(Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia)
Oleh
Umarudin Kurniawan
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRACT
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EQUITY RISK PREMIUMPERUSAHAAN DI INDONESIA
(Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang TerdaftarDi Bursa Efek Indonesia)
By:
Umarudin Kurniawan
This study aims to analyze the impact of auditor tenure, company’s size, leverage, earning quality, and Earning per Share on company’s equity risk premium.
Samples of this study based on purposive sampling method from Bank companies that listed in Indonesia Stock Exchange in the year 2007 to 2011. The final
samples consist of 23companies.
Analysis tool was usedtoanalyze theproblems is multiple regression analysis. Hypothesis tested bysimplelinearregression testwith aconfidencelevel of95% and5% error.
The results ofthis study indicatethat earning quality have positive impact on company’s equity risk premium. Meanwhile auditor tenure, leverage, company’s size and earning per share have not impact on company’s equity risk premium.
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EQUITY RISK PREMIUMPERUSAHAAN DI INDONESIA
(Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang TerdaftarDi Bursa Efek Indonesia)
Oleh:
Umarudin Kurniawan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh auditor tenure, ukuran perusahaan, leverage, kualitas laba, dan Earning Per Share terhadap
EquityRiskPremium. Sampel penelitan ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 sampai 2011. Secara keselurahan sampel dari penelitian ini terdiri dari 23 perusahaan perbankan.
Alat analisis yang digunakan untuk menganalisa permasalahan yaitu analisis regresi berganda. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji regresi linear sederhana dengan tingkat keyakinan 95% dan error 5%.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas laba berpengaruh signifikan positif terhadap Equity Risk Premium. Sedangkan auditor tenure, leverage, ukuran perusahaan dan Earning per Sharetidak berpengaruh terhadap Equity risk
Premium.
i DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... .. i
DAFTAR LAMPIRAN ... . iii
DAFTAR TABEL... . iv
DAFTAR GAMBAR ... .. v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah dan Batasan Masalah ... 4
1.2.1. Perumusan Masalah ... 4
1.2.2. Batasan Masalah... 5
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1.3.1. Tujuan Penelitian... 6
1.3.2. Manfaat Penelitian ... 6
1.4. Sistematika Penulisan... 7
BAB II TINJAUN PUSTAKA ... 8
2.1. Landasan Teori ... 8
2.1.1. Saham ... 8
2.1.2. Return Saham ... 9
2.1.3. Equity Risk Premium (ERP) ... 10
2.1.4. Masa Penugasan Auditor (Auditor Tenure) ... 14
2.1.5. Ukuran Perusahaan ... 16
2.1.6. Leverage ... 17
2.1.7. Kualitas Laba... 18
2.1.8. Earning per Share(EPS)... 20
2.2. Penelitian Terdahulu ... 21
ii
3.2. Jenis dan Sumber Data ... 30
3.3. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 30
3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 31
3.5. Alat Analisis... 33
3.6. Uji Hipotesis ... 38
BAB IV HASIL DAN ANALISIS ... 39
4.1. Hasil Penelitian ... 39
4.1.1. Deskripsi Objek Penelitian... 39
4.2. Analisis Data ... 41
4.2.1. Statistik Deskriptif ... 41
4.2.2. Uji Asumsi Klasik ... 43
4.2.3. Uji Kelayakan Model ... 48
4.2.4. Hasil Analisis Regresi Berganda ... 49
4.2.5. Pengujian Hipotesis ... 51
4.3. Pembahasan ... 53
KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
5.1. Kesimpulan ... 60
5.2. Keterbatasan Penelitian ... 61
5.3. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63
iv DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabel BI Rate per Tahun ... 14
2. Kriteria Sampel Penelitian ... 30
3. Tabel Autokorelasi ... 36
4. Pengambilan Sampel Penelitian ... 39
5. Daftar Sampel Perusahaan ... 40
6. Hasil Statistik Deskriptif ... 41
7. Hasil Uji Statistik Multikolonieritas ... 45
8. Hasil Uji Autokorelasi... 46
9. Hasil Uji F... 48
10. Hasil Koefisien Determinasi (R2) ... 49
11. Hasil Perhitungan Regresi Berganda ... 50
v
Gambar Halaman
1. Hasil Uji Normalitas (Grafik) ... 44
iii DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Lampiran 1 Daftar Emiten Bei Perusahaan Perbankan 2007-2011
2. Lampiran 2 Daftar Sampel Perusahaan
3. Lampiran 3 Data Hasil Penelitain
4. Lampiran 4 Data Return Saham Perusahaan Perbankan Go Public Di BEI
2007–2011
1.1. Latar Belakang Masalah
Investasi merupakan penanaman sejumlah dana dalam bentuk uang ataupun
barang yang diharapkan akan memberikan hasil yang lebih dikemudian hari.
Ditinjau dari sisi investor, pada umumnya tujuan investor berinvestasi di pasar
modal pasti mengharapkan tingkat keuntungan. Jika return yang diperoleh
investor tidak melebihi return yang didapat dari investasi bebas risiko seperti
obligasi pemerintah dan bunga bank, maka investor tidak akan bersedia
berinvestasi pada saham. Oleh sebab itu, kesediaan investor menanggung risiko
investasi dalam saham harus dibayar dengan tambahanreturnyang akan diperoleh
investor dari investasi dalam saham biasa tersebut. Tambahan return itu disebut
denganequity risk premium(ERP).
Equity Risk Premium(ERP) didefinisikan sebagai perbedaan antara return yang
diharapkan pada saham biasa dan return pada sekuritas pemerintah (Martin dan
Lillo, 2003). ERP diukur sebagai return yang diharapkan pemegang saham
melebihi rata-rata aset bebas risiko. Informasi keuangan perusahaan merupakan
salah satu faktor intern perusahaan yang penting yang dapat mempengaruhi
investor untuk berinvestasi. Tinggi rendahnya kualitas informasi keuangan
2
tersebut. Auditor berperan melaksanakan kredibilitasnya dengan memberi
verifikasi independen dari kesiapan laporan keuangan perusahaan untuk
meningkatkan kualitas informasi spesifik keuangan perusahaan. Leuz dan
Verecchia (2005) menemukan bahwa kualitas yang rendah dari informasi
keuangan perusahaan akan meningkatkan risiko informasi dan berakibat pada
ERP yang semakin tinggi.
Menurut Gebhardt, Lee, dan Swaminathan (2001) terdapat faktor-faktor lain yang
mempengaruhi ERP. Hasil mereka menunjukkan bahwa ukuran perusahaan secara
umum memiliki pengaruh positif pada ERP tapi tidak signifikan. Bhandari (1988)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa rasioleveragememiliki hubungan yang
positif terhadap tingkat return saham yang diharapkan. Karena peningkatan utang
biasanya diikuti dengan peningkatan modal kerja dalam perusahaan, hal tersebut
akan menyebabkan biaya modal meningkat dan akhirnya meningkatkan ERP.
Selain itu, penelitian Francis, LaFond, dan Olsson (2004) menyatakan bahwa
tinggi rendahnya kualitas laba akan terlihat pada ERP. Hasil penelitian mereka
menemukan bahwa semakin tinggi kualitas laba, ERP akan semakin rendah.
Menurut Gantyowati dan Arwanta (2004), investor dapat menggunakan rasio
Earning per Share(EPS) untuk mengetahui kinerja perusahaan. Penelitian
Aloysius (2004) dan Chen (2006) menunjukkan bahwaEarning per Share(EPS)
merupakan variabel yang signifikan dalam menerangkan perubahanreturnsaham.
Di Indonesia, penelitian mengenaiequity risk premiumtelah dilakukan oleh Saiful
dan Elin (2010) dengan menggunakan sampel pabrikasi atau manufaktur saja,
selain perusahaan manufaktur. Sehingga, peneliti tertarik untuk meneliti
faktor-faktor yang mepengaruhi ERP di Indonesia, khususnya perusahaan perbankan
yang teradaftar di BEI.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Saiful dan Elin (2010) dengan
penambahan variabel dependen EPS (Earning per Share) dari penelitian Aloysius
(2004) dan Chen (2006). Kemudian dalam penelitian ini, peneliti mengambil
sampel dari perusahaan perbankan. Alasan penetapan perusahaan perbankan
sebagai perusahaan yang diteliti adalah karena perbankan adalah suatu industri
yang memiliki karakteristik berbeda dengan industri yang lain seperti manufaktur,
perdagangan, dan sebagainya. Perbankan adalah industri yang sarat dengan
berbagai regulasi, hal ini karena bank adalah suatu lembagantermediary/perantara
keuangan yang menghubungkan antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak
yang memerlukan dana. Karena fungsinya tersebut maka risiko yang harus
dihadapi oleh bank sangat besar, ketidakmampuan untuk menjagaimage(kualitas)
akan sangat berpengaruh terhadap likuiditas bank (Rahmawati, dkk. 2006).
Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini diberi judul,”Analisis
Faktor-Faktor Yang MempengaruhiEquity Risk PremiumPerusahaan Di Indonesia (Studi Pada Perushaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
4
1.2. Perumusan dan Batasan Masalah 1.2.1. Perumusan Masalah
Seperti yang telah dikemukakan diatas, ERP merupakan salah satu ukuran yang
penting dalam keuangan dan investasi, misalnya, dalam keputusan alokasi aset
dari portofolio manajer, keputusan bagaimana membagi investasi keuangan antara
saham dan sekuritas pemerintah. Jika return pada investasi saham biasa tidak lebih
besar dari pada investasi bebas resiko seperti obligasi pemerintah atau bunga
bank, maka investor tidak bersedia berinvestasi pada saham. Dari berbagi
penelitian, ERP itu sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor. Namun dari hasil
penelitian-penelitian terdahulu didapatkan hasil yang masih bervariasi, seperti
yang telah diuraikan pada latar belakang diatas. Selain itu peneliti ingin
mengatahui secara spesifik apakah variabelauditor tenure,ukuran perusahaan,
leverage, kualitas laba, dan Earning per Share(EPS) berpengaruh terhadap
equity risk premiumperusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Berdasarkan urain di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apakahmasa penugasan auditormempunyai pengaruh signifikan
terhadapEquity Risk Premium.
2. Apakahukuran perusahaanmempunyai pengaruh signifikan terhadap
Equity Risk Premium.
3. Apakahleveragemempunyai pengaruh signifikan terhadapEquity Risk
Premium.
4. Apakahkualitas laba mempunyai pengaruh signifikan terhadapEquity
5. ApakahEPS mempunyai pengaruh signifikan terhadapEquity Risk
Premium.
1.2.2. Batasan Masalah
Supaya penelitian ini terfokus pada topik yang telah dipilih, maka peneliti
memberi batasan masalah berikut :
1. Objek penelitian adalah perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
2. Perusahaan telah menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan
auditan berturut-turut dan memiliki data yang diperlukan selama 2007-2011.
Peneliti mengambilperiode pengamatan penelitian selama 5 tahun untuk
memperoleh perhitungan ERP yang lebih akurat sehingga diharapkan bisa lebih
menjelaskan mengenai ERP dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
3. Perusahaan tidakdelistingselama periode pengamatan. Dalam pasar saham,
delistingmerupakan keluarnya suatu perusahaan dari bursa saham. Sehingga
apabila ada sebuah perusahaan yangdelisting,maka kelengkapan data yang
diperlukan tidak akan terpenuhi.
4. Perusahaan tidak mengalami kerugian secara berturut-turut selama periode
6
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh masa penugasan auditor terhadap Equity Risk
Premium.
2. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap Equity Risk
Premium.
3. Untuk mengetahui pengaruhleverageterhadapEquity Risk.
4. Untuk mengetahui pengaruh kualitas laba terhadapEquity Risk Premium.
5. Untuk mengetahui pengaruh EPS terhadap Equity Risk Premium.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Akademisi
– Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti sehubungan Equity Risk Premium di Indonesia, khususnya untuk perusahaan Perbankan.
– Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan dan masukan dalam
melakukan penelitian pada bidang yang sejenis
2. Bagi Praktisi
– Bagi perusahaan, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau referensi bagi pihak perusahaan untuk meningkatkan kinerja
perusahaannya dalam rangka untuk meningkatkanreturnsaham perusahaan.
1.4. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Batasan
Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan dan Manfaat Penelitian.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini membahas landasan teori yang dipakai dalam melakukan
penelitian. Landasan teori diambil dari referensi-referensi yang
relevan dengan topik penelitian.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang metodologi penelitian yang berisi
mengenai teknik pengumpulan data, populasi dan sampel, dan alat
analisis yang digunakan.
BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum yang memberikan
penjelasan secara singkat objek yang diteliti, deskripsi data yang
menjadi materi untuk dianalisa dalam pembahasan serta
pembahasan yang merupakan analisis secara mendalam kepada
penyelesaian masalah.
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini menguraikan kesimpulan dari penelitian yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Saham
Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam
suatu perusahaan, selembar saham merupakan selembar kertas yang menerangkan
bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya (berapapun porsinya/jumlahnya)
dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. Perusahaan
dapat mengeluarkan sertifikat saham untuk sejumlah lembar saham yang
diinginkan sesuai dengan kemampuan keuangan perusahaan dan jumlah dana
eksternal yang dibutuhkan oleh perusahaan. Maka seseorang atau suatu badan
melakukan investasi pada saham tersebut dengan tujuan untuk mendapatkan
returnatas investasi yang dia tanamkan.
Ditinjau dari segi manfaatnya, pada dasarnya saham dapat digolongkan menjadi
saham biasa dan saham preferen.
a. Saham biasa (common stock).
Saham biasa selalu muncul dalam setiap struktur modal saham perseroan
terbatas. Saham biasa lebih umum disebut saham saja. Besar kecilnya deviden
b. Saham preferen(preferred stock).
Saham preferen merupakan gabungan pendanaan antara hutang dan saham
biasa. Menurut Jogiyanto (2003:67) saham preferen (preferred stock)
merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara obligasi
(bond) dan saham biasa (Common stock). Saham preferen memberikan
pendapatan tetap dalam bentuk dividen tetap yang dibayarkan setiap kuartal
dan dinyatakan dalam bentuk rupiah atau persentase terhadap nilai nominal
saham (Ang, 2003).
2.1.2. ReturnSaham
Returnadalah tingkat pengembalian atas investasi yang ditanamkan oleh investor.
Menurut Reilly and Brown (2000:6) investor menginvestasikan uangnya dari
tabungan mereka dan menunda konsumsi mereka karena untuk mendapatkan
Returnatas investasi mereka. Dengan kata lain investor tidak akan berinvestasi
jika tidak adareturndimasa mendatang atas investasi yang mereka tanamkan.
Returntotal terdiri daricapital gain (loss)danyield.Capital gainataucapital loss
merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode lalu.
Yieldadalah presentase penerimaan kas secara periodik terhadap harga investasi
periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham,yieldmerupakan presentase
dividen terhadap harga saham periode sebelumnya. Dividen dapat berupa uang
tunai atau saham, dimana dividen tunai adalah uang tunai yang dibagikan
berdasarkan presentase tertentu dari harga saham. Sedangkan dividen saham
adalah sejumlah saham yang dibagikan berdasarkan presentase tertentu dari
10
Investor yang ingin mendapatkanreturnberupa dividen ataucapital gainharuslah
mampu menganalisis faktor–faktor yang akan mempengaruhi perubahan return
saham, baik dari segi fundamental maupun teknikal. Faktor fundamental adalah
faktor–faktor dasar yang terdapat dari data keuangan perusahaan itu sendiri.
Sementara faktor teknikal adalah faktor–faktor yang tergambar dari pergerakan
harga di pasar. Termasuk juga memperhitungkan risiko suatu saham, apakah
returnyang investor harapkan sebanding dengan risiko yang investor tanggung.
Karena pada ujungnya investor hanya mengharapkanreturnatas apa yang telah
diinvestasikannya.
Namun mengingat tidak selamanya perusahaan membagikan dividen kas secara
periodik kepada pemegang sahamnya, makareturnsaham dapat dihitung sebagai
berikut (Jogiyanto: 1998):
ReturnSaham =
Keterangan :
Pt = Harga saham periode sekarang
Pt 1 = Harga saham periode sebelumnya
2.1.3. Equity Risk Premium (ERP)
Equity Risk Premium(ERP) didefinisikan sebagai perbedaan antara return yang
diharapkan pada saham biasa dan return pada sekuritas pemerintah (Martin dan
Lillo, 2003). Sedangkan menurut Anin dan Falaschetti (1998) mendefinisikan
tidak tetap sehubungan dengan saham ekuitas miliknya. ERP diukur sebagai
return yang diharapkan pemegang saham melebihi rata-rata aset bebas risiko.
ERP sering diuraikan sebagai nilai yang paling penting dalam keuangan dan
investasi, misalnya, dalam keputusan alokasi aset dari portofolio manajer,
keputusan bagaimana membagi investasi keuangan antara saham dan sekuritas
pendapatan tetap yang dipengaruhi ERP dan karakteristik risiko mereka yang
berbeda. Dalam keputusan penganggaran modal di tingkat perusahaan, ERP
merupakan masukan dalam biaya modal, tingkat diskonto yang digunakan untuk
menghitungnet present valueinvestasi. ERP juga merupakan masukan yang
penting dalam menghitung biaya modal yang memiliki peran untuk menentukan
harga maksimum barang dan jasa dari utilitas pemerintah (Martin dan Lillo,
2003).
ERP mencerminkan harga dari risiko yang diambil, merupakan komponen utama
atas return yang diharapkan yang dituntut pada investasi berisiko. Return yang
diharapkan ini merupakan faktor penentu dari biaya ekuitas dan biaya modal,
input yang penting dalam analisis keuangan dan penilaian perusahaan
(Demodaran, 2009). ERP seperti yang digunakan dalam tingkat diskonto dan
analisis biaya modal merupakan konsep yang memandang ke masa depan. Karena
itu, ERP yang digunakan pada tingkat diskonto harus mencerminkan apa yang
dipikirkan para investor tentang premi risiko di masa depan.
Terdapat dua cara umum untuk memperkirakan ERP, pertama menggunakan data
historis dan yang lain menggunakan perkiraan atau proyeksi pasar. Dengan
12
menggambarkan apa yang mungkin terjadi di masa depan. Dengan menggunakan
proyeksi pasar, asumsinya adalah bahwa untuk memproyeksikan ERP dapat
dilakukan melalui survey atau beberapa model proyeksi lain. Kebanyakan model
ERP menggunakan data historis dan mengasumsikan bahwa beberapa periode
masa lalu menyediakan indikasi terbaik dari apa yang akan terjadi di masa depan.
Jadi, model ERP yang menggunakan proyeksi masa depan sebagai dasar tidak
berfungsi dengan baik (Saiful dan Erliana, 2010).
Saiful dan Erliana (2010) menggunakan CAPM (Anin dan Falaschetti,1998)
dalam menghitung ERP yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
=
= .
Keterangan:
Ri = tingkat return saham
β = beta saham
Rf= tingkat return aset bebas risiko
RM= tingkat return pasar
Capital Asset Pricing Model mengasumsikan bahwa para investor adalah
perencana pada suatu periode tunggal yang memiliki persepsi yang sama
mengenai keadaan pasar dan mencari mean-variance dari portofolio yang optimal.
Capital Asset Pricing Model juga mengasumsikan bahwa pasar saham yang ideal
adalah pasar saham yang besar, dan para investor adalah para price-takers, tidak
umum, dan para investor dapat meminjam maupun meminjamkan pada jumlah
yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga tetap yang tidak berisiko (fixed risk
free rate). Dengan asumsi ini, semua investor memiliki portofolio yang risikonya
identik.
Capital Asset Pricing Model menyatakan bahwa dalam keadaan ekuilibrium,
portofolio pasar adalah tangensial dari rata-rata varians portofolio. Sehingga
strategi yang efisien adalah passive strategy. Capital Asset Pricing Model
berimplikasi bahwa premium risiko dari sembarang aset individu atau portofolio
adalah hasil kali dari risk premium pada portofolio pasar dan koefisien beta.
Suku bunga bank sentral tentunya masih berpotensi memiliki semua risiko, akan
tetapi diasumsikan negara tidak mungkin gagal membayar (walaupun ada juga
kemungkinannya), oleh karena itu biasanya return dari risk free aset (Rf)
digunakan suku bunga bank sentral (Boone, et, al. 2008).
Di indonesia suku bunga bank sentral dikenal dengan nama SBI (Sertifikat Bank
Indonesia. SBI adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan
sistem diskonto/bunga. Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan
SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli
2005, BI menggunakan mekanisme "BI rate" (suku bunga BI), yaitu BI
mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan pada
masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para
14
Tabel 1. Rata-Rata BI Rate per Tahun
Tahun BI Rate
Dalam model CAPM, diasumsikan bahwa saham yang menawarkan risiko yang
relatif lebih tinggi akan dihargai relatif lebih daripada saham yang menawarkan
risiko lebih rendah. Sehingga semakin tinggi risiko suatu saham maka, return
yang diharapkan dari saham tersebut akan semakin tinggi juga dan sebaliknya.
2.1.4. Masa Penugasan Auditor(Auditor tenure).
Audit Tenureadalah Masa Perikatan (keterlibatan) antara Kantor Akuntan Publik
(KAP) dan klien terkait jasa audit yang disepakati atau dapat juga diartikan
sebagai jangka waktu hubungan auditor dan klien. Isu mengenaiAudit Tenure
biasanya dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap independensi auditor.
Al-Thuneibatet al.(2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa hubungan
yang lama antara auditor dan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan
antara mereka, cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi
kualitas audit. Boone,et al.(2008) percaya bahwa hubungan yang panjang bisa
menyebabkan auditor memiliki kecenderungan kehilangan independensinya.
Auditor yang memiliki hubungan yang lama dengan perusahaan yang diaudit
diyakini akan membawa konsekuensi ketergantungan tinggi atau ikatan ekonomik
ekonomik dengan perusahaan, makin tinggi kemungkinan auditor membiarkan
perusahaan untuk memilih metoda akuntansi yang ekstrem.Namun, Jacksonet al.
(2008) memiliki pandangan yang berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan
Al-Thuneibatet al.(2011). Mereka menyimpulkan bahwa kualitas audit akan
meningkat dengan adanya hubungan antara auditor dan klien.
Di Indonesia, peraturan yang mengatur tentangaudit tenureadalah Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 tentang
“Jasa Akuntan Publik”. Peraturan tersebut merupakan perubahanatas Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002, yang mengatur bahwa pemberian
jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh
KAP paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang
akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.
Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008tentang “Jasa
Akuntan Publik” pasal 3. Peraturan ini mengatur tentang pemberianjasa audit
umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama
untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut, dan oleh seorang akuntan publik paling
lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Akuntan publik dan kantor akuntan
boleh menerima kembali penugasan audit umum untuk klien setelah satu tahun
16
2.1.5. Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan adalah ukuran besar kecilnya suatu perusahaan. Berdasarfirm
size-nya, perusahaan dibedakan menjadi perusahaanbig(besar) dansmall(kecil).
Dengan kata lain,firm sizemerupakanmarket valuedari sebuah perusahaan.
Besar ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan
kapitalisasi pasar.
Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar
pula ukuran perusahaan itu. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal
yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang
dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan di kenal
dalam masyarakat. Semakin besar ukuran perusahaan menunjukkan bahwa
terdapat lebih banyak informasi-informasi publik tentang perusahaan yang lebih
besar dan saham-saham mereka yang lebih likuid. Semakin banyak informasi
tersedia tentang perusahaan dan lebih likuid saham, semakin rendah resiko yang
dirasakan dalam perusahaan, maka semakin rendahequity risk premiumyang
terealisasi (Gebhardt,et al.2001).
Ukuran perusahaan adalah suatu skala, yaitu dapat diklasifikasikan besar kecilnya
perusahaan dengan berbagai cara, antara lain total aktiva,log size, nilai pasar
saham, dan stabilitas penjualan. Dari ketiga variabel ini, nilai aktiva relatif lebih
stabil dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar dan penjualan dalam mengukur
ukuran perusahaan. Oleh karena itu dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur
2.1.6. Leverage
Leveragemerupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya baik jangka pendek maupun jangka panjang jika suatu peusahaan
dilikuidasi (Hadiningsih, 2007). RasioLeveragemerupakan perbandingan antara
total utang terhadap total aset perusahaan. Rasio ini menghitung seberapa jauh
dana di sediakan oleh kreditur. Rasio yang tinggi berarti perusahaan
menggunakanleveragekeuangan (financial leverage) yang tinggi. Penggunaan
financial leverageyang tinggi akan meningkatkan rentabilitas modal saham
dengan cepat, tetapi sebaliknya apabila penjualan menurun, rentabilitas modal
saham akan menurun dengan cepat juga.
Rasio-rasioleveragemenunjukkan besarnya modal yang berasal dari pinjaman
(modal asing) yang dipergunakan untuk membiayai investasi dan operasional
perusahaan. Sumber yang berasal dari modal asing akan meningkatkan rasio
perusahaan. Biasanyaleveragediukur dengan menggunakanDebt to Equity Ratio
(DER)yang menunjukkan perbandingan antara total hutang (jangka pendek dan
jangka panjang) dengan modal sendiri (modal saham biasa dan saham preferen)
atau diukur menggunakan
Debt to Total Assetmenunjukkan berapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana
yang dibelanjai dengan hutang atau berapa bagian aktiva yang digunakan untuk
menjamin hutang. Semakin tinggi rasio DER menunjukkan komposisi hutang
semakin besar dibanding dengan total modal sendiri dan menunjukkan semakin
18
Rasioleverageyang tinggi merupakan sinyal untuk membedakan perusahaan
yang baik dan yang buruk, karena hanya perusahaan yang sehat dan kuat yang
dapat berutang dengan menanggung risiko. Tingginya tingkatleverageakan
meningkatkan kemungkinan kepailitan (kebangkrutan) dan selanjutnya akan
meningkatkan risiko perusahaan (Saiful dan Erliana, 2010). Untuk menghitung
Leveragedigunakan rumus berikut :
=
2.1.7. Kualitas Laba
Kualitas laba dapat diindikasikan sebagai kemampuan informasi laba memberikan
respon kepada pasar. Dengan kata lain, laba yang dilaporkan memiliki kekuatan
respon. Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba menunjukkan laba yang
dilaporkan berkualitas. Laba dikatakan berkualitas jika tidak terdapat
penyimpangan dari fakta sesungguhnya dalam proses memperolehnya, meskipun
secara teori tidak bertentangan fengan prinsip-prinsip yang berlaku, sehingga
kepututsan yang diambil oleh penggunanya tidak menimbulkan bias. Yee (2006)
mengungkapkan bahwa laporan laba memiliki dua peranan. Pertama, sebagai
atribut dasar (fundamental attributes), dan kedua sebagai atribut pelaporan
keuangan (financial reporting attributes).
Laba fundamental (fundamental earnings) adalah ukuran profitabilitas akuntansi
yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar dividen di masa depan.
Pada sisi lain, laba yang dilaporkan (reported earnings) merupakan pertanda
kurang baik yang harus diumumkan oleh perusahaan. Kualitas laba menunjuk
fundamental. Semakin tinggi kualitas laba, maka semakin cepat dan tepat laba
yang dilaporkan menyampaikan nilai sekarang dari dividen yang diharapkan.
Kualitas laba menjadi perhatian para pengguna laporan keuangan Karena laba
berperan penting dalam pembuatan perjanjian dan keputusan investasi.
Kualitas laba diukur dari nilai discretionary accrual (DACC). Dalam menghitung
DACC, digunakan Jones Model (1991) yang telah dimodifikasi oleh Dechow dan
Dichev (2002) dalam Boone, et al. (2008). Model perhitungannya sebagai berikut:
DACCit =
DACCit = Discretionary accrualsperusahaan i periode t
TACCit = Total accrualsperusahaan i periode t
EBXTit =Laba sebelum item luar biasa perusahaan i periode t
OCFit = Arus kas operasi perusahaan i periode t
, 1 = Total aset perusahaan i periode t–1
it = Perubahan Pendapatan perusahaan i periode t
it = Perubahan Piutang perusahaan i periode t
PPEit = Nilai aktiva tetap perusahaan i periode t
20
2.1.8. Earning Per Share (EPS)
Menurut Eljelly dan Alghurair (2001), manajer dan investor memiliki
kecenderungan untuk menemukan indikator yang dapat digunakan dalam
mengukur kinerja perusahaannya. Banyak negara di dunia, badan akuntan
profesional dan pihak bursa saham meminta perusahaan untuk menyertakan
ringkasan ukuran kinerja perusahaannya, sepertiReturn on Equity(ROE),Cash
Flow(CF) danEarning per Share(EPS).Earning per Share(EPS) merupakan
ukuran penting yang telah lama digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan.
Hubungan laba yang diperoleh dengan investasi yang ditetapkan pemegang saham
diamati secara cermat oleh komunitas keuangan. Analis menelusuri beberapa
ukuran pokok yang menggambarkan kinerja perusahaan dalam hubungannya
dengan kepentingan investor. Rasio yang dapat digunakan untuk menganalisis
kinerja perusahaan dalam hubungannya dengan kepentingan investor adalah
Earning per Share(EPS). Secara matematisEarning per Share(EPS) dapat
diformulasikan sebagai berikut (Ang, 2003) :
EPS =
Pada umumnya, investor akan mengharapkan manfaat dari investasinya dalam
bentuk laba per lembar saham, sebabEarning per Share(EPS) ini
menggambarkan jumlah keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar saham
biasa. Sedangkan jumlahEarning per Share(EPS) yang akan didistribusikan
kepada investor saham tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal
2.2. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian tentang pengaruh
Leverage,ukuran perusahaan (Size), Earning per Share (EPS), auditor tenure
(masa penugasan auditor), dan kualitas labaterhadapEquity Risk Premium
(ERP). Hasil dari beberapa peneliti akan digunakan sebagai bahan referensi dan
perbandingan dalam penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut :
Penelitian yang dilakukan oleh Gebhardt,et al.(2001)dengan judul: “Toward and
Implied Cost of Capital .meneliti hubungan ERP dengan menggunakan ukuran
perusahaan, book to market equity danleverage. Dari penelitian itu didapatkan
hasil bahwa semua variabel yang diteliti memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap ERP.
Boone, Khurana, Inder K. dan Raman. (2008) dengan menggunakan variabel
Auditor tenure,ukuran perusahaan, beta saham,kualitas laba,EPSdanleverage.
Hasilnya Variabelbeta, EPS, danleverageberpengaruh signifikan positif terhadap
ERP. Sementara itu variabel auditor tenure, ukuran perusahaan, dan kualitas laba
berpengaruh negatif.
Kemudian penelitan Saiful dan Erliana (2010), dengan judul: “Equity Risk
PremiumPerusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhinya”. Dengan menggunakan variabelAuditor tenure,ukuran
perusahaan, beta,kualitas laba, leverage, dan book to market equity dalam
penelitiannya. Metode yang digunakan adalah metode regresi linier berganda
dengan obyek penelitiannya adalah seluruh perusahaanGo-publicdi Bursa Efek
22
memperlihatkan bahwa book to market equity dan leverage berpengaruh terhadap
ERP secara positif dan signifikan. Sedangkan Beta saham berpengaruh terhadap
ERP secara negatif dan signifikan. Serta Auditor tenure dan ukuran perusahaan
tidak berpengaruh signifikan terhadap ERP.
Ringkasan Penelitaian Terdahulu
Nama danTahun VariabelIndependen Hasil Penelitian Gebhardt,et al. Ukuran perusahaan, Semua variabel berpengaruh (2001) book to market equity, signifikan terhadapERP.
dan leverage
Boone, Khurana, Inder K. dan Raman. (2008)
Auditor tenure,ukuran perusahaan, beta saham,
kualitas laba,EPSdan
leverage.
Variabelbeta, EPS, dan
leverageberpengaruh signifikan positif terhadapERP. Variabel auditor tenure, ukuran
perusahaan, dan kualitas laba berpengaruh negatif.
Saiful dan Erliana (2010)
Auditor tenure,ukuran perusahaan, beta,
kualitas laba, leverage, dan book to market equity.
2.3. Pengembangan Hipotesis
2.3.1. Masa Penugasan Auditor (Auditor tenure) danEquity Risk Premium Riset tentang kualitas audit ketika auditor memiliki hubungan jangka panjang
dengan perusahaan yang mereka audit menunjukkan bahwa masa penugasan yang
panjang ternyata tidak menurunkan kualitas audit (Myerset al.[2003] dalam
Boone,et al.[2008]). Riset tersebut ditujukan untuk menolak pendapat bahwa
auditor bisa kehilangan independensinya sejalan dengan makin panjangnya masa
penugasan mereka kepada satu perusahaan. Namun, mereka tidak mendukung ide
bahwa perpanjangan masa tugas auditor akan menaikkan kualitas audit.
Dengan kata lain, kualitas audit (dan integritas laporan akuntansi keuangan
perusahaan) dapat saja menurun selama masa penugasan yang panjang sebagai
hasil dari ancaman terhadap independensi dan objektifitas auditor yang
ditunjukkan oleh kedekatan hubungan auditor dan perusahaan yang berkembang
selama periode yang diperpanjang.
Perdebatan isu penggantian auditor ini sebenarnya berawal dari ide bahwa auditor
harus mempertahankan independensi dalam penugasan. Di satu sisi, wajar jika
independensi auditor diragukan jika ia memiliki masa penugasan yang makin
panjang pada satu perusahaan. Walaupun ia bertugas atas nama pemegang saham,
bagaimanapun juga auditor dipilih dan digaji oleh manajemen perusahaan. Ketika
hubungan tersebut makin panjang, maka dependensi finansial auditor terhadap
perusahaan akan makin besar juga. Semakin tinggi dependensi finansial ini, maka
24
mendorong regulator untuk melarang auditor memiliki hubungan yang panjang
dengan perusahaan.
Pengetahuan akan kinerja perusahaan yang lebih baik tentu saja dapat membantu
auditor untuk memberikan jasa audit yang berkualitas. Oleh karena itu, semakin
lama masa perikatan antara auditor dan klien, maka kualitas audit akan semakin
meningkat (Jacksonet al.,2008). Hasil penelitian Boone,et al.(2008)
menunjukkan bahwa masa penugasan auditor bertanda negatif secara signifikan,
menandakan bahwa apabila masa penugasan auditor bertambah makaequity risk
premiumakan menurun. Hasil mereka konsisten dengan persepsi investor dan
pandangan para akademisi yang menyatakan bahwa semakin lama masa
penugasan seorang auditor, akan semakin tinggi integritas laporan akuntansi
perusahaan, dan semakin rendah risiko informasinya yang menyebabkanequity
risk premiummenurun. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan
adalah:
H1: Masa penugasan auditor berpengaruh negatif terhadap Equity Risk
Premium.
2.3.2. Ukuran Perusahaan danEquity Risk Premium
Besar ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan
kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar
maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Semakin besar aktiva maka
semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin
banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar
relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar dan penjualan
dalam mengukur ukuran perusahaan. Oleh karena itu dalam penelitian ini ukuran
perusahaan diukur denganlog naturaldari total asset.
Gebhardt,et al.(2001) menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak
informasi-informasi publik tentang perusahaan yang lebih besar dan saham-saham mereka
yang lebih likuid. Semakin banyak informasi tersedia tentang perusahaan dan
lebih likuid saham, semakin rendah resiko yang dirasakan dalam perusahaan,
maka semakin rendahequity risk premiumyang terealisasi. Hasil ini memperkuat
pernyataan Banz (1981) bahwa terdapat pengaruh secara negatif antara ukuran
perusahaan dan rata-rata return. Oleh karena itu, variabel ini diperkirakan
memiliki tanda negatif. Konsisten juga dengan hasil Boone,et al.(2008) yang
yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadapequity
risk premium.Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis kedua yang diajukan
adalah:
H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap Equity Risk Premium.
2.3.3. LeveragedanEquity Risk Premium
RasioLeveragemerupakan perbandingan antara total utang terhadap total aset
perusahaan. Rasio ini menghitung seberapa jauh dana di sediakan oleh kreditur.
Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakanleveragekeuangan (financial
leverage) yang tinggi. Penggunaanfinancial leverage yang tinggi akan
meningkatkan rentabilitas modal saham dengan cepat, tetapi sebaliknya apabila
26
Risiko perusahaan denganfinancial leverageyang tinggi akan semakin tinggi pula
(Hanafi dan Halim, 2000). Tingginya tingkatleverageakan meningkatkan
kemungkinan kepailitan (kebangkrutan) dan selanjutnya akan meningkatkan
risiko perusahaan, sesuai dengan pernyataan Fama dan French (1992) bahwa
penambahan utang hingga titik tertentu akan meningkatkan nilai perusahaan, tapi
ketika melewati titik optimal, penambahan utang akan menimbulkan kepailitan
sehingga menurunkan nilai perusahaan.
Selain itu, Gebhardt,et al.(2001) menyatakan bahwa tingkat yang lebih tinggi
darileveragekeuangan diperkirakan dapat meningkatkan risiko yang dirasakan
dan meningkatkanequity risk premiumperusahaan. Konsisten dengan Booneet
al.(2008) yang menemukan bahwaleverageberpengaruh positif signifikan
terhadapequity risk premium.Berdasarkan hasil-hasil temuan diatas maka
hipotesis keempat yang diajukan adalah:
H3 : Leverage berpengaruh positif terhadap Equity Risk Premium
2.3.4. Kualitas Laba danEquity Risk Premium
Kualitas laba dapat diindikasikan sebagai kemampuan informasi laba memberikan
respon kepada pasar. Dengan kata lain, laba yang dilaporkan memiliki kekuatan
respon. Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba menunjukkan laba yang
dilaporkan berkualitas. Laba dikatakan berkualitas jika tidak terdapat
penyimpangan dari fakta sesungguhnya dalam proses memperolehnya, meskipun
secara teori tidak bertentangan fengan prinsip-prinsip yang berlaku, sehingga
Yee (2005) mengungkapkan Semakin tinggi kualitas laba, maka semakin cepat
dan tepat laba yang dilaporkan menyampaikan nilai sekarang dari dividen yang
diharapkan. Selain itu, Siallagan dan Machfoedz (2006) menguji pengaruh
kualitas laba terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEJ pada periode 2000-2004 menyimpulkan bahwa kualitas laba secara positif
berpengaruh terhadapreturnsaham perusahaan yang akan berpengaruh juga
terhadapEquity Risk Premium. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis
keempat yang diajukan adalah:
H4 : kualitas laba berpengaruh positif terhadap Equity Risk Premium
2.3.5. Earning Per Share (EPS)danEquity Risk Premium
Salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan ditunjukkan oleh besarnya
Earning per Share(EPS) dari perusahaan yang bersangkutan.Earning per Share
(EPS) merupakan rasio perbandingan antara laba bersih sebelum pajak dengan
harga per lembar saham.Earning per Share(EPS) menunjukkan seberapa besar
keuntungan yang diberikan perusahaan kepada investor dari setiap lembar saham
yang dimilikinya.
Pada umumnya, investor akan mengharapkan manfaat dari investasinya dalam
bentuk laba per lembar saham, sebabEarning per Share(EPS) ini
menggambarkan jumlah keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar saham
biasa. Sedangkan jumlahEarning per Share(EPS) yang akan didistribusikan
kepada investor saham tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal
pembayaran deviden (Mulyono, 2000). Penelitian Aloysius (2004) dan Chen
(2006) menunjukkan bahwaEarning per Share(EPS) merupakan variabel yang
28
Risk Premium. Semakin tinggi EPS maka semakinEquity Risk Premium.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diajukan hipotesis:
H5 : Earning per Share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Equity
Risk Premium.
2.4. Kerangka Penelitian
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka kerangka penelitian dapat digambarkan
sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Audit Tenure (X1)
Ukuran Perusahaan (X2)
Kualitas Laba (X4) Leverage (X3)
Leverage
EPS (X5)
Equity Risk Premium (Y)
3.1. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004 : 73). Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar pada
Bursa EfekIndonesia dari tahun 2007-2011. Metode pengambilan sampel
dilakukan dengan purposive sampling.
Beberapa kriteria sampel yang ditentukan oleh peneliti dalam pengambilan
sampel adalah :
1. Perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dari tahun
2007-2011.
2. Perusahaan telah menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan
auditan berturut-turut tahun 2007-2011.
3. Perusahaan tidakdelistingselama periode pengamatan.
4. Perusahaan tidak mengalami kerugian secara berturut-turut selama periode
pengamatan.
5. Perusahaan memiliki data yang diperlukan selama 5 tahun yaitu pada tahun
30
Berdasarkan kriteria tersebut didapatkan pemilihan sampel sebagai berikut:
Tabel 2.
Kriteria Sampel Penelitian
Perusahaan Perbankan di BEI 2007–2011
No Keterangan Jumlah
Perusahaan 1
Perusahaan yang terdaftarr di BEI selama periode 2007–
2011 32
2 Perusahaan mengalami kerugian berturut-turut selama
periode pengamatan (3)
3 Perusahaan yang delisting (2)
4 Data tidak lengkap (4)
Sampel 23
Sumber : Data sekunder yang diolah
3.2. Jenis Data dan Sumber Data
Peneliti hanya menggunakan data sekunder dalam penelitian ini. Data sekunder
adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak
pengumpul data primer atau data oleh pihak lain (Umar, 2001:69).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data Time Series, yaitu sekumpulan
data untuk meneliti suatu fenomena tertentu yang dilakukan secara berulang-ulang
dalam jangka waktu tertentu. Sumber data dalam penelitian ini adalah laporan
keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun 2007-2011.
(www.idx.go.id).
3.3. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Sesuai dengan jenis data yang diperlukan yaitu data sekunder dan sampel yang
pengambilan sampel dengan carajudement samplingyaitu mengambil sampel
berdasarkan kriteria tertentu. Data diperoleh secara tidak langsung melalui media
perantara yaitu internet yang diperoleh oleh BEImelaluiIndonesian Capital
Market Directory(ICMD) danJakarta Stock Exchange(JSX)
3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.4.1. Variabel Independen (Bebas) a). Masa Penugasan Auditor (TENURE)
VariabelAudit Tenurediukur dengan menghitung jumlah tahun sebuah KAP
mengaudit laporan keuangan sebuah perusahaan secara berurutan (Al-Thuneibat
et al., 2011). Penghitungan jumlah tahuntenuredilakukan ke belakang yaitu
dimulai dari tahun 2011 dan terus ditelusuri sampai tahun dimana klien berpindah
ke auditor lain.
b). Ukuran Perusahaan (SIZE)
Ukuran perusahaaan diproksikan denganlogaritma naturaldari total aset yang
dimiliki perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini(Hol dan Wijst, 2006).
Logaritma natural digunakan untuk memindahkan fokus penghitungan dari
bilangan normal ke pangkat-pangkat (eksponen), sehingga membuat penghitungan
dengan eksponen menjadi lebih cepat dan mudah.
32
c). RasioLeverage(LEV)
RasioLeveragemerupakan perbandingan antara total utang terhadap total aset
perusahaan. Rasio ini menghitung seberapa jauh dana di sediakan oleh kreditur.
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Saiful dan Erliana. 2010):
=
d). Kualitas Laba (EQ)
Kualitas laba diukur dari nilai discretionary accrual (DACC), menggunakan
pendekatan Jones Model (1991) yang telah dimodifikasi oleh Dechow dan Dichev
(2002) dalam Booneet al.,(2008) . Model perhitungannya sebagai berikut:
DACCit =
,
Keterangan :
DACCit = Discretionary accrualsperusahaan i periode t
TACCit = Total accrualsperusahaan i periode t
, 1 = Total aset perusahaan i periode t–1
=Nondiscretionary accrualsperusahaan i periode t
e). Earning Per Share (EPS)
Earning per Share (EPS) merupakan rasio perbandingan antara laba bersih
sebelum pajak dengan harga per lembar saham. Earning per Share (EPS)
menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diberikan perusahaan kepada
investor dari setiap lembar saham yang dimilikinya.Secara matematisEarning per
=
EPS =
3.4.2.
Variabel dependen (terikat)Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu equity risk premium (ERP),
merupakan komponen utama atas return yang diharapkan yang dituntut pada
investasi berisiko. Dihitung dengan menggunakan CAPM (Saiful dan Erliana,
2010) yang diperkenalkan oleh Anin dan Falaschetti (1998).
β = (Cov Ri.RM)/(Var RM)
Keterangan:
Ri = tingkat return perusahaan
βi= beta saham
Rf= tingkat return aset bebas risiko
RM= tingkat return pasar
3.5. Alat Analisis
3.5.1 Analisa Regresi Berganda
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier
berganda untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh
antara variabelauditor tenure, ukuran perusahaan,leverage,kualitas laba, dan
EPS (Earning per Share) terhadapEquity Risk Premium(ERP) dengan
menggunakan program SPSS for Windows. Untuk mengetahui apakah ada
34
dependen maka digunakan model regresi linier berganda (multiple linier
regression method), yang dirumuskan sebagai berikut:
ERPt= α-β1TENUREt -β2SIZEt + β3LEVt -β4EQt + β5EPSt + e keterangan:
ERPt :Equity Risk Premiunperusahaan pada periode t
α : Koefisien konstanta
β1-5 : Koefisien regresi variabel independen
TENUREt : Pergantian auditor pada periode t
SIZEt : Ukuran perusahaan pada periode t
LEVt : Rasioleverageperusahaan pada periode t
EQt : Kualitas laba (Earnings Quality) perusahaan pada periode t
EPSt : Earning Per share perusahaan pada periode t
3.5.2. Pengujian Asumsi Klasik
Mengingat alat analisa yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda
dan data penelitian yang digunakan adalah data sekunder, maka untuk memenuhi
syarat yang ditentukan sehingga penggunaan model regresi linier berganda perlu
dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang digunakan yaitu: uji
normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi yang secara
rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi data residual
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
dengan cara melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal atau grafik.
Apabila data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Apabila data menyebar jauh
dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model
regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2001).
3.5.2.2 Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2001) uji ini bertujuan menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang
baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi kolerasi. Untuk
mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dalam model regresi dapat dilihat dari
tolerance valueatauvariance inflation factor(VIF). Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikoliniearitas didalam model ini adalah sebagai berikut :
a). Nilai R2 sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak
yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat.
b). Menganalisa matrik korelasi antar variabel bebas jika terdapat korelasi antar
variabel bebas yang cukup tinggi (> 0,9) hal ini merupakan indikasi adanya
multikolenaritas
c). Dilihat dari nilai VIF dan Tolerance. Nilaicut offTolerance < 0.10 dan
VIF>10 (berarti terdapat multikolinearitas)
3.5.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan
36
autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Untuk
mendeteksi autokorelasi, dapat dilakukan uji statistik melalui uji Durbin‐Watson
(DW test) (Ghozali, 2001). Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya
autokorelasi adalah sebagai berikut:
1. Bila nilai DW terletak diantara batas atas atauupper bound(du) dan (4–du)
maka koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi.
2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah ataulower bound(dl) maka
koefisien autokorelasi > 0, berarti ada autokorelasi positif.
3. Bila nilai DW lebih besar dari (4‐dl) maka koefisien autokorelasi < 0, berarti
ada autokorelasi negatif.
4. Bila nilai DW terletak antara du dan dl atau DW terletak antara (4‐du) dan
(4‐dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
Tabel 3 : Tabel Autokorelasi
DW Kesimpulan
Kurang dari 1,08 Ada Autokorelasi
1,08–1,66 Tanpa Kesimpulan
1,66–2,34 Tidak ada Autokorelasi
2,34–2,92 Tanpa Kesimpulan
Lebih dari 2,92 Ada Autokorelasi
( Sumber : Algifari, 2000:89 )
3.5.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaanvariancedari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model
heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dilakukan
dengan menggunakan uji Glejser. Dasar pengambilan keputusan uji
heteroskedastisitas melalui uji Glejser dilakukan sebagai berikut:
1. Apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi signifikan statistik,
yang berarti data empiris yang diestimasi terdapat heteroskedastisitas.
2. Apabila probabilitas nilai test tidak signifikan statistik, maka berarti data
empiris yang diestimasi tidak terdapat heteroskedastisitas.
3.5.3 Uji Kelayakan Model 3.5.3.1 Uji F
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen,
yaitu Ukuran Perusahaan (Size),Leverage, Auditor Tenure, EPS,danKualitas laba
secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen
yaituEquiry Risk Premium(ERP). Dalam pengujian ini akan dilihat arah dan
signifikansi pengaruhnya, dengan cara sebagai berikut :
1. Variabel-variabel indepen dikatakan berpengaruh positif atau negatif terhadap
variabel independennya dilihat dari koefisienbeta-nya.
2. Signifikansi pengaruh akan dilihat dari P-Valuepada tingkat signifikansi (α)
= 0.05 dengan kriteria berikut.
a. jikaP-Value< 0.05 maka variabel dependen(Size, Leverage, auditor
tenure,EPS, dan Kualitas Laba) berpengaruh signifikan terhadap variabel
indepeden (ERP).
b. Jika P-Value > 0.05 maka variabel dependen(Size, Leverage, auditor
tenure,EPS, dan Kualitas Laba) tidak berpengaruh signifikan terhadap
38
3.5.3.2 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai R2yang
mendekati satu berarti variabel‐variabel independennya memberikan hampir
semua informasi Nilai koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2yang
kecil berarti kemampuan variabel‐variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas (Ghozali, 2005). Nilai yang mendekati 1 (satu)
berarti variabel–variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
3.6. Pengujian Hipotesis (Uji t)
Pengujian menggunakan uji t dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Yaitu Ukuran Perusahaan (Size),Leverage, Auditor Tenure, EPS,dan
Kualitas laba secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen yaituEquiry Risk Premium(ERP). perusahaan perbankan yanggo
publicdi BEI tahun 2007-2011 (Ghozali, 2006:108). Tahap-tahap pengujiannya
adalah :
1. Merumuskan hipotesis
2. Menentukan tingkat signifikansi yaitu 0,05 atau 5 %
3. Menentukan keputusan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dengan
kriteria sebagai berikut:
a) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak
5.1 Kesimpulan
Tujuan penelitaian ini adalah untuk menguji bagaimana pengaruhAuditor Tenure,
Ukuran Perusahaan,Leverage,Kualitas Laba, dan EPS terhadapEquity Risk
Premium(ERP) perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Berdasarkan hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa hanya
terdapat satu hipotesis (variabel Kualitas laba) yang diterima dan empat hipotesis
(variabel TENURE, SIZE, LEV, dan EPS) ditolak. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa Kualitas Laba (EQt) merupakan salah satu faktor yang
mepengaruhi besar kecilnyaEquity Risk Premiumperusahaan perbanakan di
Indonesia. Adapun hasil analisisnya adalah sebagai berikut :
1. Hasil uji hipotesis secara parsial menunjukkan bahwa :
a. Auditor Tenure(TENURE) tidak berpengaruh secara positif
signifikanterhadapEquity Risk Premium(ERP) perusahaan perbankan yang
go publicdiBursa Efek Indonesia (BEI).
b. Ukuran Perusahaan (SIZE) tidak berpengaruh secara positif
signifikanterhadapEquity Risk Premium(ERP) perusahaan perbankan yang
go publicdi Bursa Efek Indonesia (BEI).
c. Leverage(LEV) tidak berpengaruh secara positif signifikan terhadapEquity
Risk Premium(ERP) perusahaan perbankan yanggo publicdi Bursa Efek
61
d. Kualitas Laba (EQt) berpengaruh secara positif signifikan terhadapEquity
Risk Premium(ERP) perusahaan perbankan yanggo publicdi Bursa Efek
Indonesia (BEI).
e. Earning per Share(EPS) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
Equity Risk Premium(ERP) perusahaan perbankan yanggo publicdi Bursa
Efek Indonesia (BEI).
2. Secara bersama-samaAuditor Tenure(TENURE), Ukuran Perusahaan
(SIZE),Leverage(LEV),Kualitas Laba (EQt), dan EPS berpengaruh
terhadapEquity RiskPremium(ERP) perusahaan perbankan yanggo publicdi
Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 5,5%, sedangkan sisanya 94,5%
dipengaruhi variabel lain diluar penelitian atau di luar persamaan regresi ini.
5.2. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Landasan teori kurang mendukung penelitian ini, sehingga hasil dari
penelitian ini menjadi kurang terarah.
2. Sampel perusahaan dalam penelitian ini hanya industri perbankan. Oleh
karena itu hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi ke industri yang lain,
misalnya industri manufaktur.
3. Hasil juga menunjukkan kecilnya pengaruh variabel independen
dalam mempengaruhi variabel dependen, yakni hanya sebesar 5,5% dan
sisanya sebesar 94,5% dipengaruhi oleh faktor‐faktor lain yang tidak
dimasukkan dalam model sehingga masih banyak variabel yang
5.3. Saran bagi penelitian selanjutnya
Pada penelitian yang akan datang terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan, diantara adalah sebagai berikut: :
1. Disarankan untuk menggunakan landasan teori yang dapat memberikan
arahan yang jelas terhadap hasil dari penelitian ini.
2. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar memperluas sampel perusahaan
dari jenis perusahaan yang berbeda seperti perusahaan manufaktur atau
perusahaan lainnya sehingga dapat dilihat bagaimana variabel-variabel
independen dalam penelitian ini mempengaruhi variabel dependennya untuk
jenis perusahaan yang berbeda.
3. Disarankan juga untuk penelitian selanjutnya agar menggunkan variabel yang
berbeda selain menggunakan variabel dari penelitian ini yaituAuditor Tenure,
Ukuran Perusahaan,Leverage,Kualitas Laba, dan EPS supaya diperoleh hasil
DAFTAR PUSTAKA
Al-Thuneibat, A.A., Al Issa, R.T.I. and Baker, R.A.A. (2011), “Do audit tenure and firm size contribute to audit quality”, Managerial Auditing Journal
Aloysius, Harry Sulistyo, 2004, Analisa Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Total Return Di Bursa Efek Jakarta, Tesis Magister Manajemen Universitas Diponegoro
Ang, R, 2003, Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Mediasoft, Jakarta
Annin, Michael and Dominic, Falaschetti. (1998).Equity Risk Premium Article. IL: Ibbotson Associates.
Banz, Rolf W. (2001). The Relationship between Return and Market Value of Common Stock.Journal of Financial Economics. Vol. 9.
Bhandari, L. (1988). Debt/Equity Ratio and Expected common Stock Returns: Empirical Evidance.Journal of Finance, 43.
Boone, Jeff P., Khurana, Inder K. and Raman, K. K. (2008). Audit Firm Tenure and the Equity Risk Premium,Journal of Accounting Auditing and Finance. Tersedia di: http://ssrn. com/abstract=940401
Bowen, R., D. Burgstahler, and L.Daley, 1986, “Evidence on The Relationship Between Earning and Various Measures of Cash Flow”,The Accounting Review, Vol. 61, No.4
Chen., Zhang., Ganesh, 2006,“FinancialDistress Predicton in China”,Review of Pasific Basic Financial Markets and Policies, Vol, 9, Iss, 2, p, 317
Damodaran, Aswath. (2008). Estimating The Equity Risk Premium,Journal of Accounting and Economics. Tersedia di:
http://www.stern.nyu.edu/fin/workpapers/ papers99/wpa99021.pdf
Damodaran, Aswath. (2008).Measuring Country Risk. Working Paper, SSRN.com. Tersedia di: pages.stern.nyu.edu/ ~adamodar/pdfiles/papers/ERPfull.pdf
Diaz, Marsela. (2009).Analisis Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Pergantian Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Perusahaan Publik Di Indonesia). Makalah disajikan pada Simposium Nasional Akuntansi 12, Palembang.
Gantyowati, Evi dan Arwanta, Erwin, 2004, “Kemampuan Prediksi Rasio Keuangan TerhadapHarga Saham”,Kajian Bisnis, Vol. 12, No. 1
Gebhardt, W., Lee, C., dan Swaminathan, B. (2000). Toward and Implied Cost of Capital.Journal of Accounting Research39 (1): 135-176
Ghozali, Imam. (2002).Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.Edisi Kedua. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hanafi, Mamduh, M dan Halim, Abdul. (2000).Analisis Laporan Keuangan. Edisi revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Hadiningsih, Murni. 2007.’’Analisis Dampak Jangka Panjang Merger dan
Akuisisi terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi dan Perusahaan Diakuisisi di Bursa Efek Jakarta (BEJ)’’. Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Hartono. (2009).Pertimbangan Return dan Risiko dalam Keputusan Investasi. Makalah disajikan pada UPT Perpustakaan UNS. Tersedia di:
www.google.co.id di Return dan Risiko Investasi.
Hol, S., Wijst, N. (2006), The Financing Structure Of Non-Listed Firms. Discussion papers No. 468 Statistics Norway, Research Department. Available at http://www.ssb.no/publikasjoner/DP/pdf/dp468.pdf
Jogiyanto. (2003).Teori Potofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE UGM.
Konsultan Statistik:Statistik for Better Life. Tersedia di:
http://www.blogger.com/profile/16085214600118587126
Leuz, C. and Verrechhia., R. (2005).Firms’ Capital Allocation Choices, Information Quality, and The Cost of Capital. Working Paper, University of
Pennsylvania.
Martin, J. Rudrigo, Fuentes, San and Lilo, Salvador, Zurita. (2003).The Equity Risk Premium in Emerging Market: The Case of Chile. Tersedia di: http://www.cemla.org/pdf/redix/RED-IX-ch.pdf
Ohlson, J and B. Jouttner-Nauroth. (2000). Expected EPS and EPS Growth as Determinants of Value.Review of Accounting Studies10.
Rahmawati, dkk. 2006. “Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Praktik
Saiful dan Erliana, Uvi Elin. (2010). Equity Risk PremiumPerusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Makalah disajikan pada Simposium Nasional Akuntansi 13, Purwokerto.
Sekaran, Umar, 2006.Metodologi Penelitian untuk Bisnis,Edisi 1, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Tandelilin, Eduardus. (2001).Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio.Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE
Yee, Kenton K. 2006. Earnings Quality and the Equity Risk Premium: A Benchmark Model.http://papers.ssrn.com
________________. (2009). Equity Risk Premiums (ERP): Determinants, Estimation and Implications,Journal of Accounting and Economics. Tersedia di:http://ssrn.com/abstract=1492717