• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK PADA TEMA LINGKUNGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN DI KELAS II SD NEGERI 1 PALAPA KECAMATAN TANJUNGKARANG PUSAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK PADA TEMA LINGKUNGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN DI KELAS II SD NEGERI 1 PALAPA KECAMATAN TANJUNGKARANG PUSAT"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK PADA TEMA LINGKUNGAN

MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN DI KELAS II SD NEGERI 1 PALAPA KECAMATAN

TANJUNGKARANG PUSAT

Oleh : S U D I A N I

Pembelajaran tematik di SD Negeri 1 Palapa Tanjungkarang Pusat cenderung guru menggunakan metode ceramah dan siswa pasif sehingga proses pembelajaran belum optimal. Hasil belajar belum sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain peran.

Design penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas ( PTK ) dengan 4 tahapan yaitu : (1) Perencanaan (2) Pelaksanaan (3) Observasi dan (4) Refleksi. Dari hasil penelitian, ternyata penggunaan metode bermain peran dalam proses pembelajaran tematik dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa mulai dari siklus I sampai siklus III. Hal ini dibuktikan peningkatan aktivitas dan nilai hasil belajar.Pada siklus I rata-rata nilai aktivitas siswa sebesar 50 % dan pada siklus II rata-rata nilai aktivitas siswa sebesar 69,34 %,sedangkan pada siklus III diperoleh rata-rata nilai aktivitas siswa sebesar 86,72 %. Sedangkan rata-rata nilai hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 66,25 % dan pada siklus II sebesar 73,8 %, kemudian pada siklus III sebesar 86,2 %.

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Benyamin S, Bloom dkk,2003 Berdasarkan hasil penelitian, mereka mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan anak. Sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua.

Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran tematik.

(3)

Dengan tema, diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:

1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu

2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;

3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan

matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;

5) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;

6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain;

7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

(4)

sebagian besar peserta didik kelas awal sekolah dasar rendah.Seperti halnya yang dijumpai di SD Negeri 1 Palapa,bahwasannya prestasi belajar keseluruhan mata pelajaran pada siswa kelas II nilai rata-rata nya masih kurang baik. Selain itu,siswa masih mengutamakan belajar dengan cara menghafal saja,sehingga saat anak-anak mengerjakan tes,hasilnya masih belum mencapai nilai rata-rata KKM yang ditetapkan sekolah yakni 65 dan metode pembelajaran tematik di kelas II belum dilaksanakan secara maksimal, sehingga anak-anak sering merasakan bosan dalam pembelajaran.

Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar yakni kelas satu, dua, dan tiga lebih sesuai jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik.

1.2 Identifikasi Masalah

Pemberlakuan pembelajaran tematik di kelas rendah Sekolah Dasar secara institusional telah diterima oleh seluruh SD, termasuk SDN 1 Palapa Kecamatan Tanjungkarang Pusat. Tetapi dalam kerangka profesional, pemberlakukan tersebut berhadapan dengan sejumlah kendala. Diantara kendala yang teridentifikasi oleh peneliti sebagai guru kelas II di SDN 1 Palapa adalah sebagai berikut:

Memperhatikan situasi di atas, kondisi yang ada saat ini adalah :

(5)

b. Siswa masih mengutamakan belajar dengan cara menghafal saja,sehingga saat anak-anak mengerjakan tes,hasilnya masih belum mencapai nilai rata-rata KKM yang ditetapkan sekolah.

c. Metode pembelajaran tematik di kelas II belum dilaksanakan secara maksimal,sehingga anak-anak sering merasakan bosan dalam pembelajaran.

1.3 Rumusan masalah

Bagaimanakah meningkatkan aktifitas dan hasil belajar pada pembelajaran tematik dengan tema lingkungan melalui metode Bermain Peran di kelas II SD Negeri 1 Palapa kecamatan Tanjungkarang Pusat ?.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dengan menggunakan pembelajaran tematik pada kelas awal Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:

Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada pembelajaran Tematik dengan tema Lingkungan melalui metode Bermain Peran di kelas II SD Negeri 1 Palapa kecamatan Tanjungkarang Pusat.

1.5 Manfaat penelitian

(6)

A. Bagi siswa.

Melalui kegiatan penelitian ini diperoleh aturan-aturan, rambu-rambu dan model pembelajaran tematik yang lebih realistik yang memungkin dikembangkan di sekolah dasar.

B. Bagi guru.

Penelitian ini memberikan pengalaman langsung kepada guru kelas untuk memecahkan permasalahan secara terencana dan sistematis yang terkait dengan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar, khususnya di Kelas II Sekolah Dasar Negeri 1 Palapa Kecamatan Tanjungkarang Pusat.

C. Bagi sekolah.

Secara kelembagaan adalah mengembangkan fungsi lembaga pendidikan dalam mewujudkan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah sebagai amanat KTSP. Antara lain merintis pelaksanaan pembelajaran tematik yang benar-benar merujuk kepada kondisi dan kompetensi realistik sekolah yang bersangkutan.

D. Bagi peneliti.

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD

Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.

Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya.Selain itu, perkembangan sosial anak yang berada pada usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri.

(8)

belajar tentang benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.

2.2 Cara Anak Belajar

Hamalik 2002 : 90-91 menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek).

(9)

keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5) Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:

2.2.1 Konkrit

(Hamalik, 2002 : 104) konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.

2.2.2 Integratif

(Hamalik, 2002 : 104) pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.

2.2.3 Hierarkis

(10)

perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi .

2.3 Belajar dan Pembelajaran

Menurut Dimyati dan Mujiono (1999 : 250-254) belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya. (Natawijaya, RR. & Moesa, A.M.1992 : 99) belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada

(11)

demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan. Dengan demikian penulis sampaikan bahwa, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan.

2.4 Pengertian Pembelajaran Tematik

Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik adalah : pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983 : 165).

Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya: 1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,

2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;

3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan

(12)

5) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;

6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain;

7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

2.4.1 Landasan Pembelajaran Tematik

Landasan Pembelajaran tematik mencakup:

Landasan filosofis : Dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme. Aliran progresivisme :Memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa.

(13)

anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya.

Aliran humanisme : Melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. Landasan psikologis : Dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.

(14)

pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Permendiknas 2003)

2.4.2 Arti Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya (Kunandar 2007 : 337). Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.

(15)

melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik). Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain (Depdikbud 1996 : 3).

(16)

2.4.3 Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut, (Suyatna 2011 : 28).

a. Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

b. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

c. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

d. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran

(17)

diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

e. Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

2.4.4 Rambu-rambu

1. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan

2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester.

3. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.

4. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri. 5. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca,

(18)

6. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat

2.5 Implikasi Pembelajaran Tematik

(Suyatna ,2011 : 6) dalam implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar mempunyai berbagai implikasi yang mencakup:

2.5.1 Implikasi bagi guru

Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh.

2.5.2 Implikasi bagi siswa

Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual,pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal. Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah.

2.5.3 Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media a. Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa baik

(19)

otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar.

b. Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya didisain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization).

c. Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak,misalnya metode bermain peran.

d. Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi. 2.5.4 Implikasi terhadap Pengaturan ruangan

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan pengaturan ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan ruang tersebut meliputi:

Ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan.

Susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung

(20)

Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar

Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya kembali.

2.6 Tahap persiapan pelaksanaan

Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : 1996).

1. Pemetaan Kompetensi Dasar

Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah:

(21)

Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan/atau dapat diamati

Menentukan tema Cara penentuan tema

Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni: Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.

Menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

Prinsip Penentuan tema

Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:

Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa: Dari yang termudah menuju yang sulit

Dari yang sederhana menuju yang kompleks Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.

(22)

Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa,termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya.

2. Identifikasi dan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi dasar dan Indikator. Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan indikator yang cocok untuk setiap tema sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator terbagi habis.

3. Menetapkan Jaringan Tema

Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.

4. Penyusunan Silabus

Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, alat/sumber, dan penilaian.

5. Penyusunan Rencana Pembelajaran

(23)

ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:

a. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas,semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).

b. Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.

c. Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.

d. Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup).

e. Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.

f. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian).

2.7 Metode Pembelajaran

(24)

mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pencanang pembelajaran dan para pengajar dalam mencanangkan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran ( Joni, R. 1996 ).

2.7.1 Pengertian Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran didefinisikan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam definisi ini terkandung makna bahwa dalam metode pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan (Suyatna : 2011)

2.7.2 Jenis Metode Pembelajaran

Menyebutkan beberapa metode pembelajaran antara lain : Syaodih ( 2005 : 34 )

1. Metode Ceramah 2. Metode diskusi 3. Metode demontrasi 4. Metode Bermain Peran 5. Metode ceramah plus

(25)

2.8 Metode Bermain Peran

Metode pembelajaran merupakan hal yang sangat penting di dalam proses belajar mengajar. Selama ini metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah metode pembelajaran konvensional. Metode pembelajaran ini lebih menonjolkan peran guru dibanding peran siswa. Selain itu metode pembelajaran konvensional cenderung berorientasi pada target penguasaan materi. Sehingga metode pembelajaran ini hanya berhasil dalam pengembangan “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali

anak didik memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang (Syaodih, 2005: 45-46)

Penggunaan metode bermain peran bertujuan untuk membantu meningkatkan kemampuan bagi siswa dengan bermain peran secara sederhana. Permainan peran ini mulai dari pemeran maupun tokoh sesuai dengan usia anak dan permasalahannya. Dengan demikian siswa akan tertarik, senang, dan bersemangat karena dapat belajar sambil bermain.

2.8.1 Pengertian Bermain Peran

(26)

2.8.2 Ciri-ciri metode pembelajaran bermain peran adalah sebagai berikut :

a. Siswa dalam kelompok secara bermain menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.

c. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu (Syaodih, 2005 : 49)

2.8.3 Manfaat metode Bermain Peran :

a) Siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama.

b) Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain peran para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.

(27)

d) Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik baiknya.

e) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.

f) Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar mudah dipahami orang lain. Syaodih (2005 : 49)

2.8.4 Kelebihan dan Kelemahan metode Bermain Peran :

Metode Bermain Peran memiliki kelebihan dan kelemahan, (Syaodih, 2005 : 49) yakni :

a. Kelebihan :

1.Siswa dapat menjadi lebih peka dengan bermain peran dengan melihat sudut pandang yang berbeda dari kehidupannya.

2.Siswa dapat fokus perhatiannya pada pelajaran yang berlangsung.

3.Siswa dapat mengerti dan memahami perbedaan pendapat.

b. Kelemahan :

1. Guru harus menguasai dengan betul permasalahan apa yang diangkat dalam permainan peran jikalau tidak maka permainan peran yang dilakonkan siswa tidak akan berhasil.

(28)

2.8.5 Pelaksanaan pembelajaran Tematik pada tema Lingkungan melalui metode bermain peran :

Agar proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran tidak mengalami kaku, maka perlu adanya langkah-langkah yang harus kita pahami terlebih dahulu adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi masalah dengan cara memotivasi para peserta didik, 2. Memilih tema,

3. Menyusun skenario pembelajaran, 4. Pemeranan,

5. Tahapan diskusi dan evaluasi,

6. Melakukan pemeranaan ulang,melakukan diskusi dan evaluasi tahap 2,

7. Membagi pengalaman dan menarik generalisasi

2.9 Hipotesis Penelitian

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Setting Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan selama 4 bulan, mulai tanggal 12 Oktober 2012 – 30 Januari 2013.

3.1.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Palapa kecamatan Tanjungkarang Pusat,karena berdasarkan pengamatan peneliti, di kelas II sebenarnya memiliki tingkat IQ yang relatif tinggi namun hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari jumlah siswa kelas II yang terdiri dari 32 orang siswa, hanya 10 orang siswa yang memiliki hasil belajar yang bagus.

3.1.3 Subyek Penelitian

(30)

3.2Prosedur Penelitian

Seperti telah disebutkan pada bagian metode penelitian, bahwa penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus dan setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu :

1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Pengamatan 4. Refleksi

Alur tindakan penelitian dapat dilihat pada gambar di bawah ini yang merujuk atau diadaptasi dari model Kemmis & MC Tanggart dengan pola umum sebagai berikut :

Gambar : Prosaedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diadopsi dari model MC. Taggart, dari Wardani : 2007

Menyusun Rencana Siklus I

Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Observasi Tindakan Siklus I

Menyusun Rencana siklus II

Refleksi

Belum Berhasil

Pelaksanaan Tindakan Siklus II Observasi

Tindakan Siklus II Refleksi

Belum Berhasil

Pelaksanaan Tindakan Siklus III

Observasi Tindakan siklus III

Refleksi Menyusun

Rencana Siklus III

Berhasil

[image:30.595.111.534.319.656.2]
(31)

Keterangan Siklus :

1. Tahap Perencanaan

a. Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan tema dan sub tema pokok bahasan yang akan diajarkan.

b. Mempersiapkan kelengkapan alat yang akan digunakan dalam proses pembelajaran seperti : silabus,RPP dan perlengkapan lain untuk keperluan bermain peran.

c. Merancang model pembelajaran.

d. Menyiapkan instrumen penelitian yang berupa pedoman observasi siswa dan guru dan tes.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan metode yang digunakan

b. Membagi anak dalam setiap kelompok untuk melaksanakan bermain peran. c. Membuat penilaian aktivitas siswa.

d. Membuat instrumen penilaian berupa tes tertulis. e. Mencatat dan merekab nilai setiap siswa.

3. Tahap Mengamati

a. Mengamati kegiatan dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Mencatat segala sesuatu yang menjadi kendala dalam proses pembelajaran. 4. Tahap Refleksi

a. Merefleksikan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. b. Merefleksikan hasil belajar siswa.

(32)

d. Menyusun rencana tindakan dan langkah-langkah untuk mengatasi kekurangan/kendala yang terjadi selama proses pembelajaran.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang akan dianalisis adalah data yang dikumpulkan baik pada saat sebelum tindakan, selama tindakan, maupun sesudah tindakan pembelajaran dilaksanakan. Pengumpulan data dalam pelaksanaannya adalah dengan cara melakukan :

3.3.1 Observasi

Observasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kegiatan atau partisipasi siswa dan guru dalam proses pembelajaran.

3.3.2 Tes

Tes adalah suatu teknik pemberian soal-soal yang digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa.

3.3.3 Wawancara

Wawancara adalah cara pengumpulan data yang menggunakan panduan jawaban untuk memenuhi pendapat guru dan siswa mengenai penerapan strategi pembelajaran Bermain Peran.

3.3.4 Dokumentasi

(33)

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam menjawab permasalahan. Instrumen penelitian tersebut akan menggunakan instrumen pengumpul data yaitu :

3.4.1 Lembar Observasi

Lembar observasi siswa dan guru adalah yang digunakan untuk penilaian aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung.

3.4.2 Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar siswa adalah menggunakan tes tertulis yang dilaksanakan setiap akhir siklus yang berupa tes objektif dan tes unjuk kerja. Tes ini digunakan sebagai alat ukur penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran.

3.5 Tekhnik Analisis Data

Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

3.5.1 Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang diambil dari pengamatan siswa pada saat pembelajaran berlangsung sesuai indikator observasi yang kemudian dipersentasikan pada setiap pertemuan. Untuk menghitung persentase hasil observasi digunakan rumus :

% 100 responden Jumlah

(34)

X 100%

Untuk melihat tingkat keberhasilan siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tingkat penguasaan kategori

81% - 100% Sangat Tinggi

61% - 80 Tinggi

41% - 60% Sedang

21% - 40% Rendah

0% - 20% Sangat Rendah

(Sumber : Adaptasi dari Agip dkk,2009 : 41) 3.5.2 Analisis Data Kuatitatif

Dalam penelitian ini terdapat dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara individu dan klasikal. Ketuntasan belajar secara individu didapat dari nilai hasil tes, sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal yaitu mengukur tingkat keberhasilan siswa menyeluruh. Untuk mengukur persentase ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus :

Jumlah siswa yang mendapat nilai >65 Jumlah siswa

(Purwoko,2001:130)

(35)

3.6 Indikator Keberhasilan

Penggunaan metode bermain peran dalam pembelajaran tematik dengan tema lingkungan dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila :

(36)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pembelajaran tematik dengan metode bermain peran memiliki dampak positif dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan aktivitas siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (50 %) meningkat pada siklus II menjadi ( 69,34%) dan meningkat lagi pada siklus III menjadi ( 86,72%).

(37)

Penerapan metode bermain peran juga memiliki dampak yang positif pada hasil kinerja guru. Hal dibuktikan dari setiap data yang dihasilkan disetiap siklusnya, yakni pada siklus I hasil kinerja guru hanya mencapai 50% meningkat menjadi 72% pada siklus II dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 92%.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dan dari uraian sebelumnya agar proses pembelajaran tematik lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

5.2.1 Untuk melaksanakan belajar dengan metode Bermain peran memerlukan persiapan yang cukup matang dan sebaiknya seorang guru harus mampu mempersiapkan dengan baik sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Benyamin S, Bloom dkk,2003.Pembelajaran Tematik Anak Usia Dini. PT. Rineksa Cipta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1996). Pembelajaran terpadu PGSD & S-2 Pendidikan Dasar. Jakarta Depdikbud Republik Indonesia.

Dimyati dan Mujiono (1999).Belajar dan Pembelajaran. Bandung PT Grafindo Media Pratama.

Hamalik, 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Joni, R. (1996). Pembelajaran terpadu, Makalah Bahan untuk Program Pelatihan

Guru Pamong, BP3GSD Ditjen Dikti.

Kunandar 2007, Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.

Natawijaya, RR. & Moesa, A.M.1992.Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya.

Piaget (1950). Teori dan Praktek Penelitian Tindakan Kelas (Action Research).Alfabeta. Bandung.

Poerwadarminta, 1983 Psikologi pendidikan anak. Jakarta. Depdikbud Republik Indonesia.

Suherman dkk 2007, Landasan Pembelajaran Tematik. Bandung PT Grafindo Media Pratama.

Suyatna 2011, Karakterisasi Pembelajaran Tematik Jakarta. Depdikbud Republik Indonesia.

Syaodih 2005,Metode Pembelajaran. Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.

Gambar

Gambar : Prosaedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diadopsi dari model

Referensi

Dokumen terkait

[r]

The research purpose is the specific goal or aim of the study which is used to identify, describe, or predict a solution to a situation (Burnsand & Grove, 1993,

Karena kead?d topografi yang hlrang data. maka jalan altemaiil pasar Koto Baru Tanah Datar ,ang direncaflalan. adalai 1285 m dcnsan 5 tikungan yang rcrdid dari 2

Berusia serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun dan setinggi-tingginya 35 (tiga puluh lima) tahun pada tanggal 1 Januari 2010 dan atau yang memenuhi ketentuan

Berdasarkan fungsi penggunaan sapaan, sapaan bahasa Lampung dialek Komering berfungsi untuk menyapa atau memanggil, melestararikan adat budaya Lampung, menunjukan

Sistem periodik unsur-unsur merupakan suatu sistem yang sangat baik untuk mempelajari kecenderungan sifat unsur dan beberapa sifat lainya..

Dua tahun yang lalu Tayangan komedi didominasi oleh Trans TV, Trans TV mempunyai Program komedi Extravagansa yang begitu sangat menarik dan digemari oleh kalangan remaja pada

Piutang usaha/piutang terhadap langganan dalam perkiraan piutang usaha dicatat sebagai tagihan yang timbul dari penjualan barang atau jasa yang merupakan usaha perusahaan yang