SKRIPSI
PENGARUH EARNING PER SHARE DAN DIVIDEND PER
SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN
PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
DINA FITRIA PRATIWI
090522127
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per
Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2010-2012” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang
disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, atau dituliskan
sumbernya dengan jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulis ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Agustus 2014 Yang membuat pernyataan
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dividend per share
(DPS) dan earning per share (EPS) secara empiris terhadap harga saham.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap
penelitian sebelumnya dengan populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan
perbankan di BEI selama periode 2010-2012. Pemilihan sampel dilakukan dengan
metode purposive sampling dan dari 33 perusahaan perbankan diperoleh 29
perusahaan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini
menganalisis hubungan antara dividend per share (DPS) dan earning per share
(EPS) terhadap harga saham. Metode statistik yang digunakan adalah regresi
linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel dividend per share
(DPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham, dan secara parsial variabel
earning per share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham serta
secara simultan baik variabel dividend per share (DPS) dan earning per share
(EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan
di BEI.
ABSTRACT
The purpose of this research is to empirically study the effect of dividend
per share (DPS) and earning per share (EPS) on stock price. This research is
classified as causal research and replication of former researches. Population of
this research are banking companies on Indonesian Stock Exchange during the
period of 2010 to 2012. The samples ore obtained by using purposive sampling
method. As the result, from 33 banking companies, 29 are used as the samples of
this study. The statistic method being used is multiple linear regression with the
model being tested previously in classic assumptions. The result indicates thet
partially dividend per share (DPS) variable has significantly influenced the stock
price, as well as simultaneously both dividend per share (DPS) variable and
earning per share (EPS) have significantly influenced the stock price variable of
banking companies on Indonesain Stock Exchange.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, segala puji dan syukur penulis mengucapkan
kehadirat Allah Subhanallahu Wata’ala atas seggala rahmat dan karunianya yang telah dilimpahkan kesehatan, kesabaran serta waktu dan kesempatan yang telah
diberikannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini adalah “Pengaruh
Earning Per Share dan Dividend Per Shara Terhadap Harga Saham Pada
Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2012” disusun dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekkonomi
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Akuntansi Universitas Sumatera
Utara.
Selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, penulis banyak
mendapatkan bimbingan, nasehat, dorongan dan bantuan baik moril maupun
materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof.Dr.Azhar Maksum, M.Ec, Ak, CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Syafruddin Ginting, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs.Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi dan Ibu Dra.Mutia Ismail, MM, Ak Selaku Sekretaris Program
Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara.
4. Bapak Drs.Zainal Abidin Tarigan, Ak selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak member bimbingan, arahan dan saran kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs.Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Dosen Pembaca Nilai
atas segala masukan dan saran yang telah diberikan dalam penyempurnaan
6. Ayahanda dan ibu serta suami tercinta, tak lupa kepada teman-teman kerja
di CV.Yudi Putra yang tak dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, amin.
Medan, Agustus 2014 Penulis,
DAFTAR ISI
2.1.3. Dividend Per Share……… 20
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu... 21
2.3. Kerangka Konseptual... 23
BAB III : METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian... 26
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian…... 26
3.3. Jenis dan Sumber Data………... 28
3.4. Metode Pengumpulan Data……... 29
3.5. Operasional Variabel... 30
3.6. Metode Analisis Data... 31
BAB IV : HASIL PENELITIANDAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian... 38
4.1.1. Deskriptif Data...… 38
4.1.2. Analisis Data... 39
4.1.3. Uji Analisis Persamaan Regresi Berganda... 46
4.1.4. Uji Hipotesis………...………. 47
4.1.5. Uji Koefisien Determinasi... 50
4.2. Pembahasan... 51
4.2.1. Pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham ... 51
4.2.2. Pengaruh Devident Per Share terhadap Harga Saham... 51
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan... 53
5.2. Saran... 54
DAFTAR TABEL
Tabel 2-1 : Penelitian Terdahulu... 22
Tabel 3-1 : Nama Sampel Perusahaan……… 27
Tabel 3-2 : Operasional Variabel……… 30
Tabel 4-1 : Uji Normalitas…………...……….. 40
Tabel 4-2 : Output SPSS Uji Multikolinearitas ... 43
Tabel 4-3 : Hasil Output Uji Autokorelasi... ... 46
Tabel 4-4 : Output SPSS Regresi Linier Berganda... 46
Tabel 4-5 : Output SPSS Uji-t... 48
Tabel 4-6 : Output SPSS Uji-F... 49
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1. Kerangka Konseptual ... 24
Gambar 4-1.Output SPSS Grafik Histogram ... 41
Gambar 4-2. Output SPSS Normal P-P Plot ... 42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Penelitian ... 1
Lampiran 2 : Tabel Nilai-nilai Dalam Distribusi t ... 2
Lampiran 3 : Tabel Durbin Watson ... 3
Lampiran 4 : Tabel Distribusi Uji F ... 4
Lampiran 5 : Tabel Input SPSS ... 5
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dividend per share
(DPS) dan earning per share (EPS) secara empiris terhadap harga saham.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap
penelitian sebelumnya dengan populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan
perbankan di BEI selama periode 2010-2012. Pemilihan sampel dilakukan dengan
metode purposive sampling dan dari 33 perusahaan perbankan diperoleh 29
perusahaan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini
menganalisis hubungan antara dividend per share (DPS) dan earning per share
(EPS) terhadap harga saham. Metode statistik yang digunakan adalah regresi
linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel dividend per share
(DPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham, dan secara parsial variabel
earning per share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham serta
secara simultan baik variabel dividend per share (DPS) dan earning per share
(EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan
di BEI.
ABSTRACT
The purpose of this research is to empirically study the effect of dividend
per share (DPS) and earning per share (EPS) on stock price. This research is
classified as causal research and replication of former researches. Population of
this research are banking companies on Indonesian Stock Exchange during the
period of 2010 to 2012. The samples ore obtained by using purposive sampling
method. As the result, from 33 banking companies, 29 are used as the samples of
this study. The statistic method being used is multiple linear regression with the
model being tested previously in classic assumptions. The result indicates thet
partially dividend per share (DPS) variable has significantly influenced the stock
price, as well as simultaneously both dividend per share (DPS) variable and
earning per share (EPS) have significantly influenced the stock price variable of
banking companies on Indonesain Stock Exchange.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam perusahaan, fungsi keuangan menempati posisi yang sangat penting
yang akan mempengaruhi perkembangan perusahaan. Secara umum fungsi
keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua kegiatan utama, yaitu kegiatan
mencari dana dan kegiatan menggunakan dana. Kegiatan mencari dana harus
dilakukan secara efisien oleh pihak manajemen terutama bagian keuangan. Pada
prinsipnya pemenuhan kebutuhan dana operasional dan investasi perusahaan
dapat disediakan dari dua sumber, yaitu sumber pendanaan yang berasal dari
dalam perusahaan itu sendiri dan sumber pendanaan yang berasal dari luar.
Sumber pendanaan yang berasal dari dalam perusahaan antara lain terdiri dari
modal sendiri dan laba yang ditahan. Sedangkan sumber pendanaan yang berasal
dari luar perusahaan, antara lain melalui modal pinjaman ataupun melalui emisi
saham kepada masyarakat dipasar modal.
Pasar modal sendiri pada dasarnya berfungsi sebagai lembaga perantara,
yaitu menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang
mempunyai kelebihan dana. Disamping itu pasar modal dapat mendorong
terciptanya alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal ini maka
pihak investor dapat memilih alternatif investasi yang memberikan tingkat return
yang optimal. Return yang dapat dinikmati investor ada dua, yaitu capital gain
jual saham lebih tinggi dari harga belinya, sedangkan dividen merupakan bagian
keuntungan yang diberikan kepada investor berdasarkan laba operasi yang
diperoleh perusahaan. Kebijakan dividen inilah yang akan menetapkan berapa
besar bagian dari laba bersih itu ditanamkan kembali sebagai laba yang ditahan.
Untuk memperoleh pendapatan (earning) yang dinginkan, seorang
investor perlu melakukan analisis penilaian terhadap kinerja perusahan sebelum
membuat keputusan untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
Analisis penilaian saham yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan
untuk melakukan investasi meliputi analisis teknikal dan analisis fundamental.
Analisis mengenai penilaian saham yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
analisis fundamental. Salah satu cara yang digunakan dalam analisis ini adalah
analisis laporan keuangan dalam bentuk rasio-rasio keuangan. Banyak terdapat
rasio keuangan yang dapat menunjukkan tingkat kinerja suatu perusahaan,
diantaranya adalah Earning Per Share (EPS) dan Dividend Per Share (DPS).
Perhitungan EPS menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba untuk tiap lembar sahamnya atau merupakan suatu gambaran
mengenai sejumlah rupiah yang akan didapat oleh investor dari setiap jumlah
saham yang dimilikinya. Oleh karena itu, dengan mengetahui EPS suatu
perusahaan maka investor dapat menilai potensi pendapatan yang akan
diterimanya.
Dengan demikian, EPS dapat mencerminkan pendapatan di masa yang
akan datang. EPS merupakan suatu indikator yang berpengaruh terhadap harga
investor akan keadaan perusahaan. Dimana apabila EPS meningkat, investor
menganggap perusahaan mempunyai prospek yang cerah di masa yang akan
datang, sehingga akan meningkatkan harga saham suatu perusahaan. Selain itu,
semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham, karena
semakin besar laba yang disediakan oleh perusahaan untuk pemegang saham.
DPS dipilih dengan pertimbangan, semakin besar tingkat kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan dividen per lembar saham bagi pemilik, maka
akan memberikan koreksi yang positif terhadap harga saham perusahaan yang
berimbas pada indeks harga saham. Hal ini akan mempengaruhi investor dalam
membuat keputusannya di pasar modal. Ini sesuai dengan Signally Theory yang
menyatakan bahwa dividen menunjukkan sinyal prospek suatu perusahaan dimasa
yang akan datang. Terdapat argumen yang menyatakan bahwa bukan dividen itu
sendiri yang menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham, tetapi prospek
perusahaan, yang ditunjukkan oleh meningkatnya atau menurunnya dividen yang
dibayarkan, yang menyebabkan perubahan harga saham. Teori ini dikenal sebagai
Teori Informasi dari Dividen (Information Content of Dividend Theory).
Pendapatan bagi pemegang saham dilihat dari pembagian dividen. Pendapatan
dividen diukur dari besarnya DPS. DPS adalah salah satu indikator dalam
pertimbangan berinvestasi dalam sebuah perusahaan karena DPS menghitung
seberapa besar dividen yang akan diterima oleh investor pada setiap lembar
saham yang dimilikinya.
Harga saham yang digunakan adalah harga penutupan. Mengingat bentuk
semua informasi di masa lalu akan tercermin pada harga saham sekarang. Jadi,
informasi dividen tahun lalu akan tercermin pada harga saham sekarang.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Raymond
(2007). Raymond meneliti pengaruh dividend per share dan earning per share
terhadap harga saham pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. periode
2002-2006. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan analisis regresi dan
korelasi dapat disimpulkan bahwa dividend per share dan earning per share
mempunyai hubungan yang kuat. Perbedaan penelitian ini dengan yang dilakukan
oleh Raymond adalah objek perusahaan yang dijadikan sampel yaitu perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), serta tahun pengamatan
yaitu tahun 2006-2008.
Selain itu, banyak juga penelitian tentang harga saham seperti Nurmala
(2006) yang melakukan penelitian kebijakan dividen, kebijakan yang digunakan
adalah EPS dan DPS, dengan tahun pengamatan 1996-2000 dan objek perusahaan
adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI. Penelitian juga dilakukan oleh
Liestyana (2008) yang menggunakan variabel independen Return on Equity
(ROE) dan Earning Per Share (EPS). Denny (2008) juga meneliti harga saham
yang menggunakan variabel independen DPS dan ROE pada lima perusahaan
sektor pertambangan periode 2002-2007, adapun Silvana (2009) yang hanya
menggunakan DPS sebagai variabel independen yang kesemuanya memiliki hasil
berbeda-beda pengaruhnya terhadap harga saham suatu perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah earning per share berpengaruh secara signifikan terhadap harga
saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah dividend per share berpengaruh secara signifikan terhadap harga
saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah earning per share dan dividend per share secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh earning per share terhadap harga saham pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh dividend per share terhadap harga saham
pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk mengetahui pengaruh earning per share dan dividend per share
terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian diharapkan tidak hanya bagi
peneliti, namun juga bagi perusahaan dan peneliti lainnya.
1. Bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan pengetahuan peneliti tentang masalah yang diteliti sehingga
dapat diperoleh gambaran lebih jelas mengenai kesesuaian di lapangan dengan
teori yang ada.
2. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi atau
masukan dalam pengambilan keputusan investasi.
3. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Harga Saham
1. Pengertian Harga Saham
Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan
perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau
distribusi lain yang dilakukan peusahaan kepada pemegang sahamnya,
termasuk hak klaim atas aset perusahaan, dengan prioritas setelah hak klaim
pemegang surat berharga lain dipenuhi jika terjadi likuiditas. Menurut
Husnan (2002: 303), menyebutkan bahwa :
Sekuritas (saham) merupakan secarik kertas yang
menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya.
Sedangkan, menurut Tandelilin (2001:18) “saham merupakan surat
bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan
saham”. Jadi dapat disimpulkan bahwa saham adalah surat berharga yang
diperdagangkan di pasar modal yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan
yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), dimana saham tersebut
menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian
dari perusahaan tersebut.
penutupan (closing price) yang terbentuk pada setiap akhir perdagangan
saham. Dengan demikian data yang diambil dalam penelitian ini adalah data
closing price untuk masing-masing saham sebelum dan sesudah ex-dividend
date selama periode penelitian di Bursa Efek Jakarta (R. Andi Sularso, 2003:
85).
Penilaian investor atau calon investor terhadap risiko investasi saham
akan mempengaruhi harga saham yang bersangkutan. Hal ini disebabkan
karena risiko merupakan salah satu unsur dalam penetapan tingkat discount
untuk menentukan nilai saham. Jika risiko investasi saham semakin tinggi,
semenetara pendapatan saham tetap, maka nilai saham akan semakin rendah
sehingga dapat mengakibatkan harga saham turun demikian pula sebaliknya.
2. Jenis-jenis Saham
Berdasarkan cara pengalihannya, saham pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Saham atas unjuk (bearer stock)
Di atas sertifikat saham ini tidak dituliskan nama pemiliknya. Dengan
pemilikan atas saham atas unjuk, seorang pemilik sangat mudah untuk
mengalihkan atau memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya mirip
dengan uang. Pemilik saham atas unjuk ini harus berhati-hati membawa dan
menyimpannya, karena jika saham tersebut hilang, maka pemilik tidak dapat
meminta gantinya.
b. Saham atas nama (registered stock)
dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dengan
buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham. Jika
saham tersebut hilang, pemilik dapat meminta gantinya.
Sedangkan, berdasarkan manfaat yang diperoleh oleh pemilik, saham
juga dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Saham biasa
Saham biasa merupakan sumber keuangan utama yang harus ada pada
suatu perusahaan publik dan merupakan surat berharga yang paling umum
dan dominan diperdagangkan di Bursa Efek. Bodie et al. (2002:97),
menjelaskan pengertian saham biasa adalah “kepemilikan atas hak sekuritas
oleh pemilik modal perusahaan akan diumumkan kepada masyarakat.”
Pemilik berhak menentukan menerima dividen atau menduduki posisi di
dalam perusahaan.
b. Saham preferen
Saham preferen memiliki hak untuk didahulukan dalam pembagian
laba dan sisa aset dalam likuidasi dibandingkan dengan saham biasa.
Perbedaannya dengan saham biasa adalah saham preferen yang memiliki
dividen yang tetap, namun seperti halnya saham, saham preferen tidak
memiliki tanggal jatuh tempo. Menurut Fakhrudin (2001:12) “saham
preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara
obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap
(seperti bunga dan obligasi), tetapi juga bisa mendatangkan hasil yang
3. Risiko Kepemilikan Saham
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:13), ada beberapa risiko
yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya, yaitu tidak mendapat
dividen dan mengalami capital loss.
a. Tidak mendapat dividen
Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan
keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat membagikan dividen
jika mengalami kerugian. Dengan demikian, potensi ditentukan oleh kinerja
perusahaan tersebut.
b. Capital loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu
mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada
kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari
harga beli saham, terkadang untuk menghindari potensi kerugian yang
semakin besar seiring terus menurunnya harga saham, maka seorang
investor rela menjual sahamnya dengan harga rendah. Istilah ini dikenal
dengan istilah penghentian kerugian (cut loss).
Disamping risiko di atas, seorang pemegang saham juga masih
dihadapkan dengan potensi risiko lainnya, yaitu:
a. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi
Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek, jika sebuah
perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka otomatis saham perusahaan
perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih
rendah dibanding kreditor atau pemegang saham obligasi dalam pelunasan
kewajiban perusahaan. Artinya, setelah semua aset perusahaan tersebut
dijual, terlebih dahulu akan dibagikan kepada para kreditor atau pemegang
obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang
saham.
b. Saham di-delist dari bursa
Risko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham
perusahaan di-delist dari bursa umumnya adalah karena kinerja yang buruk
misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan,
mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara
berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai
dengan peraturan pencatatan efek di bursa.
c. Saham dihentikan sementara (suspensi)
Disamping dua risiko di atas, risiko lain yang juga “mengganggu” para
investor untuk melakukan aktivitasnya adalah jika suatu saham di-suspend
atau dihentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek, yang
menyebabkan investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspensi
tersebut dicabut. Suspensi biasanya berlangsung dalam waktu singkat,
misalnya satu sesi perdagangan, dua sesi perdagangan, namun dapat pula
berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal tersebut
dilakukan otoritas bursa jika suatu saham mengalami lonjakan harga yang
kondisi lain yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan perdagangan
saham tersebut untuk sementara sampai perusahaan yang bersangkutan
memberikan informasi yang belum jelas tersebut sehingga tidak menjadi
ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka
suspensi atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat
diperdagangkan kembali seperti semula.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Bahkan
setiap detikpun harga saham dapat berubah. Oleh karena itu, investor harus
mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham.
Banyak hal yang mempengaruhi harga saham yang merupakan tolak ukur
bagi investor dalam menanamkan modalnya pada suatu perusahaan yang
dianggap para investor mempunyai prospek yang baik untuk memperoleh
kembalian investasi yang besar.
Kinerja keuangan berdasarkan rasio keuangan perusahaan merupakan
salah satu faktor yang dilihat investor untuk menentukan pilihan dalam
membeli saham. Bagi perusahaan, menjaga dan meningkatkan kinerja
keuangan adalah suatu keharusan agar saham yang sudah diperdagangkan di
bursa efek (go public) tetap eksis dan tetap diminati investor. Dalam kondisi
krisis moneter yang belum pulih, tentu menimbulkan pertanyaan besar,
apakah kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang sudah go public
masih dapat memberikan kontribusi yang cukuup besar dalam
harga saham menurut R. Andi Sularso (2003: 25) yaitu :
a. Harga Saham Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date
b. Abnormal Return
Untuk lebih jelasnya berikut akan dijelaskan secara satu persatu.
a. Harga Saham Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date
Harga saham adalah harga saham yang terjadi di bursa pada saat
penutupan (closing price) yang terbentuk pada setiap akhir perdagangan
saham. Dengan demikian data yang diambil dalam penelitian ini adalah data
closing price untuk masing-masing saham sebelum dan sesudah ex-dividend
date selama periode penelitian di Bursa Efek Jakarta.
b. Abnormal Return
Abnormal Return atau keuntungan diatas normal adalah selisih antara
tingkat keuntungan sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan.
Abnormal return ini bisa bernilai positif ataupun negatif.
c. Return Individual
Return individual adalah tingkat keuntungan harian untuk
masing-masing saham. Return individual ini merupakan prosentase dari ln harga
saham pada saat ini dibagi harga saham pada saat sebelumnya.
d. Expected Return (Ex Rit)
Expected return adalah tingkat keuntungan yang diharapkan untuk
berdasarkan model-model keseimbangan atau Capital Asset Pricing Model
(CAPM) yang menyatakan bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan dari
suatu saham adalah sama dengan tingkat keuntungan bebas risiko ditambah
dengan premi risiko.
e. Return Pasar
Return pasar adalah tingkat keuntungan seluruh saham yang terdaftar di
Bursa. Return pasar diwakili oleh IHSG. IHSG menunjukkan indeks harga
saham dari seluruh saham yang listed di Bursa.
f. Risk Free (Rf)
Risk free merupakan tingkat keuntungan bebas risiko yang diperoleh
dengan menggunakan rata-rata tingkat bunga deposito 1 bulanan dari
bank-bank umum. Untuk mendapatkan Rf harian, dapat dihitung dengan membagi
tingkat bunga deposito 1 bulanan dengan 360 hari (1 tahun diasumsikan 360
hari).
g. Informasi
Informasi adalah semua bentuk pemberitaan baik di dalam pasar modal
maupun di luar pasar modal (media lain) yang diterima oleh investor dengan
harapan dapat digunakan sebagai dasar atau acuan dalam pengambilan
keputusannya. Informasi di pasar modal terdiri atas informasi yang
dipublikasikan (public information) dan informasi yang tidak dipublikasikan
(private information). Informasi yang dipublikasikan, yaitu informasi yang
sudah diketahui oleh masyarakat umum dan memang sengaja untuk
hanya diketahui oleh kelompok tertentu dan bersifat rahasia. Informasi yang
relevan dengan kondisi pasar modal merupakan sesuatu yang selalu dicari
oleh pelaku pasar modal untuk keperluan pengambilan keputusan investasi,
karena keberadaan informasi baik informasi yang dipublikasikan ataupun
yang tidak dipublikasikan sangat berkaitan dengan perubahan harga saham.
Untuk itu investor harus memperoleh informasi yang merata dan transparan,
sehingga dapat mengambil keputusan kapan saat membeli dan menjual
sahamnya dengan harga yang wajar. Penilaian tersebut mengakibatkan harga
saham berubah dengan cepat sesuai dengan informasi yang tersedia di
pasar. Informasi yang tersedia tersebut telah tercakup dalam harga saham
yang lalu.
Agar investor dapat memperoleh return maka investor harus
mempergunakan berbagai bentuk analisis berdasarkan informasi yang
diperoleh. Dalam menganalisis penelitian ini, informasi yang digunakan
sebagai event adalah informasi yang dipublikasikan, khususnya informasi
mengenai pengumuman dividen karena adanya pengumuman dividen
diperkirakan dapat mempengaruhi perubahan harga saham yang pada
akhirnya akan mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusan.
h. Periode Penelitian
Periode pengamatan dibagi menjadi dua periode, yaitu: periode estimasi
dan periode peristiwa. Periode estimasi terdiri dari 90 hari sebelum
peristiwa, yaitu t-120 sampai dengan t-16.
15 hari sesudah (t+15) tanggal pengumuman ex-dividend date. Sedangkan
event date adalah to, yaitu: pada saat (tanggal) ex-dividend date diumumkan.
2.1.2. Earning Per Share
1. Pengertian Earning Per Share
Ukuran kemampuan peusahaan dalam menghasilkan laba akan
membuat investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan,
karena hal itu mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memberikan
keuntungan kepada pemegang sahamnya yang dapat dilihat dari Earning Per
Share (EPS). Earning per share menunjukkan pendapatan untuk tiap lembar
saham biasa. Pada saat saham preferen terdapat dalam struktur modal, laba
bersih harus dikurangi dengan dividen saham preferen untuk menentukan
jumlah yang akan dibagikan kepada pemegang saham biasa. Apabila tidak
terdapat dividen saham preferen pada struktur modal perusahaan, maka
earning per share dihitung dengan membagi laba bersih setelah dikurangi
pajak dengan jumlah saham biasa yang beredar. Earning per share adalah
indikator yang baik untuk menilai kinerja operasi perusahaan. Makin tinggi
nilai earning per share perusahaan, menunjukkan bahwa saham perusahaan
mempunyai keuntungan yang besar untuk tiap lembar sahamnya.
EPS (Earning per Share) secara umum merupakan perhitungan laba
yang diperoleh perusahaan yang mengarah ke masa depan mencoba
memberikan informasi mengenai laba per saham yang mungkin akan
diperoleh perusahaan per lembar saham. Laba per saham merupakan alat ukur
yang berguna untuk membandingkan laba dari berbagai entitas usaha yang
berbeda dan untuk membandingkan laba suatu entitas dari waktu ke waktu
jika terjadi perubahan dalam struktur modal.
Menurut Lukman Syamsuddin (2007: 66) bahwa : “Pada umumnya
manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham
sangat tertarik akan Earning per Share (EPS), karena hal ini menggambarkan
jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa”. Salah satu
alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai
laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk
membagikan deviden. Dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang
memiliki earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki earnings
per share rendah. Earnings per share yang rendah cenderung membuat harga
saham turun.
Perhitungan laba per saham yang mengarah ke masa depan mancoba
memberikan informasi mengenai laba per saham yang mungkin akan
diperoleh di masa datang Rumus EPS menurut Haryono Jusuf (2006: 247)
adalah sebagai berikut:
Laba Bersih Laba Per Lembar Saham (EPS) =
Jumlah Saham Biasa yang Beredar
Pada rumus di atas, dapat dikemukakan bahwa perhitungan
menggunakan bagian laba khusus untuk pemegang saham biasa. Apabila
tidak terjadi perubahan jumlah saham beredar maka sebagai penyebut dalam
Namun, apabila terdapat penerbitan saham baru, pemecahan saham atau
obligasi konvertibel, maka jumlah saham biasa sebagai penyebut adalah
rata-rata tertimbang jumlah saham beredar.
Arti earning per share bagi perusahaan sangat penting bagi perusahaan
karena menyangkut laba yang diperoleh oleh tiap pemegang saham dalam
perusahaan tersebut. Kebanyakan perusahaan menampilkan earning per
share pada halaman depan laporan keuangannya untuk menarik perhatian
calon investor dan juga agar investor yang telah terlebih dahulu menanamkan
modalnya di perusahaan tersebut tidak berpindah ke perusahaan lain.
Disamping kemudahan untuk menghitung dan mengolah data EPS,
EPS juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu :
a. EPS sering dikritik karena tidak mencerminkan ukuran profitabilitas
perusahaan karena EPS tidak memperhitungkan asset perusahaan yang
digunakan untuk menghasilkan EPS tersebut. Misalnya, ada dua perusahaan
yang mempunyai EPS yang sama, tetapi total assetnya berbeda, profitabilitas
antara keduanya akan berbeda.
b. Jumlah lembar saham yang dipakai sebagai pembagi laba operasional.
Jumlah lembar saham bukan merupakan ukuran penggunaan modal yang
representative. Misalnya, ada dua perusahaan yang mempunyai total nilai
saham yang sama yaitu sama-sama 10 juta, tetapi harga per lembarnya
berbeda, 20 perlembar dan 10 per lembar. Maka jumlah saham yang beredar
keduanya juga berbeda yaitu 500.000 dan 1.000.000 lembar. Jika keduanya
keduanya akan menghasilkan EPS yang berlainan karena pembagi keduanya
berbeda. Dengan demikian EPS tidak bisa dibandingkan antar perusahaan
atau antar industri.
c. EPS dinilai tidak konsisten untuk pengukuran profitabilitas karena
memakai laba perusahaan pada numerator (yang dibagi) tetapi memakai
jumlah saham-saham pada pembagi (denominator) yang merupakan hasil
keputusan pendanaan. Perusahaan yang mengalami penurunan laba dapat
mempertahankan EPS yang tinggi dengan mengurangi jumlah saham yang
beredar.
2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Earning Per Share
EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk
tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan
operasinya. Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang
tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata–rata saham
biasa yang beredar. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi earning per
share menurut Weston dan Eugene (2003: 174) yaitu :
a. Kenaikan laba per saham dapat disebabkan karena :
1). Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar
4). Persentase kenaikan laba bersih lebih besar dari pada persentase
kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
5). Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar
lebih besar dari pada persentase penurunan laba bersih. b. Penurunan laba per saham dapat disebabkan karena :
1). Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar
2). Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
3). Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar
naik.
4). Persentase penurunan laba bersih lebih besar dari pada persentase
penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
5). Persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar
lebih besar dari pada persentase kenaikan laba bersih.
Jadi bagi suatu badan usaha nilai laba per saham akan meningkat apabila
persentase kenaikan laba bersihnya lebih besar dari pada persentase kenaikan
jumlah lembar saham biasa yang beredar.
2.1.3. Dividend Per Share
Menurut Warren (1999:122), “dividend per share merupakan ukuran
untuk menunjukkan sejauh mana laba dibagikan kepada pemegang saham.”
Sedangkan menurut Riyanto (1995:269), “dividend per share digunakan
untuk mengukur berapa jumlah rupiah yang akan diberikan kepada pemilik
saham dari keuntungan tiap lembar saham.” Dividend Per Share merupakan
bagian dari rasio keuangan yang sering dilihat para calon investor maupun
investor untuk menilai keuangan suatu perusahaan.
Dividend per share merupakan rasio yang mengukur seberapa besar
dividen yang dibagikan dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar
pada tahun tertentu. Rasio ini memberikan gambaran mengenai seberapa
besar laba yang dibagikan dalam bentuk dividen kepada pemegang saham
untuk tiap lembar saham. Rasio ini dihitung dengan membagi jumlah dividen
dibayarkan dengan jumlah saham yang beredar. Dividend per share
(DPS) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Deviden
Dividend per share (DPS) =
Jumlah Saham Biasa yang Beredar
Perusahaan yang dividend per share-nya lebih tinggi dibandingkan
dengan perusahaan-perusahaan sejenis akan lebih diminati oleh investor,
karena investor akan memperoleh kepastian modal yang ditanamkannya,
yakni hasil berupa dividen. Namun perlu diingat bahwa perusahaan juga pelu
memperhatikan kebutuhan investasinya, sehingga perusahaan perlu
menetapkan kebijakan dividennya yang berkaitan dengan penentuan
pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan untuk dibayarkan
kepada pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan dalam
perusahaan yang akan diperlukan untuk investasi perusahaan.
2.2.Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkaitan dengan harga saham bukanlah yang pertama kali
Tabel 2.1
Penelitian dilakukan pada perusahaan otomotif yang
terdaftar di Bursa Efek
Jakarta selama lima tahun berturut-turut (tahun 1996-2000). Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan
menggunakan analisis
korelasi Rank Spearman dan
pengujian hipotesis dapat
diketahui bahwa kebijakan
dividen (earning per share
dan dividend per share) yang
diterapkan oleh ketiga
perusahaan otomotif tidak mempengaruhi harga saham perusahaan.
Raymond menganalisis
pengaruh dividend per share
dan earning per share
terhadap harga saham pada
PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk. periode 2002-2006. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan analisis regresi dan korelasi
dapat disimpulkan bahwa
kedua variabel independen
tersebut mempunyai
hubungan yang kuat terhadap
harga saham PT.
Telekomunikasi Tbk.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dividend per share
dan return on equity
berpengaruh signifikan
Sambungan Tabel 2.1
menunjukkan bahwa return
on equity secara parsial tidak
berpengaruh signifikan
terhadap harga saham,
sedangkan earning per share
secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap
harga saham. Sedangkan
secara simultan kedua
variabel tersebut, return on
equity dan dividend per share berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
independen yaitu dividend
per share mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu harga saham pada perusahaan barang konsumsi
yang go public.
2.3. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menerangkan
bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah
diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan
menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel
independen dan variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel independen
adalah Earning Per Share (EPS) dan Dividend Per Share (DPS). Sedangkan
variabel dependen adalah harga saham.
saham biasa. Earning per share merupakan laba bersih setelah dikurangi pajak
(Earning After Tax) dan dikurangi saham preferen dibagi dengan jumlah saham
beredar. Earning per share adalah indikator yang baik untuk menilai kinerja
operasi perusahaan. Makin tinggi nilai earning per share perusahaan,
menunjukkan bahwa saham perusahaan mempunyai keuntungan yang besar
untuk tiap lembar sahamnya.
Dividen merupakan bagian keuntungan bersih setelah pajak dibagi dengan
jumlah saham yang beredar, karena dividen merupakan salah satu keuntungan
investasi melalui saham, maka pihak manajemen perusahaan perlu
memperhatikan kebijakan dividen yang akan ditetapkan dalam rangka
meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya dalam bentuk
kepemilikan saham.
Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina, (2007:41) “hipotesis adalah posisi yang dirumuskan Earning Per Share (EPS)
Variabel X1
Dividend Per Share (DPS)
dengan maksud untuk diuji secara empiris.” Hipotesis dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
H1 : Earning per share berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H2 : Dividend per share berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H3 : Earning per share dan dividend per share berpengaruh secara simultan
terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini Peneliti menggunakan desain asosiatif kausal.
Menurut Umar, (2001:63) “Penelitian ini menggunakan desain kausal yang
berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan
variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.”
Peneliti menganalisis pengaruh earning per share dan dividend per share terhadap
harga saham, dimana earning per share dan dividend per share merupakan
variabel yang mempengaruhi, sedangkan harga saham merupakan variabel yang
dipengaruhi.
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Erlina (2008:75) “populasi adalah sekelompok orang, kejadian,
segala seseuatu yang mempunyai karakteristik tertentu”. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun
2010-2012. Masih menurut Erlina (2008:75), “Sampel adalah bagian populasi
yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi.” Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu.
Adapun kriteria pengambilan sampel yang ditetapkan oleh peneliti adalah
1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama periode 2010-2012,
2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan lengkap selama periode
2010-2012,
3. Perusahaan yang menghasilkan laba (earning) selama periode 2010-2012,
4. Perusahaan yang tidak mengalami delisting selama periode 2010-2012.
Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 41 perusahaan dengan
periode penelitian selama tiga tahun. Berdasarkan kriteria yang dikemukakan di
atas, Peneliti mengambil 29 perusahaan perbankan sebagai sampel.
Perusahaan-perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
10 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero)Tbk
11 BCIC Bank Mutiara Tbk
17 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk
Sambungan Tabel 3.1
19 BSWD Bank of India Indonesia Tbk
20 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Tbk
21 BVIC Bank Victoria Internasional Tbk
22 INPC Bank Arta Graha Internasional Tbk
23 MAYA Bank Mayapada internasional Tbk
24 MCOR Bank Windu Kentjana International Tbk
25 MEGA Bank Mega Tbk
kuantitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam angka-angka yang menunjukkan
nilai terhadap besaran atau variabel yang diwakilinya. Peneliti menggunakan data
sekunder dalam penelitian ini. Data sekunder menurut Umar, (2003:60)
“merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk
tabel, grafik, diagram, gambar dan sebagainya sehingga lebih informatif jika
digunakan oleh pihak lain.”
Data dalam penelitian ini adalah data polled, yaitu kombinasi antara data
time series dan data cross section. Data time series disebut juga data deret waktu,
merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam
beberapa interval waktu tertentu, misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, atau
tahunan (interval waktu dalam penelitian ini mulai dari tahun 2010 sampai tahun
mengamati banyak subjek (seperti individu, perusahaan atau negara/wilayah) pada
titik waktu yang sama, atau tanpa memperhatikan perbedaan waktu (subjek yang
diteliti adalah laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI).
Peneliti mengumpulkan data penelitian dengan cara mengunduh laporan keuangan
perusahaan sampel melalui situs Bursa Efek Indonesia, yaitu www.idx.co.id dan
menggunakan softcopy Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Adapun
data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:
1. Informasi mengenai earning yang dihasilkan perusahaan,
2. Informasi mengenai dividen yang dibagikan atas laba perusahaan periode
2010-2012,
3. Informasi mengenai harga saham penutupan (closing price) perusahaan pada
akhir tahun periode 2010-2012, dan
4. Informasi keuangan lainnya yang berhubungan dengan variabel penelitian.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui dua tahap. Pada tahap
pertama Peneliti melakukan studi pustaka, yaitu dengan mencari literatur yang
berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Pada tahap kedua Peneliti
mengumpulkan data melalui media internet dengan cara mengunduh dari situs
Bursa Efek Indonesia, yaitu www.idx.co.id, untuk memperoleh laporan keuangan
3.5. Operasional Variabel
Dalam pengujian hipotesis, maka perlu diteliti variabel-variabel dengan
penentuan indikator-indikator yang digunakan. Adapun variabel-variabel
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel
independen dan satu variabel dependen.
1. Variabel dependen, yaitu variabel tidak bebas keberadaannya yang
dipengaruhi oleh besarnya variabel independen. Variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham.
2. Variabel independen, yaitu variabel bebas yang keberadaannya dapat
mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan
positif dan negatif bagi variabel dependen lainnya.
Operasioanalisasi variabel penelitian ini dapat dilihat secara lebih rinci
pada tabel berikut:
keuntungan per lembar saham pemilik.
Harga saham pada saat closing
price
3.6. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode analisis data dilakukan dengan menggunakan
metode analisis statistik dan menggunakan software SPSS 18.0. Pengujian
statistik dalam penelitian ini terdiri dari pengujian asumsi klasik dan pengujian
hipotesis.
1. Pengujian Asumsi Klasik
Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi-asumsi
klasik. Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, uji
multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji ini
berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Jika data
normal, maka digunakan statistik parametrik, dan jika data tidak normal maka
digunakan statistik nonparametrik atau lakukan treatment agar data normal.
Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal.
Untuk melihat normalitas dapat dilakukan dengan melihat histogram atau pola
distribusi data normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram
dari nilai residualnya. Dasar pengambilan keputusannya adalah:
1) jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau garis histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal,
2) jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Dalam
penelitian ini Peneliti menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) untuk
menguji normalitas data. Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis:
H0 : data residual berdistribusi normal,
Ha : data residual tidak berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2005), “uji ini bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.” Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen. Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel- variabel
independen antara yang satu dengan yang lainnya. Jika terjadi korelasi
sempurna diantara sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah:
1. koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir,
2. nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga. Ada
tidaknya multikolinieritas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance
dan variance inflation factor (VIF), serta dengan menganalisis matriks
korelasi variabel-variabel independen. Nilai cut off yang umum dipakai
untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah jika nilai VIF tidak
lebih dari sepuluh dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah didalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variabel pengganggu dari satu pengamatan
dengan pengamatan yang lain. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi heteroskedastisitas. Menurut Nugroho (2005:62) cara memprediksi ada
tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar
Scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar Scatterplot yang
menyatakan model regresi berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika:
1) titik-titik data menyebar di atas, di bawah atau di sekitar angka nol,
2) titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau dibawah saja,
3) penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali,
4) penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
d. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linier
terdapat korelasi atau kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
periode t-1. Jika terjadi autokorelasi, maka terdapat problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang
berkaitan satu dengan lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data time series.
Pada data cross section, masalah autokorelasi relatif tidak terjadi. Uji yang
digunakan dalam penelitian untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi
adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Kriteria untuk
1) nilai D-W lebih kecil dari -2 berarti ada korelasi positif,
2) nilai D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi,
3) nilai D-W lebih besar dari +2 berarti ada autokorelasi negatif.
2. Analisis Regresi Berganda
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode Analisis Regresi Berganda dengan menggunakan rumus :
Y = a +b1X1 + b2X2
Keterangan :
Y = Harga Saham
X1 = Earning Per Share
X2 = Devident Per Share
a = Konstanta
b1,2 = Koefisien Regresi
e = Epsilon atau variabel pengganggu
Pengujian model regresi berganda ini digunakan untuk mengetahui
pengaruh positif atau negatif dari masing-masing variabel bebas X1 dan X2
terhadap variabel terikat Y.
3. Pengujian Hipotesis
a. Secara Parsial dengan menggunakan Uji T
Pengujian ini dilakukan untuk menguji setiap variabel bebas (X) apakah
pengujian :
H0 : X1, X2 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas
(X1 dan X2) terhadap variabel terikat (Y).
H1 : X1, X2 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas (X1
dan X2) terhadap variabel terikat (Y).
Adapun rumus dari uji t adalah sebagai berikut :
r √ n – 2
Selanjutnya dilakukan uji signifikan dengan membandingkan tingkat
signifikansi (alpha) 5% dengan derajat kebebasan df = (n-k) dari thitung yang
diperoleh dengan kriteria sebagai berikut :
Jika thitung≥ ttabel , maka H0 ditolak
Jika thitung≤ ttabel , maka H0 diterima
Kriteria pengujian :
a.H0 diterima apabila -ttabel≤ thitung≤ ttabel, pada α = 5%, df = n-k
b. Ha diterima apabila thitung > ttabel atau –thitung < ttabel
b. Secara Simultan dengan menggunakan Uji F
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah adapengaruh earning per
share dan devident earning per share perusahaan secara bersama-sama
Indonesia, bentuk pengujian :
H0 : X1,X2 = 0, tidak terdapat pengaruh earning per share dan devident
earning per share perusahaan secara bersama-sama terhadap harga saham
pada perusahaan perbankan yang ada di Bursa Efek Indonesia.
H1 : X1, X2 ≠ 0, terdapat pengaruh earning per share dan devident earning
per share perusahaan secara bersama-sama terhadap harga saham pada
perusahaan perbankan yang ada di Bursa Efek Indonesia.
Nilai Fhitung nantinya akan dibandingkan dengan nilai Ftabel dengan tingkat
signifikansi (alpha) 5% dengan derajat kebebasan df = (n-k) dari Fhitung yang
diperoleh dengan kriteria sebagai berikut :
Jika Fhitung > Ftabel , maka H0 ditolak
Jika Fhitung < Ftabel , maka H0 diterima
4. Pengujian Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) menunjukkan besarnya presentase
pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengaruh semua
variabel bebas (secara simultan) didalam model regresi terhadap nilai variabel
terikat dapat diketahui dengan analisis varians. Alat statisyik yang dapat
digunakan adalah Analysis of Variance (ANOVA). Hasil perhitungan R2 yaitu
diantara nol dan satu dengan ketentuan. Nilai R2 yang semakin kecil
(mendekati nol) berarti semakin kecil pengaruh semua variabel bebas terhadap
nilai variabel terikat atau semakin kecil kemampuan model dalam
menjelaskan perubahan nilai variabel terikat. Sebaliknya, nilai R2 yang
model dalam menjelaskan perubahan nilai variabel terikat.
Uji Determinasi, untuk melihat besarnya kontribusi pengaruh
variabel bebas dan variabel terikat dapat dihitung dengan rumus :
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Deskriptif Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak
dalam bidang perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Diketahui
bahwa bidang perbankan sangat pesat perkembangannya dan sangat
dikembangkan di seluruh Indonesia. Dengan semakin maraknya
perkembangan bidang perbankan ini memberikan dampak pesatnya
peningkatan perekonomian masyarakat dan sekaligus meningkatkan
persaingan bagi sesama perusahaan yang bergerak dibidang perbankan
tersebut.
Adapun perusahaan yang bergerak di bidang perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia untuk tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 yang
memenuhi kriteria dan menjadi sampel dalam penelitian ini ada 30
perusahaan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh earning per
share dan dividend per share terhadap harga saham pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dilakukan pengujian
secara empiris. Adapun data earning per share,dividend per share dan harga
saham ke 30 perusahaan perbankan yang menjadi objek penelitian akan
4.1.2. Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk melihat apakah data penelitian dapat
dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi linear berganda. Uji asumsi
klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi. Model regresi yang
baik adalah model yang lolos dari uji asumsi klasik. (Ghozali, 2002:. 55).
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah
distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni
distribusi data dengan bentuk seperti lonceng. Data yang baik adalah data
yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut
tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Data penelitian yang diperoleh
pada awalnya menyebar secara tidak normal. Hal ini disebabkan karena
adanya nilai-nilai ekstrim (outliers). Nilai-nilai ekstrim (outliers) dapat
mengganggu estimasi koefisien regresi, sehingga berakibat tidak tepatnya
model regresi yang dibuat (Nachrowi, 2006: 170). Dengan menggunakan uji
normalitas diperoleh bahwa data tersebut secara normal, secara lengkap dapat
Tabel 4-1.
Normal Parametersa Mean 131.4766 .0103 1844.9195
Std. Deviation 181.66100 .07881 2522.51644
Most Extreme Differences
Absolute .235 .495 .238
Positive .224 .495 .232
Negative -.235 -.448 -.238
Kolmogorov-Smirnov Z 2.188 4.615 2.223
Asymp. Sig. (2-tailed) .024 .015 .013
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 (data diolah)
Berdasarkan tabel Kolmogorov-Smirnov Test dapat diketahui apakah
data penelitian telah terdistribusi normal atau tidak, dan hasil test distribution
ternyata menunjukkan normal. Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada gambar
Grafik Histogram berikut ini. Hasil Uji normalitas menunjukkan bahwa nilai K-S
untuk variabel earning per share sebesar 2,188 dengan probabilitas siginifikan
0,024, begitu juga dengan variabel devident per share sebesar 4,615 dengan
probabilitas siginifikan 0,015 dan harga saham sebesar 2,223 dengan probabilitas
siginifikan 0,013 dengan probabilitas siginifikan di bawah 0,05 berarti data
terdistribusi dengan normal. Untuk lebih teliti lagi maka dilakukan dengan Grafik
Histogram dan Normal P-Plot karena menurut Imam Ghozali (2009: 32)
menyebutkan “normal tidaknya data dapat dideteksi lebih lanjut dengan
Model regresi yang baik mensyaratkan adanya normalitas pada data
penelitian atau pada nilai residualnya bukan pada masing-masing variabelnya. Uji
normalitas model regresi dalam penelitian ini menggunakan analisis grafik dengan
melihat histogram dan normal probability plot. Apabila ploting data membentuk
satu garis lurus diagonal maka distribusi data adalah normal. Berikut adalah hasil
uji normalitas dengan menggunakan diagram.
Gambar 4-1
Output SPSS Grafik Histogram
Gambar 4-2
Output SPSS Normal P-Plot
Sumber data yang telah diolah
Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik histogram dan
normal probability plot, tampak bahwa histogram memberikan pola distribusi
yang tidak melenceng ke kiri dan kanan sedangkan pada grafik norma probability
plot terihat bahwa titik-titik tidak menyebar dan mendekati garis diagonalnya. Hal
ini menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal dan model regresi yang
diuji dengan menggunakan grafik tersebut telah memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
koefisien Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai Tolerance. Menurut Imam
Ghozali (2009: 96) bahwa : “Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance ≥ 0.10 atau sama dengan nilai
VIF ≤ 10”. Dengan kata lain data yang baik dapat dilihat apabila memiliki nilai
Tolerance lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF lebih kecil dari 10 dan apabila nilai
Tolerance dan VIF tidak sesuai dengan ketentuan tersebut maka data penelitian
mengandung multikolinearitas yang berarti tidak layak digunakan sebagai data
penelitian. Berikut adalah hasil uji multikolinearitas dari output SPSS yang
dilakukan.
Sumber data yang telah diolah
Hasil uji multikolinearitas menunjukkan nilai tolerance > 0,10 dan nilai
VIF < 10 untuk variabel penelitian earning per share dan devident per share, hal
ini menunjukkan bahwa tidak ada multikolinearitas dalam model regresi sehingga
data dikatakan baik dan dapat digunakan untuk pengujian selanjutnya.
c. Uji Heterokedastisitas
prediksi) dengan SRESID (nilai residual). Menurut Imam Ghozali (2009: 125)
bahwa : “Uji Heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi Heterokedastisitas”. Tidak
terjadi Heterokedastisitas dapat diketahui apabila titik-titik penyebaran data
menyebar secara acak dan tidak berkumpul. Berikut adalah hasil uji
Heterokedastisitas dari output SPSS yang dilakukan.
Gambar 4-3
Output SPSS Uji Heterokedastisitas
Sumber data yang telah diolah
Grafik plot menunjukkan penyebaran titik-titik secara acak dan tersebar