• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penggunaan Metode Diskusi Dengan Media Gambar Terhadap Akativitas Belajar dan Penguasaan Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Makhluk Hidup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penggunaan Metode Diskusi Dengan Media Gambar Terhadap Akativitas Belajar dan Penguasaan Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Makhluk Hidup"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

ii

ABSTRAK

PENGARUH PENGUNAAN METODE DISKUSI DENGAN MEDIA GAMBAR TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA MAKHLUK HIDUP

(Studi Eksperimen Siswa Kelas VIII SMP N 2 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

SRI RAHAYU WULANDARI

Aktivitas belajar merupakan kunci utama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Namun hasil observasi di kelas VIII SMP N 2 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan, diketahui bahwa aktivitas belajar siswa belum dikembangkan secara secara optimal. Hal ini dikarenakan selama ini guru menggunakan metode yang kurang tepat untuk mengembangkan aktivitas siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengunaan metode diskusi dengan media gambar terhadap aktivitas belajar dan penguasaan materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.

Desain penelitian ini adalah pretes postes non-equivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIIIB dan VIIIE yang dipilih dari populasi secara cluster random

sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data

(2)

iii

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa mengalami

peningkatan sebesar 8,76%. Penguasaan materi mengalami penurunan dengan menggunakan uji-t yaitu Lhit (0,117)< Ltab (0,157), berarti diperoleh data tidak

berdistribusi normal. Hal ini berarti, bahwa penggunaan metode diskusi melalui media gambar berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas belajar, namun tidak berpengaruh terhadap penguasaan materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup di SMP N 2 Jati Agung.

Kata kunci: aktivitas belajar, metode diskusi, media gambar, penguasaan materi,

(3)
(4)

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKUSI DENGAN MEDIA GAMBAR TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA MAKHLUK HIDUP

(Studi Eksperimen Siswa Kelas VIII SMP N 2 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)

(Skripsi)

Oleh

SRI RAHAYU WULANDARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan Antara Variabel Bebas Dan Terikat ... 13 2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen ... 37 3. Contoh Jawaban Siswa pada Soal Indikator C2 dan C4

(Lks Pertemuan 1 Kelas Eksperimen) ... 63 4. Contoh Jawaban Siswa pada Soal Indikator C2 dan C4

(Lks Pertemuan 2 Kelas Eksperimen) ... 65 5. Contoh Jawaban Siswa pada Soal Indikator C2 dan C4

(LKS Pertemuan 1 Kelas Kontrol) ... 67 6. Contoh Jawaban Siswa pada Soal Indikator C2 dan C4

(6)

xiii

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data 1. Jenis Data ... 44

2. Teknik Pengambilan Data ... 44

F. Pengolahan Data Aktivitas Belajar Siswa... 48

G. Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas Data... 50

2. Uji Mann-Whitney U... 51

3. Uji Homogenitas Data ... 51

(7)

xiv

B. Pembahasan ... 58

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 70

4. Kisi-kisi soal pretes/postes ... ... 127

5. Soal pretes/postes ... ... 138

6. Lembar aktivitas siswa ... ... 153

7. Lembar observasi aktivitas siswa kelas eksperimen ... ... 155

8. Data nilai pretes penguasaan materi per indikator kelas eksperimen... 158

9. Data nilai postes penguasaan materi per indikator kelas eksperimen .. ... 160

10. Data nilai pretes, postes dan N-Gain penguasaan materi Kelas eksperimen ... ... 162

11.Analisis butir soal pretes penguasaan materi per indikator kelas eksperimen... 163

12.Analisis butir soal postes penguasaan materi per indikator kelas eksperimen... 165

13.Analisis penguasaan materi per indikator soal pretes dan postes kelas eksperimen... 167

14. Lembar observasi aktivitas siswa kelas kontrol ... ... 169

15. Data nilai pretes penguasaan materi per indikator kelas kontrol ... ... 172

16. Data nilai postes penguasaan materi per indikator kelas kontrol ... ... 174

(8)

xv

19.Analisis butir soal postes penguasaan materi per indikator kelas

kontrol... 179 20.Analisis penguasaan materi per indikator soal pretes dan postes kelas

(9)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Lembar observasi aktivitas belajar siswa ... 45

2. Klasifikasi persentase aktivitas belajar siswa ... 48

3. Lembar penilaian penguasaan materi siswa ... 49

4. Kriteria penguasaan materi ... 50

5. Hasil aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol... 53

6. Hasil uji normalitas dan uji homogenitas pretes, postes, dan N-Gain oleh Siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 54

7. Hasil uji persamaan dan perbedaan dua rata-rata nilai pretes, postes, dan N-Gain hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol .... 55

(10)
(11)
(12)
(13)

ix

MOTO

Dan di bumi terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah SWT) bagi

orang-orang yang yakin

(Az-zariyat ayat 20)

(14)

viii

Dengan menyebut nama Alloh yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji untuk Mu ya Rabb atas segala

kemudahan, limpahan rahmad dan karunia yang Engkau berikan selama ini.

Teriring doa, rasa syukur dan segala kerendahan hati.

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya sederhana ini untuk

orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:

Ayahanda Edisyah, S.H., dan ibunda Erlinawati tercinta, yang telah

membesarkanku mendidik serta mendoakanku dengan penuh kasih sayang

yang tercurah tanpa batas terima kasih atas kasih sayang, doa, kesabaran

dan motivasi yang telah diberikan.

Adikku Lisa Yuliana (Lisa) tercinta, terimakasih atas doa, kasih sayang

dan semangatnya.

Para Pendidikku (Guru-guruku), Terima kasih atas bimbingan yang engkau

(15)

vii

Penulis dilahirkan di Padang, Surantih, pada tanggal 22 Juni 1990, yang merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak Edisyah, S.H., dan Ibu Erlinawati. Alamat penulis adalah Jl. Selat Malaka III, Gg. Selat Sunda VII, KP. Harapan Jaya Panjang Selatan Bandar Lampung, No.telpon 085269092090. Pendidikan yang ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Panjang Selatan diselesaikan pada tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 18 Bandar Lampung pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas di YPPL Perintis 1 Bandar Lampung pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila. Pada Tahun 2012 Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP PGRI 2 Merbau Mataram, Lampung Selatan, dan melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Karang Raja, Kec. Merbau Mataram,

(16)

xi

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, dengan ridho-Nya

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Diskusi Dengan Media Gambar Terhadap Aktivitas Belajar dan Penguasaan Materi Pokok Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Makhluk Hidup (Studi Eksperimen Siswa Kelas VIII SMP N 2 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung; 2. Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.Si., selaku Pembantu Dekan I FKIP Universitas

Lampung;

3. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II FKIP Universitas Lampung;

4. Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H., selaku Pembantu Dekan III FKIP Universitas Lampung;

5. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 6. Pramudiyanti, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi dan

dan Pembimbing I, yang telah memberikan saran-saran berharga, motivasi, pemikiran, bantuan, kesabaran, dan bimbingannya hingga terselesainya skiripsi ini;

(17)

xii ini;

9. Retno Widyaningsih, S.Pd., selaku kepala sekolah SMP N 2 Jati Agung Kabupaten lampung Selatan dan Listianingsih, S.P., selaku guru mitra, serta semua pihak di SMP N 2 Jati Agung Kabupaten lampung Selatan yang telah membimbing dan memberikan saran-saran untuk keberhasilan penelitian ini; 10.Teman-temanku Nurbita Sari, S.Pd., Hutriazka, S.Pd., Septina Usman, S.Pd., Aini

Yunita Dewi, Made Setia Harini, dan Aryani Dwi Kesumawardani, terimakasih untuk kebersamaan dan keceriaan kita selama ini, semoga silaturahmi tetap terjalin;

11.Rekan-rekanku di pendidikan Biologi, teman se-angkatan, kakak tingkat, dan adik tingkat yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih untuk persaudaraan, semangat dan motivasinya;

12.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amien.

Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis,

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau

perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perubahan

pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi, dan

memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Trianto, 2010: 90).

(19)

Khabibah, 2006: 1), pendidikan yang baik tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pemgembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (BNSP, 2006: 1-2). Jika dihubungkan dengan kompetensi dasar 1.1

Menganalisis pentingnya pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup, dalam standar isi KTSP mata pelajaran IPA SMP. Maka materi pokok ini membutuhkan pengalaman langsung untuk mengembangkan pengetahuan peserta didik dalam memahami alam sekitar secara ilmiah, sehingga pembelajaran pun akan menjadi lebih bermakna.

(20)

pembelajaran, maka siswa mampu mengalami, memahami, mengingat, dan mengaplikasikan materi yang telah diajarkan (Hamalik, 2004: 12). Penguasaan materi memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar (Komalasari, 2010: 28). Uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan adanya peningkatan penguasaan materi dan

peningkatan aktivitas belajar maka akan meningkatkan hasil belajar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru diketahui bahwa proses pembelajaran pada materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup di SMP Negeri 2 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan masih banyak didominasi oleh guru, yang menyebabkan siswa lebih banyak menerima informasi dari guru sehingga membuat siswa pasif dan aktivitas siswa pun tidak dapat dikembangkan secara optimal. Selain itu, pembelajaran yang digunakan adalah ceramah dan diskusi tanpa menggunakan media gambar. Namun dalam pelaksanaannya, ceramah, dan diskusi tanpa menggunakan media gambar yang dilakukan kurang optimal karena media belum menarik dan dalam proses berdiskusi siswa belum dapat diharapkan. Diskusi tanpa menggunakan media gambar seperti ini

membuat siswa bosan, yang ditunjukkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan di luar konteks pembelajaran tersebut misalnya banyak siswa yang mengobrol, main handphone atau mengerjakan sesuatu yang tidak berkaitan dengan pelajaran tersebut. Hal tersebut berdampak terhadap hasil belajar siswa yang masih rendah.

(21)

siswa pada materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup pada tahun pelajaran 2012/2013 sebesar 65. Siswa yang mendapatkan nilai < 68 sebanyak 60%. Nilai tersebut belum mencapai KKM yang ditentukan sekolah yaitu 100% siswa yang telah mencapai nilai ≥ 71.

Melihat permasalahan di atas, maka diperlukan suatu solusi untuk menghadapi kendala yang dihadapi oleh guru SMP Negeri 2 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan yaitu dengan menggunakan metode diskusi dengan media gambar. Metode diskusi yaitu suatu cara penyampaian bahan pelajaran dan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah.

Dalam hal ini diskusi merupakan jalan yang banyak memberi kemungkinan pemecahan terbaik. Selain memberi kesempatan untuk mengembangkan

ketrampilan memecahkan masalah, juga dalam kehidupan yang demokratis kita diajak untuk hidup bermusyawarah, mencari keputusan-keputusan atas dasar persetujuan bersama. Bagi anak-anak, latihan untuk peranan peserta dalam kehidupan di masyarakat. Metode ini dapat membantu siswa dalam

(22)

Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut untuk mampu menggunakan teknologi-teknologi tersebut. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media

pembelajaran. Media pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun

kembali informasi visual atau verbal (Arsyad, 2000: 3). Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke penerima pesan (Sadiman, 2009: 11-12).

Media pembelajaran diharapkan dapat menjadi media komunikasi visual maupun verbal. Salah satu media komunikasi yang dapat digunakan adalah media

(23)

Media gambar adalah media yang dipergunakan untuk memvisualisasikan atau menyalurkan pesan dari sumber ke penerima (siswa). Pesan yang akan

disampaikan dituangkan ke dalam komunikasi visual, di samping itu media gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide,

mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan (Arsyad, 2007: 3).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa metode diskusi dengan media gambar berpengaruh nyata terhadap penguasaan materi dan dapat meningkatkan aktivitas siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Penelitian Khafidhotun (2012),

menunjukkan bahwa penerapan metode diskusi dengan media gambar dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SMP N 1 Karang Moncol Kabupaten Purbalingga. Sedangkan penelitian Astuti (2012: 2),

menunjukkan bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IIIA di SD Negeri 1 Kampung Baru Bandar Lampung Semester ganjil tahun pelajaran 2012-2013.

Oleh sebab itu, peneliti menganggap perlu mengadakan penelitian dengan menggunakan metode diskusi dengan media gambar pembelajaran biologi dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa dan penguasaan materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.

(24)

untuk aktif dalam pembelajaran, dan guru jarang memanfaatkan media

pembelajaran sehingga siswa hanya ditekankan pada menghafal suatu konsep. Dengan memberdayakan media pembelajaran yang sesuai, diharapkan dapat membantu siswa untuk mencapai standar ketuntasan belajar minimal di sekolah

yaitu ≥75.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Penggunaan Metode Diskusi Dengan Media Gambar Terhadap

Aktivitas Belajar dan Penguasaan Materi Pokok Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Makhluk Hidup.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. bagaimana pengaruh penggunaan metode diskusi dengan media gambar terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup?

(25)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui:

1. pengaruh aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode diskusi dengan media gambar pada materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.

2. pengaruh penggunaan metode diskusi dengan media gambar terhadap penguasaan materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat bagi: 1. bagi peneliti

a. memberikan pengalaman peneliti sebagai calon guru dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa dan penguasaan materi pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.

(26)

2. bagi guru

a. memberikan alternatif metode pembelajaran dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa dan penguasaan materi.

b. meningkatkan kecakapan dalam menentukan media pembelajaran yang sesuai dengan materi, situasi, dan kondisi lingkungan sekolah.

3. bagi siswa

a. memberikan siswa pengalaman belajar yang berbeda dalam mata pelajaran biologi.

b. memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam mencari informasi sendiri.

c. sebagai wahana untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan penguasaan materi sehingga siswa memiliki modal kecakapan hidup yang kelak dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah hidup yang dihadapi.

4. bagi sekolah

Membantu upaya peningkatan kualitas pembelajaran yang mendukung peningkatan untuk sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

(27)

1. metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pembelajaran yang prosesnya melibatkan suatu kelompok untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah dengan kelompok lain sehingga didapatkan kesepakatan.

Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif.

2. media gambar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambar atau foto materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup yang pada dasarnya membantu mendorong para siswa dan dapat membangkitkan minatnya pada pelajaran, membantu mereka dalam kemampuan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks lingkungan sekitar sekolah yang digunakan meliputi lingkungan.

3. aktivitas belajar siswa yang diamati adalah aktivitas (1) mengemukakan pendapat, (2) bertanya, (3) bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok, (4) bertukar informasi, (5) melaporkan hasil diskusi

kelompok, (6) membuat kesimpulan materi yang sedang dipelajari.

4. penguasaan materi biologi dalam penelitian ini berdasarkan nilai tes formatif yang diambil dari aspek kognitif pada materi pokok pertumbuhan dan

perkembangan pada makhluk hidup yang diajarkan dengan metode diskusi dengan media gambar.

(28)

6. subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

7. materi pokok ini adalah pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup. KD 1.1 Menganalisis pentingnya pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.

F. Kerangka Pikir

Pembelajaran biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit karena berdasarkan hasil kompetisi pendidikan antar bangsa melalui Programme For International Student Assessment (PISA) tahun 2006 menempatkan

(29)

terlepas dari faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah metode pembelajaran yang digunakan.

Salah satu metode yang diduga dapat meningkatkan kemampuan ini adalah metode diskusi dengan media gambar diduga lebih efektif untuk meningkatkan aktivitas belajar, karena dengan menggunakan metode dan media, siswa menjadi tidak bosan serta dapat mengembangkan aktivitas dan kreatifitas untuk berpikir, berbicara serta berani berargumen. Metode diskusi, prosesnya melibatkan suatu kelompok untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling

mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah dengan kelompok lain sehingga didapatkan kesepakatan.

Media gambar digunakan sebagai media untuk menampilkan obyek biologi yang beragam dan sulit ditemui langsung serta untuk menarik perhatian siswa. Dua unsur diatas diharapkan dapat mengoptimalkan aktivitas belajar siswa sehingga dapat meningkatkan penguasaan materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat, variabel bebasnya adalah metode diskusi dengan media gambar

(30)

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Keterangan : X = Penggunaan metode diskusi dengan media gambar. Y1 = Aktivitas belajar siswa.

Y2 = Penguasaan materi pokok pertumbuhan dan perkembangan makhluk Hidup.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. penggunaan metode diskusi dengan media gambar berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa pada materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.

2. penggunaan metode diskusi dengan media gambar terhadap penguasaan materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup. Hipotesis statistik:

H0: Penggunaan metode diskusi dengan media gambar tidak berpengaruh

terhadap penguasaan materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.

H1: Penggunaan metode diskusi dengan media gambar berpengaruh

terhadap penguasaan materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada Y1

(31)
(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa yang tergabung dalam suatu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang sesuatu

masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama untuk mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah (Suryosubroto, 2002: 179 dan Djamarah dan Zain, 2006: 87-88).

Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar-mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Guru memberikan kesempatan kepada siswa

(kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah,

diantaranya yaitu saling tukar-menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif, tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja sehingga akan terjadi proses belajar dalam diskusi tersebut.

(33)

diskusi. Semakin banyak siswa terlibat dan menyumbangkan pikirannya, semakin banyak pula yang dapat mereka pelajari, perlu pula diperhatikan masalah peranan guru. Terlalu banyak “campur tangan danmain perintah” dari guru niscaya siswa tidak akan dapat belajar banyak (Suryosubroto, 2002: 179-180).

Diskusi dapat dilakukan dalam bermacam-macam bentuk (tipe) dan dengan bermacam-macam tujuan. Berbagai bentuk diskusi yang terkenal adalah sebagai berikut:

a. The social problema meeting

Para siswa berbincang-bincang memecahkan masalah sosial di kelasnya atau di sekolahnya dengan harapan setiap siswa akan

merasa”terpanggil”untuk mempelajari dan bertingkah laku sesuai dengan

kaidah-kaidah yang berlaku, seperti dengan guru atau personel sekolah lainnnya, peraturan-peraturan di kelas atau sekolah, hak-hak, dan kewajiban siswa dan sebagainya.

b. The open-ended meeting

Para siswa berbincang-bincang mengenai masalah apa saja yang berhubungan dengan kehidupan mereka sehari-hari dengan kehidupan mereka di sekolah, dengan sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar mereka, dan sebagainya.

c. The educational-diagnosis meeting

(34)

telah diterimanya agar masing-masing anggota memperoleh pemahaman yang lebih baik dan benar.

Menurut Suryosubroto (2002: 180-181), teknik diskusi sebagai metode belajar mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila kita (guru) hendaknya: 1. memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada (dimiliki) oleh para siswa. 2. memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyalurkan

kemampuannya masing-masing.

3. memperoleh umpan balik dari para siswa tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai.

4. membantu para siswa belajar berpikir teoritis dan praktik lewat berbagai mata pelajaran dan kegiatan sekolah.

5. membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain).

6. membantu para siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai

masalah yang di “lihat” baik dari pengalaman sendiri maupun dari

pelajaran sekolah.

7. mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.

Menurut Suryosubroto (2002: 181-182), terdapat langkah-langkah penggunaan metode diskusi hendaknya:

(35)

dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami baik-baik oleh setiap siswa.

2. pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (Ketua, Sekretaris atau pencatat), mengatur tempat duduk, ruangan, saranan, dan sebagainya.

Pimpinan diskusi sebaiknya berada di tangan siswa yang:

a. lebih memahami atau menguasai masalah yang akan didiskusikan. b. “berwibawa” dan disenangi oleh teman-temannya.

c. berbahasa baik dan lancar bicaranya. d. dapat bertindak tegas, adil, dan demokratis.

Tugas pimpinan diskusi antara lain ialah: a. pengatur dan pengarah acara diskusi. b. pengatur “lalu lintas” percakapan.

c. penengah dan penyimpul berbagai pendapat.

3. para siswa berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain (kalau ada lebih dari satu kelompok) menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan lancar. Setiap anggota kelompok harus tahu persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota harus tahu bahwa hak bicaranya sama.

(36)

kelompok lain). Guru memberi ulasan atau penjelasan terhadap laporan-laporan tersebut.

5. akhirnya para siswa mencatat hasil (hasil- hasil) diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok sesudah

para siswa mencatatnya untuk “file” kelas.

Menurut Suryosubroto (2002: 185), beberapa keuntungan metode diskusi sebagai berikut:

1. metode diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar.

2. setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing.

3. metode diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah.

4. dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan (kemampuan) diri sendiri.

5. metode diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.

Menurut Suryosubroto (2002: 186), beberapa kelemahan metode diskusi sebagai berikut:

(37)

2. suatu diskusi memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya.

3. jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberpa siswa yang

“menonjol”.

4. tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.

5. diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak. Siswa tidak boleh merasa dikejar-kejar waktu. Perasaan dibatasi waktu menimbulkan kedangkalan dalam diskusi sehingga hasilnya tidak bermanfaat.

6. apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalahnya.

7. sering terjadi dalam diskusi siswa kurang berani mengemukakan pendapatnya.

8. jumlah siswa di dalam kelas yang terlalu besar akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya.

Untuk mengatasi kelemahan tersebut Yusuf Djajadisastra (dalam

Suryosubroto, 2002: 186-187), mengemukakan saran mengenai usaha-usaha yang dapat dilakukan antara lain:

(38)

harus pula diperhatikan agar siswa-siswa yang sekelompok itu benar-benar dapat bekerja sama. Dalam setiap kelompok ditetapkan ketuanya. 2. agar tidak menimbulkan rasa “kelompok-isme”, ada baiknya bila untuk

setiap diskusi dengan topik atau problema baru selalu dibentuk lagi kelompok-kelompok baru dengan cara melakukan pertukaran anggota-anggota kelompok. Dengan demikian semua siswa akan pernah

mengalami suasana bekerja bersama-sama dalam satu kelompok dan juga pernah mengalami bekerja sama dengan semua teman sekelasnya.

3. topik-topik atau problema yang akan dijadikan pokok-pokok diskusi dapat diambil dari buku-buku pelajaran siswa, dari surat-surat kabar, dari kejadian sehari-hari di sekitar sekolah, dan kegiatan di masyarakat yang sedang menjadi pusat perhatian penduduk setempat.

4. mengusahakan penyesuaian waktu dengan berat topik yang dijadikan pokok diskusi. Membagi-bagi diskusi di dalam beberapa hari atau minggu berdasarkan pembagian topik ke dalam topik-topik yang lebih kecil lagi (sub topik). Keleluasaan berdiskusi dapat pula dilakukan dengan menyelenggarakan suatu pekan diskusi dimana seluruh pekan itu dipergunakan untuk mendiskusikan problema-problema yang telah dipersiapkan sebelumnya.

5. menyiapkan dan melengkapi semua sumber data yang diperlukan, baik yang tersedia di sekolah maupun yang terdapat di luar sekolah.

(39)

penggunaan metode diskusi ini banyak bergantung pada kecakapan guru di dalam membimbing siswa-siswanya berdiskusi.

Salah satu alternatif metode pembelajaran interaktif yang mungkin dapat mengoptimalkan peningkatan aktivitas siswa dan penguasaan materi ialah dengan menggunakan metode diskusi yaitu suatu cara penyampaian bahan pelajaran dan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah. Hal ini diskusi merupakan jalan yang banyak memberi kemungkinan pemecahan terbaik. Selain memberi kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, juga dalam kehidupan yang demokratis kita diajak untuk hidup bermusyawarah, mencari keputusan-keputusan atas dasar persetujuan bersama. Bagi siswa-siswa, latihan untuk peranan peserta dalam kehidupan di masyarakat. Metode ini dapat membantu siswa dalam meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi siswa seperti menggali informasi lebih banyak,

mengolah informasi secara cerdas, mengambil keputusan dengan tepat, dan memecahkan masalah dengan arif dan kreatif.

B. Media Gambar

(40)

Brigg (dalam Sadiman, 2008: 6), berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyampaikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Gerlach dan Eli (dalam Arsyad, 2007: 3), mengatakan bahwa media secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.

Sedangkan Gagne (dalam Sadiman, 2008: 6), menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar.

Solihatin (2007: 23), menyatakan bahwa manfaat media dalam proses

pembelajaran adalah untuk memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran lebih efektif dan efesien. Hamalik (dalam Arsyad, 2007: 15), menambahkan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginana dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Berdasarkan pendapat Sadiman (2008: 17-18), secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:

1. memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

2. mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti: a. objek yang terlau besar bisa digantikan dengan gambar, film atau

model.

(41)

c. gerak yang terlau lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse.

d. kejadian yang terjadi di masa lampau bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, dan foto.

3. penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif siswa. Media pendidikan berguna untuk: a. menimbulkan kegairahan belajar.

b. memungkinkan interaksi yang lebih langsung antar siswa dengan lingkungan dan kenyataan.

c. memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

Sudjana dan Ahmad (2012: 3), mengungkapkan bahwa ada beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik, dan lain-lain. Media grafis disebut juga media dua dimensi yaitu media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama, dan lain-lain. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP, dan lain-lain. Keempat, pengunaan lingkungan sekitar sebagai media

pendidikan.

(42)

dengan menggunakan gambar siswa dapat lebih memperhatikan terhadap benda-benda atau hal-hal yang belum pernah dilihatnya yang berkaitan dengan pelajaran. Gambar dapat membantu guru dalam mencapai tujuan instruksional, karena gambar termasuk media yang mudah dan murah serta besar artinya untuk mempertinggi nilai pengajaran. Karena gambar,

pengalaman, dan pengertian siswa-siswa menjadi lebih luas, lebih jelas, dan tidak mudah dilupakan, serta lebih konkret dalam ingatan dan asosiasi siswa. Adapun manfaat media gambar dalam proses instruksional adalah penyampaian dan penjelasan mengenai informasi, pesan, ide, dan

sebagainya dengan tanpa banyak menggunakan bahasa-bahasa verbal, tetapi dapat lebih memberikan kesan (Rohani, 1997: 76-77).

(43)

dalam keadaan sebenarnya, (d) kesederhanaan penting sekali. Gambar yang rumit sering mengalihkan perhatian dari hal-hal penting, (e) gambar harus sesuai dengan kecerdasan orang yang melihatnya, (f) warna walau tidak mutlak dapat meninggikan nilai sebuah gambar, menjadikannya lebih realistis, dan merangsang minat untuk melihatnya. Selain itu, warna dapat memperjelas arti dari apa yang digambarkan. Akan tetapi penggunaan warna yang salah sering menghasilkan pengertian yang tidak benar, (g) ukuran perbandingan penting pula (Hamzah, 1981: 27-28).

Diantara media pendidikan, gambar atau foto adalah media yang paling umum dipakai, gambar merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dimana-mana. Oleh karena itu, ada pepatah cina yang

mengatakan sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata.

Bebarapa kelebihan media gambar antara lain:

1. sifatnya konkrit: gambar atau foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

2. gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa di kelas, dan tidak selalu bisa siswa-siswa dibawa ke objek atau peristiwa tersebut. Untuk itu gambar atau foto dapat mengatasinya.

3. media gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel atau penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar atau foto. 4. dapat memperjelas sutu masalah, dalam bidang apa saja, sehingga dapat

(44)

5. murah harganya dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus.

Menurut Sadiman, dkk (1986: 29-31), menyatakan selain

kelebihan-kelebihan tersebut, gambar atau foto mempunyai beberapa kelemahan yaitu: 1. gambar atau foto hanya menekankan persepsi indra mata.

2. gambar atau foto benda yang terlalau kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.

3. ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

Menurut Hamzah (1981: 30) dan Sadiman, dkk (1996: 31-32), tekhnik dalam memilih gambar-gambar yang baik, pada lazimnya kriteria-kriteria di bawah ini dapat dipergunakan:

a. keaslian gambar. Gambar menunjukkan situasi yang sebenarnya, seperti melihat keadaan atau benda sesungguhnya. Kekeliruan dalam hal ini akan memberikan pengaruh yang tak diharapkan, misalnya gambar yang palsu dikatakan asli.

b. kesederhanaan. Gambar itu sederhana dalam warna, menimbulkan kesan tertentu, mempunyai nilai estetis secara murni, dan mengandung nilai praktis.

c. bentuk item. Pengamat dapat memperoleh tanggapan yang tepat tentang objek-objek dalam gambar.

(45)

e. artistik. Segi artistik pada umumnya turut mempengaruhi nilai-nilai gambar itu. Penggunaan gambar tentu saja disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai autentik. Dimana gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya.

C. Aktivitas Belajar Siswa

Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku. Jadi melakukan kegiatan, tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas (Sardiman, 2004: 95). Belajar sangat diperlukan dalam aktivitas, tanpa aktivitas belajar tidak mungkin berjalan dengan baik. Aktivitas dalam proses pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dapat menunjang meningkatkan aktivitas belajar siswa (Sardiman, 2004: 99).

Proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah, dan dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Bila siswa menjadi partisipan yang aktif, maka ia memiliki ilmu atau pengetahuan itu dengan baik

(Slameto, 2003: 36).

(46)

pembelajaran, maka siswa mampu mengalami, memahami, mengingat, dan mengaplikasikan materi yang telah diajarkan. Adanya peningkatan aktivitas belajar maka akan meningkatkan hasil belajar (Hamalik, 2004: 12).

Kegiatan mandiri dianggap tidak ada maknanya, karena guru adalah orang yang serba tahu dan menentukan segala hal yang dianggap penting bagi siswa. Sistem penuangan lebih mudah penuangannya bagi guru dan tidak ada masalah atau kesulitan, guru cukup mempelajari materi dari buku, lalu disampaikan kepada siswa. Di sisi lain, siswa hanya bertugas menerima dan menelan, mereka diam, dan bersikap pasif atau tidak aktif. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melaksanakan aktivitas sendiri. Kalau dalam pengajaran tradisional asas aktivitas juga dilaksanakan namun aktivitas tersebut bersifat semu (aktivitas semu). Pengajaran modern tidak menolak seluruhnya pendapat tersebut namun lebih menitikberatkan pada asas aktivitas sejati. Siswa belajar sambil bekerja. Bekerja memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat (Hamalik, 2001: 171).

(47)

1. Visual activities yang termasuk di dalamnya misalnya: membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain.

2. Oral activities seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Listening activities sebagai contoh: mendengarkan uraian, percakapan,

diskusi, musik, dan pidato.

4. Writing activities seperti misalnya: menulis cerita, karangan, laporan,

angket, dan menyalin.

5. Drawing activities misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, dan

diagram.

6. Motor activities yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan

per-cobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, dan berternak.

7. Mental activities sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat,

me-mecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, dan mengambil keputusan.

8. Emotional activities seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.

(48)

mengolah dan mencerna adalah siswa-siswa itu sendiri sesuai kemauan, kemampuan, bakat, dan latar belakang masing-masing. Belajar adalah suatu proses dimana siswa harus aktif. Menurut Rohani (2004: 9) terdapat beberapa implikasi untuk meningkatkan keaktifan siswa, yaitu:

1. Untuk membangkitkan keaktifan jiwa siswa, guru perlu:

- Mengajukan pertanyaan dan membimbing diskusi-diskusi. - Memberi tugas-tugas untuk memecahkan masalah-masalah,

menganalisis, mengambil keputusan, dan sebagainya.

- Menyelenggarakan berbagai percobaan dengan menyimpulkan keterangan, memberikan pendapat, dan sebagainya.

2. Untuk membangkitkan keaktifan jasmani, guru perlu :

- Menyelenggarakan berbagai bentuk pekerjaan keterampilan di bengkel, laboratorium, dan sebagainya.

- Mengadakan pameran, karyawisata, dan sebagainya.

Aktivitas siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Purwanto (2004: 107), faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas siswa adalah sebagai berikut:

a. faktor internal, mencakup seluruh aspek yang terdapat dalam diri individu yang belajar, baik aspek fisiologis (fisik) maupun aspek psikologis

(psikhis).

(49)

D.Penguasaan Materi Oleh Siswa

Dalam kegiatan pembelajaran tidak lain adalah agar siswa dapat menguasai bahan pelajaran secara tuntas. Keberhasilan pengajaran ditentukan sampai sejauh mana penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru (Djamarah dan Zain, 1996: 159). Penguasaan materi merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari.

Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2003: 115).

Dengan materi pelajaran siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis, sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Materi

pembelajaran merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran (Awaluddin, 2008: 1).

Bahan atau materi pelajaran (learning materials) adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan

(50)

Pada kegiatan pembelajaran di dalam kelas tujuan utama adalah agar siswa dapat menguasai bahan-bahan belajar sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu guru melakukan berbagai upaya mulai dari penyusunan rencana pelajaran, penggunaan strategi belajar mengajar yang relevan, sampai dengan pelaksanaan penilaian, dan umpan balik. Namun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa setelah kegiatan belajar mengajar berakhir masih saja ada siswa yang tidak menguasai materi pelajaran dengan baik sebagaimana tercermin dalam nilai atau hasil belajar (Majid, 2007: 225).

Ranah kognitif merupakan salah satu aspek dari hasil belajar yang harus dinilai yang berkaitan dengan kemampuan berpikir yang dapat meningkatkan penguasaan materi siswa. Kemampuan penguasaan materi siswa merupakan hasil belajar dalam kecakapan kognitif. Menurut Anderson, dkk (2000: 67-68), ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku yaitu sebagai berikut:

1. Remember mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari

dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu meliputi fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, dan metode.

2. Understand mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari.

3. Apply mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk meghadapi masalah yang nyata dan baru.

(51)

5. Evaluate mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

6. Create mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

Penguasaan merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari. Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2003: 115).

Penguasaan materi pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan evaluasi. Menurut Thoha (1994: 1), evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes. Arikunto (2008: 53), menyatakan bahwa tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen tujuan pembelajaran dicapai setelah satu kali mengajar atau satu kali pertemuan adalah postes atau tes akhir. Disebut tes akhir karena sebelum memulai pelajaran guru mengadakan tes awal atau pretes. Kegunaan tes ini ialah terutama untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam memperbaiki rencana pembelajaran. Hal ini, hasil tes tersebut

(52)

bila 55 ≤ nilai siswa < 66 maka dikategorikan cukup baik, dan bila nilai siswa

(53)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil bulan November tahun pelajaran 2013/2014 di SMP Negeri 2 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIIB sebagai kelas eksperimen sebanyak 34 siswa dan

kelas VIIIE sebagai kelas kontrol sebanyak 32 siswa yang dipilih dengan

teknik cluster random sampling digunakan apabila populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan dari kelompok-kelompok individu/cluster misalnya kelas sebagai cluster (Margono, 2005: 127).

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimental semu (quasi eksperiment) dengan desain pretes-postes kelompok tak ekuivalen. Kelompok eksperimen diberi perlakuan penerapan metode diskusi dengan media gambar, sementara kelompok kontrol diterapkan metode diskusi tanpa media gambar. Kedua kelompok diberi pretes dan postes yang sama, kemudian hasilnya

(54)

Struktur desain penelitian ini sebagai berikut: Kelompok pretes perlakuan postes

I O1 X O2

II O1 C O2

Gambar 3. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen. Keterangan: I= Kelompok eksperimen (kelas VIIIB),

II= Kelompok kontrol (kelas VIIIE), X= Perlakuan di kelas

eksperimen dengan metode diskusi dengan media gambar, C= Perlakuan di kelas control dengan metode diskusi tanpa media gambar, O1= Pretes, dan O2= Postes

(dimodifikasi dari Hadjar, 1999: 335).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut:

1. Pra penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:

a. membuat surat izin penelitian ke FKIP Universitas Lampung untuk observasi ke sekolah.

b. mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah dan kelas yang akan diteliti.

c. menetapkan sampel penelitian sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d. mengambil data berupa nilai akademik siswa yang akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok.

(55)

Cara membuat media gambar adalah:

1) membagi materi pokok pertumbuhan perkembangan pada makhluk hidup ke dalam 2 submateri yaitu pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan dan pertumbuhan dan perkembangan pada hewan. 2) menentukan gambar dan keterangan yang akan disajikan dalam

media gambar untuk tiap submateri.

3) mendesain gambar untuk dimasukkan ke dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan menggunakan program Microsoft Word. 4) mencetak gambar dengan menggunakan printer di atas Glossy

Photo Paper.

f. membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada setiap pertemuan.

g. membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa.

h. membuat instrumen evaluasi penguasaan materi siswa berupa soal-soal esai untuk pretest dan postest.

i. Membentuk kelompok diskusi yang terdiri dari 5-6 siswa heterogen pada kelas eksperimen dan kontrol, dengan menggunakan data nilai akademik pada materi sebelumnya.

2. Pelaksanaan Penelitian

(56)

Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:

2.1 Kelas eksperimen dengan menggunakan metode diskusi dengan media gambar.

1. Pendahuluan

a. guru memberikan soal pretest berupa soal esai.

b. guru membacakan standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), dan indikator pembelajaran.

c. guru menggali pengetahuan awal siswa (apersepsi) dengan memberikan pertanyaan (Pertemuan I): “Siswa ditunjukkan tanaman kedelai yang sehat (berumur ± 1 minggu).” Siswa diberi pertanyaan oleh guru, “Dari apa tanaman tersebut? Proses apa yang terjadi sehingga dapat menjadi tanaman? Apakah tanaman ini termasuk tanaman yang sehat?.” Kemudian guru menunjukkan tanaman kedelai yang kurang sehat (berumur ±1 minggu), siswa diperintahkan guru untuk membandingkan kedua gambar tanaman tersebut. (Pertemuan II): “Siswa

ditunjukkan kepompong oleh guru.” Siswa diberikan pertanyaan

oleh guru “Dari apa kepompong tersebut berasal?.” Guru

mengarahkan siswa untuk menemukan konsep metamorfosis. d. guru memberikan motivasi siswa dengan memberikan

(57)

perkembangan pada makhluk hidup agar dapat digali lagi tentang faktor-faktor yang mempengaruhinya.” (Pertemuan II):

”Siswa diberikan penegasan bahwa kepompong merupakan

tahapan untuk menjadi kupu-kupu.” Kepompong dapat

dimanfaatkan oleh manusia untuk industri pakaian, namun tidak semua jenis kepompong hanya beberapa jenis kepompong saja. Oleh karena itu maka perlu dipelajari metagenesis dan

metamorfosis agar dapat digali lagi tentang faktor-faktor yang

mempengaruhinya.”

e. guru menyajikan materi sebagai pengantar. Pertemuan pertama membahas submateri pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan. Pertemuan kedua membahas submateri pertumbuhan dan perkembangan pada hewan.

2. Kegiatan inti

a. guru menempatkan siswa ke dalam 6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 siswa.

b. guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan sub materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan (pertemuan I) dan pertumbuhan dan perkembangan pada hewan (pertemuan II).

(58)

d. guru memberikan petunjuk kepada siswa mengenai cara mengerjakan LKS.

e. guru menunjuk/memanggil siswa mempresentasikan hasil diskusinya secara bergantian.

f. guru menanyakan alasan/dasar pemikiran tentang hasil diskusi dan gambar tersebut kepada siswa.

g. dari alasan/dasar pemikiran tentang hasil diskusi dan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

h. guru bersama-sama dengan siswa membuat

kesimpulan/rangkuman dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

3. Penutup

a. guru meminta siswa mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan.

b. memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai konsep yang belum dipahami.

c. melakukan evaluasi pada pertemuan II dengan memberikan soal postest yang sama dengan soal pretest.

d. meminta siswa untuk mengulangi mempelajari konsep dan mengaitkannya dengan materi selanjutnya.

2.2 Kelas kontrol dengan menggunakan metode diskusi 1. Pendahuluan

(59)

b. guru membacakan standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), dan indikator pembelajaran.

c. guru menggali pengetahuan awal siswa (apersepsi) dengan

memberikan pertanyaan (Pertemuan I): “Siswa ditunjukkan tanaman kedelai yang sehat (berumur ± 1 minggu).” Siswa diberi pertanyaan

oleh guru “Dari apa tanaman tersebut? Proses apa yang terjadi

sehingga dapat menjadi tanaman? Apakah tanaman ini termasuk tanaman yang sehat?.” Kemudian guru menunjukkan tanaman kedelai yang kurang sehat (berumur ±1 minggu), siswa

diperintahkan guru untuk membandingkan kedua tanaman tersebut. (Pertemuan II): “Siswa ditunjukkan kepompong oleh guru.” Siswa

diberikan pertanyaan oleh guru “Dari apa kepompong tersebut

berasal?.” Guru mengarahkan siswa untuk menemukan konsep metamorfosis.

d. guru memberikan motivasi siswa dengan memberikan pertanyaan (Pertemuan I): ”Siswa diberikan penegasan bahwa kedelai yang tumbuh dan berkembang tersebut kemudian dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pembuatan bahan makanan oleh manusia. Untuk itu kita perlu mempelajari pertumbuhan dan perkembangan pada

(60)

kepompong saja. Oleh karena itu maka perlu dipelajari metagenesis dan metamorfosis agar dapat digali lagi tentang faktor-faktor yang

mempengaruhinya.”

e. guru menyajikan materi sebagai pengantar. Pertemuan pertama membahas submateri pertumbuhan dan perkembangan

pada tumbuhan dan pertemuan kedua membahas submateri pertumbuhan dan perkembangan pada hewan.

2. Kegiatan inti

a. guru menempatkan siswa ke dalam 6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 siswa.

b. guru memberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang berisi pertanyaan- pertanyaan yang berkaitan dengan submateri

membahas submateri pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan (pertemuan I) dan membahas submateri pertumbuhan dan

perkembangan pada hewan(pertemuan II).

c. guru memberikan petunjuk kepada siswa mengenai cara mengerjakan LKS.

d. guru menunjuk/memanggil siswa mempresentasikan hasil diskusinya secara bergantian.

e. guru menanyakan alasan/dasar pemikiran hasil diskusi tersebut kepada siswa.

(61)

3. Penutup

a. guru meminta siswa mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan. b. memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai konsep

yang belum dipahami.

c. melakukan evaluasi pada pertemuan II dengan memberikan soal postest yang sama dengan soal pretest.

d. meminta siswa untuk mengulangi mempelajari konsep dan mengaitkannya dengan materi selanjutnya.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data

a) Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini berupa data aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode diskusi dengan media gambar.

b) Data Kuantitatif

Data kuantitatif berupa data penguasaan materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup yang diperoleh dari nilai pretest dan postest. Pretest diberikan pada awal pertemuan pertama

dan postest pada akhir pertemuan kedua. Kemudian dihitung selisih antara nilai rata-rata pretes dan postes, sehingga diperoleh N-gain, yang kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji t.

2. Teknik Pengumpulan Data

a) Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

(62)

kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda

(√) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

Aspek yang diamati yaitu aktivitas siswa mengemukakan pendapat, bertanya, bekerjasama dengan teman, bertukar informasi dan melaporkan hasil diskusi.

Tabel 1. Lembar observasi aktivitas belajar siswa.

Berilah tanda checklist (√) pada setiap item yang sesuai (dimodifikasi dari Arikunto, 2010: 183).

Keterangan kriteria penilaian aktivitas belajar siswa: a) mengemukakan pendapat/ ide

1. tidak mengemukakan pendapat /ide (diam saja).

2. mengemukakan pendapat/ ide namun tidak sesuai dengan

(63)

3. mengemukakan pendapat/ide sesuai dengan pembahasan pada materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.

b) bertanya

1. tidak mengajukan pertanyaan.

2. mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.

3. mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan

permasalahan pada materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.

c) bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok 1. tidak bekerjasama dengan teman (diam saja).

2. bekerjasama dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan pada LKS materi pokok pertumbuhan dan

perkembangan pada makhluk hidup.

3. bekerjasama dengan semua anggota kelompok sesuai dengan permasalahan pada LKS materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.

d) bertukar informasi

1. tidak berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok (diam saja).

(64)

3. berkomunikasi secara lisan dengan anggota kelompok untuk memecahkan permasalahan pada LKS materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.

e) melaporkan hasil diskusi kelompok

1. siswa dalam kelompok tidak dapat menjawab pertanyaan. 2. siswa dalam kelompok menjawab pertanyaan namun kurang

sistematis.

3. siswa dalam kelompok dapat menjawab pertanyaan dengan benar dan sistematis.

f) membuat kesimpulan materi yang sedang dipelajari 1. tidak membuat kesimpulan.

2. membuat kesimpulan tetapi tidak lengkap dan tidak sesuai dengan materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup. 3. membuat kesimpulan lengkap dan sesuai dengan materi pokok

pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.

b) Pretes dan Postes

Data penguasaan materi siswa berupa nilai pretest yang diambil pada awal pertemuan pertama dan postest yang diambil pada akhir

pertemuan kedua setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan berupa soal esai.

Teknik penskoran nilai pretest dan postest yaitu :

(65)

Keterangan :

S = Nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar

N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112).

F. Pengolahan Data Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas belajar siswa.

Langkah–langkah yang dilakukan yaitu:

1. menghitung rata–rata skor aktivitas belajar dengan menggunakan rumus:

%

 = Rata-rata skor aktivitas belajar siswa ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh

N = Jumlah skor maksimum (Sudjana, 2002: 69).

2. menafsirkan atau menentukan kategori indeks aktivitas belajar siswa sesuai klasifikasi pada table 2 berikut:

Tabel 2. Klasifikasi persentasi aktivitas belajar siswa.

Persentase (%) Kriteria

(66)

G. Teknik Analisis Data

a. Data Penguasaan Materi

Data penelitian berupa nilai pretes, postes, dan skor N-gain. Untuk mendapatkan skor N-gain menggunakan rumus Hake (1999: 1) yaitu:

N-gain =� –� �

���� −� �

Keterangan:

N-gain = average normalized gain = rata-rata N-gain. Spost = postscore class averages = rata-rataskorpostes. Spre = prescore class averages = rata-rataskorpretes. Smax = maximum score = skormaksimum.

Penguasaan materi siswa dapat digambarkan melalui indikator C1, C2, C3

dan C4, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Memberi skor sesuai rubrik pada lembar penilaian penguasaan materi, kemudian dimasukkan pada tabel 3.

Tabel 3. Lembar penilaian penguasaan materi siswa

Keterangan : C1 = remember, C2 = understand, C3 = apply, C4 = analyze

No Nama Skor pada Aspek Penguasaan Materi

(67)

2.Menjumlahkan skor setiap siswa.

3.Menentukan nilai (S) pada setiap indikator penguasaan materi. 4.Setelah data diolah dan diperoleh nilainya, maka penguasaan materi

siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria pada tabel 4.

Tabel 4. Kriteria penguasaan materi

Taraf Nilai Rata-Rata Kriteria

80,1 - 100 Sangat Tinggi

60,1 - 80 Tinggi

40,1 - 60 Sedang

20,1 – 40 Rendah

0 – 20 Sangat Rendah

Sumber: Arikunto (2010: 219)

Nilai pretes, postes dan N-gain pada kelompok control dan eksperimen dianalisis menggunakan uji-t dengan program SPSS Versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS Versi 17.

a) Hipotesis

H0: Sampel berdistribusi normal.

H1: Sampel tidak berdistribusi normal.

b) Kriteria Uji

Terima H0 jika Lhitung <Ltabel atau p-value > 0, 05, tolak H0 untuk

(68)

2. Uji Mann-Whitney U a) Hipotesis

H0: Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kontrol sama.

H1: Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kontrol tidak sama.

b) Kriteria Uji

H0 di tolak jika sig < 0,05 dalam hal lainnya HO diterima

(Sumber: Pidekso, 2009: 166).

3. Uji Homogenitas Data

Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan menggunakan program SPSS Versi 17.

a) Hipotesis

H0: Kedua sampel mempunyai varian sama.

H1: Kedua sampel mempunyai varian berbeda.

b) Kriteria Uji

Jika F hitung< F table atau probabilitasnya > 0,05, maka H0 diterima

Jika F hitung> F table atau probabilitasnya < 0,05, maka H0 ditolak

(Pratisto, 2004: 13).

4. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS Versi 17.

(69)

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama.

H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama.

b) Kriteria Uji

Jika -t table < t hitung < t tabel, maka H0 diterima.

Jika t hitung < -t table atau t hitung> t tabel, maka H0 ditolak.

2. Uji Perbedaan Dua Rata-rata a) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama

dengan kelompok kontrol.

H1 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi

dari kelompok kontrol. b) KriteriaUji

Jika -t tabel< t hitung< t tabel, maka H0 diterima

Jika t hitung< -t tabelatau t hitung> t tabel, maka H0 ditolak

(70)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan metode diskusi dengan media gambar mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Makhluk Hidup.

2. Penggunaan metode diskusi dengan media gambar tidak mampu

meningkatkan penguasaan materi pokok Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Makhluk Hidup.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Penelitian hanya dilakukan sebanyak dua pertemuan sehingga

(71)

2. Peneliti selanjutnya yang akan menggunakan media gambar hendaknya lebih ditingkatkan kualitas gambar, kesesuaian informasi dengan gambar dan kelengkapan materi, sehingga lebih menarik dan menunjang aktivitas belajar siswa.

(72)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, dkk. 2000. A taxonomy for learning, teaching, and assesing, (A revision of bloom taxonomy of educational objectives, abridge edition. Longman. Newyork.

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Arsyad. 2007. Media Pengajaran. PT. Raja GrafindoPersada. Jakarta.

Astuti, V. 2012. Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IIIA SD Negeri 1 Kampung Baru Bandar Lampung Melalui Permainan dan media gambar Matematika. Universitas Lampung. Lampung.

BNSP. 2006. Panduan Umum KTSP. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

BSNP. 2007. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Daryanto, H. 2007. Evaluasi Pendidikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Djarmarah dan Zain, 1996. Penguasaan Materi. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Djarmarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Hadjar, I. 1999. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Raja Grasindo. Jakarta.

Hamalik,O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hamalik,O. 2004. PendidikanGuru Berdasarkan Pendidikan Guru BerdasarkanPendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta.

(73)

Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Majid, A. 2007. Perencanaan Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Margono,S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sanjaya. 2009. Perencanaan dan desain sistem pembelajaran. Kencana. Jakarta.

Sadiman. 2009. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press. Yogyakarta.

Slameto. 2003.Belajar Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Solihatin, E. 2007. Cooperative Learning: Analisis Model PembelajaranIPS. Bumi Aksara. Jakarta.

Subana, M. dan Sunarti. 1998. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Pustaka Setia. Bandung.

Sudjana, N. dan R. Ahmad. 2002. Metode Statistika Edisi Keenam. PT. Tarsito. Bandung.

Suryosubroto. B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
gambar, O1= Pretes, dan O2= Postes
Tabel 1. Lembar observasi aktivitas belajar siswa.
Tabel 3. Lembar penilaian penguasaan materi siswa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Migrasi vertikal DSL dapat dideteksi dan dipantau melallli intensitas suara gema (echo intensity) yang diterima oleh instrumen akllsrik, misalnya dengan Acowtic Doppler

Berdasarkan hasil observasi dan kegiatan pencatatan lapangan, peneliti dan kolabolator melakukan analisis terhadap proses pembelajaran dan analisis terhadap kemampuan anak

To identify the linguistic elements configured the discourse of editor’s stance of expression used in front cover of Tempo magazine.. To describe the intentions of the

Salah satu metode yang dikembangkan dalam pengajaran bahasa Arab dewasa ini adalah metode demonstrasi, metode ini dimaksudkan untuk mempermudah siswa dalam

mengajukan judul mengenai “ Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Pada Mata Pelajaran Ips ”, sehingga

Dalam belajar murid tidak boleh su’dhan guru mengenai tindakan yang kelihatan munkar, su’dhan ini akan mengkibatkan ilmu yang akan diterima tidak sampai, sebab su’dhan merupakan

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga penuli s

Worldview Islam tersebut akan menjadi starting point, sekaligus sebagai pembeda dengan ekonomi konvensional yang menempatkan agama pada wilayah yang berbeda sama sekali