ABSTRACT
THE INFLUENCE OF EVAPOTRANSPIRATION DEFICIT TO GROWTHS AND YIELDS OF SOME VARIETIES OF
SOYBEAN (Glycine Max (L.) Meriil) By
RAFIQ ULIL ALBAB
The objective of this research was to find out the influence of evapotranspiration deficit to growths and yields of some varieties of soybean (Glycine Max (L.) Meriil). This research used factorial design in completed randomized design with 2 treatment factors for 3 soybean varieties and 3 level of evapotranspiration which were repeated 3 times. The first factor contained of variety V1: Wilis, V2: Kaba; and V3: Tanggamus. The second factor contained of 3 levels of evapotranspiration deficits; E1: 1.0 x ETc (Deficit 0 x ETc), E2: 0.8 x ETc (Deficit 0.2 x ETc), E3: 0.6 x ETc (Deficit 0.4 x ETc). Data were analyzed using analysis of variance (F test) with 5% and 1% significance levels to find out the influences of treatments. The results showed that evapotranspiration deficits did not influence plant height, numbers of leafs, numbers of flowers, and stover weight, but the evapotranspiration deficits influenced numbers of soybean pods and productions. The highest soybean production was in Tanggamus variety (V3) with treatment of 0.6 ETc (E3) which produced 363.33 gr. The lowest soybean production was Wilis variety (V1) with deficit treatment of 0.8 ETc (E2) which produced 146.3 gr.
ABSTRAK
PENGARUH DEFISIT EVAPOTRANSPIRASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASILTANAMAN PADA BEBERAPA
VARIETAS KEDELAI (Glycine Max (L.) Merill ) Oleh
RAFIQ ULIL ALBAB
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap pertumbuhan dan hasil pada beberapa varietas kedelai (Glycine Max (L.) merill ). Penelitian ini menggunakan Rancangan Faktorial dalam Rancang Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor perlakuan yaitu 3 Varietas Kedelai dan 3 taraf defisit evapotaranspirasi dan diulang 3 kali. Faktor pertama : varietas V1: Wilis, V2: Kaba, V3 : Tanggamus, Faktor kedua : 3 taraf Defisit Evapotranspirasi E1: 1,0 x ETc (Defisit 0 x ETc), E2: 0,8 x ETc (Defisit 0,2 x ETc), E3: 0,6 x ETc (Defisit 0,4 x ETc). Analisis data menggunakan analisis ragam (Uji F) pada taraf 5 % dan 1% untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa defisit evapotranspirasi tidak mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bunga dan berat brangkasan tetapi berpengaruh pada jumlah polong dan produksi. Produksi kedelai tertinggi yaitu varietas Tanggamus (V3) pada perlakuan 0,6 ETc (E3) seberat 363,33 gr. Produksi kedelai terendah yaitu varietas Wilis (V1) pada perlakuan defisit 0,8 ETc (E2) yaitu 146,3 gr.
PENGARUH DEFISIT EVAPOTRANSPIRASI TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADA
BEBERAPA VARIETAS KEDELAI
(
Glycine Max (L.) Merill
)
SKRIPSI
RAFIQ ULIL ALBAB
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
1. Diagram Alir Penelitian ... 24
2. Analisis kadar air tanah ... 26
3. Grafik kadar Air tanah harian pada minggu ke-3 sampai ke-10 ... 26
4. Evapotranspirasi yang terjadi selama pertumbuhan ... 28
5. Jumlah Penggunaan Air Irigasi Pada masing-masing perlakuan ETc ... 29
6. Grafik Perkembangan tinggi tanaman kedelai berdasarkan varietas ... 30
7. Perkembangan tinggi tanaman kedelai berdasarkan defisit ETc ... 31
8. Grafik pengaruh irigasi defisit terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kedelai... 32
9. Tanaman terserang hama dan penyakit tanaman ... 33
10. Perkembangan jumlah daun berdasarkan varietas ... 34
11. Perkembangan jumlah daun berdasarkan defisit ETc ... 34
12. Grafik pengaruh irigasi defisit terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman kedelai... 35
13. Perkembangan jumlah bunga berdasarkan varietas ... 36
14. Perkembangan jumlah bunga berdasarkan defisit ETc ... 37
15. Grafik pengaruh irigasi defisit selama pembungaan tanaman kedelai ... 37
17. Perkembangan jumlah polong berdasarkan defisit ETC ... 45
18. Grafik pengaruh irigasi defisit terhadap jumlah polongtanaman
kedelai ... 46
19. Grafik defisit irigasi terhadap berat brangkasan basah tanaman
kedelai ... 49
20. Grafik defisit irigasi terhadap berat brangkasan kering tanaman
kedelai ... 50
21. Grafik pengaruh defisit irigasi terhadap produksi kedelai ... 51
Lampiran
22. Denah Perlakuan ... 58
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
1. Koefisien Tanaman ... 11
2. Pengaruh defisit rigasi terhadap jumlah polong tanaman kedelai
pada minggu ke-7 ... 38
3. Pengaruh defisit rigasi terhadap jumlah polong tanaman kedelai
pada minggu ke-8 ... 40
4. Pengaruh defisit rigasi terhadap jumlah polong tanaman kedelai
pada minggu ke-9 ... 41
5 Pengaruh defisit rigasi terhadap jumlah polong tanaman kedelai
pada minggu ke-10 ... 42
6. Pengaruh defisit rigasi terhadap jumlah polong tanaman kedelai
pada minggu ke-11 ... 43
7. Pengaruh Irigasi defisit terhadap jumlah polong tanaman kedelai
pada minggu ke-12 ... 44
8. Pengaruh defisit rigasi terhadap berat brangkasan basah pada
tanaman kedelai... 48
9. Pengaruh defisit rigasi terhadap Produksi ... 51
Lampiran
10. Data Klimatologi Pada Bulan September ... 59
11. Data Klimatologi Pada Bulan Oktober ... 61
13. Analisis Tinggi Tanaman ... 65
14. Analisis Jumlah Daun ... 70
15. Analisis Jumlah Bunga ... 75
16. Analisis Jumlah Polong ... 77
17. Analisis Berat Brangkasan Basah ... 83
18. Analisis Berat Brangkasan Kering ... 84
19. Analisis Produksi kedelai ... 85
20. Data Harian Pengamatan Porous Block ... 86
21. Pemberian Air Irigasi Pada Bulan September ... 88
22. Pemberian Air Irigasi Pada Bulan Oktober ... 89
23. Pemberian Air Irigasi Pada Bulan November ... 90
24. Data Kadar Air dan Curah Hujan ... 91
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul:
“Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Pada Beberapa Varietas Kedelai (Glycine Max (L.) Merill)” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Pertanian pada
Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Skripsi ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Teknik Pertanian pada Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dosen
pembimbing dan dosen pembahas penulis. Disamping itu juga dengan tidak
mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. R.A. Bustomi Rosadi, M.S. , selaku Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan saran untuk menyelesaikan skripsi ini
2. Dr. Ir. Afandi M.P., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
saran untuk menyelesaikan skripsi ini
3. Ahmad Tusi S.TP. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan
4. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian
yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran kepada penulis selama
menempuh perkuliahan dan selama penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
Pertanian.
6. Seluruh Dosen dan Karyawan atas bantuan dan arahan yang telah diberikan
selama penulis menjalani proses perkuliahan
7. Ayah, ibu dan Mbah tercinta yang tiada kenal lelah dalam mendidik dan
mendoakan keberhasilanku. Terima kasih atas kasih sayang yang tidak putus
mengiringi setiap perjalanan hidupku. Kakakku Silvia M.A dan Adik-adikku
Naufal, Irfan, Nabilah, Nindya yang selalu membawa keceriaan dan inspirasi
dalam hidupku.
8. Untuk Anggun Psikiatri yang selalu memberikan dorongan motivasi dan
semangat selama ini sehingga terselesaikannya skripsi ini.
9. Keluarga besar Teknik Pertanian khususnya rekan-rekan seperjuanganku
angkatan 2009, serta kakak (2007 dan 2008) dan adik-adik angkatan (2010
dan 2011) terimakasih atas do’a, dukungan dan kebersamaannya selama ini.
Bandar Lampung, Januari 2015
Penulis,
MOTO
Sungguh bersama kesukaran dan keringanan. Karna itu bila kau telah selesai (mengerjakan yang lain). Dan kepada Tuhan, berharaplah.
(Q.S Al Insyirah : 6-8)
Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik. (Evelyn Underhill)
Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak.
PERSEMBAHAN
Dengan Penuh Cinta Kupersembahkan Skripsi ini:
Allah SWT
Yang Berkuasa atas segala sesuatu Yang Menyayangi lebih dari siapapun
Rasulullah, Muhammad SAW
Pembawa risalah, yang kunantikan syafaatnya di hari akhir Kupersembahkan karya ini kepada:
Ayah , ibu dan Mbahtersayang yang senantiasa tulus, sabar dengan penuh kasih membesarkanku, mendidikku dan mendoakanku dalam setiap sujudnya serta selalu memberi
semangat untuk terus berusaha.
Kakakku Silvia M.A dan Adik-adikku Naufal, Irfan, Nabilah, Nindya yang selalu membawa keceriaan dan inspirasi dalam hidupku.
Anggun Psikiatri yang selalu memberikan dorongan motivasi dan semangat, Seluruh keluarga besarku di sekolah Al-fatah khususnya
angkatan ke- 15 GIBSA dan teman-temang Tektan 2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di sebuah Desa Muhajirun yang berada di Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan pada 18 Maret 1991. Penulis adalah anak kedua dari
enam bersaudara, pasangan Drs. Abudzar (Alm) dan kunaenah S.Pdi.
Pendidikan yang pernah dilalui adalah Madrasah Ibtidaiyah (MIS) Al-Fatah pada
tahun 1997-2002, MTs Al-Fatah pada tahun 2003-2006, MA Al-Fatah pada tahun
2006-2009, Pada tahun 2009-2010 penulis diterima sebagai mahasiswa di
Universitas Lampung Fakultas Pertanian Jurusan Teknik Pertanian melalui jalur
SNMPTN. Pada tahun 2012, penulis melaksanakan PU (Praktek Umum) di PT. Great
Giant Pineapple, Lampung Tengah, Pada bulan januari tahun 2013 penulis
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu tanaman pangan yang sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Tanaman ini mempunyai
arti penting untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam rangka perbaikan gizi
masyarakat, karena merupakan sumber protein nabati yang relatif murah bila
dibandingkan sumber protein lainnya seperti daging, susu, dan ikan(Mapegau, 2006).
Kedelai merupakan komoditas strategis di indonesia. Produksi tanaman kedelai
tahun 2012 mencapai 851.65 ribu ton (Badan Pusat Statistika, 2013). Seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk dan peningkatan permintaan sebagai bahan baku
pangan dan industri masih sangat diperlukan adanya peningkatan produksi tanaman
kedelai.
Produksi kedelai di Provinsi Lampung tahun 2012 mencapai 7993 ton dengan luas
lahan 6708 ha (Badan Pusat Statistika, 2013). Rendahnya produksi kedelai di
Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor tanah, iklim, hama dan
penyakit, maupun cara pengelolaan yang kurang baik. Salah satu unsur iklim yang
2
atau ketersediaan air tanah air tanah harus cukup untuk perkecambahan pertumbuhan,
pembungaan dan pengisian polong (Nurhayati, 2009).
Kekurangan air (water deficit) akan mengganggu keseimbangan kimiawi dalam
tanaman yang berakibat berkurangnya hasil fotosintesis atau semua proses-proses
fisiologis berjalan tidak normal. Apabila keadaan ini berjalan terus, maka akibat
yang terlihat, misalnya tanaman kerdil, layu, produksi rendah, kualitas turun dan
sebagainya. Konsumsi kedelai yang terus meningkat pesat setiap tahunnya, juga
sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi yang ditandai oleh
meningkatnya konsumsi per kapita kedelai sebesar 5,55%. Sebagian besar produksi
kedelai diolah menjadi bahan pangan yang siap dikonsumsi oleh masyarakat, baik
secara langsung maupun tidak langsung seperti tempe, tahu, kecap dan kripik tempe.
Sekitar 115.000 pengusaha tahu dan tempeanggota Koperasi Produsen Tempe dan
Tahu Indonesia (KOPTI) adalah konsumen terbesar kedelai. Mereka membutuhkan
1,2 juta ton kedelai pertahun, atau lebih dari separuh dari total kebutuhan nasional
sebanyak 2,2 jutaton per tahun. Pabrik kecap, perusahaan pakan ternak, dan industri
makanan minuman berada di urutan berikutnya sebagai konsumen kedelai
(Adetama, 2011)
Cekaman air berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap tanaman. Secara
langsung dapat menyebabkan penurunan turgor tanaman. Tekanan turgor sangat
berperan dalam menentukan ukuran tanaman, berpengaruh terhadap pembesaran dan
perbanyakan sel tanaman, membuka dan menutupnya stomata, perkembangan daun,
Evapotranspirasi standar didefinisikan sebagai laju evapotranspirasi dari permukaan
yang luas,rapat ditumbuhi rumput hijau dengan ketinggian yang seragam antara
8–15 cm dan dalam kondisi tidak kekurangan air (Allen et,al,. 1998). Pengaruh
transpirasi tanaman dan evaporasi tanah diintegrasikan ke dalam koefisien tanaman
tunggal. Koefisien Kc menggabungkan karakteristik tanaman dan efek rata-rata
penguapan dari tanah. Untuk perencanaan dan pengelolaan irigasi tujuan normal,
untuk pengembangan jadwal irigasi dasar, dan untuk sebagian besar studi
keseimbangan air hidrologi, koefisien tanaman rata-rata yang relevan dan lebih
mudah daripada Kc dihitung pada langkah waktu harian dengan menggunakan
tanaman terpisah dan koefisien tanah.
Akibat kekurangan air dalam tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman di
dalam daerah zona pertumbuhan sel turgor ataupun sel-sel lainnya yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan produksi tanaman, proses pertumbuhan, fotosintesis dan
respirasi.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh defisit evapotranspirasi terhadap
4
1.3 Kerangka Pemikiran
Defisit irigasi pada tanaman kedelai sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman kedelai. Air merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan
tanaman. Air berfungsi sebagai nutrisi penyusun tumbuh pada tanaman,digunakan
juga untuk proses fotosintesis pada tanaman.
Ketersediaan air diperlukan untuk menyesuaikan diri dan digunakan untuk
pertumbuhan tanaman, di antaranya untuk peningkatan luas daun. Defisit air
dalam jangka waktu yang pendek hanya berpengaruh pada kapasitas pertukaran
gas dan efisiensi fotosintesis, sedangkan untuk jangka panjang mengakibatkan
menurunnya efisiensi pembentukan bahan kering. Kekurangan air mengakibatkan
berkurangnya laju fotosintesis karena dehidrasi protoplas akan menurunkan
kapasitas fotosintesis. Cekaman air berpengaruh langsung maupun tidak langsung
terhadap tanaman. Secara langsung dapat menyebabkan penurunan turgor tanaman.
Tekanan turgor sangat berperan dalam menentukan ukuran tanaman, berpengaruh
terhadap pembesaran dan perbanyakan sel tanaman, membuka dan menutupnya
stomata, perkembangan daun, pembentukan dan perkembangan bunga (Islami dan
1.4 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah
1. Defisit evapotranspirasi mempengaruhi pertumbuhan tanaman pada 3 jenis
varietas kedelai (Wilis, Kaba, Tanggamus)
2. Defisit evapotranspirasi mempengaruhi hasil tanaman pada 3 jenis varietas
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asal usul kedelai
Kedelai termasuk tanaman golongan strata A, yang memerlukan penyinaran matahari
secara penuh, tidak memerlukan naungan. Adanya naungan yang menahan sinar
matahari hingga 20% pada umumnya masih dapat ditoleransi oleh tanaman kedelai,
tetapi bila melebihi 20% tanaman mengalami etiolasi. Intensitas penyinaran hanya
50% dari total radiasi normal dilaporkan menekan pertumbuhan, mengurangi jumlah
cabang, buku, dan polong yang berakibat turunnya hasil biji hingga 60%. Umumnya
persyaratan panjang hari untuk pertumbuhan kedelai berkisar antara 11-16 jam, dan
panjang hari optimal untuk memperoleh produktivitas tinggi adalah panjang hari
14-15 jam. Di Indonesia panjang hari pada dataran rendah (1-500 m dpl), dataran sedang
(501-900 m dpl), dataran tinggi (901-1600 m dpl) relatif konstan dan sama,
sekitar 12 jam (Sumarno dan Manshuri, 2007)
Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate
dan indeterminate. Perbedaan sistim pertumbuhan batang ini didasarkan atas
keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan tipe batang determinate
ditunjukan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga.
tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga
(Adisarwanto, 2005)
Pengembangan kedelai dapat dilakukan di lahan sawah maupun di lahan kering,
bergantung kepada iklim dan kebutuhan petani setempat. Tanaman Kedelai dapat
tumbuh pada berbagai jenis tanah asal drainase (tata air) dan aerasi (tata udara) tanah
cukup baik, curah hujan 100-400 mm/bulan, suhu udara 23-30ºC, kelembaban
60-70%, pH tanah 5,8-7 dan ketinggian kurang dari 600 m dpl (Balai Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 2008).
2.2 Morfologi Tanaman Kedelai
Klasifikasi tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Menurut Sharma (1993),
tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Polypetales
Family : Papilonaceae
Genus : Glycine
7
2.2.1 Akar
Sistem perakaran pada kedelai terdiri dari sebuah akar tunggang yang terbentuk dari
calon akar, sejumlah akar sekunder yang tersusun dalam empat barisan sepanjang
akar tunggang, cabang akar sekunder, dan cabang akar adventif yang tumbuh dari
bagian bawah hipokotil. Bintil akar pertama terlihat 10 hari setelah tanam. Panjang
akar tunggang ditentukan oleh berbagai faktor, seperti kekerasan tanah, populasi
tanaman, varietas, dan sebagainya. Akar tunggang dapat mencapai kedalaman 200
cm, namun pada pertanaman tunggal dapat mencapai 250 cm. Populasi tanaman yang
rapat dapat mengganggu pertumbuhan akar. Umumnya sistem perakaran terdiri dari
akar lateral yang berkembang 10-15 cm di atas akar tunggang. Dalam berbagai
kondisi, sistem perakaran terletak 15 cm di atas tanah yang tetap berfungsi
mengabsorpsi dan mendukung kehidupan tanaman (Carlson, 1973).
2.2.2 Batang dan Cabang
Ada dua tipe pertumbuhan batang dan permulaan pembungaan pada kedelai. Tipe
pertama adalah indeterminit, yaitu tunas terminal melanjutkan fase vegetatif selama
pertumbuhan. Tipe kedua adalah determinit dimana pertumbuhan vegetatif tunas
terminal terhenti ketika terjadi pembungaan. Proses kemasakan kedelai
dikendalikan oleh fotoperiodisitas (panjang hari) dan suhu. Kedelai
diklasifikasikan sebagai tanaman hari pendek dikarenakan hari yang pendek akan
menginisiasi pembungaan. Suhu hangat dapat mempercepat pembungaan dan
pemasakan kedelai dan sebaliknya, suhu yang lebih dingin akan menghambat dua
2.2.3 Daun
Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia kotiledon
yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai daun tunggal
dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh selepas masa pertumbuhan. Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Daun mempunyai
stomata, berjumlah antara 190-320 buah/m2.
Umumnya, daun mempunyai bulu dengan warna cerah dan jumlahnya bervariasi.
Panjang bulu bisa mencapai 1 mm dan lebar 0,0025 mm. Kepadatan bulu bervariasi,
tergantung varietas, tetapi biasanya antara 3-20 buah/mm2. Jumlah bulu pada varietas
berbulu lebat, dapat mencapai 3-4 kali lipat dari varietas yang berbulu normal.
Contoh varietas yang berbulu lebat yaitu IAC100, sedangkan varietas yang berbulu
jarang yaitu Wilis, Dieng, Anjasmoro, dan Mahameru.
Lebat-tipisnya bulu pada daun kedelai berkait dengan tingkat toleransi
varietas kedelai terhadap serangan jenis hama tertentu. Hama penggerek polong
ternyata sangat jarang menyerang varietas kedelai yang berbulu lebat (Arsyad, 2008)
2.2.4 Bunga
Bunga kedelai berwarna putih, ungu pucat dan ungu. Bunga dapat menyerbuk
sendiri. Saat berbunga bergantung kepada kultivar (varietas) dan iklim. Suhu mempengaruhi proses pembungaan. Semakin pendek penyinaran dan semakin tinggi
9
2.2.5 Polong dan Biji
Buah kedelai berbentuk polong. Jumlah polong bervariasi mulai 2-20 dalam satu
pembungaan dan lebih dari 400 dalam satu tanaman. Satu polong berisi 1-5 biji,
namun pada umumnya berisi 2-3 biji per polong. Polong berlekuk lurus atau ramping
dengan panjang kurang dari 2-7 cm. Polong muda berwarna hijau dan polong masak
berwarna kuning muda sampai kuning kelabu, coklat atau hitam. Warna polong
tergantung pada keberadaan pigmen karoten dan xantofil, warna trikoma, dan
ada-tidaknya pigmen antosianin. Pada polong terdapat trikoma (bulu) dengan intensitas
kepadatan dan panjang yang berlainan tergantung varietasnya (Adie dan Krisnawati,
2006).
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai
Tanaman kedelai merupakan tanaman yang tergolong tanaman lahan darat yang
memerlukan air yang cukup banyak. Tanaman ini dapat ditanam didaratan yang
tinggi dan akan tumbuh pada ketingggian kurang dari 500 m diatas permukaan laut.
Untuk pertumbuhan tanaman kedelai yang baik menggunakan jenis tanah aluvial,
grumusol, latosol, dan andosol dan nilai pH tanah optimum berkisar antara 5,7 - 7,0.
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya
perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada
tanah dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter
paling besar yaitu 2 – 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat dengan
sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah,
permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain (Michael, 1983).
2.4 Kebutuhan air tanaman kedelai
Kebutuhan air meliputi masalah persediaan air, baik air permukaan maupun air
bawah tanah. Evapotranspirasi adalah air yang menguap dari tanah yang berdekatan,
permukaan air, atau dari permukaan daun-daun tanaman. Air yang disimpan dari
embun, curah hujan, atau irigasi siraman dan kemudian menguap tanpa memasuki
siste m tanam-tanaman adalah merupakan bagian dari kebutuhan air (Hansen dkk,
1992 )
Evapotranspirasi adalah proses air berpindah dari suatu permukaan tanah dan
tanaman melalui jaringan pada tanaman pada suatu petakan lahan karena adanya
panas laten (Hillel, 1981). Ada 3 faktor yang mempengaruhi kecepatan suatu
evapotranspirasi yaitu faktor iklim mikro yang mencakup suhu, kelembaban (RH),
dan angin, faktor tanaman, yaitu jenis tanaman, derajat penutupan, struktur tanaman,
faktor tanah, yaitu kondisi pada tanah itu sendiri seperti aerasi,potensial air tanah dan
kecepatan air tanah atau fluktuasi air tanah yang bergerak di bawah permukaan
tanaman menuju ke akar tanaman.
Evapotranspirasi tanaman dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
11
Dimana : ETc = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
Kc = koefisien Tanaman
ETo = evapotranspirasi acuan (mm/hari)
Koefisien tanaman mengintegrasikan evapotranspirasi dari waktu ke waktu. Efek
integrasi dari waktu ke waktu mewakili frekuensi pembasahan rata-rata untuk standar
tanaman dalam kondisi pertumbuhan khas dalam pengaturan irigasi. Nilai-nilai untuk
Kc selama tahap pengembangan awal dan tanaman tunduk pada pengaruh variasi
yang besar dalam frekuensi pembasahan, nilai Kc kedelai dapat dilihat pada Tabel 1
berikut :
2.5 Kebutuhan Air Irigasi
Kedelai termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap kekeringan. Oleh karena itu, air
sangat diperlukan sejak awal pertumbuhan sampai pada massa polong mulai berisi.
Jika pada fase pertumbuhan vegetative kedelai mengalami kekeringan, pertumbuhan
kedelai menjadi kerdil. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sejak tumbuh
sampai pada fase tersebut keadaan tanah hendaknya cukup lembab (AAK, 1989)
Secara umum kedelai dapat diberi pengairan 3-4 kali selama periode pertumbuhannya
seuai dengan masa peka akan kekurangan air yakni sebelum tanam 2-3 minggu
sebelum berbunga pada saat berbunga dan pengisian polong pengairan hendaknya
diberikan sampai daerah perakaran tanaman (Suprapto, 2001).
Perlakuan defisit air pada media tanah bertekstur pasir dan bertekstur liat
mempengaruhi sifat fisika tanah, terutama pada parameter kadar air tanah,tetapi tidak
menunjukkan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman kedelai karena secara
genetik tanaman mempunyai kapasitas untuk mendeteksi jumlah air yang tersedia di
dalam tanah dan mengaturpergerakan stomata dan laju pertumbuhan daun dan dapat
beradaptasi dengan lingkungannya,dengan melakukan kegiatan penutupan stomata
pada saat air tanah berkurang (Arsyad, 2008).
Menurut Istiawati (2005), Fungsi utama dalam pemberian air irigasi pada tanaman
ialah untuk menyediakan air dengan jumlah dan waktu yang tepat. Selain itu juga
fungsi system irigasi untuk mengambil air dari sumber ,menyalurkan air dari
13
Menurut James (1988) ada tiga metode untuk menentukan waktu pemberian irigasi
yaitu :
1. Indikator tanaman
Penentuan irigasi dengan indikator tanamn ialah pemantauan irigasi langsung
pada tanamn dengan melihat pertumbuhan dan tampilannya, mengukur
temperature daun, mengukur tekanan air daun dan mengukur tekanan stomata.
2. Indikator tanah
Meliputi penentuan kadar air tanah dan membandingkan dengan kadar air
tanah minimum yang elah ditentukan (kadar air tanah kritis). Indikator ini
dimaksudkan untuk menduga data jumlah air yang akan diberikan pada setiap
irigasi untuk tanaman.
3. Teknik neraca air
Teknik neraca air ini hampir sama dengan indikator tanah dengan menentukan
kadar air tanah yang dikombinbasikan dngan data iklim yaitu evaporanspirasi
dan curah hujan efektif.
Persamaan yang digunakan adalah :
θi = θ(i-1) - (100 (ET - ����� ) ...(2)
Dimana θi , θ(i-1) adalah kadar air tanah (% volume) pada sore hari (i) dan kemarin sore
(i=1). ET adalah evapotranspirasi tanaman (mm) dan Pe adalah curah hujan efektif
(mm). irigasi dilakukan apabila kadar air tanah pada sore hari ke – i mendekati atau
2.6 Kandungan air tanah
Kandungan air tanah tersedia adalah ketersediaan air untuk tanaman atau ketersediaan
air pada kapasitas lapang dan ketersediaan air pada titik layu permanen. Air tanah
tersedia berbeda-beda pada setiap tekstur tanah.
Kapasitas lapang (field capacity) adalah kondisi dimana tebal lapisan air di dalam lapisan pori-pori tanah mulai menipis, sehingga tegangan antara air dan udara
meningkat hingga lebih besar daripada gaya gravitasi, air gravitasi (pori-pori makro)
dan air tersedia (pori-pori mikro) bagi tanaman dalam kondsi optimum (Hanafiah,
2005).
Titik layu permanen kandungan air pada tanah pada tanaman tidak mampu lagi
menggunakan air tanah tersebut ditandai dengan layunya tanaman terus-menerus.
(Islami dan Utomo, 1995).
Air tanah tersedia adalah jumlah air yang dapat digunakan oleh tanaman yang
letaknya berada diantara kapasitas lapang dan titik layu permanen. Kadar air tanah
dapat diklasifikasikan keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah
air terbanyak yang disimpan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi.
Ada beberapa cara yang digunakan untuk menentukan kadar air tanah yaitu dengan
15
kemudian ditimbang sebagai berat kering (BK). Kadar air tanah dilambangkan
dengan W (% berat) dapat dihitung menggunakan persamaan :
W = ��–��
�� x 100% ...(3)
2.7 Cekaman Air Pada Tanaman
Cekaman air pada tanaman terjadi akibat kadar air tanah dalam pori-pori tanah tidak
mencukupi untuk proses evapotranspirasi ke udara dan adanya transpirasi yang
berlebihan. Di lapangan tanaman walaupun didalam tanah cukup tersedia air,
tanaman tersebut dapat mengalami kekurangan atau cekaman air, dikarnakan
kecepatan penyerapan air tidak dapat mengimbangi hilangnya air melalui proses
transpirasi (Islami dan Utomo, 1995).
Cekaman air pada tanaman mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan sel
pengaruhnya pada pembelahan sel, pertumbuhan sel dan protoplasma. Ada tiga
mekanisme fotosintesis yang dipengaruhi oleh cekaman air, yaitu berkurangnya
aktivitas protoplasma, berkurangnya luas permukaan fotosintesis, dan menutupnya
stomata. Cekaman air ini juga menyebabkan terjadinya perubahan macam dan
jumlah senyawa karbohidrat dalam tanaman seperti peningkatan kadar gula (Islami
dan Utomo, 1995).
2.8 Porous Blok/Gypsum Blok
Gypsum block adalah alat sensor yang dipakai dalam bidang pertanian untuk
mengatur kesuburannya pada suatu tanah atau lahan yang akan dikerjakan. Alat ini
dapat digunakan dengan biaya yang terjangkau dan paling sederhana dari pada alat
sensor elektrik yang lain. Gypsum block terdiri dari sebuah gypsum padat yang sudah
dicetak berbentuk silinder maupun persegi empat dengan kisaran ukuran yang
ditentukan dan dilengkapi dua elektroda dalam hal ini menggunakan sebuah kabel
yang ditanamkan pada block dengan jarak 1 cm dalam keadaan elektroda parallel atau
searah (Skinner,1997).
Gypsum block adalah alat yang terbuat dari serbuk gipsum. Gypsum block pertama
kali dipakai di bidang pertanian untuk mengukur kelengasan tanah dengan cara
dikalibrasi dulu, lalu ditanam di tempat yang akan diteliti. Sekarang gypsum block
dipakai di bidang teknik sipil dalam pengukuran kadar air tanah dengan tujuan agar
tidak merusak struktur tanah di sekitar daerah penelitian. Untuk mengetahui nilai
resistansi yang terjadi, kedua kabel dihubungkan dengan multimeter sehingga
diperoleh nilai tahanan gypsum block. Kemudian nilai tahanan gypsum block
dimasukkan dalam grafik kalibrasi maka diperoleh suatu persamaan resistansi tanah
yang akan dipakai dalam pengukuran kadar air.
Prinsip kerja gypsum block yaitu jika dalam kondisi basah, gypsum block akan
menghasilkan resistansi yang kecil. Demikian sebaliknya dalam kondisi kering, block
akan menghasilkan resistansi yang lebih tinggi. Sebelum dipakai, gypsum block harus
dikalibrasi dahulu secara individu, karena setiap gypsum block memiliki karakteristik
17
Beberapa keuntungan dari gypsum block yaitu (1) Pembuatan block dapat dilakukan
oleh orang awam sekalipun dan relatif lebih murah dibandingkan dengan alat sensor
yang lain, (2) Mudah dalam pemasangan dan penggunaannya serta memerlukan
sedikit pemeliharaan. (3)Tidak merusak struktur tanah sekitarnya. Sedangkan
kerugiannya : (1) lama penggunaan block terbatas.,(2) sensitif terhadap garam dan
suhu, (3) memerlukan kalibrasi secara individu serta (4) Histerisis gypsum block
sangat berpengaruh terhadap kerja gypsum block. Pembacaan resistansi gypsum
block memerlukan tegangan arus bolak-balik (AC current), untuk mencegah efek
polarisasi pada gypsum block yang akan mengakibatkan pembacaan yang salah dan
III. METODELOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Research Station PT Great Giant Pineapple, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, lokasi (04º
49’18,7” S dan 105º 15’45,5” E). Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan
September sampai dengan November 2013. Analisis data dilakukan di Laboraturium
Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan Jurusan Teknik Pertanian Universitas
Lampung. Jenis tanah di lokasi penelitian adalah podsolik merah kuning.
3.2 Alat dan bahan
1. Alat
Alat yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu Panci evapotranspirasi,
Sampel tanah, Porous Block, Gembor, Ember, Mistar, Ring sample,
Timbangan,Oven dan Alat-alat tulis
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :
19
Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah Rancangan Faktorial dalam
Rancang Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor perlakuan yaitu 3 Varietas Kedelai
dan 3 taraf defisit evapotaranspirasi diulang 3 kali, total seluruh percobaan adalah 27
satuan percobaan. Perlakuan yang diberikan adalah :
Faktor pertama : varietas
1. V1 : Wilis
2. V2 : Kaba
3. V3 : Tanggamus
Faktor kedua : 3 taraf Defisit Evapotranspirasi
1. E1 : 1,0 x ETc (defisit 0 x ETc)
2. E2 : 0,8 x ETc (defisit 0,2 x ETc)
3. E3 : 0,6 x ETc (defisit 0,4 x ETc)
Dimana : Nilai ETo = Epanci x Kpanci ...(5)
Epanci diperoleh dari pengukuran secara lansung di stasiun klimatologi yang ada di
riset GGP,dan nilai Kpanci sebesar 0,8 sedangkan nilai Kc berdasarkan data FAO.
Pemberian air irigasi dilakukan setiap pagi hari setelah menghitung dari nilai ETo dan
ETc dan pemberiannya sesuai dengan perlakuan masing-masing plot, untuk plot
tanaman dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.4 Teknik Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Persiapan Lahan dan Pembuatan Petak Percobaan
Adapun tahap Persiapan lahan ini meliputi :
Pengolahan tanah dilakukan dengan pembajakan menggunakan traktor,
sehingga tanah menjadi gembur.
Pengambilan contoh tanah untuk dilanalisis sifat fisik tanahnya
Setelah itu tanah diratakan menggunakan bajak discflow 2 kali.
Pembuatan petak satuan percobaan.
Lahan dibagi menjadi 27 petak percobaan sesuai dengan perlakuan, dan
ukuran tiap petaknya 3 m x 4 m.
21
3.4.2 Penanaman
Kedelai ditanam dengan jarak tanam antar baris 40 cm x 20 cm. Dengan setiap
lubang tanam diisi 2 biji kedelai, dalam setiap petak diambil 5 tanaman sebagai
sampel yang dipilih secara diagonal. Setelah itu dilakukan penyiraman pertama
dengan manual hingga tanah jenuh sampai tanaman berkecambah dan berdaun 2.
Setelah tanaman berdaun dua perlakuan defisit evapotranspirasi mulai dilakukan.
3.4.3 Pemasangan Porous Blok
Pemasangan porous blok dipasang dengan posisi ditengah-tengah plot dengan
kedalaman 10 cm,untuk pengukuran kadar air tanah.
3.4.4 Pemeliharaan
Penyulaman dilakukan pada umur tanaman 7 – 14 hari setelah tanam.
Pengendalian gulma atau penyiangan dilakukan secara manual dengan
mencabut rumput dengan tangan/kored/cangkul dan dilakukan tentatif atau
ketika kira-kira gulma cukup banyak tumbuh di areal pertanaman. 4 m
Penyiraman dilakukan setiap pagi menggunakan gembor dengan pemberian
volume air disesuaikan dengan air yang hilang akibat evaporasi dan
pemberiannya sesuai perlakuan masing-masing petakan.
Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pemupukan pada saat awal tanam
dan pada saat kedelai berumur 20 - 30 hari dengan dosis urea 50 kg/Ha, TSP
dan KCl.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan jika muncul ciri-ciri atau gejala
dari serangan hama atau patogen atau sebelum muncul sebagai
penjagaan,dilakukan dengan menyemprotkan insektisida langsung pada
tanaman kedelai.
Setelah kedelai sudah berumur 70 hari maka pemberian irigasi dihentikan dan
akan dipanen pada umur 85 hari setelah tanam.
3.4.5 Pengamatan
Adapun variabel- variabel yang diamati meliputi :
1. Tinggi tanaman (cm)
2. Jumlah daun (helai)
3. Evapotranspirasi (mm)
4. Kebutuhan air total (mm/hari)
5. Kadar air tanah harian (mm/hari)
6. Jumlah bunga (buah)
7. Jumlah polong (buah)
23
9. Berat brangkasan kering (gr)
10.Produksi (gr)
Waktu pengamatan untuk variabel tinggi tanaman, jumlah daun, dan indeks luas daun
dilakukan sejak minggu 1 sampai minggu 8. Pengamatan kadar air tanah dilakukan
dengan menggunakan porous blok sebelum pemberian air irigasi. Diagram
pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
3.5 Analisis Data
Adapun analisis data pada penelitian ini adalah perubahan kadar air berupa
evapotranspirasi (ETc)/ deplesi/ penipisan air dari tanah di sekitar tanaman kedelai
setiap hari dengan menggunakan porous block, tinggi tanaman, jumlah daun,jumlah
bunga, jumlah polong, produksi dan kebutuhan air.
Data yang diperoleh kemudian di analisis sidik ragamnya menggunakan Uji F dan Uji
Beda Nyata Terkecil pada tarif uji 5% dan 1% untuk membandingkan antar
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh defisit
evapotranspirasi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pada beberapa varietas
kedelai adalah:
1. Defisit evapotranspirasi tidak mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah daun,
jumlah bunga dan berat brangkasan, tetapi berpengaruh pada jumlah polong
dan produksi.
2. Produksi kedelai tertinggi yaitu varietas Tanggamus (V3) pada perlakuan 0,6
ETc (E3) seberat 363,33 gr. Produksi tanaman kedelai terendah yaitu varietas
Wilis (V1) pada perlakuan defisit 0,8 ETc (E2) yaitu 146,3 gr.
3. Berat brangkasan basah tertinggi pada varietas Tanggamus (V3) pada
perlakuan 0,6 ETc (E3) seberat 420 gram, dan varietas Kaba (V2) pada
perlakuan 0,6 ETc (E3) seberat 289 gram serta varietas Wilis (V1) pada
perlakuan 1,0 ETc (E1) seberat 242,3 gram
4. Curah hujan pada masa pertumbuhan tanaman cukup tinggi sebesar 152 mm
sehingga perlakuan defisit irigasi tidak berpengaruh. Defisit evapotranspirasi
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian dengan cara sistem irigasi yang berbeda seperti
menggunakan sprayer atau sprinkler di lahan yang sama, jenis tanaman yang sama
dan pada musim yang sama sehingga dapat melihat perbedaan pada penelitian
sebelumnya. Waktu tanam sebaiknya disesuaikan dengan iklim dan pemberian air
DAFTAR PUSTAKA
AAK, 1989. Kedelai. Kanisius. Yogyakarta . 62 hal
Adie, M. M dan Krisnawati, A. 2006. Biologi Tanaman Kedelai. IPB. Bogor. 215 hal Adetama, Dwi Sartika, 2011. Analisis Permintaan Kedelai. Fakultas ekonomi.
Universitas Indonesia.
Allen, R. G., Pereira, L. S., Raes, D., and Smith, M. 1998. Crop Evapotranspiration: Guidelines For Computing Crop Requirements. Irrigation and Drainage Paper.56, Food and Agriculture Organization of the United
Nations, Rome, 300 hal
Arsyad A. R. 2008 Adaptasi Kedelai terhadap Cekaman Air pada Tanah dengan Tekstur Berbeda. Jurnal Agronomi 8(2): 99-103
Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Padi Jagung dan Kedelai. No. 20/03/ Th. XVI, Agustus 2013
Balai Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. 2008. Seri Buku Inovasi. 22 hal Greg J. Carlson. 1973. The Two Creation Accounts in Schematic Contrast. 66 :
1192-1194
Hansen, V.W., Israelsen dan G.E. stringham. 1986. Dasar-dasar dan Praktek Irigasi Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta. 217 hal
Hanafiah, K., A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Rajawali Pers, Jakarta. 102 hal Hillel, D. 1982. Introduction to Soil Physics. Departement of Plant and Soil
Islami, T. dan W.H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press. 297 hal
Istiawati, Omi. 2005. Pengaruh irigasi deficit selama fase vegetative terhadap efisiensi penggunaan air pada tanaman kedelai (glycine Max (L) Merril. Universitas Lampung. Bandar Lampung
James, L.G. 1988. Principle of Farm Irrigation System Design. John Wiley & Sons. New York. 543 hal
Li, Hong and Lascano. 2011. Deficit irrigation for enhancing sustainable water use: Comparison of cottonnitrogen uptake and prediction of lint yield in a
multivariate autoregressive state-space model. Journal of Environmental and Experimental Botany 71: 224–231
Mapegau, 2006. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max [L] Merr.). Jurnal ilmiah pertanian Kultura 41 (1) : 43-49
Michael. A.M. 1983. Irrigation theory and practice. Project directory water technology centre for nerlyand head of aricultural engineering indian agricultural research institute. New delhi. 800 hal
Nurhayati. 2009. Pengaruh Cekaman Air Pada Dua Jenis Tanah Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kedelai ( Glycine Max (L.) Merril)
Junal Floratek 4:55 – 64
Pitojo, S. 2005. Benih Kacang kedelai. Kanisius. Yogyakarta. 72 hal
Rosadi, RA.B., Afandi., M. Senge., K. Ito dan J. Tawiah. 2005. The Effect of water Deficit at Individual Growth Stages on the Yield and Water Requirement of Soybean (Glycine max [L] Merr.). Journal of Rainwater Cacthment Systems vol.11/No.1 : 37-41
Tumiar K. Manik,. Rosadi,.Karyanto, A dan Pratya, Anggun I. 2010. Pendugaan Koefisien Tanaman Untuk Menghitung Kebutuhan Air Dan Mengatur Jadual Tanam Kedelai Di Lahan Kering Lampung. Jurnal Agrotropika 15 (2) : 78 – 84
Rukmana, R. 1997. Kedelai budidaya dan pasca panen. Kanisius, Yogyakarta. 92 hal Sharma, 1993. Plant Taxonomi. Mc Graw-Hill Publishing.Company limited. 87 hal Skinner, A. 1997. Resurrecting The Gypsum Block for Soil Moisture Measurement,
57
Suhartono,. Sidqi Zaed,. Khoiruddin. 2008. Pengaruh interval pemberian air terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max (L) merril) pada
berbagai jenis tanah. Journal Embryo 5(1): 45-47
Suprapto. 2001. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. 80 hal
Sumarno dan Hartono. 1983. Pedoman Bercocok Tanam Kedelai. Pusat Penelitian Tanaman Pangan, Bogor. 85 hal
Yassi, Amir. 2011. Evaluasi pertumbuhan dan produksi beberapa varietas Kedelai pada wilayah dataran tinggi. Jurnal Agrisistem. 7(1): 32-34
Lampiran 2. Data Klimatologi
Tabel 9. Data Klimatologi Pada Bulan September
Data Klimatologi Pada Bulan September
18 24.8 32.2 31.8 28.4 33.2 23.0 - 5:10:00 5:10:00 64.58 98.0 75.0 76.0 86.8 2.6 4.0 135 TG
19 24.4 32.4 30.0 27.8 34.0 23.2 5.5 6:50:00 6:50:00 85.42 98.0 75.0 82.0 88.3 4.9 9.0 90 T 20 24.2 32.0 31.4 28.0 32.0 23.6 - 4:50:00 4:25:00 55.21 98.0 75.0 77.0 87.0 4.3 6.2 315 BL 21 24.6 32.4 31.4 28.3 33.4 23.2 - 7:25:00 7:25:00 92.71 98.0 75.0 78.0 87.3 5.6 9.0 90 T 22 25.2 32.6 33.6 29.2 34.0 22.8 - 7:45:00 7:45:00 96.88 98.0 75.0 69.0 85.0 4.7 8.3 45 TL 23 23.6 33.6 33.0 28.5 34.2 22.4 - 9:00:00 8:00:00 100.00 98.0 69.0 69.0 83.5 5.5 8.9 90 T 24 24.2 29.6 32.6 27.7 33.0 22.8 - 5:10:00 4:25:00 55.21 98.0 86.0 72.0 88.5 5.3 9.0 135 TG
25 24.0 33.4 32.6 28.5 34.0 22.8 - 9:15:00 8:00:00 100.00 98.0 69.0 70.0 83.8 5.9 10.7 135 TG 26 24.0 33.0 32.8 28.5 33.6 22.8 - 9:30:00 8:00:00 100.00 98.0 70.0 71.0 84.3 4.4 7.8 135 TG 27 23.8 33.6 32.4 28.4 34.0 22.0 - 9:00:00 8:00:00 100.00 97.0 74.0 74.0 85.5 4.2 6.7 90 T 28 24.0 32.4 31.8 28.1 33.2 22.4 - 7:40:00 6:25:00 80.21 97.0 72.0 74.0 85.0 5.1 8.3 135 TG 29 24.4 31.0 30.4 27.6 31.4 23.2 16.5 2:25:00 2:25:00 30.21 97.0 78.0 79.0 87.8 5.8 10.3 360 U 30 22.6 33.4 32.2 27.7 33.6 22.2 - 8:15:00 6:30:00 81.25 98.0 72.0 74.0 85.5 3.8 6.8 135 TG
31
60
Tabel 1. Data Klimatologi Pada Bulan Oktober
Data Klimatologi Bulan Oktober
20 25.2 33.2 28.0 27.9 34.0 23.8 - 6:10:00 6:00:00 75.00 98.0 73.0 86.0 88.8 3.2 5.5 180 S 21 24.0 32.8 31.4 28.1 33.0 22.2 - 7:55:00 7:00:00 87.50 98.0 73.0 79.0 87.0 2.9 5.0 45 TL 22 24.6 31.6 31.0 28.0 32.4 22.4 - 6:25:00 5:40:00 70.83 97.0 78.0 79.0 87.8 3.2 4.8 135 TG
23 25.2 31.2 26.4 27.0 32.2 23.8 9.0 1:15:00 1:15:00 15.63 97.0 79.0 95.0 92.0 3.3 5.0 90 T 24 23.8 31.0 25.0 25.9 31.4 22.8 20.0 3:25:00 3:10:00 39.58 98.0 79.0 100.0 93.8 2.3 3.5 315 BL 25 23.6 32.6 31.6 27.9 32.8 22.2 - 7:35:00 6:20:00 79.17 98.0 74.0 78.0 87.0 4.4 8.2 135 TG 26 24.4 32.8 29.6 27.8 34.8 23.2 - 9:50:00 8:00:00 100.00 98.0 73.0 82.0 87.8 4.4 10.0 90 T 27 24.8 33.8 32.8 29.1 34.2 23.6 - 7:05:00 6:05:00 76.04 97.0 71.0 73.0 84.5 2.7 4.7 90 T 28 25.0 32.6 28.4 27.8 32.8 23.0 - 4:35:00 4:05:00 51.04 97.0 72.0 88.0 88.5 3.3 7.3 45 TL 29 24.6 31.0 32.4 28.2 33.2 23.6 - 4:45:00 4:00:00 50.00 98.0 78.0 74.0 87.0 2.9 6.3 45 TL 30 24.0 29.2 30.0 26.8 33.0 22.4 - 3:10:00 3:00:00 37.50 95.0 83.0 82.0 88.8 3.5 5.5 45 TL
31 25.6 32.8 29.8 28.5 33.6 23.4 - 3:20:00 3:00:00 37.50 97.0 74.0 82.0 87.5 3.9 7.3 135 TG
62
Tabel 2. Data Klimatologi Pada Bulan November
Data Klimatologi Pada Bulan November
22 25.2 32.6 31.0 28.5 33.0 23.4 - 8:35:00 7:10:00 89.58 97.0 73.0 81.0 87.0 6.9 11.0 135 TG
23 25.0 33.6 32.4 29.0 33.6 22.6 - 7:30:00 6:20:00 79.17 94.0 71.0 72.0 82.8 4.2 7.2 135 TG 24 26.0 28.2 30.0 27.6 34.2 24.6 21.0 2:45:00 2:45:00 34.38 97.0 89.0 85.0 92.0 3.4 4.5 135 TG 25 24.4 31.6 30.6 27.8 31.6 23.0 5.0 4:30:00 4:00:00 50.00 98.0 78.0 82.0 89.0 3.9 4.3 90 T 26 22.8 28.0 28.6 25.6 30.0 22.0 - 2:15:00 1:50:00 22.92 100.0 89.0 88.0 94.3 3.9 6.0 180 S 27 24.6 31.2 30.6 27.8 32.0 23.6 22.5 6:45:00 5:40:00 70.83 98.0 82.0 83.0 90.3 2.7 4.0 45 TL 28 24.8 30.2 27.0 26.7 31.4 23.0 22.0 1:25:00 1:25:00 17.71 98.0 82.0 92.0 92.5 3.1 4.5 45 TL 29 24.2 29.4 29.8 26.9 30.8 22.6 0.5 2:40:00 2:40:00 33.33 98.0 86.0 82.0 91.0 2.5 4.5 180 S
30 25.0 32.4 25.6 27.0 32.4 23.6 14.0 0:00:00 0:00:00 0.00 98.0 75.0 100.0 92.8 3.3 5.5 315 BL 31
Lampiran 3. Analisis Tiggi Tanaman Tabel 10. Tinggi tanaman minggu ke-2
faktor a faktor b 1 2 3 total Rata-rata
Tabel 11. Analisis sidik ragam tinggi tanaman minggu ke-2
SK db JK KT F hitung F Tabel
Kesimpulan : Pengaruh Varietas dan Defisit Evapotranspirasi serta interaksinya tidak berbeda nyata
Tabel 12. Tinggi tanaman minggu ke-3
Tabel 13. Analisis sidik ragam tinggi tanaman minggu ke-3
Kesimpulan : Pengaruh Varietas dan Defisit Evapotranspirasi serta interaksinya tidak berbeda nyata
Tabel 14. Tinggi tanaman minggu ke-4
faktor a faktor b 1 2 3 total rata-rata
Tabel 15. Analisis sidik ragam tinggi tanaman minggu ke-4
SK db JK KT F hitung F Tabel
67
Tabel 16. Tinggi tanaman minggu ke-5
faktor a faktor b 1 2 3 total rata-rata
Tabel 17. Analisis sidik ragam tinggi tanaman minggu ke-5
SK db JK KT F hitung F Tabel
Kesimpulan : Pengaruh Varietas dan Defisit Evapotranspirasi serta interaksinya tidak berbeda nyata
Tabel 18. Tinggi tanaman minggu ke-6
Tabel 19. Analisis sidik ragam tinggi tanaman minggu ke-6
Kesimpulan : Pengaruh Varietas dan Defisit Evapotranspirasi serta interaksinya tidak berbeda nyata
Tabel 20. Tinggi tanaman minggu ke-7
faktor a faktor b 1 2 3 total rata-rata
Tabel 21. Analisis sidik ragam tinggi tanaman minggu ke-7
SK db JK KT F hitung F Tabel
69
Tabel 22. Tinggi tanaman minggu ke-8
faktor a faktor
Tabel 23. Analisis sidik ragam tinggi tanaman minggu ke-8
SK db JK KT F hitung F Tabel
Lampiran 4. Analisis Jumlah Daun Tabel 24. Jumlah daun minggu ke-2
faktor a faktor b 1 2 3 total rata-rata
Tabel 25. Analisis sidik ragam jumlah daun minggu ke-2
SK db JK KT F hitung F Tabel Galat Percobaan 18 6.42667 0.35704
Total 34 15.9437
Kesimpulan : Pengaruh Varietas dan Defisit Evapotranspirasi serta interaksinya tidak berbeda nyata
Tabel 26. Jumlah daun minggu ke-3
71
Tabel 27. Analisis sidik ragam jumlah daun minggu ke-3
SK db JK KT F hitung F Tabel
Kesimpulan : Pengaruh Varietas dan Defisit Evapotranspirasi serta interaksinya tidak berbeda nyata
Tabel 28. Jumlah daun minggu ke-4
faktor a faktor b 1 2 3 total rata-rata
Tabel 29. Analisis sidik ragam jumlah daun minggu ke-4
SK db JK KT F hitung F Tabel
Tabel 30. Jumlah daun minggu ke-5
Tabel 31. Analisis sidik ragam jumlah daun minggu ke-5
SK db JK KT F hitung F Tabel
Kesimpulan : Pengaruh Varietas dan Defisit Evapotranspirasi serta interaksinya tidak berbeda nyata
Tabel 32. Jumlah daun minggu ke-6
73
Tabel 33. Analisis sidik ragam jumlah daun minggu ke-6
SK db JK KT F hitung F Tabel
Kesimpulan : Pengaruh Varietas dan Defisit Evapotranspirasi serta interaksinya tidak berbeda nyata
Tabel 34. Jumlah daun minggu ke-7
faktor a faktor b 1 2 3 total rata-rata
Tabel 35. Analisis sidik ragam jumlah daun minggu ke-7
SK db JK KT F hitung F Tabel
Tabel 36. Jumlah daun minggu ke-8
Tabel 37. Analisis sidik ragam jumlah daun minggu ke-8
SK db JK KT F hitung F Tabel
75
Lampiran 5. Analisis Jumlah Bunga Tabel 38. Jumlah Bunga minggu ke-5
faktor a faktor b 1 2 3 total rata-rata
Tabel 39. Analisis sidik ragam jumlah bunga minggu ke-5
SK db JK KT F hitung F Tabel
Tabel 40. Jumlah Bunga minggu ke-6
Tabel 41. Analisis sidik ragam jumlah bunga minggu ke-6
SK db JK KT F
77
Lampiran 6. Analisis Jumlah Polong Tabel 42. Jumlah Polong minggu ke-7
faktor
Tabel 43. Analisis sidik ragam jumlah polong minggu ke-7
SK db JK KT F hitung F Tabel
Kesimpulan : Pengaruh Varietas berbeda sangat nyata, sedangkan Defisit Evapotranspirasi dan interaksinya tidak berbeda nyata.
Tabel 44. Jumlah Polong minggu ke-8
Tabel 45. Analisis sidik ragam jumlah polong minggu ke-8
SK db JK KT F hitung F Tabel
79
Tabel 46. Jumlah Polong minggu ke-9
faktor a faktor b 1 2 3 total rata-rata
Tabel 47. Analisis sidik ragam jumlah polong minggu ke-9
SK db JK KT F hitung F Tabel
Tabel 48. Jumlah Polong minggu ke-10
Tabel 49. Analisis sidik ragam jumlah polong minggu ke-10
SK db JK KT F hitung F Tabel
81
Tabel 50. Jumlah Polong minggu ke-11
faktor a faktor b 1 2 3 total rata-rata
Tabel 51. Analisis sidik ragam jumlah polong minggu ke-11
SK db JK KT F hitung F Tabel
Tabel 52. Jumlah Polong minggu ke-12
Tabel 53. Analisis sidik ragam jumlah polong minggu ke-12
SK db JK KT F hitung F Tabel
83
Lampiran 7. Analisis Berat Brangkasan Basah Tabel 54. Berat brangkasan basah
Tabel 55. Analisis sidik ragam berat brangkasan basah
SK db JK KT F hitung F Tabel
Lampiran 8. Analisis Berat Brangkasan Kering
Tabel 57. Analisis sidik ragam berat brangkasan kering
SK db JK KT F hitung F Tabel
85
Tabel 55. Analisis sidik ragam produksi kedelai
SK db JK KT F hitung F Tabel
87
25-10-2013 14,11 14,78 13,56
26-10-2013 15,44 18,67 19,44
27-10-2013 15,67 19,89 20,11
28-10-2013 19,0 20,22 19,78
29-10-2013 13,44 13,44 12,22
30-10-2013 16,89 16,78 18,0
31-10-2013 18,22 19,11 22,56
1-11-2013 20,89 24,33 26,56
Minggu ke-10 2-11-2013 14,0 16,89 18,0
3-11-2013 15,44 15,33 18,2
4-11-2013 15,56 17,78 20,56
5-11-2013 11,33 12,22 15,11
6-11-2013 17,0 18,44 21,67
7-11-2013 20,56 20,67 25,67
Tabel 11. Pemberian Air Irigasi 1. Pada Bulan September
Tanggal Irigasi (L)
Deficit E1 Deficit E2 Deficit E3
89
2. Pada Bulan Oktober
Tanggal Irigasi (L)
Deficit E1 Deficit E2 Deficit E3
26/10/2013 49,68 39,74 29,80
27/10/2013 50,78 40,62 30,47
28/10/2013 50,78 40,62 30,47
29/10/2013 41,95 33,56 25,17
30/10/2013 41,95 33,56 25,17
31/10/2013 59,61 47,69 35,76
3. Pada Bulan November
Tanggal Irigasi (L)
Deficit E1 Deficit E2 Deficit E3
01/10/2013 48,57 38,86 29,14
02/10/2013 50,78 40,62 30,47
03/10/2013 49,68 39,74 29,80
04/10/2013 39,74 31,79 23,84
05/10/2013 37,53 30,02 22,52
06/10/2013 46,36 37,09 27,82
07/10/2013 52,99 42,39 31,79
91
Lampiran 12. Data Kadar Air Tanah Dan Curah Hujan
93
Lampiran 13. Data evapotranspirasi harian Minggu Ke-
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
0 1.8 3 3.68 4.6 4.97 2.3 4.14 4.23 1.38 6.67 0 1.88 2.72 3.86 5.7 3.13 4.23 4.23 4.14 2.76 2.76 0 1.85 2.95 4.78 4.97 4 4.14 4.23 3.31 4.41 3.68 1.6 2.4 3.42 5.52 4.6 4.23 3.13 3.5 3.13 0.2 3.22 1.54 5.6 3.36 3.86 6.9 4.69 4.14 3.5 3.86 1.84 4.6 1.54 2.8 3.78 3.68 3.31 4.78 3.5 4.97 4.42 3.68 4.87 1.67 3 3.96 4.23 4.78 3.86 3.96 4.05 6.07 4.6 4.96 6.35 19.33 23.19 29.61 34.86 29.66 25.4 28.62 29.16 18.87 30.76