Lampiran 1
KUESIONER
HUBUNGAN PENGETAHUAN, POLA MAKAN, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA MAHASISWA FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT USU TAHUN 2015
Nama Mahasiswa :
Umur :
Tinggi Badan : Berat Badan : Jenis Kelamin :
A. PENGETAHUAN
1. Apakah yang dimaksud dengan gizi lebih?
a.Peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan fisik dan skeletal akibat
akumulasi lemak yang berlebihan dalam tubuh
b.Keadaan jumlah lemak 5-10% diatas normal
c.Terlalu banyak mengonsumsi lemak
2. Kelebihan berat badan d b b l …
a. Kelebihan mengkonsumsi makanan berprotein serta kurang olahraga
b. Kelebihan mengkonsumsi makanan berlemak tak jenuh serta kurang
olahraga
c. Kelebihan mengkonsumsi makanan berlemak jenuh serta kurang olahraga
d. Kelebihan olahraga
3. Pada saat ini I d d l d , y …
a. Gondok dan anemia c. Gondok dan KEP
b. Kurang vitamin C dan anemia d. Gizi kurang dan gizi lebih
4. IMT (Indeks Massa Tubuh) berapa yang dikatakan gizi lebih..
a. ≥18,0 c. >25,0
b. ≥18-23 d. >27,0
5. M d , y b d l … a. Nasi dan roti
b. Nasi dan sayur
d. Nasi, lauk pauk, sayur dan buah
6. Dalam sehari berapa persenkah sumbangan gizi dalam sarapan pagi?
a. 10 c. 25
b. 15 d. 35
7. Menurut anda jenis makanan yang bagaimana bila dikonsumsi secara berlebih d y b b l b …
a. Tinggi serat dan rendah lemak
b. Rendah sodium dan natrium
c. Tinggi lemak, rendah serat, rendah natrium, dan sodium
d. Tinggi lemak, rendah serat, tinggi natrium, dan sodium
8. Dibawah ini makanan y d y b b l b d l …
a. Nasi dan sayuran
b. Lauk pauk
c. Buah-buahan
d. Bakso dan mie instan
9. Berapa kali pola makan yang baik dalam sehari ?
a. 3 kali sehari dan teratur
b. 2 kali sehari dan teratur
c. 1 kali sehari dan rutin
d. Kadang-kadang
10. Menurut anda, berapa sebaiknya mengkonsumsi gula dalam sehari ?
a. 4-5 sendok
b. 5-6 sendok
c. 6-8 sendok
d. 7-9 sendok
11. Menurut anda, berapa sebaiknya mengkonsumsi garam dalam sehari ?
a. 6 gr atau 1 sendok teh setiap hari
b. 12 gr atau 2 sendok teh setiap hari
c. Secukupnya
d. Sebanyak-banyaknya
c. sepertiga dari kebutuhan energi
d. secukupnya
13. S y d b b y d … a. 1-2 kali sehari setiap kali makan
b. 3 kali sehari setiap kali makan
c. 2 kali sehari setiap kali makan
d. 1 kali sehari setiap kali makan
14. M l d l …
a. Makanan yang porsinya lebih besar dari makan utama
b. Makanan ringan yang dimakan pada malam hari
c. Makanan kecil yang dimakan diantara dua waktu makan utama
d. Makanan yang dimakan dalam porsi kecil
15. P y y d d b l l b b d b l b … a. Hipertensi dan penyakit kardiovaskular
b. Gangguan pencernaan
c. Maag akut
Lampiran 2
FORMULIR RECALL 24 JAM
Hari ke :
No Mahasiswa :
Nama Mahasiswa :
Waktu Makan
Nama Masakan
Bahan Makanan
Jenis Banyaknya
URT gr
Pagi/Jam
Siang/Jam
Lampiran 3
Formulir Food Frequency
No Mahasiwa :
Nama Mahasiswa :
Jenis Bahan Makanan
Frekuensi Tdk
pernah 2-3x/hari
3-5x/minggu 1-2x/bulan
Makanan Pokok :
1.Nasi
2.Mie
3.Roti
Lauk Pauk : 1.Ikan
2.Telur
3.Ayam
4.Daging
5.Tahu
6.Tempe
Sayuran :
1.Daun ubi
2.Wortel
3.Kol
4.Sawi
5.Buncis
6.Bayam
7.Kangkung
Buah-buahan :
1.Pisang
2.Pepaya
4.Jeruk
5.Nenas
Lain-lain
A. Minuman 1. Teh manis
2. Kopi
3. Susu
B. Makanan
1. Gorengan
2. Mie Ayam
3. Siomay
4. Burger
Lampiran 4
FORMULIR AKTIVITAS FISIK SELAMA 24 JAM
Hari ke:
No Mahasiswa :
Nama Mahasiswa :
Lampiran 7
HASIL OLAH DATA SPSS 1. Analisis Univariat Frequency Table
Umur Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Kategori Status Gizi Responden
54 50,0 50,0 50,0
Apa yang di maksud dengan gizi lebih
Kelebihan berat badan disebabkan oleh
Pada saat ini Indonesia menghadapi masal ah gizi ganda yaitu
25 23,1 23,1 23,1
IMT (Indeks Massa Tubuh) berapa yang diketahui gizi lebih?
49 45,4 45,4 45,4
Menurut Anda, menu sarapan pagi yang baik adalah
64 59,3 59,3 59,3
Dalam sehari berapa persenkah sembangan gizi dalam sarapan pagi
Menurut anda jenis makanan yang bagaimana bila dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan gizi lebih
39 36,1 36,1 36,1
Dibawah i ni makanan yang yang dapat menyebabkan gizi l ebih adalah
26 24,1 24,1 24,1
Berapa kali pola makan yang bai k dalam sehari
3 2,8 2,8 2,8
Menurut anda, berapa sebaiknya mengkonsumsi gula dalam sehari
25 23,1 23,1 23,1
Menurut anda, berapa sebaiknya mengkonsumsi garam dalam sehari
Mengkonsumsi lemak sebaiknya
Sayuran dan buah sebaiknya di konsumsi
54 50,0 50,0 50,0
Jumlah Asupan Energi Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1250 4 3.7 3.7 3.7
1270 5 4.6 4.6 8.3
1300 2 1.9 1.9 10.2
1305 2 1.9 1.9 12.0
1530 5 4.6 4.6 16.7
1570 1 .9 .9 17.6
1650 7 6.5 6.5 24.1
1670 1 .9 .9 25.0
1700 14 13.0 13.0 38.0
1715 2 1.9 1.9 39.8
1720 1 .9 .9 40.7
1730 1 .9 .9 41.7
1810 2 1.9 1.9 43.5
1870 4 3.7 3.7 47.2
1950 10 9.3 9.3 56.5
2130 1 .9 .9 57.4
2230 1 .9 .9 58.3
2275 9 8.3 8.3 66.7
2300 6 5.6 5.6 72.2
2310 1 .9 .9 73.1
2320 3 2.8 2.8 75.9
2350 15 13.9 13.9 89.8
2500 1 .9 .9 90.7
2600 3 2.8 2.8 93.5
2700 1 .9 .9 94.4
2800 1 .9 .9 95.4
2810 1 .9 .9 96.3
2850 1 .9 .9 97.2
2870 1 .9 .9 98.1
2950 2 1.9 1.9 100.0
Jumlah Asupan Protein Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 39 2 1.9 1.9 1.9
43 6 5.6 5.6 7.4
45 1 .9 .9 8.3
47 7 6.5 6.5 14.8
51 9 8.3 8.3 23.1
52 1 .9 .9 24.1
55 3 2.8 2.8 26.9
56 5 4.6 4.6 31.5
57 5 4.6 4.6 36.1
60 2 1.9 1.9 38.0
61 2 1.9 1.9 39.8
63 1 .9 .9 40.7
64 1 .9 .9 41.7
65 3 2.8 2.8 44.4
66 2 1.9 1.9 46.3
67 9 8.3 8.3 54.6
68 6 5.6 5.6 60.2
69 11 10.2 10.2 70.4
70 5 4.6 4.6 75.0
71 9 8.3 8.3 83.3
72 5 4.6 4.6 88.0
73 3 2.8 2.8 90.7
75 2 1.9 1.9 92.6
76 2 1.9 1.9 94.4
77 2 1.9 1.9 96.3
78 1 .9 .9 97.2
80 2 1.9 1.9 99.1
88 1 .9 .9 100.0
Jumlah Asupan Lemak Responden
Frequency Percent Valid Percent
Siomay
Kategori Akti vitas Fisi k
2. Analisis Bivariat Crosstabs
Total Skor Pengetahuan Responden
Kategori Pengetahuan Responden * Kejadian Gizi Lebih Mahasiswa FKM % wit hin Kategori Status Gizi Responden % wit hin Kategori Status Gizi Responden % wit hin Kategori Status Gizi Responden minimum expected count is 8,43.
a.
Computed only f or a PxP table, where P must be greater than 1.
Kategori Jenis Makanan Responden * Kejadian Gizi Lebih Mahasiswa FKM
Not assuming the null hy pothesis. a.
Using t he asy mptotic standard error assuming the null hy pothesis. b.
Based on normal approximation. c.
Kappa statistics cannot be computed.They require a sy mmet ric 2-way t able in which t he v alues of the f irst v ariable match the v alues of the second v ariable.
d.
Risk Esti mate
a
Odds Rat io f or Kategori Pengetahuan Responden (Baik / Sedang)
Value
Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed f or a 2*2 table without empty cells. % wit hin Kategori Jenis Makanan Responden % wit hin Kategori Stat us Gizi Responden % of Total
Count Expected Count % wit hin Kategori Jenis Makanan Responden % wit hin Kategori Stat us Gizi Responden % of Total
Chi-Square Tests minimum expected count is 4,57.
a.
Computed only f or a PxP table, where P must be greater than 1.
Not assuming the null hy pothesis. a.
Using t he asy mptotic standard error assuming the null hy pothesis. b.
Based on normal approximation. c.
Kappa statistics cannot be computed.They require a sy mmet ric 2-way t able in which t he v alues of the f irst v ariable match the v alues of the second v ariable.
d.
Risk Esti mate
a
Odds Rat io f or Kategori Jenis Makanan
Responden (Lengkap / Tidak Lengkap)
Value
Kategori Kecukupan Energi Responden * Kejadian Gizi Lebih Mahasiswa FKM
Kategori Status Gizi Responden
Chi-Square Tests minimum expected count is 2,00.
a.
Not assuming the null hy pothesis. a.
Using the asy mptotic standard error assuming the null hy pothesis. b.
Kategori Kecukupan Protein Responden * Kejadian Gizi Lebih Mahasiswa St at us Gizi Responden % of Total St at us Gizi Responden % of Total St at us Gizi Responden % of Total St at us Gizi Responden % of Total minimum expected count is ,89.
Kategori Kecukupan Lemak Responden * Kejadian Gizi Lebih Mahasiswa
Not assuming the null hy pothesis. a.
Using the asy mptotic standard error assuming the null hy pothesis. b.
Based on normal approximation. c.
Risk Esti mate
a
Odds Rat io f or Kategori Jumlah Asupan Protein (Kurang / Baik)
Value
Kategori Aktivitas Fisik * Kejadian Gizi Lebih Mahasiswa FKM minimum expected count is 2,00.
a.
Symmetric Measures
,818 ,041 14,646 ,000c ,834 ,042 15,569 ,000c ,662 ,056 9,794 ,000
Not assuming the null hy pothesis. a.
Using the asy mptotic standard error assuming the null hy pothesis. b.
Based on normal approximation. c.
Risk Esti mate
a
Odds Rat io f or Kategori Jumlah Asupan Lemak (Kurang / Baik)
Value
Chi-Square Tests minimum expected count is ,96.
a.
Symmetric Measures
,671 ,090 9,313 ,000c ,773 ,073 12,554 ,000c
,523 ,052 8,289 ,000
Not assuming the null hy pothesis. a.
Using the asy mptotic standard error assuming the null hy pothesis. b.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, M., Wirtjatmadi, B. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta. Kencana Prenadamedia Group.
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta. Gramedia Pustaka.
Allo Barre, Aminuddin Syam, Devintha Virani. 2013. Hubungan Antara
Pengetahuan dan Konsumsi Fast Food Dengan Kejadian Gizi Lebih Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Sudirman I Makassar. Jurnal. Makassar.
Universitas Hasanuddin. Program Studi Ilmu kesehatan Masyarakat
Ana Medawati, Hanan Hadi, I.D.P. Pramantara, 2005. Hubungan antara Asupan
Energi, Asupan Lemak dan Obesitas pada Remaja SLTP di Kota Yogyakarta dan di Kabupaten Bantul, Jurnal Gizi Klinik Indonesia.
Arikunto, S. 2009. Manajemen Penelitian, Jakarta. Rineka Cipta.
Arisman, M.B. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta. ECG.
Budiyanto, M.A.K., 2002. Dasar – Dasar Ilmu Gizi. Malang. Universitas
Muhammadiyah Malang Press.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2000. 1600 Cliffon Rd, Atlanta, GA 30333, USA.
Cook T, Rutis Houser I & Seelig. M, 2001. Comparable Data on Food and Nutrient Intake.
Departemen Kesehatan. 2002, Keputusan Menteri kesehatan RI, No:920/ Menkes/
SK/ VIII/ 2002 tentang Klasifikasi Status Gizi Anak. Jakarta. Diakses
tanggal 12 Oktober 2015. www.depkes.go.id
Dewi, S.R. 2013. Hubungan Antara Pengetahuan Gizi, Sikap Terhadap Gizi Dan
Pola Konsumsi Siswa Kelas XII Program Keahlian Jasa Boga Di Smk Negeri 6 Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Teknik Boga. Fakultas
Teknik. Universitas Negeri Yogyakarta.
Emilia, E. 2009. Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Gizi Pada Remaja dan
Implikasinya Pada Sosialisasi Perilaku Hidup Sehat. Media Pendidikan,
Gizi dan Kuliner Jurnal Volume I No. 1
Gibson, R.S., 1990. Principle of Nutritional Assessment New York. Oxford University Press.
Gropper SS SJ, Groff JL. 2009. Advanced Nutrition and Human Metabolism 5th
ed.USA; Wadsworth Cengange Laerning
Hadi, 2003. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya Terhadap Kebijakan
Pembangunan Kesehatan Nasional.
Hasdinah. H., Sitoyo, S., Peristyowati, Y. 2014. Pemanfaatan Gizi, Diet, dan
Obesitas. Yogyakarta. Nuha Medika.
Herini, E.S. 1999. Karakteristik Keluarga dengan Anak Obesitas, dalam Berita
Kedokteran Masyarakat, Vol. XV.
Istiqamah, N., Sirajuddin, S., dan Indriasari, R. 2013. Hubungan Pola Hidup
Sedentarian Dengan Kejadian Obesitas Sentral Pada Pegawai Pemerintahan Di Kantor Bupati Kabupaten Jeneponto. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin Makassar.
Jakicic JM, Marcus BH, Gallagher KI, Napolitano M, Lang W. 2003. Effect of
exercise duration and intensity on weight loss in overweight, sedentary women: a randomized trial. JAMA. 290:1323-1330.
Jumirah, Aritonang, E. 2007. Status gizi dan tingkat kecukupan Energi dan
Protein anak Sekolah Dasar di Desa Namo Gajah Kec. Medan Tuntungan. (Jurnal) Medan: Universitas Sumatera Utara
Kaprianan, M.T. 2012. Asupan tinggi lemak dan aktifitas olahraga sebagai faktor
resiko terjadinya Hipertensi Obesitik pada awal remaja. Skripsi.
Semarang: Universitas Dipenogoro
Kemenkes (2013). Permenkes No. 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan
Gizi. Gizi.depkes.co.id. Akses: 23 Oktober 2015
Kemenkes (2014). Permenkes No. 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi
Seimbang. Gizi.depkes.co.id. Akses: 23 Oktober 2015
Khairina, D., 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Berdasarkan IMT pada Pembantu Rumah Tangga (PRT) Wanita di Perumahan Duta Indah Bekasi Tahun 2008. Skripsi. Jakarta. Universitas
Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Kharismawati, R.S. 2010. Hubungan Tingkat Asupan Energi, Protein, Lemak,
Karbohidrat, Dan Serat Dengan Status Obesitas Pada Siswa SD. Skripsi.
Surabaya: Universitas Airlangga.
Lemeshow, S., David, W.H., Janelle, K., Stephen K.L., 1997. Besar Sampel
dalam Penelitian Kesehatan, Pramono, D. (Alih Bahasa), Yogyakarta,
Gajah Mada University Press.
Mahardikawati, V.A. 2008. Aktivitas Fisik, Konsumsi Pangan, Status Gizi, Dan
Produktivitas Kerja Wanita Pemetik Teh Di Ptpn Viii Bandung, Jawa Barat. Skripsi. Program Studi Gizi Masyarakat Dan Sumberdaya
Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Makaryani, R.Y., 2013. Hubungan Konsumsi Serat Dengan Kejadian Overweight
Pada Remaja Putri SMA Batik I Surakarta. Naskah Publikasi. Surakarta.
Program Studi Diploma III Gizi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Mardatillah. 2008. Hubungan Konsumsi Makanan Siap Saji Modern (Fast Food),
Aktivitas Fisik, dan Faktor Lainnya dengan Kejadian Gizi Lebih pada Remaja Islam P.B. Soedirman. Skripsi. Jakarta Timur. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Indonesia.
Meenu Singh, Madhu Sharma, 2005. Risk Factors for Obesity in Children, Department of Pediatrics, Advanced Pediatric Center, Postgraduate Institute of Medical Education and Research, Chandigarh, India.
Meini, N.B., 2012. Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan Kegemukan pada Remaja Sebuah SMU di Semarang. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.
Meiningtias Y.D. 2003. Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan
Kegemukan pada Remaja Sebuah SMU di Semarang. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Dipenogoro.
Mitchel, Marry Kay. 2003. Nutrition Across the Life Span. Philadelphia: Elsevier Saunders.
Moehyi. 2003. Pengaturan makanan dan diet untuk penyembuhan penyakit. Jakarta
Monika M, et al. 2011. Nutritional Health Status of Primary School Children. Indian Educational Review 2011. Tesis. Jakarta: Universitas Sutopo;
Musaiger, A.O., 2004 Overweight and Obesity in the Eastern Mediterranian
Region : Can We Control It?. Eastern Mediterranian Health Journal.
Murray R.K, Rodwell, V. 2009. Biokimia Harper. Jakarta: ECG.
Jamkesmas Di Puskesmas Wawonasa Kecamatan Singkil Manado. Jurnal
Biomedik Volume I No.2. Fakultas Kedokteran. Universitas Sam Ratulangi.
Nugraha G.I. 2009. Etiologi dan Patofisiologi Obesitas. Soegih RR, dan Wiramihardja, K. K.. Jakarta: Sagung Seto, 9-18
Nurmalina, L. 2011. Panduan Untuk Keluarga Pencegahan & Manajemen
Obesitas. Bandung Valley : Elex Media Komputindo.
Pratama, K. 2009. Hubungan Pengetahuan Tentang Pola Makan Dengan
Kejadian Berat Badan Berlebih Pada Usia Remaja (Kelas 3) di SMA Assalam Surakarta (Skripsi). Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pritasari. 2006. Gizi Seimbang Untuk Dewasa dalam Hidup Sehat. Jakarta. PT. Primamedia Pustaka.
Putri C.M. 2011. Prevalensi Obesitas Pada siswa SD Harapan 3 Medan tahun
Ajaran 2011-2012 (Skripsi). Medan: Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Purwati, S. 2007. Perencanaan Menu untuk Penderita Kegemukan. Cetakan VIII. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rain KD. 2005. Determinants of healthy eating in Canada.
Rahmawati, N. 2009. Hubungan Aktifitas Fisik Dan Kejadian Obesitas Pada
Siswa Sekolah SD Islam Al- Azhar I Jakarta Selatan. Skripsi.Jakarta:
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia
Rahmiwati, A. 2007. Pola Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Pengetahuan
Reproduksi Remaja Putri. Jurnal. Institut Pertanian Bogor.
Riskesdas (2007). Riset Kesehatan Dasar 2007. Gizi.depkes.co.id. Akses: 23 Februari 2015
Riskesdas (2010). Riset Kesehatan Dasar 2010. http://www.litbang.depkes.go.id
Akses: 23 Februari 2015.
Riskesdas (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. http://www.litbang.depkes.go.id
Akses: 23 Februari 2015.
Romauli, S. 2008. Pengaruh Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik dan Keturunan
terhadap Kejadian Obesitas Pada Siswa Sekolah Dasar Swasta di Kecamatan Medan Baru. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Rozane, M. T., Elsa , R. J. G., 2003. Obesity, Eating Habits and Nutritional
Rut, S.N.J., Aminuddin, S. 2013. Gambaran Jenis Dan Jumlah Komsumsi Fast
Food Dan Soft Drink Pada Mahasiswa Obesitas Universitas Hasanuddin 2013. Tesis. Makassar: Universitas Hasanuddin
Sartika, R.A.D. 2011. Faktor Risiko Obesitas Pada Anak 5 – 15 Tahun Di Indonesia. Jurnal: 15(1) 37 – 43. Universitas Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat
Sembiring, R.A. 2012. Hubungan Perilaku Konsumsi Pandan dan Aktivitas Fisik
dengan Status Gizi pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Sari Mutiara 2012. Skripsi. Medan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Departemen Gizi
Masyarakat.
Sherwood NE, Jeffery RW, French SA, Hannan PJ, Murray DM. 2000. Predictors
Of Weight Gain In The Pound Of Prevention Study. Int J Obes.
24:395-403.
Simarmaca, M. 2008. Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan,
Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan Dengan Kejadian KEK Pada Bumil Di Kab. Simalungun. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Simatupang, R.M. 2009. Pengaruh Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik dan Keturunan
Terhadap Kejadian Obesitas Pada Siswa Sekolah Dasar Swasta di Kecamatan Medan Baru Kota Medan. Tesis. Medan. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional
Subardja, D., Suzy, I.S., dkk, 2000. Hubungan Pola Makan dan Pola Aktifitas
Fisik dengan Obesitas Primer pada Anak. Media Gizi & Keluarga.
Suhardjo, 2000. Sosio Budaya Gizi. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor.
Suhendro, 2003. Fast Food Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Obesitas Pada
Remaja Siswa-Siswi SMU di Kota Tangerang Propinsi Banten. Tesis
Magister Ilmu-ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Utama Gizi dan Kesehatan, Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.
Sulistyowati, L. 2005. Studi Kualitatif Tentang Faktor-Faktor Penyebab Gizi
Lebih Pada Siswa Tk Di Tk Marsudirini Kanak-Kanak Jesus Kota Semarang Tahun 2005. Jurnal. Universitas Dipenogoro. Semarang
Silitonga, N. 2008. Pola Makan dan aktifitas fisik pada orang dewasa yang
mengalami Obesitas dari keluarga Miskin di Desa Marindal ll Kec. Patumbak Kab. Deli Serdang. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Simarmaca, M. 2008. Hubungan pola konsumsi, ketersediaan pangan,
pengetahuan gizi dan status kesehatan dengan kejadian KEK pada Bumil di Kab. Simalungun. Tesis. Medan. Universitas Sumatera Utara.
Sukmawati, T. A.S, Ulfa, N. 2013. Pengaruh Edukasi Gizi Terhadap Perubahan
Pengetahuan Dan Asupan Zat Gizi Pada Anak Gizi Lebih Di SDN Sudirman I Makassar Tahun 2013. Tesis. Makassar: Universitas
Hasanudin. Makassar.
Sumarcana. 2009. Pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja dan
implikasinya pada sosialisasi perilaku hidup sehat. Skripsi. Medan:
Universitas Sumatera Utara
Stettler N ZB, et all. 2006. Infant Weight gain and childhood overweight status in
a multicenter.Nutritional Epidemiologi;109(2):194-9.
Thomson JL MM, Voughan LA. 2011. Science Of Nutrition. 2nd ed. USA: Pearson Educatin Inc.p. 126-7,345.
Thorsten. 2011. Validation of a Food Frequency Quetionare to Assess the
Consumption of Carotenoids, Fruits and Vegetables Among Adolescents the Method of Triads.Science Of Nutrition. 26(11):2090-2100
Toschke AM GV, et all. 2004. Identifying children at high risk for overweight at
school entry by weight gain during the first 2 years. Nutritional
Epidemiologi;158(5): 449-452.
Vichuda M, Wien M, Sabate J. 2011. The Risk of Child and Adolescent
Overweight is Related to Types of Food Consumed. Nutritional Journal.
10(71):3-5.
Wulandari, P. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi Dengan Konsumsi
Serat Pada Remaja Sma Muhammadiyah I Klaten. Karya Tulis Ilmiah.
Prodi Studi Diploma III. Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammdiyah Surakarta.
WHO, 1998, Obesity : Preventing and Managing the Global Epidemic, WHO Technical Report Series 894, Geneva.
Yani, Sri. 2013. Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pola Makan dengan
Overweight dan Obesitas Pada Mahasiswa Universitas Hasanuddin Tahun 2013. Jurnal. Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Yessica, D. 2013. Persepsi dan perilaku makan buah dan sayur pada anak
obesitas dan orang tua. Epidemiologi Gizi 2013. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada
Yulni, V.H., Devintha, V. 2013. Hubungan Asupan zat Gizi Makro dengan status
gizi pada anak sekolah dasar di wilayah Pesisir kota Makassar Tahun 2013. Tesis. Makassar. Universitas Hasanuddin
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan
desain penelitian cross sectional. Penelitian ini bersifat deskriptif observasional
yaitu untuk mengetahui hubungan pengetahuan, pola makan, dan aktivitas fisik
dengan kejadian gizi lebih pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara tahun 2015.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara di Jalan Universitas Kampus Universitas Sumatera Utara Medan.
Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan, diketahui bahwa dari 100
mahasiswa yang di ukur terdapat 25% mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara yang mengalami gizi lebih.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Februari
2016.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa stambuk 2012 – 2014 di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sebanyak 1978 orang.
3.3.2 Sampel
Besar sampel penelitian akan dihitung dengan menggukanakn rumus
Lamesshow (1997) :
Keterangan:
n = Besar sampel yang diperlukan Z = Tingkat kemaknaan 95% (1,96)
P = Proporsi variabel yang dikehendaki 30% (0,3) N = Besar populasi
d = Persisi yang ingin dicapai dinyatakan dalam desimal 0,1
Maka dari rumus diatas besar sampel :
n
=
n = 54,2 orang
n = 54 orang
Maka jumlah sampel 54 orang mahasiswa yang memiliki gizi lebih dan 54
orang yang memliki gizi normal, pengambilan sampel dilakukan dengan metode
teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel
berdasarkan pertimbangan tertentu. Beberapa pertimbangannya yaitu, mahasiswa
yang sedang aktif berkuliah dan bersedia menjadi responden.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer dalam penlitian ini adalah status gizi yang di dapat dengan
menghitung rumus IMT. Tinggi dan berat badan diukur dengan timbangan kamar n =
frekuensi makan, sedangkan food recall digunakan untuk melihat jenis makan dan
jumlah makan mahasiswa, pengetahuan yang didapat dengan menggunakan
kuesioner, dan aktivitas fisik akan dihitung dengan rumus (total aktivitas fisik
dalam jam /24 jam).
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder didapat dari bagian pendidikan di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara meliputi data nama dan jumlah
mahasiswa.
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional
3.5.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari variabel dependen dan independen.
1. Variabel Dependen : Kejadian Gizi Lebih
2. Variabel Independen terdiri dari: Pengetahuan, pola makan, dan, aktivitas fisik.
3.5.2 Defenisi Operasional
1. Kejadian gizi lebih adalah gambaran fisik mahasiswa yang IMT >25.
2. Pola makan adalah kebiasaan makan mahasiswa yang digambarkan dengan:
a. Jenis makanan adalah berbagai macam makanan yang dikonsumsi dalam
sehari.
b. Jumlah makanan adalah banyaknya makanan yang dikonsumsi dalam sehari
dapat dihitung dengan nilai AKG (Angka Kecukupan Gizi).
c. Frekuensi makan adalah keseringan jenis makanan yang dikonsumsi dalam
kurun waktu dua bulan terakhir.
3. Pengetahuan adalah segala hal yang diketahui oleh mahasiswa tentang gizi
4. Aktivitas fisik adalah kegiatan yang dilakukan mahasiswa dalam 24 jam.
3.6 Aspek Pengukuran
1. Status Gizi
Pengukuran status gizi dilakukan dengan teknik antropometri yaitu
dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT). Pengukuran ini menggunakan
rumus:
IMT=
Kemudian hasil pengukuran IMT akan dikategorikan dengan
menggunakan :
Kategori IMT
Kurus < 17,0
Normal > 18,5 – 25,0
Gemuk > 25,0 – 27,0
Obesitas > 27,0
Sumber : Departemen Kehatan RI Tahun 2014
2. Pola Makan
a. Jenis Makanan
Jenis makanan ini akan di ukur dengan menggunakan food recall 24 jam
sebanyak 2 kali. Jenis makanan juga dapat dilihat dari kelengkapan jumlah
makanan yang dikonsumsi kategorinya (Junaz, 2014):
Lengkap : Apabila terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran
dan buah buahan
Tidak Lengkap : Apabila hanya terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk
b. Jumlah Makanan
Jumlah makanan yang dikonsumsi dikonversikan menjadi zat gizi
(karbohidrat, protein dan lemak) kemudian dihitung zat gizi yang
dikonsumsi, hasilnya dibandingkan dengan AKG menggunakan rumus
sebagai berikut :
x
100%Angka Kecukupan Gizi (AKG) per orang per hari umur 16-18 tahun dan
19-29 tahun adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Angka Kecukupan Gizi Per Orang Per Hari Umur 16-18 Tahun dan 19-29 Tahun
Jenis Zat Gizi
Kelompok Umur
Laki-laki Perempuan
16-18 tahun 19-29 tahun 16-18 tahun 19-29 tahun
Energi (kkal) 2675 2725 2125 2725
Protein (gr) 66 62 69 62
Lemak (gr) 81 91 71 91
Sumber : Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013
Setelah jumlah makanan yang dikonsumsi di dapat dalam bentuk persen,
hasil persen tersebut dapat dikategorikan atas (WNPG, 2004) :
Kurang : konsumsi dikategorikan kurang apabila jumlah seluruh zat gizi
yang dikonsumsi < 80% dari total AKG
Baik : konsumsi dikategorikan baik apabila jumlah seluruh zat gizi
yang dikonsumsi 80% - 110% dari total AKG
Lebih : konsumsi dikategorikan lebih apabila jumlah seluruh zat gizi
yang dikonsumsi > 110% dari total AKG
Frekuensi makanan diukur dengan formulir food frequency dengan kategori
(Junaz, 2014) :
Tidak Pernah
Jarang : 1 – 2 sebulan
Sering : 3 – 5 kali seminggu
Selalu : 2 – 3 kali sehari
3. Pengetahuan
Mengukur pengetahuan dengan menggunakan kuesioner yang akan diisi oleh
mahasiswa. Pertanyaan kuesioner berjumlah 15 buah dan bersifat tertutup.
Skala pengukuran yang dipakai adalah skala Guttman. Skor 1 untuk jawaban
benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Kemudian nilai yang ada ditotal secara
keseluruhan. Selanjutnya menurut Arikunto (2009) jumlah nilai akan
dikategorikan sebagai berikut:
Baik : Pengetahuan dikategorikan baik bila skor jawaban 11 – 15
Cukup : Pengetahuan dikategorikan sedang bila skor jawaban 6 – 10
Kurang : Pengetahuan dikategorikam kurang bila skor jawaban 0 – 5
4. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik diukur dengan menggunakan recall 24 jam sebanyak 2 kali
untuk mengetahui jenis aktivitas fisik mahasiswa, akan dikelompokkan
menjadi tiga golongan:
Ringan : Jika 75% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri, 25% waktu
Sedang : Jika 40% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri, 60% waktu
untuk aktivitas pekerjaan tertentu.
Berat : Jika 25% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri, 75% waktu
untuk aktivitas pekerjaan tertentu.
3.7 Metode Analisis Data
3.7.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan teknik komputerisasi dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Editing, yaitu melihat dan memerikasa apakah pertanyaan sudah diteliti dan
dapat dibaca dan tidak memiliki kekeliruan yang dapat mengganggu proses
pengolahan data.
2. Koding, yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner.
3. Entri data.
3.7.2 Analisis Data
Data yang telah di entri akan dikumpulkan, diolah, dan disajikan. Analisis
data terdiri dari:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis data yang dilakukan pada setiap variabel
penelitian. Pada analisis ini hanya menghasilkan tabel distribusi frekuensi
angka gizi lebih, tingkat pengetahuan, pola makan, dan aktivitas fisik.
2. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel
Analisis bivariat yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk
mencari hubungan pengetahuan dengan kejadian gizi lebih, hubungan pola
makan dengan kejadian gizi lebih, dan hubungan aktivitas fisik dengan
kejadian gizi lebih. Pengujian dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Program studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
diresmikan pada tanggal 31 Juli 1985 berada dibawah asuhan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Kemudian berdasarkan keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0376/0/1993
tanggal 21 Oktober 1993 Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara yang selama ini dibawah asuhan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara telah berubah menjadi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan pada tanggal 25 Januari 1994. Fakultas Kesehatan Masyarakat
saat ini memiliki 2737 mahasiswa mahasiswa yang terdiri dari stambuk 2003 –
2015.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara memiliki visi
dan misi. Visi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
d l “U P b T M y ”. S d
dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara adalah sebagai
berikut :
a. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan untuk menghasilkan
Sarjana Kesehatan Masyarakat, Magister Kesehatan, dan Doktor sesuai
tercapainya kompetensi lulusan dan pemecahan masalah kesehatan
masyarakat.
c. Menyelenggarakan dan mengembangkan pengabdian masyarakat yang dapat
memberi kontribusi untuk pengembangan seni, ilmu, teknologi kesehatan
masyarakat, kompetensi lulusan dan pemecahan masalah kesehatan
masyarakat.
4.2 Karateristik Mahasiswa FKM USU
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa berdasarkan jenis kelamin
sebagian besar jenis kelamin mahasiswa adalah perempuan yaitu sebanyak 79
mahasiswa (73,1%). Pada kategori umur mahasiswa terbanyak berada pada
kategori umur 20-23 tahun yaitu sebanyak 65 mahasiswa (60,2%).
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Mahasiswa FKM USU Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi %
1 Laki-laki 29 26,9
2 Perempuan 79 73,1
Jumlah 100,0
No Umur Frekuensi %
1 17-19 43 39,8
2 20-23 65 60,2
Jumlah 100,0
4.3 Pengetahuan Mahasiswa FKM USU
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa kategori
pengetahuan dari 108 mahasiswa sebanyak 35 mahasiswa (32,4%) berada pada
kategori baik dan sebagian besar berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 73
Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Mahasiswa FKM USU
No Kategori Pengetahuan Frekuensi %
1 Baik 35 32,4
2 Cukup 73 67,6
Jumlah 100,0
4.4 Pola Makan Mahasiswa FKM USU
Menurut hasil penelitian diketahui pada variabel pola makan terdiri dari
tiga faktor yaitu jenis makanan, jumlah makan, dan frekuensi.
4.4.1 Jenis Makanan
Kategori jenis makanan dari 108 mahasiswa sebagian besar pada kategori
lengkap yaitu sebanyak 89 mahasiswa (82,4%). Untuk memperjelas pemahaman
dapat dilihat di tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pola Makan Mahasiswa FKM USU Berdasarkan Jenis Makanan
No Jenis Makanan Frekuensi %
1 Lengkap 89 82,4
2 Tidak Lengkap 19 17,6
Jumlah 100,0
4.4.2 Kecukupan Energi
Untuk tingkat kecukupan energi pada kategori kurang terdapat sebanyak
64 mahasiswa (59,3%), pada kategori lebih sebanyak 35 mahasiswa (32,4%), dan
kategori baik sebanyak 6 mahasiswa (8,3%).
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kecukupan Energi
No Asupan Energi Frekuensi %
1 Kurang 64 59,3
2 3
Baik Lebih
9 35
4.4.3 Kecukupan Protein
Untuk tingkat kecukupan protein pada pada kategori lebih sebanyak 67
mahasiswa (62%), kategori kurang terdapat sebanyak 37 mahasiswa (34,3%), ,
dan kategori baik sebanyak 4 mahasiswa (3,7%).
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kecukupan Protein
No Asupan Protein Frekuensi %
4.4.4 Kecukupan Lemak
Untuk tingkat kecukupan protein pada pada kategori lebih sebanyak 52
mahasiswa (48,1%), kategori kurang terdapat sebanyak 47 mahasiswa (43,5%),
dan kategori baik sebanyak 9 mahasiswa (8,3%).
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kecukupan Lemak
No Asupan Lemak Frekuensi %
4.5 Frekuensi Makan Mahasiswa FKM USU Berdasarkan Kelompok Makanan
4.5.1 Frekuensi Makan Mahasiswa FKM USU Berdasarkan Kelompok Makanan Pokok
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 108 mahasiswa di FKM
USU, untuk kelompok makanan sumber karbohidrat, nasi merupakan jenis
makanan yang selalu dikonsumsi, yaitu 2-3 kali sehari sebanyak 93,5% atau 101
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Makan Mahasiswa FKM USU Berdasarkan
4.5.2 Frekuensi Makan Mahasiswa FKM USU Berdasarkan Kelompok Makanan Lauk Pauk
Untuk kelompok makanan lauk pauk, ikan merupakan yang selalu (2-3
kali sehari) dikonsumsi oleh 78 mahasiswa atau sebanyak 72,2% dan yang sering
(3-5 kali seminggu) dikonsumsi adalah ayam sebanyak 58,3%. Untuk lauk pauk
dari sumber nabati, tempe merupakan jenis yang sering (3-5 kali seminggu)
dikonsumsi oleh 67 mahasiswa atau sebanyak (62%).
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Makanan Mahasiswa FKM USU Berdasarkan Kelompok Makanan Lauk Pauk
4.5.3 Frekuensi Makanan Mahasiswa FKM USU Berdasarkan Kelompok Makanan Sayuran
Pada kelompok makanan sayuran, daun ubi merupakan jenis makanan
yang sering (3-5 kali seminggu) dikonsumsi oleh 58 mahasiswa atau sebanyak
53,7%, wortel sebanyak 52,8% dan terbanyak ketiga adalah bayam dengan 50,9%.
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Makan Mahasiswa FKM USU Berdasarkan Kelompok Makanan Sayuran
4.5.4 Frekuensi Makan Mahasiswa FKM USU Berdasarkan Kelompok Makanan Buah-Buahan
Untuk buah-buahan sebagian besar mahasiswa jarang (1-2 kali sebulan)
mengonsumsi buah-buahan. Buah yang selalu (2-3 kali sehari) dikonsumsi
mahasiswa adalah pisang sebanyak 13,9%, buah yang sering (3-5 kali seminggu)
dikonsumsi adalah nenas sebanyak 45,4% dan buah yang jarang (1-2 kali
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Makan Mahasiswa FKM USU Berdasarkan Kelompok Makanan Buah-Buahan
Kelompok
4.5.5 Frekuensi Makan Mahasiswa FKM USU Berdasarkan Kelompok Minuman
Pada kelompok minuman yang selalu (2-3 kali sehari) dikonsumsi adalah
susu sebanyak 50,9%. Untuk teh manis sering ( 3-5 kali seminggu) dikonsumsi
sebanyak 37%.
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Makan Mahasiswa FKM USU Berdasarkan Kelompok Minuman
Kelompok
4.5.6 Frekuensi Makan Mahasiswa FKM USU Berdasarkan Kelompok Makanan Jajanan
Jajanan yang sering (3-5 kali seminggu) dikonsumsi adalah gorengan
sebanyak 57,4%. Untuk siomay dan burger merupakan jajanan yang paling jarang
(1-2 kali sebulan) dikonsumsi sebanyak 64,8%. Tetapi, tidak ada kelompok
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Makan Mahasiswa FKM USU Berdasarkan Kelompok Makanan Jajanan
Kelompok
4.6 Aktivitas Fisik Mahasiswa FKM USU
Aktivitas fisik dari 108 mahasiswa, sebagian besar aktivitas fisik
mahasiswa berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 55 mahasiswa (50.9%).
untuk memperjelas pemahaman dapat dilihat tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Mahasiswa FKM USU
No Kategori Aktivitas Fisik Frekuensi %
1 Ringan 49 45,4
4.7 Status Gizi Mahasiswa FKM USU
Menurut hasil penelitian diketahui bahwa berdasarkan status gizi dari 108
mahasiswa, berada pada kategori normal yaitu sebanyak 54 mahasiswa (50%) dan
gizi lebih sebanyak 54 mahasiswa (50%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 4.9 dibawah ini.
Tabel 4.14 Distribusi Status Gizi Mahasiswa FKM USU
No Kategori Pengetahuan Frekuensi %
1 Normal 54 50
2 Gizi Lebih 54 50
4.7.1 Status Gizi Mahasiswa FKM USU Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa berdasarkan jenis kelamin
dari 108 mahasiswa sebagian besar perempuan memiliki status gizi normal
sebanyak 40 mahasiswa (50,6%) dan pada laki-laki paling banyak pada status gizi
lebih sebanyak 15 mahasiswa (51,7%).
Tabel 4.15 Distribusi Status Gizi Mahasiswa FKM USU Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin
Status Gizi Total %
Normal Gizi Lebih
n % n %
1 Laki-laki 14 48,3 15 51,7 29 100
2 Perempuan 40 50,6 39 49,4 79 100
4.8 Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Gizi Lebih
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dari 35
mahasiswa dengan pengetahuan baik sebanyak 21 mahasiswa (60%) memiliki
status gizi normal dan 14 mahasiswa (40%) memiliki status gizi lebih. Sedangkan
dari 73 mahasiswa dengan pengetahuan sedang sebanyak 37 mahasiswa (50,7%)
status gizi normal dan 36 mahasiswa (49,3%) gizi lebih. Sehingga berdasarkan
hasil uji statistik menggunakan uji chi square diketahui bahwa tidak ada
hubungan antara pengetahuan dengan kejadian gizi lebih p= 0,364 > 0,005.
Tabel 4.16 Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Gizi Lebih
No Pengetahuan
Status Gizi
P Normal Gizi Lebih Total
n % n % n %
1 Baik 21 60 14 40 35 100
4.9.1 Hubungan Jenis Makanan dengan Kejadian Gizi Lebih
Penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa dari 89 mahasiswa
dengan jenis makanan lengkap sebanyak 56 mahasiswa (62,9%) memiliki status
gizi normal dan 33 mahasiswa (37,1%) memiliki status gizi lebih. Sedangkan dari
19 mahasiswa dengan jenis makanan tidak lengkap sebanyak 2 mahasiswa
(10,6%) normal dan 17 mahasiswa (89,4%) memiliki status gizi lebih.
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji chi square diketahui bahwa
terdapat hubungan antara jenis makanan dengan kejadian gizi lebih p= 0,0001 <
0,005.
Tabel 4.17 Hubungan Jenis Makanan dengan Kejadian Gizi Lebih
No Jenis Makanan
4.9.2 Hubungan Kecukupan Energi, Protein, dan Lemak dengan Kejadian Gizi Lebih
Penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa dari 64 mahasiswa
dengan jumlah kecukupan energi pada kategori kurang sebanyak 35 mahasiswa
(54,7%) memiliki status gizi normal dan 29 mahasiswa (45,3%) memiliki status
gizi lebih. Sedangkan dari 9 mahasiswa dengan kategori baik sebanyak 4
mahasiswa (44,4%) normal dan 5 mahasiswa (55,6%) memiliki status gizi lebih.
Pada kategori lebih terdapat 19 mahasiswa (54,2%) untuk status gizi normal dan 9
mahasiswa (45,8%) untuk status gizi lebih. Berdasarkan hasil uji statistik
menggunakan uji pearson chi square diketahui bahwa tidak terdapat hubungan
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa dari 36 mahasiswa dengan jumlah
kecukupan protein pada kategori kurang sebanyak 18 mahasiswa (50%) memiliki
status gizi normal dan 18 mahasiswa (50%) memiliki status gizi lebih. Sedangkan
semua mahasiswa dengan jumlah kecukupan protein pada kategori memiliki
status gizi normal. Untuk kategori lebih terdapat 64 mahasiswa, pada status gizi
normal terdapat sebanyak 36 mahasiswa (52,9%) dan pada status gizi lebih
terdapat sebanyak 32 mahasiswa (47,1%). Berdasarkan hasil uji statistik
menggunakan uji pearson chi square diketahui bahwa tidak terdapat hubungan
antara kecukupan protein dengan kejadian gizi lebih p= 0,160 > 0,005.
Penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa semua mahasiswa
dengan kecukupan lemak pada kategori kurang memiliki status gizi normal.
Sedangkan dari 9 mahasiswa dengan kecukupan lemak pada kategori baik
sebanyak 3 mahasiswa (33,3%) normal dan 6 mahasiswa (66,7%) gizi lebih. Dan
dari 52 mahasiswa dengan kecukupan lemak pada kategori baik sebanyak 8
mahasiswa (15,4%) status gizi normal dan 44 mahasiswa (84,6%) status gizi
lebih. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji pearson chi square
diketahui bahwa terdapat hubungan antara kecukupan lemak dengan kejadian gizi
Tabel 4.18 Hubungan Kecukupan Energi, Protein, dan Lemak dengan
4.10 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Gizi Lebih
Menurut penelitian yang dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa semua mahasiswa yang aktivitasnya
ringan status gizi normal. Dari 55 mahasiswa dengan aktivitas fisik sedang
sebanyak 5 mahasiswa (9,1%) memiliki status gizi normal dan 55 mahasiswa
(90,9%) memiliki status gizi lebih. Sedangkan semua yang beraktivitas fisik berat
memiliki status gizi lebih. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji
pearson chi square diketahui bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik
dengan kejadian gizi lebih p= 0,0001 < 0,005.
Tabel 4.19 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Gizi Lebih
No Aktivitas Fisik
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Gizi Lebih
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa dengan pengetahuan baik
sebanyak 60% memiliki status gizi normal dan 40% memiliki status gizi lebih.
Sedangkan mahasiswa dengan pengetahuan cukup sebanyak 50,7% status gizi
normal dan 49,3% berstatus gizi lebih. Sehingga berdasarkan hasil uji statistik
menggunakan uji chi square diketahui bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan kejadian gizi lebih p= 0,364 > 0,005.
Hasil penelitian Yani (2013) menunjukkan hasil bahwa dari uji chi- square
diperoleh hasil bahwa antara pengetahuan dan obesitas pada mahasiswa ini tidak
terdapat hubungan signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian Sada yang
dilakukan di Makassar, mendapatkan hasil uji bahwa tidak ditemukan hubungan
antara pengetahuan gizi dengan status gizi.
Kenyataan ini sesuai dengan teori Notoadmodjo yang menyatakan bahwa
seseorang yang tingkat pengetahuan baru ke tingkat awal yaitu tahu (know) dapat
di artikan seseorang mengingat materi yang sudah dipelajari sebelumnya, namun
belum berarti seseorang itu berada ditingkat aplikasi (aplication) yang artinya
seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan materi yang di pelajari pada
situasi atau kondisi nyata dalam kehidupannya (Notoatmodjo, 2010).
Dalam penelitian ini sebagian besar mahasiswa berada pada kategori
Pengetahuan dapat menjadi pedoman yang baik untuk menjaga kesehatan
tubuh dan menjaga berat tubuh yang ideal. Pentingnya upaya promotif dalam
menangani obesitas dilakukan dengan cara memberikan pengetahuan mengenai
citra tubuh yang positif. Kemampuan untuk menyaring informasi dari media
massa juga hal penting yang harus ditanamkan kepada masyarakat agar mereka
dapat memperoleh informasi yang benar dari media massa (Simarmaca, 2008).
Notoatmodjo juga mengatakan bahwa merubah perilaku lebih sulit
ketimbang pengetahuan karena proses pembentukan dan perilaku dipengaruhi
oleh banyak faktor di antaranya faktor internal (persepsi, motivasi, pengetahuan)
dan faktor eksternal (lingkungan fisik dan non fisik seperti kebudayaan sosial dan
ekonomi) (Notoatmodjo, 2010).
5.2 Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gizi Lebih
Pola makan dalam penelitian ini digambarkan melalui jenis makanan,
jumlah makanan dan frekuensi makan. Penelitian yang telah dilakukan
menyebutkan bahwa mahasiswa dengan jenis makanan lengkap sebanyak 62,9%
memiliki status gizi normal dan 37,1% memiliki status gizi lebih. Sedangkan
mahasiswa dengan jenis makanan tidak lengkap sebanyak 10,6% normal dan
89,4% memiliki status gizi lebih. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji
chi square diketahui bahwa terdapat hubungan antara jenis makanan dengan
kejadian gizi lebih p= 0,0001 < 0,005.
Penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa mahasiswa dengan
jumlah kecukupan energi pada kategori kurang sebanyak 54,7% memiliki status
gizi normal dan 45,3% memiliki status gizi lebih. Sedangkan mahasiswa dengan
kategori lebih terdapat 54,2% untuk status gizi normal dan 45,8% untuk status gizi
lebih. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji pearson chi square
diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara kecukupan energi dengan
kejadian gizi lebih p= 0,844 > 0,005.
Berdasarkan penelitian sebanyak 55,6% mahasiswa memiliki gizi lebih
tetapi asupan energinya pada kategori baik. Hal ini disebabkan karena mereka
sedang mengurangi asupan makanan agar mendapatkan berat yang ideal. Pada
kategori asupan energi lebih terdapat sebanyak 54,2% mahasiswa bergizi normal.
hal ini disebabkan karena mahasiswa selalu mengonsumsi nasi bungkus dengan
frekuensi 1-2 kali sehari. Seperti yang kita ketahui, nasi bungkus terdiri dari nasi
yang banyak dan kuah-kuah dari santan, serta sayuran yang sedikit dan porsi lauk
yang kecil. Alasan mahasiswa mengonsumsi nasi bungkus karena harganya yang
ekonomis dan gampang dibeli di daerah sekitar kampus.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa mahasiswa dengan jumlah
kecukupan protein pada kategori kurang sebanyak 50% memiliki status gizi
normal dan 50% memiliki status gizi lebih. Sedangkan semua mahasiswa dengan
jumlah kecukupan protein pada kategori kurang memiliki status gizi normal.
Untuk kategori lebih terdapat sebanyak 52,9% mahasiswa, pada status gizi normal
dan pada status gizi lebih terdapat sebanyak 47,1%. Berdasarkan hasil uji statistik
menggunakan uji pearson chi square diketahui bahwa tidak terdapat hubungan
antara kecukupan protein dengan kejadian gizi lebih p= 0,160 > 0,005.
Penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa semua mahasiswa
33,3% normal dan 66,7% gizi lebih. Dan mahasiswa dengan kecukupan lemak
pada kategori baik sebanyak 15,4% status gizi normal dan 84,6% status gizi lebih.
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji pearson chi square diketahui
bahwa terdapat hubungan antara kecukupan lemak dengan kejadian gizi lebih p=
0,0001 < 0,005.
Pola konsumsi dalam penelitian ini digambarkan dengan besarnya asupan
energi, asupan lemak dan asupan protein. Hasil uji pearson chi square
menunjukkan dari ketiga jenis asupan tersebut hanya asupan lemak yang memiliki
hubungan yang signifikan terhadap kejadian obesitas (p < 0,005) untuk asupan
lemak menunjukkan bahwa siswa yang mengonsumsi lemak lebih banyak akan
berpeluang terkena obesitas sebesar 25 kali dibandingkan dengan siswa yang tidak
obesitas apabila asupan lemak > 69,6 gr/hari. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Kharismawati, hasil uji statistik didapat hubungan antara tingkat energi
dan obesitas tidak bermakna, asupan protein dengan status obesitas secara statistik
tidak bermakna. Ada hubungan antara tingkat asupan lemak dengan status
obesitas.
Kegemukan terkadang juga berdasarkan pada kecenderungan tubuh untuk
menyimpan makanan lebih banyak daripada yang dikonsumsinya, artinya proses
metabolisme tubuhnya berjalan lambat. Daya serap tubuh terhadap makanan,
sebagian orang berdaya serap kalori tinggi, kendati porsi makanan sedikit, tubuh
mereka gemuk karena seluruh kalori yang masuk dapat diserap dengan baik
(Nugraha, 2009).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yang menunjukan bahwa
konsumsi protein saja, akan tetapi berat badan saat ini lebih merupakan refleksi
asupan energi secara keseluruhan yang berasal karbohidrat dan lemak (Jumirah,
2007).
Data Riskesdas 2010 juga menyatakan bahwa penduduk indonesia yang
mengkonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal sebanyak 37%, ini biasa
terjadi pada usia sekolah (6-12 tahun), usia pra remaja (13-15 tahun) dan usia
remaja (16-18 tahun) (Depkes RI, 2010).
Faktor lain yang menyebabkan asupan energi dan protein kurang karena
mahasiswa lebih suka makan jajanan dikampus atau diluar rumah dimana
makanannya sangat rendah dengan kandungan protein (Yulni, 2013). Penelitian
ini sejalan dengan Fatma (2012) dari hasil analisis statistik di simpulkan bahwa
tidak terdapat hubungan antara asupan energi dengan obesitas. Mahasiswa
obesitas dengan asupan energi kurang 67,8%, mahasiswa overweight 32,2%,
asupannya kurang, faktor yang pengaruhi dimungkinkan oleh jadwal kuliah yang
padat sehingga mereka tidak sempat untuk mengkonsumsi makanan sumber
karbohidrat, dan kemungkinan juga di sebabkan mereka senggaja menggurangi
asupan karbohidrat kompleks dengan alasan kegemukannya.
Penelitian ini sejalan dengan Sumarcana yang melakukan penelitian
remaja di Amerika dan menemukan bahwa terdapat kecenderungan remaja
menurunkan konsumsi makanan berserat buah dan sayur segar, semakin beralih
ke buah kaleng dan jus siap saji (Sumarcana, 2009). Pada masa remaja mudah
terpengaruh oleh teman sebaya lebih besar daripada keluarga, remaja lebih mudah
Asupan lemak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian
obesitas p= (0,0001 < 0,005), sehingga Ha diterima yang menyatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara asupan lemak dengan obesitas, asupan lemak
lebih mahasiswa obesitas 57,7% dan overweight 30,8%, kedua kategori
mahasiswa ini hampir memiliki kesamaan dalam pola konsumsi lemak (Yani,
2013).
Hasil penelitian ini berbanding lurus dengan penelitian yang dilakukan
Gregory JW pada subjek anak usia 10-18 tahun dilondon yang mengatakan lemak
menyumbang energi lebih besar daripada karbohidrat 1:9 sehingga lemak
merupakan cadangan energi tubuh yang besar dan kelebihan lemak dalam tubuh
cenderung mudah obesitas. Lemak memiliki rasa yang gurih. Densitas energi yang
tinggi di miliki oleh lemak, sehingga dapat menyebabkan keseimbangan positif
dan kelebihan tersebut akan di simpan dalam jaringan adiposa. Peningkatan
jaringan adiposa meningkatkan leptin, sehingga memiliki pengaruh terhadap
kseimbangan energi dan pada akhirnya dapat menyebabkan obesitas (Murray,
2009).
Salah satu penyebab kelebihan berat badan pada anak adalah pemilihan
jenis makanan yang kurang tepat, seperti makanan yang lemak tinggi. Faktor lain
yang mungkin juga mempengaruhi adalah kebiasaan konsumsi keluarga.
Konsumsi lemak yang tinggi lebih banyak ditemukan dikonsumsi oleh masyarakat
kelompok menengah ke atas. Hal ini dapat disebabkan karena mereka lebih
konsumtif dan lebih cenderung mengikuti tren, dimana sekarang ini sangat banyak
tren yang mengangkat makanan yang berlemak tinggi seperti fast food yang
Untuk frekuensi makanan yang diteliti berdasarkan pengelompokan
makanan untuk kelompok makanan sumber karbohidrat, nasi merupakan jenis
makanan yang selalu dikonsumsi sebanyak 93,5%. Untuk kelompok makanan
lauk pauk, ikan merupakan salah satu yang digemari mahasiswa, sebanyak 72,2%
mahasiswa mengonsumsi ikan dan yang sering dikonsumsi adalah ayam sebanyak
58,3%. Untuk lauk pauk dari sumber nabati, tempe merupakan jenis yang sering
dikonsumsi oleh mahasiswa atau sebanyak 62%. Pada kelompok makanan
sayuran, daun ubi merupakan jenis makanan yang sering dikonsumsi oleh
mahasiswa sebanyak 53,7%, wortel sebanyak 52,8% dan terbanyak ketiga adalah
bayam dengan 50,9%. Untuk buah-buahan sebagian besar mahasiswa jarang
mengonsumsi buah-buahan. Buah yang selalu dikonsumsi mahasiswa adalah
pisang sebanyak 13,9%, buah yang sering dikonsumsi adalah nenas sebanyak
45,4% dan buah yang paling jarang) dikonsumsi adalah semangka sebanyak
48,1% sementara itu buah yang paling tidak pernah dikonsumsi dalam dua bulan
terakhir adalah nenas sebanyak 20,4%. Pada kelompok minuman yang selalu
dikonsumsi adalah susu sebanyak 50,9%. Untuk kelompok makanan jajanan yang
selalu dikonsumsi tidak ada. Tetapi, jajanan yang sering dikonsumsi adalah
gorengan sebanyak 57,4%. Untuk siomay dan burger merupakan jajanan yang
paling jarang dikonsumsi sebanyak 64,8%.
Menurut Thorsten, dkk perkiraan konsumsi pangan antara kedua metode
dari kelompok makanan dan minuman yang dikomsumsi oleh reponden pada
umumnya FFQ tidak lebih tinggi atau sering atau lebih rendah atau jarang dari
Hasil penelitian Yessica ditemukan persepsi positif terhadap perilaku
konsumsi buah dan sayur yang masih kurang pada anak obesitas (Dewi, 2013).
Hasil penelitian Rain juga mengatakan penyebab obesitas adalah rendahnya
konsumsi sayur dan buah, karena sayur dan buah merupakan makanan rendah
kalori, kaya serat, vitamin, dan mineral untuk menjaga kesehatan dan
mempertahankan berat badan normal (Raine, 2005). Hal ini sesuai dengan
penelitian Ana Medawati (2005) di Yogyakarta yang menyimpulkan semakin
tinggi asupan lemak semakin tinggi untuk terjadinya obesitas.
Penelitian yang dilakukan di Brazil tentang hubungan antara tingkat
pengetahuan dan kebiasaan makan dengan kejadian obesitas pada anak sekolah
dasar kelas 3 dan 4 oleh Rozane dan Elsa (2003), juga menemukan bahwa pola
konsumsi merupakan variabel satu-satunya yang berpengaruh terhadap kejadian
obesitas pada anak sekolah dasar kelas 3 dan 4.
Kedua hasil penelitian tersebut di atas, didukung pendapat Suhardjo
(1989) yang menyatakan bahwa kebiasaan makan yang salah pada anak akan
mempertinggi risiko terjadinya obesitas. Kebiasaan tersebut meliputi frekuensi
makan, kebiasaan makan makanan camilan, atau jajanan. Pendapat ini, lebih
dipertajam oleh Musaiger (2004) yang menyatakan bahwa pola konsumsi dan
kebiasaan makan di Wilayah Mediternia Timur mengalami perubahan pada empat
dekade belakangan ini. Perubahan ini menunjukkan terjadinya peningkatan pada
asupan energi dan lemak per kapita hampir di seluruh negara dan ini memiliki
peran dalam peningkatan risiko terjadinya obesitas di wilayah ini. Perubahan
tradisional ke makanan ala barat dengan karakteristik kandungan lemak,
kolesterol, garam yang tinggi dan rendah serat.
Tingginya lemak pada kelompok siswa obesitas, berpotensi pada
terjadinya ketidakseimbangan antara asupan kalori dengan kalori yang
dipergunakan, sehingga menimbulkan terjadinya peningkatan berat badan. Hal ini
sesuai dengan pendapat CDC (2001) yang menyatakan bahwa keseimbangan
energi dapat diibaratkan seperti timbangan, dimana pertambahan berat badan
dapat terjadi ketika kalori yang dikonsumsi lebih besar daripada kalori yang
digunakan. Laporan National Dietary Survey of Schoochildren tahun 1985 dan
National Nutrition Survey yang dilaksanakan oleh Australian Food and Nutrition
Monitoring Unit tahun 1995, menyatakan bahwa terjadi peningkatan asupan
energi bagi anak berumur 10 – 15 tahun lebih dari 10 %, antara tahun 1985 dan
1995 (Cook dkk, 2001).
5.3 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Gizi Lebih
Menurut penelitian yang dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa semua mahasiswa yang aktivitasnya
ringan status gizi normal. Sebanyak 9,1% mahasiswa dengan aktivitas fisik
sedang memiliki status gizi normal dan 90,9% memiliki status gizi lebih.
Sedangkan semua yang beraktivitas fisik berat memiliki status gizi lebih.
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji pearson chi square diketahui
bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian gizi lebih p=
0,0001 < 0,005.
dengan yang tidak, terutama menyangkut penggunaan waktu untuk aktivitas
sedang dan aktivitas berat. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang buruk
berpengaruh terhadap kejadian obesitas. Demikian juga penggunaan waktu untuk
aktivitas berat, menunjukkan adanya pengaruh terhadap kejadian obesitas sebesar
26 kali. Artinya, siswa yang obesitas akan berpeluang terkena obesitas 17 kali
lebih besar dibandingkan dengan siswa yang tidak obesitas apabila menggunakan
waktu untuk aktivitas sedang < 2,9 jam. Siswa yang obesitas, berpeluang terjadi
sebesar 26 kali apabila menggunakan waktu untuk aktivitas berat < 1,5 jam
dibandingkan dengan siswa yang tidak obesitas. Semakin sedikit penggunaan
waktu siswa untuk melakukan aktivitas sedang dan aktivitas berat, maka peluang
terkena obesitas semakin besar.
Penyebab obesitas adalah multifaktor, melibatkan interaksi antara latar
belakang genetik, hormon, obat- obatan steroid jika di konsumsi jangka panjang
akan mengalami penambahan berat badan, faktor sosial dan lingkungan seperti
gaya hidup sedentary dan kebiasaan makan yang kurang baik serta kurangnya
aktivitas fisik (Murray, 2009), salah satu faktor yang dapat menyebabkan
kegemukan adalah dikarenakan kurangnya olahraga. Faktor lainnya adalah karena
gangguan emosi dengan makan berlebihan yang menggantikan rasa puas lainnya,
pembentukan sel-sel lemak dalam jumlah berlebihan akibat pemberian makan
yang berlebihan pada saat usia anak-anak, gangguan endokrin tertentu seperti
hipotiroidisme, gangguan pusat pengatur kenyang selera makan (satiety-apetite
centre) di hipotalamus dan kelezatan makanan yang tersedia (Monika, 2011).
Selain itu, Monika juga mengatakan bahwa, makanan yang dimakan