan piring keramik

LAMPIRAN 1 Data Biaya Aktual Distribusi Unit Sepeda Motor Jabodetabek LAMPIRAN 2 Data Permintaan Selama 1 Bulan di Zona Jakarta Pusat LAMPIRAN 3 Data Permintaan Selama 1 Bulan

Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis kondisi populasi dan ekologi Rafflesia patma di Leuweung Cipeucang kawasan Geopark Ciletuh Sukabumi.. Pengumpulan data

Mengetahui gambaran sitologi kanker payudara melalui pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus dengan pewarnaan Diff-Quik yang selanjutnya dilakukan pemeriksaan dengan

KTP, sensor infra merah yang digunakan sebagai pendeteksi pintu mobil, ATMega 16 untuk mengolah masukan dari RFID reader dan sensor infra merah, LCD untuk

Berikut merupakan tombol- tombol menu utama pada media pembelajaran Interaktif IPA Mengenal Tubuh kita antara lain : Bagian Tubuh dan Fungsinya, Bagaimana cara merawat bagian

Berdasarkan temuan penelitian, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut : (1) kepuasan konsumen Pasar Agung perlu ditingkatkan dengan cara mengoptimalkan indikator