DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Bagan penelitian tanaman jagung (Zea mayL.)
Ulangan I
Ulangan III
Ulangan II S1K2 (I)
S0K0 (I) S1K1 (I)
S3K3 (I)
S0K3 (1) S2K2 (I) S2K3 (I) S2K0 (I)
S0K1 (I) S1K3 (I) S1K0 (I) S0K2 (I)
S2K1 (I) S3K1 (I) S3K0 (I)
S1K1(III)
S1K3(III) S0K2(III)
S0K0 (III)
S3K3 (III) S3K2 (III) S1K2 (III) S3K1 (III)
S0K3 (III) S3K0 (III) S2K0 (III) S0K1(III)
S1K0(III) S2K1 (III) S2K3 (III) S2K2 (III)
S3K2 (II) S3K3 (II) S1K3 (II) S3K0 (II)
S0K3 (II) S0K2 (II) S3K1 (II) S2K2 (II)
S0K1 (II) S1K1 (II) S2K0 (II) S1K2 (II)
S2K1 (II) S1K0 (II) S2K3 (II) S0K0 (II)
U
Lampiran 2. Deskripsi varietas jagung (Zea mays . L) PIONEER 23
Umur : 95 hari (<600 m dpl)
118 hari (>600 m dpl)
Tinggi Tanaman : 225 cm
Bobot 1000 biji : 301 g
Rata-rata hasil : ± 6,3 ton/ha pipilan kering Potensi hasil : ± 10,5 ton/ha pipilan kering
Ketahanan : - Tahan terhadap bercak daun, kelabu C. maydis dan
busuk tongkol
- Cukup tahan terhadap busuk tongkol Giberella, hawar
daun, H. turcicum, karat daun dan virus serta ketahanan
sedang terhadap perkecambahan tongkol
- Agak rentan terhadap bulai dan rentan terhadap busuk
batang bakteri
Keunggulan : Potensi hasil tinggi, kualitas bijinya baik dengan pengisian
yang baik. Batangnya kokoh dan perakaran baik, tahan
terhadap kerobohan.
Pupuk dasar : Urea = 300 kg/ha
SP-36 = 100kg/ha
Lampiran 3.Hasil analisis awal sampel tanah Inseptisol Kwala Bekala
No. Parameter Hasil Metode Analisis
1 pH H20 4.12 Electrometry
2 Kadar air (KA) 10.26 (%) Oven
5 C-Organik 1,443 (%) Walkley & Black
titration
*Sumber : Laboratorium Riset dan Teknologi USU dan laboratorium kimia/kesuburuan tanah, 2015.
Lampiran 4.Hasil analisis pupuk kotoran sapi
No. Parameter Hasil Metode Analisis
1 pH H20 6,48 Electrometri
2 C-Organik 3,59 (%) Walkley & Black titration
3 N-Total 0,19 Kjeldahl
6 C/N 14,5
Lampiran 5. pH Tanah Inceptisol dengan Pemberian Pupuk KCI dan Kotoran Sapi
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam pH Tanah Inceptisol ANOVA
KK : Koefesien Keragaman tn : Tidak Nyata
Lampiran 7. C-Organik Tanah Inceptisol dengan Pemberian Pupuk KCl dan Kotoran Sapi (%).
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam kadar C-Organik Tanah Inceptisol ANOVA
KK : Koefesien Keragaman tn : Tidak Nyata
Lampiran 9. K-dd (K tukar) Tanah Inceptisol akibat Pemberian Pupuk KCl dan Kotoran Sapi (me/100 g).
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 10.Daftar Sidik Ragam K-dd(K tukar) Tanah ANOVA
KK : Koefesien Keragaman tn : Tidak Nyata
Lampiran 11. Tinggi Tanamanakibat pemberian Pupuk KCl dan Kotoran Sapi (cm).
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 12.Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman ANOVA
KK : Koefesien Keragaman tn : Tidak Nyata
Lampiran 13. Berat Kering Tajuk Tanaman dengan PemberianPupuk KCl dan Kotoran Sapi (g).
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 14. Daftar Sidik Ragam Berat Kering Tajuk Tanaman ANOVA
KK : Koefesien Keragaman tn : Tidak Nyata
Lampiran 15. Berat Kering Akar dengan PemberianPupuk KCl dan Kotoran Sapi(g).
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 16. Daftar Sidik Ragam BeratKering Akar Tanaman ANOVA
KK : Koefesien Keragaman tn : Tidak Nyata
Lampiran 17. Serapan KTanaman dengan PemberianPupuk KCl dan Kotoran Sapi (mg K /tanaman).
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 18. Daftar Sidik Ragam Serapan K Tanaman ANOVA
KK : Koefesien Keragaman tn : Tidak Nyatas
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, M. K, 1994. Analisis Sidik Ragam. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Damanik, M. M. B.,B. E. Hasibuan, B. Fauzi, Sarifuddin, H. Hanum., 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Djalil, M.,2003.Pengaruh Pemberian Pupuk KCl Terhadap Pertumbuhan dan Pembentukan Komponen Tongkol Jagung Hibrida Pioneer-23.Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang.
Ekowati, D dan M. Nasir., 2011. Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) Varietas Bisi-2 Pada Pasir Reject dan Pasir Asli Di Pantai Trisik Kulonprogo. Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Evan, D dan B. Wildes., 1971.Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan Unsur Hara Mikro Terhadap Pertumbuhan Jagung Pada Inceptisol yang Dikapur. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.
Hermawansyah, A. 2013. Pengaruh Pemberian Pupuk kandang Kotoran Sapi, dan Ayam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Haris, K. M. A. Kuruseng. 2008. Pertumbuhan dan Produksi berbagai Varietas Tanaman Jagung pada dua Dosis Pupuk Urea. Dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (stpp) gowa. vol. 4 no. 1.
Haris, A. V. Krestiani. 1979. Studi Pemupukan Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung (Zea maysL.) Varietas Super Bee. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus.
Hartatik, W., D. Setyorini, L.R. Widowati, dan S. Widati. 2005. Laporan Akhir
Penelitian Teknologi Pengelolaan Hara pada Budidaya Pertanian Organik. Laporan Bagian ProyekPenelitian Sumberdaya Tanah dan Proyek
Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif.
Maruapey, A. Faesal. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk KCl terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Jagung (Zea maysL).Fakultas Pertanian Unamin Sorong. Jl. Pendidikan 27 Sorong. Peneliti Balai Penelitian Tanaman Serealia. Sorong.
Prihandini,P. W. dan T. Purwanto., 2007. Pembuatan Kompos Berbahan Kotoran Sapi. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian Dan Pengembangan PertanianDepartemen Pertanian. Bogor.
Pranjnanta, W. 2009. Kandungan Unsur Hara Pada Pupuk Kandang Berbeda - Beda. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Padang.
Rasyid, B.Samosir. dan F. Sutomo., 2010. Respon Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Berbagai Regim Air Tanah dan Pemberian Pupuk Nitrogen. Jurusan Ilmu TanahFakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Makassar.
Sevindrajuta, 1996.Efek Pemberian Beberapa Takaran Pupuk Kandang SapiTerhadap Sifat Kimia Inceptisol dan Pertumbuhan Tanaman Bayam Cabut(AmaranthusTricolor,L.).Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Padang.
Silahooy, C. 2008. Efek Pupuk KCl dan SP-36 Terhadap Kalium Tersedia, Serapan Kalium dan Hasil Kacang Tanah(Arachis hypogaea L.). Diterima 13 Mei 2008/Disetujui 25 Juli 2008. Agron. (36) (2) 126 – 132.
Sudirja,A. M. Solihin, dan S. Rosniaaty., 2007. Respons Beberapa Sifat Kimia Inceptisols Rajamandala. Melalui Pemberian Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.
Setyono, S. 1996. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Pend. Pasca Sarjana. KPKUGM-UNIBRAW.
Tuherkih, E. I. dan A. Sipahutardan., 2005. Pengaruh Pupuk NPK Majemuk (16:16:15) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung (Zea maysL.) Di Tanah Inceptisols. Balai Penelitian Tanah. Bogor.
Yovita, 2001. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kassa Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat 25 m dpl pada bulan April
tahun 2015 sampai dengan bulan Oktober 2015. Analisis tanah dilaksanakan di
Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan, Laboratorium Analitik PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO) Medan, dan
Laboratorium Riset Pengujian Balai Tanah Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung
varietas Pioneer-23 sebagai tanaman indikator, kotoran sapi sebagai sumber hara
K, tanah inceptisol Kwala Bekala sebagai media tanam, pupuk KCl sebagai
sumber hara K, pupuk Urea dan SP-36 sebagai pupuk dasar,serta air untuk
menyiram tanaman.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag sebagai
wadah tanaman, timbangan untuk menimbang tanah dan pupuk, meteran untuk
keperluan pengamatan, pacak sampel, cangkul/parang untuk pengambilan contoh
tanah, kalkulator sebagaialat bantu menghitung, amplop coklat sebagai tempat
pemanenan sampel, label sebagai alat untuk menandai setiap perlakuan, gembor
untuk menyiram tanaman jagung, dan alat tulis untuk mencatat data yang
Metode penelitian
Penelitian inimenggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK)
faktorial, dengan dua faktor perlakuan yaitu: Faktor I adalah kotoran sapi (S)
dengan 4 taraf yaitu:
S0 = 0 ton/ha setara (0 g/polybag)
S1 = 10 ton/ha setara (19,2 g/polybag)
S2 = 15 ton/ha setara (28,8 g/polybag)
S3 = 20 ton/ha setara (38,9 g/polybag)
Faktor II adalah pupuk KCl (K) dengan 4 taraf yaitu,
K0 = 0 kg/ha setara (0 g/polybag)
K1 = 100 kg/ha setara (0,125 g/polybag)
K2 = 150 kg/ha setara (0,25 g/polybag)
K3 = 200 kg/ha setara (0,375 g/polybag)
Sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan yaitu:
S0K0 S1K0 S2K0 S3K0
S0K1 S1K1 S2K1 S3K1
S0K2 S1K2 S2K2 S3K2
S0K3 S1K3 S2K3 S3K3
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah polybag keseluruan : 48 polybag
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan sidik ragam berdasarkan model
linier berikut:
Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ) jk + εijk
Keterangan:
Yijk = Nilai pengamatan pengaruh varietas ke-i, media ke-j dan ulangan ke-k
µ = Nilai rataan populasi.
ρi = Pengaruh blok ke-i.
αj = Pengaruh pupuk kandang sapi ke-j.
βk = Pengaruh dosis pupuk KCl ke-k.
(αβ) jk = Pengaruh interaksi antara pupuk kandang sapi pada taraf ke-j dan dosis
pupuk KCl pada taraf ke-k.
εij = Pengaruh galat percobaan pada blok ke-iuntuk mendapat perlakuan
pupuk sapi ke-j dengan dosis pupuk KCl ke-k.
Jika dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata
maka dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan Duncan Multiple Range
PELAKSANAN PENELITIAN Persiapan Bahan Penelitian
Pada tahap ini dilakukan persiapan penelitian yang terdiri atas penyediaan
pupuk KCl, Pupuk Kandang Sapi, pupuk dasar Urea dan SP-36, penyediaan benih
tanaman jagung, dan studi literatur yang terkait dengan penelitian.
Pengambilan Contoh Tanah
Pengambilan contoh tanah Inceptisol dilakukan di Kwala Bekala
kecamatan Simalingkar, diambil tanah secara zig - zag dengan 5 titik pengambilan
sampel kemudian dikompositkan. Pada setiap titik, tanah diambil pada kedalaman
0 - 20 cm setelah terlebih dahulu tumbuhan di atasnya dibersihkan. Pengambilan
contoh tanah ada 5 titik sebagai berikut.
1. N: 3,537283333 dan E: 98,653060000
2. N: 3,537788893 dan E: 98,653220000
3. N: 3,537840563 dan E: 98,653220000
4. N: 3,537701953 dan E: 98,653830000
5. N: 3,537665843 dan E: 98,653830000
Penanganan Contoh Tanah
Contoh tanah dikering udarakan kemudian dilakukan pengayakan dengan
menggunakan ayakan pasir untuk memisahkan tanah dari kotoran atau
batu-batuan. Dihitung persentase kadar air tanah untuk mengetahui kebutuhan air.
Analisis Awal Tanah
Dilakukananalisis awal sampel tanah seperti, kadar air (KA), C-organik
menggunakan metode ekstraksi NH4
Persiapan Lahan
O AC 1N untuk mengetahui keadaan awal
tanah Inceptisol Kwala Bekala.
Lahan di Rumah Kassa yang digunakan untuk penelitian, dibersihkan dari
gulma yang tumbuh. Kemudian diukur luas lahan yaitu 8 meter x 6 meter.
Persiapan Media Tanam
Media tanam dibuat dalam polybag ukuran 5 kg. Diisi dengan tanah
inceptisol yang telah kering udara dan diayak sebanyak 5,26 kg/polybag yang
didapat dari persamaan: BTKU = BTKO + (%KA x BTKO).
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan membenamkan 2 benih jagung untuk setiap
polybag. Kedalaman lubang tanam sedalam 3 cm perlubang kemudian di tutup
dengan tanah.
Aplikasi Pupuk Dasar
Pupuk dasar yang digunakan adalah SP-36 dan Urea yang diberikan sesuai
dosis pupuk jagung varietas pioneer-23, seperti SP-36 100 kg /ha (0.25 g/polybag)
dan Urea 300 kg/ha (0,75 g/polybag) ke semua perlakuan, kemudian diinkubasi
selama 1 minggu.
Aplikasi Perlakuan
Dilakukan aplikasi pupuk KCl dan pupuk kandang sapi sesuai dengan
Pemupukan
Waktu pemupukan diberikan 2 kali yaitu 1 minggu setelah tanam dan 14
hari setelah tanam. Setiap kali pemupukan sebaiknya tanah langsung dilakukan
penyiraman hingga cukup basah agar pupuk cepat larut.
Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari, yakni pagi dan sore hari dengan
menggunakan alat berupa gembor sesuai dengan kondisi di Lapangan.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati dengan
tanaman cadangan yang masih hidup. Tanaman cadangan tersebut memiliki umur
yang sama dengan tanaman sampel. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman
berumur 2 minggu setelah tanam (MST).
Penjarangan
Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah
tanam (MST). Penjarangan dilakukan dengan cara memotong tanaman dengan
gunting atau pisau cutter.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk menghindari persaingan antara gulma dengan
tanaman. Dilakukan mencabut akar dengan cara manual gulma yang ada di
polybag dan disekitar lahan percobaan.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan kondisi di
200,11 g/L dosis 2,5-3 ml/L , dan FungisidaDithane M-45 80 WP (Mankozeb 80
%) dosis 1,2-2,4 g/L.
Panen Vegetatif
Panen vegetatif dilakukan pada akhir masa vegetatif (45 HST) dengan cara
memotong tanaman pada pangkal batang dan mencabut akar dengan cara manual.
Akar dibersihkan dari tanah kemudian sampel disimpan dalam amplop coklat dan
diberi label sesuai dengan perlakuan. Kemudian diovenkan selama 24 jam pada
suhu 70 0
Parameter Pengamatan C.
Setelah dilakukan pemanenan selanjutnya tanaman dianalisis dengan
metode yang sudah ditentukan untuk memperoleh data.
- pH H2
- C-Organik tanah (%) diukur dengan menggunakan metode Walkley and
Black.
O (1:2,5)dengan menggunakan metode elektrometri diukur dengan
menggunakan pH meter.
- Tinggi tanaman jagung (cm) diukur pada saat tanaman berumur 5 MST dan
diukur dari pangkal batang sampai ujung daun paling tinggi.
- Bobot kering tajuk tanaman jagung (gram) di ukur tanaman dengan cara
diovenkan pada suhu 700
- Bobot kering akar tanaman jagung (g) di ukur tanaman dengan cara
diovenkan pada suhu 70
C selama 24 jam. Lalu ditimbang beratnya.
0
- Serapan K dengan menggunakan metode Destruksi Basah.
C selama 24 jam. Lalu ditimbang beratnya.
Perhitungan kadar hara tanaman:
Pengolahan Data
Data dianalisis dengan Analisis Of Variance (ANOVA) untuk setiap
parameter yang diukur dengan uji lanjut pada perlakuan yang berpengaruh nyata
dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan Duncan Multiple Range Test
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
pH Tanah (H2
Hasil ujisidik ragam(Lampiran 6) menunjukkan bahwa Pemberian pupuk
KCl dan kotoran sapi serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap
pH tanah Inceptisol. Hal ini tersaji pada Tabel 1. O)
Tabel 1. pH Tanah dengan Pemberian Pupuk KCl dan Kotoran Sapi.
KotoranSapi
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada taraf 5 %.
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa rataan tertinggi dengan pemberian
pupuk KCl terdapat pada perlakuan K2 (0,250 g/pot) yakni sebesar 4,82 dan
rataan terendah pada perlakuan K3 (0,375 g/pot) yakni sebesar 4,66. Sedangkan
rataan tertinggi dengan pemberian kotoran sapi terdapat pada perlakuan
S0 yakni sebesar 4,90 dan rataan terendah pada perlakuan S2 (28,8 g/pot) yakni
sebesar 4,63.
C-Organik (%)
Hasil uji sidik ragam (Lampiran 8) menunjukkan bahwa pemberian pupuk
KCl tidak berpengaruh nyata terhadap persentase C-organik tanah dan pemberian
kotoran sapi berpengaruh nyata terhadap persentase C-organik serta interaksi
keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap persentase C-organik. Hal ini tersaji
Tabel 2. C-organik tanah dengan Pemberian Pupuk KCl dan Kotoran Sapi
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada taraf 5%.
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa rataan tertinggi dengan pemberian
pupuk KCl terdapat pada perlakuan K0 yakni sebesar 1,23 % dan rataan terendah
pada perlakuan K2 (0,250 g/pot) yakni sebesar 1,18 %. Sedangkan rataan tertinggi
dengan pemberian kotoran sapi terdapat pada perlakuan S2 (28,8 g/pot) dan S3
(38,9 g/pot) yakni sebesar 1,24 % dan rataan terendah pada perlakuan S1 (19,2
g/pot) yakni sebesar 1,15 %. Perlakuan S2 dan S3 berbeda nyata terhadap
C-organik tanah dengan perlakuan S1 tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan
S0 terhadap c-organik tanah.
K-dd (K tukar) Tanah (me/100)
Hasil uji sidik ragam (Lampiran 10) menunjukan bahwa pemberian pupuk
KCl dan kotoran sapi tidak berpengaruh nyata sedangakan interaksi
keduanya berpengaruh sangat nyata terhadap K-dd (K tukar) tanah . Hal ini
disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. K-dd (K tukar) Tanah dengan Pemberian Pupuk KCl dan Kotoran Sapi
KotoranSapi
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa rataan tertinggi dengan pemberian
pupuk KCl terdapat pada perlakuan K3 (0,375 g/pot) yakni sebesar 0,31 me/100
dan rataan terendah pada perlakuan K0 dan K1(0,125 g/pot) yakni sebesar 0,28
me/100. Sedangkan rataan tertinggi dengan pemberian kotoran sapi terdapat pada
perlakuan S3 (38,9 g/pot) yakni sebesar 0,31 me/100 dan rataan terendah pada
perlakuan S2 (28,8 g/pot) yakni sebesar 0,28 me/100. Perlakuan S3K3 berbeda
nyata terhadap K-dd (K tukar) tanah dengan perlakuan S1K0, S3K0, S1K1, S2K1,
S0K2, S1K2, S0K3, S1K3, S3K0, S3K2 dan S3K1 tetapi tidak berbeda nyata
dengan perlakuan S0K0, S0K1, S3K2, S2K3 terhadap K-dd (K tukar) tanah.
Tinggi Tanaman (cm)
Hasil uji sidik ragam (Lampiran 12) menunjukkan bahwa pemberian
kotoran sapi berpengaruh nyata dan pemberian pupuk KCl serta intraksi keduanya
tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Hal ini disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Tinggi Tanaman dengan Pemberian Pupuk KCl dan Kotoran Sapi
KotoranSapi
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada taraf 5 %.
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa rataan tertinggi dengan pemberian
pupuk KCl terdapat pada perlakuan K3 (0,375 g/pot) yakni sebesar 188,67 cm dan
rataan terendah pada perlakuan K0 yakni sebesar 162,90 cm. Sedangkan rataan
tertinggi dengan pemberian kotoran sapi pada perlakuan S3 (38,9 g/pot) yakni
146,75 cm. Perlakuan S3 berbeda nyata dengan perlakuan S0 tetapi tidak berbeda
nyata dengan perlakuan S1 dan S2 terhadap tinggi tanaman.
Berat Kering Tajuk (g)
Hasil uji sidik ragam (Lampiran 14) menunjukan bahwa pemberian pupuk
KCl berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk, sedangkan pemberian kotoran
sapi serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk.
Hal ini disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Berat Kering Tajuk dengan PemberianPupuk KCl dan Kotoran Sapi.
KotoranSapi
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada taraf 5 %.
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa rataan tertinggi dengan pemberian
pupuk KCl pada perlakuan K3 (0,250 g/pot) yakni sebesar 28,46 gram dan rataan
terendah pada perlakuan S0 yakni sebesar 18,72 gram. Sedangkan rataan tertinggi
dengan pemberian kotoran sapi pada perlakuan S3 (38,9 g/pot) yakni sebesar
27,97 gram dan rataan terendah pada perlakuan S2 (28,8 g/pot) yakni sebesar
21,07 gram. Perlakuan K2 dan K3 berbeda nyata dengan perlakuan K0 tetapi tidak
berbeda nyata dengan perlakuan K1 terhadap berat kering tajuk tanaman.
Berat Kering Akar (g)
Hasil uji sidik ragam (Lampiran 16) menunjukan bahwa pemberian pupuk
KCl dan kototran sapi berpengaruh nyata terhadap berat kering akar, serta
interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering akar. Hal ini
Tabel 6. Berat Kering Akar dengan Pemberian Pupuk KCl dan Kotoran Sapi
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada taraf 5 %.
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa rataan tertinggi dengan pemberian
pupuk KCl pada perlakuan K3 (0,375 g/pot) yakni sebesar 16,43 gram dan rataan
terendah pada perlakuan K0 yakni sebesar 8,22 gram. Sedangkan rataan tertinggi
dengan pemberian kotoran sapi pada perlakuan S3 (38,9 g/pot) yakni sebesar
13,84 gram dan rataan terendah pada perlakuan S0 yakni sebesar 9,73 gram.
Berdasarkan pemberian pupuk KCl pada perlakuan K3 berbeda nyata
dengan perlakuan K2 tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan K0 dan K2
terhadap berat kering akar tanaman. Sedangkan pemberian kotoran sapi pada
perlakan S3 berbeda nyata dengan perlakuan S0 tetapi tidak berbeda nyata dengan
perlakuan S1 dan S2 terhadap berat kering akar tanaman.
Serapan K (mg K/tanaman)
Hasil uji sidik ragam (Lampiran 17) menunjukan bahwa pemberian pupuk
KCl tidak berpengaruh nayata dan pemberian kotoran sapi serta interaksi
keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap serapan K pada tanaman. Hal ini
Tabel 7. Serapan K Tajuk Tanaman dengan Pemberian Pupuk KCl dan Kotoran
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada taraf 5 %.
Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa rataan tertinggi dengan pemberian
pupuk KCl terdapat pada perlakuan K2 (0,250 g/pot) yakni sebesar 109,48 mg
K/tanaman dan rataan terendah pada perlakuan K0 yakni sebesar 65,17 mg
K/tanaman. Sedangkan rataan tertinggi dengan pemberian kotoran sapi pada
perlakuan S2 (28,8 g/pot) yakni sebesar 105,0 mg K/tanaman dan rataan terendah
pada perlakuan S1 (19,2 g/pot) yakni sebesar 70,03 mg K/tanaman. Berdasarkan
pemberian kotoran sapi pada perlakuan S2 berbeda nyata dengan perlakuan S1
tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan S0 dan S3 terhadap serapan K tajuk
tanaman.
Pembahasan
Pengaruh Pemberian kotoran sapi
Pengaruh pemberian kotoran sapi pada penelitian ini tidak berpengaruh
nyata dalam meningkatkan pH tanah. Pada tanah masam dengan kandungan
mineral yang tinggi, disebabkan proses khelasi asam organik, Al yang
terdapat didalam tanah, dimana pH tanah awal dari 5,17 menjadi 4,75.
Penambahan bahan organik dapat meningkatkan pH tanah dan malah menurunkan
pH tanah, hal ini bergantung pada jenis tanah dan bahan organik yang
karena dekomposisi bahan organik yang banyak menghasilkan asam-asam
dominan. Tanah inceptisol dalam penelitian ini mempunyai pH 4,75 dengan
kriteria masam, karena pemberian kotoran sapi mengandung asam – asam
organik yang menghasilkan kemasaman tanah sehingga pH tanah semakin rendah.
Peningkatan pemberian kotoran sapi sebagai bahan organik jelas akan
meningkatkan kandungan C-organik. Penambahan bahan organik kedalam tanah
dapat meingkatkan C-organik tanah. Hal ini sesuai dengan literature Sevindrajuta,
(1996) bahwa pemberiankotoran sapi dapat meningkatkan kandungan C-Organik
tanah. Semakin banyak kotoran sapi yang ditambahkan ke dalam tanah, semakin
besar peningkatan kandungan C-Organik dalam tanah.
Pemberian pemberian kotoran sapi pada penelitian ini berpengaruh nyata
dalam meningkatkan C-organik tanah. Hal ini dengan aktivitas mikroorganisme
didalam tanah. Dimana C-organik tanah tanpa perlakuan dari 1,22 menjadi 1,20.
disebabkan selama proses pertumbuhan tanaman jagung terjadi proses
dekomposisi, dimana terjadi perombakan terhadap bahan organik, sehingga terjadi
pembebasan CO2. Pembebasan CO2 menyebabkan terjadinya penurunan
C-organik tanah. Hartatik dkk (2012) menyatakn bahwa adanya perbedaan kecepatan
aktivitas mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik tanah karena tingkat
kemasaman tanah terjadi proses pelapukan berlangsung, karena karbon hilang dan
nitrogen tertimbun dalam bentuk amonium.
Pemberian kotoran sapi pada penelitian ini tidak berpengaruh nyata dalam
meningkatkan K-dd tanah. Hal ini dikarenakan kotoran sapi mengandung asam
organik yang mampu mengkhelat Al dan logam lainnya dalam pertukaran anion.
makro, yang diserap tanaman dalam jumlah yang banyak. K-dd berfungsi dalam
proses fotosintesis dengan memperlancar proses masuknya CO2
Pemberian kotoran sapi berpengaruh nyata dalam meningkatkan
pertumbuhan tanaman yaitu berat kering tajuk tanaman, berat kering akar, dan
tinggi tanaman jagung pada akhir masa vegetatif. Berat kering akar dan tajuk pada
tanaman merupakan parameter untuk melihat hasil produksi yang ingin dicapai.
Indrasari dan Syukur (2006) menyatakan bahwa pemberian bahan organik dalam
pertumbuhan tanaman jagung akan paling kritis dalam pengaturan ketersediaan
unsur hara mikro. Ketersediaan unsur hara mikro (Cu dan Zn) dalam larutan tanah
relatif tinggi pada pH yang rendah, dan kebanyakan kation ini berada dalam tanah
bentuk yang dapat dipertukarkan dan dalam fraksi organik.
lewat stomata,
transport fotosintat, air dan gula, serta dalam sintesis protein dan gula. K-dd
(K tukar) diserap tanaman dalam bentuk ion K dan jumlahnya dalam tanah cukup
bervariasi dalam tanah.
Pemberian kotoran sapi berpengaruh nyata dalam meningkatkan
pertumbuhan tanaman pada 5 MST tidak merata tinggi tanaman. Hal ini diduga
karena adanya faktor lingkungan yang saling mempengaruhi seperti suhu,
kelembaban dan curah hujan. Hasil pengamatan dilapangan terhadap curah hujan
selama penelitian, mempengaruhi proses fotosintesis karena intensitas cahaya
mataharirendah sehingga proses fotosintesis tidak berjalan optimal dan hasil dari
fotosintesispun tidak maksimal bagi pertumbuhan tinggi tanaman. Djalil (2003)
menyatakan bahwa serapan cahaya matahari yang maksimal akan diikuti oleh
pula. Fotosintesis meningkat dengan bertambahnya jumlah daun pada
pertumbuhan tanaman jagung.
Pemberian kotoran sapi pada penelitian ini tidak berpengaruh nyata dalam
meningkatkan serapan K pada tanaman. Hal ini berhubungan juga dengan
ketersediaan K pada tanah, dengan bertambahnya dosis kotoran sapi yang
diberikan. Jumlah K yang diserap oleh tanaman ditentukan oleh beberapa faktor
termasuk konsentrasi kotoran sapi dalam larutan tanah. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Djalil (2003) bahwa makin tinggi konsentrasi kalium tanah makin
tinggi serapan K tanaman. Pemberian kotoran sapi akan menyebabkan
bertambahnya konsentrasi kalium dalam tanah sehingga akan meningkatkan
serapan kalium tanaman.
Pengaruh Pemberian Pupuk KCl
Pemberian pupuk KCl pada penelitian ini berpengaruh tidak nyata dalam
meningkatkan pH dan C-organik tanah. Hal ini dikarenakan dosis yang terdapat
pada bahan pupuk KCl kurang berperanan untuk pembentukan organ generatif
tanaman jagung Pioneer-23. Silahooy (2008) menyatakan bahwa K bukanlah
unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa terpenting yang diperlukan
untuk pertumbuhan tanaman seperti halnya unsur nitrogen (N) dan posfor (P).
Selanjutnya dijelaskan bahwa unsur kalium berperanan penting dalam
pembentukan dan translokasi karbohidrat.
Pemberian pupuk KCl tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan
serapan K tanaman yaitu pada akhir masa vegetatif. Hal ini disebabkan tidak
tersedianya unsur hara K pada sel apikal akar, perubahan ini akan menimbulkan
menghambat pemanjangan akar yang mengakibatkan pengangkutan hara ke
tanaman dalam mendukung peningkatan serapan K tanaman berkurang.
Pemberian pupuk KCl pada penelitian ini berpengaruh tidak nyata pada
tinggi tanaman,berat kering tajuk, berat kering akar, serapan K pada akhir masa
vegetetif. Dipengaruhi oleh keersediaan unsur N dan P pada tanah. Menurut
Hakim, dkk (1986) tanaman mengabsorpsi N pada waktu tanaman tumbuh aktif
dan Nitrogen harus tersimpan dalam tanaman sebelum terbentuknya sel baru,
sehingga pertumbuhan tanaman tidak akan berlangsung tanpa N.
Interaksi Pemberian Pupuk KCl dan kotoran sapi
Interaksi pemberian kotoran sapi dan pupuk KCl pada penelitian
berpengaruh nyata dalam meningkatkan hara K-dd (K tukar) tanah. Penambahan
bahan organik ke dalam tanah dapat meingkatkan K-dd tanah dan
pertumbuhan tinggi tanama. Sevindrajuta (1996) menyatakan bahwa pemberian
kotoran sapi dan pupuk KCl dapat meningkatkan kandungan C-organik tanah.
Semakin banyak pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah, semakin besar
peningkatan kandungan C-organik dalam tanah sehingga pertumbuahn tanaman
semakin meningkat.
Interaksi antara kotoran sapi dan pupuk KCl tidak berpengaruh nyata
dalam meningkatkan pH tanah, serapan K tanaman. Hal ini dikarenakan untuk
pemberian kotoran sapi tidak mengalami perubahan maupun peningkatan dalam
pemberian pupuk KCl dilihat dari dosis yang diberikan secara berbeda tidak
mempengaruhi perubahan untuk meningkatkan unsur hara dalam tanah. Sehingga
Berdasarkan hasil analisis keragaman bahwa Pemberian kotoran sapi dan
pupuk KCl berpengaruh nyata hal ini diduga karena bahan organik
(kotoran sapi) di dalam tanah akan diurai oleh mikroorganisme tanah yang
memamfaatkannya sebagai sumber makanan dan energi menjadi humus, sehingga
dengan banyaknya bahan organik yang diberikan ke dalam tanah maka akan
semakin tinggi nilai C-organik tanah. Namun, tidak terdapat intraksi di antara
KESIMPULAN Kesimpulan
1. Pemberian pupuk KCl tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan, pH
tanah, C-organik tanah, K-dd (K tukar tanah) dan tinggi tanaman. Namun
pemberian pupuk KCL berpengaruh nyata dalam meningkatkan serapan K
tanaman berat kering tajuk tanaman dan berat kering akar tanaman.
2. Pemberian kotoran sapi berpengaruh nyata dalam meningkatkan C-organik
tanah,berat kering akar, dan tinggi tanaman dan serapan K. Namun Pemberian
kotoran sapi tidak berpengaruh nyata dalam menigkatkan pH tanah, K-dd (K
tukar) dan berat kering tajuk tanaman, berat kering akar dan serapan K
tanaman.
3. Interaksi Pemberian kotoran sapi dan pupuk KCl tidak berpengaruh nyata
dalampeningkatan serapan K tanaman ,pH tanah, C-organik tanah, berat
kering tajuk,berat kering akar, dan tinggi tanaman jagung pada akhir masa
vegetatif. Namun berpengaruh nyata dalam meningkatkan K-dd (K tukar)
tanah Inceptisol Kwala Bekala.
Saran
Dari hasil penelitian Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan dosis
pupuk KCl yang berbeda dan bahan organik lainnya untuk mendapatkan dosis
TINJAUAN PUSTAKA Tanah Inceptisol
Inceptisol merupakan ordo tanah yang belum berkembang dengan ciri
bersolum tebal antara 1.5-10 m diatas bahan induk, bereaksi masam dengan pH
4.5-6.5, bila mengalami perkembangan lebih lanjut pH naik menjadi kurang dari
5.0, dan kejenuhan basa dari rendah sampai sedang. Tekstur seluruh solum ini
umumnya adalah liat, sedang strukturnya remah dan konsistensi adalah gembur.
Secara umum, kesuburan dan sifat kimia Inceptisolrelativ rendah (Sudirja, 2007).
Proses pedogenesisyang mempercepat proses pembentukan tanah
Inceptisol adalah pemindahan, penghilangan karbonat, hidrolisis mineral primer
menjadi formasi lempung, pelepasan oksida, akumulasi bahan organik dan yang
paling utama adalah proses pelapukan, sedangkan proses pedogenesis yang
menghambatpembentukan tanah Inceptisol adalah pelapukan batuan dasar
menjadi bahan induk (Rasyid dan Sutomo, 2010).
Pembentukan solum tanah Inceptisol yang terdapat di dataran rendah
umumnya tebal, sedangkan pada daerah-daerah berlereng curam solum yang
terbentuk tipis. Warna tanah Inceptisol beranekaragam tergantung dari jenis bahan
induknya. Warna kelabu bahan induknya dari endapan sungai, warna coklat
kemerah-merahan karena mengalami proses reduksi, warna hitam mengandung
bahan organik yang tinggi (Prihandini dan Purwanto, 2007).
Sifat fisika dan kimia tanah Inceptisol antara lain; bobot jenis 1,0 g/cm3,
kalsium karbonat kurang dari 40 %, pH mendekati netral atau lebih (pH < 4 tanah
porositasnya 68 % sampai 85 %, air yang tersedia cukup banyak antara 0,1-1 atm
(Sudirja, 2007).
Karakteristik tanah Inceptisol adalah sebagai berikut.(1) Memiliki solum
tanah agak tebal, yaitu 1-2 meter. (2) Warnanya hitam atau kelabu sampai dengan
coklat tua. (3) Teksturnya debu, lempung berdebu, bahkan lempung. (4) Struktur
tanahnya remah, konsistensinya gembur memiliki pH 5,0 - 0,7. (5) Memiliki
kandungan bahan organik cukup tinggi, yaitu antara 10%-30%. (6) Memiliki
kandungan unsur hara yang sedang sampai tinggi. (7) Produktivitas tanahnya dari
sedang sampai tinggi(Silahooy, 2008).
Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah Inceptisol yaitu :
(1) Bahan induk yang sangat resisten. (2) Posisi dalam landscape yang ekstrim
yaitu daerah curam atau lembah. (3) Permukaan geomorfologi yang muda,
sehingga pembentukan tanah belum lanjut (Prihandini dan Purwanto, 2007).
Pupuk KCl (Kalium Klorida)
Pupuk KCl merupakan pupuk yang banyak digunakan petani untuk
tanaman. Subsidi pupuk untuk petani sudah dikurangi pemerintah sehingga pupuk
Urea dan KCl susah didapat di pasaran dan mahal harganya. Dengan semakin
mahalnya harga pupuk kimia, maka dosis pemupukan yang rasional dan seimbang
ke dalam tanah perlu mendapat perhatian, disamping penggunaan pupuk alternatif
lain seperti pupuk organik yang dapat menggantikan sebagian peran dari pupuk
kimia, sehingga usaha tani dapat lebih efisien. Penggunaan pupuk yang tepat dan
efisien akan dapat meningkatkan hasil usaha tani dan meningkatkan pendapatan
Dalam Pemberian pupuk KCl dengan dosis 50 kg/ha merupakan dosis
yang paling optimum untuk pertumbuhan tinggi tanaman jagung Pioneer-23.
Diduga pada pemberian dengan dosis tersebut jumlah kalium yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan tinggi tanaman jagung Pioneer-23 sudah mencukupi. Unsur
kalium lebih berperan terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman terutama pada
bahagian yang sedang aktif bertumbuh yaitu pada bahagian meristim ujung
(pucuk) dan terdapatnya juga dalam jumlah yang lebih banyak pada jaringan
tersebut dibandingkan dengan bahagian yang lebih tua. Berdasarkan kenyataan
dosis 50 kg KCl/ha sudah merupakan dosis tertinggi untuk kebutuhan kalium
yang diperlukan bagi tanaman jagung Pioneer-23 (Djalil, 2003).
Pada umumnya pupuk KCl merupakan pupuk sumber K terbesar yang
digunakan dalam pertanian. Mengandung 60 hingga 62% K2
Pupuk KCl diperlukan oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur
hara K. Adapun manfaat unsur hara K adalah: (1) Memperlancar proses
fotosintesa, (2) Memacu pertumbuhan tanaman pada tingkat permulaan, (3)
Memperkuat ketegaran batang sehingga mengurangi resiko mudah rebah, (4)
Mengurangi kecepatan pembusukan hasil selama pengangkutan dan penyimpanan,
(5) Menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama, penyakit dan
kekeringan, (6) Memperbaiki mutu hasil yang berupa bunga dan buah (rasa dan O dan larut air.
Sebagian besar KCl dibuat dari sylvinite dan sebagian dari brine. Pemurniaan
dalam pembuatan pupuk KCl dari bahan bahan tambang tersebut dapat melalui
proses plotasi atau proses kristalisasi, akan tetapi pupuk KCl untuk pertanian
sebagian besar dibuat melalui proses flotasi (pemisahan berdasarkan berat jenis)
warna). Anjuran umum pemupukan berimbang menggunakan pupuk tunggal KCl
pada tanaman jagung. Pupuk K dalam bentuk KCl dapat membantu memperkuat
jaringan tanaman serta mempertebal dinding sel epidermis sehingga mampu
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan patogen secara mekanis
(Nurhayati, 2008).
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa berbagai dosis KCl hanya
memperlihatkan pengaruhnya pada komponen pengamatan tinggi tanaman umur
4, 6 dan 8 MST dan hasil tanaman jagung. Secara umum, K sangat berperan
dalam merangsang pertumbuhan akar tanaman. Perakaran yang optimalkan
mendukung suplai unsur hara ke dalam jaringan tanaman sehingga akan
mendukung pertumbuhan tanaman jagung. Selain itu unsur K sangat
mempengaruhi laju pemanjangan batang terutama pada jaringan yang aktif
membelah pada bagian ujung tanaman (Maruapey dan Faesal, 2010).
Dosis pupuk KCl tidak berpengaruh pada hampir semua komponen
pengamatan. Hal ini kemungkinan disebabkan selain karena kandungan unsur K
yang rendah pada lokasi penelitian sesuai hasil analisis tanah, juga disebabkan
KTK tanah yang tergolong rendah. Kapasitas Tukar Kation (KTK) merupakan
salah satu sifat kimia tanah yang terkait erat dengan ketersediaan hara bagi
tanaman dan menjadi indikator kesuburan tanah (Silahooy, 2008).
Pupuk Kotoran Sapi
Jeniskotoran sapi yang mempunyai kadar serat yang tinggi seperti
selulosa, hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter C/N rasio yang cukup
tinggi >40. Tingginya kadar C dalam kotoran sapi menghambat penggunaan
Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba dekomposer akan menggunakan
N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan organik tersebut sehingga tanaman
utama akan kekurangan N. Untuk memaksimalkan penggunaan kotoran sapi harus
dilakukan pengomposan agar menjadi kompos kotoran sapi dengan rasio C/N di
bawah 20 (Hartatik dkk, 2012).
Beberapa alasan mengapa bahan organik seperti kotoran sapi perlu
dikomposkan sebelum dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman antara lain adalah :
1) Bila tanah mengandung cukup udara dan air, penguraian bahan organik
berlangsung cepat sehingga dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
2) Penguraian bahan segar hanya sedikit sekali memasok humus dan unsur hara ke
dalam tanah. 3) Struktur bahan organik segar sangat kasar dan daya ikatnya
terhadap air kecil, sehingga bila langsung dibenamkan akan mengakibatkan tanah
menjadi sangat remah. 4) Kotoran sapi tidak selalu tersedia pada saat diperlukan,
sehingga pembuatan kompos merupakan cara penyimpanan bahan organik
sebelum digunakan sebagai pupuk (Prihandini dan Purwanto, 2007).
Pupuk kandang sapi adalah salah satu pupuk organik yang memiliki
kandungan hara yang mendukung kesuburan tanahdan pertumbuhan
mikroorganisme di dalam tanah. Pemberian pupuk kandang sapi selain dapat
menambah tersedianya unsur hara, juga dapat mendukung pertumbuhan
mikroorganisme serta mampu memperbaiki struktur tanah. Pupuk kandang
memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah. Pupuk kandang menyediakan
unsur hara makro (N, P, K, Ca dan S) serta unsur mikro (Fe, Zn, B, Co, dan Mo)
Peningkatan hasil produksi tanaman dengan pemberian pupuk kandang
bukan saja karena pupuk kandang merupakan sumber hara N dan juga unsur
haralainnya untuk pertumbuhan tanaman, selain itu pupuk kandang juga berfungsi
dalam meningkatkan daya tahan tanah terhadap pupuk yang diberikan dan
meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah. Pemberian bahan organik
pupuk kandang selain meningkatkan kapasitas tukar kation juga dapat
meningkatkan kemampuan tanah menahan air, sehingga unsur hara yang ada
dalam tanah maupun yang ditambahkan dari luar tidak mudah larut dan hilang,
unsur hara tersebut tersedia bagi tanaman. Pada tanah yang kandungan pasirnya
lebih dari 30% dan kandungan bahan organiknya tergolong rendah dan sangat
memerlukan pemberian bahan organik untuk meningkatkan produksi dan
mengefisiensikan pemupukan(Sevindrajuta, 1996).
Pupuk organik yang sering digunakan sebagai penambah bahan organik
tanah adalah pupuk kandang sapi, karena mudah diperoleh dibandingkan dengan
pupuk kandang lainnya. Nutrisi yang terkandung dalam pupuk kandang sapi
antara lain N 0,45%, P 0,09%, K 0,36%, Mg 0,09%, S 0,06% dan B 0,0045%
(Sevindrajuta, 1996).
Manfaat kompos organik diantaranya adalah 1) Memperbaiki struktur
tanah berlempung sehingga menjadi ringan. 2) Memperbesar daya ikat tanah
berpasir sehingga tanah tidak berderai. 3) Menambah daya ikat tanah terhadap air
dan unsur unsur hara tanah. 4) Memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah.
5) Mengandung unsur hara yang lengkap, walaupun jumlahnya sedikit. 6)
makanan bagi mikrobia. 8) Menurunkan aktivitas mikroorganisme yang
merugikan (Yovita, 2001).
Kandungan unsur hara pada pupuk kandang berbeda-beda, tapi pada
prinsipnya, semua jenis pupuk kandang sangat baik untuk tanaman cabai, jagung,
yang terpenting pupuk tersebut harus benar matang, karena pupuk kandang yang
tidak matang akan berbahaya bagi tanaman sebab masih mengeluarkan gas selama
proses pembusukannya (Pranjnanta, 2009).
Kalium (K)
Pupuk K merupakan hara makro, yang diserap tanaman dalam jumlah
yang banyak. Hara K berfungsi dalam proses fotosintesis dengan memperlancar
proses masuknya CO2
Kalium didalam tanaman berfungsi dalam proses pembentukan gula dan
pati, translokasi gula, aktifitas enzim dan pergerakan stomata. Peningkatan bobot
dan kandungan gula pada tongkol dapat dilakukan dengan cara mengefisienkan
proses fotosintesis pada tanaman dan meningkatkan translokasi fotosintat ke
bagian tongkol. Selain itu unsur kalium juga mempunyai peranan dalam mengatur
tata air di dalam sel dan transfer kation melewati membran. Tanaman yang
kekurangan unsur hara ini menunjukkan gejala pada daun bawah ujungnya lewat stomata, transport fotosintat, air dan gula, serta dalam
sintesis protein dan gula. Hara K diserap tanaman dalam bentuk ion K dan
jumlahnya dalam tanah cukup bervariasi. Kalium dalam tanah berada dalam
bentuk K dalam larutan, K dapat dipertukarkan dan K tidak dapat dipertukarkan.
Pada tanah lahan kering hara K dalam kondisi rendah. Pemberian pupuk K dalam
bentuk MOP Rusia dapat meningkatkan kadar K terekstrak HCl 25% dan pH 7
menguning dan mati, kemudian menjalar ke bagian pinggir daun meskipun
kekurangan K masih mampu berbuah, tetapi tongkol yang dihasilkannya kecil dan
ujungnya meruncing (Setyono, 1986).
Kebutuhan K pada fase vegetatif jauh lebih besardari pada kebutuhan P,
sebab K penting dalam pembentukandaun sedangkan P penting dalam
pembentukanbiji. Berdasarkan percobaan-percobaan yang telahdilakukan,
biasanya kebutuhan total unsur K untuk pertumbuhan tanaman mencapai 3 hingga
4 kalikebutuhan P (Silahooy, 2008).
Kalium relatif tidak mobil di dalam tanah. Unsur K dapat mencapai
kepermukaan akar. Oleh karena itu faktor yang membatasi pertumbuhan akar
dapat menurunkan serapan akar. Beberapa faktor tersebut adalah sebagai berikut.
(1) Aerasi Tanah,serapan K sangat dipengaruhi oleh aerasi tanah yang jelek, dan
pengaruhnya lebih nyata dibandingkan dengan sebagian besar unsur hara lain.
Sehingga pemedatan dapat secara nyata menurunkan serapan K oleh tanaman dan
memperbesar masalah defisiensi. Masalah tersebut banyak yang muncul
disebabkan oleh pengurangan aerasi dan pertumbuhan tanaman. (2) Konsentrasi K
tanah,jika nilai K tanah menurun maka serapan akar oleh tanaman juga akan
turun. (3) Fiksasi, pada tanah tertentu dapat menyerap K pada kisi mineral liatnya
sehingga menjadi tidak tersedia dan menurunkan ketersediaan K tanah bagi
tanaman. (4) Kapasitas Tukar Kation (KTK), pada umumnya tanah dengan KTK
tinggi mempunyai kemampuan menyimpan dan menyediakan K lebih besar. (5)
Temperatur Tanah,penurunan temperatur tanah dapat menurunkan ketersediaan
dan serapan K oleh tanaman. Masalah ini dapat diatasi dengan peningkatan status
pergerakan K (difusi) kepermukaan akar tanaman. Baik kelebihan atau
kekurangan air dapat menurunkan serapan K oleh akar tanaman (Winarso, 2005).
Gejala kekurangan K banyak ditunjukkan dengan beberapa
cara/penampilan. Gejala yang paling menonjol adalah tanda-tanda terbakarnya
daun yang dimulai dari ujung atau pisnggir. Gejala ini nampak dimulai dari daun
yang lebih tua. Dan gejala secara visual defisiensi K pada tanaman adalah bercak
nekrotik berwarna coklat pada daun dan batang tanaman yang tua (Evan dan
Wildes, 1971).
Jumlah banyaknya pupuk K yang diberikan untuk memperoleh hasil yang
maksimum ataupun yang lebih menguntungkan tergantung kepada jenis tanaman
yang diusahakan, tingkat produksi tanaman, tingkat ketersediaan K di dalam tanah
dan pergiliran tanaman yang menggunakan pupuk secara beturut. Tanaman berbiji
kecil pada umumnya kurang responsif terhadap K bila dibandingkan dengan
tanaman alfalfa atau tanaman jagung (Damanik dkk, 2009).
Tanaman kekurangan K menunjukkan pertumbuhan yang terhambat.
Sistem perakaran tanaman terhambat. Batang tanaman menjadi lemah. Biji dan
buah kecil dan mempunyai bentuk tidak normal, hal ini disebabkan tanaman
mudah terserang penyakit. Dalam hubungannya dengan proses fisiologi tanaman,
kekurangan K dapat menyebabkan akumulasi karbohidrat dapat larut dan gula
reduksi, sintesa glikogen dan pati terhambat, akumulasi asam-asam amino, sintesa
protein terhambat, kecepatan oksidasi fosforilasi dan fotofosforilasi menurun.
Sehingga apabila disimpulkan bahwa defisiensi K dalam tanaman erat
Tanaman Jagung (Zeamays L.)
Jagung merupakan tanaman komoditas utama yang memiliki arti yang
sangat penting bagi prekonomian Indonesia. Padasaat ini petani belum melakukan
pemupukan secara tradisional sehingga perlu adanya pengelolaan hara yang
spesifik lokasi yang merupakan suatu pendekatan untuk mencukupi atau
menyediakan unsur hara bagi tanaman sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan
pada waktu yang tepat berdasarkan lokasi dan musim tanaman jagung tertentu
(Girsang dan Marbun, 2010).
Hal yang harus diperhatikan tentang tanah sebagai syarat yang baik untuk
pertanaman jagung adalah pH tanah netral atau mendekati netral diperlukan untuk
pertumbuhan optimal pada tanaman jagung yakni berkisar antara pH 5,5 – 6,5
tanah dan tempat pertanaman hendaknya memperoleh sinar matahari dan udara
yang cukup, drainase yang baik akan membantu usaha pengendalian pencucian
tanah, pada tanah yang tinggi akan membantu dalam penyediaan hara (Damanik
dkk, 2009).
Jagung (Zea maysL.) merupakan tanaman tingkat penggunaan air sedang,
berkisar antara 400-500 mm. Budidaya jagung tidak jarang terkendala oleh tidak
tersedianya air dalam jumlah dan waktu yang tepat. Pada lahan sawah tadah hujan
dataran rendah, lengas tanah yang berlebihan akan mengganggu pertumbuhan
tanaman. Sementara itu, penundaaan waktu tanam akan menyebabkan terjadinya
cekaman kekurangan air pada fase pertumbuhan sampai pembentukan biji
(Sutomo dkk, 2010).
Tanaman jagung (Zea maysL.) umumnya tidak toleran terhadap
tepat untuk memperkirakan pengurangan hasil jagung pada tanah masam.
Tanaman jagung akan di bawah 90 % dari maksimum apabila kejenuhan Al
melebihi 12 %. Bila kejenuhan Al > 40 % pertumbuhan tanaman jagung akan
paling kritis dalam pengaturan ketersediaan unsur hara mikro. Ketersediaan unsur
hara mikro (Cu dan Zn) dalam larutan tanah relatif tinggi pada pH yang rendah,
dan kebanyakan kation ini berada dalam tanah bentuk yang dapat dipertukarkan
dan dalam fraksi organik (Indrasari dan Syukur, 2006).
Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman jagung sangat bergantung pada
kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Anjuran dosis rata-rata tanaman
jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea 200 - 300 kg, pupuk TSP
sebanyak 75 - 100 kg dan pupuk KCl sebanyak 50 - 100 kg (Damanik dkk, 2009).
Tanaman jagung juga memerlukan unsur hara untuk kelangsungan
hidupnya. Unsur hara tersebut terdiri dari C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, B, Cu,
Zn, Mo, Mn, Cl, Si, Na, dan Co. Unsur hara tersebut berasal dari pelapukan
batuan dalam tanah. Namun, kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara
bagi tanaman sangat terbatas karena mikroorganisme yang berperan dalam proses
pelapukan tersebut jumlahnya berbeda antara jenis dan lapisan tanah satu dengan
lainnya. Oleh karena itu, pemupukan merupakan salah satu cara untuk
menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pemupukan dapat
meningkatkan hasil panen jagung baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal
ini disebabkan pemupukan dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara,
kesehatan tanaman dan menekan perkembangan penyakit. Pupuk yang biasa
digunakan untuk tanaman jagung ialah pupuk organik contohnya pupuk kandang
PENDAHULUAN Latar Belakang
Inceptisol menduduki golongan tanah terluas kedua di dunia. Ciri khas
Inceptisol ini adalah tanah mulai berkembang, mempunyai epipedon Ochrik
(pucat), rneskipun masih sedikit memperlihatkan bukti adanya eluviasi dan
iluviasi. bereaksi masam dengan pH 4.6-5,5, bila mengalami perkembangan lebih
lanjut pH naik menjadi kurang dari 5.0, dan kejenuhan basa dari rendah sampai
sedang. Tekstur seluruh solum ini umumnya adalah liat, sedang strukturnya remah
dan konsistensi adalah gembur. Secara umum, kesuburan dan sifat kimia
Inceptisol relatif rendah (Sudirja, 2007).
Masalah di tanah Inceptisol yaitu reaksi tanah yang masam sampai agak
masam (pH 4,6-5,5) dan agak masam sampai dengan netral (pH 5,6-6,8).
Kandungan bahan organik sebagian rendah sampai sedang dan sebagian lagi
sedang sampai tinggi. Kandungan bahan organik paling atas selalu lebih tinggi
dari pada lapisan bawah dengan ratio C/N tergolong rendah (5-10) sampai dengan
(10-18). Kandungan posfat (P) potensial rendah sampai tinggi dan kalium (K)
potensial sangat rendah sampai sedang. Kandungan P potensial umumnya lebih
tinggi dari pada K potensial, baik pada lapisan atas maupun pada lapisan
bawah (Damanik dkk, 2010).
Masalah utama penanaman jagung di lahan masam adalah kondisi pH dan
unsur hara yang rendah. Kekurangan unsur hara dan pH yang diperlukan tanaman
dapat ditanggulangi dengan cara pengapuran dan pemupukan. Mengingat masalah
pertama harus ditujukan untuk mengurangi dan meniadakan keracunan Al dan Fe.
Hal ini akan dampak pada ketersediaan P pada tanaman.
Dosis pemberian K dapat meningkatkanserapan K secara nyata. Hal ini
berhubungan juga dengan ketersediaan K pada tanah, dengan bertambahnyadosis
K yang diberikan. Jumlah K yang diserap oleh tanaman ditentukan olehbeberapa
faktor termasuk konsentrasi K dalamlarutan tanah. Makin tinggi konsentrasi
kalium tanahmakin tinggi serapan K tanaman. Pemberian pupuk K akan
menyebabkan bertambahnya konsentrasikalium dalam tanah sehingga akan
meningkatkanserapan kalium tanaman (Djalil, 2003).
Permasalahan tersebut memerlukan adanya pemupukan alternatif seperti
penggunaan kompos kotoran sapi sebagai pupuk organik. Keuntungan melakukan
pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang sapi dan pupuk KCl yaitu (1)
Ketersediaan unsur hara yang rendah di dalam tanah. (2) mengganti unsur-unsur
hara yang hilang dari tanah. (3) Peningkatan produksi tanaman. (4) Penggunaan
tanaman varietas unggul.Penggunaan pupuk organik dari kotoran sapi dapat
menekan biaya produksi dan meningkatkan pendapatan petani. Pupuk organik dari
kotoran sapi harganya lebih rendah dibanding pupuk organik dari kotoran ayam,
karena pupuk organik dari kotoran sapi merupakan potensi sumberdaya lokal yang
mudah didapatkan sehingga banyak kotoran sapi yang tidak dimamfaatkan
(Setyono, 1996).
Upaya peningkatan pertumbuhan tanaman jagung (Zea maysL.) baik
melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi, selalu diiringi oleh penggunaan
pupuk, terutama pupuk anorganikuntuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Pada
dengan mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami,
keberlanjutan sistem produksi, dan keuntungan yang memadai bagi
petani(Pranjnanta, 2009).
Untuk itu, Penulis ingin meneliti pengaruh pemberian pupuk KCl dan
kotoran sapi terhadap serapan K dan pertumbuhan tanaman jagung (Zea maysL.)
pada tanah Inceptisol KwalaBekala.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk KCl dan kotoran sapi
terhadap serapan K dan pertumbuhan tanaman jagung (Zea maysL.) pada tanah
Inceptisol Kwala Bekala.
Hipotesis Penelitian
- Pemberian pupuk KCl dapat meningkatkan serapan K dan pertumbuhan
tanaman jagung (Zea maysL.)pada tanah Inceptisol Kwala Bekala.
- Pemberian Bahan Organik (Kotoran Sapi) dapat meningkatkan serapan K dan
pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada tanah Inceptisol Kwala
Bekala.
- Interaksi pupuk KCl dan bahan organik (kotoran sapi) dapat meningkatkan
serapan K dan pertumbuhan tanaman jagung (Zea maysL.) pada tanah
Inceptisol Kwala Bekala.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk menyusun skripsi guna menyelesaikan studi
Agroteknologi di fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
ABSTRAK
Penelitian dilakukan di rumah kaca bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian pupuk KCl dan kotoran sapi terhadap serapan K dan pertumbuhan tanamn jagung (Zea maysL.) pada tanah Inceptisol Kwala Bekala.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan dua faktor yaitu: Pemberian kotoran sapi (0, 10, 15, 20 ton/ha) dan pupuk KCl (0, 100, 150, 200 kg /ha). Parameter yang diamati adalah pH, C-organik, K-dd (K tukar) tanah. sedangkan sesudah panen masa vegetatif parameter yang diamati yaitu: Berat kering tajuk, berat kering akar, tinggi tanaman, pH tanah, serapan K tanaman, C-organik tanah. K-dd (K tukar) tanah. Kotoran sapi dapat meningkat pH menjadi 4,12 C-organik 4,81%, K-dd (K-tukar) tanah 1,18 me/100, tinggi tanaman 717,92 cm, berat kering tajuk 97,86 g, berat kering akar 45,68 g, serapan K tanaman 3,373 mg K/tanaman, tanaman. Dosis yang terbaik pada pemberian kototran sapi .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kotoran sapi dan pupuk KCl secara nyata meningkatkan, C-organik tanah, K-dd (K tukar) tanah, tinggi tanaman, bobot kering akar, dan bobot kering tajuk. Interaksi antara keduanya yang nyata meningkatkan K-dd (K tukar) tanah. Sedangkan serapan K tanaman dan pH tanah tidak pengaruh nyata.
ABSTRACT
The research was conducted in screen house. The objective of this research to know the effect of application of fertilizen KCl and cow manure as nutrient enhance to Inceptisol Kwala Bekala.
The experimental design used was Randomized Block Design with 2 factors, first factor is cow manure (0,10,15,20 ton/ha) and KCl (0,100,150,200 kg/ha). Parameters measured were pH, C organic, K-exchange. After harvested in vegetative season, parameters measured were weight of dry shoot plant, weight of dry root plant, soil pH, K absorption in plant, C organic in soil and K-exchange. Cow manure increased soil pH up to 4,12, c-organic 4,81%, K-exchange 1,18 me/100, plant height 717,92 cm, weight of dry shoot plant 97,86 g, weight of dry root plant 45,68 g, K absorption in plant 3,373 mg/plant. The best dosage for application cow manure.
Of the result of the reseacrh showed that cow manure significantly increased, soil C-organic, soil K-exchange, and plant height, dry weight of root, and dry weight of corn. The interaction between cow manure and pupuk KCl significantly is soil K-exchange, K absorption in plant and soil pH not significantly
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KCl DAN KOTORAN SAPI
TERHADAPSERAPAN K DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)
PADA TANAH INCEPTISOL KWALA BEKALA
SKRIPSI
ANI HASIBUAN 110301029 AET-ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KCL DAN KOTORAN SAPI TERHADAP SERAPAN K DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)
PADA TANAH INCEPTISOL KWALA BEKALA
SKRIPSI
ANI HASIBUAN 110301029 AET-ILMU TANAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul : Pengaruh Pemberian Pupuk KCl dan Kotoran Sapi terhadapserapan K dan Pertumbuahan Tanaman Jagung (Zea maysL.) pada tanah Inceptisol di Kwala Bekala.
Nama : Ani Hasibuan NIM : 110301029 Program Studi : Agroekoteknologi Minat : Ilmu Tanah
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Ir. M.M.B. Damanik, M. Sc Ir. Hardy Guchi,MPKetua Anggota
Mengetahui
ABSTRAK
Penelitian dilakukan di rumah kaca bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian pupuk KCl dan kotoran sapi terhadap serapan K dan pertumbuhan tanamn jagung (Zea maysL.) pada tanah Inceptisol Kwala Bekala.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan dua faktor yaitu: Pemberian kotoran sapi (0, 10, 15, 20 ton/ha) dan pupuk KCl (0, 100, 150, 200 kg /ha). Parameter yang diamati adalah pH, C-organik, K-dd (K tukar) tanah. sedangkan sesudah panen masa vegetatif parameter yang diamati yaitu: Berat kering tajuk, berat kering akar, tinggi tanaman, pH tanah, serapan K tanaman, C-organik tanah. K-dd (K tukar) tanah. Kotoran sapi dapat meningkat pH menjadi 4,12 C-organik 4,81%, K-dd (K-tukar) tanah 1,18 me/100, tinggi tanaman 717,92 cm, berat kering tajuk 97,86 g, berat kering akar 45,68 g, serapan K tanaman 3,373 mg K/tanaman, tanaman. Dosis yang terbaik pada pemberian kototran sapi .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kotoran sapi dan pupuk KCl secara nyata meningkatkan, C-organik tanah, K-dd (K tukar) tanah, tinggi tanaman, bobot kering akar, dan bobot kering tajuk. Interaksi antara keduanya yang nyata meningkatkan K-dd (K tukar) tanah. Sedangkan serapan K tanaman dan pH tanah tidak pengaruh nyata.
ABSTRACT
The research was conducted in screen house. The objective of this research to know the effect of application of fertilizen KCl and cow manure as nutrient enhance to Inceptisol Kwala Bekala.
The experimental design used was Randomized Block Design with 2 factors, first factor is cow manure (0,10,15,20 ton/ha) and KCl (0,100,150,200 kg/ha). Parameters measured were pH, C organic, K-exchange. After harvested in vegetative season, parameters measured were weight of dry shoot plant, weight of dry root plant, soil pH, K absorption in plant, C organic in soil and K-exchange. Cow manure increased soil pH up to 4,12, c-organic 4,81%, K-exchange 1,18 me/100, plant height 717,92 cm, weight of dry shoot plant 97,86 g, weight of dry root plant 45,68 g, K absorption in plant 3,373 mg/plant. The best dosage for application cow manure.
Of the result of the reseacrh showed that cow manure significantly increased, soil C-organic, soil K-exchange, and plant height, dry weight of root, and dry weight of corn. The interaction between cow manure and pupuk KCl significantly is soil K-exchange, K absorption in plant and soil pH not significantly
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sibontar Kec. Barumun Tengah. Kabupaten Padang
Lawas pada tanggal 14juni 1993 dari Orangtua kandungAyahandaLahmuddin
Hasibuan dan Ibunda Rosintan Harahap, Penulis adalah anak pertama dari 10
orang Bersaudara.
Pada tahun 2011 Penulis lulus dari MAN 1 (Madrasah Aliyah Negeri)
Padangsidimpuan dan lulus seleksi masuk di Perguruan Tinggi Negeri Universitas
Sumatera Utara (USU) Medan, melalui jalur SNMPTN Undangan. Penulis
memilih program Studi Agroteknologi, minat Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian.
Selama perkuliahan, penulis aktif pada kegiatan akademik sebagai
Organisasikampus, yaitu: Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada
tahun 2012 sampai dengan sekarang dan anggota Himpunan Mahasiswa
Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) pada tahun 2011 sampai dengan sekarang
dan anggota Ikatan mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) pada tahun 2014 sampai
dengan sekarang di fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Dan
pernah sebagai Asisten Praktikum Kesuburan Tanah tahun 2015,
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. TRIOMAS
FORESTY DEVELOPMENT INDONESIA adalah badan usaha milik swasta
berkedudukan di Pekanbaru Desa Penyengat di Kecamatan Sei Apit Kabupaten
Siak. Provinsi Riau Sumatera Utara 2014. Penulis melaksanakan penelitian di
Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas sumatera Utara, Medan. Dengan
Judul Pengaruh Pemberian Pupuk KCl dan Kotoran Sapi Terhadap Serapan K dan
KATA PENGATAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas izin-Nya, Penulis dapat menyelesaikan Skripsi. Judul dari Skripsi ini adalah
“Pengaruh Pemberian Pupuk KCl dan Kotoran Sapi terhadapSerapan K dan Pertumbuahan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala” yangdiajukan guna melengkapi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjanadi Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada
Ketua Komisi Pembimbing Bapak Ir. M.M.B. Damanik, M.Sc dan Anggota
Komisi Pembimbing Bapak Ir. Hardy Guchi, MP. yang telah membimbing
Penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini, kepada Kedua Orangtua Saya yang telah
memberikan dukungan, do’a, semangat, dan dana selama perkuliahan sampai
ketahap Skripsi, serta kepada teman-teman mahasiswa pertanian angkatan
2011,2012, dan 2013, yang telah memberikanbantuan dan dukungannya selama
penelitian.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena
itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kebaikan
Skripsi ini. Ahkir kata Penulis mengucapkan terima kasih, semoga Skripsi ini
berguna kepada pihak yang membutuhkan.
Medan, Januari 2016
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTARK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... .iv
DAFTAR TABEL ... .v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
PENDAHULUAN Latar belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesa Penelitian ... 3
Kegunaan Penulisan ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Tempat dan Waktu Penelitian ... 15
Bahan dan Alat ... 15
Metode Penelitian ... 16
Pelaksanaan Penelitian ... 17
Pengambilan dan Persiapan Sampel Tanah ... 18
Analisis Awal Tanah Inceptisol kwala bekala ... 18
Persiapan Pupuk KCl dan Kotoran Sapi ... 19
Aplikasi Pupuk KCl dan Kotoran Sapi ... 19
Penanaman dan Pemeliharaan ... 20
Pemanenan ... 21
Analisis Tanah Ahkir Masa Inkubasi perlakuan ... 21
Parameter yang Diukur ... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 23
Pembahasan ... 29
Pengaruh Pemberian Kotoran sapi ... 29
Interaksi Pemberian Pupuk KCl dan Kotoran Sapi ... 32
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 33 Saran ... 34
DAFTAR TABEL
No. Judul Hlm
1. pH tanah ahkir inkubasi pupuk KCl ke tanah 23
2. pH tanah ahkir inkubasi kotoran sapi ke tanah 23
3. Interaksi pupuk KCL dan kotoran sapi terhadap pH tanah 23
4. C-organik tanah ahkir inkubasi pupuk KCl ke tanah 24
5. C-organik tanah ahkir inkubasi kotoran sapi ke tanah 24
6. Interaksi pupuk KCl dan kotoran sapi terhadap C-organik tanah 24
7.
8.
9.
10.
K-dd (K tukar) tanah akibat pemberian pupuk KCl
K-dd (K tukar) tanah akibat pemberian kotoran sapi
Interakasi pupuk KCl dan kotoran sapi terhadap K-dd tanah
Tinggi tanaman jagung akibat pemberian pupuk KCl
24
Tinggi tanaman jagung akibat pemberian kotoran sapi
Interaksi pupuk KCl dan kototran sapi terhadap tinggi tanaman
26
Bobot kering tajuk akibat pemberian pupuk KCl
Bobot kering tajuk akibat pemberian kotoran sapi
Interaksi pupuk KCl dan kotoran sapi terhadap bobot kering tajuk
Bobot kering akar akibat pemberian pupuk KCl
Bobot kering akar akibat pemberian kotoran sapi
Interaksi pupuk KCl dan kotoran sapi terhadap bobot kering akar
Serapan Ktajuk tanaman akibat pemberian pupuk KCl
Serapan K tajuk tanaman akibat pemberian kototran sapi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hlm
1.
.2
Bagan Penelitian
Bagan Jarak Tanaman jagung
35
36
3.
4.
5.
Deskripsi varietas jagung Pioneer-23 (Zea maysL.)
Hasil analisis awal sampel tanah Inceptisol Kwala Bekala
Hasil analisis kotoran sapi
37
38
38
6. Data pengamatan pH tanah akhir masa inkubasi perlakuan 39
7 Analisis sidik ragam pH tanah 39
8. Data pengamatan C-organik tanah (%) akhir masa inkubasi perlakuan 40
9.
Analisis sidik ragam C-organik tanah
Data pengamatan K-tukar tanah akhir masa inkubasi perlakuan
Analisis sidik ragam K-tukar tanah
Data pengamatan tinggi tanaman (cm) akhir masa vegetatif tanaman
Analisis sidik ragam tinggi tanaman
Data pengamatan berat keringtajuk (g) akhir masa vegetatif tanaman
Analisis sidik ragam berat keringtajuk
Data pengamatan berat kering akar (g) ahkir masa vegetatif tanaman
Analisis sidik ragam berat kering akar
Data pengamatan serapan K tanaman akhir masa vegetatif tanaman
Analisis sidik ragam serapan K tanaman
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hlm
1
2.
Tanaman Jagung (Zea maysL.) di Lapangan
Tanaman Jagung (Zea mays L.) saat di panen
45