• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Diskriminan Ukuran Tubuh Betina pada Domba Ekor Tipis Batur Wonosobo dan Garut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Diskriminan Ukuran Tubuh Betina pada Domba Ekor Tipis Batur Wonosobo dan Garut"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DISKRIMINAN UKURAN TUBUH BETINA PADA

DOMBA EKOR TIPIS BATUR WONOSOBO

DAN GARUT

MUHAMMAD IRVANDRI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Diskriminan Ukuran Tubuh Betina pada Domba Ekor Tipis Batur Wonosobo dan Garut adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

(4)

ABSTRAK

MUHAMMAD IRVANDRI. Analisis Diskriminan Ukuran Tubuh Betina pada Domba Ekor Tipis Batur Wonosobo dan Garut. Dibimbing oleh RINI HERLINA MULYONO dan M. BAIHAQI.

Tujuan penelitian adalah mengevaluasi perbedaan karakteristik morfometrik betina Domba Ekor Tipis (DET), Domba Batur (Dombat), Domba Wonosobo (Dombos) dan Garut. Jumlah domba yang diamati sebanyak 79 ekor dengan variabel yang diukur adalah tinggi pundak, tinggi pinggul, panjang badan, lebar dada, dalam dada, lebar pinggul, lebar kelangkang, panjang kelangkang, panjang metatarsus, panjang metacarpus dan lingkar kanon. Data yang didapat dianalisis dengan statistik T2-Hotelling, analisis diskriminan Fisher, Wald-Anderson dan Jarak minimum D2-Mahalanobis. Variabel pembeda lingkar kanon ditemukan pada kelompok Dombat vs Garut Pedaging, tinggi pundak dan lingkar kanon antara Dombat vs Garut Tangkas, lebar pinggul antara Dombat vs Dombos dan Dombos vs Garut Pedaging, panjang badan antara DET vs Dombat, tinggi pundak antara DET vs Garut Pedaging dan antara DET vs Garut Tangkas, panjang badan, lebar dada, lebar pinggul, lebar kelangkang dan panjang badan antara DET vs Dombos. Jarak ketidakserupaan morfometrik antara kelompok Dombat dan Garut Pedaging sebesar 4.058, Dombat dan Garut Tangkas 2.278, DET dan Dombat 3.950, DET dan Garut Pedaging 2.758, DET dan Garut Tangkas 2.921, DET dan Dombos 4.748, Dombos dan Garut Pedaging 2.204. DET membentuk kelompok terpisah dari domba lain, Dombat memisah dari kelompok Dombos dan Garut. Dombos membentuk kelompok bersama dengan domba Garut. Garut Tangkas dan Pedaging tidak memisah karena merupakan satu kelompok yaitu kelompok domba Garut.

Kata kunci: analisis diskriminan, domba betina, variabel pembeda ukuran

ABSTRACT

MUHAMMAD IRVANDRI. Discriminant analysis of body size of Thin Tailed Batur Wonosobo and Garut ewes. Supervised by RINI HERLINA MULYONO and M. BAIHAQI

(5)

was hip width. Unsimilarity distance between Batur and Garut meat ewes, type was 4.058, Batur and Garut fighting type was 2.278, Thin-Tailed and Batur was 3.950, Thin-Tailed and Garut meat type was 2.758, Thin-Tailed and Garut fighting type was 2.921, Thin-Tailed and Wonosobo was 4.748, Wonosobo and Garut meat type was 2.204. Thin-Tailed was separated from the others. Wonosobo formed a group together with Garut. Garut fighting and meat types was not separated because it was a group of Garut Sheep. Garut and Wonosobo formed one group that separated from Batur.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

ANALISIS DISKRIMINAN UKURAN TUBUH BETINA PADA

DOMBA EKOR TIPIS BATUR WONOSOBO

DAN GARUT

MUHAMMAD IRVANDRI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)

Judul Skripsi : Analisis Diskriminan Ukuran Tubuh Betina pada Domba Ekor Tipis Batur Wonosobo dan Garut

Nama : Muhammad Irvandri NIM : D14090053

Disetujui oleh

Ir Rini Herlina Mulyono, Msi Pembimbing I

M. Baihaqi, SPt MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc Ketua Departemen

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis haturkan kepada Allah SAW atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini diselesaikan.Terima kasih Penulis ucapkan kepada Ir. Rini Herlina Mulyono, MSi dan M. Baihaqi, SPt MSc sebagai pembimbing skripsi ini, Ir Lucia Cyrilla ESND, MSi, Asep Tata Permana, STP MSc sebagai penguji dan Dr Ir Sri Darwati, MSi sebagai panitia ujian skripsi saya. Penghargaan Penulis sampaikan kepada Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Batur, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Wonosobo, Dinas Peternakan Garut, Kelompok Tani Mandiri, Rimba Berkarya, Dombos Indah yang telah membantu dalam pengumpulan data.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda Yasri (alm.), Ibunda Yasni Ilyas, mamanda Alwis Ilyas, SH, Syahbirin Ilyas, mande Maasna Ilyas, Maasni Ilyas, kakanda Eri Febriko, SE SH, Rahmini Ikhvariza SH Mkn, Idriadi dan Mitzia Turahmah SE yang tidak akan bisa penulis balas kebaikannya. Terimakasih kepada Himmatul Khasanah, Nuris, Rani yang telah membantu dalam penelitian saya. Semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan yang berlipat, baik didunia maupun di akhirat. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 1

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Bahan 2

Peralatan 2

Prosedur 2

Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Hasil Statistik Deskriptif 5

Hasil Statistik T2-Hotelling Analisis Diskriminan Fisher Penggolongan

Wald-Anderson Jarak Ketidakserupaan 6

Morfometrik dan Dendogram 6

Kelompok Dombat vs Garut Pedaging 6

Kelompok Dombat vs Garut Tangkas 7

Kelompok Dombat vs Dombos 8

Kelompok Dombat vs Domba Ekor Tipis 8

Kelompok Domba Ekor Tipis vs Dombos 9

Kelompok Domba Ekor Tipis vs Garut Tangkas 10

Kelompok Dombos vs Garut Pedaging 11

Kelompok Domba Ekor Tipis vs Garut Pedaging 12 Rekapitulasi Hasil Analisis Berdasarkan Fungsi Diskriminan Fisher Wald-Anderson dan Jarak Minimum D2-Mahalanobis 13

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17

(13)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah domba betina penelitian 2

2 Hasil statistik deskriptif variabel-variabel ukuran permukaan tubuh

domba penelitian 5

3 Koefisien korelasi antara fungsi diskriminan dan masing-masing variabel ukuran tubuh betina pada Dombat dan Garut Pedaging 6 4 Penggolongan skor individu betina pada Dombat dengan Garut

Pedaging berdasarkan kriteria Wald-Anderson 6

5 Koefisien korelasi antara fungsi diskriminan dan masing-masing variabel ukuran tubuh betina pada Dombat dan Garut Tangkas 7 6 Penggolongan data individu betina pada Dombat vs Garut Tangkas

berdasarkan kriteria Wald-Anderson 7

7 Koefisien korelasi antara fungsi diskriminan dan masing-masing variabel ukuran tubuh betina pada Dombat dan Dombos 8 8 Penggolongan data individu betina pada Dombat vs Dombos

berdasarkan kriteria Wald-Anderson 8

9 Koefisien korelasi antara fungsi diskriminan dan masing-masing variabel ukuran tubuh betina pada Dombat dan DET 9 10 Penggolongan data individu betina pada Dombat vs DET berdasarkan

kriteria Wald-Anderson 9

11 Koefisien korelasi antara fungsi diskriminan dan masing-masing variabel ukuran tubuh betina pada DET dan Dombos 10 12 Penggolongan data individu betina pada DET vs Dombos berdasarkan

kriteria Wald-Anderson 10

13 Koefisien korelasi antara fungsi diskriminan dan masing-masing variabel ukuran tubuh betina pada DET dan Garut Tangkas 11 14 Penggolongan data individu betina pada DET vs Garut Tangkas

berdasarkan kriteria Wald-Anderson 11

15 Koefisien korelasi antara fungsi diskriminan dan masing-masing variabel ukuran tubuh betina pada Dombos dan Garut Pedaging 12 16 Penggolongan data individu betina pada Dombos vs Garut Pedaging

berdasarkan kriteria Wald-Anderson 12

17 Koefisien korelasi antara fungsi diskriminan dan masing-masing variabel ukuran tubuh betina pada DET dan Garut Pedaging 13 18 Penggolongan data individu betina pada DET vs Garut Pedaging

berdasarkan kriteria Wald-Anderson 13

19 Rekapitulasi jarak minimum D2-Mahalanobis pada domba penelitian

(diakarkan) 14

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dombos kependekan dari domba Wonosobo merupakan domba peranakan Texel yang berkembang baik di Kabupaten Wonosobo (Kementrian Pertanian 2011a). Dombat kependekan dari domba Batur merupakan domba peranakan Merino dan Suffolk yang berkembang baik di Kabupaten Batur (Kementrian Pertanian 2011b). Domba Garut (Priangan) merupakan domba peranakan Merino dan Kaapstad yang telah beradaptasi baik dengan lingkungan Garut. Domba Garut dibedakan menjadi Garut Tangkas dan Pedaging (Muliadi 1996). Domba ekor tipis (DET) merupakan domba asli yang memiliki produktivitas rendah tetapi daya adaptasi tinggi (Davendra 1982). Domba ekor tipis (DET) yang diamati berasal dari kecamatan jonggol, Kabupaten Bogor.

Masing-masing galur domba lokal tersebut memiliki karakteristik morfometrik untuk mempertahankan eksistensi. Variabel pembeda ukuran tubuh antara kelima galur domba tersebut merupakan hasil dari seleksi pada masing-masing galur domba. Jarak ketidakserupaan morfometrik tubuh antara kelima galur domba tersebut mengarahkan kepada pengelompokan domba yang divisualisasikan dalam bentuk dendogram.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan variabel pembeda antara betina domba ekor tipis, dombat, dombos, garut tangkas, dan garut pedaging. Mengelompokan kelima galur domba tersebut berdasarkan dendogram.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan domba ekor tipis, domba batur, domba wonosobo, garut tangkas dan garut pedaging betina umur 1.5-2 tahun (I2).

Pengamatan pada tinggi pundak (X1), tinggi pinggul (X2), panjang badan (X3),

lebar dada (X4), dalam dada (X5), lebar pinggul (X6), lebar kelangkang (X7),

panjang kelangkang (X8), lingkar kanon (X9), panjang metatarsus (X10), panjang

metacarpus (X11). Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Jonggol Kabupaten

(15)

2

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Januari-Pebruari 2013. Dilaksanakan di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) Fakultas Peternakan IPB Jonggol Kabupaten Bogor, Kejajar Kabupaten Wonosobo, Batur Kabupaten Banjarnegara dan Wanaraja Kabupaten Garut.

Bahan

Ternak yang digunakan adalah domba betina yang terdiri atas DET, Dombat, Dombos dan domba Garut (Tangkas dan Pedaging) umur 1.5-2.0 tahun Tabel 1 menyajikan rincian jumlah domba penelitian.

Tabel 1 Jumlah domba betina penelitian

Galur Jumlah (ekor)

DET 15

Dombat 16

Dombos 17

Garut Tangkas 16

Garut Pedaging 15

Total 79

Peralatan

Peralatan terdiri atas tongkat ukur, kaliper pita ukur, alat tulis, lembar data, kalkulator, komputer, kamera digital, sepatu boots dan warepack. Pengolahan data menggunakan software MINITAB 16 dan MEGA 4.

Prosedur

Data diperoleh dengan cara mengukur domba menurut metode pengukuran morfometrik pada sapi di Jepang yaitu Wagyu Cattle Registry Association pada tahun 1979 (Amano et al. 1981). Tinggi pundak (X1) diukur dari jarak tertinggi

pundak sampai permukaan tanah, tinggi pinggul (X2) dari jarak tertinggi

pinggul sampai permukaan tanah, panjang badan (X3) dari jarak garis lurus tepi

tulang processus spinosus sampai os ischium, lebar dada (X4) antara penonjolan

sendi bahu (os scapula) kanan dan kiri, dalam dada (X5) dari jarak antara titik

tertinggi pundak dan tulang dada, lebar pinggul (X6) dari jarak antara sendi

pinggul kanan dan kiri, lebar kelangkang (X7) dari jarak antara sisi luar sudut

pangkal paha kanan dan kiri, panjang kelangkang (X8) dari jarak antara muka

(16)

3 melingkar di ujung tulang pipa kaki depan sebelah kiri, panjang metatarsus (X10)

dari jarak antara tarsus sampai lingkar kanon, panjang metacarpus (X11) dari

jarak antara carpus sampai lingkar kanon. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis deskriptif (Walpole 1993), dilanjutkan dengan statistik T2-Hotelling untuk membedakan data ukuran-ukuran permukaan tubuh antara galur domba penelitian (Gaspersz 1992) dengan rumus berikut:

T2= n1n2

Akan berdistribusi dengan derajat bebas

�1= p dan �2 = �1 + �2 – p – 1 p = banyaknya peubah yang diamati

��−1 = invers matriks kovarian (SG)

x1 = vektor nilai rataan variabel acak kelompok pertama x2 = vektor nilai rataan variabel acak kelompok kedua

Hipotesis dalam pengujian tersebut adalah sebagai berikut:

H0 : U1 = U2 : berarti bahwa vektor nilai rataan kelompok pertama sama

dengan kelompok kedua

H1 : U1 ≠ U2 : berarti bahwa kedua vektor nilai rataan berbeda dari

keseluruhan kelompok domba

Analisis diskriminan digunakan untuk menentukan variabel pembeda antara galur domba penelitian dan digunakan sebagai kriteria pengelompokan apabila hasil statistik T2-Hotelling berbeda (Gaspersz 1992). Rumus fungsi diskriminan linear Fisher sebagai berikut:

Y = a ʹX = (�1-�2) ʹSG-1X

Keterangan:

a = vektor koefisien pembobot fungsi diskriminan X = vektor variabel acak model fungsi diskriminan

�1 = vektor nilai rata-rata variabel acak kelompok pertama

(17)

4

Penggolongan Wald-Anderson dilakukan dengan kriteria sebagai berikut: W = �ʹ�−1(�1- �2) - ½ (�1+ �2)ʹ�−1 (�1- �2)

Keterangan:

W = nilai uji statistik Wald-Anderson

�′ = vektor variabel acak individu

��−1 = invers matriks gabungan

�1 = vektor nilai rataan variabel acak dari populasi domba kesatu

�2 = vektor nilai rataan variabel acak dari populasi domba kedua

Kriteria penggolongan berdasarkan statistik W adalah: 1. Pengalokasian � ke kelompok pertama jika W>0 2. Pengalokasian � ke kelompok kedua jika W≤ 0

Jarak ketidakserupaan morfometrik antara dua kelompok bangsa domba dihitung berdasarkan Gaspersz (1992), dengan rumus sebagai berikut:

Dk2 = (�1- �2)ʹ�−1 (�1- �2)

Keterangan: Dk

2

= Jarak Mahalanobis

�1 = vektor nilai rataan variabel acak dari populasi domba kesatu

�2 = vektor nilai rataan variabel acak dari populasi domba kedua

(18)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Statistik Deskriptif

Hasil analisis deskriptif disajikan pada Tabel 2. Panjang badan, dalam dada, tinggi pundak dan pinggul, lebar dada dan pinggul, panjang dan lebar kelangkang merupakan variabel yang dijadikan patokan peternak dalam menyeleksi ke arah bobot badan. Hasil penelitian Yamin et al. (2011) menyatakan korelasi positif ditemukan antara variabel tersebut terhadap bobot badan. Secara umum Dombos memiliki ukuran tubuh terbesar.

Tabel 2 Hasil statistik deskriptif variabel-variabel ukuran permukaan tubuh domba penelitian

Tinggi pundak 56.28±3.40 (6.03%)

Tinggi pinggul 59.07±2.65 (4.49%)

Panjang badan 55.91±2.48 (4.43%)

Lebar dada 14.20±1.56

(10.96)

Dalam dada 26.57±0.82 (3.10%)

Lebar pinggul 15.67±1.76 (11.23%) Lingkar kanon 10.29±0.61

(5.93%)

(19)

6

Hasil Statistik T2-Hotelling Analisis Diskriminan Fisher Penggolongan Wald-Anderson Jarak Ketidakserupaan

Morfometrik dan Dendogram

Hasil statistik T2-Hotelling menunjukkan perbedaan ukuran-ukuran tubuh yang sangat nyata (P<0.01) antara dombat vs garut pedaging, dombat vs garut tangkas dan dombat vs dombos. Fungsi diskriminan Fisher dan penggolongan Wald-Anderson serta jarak minimum D2-Mahalanobis, dapat ditentukan kemudian. Berikut ini hasil analisis disajikan terlebih dahulu untuk kemudian dibahas.

Kelompok Dombat vs Garut Pedaging

Variabel pembeda antara betina pada dombat vs garut pedaging adalah lingkar kanon (Tabel 3). Hasil penggolongan Wald-Anderson (Tabel 4) menunjukkan 9 ekor Dombat memiliki skor Garut Pedaging dengan persentasi Tabel 3 Koefisien korelasi antara fungsi diskriminan dan masing-masing variabel

ukuran tubuh betina pada dombat dan garut pedaging

Variabel Koefisien Korelasi Selang Kepercayaan 95%

Tinggi Pundak −0.26671) tn

Panjang Kelangkang −0.02701) tn

Panjang Metacarpus −0.10841) tn

Panjang Metatarpus −0.26351) tn

Lingkar Kanon 0.99942) *

Fungsi Diskriminan Fisher Y= 4.0729X11

Ket: tn = tidak nyata (P>0.05), * = nyata (P<0.05), 1) adalah hasil pengolahan pertama variabel pembeda, 2) adalah hasil pengolahan kedua penentuan variabel pembeda.

Tabel 4 Penggolongan skor individu betina pada dombat dengan garut pedaging berdasarkan kriteria Wald-Anderson

Kelompok aktual Penggolongan Domba % Koreksi Dombat Garut Pedaging

Ekor

(20)

7 koreksi total 70.11%. Jarak ketidakserupaan morfometrik D2-Mahalanobis antara betina pada kedua kelompok 4.058.

Kelompok Dombat vs Garut Tangkas

Tabel 5 menyajikan koefisien korelasi antara fungsi diskriminan dan masing-masing variabel yang diamati. Tinggi pundak dan lingkar kanon merupakan variabel pembeda. Hasil penggolongan data individu betina dombat vs garut tangkas betina disajikan pada Tabel 6.

Tabel 5 Koefisien korelasi antara fungsi diskriminan dan masing-masing variabel ukuran tubuh betina pada dombat dan garut tangkas

Variabel Koefisien Korelasi Selang Kepercayaan 95%

Tinggi Pundak −0.6192) *

Panjang Kelangkang −0.0901) tn

Panjang Metacarpus −0.2291) tn

Panjang Metatarpus 0.2931) tn

Lingkar Kanon 0.7422) *

Fungsi Diskriminan Fisher Y= −0.660117X1 + 2.47258X11

Ket: tn = tidak nyata (P>0.05); * = nyata (P<0.05) 1) adalah hasil pengolahan pertama variabel pembeda; 2) adalah hasil pengolahan kedua penentuan variabel pembeda.

Sebanyak 1 skor domba garut tangkas memiliki skor dombat dengan faktor koreksi total 96.75%. Jarak ketidakserupaan minimum D2-Mahalanobis antara betina pada dombat vs garut tangkas diperoleh sebesar 3.596.

Tabel 6 Penggolongan data individu betina pada dombat vs garut tangkas berdasarkan kriteria Wald-Anderson

Kelompok aktual Penggolongan Domba % Koreksi Dombat Garut Tangkas

Ekor

(21)

8

Kelompok Dombat vs Dombos

Lebar pinggul merupakan variabel pembeda antara dombat dan dombos (Tabel 7). Hasil penggolongan Wald-Anderson data individu betina pada dombat vs dombos disajikan pada Tabel 8. Sebanyak 1 ekor dombat digolongkan ke dalam kelompok dombos dengan faktor koreksi total 96.75%. Jarak ketidakserupaan minimum D2-Mahalanobis antara betina pada dombat vs dombos diperoleh sebesar 2.278.

Tabel 7 Koefisien korelasi antara fungsi diskriminan dan masing-masing variabel ukuran tubuh betina pada dombat dan dombos

Variabel Koefisien Korelasi Selang Kepercayaan 95%

Tinggi Pundak −0.1811) tn

Panjang Kelangkang 0.3261) tn

Panjang Metacarpus 0.0631) tn

Panjang Metatarpus 0.0171) tn

Lingkar Kanon 0.3361) tn

Fungsi Diskriminan Fisher Y= −1.5534X6

Ket: tn = tidak nyata (P>0.05); * = nyata (P<0.05) 1) adalah hasil pengolahan pertama variabel pembeda; 2) adalah hasil pengolahan kedua penentuan variabel pembeda.

Tabel 8 Penggolongan data individu betina pada dombat vs dombos berdasarkan kriteria Wald-Anderson

Kelompok aktual Penggolongan Domba % Koreksi

Dombat Dombos

Ket: n adalah jumlah sampel (ekor).

Kelompok Dombat vs Domba Ekor Tipis

(22)

Wald-9 Anderson menunjukkan tidak ditemukan sebuah skor datapun yang dimiliki sama. Jarak ketidakserupaan morfometrik minimum D2-Mahalanobis antara betina pada Dombat vs DET diperoleh sebesar 3.950.

Tabel 9 Koefisien korelasi antara fungsi diskriminan dan masing-masing variabel ukuran tubuh betina pada dombat dan domba ekor tipis

Variabel Koefisien Korelasi Selang Kepercayaan 95%

Tinggi Pundak −0.12881) tn

Panjang Kelangkang −0.25421) tn

Panjang Metacarpus 0.07831) tn

Panjang Metatarpus 0.41251) tn

Lingkar Kanon −0.79342) *

Fungsi Diskriminan Fisher Y= −0.603340X3 – 4.24164X11

Ket: tn = tidak nyata (P>0.05), * = nyata (P<0.05) 1) adalah hasil pengolahan pertama variabel pembeda, 2) adalah hasil pengolahan kedua penentuan variabel pembeda.

Tabel 10 Penggolongan data individu betina pada dombat vs domba ekor tipis berdasarkan kriteria Wald-Anderson

Kelompok aktual Penggolongan Domba % Koreksi

Dombat DET

Ket: n adalah jumlah sampel (ekor).

Kelompok Domba Ekor Tipis vs Dombos

(23)

10

Tabel 11 Koefisien korelasi antara fungsi diskriminan dan masing-masing variabel ukuran tubuh betina pada domba ekor tipis dan dombos Variabel Koefisien Korelasi Selang Kepercayaan 95%

Tinggi Pundak −0.2531) tn

Panjang Metacarpus 0.1511) tn

Panjang Metatarpus 0.2831) tn

Lingkar Kanon 0.0991) tn

Fungsi Diskriminan Fisher Y=−0.3065−1.46099X4−0.2852X6

−1.34602X7−0.44119X8

Ket: tn = tidak nyata (P>0.05), * = nyata (P<0.05) 1) adalah hasil pengolahan pertama variabel pembeda, 2) adalah hasil pengolahan kedua penentuan variabel pembeda.

Tabel 12 Penggolongan data individu betina pada domba ekor tipis vs dombos berdasarkan kriteria Wald-Anderson

Kelompok aktual Penggolongan Domba % Koreksi

DET Dombos

Ket: n adalah jumlah sampel (ekor).

Kelompok Domba Ekor Tipis vs Garut Tangkas

(24)

11 Tabel 13 Koefisien korelasi antara fungsi diskriminan dan masing-masing

variabel ukuran tubuh betina pada domba ekor tipis dan garut tangkas Variabel Koefisien Korelasi Selang Kepercayaan 95%

Tinggi Pundak 1.0002) *

Panjang Kelangkang −0.2831) tn

Panjang Metacarpus −0.1971) tn

Panjang Metatarpus −0.0541) tn

Lingkar Kanon 0.1221) tn

Fungsi Diskriminan Fisher Y= −0.8097X2

Ket: tn = tidak nyata (P>0.05), * = nyata (P<0.05) 1) adalah hasil pengolahan pertama variabel pembeda, 2) adalah hasil pengolahan kedua penentuan variabel pembeda.

Tabel 14 Penggolongan data individu betina pada domba ekor tipis vs garut tangkas berdasarkan kriteria Wald-Anderson

Kelompok aktual Penggolongan Domba % Koreksi DET Garut Tangkas

Ekor

Ket: n adalah jumlah sampel (ekor).

Kelompok Dombos vs Garut Pedaging

(25)

12

Tabel 15 Koefisien korelasi antara fungsi diskriminan dan masing-masing variabel ukuran tubuh betina pada dombos dan garut pedaging

Variabel Koefisien Korelasi Selang Kepercayaan 95%

Tinggi Pundak −0.1941) tn

Panjang Kelangkang 0.3101) tn

Panjang Metacarpus −0.3071) tn

Panjang Metatarpus −0.3461) tn

Lingkar Kanon 0.4441) tn

Fungsi Diskriminan Fisher Y= 1.5202X6

Ket: tn = tidak nyata (P>0.05); * = nyata (P<0.05) 1) adalah hasil pengolahan pertama variabel pembeda; 2) adalah hasil pengolahan kedua penentuan variabel pembeda.

Tabel 16 Penggolongan data individu betina pada dombos vs garut pedaging berdasarkan kriteria Wald-Anderson

Kelompok aktual Penggolongan Domba % Koreksi Dombos Garut Pedaging

Ekor

Ket: n adalah jumlah sampel (ekor).

Kelompok Domba Ekor Tipis vs Garut Pedaging

(26)

13 Tabel 17 Koefisien korelasi antara fungsi diskriminan dan masing-masing

variabel ukuran tubuh betina pada domba ekor tipis dan garut pedaging Variabel Koefisien Korelasi Selang Kepercayaan 95%

Tinggi Pundak 1.0002) *

Panjang Kelangkang −0.2191) tn

Panjang Metacarpus −0.0091) tn

Panjang Metatarpus −0.0531) tn

Lingkar Kanon −0.2421) tn

Fungsi Diskriminan Fisher Y= −0.9332X1

Ket: tn = tidak nyata (P>0.05); * = nyata (P<0.05) 1) adalah hasil pengolahan pertama variabel pembeda; 2) adalah hasil pengolahan kedua penentuan variabel pembeda.

Tabel 18 Penggolongan data individu betina pada domba ekor tipis vs garut pedaging berdasarkan kriteria Wald-Anderson

Kelompok aktual Penggolongan Domba % Koreksi DET Garut Pedaging

Ekor

Ket: n adalah jumlah sampel (ekor).

Rekapitulasi Hasil Analisis Berdasarkan Fungsi Diskriminan Fisher Wald-Anderson dan Jarak Minimum D2-Mahalanobis

(27)

14

Tabel 19 Rekapitulasi jarak minimum D2- Mahalanobis pada domba penelitian (diakarkan)

Seleksi variabel pembeda panjang badan dombos dan dombat dikaitkan dengan produksi daging dengan ukuran lebih besar pada dombos (Tabel 2). Seleksi variabel pembeda lebar dada, lebar pinggul, lebar kelangkang, panjang kelangkang yang menurut Yamin et al. (2011) berkaitan dengan produksi daging pada dombos berakibat pada perbedaan yang jauh terhadap domba ekor tipis (Tabel 20). Perbedaan campuran darah domba unggul luar negeri pada dombat dan garut berakibat perbedaan performa yang memisahkan domba ekor tipis terhadap dombat dan garut. Dombat memiliki darah Merino dan DET atau DEG (domba ekor gemuk), sedangkan Garut memiliki darah Merino, Kaapstad dan DET (Muliadi 1996). Perbedaan arah pemuliaan berakibat perbedaan pada lingkar kanon. Variabel pembeda lingkar kanon antara dombat dengan garut (tangkas dan pedaging) menunjukkan bahwa sifat agresivitas domba garut berkaitan dengan kecepatan lari dengan ukuran lingkar kanon lebih kecil yang merupakan hasil seleksi peternak. Menurut (Adiati dan Suparyanto 2003) tinggi pundak berpengaruh terhadap posisi kepala saat beradu dengan musuh. Dombat tidak berlari cepat tetapi berbobot tubuh besar sehingga lingkar kanon berkembang lebih baik akibat seleksi alam untuk menopang tubuh sesuai dengan pernyataan Alexander (2000). Penelitian Mulliadi (1996) dan Kuntjoro et al. (2009) menyatakan bahwa bobot badan domba garut (30.32 kg) lebih kecil dibandingkan dombat (50-70 kg). Seleksi variabel pembeda lebar pinggul pada dombos menurut Sutiyono et al. (2006) berhubungan dengan ruang abdomen dan rahim karena ukuran yang lebih besar pada jaringan tulang-tulang yang membentuk pinggul. Lebar pinggul dombat lebih besar daripada garut pedaging (Tabel 2). Bobot lahir dombos lebih besar berdasarkan Gunawan dan Noor (2006) dan Ondho et al. (2008) bahwa bobot lahir garut pedaging 2.34 kg dan dombos 3.04 kg.

(28)

15 genetik. Setiap karakteristik morfometrik memberikan informasi keragaman genetik, dan hubungan genetik antara galur ternak. Melalui ukuran-ukuran tubuh dapat diketahui asal-usul dan hubungan filogenetik suatu jenis ternak (Warwick et al. 1995).

Tabel 20 Rekapitulasi variabel pembeda, faktor koreksi Wald-Anderson dan jarak ketidakserupaan antara domba betina penelitian

Kelompok

Jumlah Variabel Pembeda

Variabel Pembeda Faktor Koreksi

Ket: n= jumlah variabel pembeda

(29)

16

ºC (BAPPEDA Kabupaten Banjarnegara 2011). Perbedaan suhu Garut dan Wonosobo tidak berselisih jauh sehingga metabolisme dombos dan garut (tangkas dan pedaging) hampir sama sehingga disatukan pada satu kelompok (Gambar 1). Perbedaan suhu Batur terhadap Garut dan Wonosobo cukup jauh, sehingga dombat membentuk kelompok tersendiri. Adaptasi setiap galur domba yang diamati mengindikasikan bahwa hanya genetik domba tertentu dapat bertahan pada lingkungan tertentu. Interaksi antara genetik dan lingkungan ditunjukkan dengan perbedaan metabolisme pada masing-masing galur domba yang diekspresikan sebagai ukuran tubuh.

Gambar 1 Dendogram ketidakserupaan morfometrik ukuran-ukuran tubuh antara domba yang diamati

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Variabel pembeda lingkar kanon ditemukan pada betina dombat vs garut pedaging, tinggi pundak dan lingkar kanon antara dombat vs garut tangkas, lebar pinggul antara dombat vs dombos dan antara dombos vs garut pedaging, panjang badan antara domba ekor tipis vs dombat, tinggi pundak antara domba ekor tipis vs domba garut pedaging dan antara domba ekor tipis vs garut tangkas, panjang badan, lebar dada, lebar pinggul, lebar kelangkang dan panjang badan antara domba ekor tipis vs dombos. Kelompok domba ekor tipis memisah dari domba penelitian lain. Dombos membentuk kelompok dengan domba garut. Dombat membentuk kelompok sendiri.

Saran

(30)

17

DAFTAR PUSTAKA

Adiati U, Suparyanto. 2003. Karakteristik morfologi domba adu. Loakakarya Nasional dan perlindungan Sumber daya Genetik di Indonesia: Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahan nasional [internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Bogor (ID): Balitnak. hlm 1-6; [diunduh 2013 Mei 29]. Tersedia pada: http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/ lokakarya/lgen06-28.pdf.

Alexander Y. 2000. Comparative study of metatarsus of length between Cibuluh and Wanaraja Ram [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Amano T, Katsuma M, Suzuki S, Nozawa K, Kawamato Y, Namikawa T, Martojo H, Abdulgani IK, Nadjib H. 1981. Marphological and genetik survey of water buffaloes in Indonesia. The origional and phylogeny of Indonesia native livestock (Part II ). Tokyo (JP): Micro printing.

[BAPPEDA] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Banjarnegara. 2011. Kecamatan Batur dalam Angka. Banjarnegara (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara.

Devendra C, Mcleroy GB. 1982. Goat and Sheep Production in the Tropics. New York (US): Longman.

Fapet IPB. 2008. Unit Pendidikan dan Penelitian Jonggol [Internet]. Bogor (ID). [diunduh 2013 Mei 30]. Tersedia pada. http:// fapet.ipb.ac.id/index.php?option = com_content & task=view & id= 27 & itemd= 62

Gaspersz V. 1992. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Ed ke-2. Bandung (ID): Tarsito.

Gunawan A, Noor RR. 2006. Pendugaan nilai heritabilitas bobot lahir dan bobot sapih domba Garut tipe laga. Media Petern. 29(1):7-15.

[KEMENTAN] Kementerian Pertanian. 2011a. Penetapan Rumpun Domba wonosobo. Nomor: 2915/Kpts/OT.140/6/2011. Jakarta (ID): Departemen Pertanian.

[KEMENTAN] Kementerian Pertanian. 2011b. Penetapan Rumpun Domba batur. Nomor:2916/Kpts/OT.140/6/2011. Jakarta (ID): Departemen Pertanian. Kuntjoro A. Sutarno, Astirin OP. 2009. Bobot badan dan statistik vital domba

Texel di Kabupaten Wonosobo dengan pemberian limbah rami sebagai pakan tambahan. J Biotek. 6(1): 29-39.

Mulliadi D. 1996. Sifat fenotipik domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan Garut [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ondho YS, Wuwuh MIS, Sutopo, Samsudewa D, Suryawijaya A. 2008. Pengaruh jenis pengencer terhadap kualitas semen beku Dombos Texel di Kabupaten Wonosobo [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Semarang (ID). Tersedia pada : http//peternakan.Litbang.deptan.go.id/ fullteks/semnas/pro 08-62.pdf

(31)

18

Pemerintah Kebupaten Garut. 2013. Kecamatan Wanaraja. [Internet]. [diunduh 2013 Mei 28]. http://sikec.garutkab.go.id /UserFiles/File/wanaraja 2011.pdf\ Salamena JF, Noor RR, Sumantri C, Inounu I. 2006. Hubungan genetik, ukuran

populasi efektif dan laju silang dalam per generasi populasi domba di pulau Kisar. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 32(2): 71-75.

Sutiyono B, Widyani JN, Purbawati E. 2006. Studi performans induk kambing peranakan etawa berdasarkan jumlah anak sekelahiran di desa banyuringin Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal. Seminar Nasional Pengolahan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia [internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Semarang (ID): Deptan. hlm 1-7; [diunduh 2013 Mei 29]. Tersedia pada: http://peternakan.litbang. deptan.go.id/fulltek/lokakarya/igen 06.28.pdf

Walpole RE. 1993. Pengantar Statistika. Ed ke-3. Jakarta (ID): Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

Warwick, EJ, Astuti JM, Hardjosubroto W. 1995. Pemuliaan Ternak. Ed ke-5. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.

Yamin M, Rahayu S, Komariah, Iswahyudi M, Rachman R. 2011. Identification of morphometry and carcass composition of local ewes at different growth rate. Media Petern. 35(1): 49-53.

Zhang L, Wenrong G, Wenxiu J, Zhengku W. 2012. The relatiomship among metabolic rate of tree shrews (Tupaia belangeri) under cold acclimation. J Pshy and Biochem. 8(4):226-236.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pariaman, 17 juli 1990, Sumatra Barat. Penulis adalah anak pertama dari pasangan Bapak Yasri (alm) dan Ibu Yasni. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor tahun 2009 melalui Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima sebagai mahasiswa Departeman Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan..

Gambar

Tabel 2  Hasil statistik deskriptif  variabel-variabel ukuran permukaan  tubuh
Tabel 6  Penggolongan data individu betina pada dombat vs garut tangkas
Tabel 9  Koefisien korelasi antara fungsi diskriminan dan masing-masing  variabel ukuran tubuh  betina pada dombat dan domba ekor tipis
Tabel 11  Koefisien korelasi antara fungsi diskriminan dan masing-masing variabel ukuran tubuh betina   pada domba ekor tipis dan dombos
+6

Referensi

Dokumen terkait

Seminar Nasional Tempe Goes International (tahun 2012) untuk 150 UMKM dan pengrajin Tempe guna mendukung upaya Indonesia memperjuangkan SNI tempe menjadi standar

seseorang, walaupun memiliki ukuran badan yang sama besar tetapi memiliki bentuk yang berbeda.Ukuran S untuk orang dewasa yang badannya kecil dan L untuk orang

Setelah melakukan tahap uji coba pada website ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa website ini dapat membantu pengguna memperoleh informasi mengenai hewan punah dan terancam

Pameran merupakan salah satu alternatif bagi sebuah perusahaan atau toko untuk memasarkan produknya.Salah satu jenis pameran adalah pameran pakaian.Pakaian tentunya

Dengan menggunakan signifikansi α sebesar 0,05 (  = 5%) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,221, dikarenakan nilai signifikansi sebesar 0,221 lebih besar dari 0,05, maka

bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 111 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 43 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun

Sistem Sistem pengaduan masyarakat yang diterapkan di Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan saat ini masih dilakukan secara manual, yaitu dengan cara bertemu langsung dengan