• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DEFISIT EVAPOTRANSPIRASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine Max (L.) Merill )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH DEFISIT EVAPOTRANSPIRASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine Max (L.) Merill )"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF EVAPOTRANSPIRATION DEFICIT TO GROWTHS AND YIELDS OF SOME VARIETIES OF

SOYBEAN (Glycine Max (L.) Meriil) By

RAFIQ ULIL ALBAB

The objective of this research was to find out the influence of evapotranspiration deficit to growths and yields of some varieties of soybean (Glycine Max (L.) Meriil). This research used factorial design in completed randomized design with 2 treatment factors for 3 soybean varieties and 3 level of evapotranspiration which were repeated 3 times. The first factor contained of variety V1: Wilis, V2: Kaba; and V3: Tanggamus. The second factor contained of 3 levels of evapotranspiration deficits; E1: 1.0 x ETc (Deficit 0 x ETc), E2: 0.8 x ETc (Deficit 0.2 x ETc), E3: 0.6 x ETc (Deficit 0.4 x ETc). Data were analyzed using analysis of variance (F test) with 5% and 1% significance levels to find out the influences of treatments. The results showed that evapotranspiration deficits did not influence plant height, numbers of leafs, numbers of flowers, and stover weight, but the evapotranspiration deficits influenced numbers of soybean pods and productions. The highest soybean production was in Tanggamus variety (V3) with treatment of 0.6 ETc (E3) which produced 363.33 gr. The lowest soybean production was Wilis variety (V1) with deficit treatment of 0.8 ETc (E2) which produced 146.3 gr.

(2)

ABSTRAK

PENGARUH DEFISIT EVAPOTRANSPIRASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASILTANAMAN PADA BEBERAPA

VARIETAS KEDELAI (Glycine Max (L.) Merill ) Oleh

RAFIQ ULIL ALBAB

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap pertumbuhan dan hasil pada beberapa varietas kedelai (Glycine Max (L.) merill ). Penelitian ini menggunakan Rancangan Faktorial dalam Rancang Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor perlakuan yaitu 3 Varietas Kedelai dan 3 taraf defisit evapotaranspirasi dan diulang 3 kali. Faktor pertama : varietas V1: Wilis, V2: Kaba, V3 : Tanggamus, Faktor kedua : 3 taraf Defisit Evapotranspirasi E1: 1,0 x ETc (Defisit 0 x ETc), E2: 0,8 x ETc (Defisit 0,2 x ETc), E3: 0,6 x ETc (Defisit 0,4 x ETc). Analisis data menggunakan analisis ragam (Uji F) pada taraf 5 % dan 1% untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa defisit evapotranspirasi tidak mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bunga dan berat brangkasan tetapi berpengaruh pada jumlah polong dan produksi. Produksi kedelai tertinggi yaitu varietas Tanggamus (V3) pada perlakuan 0,6 ETc (E3) seberat 363,33 gr. Produksi kedelai terendah yaitu varietas Wilis (V1) pada perlakuan defisit 0,8 ETc (E2) yaitu 146,3 gr.

(3)
(4)

PENGARUH DEFISIT EVAPOTRANSPIRASI TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADA

BEBERAPA VARIETAS KEDELAI

(

Glycine Max (L.) Merill

)

SKRIPSI

RAFIQ ULIL ALBAB

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

1. Diagram Alir Penelitian ... 24

2. Analisis kadar air tanah ... 26

3. Grafik kadar Air tanah harian pada minggu ke-3 sampai ke-10 ... 26

4. Evapotranspirasi yang terjadi selama pertumbuhan ... 28

5. Jumlah Penggunaan Air Irigasi Pada masing-masing perlakuan ETc ... 29

6. Grafik Perkembangan tinggi tanaman kedelai berdasarkan varietas ... 30

7. Perkembangan tinggi tanaman kedelai berdasarkan defisit ETc ... 31

8. Grafik pengaruh irigasi defisit terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kedelai... 32

9. Tanaman terserang hama dan penyakit tanaman ... 33

10. Perkembangan jumlah daun berdasarkan varietas ... 34

11. Perkembangan jumlah daun berdasarkan defisit ETc ... 34

12. Grafik pengaruh irigasi defisit terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman kedelai... 35

13. Perkembangan jumlah bunga berdasarkan varietas ... 36

14. Perkembangan jumlah bunga berdasarkan defisit ETc ... 37

15. Grafik pengaruh irigasi defisit selama pembungaan tanaman kedelai ... 37

(6)

17. Perkembangan jumlah polong berdasarkan defisit ETC ... 45

18. Grafik pengaruh irigasi defisit terhadap jumlah polongtanaman

kedelai ... 46

19. Grafik defisit irigasi terhadap berat brangkasan basah tanaman

kedelai ... 49

20. Grafik defisit irigasi terhadap berat brangkasan kering tanaman

kedelai ... 50

21. Grafik pengaruh defisit irigasi terhadap produksi kedelai ... 51

Lampiran

22. Denah Perlakuan ... 58

(7)
(8)
(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

1. Koefisien Tanaman ... 11

2. Pengaruh defisit rigasi terhadap jumlah polong tanaman kedelai

pada minggu ke-7 ... 38

3. Pengaruh defisit rigasi terhadap jumlah polong tanaman kedelai

pada minggu ke-8 ... 40

4. Pengaruh defisit rigasi terhadap jumlah polong tanaman kedelai

pada minggu ke-9 ... 41

5 Pengaruh defisit rigasi terhadap jumlah polong tanaman kedelai

pada minggu ke-10 ... 42

6. Pengaruh defisit rigasi terhadap jumlah polong tanaman kedelai

pada minggu ke-11 ... 43

7. Pengaruh Irigasi defisit terhadap jumlah polong tanaman kedelai

pada minggu ke-12 ... 44

8. Pengaruh defisit rigasi terhadap berat brangkasan basah pada

tanaman kedelai... 48

9. Pengaruh defisit rigasi terhadap Produksi ... 51

Lampiran

10. Data Klimatologi Pada Bulan September ... 59

11. Data Klimatologi Pada Bulan Oktober ... 61

(10)

13. Analisis Tinggi Tanaman ... 65

14. Analisis Jumlah Daun ... 70

15. Analisis Jumlah Bunga ... 75

16. Analisis Jumlah Polong ... 77

17. Analisis Berat Brangkasan Basah ... 83

18. Analisis Berat Brangkasan Kering ... 84

19. Analisis Produksi kedelai ... 85

20. Data Harian Pengamatan Porous Block ... 86

21. Pemberian Air Irigasi Pada Bulan September ... 88

22. Pemberian Air Irigasi Pada Bulan Oktober ... 89

23. Pemberian Air Irigasi Pada Bulan November ... 90

24. Data Kadar Air dan Curah Hujan ... 91

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

karunia-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul:

“Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Pada Beberapa Varietas Kedelai (Glycine Max (L.) Merill)” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Pertanian pada

Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Skripsi ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Teknik Pertanian pada Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dosen

pembimbing dan dosen pembahas penulis. Disamping itu juga dengan tidak

mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. R.A. Bustomi Rosadi, M.S. , selaku Dosen Pembimbing I yang

telah memberikan saran untuk menyelesaikan skripsi ini

2. Dr. Ir. Afandi M.P., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

saran untuk menyelesaikan skripsi ini

3. Ahmad Tusi S.TP. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan

(12)

4. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian

yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran kepada penulis selama

menempuh perkuliahan dan selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas

Pertanian.

6. Seluruh Dosen dan Karyawan atas bantuan dan arahan yang telah diberikan

selama penulis menjalani proses perkuliahan

7. Ayah, ibu dan Mbah tercinta yang tiada kenal lelah dalam mendidik dan

mendoakan keberhasilanku. Terima kasih atas kasih sayang yang tidak putus

mengiringi setiap perjalanan hidupku. Kakakku Silvia M.A dan Adik-adikku

Naufal, Irfan, Nabilah, Nindya yang selalu membawa keceriaan dan inspirasi

dalam hidupku.

8. Untuk Anggun Psikiatri yang selalu memberikan dorongan motivasi dan

semangat selama ini sehingga terselesaikannya skripsi ini.

9. Keluarga besar Teknik Pertanian khususnya rekan-rekan seperjuanganku

angkatan 2009, serta kakak (2007 dan 2008) dan adik-adik angkatan (2010

dan 2011) terimakasih atas do’a, dukungan dan kebersamaannya selama ini.

Bandar Lampung, Januari 2015

Penulis,

(13)
(14)
(15)
(16)

MOTO

Sungguh bersama kesukaran dan keringanan. Karna itu bila kau telah selesai (mengerjakan yang lain). Dan kepada Tuhan, berharaplah.

(Q.S Al Insyirah : 6-8)

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik. (Evelyn Underhill)

Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak.

(17)

PERSEMBAHAN

Dengan Penuh Cinta Kupersembahkan Skripsi ini:

Allah SWT

Yang Berkuasa atas segala sesuatu Yang Menyayangi lebih dari siapapun

Rasulullah, Muhammad SAW

Pembawa risalah, yang kunantikan syafaatnya di hari akhir Kupersembahkan karya ini kepada:

Ayah , ibu dan Mbahtersayang yang senantiasa tulus, sabar dengan penuh kasih membesarkanku, mendidikku dan mendoakanku dalam setiap sujudnya serta selalu memberi

semangat untuk terus berusaha.

Kakakku Silvia M.A dan Adik-adikku Naufal, Irfan, Nabilah, Nindya yang selalu membawa keceriaan dan inspirasi dalam hidupku.

Anggun Psikiatri yang selalu memberikan dorongan motivasi dan semangat, Seluruh keluarga besarku di sekolah Al-fatah khususnya

angkatan ke- 15 GIBSA dan teman-temang Tektan 2009

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di sebuah Desa Muhajirun yang berada di Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan pada 18 Maret 1991. Penulis adalah anak kedua dari

enam bersaudara, pasangan Drs. Abudzar (Alm) dan kunaenah S.Pdi.

Pendidikan yang pernah dilalui adalah Madrasah Ibtidaiyah (MIS) Al-Fatah pada

tahun 1997-2002, MTs Al-Fatah pada tahun 2003-2006, MA Al-Fatah pada tahun

2006-2009, Pada tahun 2009-2010 penulis diterima sebagai mahasiswa di

Universitas Lampung Fakultas Pertanian Jurusan Teknik Pertanian melalui jalur

SNMPTN. Pada tahun 2012, penulis melaksanakan PU (Praktek Umum) di PT. Great

Giant Pineapple, Lampung Tengah, Pada bulan januari tahun 2013 penulis

(19)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu tanaman pangan yang sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Tanaman ini mempunyai

arti penting untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam rangka perbaikan gizi

masyarakat, karena merupakan sumber protein nabati yang relatif murah bila

dibandingkan sumber protein lainnya seperti daging, susu, dan ikan(Mapegau, 2006).

Kedelai merupakan komoditas strategis di indonesia. Produksi tanaman kedelai

tahun 2012 mencapai 851.65 ribu ton (Badan Pusat Statistika, 2013). Seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk dan peningkatan permintaan sebagai bahan baku

pangan dan industri masih sangat diperlukan adanya peningkatan produksi tanaman

kedelai.

Produksi kedelai di Provinsi Lampung tahun 2012 mencapai 7993 ton dengan luas

lahan 6708 ha (Badan Pusat Statistika, 2013). Rendahnya produksi kedelai di

Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor tanah, iklim, hama dan

penyakit, maupun cara pengelolaan yang kurang baik. Salah satu unsur iklim yang

(20)

2

atau ketersediaan air tanah air tanah harus cukup untuk perkecambahan pertumbuhan,

pembungaan dan pengisian polong (Nurhayati, 2009).

Kekurangan air (water deficit) akan mengganggu keseimbangan kimiawi dalam

tanaman yang berakibat berkurangnya hasil fotosintesis atau semua proses-proses

fisiologis berjalan tidak normal. Apabila keadaan ini berjalan terus, maka akibat

yang terlihat, misalnya tanaman kerdil, layu, produksi rendah, kualitas turun dan

sebagainya. Konsumsi kedelai yang terus meningkat pesat setiap tahunnya, juga

sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi yang ditandai oleh

meningkatnya konsumsi per kapita kedelai sebesar 5,55%. Sebagian besar produksi

kedelai diolah menjadi bahan pangan yang siap dikonsumsi oleh masyarakat, baik

secara langsung maupun tidak langsung seperti tempe, tahu, kecap dan kripik tempe.

Sekitar 115.000 pengusaha tahu dan tempeanggota Koperasi Produsen Tempe dan

Tahu Indonesia (KOPTI) adalah konsumen terbesar kedelai. Mereka membutuhkan

1,2 juta ton kedelai pertahun, atau lebih dari separuh dari total kebutuhan nasional

sebanyak 2,2 jutaton per tahun. Pabrik kecap, perusahaan pakan ternak, dan industri

makanan minuman berada di urutan berikutnya sebagai konsumen kedelai

(Adetama, 2011)

Cekaman air berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap tanaman. Secara

langsung dapat menyebabkan penurunan turgor tanaman. Tekanan turgor sangat

berperan dalam menentukan ukuran tanaman, berpengaruh terhadap pembesaran dan

perbanyakan sel tanaman, membuka dan menutupnya stomata, perkembangan daun,

(21)

Evapotranspirasi standar didefinisikan sebagai laju evapotranspirasi dari permukaan

yang luas,rapat ditumbuhi rumput hijau dengan ketinggian yang seragam antara

8–15 cm dan dalam kondisi tidak kekurangan air (Allen et,al,. 1998). Pengaruh

transpirasi tanaman dan evaporasi tanah diintegrasikan ke dalam koefisien tanaman

tunggal. Koefisien Kc menggabungkan karakteristik tanaman dan efek rata-rata

penguapan dari tanah. Untuk perencanaan dan pengelolaan irigasi tujuan normal,

untuk pengembangan jadwal irigasi dasar, dan untuk sebagian besar studi

keseimbangan air hidrologi, koefisien tanaman rata-rata yang relevan dan lebih

mudah daripada Kc dihitung pada langkah waktu harian dengan menggunakan

tanaman terpisah dan koefisien tanah.

Akibat kekurangan air dalam tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman di

dalam daerah zona pertumbuhan sel turgor ataupun sel-sel lainnya yang berpengaruh

terhadap pertumbuhan produksi tanaman, proses pertumbuhan, fotosintesis dan

respirasi.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap

(22)

4

1.3 Kerangka Pemikiran

Defisit irigasi pada tanaman kedelai sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan

tanaman kedelai. Air merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan

tanaman. Air berfungsi sebagai nutrisi penyusun tumbuh pada tanaman,digunakan

juga untuk proses fotosintesis pada tanaman.

Ketersediaan air diperlukan untuk menyesuaikan diri dan digunakan untuk

pertumbuhan tanaman, di antaranya untuk peningkatan luas daun. Defisit air

dalam jangka waktu yang pendek hanya berpengaruh pada kapasitas pertukaran

gas dan efisiensi fotosintesis, sedangkan untuk jangka panjang mengakibatkan

menurunnya efisiensi pembentukan bahan kering. Kekurangan air mengakibatkan

berkurangnya laju fotosintesis karena dehidrasi protoplas akan menurunkan

kapasitas fotosintesis. Cekaman air berpengaruh langsung maupun tidak langsung

terhadap tanaman. Secara langsung dapat menyebabkan penurunan turgor tanaman.

Tekanan turgor sangat berperan dalam menentukan ukuran tanaman, berpengaruh

terhadap pembesaran dan perbanyakan sel tanaman, membuka dan menutupnya

stomata, perkembangan daun, pembentukan dan perkembangan bunga (Islami dan

(23)

1.4 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah

1. Defisit evapotranspirasi mempengaruhi pertumbuhan tanaman pada 3 jenis

varietas kedelai (Wilis, Kaba, Tanggamus)

2. Defisit evapotranspirasi mempengaruhi hasil tanaman pada 3 jenis varietas

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asal usul kedelai

Kedelai termasuk tanaman golongan strata A, yang memerlukan penyinaran matahari

secara penuh, tidak memerlukan naungan. Adanya naungan yang menahan sinar

matahari hingga 20% pada umumnya masih dapat ditoleransi oleh tanaman kedelai,

tetapi bila melebihi 20% tanaman mengalami etiolasi. Intensitas penyinaran hanya

50% dari total radiasi normal dilaporkan menekan pertumbuhan, mengurangi jumlah

cabang, buku, dan polong yang berakibat turunnya hasil biji hingga 60%. Umumnya

persyaratan panjang hari untuk pertumbuhan kedelai berkisar antara 11-16 jam, dan

panjang hari optimal untuk memperoleh produktivitas tinggi adalah panjang hari

14-15 jam. Di Indonesia panjang hari pada dataran rendah (1-500 m dpl), dataran sedang

(501-900 m dpl), dataran tinggi (901-1600 m dpl) relatif konstan dan sama,

sekitar 12 jam (Sumarno dan Manshuri, 2007)

Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate

dan indeterminate. Perbedaan sistim pertumbuhan batang ini didasarkan atas

keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan tipe batang determinate

ditunjukan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga.

(25)

tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga

(Adisarwanto, 2005)

Pengembangan kedelai dapat dilakukan di lahan sawah maupun di lahan kering,

bergantung kepada iklim dan kebutuhan petani setempat. Tanaman Kedelai dapat

tumbuh pada berbagai jenis tanah asal drainase (tata air) dan aerasi (tata udara) tanah

cukup baik, curah hujan 100-400 mm/bulan, suhu udara 23-30ºC, kelembaban

60-70%, pH tanah 5,8-7 dan ketinggian kurang dari 600 m dpl (Balai Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, 2008).

2.2 Morfologi Tanaman Kedelai

Klasifikasi tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Menurut Sharma (1993),

tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Polypetales

Family : Papilonaceae

Genus : Glycine

(26)

7

2.2.1 Akar

Sistem perakaran pada kedelai terdiri dari sebuah akar tunggang yang terbentuk dari

calon akar, sejumlah akar sekunder yang tersusun dalam empat barisan sepanjang

akar tunggang, cabang akar sekunder, dan cabang akar adventif yang tumbuh dari

bagian bawah hipokotil. Bintil akar pertama terlihat 10 hari setelah tanam. Panjang

akar tunggang ditentukan oleh berbagai faktor, seperti kekerasan tanah, populasi

tanaman, varietas, dan sebagainya. Akar tunggang dapat mencapai kedalaman 200

cm, namun pada pertanaman tunggal dapat mencapai 250 cm. Populasi tanaman yang

rapat dapat mengganggu pertumbuhan akar. Umumnya sistem perakaran terdiri dari

akar lateral yang berkembang 10-15 cm di atas akar tunggang. Dalam berbagai

kondisi, sistem perakaran terletak 15 cm di atas tanah yang tetap berfungsi

mengabsorpsi dan mendukung kehidupan tanaman (Carlson, 1973).

2.2.2 Batang dan Cabang

Ada dua tipe pertumbuhan batang dan permulaan pembungaan pada kedelai. Tipe

pertama adalah indeterminit, yaitu tunas terminal melanjutkan fase vegetatif selama

pertumbuhan. Tipe kedua adalah determinit dimana pertumbuhan vegetatif tunas

terminal terhenti ketika terjadi pembungaan. Proses kemasakan kedelai

dikendalikan oleh fotoperiodisitas (panjang hari) dan suhu. Kedelai

diklasifikasikan sebagai tanaman hari pendek dikarenakan hari yang pendek akan

menginisiasi pembungaan. Suhu hangat dapat mempercepat pembungaan dan

pemasakan kedelai dan sebaliknya, suhu yang lebih dingin akan menghambat dua

(27)

2.2.3 Daun

Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia kotiledon

yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai daun tunggal

dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh selepas masa pertumbuhan. Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Daun mempunyai

stomata, berjumlah antara 190-320 buah/m2.

Umumnya, daun mempunyai bulu dengan warna cerah dan jumlahnya bervariasi.

Panjang bulu bisa mencapai 1 mm dan lebar 0,0025 mm. Kepadatan bulu bervariasi,

tergantung varietas, tetapi biasanya antara 3-20 buah/mm2. Jumlah bulu pada varietas

berbulu lebat, dapat mencapai 3-4 kali lipat dari varietas yang berbulu normal.

Contoh varietas yang berbulu lebat yaitu IAC100, sedangkan varietas yang berbulu

jarang yaitu Wilis, Dieng, Anjasmoro, dan Mahameru.

Lebat-tipisnya bulu pada daun kedelai berkait dengan tingkat toleransi

varietas kedelai terhadap serangan jenis hama tertentu. Hama penggerek polong

ternyata sangat jarang menyerang varietas kedelai yang berbulu lebat (Arsyad, 2008)

2.2.4 Bunga

Bunga kedelai berwarna putih, ungu pucat dan ungu. Bunga dapat menyerbuk

sendiri. Saat berbunga bergantung kepada kultivar (varietas) dan iklim. Suhu mempengaruhi proses pembungaan. Semakin pendek penyinaran dan semakin tinggi

(28)

9

2.2.5 Polong dan Biji

Buah kedelai berbentuk polong. Jumlah polong bervariasi mulai 2-20 dalam satu

pembungaan dan lebih dari 400 dalam satu tanaman. Satu polong berisi 1-5 biji,

namun pada umumnya berisi 2-3 biji per polong. Polong berlekuk lurus atau ramping

dengan panjang kurang dari 2-7 cm. Polong muda berwarna hijau dan polong masak

berwarna kuning muda sampai kuning kelabu, coklat atau hitam. Warna polong

tergantung pada keberadaan pigmen karoten dan xantofil, warna trikoma, dan

ada-tidaknya pigmen antosianin. Pada polong terdapat trikoma (bulu) dengan intensitas

kepadatan dan panjang yang berlainan tergantung varietasnya (Adie dan Krisnawati,

2006).

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai

Tanaman kedelai merupakan tanaman yang tergolong tanaman lahan darat yang

memerlukan air yang cukup banyak. Tanaman ini dapat ditanam didaratan yang

tinggi dan akan tumbuh pada ketingggian kurang dari 500 m diatas permukaan laut.

Untuk pertumbuhan tanaman kedelai yang baik menggunakan jenis tanah aluvial,

grumusol, latosol, dan andosol dan nilai pH tanah optimum berkisar antara 5,7 - 7,0.

Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya

perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada

tanah dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter

paling besar yaitu 2 – 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat dengan

(29)

sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah,

permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain (Michael, 1983).

2.4 Kebutuhan air tanaman kedelai

Kebutuhan air meliputi masalah persediaan air, baik air permukaan maupun air

bawah tanah. Evapotranspirasi adalah air yang menguap dari tanah yang berdekatan,

permukaan air, atau dari permukaan daun-daun tanaman. Air yang disimpan dari

embun, curah hujan, atau irigasi siraman dan kemudian menguap tanpa memasuki

siste m tanam-tanaman adalah merupakan bagian dari kebutuhan air (Hansen dkk,

1992 )

Evapotranspirasi adalah proses air berpindah dari suatu permukaan tanah dan

tanaman melalui jaringan pada tanaman pada suatu petakan lahan karena adanya

panas laten (Hillel, 1981). Ada 3 faktor yang mempengaruhi kecepatan suatu

evapotranspirasi yaitu faktor iklim mikro yang mencakup suhu, kelembaban (RH),

dan angin, faktor tanaman, yaitu jenis tanaman, derajat penutupan, struktur tanaman,

faktor tanah, yaitu kondisi pada tanah itu sendiri seperti aerasi,potensial air tanah dan

kecepatan air tanah atau fluktuasi air tanah yang bergerak di bawah permukaan

tanaman menuju ke akar tanaman.

Evapotranspirasi tanaman dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

(30)

11

Dimana : ETc = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)

Kc = koefisien Tanaman

ETo = evapotranspirasi acuan (mm/hari)

Koefisien tanaman mengintegrasikan evapotranspirasi dari waktu ke waktu. Efek

integrasi dari waktu ke waktu mewakili frekuensi pembasahan rata-rata untuk standar

tanaman dalam kondisi pertumbuhan khas dalam pengaturan irigasi. Nilai-nilai untuk

Kc selama tahap pengembangan awal dan tanaman tunduk pada pengaruh variasi

yang besar dalam frekuensi pembasahan, nilai Kc kedelai dapat dilihat pada Tabel 1

berikut :

(31)

2.5 Kebutuhan Air Irigasi

Kedelai termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap kekeringan. Oleh karena itu, air

sangat diperlukan sejak awal pertumbuhan sampai pada massa polong mulai berisi.

Jika pada fase pertumbuhan vegetative kedelai mengalami kekeringan, pertumbuhan

kedelai menjadi kerdil. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sejak tumbuh

sampai pada fase tersebut keadaan tanah hendaknya cukup lembab (AAK, 1989)

Secara umum kedelai dapat diberi pengairan 3-4 kali selama periode pertumbuhannya

seuai dengan masa peka akan kekurangan air yakni sebelum tanam 2-3 minggu

sebelum berbunga pada saat berbunga dan pengisian polong pengairan hendaknya

diberikan sampai daerah perakaran tanaman (Suprapto, 2001).

Perlakuan defisit air pada media tanah bertekstur pasir dan bertekstur liat

mempengaruhi sifat fisika tanah, terutama pada parameter kadar air tanah,tetapi tidak

menunjukkan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman kedelai karena secara

genetik tanaman mempunyai kapasitas untuk mendeteksi jumlah air yang tersedia di

dalam tanah dan mengaturpergerakan stomata dan laju pertumbuhan daun dan dapat

beradaptasi dengan lingkungannya,dengan melakukan kegiatan penutupan stomata

pada saat air tanah berkurang (Arsyad, 2008).

Menurut Istiawati (2005), Fungsi utama dalam pemberian air irigasi pada tanaman

ialah untuk menyediakan air dengan jumlah dan waktu yang tepat. Selain itu juga

fungsi system irigasi untuk mengambil air dari sumber ,menyalurkan air dari

(32)

13

Menurut James (1988) ada tiga metode untuk menentukan waktu pemberian irigasi

yaitu :

1. Indikator tanaman

Penentuan irigasi dengan indikator tanamn ialah pemantauan irigasi langsung

pada tanamn dengan melihat pertumbuhan dan tampilannya, mengukur

temperature daun, mengukur tekanan air daun dan mengukur tekanan stomata.

2. Indikator tanah

Meliputi penentuan kadar air tanah dan membandingkan dengan kadar air

tanah minimum yang elah ditentukan (kadar air tanah kritis). Indikator ini

dimaksudkan untuk menduga data jumlah air yang akan diberikan pada setiap

irigasi untuk tanaman.

3. Teknik neraca air

Teknik neraca air ini hampir sama dengan indikator tanah dengan menentukan

kadar air tanah yang dikombinbasikan dngan data iklim yaitu evaporanspirasi

dan curah hujan efektif.

Persamaan yang digunakan adalah :

θi = θ(i-1) - (100 (ET - ����� ) ...(2)

Dimana θi , θ(i-1) adalah kadar air tanah (% volume) pada sore hari (i) dan kemarin sore

(i=1). ET adalah evapotranspirasi tanaman (mm) dan Pe adalah curah hujan efektif

(mm). irigasi dilakukan apabila kadar air tanah pada sore hari ke – i mendekati atau

(33)

2.6 Kandungan air tanah

Kandungan air tanah tersedia adalah ketersediaan air untuk tanaman atau ketersediaan

air pada kapasitas lapang dan ketersediaan air pada titik layu permanen. Air tanah

tersedia berbeda-beda pada setiap tekstur tanah.

Kapasitas lapang (field capacity) adalah kondisi dimana tebal lapisan air di dalam lapisan pori-pori tanah mulai menipis, sehingga tegangan antara air dan udara

meningkat hingga lebih besar daripada gaya gravitasi, air gravitasi (pori-pori makro)

dan air tersedia (pori-pori mikro) bagi tanaman dalam kondsi optimum (Hanafiah,

2005).

Titik layu permanen kandungan air pada tanah pada tanaman tidak mampu lagi

menggunakan air tanah tersebut ditandai dengan layunya tanaman terus-menerus.

(Islami dan Utomo, 1995).

Air tanah tersedia adalah jumlah air yang dapat digunakan oleh tanaman yang

letaknya berada diantara kapasitas lapang dan titik layu permanen. Kadar air tanah

dapat diklasifikasikan keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah

air terbanyak yang disimpan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi.

Ada beberapa cara yang digunakan untuk menentukan kadar air tanah yaitu dengan

(34)

15

kemudian ditimbang sebagai berat kering (BK). Kadar air tanah dilambangkan

dengan W (% berat) dapat dihitung menggunakan persamaan :

W = ��–��

�� x 100% ...(3)

2.7 Cekaman Air Pada Tanaman

Cekaman air pada tanaman terjadi akibat kadar air tanah dalam pori-pori tanah tidak

mencukupi untuk proses evapotranspirasi ke udara dan adanya transpirasi yang

berlebihan. Di lapangan tanaman walaupun didalam tanah cukup tersedia air,

tanaman tersebut dapat mengalami kekurangan atau cekaman air, dikarnakan

kecepatan penyerapan air tidak dapat mengimbangi hilangnya air melalui proses

transpirasi (Islami dan Utomo, 1995).

Cekaman air pada tanaman mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan sel

pengaruhnya pada pembelahan sel, pertumbuhan sel dan protoplasma. Ada tiga

mekanisme fotosintesis yang dipengaruhi oleh cekaman air, yaitu berkurangnya

aktivitas protoplasma, berkurangnya luas permukaan fotosintesis, dan menutupnya

stomata. Cekaman air ini juga menyebabkan terjadinya perubahan macam dan

jumlah senyawa karbohidrat dalam tanaman seperti peningkatan kadar gula (Islami

dan Utomo, 1995).

2.8 Porous Blok/Gypsum Blok

Gypsum block adalah alat sensor yang dipakai dalam bidang pertanian untuk

(35)

mengatur kesuburannya pada suatu tanah atau lahan yang akan dikerjakan. Alat ini

dapat digunakan dengan biaya yang terjangkau dan paling sederhana dari pada alat

sensor elektrik yang lain. Gypsum block terdiri dari sebuah gypsum padat yang sudah

dicetak berbentuk silinder maupun persegi empat dengan kisaran ukuran yang

ditentukan dan dilengkapi dua elektroda dalam hal ini menggunakan sebuah kabel

yang ditanamkan pada block dengan jarak 1 cm dalam keadaan elektroda parallel atau

searah (Skinner,1997).

Gypsum block adalah alat yang terbuat dari serbuk gipsum. Gypsum block pertama

kali dipakai di bidang pertanian untuk mengukur kelengasan tanah dengan cara

dikalibrasi dulu, lalu ditanam di tempat yang akan diteliti. Sekarang gypsum block

dipakai di bidang teknik sipil dalam pengukuran kadar air tanah dengan tujuan agar

tidak merusak struktur tanah di sekitar daerah penelitian. Untuk mengetahui nilai

resistansi yang terjadi, kedua kabel dihubungkan dengan multimeter sehingga

diperoleh nilai tahanan gypsum block. Kemudian nilai tahanan gypsum block

dimasukkan dalam grafik kalibrasi maka diperoleh suatu persamaan resistansi tanah

yang akan dipakai dalam pengukuran kadar air.

Prinsip kerja gypsum block yaitu jika dalam kondisi basah, gypsum block akan

menghasilkan resistansi yang kecil. Demikian sebaliknya dalam kondisi kering, block

akan menghasilkan resistansi yang lebih tinggi. Sebelum dipakai, gypsum block harus

dikalibrasi dahulu secara individu, karena setiap gypsum block memiliki karakteristik

(36)

17

Beberapa keuntungan dari gypsum block yaitu (1) Pembuatan block dapat dilakukan

oleh orang awam sekalipun dan relatif lebih murah dibandingkan dengan alat sensor

yang lain, (2) Mudah dalam pemasangan dan penggunaannya serta memerlukan

sedikit pemeliharaan. (3)Tidak merusak struktur tanah sekitarnya. Sedangkan

kerugiannya : (1) lama penggunaan block terbatas.,(2) sensitif terhadap garam dan

suhu, (3) memerlukan kalibrasi secara individu serta (4) Histerisis gypsum block

sangat berpengaruh terhadap kerja gypsum block. Pembacaan resistansi gypsum

block memerlukan tegangan arus bolak-balik (AC current), untuk mencegah efek

polarisasi pada gypsum block yang akan mengakibatkan pembacaan yang salah dan

(37)

III. METODELOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Research Station PT Great Giant Pineapple, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, lokasi (04º

49’18,7” S dan 105º 15’45,5” E). Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan

September sampai dengan November 2013. Analisis data dilakukan di Laboraturium

Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan Jurusan Teknik Pertanian Universitas

Lampung. Jenis tanah di lokasi penelitian adalah podsolik merah kuning.

3.2 Alat dan bahan

1. Alat

Alat yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu Panci evapotranspirasi,

Sampel tanah, Porous Block, Gembor, Ember, Mistar, Ring sample,

Timbangan,Oven dan Alat-alat tulis

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :

(38)

19

Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah Rancangan Faktorial dalam

Rancang Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor perlakuan yaitu 3 Varietas Kedelai

dan 3 taraf defisit evapotaranspirasi diulang 3 kali, total seluruh percobaan adalah 27

satuan percobaan. Perlakuan yang diberikan adalah :

 Faktor pertama : varietas

1. V1 : Wilis

2. V2 : Kaba

3. V3 : Tanggamus

 Faktor kedua : 3 taraf Defisit Evapotranspirasi

1. E1 : 1,0 x ETc (defisit 0 x ETc)

2. E2 : 0,8 x ETc (defisit 0,2 x ETc)

3. E3 : 0,6 x ETc (defisit 0,4 x ETc)

Dimana : Nilai ETo = Epanci x Kpanci ...(5)

(39)

Epanci diperoleh dari pengukuran secara lansung di stasiun klimatologi yang ada di

riset GGP,dan nilai Kpanci sebesar 0,8 sedangkan nilai Kc berdasarkan data FAO.

Pemberian air irigasi dilakukan setiap pagi hari setelah menghitung dari nilai ETo dan

ETc dan pemberiannya sesuai dengan perlakuan masing-masing plot, untuk plot

tanaman dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.4 Teknik Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Lahan dan Pembuatan Petak Percobaan

Adapun tahap Persiapan lahan ini meliputi :

 Pengolahan tanah dilakukan dengan pembajakan menggunakan traktor,

sehingga tanah menjadi gembur.

 Pengambilan contoh tanah untuk dilanalisis sifat fisik tanahnya

 Setelah itu tanah diratakan menggunakan bajak discflow 2 kali.

 Pembuatan petak satuan percobaan.

 Lahan dibagi menjadi 27 petak percobaan sesuai dengan perlakuan, dan

ukuran tiap petaknya 3 m x 4 m.

(40)

21

3.4.2 Penanaman

Kedelai ditanam dengan jarak tanam antar baris 40 cm x 20 cm. Dengan setiap

lubang tanam diisi 2 biji kedelai, dalam setiap petak diambil 5 tanaman sebagai

sampel yang dipilih secara diagonal. Setelah itu dilakukan penyiraman pertama

dengan manual hingga tanah jenuh sampai tanaman berkecambah dan berdaun 2.

Setelah tanaman berdaun dua perlakuan defisit evapotranspirasi mulai dilakukan.

3.4.3 Pemasangan Porous Blok

Pemasangan porous blok dipasang dengan posisi ditengah-tengah plot dengan

kedalaman 10 cm,untuk pengukuran kadar air tanah.

3.4.4 Pemeliharaan

 Penyulaman dilakukan pada umur tanaman 7 – 14 hari setelah tanam.

 Pengendalian gulma atau penyiangan dilakukan secara manual dengan

mencabut rumput dengan tangan/kored/cangkul dan dilakukan tentatif atau

ketika kira-kira gulma cukup banyak tumbuh di areal pertanaman. 4 m

(41)

 Penyiraman dilakukan setiap pagi menggunakan gembor dengan pemberian

volume air disesuaikan dengan air yang hilang akibat evaporasi dan

pemberiannya sesuai perlakuan masing-masing petakan.

 Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pemupukan pada saat awal tanam

dan pada saat kedelai berumur 20 - 30 hari dengan dosis urea 50 kg/Ha, TSP

dan KCl.

 Pengendalian hama dan penyakit dilakukan jika muncul ciri-ciri atau gejala

dari serangan hama atau patogen atau sebelum muncul sebagai

penjagaan,dilakukan dengan menyemprotkan insektisida langsung pada

tanaman kedelai.

 Setelah kedelai sudah berumur 70 hari maka pemberian irigasi dihentikan dan

akan dipanen pada umur 85 hari setelah tanam.

3.4.5 Pengamatan

Adapun variabel- variabel yang diamati meliputi :

1. Tinggi tanaman (cm)

2. Jumlah daun (helai)

3. Evapotranspirasi (mm)

4. Kebutuhan air total (mm/hari)

5. Kadar air tanah harian (mm/hari)

6. Jumlah bunga (buah)

7. Jumlah polong (buah)

(42)

23

9. Berat brangkasan kering (gr)

10.Produksi (gr)

Waktu pengamatan untuk variabel tinggi tanaman, jumlah daun, dan indeks luas daun

dilakukan sejak minggu 1 sampai minggu 8. Pengamatan kadar air tanah dilakukan

dengan menggunakan porous blok sebelum pemberian air irigasi. Diagram

pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

(43)

3.5 Analisis Data

Adapun analisis data pada penelitian ini adalah perubahan kadar air berupa

evapotranspirasi (ETc)/ deplesi/ penipisan air dari tanah di sekitar tanaman kedelai

setiap hari dengan menggunakan porous block, tinggi tanaman, jumlah daun,jumlah

bunga, jumlah polong, produksi dan kebutuhan air.

Data yang diperoleh kemudian di analisis sidik ragamnya menggunakan Uji F dan Uji

Beda Nyata Terkecil pada tarif uji 5% dan 1% untuk membandingkan antar

(44)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh defisit

evapotranspirasi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pada beberapa varietas

kedelai adalah:

1. Defisit evapotranspirasi tidak mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah daun,

jumlah bunga dan berat brangkasan, tetapi berpengaruh pada jumlah polong

dan produksi.

2. Produksi kedelai tertinggi yaitu varietas Tanggamus (V3) pada perlakuan 0,6

ETc (E3) seberat 363,33 gr. Produksi tanaman kedelai terendah yaitu varietas

Wilis (V1) pada perlakuan defisit 0,8 ETc (E2) yaitu 146,3 gr.

3. Berat brangkasan basah tertinggi pada varietas Tanggamus (V3) pada

perlakuan 0,6 ETc (E3) seberat 420 gram, dan varietas Kaba (V2) pada

perlakuan 0,6 ETc (E3) seberat 289 gram serta varietas Wilis (V1) pada

perlakuan 1,0 ETc (E1) seberat 242,3 gram

4. Curah hujan pada masa pertumbuhan tanaman cukup tinggi sebesar 152 mm

sehingga perlakuan defisit irigasi tidak berpengaruh. Defisit evapotranspirasi

(45)

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian dengan cara sistem irigasi yang berbeda seperti

menggunakan sprayer atau sprinkler di lahan yang sama, jenis tanaman yang sama

dan pada musim yang sama sehingga dapat melihat perbedaan pada penelitian

sebelumnya. Waktu tanam sebaiknya disesuaikan dengan iklim dan pemberian air

(46)

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1989. Kedelai. Kanisius. Yogyakarta . 62 hal

Adie, M. M dan Krisnawati, A. 2006. Biologi Tanaman Kedelai. IPB. Bogor. 215 hal Adetama, Dwi Sartika, 2011. Analisis Permintaan Kedelai. Fakultas ekonomi.

Universitas Indonesia.

Allen, R. G., Pereira, L. S., Raes, D., and Smith, M. 1998. Crop Evapotranspiration: Guidelines For Computing Crop Requirements. Irrigation and Drainage Paper.56, Food and Agriculture Organization of the United

Nations, Rome, 300 hal

Arsyad A. R. 2008 Adaptasi Kedelai terhadap Cekaman Air pada Tanah dengan Tekstur Berbeda. Jurnal Agronomi 8(2): 99-103

Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Padi Jagung dan Kedelai. No. 20/03/ Th. XVI, Agustus 2013

Balai Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. 2008. Seri Buku Inovasi. 22 hal Greg J. Carlson. 1973. The Two Creation Accounts in Schematic Contrast. 66 :

1192-1194

Hansen, V.W., Israelsen dan G.E. stringham. 1986. Dasar-dasar dan Praktek Irigasi Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta. 217 hal

Hanafiah, K., A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Rajawali Pers, Jakarta. 102 hal Hillel, D. 1982. Introduction to Soil Physics. Departement of Plant and Soil

(47)

Islami, T. dan W.H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press. 297 hal

Istiawati, Omi. 2005. Pengaruh irigasi deficit selama fase vegetative terhadap efisiensi penggunaan air pada tanaman kedelai (glycine Max (L) Merril. Universitas Lampung. Bandar Lampung

James, L.G. 1988. Principle of Farm Irrigation System Design. John Wiley & Sons. New York. 543 hal

Li, Hong and Lascano. 2011. Deficit irrigation for enhancing sustainable water use: Comparison of cottonnitrogen uptake and prediction of lint yield in a

multivariate autoregressive state-space model. Journal of Environmental and Experimental Botany 71: 224–231

Mapegau, 2006. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max [L] Merr.). Jurnal ilmiah pertanian Kultura 41 (1) : 43-49

Michael. A.M. 1983. Irrigation theory and practice. Project directory water technology centre for nerlyand head of aricultural engineering indian agricultural research institute. New delhi. 800 hal

Nurhayati. 2009. Pengaruh Cekaman Air Pada Dua Jenis Tanah Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kedelai ( Glycine Max (L.) Merril)

Junal Floratek 4:55 – 64

Pitojo, S. 2005. Benih Kacang kedelai. Kanisius. Yogyakarta. 72 hal

Rosadi, RA.B., Afandi., M. Senge., K. Ito dan J. Tawiah. 2005. The Effect of water Deficit at Individual Growth Stages on the Yield and Water Requirement of Soybean (Glycine max [L] Merr.). Journal of Rainwater Cacthment Systems vol.11/No.1 : 37-41

Tumiar K. Manik,. Rosadi,.Karyanto, A dan Pratya, Anggun I. 2010. Pendugaan Koefisien Tanaman Untuk Menghitung Kebutuhan Air Dan Mengatur Jadual Tanam Kedelai Di Lahan Kering Lampung. Jurnal Agrotropika 15 (2) : 78 – 84

Rukmana, R. 1997. Kedelai budidaya dan pasca panen. Kanisius, Yogyakarta. 92 hal Sharma, 1993. Plant Taxonomi. Mc Graw-Hill Publishing.Company limited. 87 hal Skinner, A. 1997. Resurrecting The Gypsum Block for Soil Moisture Measurement,

(48)

57

Suhartono,. Sidqi Zaed,. Khoiruddin. 2008. Pengaruh interval pemberian air terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max (L) merril) pada

berbagai jenis tanah. Journal Embryo 5(1): 45-47

Suprapto. 2001. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. 80 hal

Sumarno dan Hartono. 1983. Pedoman Bercocok Tanam Kedelai. Pusat Penelitian Tanaman Pangan, Bogor. 85 hal

Yassi, Amir. 2011. Evaluasi pertumbuhan dan produksi beberapa varietas Kedelai pada wilayah dataran tinggi. Jurnal Agrisistem. 7(1): 32-34

(49)
(50)

Lampiran 2. Data Klimatologi

Tabel 9. Data Klimatologi Pada Bulan September

(51)

Data Klimatologi Pada Bulan September

18 24.8 32.2 31.8 28.4 33.2 23.0 - 5:10:00 5:10:00 64.58 98.0 75.0 76.0 86.8 2.6 4.0 135 TG

19 24.4 32.4 30.0 27.8 34.0 23.2 5.5 6:50:00 6:50:00 85.42 98.0 75.0 82.0 88.3 4.9 9.0 90 T 20 24.2 32.0 31.4 28.0 32.0 23.6 - 4:50:00 4:25:00 55.21 98.0 75.0 77.0 87.0 4.3 6.2 315 BL 21 24.6 32.4 31.4 28.3 33.4 23.2 - 7:25:00 7:25:00 92.71 98.0 75.0 78.0 87.3 5.6 9.0 90 T 22 25.2 32.6 33.6 29.2 34.0 22.8 - 7:45:00 7:45:00 96.88 98.0 75.0 69.0 85.0 4.7 8.3 45 TL 23 23.6 33.6 33.0 28.5 34.2 22.4 - 9:00:00 8:00:00 100.00 98.0 69.0 69.0 83.5 5.5 8.9 90 T 24 24.2 29.6 32.6 27.7 33.0 22.8 - 5:10:00 4:25:00 55.21 98.0 86.0 72.0 88.5 5.3 9.0 135 TG

25 24.0 33.4 32.6 28.5 34.0 22.8 - 9:15:00 8:00:00 100.00 98.0 69.0 70.0 83.8 5.9 10.7 135 TG 26 24.0 33.0 32.8 28.5 33.6 22.8 - 9:30:00 8:00:00 100.00 98.0 70.0 71.0 84.3 4.4 7.8 135 TG 27 23.8 33.6 32.4 28.4 34.0 22.0 - 9:00:00 8:00:00 100.00 97.0 74.0 74.0 85.5 4.2 6.7 90 T 28 24.0 32.4 31.8 28.1 33.2 22.4 - 7:40:00 6:25:00 80.21 97.0 72.0 74.0 85.0 5.1 8.3 135 TG 29 24.4 31.0 30.4 27.6 31.4 23.2 16.5 2:25:00 2:25:00 30.21 97.0 78.0 79.0 87.8 5.8 10.3 360 U 30 22.6 33.4 32.2 27.7 33.6 22.2 - 8:15:00 6:30:00 81.25 98.0 72.0 74.0 85.5 3.8 6.8 135 TG

31

(52)

60

Tabel 1. Data Klimatologi Pada Bulan Oktober

(53)

Data Klimatologi Bulan Oktober

20 25.2 33.2 28.0 27.9 34.0 23.8 - 6:10:00 6:00:00 75.00 98.0 73.0 86.0 88.8 3.2 5.5 180 S 21 24.0 32.8 31.4 28.1 33.0 22.2 - 7:55:00 7:00:00 87.50 98.0 73.0 79.0 87.0 2.9 5.0 45 TL 22 24.6 31.6 31.0 28.0 32.4 22.4 - 6:25:00 5:40:00 70.83 97.0 78.0 79.0 87.8 3.2 4.8 135 TG

23 25.2 31.2 26.4 27.0 32.2 23.8 9.0 1:15:00 1:15:00 15.63 97.0 79.0 95.0 92.0 3.3 5.0 90 T 24 23.8 31.0 25.0 25.9 31.4 22.8 20.0 3:25:00 3:10:00 39.58 98.0 79.0 100.0 93.8 2.3 3.5 315 BL 25 23.6 32.6 31.6 27.9 32.8 22.2 - 7:35:00 6:20:00 79.17 98.0 74.0 78.0 87.0 4.4 8.2 135 TG 26 24.4 32.8 29.6 27.8 34.8 23.2 - 9:50:00 8:00:00 100.00 98.0 73.0 82.0 87.8 4.4 10.0 90 T 27 24.8 33.8 32.8 29.1 34.2 23.6 - 7:05:00 6:05:00 76.04 97.0 71.0 73.0 84.5 2.7 4.7 90 T 28 25.0 32.6 28.4 27.8 32.8 23.0 - 4:35:00 4:05:00 51.04 97.0 72.0 88.0 88.5 3.3 7.3 45 TL 29 24.6 31.0 32.4 28.2 33.2 23.6 - 4:45:00 4:00:00 50.00 98.0 78.0 74.0 87.0 2.9 6.3 45 TL 30 24.0 29.2 30.0 26.8 33.0 22.4 - 3:10:00 3:00:00 37.50 95.0 83.0 82.0 88.8 3.5 5.5 45 TL

31 25.6 32.8 29.8 28.5 33.6 23.4 - 3:20:00 3:00:00 37.50 97.0 74.0 82.0 87.5 3.9 7.3 135 TG

(54)

62

Tabel 2. Data Klimatologi Pada Bulan November

(55)

Data Klimatologi Pada Bulan November

22 25.2 32.6 31.0 28.5 33.0 23.4 - 8:35:00 7:10:00 89.58 97.0 73.0 81.0 87.0 6.9 11.0 135 TG

23 25.0 33.6 32.4 29.0 33.6 22.6 - 7:30:00 6:20:00 79.17 94.0 71.0 72.0 82.8 4.2 7.2 135 TG 24 26.0 28.2 30.0 27.6 34.2 24.6 21.0 2:45:00 2:45:00 34.38 97.0 89.0 85.0 92.0 3.4 4.5 135 TG 25 24.4 31.6 30.6 27.8 31.6 23.0 5.0 4:30:00 4:00:00 50.00 98.0 78.0 82.0 89.0 3.9 4.3 90 T 26 22.8 28.0 28.6 25.6 30.0 22.0 - 2:15:00 1:50:00 22.92 100.0 89.0 88.0 94.3 3.9 6.0 180 S 27 24.6 31.2 30.6 27.8 32.0 23.6 22.5 6:45:00 5:40:00 70.83 98.0 82.0 83.0 90.3 2.7 4.0 45 TL 28 24.8 30.2 27.0 26.7 31.4 23.0 22.0 1:25:00 1:25:00 17.71 98.0 82.0 92.0 92.5 3.1 4.5 45 TL 29 24.2 29.4 29.8 26.9 30.8 22.6 0.5 2:40:00 2:40:00 33.33 98.0 86.0 82.0 91.0 2.5 4.5 180 S

30 25.0 32.4 25.6 27.0 32.4 23.6 14.0 0:00:00 0:00:00 0.00 98.0 75.0 100.0 92.8 3.3 5.5 315 BL 31

(56)

Lampiran 3. Analisis Tiggi Tanaman Tabel 10. Tinggi tanaman minggu ke-2

faktor a faktor b 1 2 3 total Rata-rata

Tabel 11. Analisis sidik ragam tinggi tanaman minggu ke-2

SK db JK KT F hitung F Tabel

Kesimpulan : Pengaruh Varietas dan Defisit Evapotranspirasi serta interaksinya tidak berbeda nyata

Tabel 12. Tinggi tanaman minggu ke-3

(57)

Tabel 13. Analisis sidik ragam tinggi tanaman minggu ke-3

Kesimpulan : Pengaruh Varietas dan Defisit Evapotranspirasi serta interaksinya tidak berbeda nyata

Tabel 14. Tinggi tanaman minggu ke-4

faktor a faktor b 1 2 3 total rata-rata

Tabel 15. Analisis sidik ragam tinggi tanaman minggu ke-4

SK db JK KT F hitung F Tabel

(58)

67

Tabel 16. Tinggi tanaman minggu ke-5

faktor a faktor b 1 2 3 total rata-rata

Tabel 17. Analisis sidik ragam tinggi tanaman minggu ke-5

SK db JK KT F hitung F Tabel

Kesimpulan : Pengaruh Varietas dan Defisit Evapotranspirasi serta interaksinya tidak berbeda nyata

Tabel 18. Tinggi tanaman minggu ke-6

(59)

Tabel 19. Analisis sidik ragam tinggi tanaman minggu ke-6

Kesimpulan : Pengaruh Varietas dan Defisit Evapotranspirasi serta interaksinya tidak berbeda nyata

Tabel 20. Tinggi tanaman minggu ke-7

faktor a faktor b 1 2 3 total rata-rata

Tabel 21. Analisis sidik ragam tinggi tanaman minggu ke-7

SK db JK KT F hitung F Tabel

(60)

69

Tabel 22. Tinggi tanaman minggu ke-8

faktor a faktor

Tabel 23. Analisis sidik ragam tinggi tanaman minggu ke-8

SK db JK KT F hitung F Tabel

(61)

Lampiran 4. Analisis Jumlah Daun Tabel 24. Jumlah daun minggu ke-2

faktor a faktor b 1 2 3 total rata-rata

Tabel 25. Analisis sidik ragam jumlah daun minggu ke-2

SK db JK KT F hitung F Tabel Galat Percobaan 18 6.42667 0.35704

Total 34 15.9437

Kesimpulan : Pengaruh Varietas dan Defisit Evapotranspirasi serta interaksinya tidak berbeda nyata

Tabel 26. Jumlah daun minggu ke-3

(62)

71

Tabel 27. Analisis sidik ragam jumlah daun minggu ke-3

SK db JK KT F hitung F Tabel

Kesimpulan : Pengaruh Varietas dan Defisit Evapotranspirasi serta interaksinya tidak berbeda nyata

Tabel 28. Jumlah daun minggu ke-4

faktor a faktor b 1 2 3 total rata-rata

Tabel 29. Analisis sidik ragam jumlah daun minggu ke-4

SK db JK KT F hitung F Tabel

(63)

Tabel 30. Jumlah daun minggu ke-5

Tabel 31. Analisis sidik ragam jumlah daun minggu ke-5

SK db JK KT F hitung F Tabel

Kesimpulan : Pengaruh Varietas dan Defisit Evapotranspirasi serta interaksinya tidak berbeda nyata

Tabel 32. Jumlah daun minggu ke-6

(64)

73

Tabel 33. Analisis sidik ragam jumlah daun minggu ke-6

SK db JK KT F hitung F Tabel

Kesimpulan : Pengaruh Varietas dan Defisit Evapotranspirasi serta interaksinya tidak berbeda nyata

Tabel 34. Jumlah daun minggu ke-7

faktor a faktor b 1 2 3 total rata-rata

Tabel 35. Analisis sidik ragam jumlah daun minggu ke-7

SK db JK KT F hitung F Tabel

(65)

Tabel 36. Jumlah daun minggu ke-8

Tabel 37. Analisis sidik ragam jumlah daun minggu ke-8

SK db JK KT F hitung F Tabel

(66)

75

Lampiran 5. Analisis Jumlah Bunga Tabel 38. Jumlah Bunga minggu ke-5

faktor a faktor b 1 2 3 total rata-rata

Tabel 39. Analisis sidik ragam jumlah bunga minggu ke-5

SK db JK KT F hitung F Tabel

(67)

Tabel 40. Jumlah Bunga minggu ke-6

Tabel 41. Analisis sidik ragam jumlah bunga minggu ke-6

SK db JK KT F

(68)

77

Lampiran 6. Analisis Jumlah Polong Tabel 42. Jumlah Polong minggu ke-7

faktor

Tabel 43. Analisis sidik ragam jumlah polong minggu ke-7

SK db JK KT F hitung F Tabel

Kesimpulan : Pengaruh Varietas berbeda sangat nyata, sedangkan Defisit Evapotranspirasi dan interaksinya tidak berbeda nyata.

(69)

Tabel 44. Jumlah Polong minggu ke-8

Tabel 45. Analisis sidik ragam jumlah polong minggu ke-8

SK db JK KT F hitung F Tabel

(70)

79

Tabel 46. Jumlah Polong minggu ke-9

faktor a faktor b 1 2 3 total rata-rata

Tabel 47. Analisis sidik ragam jumlah polong minggu ke-9

SK db JK KT F hitung F Tabel

(71)

Tabel 48. Jumlah Polong minggu ke-10

Tabel 49. Analisis sidik ragam jumlah polong minggu ke-10

SK db JK KT F hitung F Tabel

(72)

81

Tabel 50. Jumlah Polong minggu ke-11

faktor a faktor b 1 2 3 total rata-rata

Tabel 51. Analisis sidik ragam jumlah polong minggu ke-11

SK db JK KT F hitung F Tabel

(73)

Tabel 52. Jumlah Polong minggu ke-12

Tabel 53. Analisis sidik ragam jumlah polong minggu ke-12

SK db JK KT F hitung F Tabel

(74)

83

Lampiran 7. Analisis Berat Brangkasan Basah Tabel 54. Berat brangkasan basah

Tabel 55. Analisis sidik ragam berat brangkasan basah

SK db JK KT F hitung F Tabel

(75)

Lampiran 8. Analisis Berat Brangkasan Kering

Tabel 57. Analisis sidik ragam berat brangkasan kering

SK db JK KT F hitung F Tabel

(76)

85

Tabel 55. Analisis sidik ragam produksi kedelai

SK db JK KT F hitung F Tabel

(77)
(78)

87

25-10-2013 14,11 14,78 13,56

26-10-2013 15,44 18,67 19,44

27-10-2013 15,67 19,89 20,11

28-10-2013 19,0 20,22 19,78

29-10-2013 13,44 13,44 12,22

30-10-2013 16,89 16,78 18,0

31-10-2013 18,22 19,11 22,56

1-11-2013 20,89 24,33 26,56

Minggu ke-10 2-11-2013 14,0 16,89 18,0

3-11-2013 15,44 15,33 18,2

4-11-2013 15,56 17,78 20,56

5-11-2013 11,33 12,22 15,11

6-11-2013 17,0 18,44 21,67

7-11-2013 20,56 20,67 25,67

(79)

Tabel 11. Pemberian Air Irigasi 1. Pada Bulan September

Tanggal Irigasi (L)

Deficit E1 Deficit E2 Deficit E3

(80)

89

2. Pada Bulan Oktober

Tanggal Irigasi (L)

Deficit E1 Deficit E2 Deficit E3

(81)

26/10/2013 49,68 39,74 29,80

27/10/2013 50,78 40,62 30,47

28/10/2013 50,78 40,62 30,47

29/10/2013 41,95 33,56 25,17

30/10/2013 41,95 33,56 25,17

31/10/2013 59,61 47,69 35,76

3. Pada Bulan November

Tanggal Irigasi (L)

Deficit E1 Deficit E2 Deficit E3

01/10/2013 48,57 38,86 29,14

02/10/2013 50,78 40,62 30,47

03/10/2013 49,68 39,74 29,80

04/10/2013 39,74 31,79 23,84

05/10/2013 37,53 30,02 22,52

06/10/2013 46,36 37,09 27,82

07/10/2013 52,99 42,39 31,79

(82)

91

Lampiran 12. Data Kadar Air Tanah Dan Curah Hujan

(83)
(84)

93

Lampiran 13. Data evapotranspirasi harian Minggu Ke-

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

0 1.8 3 3.68 4.6 4.97 2.3 4.14 4.23 1.38 6.67 0 1.88 2.72 3.86 5.7 3.13 4.23 4.23 4.14 2.76 2.76 0 1.85 2.95 4.78 4.97 4 4.14 4.23 3.31 4.41 3.68 1.6 2.4 3.42 5.52 4.6 4.23 3.13 3.5 3.13 0.2 3.22 1.54 5.6 3.36 3.86 6.9 4.69 4.14 3.5 3.86 1.84 4.6 1.54 2.8 3.78 3.68 3.31 4.78 3.5 4.97 4.42 3.68 4.87 1.67 3 3.96 4.23 4.78 3.86 3.96 4.05 6.07 4.6 4.96 6.35 19.33 23.19 29.61 34.86 29.66 25.4 28.62 29.16 18.87 30.76

Gambar

Tabel 1. Koefisien tanaman
Gambar 1.  Diagram Alir Penelitian
Tabel  9.  Data Klimatologi Pada Bulan September
Tabel 1.  Data Klimatologi Pada Bulan Oktober
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perumusan masalah untuk mengidentifikasi persoalan terkait persetujuan tindakan kedokteran adalah, bagaimana pemahaman dokter terhadap Persetujuan Tindakan Kedokteran

Republik Indonesia dengan segala kekuasaan yang diberikan kepadanya oleh UUD 1945 dan diperkuat oleh mandat Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta

Harapan responden tentang dimensi reliability pada hotel Ratu Mayang Garden Pekanbaru yang meliputi memberikan informasi secara akurat, kedisplinan karyawan, kemampuan

PENGARUH BAURAN PEMASARAN JASA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DI RESTORAN D’PALM BANDUNG :Survey pada Konsumen Di Restoran D’Palm Bandungi. Universitas Pendidikan Indonesia |

Sewajarnya penggunaan konsep wasatiyyah ini perlu diperluaskan dan menjadi panduan dalam pembuatan keputusan dalam kalangan pelabur Muslim agar aktiviti pelaburan tersebut bukan

H0 = Tidak terdapat aktivitas hepatoprotektif dari pemberian ekstrak kurma ruthab ( Phoenix dactylifera ) terhadap sayatan histologi hepar mencit ( Mus musculus )

Berdasarkan hasil analisis peneliti dilapangan, dari penelitian yang berjudul (Strategi da’i dalam mengajarkan Al-Qur’an di desa Doda Kec. Lore tengah Kab. Pelaksanaan nya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik dari patch yang mengandung ekstrak etanol, etil asetat, dan ekstrak etanol terpurifikasi daun sirih hijau, dilihat dari